UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMA NEGERI 4 MANADO SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar

  Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Jurusan Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Manado

  Oleh :

SHALLY ROZALIA

  NIM : 09.2.3.099

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MANADO 2015

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

  Dengan penuh kesadaran, penyusun yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penyusun sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikasi, tiruan, plagiasi, atau dibuatkan oleh orang lain, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya, batal demi hukum.

  Manado, 7 Mei 2015

  Penyusun

  Shally Rozalia

  NIM : 09.2.3.099

  PENGESAHAN SKRIPSI

  Skripsi yang berjudul “Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Di SMA Negeri 4 Manado”, yang disusun oleh Saudari Shally Rozalia, Nim : 09.2.3.099, Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado, telah diuji dan dipertahankan dalam sidang munaqasyah yang diselenggarakan pada hari Senin, 1 Juni 2015 M bertepatan dengan 14 Sya’ban 1436 H, dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.PdI), Jurusan Pendidikan Agama Islam dengan beberapa perbaikan.

  Manado, 17 September 2015

DEWAN MUNAQQASYAH

  Ketua

  : DR. Muhammad. Idris, M.Ag

  Sekretaris

  : Rizal. H. Arsjad, S.Ag, M.A

  Munaqisy I

  : Mastang Ambo Baba, S.Ag, M.Ag

  Munaqisy II

  : Feiby Ismail, S.Ag, M.Pd

  Pembimbing I

  : Drs. Ishak Wanto Talibo, M.Pd.I

  Pembimbing II

  : Ismail K. Usman, S.Ag, M.Pd.I

  Mengetahui

  Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Manado

  (DR. Muhammad. Idris, M.Ag)

KATA PENGANTAR

  ِﻢْﯿ ِﺣ ﱠﺮﻟا ِﻦ ٰﻤْﺣ ﱠﺮﻟا ِﷲ ِﻢْﺴِﺑ

  Segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan rahmat serta karunia- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado.

  Dalam penyusunan skripsi ini, penulis sadar masih terdapat beberapa kekurangan maupun hambatan yang dihadapi. Namun, berkat pertolongan Allah swt, serta bimbingan dari dosen-dosen, dukungan dari teman-teman dan doa dari kedua orang tua, Alhamdulillah.. kekurangan dan hambatan-hambatan yang dihadapi dapat terselesaikan.

  Tidak berlebihan kiranya, penulis menyampaikan ungkapan kerendahan hati untuk menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

  1. Ibu DR. Rukmina Gonibala, M.Si selaku Rektor Institut Agama Islam

  Negeri (IAIN) Manado

  2. Dr. Muh. Idris, M.Pd.I, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah, Wakil Dekan I

  Drs. Muhammad. Syakur. Rahman, M.Pd.I, Wakil Dekan II Sahari, S.Ag., M.Pd.I,Wakil Dekan III Rizal.H.Arsjad, S.Ag., M.Pd.I. yang telah banyak memberikan pelayanan selama menjadi Mahasiswa.

  3. Drs. Ishak Talibo, M.Pd.I selaku Ketua Jurusan PAI sekaligus

  Pembimbing I yang bersedia membimbing penulis selama proses Pembimbing I yang bersedia membimbing penulis selama proses

  4. Ismail K. Usman, S.Ag., M.Pd.I, selaku pembimbing II yang bersedia

  membimbing penulis selama proses penyusunan skripsi.

  5. Kepala perpustakaan IAIN Manado beserta staf yang telah menyediakan

  buku referensi dalam penulisan skripsi ini.

  6. Seluruh dosen dan segenap karyawan dan karyawati IAIN Manado.

  7. Kepala Sekolah SMA Negeri 4 Manado Dra. Brilly C.G.Lohoo, M.Si

  beserta jajarannya yang telah membentu dalam penyelesaian skirpsi.

  8. Kedua orang tua tercinta Ayah Mukmin Makalalag dan Ibu Sahria

  Mansur yang selama ini telah menyekolahkan dari TK, SD, SMP, MA dan sampai Kuliah yang tak kunjung lelah serta selalu memberikan motivasi, do’a serta arahan untuk masa depan penulis yang lebih baik.

  9. Adik tercinta, M. Zihdan Makalalag, yang memberi motivasi dan

  memberikan penulis suport dalam rangka menyelesaikan skripsi.

  10. teman-teman Mahasiswa angkatan 2009, Jurusan PAI 2, Posko 11 KKN STAIN Manado yang telah memberikan pengalaman dan motivasi kepada penulis.

  11. Sahabat-sahabat tercinta yang ada di Manado dan Jakarta yang tidak bisa disebut satu persatu oleh penulis yang telah memberikan motivasi dan do’a dalam menyelesaikan skripsi ini.

  12. Dan seluruh pihak yang telah membantu khususnya dalam penyelesaian skripsi ini yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu.

  Demikian ucapan Terima kasih yang dapat penulis sampaikan. Semoga Allah Swt. Senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Amin.

  Shally Rozalia NIM: 09.2.3.099

ABSTRAK

  Nama

  : Shally Rozalia

  :“Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Di SMA Negeri 4 Manado”

  Skripsi ini berjudul “Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan Hasil Belajar Siswa di SMA Negeri 4 Manado. Skripsi ini membahas tentang apa saja yang menjadi upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan hasil belajar siswa beserta dengan solusi untuk mengatasi kendala tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan upaya guru Pendidikan Agama Islam dan untuk mengetahui kendala dan solusi guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan hasil belajar siswa di SMA Negeri 4 Manado.

  Upaya untuk menemukan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di atas, dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif untuk mendapatkan data yang akurat. Deskriptif adalah mengumpulkan data berupa kata- kata, gambar dan bukan angka.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan hasil belajar siswa di SMA Negeri 4 Manado, yaitu mengadakan remedial bagi siswa yang nilai tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 75, memberikan motivasi kepada siswa pada saat mengajar, memberikan tugas, melakukan interaksi dengan siswa, menjalin kerjasama seperti: meningkatkan kegiatan Tadzkir, kegiatan Rohis, dan pesantren kilat. Hal tersebut menunjukkan upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

  ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

  Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan guru atau pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan,

  serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. 1

  Dalam dunia pendidikan khususnya dalam Pendidikan Agama Islam, guru Pendidikan Agama Islam dan kepala sekolah sangat menentukkan dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Seorang guru Pendidikan Agama Islam bukan hanya menguasai materi yang akan diajarkan pada siswa, lebih dari itu seorang guru Pendidikan Agama Islam harus bisa mengimplementasikan kemampuannya dalam pendidikan khususnya pada bidang Pendidikan Agama Islam secara nyata. Untuk itu seorang guru Pendidikan Agama Islam dituntut memiliki ilmu Pendidikan Agama Islam secara menyeluruh.

  Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan bagi guru di masa akan datang.

  1 Departemen Pendidikan Republik Indonesia, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 (Jakarta: Sinar Grafikka, 2003), h.21.

  Pendidikan mempunyai posisi strategis dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia. Posisi yang strategis tersebut dapat tercapai apabila pendidikan yang dilaksanakan mempunyai kualitas.

  Guru sangat penting dalam suatu lembaga pendidikan untuk mencerdaskan anak bangsa yang cerdas seperti yang dicita-citakan negara . Untuk itu peran guru dan kepala sekolah sangat penting dalam kedudukan ini guna membantu siswa agar mempunyai hasil belajar yang baik. Hasil belajar siswa akan baik jika guru yang mengajar mempunyai integritas mengajar yang baik dan begitu juga sekolah akan lebih di kenal oleh masyarakat jika mempunyai guru-guru yang berkualitas seperti sekarang telah di atur dalam pemerintah yaitu guru sertifikasi.

  Kualitas pendidikan dapat diketahui dari dua hal, yaitu kualitas proses dan produk. Suatu pendidikan dikatakan berkualitas apabila proses belajar mengajar (PBM) dapat berlangsung secara efektif dan peserta didik mengalami proses pembelajaran yang bermakna. Pendidikan disebut berkualitas produk apabila peserta didik menunjukkan tingkat penguasaan yang tinggi terhadap tugas-tugas belajar sesuai dengan sasaran dan tujuan pendidikan.

  Pendidikan merupakan aset yang paling berharga bagi setiap bangsa, terutama bangsa Indonesia. Itulah sebabnya proses pendidikan diharapkan dapat berjalan secara optimal dan berkualitas. Sementara inti dari proses pendidikan itu sendiri adalah proses pembelajaran. Dengan demikian , dapat dikatakan bahwa keberhasilan dalam meraih fungsi dan tujuan pendidikan nasional sangat erat hubungannya dengan keberhasilan dalam menjalankan proses pembelajaran yang optimal dan berkualitas.

  Sekarang ini, banyak siswa khususnya di tingkat SMA hasil belajarnya menurun khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Untuk itu, seorang guru Pendidikan Agama Islam dituntut harus mempunyai upaya dalam meningkatkan hasil belajar siswa agar supaya hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dapat meningkat.

  Adapun landasan hukum yang menjelaskan tentang penjelasan di atas adalah QS. al-Hasyr59:18 yaitu Terjemahnya:

  Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang

  kamu kerjakan. 2

  Ayat tersebut di atas menjelaskan bahwa setiap orang yang beriman hendaknya apa yang telah diperbuatnya hari esok, menurut M. Quraish Shihab dalam tafsirAl-Misbah disebutkan bahwa perintah memperhatikan apa yang telah diperbuat untuk hari esok, dipahami oleh Thabathaba’i sebagai perintah untuk melakukan evaluasi terhadap amal-amal yang telah dilakukan. Ini seperti seorang tukang yang telah menyelesaikan pekerjaannya. Ia dituntut untuk memperhatikannya kembali agar menyempurnakannya bila telah baik, atau memperbaikinya bila masih ada

  2 Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemahnya (Surabaya: CV.Karya Utama,2005),h. 799.

  kekurangan, sehingga jika saatnya diperiksa, tidak ada lagi kekurangan dan barang tersebut tampil sempurna. 3

  Dengan adanya komponen evaluasi maka didapatkannya hasil belajar, yang mana hasil belajar tersebut merupakan perubahan sikap, pengetahuan siswa selama proses belajar mengajar.

  Hasil belajar siswa adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya dalam proses belajar mengajar yang

  meliputi tiga ranah (domain) yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. 4

  Berdasarkan observasi peneliti bahwa guru Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 4 Manado, hanya memiliki 1 orang guru Pendidikan Agama Islam PNS dan 1 orang guru Pendidikan Agama Islam honorer sedangkan jumlah siswa yang beragama Islam 144 siswa yang terdiri dari kelas X laki-laki dan perempuan 52 siswa, kelas XI laki-laki dan perempuan 46 siswa dan kelas XII laki-laki dan perempuan 46 siswa.

  Dengan melihat data diatas maka perlu adanya kreatifitas dari guru Pendidikan Agama Islam dengan melalui berbagai upaya-upaya seperti kegiatan ekstrakurikuler, mengingat jumlah jam mengajar setiap kelas hanya 2 jam pelajaran. Dengan demikian upaya yang dilakukan guru Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 4 Manado dalam proses pembelajaran dilakukan dengan melalui kegiatan

  3 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan,Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Vol. 14 (Jakarta: Lentera Hati,2002),h. 130.

  4 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 15.

  Rohis, Tadzkir, dan Pesantren Kilat. Dalam kegiatan tersebut selalu disesuaikan dengan materi-materi pelajaran Pendidikan Agama Islam yang disampaikan pada saat proses belajar mengajar baik materi kelas X, kelas XI, dan kelas XII dengan demikian peningkatan hasil belajar siswa dapat dicapai.

  Berdasarkan pendahuluan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan hasil belajar siswadi SMA Negeri 4 Manado”

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat dikemukakan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

  1. Bagaimana upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 4 Manado?

  2. Apa saja kendala dan solusi guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri

  4 Manado ?

  Selanjutnya dari itu penulis akan mencoba menguraikan upaya guru Pendidikan Agama Islam di atas dan masalah yang ditimbulkan dalam meningkatkan hasil belajar siswa di SMA Negeri 4 Manado.

  C. Definisi Operasional

  Judul yang diangkat dalam skripsi ini adalah “Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di SMA Negeri 4 Manado. Untuk menghindari persepsi dan kesalahan penafsiran tentang maksud judul skripsi ini, maka penulis perlu menjelaskan variabel judul yang dianggap penting yaitu:

  1. 5 Upaya adalah “usaha (syarat) untuk menyampaikan sesuatu,akal,ikhtiar.

  2. Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Dalam arti khusus dapat dikatakan bahwa pada setiap diri guru itu terletak tanggung jawab untuk membawa para siswanya pada suatu kedewasaan atau taraf kematangan tertentu. 6

  3. Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya ia dapat memahami apa yang terkandung di dalam Islam secara keseluruhan serta berkembang secara maksimal sesuai dengan

  ajaran Islam. 7

  5 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Cet. VIII, (Jakarta:Balai Pustaka,1989), h. 1132.

  6 Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014),

  h.125.

  7 Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama dalam Keluarga, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), h. 32.

  4. Hasil Belajar adalah sesuatu yang menjadi akibat dari usaha, pendapatan dan proses perubahan perilaku seorang siswa berdasarkan pengalamannya berinteraksi dengan

  lingkungan. 8

  Upaya guru dalam proses belajar mengajar serta berperan dengan tanggung jawabnya, dalam memberikan Pendidikan Agama Islam dengan memberikan bimbingan dan asuhan yang cukup sehingga anak didik dapat mempelajari dengan baik.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

  1. Tujuan Peneliti

  a. Untuk mengetahui upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan hasil

  belajar siswa di SMA Negeri 4 Manado.

  b. Untuk mengetahui kendala dan solusi guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan hasil belajar siswa di SMA Negeri 4 Manado.

  2. Kegunaan Penelitian

  a. Teoritis adalah untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan bagi penulis tentang

  upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan hasil belajar siswa di SMA Negeri 4 Manado.

  b. Praktis adalah Sebagai sumbangan pemikiran bagi pembaca, sehingga dapat

  menjadi bahan informasi bagi siapa saja yang membaca hasil penelitian ini

  8 Sumiati Asra, Metode Pembelajaran ( Bandung:CV. Wacana Prima, 2009), h. 38

BAB II LANDASAN TEORITIS

A. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam

  Guru merupakan unsur dasar pendidikan yang sangat berpengaruh terhadap proses pendidikan. Dalam perspektif pendidikan Islam keberadaan peran dan fungsi guru merupakan keharusan yang tak dapat diingkari. Tidak ada pendidikan tanpa kehadiran guru. Guru merupakan penentu arah dan sistematika. Pembelajaran mulai dari kurikululm, sarana, bentuk pola samapai bagaimana usaha anak didik seharusnya belajar yang baik dan benar dalam rangka mengakses diri akan pengetahuan dan nilai-nilai hidup.

  Dalam pengertian bahasa, guru adalah orang yang pekerjaannya mata pencahariannya, profesinya mengajar atau orang yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik.

  Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 39 ayat 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dikemukakan bahwa:

  Guru atau pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyaraka terutama pendidik pada perguruan tinggi. 1

  Proses interaksi edukatif dengan tugas dan peranan yang berbeda. Guru yang mengajar dan mendidik dan siswa yang belajar dengan menerima bahan pelajaran dari guru di kelas. Guru dan siswa berada dalam koridor kebaikan. Oleh

  1 Departemen Pendidikan Republik Indonesia, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional 2003 (Jakarta: Sinar Grafika, 2003), h. 23.

  karena itu, walaupun mereka berlainan secara fisik dan mental, tetapi mereka tetap seiring dan setujuan untuk mencapai kebaikan akhlak, kebaikan moral, kebaikan

  hukum, kebaikan sosial, dan sebagainya. 2

  Pengertian guru Pendidikan Agama Islam dalam bahasa Arab dikenal sebagai al mu’alim atau ustadz yang bertugas memberikan ilmu dalam majelis ta’lim (tempat belajar) dengan tujuan mencerdaskan dan membina akhlak peserta didik agar menjadi orang yang berkepribadian baik. 3

  Dalam hal ini guru mempunyai pengertian orang yang mempunyai tugas untuk membangun aspek spiritual manusia, sehingga dari beberapa definisi diatas pengertian guru menjadi semakin luas, tidak hanya terbatas pada kegiatan keilmuan yang bersifat kecerdasan spiritual (spiritual intelligence) dan kecerdasan intelektual (intellectual Intelligence), tetapi juga menyangkut kecerdasan kinestik jasmaniah (bdily kinesthetic). Semua kecerdasan itu pada hakikatnya menjadi bagian dari kecerdasan ganda (multiple Intelligence). Guru dapat diartikan sebagai orang yang yang tugasnya terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspeknya, baik spiritual dan emosional intelektual, fisikal maupun

  aspek lainnya. 4

  Selain itu juga guru sering diidentifikasikan kepada pengertian pendidik. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sardiman A.M, bahwa

  2 Syaiful Bahri Djamarah. Psikolgi Belajar (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), h. 107. 3 Muhaimin. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo

  Persada, 2005), h. 44

  4 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 31.

  guru memang pendidik, sebab dalam pekerjaannya ia tidak hanya mengajar seseorang agar tahu beberapa hal, tetapi guru juga melatih beberapa keterampilan

  dan terutama sikap mental peserta didik. 5

  Kedua istilah tersebut (pendidik dan guru) mempunyai kesesuaian, artinya perbedaannya adalah istilah guru yang sering kali dipakai di lingkungan pendidikan formal, sedangkan pendidik dipakai di lingkungan pendidikan formal, non formal maupun informal. Untuk mengetahui pengertian guru, dari beberapa para ahli pendidikan, di antaranya:

  a. Menurut A. Muri Yusuf berpendapat, guru adalah individu yang mampu

  melaksanakan tindakan mendidik dalam situasi pndidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Individu yang mampu tersebut adalah orang dewasa yang bertanggung jawab, orang yang sehat jasmani dan rohani dan individu yang mampu berdiri sendiri serta mampu menerima resiko dari segala

  perbuatannya. 6

  b. Menurut Basyiruddin Usman guru adalah seseorang yang bertindak sebagai

  pengelola kegiatan belajar mengajar, fasilitas belajar mengajar dan peranan lainnya memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang

  efektif. 7

  5 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar (Jakarta: Raja Grafindo, 1990), h. 135.

  6 A. Muri Yusuf, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986

  ), h. 53.

  7 Basyiruddin Usman, Strategi Belajar Mengajar dan Media Pendidikan (Jakarta: Quatum Press, 2002), h. 2.

  c. Menurut Ngalim Purwanto dalam bukunya Ilmu Pendidikan Teoritis dan

  Praktis mengemukakan bahwa guru adalah semua orang yang telah memberikan suatu ilmu tertentu atau kepandaian kepada seseorang atau sekelompok orang. 8

  Dari berbagai pendapat para ahli di atas, dapat dipahami bahwa guru atau pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab, sehat jasmani dan rohani sehingga anak mampu hidup mandiri dan bertanggung jawab. Pemberian pertolongan bukan berarti bahwa peserta didik makhluk yang lemah tanpa memiliki potensi, hanya saja potensi tersebut belum mencapai tingkat optimal. Karena itulah perlunya bimbingan dari guru.

  Setelah dijelaskan pengertian guru secara umum, maka selanjutnya akan mengemukakan pengertian guru Pendidikan Agama Islam (PAI). Secara umum pengertian guru Pendidikan Agama Islam dapat diartikan guru yang mengajar

  mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. 9

  Menurut Ahmad D. Marimba bahwa pendidik Islam atau guru Pendidikan Agama Islam adalah orang yang bertanggung jawab mengarahkan dan

  membimbing anak didik berdasarkan hukum-hukum agama Islam. 10

  Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa guru Pendidikan Agama Islam adalah orang yang mengajarkan bidang studi Pendidikan Agama Islam.

  8 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1994), h. 126.

  9 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1998 ), h. 228.

  10 Ahmad D. Marimba, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1998), h. 98.

  Guru Agama Islam juga dijadikan sebagai orang dewasa yang memiliki kemampuan Agama Islam secara baik dan diberi wewenang untuk mengajarkan bidang studi Pendidikan Agama Islam untuk dapat mengarahkan, membimbing dan mendidik peserta didik berdasarkan hukum-hukum Islam untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat.

  1. Syarat-syarat Guru Pendidikan Agama Islam

  Soejono sebagaimana yang dikutip oleh Ahmad Tafsir mengatakan, bahwa syarat-syarat guru adalah:

  a. Tentang umur, harus sudah dewasa

  b. Tentang kesehatan, harus sehat jasmani dan rohani

  c. Tentang kemampuan mengajar, ia harus ahli

  d. 11 Harus berkesusilaan dan berdedikasi tinggi. Dari pendapat pakar di atas dapat dipahami bahwa syarat untuk menjadi

  guru harus sudah dewasa usianya, sehat jasmani artinya seorang guru tidak boleh mempunyai penyakit, misalnya penyakit menular, seorang guru juga memiliki kemampuan mengajar serta harus berkesusilaan dan mempunyai dedikasi tinggi. Oleh karena itu seorang guru harus bisa memenuhi syarat tersebutdi atas.

  Menurut Nur Uhbiyati bahwa syarat-syarat untuk menjadi guru agama

  adalah:

  a. Dia harus orang yang beragama.

  b. Mampu bertanggung jawab atas kesejahteraan agama.

  11 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), h. 80.

  c. Dia tidak kalah dengan guru sekolah umum lainnya dalam membentuk

  warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab atas kesejahteraan bangsa dan tanah air.

  d. Dia harus memiliki perasaan panggilan murni. 12

  Jadi, syarat yang paling utama yang harus dimiliki oleh guru Agama Islam adalah harus beragama Islam dan mengamalkan ajaran agama Islam dengan baik. Maksudnya, mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Allah swt dan meninggalkan segala larangan-Nya serta mengetahui hukum-hukum yang ada dalam Islam. Selain harus beragama Islam, guru Agama Islam mesti bertanggung jawab terhadap dirinya, keluarganya dan juga peserta didiknya disekolah serta bertanggung jawab terhadap kesejahteraan Agama Islam, dalam arti kata guru Agama Islam mesti mengajar sambil berdakwah supaya orang yang diajarkannya memiliki kesadaran dalam menjalankan kewajibannya sebagai hamba Allah swt dan membentuk anak didiknya menjadi warga Negara yang demokratis. Selain itu, seorang guru Agama Islam harus memiliki perasaan panggilan murni didalam hatinya untuk menyebarkan dan mengajarkan Agama Islam.

  Menurut Ramayulis ada enam syarat yang harus dipenuhi oleh seorang guru agama, antara lain sebagai berikut:

  1. Syarat Fisik

  Seorang guru harus berbadan sehat, tidak memiliki cacat gejala-gejala penyakit yang menular. Dalam persyaratn fisik ini juga menyangkut kerapian, kebersihan dan keindahan.

  12 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 1998), h. 74.

  2. Syarat Psikis

  Seorang guru harus sehat rohaninya, tidak mengalami gangguan jiwa, stabil emosinya, sabar, ramah, mempunyai jiwa pengabdian, bertanggung jawab dan memiliki sifat-sifat positif lainnya.

  3. Syarat Keagamaan

  Seorang guru harus seorang yang beragama dan mengamalkan agamanya. Di samping itu ia menjadi sumber norma dari segala norma agama yang ada.

  4. Syarat Teknis

  Seorang guru harus memiliki ijazah pendidikan guru, seperti ijazah Fakultas Ilmu Pendidikan, Fakultas Tarbiyah atau ijazah keguruan lainnya. Ijazah tersebut harus disesuaikan dengan tingkatan lembaga pendidikan tempat ia mengajar.

  5. Syarat Paedagogis

  Seorang guru harus menguasai metode mengajar, menguasai materi yang akan diajarkan dan ilmu-ilmu lain yang ada hubungannya dengan ilmu yang ia ajarakan. Ia juga harus mengetahui psikologi, terutama psikologi anak dan psikologi pendidikana gar ia dapat menempatkan diri dalam kehidupan anak dan memberikan bimbingan sesuai dengan perkembangan anak.

  6. Syarat Administratif Seorang guru harus diangkat oleh pemerintah yayasan atau lembaga lain yang berwenang mengangkat guru, sehingga ia diberi tugas untuk mendidik dan

  mengajar. 13

  Dari pendapat di atas, dapat dipahami bahwa selain harus sehat jasmani dan rohani, guru juga harus memiliki ijazah keguruan dan harus menguasai materi yang akan diajarkan dan harus mengetahui psikologi, terutama psikologi anak dan psikologi pendidikan supaya bisa memberikan pelajaran dan bimbingan sesuai dengan perkembangan peserta didik.

  Jadi, untuk menjadi seorang guru agama Islam itu tidaklah mudah, beberapa syarat yang harus dipenuhi supaya proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Apabila seorang guru Agama Islam tidak memenuhi persyaratan tersebut maka tujuan yang ditetapkan tidak akan tercapai dengan baik.

2. Peranan Guru Pendidikan Agama Islam

  Guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, peranan guru tidak bisa digantikan oleh siapapun, karena guru merupakan salah satu faktor yang paling menetukan dalam proses pembelajaran.

  13 Ramayulis, Pengantar Ilmu Pendidikan (Padang: The Minangkabau Foundation press, 2004), h. 41.

  Tugas guru yang paling utama adalah mengajar dan mendidik. Sebagai pengajar guru merupakan perantara aktif (medium) antara peserta didik dengan

  ilmu pengetahuan. 14

  Sasaran tugas guru sebagai pendidik tidak hanya terbatas pada pencerdasan otak (intelegensi) saja, melainkan juga berusaha membentuk seluruh pribadi peserta didik menjadi manusia dewasa yang berkemampuan untuk menguasai ilmu pengetahuan dan pengembangannya untuk kesejahteraan hidup umat manusia. Kemampuan tersebut berkembang menurut sistem nilai-nilai yang dijiwai oleh norma-norma agama serta perikemanusiaan. 15

  Menurut Syaiful Bahri Djamarah ada empat fungsi guru sebagai pengajar yang berhubungan dengan cara pemeliharaan dan peningkatan motivasi belajar peseta didik, yaitu:

  1) Menggairahkan peserta didik

  Dalam kegiatan pembelajaran guru harus berusaha menghindari hal-hal yang monoton dan membosankan. Guru harus memelihara minat peserta didik dalam belajar yaitu dengan memberikan kebebasan tertentu bagi peserta didik menurut cara dan kemampuannya sendiri. Untuk dapat meningkatkan kegairahan peserta didik, guru harus mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai keadaan awal setiap peserta didiknya.

  2) Memberikan harapan realistis

  14 Muhaimin, Strategi Belajar Mengajar (Penerapan dalam Pendidikan Agama) (Surabaya: Citra media, 1996), h. 54.

  15 Arifin Muzayyin, Kapita Selekta Pendidikan Islam ( Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h.

  Guru perlu memiliki pengetahuan yang cukup mengenai keberhasilan atau kegagalan akademis setiap peserta didik di masa lalu. Dengan demikian guru dapat membedakan antara harapan-harapan yang realistis, pesimis atau terlalu optimis. Apabila peserta didik telah banyak mengalami kegagalan, maka guru harus memberikan sebanyak mungkin keberhasilan peserta didik harapan yang diberikan tentu saja terjangkau dan dengan pertimbangan yang matang. Harapan yang tidak realistis adalah kebohongan dan itu yang tidak disenangi peserta didik.

  3) Memberikan insentif

  Apabila peserta didik mengalami keberhasilan, guru diharapkan memberikan hadiah bisa berupa pujian, angka yang baik dan sebagainya atas keberhasilannya, sehingga peserta didik terdorong untuk melakukan usaha lebih lanjut untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.

  4) Mengarahkan perilaku peserta didik

  Mengarahkan perilaku peserta didik adalah tugas guru. Di sini kepada guru dituntut untuk memberikan respon terhadap peserta didik yang tidak terlibat langsung dalam kegiatan belajar di kelas. Peserta didik yang diam yang membuat keributan dam sebagainya harus diberikan teguran secara bijaksana. Cara mengarahkan perilaku peserta didik dapat berupa penugasan, bergerak mendekati, memberi hukuman yang mendidik, menegur dengan sikap lemah lembut dan

  dengan perkataan yang ramah dan baik. 16

  Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif ( Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h.135.

3. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam

  Allah Swt berfirman dalam Q.S. Luqman 31:13 sebagai berikut : Terjemahnya:

  Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepada mereka: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman

  yang besar. 17

  Kemuliaan dan ketinggian derajat guru yang diberikan oleh Allah Swt disebabkan mereka mengajarkan ilmu kepada orang lain. Secara umum dapat dikatakan bahwa tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh guru Pendidikan Agama Islam adalah memberikan pelajaran kepada peserta didiknya untuk tidak mempersekutukkan Allah. Tugas tersebut identik dengan dakwah Islamiyah yang juga bertujuan mengajak peserta didik untuk beriman kepada Allah agar mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhiratnya.

  Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, guru Pendidikan Agama Islam berkewajiban membantu perkembangan anak menuju dewasa yang sesuai tujuan yang agamis yaitu membentuk agar manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt.

  Dengan demikian bahwa tugas dan tanggung jawab guru, terutama guru agama Islam adalah menyampaikan ajaran Allah dan Sunnah rasul sesuai dengan sabda Rasulullah yang berbunyi:

  17 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: Toha Putra, 1996), h. 654.

  ﻰﻨﻋ اﻮﻐﻠﺑ لﺎﻗ ﻢﻠﺳو ﮫﯿﻠﻋ ﷲ ﻰﻠﺻ - ﻰﺒﻨﻟا نأ وﺮﻤﻋ ﻦﺑ ﷲ ﺪﺒﻋ ﻦﻋ ﺔﺸﺒﻛ ﻰﺑأ ﻦﻋ ﺎﻨﺛ ﺪ ﺣ

  (ىرﺎﺨﺒﻟا هاور) ،ﮫﯾا ﻮﻟو

  Terjemahnya:

  ”Diriwayatkan oleh Abi Kabsah, dari Abdullah bin Umar bahwasanya Nabi bersabda: Sampaikanlah dari ajaranku walaupun satu ayat”.(HR. Bukhari). 18

  Berdasarkan hadis di atas dapat dipahami bahwa tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh orang yang mengetahui termasuk pendidik atau guru adalah menyampaikan apa yang diketahuinya (ilmu) kepada orang yang tidak mengetahui. Apabila dilihat dari rincian tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh guru terutama guru agama Islam, M. Athiyah Al-Abrasyi yang mengutip pendapat Imam Ghazali mengemukakan bahwa:

  a. Seorang guru harus memiliki rasa kasih sayang terhadap murid-muridnya

  dan memperlakukan mereka seperti terhadap anaknya sendiri.

  b. Tidak mengharapkan balas jasa ataupun ucapan terima kasih, tetapi

  dengan mengajar itu bermaksud mencari keridhaan Allah dan mendekatkan diri kepadanya.

  c. Memberikan nasehat kepada anak murid pada setiap kesempatan.

  d. Mencegah murid dari suatu akhlak yang tidak baik.

  e. Memperhatikan tingkat akal pikiran dan berbicara dengan mereka

  menurut kadar akalnya.

  f. Jangan menimbulkan rasa benci pada diri murid mengenai suatu cabang ilmu yang lain.

  18 Muhammad bin Ismail bin Ibrahim (Al-Bukhari), Shahih Al-Bukhari (Beirut: Darul Al-Fikr, 1981), Juz 12, h. 174.

  g. Memberikan pelajaran yang jelas dan pantas sesuai dengan kemampuan

  yang dimiliki oleh anak.

  h. Seorang guru harus mengamalkan ilmu-ilmu yang dimilikinya dan jangan

  berlainan antara perkataan dan perbuatan. 19

  Tugas dan tanggung jawab guru sebagaimana yang dikemukakan di atas menunjukkan tugas dan tanggung jawab yang mesti dilaksanakan ketika seorang guru melaksanakan proses pembelajaran. Dengan kata lain, ketika berlangsungnya interaksi belajar mengajar terdapat tugas tersendiri yang mesti dilaksanakan oleh guru di luar materi pelajaran, sebagaimana tugas dan tanggung jawab di atas. Menurut Henry Noer Ali tugas guru Pendidikan Agama Islam adalah:

  a. Tugas pensucian, guru hendaknya mengembangkan dan membersihkan

  jiwa peserta didik agar dapat mendekatan diri kepada Allah, menjauhkan dari keburukan dan menjaga agar tetap berada pada fitrahnya.

  b. Tugas pengajaran, guru hendaknya menyampaikan berbagai

  pengetahuan dan pengalaman kepada peserta didik untuk diterjemahkan dalam tingkah laku dan kehidupannya. 20

  Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwa guru merupakan orang yang mempunyai peranan penting dalam membina kepribadiaan siswa. Guru tidak sekedar menuangkan ilmu ke dalam otak anak didik. Sementara jiwa dan wataknya tidak dibina. Memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik adalah

  19 M. Athiyah Al-Abrasy, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam,Terj. Bustami A. Gani (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), h. 143-144.

  20 Ibid.,

  suatu perbuatan mudah, tetapi untuk membentuk jiwa dan watak anak didik itulah yang sukar, sebab anak didik yang dihadapi adalah makhluk hidup yang memiliki otak dan potensi yang perlu dipengaruhi dengan sejumlah norma hidup sesuai dengan ideologi, falsafah dan apalagi agama. Menjadi tanggung jawab guru untuk memberikan sejumlah norma itu kepada anak didik agar tahu mana perbuatan yang susila dsan asusila, mana perbuatan moral dan amoral. Semua norma itu tidak mesti guru berikan ketika ada di kelas, di luar kelas pun sebaiknya guru harus mencontohkan melalui sikap, tingkah laku, dan perbuatan. Pendidikan dilakukan tidak semata-mata dengan perkataan, tetapi dengan sikap, tingkah laku dan perbuatan.

  Secara umum tanggung jawab guru Agama meliputi tiga hal:

  a. Tanggung jawab dalam upaya pengembangan kurikulum

  b. Tanggung jawab mengembangkan profesi

  c. Tanggung jawab dalam membina hubungan dengan masyarakat. 21 Tanggung jawab dalam upaya pengembangan kurikulum mengandung arti

  guru selalu dituntut untuk mencari gagasan baru atau ide-ide baru, menyempurnakan

  dalam bidang

  pengajaran.Tanggung jawab dalam pengembangan profesi pada dasarnya adalah panggilan untuk mencintai, menghargai, menjaga dan meningkatkan tugas dan tanggung jawab profesinya dan tugas dan tanggung jawabnya tidak bisa dilakukan

  21 Piet A. Suhertian dan Alaida Suhertian, Supervisi Pendidikan dalam Rangka Inservice Education (Cet. I; Jakarta: Rineka Cipta, 1990), h. 38.

  oleh orang lain. Sebagian tugas dan tanggung jawab profesi guru harus dapat membina hubungan baik dengan masyarakat dalam meningkatkan pendidikan.

  Tugas guru Pendidikan Agama Islam itu mencakup tiga hal, selain mengajar dan mendidik ia juga bertugas sebagai pemimpin yang akan memimpin dirinya dan orang lain. Hal ini senada dengan pendapat Paul Suparno, ia mengatakan bahwa:

  Tugas guru Pendidikan Agama Islam itu adalah mendidik dan mengajar. Mendidik artinya mendorong dan membimbing peserta didik agar maju menuju kedewasaan secara utuh yang mencakup kedewasaan intelektual, emosional, sosial, fisik, spiritual, dan moral. Sedangkan mengajar adalah membantu dan melatih peserta didik agar mau belajar untuk mengetahui sesuatu dan mengembangkan pengetahuan. 22

  Dengan demikian, Tugas guru agama Islam itu mencakup tiga hal, selain mengajar dan mendidik ia juga bertugas sebagai pemimpin yang akan memimpin dirinya dan orang lain. Samsul Nizar juga mengungkapkan bahwa mendidik merupakan rangkaian mengajar, memberi dorongan, memuji, menghukum,

  memberi contoh, membiasakan. 23

  Jadi, tugas pendidik bukan hanya sekedar mengajar, di samping itu juga bertugas sebagai motivator dan fasilitator dalam proses pembelajaran, sehingga seluruh potensi peserta didik dapat teraktualisasi secara baik dan dinamis.

  22 Paul Suparno, Guru Demokrasi di Era Reformasi (Jakarta: Grasindo, 2004), h. 26.

  23 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 7.

  Dari uraian di atas penulis dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa tugas guru Pendidikan Agama Islam adalah membimbing dan mengenal kebutuhan atau kesanggupan peserta didik. Tugas seorang guru juga harus dapat menciptakan situasi yang kondusif bagi berlangsungnya proses pendidikan, menambah dan mengembangkan ilmu yang dimiliki guna ditransformasikan kepada peserta didik, dan membentuk peserta didik menjadi manusia yang berakhlak mulia.

B. Hakikat Belajar dan Makna Hasil Belajar

  1. Pengertian Belajar Pengertian belajar banyak dikemukakan oleh para ahli psikologi pendidikan. Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.

  Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami hal belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan.

  Pasaribu mengatakan bahwa : Belajar adalah suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan perubahan tersebut tidak dapat disebut belajar apabila disebabkan oleh pertumbuhan atau keadaan sementara seseorang seperti kelalaian atau di sebabkan obat-obatan”. 24

  Slameto mengatakan bahwa : Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dan berinteraksi dengan

  lingkungannya. 25

  Pasaribu mengatakan bahwa : Belajar (dari segi ilmu mendidik) berarti perbaikan, perbaikan tingkah laku (memperoleh tingkah laku baru) dan kecakapan. Dengan belajar terdapat perubahan-perubahan (perbaikan) fungsi kejiwaan. Hal mana menjadi syarat bagi perbaikan tingkah laku dan berarti pula

  menghilangkan tingkah laku dan kecakapan yang mempersempit belajar. 26

  Ketiga pengertian di atas menunjukkan suatu pengertian belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku peserta didik sebagai hasil dan interaksi dengan lingkungannya. Jadi belajar dalam makna ini yaitu perubahan tingkah laku peserta didik ke arah yang lebih baik.

  Selain itu pengertian belajar didefinisikan oleh 3 tokoh pendidikan di luar negeri, antara lain dapat diuraikan sebagai berikut:

  1. Cronbach memberikan definisi: Belajar merupakan perubahan perilaku

  atau tingkah laku seseorang yang ditampilkan sesuai dengan pengalaman.

  24 Pasaribu, Proses Belajar Mengajar (Bandung: Tarsito, 1983), h. 59.

  25 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta : Bina aksara, 1994), h. 53.

  26 Pasaribu, Op.cit., h. 62.

  2. Harold Spears memberikan batasan: Belajar adalah untuk mengamati,

  untuk baca, untuk meniru, untuk mencoba sesuatu, untuk mendengarkan, untuk mengikuti arah.

  3. Geoch, mengatakan: Belajar adalah sebagai sebuah hasil dari praktek

  perubahan kinerja seseorang. Dari ketiga definisi di atas, maka dapat diterangkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik, kalau si subjek

  belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. 27

  Di samping definisi-definisi tersebut, ada beberapa pengertian lain dan cukup banyak, baik yang dilihat secara mikro maupun makro, dilihat dalam arti luas ataupun terbataskhusus. Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Relevan dengan ini, ada pengertian bahwa belajar adalah “penambahan pengetahuan”. Definisi atau konsep ini dalam praktiknya banyak dipakai di sekolah-sekolah. Para guru berusaha memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan siswa giat untuk mengumpulkanmenerimanya. Dalam kasus demikian, guru hanya berperan sebagai “pengajar”. Sebagai konsekuensi

  27 Sardiman A. M, Interaksi Motivasi Belajar Mengajar Cet. 22 (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h.20.

  dari pengertian terbatas ini, kemudian muncul banyak pendapat yang mengatakan bahwa belajar itu menghafal. Hal ini terbukti, misalnya kalau siswa (subjek belajar) itu akan ujian, merekaakan menghafal terlebih dahulu. Sudah barang tentu

  pengertian seperti ini, secara esensial belum memadai. 28

  Selanjutnya ada, yang mendefinisikan: “belajar adalah berubah”. Dalam hal ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Jelasnya menyangkut segala aspek organisme dan tingkah laku pribadi seseorang. Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta,

  rasa dan karsa, rana kognitif, afektif, dan psikomotorik. 29

  Jadi, pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut: Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

  Untuk melengkapi pengertian mengenai makna belajar, perlu kiranya dikemukakan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan belajar. Dalam hal ini ada beberapa prinsip yang penting untuk diketahui, antara lain:

  28 Sardiman, Interaksi Motivasi Belajar Mengajar ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), h. 2.

  a. Belajar pada hakikatnya menyangkut potensi manusiawi dan kelakuannya.

  b. Belajar memerlukan proses dan penahapan serta kematangan diri para siswa.

  c. Belajar akan lebih mantap dan efektif, bila didorong dengan motivasi, terutama motivasi dari dalamdasar kebutuhankesadaran atau intrinsic motivation, lain halnya belajar dengan rasa takut atau dibarengi dengan rasa tertekan dan menderita

  d. Dalam banyak hal, belajar merupakan proses percobaan (dengan kemungkinan berbuat keliru) dan conditioning atau pembiasaan.

  e. Kemampuan belajar seseorang siswa harus diperhitungkan dalam rangka menentukkan isi pelajaran.

  f. Belajar dapat melakukan tiga cara yaitu:

  1) Diajar secara langsung;

  2) Kontrol, kontak, penghayatan, pengalaman langsung (seperti anak

  belajar bicara, sopan santun, dan lain-lain;

  3) Pengenalan danatau peniruan.

  g. Belajar melalui praktik atau mengalami secara langsung akan lebih efektif mampu membina sikap, keterampilan, cara berpikir kritis dan lain-lain, bila dibandingkan dengan belajar hafalan saja.

  h. Perkembangan pengalaman anak didik akan banyak mempengaruhi kemampuan belajar yang bersangkutan.

  i. Bahan pelajaran yang bermaknaberarti, lebih mudah dan menarik untuk

  dipelajari, daripada bahan yang kurang bermakna. j. Informasi tentang kelakuan baik, pengetahuan, kesalahan serta

  keberhasilan siswa, banyak membantu kelancaran dan gairah belajar. k. Belajar sedapat mungkin diubah ke dalam bentuk aneka ragam tugas,

  sehingga anak-anak melakukan dialog dalam dirinya atau mengalaminya sendiri. 30

  Tahapan dalam belajar tergantung pada fase-fase belajar, salah satu tahapannya adalah yang dikemukakan oleh Witting yaitu:

  a) Tahap acquissition, yaitu tahapan perolehan informasi;

  b) Tahap storage, yaitu tahapan penyimpanan informasi;

  c) Tahap retrieval, yaitu tahapan pendekatan kembali informasi. 31

  Menurut Ausubel belajar dapat diklasifikasikan kedalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan pada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang sudah ada. Adapun struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep- konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh

  siswa. 32

  30 Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar (Jakarta: Bumi Askara,1997), h. 54.

  31 Asep Jihad, Abdul Haris. Eualuasi Pembelajaran (Yogyakarta: Multi Presindo, 2012),

  h. 2.

  32 Ibid, h. 2.

  Sudjana berpendapat, belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek yang ada pada individu yang belajar. Sedangkan menurut John Dewey, belajar merupakan bagian interaksi manusia dengan lingkungannya. Bagi John Dewey, pelajar harus dibimbing kearah pemanfaatan kekuatan untuk melakukan berpikir reflektif. Belajar mempunyai bentuk dan jenis yang sangat beragam, mengambil ruang di berbagai tempat baik dalam format pendidikan formal, informal maupun non formal dengan komleksitas yang berbeda mulai dari

  yang sederhana sampai yang canggih. 33

  Hamalik, menyajikan dua definisi yang umum tentang belajar, yaitu:

  a. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

  pengalaman

  b. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui

  interaksi dengan lingkungan. 34 Menurut Herman Hudojo, belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang.

  Pengetahuan keterampilan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar. Karena itu seseorang dikatakan belajar, bila dapat diasumsikan dalam diri orang itu menjadi suatu proses kegiatang yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku.

  33 Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1996) , h. 4. 34 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 2.

  2. Pengertian Hasil Belajar

  Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melakukan kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan intruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional. 35

  Menurut Benjamin S. Bloom tiga ranah (domain) hasil belajar, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Menurut A.J. Romizowski hasil belajar merupakan keluaran (outputs) dari suatu sistem pemprosesan masukan (input). Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja(performance).