BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Minat - PENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI ORGAN PERNAPASAN MANUSIA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI KELAS V SD NEGERI 1 BANJARMANGU BANJARNEGARA - repository perpustakaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Minat Slameto (2003:180) mengemukakan minat adalah suatu rasa lebih

  suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.

  Menurut Reber (Syah, 2005: 136) minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya seperti: pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi dan kebutuhan.

  Menurut Syah (2005: 136) terlepas dari masalah popular atau tidak dalam psikologi, minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu. Umpamanya, seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap IPA akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa lainnya. Kemudian, karena pemusatan perhatian yang inteensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan. Guru dalam kaitan ini seyogyanya berusaha membangkitkan minat siswa untuk menguasai pengetahuan yang terkandung dalam bidang studinya dengan cara yang kurang lebih sama dengan kiat membangun sikap positif.

  Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa minat besar pengaruhnya terhadap belajar kegiatan, bahkan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Untuk menambah minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah siswa diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.

  Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa minat merupakan faktor pendorong dari dalam diri anak sehingga timbul rasa suka dan ketertarikannya pada suatu hal atau kegiatan tanpa adanya paksaan. Minat juga besar pengaruhnya pada prestasi belajar.

2. Belajar dan Pembelajaran

  Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikrkan dan dikerjakan.

  Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia. (Ani, 2007 : 2).

  Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Oleh karenanya, pemahaman yang benar mengenau arti belajar dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik khususnya para guru. Kekeliruan atau ketidaklengkapan persepsi mereka terhadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya mungkin akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil pembelajaran yang dicapai peserta didik. (Syah, 2005: 89).

  Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003: 2). Menurur Pidarta (1997: 197) bahwa belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat, atau kecelakaan) dan bisa melaksanakan pada pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikannya kepada orang lain.

  Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Belajar itu akan lebih baik kalau si subyek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan. Dengan demikian terjadinya kegiatan belajar yang dilakukan oleh seorang idnividu dapat dijelaskan dengan rumus antara individu dan lingkungan.

  Sedangkan pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Dari pengertian ini, dapat dipahami bahwa stratgi pembelajaran adalah rencana yang cermat untuk membantu proses belajar mengajar (pembelajaran) dalam mencapai tujuan yang diinginkan/ ditetapkan. Atau, bisa diartikan sebagai pola umum kegiatan guru dan siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar (pembelajaran) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Barizi, 2009: 87).

  Pembelajaran merupakan proses komunikatif-interaktif antara sumber belajar, guru, dan siswa yaitu saling bertukar informasi. Istilah keterampilan dalam Pembelajaran diambil dari kata terampil (skillful) yang mengandung arti kecakapan melaksanakan dan menyelesaikan tugas dengan cekat, cepat dan tepat. Kata cekat mengandung makna tanggap terhadap permasalahan yang dihadapi dari sudut pandang karakter, bentuk, sistem dan perilaku obyek yang diwaspadai. Di dalamnya terdapat unsur kreatifitas, keuletan mengubah kegagalan menjadi keberhasilan (adversity) serta kecakapan menanggulangi permasalahan dengan tuntas. Istilah cepat merujuk kepada kecakapan mengantisipasi perubahan, mengurangi kesenjangan kekurangan (gap) terhadap masalah, maupun obyek dan memproduksi karya berdasarkan target waktu terhadap keluasan materi, maupun kuantitas sesuai dengan sasaran yang ditentukan. Kata tepat menunjukkan kecakapan bertindak secara presisi untuk menyamakan bentuk, sistem, kualitas maupun kuantitas dan perilaku karakteristik obyek atau karya. (Franciuscus, 2008).

  Dari beberapa pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar. Perubahan yang didapatkan berlaku dalam waktu yang relatif lama dan karena adanya usaha.

3. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar

  Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik - baiknya menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap hal - hal yang dikerjakan atau dilakukan. (Purwadarminto, 1987: 767). Prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut. (Nasution, 1996: 17).

  Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat keberhasilan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.

b. Faktor - faktor yang mempengaruhi prestasi

  Setiap aktifitas yang dilakukan oleh seseorang tentu ada faktor

  • faktor yang mempengaruhinya, baik yang cenderung mendorong maupun yang menghambat. Demikian juga dialami belajar, faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa itu adalah sebagai berikut : 1) Faktor internal.

  Faktor internal ada1ah faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor ini dapat dibagi dalam beberapa bagian, yaitu : a)

  Faktor lntelegensi Intelegensi dalarn arti sernpit adalah kemampuan untuk mencapai prestasi di sekolah yang didalamnya berpikir perasaan. Intelegensi ini memegang peranan yang sangat penting bagi prestasi belajar siswa. Tingginya peranan intelegensi dalam mencapai prestasi belajar maka guru harus memberikan perhatian yang sangat besar terhadap bidang studi yang banyak membutuhkan berpikir rasiologi untuk rnata pelajaran matematika.

  b) Faktor Keadaan Fisik dan Psikis

  Keadaan fisik rnenunjukkan pada tahap pertumbuhan, kesehatan jasmani, keadaan alat - alat indera dan lain sebagainya. Keadaan psikis menunjuk pada keadaan stabilitas / labilitas mental siswa, karena fisik dan psikis yang sehat sangat berpengaruh positif terhadap kegiatan belajar mengajar dan sebaliknya.

  2) Faktor Eksternal

  Faktor eksternal adalah faktor dan luar diri siswa yang mempengaruhi prestasi belajar. Faktor eksternal dapat dibagi rnenjadi beberapa bagian, yaitu:

  a) Faktor Guru

  Guru sebagai tenaga berpendidikan rnemiliki tugas menyelenggarakan kegiatan belajar rnengajar, rnembimbing, melatih, mengolah, meneliti dan mengembangkan serta memberikan pelalaran teknik karena itu setiap guru harus memiliki wewenang dan kemampuan profesiona1, kepribadian dan kemasyarakatan.

  Guru juga menunjukkan fleksibilitas yang tinggi yaitu pendekatan didaktif dan gaya memirnpin kelas yang selalu disesuaikan dengan keadaan, situasi kelas yang diberi pelajaran, sehingga dapat rnenunjang tingkat prestasi siswa semaksimal mungkin.

  b) Faktor Lingkungan Keluarga

  Lingkungan keluarga turut mempengaruhi kemajuan hasil kerja, bahkan mungkin dapat dikatakan menjadi faktor yang sangat penting, karena sebagian besar waktu belajar dilaksanakan di rumah, keluarga kurang mendukung situasi belajar. Seperti kericuhan keluarga, kurang perhatian orang tua, kurang perlengkapan belajar akan mempengaruhi berhasil tidaknya belajar.

  c) Faktor Sumber - Sumber Belajar

  Salah satu faktor yang menunjang keberhasilan dalam proses belajar adalah tersedianya sumber belajar yang memadai. Sumber belajar itu dapat berupa media / alat bantu belajar serta bahan baku penunjang. AIat bantu belajar merupakan semua alat yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam melakukan perbuatan belajar, maka pelajaran akan lebih menarik, menjadi konkret, mudah dipahami, hemat waktu dan tenaga serta hasil yang lebih bermakna. (Ahmadi, 1998: 72).

4. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) a. Pengertian IPA

  IPA merupakan dari pelajaran yang diberikan di sekolah tingkat dasar. IPA berkaitan erat dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis. Mempelajari IPA bukan hanya menguasai sekumpulan materi saja. Namun, IPA juga mempelajari tentang bagaimana cara memecahkan masalah dengan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Anak-anak diajak untuk mengenal dirinya sendiri, lingkungannya, alam semesta, dan teknologi yang akan membawanya ke sebuah pemahaman tentang ilmu pengetahuan. (Mumpuni, 2010: 75).

  IPA adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan. Real Science is both (Kuslan Stone dalam Agus. S.

  product and process, inseparably Joint 2003: 11).

  Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan dididapatkan dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum sehingga akan terus di sempurnakan.

  b. Kedudukan ilmu pengetahuan alam (IPA)

  Ilmu berkembang dengan pesat, yang pada dasarnya ilmu berkembang dari dua cabang utama yaitu filsafat alam yang kemudian menjadi rumpun ilmu-ilmu alam (the natural sciences) dan filsafat moral yang kemudian berkembang ke dalam ilmu-ilmu sosial (the

  social sciences). Ilmu-ilmu alam membagi menjadi dua kelompok

  yaitu ilmu alam (the physical sciences) dan ilmu hayat (the biological

  

sciences) . Ilmu alam ialah ilmu yang mempelajari zat yang membentuk

  alam semesta sedangkan ilmu hayat mempelajari makhluk hidup di dalamnya. Ilmu alam kemudian bercabang lagi menjadi fisika (mempelajari massa dan energi), kimia (mempelajari substansi zat), astronomi (mempelajari benda-benda langit dan ilmu bumi (the earth

  sciences) yang mempelajari bumi kita. (Jujun. S. 2003).

  c. Hakekat IPA dan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

  Belajar IPA bertujuan untuk menumbuhkembangkan cara berfikir, dan bersikap ilmiah. Kata kunci keberhasilan seseorang yang belajar IPA adalah orang yang ingin tahu, ingin menguasai teknologi. Oleh krena itu, pembelajaran IPA haruslah mnarik dan banyak melakukan percobaan-percobaan sehngga dapat menemukan sesuatu berdasarkan fakta, sehingga siswa mengetahui sesuatu bukan karena teori, melainkan hasil percobaan yang melalui proses dan prosedur yang benar. Melalui penerapan konsep IPA, siswa diharapkan dapat arif dan bijaksana untuk menghasilkan produk ilmiah dalan rangka memenuhi kebutuhan hidup. Inilah yang menjadi dasar mengapa mempelajari IPA. Berkaitan dengan kemajuan teknologi belakangan ini ini tidak dapat lepas dari peran serta IPA sebagai disiplin ilmu. Dengan belajar IPA, siswa akan memiliki dasar dan prinsip pemahaman IPA yang akhirnya dapat diterapkan atau diaplikasikan di mn seseorang tinggal. (Mumpuni, 2010: 75).

  Dari uraian di atas Sains adalah ilmu pengetahuan yang mempunyai objek, menggunakan metode Ilmiah sehingga perlu diajarkan di Sekolah Dasar. Setiap guru harus paham akan alasan mengapa sains perlu diajarkan di sekolah dasar. Ada berbagai alasan yang menyebabkan satu mata pelajaran itu dimasuk ke dalam kurikulum suatu sekolah. Samatowa (2006) mengemukakan empat alasan sains dimasukkan dikurikulum Sekolah Dasar yaitu: 1)

  Bahwa sains berfaedah Bagi suatu bangsa, kiranya tidak perlu dipersoalkan panjang lebar. Kesejahteraan materil suatu bangsa banyak sekali tergantung pada kemampuan bangsa itu dalam bidang sains, sebab sains merupakan dasar teknologi, sering disebut-sebut sebagai tulang punggung pembangunan. Pengetahuan dasar untuk teknologi ialah sains. Orang tidak menjadi Insinyur elektronika yang baik, atau dokter yang baik, tanpa dasar yang cukup luas mengenai berbagai gejala alam.

  2) Bila diajarkan sains menurut cara yang tepat, maka sains merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir kritis; misalnya sains diajarkan dengan mengikuti metode "menemukan sendiri". Dengan ini anak dihadapkan pada suatu masalah; umpamanya dapat dikemukakan suatu masalah demikian". Dapatkah tumbuhan hidup tanpa daun?" Anak diminta untuk mencari dan menyelidiki hal ini.

  3) Bila sains diajarkan melalui percobaan -percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak. maka sains tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka.

  4) Mata pelajaran ini mempunyai: nilai – nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk keprbadian anak secara keseluruhan.

  Samatowa (2006) mengemukakan bahwa Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD / MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru.

5. Organ Pernapasan Manusia

  Bernapas adalah kegiatan menghirup udara dan mengeluarkan udara. Manusia bernapas menggunakan hidung atau mulut. Saat bernapas, kita menghirup oksigen atau zat asam (O2) dan mengeluarkan karbon dioksida atau zat asam arang (CO2). Organ pernapasan manusia terdiri dari rongga hidung, pangkal tenggorok, tenggorokan (trakea), dan paru- paru.

  a.

  Rongga hidung Di dalam rongga hidung, udara mengalami penyaringan sehingga debu atau kotoran tidak dapat masuk, yang dilakukan oleh rambut hidung dan selaput lendir. Udara yang masuk ke dalam hidung mengalami penyesuaian suhu dan kelembaban.

  b.

  Pangkal tenggorok Udara yang masuk kemudian melewati pangkal tenggorokan yang tersusun oleh katup dan tulang rawan.

  c.

  Trakea Tenggorokan atau trakea berfungsi sebagai tempat lewatnya udara pernapasan. Trakea bercabang dua, yaitu menuju paru-paru kanan dan paru-paru kiri.

  d.

  Paru-paru Di dalam paru-paru bronkus bercabang-cabang lagi dan disebut alveolus, yaitu merupakan tempat pertukaran gas karbon dioksida dan uap air dengan oksigen.

  Gangguan yang dapat terjadi pada organ pernapasan manusia adalah: a.

  Influenza Influenza adalah flu disebabkan oleh virus. Gejala-gejala terserang flu, antara lain demam, batuk-batuk, sakit kepala, dan rasa sakit pada persendian.

  b.

  Bronkitis Bronkitis merupakan peradangan pada bronkus maupun bronkiolus.

  Jika permukaan bronkus maupun bronkiolus tertutup oleh selaput lendir , maka akan terjadi penyempitan saluran pernapasan.

  c.

  Tuberculosis (TBC) Tuberculosis (TBC) disebabkan oleh kuman tuberkulosa. Dinding alveolus pada penderita tumbuh bintil-bintil kecil yang menghambat pertukaran oksigen dan karbon dioksida ( Joko Mumpuni, 2010: 76).

6. Pembelajaran Kooperatif

  Nurhadi dan Senduk (Wina, 2009: 189) Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar menciptakan interaksi yang silih

  

asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar,

  tetapi juga sesama siswa. Menurut Lie (Wina, 2009:189) pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur, dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator.

  Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen (Slavin, 1985). Model pembelajaran kooperatif yaitu proes pembelajaran yang berbasis kerjasama. Kerjasama yang dimaksud adalah kerjasama antar siswa dan antar komponen-komponen lain di sekolah, termasuk kerjasama sekolah dengan orangtua siswa dan lembaga terkait.

  Kerjasama antar siswa jelas terlihat pada saat kelas sudah memilih satu masalah untuk bahan kajian bersama. Dengan komponen-komponen sekolah juga sering kali harus dilakukan kerjasama, misalnya pada saat para siswa hendak mengumpulkan data dan informasi lapangan sepulang sekolah. Orangtua perlu juga diberi pemahaman, manakala anaknya pulang agak terlambat dari sekolah karena melakukan kunjungan lapangan terlebih dahulu (Sugandi, 2007: 138).

  Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuanya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

7. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

  Herdian (2009) Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif. Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri lima komponen utama, yaitu penyajian kelas, belajar kelompok, kuis, skor pengembangan dan penghargaan kelompok. Selain itu STAD juga terdiri dari siklus kegiatan pengajaran yang teratur.

  Dzaki (2009) Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana.

  Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku.

  Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu.

  Menurut Slavin (1995) STAD terdiri atas lima komponen utama persentasi kelas, tim, kuis, skor, kemajuan individual, rekognisi tim.

  a.

  Persentasi kelas Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam persentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan persentasi audiovisual. Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit STAD. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka.

  b.

  Tim Terdiri dari dari empat atau semua atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalh untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisamengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya. Yang sering terjadi, pembelajaran itu melibatkan pembahasan permasalahan bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan.

  Tim adalah fitur yang paling penting dalam STAD. Pada tiap poinnya, yang telah ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya. Tim ini memberikan dukungan kelompok bagi kinerjanakademik penting dalam pembelajran dan itu adalah untuk memberikan perhatian dan respek yang mutual untuk akibat yang dihasilkan sepeti hubungan antarkelompok, rasa harga diri, penerimaan terhadap siswa-siswa mainstream.

  c.

  Kuis Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga, tiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya.

  d.

  Skor Kemajaun Individual Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan konstribusi poin yang maksimal kepada timnya dalam sistem skor ini, tetapi tidak ada siswa yang dapat melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik. Tiap siswa diberikan skor awal, yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka.

  e.

  Rekognisi Tim Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka.

  Sedangkan pada proses pembelajarannya, belajar kooperatif tipe STAD melalui lima tahapan yang meliputi: tahap penyajian materi, tahap kegiatan kelompok, tahap tes individual, tahap perhitungan skor perkembangan individu, dan tahap pemberian penghargaan kelompok. (Slavin, 1995).

  a.

  Tahap Penyajian Materi Yang mana guru memulai dengan menyampaikan indicator yang harus dicapai hari itu dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari, dalam penelitian ini adalah materi tentang pencemaran lingkungan. Dilanjutkan dengan memberikan persepsi dengan tujuan mengingatkan siswa terhadap materi prasarat yang telah dipelajari, agar siswa dapat menghubungkan materi yang akan disajikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki. Mengenai teknik penyajian materi pelajaran dapat dilakukan secara klasikal ataupun melalui audiovisual. Lamanya persentasi dan berapa kali harus dipersentasikan brgantung pada kekompleksan materi yang akan dibahas. Dalam mengembangkan materi pembelajaran perlu ditekankan hal-hal sebagai berikut: a) mengembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok, b) menekankan bahwa belajar adalah memahami makna, dan bukan hapalan, c) memberikan umpan balik sesering mungkin untuk mengontrol pemahaman siswa, d) memberikan penjalasan mengapa jawaban pertanyaan itu benar atau salah, dan e) beralih kepada materi selanjutnya apabila siswa telah memahami permasalahan yang ada.

  b.

  Tahap Kerja Kelompok Pada tahap ini setiap siswa diberi lembar tugas sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok siswa saling berbagi tugas, saling membantu memberikan penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat memahami materi yang dibahas, dan satu lembar dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok. Pada tahap ini guru berperan sebagai fasilitator dan motivator kegiatan tiap kelompok.

  c.

  Tahap Tes Individu Yaitu untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar telah dicapai, diadakan tes secara individual, mengenai materi yang telah dibahas. Pada penelitian ini tes individual diadakan pada akhir pertemuan kedua dan ketiga, masing-masing dalam 10 menit agar siswa dapat menunjukkan apa yang telah dipelajari secara individu selama bekerja dalam kelompok. Skor perolehan individu ini didata dan diarsipkan, yang akan digunakan pada perhitungan perolehan skor kelompok.

  d.

  Tahap Perhitungan Skor Perkembangan Individu Dihitung berdasarkan skor awal, dalam penelitian ini didasarkan pada nilai evaluasi hasil belajar semester I. Berdasarkan skor awal setiap siswa memilki kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya berdasarkan skor tes yang diperolehnya. Penghitungan perkembangan skor individu dimaksudkan agar siswa terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya. Adapun penghitungan skor perkembangan individu pada penelitian ini diambil dari penskoran perkembangan individu yang dikemukakan Slavin (1995) seperti terlihat pada table berikut:

Tabel 2.1 Penskoran Perkembangan Individu

  Skor perkembangan Skor tes individu a. Lebih dari 10 poin di bawah skor awal

  5

  b. 10 hingga 1 poin di bawah skor awal

  10

  c. Skor awal sampai 10 poin di atasnya

  20

  d. Lebih dari 10 poin di atas skor awal

  30

  e. Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor

  30 awal) Perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan masing-masing perkembangan skor individu dan hasilnya dibagi sesuai jumlah anggota kelompok. Pembagian penghargaan diberikan berdasarkan perolehan skor rata-rata yang dikategorikan menjadi kelompok baik, kelompok hebat dan kelompok super. Adapun kriteria yang digunakan untuk menentukan pemberian penghargaan terhadap kelompok adalah sebagai berikut: (a) kelompok dengan skor rata-rata 15, sebagai kelompok baik, (b) kelompok dengan skor rata-rata 20, sebagai kelompok hebat, dan (c) kelompok dengan skor rata-rata 25 sebagai kelompok super. Prosedur pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pengajaran IPA dapat digambarkan sebagai berikut: guru merencanakan proses pembelajaran yang sesuai dengan silabus pengajaran dengan menyiapkan LKS, meteri pelajaran, kuis, lembar angket observasi aktivitas siswa dan lembar observasi guru. Materi yang akan dibahas dalam pembelajaran IPA adalah organ pernapasan manusia. Pada saat yang sudah ditentukan semua perencanaan dilaksanakan pada kelas V SD Negri 1 Banjarmangu, Banjarnegara..

  Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut (Isjoni, 1995) :

2) Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok.

  3) Tiap kelompok siswa terdiri dari 4-5 orang yang bersifat heterogen, baik dari segi kemampuan, jenis kelamin, budaya dan sebagainya.

  4) Tiap kelompok diberi bahan ajar dan tugas-tugas pembelajaran yang harus dikerjakan.

  5) Tiap kelompok didorong untuk mempelajari bahan ajar dan mengerjakan tugas-tugas pembelajaran melalui diskusi kelompok.

  6) Selama proses pembelajaran secara kelompok guru berperan sebagai fasilitator dan motivator.

  7) Tiap minggu atau dua minggu, guru melaksanakan evaluasi, baik secara individu maupun kelompok untuk mengetahui kemajuan belajar siswa.

  8) Bagi siswa dan kelompok siswa yang memperoleh hasil belajar yang sempurna diberi penghargaan. Demikian pula jika semua kelompok memperoleh hasil belajar yang sempurna maka semua kelompok tersebut wajib diberi penghargaan.

  Kita tahu bahwa semua model pembelajaran ada kelebihan dan kelemahannya begitu pula pada model pembelajaran STAD.

  Kelebihan model pembelajaran STAD: 1)

  Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok.

  2) Siswa aktif membantu dan mendorong semangat untuk sama-sama berhasil.

3) Aktif sebagai tutor supaya lebih meningkatkan keberhasilan kelompok.

  4) Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.

  Beberapa kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD diantaranya: 1)

  Bila ditinjau dari sarana kelas, maka mengatur tempat duduk untuk kerja kelompok sangat menyita waktu, hal ini disebabkan belum tersedianya ruangan-ruangan khusus yang memungkinkan secara langsung dapat digunakan untuk belajar kelompok.

  2) Jumlah siswa yang besar dalam suatu kelas menyebabkan guru kurang maksimal dalam mengamati kegiatan belajar, baik secara kelompok maupun secara perorangan.

  3) Guru dituntut bekerja dalam menyelesaikan tugas-tugas yang berkaitan dengan pembelajaran yang dilakukan, diantaranya mengoreksi pekerjaan siswa, menghitung skor perkembangan maupun menghitung skor rata-rata kelompok. Bila hal ini harus dilakukan pada setiap akhir pertemuan.

  4) Memerlukan waktu dan biaya yang banyak dalam mempersiapkan maupun melaksanakan pembelajaran.

B. Kerangka berpikir

  IPA berupaya membangkitkan minat siswa agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh dengan rahasia yang tak habis-habisnya. Pada materi organ pernapasan manusia siswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami nama dan letak organ pernapasan yang digunakan manusia dalam melakukan pernapasan.

  Hasil pembelajaran merupakan hasil proses belajar yang salah satunya dipengaruhi oleh faktor metode pembelajaran yang digunakan oleh guru.

  Proses pembelajaran akan berjalan dengan optimal apabila guru dalam melakukan proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran yang tepat dan dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa.

  Minat dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi organ

  belum

  pernapasan manusia kelas V SD N 1 Banjarmangu optimal. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu penggunaan medel pembelajaran yang belum dengan benar dalam penerapanya. Dalam proses

  diam

  pembelajaran, siswa hanya dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru. Siswa enggan untuk bertanya atau mengungkapkan pendapatnya, sehingga tidak diketahui apakah siswa paham dengan materi yang diajarkan atau belum paham, sehingga pembelajaran terlihat kurang efektif dan prestasi belajar juga kurang memuaskan.

  Berdasarkan

  permasalahan tersebut, peneliti akan melakukan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

  Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dilihat sangat efektif dan tepat bila digunakan dalam pembelajaran IPA khususnya materi organ pernapasan manusia karena dengan model pembelajaran ini siswa tidak hanya mendapatkan pengetahuan tentang materi yang ditugaskan kepada mereka, akan tetapi juga melatih untuk mengembangkan ketrampilan sosial, diantaranya menghargai pendapat orang lain dan meningkatkan rasa persaudaraan diantara sesama. Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa kelasV SD Negri 1 Banjarmangu, Banjarnegara.

C. Hipotesis Tindakan

  Hipotesis merupakan hasil sementara terhadap suatu permasalahan yang akan dipecahkan. Berdasarkan kerangka pikir di atas hipotesis tindakan kelas dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar IPA materi organ pernapasan manusia di kelas V SD Negrei 1 Banjarmangu, Banjarnegara.

Dokumen yang terkait

PENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TERPADU KELAS 1 SD NEGERI 2 SUKOHARJO II SUKOHARJO KABUPATEN PRINGSEWU

0 8 40

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 MARGODADI AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU

0 2 19

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 MARGODADI AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU

0 5 30

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI PEMBELAJARAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 CAMPANG RAYA BANDAR LAMPUNG

0 11 49

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS V SD NEGERI 1 GUNUNG MAS TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 3 53

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI 2 KEDONDONG

0 5 44

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS V SD NEGERI 1 GUNUNG MAS TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 11 51

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Media Pembelajaran - BAB II KAJIAN PUSTAKA

1 28 23

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI ALAT INDRA MANUSIA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS) PADA SISWA KELAS IV SDN 1 CABEANKUNTI KECAMATAN CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 - Test

0 0 220

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PRESTASI BELAJAR - PENGARUH KECERDASAN SPIRITUAL, KECERDASAN INTELEKTUAL DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA IPS KELAS XI DI SMA NEGERI 01PURWANEGARA KABUPATEN BANJARNEGARA - repository perpustakaan

0 0 20