PENANAMAN PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KELUARGA BEDA AGAMA (Studi Kasus pada Tiga Keluarga Agama Islam Dan Budha di Desa Kenteng Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang) TAHUN 2018 SKRIPSI

  

PENANAMAN PENDIDIKAN AKHLAK

DALAM KELUARGA BEDA AGAMA

(Studi Kasus pada Tiga Keluarga Agama Islam Dan Budha di

Desa Kenteng Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang)

  

TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

  

Sarjana Pendidikan (S. Pd.)

oleh

LAILI NUR FITRIYANI

  

NIM 111 14 068

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA

  ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2018

  

PENANAMAN PENDIDIKAN AKHLAK

DALAM KELUARGA BEDA AGAMA

(Studi Kasus pada Tiga Keluarga Agama Islam Dan Budha di

Desa Kenteng Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang)

  

TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

  

Sarjana Pendidikan (S. Pd.)

oleh

LAILI NUR FITRIYANI

  

NIM 111 14 068

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA

  ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2018

  

MOTTO

SESUNGGUHNYA HARTAMU DAN ANAK-ANAKMU

HANYALAH COBAAN (BAGIMU) DAN DI SISI

  (Q.S AT-TAGAABUN: 15) Anakmu bukanlah milikmu,

  Mereka adalah putra putri sang hidup, Yang rindu akan dirinya sendiri,

  Mereka lahir lewat engkau, Tetapi bukan dari engkau,

  Mereka ada padamu, tapi bukan milikmu, (khalil gibran)

  PERSEMBAHAN

  Skripsi ini saya persembahkan untuk: 1. Kedua orangku tercinta, bapak Tamzis dan ibu Juwariyah yang selalu

  Mencurahkan segala usaha Dlahir Batin dengan segala kemampuan untuk selalu Istiqomah dalam doa demi anak tersayangnya. Tanpa dukungan ibu bapak saya tiada hal yang ingin saya Raih kecuali hanya untuk kebahagiaanya di dunia maupun di akhirat.

  2. Adik-adikku tersayang Fakhri dan Huda yang selalu menjadi penyemangat bagiku demi tercapainya cita-cita yang di inginkan kedua orang tua.

3. Bapak Kyai H Maftah Bajuri dan ahlul baitnya yang selalu aku tunggu Barokah Doa dan Ilmunya.

  4. Sahabatku tercinta kak Fia dan kak Nana yang selalu menyemangatiku, menemaniku dari semester awal sampai sekarang, dan yang selalu mengajarkanku arti kesabaran.

  5. Teman-Teman PPL di SMPN 2 Salatiga (mbk Aya, mbk Hima, mbk Ana, mbk Maftuhah, mbk Hayati, mbk Dwi, mas Fauzi, mas Galih, mas Naim, mas Daus) yang selalu memberi semangat.

  6. Teman-teman KKN dusun Krangkek (mbk Diny,mbk Asna, mbk Beti, mbk Lilis, mbk Tya, mas Rafael, mas Bagus, mas Huda) yang selalu memberi semangat kepada saya dan selalu mengajarkanku asri kesabaran.

  7. Teman-teman PAI B angakatan 2014 (kak Maun, kak Nopi, kak Hima, kak Ma’rifatul, kak Muza, kak Tatu, dll)yang telah menjadi teman seperjuangan menuntut ilmu di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga .

  8. Teman-teman Racana KDWS dan Brigsus NAGASANDHI (kak Laili, KAK Shofa, kak Athi’, kak Muhaimin, kak Amal, kak Zaid, kak Dina kak Ela) serta teman-teman brigsus angkatan 22 yang selalu mengajarkanku arti kesabaran dan kedisiplinan.

  9. Teman-teman JQH Al-Furqon (yunda Novi, yunda Anilta, yunda Puji dll) yang selalu mengajarkan arti kesabaran.

KATA PENGANTAR

  Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat, ridha dan inayah-Nya jualah sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul: “Pola Penanaman Pendidikan Akhlak dalam keluarga beda agama (studi kasus pada 3 keluarga agama islam dan budha di Desa Kenteng, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang)

  ”. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan baginda Nabi Muhammad SAW, para keluarga, sahabat serta para pengikutnya yang telah membawa petunjuk kebenaran untuk seluruh umat manusia, yang kita harapkan syafa’atnya di akhirat kelak.

  Pada kesempatan ini, dengan penuh kerendahan hati peneliti haturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi- tingginya kepada yang terhurmat:

  1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M. Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

  3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN SAMPUL .......................................................................... i HALAMAN BERLOGO ........................................................................ ii HALAMAN JUDUL .............................................................................. iii PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... iv PENGESAHAN KELULUSAN.............................................................. v PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................... vi MOTTO ................................................................................................ vii PERSEMBAHAN .................................................................................. viii KATA PENGANTAR ............................................................................ x DAFTAR ISI .......................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xv PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB ................................................. xvii ABSTRAK ............................................................................................. xx

  BAB I PENDAHULUAN A.

  1 Latar Belakang Masalah .....................................................

  B.

  6 Rumusan Masalah .............................................................

  C.

  6 Tujuan Penelitian ................................................................

  D.

  7 Kegunaan Penelitian ...........................................................

  E.

  7 Penegasan Istilah ...............................................................

  F.

  9 Sistematika Penulisan ........................................................

  BAB II KAJIAN PUSTAKA 1 Pola Penanaman Pendidikan Akhlak .................................

  11 Pengertian Pola Penanaman Pendidikan Akhlak .......

  11 Pendidikan Akhlak yang Harus di Tanamkan pada Anak .......................................................................

  17 2 Keluarga Beda Agama ......................................................

  18 Pengertian Keluarga Beda Agama ...........................

  18 Pernikahan Orang Berlainan Agama Menurut Hukum Islam ..........................................................

  21 Pernikahan Beda Agama Menurut Agama-agama di Indonesia .................................................................

  23

  1. Problematika Orang tua Beda Agama dalam Menanamkan Pendidikan Akhlak pada Anak ...........

  27 BAB III METODE PENELITIAN A.

  35 Pendekatan dan Jenis Penelitian .........................................

  B.

  35 Kehadiran Peneliti .............................................................

  C.

  36 Lokasi Penelitian ...............................................................

  D.

  36 Sumber Data .....................................................................

  E.

  37 Prosedur Pengumpulan Data..............................................

  F.

  39 Analisis Data .....................................................................

  G.

  39 Tahap-tahap Penelitian ......................................................

  BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Profil Desa Kenteng Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang ..........................................................................

  41 1. Letak dan Keadaan Geografis...................................

  41 2. Visi Misi ..................................................................

  41 3. Struktur Pemerintahan Desa .....................................

  42 4. Sarana dan Prasarana ...............................................

  43 5. Keadaan Penduduk ..................................................

  43 6. Data Responden .......................................................

  47 B.

  47 Profil Subjek Penelitian ..................................................... Profil Keluarga Bapak JK ...........................................

  47 Profil Keluarga Bapak SR...........................................

  48 Profil Keluarga Bapak HD ..........................................

  49 C.

  49 Temuan Penelitian ............................................................. Pola Orang tua Menanamkan Pendidikan Akhlak pada Anak dalam Keluarga Beda Agama .............................

  49 Problematika dalam Menanamkan Pendidikan Akhlak pada Anak dalam Keluarga Beda Agama .....................

  56 BAB V PENUTUP A.

  59 Kesimpulan ........................................................................

  B.

  60 Saran .................................................................................

  DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Usia .................................

  43 Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Agama .............................

  44 Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan .......................

  45 Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian .............

  46

DAFTAR LAMPIRAN

  1. Lembar Konsultasi Skripsi

  2. Daftar Riwayat Hidup

  3. Daftar Nilai SKK

  4. Daftar Pertanyaan

  PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri

  Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158/1987 dan 0543/ b/U/1987, tanggal 22 Januari 1988.

  Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

  Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan Ba’

  B Be Ta’

  T Te Tsa’

  S Es Jim J Je Ha’

  H Ha Kha’

  Kh Ka dan Ha Dal D De Zal Z Zet (dengan titik di atas) Ra’

  R Er Zal Z Zet Sin S Es Syin Sy Es dan Ye Sad S Es (dengan titik di bawah) Da D De (dengan titik dibawah) Ta’

  T Te (dengan titik dibawah) Z Z Zet (dengan titik dibawah) ‘Ain ‘

  Koma terbalik di atas Gain G Ge Fa’

  F Ef Qaf Q Qi Kaf K Ka Lam L El Mim M Em Nun N En Wawu W We Ha’

  H Ha Hamzah , Apostrof Ya’

  Y Ye Konsonan angkap karena di tulis rangkap

  Di tulis ‘iddah A.

   Ta’ Marbutttah

  1. Bila dimatikan di tulis h Di tulis Hibah Di Tulis Jizyah

  (ketentuan ini tidak di berlakukan terhdap kata-kata arab yang yang sudah teresap kedalam bahasa Indonesia, seperti shalat, zakat dan sebagainya, kecuali di kendaki lafal aslinya). Bila di ikuti dengan kata

  “al” serta bacaan kedua itu terpisah, maka di tulis dengan h.

  Ditulis Karamah al-

  auliya’ B.

   Vokal Pendek

  Fathah Ditulis A Kasrah Ditulis

  I Dammah Ditulis U C.

   Vokal Panjang

  Fathah+Alif Ditulis U Ditulis Jahiliyah

  Fathah+Ya’ mati Ditulis A Ditulis

  Yas’ a Kasrah+Ya’ Mati

  Ditulis

  I Ditulis Karim Dammah+wawumati Ditulis U

  Ditulis Furud D.

   Vokal Rangkap

  Fathah+ya’ mati Ditulis Ai Ditulis Bainakum

  Fathah+wawu mati Ditulis Au Ditulis Qaulun

  

ABSTRAK

  Fitriyani, Laili Nur. 2018. Pola Penanaman Pendidikan Akhlak dalam

  Keluarga Beda Agama (Studi Kasus 3 Keluarga Agama Islam dan Budha di Desa Kenteng Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang).

  Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. M. Ghufron, M. Ag.

  Kata Kunci: Penanaman Pendidikan Akhlak, Keluarga Beda Agama

  Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pola penanaman pendidikan akhlak dalam keluarga beda agama. Pertanyaan yang ingin dijawab adalah (1) Bagaimana pola penanaman pendidikan akhlak dalam keluarga beda agama?, (2)Bagaimana Problematika dalam menanamkan pendidikan akhlak dalam keluarga beda agama?.

  Penelitian ini termasuk jenis penelitian Lapangan yang dilakukan di Desa Kenteng, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang. Pelaksanaannya menggunakan metode pendekatan kualitatif diskripsif analisis yang umumnya menggunakan strategi multi metode yaitu wawancara, pengamatan, serta penelaah dokumen. Pengolahan data dalam penelitianb ini dilakukan secara rasional dengan menggunakan pola induktif, kemudian ditarik kesimpulan.

  Hasil penelitian menunjukkan cara menanamkan pendidikan akhlak dalam keluarga beda agama meliputi : (1) menanamkan pendidikan akhlak (keagamaan) yaitu sholat, ngaji, puasa pada anak sejak dini, (disiplin dan toleransi) pada anak dengan cara memberikan hukuman, penghargaan dan menanamkan disiplin dengan cara memberikan penghargaan, mengajarkan kesopanan, kesederhanaan dan pembiasaan untuk menjauhkan perbuatan yang tercela. (2) Problematika dalam menanamkan pendidikan akhlak dalam keluarga beda agama terdapat: kurangnya pengetahuan orang tua dalam mengajarkan pendidikan akhlak kepada anak, sosialisasi yang kurang dengan masyarakat sekitar, rendahnya motivasi dan semangat anak dalam melakukan pendidikan akhlak yang ditanamkan orang tua.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang

  beranekaragam, dimana terdiri dari bermacam-macam suku bangsa,budaya dan perbedaan agama. Hal ini sangat berpengaruh dalam pergaulan sehari-hari serta kehidupan masyarakat. Masyarakat dapat bergaul bebas dengan pemeluk agama lain, tanpa membeda-bedakan agama yang satu dengan yang lain.

  Keanekaragaman yang ada tidak menjadikan bangsa Indonesia terpecah dan saling memunculkan sikap fanatik antara suku satu dengan lainnya. Kerukunan dapat terjalin dengan baik jika dalam diri masing-masing masyarakat tertanam sikap toleransi dan mau menerima pendapat orang lain sehingga tidak memunculkan sikap curiga terhadap pemeluk agama lain. Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku dan agama yang berbeda-beda, dalam kondisi kemajemukan seperti itu masyarakat satu dengan yang lain hampir dipastikan sulit untuk menghindari dari persentuhan dan pergaulan dengan orang yang berbeda agama.

  Pada posisi seperti ini ketertarikan pria atau wanita yang berbeda agama mungkin terjadi dan ketertarikan tersebut bisa berujung pada pernikahan hampir pasti tidak terelakkan. Dengan kata lain, persoalan pernikahan antar agama hampir pasti terjadi pada setiap masyarakat yang majemuk seperti di Indonesia. Pernikahan beda agama merupakan salah satu akibat dari interaksi sosial yang terbina dalam masyarakat majemuk. Pernikahan beda agama pada dasarnya terbentuk dari ikatan pernikahan atau perkawinan yang dilangsungkan antar pasangan yang berbeda agama satu sama lain. Perkawinan adalah sebuah akad yang mengikat kedua pihak yang setara yaitu laki-laki dan perempuan yang masing-masing telah memenuhi persyaratan berdasarkan hukum yang berlaku atas dasar kerelaan dan kesukaan kedua belah pihak untuk membentuk keluarga (Kamal dan Mulia, 2003:1).

  Indonesia sebagai negara yang berdasarkan Pancasila, yang sila pertamanya ialah Ketuhanan Yang Maha Esa, maka antara perkawinan dengan agama mempunyai hubungan yang erat, karena perkawinan bukan saja mempunyai unsur jasmani tetapi juga mempunyai unsur rohani yang memegang peranan penting. Sebuah keluarga akan terasa lengkap jika telah dikaruniai anak, memiliki keturunan merupakan salah satu tujuan dari pernikahan.

  Anak adalah amanat dari Allah SWT, sebuah amanat tentu harus dijaga dengan penuh rasa tanggung jawab dan ikhlas.

  Disinilah peran orangtua sangat penting dengan perkembangan anak selanjutnya, karena anak tidak hanya butuh kasih sayang, perhatian dan fasilitas, tetapi ada yang lebih penting dari itu yaitu pendidikan, terutama pendidikan akhlak.

  Manusia dilahirkan sebagai makhluk yang telah memiliki potensi-potensi bawaan atau fitrah. Dengan pengajaran, bimbingan dan latihan ke depannya seseorang akan mampu mengembangkan kemampuan atau potensi yang telah dimilikinya. Oleh sebab itu, orang tua mempunyai kewajiban untuk mendidik anaknya sesuai dengan ajaran agama Islam karena orang itulah yang mempunyai pengaruh besar terhadap kepribadian dan akhlak anaknya. Dengan kata lain, keluarga merupakan wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Di dalam keluarga itulah akan berkembang dan terbentuknya kepribadian anak serta tempat untuk belajar berinteraksi sosial.

  Dalam pandangan Islam, anak adalah amanat yang dibebankan oleh Allah SWT kepada orang tuanya, karena manusia milik Allah SWT. Mereka harus mengantarkan anaknya untuk mengenal dan menghadapkan diri kepada Allah S WT (Thoha, 1996:103). Anak adalah pengikat hati dalam keluarga yang diamanatkan oleh Allah kepada bapak dan ibu mereka. Anak yang shaleh adalah sumber kebahagiaan, namun sebaliknya anak juga bisa menjadi fitnah bagi kedua orang tuanya. Oleh karena itu orang tua bertanggung jawab untuk menanamkan pendidikan akhlak yang baik (mahmudah).

  Penanaman pendidikan akhlak termasuk bidang-bidang yang harus mendapat perhatian penuh oleh keluarga dikarenakan penanaman pendidikan akhlak merupakan hal yang sangat penting untuk anak juga sangat penting untuk masa depan anak.

  Pendidikan dalam keluarga adalah tanggung jawab orang tua, dengan peran ibu lebih banyak, karena ayah biasanya pergi bekerja dan tidak banyak waktu yang tersedia dirumah. Meskipun demikian peran ayah juga sangat penting, terutama sebagai tauladan dan pemberi pedoman bagi anak-anaknya. Jika anak sudah mendekati remaja, peran ayah sebagai penasehat juga penting, karena bisa memberikan pelajaran atau aspek yang berbeda dari yang diberikan oleh ibu, maka dari itu hubungan ayah dan anak terbatas karena sibuknya bekerja, maka ayah harus sering meluangkan waktunya dalam berbagai kesempatan.

  Pendidikan dalam keluarga dapat memberi pengaruh besar terhadap akhlak anak, sebab itu kunci utama untuk menjadikan pribadi anak yang saleh, lebih baik adalah peran orang tua. Dalam kenyataanny, karakter adalah berbeda-beda, ada yang mudah untuk dididik dengan baik dan ada juga yang susah untuk dididik dengan baik, tidak heran karena anak mempunyai egoism yang berbeda-beda, akatn tetapi orang tua harus berusaha sebisa mungkin memberikan yang terbaik untuk anak, agar akhlaknya menjadi baik dan bisa menjadi contoh.

  Orang tua harus bisa memberikan pelajaran atau memberikan pelajaran atau memberi contoh yang baik untuk membangun akhlak anak-anaknya dalam kehidupan sehari-hari. Orang tua dapat mengambil contoh dari akhlak nabi Muhammad SAW atau mungkin orang tua yang secara tidak langsung mencontohkan perilaku baik di hadapan anak-anaknya, seperti menjalankan sholat 5 waktu dengan tepat, banyak shadaqoh. Dengan demikian secara tidak langsung, anak akan melakukan kebiasaan atau perilaku baik lainnya yang dilakukan oleh orang tuanya tersebut. Akan tetapi sebaliknya, bila dirumah orang tua berperilaku kurang baik atau tidak bisa menjadi contoh bagi anak- anaknya , mungkin dirumah bertengkar di depan anak,ibu terlalu cuek dengan anak, itu semua akan memberi pengaruh buruk untuk anak dengan secara tidak langsung orang tua telah memberi contoh akhlak yang tidak baik.

  Pola penanaman pendidikan akhlak terhadap anak tidak akan menjadi masalah bagi keluarga yang sama agamanya.

  Sedangkan apabila itu terjadi di keluarga beda agama masalah- masalah itu pasti akan muncul. Dalam menanamkan pendidikan akhlak terhadap anak, keluarga beda agama sudah pasti akan mendapatkan dampak positif maupun negative dari pernikahan tersebut.

  Sebagaimana latar belakang tersebut, maka penting untuk dilakukan penelitian terhadap masyarakat terkait untuk mengetahui pola penanaman pendidikan akhlak dalam keluarga beda agama. Dan penulis menentukan judul yang sesuai dari penelitian ini adalah “Pola Penanaman Pendidikan Akhlak dalam Keluarga Beda Agama (Studi Kasus pada Tiga Keluarga Islam dan Budha di Desa Kenteng, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang)”.

B. Fokus Penelitian

  Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti akan mengkaji dan meneliti lebih lanjut, maka rumusan masalah penelitiannya adalah sebagai berikut : 1.

  Bagaimana cara orang tua menanamkan pendidikan akhlak pada anak dalam keluarga beda agama di Desa Kenteng, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang ? 2. Bagaimana problematika dalam menanamkan pendidikan akhlak pada anak dalam keluarga beda agama di desa Kenteng Kecamatan Susukan

  Kabupaten Semarang ?

  C. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan penelitian yang ada, maka penulis mempunyai tujuan dalam penelitian sebagai berikut :

  1. Untuk mengetahui cara orang tua menanamkan pendidikan akhlak pada anak dalam keluarga beda agama di Desa Kenteng, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang.

  2. Untuk mengetahui problematika dalam menanamkan pendidikan akhlak pada anak dalam keluarga beda agama di Desa Kenteng Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang.

  D. Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi yang jelas tentang penanaman pendidikan akhlak anak dalam keluarga beda agama. Dari informasi tersebut dapat memberikan manfaat secara teoretis maupun praktis yaitu :

  1. Secara teoretis Penelitian ini dapat menambah wawasan dan selanjutnya orang tua beda agama dapat memilih bagaimana cara menanamkan pendidikan akhlak anak dalam keluarga beda agama di Desa Kenteng, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang.

  2. Secara praktis Dapat digunakan sebagai pijakan untuk pembinaan keagamaan bagi keluarga pasangan beda agama.

E. Penegasan Istilah

  Untuk menghindari kesalah fahaman dalam penafsiran judul di atas, maka perlu adanya pembatasan permasalahan yang akan penulis teliti, ada beberapa hal yang perlu diketahui maksud dari istilah dalam judul di atas.

1. Pola Penanaman Pendidikan Akhlak

  Penanaman menurut kamus besar Bahasa Indonesia (2007: 1198) adalah perihal, perbuatan, cara menanamkan.

  Pendidikan merupakan suatu yang sangat mutlak dalam hidup ini, dan manusia tidak bisa dipisahkan dari kegiatan pendidikan. John Dewey (dalam Zakiyah Darajat, 1982:1) menyatakan bahwa pendidikan merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia guna membentuk dan mempersiapkan pribadinya agar hidup dengan disiplin.

  Selanjutnya pengertian akhlak, ditinjau dari segi bahasa pengertian akhlak diambil dari bahasa arab khuluqun yang berarti perangai, tingkah laku,adat atau tabi’at (Muhammad Amin, 2006: 151). Ibnu Sina sangat menekankan pentingnya pendidikan akhlak semata-mata disebabkan karena akhlak adalah sumber segala-galanya semua dan kehidupan tergantung pada akhlak (tak ada kehidupan tanpa akhlak). Jadi penanaman pendidikan akhlak yang dimaksud dalam skripsi ini adalah Menanamkan dan membentuk watak seseorang agar mempunyai perilaku yang terpuji (mahmudah).

2. Pernikahan Beda Agama

  Pernikahan (Perkawinan) dalam islam merupakan suatu akad atau transaksi. Perkawinan adalah sebuah akad atau kontrak yang mengikat dua pihak yang setara yaitu laki-laki dan perempuan yang masing-masing telah memenuhi persyaratan berdasarkan hukum yang berlaku atas dasar kerelaan dan kesukaan kedua belah pihak untuk membentuk keluarga (Kamal dan Mulia, 2003:1). Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 pengertian pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Adji, 1989:21). Jadi, Pernikahan beda agama yang dimaksud dalam skripsi ini adalah perkawinan antara seorang laki-laki dan perempuan yang beragama islam (Muslim) dan bukan islam (non- Muslim).

F. Sistematika Penulisan

  Skripsi ini penulis bagi menjadi 5 bab, di masing-masing bab saling berkaitan penjelasan sebagai berikut :

  Bab I, (Pendahuluan) meliputi : Latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah dan sistematika penulisan.

  Bab II (Landasan Teori) meliputi : landasan teori (telaah teoretik terhadap pola penanaman pendidikan akhlak dan pengertian pernikahan beda agama), kajian pustaka dan hipotesis penelitian.

  Bab III (Metode Penelitian) meliputi : Pendekatan dan jenis penelitian, Kehadiran Peneliti, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data dan tahap-tahap penelitian.

Bab IV (Deskripsi dan Analisis data) meliputi : Deskripsi data dan Analisis sata. Bab V Penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran-saran. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pola Penanaman Pendidikan Akhlak

  a) Pengertian Pola Penanaman Pendidikan Akhlak

  Pengertian pendidikan islam cenderung menggunakan al-tarbiyah. Menurut istilah tarbiyah diambil

  • dari kata rabba dan yurabbi ( ) yang kemudian diartikan oleh Asma’I dengan memberi makan, memelihara dan mengasuh; yakni akar kata ghaza atau ghazau yang berarti mengasuh, menanggung, member makan, mengembangkan dan memelihara, membuat, menjadikan bertambah dalam pertumbuhan, membesarkan, memproduksi hasil-hasil yang sudah matang dan menjinakkan. Penerapannya dalam bahasa arab tidak hanya terbatas pada manusia saja, namun medan-medan semantiknya meluas kepada species-species lain seperti; untuk mineral, tanaman, dan hewan (Ali Mufron, 2013: 3).

  Untuk mencari definisi tarbiyah (pendidikan) dalam al- qur’an terlebih dahulu kita mengkaji apa yang dimaksud dengan tarbiyah, baik dari sei bahasa maupun istilah. Kata tarbiyah asal katanya adalah robba

  • – yurabbi,

  dalam makna aslinya adalah memberi makan, dan menjadikannya berkembang, men didik.

  Ali Mufron (2013:4) menyebutkan: al-rabb (merupakan) asal kata tarbiyah, maksudnya menyampaikan sesuatu sedikit demi sedikit sehingga sempurna.

  Sedangkan lafal rabba

  • – yurabbi – tarbiyah hanya

  ditemukan di dua tempat dalam al- Qur’an, yaitu dalam QS. Al-

  Isra’: 24 “….Dan ucapkanlah: ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil’”. (Q.S. Al-Isra’:24) Dalam bentuk kata benda, kata robba ini digunakan juga untuk Tuhan yang mendidik, mengasuh, memelihara,dan mencipta. Dalam tafsir Al-Mishbah kata rabba yang digunakan untuk Tuhan seperti Rabbal

  ‘alamin itu merupakan seakar dengan kata tarbiyah , yaitu mengarahkan sesuatu tahap demi tahap menuju kesempurnaan kejadian dan fungsinya (M Quraisy Shihab,2000: 30). Sedangkan Ali Mufron (2013: 5) menyetarakan antara potensi anak didik dangan fitrah (kemampuan dasar).

  Menurut proses pengarahan manusia kepada kehidupan yang baik dan yang mengangkat derajat kemanusiaannya, sesuai kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajarannya (pengaruh dari luar) itulah yang dimaksud dengan tarbiyah.

  Disini terlihat secara operasional tarbiyah mengandung dua aspek; menjaga atau memperbaiki dan menumbuhkan atau membina.

  Keterangan di atas menunjukkan bahwa pendidikan merupakan proses yang melalui tahapan-tahapan yang telah ditentukan menuju kesempurnaan kejadian dan fungsi yang telah ditetapkan pula. Tentunya kesempurnaan yang dimaksud yaitu mengembangkan segala potensi yang ada dalam diri peserta didik untuk menjadi manusia dewasa yang bisa mengemban tanggung jawab bagi dirinya sendiri, tanggung jawab kepada orang lain, lingkungannya dan yang terpenting yaitu tanggung jawab kepada Tuhannya. Sedangkan fungsinya yaitu seiring dengan diciptakannya manusia sebagai khalifah dan ‘abid.

  Definisi tarbiyah (pendidikan) menurut istilah adalah membina atau menciptakan insane muslim yang memiliki akhlak baik dan sempurna dari segala aspek kesehatan, akal, akidah, ruh keyakinan dan manajemen (Herlina, 2014: 29).

  Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa:

  Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk emmiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU RI No.20, 2003). Makna yang sebenarnya dari pendidikan atau tarbiyah menyerupai cara kerja seorang petani yang berusaha menghilangkan duri dan mengeluarkan tumbuhan- tumbuhan liar yang terdapat diantara tanaman-tanamannya, agar tanaman yang ditanam tersebut dapat tumbuh dengan sempurna dan memberikan hasil yang baik.

  Dari beberapa definisi di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu proses dari manusia dewasa yang telah sadar akan kemanusiaannya dalam membimbing, mengajar, melatih dan menanamkan nilai-nilai serta dasar-dasar pandangan hidup kepada generasi muda agar nantinya menjadi manusia yang bertanggung jawab akan tugas-tugas hidupnya sebagai manusia sesuai dengan sifat hakiki dan ciri-ciri kemanusiaannya.

  Menurut pendapat para pakar sebagai berikut: Ibn Maskawih secara singkat mendefinisikan akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan (Rosihon Anwar, 2010: 13).

  Menurut Imam Al-Ghazali, Akhlak ialah Sikap yang mengakar dalam jiwa manusia yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran dan pertimbangan. Jika sikap itu yang darinya lahir perbuatan yang baik dan terpuji, baik dari segi akal syara’, maka ia disebut akhlak yang baik. Dan jika yang lahir darinya perbuatan tercela, maka sikap tersebut disebut akhlak yang buruk (Al-Ghazali, 2010: 13)

  Menurut Ahmad Mustofa (2007:14) mengemukakan definisi akhlak ialah suatu kesatuan dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan kehendak mana kombinasi membawa kecenderungan pada pemilihan pihak yang benar (dalam hal akhlak yang baik) atau pihak yang jahat (dalam hal akhlak yang jahat).

  Akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga dia muncul secara spontan bilamana diperlukan, tanpa memerlikan pemikiran atau pertimbangan lebih dahulu, serta tidak memerlukan dorongan dari luar (Yanuar,2007: 2).

  Dari beberapa definisi di atas berbeda kata-katanya akan tetapi sebenarnya tidak berjauhan maksudnya, bahkan berdekatan artinya satu sama lain. Dari definisi di atas saling melengkapi yaitu sikap yang tertanam kuat dalam jiwa yang Nampak dalam perbuatan lahiriyah yang dilakukan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran lagi dan sudah menjadi kebiasaan.

  Jadi pola penanaman pendidikan akhlak dapat penulis simpulkan ialah usaha sadar yang dilakukan oleh orangtua untuk membentuk tabiat yang baik pada anak sehingga terbentuk manusia yang taat kepada Allah.

  b) Tujuan Penanaman Akhlak

  Menurut Ibn Maskawih dalam buku karangan Suwito yang berjudul filsafat pendidikan akhlak (2004: 16) tujuan penanaman akhlak adalah terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong serta spontan untuk melahirkan semua perbuatan bernilai baik sehingga mencapai kesempurnaan dan memperoleh kebahagiaan yang sempurna.

  Menurut Barmawie Umary (1995: 2) tujuan penanaman akhlak adalah menjadikan seseorang agar terbiasa melakukan perbuatan yang baik, indah, mulia, terpuji, serta menghindari perbuatan yang buruk, jelek, hina dan tercela.

  c) Pendidikan Akhlak yang Harus ditanamkan Terhadap Anak

  Pandangan Imam Al- Ghazali dalam kitab ihya’

  Ulumuddin Jilid 1 terjemah Muhamad zuhri (1990:149) tentang pendidikan akhlak anak meliputi: a) Kesopanan dan kesederhanaan

  Al-Ghazali sangat mengajarkan kesopanan dan kesederhanaan dalam hal makan, berpakaian dan tidur.

  Salah satu hal yang biasa terjadi terhadap diri anak-anak ialah mempunyai sifat rakus makan, maka ini perlu dididik pula. Misalnya pada waktu makan itu senantiasa menggunakan tangan kanan dan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim (Al-Ghazaly, 1990:149).

  b) Kesopanan dan Kedisiplinan

  Al-Ghazali sangat mengutamakan kedisiplinan anak untuk menghindarkan perbuatan yang tidak pantas dipandang umum dan membiasakan anak untuk berbuat hal-hal yang patut sesuai dengan norma-norma masyarakat yang berlaku. Dalam hal ini al-Ghazali melatih kesopanan dan kedisiplinan anak dalam tata cara duduk, berbicara dan meludah (Al-Ghazaly, 1990:149).

  c) Pembiasaan dan latihan bagi anak untuk menjauhkan perbuatan yang tercela

  Al-Ghazali menganjurkan agar mendidik anak dengan pembiasaan dan latihan untuk menghindarkan dari perbuatan yang tercela serta tidak sesuai dengan norma masyarakat maupun ajaran agama (islam) (Al-Ghazali, 1990: 149).

2. Keluarga Beda Agama 1.

  Pengertian Pernikahan Beda Agama Pernikahan (perkawinan) dalam bahasa arab berarti az- Zawaj yang menunjukkan pertemuan dua perkara.

  Dalilnya antara lain firman Allah SWT : “Dan apabila ruh-ruh dipertemukan (dengan tubuh),”(QS.At-

  Takwir: 7) Maksudnya adalah roh itu dipertemukan dengan badan supaya ia bangkit dan hidup.

  Karena kata az-Zawaj menunjukkan kepada pertemuan, maka dapat dikatakan akad nikah berarti pertemuan antara pria dan wanita. Dan pertemuan ini dinamakan dengan zawajan (perkawinan/pernikahan).

  Adapun makna perkawinan menurut syara’ adalah suatu ikatan yang berfaedah bagi halalnya seorang pria bersenang-senang (bersenggama) atas seorang wanita, dan tidak ada halangan syar’I bagi si wanita untuk menerima ikatan tersebut (Ahmad Kan’an, 2006: 17-18). Nikah, menurut bahasa : al-

  jam’u dan al-dhamu yang

  artinya kumpul. Makna nikah (Zawaj) bisa diartikan dengan aqdu al-tazwij yang artinya akad nikah. Juga bisa diartikan (wath,u al-zaujah) bermakna menyetubuhi istri.

  Definisi yang hampir sama dengan di atas juga dikemukakan oleh Rahmad Hakim, bahwa kata nikah berasal dari bahasa Arab “Nikahan” yang merupakan

  masdar atau asal kata dari ka

  ta kerja (fi’il madhani) “nakaha”, sinonimnya “tazawwaja” kemudian diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai perkawinan. Kata nikah sering juga dipergunakan sebab telah masuk dalam bahasa Indonesia.

  Nikah adalah akad atau ikatan, karena dalam suatu proses pernikahan terdapat ijab (pernyataan penyerahan dari pihak perempuan) dan Kabul (pernyataan penerimaan dari pihak lelaki). Selain itu, nikah bisa juga diartikan sebagai bersetubuh.

  Adapun menurut syara’, nikah adalah akad serah terima antara laki-laki dan perempuan dengan tujuan untuk saling memuaskan satu sama lainnya dan untuk membentuk sebuah bahtera rumah tangga yang sakinah serta masyarakat yang sejahtera. Para ahli Fikih berkata, zawwaj atau nikah adalah akad yang secara keseluruhan di dalamnya mengandung kata inkah atau

  

tazwij . Hal ini sesuai dengan ungkapan yang ditulis oleh

  zakiyah Darajat dan kawan-kawan yang memberikan definisi perkawinan sebagai berikut:

  “Akad yang mengandung ketentuan hukum kebolehan hubungan kelamin dengan lafaz nikah atau tazwij atau yang semakna keduanya”. (Tihami, 2009: 6-8) Istilah perkawinan campuran yang sering dinyatakan anggota masyarakat sehari-hari ialah perkawinan campuran karena perbedaan tata suku bangsa atau karena perbedaan agama antara kedua insan yang akan melakukan perkawinan. Perkawinan campuran antara agama misalnya pria atau wanita beragama islam dengan pria atau wanita beragama budha/Kristen/hindu. (Hilman, 1990:13-14).

  Pernikahan beda agama pada dasarnya berarti pernikahan yang dilangsungkan antara pasangan yang beda agama satu sama lain. Pernikahan bernuansa keragaman ini banyak terjadi dan masih dijumpai di dalam kehidupan bermasyarakat. Beberapa contoh dari pasangan suami isteri di desa saya yaitu Nurul alwi dengan Ida, Yanto dengan tanti, Joko dengan Yati. Pernikahan yang dilakukan oleh mereka tidak lagi di dasarkan pada suatu akidah agama, melainkan hanya pada cinta, seolah cinta semata yang menjadi dasar suatu pernikahan. Masalah agama dalam beberapa argument pasangan-pasangan seperti itu kira-kira dapat dirumuskan seperti ini. Berdasarkan hukum munakahat yang diajarkan islam kepada penganutnya ialah pernikahan yang dibenarkan oleh Allah adalah suatu pernikahan yang didasarkan kepada satu akidah, di samping cinta dan ketulusan hati dari keduanya dengan landasan dan naungan keterpaduan itu, kehidupan suami dan isteri akan tentram, penuh rasa cinta dan kasih sayang. Keluarga mereka akan bahagia dan kelak akan memperoleh keturunan yang sejahtera lahir batin. Jadi yang dimaksud pernikahan beda agama adalah pernikahan orang islam (pria atau wanita) dan orang bukan islam

  (pria ayau wanita) (Zuhdi,1996:4).

2. Pernikahan Orang Berlainan Agama Menurut Hukum Islam

  Mengenai masalah pernikahan beda agama ini, Islam membedakan hukumnya menjadi tiga macam, yaitu : a.

  Perkawinan antara Perempuan Muslimah dengan Laki-laki Non Muslim.

  Semua ulama telah sepakat bahwa perempuan muslimah tidak diperbolehkan (haram) kawin dengan laki-laki non muslim, baik Ahli Kitab maupun musyrik (Suhadi,2006:36) Adapun dalil yang menjadi dasar hukum untuk larangan kawin antara wanita muslimah dengan laki-laki non muslim, yaitu Firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 221:

  Artinya:

  Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik

  dengan wanita-wanita yang mukmin sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang beriman lebih baik dari pada orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu nikahkan orang (laki-laki) musyrik (dengan perempuan yang beriman) sebelum mereka beriman. Sungguh hamba sahaya laki-laki yang beriman lebih baik dari pada laki-laki musyrik meskipun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Menerangkan ayat-ayatnya kepada manusia agar mereka mengambil pelajaran.

  Hikmah dilarangnya perkawinan antara seorang wanita islam dengan laki-laki non islam karena dikhawatirkan wanita islam itu kehilangan kebebasan beragama dalam menjalankan ajaran-ajaran agamanya, kemudian terseret kepada agama suaminya. Demikian pula anak-anak yang lahir dari hasil perkawinannya dikhawatirkan pula mereka akan mengikuti agama bapaknya, karena bapak sebagai kepala keluarga terhadap anak-anak melebihi ibunya.

  b.

  Laki-laki Muslim dengan Perempuan Musyrik Para Ulama sepakat mengharamkan laki-laki muslim kawin dengan perempuan penyembah berhala (musyrik).

  Perempuan musyrik di sini mencakup perempuan penyembah berhala (al-watsaniyyah), zindiniyyah (ateis), perempuan yang murtad, penyembah api, dan penganut aliran libertine (al-ibahah), seperti faham

  wujudiyah (Suhadi, 2006: 37).

  c.

  Laki-Laki Muslim dengan Perempuan Ahli Kitab Pada dasarnya laki-laki muslim diperbolehkan (halal) mengawini perempuan ahli kitab berdasar pengkhususan QS.al-Maidah: 5. Pengertian Ahli kitab di sini mengacu pada dua agama besar rumpun sementik sebelum islam, Yakni Yahudi dan Nasrani.

  Ibnu Rusyd menulis bahwa para ulama sepakat akan kehalalan mengawini perempuan Ahli Kitab dengan syarat ia merdeka (bukan budak), sedangkan mengenai perempuan Ahli Kitab budak dan perempuan Ahli Kitab yang dalam status tawanan (bi al-milk) para ulama berbeda pendapat.

  Allah Berfirman QS.Al-Maidah ayat 5: Artinya : “ Pada hari ini dihalalkan bagimu segala yang baik- baik. Makanan (sembelihan) Ahli kitab itu halal bagimu, dan makananmu halal bagi mereka. Dan (dihalalkan bagimu menikahi) perempuan-perempuan yang menjaga kehormatan di antara perempuan- perempuan yang beriman dan perempuan-perempuan yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu, apabila kamu membayar maskawin mereka untuk menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan bukan untuk menjadikan perempuan piaraan. Barang siapa kafir setelah beriman maka sungguh, sia-sia amal mereka dan di akhirat dia masuk orang-orang yang rugi ”.

3. Pernikahan Beda Agama Menurut Agama-agama di Indonesia a.

  Pandangan Agama Budha Menurut Siaga Agung Indonesia, perkawinan beda agama yang melibatkan penganut agama Budha dan penganut non budha diperbolehkan, asal pengesahannya dilakukan menurut tata cara agama budha meski calon mempelai yang bukan budha tidak diharuskan untuk masuk agama budha tidak diharuskan untuk masuk agama budha dulu tapi dalam ritualnya kedua mempelai wajib mengucapkan atas nama Sang Budha, Dharma, dan Sangka (monib dan kholis,2008;117).

  b.

  Pandangan Agama Hindu Agama Hindu secara tegar memberikan ketentuan syarat-syarat perkawinan dan menentukan larangan perkawinan orang hindu dengan pemeluk agama lain. Menurut agama Hindu, perkawinan hanya sah jika dilaksanakan upacara suci pernikahan oleh pedande, pedande hanya mau melaksanakan upacara pernikahan kalau kedua calon pengantin beragama Hindu. Perkawinan orang hindu yang tidak memenuhi syarat dapat dibatalkan. Pedande tidak mungkin memberkati atau menyelenggarakan upacara perkawinan antara mereka yang berbeda agama. Asas perkawinan harus disahkan menurut agama, yaitu dengan cara melakukan wiwahasan skara atau

  wiwahahoma , dikedepankan di dalam sistem

  perkawinan Hindu yang menyatakan bahwa suatu perkawinan yang tidak disahkan menurut agama dengan melakukan upacara suci menyebabkan is jatuh hina, anaknya tidak diakui sah sebagai pewaris yang sederajat dengan orang tua atau dengan kata lain akibat dari perkawinan itu tidak diakui sah menurut hukum agama (Ichtiyanto, 2003: 135).

  Apabila di antara calon pengantin dapat perbedaan agama, pendade tidak dapat memberkati kecuali pihak yang bukan hindu tersebut telah disudhukan sebagai pemeluk agama hindu dan menandatangani sudi

  vadani (surat pernyataan masuk agama hindu) (Ichtiyanto, 2003: 135).

  c.

  Pandangan Agama Kristen Protestan

  Dalam Al-Kitab dijelaskan bahwa pernikahan adalah suatu “peraturan Allah” yaitu bersifat

  

sacramental (suci), yakni ia diciptakan dalam rangka

Dokumen yang terkait

MODEL PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MUSLIM (Studi Kasus di Desa Pulutan Rw 03 Tahun 2015) SKRIPSI

0 1 139

POLA PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA TKW Studi Kasus di Keluarga TKW Dusun Tugu, Desa Banding, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang 2014 SKRIPSI

0 0 148

STUDI KOMPARASI MODEL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA BEDA AGAMA DAN SEAGAMA DI PERUMAHAN TEGALREJO PERMAI SALATIGA SKRIPSI

0 0 150

PENANAMAN NILAI-NILAI MORAL DALAM KELUARGA BEDA AGAMA( Studi Kasus pada Tiga Keluarga Islam dan Kristen di Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang)

0 0 103

FENOMENA PENGANGKATAN ANAK (Studi Kasus di Dusun Dawung Desa Candirejo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang) SKRIPSI

2 5 128

PERKAWINAN POLIANDRI (Studi Kasus Di Dusun Canggal Desa Sidoharjo Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 3 149

POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF KELUARGA SALAFI (Studi Kasus Satu Keluarga Bapak AR di Desa Sumberejo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 107

Implementasi Nilai-Nilai Toleransi Dalam Pendidikan Agama Islam (Studi Pada Pemuda Desa Nyamat Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang) SKRIPSI

0 5 190

PERAN AYAH SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL DALAM MENDIDIK AKHLAK ANAK (Studi Kasus pada Keluarga TKW di Desa Blotongan Salatiga 2018) SKRIPSI

0 0 173

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA BROKEN HOME (Studi Kasus di Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang 2018) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

0 2 163