PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA BROKEN HOME (Studi Kasus di Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang 2018) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DALAM KELUARGA BROKEN HOME
(Studi Kasus di Desa Doplang Kecamatan Bawen
Kabupaten Semarang 2018)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:
FARIDA
NIM 11114186

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2018

ii

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DALAM KELUARGA BROKEN HOME
(Studi Kasus di Desa Doplang Kecamatan Bawen

Kabupaten Semarang 2018)

SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:
FARIDA
NIM : 111-14-186

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2018
1. HALAMAN BERLOG

iii

iv

v


vi

MOTTO

Lakukanlah segala sesuatu dengan rasa ikhlas, karena ketika melakukannya
dengan ikhlas sesuatu yang indah akan mencarimu. Dan jangan lupa selalu
bersyukur, maka Allah akan memberimu lebih.

vii

PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat serta karuniaNya,
skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1.

Ayah dan Almarhum ibundaku tersayang Ayah Mudakir dan Almarhum Ibu
Sukiyari yang selalu menjadi penyemangat utamaku dan selalu mendoakanku
tiada henti.


2.

Kakak terbaik Lilis Handayani yang selalu membimbing dan menasehatiku
serta membantuku disegala hal.

3.

Muchamad Noval Ardian yang selalu memberikan semangat dan do’a.

4.

Sahabat seperjuanganku yang telah berbagi rasa suka maupun duka Tutik,
Nely, Hani, Endah, Puri, Sami, Iza, Novi, Ayu dll.

5.

Sahabat terbaiku Ina, Anggita, Safitri, Dian, Indri, Fita yang selalu memberikan
motivasi dan semangat tiada akhir.

6.


Keluarga PPL, MAN Suruh Zum, Nafi, Anis, Yuniar, Nida, Wahid dll.

7.

Keluarga KKN, posko 7 Kamongan Isna, Erni, Widya, Rizal, Fina, Fitri dll.

8.

Teman-teman se Perjuangan PAI Angkatan 2014.

9.

Segenap Pendidik dan Pembaca..

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian ini dengan bail. Shalawat serta salam semoga tercurah pada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafa’atnya. Penulis
menyadari keterbatasan pengetahuan yang dimiliki, sehingga pengarahan dan
bantuan telah banyak penulis peroleh dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1.

Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2.

Bapak Suwardi, M.Pd. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
Salatiga.

3.

Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

4.


Bapak Sutrisna, S.Ag., M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
membimbing dan mengarahkan dari awal hingga akhir dalam proses
penyelesaian skripsi ini.

5.

Seluruh dosen dan staff IAIN Salatiga, terimakasih atas ilmu yang telah
diberikan.

6.

Orangtuaku dan kakakku, Bapak Mudakir, Almarhum Ibu Sukiyari yang sangat
aku sayang dan kakakku Lilis Handayani yang selalu mendoakan dan
memberikan semangat serta membantu pula proses skripsiku.

7.

Teman-teman jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2014.


ix

x

ABSTRAK

Farida. 2018. Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga Broken Home (Studi
Kasus di Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang 2018).
Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Pendidikan Agama Islam.
Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Sutrisna, S. Ag., M.
Pd.
Kata Kunci : Pendidikan, Islam, dan Broken Home
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Pendidikan Agama Islam dalam
Keluarga Broken Home di Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana cara mengajarkan
Pendidikan Agama Islam dalam keluarga Broken home. (2) Apa faktor penghambat
dan pendukung dalam mengajarkan Pendidikan Agama Islam pada keluarga broken
home. (3) Bagaimana cara memecahkan masalah yang muncul dalam mengajarkan
Pendidikan Agama Islam pada keluarga broken home.
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian lapangan (field research)

yang dilakukan di Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang.
Pelaksanaanya menggunakan metode pendekatan Kualitatif diskriptif analisis
dengan menggunakan strategi multi metode yaitu wawancara, pengamatan, serta
penelaahan dokumen. Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan secara
rasional dengan menggunakan pola Induktif dan Deduktif.
Hasil peneltian ini menunjukkan bahwa orang tua mengajarkan Pendidikan
Agama Islam dalam keluarga broken home dengan cara: (1) selalu mengajarkan
puasa wajib dan sunnah. (2) mencontohkan perilaku yang baik, disiplin, sopan
santun, kemandirian. (3) memerintahkan untuk mengaji. Faktor penghambat dan
pendukung Pendidikan Agama Islam pada keluarga Broken home yaitu: (1) faktor
penghambat geng vespa yang selalu mengajak pergi touring, perasaan anak yang
tidak stabil sehingga anak terkadang merasa jenuh. (2) faktor pendukung yaitu
keluarga yang selalu memanjakan dan menuruti semua kemauan anaknya, selalu
memberikan perhatian penuh. Cara memecahkan masalah dalam cara: (1)
menasehati dengan menyentuh hati dan perasaan. (2) selalu bersabar dan berdo’a.

xi

DAFTAR ISI


HALAMAN SAMPUL LUAR ............................................................................ i
LEMBAR BERLOGO IAIN ................................................................................. ii
HALAMAN SAMPUL DALAM ......................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ................................. vi
MOTTO
...............................................................................................................................
vii
PERSEMBAHAN................................................................................................viii
KATA
PENGANTAR
...............................................................................................................................
xi
DAFTAR
ISI

xii

...............................................................................................................................

xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 7
E. Penegasan Istilah ..................................................................................... 8
F. Sistematika Penulisan............................................................................ 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................. 12
A. Pengertian Pendidikan Agama Islam ...................................................... 12
1.

Pengertian Pendidikan ..................................................................... 12

2.

Pengertian Agama ............................................................................ 13

3.


Pengertian Islam................................................................................14

4.

Pengertian Pendidikan Agama Islam................................................14

5.

Pendidikan yang harus ditanamkan..................................................16

6.

Faktor yang mempengaruhi Pendidikan Agama Islam.....................26

B. Keluarga Broken Home ........................................................................... 28
1.

Pengertian Keluarga Broken home .................................................. 28

2.

Faktor-faktor Broken home .............................................................. 30

3.

Dampak keluarga Broken home........................................................32

C. Kajian Pustaka.........................................................................................34

xiii

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 37
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ............................................................. 37
B. Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................................38
C. Sumber Data............................................................................................39
D. Prosedur Pengumpulan Data....................................................................40
E. Analisis Data ........................................................................................... 41
F. Pengecekan Keabsahan Temuan ............................................................. 44
G. Tahap-tahap Penelitian............................................................................ 45
BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS .................................................. 47
A. Paparan Data ........................................................................................... 47
1. Keadaan Penduduk............................................................................47
2. Data Responden.................................................................................52
3. Profil Subjek Penelitian.....................................................................53
4. Temuan Penelitian.............................................................................59
B. Analisis Data ........................................................................................... 88
1.

Cara orang tua mendidik Pendidikan Agama Islam dalam keluarga
broken home .................................................................................... 88

2.

Faktor penghambat dan pendukung dalam orang tua
Pendidikan

Agama

Islam

dalam

keluarga

mendidik
broken-

home.................................................................................................92
3.

Cara memecahkan masalah dalam mendidik Pendidikan Agama Islam
dalam keluarga broken home..................................................96

BAB V PENUTUP.............................................................................................100

xiv

A. Kesimpulan .....................................................................................100
B. Saran................................................................................................101

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Usia .......................................................... 47
Tabel 4.2 Jumlah penduduk Menurut Agama ...................................................... 48
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan ............................................... 49
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian .................................... 50
Tabel 4.5 Jumlah Keluarga yang bercerai ............................................................ 52
Tabel 4.6 Daftar Informan Keluarga Broken home.....................................................52

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1

Surat Tugas Pembimbing Skripsi

Lampiran

2

Lembar Bimbingan Skripsi

Lampiran

3

Pedoman Wawancara

Lampiran

4

Hasil Wawancara

Lampiran

5

Dokumentasi

Lampiran

6

Daftar Nilai SKK

Lampiran

7

Riwayat Hidup Penulis

xvii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Setiap orang yang menikah pasti mempunyai keluarga, anggota
keluarga terdiri dari bapak, Ibu dan Anak. Tugas orang tua yaitu mengurus dan
mendidik anaknya dengan baik, karena anak merupakan titipan Allah yang
harus dijaga. Anak adalah pengikat hati dalam keluarga, yang diamanatkan
oleh Allah kepada bapak dan ibu mereka. Anak-anak yang shaleh adalah
sumber kebahagiaan, namun sebaliknya anak juga menjadi fitnah bagi kedua
orang tuanya. Oleh karena itu anak menjadi tanggung jawab orang tua, selain
itu menjadi tanggung jawab masyarakat dan bangsa untuk membimbingnya
agar anak memperoleh masa depan yang baik, duniawi maupun ukhrawi.
Orang tua berperan sepenuhnya dalam mendidik anaknya karena
mendidik anak itu tidak hanya dilakukan di ruang lingkup sekolah tetapi juga
dalam ruang lingkup keluarga. Terkadang orang tua tidak begitu
memperdulikan anaknya dalam soal pendidikan, tidak banyak dari mereka
hanya memberikan fasilitas pendidikan secara umum seperti hanya
menyekolahkannya saja tanpa mengetahui seberapa dalam anak tersebut
mendalami ilmu pengetahuan yang telah diperolehnya. Selain pendidikan
umum, pendidikan agama islam juga harus diperhatikan karena pendidikan
agama Islam mempunyai pengaruh yang sangat penting. Ketika anak tidak
dikenalkan tentang Pendidikan Agama Islam kehidupan anak tidak akan

1

berjalan dengan baik karena ajaran agama Islam merupakan pedoman hidup
manusia khusunya bagi seorang muslim. Orang tua harus mengajarkan
Pendidikan Agama Islam dengan cara yang baik, kebanyakan dari mereka
kurang peduli dalam hal memperhatikan anak.
Setiap orang tua tentu mendambakan keluarganya bahagia, suatu
keluarga yang setiap anggotanya mampu memahami, menghayati dan
merealisasikan fungsi keluarga sesuai dengan kedudukannya masing-masing.
Diantara fungsi keluarga, selain fungsi rekreatif, protektif, ekonomi, sosial, dan
reproduktif selain itu juga mendidik anak dengan mendidik edukatif serta
menanamkan pemahaman dan pengalaman tentang keagamaan (religius).
Keluarga merupakan sarana utama dan pertama dalam mendidik serta
menanamkan pemahaman dan pengalaman keagamaan. Dalam hal ini tentu
saja orang tua ayah dan ibu memiliki tanggung jawab terbesar (Daroeso,
1986:26-27).
Pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar dan terencana untuk
menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan
mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau
latihan dengan dibarengi tuntutan untuk menghormati penganut agama lain
hubungannya dengan kerukunan umat beragama, sehingga terwujud kesatuan
dan persatuan bangsa. Dengan demikian berbicara tentang Pendidikan Agama
Islam dapat dimaknai dalam dua pengertian, yaitu: sebagai proses penanaman
ajaran Islam dan sebagai bahan kajian yang menjadi proses itu sendiri
(Muhaimin dan dkk, 2001:75). Pendidikan agama islam

2

merupakan

pendidikan utama yang harus dipelajari dalam mencapai kehidupan yang kekal
dan kebahagiaan selama-lamanya. Islam menegakkan bahwa orang tua sebagai
tempat untuk anak mendapatkan pendidikan. Terutama pendidikan agama
Islam yang sangat bermanfaat dan membimbing untuk kehidupannya nanti. Hal
tersebut ditanamkan oleh orang tua agar menghasilkan generasi-generasi yang
beragama dan sesuai tuntunan Agama Islam (Zakiah Drajdat, 1995:49).
Keluarga mempunyai pengertian suatu sistem kehidupan masyarakat
yang terkecil dan dibatasi oleh adanya keturunan (nasab) atau juga disebut
ummah akibat adanya kesamaan agama. Pembinaan kesejahteraan keluarga
dilakukan bertujuan supaya seluruh anggota keluarga mendapatkan
kebahagiaan dunia dan akhirat dengan ridha Allah SWT, sehingga terwujud
keluarga yang sakinah. Tujuan ini berlaku untuk individu-individu yang akan
membentuk keluarga. Sedangkan pencapaian ini dilakukan sesuai dengan
program pendidikan yang telah dibentuk oleh kepala keluarga, program
pendidikan tersebut biasanya dimulai sejak masa kanak-kanak, remaja, dewasa
hingga pemilihan jodoh menjelang perkawinan. Pendidikan keluarga meliputi
keseluruhan kewajiban hidup beragama yang dimulai dari aqidah, syariah,
ibadah dan akhlaq yang diajarkan baik secara formal, diberitahukan dan
dicontohkan oleh orang tua maupun dengan proses imitasi, sugesti dan
transformasi yang tidak sengaja yang diajarkan oleh orang tua itu sendiri,
sehingga untuk mencegah suatu kesalahan mendidik, maka orang tua harus
mempelajarinya terlebih dahulu sesuai ketentuannya (Zakiah Daradjat,
1987:182).

3

Anak yang dibesarkan dalam keluarga disfungsi pekawinan mempuyai
resiko tinggi terjadinya gangguan pekembangan kepribadiannya. Karena itu
menciptakan keluarga yang harmonis menjadi sangat penting bagi proses
mendidik anak (Abdul Mustaqim, 2010:85). Hidup bahagia, harmonis dan
penuh cinta kasih merupakan dambaan setiap pasangan yang menikah,
tercantum dalam firman Allah surat Al-Rum ayat 21 sebagai berikut:

ِّ
ِّ
َ ‫َومِ ْن آيَاتِ ِه أَ ْن َخلَ َق لَ ُكم ِّم ْن أَن ُف ِّس ُك ْم أ َْزَواجاً لتَ ْس ُكنُوا إِّلَْي َها َو َج َع َل بَْي نَ ُكم َّم َوَّد ًة َوَر ْْحَةً إِّ َّن ِّف َلل‬
‫يَت َفَ َّك ُرون‬

ٍ ‫ََلَي‬
‫ت لَِّق ْوٍم‬
َ

Artiya : “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung
dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa
kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda.” (Hatta, 2009:406).

Ayat tersebut menjelaskan tentang pendidikan keluarga untuk
menciptakan keluarga yang sakinah sesuai dengan firman Allah, bahwa setiap
keluarga harus selalu menciptakan suasana yang seindah dan seharmonis
mungkin, agar proses mendidik anak pun selalu berjalan dengan baik. Namun
tidak semua orang dapat mewujudkan keinginan tersebut, dan malah
sebaliknya kebanyakan terjadi permasalahan. Konflik atau permasalahan
merupakan suatu permasalahan yang terjadi didalam keluarga biasanya
berujung pada perceraian atau sering disebut broken home. Keluarga yang

4

mengalami broken home kebanyakan mengalami beberapa masalah dalam
mendidik anaknya khusunya mendidik keagamaan pada anak.
Broken Home dapat terjadi apabila antara suami istri yang bersangkutan
tidak mungkin lagi didamaikan untuk hidup rukun kembali dalam rumah
tangga seutuhnya. Keadaan seperti ini terjadinya broken home tidak secara
tiba-tiba dan bukan proses yang mudah atau sederhana. Permasalahan yang
terjadi merupakan titik akhir dari suatu proses berlangsung lama dan adanya
penyesuaian diri yang ekstrim. Broken Home dapat dilakukan secara legal,
dimana salah satu pasangan (suami atau istri) meninggalkan keluarga tanpa
pamit dalam waktu lama. Broken home mengakibatkan status seorang laki-laki
sebagai suami maupun status seorang perempuan sebagai istri secara legal
berakhir. Tetapi tidak menghentikan status masing-masing sebagai ayah dan
ibu terhadap anak-anaknya, karena hubungan antara ayah atau ibu dengan
anak-ananya adalah hubungan darah tidak bisa diputus begitu saja lewat
pernyataan kehendak (Gunarsa dan Yulia, 1995: 48).
Sebagaimana latar belakang tersebut, maka penting untuk dilakukan
penelitian terhadap masyarakat, khusunya keluarga yang mengalami broken
home yang mengalami perceraian dan pisah ranjang atau tidak ada status yang
jelas. Hal yang menarik yang ingin penulis teliti adalah bagaimana cara
mengajarkan Pendidikan Agama Islam pada keluarga broken home, apa saja
faktor penghambat dan pendukung Pendidikan Agama Islam dalam keluarga
broken home, dan bagaimana cara memecahkan masalah yang terjadi dalam
mengajarkan Pendidikan Agama Islam pada keluarga broken home. Dan

5

Penulis menentukan judul yang sesuai dari penelitian ini adalah “ Pendidikan
Agama Islam dalam Keluarga Broken Home (Studi kasus pada keluarga di
Desa Doplang kecamatan Bawen Kabupaten Semarang)”.
B. Rumusan Masalah
1.

Bagaimana cara mengajarkan Pendidikan agama Islam dalam keluarga
Broken home di Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang?

2.

Apa faktor penghambat dan pendukung pendidikan agama Islam dalam
keluarga Broken home di Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten
Semarang?

3.

Bagaimana cara memecahkan masalah yang muncul dalam Pendidikan
agama Islam pada keluarga Broken home di Desa Doplang Kecamatan
Bawen Kabupaten Semarang?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada permasalahan pokok yang akan diteliti, maka peneliti
melakukan hal tersebut dengan tujuan sebagai berikut:
1.

Untuk cara mengajarkan Pendidikan agama Islam dalam keluarga Broken
home.

2.

Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dan pendukung pendidikan
agama Islam dalam keluarga broken home.

3.

Untuk mengetahui cara memecahkan masalah yang muncul dalam
pendidikan agama Islam pada keluarga broken home.

D. Manfaat Penelitian

6

1. Secara Teoritis
a. Adanya hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan
dan Ilmu pengetahuan khususnya tentang Pendidikan Agama Islam.
b. Memberikan wawasan dan ilmu pengetahuan bagi penulis.
2. Secara Teoritis
a. Bagi Peneliti
Sebagai pembelajaran bagi penulis tentang kehidupan dalam
rumah tangga, dan mendidik anak serta dapat menjaga hubungan
dengan keluarga.
b. Bagi Orang Tua
Sebagai orang tua agar lebih menjaga keutuhan dalam rumah
tangga dan mencegah untuk melakukan perceraian dan pisah ranjang.
Serta mendidik anaknya dengan lebih baik lagi.
c. Bagi Tokoh Masyarakat
Untuk menjadi acuan yang dapat digunakan oleh tokoh masyarakat
seperti para guru, tokoh agama, dosen untuk bertanggung jawab dalam
pendidikan anak.
d. Orang lain
Mengetahui Ilmu dan pengetahuan yang sebelumnya tidak
diketahuinya. Untuk penulis berikutnya yang ingin meneliti studi kasus
yang sama, dapat dijadikan sebagai acuan yang berkaitan dengan
pendidikan agama Islam dalam keluarga broken home.
E. Penegasan Istilah

7

Untuk menghindari terjadinya silang pengertian dalam memahami
judul yang telah saya sebutkan, maka penulis menegaskan beberapa istilah
pokok yang terdapat dalam rumusan judul seperti berikut ini:
1.

Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,
hingga mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan
ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan AlHadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan
pengalaman (Abdul Majid, 2012: 11).
Menurut Zuhairini (2004: 1) Pendidikan Agama Islam adalah suatu
kegiatan yang bertujuan menghasilkan orang-orang beragama, dengan
demikian pendidikan agama perlu diarahkan ke arah pertumbuhan moral
dan karakter.
Dapat disimpulkan dan diperjelas bahwa Pendidikan Agama Islam
adalah Pendidikan yang mengajarkan tentang hal-hal yang menjadi
pedoman manusia untuk melakukan segala sesuatu yang memiliki ruang
lingkup yang luas, didalam penelitian ini menggukan aspek keimanan,
ibadah dan akhlak untuk mengetahui bagaimana cara orang tua
mengajarkan tentang pendidikan tersebut.

2.

Keluarga Broken home
Secara etimologis keluarga dalam istilah Jawa terdiri dari dua kata
yakni kawula dan warga. Kawula berarti abdi dan warga adalah anggota.

8

Artinya kumpulan individu yang memiliki rasa pengabdian tanpa pamrih
demi kepentingan seluruh individu yang bernaung di dalamnya. Pengertian
keluarga secara realitas adalah sekelompok orang yang terdiri dari kepala
keluarga dan anggotanya dalam ikatan nikah ataupun nasab yang hidup dalam
satu tempat tinggal, memiliki aturan yang ditaati secara bersama dan mampu
mempengaruhi antar anggotanya serta memiliki tujuan dan program yang
jelas. Keluarga terdiri atas ayah, ibu, anak, saudara dan kerabat lainnya.
Adapun keluarga batin biasanya terdiri dari seorang ayah, ibu dan anak.
Keluarga ini dapat dikatakan sebagai keluarga kecil (Aziz, 2015: 16-17).

Broken home adalah “keretakan di dalam keluarga yang berarti
rusaknya hubungan satu dengan yang lain di antara anggota keluarga
tersebu

(Pujosuwarno,1993:7).

Menurut

Hurlock,

Broken

Home

merupakan kulminasi dari penyesuaian perkawinan yang buruk dan terjadi
bila suami dan istri sudah tidak mampu lagi mencari cara penyelesaian
masalah yang dapat memuaskan kedua belah pihak. Perlu disadari bahwa
banyak perkawinan yang tidak membuahkan kebahagiaan tetapi tidak dia
akhiri dengan perpisahan. Permasalahan tersebut dikarenakan perkawinan
dilandasi dengan suatu pertimbangan agama, moral, kondisi ekonomi dan
alasan-alasan yang lain. Perpisahan atau pembatalan perkawinan dapat
dilakukan secara hukum maupun dengan diam-diam dan kadang ada juga
kasus dimana salah satu pasangan (suami, istri) meninggalkan keluarganya
(Hurluck, 1990: 310).
Dari pemaparan tersebut keluarga broken home adalah keadaan
rumah tangga yang sudah tidak utuh lagi layaknya keluarga biasa, terjadi

9

perubahan-perubahan dalam bertindak berperilaku mengajarkan sesuatu
pada anak ataupun mendidik. Hal tersebut dikarenakan oleh beberapa
penyebab yaitu perceraian, pisah ranjang karena alasan tertentu, cerai mati.
Penyebab tersebut sesuai objek dengan yang akan peneliti lakukan
khususnya di keluarga broken home di Desa Doplang Kecamatan Bawen
Kabupaten Semarang
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan bagi para pembaca dalam mempelajari dan
memahami skripsi ini, penulis telah membagi sistematika penulisan sebagai
berikut:
BAB I

Berisi tentang pendahuluan yang berisi latar belakang
masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
penegasan istilah, dan sistematika penulisan tentang Pendidikan
Agama Islam dalam keluarga Broken Home di Desa Doplang
Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang.

BAB II

Berisi tentang kajian pustaka yang terdiri atas pengertian
pendidikan, agama, Islam, Pendidikan Agama Islam, Pendidikan
agama Islam yang harus ditanamkan pada anak, faktor yang
mempengaruhi Pendidikan agama Islam dan pengertian tentang
keluarga broken home, faktor yang mempengaruhi broken home,
dan dampak keluarga broken home.

BAB III

Bagian ini memuat uraian tentang metode dan langkahlangkah penelitian secara operasional yang meliputi pendekatan
penelitian, jenis penelitian, lokasi penelitian yang berada di Desa
Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang, sumber data,

10

prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan
data, dan tahap-tahap penelitian.
BAB IV

Bagian ini berisi tentang paparan dan analisis data tentang
gambaran umum lokasi penelitian di Desa Doplang Kecamatan
Bawen Kabupaten Semarang yang mencakup profil setiap
keluarga, letak geografis, keadaan penduduk menurut usia, agama,
mata pencaharian dan jumlah keluarga yang bercerai. Temuan
penelitian tentang bagaimana cara orang tua mengajarkan
Pendidikan Agama Islam dalam keluarga Broken home, faktor
penghambat dan pendukung Pendidikan Agama Islam dalam
keluarga broken home, cara memecahkan masalah dalam
mengajarkan Pendidikan agama Islam dalam keluarga broken
home . Data temuan penelitian disajikan dalam bentuk pola, tema,
kecenderungan, dan motif yang muncul dari data. Bagian analisis
menguraikan gagasan peneliti, keterkaitan antara pola-pola,
kategori-kategori.

BAB V

Penutup memuat kesimpulan, tindak lanjut penelitian, dan
saran atau rekomendasi yang diajukan dalam penelitian Pendidikan
Agama Islam dalam keluarga Broken home di Desa Doplang
Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pendidikan Agama Islam
1.

Pengertian Pendidikan

11

Secara etimologi, pendidikan berasal dari bahasa Yunani, Paedagogiek .
Pae berarti anak, gogos artinya membimbing, dan iek artinya Ilmu. Jadi
secara etimologi Paedagogiek ilmu yang membicarakan bagaimana cara
mendidik anak. Secara Terminologi Pendidikan adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau
latihan bagi peranannya di masa yang akan datang (Suparlan, 2007:77).
Menurut UU No. 20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, dan Negara.
Sedangkan menurut W.J.S. Poerwadarminta, pendidikan berasal dari kata
dasar didik dan diberi awalan men-, yaitu kata kerja yang artinya memelihara
dan memberi latihan ajaran. Menurut tokoh pendidikan dari Indonesia, Ki
Hajar Dewantara, pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan
bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek) dan
tubuh anak (Teguh, 2013:61).

2.

Pengertian Agama
Agama secara etimologis berasal dari bahasa Sansekerta yakni kata “a”
yang berarti “tidak” dan “gama” yang berarti “kacau”. Berdasarkan
pengertian ini maka orang yang beragama kehidupannya tidak kacau, akan

12

teratur, karena memiliki petunjuk yang bersumber dari agama itu. Secara
Terminologi Agama menurut Frezer dalam Aslam Hadi yaitu menyembah
atau menghormati kekuatan yang lebih agung dari manusia yang dianggap
mengatur dan menguasai jalannya alam semesta dan jalannya peri kehidupan
manusia (Syafaat, 2008: 11). Istilah “Agama” menurut Al-Qur’an identik
dengan Al-Din. Al-Qur’anul Karim menggunakan kata Al-Din sesuai dengan
pengertian lughawi yang berlaku dalam masyarakat Arab. Pengertian tersebut
adalah undang-undang, aturan-aturan berpikir, aturan berbuat, hukum-hukum,
dan tata cara beribadah (Mahmud dan dkk, 2013:123). Pengertian ini
tercantum dalam firman Allah surat Asy- Syura ayat 21 sebagai berikut:

ِّ
ِّ ‫أَم ََلم ُشرَكاء َشرعُوا ََلم ِّمن‬
ِّ ‫ص ِّل لَ ُق‬
ِّ ‫الد‬
‫ين َما ََلْ ََيْذَن بِّ ِّه ه‬
‫ض َي بَي ْْيََي ُُ ْم َوِِّ هن‬
ْ ‫اَّللُ َولَ ْوََل َكل َمةُ الْ َف‬
َ ُ َ
َ ُْ ْ
ِّ
ٌ‫اب أَلِّْم‬
ٌ ‫ني ََلُ ْم َع َذ‬
َ ‫الظهال ِّم‬
Artiya: “Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang
mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?
Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah
mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang
zalim itu akan memperoleh azab yang amat pedih”. (Hatta, 2009:485).
3.

Pengertian Islam
Secara Etimologi kata Islam berasal dari kata aslama, yuslimu, islaman,
yang berarti submission (ketundukan), resignation (pengunduran),
reconciliation (perdamaian) dan to the will of god tunduk kepada Allah. Kata
aslama ini berasal dari kata salima, berarti peace, yaitu damai, aman, dan

13

sentosa. Pengertian Islam itu sejalan dengan tujuan ajaran Islam, yaitu untuk
mendorong manusia agar patuh dan tunduk kepada Tuhan, sehingga terwujud
keselamatan, kedamaian, aman dan sentosa, serta sejalan pula dengan misi
ajaran Islam, yaitu menciptakan kedamaian di muka bumi dengan cara
mengajak manusia untuk patuh dan tunduk kepada Tuhan Secara Terminologi
Islam adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW berpedoman
pada kitab suci Al-Qur’an, yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah
SWT (Abuddin, 2016:27).
4.

Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam adalah Pendidikan yang seluruh komponen atau
aspeknya didasarkan pada ajaran Islam. Visi, misi, tujuan, proses belajar
mengajar, pendidik, peserta didik, hubungan pendidik, dan peserta didik,
kurikulum, bahan ajar, sarana prasarana, pengelolaan, lingkungan dan aspek
atau komponen pendidikan lainnya didasarkan pada ajaran Islam (Abudin,
2010:36).
Pengertian pendidikan agama menurut KPPN (Komisi Pembaharuan
Pendidikan Nasional). Agama mempunyai perana yang penting dalam
kehidupan manusia pancasila sebab, agama merupakan motivasi hidup dan
kehidupan serta merupakan alat pengembangan dan pengendalian diri yang
sangat penting. Oleh karena itu Agama perlu diketahui, dipahami, dan
diamalkan oleh manusia Indonesia agar dapat menjadi dasar kepribadian
sehingga ia dapat menjadi manusia yang utuh. Agama mengatur hubungan
manusia dengan Tuhan yang Maha Esa, hubungan manusia dengan manusia,

14

hubungan manusia dengan alam, dan hubungan manusia dengan dirinya yang
dapat menjamin keselarasan, keseimbangan, dan keserasian dalam hidup
manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat dalam
mencapai kemajuan lahiriyah dan kebahagiaan rohaniyah. Agama sebagai
dasar tata nilai merupakan penentu dalam perkembangan dan pembinaan rasa
kemanusiaan yang adil dan beradab, maka pemahaman dan pengalamannya
dengan tepat dan benar diperlukan untuk menciptakan kesatuan bangsa.
Bahan pendidikan agama bagi masing-masing pemeluknya berasal dari
sumber-sumber agamanya masing-masing. Pelaksanaan pendidikan agama
dilakukan oleh pengajar yang meyakini, mengamalkan, dan menguasai agama
tersebut. Tujuan pendidikan nasional adalah meningkatkan ketaqwaan kepada
Tuhan yang Maha Esa. Pendidikan agama merupakan bagian pendidikan
yang amat penting yang berkenaan dengan aspek-aspek sikap dan nilai,
antara lain akhlak dan keagamaan.
Pendidikan Agama Islam menurut Ditbinpaisun adalah suatu usaha
bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari
pendidikan dapat memahami apa yang terkandung di dalam Islam secara
keseluruhan, menghayati makna dan maksud serta tujuannya dan pada
akhirnya dapat mengamalkannya serta menjadikan ajaran-ajaran agama Islam
yang telah dianutnya itu sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat
mendatangkan keselamatan dunia dan akhirat kelak (Zakiyah, 1996:85-86).
5.

Pendidikan agama Islam yang harus ditanamkan terhadap Anak

15

Ajaran Islam secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga, yakni
iman (akidah), ibadah dan akhlak. Maka nilai-nilai Pendidikan Agama Islam
yang harus ditanamkan orang tua kepada anak harus meliputi nilai iman
(akidah), nilai ibadah dan nilai akhlak. Ketiga ajaran pokok Islam ini
selengkapnya diungkapkan sebagai berikut
a.

Akidah
Secara Etimologi, akidah berasal dari kata aqada yang berarti ikatan
atau keterkaitan, Akidah berarti pula janji, karena janji merupakan ikatan
kesepakatan antara dua orang yang mengadakan perjanjian (Nina,
2014:56). Akidah secara Terminologi adalah sesuatu yang mengharuskan
hati membenarkannya, yang membuat jiwa tenang dan menjadi
kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan keraguan (Taufiq, 2011:
15). Akidah Islam di dalam Al-Qur’an disebut Iman yang dibangun atas
dasar keimanan. Iman dipahami sebagai suatu keyakinan yang
dibenarkan dalam hati, diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan
amal perbuatan yang didasari niat yang tulus dan ikhlas dan selalu
mengikuti petunjuk Allah SWT serta Sunah Nabi Muhammad SAW
(Mahfud, 2011:12). Akidah adalah inti dasar dari keimanan seseorang
yang harus ditanamkan kepada anak oleh orang tua, hal ini telah
disebutkan dalam surat Lukman ayat 13 sebagai berikut:

ِّ ‫ال لُْقما ُن ِِّلبنِّ ِّه وهو يعِّظُه َي ب َن َِل ُ ْْ ِِّْْ ِِّ َّّلِّ إِّ َّن‬
‫الْ َِْْ لَظُْلم َع ِّظيم‬
ََّ ُ َ ُ َ َ ُ َ ْ َ َ َ‫َوإِّ ْل ق‬

16

Artinya :“Dan ingatlah ketika Lukman berkata kepada anaknya di waktu
ia memberikan pelajaran kepadanya: “hai anakku, janganlah
kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan
Allah adalah benar-benar kedholiman yang besar”. (Hatta,
2009:412).

Dari ayat tersebut Lukman telah diangkat kisahnya oleh Allah SWT
dalam Al-Qur‟an yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW dan
menjadi dasar pedoman hidup setiap muslim. Ini berarti bahwa pola umum
pendidikan yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya menurut Islam
dikembalikan kepada pola yang dilaksanakan Lukman dan anaknya. Allah
mengingatkan kepada Rasulullah nasihat yang pernah diberikan Luqman
kepada putranya ketika ia memberi pelajaran kepadanya. Nasihat itu
adalah “Wahai anakku, Janganlah engkau mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan Dia Allah adalah kedzaliman yang
besar.” Mempersekutukan Allah dikatakan ke zaliman karena perbuatan
itu berarti menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya, yaitu menyamakan
sesuatu yang melimpahkan nikmat dan karunia dengan sesuatu yang tidak
sanggup memberikan semua itu (Kementrian RI, 2010:545).
Menyamakan Allah sebagai sumber nikmat dan karunia dengan
patung-patung yang tidak berbuat apa-apa adalah perbuatan zalim.
Perbuatan itu dianggap sebagai kezaliman yang sangat besar karena yang
disamakan dengan makhluk yang tidak bisa berbuat apa-apa itu adalah

17

Allah pencipta dan penguasa semesta alam, yang seharusnya semua
makhluk mengabdi dan menghambakan dirinya kepada Allah. Anak
adalah generasi penerus dari orang tuanya. Cita-cita yang belum dicapai
orang tua semasa hidup di dunia diharapkan dapat tercapai oleh anaknya.
Demikian pula kepercayaan yang dianut orang tuanya, disamping budi
pekerti yang luhur. Cara Luqman menyampaikan pesan itu wajib dicontoh
oleh setiap orang tua yang mengaku dirinya muslim. Potongan tafsir
tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap orang tua harus mendidik
anaknya dalam hal akidah (Chabib, 1996:61).
Pokok bahasan Akidah Islam dibangun atas enam dasar keimanan
yang disebut Arkanul Iman atau rukun iman, yang tersimpul dalam
Syahadatain atau dua kalimat syahadat. Rukun iman merupakan pokok
bahasan aqidah Islam, terdiri dari iman kepada Allah, para malaikat, kitabkitab, para rasul, hari akhirat, dan ketentuan Allah qadha dan qadhar.
Keimanan tersebut harus diperkenalkan pada anak dengan cara sebagai
berikut :

1) Memperkenalkan nama Allah SWT dan Rasulnya.
2) Memberikan gambaran tentang siapa pencipta alam raya ini melalui
kisah-kisah teladan.
3) Memperkenalkan

ke-Maha

Kholifah,2009:6).

18

Agungan

Allah

(Iman

dan

Dalam kitabnya Al-Ghazali menganjurkan tentang asas pendidikan
keimanan ini agar diberikan kepada anak-anak sejak dini, yakni:
“ Ketahuilah, bahwa apa yang telah kami sebutkan itu pengenai
penjelasan akidah (keyakinan) maka sebaiknya didahulukan kepada
anak-anak pada awal pertumbuhannya. Supaya dihafalkan dengan
baik, kemudian senantiasalah terbuka pengertiannya nanti sedikit
demi sedikit sewaktu dia telah besar. Jadi permulaanya dengan
menghafal, lalu memahami,kemudian beri’tikad, mempercayai dan
membenarkan, dan yang berhasil pada anak-anak, tanpa, memerlukan
bukti.”

Jelaslah bahwa asas pendidikan keimanan, terutama akidah tauhid
atau mempercayai ke-Esa-an Tuhan harus diutamakan, karena akan hadir
secara sempurna dalam jiwa anak “perasaan ketuhanan” yang berperan
sebagai fundamen dalam berbagai aspek kehidupannya.
Akidah tauhid yang tertanam kokoh dalam jiwa anak, maka ia akan
mewarnai kehidupannya sehari-hari, karena terpengaruh oleh suatu
pengakuan tentang adanya kekuatan yang menguasainya yaitu, Tuhan
Allah yang Maha Esa. Sehingga timbul rasa takut berbuat kecuali yang
baik-baik dan semakin matang perasaan ke-Tuhanannya, semakin baik
pula segala perilakunya. Jadi penanaman akidah iman adalah masalah
pendidikan perasaan dan jiwa, bukan akal pikiran sedangkan jiwa telah ada
dan melekat pada anak sejak kelahirannya, maka sejak mula

19

pertumbuhannya harus ditanamkan rasa keimanan dan akidah tauhid
sebaik-baiknya (Zainudin dkk, 1991:97).
b.

Ibadah
Secara Etimologi Ibadah berasal dari kata”abada” yang berarti patuh,
tunduk, menghambakan diri, dan amal yang diridhai Allah. Secara
Terminologi Ibadah adalah suatu perbuatan untuk menyatakan bakti
kepada Tuhan, seperti shalat, berdoa dan berbuat baik. Ibadah dalam Islam
secara garis besar terbagi kedalam dua jenis, yaitu ibadah mahdah (ibadah
khusus) dan ibadah ghoiru mahdah (ibadah umum). Ibadah mahdah
meliputi sholat, puasa, zakat, haji. Sedangkan ibadah ghoiru mahdah
meliputi shodaqoh, membaca Al-Qur’an dan lain sebagainya (Mahfud,
2011:23). Nilai ibadah, khususnya pada pendidikan sholat disebutkan
dalam ayat 17 surat Lukman sebagai berikut:

ِّ
‫ك‬
‫َن أَقِّ ِّم ال ه‬
َ َ‫َصاب‬
َ ِّ‫ك ِِّ هن ذَل‬
‫ََي بيُ َه‬
ْ ‫ص ََل َة َوأْ ُم ْر ِِّبل َْم ْع ُروف َوانْهَ َع ِّن ال ُْمَ َك ِّر َو‬
َ ‫اصِّ ِْب َعلَى َما أ‬
ٌ‫ِّم ْن َع ْزِّم ْاْل ُُمور‬
Artinya :”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah manusia untuk
mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan
munkar, dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Sesungguhnya hal yang demikian itu termasuk diwajibkan
(oleh Allah). (Hatta, 2009:412).

20

Pendidikan sholat dalam ayat ini tidak terbatas tentang kaifiyah untuk
menjalankan sholat yang lebih bersifat fiqhiyah, melainkan termasuk
menanamkan nilai-nilai di balik ibadah sholat. Mereka harus mampu
tampil sebagai pelopor amar ma’ruf dan nahi munkar serta jiwanya
menjadi orang yang sabar. Tata peribadatan menyeluruh sebagaimana
termaktub dalam fiqh Islam itu hendaklah diperkenalkan dan dibiasakan
oleh orang tua dalam diri anak. Hal ini dilakukan agar kelak mereka
tumbuh menjadi insan yang benar-benar takwa, yakni insan yang taat
melaksanakan segala perintah agama dan taat pula dalam menjauhi segala
larangannya. Ibadah sebagai realisasi dari akidah Islamiyah harus tetap
terpancar dan teramalkan dengan baik oleh setiap anak (Mansur,
2005:166-177). Sejak dini anak-anak harus diperkenalkan dengan tentang
Ibadah dengan cara sebagai berikut:
1) Mengajak anak ke tempat Ibadah.
2) Memperlihatkan bentu-bentuk Ibadah.
3) Memperkenalkan arti Ibadah (Imam dan Kholifah, 2009:6-7).

c.

Akhlak
Secara etimologi Akhlak berasal dari kata ( ‫ ) أخالق‬adalah kata jamak
dari kata tunggal khuluq ( ‫) خلق‬. Kata khuluq adalah lawan dari kata khalq.

21

Khuluq merupakan bentuk batin sedangkan khalq merupakan bentuk lahir.
Khalq dilihat dengan mata lahir (bashar) sedangkan khuluq dilihat dengan
mata batin (bashirah). Keduanya dari akar kata yang sama yaitu kalaqa.
Khuluq atau akhlak adalah sesuatu yang tercipta atau terbentuk melalui
proses (Nasirudin, 2010:130).
Secara Terminologi menurut Ibnu Miskawaih akhlak adalah keadaan
jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan suatu perbuatan
tanpa melalui pertimbangan pikiran lebih dulu. Sedangkan menurut alGhazali akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa, dari sifat itu
timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan
pertimbangan pikiran terlebih dahulu. Jadi menurut Ibnu Miskawaih dan
al-Ghazali, akhlak adalah sesuatu dalam jiwa yang mendorong seseorang
mempunyai potensi-potensi yang sudah ada sejak lahir. Dan manusia akan
menjadi sempurna jika mempunyai akhlak terpuji (al-akhlaq almahmudah) serta menjauhkan segala akhlak tercela (al-akhlaq almazmumah) (Mansur, 2005:221-222). Nilai akhlak sangat penting untuk
ditanamkan dalam diri anak, sebagaimana disebutkan dalam surat Lukman
ayat 14, 18 dan 19 sebagai berikut:

ِّ
ِّ ِّ
ِّ ‫ني أ‬
ِّ ْ ‫صالُهُ ِّف َع َام‬
ِّْ ‫ص ْْيََا‬
‫َن ا ْش ُك ْر ِِّل‬
‫َو َو ه‬
َ ‫نسا َن بَِّوال َديْه ََحَلَْتهُ أ ُُّمهُ َو ْهَاً َعلَى َو ْه ٍن َوف‬
َ ‫اْل‬
ِّ ‫ك ِِّ َه‬
ِّ َْ‫هاس َوََل َت‬
ِّ َ‫ص ِّع ْر َخ هد َك لِّل‬
ِّ ‫ش ِّف ْاْل َْر‬
‫ض َم َرااً ِِّ هن ه‬
‫اَّللَ ََل‬
َ ْ‫َولَِّوالِّ َدي‬
َ ُ‫ َوََل ت‬. ‫ي‬
ُ ‫ِل ال َْمص‬

22

ِّ ‫ض‬
ِّ ‫َصو‬
ِّ ‫واق‬. ‫ال فَ ُخوٍر‬
ٍ َ‫ب ُك هل ُُمْت‬
ِّ َ ِّ‫ص ْوت‬
‫ات‬
ُّ ‫ُُِّي‬
َ ِّْ‫ْص ْد ِّف َم ْش‬
ْ ُ ‫ك َوا ْغ‬
َ ‫ض من‬
َ
َ ْ ‫ك ِ هن أَن َك َر ْاْل‬
. ‫ت ا ْْلَ ِّم ِّي‬
ُ ‫ص ْو‬
َ َ‫ل‬

Artinya: “Dan kami perintahkan kepada manusia untuk (berbuat baik)
kepada kedua orang tua ibu bapaknya; ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah lemah
dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan
kepada kedua orang ibu bapakmu, hanya kepada Ku-lah kamu
akan kembali. Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari
manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di
muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong dan membanggakan diri. Dan
sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan lunakanlah suaramu,
sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara khimar”.
(Kementrian RI, 2010:546).

Dari ayat tersebut menunjukkan bahwa tekanan utama pendidikan
yang diberikan orang tua kepada anak dalam Islam adalah pendidikan
akhlak, dengan jalan melatih anak membiasakan hal-hal yang baik,
menghormati kepada kedua orang tua, bertingkah laku yang sopan baik
dalam perilaku keseharian maupun dalam bertutur kata. Nilai akhlak tidak

23

hanya dikemukakan secara teoritik, melainkan disertai contoh-contoh
konkret untuk dihayati maknanya dicontohkan kesusahan ibu yang
mengandung, serta jeleknya suara khimar bukan sekedar untuk diketahui,
melainkan untuk dihayati apa yang ada dibalik yang nampak tersebut,
kemudian

direfleksikan

dalam

kehidupan

kejiwaannya

(Chabib,

1996:107-108). Mendidik anak tentang akhlak tidak hanya di didik saja
tetapi sebagai orangtua juga harus memberikan tauladan yang baik atau
memberikan contoh yang baik sebagaimana yang dijelaskan dalam firman
Allah dalam Surat Al-Ahzab ayat 21 :

َِّّ ‫ول‬
ِّ ‫لََق ْد َكا َن لَ ُكم ِّف رس‬
َّ ‫ُس َوة َح َسنَة لِّ َمن َكا َن يَ ِْ ُجو‬
َّ َِ‫اّلَ َوالْيَ ْوَم ْاَل ِّخَِ َولَ َك‬
ً‫اّلَ َكثِّريا‬
ْ ‫اّل أ‬
َُ ْ
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah”. (Hatta, 2009:420).

Ayat tersebut menjelaskan bahwa Nabi Muhamad memberikan
teladan yang baik bagi umatnya, tidak hanya teori saja yang diberikan
tetapi juga contoh dan pelaksanaannya.
Akhlaq Islam dibagi menjadi tiga pokok ketika dilihat dalam
kehidupan sehari-hari.
1) Akhlak terhadap Khalik

24

Akhlak kepada Allah yaitu tidak menyekutukan Allah, bertaqwa
kepada Allah dan mencintai Allah dan yang paling utama adalah
mempercayai bahwa Allah itu ada dan kekal.
2) Akhlak terhadap sesama manusia
Akhlak terhadap manusia bisa dilakukan terhadap siapa saja
seperti sesama teman atau masyarakat, keluarga dan orang tua. Akhlak
terhadap sesama manusia dibagi menjadi dua yaitu akhlak mahmudah
dan madzmumah. Akhlak mahmudah adalah segala tingkah laku yang
baik. Akhlak madzmumah adalah segala tingkah laku yang buruk atau
jahat bisa juga dikatakan tercela. Akhlak mahmudah yang
dikemukakan ahli akhlak dan tasawuf meliputi al-amanan, pemaaf alafwu, benar shidiq, menepati janji wafa, adil adl, memelihara kesucian
diri al-ifafah, malu al-haya’, berani saja’ah, kuat al-quwuah, sabar
ash-sbaru, kasih sayang ar-rahman, murah hati as-sakha’u, tolong
menolong at-ta’awun.
Sedangkan akhlak madzmumah meliputi egoistis ananiah, lacur
al-baghyu, kikir al-bukhlu, dusta albuhtan, minum khamar alkhamru, khianat al-khianat, ananiya ad-dhulmu, pengecut al-jubn,
amarah al-ghadab, curang dan culas al-ghasysyu.
3) Akhlak terhadap Lingkungan
Akhlak terhadap lingkungan diantaranya kepada tumbuhan,
hewan, benda-benda tidak bernyawa. Karena semua yang diciptakan

25

oleh Allah dibumi tidak ada yang sia-sia maka harus selalu menjaga
dan tidak merusaknya (Aminah, 2014:75-77).
Berkaitan dengan upaya mengambangkan perilaku moral pada
anak, ada beberapa kiat yang dapat ditempuh orang tua yaitu:
a) Menciptakan kasih sayang dan kehangantan keluarga
Kasih sayang yang diberikan oleh orang tua sangat
mempengaruhi perilaku moral anak. Demikianlah juga
hubungan yang hangat dalam keluarga antara anak dan orang
tuanya.
b) Menjadi Teladan yang baik (Uswah Hasanah)
Orangtua yang biasa menunjukkan teladan yang baik
dilingkungannya, sikapnya akan ditiru oleh anak-anaknya. Hal
ini secara positif akan mengembangkan pola perilaku anak
dalam pergaulannya.
c) Mengajarkan disiplin dan Empati
Disiplin yang dilakukan oleh orang tua dapat berfungsi
sebagai upaya untuk memberikan pelajaran tentang empati
kepada anak. Namun perlu diingat orang tua hendaknya tidak
melakukan cara-cara kekerasan karena dengan begitu akan
membuat kreativitas anak berkurang (Abd, 2005:104-109).
Nilai akhlak mengajarkan kepada manusia untuk bersikap dan
berperilaku baik sesuai norma atau adab yang benar dan baik, sehingga
akan membawa pola kehidupan manusia yang tenteram, damai, harmonis,

26

dan seimbang. Menurut Hasan Langgulung (2004:310-311) orang tua
dapat menanamkan ketiga nilai-nilai Pendidikan Agama Islam tersebut
pada anak dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
1) Memberi tauladan yang baik kepada anak tentang kekuatan iman
kepada Allah dan berpegang teguh dengan ajaran-ajaran agama
dengan sempurna.
2) Membiasakan anak menunaikan syiar-syiar agama semenjak kecil
sehingga penunaian itu menjadi kebiasaan yang mendarah daging,
anak melakukannya atas kemauan sendiri dan dapat merasakan
ketentraman sebab mereka melakukannya.
3) Menyiapkan suasana agama dan spiritual yang sesuai di rumah di
mana anak berada.
4) Membimbing anak membaca bacaan-bacaan agama yang berguna dan
memikirkan ciptaan-ciptaan Allah sebagai bukti keagungan-Nya.
5) Menuntun anak turut serta dalam aktivitas-aktivitas agama.
6.

Faktor yang mempengaruhi Pendidikan Agama Islam
Lingkungan dapat membentuk karakter anak, sebagimana anak tersebut
berada dalam lingkungan yang seperti apa. Dari hasil penyelidikan yang
dilakukan oleh para ahli psikologi diperoleh petunjuk bahwa faktor lingkungan
lebih berpengaruh dalam hal pembentukan kebiasaan, kepribadian, dan nilainilai.

27

Pola

pembinaan

pendidikan

dikembangkan

dengan

menekankan

keterpaduan dalam lingkungan yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat.
a.

Lingkungan Keluarga,
Lingkungan Keluarga memegang peran yang sangat penting terutama
orang tua, karena orag tua merupakan sumber pendidikan yang pertama
dan utama. Anak akan mendapatkan didikan memalui orang tuanya sejak
dalam kandungan sampai tum

Dokumen yang terkait

ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QURAN SURAT AN NAHL AYAT 90-91 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

0 0 83

REWARD DAN PUNISHMENT DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

0 1 122

KONSEP ETOS KERJA ISLAMI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 221

KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA PERSPEKTIF ZAKIAH DARADJAT SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 88

IMPLEMENTASI PROGRAM PARENTING DALAM BIDANG PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 7 SALATIGA TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 202

POLA PIKIR SANTRI TERHADAP ORIENTASI KARIER (Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-Iman Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang Tahun 2018) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 5 206

PROBLEMATIKA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI MAN 2 MAGELANG TAHUN PELAJARAN 20172018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

0 0 185

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PERSPEKTIF AL-QUR’AN Kajian Surat Al-Israa’ Ayat 29 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

0 0 83

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM SERAT WEDHATAMA SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 2 96

PENDIDIKAN KELUARGA DALAM KITAB ‘UQUDULLUJAIN KARYA SYAIKH NAWAWI BIN UMAR AL-JAWI SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

4 16 119