Gambaran Konsumsi Sarapan Pagi, Status Gizi, dan Tingkat Prestasi Belajar Anak SD Negeri 124400 Pematangsiantar

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan
antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat keadaan gizi
normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi. Salah satu upayayang
ditempuh untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal yaitu dengan
peningkatan status gizi masyarakat.
Manusia yang kurang makan akan lemah dalam kegiatan, pekerjaan fisik, dan
daya pemikirannya karena kurangnya zat-zat makanan yang masuk ke dalam
tubuh (Kartasapoetra, 2008:16). Menurut berbagai kajian, frekuensi makan yang
baik adalah 3 kali sehari, hal ini berarti sarapan pagi hendaknya jangan
ditinggalkan dan bisa dilakukan antara pukul 06.00-08.00 (Khomsan A,
2004:103).
Sarapan pagi merupakan suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan
aktivitas di pagi hari dan menyumbangkan gizi sekitar 15%-30% dari kebutuhan
kalori sehari (Departemen Kesehatan, 2014). Berdasarkan rekomendasi WHO,
sarapan yang baik dan memenuhi kriteria gizi adalah sarapan yang menyuplai
karbohidrat (55-65%), protein (12-15%), lemak (24-30%). Jumlah energi yang
harus terpenuhi dalam sarapan yaitu sekitar 370-555 kkal dan protein sekitar 9,814,7 gram.
Sarapan memberi modal energi pada kita untuk beraktivitas sepanjang hari.

Sebenarnya selain memberi energi pada tubuh, sarapan juga memiliki

1

Universitas Sumatera Utara

2

manfaat lain yang tak kalah penting yaitu meningkatkan konsentrasi yang fokus
dan fisik yang prima sebagai penunjang karir yang kita lakoni. Berbagai penelitian
membuktikan

bahwa

makan

pagi

berpengaruh


pada

prestasi

be

lajar anak. Anak yang tidak makan pagi , kurang dapat mengerjakan tugas di kelas
yang memerlukan konsentrasi. Mereka umumnya mempunyai nilai hasil ujian
yang lebih rendah, mempunyai daya ingat yang terbatas dan sering absen.
Sarapan akan berpengaruh pada kadar gula dalam darah yang semakin meningkat.
Keadaan ini ada hubungannya dengan kerja otak terutama konsentrasi belajar
pada pagi hari. Seorang ilmuwan mengatakan sarapanpagi merupakan makanan
khusus untuk otak, hal inididukung dari sebuah penelitian yang menunjukkan
bahwasarapan berhubungan erat dengan kecerdasan mental,dalam artian, sarapan
memberikan nilai positif terhadapaktivitas otak, otak menjadi lebih cerdas, peka
dan lebihmudah untuk menerima pelajaran. Bila terjadi keterlambatan masukan
zat gizi (asupan gula ke dalam sel darah) maka dapat menurunkan daya
konsentrasi anak sewaktu belajar yang timbul karena rasa malas, lemas, lesu dan
pusing juga mengantuk yang nantinya berujung penurunan prestasi anak. Sarapan
terbukti dapat meningkatkan kemampuan belajar dan stamina anak (Gibson &

Gunn, 2011).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Siti (2012) menunjukkan bahwa sebagian
besar subjek tidak melakukan sarapan pagi yaitu sebesar 67%, dan yang biasa
melakukan sarapan pagi sebesar 33%. Sarapan pagi sering ditinggalkan oleh anakanak yang tersedia untuk mempersiapkanya terlalu pendek terlebih bagi ibu yang
bekerja yang tidak sempat membuatkan sarapan bagi buah hatinya, hal ini yang

Universitas Sumatera Utara

3

menjadi salah satu sebab sebagian besar anak SD tidak sarapan pagi .Hasil kajian
terhadap data sarapan Riskesdas tahun 2010 menunjukkan 44.6% anak usia
sekolah dasar mengonsumsi sarapan dengan kualitas rendah,yaitu dengan asupan
energi sarapan kurang dari 15% kebutuhan harian.
Terdapat beberapa alasan bagi anak sekolah untuk tidak sarapan pagi seperti tidak
lapar, tidak ada waktu, tidak ada yang menyiapkan makanan, tidak suka makanan
yang disiapkan, makanan tidak ada dan sebagainya (Muhilal dan Damayanti,
2006)
Anak usia sekolah merupakan generasi penerus bangsa yang akan menjadi
tumpuan kualitas bangsa dalam konteks sumberdaya manusia yang akan datang.

Kelompok usia anak sekolah di Indonesia berjumlah sekitar 66 juta atau 28% dari
jumlah penduduk (BPS, 2010).
Anak usia sekolah dasar merupakan golongan dengan sumber daya manusia yang
sangat potensial yang perlu diberikan perhatian, pembinaan dan pengawasan yang
sedini mungkin agar menghasilkan kualitas yang baik. Perhatian terhadap anak
usia Sekolah Dasar sangat perlu untuk ditingkatkan, terutama dalam hal yang
berkaitan dengan gizi sarapan pagi yang mampu membantu tingkat konsentrasi
belajar anak.
Masalah kesehatan anak usia sekolah sangat kompleks dan bervariasi. Hasil
Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa 26,4% anak usia kelompok SD/SMP
menderita anemia gizi yang dapat berpengaruh pada prestasi belajar. Penyebab
utama masalah gizi disebabkan oleh konsumsi dan penyakit infeksi. Dampak
daripada Kurang Energi Protein berpengaruh terhadap konsentrasi dan prestasi

Universitas Sumatera Utara

4

belajar pada anak yang pada akhirnya akan menurunkan kualitas sumber daya
manusia di masa depan. (Nuryanto, 2008).

Data Riskesdas (2013), secara nasional bahwa status gizi anak umur 5-12 tahun
adalah 11,2 persen, terdiri dari 4,0 persen sangat kurus dan 7,2 persen kurus.
Prevalensi sangat kurus paling rendah di Bali (2,3%) dan paling tinggi di Nusa
Tenggara Timur (7,8%). Sedangkan prevalensi kegemukan yaitu 18,8 persen,
terdiri dari gemuk 10,8 persen dan sangat gemuk (obesitas) 8,8 persen. Prevalensi
gemuk terendah di Nusa Tenggara Timur (8,7%) dan tertinggi di DKI Jakarta
(30,1%).Sebanyak 15 provinsi dengan prevalensi sangat gemuk diatas nasional,
yaitu Kalimantan Tengah, Jawa Timur, Banten, Kalimantan Timur, Bali,
Kalimantan Barat, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Jambi, Papua, Bengkulu,
Bangka Belitung, Lampung dan DKI Jakarta.
Ketidakseimbangan antara makanan yang dikonsumsi dengan kebutuhan pada
anak sekolah dasar akan menimbulkan masalah gizi kurang atau masalah gizi
lebih. Kekurangan gizi pada anak sekolah dasar akan mengakibatkan menurunnya
daya tahan tubuh terhadap penyakit, meningkatnya angka penyakit (morbiditas),
mengalami pertumbuhan tidak normal (pendek), dan tingkat kecerdasan yang
rendah.
Berdasarkan penelitian hasil survei riset Nestle (2012), kecenderungan orang
indonesia melakukan sarapan pagi hanya untuk mengisi tenaga dan belum
mengutamakan keseimbangan gizi. Berdasarkan penelitian Hardiansyah dan Aries
(2012), sepuluh jenis makanan yang paling favorit dikonsumsi saat sarapan oleh

anak 6-12 tahun adalah nasi, telur ceplok/dadar, tempe goreng, sayur berkuah,

Universitas Sumatera Utara

5

ikan goreng, mie instan, nasi goreng, sayuran (tumis), tahu goreng, serta roti dan
turunannya. Lima jenis minuman yang paling favorit dikonsumsi saat sarapan
oleh anak 6-12 tahun adalah air putih, teh manis, susu kental ,manis, susu instan
dan air teh.
Perilaku sarapan anak sekolah harus mendapat perhatian yang serius
karena hal ini berkaitan erat dengan status gizi dan kesehatan, namun perilaku
sarapan tidak mempengaruhi kehadiran siswa di sekolah. Siswa yang tidak
sarapan atau sarapan dengan kualitas rendah akan mempengaruhi kualitas siswa
dalam mengikuti pelajaran di sekolah. Mengingat pentingnya kebiasaan sarapan
terutama pada kalangan anak sekolah menuntut siswa lebih selektif dalam
memilih makanan dan lebih memperhatikan pentingnya sarapan (Rohayati, 2001).
Oleh karena itu perlu diperhatikan bagaimana perilaku sarapan siswa sekolah
dasar sebagai penunjang terhadap prestasi dan status gizi mereka serta sebagai
penerapan pengetahuan yang merreka peroleh.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di SD Negeri 124400
Pematangsiantar menunjukkan bahwa dari 20 siswa yang sarapan terdapat 14
siswa (70 %) yang mengalami kurang gizi dari sarapan yaitu kurang dari 370 kkal
energi dan 9,8 gram protein , selain itu banyak anak yang jarang minum susu
bahkan tidak pernah setiap paginya, kemudian penilaian status gizinya
berdasarkan perhitungan IMT/U ditemukan siswa yang mengalami kurus tingkat
berat sebanyak 3 siswa (15 %) dari 20 siswa, kurus tingkat ringan sebanyak 3
siswa (15 %), dan siswa yang kurus sebanyak 7 siswa (35 %). Hasil survei awal

Universitas Sumatera Utara

6

tersebut menunjukkan bahwa masih banyak siswa sekolah dasar yang masih
kekurangan gizi sarapan dan memiliki status dengan gizi kurang.
Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
“Gambaran Konsumsi Sarapan Pagi, Status Gizi, dan Tingkat Prestasi Belajar
Anak Sekolah Dasar Negeri 124400 Pematangsiantar”.
Perumusan Masalah
Belum diketahuinya jumlah asupan gizi yang diperoleh dari sarapan sesuai dengan

kebutuhan gizi anak sekolah dasar, status gizi, dan tingkat prestasi belajaranak
sekolah dasar Negeri 124400 Pematangsiantar
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran konsumsi sarapan
pagi, status gizi, dan tingkat prestasi belajaranak SD Negeri 124400
Pematangsiantar.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
Bagi peneliti
Sebagai pengalaman pertama dan menambah pengetahuan serta wawasan dalam
hal melakukan penelitian tentang gambaran konsumsi sarapan pagi , status gizi,
dan tingkat prestasi belajar anak sekolah di SD Negeri 124400 Pematangsiantar
Bagi Sekolah
Mengetahui gambaran kecukupan gizi anak didiknya sehingga dapat memberikan
pendidikan gizi kepada anak didiknya
Bagi anak didik

Universitas Sumatera Utara

7


Dapat dijadikan sebagai pedoman untuk mempertahankan atau meningkatkan
status gizinya dengan menjaga pola konsumsi sarapan pagi dan konsumsi
makanan yang seimbang.

Universitas Sumatera Utara