Gambaran Konsumsi Sarapan Pagi, Status Gizi, dan Tingkat Prestasi Belajar Anak SD Negeri 124400 Pematangsiantar

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sarapan Pagi
Sarapan pagi adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan aktifitas
fisik pada pagi hari. Sarapan pagi termasuk dalam 10 Pedoman Umum Gizi
Seimbang yaitu makanan yang dimakan pada pagi hari sebelum beraktivitas yang
terdiri dari makanan pokok dan lauk pauk atau makanan kudapan (Gizinet,
2009:5).Dari berbagai sumber, frekuensi makan yang baik adalah tiga kali sehari.
Hal ini berarti sarapan pagi janganlah ditinggalkan. Sarapan pagi berupa makanan
atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi
padawaktu pagi hari dan bisa dilakukan antara pukul 06.00-08.00 (Khomsan A,
2004:103).
Sarapan adalah kegiatan makan dan minum yang dilakukan antara bangun pagi
sampai jam 9 untuk memenuhi sebagian (15-30%) kebutuhan gizi harian dalam
rangka mewujudkan hidup sehat, aktif, dan cerdas (Hardinsyah 2012 dalam
Perdana, 2013). Bagi anak-anak yang masih sekolah sarapan merupakan sumber
energi membekali diri sebelum berangkat ke sekolah, dan energi tersebut
digunakan untuk aktivitas dan belajar di sekolah.
Sarapan pagi bagi anak sangatlah penting, karena waktu sekolah merupakan
aktivitas yang membutuhkan energi dan kalori yang cukup besar.Sarapan pagi
dapat memberikan dampak positif terhadap kehadiran sekolah yang baik, prestasi

akademik, asupan zat gizi, kebugaran dan berat badan yang sehat (Perdana, 2013).
Anak-anak

yang

tidak

melewatkan

waktu

sarapan

akan

8

Universitas Sumatera Utara

9


mengalami gangguan fisik terutama kekurangan energi untuk beraktifitas. Anak
yang tidak sarapan akan mengalami kekurangan energi dan motivasi untuk beraktivitas selain itu kekurangan gizi dan kekurangan zat gizi mikro dapat
memberikan dampak terhadap keadaan fisik, mental, kesehatan, dan menurunkan
fungsi kognitif (Mhurchu et al. 2010). Dampak lain juga dirasakan pada proses
belajar mengajar yaitu anak menjadi kurang konsentrasi, mudah lelah, mudah
mengantuk dan gangguan fisik lainnya.
Simpanan glikogen yang berasal dari makan malam sudah akan habis 2-4 jam
setelah anak bagun pagi, pada anak yang tidak makan pagi, menipisnya sediaan
glokogen otot tidak tergantikan. Untuk menjaga agar kadar gula darah tetap
normal , tubuh memecah simpanan glikogen dalam hati menjadi gula darah . Jika
bantuan pasokan gula darah ini pun akhirnya habis juga, tubuh akan kesulitan
memasok jatah gula daarah ke otak Sintha(2001) yang akhirnya mengakibatkan
badan gemetar, cepat lelah dan gairah belajar menurun membuat tubuh loyo
(Khomsan, 2002).
Menurut Almatsier S (2009:295), sarapan pagi yang mengacu pada gizi seimbang
dengan pemberian makanan memenuhi zat-zat sebagai berikut:
Sumber

zat


energi/tenaga

seperti

padi-padian,

tepung-tepungan,

umbi-

umbian,sagu, dan pisang.
Sumber zat pengatur seperti sayuran dan buah-buahan.
Sumber zat pembangun seperti ikan, ayam, telur, daging, susu, kacang-kacangan
dan hasil olahannya (tempe, tahu, oncom).

Universitas Sumatera Utara

10


Rendahnya asupan zat gizi dapat disebabkan oleh karakteristik perilaku anak,
salah satunya dari kebiasaan makan. Sepertiga dari pemenuhan angka kecukupan
gizi diperoleh dari makan pagi (Aprilia,2013)
Manfaat Sarapan Pagi
Sarapan pagi bermanfaat mendukung konsentrasi belajar dan memberikan
kontribusi penting beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh dalam proses fisiologis
Sarapan pagi dapat mempertahankan daya tahan saat bekerja, meningkatkan
produktivitas kerja, untuk memelihara kebugaran jasmani atau ketahanan fisik,
membantu memusatkan pikiran untuk belajar dan memudahkan penyerapan
pelajaran (Kadarzi, 2009:6).
Sarapan pagi diharapkan dapat menjaga penyediaan kalori untuk dipergunakan 2
jam pertama pagi hari sebelum waktunya makanan kecil kira-kira pukul 10.00
akan meningkatkan lagi kalori yang mungkin sudah berkurang sesudah
digunakan.
Berikut ini adalah beberapa manfaat sarapan :
Memberi energi untuk otak
Sarapan pagi yang baik akan meningkatkan kadar gula darah , dengan
kadar gula darah yang terjamin optimal, maka gairah dan konsentrasi kerja bisa
lebih baik sehingga berdampak positif untuk meningkatkan produktifitas.
2.


Meningkatkan asupan vitamin

Sarapan pagi akan memberikan kontribusi penting akan beberapa zat gizi yang
diperlukan tubuh seperti protein, lemak, vitamin, dan mineral. Ketersediaan zat

Universitas Sumatera Utara

11

gizi ini bermanfaat untuk berfungsinya proses fisiologis dalam tubuh (Khomsan,
2010)
3.

Meningkatkan daya ingat

Tidur semalaman membuat otak kelaparan, jika tidak medapatkan glukosa yang
cukup pada saat sarapan, maka fungsi otak atau memori dapat terganggu. Dalam
penelitian Bagwel (2008) nilai rata-rata yang lebih tinggi terdapat pada kelompok
dengan kebiasaan sarapan yang rutin daripada kelompok dengan kebiasaan

sarapan yang tidak rutin.
Jenis Makanan Sarapan
Dalam penelitianAprilia (2013) makan pagi harus memiliki kualitas makanan
serta pilihan sumber makanan yang terbaik serta memenuhi sebanyak 20-35% dari
kecukupan energi harian yang dinyatakan oleh Giovannini (2008) atau seperempat
kalori sehari yang dinyatakan oleh Judarwanto (2008), tepat komposisinya,
jumlahnya serta waktu pemberian (Pollitt dan Mathews, 1998).
Berdasarkan Depkes (2014) jenis makanan untuk sarapaan terdiri dari
makanan pokok, lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan dan minuman dalam
jumlah yang seimbang atau dapat disusun dan dipilih sesuai dengan keadaan.
Hasil penelitian yang dikutip oleh Kusumaningsih (2007) menunjukkan bahwa
jenis hidangan yang biasa dikonsumsi untuk sarapan anak sekolah umumnya
terbatas pada makanan pokok saja atau jenis hidangan lainnya adalah makanan
jajanan.
Berikut disajikan daftar kandungan gizi beberapa jenis makanan sarapan pada
table 2.1

Universitas Sumatera Utara

12


Tabel 2.1 Kandungan Gizi Makanan Sarapan per 100 Gram
Makanan Sarapan
Energi (Kal)
Protein (g)
Beras
335
6,2
Mie
339
10,0
Ayam goreng
300
34,0
Abon
212
18,0
Telur dadar
251
16,0

Burger
276
12,8
Kornet
241
16,0
Sosis
452
14,5
Tahu
68
7,8
Tempe
149
18,3
Sumber : Khomsan (2010)
Sepuluh jenis makanan yang paling populer sebagai sarapan anak 6—12 tahun adalah nasi putih,
telur ceplok/dadar, tempe goreng, sayur berkuah, ikan goreng, mi instan, nasi goreng, sayuran
(tumis), tahu goreng, serta roti dan turunannya. Nasi putih merupakan makanan yang paling
banyak populer (paling tinggi tingkat partisipasi konsumsinya) saat sarapan. Sebanyak 28.5% anak

usia sekolah (6-12 tahun) mengonsumsi nasi putih sebagai pangan sarapan mereka.
Seperti yang telah banyak diketahui bahwa nasi merupakan pangan pokok masyarakat Indonesia,
oleh karena itu hal tersebut menjadi sangat wajar dan untuk sarapan, masyarakat pada umumnya
mengonsumsi nasi putih dengan lauk yang mudah disiapkan seperti telur ayam yang diceplok,
tempe goreng, tahu goreng, dan lainnya. Rata-rata jumlah nasi yang dikonsumsi saat sarapan oleh
anak sebanyak 149.19 g (satu piring dalam satuan rumah tangga/URT) atau jika dikonversi dalam
bentuk kalori maka nilainya yaitu 266 kkal( Hardiansyah& Muhm. Aries, 2012).

Akibat tidak Sarapan Pagi
Seseorang tidak sarapan berarti perutnya dalam keadaan kosong sejak makan
malam sebelumnya sampai makan siang nantinya. Ada banyak akibat yang terjadi
jika seseorang tidak sarapan pagi yaitu badan terasa lemah karena kekurangan zat
gizi yang diperlukan untuk tenaga, tidak dapat melakukan kegiatan atau pekerjaan

Universitas Sumatera Utara

13

pagi hari dengan baik, kebugaran jasmani atau ketahan fisik yang rendah, bagi
anak sekolah yang tidak sarapan pagi tidak dapat berpikir dengan baik dan malas,

orang dewasa hasil kerjanya menurun (Kadarzi, 2009:6).
Bila anak usia sekolah tidak terbiasa sarapan pagi secara terus menerus akan
mengakibatkan penurunan berat badan dan daya tahan tubuh, kurang gizi dan
anemia gizi besi (Ahmad dkk, 2011).
Pada anak yang tidak sarapan, menipisnya ketersediaan glikogen otot tidak
tergantikan. Untuk menjaga agar kadar gula darah tetap normal, tubuh memecah
simpanan glikogen dalam hati menjadi gula darah. Jika bantuan pasokan gula
darah ini habis juga, tubuh akan kesulitan memasok jatah gula darah ke otak.
Akibatnya anak bisa menjadi gelisah, bingung, pusing, mual, berkeringat dingin,
kejang perut bahkan bisa sampai pingsan. Ini merupakan gejala hipoglikemia atau
merosotnya kadar gula darah (Ratnawati, 2001).
Kerugian lain jika tidak ada asupan makanan di pagi hari yaitu dapat memicu
kadar insulin lebih tinggi dalam darah. Jika kondisi ini berlangsung terus menerus
dapat menjadi cikal bakal penyakit diabetes.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sarapan Anak
Di Indonesia, menurut Khomsan (2005) alasan banyaknya anak yang tidak biasa sarapan sebelum
berangkat ke sekolah adalah karena tidak tersedia pangan untuk disantap, pangan tidak menarik,
jenis pangan yang disediakan monoton (membosankan), tidak cukup waktu (waktu terbatas)
karena harus berangkat pagi.


Universitas Sumatera Utara

14

Di perkotaan tidak sarapan seringkali disebabkan kesibukan ibu bekerja, dan waktu yang amat
terbatas dipagi hari karena harus segera meninggalkan rumah. Bagi orang tua, khususnya ibu,
masalah utama untuk membiasakan sarapan pada anak adalah sulitnya membangunkan anak dari
tidurnya untuk sarapan (59%), sulit mengajak anak untuk sarapan (19%), sulit meminta anak
menghabiskan sarapan (10%), dan kuatir anak telat sekolah (6%) (Hardinsyah et al. 2012).

2.1.5

Kebiasaan Sarapan Pagi Anak Sekolah

Setelah hampir delapan sampai sepuluh jam saluran pencernaan beristirahat
selama anak tidur, tubuhmembutuhkan asupan makanan untuk menyokong energi
untuk beraktivitas dan konsentrasi belajar.
Kebiasaan sarapan adalah tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam
memenuhi kebutuhannya akan sarapan yang meliputi sikap, kepercayaan
danpemilihan makanan.Seringkali anak usia sekolah mengabaikan sarapan
denganalasan kurangnyawaktu, atau bosan dengan menu sarapanyang itu-itu saja.
Padahal, sarapan bukan sekedarpengganjal perut, tapi juga memberikan energi
anak bisa beraktivitas dengan baik, otak bekerja lebih optimal,dan tidak cepat
mengantuk.
Kebiasaan tidak sarapan pagi yang terus menerus akan mengakibatkan pemasukan
gizi menjadi berkurang dan tidak seimbang sehingga pertumbuhan anak menjadi
terganggu. Dengan demikian seorang anak yang biasa tidak sarapan pagi dalam
jangka waktu lama akan berakibat buruk pada penampilan intelektualnya, prestasi
di sekolah menurun dan penampilan sosial menjadi terganggu (Khomsan, 2010).
2.1.6

Konsumsi Sarapan Pagi Anak Sekolah

Konsumsi sarapan pagi dimulai antara bangun pagi sampai jam 9 pagi untuk
memenuhi sebagian kebutuhan gizi harian atau sekitar 15-30% dari kebutuhan

Universitas Sumatera Utara

15

gizi harian dalam rangka mewujudkan hidup sehat, aktif dan cerdas dengan kadar
tidak lebih dari 300-400 kilo kalori atau 25% dari kebutuhan kalori harian sebesar
1.400-1.500 kilo kalori (Hardinsyah, 2012). Sarapan yang baik adalah bila selalu
dilakukan pada pagi hari bukan menjelang makan siang dan tidak perlu dibedakan
antara saat hari kerja/sekolah dan hari libur (Hardinsyah, 2012).
Menurut Khomsan (2010) sarapan sebaiknya menyumbangkan energi sekitar 25%
dari asupan energi harian yang terdiri dari sekitar 450-500 kalori dan 8-9 gram
protein. Sarapan yang mengandung sekitar 25% kebutuhan gizi sehari merupakan
bagian dari pemenuhan gizi seimbang serta dapat memengaruhi daya pikir dan
aktivitas seseorang seharian, terlebih lagi pada anak dalam usia pertumbuhan.
Oleh karena itu, sarapan pagi sebaiknya harus dilakukan setiap hari dengan menu
sarapan yang lengkap dan mengandung semua unsur gizi yang dibutuhkan tubuh
seperti protein, karbohidrat, vitamin, zat besi dan lemak yang mengandung omega
3 sehingga dapat memberikan nutrisi yang baik untuk perkembangan tubuh anak.
Saptawati dalam penelitian Jumarni, dkk (2012) menjelaskan bahwa dari hasil
penelitian terhadap 220 anak sekolah di lima SD di Jakarta, menimbulkan masalah
gizi terhadap asupan kalori anak-anak umumnya di bawah 100% dari kebutuhan
mereka. Dari total anak yang diteliti, sebanyak 94,5% anak mengkonsumi kalori
di bawah angka kecukupan gizi yang dianjurkan ( Recommended Dietary
Allowances/RDA),yakni di bawah 1.800 kcal (Martinah, 2008).

Anak Usia Sekolah
Berdasarkan UU no 20 tahun 2002 tentang Perlindungan anak dan WHO yang
dikatakan masuk usia anak adalah sebelum usia 18 tahun dan yang belum

Universitas Sumatera Utara

16

menikah. Batas usia anak tersebut ditentukan berdasarkan pertumbuhan fisik dan
psikososial, perkembangan anak, dan karakteristik kesehatannya.Anak usia
sekolah terdiri dari tiga golongan yaitu taman kanak-kanak (Pra sekolah usia 4-6
tahun), sekolah dasar 7-12 tahun, dan remaja 13-18 tahun.
Pada anak usia sekolah dasar (6-12 tahun) laju dan kecepatan pertumbuhan relatif
tetap, akan tetapi mengalami perkembangan yang luar biasa secara kognitif,
emosional, dan sosial. Kehidupan anak pada periode ini merupakan persiapan bagi
kebutuhan – kebutuhan fisik dan emosional yang timbul akibat dorongan
pertumbuhan remaja (adolescent).
Kesehatan bagi anak sekolah tidak terlepas dari pengertian kesehatan pada
umumnya. Kesehatan di sini meliputi kesehatan badan, rohani dan sosial,
bukanhanya sekedar bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan (UU No.9 tahun
1980 tentang Pokok – Pokok Kesehatan dalam Merryana A dan Wirjatmadi B,
2012).
Gizi yang adekuat memegang peranan yang penting selama usia anak sekolah
untuk

menjamin

anak-anak

tersebut

mencapai

potensi

pertumbuhan,

perkembangan dan kesehatan yang penuh atau optimal (Mayer, 1989 dalam
Merryana A dan Wirjatmadi B, 2012). Beberapa masalah gizi yang masih terjadi
pada masa ini adalah anemia defisiensi besi, kurang gizi (undernutrition) dan
karies gigi. Pada masa ini, BB sering menjadi masalah, memicu terjadinya
peningkatan prevalensi obesitas dan munculnya gangguan makan (malnutrisi).

Universitas Sumatera Utara

17

Pada anak usia sekolah, kekuatan otot, koordinasi motorik dan stamina meningkat
secara progresif (Behrman, 2000). Persentase lemak tubuh kemudian meningkat
sebagai persiapan menghadapidorongan pertumbuhan remaja.
Pada pertengahan usia sekolah, laki-laki memiliki masa tubuh yang lebih tipis per
cm/TB bila dibandingkan dengan perempuan. Perbedaan komposisi tubuh ini akan
lebih tampak nyata pada masa remaja. Perlu diketahui bahwa BMI tidak konstan
selama masa usia sekolah. Dengan peningkatan lemak tubuh pada pra-remaja,
terutama perempuan mungkin akan merasa mengalami kelebihan berat badan
(overweight).
Gizi Anak Usia Sekolah
Anak dari golongan usia sekolah memerlukan makanan yang kurang lebih sama
dengan yang dianjurkan untuk anak prasekolah terkecuali porsinya harus lebih
besar karena kebutuhannya yang lebih banyak, mengingat bertambahnya berat
badan dan aktivitasnya.
Kebutuhan gizi yang disesuaikan dengan banyak aktifitas yang dilakukan oleh
anak usia sekolah sangat memengaruhi. Anak-anak membutuhkan makanan yang
bervariasi yang dapat memberikan energi, protein, karbohidrat, lemak, vitamin
dan mineral untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
Energi
Kebutuhan energi anak usia sekolah berhubungan dengan laju pertumbuhan.
Kebutuhan energi individual anak bergantung pada tingkat aktivitas anak dan
ukuran tubuhnya. Aktivitas fisik memerlukan energi diluar kebutuhan untuk
metabolisme basal.

Universitas Sumatera Utara

18

Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem
penunjangnya. Selama aktivitas fisik, otot membutuhkan energi di luar
metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan
tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh
dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh.
Sumber energi berkonsentrasi tinggi adalah bahan makanan sumber lemak, seperti
lemak dan minyak, kacang-kacangan dan biji-bijian. Setelah itu bahan makan
sumber karbohidrat, seperti padi-padian, umbi-umbian, dan gula murni. Semua
makanan yang dibuat dari dan dengan bahan makanan tersebut merupakan sumber
energi.
Kebutuhan akan energi berbeda-beda setiap orang sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi tubuh orang tersebut.Daftar kebutuhan energi pada anak usia sekolah
dasar dapat dilihat pada tabel 2.2
Tabel 2.2 Kebutuhan energi pada anak usia sekolah dasar
Golongan Usia
Berat badan (kg) Tinggi badan (cm)
4 – 6 tahun
19
112
7 – 9 tahun
27
130
Pria 10-12 tahun
34
142
Wanita 10-12 tahun 35
145

Energi (kkal)
1600
1850
2100
2000

Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan nomor 75 tahun 2013 tentang Angka Kecukupan
Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia

Karbohidrat
Di dalam tubuh, zat-zat makanan yang mengandung unsur karbon dapat
digunakan sebagai bahan pembentuk energi yaitu karbohidrat, lemak dan protein.
Karbohidrat- zat tepung/ pati adalah makanan yang dapat memengaruhi keperluan
akan tenaga ini.

Universitas Sumatera Utara

19

Fungsi utama karbohidrat adalah menyediakan keperluan energi tubuh, selain itu
karbohiddrat juga mempunyai fungsi lain yaitu karbohidrat diperlukan bagi
kelangsungan proses metabolisme lemak. Diketahui juga karbohidrat mengadakan
suatu aksi penghematan terhadap protein.
Daftar kebutuhan karbohidrat pada anak usia sekolah dapat dilihat pada tabel 2.3
Tabel 2.3 Kebutuhan karbohidrat pada anak usia sekolah dasar
Golongan Usia
Berat badan (kg) Tinggi badan (cm)
4 – 6 tahun
19
112
7 – 9 tahun
27
130
Pria 10-12 tahun
34
142
Wanita 10-12 tahun 35
145

Karbohidrat(g)
220
254
289
275

Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan nomor 75 tahun 2013 tentang Angka Kecukupan
Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia

Protein
Asupan protein yang direkomendasikan untuk anak usia sekolah adalah 0.95 gram
protein per kilogram berat badan untuk usia 4-13 tahun laki-laki dan perempuan.
Diet vegetarian juga sesuai untuk anak usia sekolah kalau mereka membutuhkan
energi yang cukup, makanan protein tambahan, variasi jenis makanan dan tingkat
asupan vitamin dan mineral yang adekuat (story, 2000 dalam Widodo R, 2009).
Memenuhi kebutuhan energi individual anak, protein disiapkan untuk
pertumbuhan dan pemulihan jaringan.
Berdasarkan daftar Angka Kecukupan Gizi(2013), angka Kecukupan protein yang
dianjurkan (tiap orang per harian) pada anak usia sekolah dasar dapat dilihat pada
tabel 2.4
Tabel 2.4 Angka kecukupan protein pada anak usia sekolah dasar
Golongan Usia
Berat badan (kg) Tinggi badan (cm) Protein(gram)
4 – 6 tahun
19
112
35
7 – 9 tahun
27
130
49
Pria 10-12 tahun
34
142
56

Universitas Sumatera Utara

20

Wanita 10-12 tahun 35

145

60

Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan nomor 75 tahun 2013 tentang Angka Kecukupan
Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia

d. Lemak
Makanan tinggi lemak, khususnya yang mengandung lemak jenuh tinggi dan
asam lemak agar dikonsumsi sedikit mungkin. Namun bagaimanapun, konsumsi
jumlah yang tepat penting untuk memenuhi kecukupan energi, asam lemak
esensial dan vitamin larut dalam lemak.
Demi kesehatan WHO menganjurkan agar konsumsi lemak sebesar 15-30% dari
kebutuhan energi total. Menurut jenisnya,konsumsi lemak jenuh maksimal sebesar
10% dari kebutuhan energi total, sedangkan untuk lemak tak jenuh sebesar 3-7%
(Widodo R, 2009).
2.3

Status Gizi

Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan zat gizi dalam bentuk
variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu
(Hardiana, 2014). Menurut Almatsier (2009) dalam Ruhayati dan Fatmah (2011)
status nutrisi (nutritional status) adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi
makanan dan penggunaan zat gizi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi siswa yaitu terdiri dari penyebab
langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung nya yaitu asupan
makanan dan penyakit infeksi yang mungkin diderita, sedangkan penyebab tidak
langsungnya yaitu ketahanan pangan keluarga yang merupakan kemampuan
keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarga, pola
pengasuhan anak yang meliputi sikap ibu atau pengasuh lain dalam hal

Universitas Sumatera Utara

21

berhubungan dengan anak, memberikan makan, merawat, menjaga kebersihan,
memberi kasih sayang, dan sebagainya. Selain ketahanan pangan keluarga dan
pola pengasuhan anak pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan juga
merupakan penyebab tidak langsung yang mempengaruhi status gizi siswa.
2.3.1

Kaitan Sarapan dengan Status Gizi
Penyebab dari timbulnya masalah gizi yaitu penyebab langsung dan

penyebab tidak langsung. Penyebab langsung antara lain asupan dan penyakit
sedangkan penyebab tidak langsung antara lain ketahanan pangan keluarga yang
kurang memadai, pola pengasuhan anak kurang memadai, pelayanan kesehatan
dan lingkungan kurang memadai.
Salah satu cara untuk memperoleh status kesehatan dan status gizi yang
baik yaitu dengan membiasakan sarapan pagi. Sarapan pagi merupakan waktu
yang penting.
Sibuea (2002) dalam penelitiannya di salah satu SD Negeri di Medan
menunjukkan bahwa siswa yang tidak pernah sarapan pagi sebesar 57,5%.
Kejadian ini berpengaruh pada status gizi karena ternyata tidak pernah sarapan
membuat siswa mengalami status gizi kurang kalori, kurang protein, kurang zat
besi dan kurang vitamin A, dengan adanya pengaruh terhadap gizi maka
cenderung mempengaruhi prestasi belajar.
Dampak

negatif

meninggalkan

sarapan

pagi

pada

tubuh

yaitu

mengakibatkan metabolisme tubuh yang tidak baik. Jika ini terus menerus terjadi
akan mengganggu hormon-hormon di dalam tubuh yang mengatur keseimbangan
badan seperti hormon pertumbuhan, hormon insulin dan hormon seratonim.Bila

Universitas Sumatera Utara

22

anak usia sekolah tidak terbiasa sarapan pagi secara terus menerus akan
mengakibatkan penurunan berat badan dan daya tahan tubuh, kurang gizi dan
anemia gizi besi (Ahmad dkk, 2011).
Menurut penelitian para ahli, saat bangun (tidur) pagi kadar gula rendah.
Persediaan yang ada hanya cukup untuk sekitar dua jam saja lagi, padahal gula
darah bagi tubuh manusia bagaikan bensin bagi mobil, tugasnya sebagai sumber
tenaga dan energi. Dengan demikian, sarapan itu penting , harus lengkap dan tidak
asal-asalan. Tetaplah berpegang pada pola gizi seimbang.
2.3.2

Pengukuran Status Gizi
Status gizi menurut PERSAGI (2009) adalah cerminan ukuran

terpenuhinya kebutuhan gizi. Cara pengukuran status gizi yang sering digunakan
adalah dengan antropometri karena cara ini relatif lebih murah, mudah, cepat, dan
sederhana, dan hasil pengukurannyapun lebih akurat.
Antropometri yaitu penilaian yang dilakukan dengan menggunakan ukuran tubuh
seperti berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada,
tebal lapisan lemak dan lain-lain dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Indeks antropometri merupakan rasio dari suatu pengukuran terhadap satu atau
lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur (Hasdianah, 2014).
Antropometri biasanya digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan
protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik
dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
Tujuan yang hendak dicapai dalam pemerikasaan antropometri adalah besaran
komposisi tubuh yang dapat dijadikan isyarat dini perubahan status gizi.

Universitas Sumatera Utara

23

Salah satu ukuran antropometri yang banyak digunakan adalah Indeks Masa
Tubuh (IMT). Indeks Masa Tubuh (IMT) merupakan rumus matematis yang
berkaitan dengan lemak tubuh seseorang, dan dinyatakan sebagai berat badan
(dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam ukuran meter).
BB
IMT =
TB²

Keterangan : BB : berat badan (Kg)
TB : tinggi badan (meter)
Berat badan mempunyai hubungan linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan
normal berat badan akan searah dengan perkembangan tinggi badan, indeks
IMT/U menggambarkan status gizi saat ini.
Tabel 2.5 Klasifikasi IMT berdasarkan WHO
Indeks Massa Tubuh
< 17.0
17,0 – 18,5
18,5 – 24,9
25,0 – 29,9
30,0 – 34,9
1,0 – 39,9
> 4,0

Klasifikasi
Sangat kurus
Kurus
Normal
Gemuk
Obesitas tingkat ringan
Obesitas tingkat sedang
Obesitas tingkat berat

Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan Indonesia 2010

Pada anak dan remaja status gizi diperoleh dari perbandingan IMT dan
umur, dapat dilihat pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
1995/Menkes/SK/XII/2010 dengan menghitung nilai Z-score IMT/U adalah :
IMT menurut umur – median IMT menurut umur

Z-score

=
Standar Deviasi IMT Menurut Umur

Universitas Sumatera Utara

24

Tabel 2.6 Kategori dan ambang batas status gizi berdasarkan IMT/U anak umur
5-18 tahun
Status gizi berdasarkan IMT/U
Ambang batas (Z-score)
Sangat kurus
< -3 SD
Kurus
-3 SD sampai dengan 1 SD sampai dengan 2 SD
Obesitas
> 2 SD
Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan Indonesia 2010

2.4

Prestasi Belajar

Prestasi dapat diartikan sebagai hasil yang diperoleh karena adanya aktivitas
belajar yang telah dilakukan. Berdasarkan penelitian Effendi F, 2012 bahwa
prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan yang dicapai dari suatu kegiatan atau
usaha yang dapat memberikan kepuasan emosional, dan dapat diukur dengan alat
atau tes tertentu. Adapun dalam penelitian ini yang dimaksud prestasi belajar
adalah tingkat keberhasilan peserta didik setelah menempuh proses pembelajaran
tentang materi tertentu, yakni tingkat penguasaan, perubahan emosional, atau
perubahan tingkah laku yang dapat diukur dengan tes tertentu dan diwujudkan
dalam bentuk nilai atau skor.
2.4.1

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan ukuran keberhasilan yang diperoleh siswa

selama proses belajarnya. Keberhasilan itu ditentukan oleh berbagai faktor yang
saling berkaitan. Menurut Slamento (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar siswa terbagi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Universitas Sumatera Utara

25

Faktor Internal
Faktor internal ini adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang
yang dapat mempengaruhi presta belajarnya. Faktor internal ini terdiri dari faktor
fisiologis (jasmani) yaitu kondisi fisiologis siswa seperti kesehatan yang prima,
tidak dalam keadaan cacat jasmani dan sebagainya yang dapat mempengaruhi
siswa dalam menerima materi pembelajaran, dan faktor psikologis (intelegensi,
minat, bakat, dan motivasi) yang setiap siswa pada dasarnya memiliki kondisi
psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut mempengaruhi hasil
belajarnya.
Faktor Eksternal
Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri seseorang . Hal ini dapat
berupa sarana prasarana, situasi lingkungan baik itu lingkungan keluarga, sekolah,
maupun lingkungan masyarakat. Faktor eksternal ini terdiri dari faktor keluarga
yang merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama bagi siswa,
disinilah siswa pertama kali mengenal dan menerima pendidikan dan pengajaran
terutama dari ayah dan ibunya, dengan adanya perhatian dari orang tua terhadap
pendidikan akan membentu anak termotivasi untuk belajar.Selain faktor keluarga,
faktor lingkungan sekolah dan faktor masyarakat juga mempengaruhi prestasi
belajr siswa.
2.4.2

Kaitan Sarapan dengan Prestasi Belajar
Dalam peningkatan konsentrasi belajar dapat dicapai dengan berbagai

cara, salah satunya adalah makan pagi atau biasa disebut dengan sarapan. Makan
pagi atau sarapan mempunyai peranan penting bagi anak usia 6-14 tahun, yaitu

Universitas Sumatera Utara

26

untuk memenuhi gizi di pagi hari, dimana anak-anak berangkat ke sekolah dan
mempunyai aktivitas yang sangat padat di sekolah. Apabila anak-anak terbiasa
sarapan pagi, maka akan berpengaruh terhadap kecerdasan otak, terutama daya
ingat anak sehingga dapat mendukung prastasi belajar anak ke arah yang lebih
baik.
Menurut Djaali dalam penelitian Jumarni (2012) faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar selain status gizi adalah kebiasaan sarapan pagi pada anak, dimana
gizi untuk menunjang aktivitas sekolah agar tetap fit sangat dipengaruhi oleh
sarapan pagi. Bila tidak sarapan, kadar gula darah turun padahal gula dalam darah
merupakan energi utama yang sangat diperlukan bagi otak.
Konsentrasi dipengaruhi oleh asupan energi sarapan pagi dan energi snack pagi,
protein sarapan pagi dan protein snack sarapan pagi, dan skor konsentrasi pagi.
Kondisi tersebut berkaitan dengan penggunaan glukosa sebagai sumber energi
(Sunarti dkk, 2006).Dalam keadaan normal, system saraf pusat hanya dapat
menggunakan glukosa sebagai sumber energi.
Ketika anak melewatkan sarapan, cadangan energi dri makanan yang tersedia di
tubuhnya menjadi terbatas. Energi yang ada pertama-tama akan digunakan untuk
mempertahankan fungsi organ, selanjutnya untuk pertumbuhan dan terakhir untuk
aktivitas sosial dan perkembangan kognitif. Kebiasaan melewatkan sarapan akan
berdampak terhadap fungsi kognitif secara keseluruhan (Craig, 1998 dalam Khan,
2010).Gangguan terhadap fungsi kognitif pada akhirnya dapat mengganggu
prestasi siswa di sekolah.

Universitas Sumatera Utara

27

Dampak negatif meninggalkan makan pagi adalah ketidakseimbangan system
syaraf pusat yang diikuti dengan rasa pusing, badan gemetar atau rasa lelah, dalam
keadaan ini anak sulit menerima pelajaran dengan baik (Khomsan, 2002),
konsentrasi belajar terganggu karena cadangan dari makan malam sudah menurun
(Sunarti dkk, 2006), gangguan ingatan jangka pendek, tidak bisa menyelesaikan
masalah, perhatian terganggu (Gionannini, 2008) dan penurunan hasil tes prestasi
belajar (Philips, 2005).

2.5

Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep penelitian mengenai gambaran konsumsi sarapan pagi,
status gizi, dan tingkat prestasi belajar anak SD 124400 Pematangsiantar yaitu:
Konsumsi Sarapan
Pagi:
- Frekuensi Sarapan
- Jumlah gizi sarapan
(Energi & Protein)

Status Gizi
Tingkat Prestasi
Belajar

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
Pada penelitian ini dapat dilihat frekuensi sarapan, asupan energi dan protein dari
sarapan pagi, kemudian dari kecukupan gizinya dilihat status gizi berdasarkan
IMT/U, dan tingkat prestasi belajar anak sekolah dasar, selanjutnya dilihat
bagaimana kaitan antara status gizi dengan tingkat prestasi belajar anak.

Universitas Sumatera Utara