ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PERS

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PERSEDIAAN BARANG DAGANG PADA PT JEPE PRESS MEDIA UTAMA SURABAYA

TUGAS AKHIR Oleh :

NENNY EVALIANDIA 143141914111012

BIDANG KEAHLIAN AKUNTANSI TERAPAN PROGRAM STUDI KEUANGAN DAN PERBANKAN PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PERSEDIAAN BARANG DAGANG PADA PT JEPE PRESS MEDIA UTAMA SURABAYA

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Program Diploma III Akuntansi Terapan

Oleh : NENNY EVALIANDIA

BIDANG KEAHLIAN AKUNTANSI TERAPAN PROGRAM STUDI KEUANGAN DAN PERBANKAN PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

LEMBAR PERSETUJUAN TUGAS AKHIR

Judul : Analisis Sistem Pengendalian Intern Persediaan Barang Dagang pada PT Jepe Press Media Utama Surabaya Disusun oleh

: Nenny Evaliandia

: Program Pendidikan Vokasi

Program Studi

: Keuangan dan Perbankan

Bidang Keahlian

: Akuntansi Terapan

Malang, 28 April 2017 Pembimbing

(Mufarrohah, S.E. Ak., M.SA., CA)

NIK. 2016078605092001

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PERSEDIAAN BARANG

DAGANG PADA PT JEPE PRESS MEDIA UTAMA SURABAYA Oleh : Nenny Evaliandia 143141914111012

Telah dipertahankan di depan Majelis Penguji Pada tanggal 23 Mei 2017 Dan dinyatakan memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Pendidikan Vokasi Pembimbing

(Mufarrohah, SE., Ak., MSA., CA)

NIK. 2016078605092001

Penguji I Penguji II

(Susenohaji, S.E., Ak., M.Si., C.A.) (Novita Rosyida,S.Si. M.Si) NIK.2016097311201001

NIK.2014058711232002

Mengetahui,

Ketua Program Pendidikan Vokasi Ketua Bidang Keahlian

(Prof. Dr. Ir. Moch. Munir, M.S.) (Susenohaji, S.E., Ak., M.Si., C.A.)

NIP. 195405201981031002 NIK.2016097311201001

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama

: Nenny Evaliandia

NIM

Program Studi/ Bidang Keahlian : Keuangan dan Perbankan/ Akuntansi Terapan Judul

: Analisis Sistem Pengendalian Intern Barang Dagang pada PT Jepe Press Media Utama Surabaya

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Isi Tugas Akhir yang saya buat adalah benar-benar karya sendiri dan tidak menjiplak karya orang lain, selain nama-nama yang termaktub di isi dan tertulis di daftar pustaka dalam Tugas Akhir ini.

2. Apabila ditemukan hasil jiplakan, maka saya akan bersedia menanggung segala resiko yang akan saya terima. Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala kesadaran.

Malang, 28 April 2017 Yang Menyatakan

(Nenny Evaliandia) NIM. 143141914111012

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT dimana berkat hidayah serta inayah- Nya saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Analisis Sistem Pengendalian Intern Persediaan Barang Dagang pada PT Jepe Press Media Utama Surabaya ”. Adapun tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Ahli Madya Program Diploma III Akuntansi Terapan pada Program Pendidikan Vokasi Universitas Brawijaya.

Tugas Akhir ini dapat di selesaikan karena adanya dukungan baik moral maupun spiritual dari berbagai pihak, Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Moch. Munir, M.S., selaku Dekan Program Pendidikan Vokasi Universitas Brawijaya;

2. Bapak Dr. Ir. Agoes Soeprijanto, M.S., selaku Pembantu Dekan I Program Pendidikan Vokasi Universitas Brawijaya;

3. Bapak Susenohaji, S.E., Ak., M.Si., CA., selaku Ketua Bidang Keahlian Akuntansi Terapan Universitas Brawijaya;

4. Ibu Mufarrohah, S.E. Ak., M.SA., CA selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan maupun saran atas tugas akhir ini;

5. Seluruh karyawan PT Jepe Press Media Utama Surabaya khususnya bagian keuangan yang telah memberikan ilmu dan pengalaman yang bermanfaat;

6. Seluruh dosen jurusan Akuntansi Terapan Program Pendidikan Vokasi dan Seluruh civitas akademika Universitas Brawijaya yang telah membimbing dan memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat untuk penulis;

7. Ibu Titik Mariati tercinta wanita kuat yang selalu berusaha mengabulkan segala permintaan anaknya, ayah Hartono sebagai pelindung keluarga dan adek Natasya tersayang yang kadang menyebalkan.

8. As’adah Rahmawati tercinta yang banyak sekali memberikan kebahagiaan dari yang mau sekasur sempit, gak bosan antar jemput 24 jam, banyak sekali yang dia berikan kepada saya, Heny yang selalu mengingatkan untuk cepat selesai TA dan wisuda, Wastaning Tias partner tersabar dari segala hal dari 8. As’adah Rahmawati tercinta yang banyak sekali memberikan kebahagiaan dari yang mau sekasur sempit, gak bosan antar jemput 24 jam, banyak sekali yang dia berikan kepada saya, Heny yang selalu mengingatkan untuk cepat selesai TA dan wisuda, Wastaning Tias partner tersabar dari segala hal dari

9. Sahabatku Geng Pojok (Zazimah, Zombi, Dhiel, dan Wida), Geng Poker terutama Naim, Ery dan Teman-teman Akuntansi C 2014 Terimakasih atas support, semangat, saran, kritik, nasehat dan dukungan yang diberikan;

10. Seseorang yang sekarang tidak bersamaku banyak sekali pelajaran yang kamu berikan selama ini terima kasih dengan ini saya membuktikan bahwa tanpa dukunganmu saya bisa, seseorang yang tidak lelah menyemangatiku, mengganguku setiap malam minta video call semoga cepat menjadi perwira dan seseorang yang jauh di Jakarta terima kasih semoga tahun ini apa yang kamu cita-citakan dikabulkan Allah;

11. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penulisan tugas akhir ini. Dalam penulisan ini telah dilaksanakan semaksimal mungkin akan tetapi penulis menyadari sepenuhnya bahwa hasil penulisan ini masih perlu mendapat kritik dan saran untuk perbaikan di masa mendatang. Akhirnya, semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat untuk semua pihak terutama PT JP Press dan penulis khususnya.

Malang, 28 April 2017

Penulis, Nenny Evaliandia

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Permintaan Pembelian Gambar 2.2 Kartu Gudang Gambar 2.3 Bagan Alir Permintaan Pembelian Gambar 2.4 Surat permintaan penawaran harga Gambar 2.5 Surat Order Pembelian Gambar 2.6 Bagan Alir Prosedur Pemesanan Barang Gambar 2.7 Surat Jalan Gambar 2.8 Laporan penerimaan Barang Gambar 2.9 Bagan Alir Prosedur Penerimaan Barang Gambar 2.10 Penawaran Penjualan Barang Gambar 2.11 Kartu Barang Gambar 2.12 Bagan Alir Prosedur Penawaran dan Pengiriman Barang Gambar 3.1 Kantor PT Jepe Press Media Utama Surabaya Gambar 3.2 Struktur Organisasi PT Jepe Press Media Utama Surabaya Gambar 3.3 Form Permintaan Barang Gambar 3.4 Permintaan Pembelian Gambar 3.5 Purchase Order Gambar 3.6 Delivery Note Gambar 3.7 Surat permintaan penawaran harga Gambar 3.8 Bagan Alir Pembelian Persediaan Gambar 3.9 Bagan Alir Pembelian Persediaan (Lanjutan) Gambar 3.10 Surat Jalan dari Supplier Gambar 3.11 Form Inspeksi Barang Datang Gambar 3.12 Material Receive Report Gambar 3.13 Bagan Alir penerimaan dan penyimpanan barang Gambar 3.14 Bagan Alir penerimaan dan penyimpanan barang(Lanjutan) Gambar 3.15 Surat Perintah Kerja Gambar 3.16 Sales Order Gambar 3.17 Surat Jalan Gambar 3.18 Bagan Alir Pengeluaran Persediaan

Gambar 3.19 Bagan Alir Pengeluaran Barang (Lanjutan) Gambar 3.20 Bagan Alir Pengeluaran Barang (Lanjutan) Gambar 3.21 Laporan Barang Masuk Gambar 3.22 Laporan Stock Barang Gambar 3.23 Analisis Bagan Alir Pengeluaran Persediaan JP Press Surabaya Gambar 3.24 SOP Pembelian Gambar 3.25 SOP Pembelian Lanjutan

Gambar 3.26 SOP Penerimaan dan Penyimpanan Barang Gambar 3.27 SOP Penerimaan dan Penyimpanan Barang Lanjutan Gambar 3.28 SOP Pengeluaran Barang

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

PT. Jepe Press Media Utama atau sering dikenal dengan Nama JP Book didirikan pada tanggal 14 April 2004 ialah perusahaan yang bergerak dalam bidang penerbitan dan perdagangan buku, namun PT. Jepe Press Media Utama ini lebih menitik beratkan kegiatan perdagangan buku. PT. Jepe Press Media Utama merupakan anak perusahaan dari PT. TMG (Temprina Media Grafika) yang bergerak dalam bidang percetakan dan masih merupakan bagian dari Jawa Pos Group. Ada berbagai macam buku yang dijual antaranya yaitu Buku Umum, Buku Perpus/DAK, Buku BSE, Buku LKS, Buku K13, dan majalah. Dari macam-macam buku tersebut JP Book mempunyai jenis buku dengan banyak judul. Prosentase pendapatan terbesar JP Book diperoleh dari penjualan buku, oleh karena itu JP Press memerlukan adanya persediaan buku yang di peroleh dari beberapa vendor teutama PT. TMG.

Persediaan digolongkan dalam kategori aset lancar yang diadakan dengan tujuan diperjualbelikan (barang jadi) untuk menghasilkan profit atau dimungkinkan habis dalam setahun anggaran. Sedangkan, perusahaan dagang hanya mempunyai persediaan barang jadi yaitu dengan cara membeli barang dari pihak lain lalu dijual kembali kepada pihak yang lainnya (Sitanggang, 2014: 83).

PT. Jepe Press Media Utama merupakan perusahaan dagang yang memutar arus kas atau hutang ke dalam wujud persediaan demi menghasilkan profit dengan cara menjual buku ke beberapa konsumen. Perputaran ini sering terjadi hambatan sehingga akan berpengaruh pada kegiatan usaha yang dijalankan. Hal ini dapat menghambat operasional dan akan menjauhkan dari tujuan umum berdirinya suatu perusahaan yaitu maximum profitability.

PT. JP Press pada saat ini mengikuti proyek yang diadakan pemerintah yaitu proyek buku K13. Masalah tentang persediaan yang terjadi selama masa proyek yaitu sering terjadi kekurangan buku K13 yang dipesan konsumen mengalami keterlambatan pengiriman sampai 3 minggu, hal ini disebabkan pihak PT. TMG masih melakukan proses percetakan ulang yang memakan tenggang waktu cukup lama. Masalah lainnya yaitu terjadinya over stock buku BSE selama berbulan-bulan bahkan ada yang lebih dari satu tahun hingga mengalami kerusakan hal tersebut berakibat pada tingginya beban biaya untuk menyimpan dan memelihara persediaan selama penyimpanan di gudang. Perusahaan ini juga tidak rutin dalam melakukan stock opname, padahal dalam Standar Operasional Prosedur (SOP) Penerimaan dan penyimpanan barang tertulis stock opname dilakukan 3 bulan sekali akan tetapi pada kenyataan hal tersebut tidak terlaksana. Ditemukan stock opname yang dilakukan enam bulan sekali, hal tersebut berisiko tinggi pada penyelewengan atau pencurian persediaan, Kartu Stock Persediaan buku juga tidak bernomor urut tercetak.

Permasalahan selanjutnya adalah pencatatan kartu stok persediaan antara admin gudang dengan gudang penyimpanan tidak diadakan rekonsiliasi atau pencocokan padahal hal tersebut bisa digunakan untuk mengetahui jumlah persediaan yang ada digudang dan menimalisir kesalahan pencatatan persediaan dan juga berpengaruh pada kekurangan atau kelebihan stok persediaan yang ada di gudang penyimpanan. Permasalahan yang terakhir yaitu Fungsi Penerimaan barang, fungsi pencatatan barang masuk dan fungsi pengeluaran barang terkadang dilakukan oleh orang yang sama, padahal seharusnya fungsi operasi harus dipisahkan dengan fungsi pencatatan.

Persediaan memiliki masalah yang komplek dan mudah sekali dijadikan bahan penyelewengan karena persediaan merupakan salah satu harta lancar yang mudah dimanipulasi jika perusahaan tidak mempunyai sistem pengawasan yang efektif. Sistem perencanaan yang baik digunakan untuk mengetahui jumlah persediaan yang sebaiknya disimpan agar Persediaan memiliki masalah yang komplek dan mudah sekali dijadikan bahan penyelewengan karena persediaan merupakan salah satu harta lancar yang mudah dimanipulasi jika perusahaan tidak mempunyai sistem pengawasan yang efektif. Sistem perencanaan yang baik digunakan untuk mengetahui jumlah persediaan yang sebaiknya disimpan agar

Menurut Mulyadi (2001:553) sistem pengendalian internal meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Jika dalam suatu perusahaan sistem pengendalian internalnya tidak berjalan dengan baik akan berpengaruh pada laporan laba rugi perusahaan dan juga jumlah persediaan yang disajikan dalam neraca perusahaan yang tidak bisa efektif dan efisien.

Adanya masalah kekurangan dan kelebihan persediaan pada Jepe Press Media Utama berlawanan dengan unsur pengendalian internal yang baik menurut Mulyadi (2001:164) unsur yang kedua yaitu sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya begitu juga dalam melakukan Stock Opname pada perusahaan. Permasalahan pada pencatatan kartu stock persediaan yang tidak bernomer urut tercetak dan tidak adanya rekonsiliasi pada kartu persediaan di admin gudang dan gudang penyimpanan juga tidak sesuai unsur pengendalian internal ke tiga yaitu praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap organisasi. Pada PT. Jepe Press Media Utama fungsi Penerimaan barang, fungsi pencatatan barang masuk dan fungsi pengeluaran barang kadangkala dilakukan oleh orang yang sama, hal tersebut tidak sesuai dengan unsur pengendalian yaitu struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas.

Berdasarkan masalah-masalah di atas dan banyaknya jenis buku yang tidak ada divisi khusus yang bertanggung jawab dalam menangani Berdasarkan masalah-masalah di atas dan banyaknya jenis buku yang tidak ada divisi khusus yang bertanggung jawab dalam menangani

penulis tertarik untuk membuat laporan tugas akhir dengan judul “Analisis Sistem Pengendalian Intern Persediaan Barang Dagang pada PT Jepe Press Media Utama Surabaya”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang perlu dikaji yaitu:

1. Bagaimana penerapan sistem pengendalian internal persediaan barang dagang pada PT. Jepe Press Media Utama Surabaya?

2. Apa kelemahan dan solusi dari sistem pengendalian internal atas persediaan barang dagang pada PT. Jepe Press Media Utama Surabaya?

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah dari tugas akhir ini yaitu terbatas pada sistem pengendalian internal prosedur persediaan barang dagang yaitu mulai dari pembelian, penerimaan, penyimpanan hingga pengeluaran persediaan buku proyek di PT. Jepe Press Media Utama Surabaya.

1.4 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang akan dikaji penulis, maka tujuan dari penulisan tugas akhir ini yaitu:

1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan sistem pengendalian internal persediaan barang dagang pada PT. Jepe Press Media Utama Surabaya

2. Untuk mengetahui Apa kelemahan dan solusi terhadap Sistem Pengendalian internal atas persediaan barang dagang pada PT. Jepe Press Media Utama Surabaya.

1.5 Manfaat

Dari tugas akhir yang penulis tulis ini dapat diambil beberapa manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Penulis Manfaat bagi penulis yaitu untuk menambah ilmu pengetahuan tentang sistem pengendalian internal pada persediaan barang dagang dalam penerapannya pada PT Jepe Press Media Utama Surabaya.

2. Bagi Perusahaan Manfaat bagi perusahaan yaitu dapat digunakan sebagai masukan untuk penerapan pemaksimalan suatu persediaan yang diharapkan dapat digunakan dalam PT Jepe Press Media Utama Surabaya dan memperbaiki Sistem Pengendalian yang ada.

3. Bagi Pembaca Manfaat bagi pembaca yaitu untuk memberikan wawasan pengetahuan gambaran mengenai hasil analisis yang dilakukan penulis ataupun dapat dijadikan referensi untuk selanjutnya lebih mengembangkan lebih jauh materi pembahasan laporan tugas akhirnya diluar batasan masalah penulis.

1.6 Metode Pengumpulan Data

1. Survey pendahuluan Kegiatan awal yang penulis lakukan untuk memperoleh permasalahan yang akan diangkat sebagai Tugas Akhir. Dalam hal ini penulis memilih PT JP Press Media Utama Surabaya sebagai objek penelitian. Permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan kemudian diangkat sebagai judul Tugas Akhir dengan menentukan batasan atau rumusan masalah agar penulisan Tugas Akhir menjadi lebih fokus.

2. Metode lapangan Penulis melakukan pengamatan langsung ke lapangan atau ke tempat objek yang diteliti mengenai aktivitas sehari-hari yang terjadi di PT JP Press Media Utama Surabaya dengan cara:

a. Metode Interview Yaitu penulis mengadakan tanya jawab secara langsung kepada pihak-pihak yang terkait, yaitu dengan Bagian Pembelian, Bagian gudang dan Staff karyawan yang ada di PT JP Press Media Utama

Surabaya mengenai alur pengendalian persediaan mulai dari pembelian barang hingga pengeluaran barang untuk dijual.

b. Metode Dokumentasi Yaitu penulis mengumpulkan data dan informasi yang berkaitan dengan dokumen-dokumen dan laporan yang digunakan perusahaan yang berkaitan dengan penulisan Tugas Akhir.

c. Studi Literatur Penulis mengumpulkan data dan informasi melalui buku-buku, catatan-catatan, atau informasi dari perusahaan itu sendiri.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Sistem Akuntansi

2.1.1 Pengertian Sistem Akuntansi

Pengertian sistem menurut para ahli sebagai berikut: Menurut Mulyadi (2001: 3) memaparkan dalam bukunya, sistem akuntansi adalah organisasi formulir, catatan dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan. Sedangkan, menurut Howard F Settler dalam S.P Hariningsih (2006:3), sistem akuntansi adalah formulir- formulir, catatan-catatan, prosedur-prosedur dan alat-alat yang digunakan untuk mengolah data dalam bentuk laporan-laporan yang diperlukan oleh manajemen untuk mengawasi usahanya dan bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan seperti pemegang saham, kreditur, dan lembaga-lembaga pemerintah untuk menilai hasil operasi.

Definisi Sistem akuntansi menurut Steven dalam buku Baridwan (1990:4) yaitu “komponen organisasi yang mengumpulkan, menggolongkan, mengolah, menganalisa dan mengkomunikasikan informasi keuangan relevan yang berguna untuk pengambilan keputusan kepada pihak-pihak luar (seperti pajak, investor dan kreditur) dan pihak-pihak dalam (manajemen)”.

Dari beberapa definisi diatas mengenai sistem akuntansi, dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem akuntansi terdiri dari beberapa elemen yaitu Formulir, Buku Catatan, Prosedur-prosedur yang dikoordinasikan sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh perusahaan dan pihak-pihak yang membutuhkan informasi keuangan.

2.1.2 Fungsi Sistem Akuntansi

Fungsi utama sistem informasi akuntansi menurut Krismiaji (2010:23) yaitu:

1. Mengumpulkan dan menyimpan data mengenai kegiatan bisnis organisasi secara efisien dan efektif.

a. Menangkap data transaksi pada dokumen-dokumen sumber.

b. Mencatat data transaksi kedalam jurnal-jurnal, dimana catatan tersebut dibuat secara kronologis dari apa yang telah terjadi.

c. Posting data dari jurnal-jurnal ke buku besar, yang menyingkat data dengan jenis rekening.

2. Menyediakan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan bagi manajemen. Dalam sistem manual, informasi ini disediakan dalam bentuk laporan kedalam dua kategori utama:

a. Laporan keuangan

b. Laporan manajerial

3. Menyediakan pengendalian internal yang memadai (cukup). Memastikan bahwa informasi yang dihasilkan oleh sistem adalah handal dan dapat dipercaya.

a. Memastikan bahwa aktivitas bisnis yang dilakukan efisien dan sesuai dengan tujuan manajemen.

b. Mengamankan (menjaga) kekayaan organisasi/perusahaan, termasuk data.

2.1.3 Tujuan Sistem Akuntansi

Tujuan Sistem akuntansi menurut Howard (1979:2) yaitu untuk menghasilkan umpan balik dalam bentuk laporan-laporan yang diperlukan oleh management untuk mengawasi usahanya, dan bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan seperti pemegang saham, kreditur, dan lembaga-lembaga pemerintahan untuk menilai hasil operasi perusahaan.

Tujuan umum pengembangan sistem akuntansi yang dikemukakan oleh Mulyadi (2001: 20) sebagai berikut :

a. Untuk menyediakan informasi bagi pengelolaan kegiatan usaha baru. Dalam perusahaan yang baru berjalan sangat dibutuhkan pengembangan sistem akuntansi. Pada perusahaan dibidang dagang jasa, manufaktur sangat memerlukan pengembangan sistem akuntansi lengkap, hal ini berguna agar kegiatan perusahaan berjalan dengan lancar.

b. Untuk memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh sistem yang sudah ada. Seringkali sistem akuntansi yang berlaku tidak dapat memenuhi kebutuhan manajemen, mutu, ketepatan penyajian dan struktur informasi yang terdapat dalam laporan. Hal ini disebabkan oleh perkembangan usaha perusahaan, sehingga dengan sendirinya menuntut sistem akuntansi untuk dapat menghasilkan laporan dengan mutu informasi yang lebih baik dan tepat dalam penyajiannya dengan struktur informasi yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan perusahaan.

c. Untuk memperbaiki pengendalian akuntansi dan pengecekan intern. Akuntansi merupakan pertanggung jawaban kekayaan suatu perusahaan atau organisasi. Dalam hal pengembangan sistem akuntansi selalu digunakan untuk memperbaiki perlindungan terhadap kekayaan perusahaan, sehingga pertanggung jawaban terhadap penggunaan kekayaan organisasi dapat dilaksanakan dengan baik.

d. Untuk mengurangi biaya klerikal dalam penyelenggaraan catatan akuntansi. Dalam hal ini informasi dapat dijadikan sebagai barang ekonomi yang memiliki banyak manfaat karena untuk memperolehnya diperlukan pengorbanan sumber ekonomi lainnya. Jika pengorbanan lebih besar dari manfaatnya maka sistem yang sudah ada perlu dirancang kembali guna untuk mengurangi pengorbanan sumber daya bagi penyedia informasi tersebut.

Dari uraian tujuan sistem akuntansi diatas, dapat disimpulkan bahwa sistem akuntansi merupakan faktor utama pendorong agar manajemen perusahaan dapat menghasilkan informasi akuntansi yang terstruktur dan mengandung arti.

2.1.4 Unsur-Unsur Sistem Akuntansi

Sistem akuntansi memiliki beberapa unsur yang berbeda menurut beberapa ahli yaitu seperti menurut Baridwan (1990:6) ada empat unsur yaitu:

a. Klasifikasi Rekening Penggolongan rekening yang digunakan dalam sistem akuntansi, seperti rekening neraca dan laba rugi.

b. Buku besar dan buku pembantu Buku besar merupakan dasar untuk menyusun laporan keuangan. Isi dari buku besar yaitu rekening –rekening neraca dan laba rugi. Sedangkan buku pembantu adalah berisi rekening yang merupakan rincian rekening dari buku besar.

c. Jurnal Jurnal yaitu catatan transaksi-transaksi pertama kali berdasarkan tanggal terjadinya transaksi.

d. Bukti transaksi Merupakan formulir yang digunakan mencatat transaksi pada saat terjadinya sehingga menjadi bukti tertulis dari transaksi tersebut seperti faktur penjualan, bukti kas keluar dll.

Sedangkan Menurut Mulyadi (2001:3) Unsur sistem akuntansi pokok yaitu sebagai berikut:

a. Formulir Formulir yaitu dokumen yang digunakan untuk merekam terjadinya transaksi atau disebut dengan istilah dokumen, karena dengan formulir ini peristiwa yang terjadi dalam organisasi direkam diatas selembar kertas. Dengan formulir ini data yang bersangkutan dengan transaksi direkam pertama kalinya sebagai dasar pencatatan dalam catatan. Contoh formulir adalah faktur penjualan, bukti kas keluar, dan cek. Dengan faktur penjualan misalnya direkam nama pembeli, alamat pembeli, jenis dan kuantitas barang yang dijual, harga barang tanda tangan otorisasi dan sebagainya.

b. Jurnal Jurnal merupakan catataan akuntansi pertama yang digunakan untuk mencatat, mengklasifikasikan dan meringkas data keuangan dan data lainnya.

c. Buku Besar Buku besar (general ledger) terdiri dari rekening-rekening yang digunakan untuk meringkas data keuangan yang telah dicatat sebelumnya dalam jurnal. Rekening-rekening dalam buku besar ini disediakan sesuai c. Buku Besar Buku besar (general ledger) terdiri dari rekening-rekening yang digunakan untuk meringkas data keuangan yang telah dicatat sebelumnya dalam jurnal. Rekening-rekening dalam buku besar ini disediakan sesuai

d. Buku Pembantu Buku pembantu terdiri dari rekening-rekening pembantu yang merinci data keuangan yang tercantum dalam rekening tertentu dalam buku besar. Buku besar dan buku pembantu disebut juga sebagai catatan akuntansi akhir karena setelah akuntansi keuangan dicatat dalam buku- buku tersebut, proses selanjutnya adalah penyajian laporan keuangan. Bukan pencatatan lagi ke dalam catatan akuntansi.

e. Laporan Hasil akhir proses akuntansi adalah laporan keuangan yang dapat berupa neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan yang ditahan, laporan harga pokok produksi, laporan biaya pemasaran, laporan harga pokok penjualan, daftar umum piutang, daftar utang yang akan dibayar, daftar saldo persediaan yang lambat penjualannya. Laporan ini berisi informasi yang merupakan keluaran system akuntansi.

Dari Unsur-unsur diatas dapat ditarik kesimpulan yaitu sistem akuntansi mempunyai berbagai unsur sistem diantaranya Penggolongan Rekening, Buku Besar dan Buku Pembantu, Jurnal, Bukti transaksi/Formulir, dan yang terakhir Laporan yang merupakan hasil keluaran sistem akuntansi.

2.1.5 Hubungan Sistem Akuntansi dengan Sistem Pengendalian Internal

Sistem informasi akuntansi ini dirancang sedemikian rupa oleh suatu perusahaan sehingga dapat memenuhi fungsinya yaitu menghasilkan informasi akuntansi yang tepat waktu, relevan dan dapat dipercaya. Dalam suatu sistem informasi akuntansi terkandung unsur-unsur pengendalian, maka baik buruknya sistem informasi akuntansi sangat mempengaruhi fungsi manajemen dalam melakukan pengendalian internal, karena informasi yang dihasilkannya akan dijadikan salah satu dasar dalam Sistem informasi akuntansi ini dirancang sedemikian rupa oleh suatu perusahaan sehingga dapat memenuhi fungsinya yaitu menghasilkan informasi akuntansi yang tepat waktu, relevan dan dapat dipercaya. Dalam suatu sistem informasi akuntansi terkandung unsur-unsur pengendalian, maka baik buruknya sistem informasi akuntansi sangat mempengaruhi fungsi manajemen dalam melakukan pengendalian internal, karena informasi yang dihasilkannya akan dijadikan salah satu dasar dalam

Selanjutnya karena sistem informasi akuntansi didalamnya mengandung unsur-unsur pengendalian, maka perusahaan mungkin tidak dapat menjalankan pengendalian-pengendalian yang diterapkannya dengan baik. Karena pengendalian tidak dijalankan dengan baik, tidak menutup kemungkinan terjadinya penyimpangan-penyimpangan dan kecurangan- kecurangan yang dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja. Jika penyimpangan dan kecurangan sudah terjadi otomatis aktiva yang dimiliki perusahaan terancam keselamatannya dan aktivitas yang dilakukan menjadi tidak efektif dan efisien.

2.2 Sistem Pengendalian Internal

2.2.1 Pengertian Sistem Pengendalian Internal

Menurut Baridwan (1990:13) pengendalian intern dalam arti sempit merupakan pengecekan penjumlahan, baik penjumlahan mendatar (cross footing ) maupun penjumlahan menurun (footing). Dalam artian yang luas, pengendalian intern tidak hanya meliputi pekerjaan pengecekan namun meluputi semua alat-alat yang digunakan manajement untuk mengadakan pengawasan.

Didalam buku Baridwan (1990:13) juga menjelaskan tentang pengendalian intern menurut AICPA(American Institute of Certified Public Accountants) “Pengendalian intern itu meliputi struktur organisasi dan semua cara-cara serta alat-alat yang di koordinasikan yang digunakan di dalam perusahaan dengan tujuan untuk menjaga keamanan harta milik Didalam buku Baridwan (1990:13) juga menjelaskan tentang pengendalian intern menurut AICPA(American Institute of Certified Public Accountants) “Pengendalian intern itu meliputi struktur organisasi dan semua cara-cara serta alat-alat yang di koordinasikan yang digunakan di dalam perusahaan dengan tujuan untuk menjaga keamanan harta milik

kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan lebih dahulu”. Pengertian sistem pengendalian intern menurut Mulyadi (2001:163) menyatakan sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian yang keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijaksanaan manajemen. Suatu sistem pengendalian yang efisien dan efektif sangat dibutuhkan oleh organisasi atau perusahaan karena adanya sistem pengendalian, diharapkan rencana yang telah ditetapkan dapat dilaksanakan dengan baik.

Dari beberapa pengertian sistem pengenalian internal diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem pengendalian internal adalah tidak hanya struktur organisasi, cara-cara, dan juga alat-alat yang digunakan dalam perusahaan tetapi juga meliputi semua pekerjaan pengecekan untuk mengadakan pengawasan yang mempunyai tujuan utama dalam menjaga harta perusahaan.

2.2.2 Tujuan Sistem Pengendalian Intern

Tujuan Sistem pengendalian Intern menurut Baridwan (1990:13) ada empat macam yaitu:

a. Menjaga keamanan harta milik suatu organisasi

b. Memeriksa ketelitihan dan kebenaran data akuntansi

c. Memajukan efisiensi dalam operasi

d. Membantu menjaga agar tidak ada penyimpangan dari kebijakan manajemen yang sudah di tetapkan. Sedangnkan tujuan sistem pengendalian internal Menurut Mulyadi (2001 : 163) hampir sama dengan yang telah dipaparkan baridwan adalah :

a. Menjaga kekayaan organisasi

b. Mencek ketelitian dan keandalan data akuntansi

c. Mendorong efisiensi

d. Mendorong dipenuhinya kebijakan manajemen

Sesuai dengan tujuannya maka pengendalian intern tersebut dapat dibagi 2 yaitu : pengendalian intern administrasi ( Internal Administrative Control ) dan pengendalian intern akuntansi (Internal Accounting Control).

Pengendalian intern administrasi terdiri dari prosedur dan catatan yang membantu manajemen untuk mencapai tujuan perusahaan. Pengendalian intern akuntansi meliputi terdiri dari prosedur dan laporan dan untuk menjaga aktivitas perusahaan. Pengendalian intern akuntansi yang baik akan menjamin keamanan kekayaan para investor dan kredit yang ditanamkan dalam perusahaan dan akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya.

2.2.3 Unsur-Unsur Pengendalian Internal

Sistem pengendalian intern terdiri dari empat unsur. Sesuai dengan pernyataan Mulyadi (2001 : 164) adalah :

1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggungjawab fungsional secara tegas. Struktur organisasi merupakan kerangka pembagian tanggung jawab fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok perusahaan. Pembagian tanggung jawab fungsional dalam organisasi ini didasarkan pada prinsip-prinsip berikut ini :

a. Harus dipisahkan fungsi-fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi akuntansi. Fungsi operasi adalah fungsi yang memiliki wewenang untuk melaksanakan suatu kegiatan misalnya pembelian. Fungsi penyimpanan adalah fungsi yang memiliki wewenang untuk menyimpan aktiva perusahaan. Fungsi akuntansi adalah fungsi yang memiliki wewenang untuk mencatat peristiwa keuangan perusahaan.

b. Suatu fungsi tidak boleh diberi tanggung jawab penuh semua tahap suatu transaksi

2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan biaya. Dalam organisasi setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi 2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan biaya. Dalam organisasi setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi

3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi. Adapun cara-cara yang umumnya ditempuh oleh perusahaan dalam menciptakan praktik yang sehat adalah

a. Penggunaan formulir bernomor urut bercetak yang pemakaiannya harus dipertanggungjawabkan oleh yang berwenang.

b. Pemeriksaan mendadak (surprised audit) dilaksanakan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada pihak yang akan diperiksa, dengan jadwal yang tidak teratur.

c. Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh satu orang atau satu unit organisasi, tanpa campur tangan dari orang atau unit organisasi lain.

d. Perputaran jabatan (job rotation). Perputaran jabatan yang diadakan secara rutin akan dapat menjaga independensi pejabat dalam melaksanakan tugasnya, sehingga persekongkolan diantara mereka dapat dihindari.

e. Keharusan mengambil cuti bagi karyawan yang berhak. Karyawan perusahaan diwajibkan mengambil cuti yang menjadi haknya.

f. Secara periodik diadakan pencocokan fisik kekayaan dengan catatan. Untuk menjaga kekayaan organisasi dan mengecek ketelitian dan keandalan catatan akuntansinya.

g. Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek efektivitas untur-unsur sistem pengndalian yang lain.

4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya. Untuk mendapatkan karyawan yang kompeten dan dapat dipercaya berbagai cara berikut ini dapat ditempuh :

a. Seleksi calon karyawan berdasarkan persyaratan yang dituntut oleh pekerjaannya.

b. Pengembangan pendidikan karyawan selama menjadi karyawan perusahaan, sesuai dengan tuntutan perkembangan pekerjaannya.

2.2.4 Pengendalian Internal atas Persediaan

Pengendalian Internal atas persediaan mempunyai tujuan yaitu mempunyai persediaan yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan pelanggan atau customer dengan meminimalkan biaya pemeliharaan persediaan. Jika persediaan banyak namun terlalu sedikit permintaan pelanggan akan menyebabkan biaya yang dikeluarkan perusahaan semakin banyak. Sebaliknya jika terlalu banyak permintaan dari pelanggan tetapi tidak adanya persediaan yang mencukupi atau persediaan sedikit maka akan mengakibatkan kekecewaan pelanggan.

Sistem akuntansi mempunyai tiga peran penting dalam proses pengelolaan persediaan yaitu:

1. Sistem akuntansi harus menyediakan informasi yang tepat dan akurat untuk menyediakan laporan keuangan periodik dan retur pajak.

2. Sistem akuntansi harus menyediakan informasi terkini mengenai kuantitas dan biaya persediaan untuk memfasilitasi keputusan pemesanan bahan dan pabrikasi produk.

3. Untuk megamankan atau mencegah aktiva perusahaan (persediaan) daritindakan pencurian, penyelewengan, penyalahgunaan, dan kerusakan, maka dibutukan sistem akuntansi untuk melindungi asset ini.

Warren (2005:452) menjelaskan bahwa tidak hanya biaya persediaan yang harus ditentukan, pengendalian intern yang baik atas persediaan juga harus diterapkan. Dua tujuan utama dari pengendalian intern persediaan adalah mengamankan persediaan dan melaporkan secara tepat dalam pelaporan keuangan. Pengendalian internal ini bisa bersifat preventif (pencegahan) dan juga detektif.

a. Pengendalian preventif adalah pengendalian yang telah dirancang untuk mencegah kesalahan atau kekeliruan pencatatan.

b. Sedangkan pengendalian detektif yaitu ditujukan untuk mendeteksi kesalahan atau kekeliruan yang telah terjadi.

Pengendalian internal dimulai pada saat barang diterima (dibeli dari pemasok) sampai barang dijual kembali kepada pelanggan. Laporan penerimaan barang yang bernomor urut tercetak seharusnya disiapkan oleh bagian penerimaan untuk menetapkan tanggung jawab awal atas persediaan. Untuk menjamin keakuratan besarnya persediaan yang dilaporkan dalam laporan keuangan, perusahaan dagang seharusnya melakukan pemeriksaan fisik atas persediaannya. Didalam laporan keuangan terdapaat akun-akun yang digolongkan sebagai persediaan.

Menurut Sukrisno (2012:228) Contoh akun-akun yang biasa digolongkan sebagai persediaan adalah:

a. Bahan Baku.

b. Barang Dalam Proses.

c. Barang jadi.

d. Suku cadang.

e. Bahan pembantu.

f. Barang dalam perjalanan, yaitu barang yang sudah dikirim oleh supplier tetapi belum sampai di gudang.

g. Barang konsinyasi (consigment out).

2.3 Persediaan

2.3.1 Pengertian Persediaan

Setiap perusahaan dagang membutuhkan persediaan untuk menjamin kelangsungan proses penjualan agar dapat memenuhi permintaan maupun kebutuhan pelanggannya. Tanpa adanya persediaan perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan atau kebutuhan pelanggannya. Memahami lebih lanjut pengertian persediaan, berikut ini definisi persediaan menurut para ahli:

Menurut Mardiasmo (2012:99), persediaan dapat diartikan sebagai berikut : “Persediaan adalah barang-barang yang dibeli perusahaan dengan

maksud untuk dijual lagi (barang dagangan), atau masih dalam proses produksi yang akan diolah lebih lanjut menjadi barang jadi kemudian dijual (barang dalam proses), atau akan dipergunakan dalam proses produksi barang jadi yang kemudian dijual (bahan baku/pembantu)”. Sedangkan, Menurut

Baridwan (1992:149) “Persediaan barang dipakai untuk menunjukan barang- barang yang dimiliki untuk dijual kembali atau digunakan untuk

memproduksi barang- barang yang akan dijual”. Menurut PSAK No.14 menyatakan persediaan adalah:

a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal

b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan atau

c. Dalam bentuk atau perlengkapan supplier untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. Menurut pendapat Suhayati & Dewi (2009: 225), bahwa yang dimaksud dengan persediaan yaitu: “Persediaan merupakan aktiva lancar yang ada dalam suatu perusahaan, apabila perusahaan tersebut perusahaan dagang maka persediaan diartikan sebagai barang dagangan yang disimpan untuk dijual dalam operasi normal perusahaan.Sedangkan apabila perusahaan merupakan perusahaan manufaktur maka persediaan diartikan sebagai bahan baku yang terdapat dalam proses produksi/yang disimpan untuk tujuan tersebut (proses produksi).”

Jadi kesimpulannya, pengertian persediaan adalah persediaan yang menjadi objek usaha suatu perusahaan, bisa berbentuk bahan baku, barang setengah jadi, dan barang siap untuk dijual yang mempunyai fungsi yang penting guna melancarkan proses jual beli suatu perusahaan.

2.3.2 Jenis-Jenis Persediaan

Jenis persediaan pada perusahaan tergantung dari jenis usaha yang dilakukan perusahaan tersebut misalnya usaha manufaktur dan usaha dagang maka jenis persediaannya berbeda. Menurut Sitanggang (2014: 83) Perusahaan manufaktur memiliki persediaan barang berupa bahan mentah untuk diolah menjadi barang dalam proses dan selanjutnya menjadi barang jadi yang siap dijual kepada konsumen. Jadi perusahaan manufaktur memiliki

3 jenis persediaan yaitu :

a. persediaan bahan mentah,

b. Persediaan barang dalam proses,

c. dan Persediaan Barang Jadi.

Sedangkan perusahaan dagang hanya mempunyai persediaan barang jadi yaitu dengan cara membeli barang dari pihak lain lalu dijual kembali kepada pihak yang lainnya. Perusahaan jasa tidak memiliki persediaan.

Klasifikasi utama persediaan tergantung pada operasi bisnis, contohnya pada usaha perdagangan grosir atau eceran membeli barang dagang untuk dijual kembali, sedangkan dalam usaha manufaktur membeli bahan baku dan suku cadang, memproduksi barang kemudian untuk menjualnya.

2.3.3 Tujuan Persediaan

Pada prinsipnya adanya persediaan untuk mempermudah dan memperlancar kegiatan usaha. Adapun tujuan persediaan menurut Rangkuti (2000:2), yaitu:

1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang/bahan yang dibutuhkan perusahaan.

2. Menghilangkan resiko dari materi yang dipesan berkualitas tidak baik sehingga harus dikembalikan.

3. Untuk mengantisipasi bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran.

4. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus produksi.

5. Mencapai penggunaan mesin yang optimal.

2.3.4 Sistem Pencatatan Persediaan

Menurut Kieso, dkk (2008:404) ada dua jenis system pencatatan persediaan yaitu sistem fisik (periodical) dan sistem perpetual.

a. Sistem pencatatan secara fisik (periodikal). Dalam sistem periodik, kuantitas persediaan ditangan ditentukan, seperti yang tersirat oleh namanya, secara periodik. semua transaksi yang berhubungan dengan persediaan selama periode akuntansi dicatat dengan mendebet akun pembelian. Total akun pembelian pada akhir periode akuntansi ditambahkan ke biaya persediaan ditangan pada awal periode untuk menentukan total biaya barang yang tersedia untuk dijual selama a. Sistem pencatatan secara fisik (periodikal). Dalam sistem periodik, kuantitas persediaan ditangan ditentukan, seperti yang tersirat oleh namanya, secara periodik. semua transaksi yang berhubungan dengan persediaan selama periode akuntansi dicatat dengan mendebet akun pembelian. Total akun pembelian pada akhir periode akuntansi ditambahkan ke biaya persediaan ditangan pada awal periode untuk menentukan total biaya barang yang tersedia untuk dijual selama

Kelemahan sistem periodical yaitu jumlah persediaan tidak dapat diketahui setiap saat, untuk mengetahui jumlah persediaan harus dilakukan perhitungan fisik di gudang, dan ini merupakan pekerjaan yang sulit dan memakan banyak waktu sehingga sistem periodical ini sulit digunakan sebagai alat control. Sedangkan kebaikan system periodical adalah merupakan pekerjaan yang sangat praktis karena tidak perlu membuat kartu stock, baik pada saat pencatatan pembelian maupun pada saat melakukan pencatatan penjualan. Rincian jurnal dalam sistem pencatatan fisik (periodical). Pada saat pembelian barang

Pembelian

xxx

Kas/ hutang dagang

xxx

Pada saat penjualan barang Kas/piutang dagang

b. Sistem pencatatan perpetual Dalam sistem persediaan perpetual secara terus menerus melacak perubahan akun persediaan yaitu semua pembelian dan penjualan barang dicatat secara langsung ke akun persediaan pada saat terjadi transaksi. Karakteristik akuntansi dari metode pencatatan perpetual Menurut Kieso dkk (2008:404) adalah :

1. Pembelian barang dagang untuk dijual atau pembelian bahan baku untuk produksi didebet ke persediaan dan bukan ke pembelian.

2. Biaya transportasi masuk, retur pembelian dan pengurangan harga, serta diskon pembelian didebet ke persediaan dan bukan ke akun terpisah.

3. Harga pokok penjualan diakui untuk setiap penjualan dengan mendebet akun harga pokok penjualan, dan mengkreditkan persediaan.

4. Persediaan merupakan akun pengendalian yang didukung oleh buku besar pembantu yang berisi catatan persediaan individual. Buku besar pembantu memperlihatkan kuantitas dan biaya dari setiap jenis persediaan yang ada ditangan. Rincian jurnal dalam sistem pencatatan perpetual : Pada saat pembelian barang

Persediaan barang dagangan xxx

xxx Pada saat penjualan barang

Kas / hutang dagang

Kas / piutang dagang

xxx

xxx Pengakuan harga pokok penjualan ( HPP)

Penjualan

Harga Pokok Penjualan

xxx

xxx Sistem perpetual mempunyai beberapa kebaikan dan kelemahan. Kelebihan sistem ini yaitu :

Persediaan barang dagang

a) jumlah persediaan dapat diketahui dengan cepat setiap waktu sehingga dapat mempercepat proses penyusunan laporan keuangan.

b) Setiap jadinya penjualan, maka laba kotor atas penjualan dapat langsung diketahui dengan mengurangi harga pokok penjualannya.

c) Tidak perlu membuat adjustment atau ayat jurnal penyesuaian. Sedangkan, Kelemahan sistem ini: Biaya yang relatif lebih tinggi dan sangat merepotkan jika perusahaan memiliki jumlah atau jenis persediaan yang sangat banyak. Karena setiap jenis persediaan harus dibuatkan satu kartu persediaan.

2.3.5 Metode Penilaian Persediaan

Metode penilaian persediaan bertujuan untuk menentukan jumlah persediaan akhir yang akan disajikan dalam neraca dan dalam perhitungan Metode penilaian persediaan bertujuan untuk menentukan jumlah persediaan akhir yang akan disajikan dalam neraca dan dalam perhitungan

Menurut Keiso dkk (2008:415) menjelaskan bahwa terdapat beberapa metode penilaian persediaan antara lain:

1. Identifikasi khusus ( Specific Identification ) Dalam metode ini, harga pokok yang dibebankan ke barang-barang yang dijual dan yang masih ada dalam persediaan didasarkan atas harga pokok yang dikeluarkan khusus untuk barang-barang yang bersangkutan. Metode ini dalam praktek, hanya cocok untuk barang-barang yang jumlahnya tidak banyak dan nilai persatuannya tinggi, seperti misalnya mobil bekas dan lukisan. PSAK 14 mengatur bahwa persediaan barang yang lazimnya tidak bisa digantikan atau barang yang dibuat dan dipisahkan untuk proyek khusus harus diperhitungkan menggunakan metode identifikasi khusus. Kelemahan metode ini ialah memungkinkan perusahaan memanipulasi laba bersih.

2. Rata-rata tertimbang ( Average ) Metode penetapan harga pokok persediaan dimana dianggap bahwa harga pokok rata-rata dari barang yang tersedia dijual akan digunakan untuk menilai harga pokok yang dijual dan yang terdapat dalam persediaan. Metode biaya ini memberikan hasil pertengahan antara FIFO dan LIFO, baik untuk pengukuran persediaan maupun perhitungan pendapatan. Metode ini mudah diterapkan, objektif, dan tidak dapat dimanfaatkan untuk memanipulasi laba seperti halnya beberapa metode penentuan harga persediaan lainnya.

3. FIFO ( First In First Out ) Metode penetapan harga pokok persediaan yang didasarkan atas anggapan bahwa barang-barang terlebih dahulu dibeli akan merupakan barang yang dijual pertama kali. Dalam metode ini persediaan akhir dinilai dengan harga pokok pembelian yang paling akhir.Kelebihan FIFO adalah bahwa persediaan dalam laporan posisi keuangan akan disajikan pada biaya kini. Kelemahan mendasar FIFO bahwa harga lama di berikan untuk Harga Pokok Penjualan yang kemudian dicocokan dengan pendapatan penjualan pada harga kini.

4. LIFO ( Last In Last Out ) Metode ini kebalikan dari metode FIFO yang mengasumsikan bahwa penetapan harga pokok persediaan yang didasarkan atas anggapan bahwa barang-barang yang paling akhir dibeli akan merupakan barang yang dijual pertama kali. Dalam metdoe ini, persediaan akhir akan dinilai dengan harga pembelian yang terdahulu. LIFO lebih menghasilkan kecocokan dan pengukuran pendapatan karena biaya paling terakhir dicocokan dengan pendapatan kini. Namun, bila jumlah persediaan dikurangi, penggunaan LIFO menimbulkan penyimpangan hasil operasi karena sebagian dari harga pokok penjualan didasarkan pada biaya yang telah kadaluarsa. Selain itu, persediaan dalam Laporan Posisi Keuangan dicatat pada biaya yang kadaluarsa, dimana merupakan indikator yang buruk untuk utilitas persediaan di masa depan.

2.3.6 Prosedur Persediaan Barang Dagang

Menurut Chairul (2000:14) Sistem akuntansi pembelian meliputi prosedur permintaan pembelian, pemesanan barang, dan penerimaan barang sedangkan sitem akuntansi penjualan meliputi prosedur penawaran dan pengiriman barang. Berikut akan menjelaskan dokumen, bagian yang terkait dan bagan alir dari prosedur permintaan pembelian, pemesanan barang, dan penerimaan barang serta prosedur penawaran dan pengiriman barang:

2.3.6.1 Prosedur Permintaan Pembelian

1. Bagian yang terkait : 1. Bagian yang terkait :

b. Bagian gudang Bertugas meneliti jumlah unit yang diminta dalam permintaan pembeliaan dan memberikan paraf persetujuan pada PP dan dikirim kepada bidang pembelian.

c. Bagian pembelian Bagian ini berfungsi untuk menyetujui PP dan didistribusikan kepada seksi penerimaan dan penyimpanan serta bagian gudang.

2. Dokumen yang digunakan :

a. Surat permintaan pembelian ialah dokumen merupakan formulir yang diisi oleh bagian gudang atau fungsi pemakaian barang untuk meminta fungsi pembelian melakukan pembelian barang dengan jenis, jumlah dan mutu seperti yang tertera dalam surat tersebut. Contoh dokumen permintaan pembelian:

Gambar 2.1 Permintaan Pembelian

Sumber:Chairul(2000)

b. Kartu gudang adalah kartu yang berisi keluar masuknya barang dan sisa barang yang ada pada gudang. Contoh kartu gudang:

Gambar 2.2 Kartu gudang Sumber: Chairul(2000)

3. Bagan alir permintaan pembelian:

Gambar 2.3 Bagan Alir Permintaan pembelian Sumber: Choirul(2000)

2.3.6.2 Prosedur Pemesanan barang

1. Bagian yang terkait:

a. Bagian pembelian Dalam prosedur ini bagian pembelian bertugas mencari pemasok dengan mengirim surat penawaran harga. Setelah menentukan a. Bagian pembelian Dalam prosedur ini bagian pembelian bertugas mencari pemasok dengan mengirim surat penawaran harga. Setelah menentukan

b. Bagian gudang Menerima order pembelian dan dicocokan dengan permintaan pembelian, kemudian di arsip.

2. Dokumen yang digunakan: