skripsi JANGKA WAKTU PERLINDUNGAN HAK CI

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

UU 28 tahun 2014 tentang Hak cipta mengubah jangka waktu perlindungan terhadap sebuah karya dari peraturan sebelumnya UU 19 tahun 2002 yang sebelumnya 50 tahun, menjadi 70 tahun setelah pencipta meninggal. Namun hal ini hanya berlaku terhadap ciptaan-ciptaan tertentu seperti karya musik, gambar, karya literatur, ceramah, kuliah, alat peraga untuk kepentingan pendidikan, drama, drama musikal, tari koreografi, kaligrafi, pahat, dan lain-lain sesuai yang tercantum pada pasal 58 ayat (1) UU 28 tahun 2014.

Karya karakter kartun merupakan salah satu bagian dari karya seni rupa dalam bentuk gambar yang dapat dibentuk secara digital dan dibuat bergerak. Seperti yang kita ketahui dari jaman dahulu hingga sekarang, karakter kartun menjadi karya seni yang terus berkembang, dan beberapa karya karakter kartun yang sudah lewat masa lakunya, diambil alih oleh orang lain untuk menghasilkan sebuah karya seni yang baru.

Indonesia telah memiiki UU mengenai Hak cipta yang pertama yaitu UU nomor 19 tahun 2002 dan telah digantikan oleh UU yang baru yaitu UU nomor 28 tahun 2014. Dan dalam masing-masing undang-undang memiliki perbedaan yang terperinci terutama mengenai masalah jangka waktu dari hak cipta.

UU nomor 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta dan UU nomor 28 tahun 2014 yang menggantikannya telah menjadi instrumen untuk melindungi karya seni yang telah diciptakan oleh para seniman. Karena ciptaan-ciptaan ini dilindungi hak cipta sebagai hak eksklusif, ciptaan-ciptaan ini menjadi hak yang semata-mata diperuntukan bagi pencipta atau pihak lain yang

diperbolehkan memanfaatkan hak tersebut dengan seizin pencipta. 1 Dalam

1 Tim Lindsey, et al., ed., Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, (Bandung: Alumni, 2006), hlm. 6.

kedua UU tersebut juga mengatur mengenai jangka waktu perlindungan terhadap suatu karya pada UU 19 tahun 2002 diatur berdasarkan pasal 29 ayat (2) bahwa hak cipta berlaku selama hidup pencipta yang paling akhir dan ditambah 50 tahun setelah pencipta meninggal. Sedangkan berdsarkan Penjelasan UU 28 tahun 2014 menerangkan bahwa perlindungan tehadap Hak Cipta dilakukan dengan waktu lebih panjang sejalan dengan penerapan aturan di berbagai negara sehingga jangka waktu pelindungan Hak Cipta di bidang tertentu diberlakukan selama hidup pencipta ditambah 70 (tujuh puluh) tahun setelah pencipta meninggal.

Terjadi perbedaan mengenai jangka waktu perlindungan dari sebuah karya antara UU nomor 19 tahun 2002 dengan UU nomor 28 tahun 2014. Hal ini menimbulkan masalah bagi karya yang menurut UU 19 tahun 2002 telah menjadi “Public Domain” namun menurut UU nomor 28 tahun 2014 tidak menjadi “Public Domain” kembali. Hal ini yang menjadi permasalahan yang akan diteliti lebih lanjut, karena penulis melihat dengan adanya perubahan jangka waktu, membuat adanya ketidakpastian hukum bagi pihak-pihak yang terkait terhadap suatu karya cipta yang berada pada jangka waktu menurut UU 19 2002 adalah “Public Domain” tapi menurut UU 28 tahun 2014 tidak menjadi “Public Domain”, seperti ahli waris, dan pihak yang menggunakan

karya cipta tersebut untuk tujuan komersial. Pada negara lain tetap masih ada yang menganut perlindungan jangka wakatu minimal yang telah ditetapkan oleh TRIPS dan juga Bern Convention. Kita dapat mengambil contoh Malaysia. Malaysia Pada Akta 332 tentang Copyright Law pada pasal 17 ayat satu menunjukan bahwa perlindungan kerya literatur, musik, gambar dan hal lainnya adalah 50 tahun sesudah pencipta meninggal.

Karakter kartun dapat dikomersialisasikan dalam bentuk Film, buku komik, gambar lukisan, dan juga merchandise . Komersialisasi dari karakter kartun ini berjalan di dalam cakupan Internasional. Buktinya dengan beberapa karakter kartun yang dikenal di seluruh dunia berasal dari satu negara. Miki Tikus dan kawan-kawannya berasal dari Disney di Amerika,

Doraemon dan Hello Kitty berasal dari perusahaan Sanrio di Jepang. Hal ini pun membuktikan bahwa peredaran dari karya seni karakter kartun ini tidak hanya lokal, tetapi juga sampai cakupan Internasional.

Setiap kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat, kelompok artis, ataupun perorangan yang terkenal, sering bermunculan perdagangan benda-benda dengan fungsi tertentu seperti : pakaian, mainan, alat tulis, kalender, alat rumah tangga, aksesoris dan benda-benda lainnya yang memiliki hubungan dengan kegiatan tersebut sebagai suatu cinderamata atau merchandise . Pada konteks produksi barang-barang cinderamata yang dibentuk kedalam barang-barang yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari, bersifat praktis akan tetapi tetap memiliki unsur keindahan. Kegiatan produksi sekaligus perdagangan cinderamata ini tidak hanya berhubungan dengan kegiatan tertentu saja berhubungan dengan kegiatan promosi maupun dengan hal-hal kegemaran masyarakat kepada artis atau karakter film atau pun novel.

Bisnis mengenai merchandise karakter kartun ini merupakan sebuah bisnis yang sangat berpengaruh terhadap industri ekonomi kreatif di Indonesia. Walaupun pada saat ini, bisnis ini baru benar-benar terlihat maju di luar terutama di Amerika. Hal ini terbukti dari karakter-karakter kartun yang mendunia seperti Miki Tikus karya Disney, Bug’s Bunny karya Warner Bross, dan lain-lain berasal dari Amerika. Indonesia menjadi negara yang turut menggunakan karya karakter kartun tersebut. Bisa dilihat dari antusiasme para masyarakat Indonesia ketika beberapa film Animasi karya Disney, Warner Bross, dan lain-lain mulai dirilis di Indonesia. Jumlah orang yang memenuhi bioskop akan bertambah jauh lebih banyak. Selain itu jumlah tiket untuk menyaksikan pertunjukkan drama musikal yang diubah dari film animasi ke bentuk drama yang dimainkan oleh orang, laku habis terjual. Tidak hanya itu saja, hal tersbut juga terjadi pada merchandise karakter kartun, yang notabene menjadi barang yang sangat diincar oleh masyarakat terkhususnya Indonesia ketika sebuah film animasi yang menggunakan karakter kartun bermunculan.

Saat ini di Indonesia belum ada kasus yang berkenaan dengan terjadinya perubahan masa jangka waktu perlindungan terhadap suatu karya terutama karya karakter kartun. Untuk itu penulis mengambil contoh kasus yang berada di Amerika yaitu “Sony Bono Copyright Term Extension Act” yang dimintakan “J udicial Review ” oleh Lawrence Lessig. Pada kasus tersebut, Lawrence Lessig meminta kepada Congress agar tidak memberlakukan sistem pembaharuan perpanjangan waktu terhadap perlindungan Copyright . Hal ini dikarenakan yang memiliki hak atas Copyright tersebut dapat melakukan pembaharuan terhadap masa laku perlindungan karyanya. Jadi ketika masa perlindungan sebuah karya telah habis, maka si pemilik dari hak perlindungan tersebut dapat mengajukan perpanjangan perlindungan karya tersebut. Hal ini menurut Lawrence Lessig membuat pihak-pihak yang hendak menggunakan karya tersebut menjadi tidak dapat menggunakan karya tersebut untuk kepentingan penemuan karya baru. Hal lainnya adalah, justru dengan adanya sistem seperti ini hanya memberikan keuntungan terhadap pihak-pihak tertentu saja yakni pemilik dari hak perlindungan karya tersebut. Hal berikutnya adalah dengan adanya sistem ini justru dapat menimbulkan masalah saling klaim antara pihak yang merasa memiliki kepentingan terhadap karya tersebut, dan justru ini menimbulkan kebingungan kepada pihak lain yang hendak menggunakan karya tersebut, karena mereka bingung harus mengajukan ijin penggunaan karya kepada siapa.

Selain itu jika ada perbedaan jangka waktu perlindungan hak cipta terhadap hak cipta dari pencipta dan pemegang hak cipta memiliki dampak yang seperti apa? Perlu diteliti bagaimana perlindungan hukum terhadap pencipta/pemegang hak cipta yang ciptaannya dikomersialisasikan di negara lain yang berbeda jangka waktu perlindungan hak ciptanya.

1.2. Pokok Permasalahan

Berdasarkan uraian diatas, pokok permasalahan yang hendak penulis teliti dan analisis dalam penelitian adalah sebagai berikut :

1. Apa Jenis Ciptaan dari Suatu Karakter Kartun?

2. Apa persyaratan yang harus dipenuhi untuk membuat merchandise karakter kartun secara sah?

3. Apakah pemegang Hak Cipta karakter kartun dapat memperoleh royalti dari produsen merchandise tersebut di negara yang jangka waktu perlindungan hak ciptanya berbeda dengan negara asal karakter kartun tersebut?

1.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Dengan menganalisis dari latar belakang masalah dan pokok permasalahan diatas, dapat dikemukakan bahwa tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui masalah apa yang dialami oleh masyarakat mengenai Hak Cipta.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus disusunnya penelitian ini adalah untuk memberikan jawaban mengenai :

a. Mengetahui alasan jangka waktu hak cipta lebih panjang daripada ciptaan yang lain.

b. Mengetahui hubungan antara Copyright Term of Act di Amerika Serikat dengan komersialisasi ciptaan berupa karakter kartun.

c. Mengetahui hal apa yang terjadi jika terjadi perbedaan perlindungan jangka waktu karya merchandise karakter kartun antara negara asal si pencipta karakter kartun dengan negara yang menggunakan karakter kartun tersebut.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembaca dalam memahami gambaran sederhana tentang perlindungan hukum yang diterapkan terhadap komersialisasi suatu Karya Cipta yang dilindungi berdasarkan undang-undang yang berlaku.

1.4. Tinjauan Pustaka

1. Judul buku : Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar Editor

: Prof. Tim Lindsey, B.A., LL.B., BLitt, Ph.D.Dkk Cetakan

: V, Edisi Baru

Impresum

: Bandung, PT. Alumni, 2006

Jumlah Halaman : 432 Halaman Uraian isi buku

Buku ini berisi mengenai Hak Kekayaan Intelektual secara keseluruhan. Terdapat didalamnya keseluruhan cabang ilmu dari Hak Kekayaan Intelektual seperti Hak Cipta, Paten, Desain Industri, dan lain- lain. Terdapat 14 bab dalam buku ini dan diawali oleh sebuah pendahuluan yang menjelaskan secara mendasar mengenai Hak Kekayaan Intelektual guna sebagai pengantar kepada pembaca untuk lebih memahami mengenai Hak Kekayaan Intelektual beserta cabang- cabang ilmu yang ada. Selain itu dalam buku ini juga secara rinci menjelaskan menenai masing-masing cabang dari Hak Kekayaan Intelektual khususnya mengenai Hak Cipta. Sebagaimana dalam buku ini tertulis bahwa Hak Cipta merupakan sebuah hak eksklusif untuk pencipta dalam mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya apa pun itu baik ilmu pengetahuan, seni dan lain-lain dalam bentuk apa pun. Penjelasan secara rinci mengenai Hak Cipta ini berada dalam bab 4 buku ini.

2. Judul buku : Hak Kekayaan Intelektual Dan Pengetahuan

Tradisional

Penulis : Prof. Dr. Agus Sardjono, S.H., M.H. Cetakan

: 1, Edisi Pertama

Impresum

: Bandung, PT. Alumni, 2006

Jumlah Halaman : 407 halaman Uraian isi buku

Buku ini banyak memberikan pandangan mengenai Hak Kekayaan Intelektual terhadap pengetahuan tradisional. Buku ini memberikan kritik terhadap Hak Kekayaan Intelektual yang tidak melindungi pengetahuan tradisional. Dalam buku ini tertulis bahwa Hak Kekayaan Intelektual merupakan rezim individualistik untuk memonopoli guna melindungi investasi (modal). Dan dalam buku ini juga terdapat berbagai saran dan alternatif agar pemerintah dapat melindungi pengetahuan tradisional.

3. Judul buku : Hak Cipta & Karya Cipta Musik Penulis

: Husain Audah

Cetakan

: I, Edisi Pertama

Impresum : Bogor, Pustaka Litera Antar Nusa, 2004 Jumlah Halaman : 86 halaman Uraian isi buku :

Buku ini memberikan penjelasan mengenai cabang dalam Hak Kekayaan Intelektual yaitu Hak Cipta. Pembahasan dalam buku ini selain telah mengerucut ke arah Hak Cipta, juga telah mengerucut ke dalam suatu bidang seni yaitu bidang seni musik. Selain itu dijelaskan juga mengenai sejarah Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia dengan munghubungkan pada masalah Karya Seni Musik . Di dalam buku ini juga tertera beberapa pelanggaran terhadap Hak Cipta musik seperti pembajakan produksi rekaman musik, peredaran ilegal, dan pelanggaran Hak Cipta. Di dalam buku ini juga terdapat ringkasan pengertian Hak Cipta Musik yang penting untuk diketahui.

4. Judul buku

: Hukum Hak Cipta Indonesia

Penulis

: Suyud Margono

Cetakan

Impresum

: Bogor, Ghalia Indonesia 2010

Jumlah Halaman : 232 halaman Uraian isi buku

Buku ini mengkaji dengan asumsi dibuatnya ketentuan hukum Hak Kekayaan Intelektual, terutama UU Hak Cipta yang mengikuti perkembangan perdagangan global, tetapi masih terjadi banyak pembajakan terhadap karya cipta secara global, termasuk Indonesia. dengan menganalisis aspek juridis implementasi Trade Related Aspect of Intellectual Property Rights (TRIPs Agreement) bagi penegakan hukum dan penyelesaian sengketa. Buku ini juga menganalsis dan mengkaji keberlakuan dari World Trade Organization (WTO), terutama ketentuan TRIPs Agreement sebagai sistem hukum Internasional. Buku ini juga menelaah dari teori dan sisi kerugian yang dialami negara-negara berkembang dengan berlakunya perdagangan dunia melalui WTO terutama TRIPs Agreement. Buku ini menggunkan tata bahasa yang masih tergolong dapat dimengerti. Tata letak antar materi dalam buku ini tergolong sistematis, jadi data-data materi tersusun secara sistematis. Kondisi fisik buku baik tidak ada cacat dari buku tersebut.

5. Judul buku : Asian Copyright Handbook (versi Indonesia) Penulis

: Tamotsu Hozumi

Penerjemah

: Masri Maris

Cetakan

: Pertama

Impresum : Jakarta, Ikatan Penerbit Indonesia 2006 Jumlah Halaman : 134 halaman Uraian isi buku

Buku ini merupakan terjemahan dari Asian Copyright Handbook. Buku ini mebahas tentang ciptaan, hak-hak pencipta terdiri atas Hak Cipta Hak Kekayaan Intelektual, Hak Moral dan Hak Terkait. Juga dalam buku ini menjelaskan cara kerja perlindungan Internasional terhadap Hak Cipta, telah diketahui masalah Hak Cipta tidak hanya menjadi masalah di Indonesia namun juga masalah internasional. Serta buku ini juga menulis mengenai pengaruh perubahan zaman terhadap ciptaan. Buku ini juga Buku ini merupakan terjemahan dari Asian Copyright Handbook. Buku ini mebahas tentang ciptaan, hak-hak pencipta terdiri atas Hak Cipta Hak Kekayaan Intelektual, Hak Moral dan Hak Terkait. Juga dalam buku ini menjelaskan cara kerja perlindungan Internasional terhadap Hak Cipta, telah diketahui masalah Hak Cipta tidak hanya menjadi masalah di Indonesia namun juga masalah internasional. Serta buku ini juga menulis mengenai pengaruh perubahan zaman terhadap ciptaan. Buku ini juga

1.5. Kerangka Konsep

Untuk menghindarkan kerancuan, maka di dalam penelitian ini perlu dilakukan pembatasan definisi dari kata, istilah, dan konsep yang digunakan yaitu :

1. Hak cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan. 2

2. Pencipta adalah seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama menghasilkan suatu ciptaan yang berisfat khas dan

pribadi. 3

3. Ciptaan adalah setiap hasil karya di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk

nyata. 4

2 Indonesia (1), Undang-Undang Hak Cipta, LN No. 266 Tahun ,2014 TLN 5599, 2014, UU No. 28 Tahun 2014, Ps. 1 angka 1.

3 Ibid. Ps.1 angka 2. 4 Ibid. Ps.1 angka 3.

4. Pemegang hak cipta adalah pencipta sebagai pemilik Hak Cipta, pihak yang menerima hak tersebut secara sah dari Pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut

secara sah. 5

5. Hak terkait adalah hak yang berkaitan dengan Hak Cipta, pihak yang merupakan hak eksklusif bagi pelaku pertunjukan, produser fonogram,

atau lembaga penyiaran. 6

6. WTO adalah singkatan dari World Trade Organization merupakan organisasi internasional yang mengawasi “aturan perdagangan diantara

anggotanya. 7

7. TRIPs Agreement adalah singkatan dari Trade Related Aspect of Intellectual Property Right merupakan sebuah perjanjian internasional yang telah disepakati yang mengatur substansi HaKI dikaitkan dengan

perdagangan intetrnasional pada umumnya. 8

8. HaKI adalah singkatan dari Hak atas Kekayaan Intelektual yang merupakan perlindungan penerapan ide dan informasi yang memiliki nilai komersial. HaKI adalah Kekayaan Pribadi yang dapat dimiliki dan

diperlukan sama dengan bentuk-bentuk kekayaan lainnya 9 .

9. Penggunaan secara komersial adalah pemanfaatan cipataan dan/atau produk Hak Terkait dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan ekonomi dari berbagai sumber atau berbayar 10 .

10. Public Domain is Intellectual property. The universe of inventions and creative works that are not protected by intellectual-property rights and are therefore available for anyone to use without charge. When Copyright, trademark, patent, or trade-secret rights are lost or expire, the intellectual property they had protected becomes part of the public

5 Ibid. Ps.1 angka 4. 6 Ibid. Ps.1 angka 5. 7 Suyud Margono, Hukum Hak Cipta Indonesia , cet. 1, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010),

hlm. 5. 8 Ibid ., hlm. 5.

9 Lindsey, Op. Cit., hlm. 3. 10 Indonesia (1), Op. cit, Ps. 1 angka 24.

domain and can be approproated by anyone without liability for

infringement 11 .

1.6. Metode Penelitian

Metode penelitian mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Bentuk Penelitian Penelitian dilakukan oleh peneliti berbentuk penelitian kepustakaan dengan tujuan meneliti hukum berdasarkan teori yang ada.

2. Tipologi Penelitian Penelitian yang digunakan oleh peneliti merupakan penelitian normatif. Peneliti meneliti keberlakuan dari UU nomor 28 tahun 2014 terhadap kegiatan-kegiatan komersialisasi karya yang menurut UU nomor 19 tahun 2002 adalah domain publik namun setelah ada UU baru menjadi private domain kembali.

3. Macam Bahan Hukum Bahan hukum yang digunakan mencakup bahan hukum primer berupa perundangan. Untuk menjelaskan bahan hukum primer tersebut maka peneliti menggunakan bahan hukum sekunder berupa buku-buku, artikel dari surat kabar dan internet.

4. Alat Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa studi dokumen.

5. Metode Analisa Data Metode analisa data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah analisa data secara kualitatif. Metode kualitatif dalam penelitian ini berarti metode analisa berdasarkan dari pengertian dasar sistem hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Hak Cipta.

11 Bryan A. Garner, Black’s Law Dictionary, ed. 9. ( Amerika : West Publishing Co, 2009), hal. 1349.

6. Bentuk Hasil Penelitian Laporan yang dihasilkan dalam penelitian mengenai komersialisasi terhadap suatu karya yang ditinjau dari Undang-Undang no. 28 tahun 2014 adalah laporan berbentuk deskriptif analisis.

1.7. Kegunaan Teoritis dan Praktis

Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat bermanfaat bagi para akademisi dalam memahami penerapan hukum terkait perlindungan hukum terkait perlindungan dan pelestarian terhadap Hak Cipta yang dilindungi dalam Undang-Undang Hak Cipta di Indonesia. Tulisan ini diharapkan dapat mengembangkan pola pikir dalam perlindungan Hak Cipta khususnya yang berkaitan dengan kepemilikan maupun pemanfaatan Karya Cipta contohnya seperti karya seni, sastra, dan lain-lain sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, dan ilmu hukum terutama.

Secara praktis, penelitian ini berguna memberikan gambaran yang lebih jelas, memadai, namun sederhana dan mudah dimengerti oleh masyarakat mengenai Hak Cipta sebagai salah satu jenis dari perlindungan atas sumber pendapatan ekonomi bagi orang-orang yang telah bersusah payah mengenyam pendidikan mengenai seni, sastra, dan lain-lain yang selama ini masih kurang dipahami oleh beberapa golongan masyarakat.

BAB II INDUSTRI MERCHANDISE KARAKTER KARTUN

2.1. Karakter Kartun Sebagai Karya Seni

2.1.1. Definisi Karakter Kartun

Kartun adalah suatu bentuk gambar yang dibuat representasional terhadap suatu peristiwa, dengan arah hasrat melucu. Bisa membuat orang tertawa (bila berhasil dianggap lucu) atau jengkel (bila dianggap gagal lucu). 12 Pada awalnya kartun tidak memiliki suasana lucu. Kartun sendiri

berasal dari sebuah kata bahasa Itali : cartone yang berarti kertas. 13 Lalu pada zaman Reinaissance, kartun memiliki makna yang lain yaitu sketsa, yang berarti adalah corat-coret yang dibuat oleh para seniman sebelum berkarya sacara sungguhan. Hal tersebut dapat berupa skulptur, relief, gambar arsitektur, lukisan, atau sulaman. Kartun memiliki ciri unsur satire dan distorsi gambar, tetapi unsur distorsi gambar bukan hal yang diutamakan. Dalam kartun sendiri lebih mengutamakan unsur humor dibandingkan unsur satire.

Seringkali terjadi adanya kesalahpahaman mengenai kartun dengan karikatur. Hal ini dikarenakan tidak adanya batasan yang jelas antara kartun dengan karikatur. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya hanya sifat dari grafisnya yang membuat karikatur dengan kartun berbeda. Kartun juga dapat dikatakan sebagai gambar yang bersifat representatif yang memiliki sifat humor.

Karakter atau watak adalah sifat batin yang mempengaruhi segenap pikiran, perilaku, budi pekerti dan tabiat yang dimiliki manusia atau makhluk

hidup lainnya. 14 Dapat dikatakan juga bahwa karakter sifat-sifat kejiwaan dan hal lain yang membedakan seseorang dengan yang lain. Karakter sendiri

12 Jaya Suprana, Naskah-naskah Kompas, cet 1, ( Jakarta : PT Elex Media Komputindo, 2009) hlm 12.

13 Ibid., hlm 13. 14 Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, http://kbbi.web.id/karakter, diakses pada

tanggal 23 September 2015.

dapat berupa huruf, angka, ruang, simbol khusus yang dapat dimunculkan pada papan ketik.

Maka karakter kartun adalah karakter fiksi yang digunakan dalam film animasi atau komik. Jadi karakter kartun adalah bagian dari film atau komik yang juga memiliki perlindungan hak cipta sebagai suatu karya ciptaan yaitu karya Pictograph . Masing-masing karakter kartun berbeda satu sama lain bergantung dari keinginan si pencipta karakter kartun tersebut. Kita bisa ambil contoh Mickey Mouse dan Pluto karangan Walt Disney. Kedua karater tersebut merupakan karakter yang berbeda satu sama lain dimana Mickey Mouse adalah tikus yang berperilaku layaknya manusia sedangkan Pluto adalah karakter anjing yang merupakan peliharaan dari Mickey Mouse. Dua karakter berbeda yang diciptakan oleh Walt Disney sesuai dengan keinginan Walt Disney sendiri.

Unsur yang penting dalam karakter kartun adalah gambar yang interpretatif, memiliki sifat, ciri, bentuk, warna, yang berbeda dengan karakter yang lain. Karater kartun sendiri juga dapat digambar secara digital melalui hasil karya komputer sesuai dengan kebutuhan.

Berdasarkan pada Undang-undang yang mengatur, tidak tertulis secara jelas mengenai kartun. Pada UU 19 tahun 2002, dapat diambil penafsiran pasal 12 huruf f. Dimana pasal tersebut berbunyi bahwa yang dilindungi adalah seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan.

Berdasarkan pada UU 28 tahun 2014 pasal 40 menuliskan bahwa karya seni rupa dalam segala jenis bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase merupakan karya cipta yang dilindungi. Karakter kartun dalam hal ini merupakan gambar, sehingga mendapatkan perlindungan.

2.1.2. Sejarah Kartun

Melihat sejarah dari kartun, maka kita akan kembali kepada salah satu masa dimana kartun tidak memiliki makna untuk melucu. Salah satu Melihat sejarah dari kartun, maka kita akan kembali kepada salah satu masa dimana kartun tidak memiliki makna untuk melucu. Salah satu

itu. 15 Bagian ini merupakan bagian yang tidak kalah penting dalam sejarah dunia kartun.

Pada tahun 1842 Ratu Victoria melakuka sayembara untuk membuat kartun dengan tujuan untuk merancang fresco pada tembok gedung parlemen. Di saat inilah muncul kartun-kartun miring yang membuat desain kartun-kartun menjadi unik dan lucu. Hal ini dikarenakan gambar-gambar yang dikirim oleh peserta sayembara memiliki desain yang aneh-aneh. Seorang satiris John Leech pun tidak dapat menahan tertawa meihat desain- desain yang dibuat oleh peserta sayembara. Beliau pun akhirnya membuat sindiran melalui gambar-gambar yang dipublikasikan dalam majalah Punch

dengan judul 16 Cartoon !. Dan dari hasil publikasi tersebut membuat istilah kartun menjadi dikenal sebagai nama untuk gambar-gambar lucu hingga

sekarang. Akibat hal tersebut, kartun menjadi sebuah media untuk beraneka ragam tujuan. Secara gampangnya, semua hal di jagad raya bisa menjadi bahan sindiran melalui medai kartun. Semua aspek kehidupan seperti kelahiran, cinta, perang, politik, ekonomi, seni, olahraga, agama, takhayul, adat-istiadat, penyakit hingga sampai kematian. Dari aspek-aspek yang disebutkan dapat ditarik kesimpulan bahwa kartun menjadi media penggambaran kisah hidup seseorang dari mulai orang tersebut lahir, tumbuh besar menjadii dewasa dan akhirnya meninggal akibat usia tua atau karena mengidap penyakit.

Disamping kartun “diam” yang kerap kita lihat di media massa cetak itu, ada pula kartun “bergerak” atau yang dikenal sebagai kartun animasi. 17

Perintis dari animasi adalah Emile Reynaud dengan sistem praksinoskop pada tahun 1880, dan menjadi populer berkat kerja tangan Walt Disney

15 Suprana.,Op cit., hlm 13. 16 Ibid ., hlm 14. 17 Ibid., hlm. 14.

melalui ciptaan-ciptaanya seperti Mickey Mouse, Donald Duck, dan lain sebagainya.

Jika melihat lebih dalam mengenai kisah animasi, maka pembahasannya tidak akan lepas dari Disney Company. Perusahaan ini didirikan oleh Walt dan Roy Disney pada tahun 1923 memulai awal dari sebuah film animasi yang dirilis yaitu Alice’s Day at Sea. Diawal tahun September 1927, Disney memproduksi Oswald the Lucky Rabbit dalam judul The Trolley Troubles . Pada 18 November tahun 1928 Steamboat Willie dirilis pada Colony Theater di New York. Hal ini yang memunculkan kartun Mickey Mouse dan karakter Minnie Mouse .

Pada tahun 1937 hingga 1941 masuklah kartun ke dalam masa keemasan. Dimana Disney mengeluarkan karakter seperti Snow White and the Seven Dwarfs . Pada awalnya karakter ini mendapat cemoohan dari beberapa orang yang juga bekerja dengan Disney. Merekan pun menyebutnya sebagai “Disney’s Folly” atau kebodohan Disney. Banyak yang membujuk Disney untuk menghentikan proyek tersebut karena membuat mundur, tetapi Disney melihat peluang lain dari proyek tersebut. Dia tetap pada pendiriannya untuk melanjutkan “ Snow White and the Seven Dwarfs ” untuk tetap berjalan. Ia mempekerjakan Profesor Don Graham dari Chouinard Art Institute untuk memulai latihan untuk pekerja studio, berlandaskan Silly Symphonies sebagaI platform untuk menguji animasi manusia realistik, animasi watak tersendiri, special effect , dan penggunaan

proses-proses peralatan khusus kamera 18 multiple. Pada akhirnya film ini justru mendapat sambutan yang meriah ketika ditayangkan di Carthay Circle

Theater karena berhasil meraup keuntungan delapan juta dolar amerika serikat pada penayangan perdana.

Tidak bisa dipungkiri jaman keemasan animasi atau kartun bermula pada keberhasilan film Snow White . Snow White bukan saja menandakan puncak keberhasilan Disney, tetapi juga memulai zaman yang dikenal

18 Just Disney , “Walt Disney, Biography” http://www.justdisney.com/walt_disney/ biography/long_bio.html, diakses tanggal 27 Agustus 2015.

sebagai Zaman Keemasan Animasi bagi Disney. 19 Dari situlah muncul banyak karakter kartun yang berkembang di film pendek maupun dalam

layar lebar. Mulai bermunculan seperti karakter Pinocchio, Bambi, Alice in Wonderland hingga Peter Pan . Kartun Miki, Donal, Gufi dan Pluto terus dijalankan sebagai film pendek animasi. Lalu Miki Tikus pun juga mengalami beberapa perubahan di akhir tahun 1930.

Dunia animasi pun turut ambil andil pada masa perang dunia kedua. Dimana Studio Disney dan pekerjanya dikontrak oleh pemerintah Amerika Serikat untuk membuat film pelatihan dan instruksi militer dan juga film peningkatan moral. Dari film-film ini tidaklah memberikan pendapatan. Baru di akhir perang film-film seperti The Three Caballeros .

Setelah perang usai di tahun 1945-1955, Disney menghasilkan film paket murah yang isinya adalah film kartun pendek. Film-film kartun pendek tersbut adalah Make Mine Music (1946), Fun and Fancy Free (1947), Melody Time (1948), dan The Adventures of Ichabod and Mr.Toad (1949). Pada zaman ini pun kepopuleran Miki Tikus mulai memudar karena mulai tersaingi oleh karakter Bug’s Bunnny yang merupakan karakter kelinci milik Warner Bros. Namun dengan menurunnya popularitas Miki Tikus membuat karakter lain dari Disney pun bermunculan dan menggantikan kepopuleran Miki. Karakter seperti Donal Bebek pun mulai naik populer.

Ditahun-tahun berikutnya seperti tahun 1940 perusahaan ini pun mengalami peningkatan dengan berpindahnya studio ke Burbank, California dan tahun 1955 dibukalah Disneyland untuk pertama kalinya. Disney menjadi salah satu bagian dari sejarah perkembangan kartun. Hal ini terbukti dengan adanya kartun-kartun yang dibuat juga oleh Warner Bros., Marvel, dan lain sebagainya.

2.1.3. Fiksasi Karakter Kartun

Fiksasi dalam UU 28 tahun 2014 tentang hak cipta adalah “perekaman suara yang dapat didengar, perekaman gambar atau keduanya,

19 Ibid ., hlm. 2 19 Ibid ., hlm. 2

karakter kartun sendiri adalah dengan cara perekaman gambar. Bagaimana cara perekaman gambar tersebut? Secara umum perekaman adalah proses menyalin ulang suatu objek, apakah objek berupa gambar, suara atau apa saja. Prosesnya sendiri menggunakan media atau alat perekam tertentu yang hasilnya dapat disimpan di suatu media penyimpanan.

Karakter kartun sendiri dapat berupa gambar secara fisik maupun gambar digital Digital Painting . Dalam kenyataannya karya dalam bentuk digital hanya dapat dibaca oleh komputer, karena karya tersebut terdiri dari

kode-kode biner. 21 Hal ini berarti karakter kartun tersebut hanya dapat dibaca oleh komputer. Jadi jika karakter kartun tersabut dibentuk menjadi sebuah

gambar digital, maka bentuk fiksasinya adalah dengan cara perekaman dengan cara digital dalam hal ini menggunakan media komputer dan disimpan melalui media penyimpanan pada komputer. Jika bentuk gambarnya adalah gambar sketsa, maka bentuk fiksasinya adalah gambar sketsa yang telah jadi tersebut.

Dari hal-hal yang telah dikatakan berdasarkan sejarah perkembangan bahwa karakter kartun dalam hal ini memiliki ruang bisnis yang luas seperti buku komik, film, merchandise , serial televisi, dan lain sebagainya.

2.1.4. Nama Karakter Kartun

Nama adalah kata untuk menyebut atau memanggil orang (tempat, barang, binantang, dsb). 22 Pada dasarnya nama sendiri adalah penunjuk identitas dari orang, benda, binatang, dan lain-lain. Fungsinya sebagi pembeda antara satu dengan yang lain. Nama sendiri melekat pada satu karakter. Contohnya Mickey Mouse melekat pada karakter Miki Tikus

20 Indonesia, Undamg-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, LN No. 266, TLN 5599, Ps. 1 anka 13.

21 Ekspresi Kreatif – Pengantar Hak Cipta dan Hak Terkait untuk Usaha Kecil dan Menegah.,http://www.wipo.int/export/sites/www/sme/en/documents/guides/translation/creative_ex

pression_indo.pdf. Diakses tanggal 24 September 2015. 22 Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, http://kbbi.web.id/nama, diakses pada tanggal

24 September 2015.

tersebut. Namun hal itu tidak menjadi karakternya, hanya melekat pada karakter tersebut sebagai penunjuk identitas karakter.

Nama, judul, slogan, dan frasa-frasa singkat lainnya biasanya tidak mendapatkan perlindungan hak cipta. 23 Tetapi di beberapa negara

memperbolehkan untuk mendapatkan perlindungan jika memiliki nilai kreativitas yang sangat tinggi. Berarti, nama dapat dilindungi asal memenuhi syarat yaitu memiliki kreativitas yang tinggi. Dalam hal ini penamaan sebuah karakter kartun dapat dinilai memiliki nilai kreativitas yang tinggi. Hal ini disebabkan penamaan karakter kartun memiliki proses yang panjang dan bebrapa perubahan. Untuk contoh Miki Tikus, dapat diartikan bahwa proses penamaannya memiliki cara yang panjang. Dimulai dari dibentuk dahulu karakter dari Miki Tikus yang tadinya adalah kelinci namun karena direbut oleh orang lain, maka dari itu berubah. Dan tentunya perlu ada ide yang kreatif untuk membentuk nama Miki Tikus yang mengambil gambaran tikus yang memiliki sifat dan karakter seperti manusia.

Pada dasarnya nama karakter kartun dapat dilindungi secara hak cipta karena memiliki nilai kreativitas yang tinggi.

2.2. Industri Merchandise

2.2.1. Definisi Merchandise Merchandise merupakan metode, praktik, dan operasi yang

digunakan dengan tujuan mempromosikan serta mempertahankan sebuah identitas dari sebuah produk. Dalam Cambridge Advance Learner’s

Dictionary merchandise adalah : (verb) “ US. SPECIALIZED to encourage the sale of goods by advertising them or by making certain that they are noticed; ” yaitu barang dagangan guna mendorong penjualan produk-produk dengan iklan atau dengan memastikan bahwa mereka dicatat sebagai sebuah media promosi (cambridge). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merchandise sendiri diartikan sebagai Cinderamata yang artinya : 1.

23 Ekspresi Kreatif – Pengantar Hak Cipta dan Hak Terkait untuk Usaha Kecil dan Menegah.,http://www.wipo.int/export/sites/www/sme/en/documents/guides/translation/creative_ex

pression_indo.pdf. Diakses tanggal 24 September 2015.

Pemberian (sebagai kenang-kenangan, sebagai pertanda ingat,dsb.) 2. Kekasih jantung hati. (KBBI, edisi kedua, dept. pendidikan dan kebudayaan, balai pustaka, cetaka ke-empat-1995)

Jika melihat buku karangan Grace Kuntz yaitu Merchandising : Theory, Principle, and Practice beliau mengatakan bahwa Merchandising adalah perencanaan, pengembangan, dan pengenalan sebuah produk agar

dikenal di pasar yang berkaitan dengan harga model, dan waktu. 24 Menurut beliau juga merchandisinng adalah proses atau metode yang paling berbeda

dalam fungsi bisnis diantara semua cara yang berhubungan dengan produk. Hal diatas merupakan definisi secara sempit mengenai merchandise . Pada dasarnya pengertian mengenai merchandise juga memiliki arti yang cukup luas. Ritel juga dapat diartikan sebagai proses merchandise , yaitu menjual barang dan jasa kepada konsumen akhir. Ada pula matriks perdagangan, hal ini juga merupakan bagian dari merchandising . Matriks perdagangan sendiri meliputi enam komponen utama yaitu bahan, produsen, pemasok, produsen barang jadi, pengecer, dan konsumen.

Ahli lain juga mendefinisikan bahwa merchadising adalah perencanaan yang matang, pembentukan dan pemilihan model yang tepat,

produksi, dan penjualan yang efektif. 25 Secara tidak langsung Nystrom menyatakan bahwa misi dari merchandising adalah proses produksi sebuah

barang yang akan diperdagangkan hingga ke tangan konsumen akhir. Dan dapat diartikan juga bahwa merchandising adalah proses jual beli dengan cara menyediakan produk untuk konsumsi. Proses merchandising juga harus memenuhi keinginan konsumen, menganalisa trend penjualan, dan mampu

memilih dan menyajikan produk yang laku dipasaran. 26 Jadi memang proses dari merchandising sendiri tidak hanya bagaimana membentuk sebuah benda

tetapi juga bagaimana memasarkan produk tersbut hingga sampai ke

24 Grace I Kunz, Merchandising : Theory, Principles, and Practice, cet. 2, (New York : Fairchild Publications, Inc., 2005), hlm. xvii.

25 P.H. Nystrom, Fashion Merchandising, cet. 1, (New York : The Ronald Press Co., 1932), hlm. 4.

26 S. S. Fiorito dan Fairhurst, A. E, “Comparison of buyers’ job content in large and small retail firm,” Clothing and Textile Research Journal, II (3) hlm. 8.

masyarakat, dan juga masyarakat merasakan bahwa produk tersebut perlu dikonsumsi.

Dengan definisi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa merchandise adalah sebuah sistem dimana membentuk sebuah produk hingga menjadi barang yang akan dipasarkan ke konsumen paling akhir baik dengan biaya maupun secara cuma-cuma yang bertujuan untuk mempromosikan produk utama, agar penjualan produk utama tersebut meningkat.

2.2.2. Proses-proses Merchandising Merchandising merupakan proses yang penting dalam segala bentuk

bisnis berikut adalah beberapa contoh bagaimana proses merchandising bekerja di pelbagai bidang usaha. Jika melihat pada bisnis Automobile seorang merchandiser akan mendeterminasi dari warna, model, bentuk, dan ukuran dari kendaraan yang akan ditawarkan, berapa yang dipersiapkan, dan kapan hendak melakukan promosi harga. Lain halnya dengan yang bekerja di bidang grosir. Mereka harus tahu dan memutuskan berapa banyak ketersediaan tempat untuk bahan-bahan segar (daging segar dll), produk kaleng, produk yang dibekukan, dan produk yang siap dikonsumsi sebagaimana perbandingan harga yang akan berubah secara dinamis setiap tahun. Lain grosiran lain juga toko penyewaan video. Dimana mereka juga harus mengkalisfikasi jenis-jenis film seperti petualangan, romansa, film klasik, video game , film dokumenter, film kartun sebagaimana mereka mentukan film yang cocok untuk konsumen.

Contoh lain yang paling erat dengan merchandising adalah produk tekstil. Semua hal yang berhubungan dengan tekstil pasti berhubungan dengan proses ini. Dimulai dari proses pemilihan benang lalu pembentukannya menjadi kain harus direncanakan, dikembangkan dan disajikan. Kita tahu bawha bahan baku seperti kancing, resleting, kain, benang merupakan bahan yang digunakan untuk memproduksi produk tekstil, dan produk tersbut dijual secara terpisah. Oleh karena itu proses merchandising seperti pemilihan barang baku, pembentukan hingga barang Contoh lain yang paling erat dengan merchandising adalah produk tekstil. Semua hal yang berhubungan dengan tekstil pasti berhubungan dengan proses ini. Dimulai dari proses pemilihan benang lalu pembentukannya menjadi kain harus direncanakan, dikembangkan dan disajikan. Kita tahu bawha bahan baku seperti kancing, resleting, kain, benang merupakan bahan yang digunakan untuk memproduksi produk tekstil, dan produk tersbut dijual secara terpisah. Oleh karena itu proses merchandising seperti pemilihan barang baku, pembentukan hingga barang

Jadi pada dasarnya proses-proses merchandising merupakan proses utama yang dijalankan dalam berbisnis. Seperti contoh-contoh diatas, ada kata kunci yang selalu muncul sebagai kegiatan seorang merchandiser yaitu mendeterminasi atau memilih produk yang akan dipasarkan hingga sampai di tangan konsumen akhir, dan hal lainnya adalah sebagai penentu kebijakan apa yang akan dilakukan oleh perusahaan.

2.2.3. Merchandising Sebagai Fungsi Bisnis

Merchandising dikenal sebagai kunci dari fungsi bisnis diawal tahun 1924. 27 Pada sebuah badan usaha yang memiliki nilai tukar produk yang

tinggi, merchandising berfungsi sebagai koordinator perencanaan, pengembangan, dan penyajian dari sebuah produk. 28 Sementara itu

merchandising tidak dapat terpisahkan dari fungsi bisnis ketika memfokuskan pada kegiatan dasar. Pada sebuah badan usaha yang bergerak di bidang bahan pokok mode, merchandising merupakan proses yang esensial pada bidang usaha tersebut.

2.2.4. Konstituen Merchandise Konstituen ini menafsirkan produk yang menjadi refresnsi oleh

kustomer atau pelanggan. Merchandising menjadi pusat keuntungan, artinya konstituen bertanggung jawab atas produk yang menjadi sumber pendapatan dari bidang usaha terebut. Walaupun konstituen lain menyediakan jasa atau pelayanan yang penting bagi suatu usaha, tetapi mereka tidak menjadi

27 M.T. Copeland, Principle of Merchandising, (Chicago : A.W. Shaw., 1924) hlm. 40. 28 R.E. Glock & G.I. Kunz, Appreal manufacturing : Sewn product analysis, cet. 3, ( New

Jersey : Prentice Hall., 2000) hlm. 63.

sumber pendapatan. Konstituen merchandise menentukan timeline merchandising : perencanaan, pengembangan, memperbaiki produk, dan mendeterminasi strategi penyajian produk. 29

Dalam hal ini konstituen ini berfungsi untuk mengatur dan mengawasi pembentukan dan pengembangan produk dari awal hingga akhir. Proses seperti pembuatan, pemodelan, pengaturan dari bahan yang beragam, penentuan harga, perubahan paruh waktu, penyajian secara visual, dan pengaturan waktu merupakan tanggung jawab dan keputusan dari konstituen ini. Dalam konstituen ini biasanya terdiri atas beberapa jabatan yaitu pembeli bahan baku, perancang produk, merchandise manager, merchandiser ,

product development manager, dan product manager 30 . Tolak ukur dari keberhasilan konstituen ini berkerja adalah berdasarkan margin kotor, rata- rata persediaan, omset barang jadi, margin kotor dari persediaan,

pertambahan nilai yang dipertahankan, harga material, jumlah barang yang berputar, penjualan per eceran dan juga penjualan langsung.

Seperti yang kita ketahui walaupun bidang usaha tekstil pakaian sangat erat dengan merchandising, uniknya adalah tidak semua usaha tekstil pakaian memiliki konstituen merchandising yang tetap. Ketika intensitas pertukaran produk tidak besar, merchandising dapat dilaksanakan oleh konstiuen eksekutif atau konstituen yang tersebar.

2.2.5. Interaksi Merchandising Interaksi ini dilakukan oleh Konstituen merchandising , dimana

konstituen ini menyediakan fungsi yang integratif diantara lima divisi lainnya. 31 Hal lainnya adalah bagian merchandising bertanggung jawab

terhadap pembuatan keputusan terhadap produk dengan tetap menggunakan input dari konstituen lain, menginterpretasikan apa yang dibutuhkan oleh

29 Bertrand Frank Associate, Profitable Merchandising of Apparel, (New York : National Knitwear & Sportswear Association, 1982), hlm. 45.

30 Kunz, op. cit., hlm. 16. 31 B. Brauth &P. Brown, “Merchandising Methods,” Apparel Industry Magazine (Agustus

1989), hlm. 19.

pasar dengan tetap memperhatikan keadaan ekonomi, sosial, dan budaya dari badan usahanya.

Interaksi dan tanggung jawab dari konstituen merchandising akan berbeda jika membandingkan antara perusahaan yang besar dengan perusahaan yang kecil. Merchandising terkadang diartikan secara umum sebagai jual dan beli. 32 Ketika dalam perusahaan kecil, cenderung untuk

menggabungkan dua kegiatan tersebut. Seiring berkembangnya perusahaan kegiatan jual dan beli mulai terpisah, dan mulai masuk fungsi perencanaan dimana ini menjadi pokok tugas merchandising . Fungsi penjualan mulai bergeser menjadi tanggung jawab konstituen pemasaran atau konstituen opersional. Dalam hal seperti ini konstituen merchandising tidak lagi bertanggung jawab secara langsung terhadap penjualan. Mereka harus bekerja dengan pasar representatif atau manajer departemen ritel mengenai basis informal karena pihak merchandiser tidak punya andil dalam konstituen pemasaran atau operasional. Hal inilah yang menjadi permasalahan antara merchandising yang membuat rencana dan mengembangkan produk dengan konstituen yang menjual produk.

Tanggung jawab lain yang menjadi fokus utama dari konstituen merchandising adalah bernegosiasi dengan koalisi eksternal perusahaan. Konstituen internal yang menegosiasi perdagangan sumber bahan baku yang vital dengan pihak koalisi eksternal harus memiliki kekuatan yang besar dalam perusahaan. 33 Pada waktu yang sama koalisi eksternal yang mengatur

sumber bahan baku vital memiliki kontrol dan pengaruh besar dalam kegiatan perusahaan. 34 Penyedia bahan yang sudah lebih terdahulu terkenal

atau diinginkan, memiliki andil yang kuat untuk mempengaruhi merchandiser . Pada intinya dalam berinteraksi maka konstituen

32 Copeland, op. cit. hlm 23. 33 R. M. Cyert, The Economix Theory of Orgazation and The Firm, (New York :

Harvester-Wheatsheaf, 1988), hlm. 34. 34 J. Pfeffer & G. R. Salancik, The External control of Organization : A Resource

dependence perspective , (New York : Harper & Row, 1978), hlm. 56.

merchandising akan sangat dipengaruhi oleh koalisi di luar perusahaan yang memiliki barang baku utama produksi sebuah perusahaan.

2.3. Industri Merchandising Karakter Kartun

Ketika menggabungkan kedua bagian ini (merchandising dan karakter kartun), maka dapat kita tarik sebuah definisi yaitu usaha membentuk sebuah produk karakter kartun yang diproduksi dari awal hingga ke tangan konsumen akhir dengan tujuan untuk mempromosikan kegiatan utama dari sebuah perusahaan karakter kartun. Ada beberapa perusahaan yang terkenal sebagai perusahaan yang menghasilkan karakter kartun yaitu :

1. Walt Disney

2. Warner Bros.

3. Studio Gibli

7. dll Perusahaan-perusahaan diatas memiliki divisi merchandising -nya masing-masing. Kita bisa melihat di beberapa toko baik toko mainan atau pun toko online menjual berbagai macam cinderamata berbentuk karakter kartun milik perusahaan kartun diatas.

Perusahaan Merchandising karakter kartun ini sudah ada di berbagai negara. Ada yang merupakan anak perusahaan dari industri karakter kartun sendiri, dan ada juga yang merupakan perusahaan sendiri. Kita bisa melihat seperti toko Toys R Us yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang penjualan merchandising karakter kartun. Mereka adalah perusahaan retail yang menjual boneka, pakaian, tempat pensil, mainan dan benda-benda lain yang merupakan karakter kartun. Perusahaan ini mengadakan perjanjian dengan beberapa perusahaan yang memiliki hak cipta atas karakter kartun tertentu untuk membuat merchandise karakter kartun.

Industri merchandise yang berbasis karakter kartun sangat mengandalkan perlindungan hak cipta, dibandingkan dengan industri yang lain. Hal ini dikarenakan peniruan dari karakter kartun sangatlah mudah. Sehingga perlindungan hak cipta adalah payung hukum utama bagi karya seni karakter kartun.

Dalam hal ini peneliti memilih perusahaan Disney Indonesia untuk dijadikan objek penelitian. Seperti yang kita ketahui Disney ikut memperjuangkan lahirnya amandemen terhadap UU hak cipta di Amerika. Dalam hal ini alasan pihak Disney ikut terlibat karena mereka merasa dirugikan dengan peraturan UU hak cipta Amerika yang lama. Chris Springman seorang Sarjana Hukum dari New York University berpendapat bahwa alasan Disney juga ikut terlibat dalam perubahan UU hak cipta Amerika sehingga terjadiah CTEA adalah karena untuk melindungi karya mereka yang bernilai.

Narasumber yang peneliti wawancara adalah Pak Agung Rachmawan selaku Senior Manager, Hardlines Retail and Licensing . Beliau menjelaskan bahwa Disney memiliki beberapa unit Bisnis yaitu ada unit bisnis Resort , Media di televisi, Disney Studio (untuk film di bioskop), dan Disney

Dokumen yang terkait

ALOKASI WAKTU KYAI DALAM MENINGKATKAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA DI YAYASAN KYAI SYARIFUDDIN LUMAJANG (Working Hours of Moeslem Foundation Head In Improving The Quality Of Human Resources In Kyai Syarifuddin Foundation Lumajang)

1 46 7

STUDI PERTUKARAN WAKTU DAN BIAYA PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN UMUM KABUPATEN PAMEKASAN

5 158 1

ANALISIS TERHADAP PEMBATALAN PERJANJIAN BANGUN GUNA SERAH (BUILD OPERATE AND TRANSFER) OLEH PEMERINTAH DAERAH SERTA AKIBAT HUKUM BAGI INVESTOR YANG MENGALIHKAN HAK PENGELOLAAN KEPADA INVESTOR LAIN

3 64 161

ANALISIS YURIDIS TENTANG PENGHAPUSAN ATAS MEREK DAGANG "SINKO" DARI DAFTAR UMUM MEREK OLEH DIREKTORAT JENDERAL HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (Studi Putusan Pengadilan Niaga No. 03/Merek/2001/PN.Jkt.Pst)

0 23 75

HUBUNGAN TEKANAN ANGGARAN WAKTU (TIME BUDGET PRESSURE) TERHADAP PERILAKU DISFUNGSIONAL STAF AUDITOR

1 63 13

KAJIAN YURIDIS TENTANG PERUBAHAN TANAH PERDIKAN MENJADI HAK MILIK DI KELURAHAN TAMAN KECAMATAN TAMAN KOTA MADIUN SETELAH KELUARNYA UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIA

2 44 14

Ketersediaan koleksi informasi primer pada perpustakaan Universitas Satyagama : analisis sitiran dalam skripsi dan tesis

2 58 95

LEGALITAS UNDIAN BERHADIAH DAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PESERTA UNDIAN SIGERMAS (Studi pada PT. Bank Lampung)

8 70 31

HUBUNGAN PERHATIAN ORANGTUA DAN MANAJEMEN WAKTU BELAJAR DI RUMAH DENGAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

11 108 89

PENGARUH OPINI AUDITOR INDEPENDEN, DAN KOMPLEKSITAS OPERASI PERUSAHAAN TERHADAP KETEPATAN WAKTU PELAPORAN LAPORAN KEUANGAN

10 86 47