KUALITAS DAN TEKNIK PEMBUATAN GITAR MENGGUNAKAN CETAKAN TANAH DI DUSUN PONDOK SUKOHARJO.
i
KUALITAS DAN TEKNIK PEMBUATAN GITAR MENGGUNAKAN CETAKAN TANAH DI DUSUN PONDOK SUKOHARJO
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Prasetyo Wahyu Pambudi NIM.10208241020
JURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
(2)
ii Untitled-1
(3)
iii
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul “kualitas dan teknik pembuatan gitar menggunakan cetakan tanah di dusun pondok sukoharjo” ini telah dipertahankan di depan
dewan penguji
DEWAN PENGUJI
Nama Jabatan Tanda tangan Tanggal
Tumbur Silaen, S.Mus, M.Hum Ketua penguji ……… ………
Dr. Kun Setyaning Astuti, M.Pd Sekretaris Penguji ……… ………
Dr. Hanna Sri Mudjilah, M.Pd Penguji Utama ……… ………
Drs. Herwin Yogo Wicaksono, M.Pd Penguji Pendamping ……… ………
Yogyakarta, September 2015 Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Dekan,
Prof. Dr. Zamzani, M.Pd NIP. 19550505 198011 1 001
(4)
iv
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :
Nama : Prasetyo Wahyu Pambudi
NIM : 10208241020
Program Studi : Pendidikan Seni Musik
Fakultas : Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta
menyatakan bahwa karya ilmiah ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya, karya ilmiah ini tidak berisi materi yang ditulis oleh orang lain, kecuali bagian-bagian tertentu yang saya ambil sebagai acuan dengan mengikuti tata cara etika penulisan karya ilimiah yang lazim.
Apabila ternyata terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar, sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.
Yogyakarta, Agustus 2015 Penulis,
Prasetyo Wahyu Pambudi NIM.10208241020
(5)
v MOTTO
“Jangan pernah takut untuk memulai dari nol, karena sebuah garis selalu dimulai dari sebuah titik”
(6)
vi
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil’alamin... Skripsi ini telah selesai atas kuasa Allah SWT. Tulisan ini saya persembahkan untuk Ayah saya Wahyu widiyanto yang senantiasa memberi motivasi setinggi langit, untuk Umi Zaleha yang telah mendewasakan pikiran saya, Bapak Hendro yang menyayangi dan menjaga mamak Tri Winarsihku tercinta yang telah berdoa siang malam untuk kesuksesan saya. Untuk adik saya tercinta Fachrunnissa, Galih prasojo, Gagas Prabowo, Chaidir Ali, Athaya Nadzifa yang memberikan dukungan yang luar biasa. Tidak lupa pula Kukung Djenab dan Titi Sukarmini tercinta yang membesarkan ku sejak kecil dengan penuh kesabaran. Untuk teman-teman kontrakan yang membantu saya. Teruntuk keluarga SICMA tercinta yang telah memberiukan banyak pengalaman tak terlupakan. Teruntuk DOTA 2 Indonesia yang senantiasa memberikan banyak pengetahuan dan kebahagiaan. Terspesial Puri candraditya tercinta yang memberikan dukungan, dorongan dan Ilmu yang positif dalam penyusunan skripsi ini.
Terimakasih banyak
(7)
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana.
Penulisan skripsi ini telah selesai berkat bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, nasihat, dan bimbingan, serta pengarahan yang sangat besar manfaatnya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Drs. Herwin Yogo Wicaksono, M.Pd selaku dosen pembimbing I yang dengan penuh kesabaran telah memberikan bimbingan kepada penulis. 2. Dr. Kun Setyaning Astuti, M.Pd, dosen pembimbing II yang dengan penuh
kesabaran telah memberikan bimbingan kepada penulis.
3. Widodo selaku Pengrajin gitar yang telah membantu proses pembuatan gitar menggunakan alat cetakan body berupa tanah dengan segenap keikhlasan.
4. Rahmad Raharjo, S.Sn, L.Mus.A selaku pemain gitar professional yang bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan penilaian terhadap gitar hasil penelitian.
5. Teman-teman Pendidikan Seni Musik UNY yang rela meluangkan waktunya untuk memberikan penilaian terhadap gitar hasil penelitian. 6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah
(8)
viii
Semoga segala bantuan dan amal baik yang telah diberikan akan menjadi amalan dan mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk itu saran dan kritik yang sangat diharapkan penulis. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya.
Yogyakarta, Agustus 2015 Penulis,
Prasetyo Wahyu Pambudi NIM.10208241020
(9)
ix
KUALITAS DAN TEKNIK PEMBUATAN GITAR MENGGUNAKAN CETAKAN TANAH DI DUSUN PONDOK SUKOHARJO
Oleh
Prasetyo Wahyu Pambudi NIM : 10208241020
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan teknik pembuatan gitar melalui proses cetakan tanah serta menilai kualitas gitar yang dihasilkan dari teknik tersebut. Objek penelitian ini difokuskan pada proses pembuatan gitar klasik menggunakan cetakan tanah. Hasil dari teknik tersebut diamati dan dinilai kualitasnya oleh expert dan beberapa narasumber.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik analisis deskriptif. Data diperoleh dengan cara wawancara, observasi, serta studi kepustakaan. Adapun teknik analisis data meliputi pengumpulan data mentah, membaca dan mendeskipsikan keseluruhan data, reduksi data, dan pengambilan kesimpulan. Uji keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi sumber yang mencakup wawancara kepada expert, narasumber pemula, dan studi kepustakaan.
Proses pembuatan gitar menggunakan cetakan tanah dimulai dari pengukuran, pemotongan triplek, pencetakan menggunakan tanah, pemasangan kerfing, rangka, top body, bracing, rangka belakang, pemasangan back body, pemasangan neck, hingga finishing. Hasil penilaian dari beberapa narasumber menunjukkan bahwa gitar yang dibuat melalui teknik cetakan tanah memiliki kualitas yang tidak kalah baiknya dibandingkan gitar yang dibuat menggunakan teknik modern. Hal ini diperkuat dengan adanya pendapat expert yang mengatakan bahwa gitar yang dibuat menggunakan teknik cetakan tanah tersebut memiliki playability yang cukup bagus karena ukuran neck yang dipersempit memudahkan pemain yang berjari pendek untuk memainkan akord. Menurut pendapat dari seorang expert, beberapa narasumber pemula, dan studi kepustakaan dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa Tidak hanya dari segi playability namun dalam hal power dan finishing gitar ini dinilai cukup baik dan sudah layak untuk digunakan dalam proses belajar baik formal maupun non-formal.
(10)
x DAFTAR ISI
PERSETUJUAN ... ii
PENGESAHAN ... iii
DEWAN PENGUJI... iii
PERNYATAAN ...iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ...vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR GAMBAR ... xii
BAB I ... 1
PENDAHULUAN ... 1
A. Latar belakang ... 1
B. Fokus penelitian ... 4
C. Tujuan ... 4
D. Manfaat penelitian ... 5
BAB II... 6
KAJIAN TEORI ... 6
A. Deskripsi teori ... 6
1. Kualitas gitar ... 6
2. Konstruksi gitar klasik ... 9
3. Proses pembuatan gitar ... 11
4. Alat ... 18
B. Penelitian yang relevan ... 20
BAB III ... 22
METODE PENELITIAN ... 22
A. Jenis penelitian ... 22
B. Tahapan penelitian ... 23
1. Pra Lapangan ... 23
2. Lapangan ... 24
3. Pasca Lapangan ... 25
C. Objek penelitian ... 25
D. Sumber data ... 25
E. Teknik pengumpulan data ... 26
1. Wawancara ... 26
2. Observasi ... 27
3. Studi kepustakaan ... 28
(11)
xi
G. Teknik analisis data ... 29
1. Mengumpulkan data mentah ... 29
2. Membaca dan mendeskripsikan keseluruhan data ... 29
3. Reduksi data ... 30
4. Pengambilan kesimpulan ... 30
H. Uji keabsahan data ... 30
BAB IV ... 32
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 32
A. Hasil penelitian... 32
1. Lokasi penelitian ... 32
2. Teknik cetakan tanah ... 33
3. Proses pencetakan Body ... 34
B. Pembahasan ... 54
BAB V ... 59
PENUTUP ... 59
A. Simpulan ... 59
1. Proses pencetakan body menggunakan kolong tanah ... 59
2. Kualitas gitar ... 60
B. Saran ... 60
Daftar Pustaka ... 61
(12)
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1: lattice bracing ... 10
Gambar 2: desain konstruksi gitar klasik ... 10
Gambar 3: body jig ... 12
Gambar 4: kerfing yang sudah direkatkan pada bagian dalam body ... 13
Gambar 5: pola pengunci pada neck dan body ... 16
Gambar 6: pemasangan fret ... 17
Gambar 7: pemasangan fingerboard pada neck ... 17
Gambar 5: triangulasi sumber pengumpulan data ... 31
Gambar 8 : Gergaji triplek ... 35
Gambar 9 : Tatahan ... 36
Gambar 10 : Lem kayu ... 37
Gambar 11 : Meteran ... 38
Gambar 12 : Tang ... 39
Gambar 13: Proses pengukuran ... 40
Gambar 14: hasil pengukuran ... 40
Gambar 15: pemotongan triplek cetak... 41
Gambar 16.1 : tanah yang rata ... 42
Gambar 16.2 : pencongkelan tanah ... 43
Gambar 16.3 : Memasukkan triplek... 44
Gambar 16.4 :Pemasangan balok penahan ... 44
Gambar 16.5: memasang triplek cetak ... 45
Gambar 17: Pelengkungan pada kerfing ... 46
Gambar 18: Proses pengeleman kerfing ... 46
Gambar 19 : Pemasangan rangka gitar ... 47
Gambar 20: pemasangan top body ... 48
Gambar 21.1 : permbongkaran triplek cetak ... 49
Gambar 21.2: pemasangan bracing ... 49
Gambar 22 : pemasangan rangka belakang ... 50
Gambar 23.1: pemasangan back body ... 51
Gambar 23.2 : besi-besi penahan ... 51
Gambar 24.1: Pembuatan neck ... 52
Gambar 24.2: neck mentah ... 53
Gambar 25: Proses finishing ... 54
Gambar 26: proses pengukuran ... 71
Gambar 27: kayu rangka ... 71
Gambar 28: kerfing ... 72
(13)
xiii
Gambar 30: Pengukuran bagian dalam... 73
Gambar 31: pemasangan bracing ... 73
Gambar 32: Penutupan body ... 74
(14)
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Gitar merupakan alat musik yang umum dan sangat diminati oleh masyarakat Indonesia. Selain mudah dipelajari gitar juga merupakan alat musik yang praktis sehingga dapat digunakan untuk mengiringi lagu dalam kegiatan apapun dan dimanapun karena mudah dibawa. Gitar semakin diminati oleh masyarakat Indonesia seiring dengan pesatnya perkembangan media Informasi yang ada. Majalah, Televisi, dan internet seringkali memperlihatkan suatu pertunjukan musik, dengan menampilkan keahlian para musisi gitar dunia seperti Steve Vai, Paul Gilbert, Joe Satriani dan Yngwie Malmsteen.
Hal ini tentu saja dapat mempengaruhi minat masyarakat Indonesia untuk mencoba mempelajari alat musik tersebut, tidak mengherankan saat ini ditemui les privat gitar. Didasari oleh fenomena tersebut, beberapa orang memiliki gagasan untuk memperjualbelikan gitar.
Pemain gitar professional pada umumnya menggunakan gitar yang diproduksi secara manual atau biasa disebut handmade. Hal ini didasari karena gitar yang dibuat secara manual memiliki kualitas yang sangat baik dan memiliki ketelitian yang sangat akurat. Akan tetapi di Indonesia kebanyakan didominasi gitar dari luar negeri. Hal tersebut dikarenakan masyarakat Indonesia lebih mempercayai kualitas gitar yang berasal dari
(15)
2
luar negeri dari pada dalam negeri. Produk dari luar negeri memang lebih berkualitas namun memiliki harga yang sangat mahal, meski demikian banyak yang rela untuk mengeluarkan biaya yang besar untuk mendapatkan gitar-gitar berkualitas dunia seperti Yamaha, Matsuoka, Gibson, Ibanez, fender, dan Mario Rodriguez.
Banyak hal yang tidak disadari oleh masyarakat Indonesia bahwa gitar buatan lokal kualitasnya tidak kalah dari gitar buatan luar negeri. Dengan luasnya hutan yang ada, Indonesia mempunyai kayu dengan kualitas sangat baik untuk digunakan sebagai bahan baku dalam membuat gitar.
Menurut Danar seorang pengajar musik, bahwa gitar handmade memiliki kualitas yang sangat baik. Hal tersebut didasari karena tiap-tiap bagian dari gitar dibuat satu per satu secara manual sehingga memiliki ketelitian lebih. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa tidak semua pengrajin gitar memiliki kemampuan membuat gitar dengan kualitas yang sama, namun saat ini sudah cukup banyak pengrajin gitar yang mampu menghasilkan gitar-gitar berkualitas secara manual atau handmade. Oleh karena itu, produk handmade pengrajin gitar Indonesia sudah seharusnya menjadi pilihan utama konsumen gitar.
Di kecamatan Bhaki kabupaten Sukoharjo Solo Baru Jawa tengah terdapat suatu perkampungan yang bernama desa Pondok. Desa Pondok merupakan suatu desa yang beberapa penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai pengrajin gitar. Beberapa dari pengrajin gitar tersebut
(16)
3
sudah menggunakan mesin yang cukup canggih untuk membuat gitar secara massal. Namun beberapa pengrajin masih menggunakan metode yang sederhana dengan alat layaknya tukang kayu. Walau menggunakan alat sederhana, gitar hasil buatan dari pengrajin Pondok memiliki kualitas yang cukup baik.
Saat ini pengrajin gitar Pondok sudah menggunakan alat cetakan body khusus bernama body jig. Perkembangan pengrajin gitar di Pondok juga memiliki sejarah yang panjang. Mereka tidak serta merta menemukan alat tersebut. Menurut Widodo seorang pengrajin gitar asal Pondok, dulu terdapat sebuah metode tradisional untuk membentuk body gitar. Pada masa itu tidak semua pengrajin memiliki alat yang lengkap sehingga mereka berinisiatif untuk membuat suatu lubang pada tanah dengan bentuk yang menyerupai body gitar dan menjadikannya sebagai alat untuk mencetak gitar. Teknik tersebut terbukti cukup efektif sebagai alternatif pengganti body jig.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembuatan gitar yang dilakukan di Pondok menggunakan metode yang unik karena merupakan hal yang baru yang dapat diterapkan pada pengrajin gitar yang belum memiliki alat lengkap atau pemula. Metode pembuatan body gitar dengan cetakan berupa tanah sangat menarik untuk diteliti. Karena belum banyak orang yang memahami tentang proses tersebut. Hal ini menjadi alasan peneliti untuk melakukan penelitian
(17)
4
tentang teknik mencetak body gitar menggunakan tanah seperti yang dilakukan di Pondok.
Peneliti tertarik untuk mengetahui kualitas gitar yang dihasilkan melalui proses pencetakan body menggunakan tanah. Apakah kualitas yang dihasilkan lebih baik atau memiliki karakteristik khusus. Mengingat para gitaris professional pada umumnya lebih memilih gitar yang dibuat secara manual atau handmade.
B. Fokus penelitian
Dalam penelitian ini banyak aspek yang dapat dikaji, namun agar hasil yang diperoleh lebih maksimal dan mendalam, penelitian di fokuskan pada:
1. Teknik pembuatan gitar secara tradisional menggunakan cetakan tanah 2. Kualitas gitar yang dibuat menggunakan cetakan tanah
C. Tujuan
Tujuan yang dicapai oleh peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui dan mendeskripsikan teknik pembuatan gitar menggunakan cetakan tanah di dusun Pondok Sukoharjo
2. Untuk mengetahui kualitas gitar yang dibuat melalui cetakan tanah di dusun Pondok Sukoharjo
(18)
5
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa sebagai sarana pembelajaran atau wawasan yang ilmiah terhadap proses pembuatan gitar dengan cetakan berupa tanah. Penelitian ini disertai dengan faktor-faktor yang mempengaruhi playability gitar.
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai panduan dalam proses pembuatan gitar menggunakan cetakan tanah. Karena penelitian ini disertai pula penjelasan melalui gambar alat alat yang digunakan dalam proses pembuatan gitar menggunakan cetakan tanah.
(19)
6 BAB II KAJIAN TEORI
A. Deskripsi teori
1. Kualitas gitar
Kualitas dari suatu produk akan sangat mempengaruhi minat konsumen. Seorang konsumen yang cerdas adalah mereka yang dapat mengukur kualitas dari suatu barang yang kemudian akan disesuaikan dengan harga barang tersebut. Menurut Garvin (1984: 30) bahwa kualitas memiliki 8 dimensi yaitu performa, fitur, keandalan, kesesuaian, ketahanan, serviceability, estetika, dan persepsi kualitas.
Gitar merupakan alat musik yang memiliki bermacam macam jenis yang masing masing memiliki kelebihan serta kekurangan. Menurut French ( 2001: 40 )
“The instrument should stay in tune, be comfortable to play, sustain notes well, be quick to respond, have a wide dynamic range, maintain a consistent sound across the pitch range, and have a pleasing sound for the player (and perhaps an audience). “ Dari pendapat yang dikemukakan oleh French yang mengatakan bahwa alat musik yang baik adalah alat musik yang tune, nyaman digunakan, memiliki sustain yang baik, responsive, stabil, memiliki suara yang memuaskan bagi pendengarnya. Menurut pendapat Gavin mengenai kualitas meliputi performa, fitur, keandalan, kesesuaian, ketahanan, serviceability, estetika, dan persepsi kualitas, jika kedua pendapat tersebut
(20)
7
diaplikasikan secara bersamaan maka gitar yang berkualitas adalah gitar yang dapat dimainkan dengan teknik apapun, sesuai dari segi ukuran, memiliki nilai estetika, memiliki body yang kokoh dan awet, serta nada yang dihasilkan pada tiap fret tidak fals.
Penelitian ini menilai kualitas gitar yang dibuat menggunakan cetakan tanah di dusun Pondok Sukoharjo. Adapun aspek yang dinilai adalah sebagai berikut:
a. Kualitas finishing
Finishing merupakan hal yang sangat penting dalam proses pembuatan gitar. Menurut Mashek (2015):
“…..A guitar may play like a dream and sound like Thor's hammer, but if it has a terrible finish it'll get regulated to studio work where nobody will ever see the horror of its appearance……Don't ask me why most guitar players are vain this way; we need our guitar to look great”
Dari apa yang dikemukakan oleh Mashek dapat diketahui bahwa sebaik apapun suara yang dihasilkan oleh gitar, jika buruk hasil finishing -nya maka gitar tersebut tidaklah menarik. Dengan alasan tersebut peneliti ingin mengetahui tanggapan dari beberapa orang untuk menilai hasil finishing yang dibuat secara tradisional.
(21)
8 b. Kualitas suara
Kualitas suara termasuk dalam aspek yang akan diamati dalam penelitian ini. Jansson (2002: 19) mengatakan bahwa:
“all guitar players answered that volume, carrying power, strength etc. are desirable. Tone length and timbre should be the second most important, as six gave answers relating to these properties.”
Oleh kerena itu, kualitas suara diamati mulai dari volume, panjang nada dan warna suara. Peneliti menyimpulkan kualitas suara dari gitar yang dibuat menggunakan cetakan tanah dari beberapa pendapat narasumber dan expert.
c. Playability
Kenyamanan dalam memainkan alat musik sangatlah penting. Hal ini terkait dengan kualitas permainan sesorang. Sebaik apapun kemampuan seorang pemain gitar, ketika tidak nyaman dengan gitar yang digunakan maka permainannya tidak akan maksimal. Seperti yang diungkapkan oleh Murray (2013) bahwa,
“However, an instrument that sounds great but is difficult to play will cause unnecessary struggle for a beginning player. Obviously, the best scenario is to have a guitar that sounds great and is easy to play.”
Oleh karena itu gitar tidak hanya memerlukan kualitas finishing dan kualitas suara yang baik, namun harus memiliki playability. Hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Beberapa diantaranya; ketinggian senar dari fretboard, ketebalan neck, ukuran body gitar dan
(22)
9
lebar fretboard. Pemain gitar yang bertubuh kecil tidak akan nyaman memainkan gitar dengan body yang besar, begitupula sebaliknya. d. Kualitas material
Kemampuan seorang pembuat gitar bukan satu satunya alasan yang dapat menyebabkan gitar tersebut berkualitas. Material yang berkualitas baik akan menghasilkan gitar yang memuaskan. Bahan baku pembuatan gitar yang utama adalah kayu, namun tidak semua kayu dapat digunakan untuk bahan pembuatan gitar. Menurut Danar (seorang expert dalam bidang gitar klasik), kualitas material yang baik dapat menghasilkan tone yang berkarakter.
2. Konstruksi gitar klasik
Dalam membuat sebuah alat musik yang berkualitas, dibutuhkan konstruksi yang baik. Perbedaan dalam konstruksi gitar dapat berpengaruh besar kepada kualitas suara yang dihasilkan. Hal tersebut berkaitan pula dengan karakter yang dihasilkan. Bagian terpenting dalam merancang gitar adalah desain body. Dalam body gitar terdapat bagian yang bernama bracing. Bracing adalah salah satu bagian gitar yang paling penting untuk menghasilkan kuat lemahnya suara dan nada yang dihasilkan (Yamaha guitar essential knowledge 2010: 8). Bracing adalah kayu tipis yang melekat pada body gitar bagian atas. Kayu tersebut disusun dengan berbagai macam posisi.
(23)
10
Gambar 1: lattice bracing
Sumber: http://www.luth.org/back_issue/al093-096/al094.html
Selain bracing, gitar yang berkualitas harus memperhatikan keakuratan dari tiap tiap anatomi yang akan dibuat. Desain gitar sudah diperhitungkan oleh para ahli. Berikut adalah desain gitar yang biasa digunakan oleh pengrajin.
Gambar 2: desain konstruksi gitar klasik Sumber: http://www.crane.gr.jp
(24)
11
3. Proses pembuatan gitar
Gitar yang dibuat di Sukoharjo melalui proses yang sistematis mulai dari pemilihan bahan hingga finishing. Seperti yang dikatakan oleh Widodo (pengrajin gitar akustik senior di Sukoharjo) bahwa untuk menghasilkan gitar yang baik diperlukan proses yang panjang. Karena gitar yang baik adalah gitar yang dibuat dengan tingkat ketelitian yang tinggi sehingga menghasilkan presisi yang tepat, suara yang jernih, dan menarik secara visual. Sedangkan menurut May dalam Maton catalogue acoustic (2014: 2) mengungkapkan bahwa presisi adalah hal yang paling penting dalam proses pembuatan gitar, sehingga kemampuan dari pengrajinnya sangat menentukan. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembuatan gitar membutuhkan tingkat ketelitian dan waktu yang lama untuk menghasilkan gitar yang presisi, dan memiliki suara yang baik.
Proses pencetakan body gitar pada umumnya ialah menggunakan cetakan bernama body jig. Body jig terbuat dari bahan kayu maple ataupun mahoni yang dibentuk menyerupai bentuk body gitar. Awalnya kayu akan diletakkan dalam cetakan tersebut mengikuti bentuk tepi dari body jig kemudian selanjutnya direkatkan dengan sebuah kerfing. Menurut Olson (2014),
”The top and back are held to the sides of the guitar with linings made from a long wood strip with dozens of close "kerf" cuts that allow it to be bent around the perimeter of the guitar. From the kerf cuts, lining gets its other name: kerfing”
(25)
12
Sehingga kerfing dapat diartikan sebagai kayu tipis dan panjang yang berfungsi untuk menahan body bagian atas dan bawah terhadap sisi samping gitar. Kerfing yang sudah dilumuri lem akan direkatkan pada body bagian atas dan belakang untuk menjadi media penghubung.
Gambar 3: body jig Sumber :
(26)
13
Gambar 4: kerfing yang sudah direkatkan pada bagian dalam body Sumber : http://osthoffguitars.com/images/cust
/tamco/om12/build/kerfing.jpg
Pada umumnya proses pembuatan gitar klasik melalui beberapa tahapan. Tahapan tersebut dimulai dari pemilihan bahan baku, proses pencetakan hingga finishing. Berikut tahapan proses pembuatan gitar secara handmade :
a. Pemilihan bahan
Gitar yang berkualitas harus diimbangi dengan pemilihan bahan bahan yang berkualitas. Konstruksi yang sama namun bahan baku yang berbeda dapat menghasilkan gitar yang berbeda dari segi kualitas dan karakter suara yang dihasilkan. Material yang digunakan untuk tiap bagian gitar dapat bermacam-macam. Seperti neck gitar yang membutuhkan kayu bertekstur keras seperti rosewood, mahogany, maple, walnut. Neck gitar sangat berpengaruh pada playability atau kenyamanan memainkannya baik dari segi bentuk, tekstur, dan ketebalan. Seperti yang dimuat dalam Yamaha guitar
(27)
14
essensial knowledge (2014: 10), neck tidak hanya berpengaruh pada kenyamanan, neck juga berpengaruh dalam sustaine dan tone yang dihasilkan.
Bahan untuk membuat body gitar klasik menggunakan kayu yang tipis dan lentur. Bahan baku pembuatan body secara umum dibagi menjadi dua yaitu solid dan laminate. Solid merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut kayu utuh sebagai bahan pembuatan gitar. sedangkan laminate merupakan kayu yang berlapis atau biasanya disebut triplek.
Body gitar yang menggunakan bahan solid memiliki kualitas vibra yang lebih baik dibanding kayu laminate. Menurut beberapa expert gitar, kayu laminate memiliki karakter suara yang lebih cerah dibanding solid namun buruk dalam hal vibrasi. Cox mengatakan dalam sebuah artikel bahwa :
“ There are a great many steps involved, including carefully steam bending the thin material on forms, which can lead to cracking in the wood if you aren't careful. Then you have to start over. To make laminated sides, you simply lay up several layers of thin veneer, which are so thin that cracking is not a risk. These layers can all be glued together into the shape of the curved side, at once.”
Gitar berbahan solid memiliki harga yang lebih mahal dikarenakan untuk melengkungkan kayu solid untuk side body lebih rumit dan cukup beresiko dibanding kayu laminate. Material untuk membuat body gitar klasik yang pada umumnya berbahan spruce,
(28)
15
mahogany, cedar. Sedangkan Rangka dan bracing gitar menggunakan kayu yang bertekstur lunak seperti kayu sengon, dan pinus.
b. Pembuatan body ,pemasangan rangka, bracing dan kerfing.
Setelah bahan yang dibutuhkan sudah siap maka tahap selanjutnya yaitu proses pembuatan body. Pembuatan body dimulai dari melengkungkan sisi samping body atau biasa disebut side body menggunakan beberapa metode. Menurut Bogdanovic pada artikel yang berjudul side bending, untuk melengkungkan kayu tipis untuk side body agar sesuai seperti desain yang diinginkan, menggunakan dua metode dasar yaitu steam atau heat bender dan pelapisan kayu pada body jig atau disebut lamination. Kedua metode tersebut dapat difungsikan pada gitar klasik ataupun gitar folk. Steam atau heat bender adalah alat berupa besi atau pipa yang mampu melengkungkan kayu solid menggunakan metode dipanaskan pada suhu tinggi. Body jig melengkungkan kayu berbahan laminate tipis dengan menahannya dari sisi luar side body hingga lem dan kerfing melekat sempurna pada tiap lapisannya.
Setelah side body selesai dicetak dan melengkung dengan presisi maka langkah selanjutnya adalah pemasangan kerfing pada sisi dalam side body seperti pada gambar 4. Langkah selanjutnya adalah pemasangan top body menggunakan kayu berbahan tipis dan lentur. Kayu yang biasa digunakan adalah solid spruce atau laminate spruce. Spruce yang sudah dipasangi bracing dan rangka seperti pada gambar
(29)
16
1 direkatkan menggunakan lem kayu sehingga menutupi side body. Setelah top body merekat dengan sempurna selanjutnya menutupan bagian belakang menggunakan backside body yang sudah dipasangi kerangka. Backside biasanya menggunakan kayu berbahan mahogany, ebony, spruce, dan lacewood.
c. Pemasangan neck, fret dan fingerboard
Menurut artikel yang dimuat dalam Yamaha essential knowledge (2014: 10), bahwa neck bisa menggunakan kayu berbahan solid yang keras seperti Honduras mahogany atau laminate tiga lapisan kayu. Neck dipasang dengan membentuk semacam pola pengunci antara body dengan neck kemudian merekatkannya menggunakan lem kayu.
Gambar 5: pola pengunci pada neck dan body
Sumber:http://jsevy.com/luthierie/guitarmaking_guide/dovetail_joint/dove tail_joint.ht
(30)
17
Ketika neck sudah terpasang dengan sempurna maka langkah selanjutnya pengeleman fingerboard dan pemasangan fret. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 6: pemasangan fret
Sumber:https://zimnickiclassicalconstruction.wordpress.co m/2012/07/15/classical-guitar-fretboard/
Gambar 7: pemasangan fingerboard pada neck
Sumber:https://zimnickiclassicalconstruction.wordpress.co m/2012/07/15/classical-guitar-fretboard/
(31)
18 d. finishing
Ketika seluruh proses pembuatan mulai dari body hingga fret selesai, tahap selanjutnya adalah finishing. Pada awalnya gitar hanya berwarna seperti kayu pada umumnya namun finishing bertujuan untuk memperindah dan membentuk suatu image tertentu pada gitar tersebut secara visual. Finishing juga melindungi kayu agar tidak mudah rusak karena finishing mampu melindungi kayu dari pelapukan. Artikel dalam walden catalog (2012: 5) mengatakan bahwa,
“A satin finish is also smoother than a glossy finish which can sometimes feel sticky, allowing the musician to play with greater ease and speed.”
Finishing tidak hanya mempengaruhi secara visual. Finishing juga mempengaruhi kenyamanan memainkan gitar tersebut. Seperti beberapa pemain yang merasa kurang nyaman menggunakan gitar berbahan glossy. Untuk mengantisipasi hal tersebut digunakanlah finishing berbahan satin.
4. Alat
Gitar merupakan alat musik yang pada umumnya berbahan dasar kayu. Sehingga dalam proses membuat gitar, diperlukan alat alat yang sesuai untuk membuat kerajinan berbahan dasar kayu. Untuk mendapatkan peralatan yang sederhana, bisa didapatkan di toko alat alat tukang kayu. Namun tidak semua alat yang digunakan untuk membuat gitar bisa didapatkan dengan cara membeli di toko. Menurut Donahue (2002: 7), dalam membuat gitar diperlukan alat yang
(32)
19
beragam. Tidak hanya terdiri dari alat tukang kayu saja, namun juga meliputi alat alat yang dimodifikasi sendiri tergantung kebutuhan. Alat alat yang beragam menurut Donahue, dimaksudkan untuk memperhalus atau membentuk beberapa bagian bagian tertentu pada gitar. alat alat minimal yang harus dimiliki oleh seorang pengrajin gitar menurut Tauber (2013: 40) adalah sebagai berikut:
a. a vice of your choosing (to hold nuts and saddles), b. an X-Acto knife handle and saw blade,
c. a teardrop shaped needle file,
d. a standard single-cut bastard mill file e. a standard woodworking file
f. a short 6” metal ruler and a 36” long metal ruler, preferably calibrated in both inches and millimeters, g. a standard set of feeler gauges,
h. 0000 grade steel wool,
i. various grits of sandpaper - 80 to 600 j. a home-made sanding block
k. Allen keys (metric and inch) and hexagonal socket wrenches for adjusting truss rods
l. and as an optional tool, a full or partial set of calibrated nut files.
Dari beberapa alat yang dikemukakan oleh Tauber, dapat dikatakan bahwa alat dasar yang digunakan dalam membuat gitar merupakan alat yang digunakan oleh seorang tukang kayu pada umumnya seperti pada poin b,c,d,e,f,g,h dan beberapa alat yang dimodifikasi sendiri seperti pada poin a, i, j, k, l.
(33)
20
B. Penelitian yang relevan
1. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Gunawan Nurbeni yang dilakukan pada tahun 2012 dengan judul “Proses pembuatan dan teknik permainan alat musik Sape’ kayaan di mandalam kabupaten Kapuas hulu”. Hasil dari penelitian ini adalah:
a. Proses pembuatan meliputi: Pemilihan bahan baku, Pembentukan badan Sape’, Pengukiran motif, Finishing, Pelarasan nada pada laras Sape’
b. Teknik permainan Sape’: Tuning, Posisi badan, Teknik penjarian tangan kiri dan kanan, Memproduksi nada
2. Selain itu penelitian yang relevan juga dilakukan oleh Nandhy Presetyo pada tahun 2012. Penelitian yang berjudul “Proses pembuatan instrument Calung di desa jipang kecamatan Bantar kawung kabupaten Brebes tersebut berfokus pada proses pembuatan alat musik Calung yang meliputi proses pengerjaan, penggunaan alat, bagian bagian Calung, serta fokus yang lain adalah mendeskripsikan teknik permainan Calung dalam pertunjukan. Adapun hasil dari penelitian tersebut adalah:
a. Proses pengerjaan seperti: Pemotongan bambu, Pencucian bambu, Pencucian bambu Mengurutkan bambu, Penyeteman, Finishing, Pembuatan rajutan, Perakitan
(34)
21
b. Teknik permainan: Teknik dithuthuk, Teknik dikleter, Teknik digiling
Kedua penelitian di atas dinilai relevan terhadap penelitian ini karena memiliki kesamaan dalam objek penelitiannya yaitu proses pembuatan alat musik. Namun perbedaan terletak pada alat musik yang dibuat. Jika Kedua penelitian tersebut meneliti tentang proses pembuatan alat musik beserta teknik memainkannya, penelitian ini akan lebih difokuskan pada teknik membuat body gitar secara tradisional menggunakan cetakan yang berbeda yaitu melalui tanah dan membandingkan kualitasnya dengan gitar buatan pabrik.
(35)
22 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Penelitian ini bermaksud untuk mengkaji secara mendalam mengenai kualitas gitar yang dihasilkan melalui proses tradisional dan mendeskripsikan proses pembuatannya, maka metode yang digunakan adalah kualitatif dengan teknik analisis deskriptif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dalam kualitatif, peneliti adalah instrument kunci (Sugiyono, 2014: 1). Menurut Cresswell (2007: 5) penelitian kulitatif merupakan metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Menurut Sutopo dalam Subandi (2011: 176 ), peneliti dalam penelitian deskriptif kualitatif, menjadi bagian dari instrumen pokok analisisnya, data berupa kata-kata dalam kalimat atau gambar yang mempunyai arti. Dalam penelitian ini yang diamati adalah mengenai bagaimana langkah langkah membuat gitar menggunakan cetakan tanah dan bagaimana kualitasnya menurut para narasumber. Teknik membuat gitar secara tradisional yaitu seseorang mencetak body gitar dengan melalui tanah bukan melalui body jig. Teknik tersebut sering digunakan
(36)
23
oleh para pengrajin gitar yang ada di Pondok pada zaman dahulu kala yang pada saat itu masih belum memiliki alat yang disebut body jig.
Dengan digunakannya metode kualitatif, maka data yang didapat mengenai langkah langkah pembuatan dan deskripsi mengenai kualitas dari gitar yang dihasilkan lebih lengkap, lebih mendalam, lebih maksimal sehingga tujuan dari penelitiaan ini dapat tercapai. Metode kualitatif menghasilkan data yang lebih tuntas meskipun fakta-fakta yang ditemui di lapangan tidak dapat tertangkap oleh indra sehingga data yang diperoleh memiliki kredibilitas tinggi.
B. Tahapan penelitian
Penelitian akan melalui beberapa tahapan yang dimulai dari tahapan Pra Lapangan, Lapangan, dan Pasca lapangan. Adapun keterangan dari tahapan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Pra Lapangan
Tahapan Pra lapangan yaitu persiapan yang dilakukan peneliti sebelum terjun langsung ke dalam lapangan. Persiapan tersebut dimulai dari menanyai kesediaan pengrajin gitar untuk membimbing penelitian, estimasi waktu dan biaya selama proses pembuatan gitar berlangsung, Perizinan untuk beberapa pihak yang terlibat selama penelitian berlangsung, dan kesediaan expert serta beberapa narasumber untuk diwawancarai terkait kualitas gitar yang dihasilkan dalam penelitian.
(37)
24
2. Lapangan
Kegiatan di lapangan tidak lain adalah proses pembuatan gitar dan proses wawancara kualitas gitar hasil penelitian oleh expert dan beberapa narasumber. Proses pembuatan gitar dilimpahkan kepada pengrajin gitar yang telah dipercaya peneliti untuk membantu proses penelitian berlangsung. Kendati demikian peneliti tidak lantas lepas tangan selama proses pembuatan gitar. Peneliti harus senantiasa mendampingi proses pembuatan gitar, yang bertujuan untuk mendokumentasikan tiap tahapan tahapan proses pembuatan gitar menggunakan cetakan tanah. Peneliti juga mencatat alur pembuatan, alat dan bahan yang digunakan serta beberapa keterangan mengenai beberapa tahapan yang membutuhkan teknik khusus dalam melakukannya.
Selain proses pembuatan gitar, peneliti juga harus melakukan wawancara terhadap expert dan beberapa narasumber yang telah ditanyai tentang kesediaannya pada tahapan Pra Lapangan. Wawancara yang dilakukan pada expert adalah wawancara tak terstruktur untuk benar-benar menggali secara mendalam mengenai kualitas yang dirasakan oleh expert setelah memainkan gitar hasil penelitian. Kemudian peneliti merekam hasil wawancara dan mengetik hasil wawancara tersebut untuk dijadikan bahan dalam menyusun hasil penelitian dan memperoleh kesimpulan. Selain mewawancarai expert, untuk memperkuat hasil penelitian, peneliti mewawancarai beberapa narasumber pemula untuk mencoba memainkan
(38)
25
dan menilai dari pengalaman yang mereka rasakan mengenai gitar hasil penelitian.
3. Pasca Lapangan
Tahapan pasca lapangan yaitu tahapan yang dilakukan setelah proses penelitian dan data mentah hasil penelitian didapat. Setelah data mentah diperoleh langkah selanjutnya adalah mereduksi data tersebut dan menarik suatu kesimpulan.
C. Objek penelitian
Objek penelitian ini difokuskan pada proses pembuatan gitar klasik menggunakan cetakan tanah. Hasil dari teknik tersebut diamati dan dinilai kualitasnya oleh para expert dan beberapa narasumber.
D. Sumber data
Dalam penelitian kualitatif sampel sumber data pada tahap awal memasuki lapangan dipilih orang yang memiliki power dan otoritas dalam situasi sosial atau objek yang diteliti, sehingga mampu membukakan pintu kemana saja peneliti melakukan pengumpulan data (Sugiyono, 2014: 146). Sehingga sumber data utama dalam penelitian ini adalah pengrajin gitar yang menguasai teknik pembuatan gitar secara tradisional. Namun untuk mendapatkan data mengenai bagaimana kualitas gitar yang dihasilkan melalui cetakan tanah ini, diperlukan juga pendapat dari beberapa orang yang sudah sangat menguasai dalam memainkan gitar.
(39)
26
E. Teknik pengumpulan data
1. Wawancara
Wawancara dalam penelitian ini menggunakan jenis face to face interview (wawancara berhadap hadapan) dengan narasumber. Metode ini memerlukan pertanyaan pertanyaan yang secara umum tidak tersetruktur dan bersifat terbuka untuk memunculkan opini opini dari informan (Creswell, 2012: 267). Sedangkan menurut Sugiyono (2014: 74) wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara hanya berupa garis garis besar pertanyaan yang akan ditanyakan.
Informan utama dalam penelitian ini adalah Widodo yang merupakan pengrajin gitar di desa Pondok yang masih dapat menggunakan teknik cetakan tanah. Peneliti mengajukan pertanyaan tentang bagaimana cara atau langkah-langkah membuat gitar menggunakan teknik cetakan tanah dan bagaimana sejarah ditemukannya teknik tersebut. Selain daripada itu, teknik pengumpulan data melalui wawancara diperlukan untuk memperoleh data dari beberapa narasumbner dan seorang expert yang akan dimintai penilaiannya terhadap kualitas gitar yang dibuat menggunakan cetakan tanah. Alasan untuk menggunakan teknik wawancara adalah mengungkap hal-hal tak kasat mata yaitu bagaimana teknik tersebut ditemukan dan bagaimana kualitas gitar yang dihasilkan.
(40)
27
2. Observasi
Nasution dalam Sugiyono (2014: 64) mengungkapkan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa observasi merupakan suatu cara untuk memperoleh data berupa fakta yang sangat dibutuhkan dalam penelitian kualitatif.
Observasi dibagi menjadi tiga macam yaitu observasi partisipatif, observasi terusterang, tersamar, dan observasi tak terstruktur. Menurut Sugiyono (2014: 64) observasi partisipatif adalah observasi dimana peneliti terlibat dalam kegiatan sehari hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Atas dasar dari tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui proses pembuatan gitar menggunakan cetakan tanah dan menilai kualitasnya, maka jenis observasi yang akan digunakan adalah observasi partisipatif, sehingga peneliti akan terlibat langsung dalam proses pembuatan gitar menggunakan cetakan tanah. Alasan mengapa digunakan observasi partisipatif adalah untuk lebih mamahami secara mendalam mengenai proses pembuatan gitar menggunakan cetakan tanah dan memiliki pengalaman secara langsung di dalamnya.
(41)
28
3. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan digunakan peneliti untuk menggali informasi melalui koran, majalah, laporan penelitian dan artikel terkait penelitian yang tidak bisa didapatkan dari observasi maupun wawancara. Purwono (2015) mengatakan bahwa,
“……….studi kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti. Informasi itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, ………….. dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik lain.”
Study kepustakaan yang dilakukakan oleh peneliti yaitu dengan membaca beberapa literatur terkait proses pembuatan gitar. Peneliti juga membaca buku buku terkait penilaian tentang kualitas gitar dan aspek apa saja yang akan dinilai sehingga mempermudah proses penelitian
F. Instrumen penelitian
Dalam penelitian kualitatif, instrumen penelitian yang digunakan adalah peneliti itu sendiri. Alasannya adalah karena segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti (Nasution dalam Sugiyono 2014: 60). Hal ini disebabkan karena peneliti merupakan orang yang paling memahami tentang bidang yang diteliti. Peneliti sebagai human instrument berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono 2014: 60 ). Setelah fokus penelitian mulai nampak jelas mungkin
(42)
29
dikembangkan instrumen sederhana, yang diharapkan dapat digunakan untuk menjaring data lebih mendalam.
G. Teknik analisis data
Teknik analisa dalam penelitian kualitatif berfungsi sebagai validasi keakuratan data atau informasi. Langkah langkah dalam menganalisis data dimulai dari mengumpulkan data mentah, membaca dan mendeskripsikan keseluruhan data, reduksi data dan mengambil kesimpulan (Creswell, 2012: 278). Proses teknik analisis data diperinci sebagai berikut:
1. Mengumpulkan data mentah
Data yang dikumpulkan adalah data hasil observasi tentang proses pembuatan gitar dengan teknik tradisional. Setelah melakukan observasi, peneliti melakukan wawancara terhadap beberapa narasumber tentang bagaimana kualitas gitar yang dihasilkan dalam penelitian.
2. Membaca dan mendeskripsikan keseluruhan data
Langkah pertama untuk membaca dan mendeskripsikan keseluruhan data adalah dengan memberikan pandangan umum setiap data yang diperoleh yang kemudian merefleksikan maknanya secara keseluruhan. Pada tahap ini peneliti dapat menulis catatan catatan khusus atau gagasan gagasan umum tentang data yag diperoleh.
Peneliti membaca hasil data mentah yang sudah diperoleh. Data yang dimaksud adalah data dari hasil wawancara dengan para expert, data
(43)
30
hasil test menggunakan alat pengukur, dan data yang diperoleh dari artikel maupun buku.
3. Reduksi data
Data data yang telah dibaca kemudian direduksi untuk memudahkan peneliti dalam mengambil kesimpulan, sehingga data yang diperoleh setelah penelitian lebih valid, sistematis dan lebih bermakna. Reduksi data diperoleh setelah peneliti membaca dan mendeskripsikan hasil pengolahan data berupa hasil test, dokumentasi dan wawancara mengenai kualitas gitar yang telah dibuat dengan metode tradisional.
4. Pengambilan kesimpulan
Pada tahap ini peneliti mengolah kembali data-data yang telah direkduksi dengan cara membaca dan memahami data tersebut untuk kemudian ditarik sebuah kesimpulan. Data yang diolah kembali dengan cara dibaca dan dipahami adalah hasil reduksi data test, observasi dan wawancara mengenai kualitas gitar yang dibuat melalui metode tradisional. Setelah proses tersebut baru kemudian peneliti dapat menyimpulkan hasil penelitian.
H. Uji keabsahan data
Pengujian keabsahan data penelitian dilakukan dengan cara triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2012: 330). Triangulasi dilakukan dengan cara triangulasi sumber. Triangulasi
(44)
31
sumber yaitu mengecek data yang telah diperoleh dari beberapa sumber (Sugiyono 2014: 127). Data yang diperoleh melalui wawancara terhadap expert yaitu Rahmad raharjo yang merupakan pemain gitar professional, Mahasiswa mayor gitar Pendidikan Seni Musik Universitas Negeri Yogyakarta sebagai Pemula, dan Study kepustakaan pada beberapa sumber untuk memandu penelitian mengenai kualitas gitar. Dari data yang telah diperoleh tersebut kemudian dicari garis besarnya.
Gambar 5: triangulasi sumber pengumpulan data WAWANCARA
DENGAN PARA EXPERT
WAWANCARA DENGAN PEMAIN GITAR
PEMULA
STUDY KEPUSTAKAAN
(45)
32 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian
1. Lokasi penelitian
Kabupaten Sukoharjo berada sekitar 10 km sebelah selatan Kota Surakarta. Kabupaten sukoharjo memiliki luas wilayah sebesar 444, 666 km 2. Secara geografis, kabupaten sukoharjo terletak pada 7o 32’17” – 7o 49’32” Lintang Selatan 110o 42’06,79” – 110o 57’33,7” Bujur Timur dan berada pada ketinggian 80 m – 125 m di atas permukaan laut. Batas wilayah kabupaten sukoharjo adalah sebelah utara adalah kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar, sebelah timur kabupaten Karanganyar, sebelah selatan kabupaten Gunung Kidul Provinsi DIY dan kabupaten Wonogiri, sebelah barat kabupaten Boyolali dan Klaten. Dalam penelitian ini, akan diambil setting lokasi pada salah satu desa di kecamatan Baki kabupaten Sukoharjo yang bernama dusun Mancasan.
Dusun Mancasan merupakan sebuah desa yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai pengrajin gitar. Penduduk yang ada tidak hanya dapat memproduksi gitar namun dapat memproduksi beberapa alat musik lainnya seperti Biola, Bass, Cajon, dan alat musik keroncong. Beberapa penduduk juga ada yang memiliki showroom alat musik yang juga menjual sparepart alat musik,
(46)
33
sehingga dusun Mancasan menjadi tujuan para pemusik yang membutuhkan aksesoris dan ingin memperbaiki alat musik.
2. Teknik cetakan tanah
Teknik membuat gitar menggunakan cetakan body berupa tanah sudah ada sejak tahun 70-an. Tidak diketahui siapa penemu dari teknik tersebut namun Pengrajin gitar di kebupaten sukoharjo telah menggunakan teknik tersebut sejak dahulu kala.
Widodo adalah seorang pembuat gitar yang menguasai teknik tradisional tersebut. Peneliti memilih Widodo karena gitar akustik yang dibuat oleh Widodo memiliki tingkat ketelitian tinggi dan sangat rapi dalam finishing-nya meskipun hanya menggunakan alat dan bahan seadanya. Ketelitian Widodo dalam membuat gitar menggunakan teknik tradisional sudah tidak perlu diragukan lagi karena dalam gitar yang digunakan dalam penelitian ini berhasil mendapatkan komentar positif dari beberapa narasumber yang salah satunya merupakan pemain gitar professional bernama Rahmad raharjo. Menurut Widodo teknik tradisional awalnya digunakan oleh pengrajin gitar pada jaman dahulu kala ketika belum mempunyai cetakan body yang bernama body jig. Setiap mendapat pesanan gitar akustik, mereka membuat gambaran bentuknya pada sebuah papan ataupun triplek yang kemudian dibentuk menyerupai body gitar bagian belakang. setelah terbentuk lalu diletakkan diatas tanah yang memiliki kepadatan yang cukup dan tidak lembab. Setelah itu tanah digali mengikuti bentuk
(47)
34
papan tersebut sehingga membentuk semacam kolong berbentuk body gitar. Kolong inilah yang nantinya akan digunakan untuk membentuk lengkungan pada side body gitar. Hal ini dipertegas oleh pendapat dari Samiran salah seorang rekan dekat Widodo yang juga pernah membuat gitar dengan teknik cetakan tanah tersebut. Menurut Samiran teknik tradisional semacam ini selain menghemat biaya, para pengrajin pemula bisa belajar mengrajin gitar dengan cara dan alat yang sederhana. Keterbatasan alat dan bahan yang dialami oleh masyarakat pengrajin gitar kala itulah yang menyebabkan terciptanya teknik ini.
3. Proses pencetakan Body
Proses pencetakan body menggunakan tanah membutuhkan ketelitian tinggi. Sehingga dalam hal ini peneliti melimpahkan segala proses pembuatan kepada pengrajin gitar yang sudah menguasai teknik tersebut. Alat dan bahan yang digunakan sangat sederhana sehingga mudah didapatkan dimana saja. Barikut penjelasan mengenai alat, bahan, serta tahapan yang harus dilalui untuk membuat gitar menggunakan teknik cetakan tanah.
(48)
35
a. Alat dan bahan
Gergaji triplek
Gergaji triplek berfungsi untuk memotong triplek sehingga membentuk body gitar yang diinginkan. Cara menggunakannya adalah dengan memotong menggunakan bagian tipis yang terdapat pada bagian dalam lengkungan dan menaik turunkan pegangan sembari mengikuti pola yang sudah dibuat pada triplek menggunakan pensil
Gambar 8 : Gergaji triplek (Dok: Prasetyo 2015) Tatahan
Tatahan berfungsi sebagai alat pemahat yang dapat membentuk dan menghaluskan lengkungan pada bagian bagian yang sulit dijangkau oleh gergaji triplek. Tatahan biasanya digunakan pada kayu-kayu yang memiliki ketebalan lebih dibanding triplek seperti pada bracing ataupun rangka gitar. Cara
(49)
36
menggunakannya adalah dengan menekan gagang dan mengarahkan ujung pisaunya pada bagian yang akan dibentuk. Atau bisa juga dipukul menggunakan palu secara ringan untuk membentuk bagian permukaan yang sedikit keras.
Gambar 9 : Tatahan (Dok: Prasetyo 2015) Lem kayu
Lem kayu berfungsi untuk merekatkan bagian bagian gitar seperti kerfing, bracing, kerangka gitar, fretboard dan bridge. Cara menggunakannya adalah dengan melumuri kedua bagian yang akan direkatkan dan kemudian ditempelkan secara bersamaan. Dalam Titebond Product Application Technical Guide (2015: 02) Untuk mendapatkan hasil yang maksimal pastikan kedua permukaan mendapatkan tekanan yang cukup. Tekanan bisa didapatkan dari
(50)
37
penjepit atau diberi beban secukupnya dan dibiarkan mongering selama satu malam.
Gambar 10 : Lem kayu (Dok: Prasetyo 2015) Meteran
Meteran berfungsi sebagai alat pengukur panjang yang biasanya digunakan untuk menyamakan ukura anatomi gitar agar mendapatkan skala yang sesuai seperti desain yang diinginkan. Cara menggunakannya adalah mengulurkan alat pengukurnya lalu sama sepertihalnya menggunakan penggaris.
(51)
38
Gambar 11 : Meteran (Dok: Prasetyo 2015)
Tang
Tang berfungsi untuk menggenggam benda yang sangat kecil. Namun pada teknik pembuatan gitar secara tradisional ini, Tang digunakan untuk membentuk lengkungan kerfing. karena jika melengkungkan dengan tangan telanjang akan merusak bentuk dan dapat mematahkan kerfing yang berbahan kayu.
(52)
39
Gambar 12 : Tang (Dok: Prasetyo 2015)
b. Pengukuran
Untuk mengukur body gitar tidaklah rumit, Cukup dengan meletakkan gitar diatas triplek yang akan digunakan sebagai alat pembentuk body gitar dan menggambar garis pada pinggiran Body gitar yang sudah ada. Pengukuran ini berfungsi untuk menentukan bentuk dasar gitar yang akan dibuat.
(53)
40
Gambar 13: Proses pengukuran (Dok: Prasetyo 2015)
Setelah didapatkan hasil gambar ukuran dan bentuk gitar yang diinginkan, kemudian langkah selanjutnya adalah pemotongan triplek pencetak side body. Triplek ini digunakan untuk membentuk lengkungan pada kolong tanah.
(54)
41
c. Pemotongan
Sebelum melanjutkan kepada tahap pencetakan body, pertama-tama potong terlebih dahulu triplek yang sudah digambar sesuai dengan pola yang telah dibuat. Pemotongan ini menggunakan alat berupa gergaji triplek dengan perlahan-lahan dan mengikuti pola garis yang telah digambar sebelumnya. Untuk mempermudah proses pemotongan, letakkan triplek diatas sebuah kursi kecil seperti yang tertera pada gambar di bawah ini.
Gambar 15: pemotongan triplek cetak (dok: Prasetyo 2015)
Hal ini betujuan untuk mempermudah proses pemotongan menggunakan gergaji triplek yang cara penggunaannya digerakkan ke bawah dan ke atas.
(55)
42
d. Pencetakan Body menggunakan tanah
Setelah semua bahan mentah disiapkan tahap selanjutnya adalah pencetakan body menggunakan kolong tanah. Dalam tahap ini diperlukan teknik dan kesabaran yang lebih jika ingin mendapatkan hasil yang maksimal. Berikut adalah tahapan-tahapan Dari proses pencetakan body menggunakan kolong tanah.
Membuat kolong tanah
Pertama-tama carilah tanah yang benar-benar kering dan padat karena tanah lembab justru akan memberikan dampak yang buruk pada kayu. Kemudian letakkan triplek cetak di atas tanah tersebut dan gambarlah sebuah pola. Ketika pola yang diinginkan sudah jadi, buat lubang menggunakan linggis kecil secara perlahan. Usahakan untuk menggali lubang lebih kecil dari pola yang telah dibuat agar ukuran gitar tidak melebar.
(56)
43
Gambar 16.2 : pencongkelan tanah (dok: Prasetyo 2015)
Pencetakan dan pengeleman side body
Pasang kayu untuk side body secara vertical mengikuti pola kolong tanah. Kemudian masukkan triplek cetak pada tengah tengah kolong untuk menahan side body agar membentuk lengkungan gitar. Beri lem instan untuk melekatkan antara triplek cetak dan side body. Lem instan berfungsi untuk menahan sementara side body agar tidak terlepas dari posisi yang seharusnya. Pasang balok kayu penahan pada sisi atas dan bawah yang telah dilumuri lem kayu sebelumnya. Balok inilah yang nantinya akan menahan bentuk gitar. Jika sudah selesai biarkan lem mongering selama satu malam. Waspadai melakukan teknik ini saat cuaca hujan.
(57)
44
Gambar 16.3 : Memasukkan triplek (dok: Prasetyo 2015)
Gambar 16.4 :Pemasangan balok penahan (dok: Prastyo 2015)
(58)
45 2015)
Gambar 16.5: memasang triplek cetak (dok: Prasetyo 2015)
e. Pemasangan kerfing
Proses pemasangan kerfing harus dimulai dari pembentukan lengkung kerfing menggunakan alat bantu berupa tang. Mula-mula kerfing berbentuk lurus dengan celah teratur untuk mengatur lengkungannya. Lalu sesuaikan pada lengkungan dalam side body yang telah melalui tahap pencetakan sebelumnya. Lakukan secara perlahan agar kerfing dapat terbentuk dengan rapi dan tidak patah.
(59)
46
Gambar 17: Pelengkungan pada kerfing(dok: prasetyo 2015)
Setelah kerfing melengkung sesuai dengan bentuk gitar kemudian lumuri dengan lem kayu pada kerfing dan lengkung dalam side body. Setelah dilumuri dengan lem kayu langkah selanjutnya adalah merekatkan keduanya secara bersamaan dan tunggu hingga lem mongering sempurna.
(60)
47
f. Pemasangan rangka
Proses pemasangan rangka gitar diawali dengan menentukan dan mendesain rangka gitar yang akan dibuat terlebih dahulu untuk memastikan bahwa gitar yang dibuat memiliki kualitas yang sepadan dengan gitar pada umumnya.
Selanjutnya tandai titik tempat pemasangan kayu rangka gitar tersebut menggunakan pensil dan kemudian ditatah sedalam kurang lebih 1,5 cm. Kayu yang digunakan kali ini adalah kayu berjenis Sengon.
Gambar 19 : Pemasangan rangka gitar (Dok: Prasetyo 2015)
g. Pengeleman Top body
Setelah semua rangka terpasang dengan sempurna, haluskan permukaan yang akan dipasangi top body menggunakan
(61)
48
ampelas, hal ini bertujuan untuk mendapatkan permukaan top body yang rata. Kemudian lumuri dengan lem kayu pada sisi luar rangka gitar dan letakkan sebuah triplek spruce lalu beri beban secukupnya. Pemberian beban bertujuan agar lem merekat dengan sempurna.
Gambar 20: pemasangan top body(Dok: Prasetyo 2015)
h. Pelepasan triplek cetak dan pemasangan bracing
Setelah top body melekat sempurna langkah selanjutnya adalah dengan membongkar triplek cetak. Alat yang digunakan hanyalah palu dan tatahan. Sebagai catatan, lakukan secara hati hati agar side body dan top body tidak rusak.
(62)
49
Gambar 21.1 : permbongkaran triplek cetak (Dok: prasetyo 2015) Ketika triplek cetak terlepas dari body gitar, kemudian pengrajin gitar menerapkan desain yang telah dibuat sebelumnya oleh peneliti pada top body dan menyusun bracing yang akan dipasang. Lumuri dengan lem kayu pada permukaan kayu bracing dan letakkan pada bagian dalam top body seperti pada gambar 21.2
(63)
50
i. Pemasangan rangka gitar bagian belakang
Sepertihalnya pemasangan rangka pada top body sebelumnya, pemasangan rangka bagian belakang juga herus menggunakan ukuran yang sesuai dengan desain yang ditentukan peneliti yang kemudian ditandai dengan tatahan. Setelah dilubangi 1,5 cm kemudian lekatkan dengan lem kayu dan tunggu hingga mengering sempurna.
Gambar 22 : pemasangan rangka belakang (Dok: Prasetyo 2015)
j. Proses penutupan back body
Sebelum proses penutupan back body , lumuri permukaan luar rangka belakang gitar dengan lem kayu dan tutup menggunakan triplek back body seperti pada gambar 23.1. pastikan semua permukaan back body melekat secara sempurna pada rangka
(64)
51
belakang gitar. Perlu diketahui bahwa permukaan rangka belakang gitar tidaklah datar melainkan membentuk sedikit cembung.
Gambar 23.1: pemasangan back body(Dok: Prasetyo 2015) Untuk membantu menahan back body agar dapat melekat seluruhnya dan membentuk permukaan yang sedikit cembung. Digunakan besi-besi penahan pada kedua sisi seperti gambar 23.2 dan biarkan proses ini semalam agar lem kayu mengeras sempurna.
(65)
52 k. Neck
Tahap setelah body selesai dipotong adalah pembuatan neck. dalam penelitian ini neck dibuat seperti pada umumnya yaitu menggunakan proses pemotongan dan dibentuk menggunakan tatahan yang kemudian diperhalus menggunakan ampelas. Untuk menggabungkan neck dengan body terlebih dahulu pengrajin membuat pola pengunci pada bagian neck dan body. Pola pengunci tersebut bertujuan untuk memperkuat posisi neck terhadap body. Pola pengunci yang digunakan yaitu dengan pola trapesium pada neck dan membuat lubang dengan bentuk dan ukuran yang sama pada body seperti memasang puzzle. Setelah neck selesai dipasang kemudian diikuti dengan bagian lainnya seperti fretboard, nut, bridge, tuning machine.
(66)
53
Gambar 24.2: neck mentah (dok: Prasetyo 2015) l. Finishing
Setelah neck terpasang pada body gitar, langkah selanjutnya adalah finishing. Finishing dimulai dari pemberian lapisan dasar dan kemudian disemprot menggunakan cat yang diinginkan. Tunggu hingga cat benar benar mongering lalu kemudian ditutup menggunakan lapisan gloss agar gitar Nampak berkilau.
(67)
54
Gambar 25: Proses finishing (dok: Prasetyo 2015)
B. Pembahasan
Kualitas gitar yang dihasilkan melalui proses pencetakan tanah cukup baik. Hal ini di perkuat dengan pengakuan beberapa narasumber yang telah diwawancarai setelah mencoba memainkan gitar hasil penelitian.
a. Playability
Playability gitar hasil penelitian cukup bagus hal ini diperkuat dengan adanya pendapat dari narasumber bernama Sigit purnomo,
“playability bagus karena jarak senar dan fingerboard pendek dan lurus dari head sampai lubang body”.
dengan jarak senar yang pendek, ukuran neck yang lebih sempit dari pada gitar klasik pada umumnya memberikan kesan
(68)
55
ringan namun cukup riskan untuk dimainkan hal ini senada dengan pendapat expert Rahmad raharjo yang mengatakan,
“ini kok jarak senarnya sama tapi necknya sempit, seharusnya ini necknya lebih lebar lagi. Kalo buat main senar senar bawah riskan banget ni jarinya bisa terpeleset. Tapi ini menurut saya ya nyaman nyaman aja Cuma harus hati hati aja di senar bawah”.
b. Finishing
Finishing gitar hasil penelitian cukup bagus dan rapi hal ini diperkuat dengan pendapat seorang narasumber bernama Bill huda yang mengatakan,
“finishing sudah menyerupai gitar diatas kelasnya, sangat recomanded untuk pemula yang ingin gitar murah dan berkualitas”
c. Kualitas material
Kualitas material yang digunakan dalam gitar ini memang tidak terlalu istimewa. Bahan mentahnya masih menggunakan kayu laminasi spruce pada bagian top body, akan tetapi menurut beberapa narasumber kualitas material sudah cukup baik untuk gitar dengan budget rendah. Hal tersebut dikemukakan oleh Sigit Purnomo yang mengatakan,
“desain cukup menarik karena penggunaan kayu spruce yang simetris”
Demikian pula penuturan dari Widodo yang mengatakan, “gitar ini menggunakan neck solid sehingga lebih kuat dari pada gitar yang menggunakan neck laminasi”
(69)
56 d. Volume suara
Volume suara yang dihasilkan dari gitar tersebut sudah cukup baik. Power yang dihasilkan cukup kuat dan tone cukup jelas terdengar. Hal ini diperkuat oleh pendapat Rahmad raharjo yang mengatakan,
“nah…. Kalo menurut saya mungkin gitar ini sudah layak untuk dimainkan dan suaranya sudah keluar. Untuk orang yang pingin belajar ini sudah bisa karena cukup ringan dan suaranya sudah keluar Cuma agak riskan di senar senar bawah aja.”
Meskipun gitar hasil penelitian banyak mendapatkan respon positif dari beberapa narasumber, tidak dapat dipungkiri bahwa masih terdapat banyak kekurangan baik yang disadari ataupun tidak disadari. Seperti nada yang pecah di beberapa fret hingga fals nada
e. Buzzing
Selama berlangsungnya proses penilaian kualitas gitar, kekurangan yang paling menyolok dari gitar buatan peneliti adalah buzzing atau biasa disebut pecah pada beberapa fret. Hal tersebut dirasakan hamper oleh seluruh narasumber yang diwawancarai oleh peneliti seperti David perdana mengatakan,
“Suara senar buzzing sehingga kurang cocok untuk permainan klasik”.
(70)
57 f. Fals
Fals nada masih dapat ditemukan pada fret-fret tertentu. Hal ini tentu saja cukup mengganggu bagi para pemain gitar yang memiliki solfeggio baik, akan tetapi bagi para pemula fals tidak terlalu terasa. Seperti yang dikatakan oleh Bill huda,
“suara kurang presisi pada fret 12 namun tidak terlalu terasa bagi para pemula”
Peneliti menggunakan form wawancara yang telah dibuat sebelum penelitian berlangsung. Form tersebut dimaksudkan untuk menuliskan hasil pengamatan para pemain gitar pemula dan beberapa pengajar les gitar yang telah mencoba untuk memainkan gitar buatan peneliti. Berikut adalah poin-poin yang didapat dari form tersebut:
(71)
58
Kelebihan Kekurangan
a. Action gitar (jarak sear ke neck) nyaman
b. Presisi cukup nyaman
c. Neck lebih sempit dibandingkan gitar klasik pada umumnya. d. Finishing bagus desain rapi,
penampilan menjual
e. Suara buzz pada senar 4, 5, dan 6 cocok untuk teknik slap
f. Sudah bisa digunakan untuk latihan dan akustikan
g. Sustain dan vibra panjang h. Nyaman karena neck tidak
terlalu lebar untuk seorang pemula
i. Sustain panjang dan finishing sudah menyerupai gitar diatas kelasnya, sangat recomanded untuk pemula yang ingin gitar murah dan berkualitas
j. Playability bagus karena jarak senar ke fretboard pendek k. Suara cukup keras karena
material dan finishing tidak terlalu tebal
l. Visual cukup menarik karena serat spruce yang simetris
a. Body lebih lebar dibandingkan gitar klasik pada umumnya b. Neck agak tebal
c. Suara senar buzzing sehingga kurang cocok untuk permainan klasik
d. Nut terlalu tinggi
e. Agak pecah jika dipetik keras f. Bobot gitar terasa berat g. Ada fals di fret 12
(72)
59 BAB V PENUTUP
A. Simpulan
1. Proses pencetakan body menggunakan kolong tanah
Dari penjelasan sebelumnya mengenai hasil dari penelitian, dapat disimpulkan bahwa proses pencetakan body menggunakan kolong tanah adalah sebagai berikut:
a. Pengukuran body gitar yang akan dibuat. b. Pemotongan triplek cetak
c. Pencetakan body menggunakan kolong tanah d. Pemasangan kerfing
e. Pemasangan rangka gitar f. Pemasangan top body g. Pemasangan bracing.
h. Pemasangan rangka bagian belakang. i. Pemasangan back body.
j. Pemasangan neck gitar yang diikuti dengan bagian lainnya seperti tuning machine, fretboard, nut, bridge.
(73)
60
2. Kualitas gitar
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa gitar yang telah dibuat menggunakan teknik cetakan tanah sudah sangat nyaman digunakan para pemula untuk belajar. Karena memiliki ukuran neck yang relatif sempit sehingga memudahkan untuk dimainkan walapun jari pemainnya belum memiliki power dan ukurannya pendek. Meski demikian gitar dalam penelitian ini masih memiliki kecacatan pada beberapa fret yang Buzzing.
B. Saran
1. Pengrajin harusnya membuat lebar neck yang sesuai dengan jarak antar senar agar senar nomor 1 dan 6 tidak riskan untuk dimainkan.
2. Sebaiknya pengrajin memperhatikan nada tiap-tiap fret agar buzzing atau pecah di beberapa fret tidak terjadi.
(74)
61
Daftar Pustaka
Bogdanovic, John, S. 2013. Banding sides. Diunduh di
http://www.jsbguitars.com/guitar-making-methods/side-bending/ Cox, Kelly. Why are solid wood guitars so much more expensive than laminate
wood guitars?. Diunduh di http://www.quora.com/Why-are-solid- wood-guitars-so-much-more-expensive-than-laminate-wood-guitars. Pada pukul 11:38 tanggal 30 Juni 2015
Creswell, Jhon, W. 2012. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed: Pustaka Pelajar
Donahue, james. 2002. Guitar design, production, and repair. Bensalem PA: library of congress
French, M. dkk. 2001. Testing of acoustic stringed musical Instruments—an introduction. Diunduh di
http://www.oberlinacoustics.net/articles/art16_testing%20instrume nts.pdf pada pukul 01:27 tanggal 11 Desember 2014
Gavin, David, A. 1984. Sloan management review: Harvard University Jonsson, erik. 2002. Acoustics for Violin and guitar Makers. Dept of Speech,
Music and Hearing
Krenz, steve. 2010. Gibson’s learn and master guitar. [t.t] : legacy learn systems Mashek, Terry.2015. Basic Guitar Finishing With Spray-Can Lacquer yang
diunduh di http://www.tundraman.com/Guitars/Finish/index.php pada pukul 01:15 tanggal 23 januari 2015
May, bill. 2014. Maton catalogue acoustic. Diunduh di http://www.maton.com.au/ pada pukul 18.19 tanggal 24 oktober 2014
Moleong, Lexy, J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Murray, Michael 2013. Size,Weight, and Playability of the Guitar. Diunduh di http://www.michaelmurrayguitar.com/Buying%20a%20Guitar3.ht ml pada pukul 03.12 tanggal 27 januari 2015
Olson, James.A. 2014. Kerfingline. Diunduh di
http://www.olsonguitars.com/shop_kerfing.html. padapukul 16.24 tanggal 24 oktober 2014
(75)
62
Purwono. 2015. Studi kepustakaan. Diunduh di http://www.perkuliahan.com/apa-pengertian-studi-kepustakaan/ pada pukul 02.15 tanggal 27 januari 2014
Subandi. 2011. Deskripsi kualitatif sebagai satu metode dalam penelitian pertunjukan. Surakarta. Institut Seni Indonesia Surakarta Sugiyono. 2014. Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta.CV Tauber, Charles. 2013. Basic Guitar setup 101. Di unduh di
http://www.charlestauber.com/ pada 03 september 2014 pukul 00.34
Walden catalog. 2012.[t.p]
(76)
63
HASIL WAWANCARA DENGAN PEMAIN GITAR PROFESSIONAL
Rahmad Raharjo, S.Sn, L.Mus.A LAMPIRAN
Peneliti : Ini sebenernya kemarin tujuannya gitar ini layak enggak sih buat belajar, soalnya kalo buat mayor jelas speknya ketinggalan.
Rahmad : yang mau dilihat dari hal apa aja? Kelayakan itu variablenya apa aja?
Peneliti : dari sisi playabilitynya, clarity, finishingnya.
Rahmad : ini kalo menurut saya ya, kalo dari 100% saya bilang playabilitynya enak ini (gitar buatan peneliti) bukan karena neck nya lebih kecil atau apa tapi juga masalah senar. Ini beda sekali soalnya . konsep kamu adalah membandingkan, jadi seharusnya kalo lebelnya kamu ilangin saya susah bedainnya. Tapi kalo ini dilihat aja saya sudah tahu bedanya. Kecuali kamu emang mau bandingin gitar yang jelas jelas beda. Kayak misalnya Ramirez sama Valerio.
Peneliti : Owh kalo masalah senar ini saya beli dengan merk yang sama di toko yang sama tapi begitu dipasang kok jadi beda saya juga gak tau.
(77)
64 Rahmad : Owh gt… merk nya apa?
Peneliti : d’addario pro arte tapi kayaknya palsu jadi kualitasnya beda
Rahmad : oke gak papa, gini kalo menurut saya yang disebut playability itu relative, ada yang suka neck kecil semacam ini, ada juga yang kurang nyaman. Bisa saja kondisi tangan yang berbeda kebutuhannya juga berbeda. Ada yang jarinya panjang tapi nyaman pake neck kecil ada juga yang sebaliknya. Jadi ya ….. emang agak sulit untuk nentuinnya. Tapi kalo dari hasil kesimpulanmu sendiri gimana?
Peneliti : kalo ini saya kan belum coba Tanya ke banyak orang. Namun kalo saya pribadi sih suka yang necknya kecil. Ini juga sebenernya bisa berbeda hasilnya karena kemarin saat pemasangan neck saya gak kontrol Cuma saya pasrahin ke pengrajinnya aja.
Rahmad : Oke gak masalah
Peneliti : tapi kalo masalah volume suaranya cukup gak pak?
Rahmad : kalo volume oke, dan ringan ini juga karena necknya lebih kecil.
Peneliti : ini saya sangat menyayangkan kenapa senarnya jadi beda kualitasnya gini padahal sudah beli yang sama. Kalo masalah finishing gimana pak?
(78)
65
Rahmad : finishing bisa saja berpengaruh sama playability tapi emang kembali lagi ke pemainnya. Ada yang dia lebih nyaman pake gitar finishing dop, atau ada juga yang nyaman pake gitar finishing glossy. Dan kalo menurut saya kamu perlu beli lagi senarnya biar adil. Soalnya kalo gini susah bandinginnya masa yang ini (Yamaha c390) suaranya gak keluar gini.
Peneliti : iya pak
Rahmad : ini kok jarak senarnya sama tapi necknya sempit, seharusnya ini necknya lebih lebar lagi. Kalo buat main senar senar bawah riskan banget ni jarinya bisa terpeleset. Tapi ini menurut saya ya nyaman nyaman aja Cuma harus hati hati aja di senar bawah.
Rahmad : ini juga agak ngefret ya
Peneliti : iya memang beberapa fret pecah.
Rahmad : gak masalah
Peneliti : kalo kata dosen saya sih jangan coba cari mana yang terbaik dari kedua gitar ini tapi cari karakteristiknya masing masing aja. ini juga kemarin sama mas aji disuruh Tanya ke pak rahmad sama anak anak mayor aja tentang karakteristik dan kelayakan gitar ini.
(79)
66
Rahmad : nah…. Kalo menurut saya mungkin gitar ini sudah layak untuk dimainkan dan suaranya sudah keluar. Untuk orang yang pingin belajar ini sudah bisa karena cukup ringan dan suaranya sudah keluar Cuma agak riskan di senar senar bawah aja.
Menyetujui, ……… 2015
(80)
67
SURAT KETERANGAN SELESAI PENELITIAN
Yang bertanda tangan dibawah ini
Nama : Rahmad Raharjo, S.Sn, L.Mus.A Jabatan : Pemain gitar expert
Alamat : Perumahan ambarukmo
Dengan ini menyatakan bahwa mahasiswa yang beridentitas : Nama : Prasetyo Wahyu P
NIM : 10208241020
Jurusan : Pendidikan Seni Musik, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta
Telah selesai melakukan penelitian dan wawancara untuk memperoleh data pada tanggal 20 April 2015 dalam rangka penyusunan skripsi berjudul “kualitas dan teknik pembuatan gitar menggunakan cetakan tanah di Dusun Pondok Sukoharjo”.
Demikian surat keterangan ini dibuat dan diberikan kepada yang bersangkutan untuk dipergunakan seperlunya.
Yogyakarta, 21 Juni 2015 Expert gitar
(81)
68
SURAT KETERANGAN SELESAI PENELITIAN
Yang bertanda tangan dibawah ini Nama : Samiran
Jabatan : Pengrajin gitar
Alamat : Ds.Pondok Sukoharjo jawa tengah
Dengan ini menyatakan bahwa mahasiswa yang beridentitas : Nama : Prasetyo wahyu P
NIM : 10208241020
Jurusan : Pendidikan Seni Musik, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta
Telah selesai melakukan penelitian dan wawancara untuk memperoleh data pada tanggal 24 juni 2015 dalam rangka penyusunan skripsi berjudul “kualitas dan teknik pembuatan gitar menggunakan cetakan tanah di Dusun Pondok Sukoharjo”.
Demikian surat keterangan ini dibuat dan diberikan kepada yang bersangkutan untuk dipergunakan seperlunya.
Yogyakarta, 21 Juni 2015 Pengrajin gitar
(82)
69
SURAT KETERANGAN SELESAI PENELITIAN
Yang bertanda tangan dibawah ini Nama : Widodo
Jabatan : Pengrajin gitar
Alamat : Ds.Pondok Sukoharjo jawa tengah
Dengan ini menyatakan bahwa mahasiswa yang beridentitas : Nama : Prasetyo wahyu P
NIM : 10208241020
Jurusan : Pendidikan Seni Musik, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta
Telah selesai melakukan penelitian dan wawancara untuk memperoleh data pada tanggal 20 desember 2014 – 02 juni 2015 dalam rangka penyusunan skripsi berjudul “kualitas dan teknik pembuatan gitar menggunakan cetakan tanah di Dusun Pondok Sukoharjo”.
Demikian surat keterangan ini dibuat dan diberikan kepada yang bersangkutan untuk dipergunakan seperlunya.
Yogyakarta, 21 Juni 2015 Pengrajin gitar
(83)
70
PANDUAN PENELITIAN
Untuk membimbing peneliti agar tidak menyimpang dari tujuan penelitian dan kebutuhan data yang harus diperoleh selama penelitian, maka dibutuhkan sebuah panduan penelitian. Panduan penelitian berisi tentang kisi kisi pertanyaan yang akan diajukan kepada para narasumber yaitu sebagai berikut:
a. Bagaimana proses pembuatan gitar menggunakan cetakan body berupa tanah?
b. Bagaimana cara untuk menghasilkan suara yang stabil menurut para expert?
c. Apa yang dirasakan para expert setelah memainkan gitar yang dibuat oleh peneliti?
d. Apa yang dirasakan pemula saat menggunakan gitar yang dibuat peneliti? e. Apa kritik dan saran mengenai gitar hasil buatan peneliti dari para expert?
(84)
71
FOTO PROSES PEMBUATAN GITAR
Gambar 26: proses pengukuran (Doc: Prasetyo 2015)
(85)
72
Gambar 28: kerfing (Doc: Prasetyo 2015)
(86)
73
Gambar 30: Pengukuran bagian dalam (Doc: Prasetyo 2015)
(87)
74
Gambar 32: Penutupan body(Doc: Prasetyo 2015)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(1)
74
Gambar 32: Penutupan body(Doc: Prasetyo 2015)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)