PUISI LIRIK DALAM SASTRA INDONESIA MODERN DAN PENYUSUNAN MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PUISI BERORIENTASI PENDIDIKAN KARAKTER.

(1)

ABSTRAK

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 18

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 18

D. Tujuan Penelitian ... 18

E. Manfaat Penelitian ... 19

BAB II KAJIAN TEORI PUISI LIRIK DALAM SASTRA INDONESIA MODERN DAN PENYUSUNAN MODEL PEMBELAJARAN PUISI YANG BERORIENTASI PADA PENDIDIKAN KARAKTER A. Puisi ... 20

1. Pemahaman tentang puisi ... 20

2. Hakikat Puisi ... 24

3. Jenis-jenis puisi ... 28

4. Petunjuk dalam memahami puisi ... 32

5. Pengajaran Apresiasi Puisi ... 35

6. Pendekatan dalam Pengkajian Karya Sastra ... 36

7. Langkah-langkah menulis puisi ... 39

B. Sejarah Sastra ... 40

1. Periodisasi Puisi Indonesia Modern ... 44

2. Periodisasi Sastra Indonesia ... 46

a. Sasatra Indonesia Modern ... 46

b. Sastra Indonesia Masa Perkembangan (1945-Sekarang) 51 c. Periode 50-an 60-an (1955-1970) ... 54

d. Periode 1970-1990 ... 58

1. Penyair Indonesia dan Karya-karyanya ... 59

a. Penyair Balai Pustaka ... 60

b. Penyair Angkatan Pujangga Baru ... 62

c. Angkatan 45 ... 64

d. Periode 1953-1961 ... 69

e. Angkatan 66 ... 78

f. Periode 1970-1980 an ... 86

2. Aliran-aliran dalam Sastra Indonesia ... 94

a. Pembelajaran ... 96

1) Strategi Belajar ... 98

2) Strategi Pembelajaran Keterampilan Menulis ... 101


(2)

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi

keterampilan menulis ... 108

3. Langkah- Langkah Menulis ... 108

c. Pendidikan Karakter ... 110

1) Peranan Pendidikan Karakter ... 118

2) Makna Pendidikan Karakter….. ... 121

3) Model Pendidikan Karakter ... 122

4) Unsur Moral Dalam Fiksi ... 128

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 129

B. Langkah-langkah Penelitian ... 130

1. Tahap Studi Pendahuluan ... 132

2. Tahap Studi Pengembangan ... 132

3. Tahap Akhir ... 134

C. Data dan Sumber Data Penelitian ... 134

1. Data Penelitian ... 134

2. Sumber Data Penelitian ... 135

a. Populasi ... 135

b. Sampel ... 135

D. Teknik Penelitian ... 135

1. Teknik Pengumpulan Data ... 135

2. Teknik Analisis ... 136

E. Instrumen Penelitian ... 137

1. Bentuk Tes ... 137

2. Alat Bantu Observasi ... 137

3. Bentuk Angket ... 137

F. Indikator keberhasilan Siswa ... 138

BAB IV ANALISIS PUISI A. Khazanah Puisi Lirik dalam Sastra Indonesia Modern ... 139

B. Analisis Puisi Lirik Dengan Pendekatan Semiotik ... 142

1. Chairil Anwar ... 144

a. “Cintaku Jauh Di Pulau” ... 144

1) Sintaksis ... 144

2) Semantik ... 149

3) Pragmatik ... 161

4) Simpulan ... 162

b. “Derai-Derai Cemara” ... 163

1) Sintaksis ... 164

2) Semantik ... 167

3) Pragmatik ... 178

4) Simpulan ... 181


(3)

3) Pragmatik ... 191

4) Simpulan ... 193

2. Taufik Ismail ... 195

a. “Nasehat-Nasehat Kecil Orang Tua Pada Anaknya Berangkat Dewasa” ... 195

1) Sintaksis ... 195

2) Semantik ... 198

3) Pragmatik ... 206

4) Simpulan ... 207

b. “Salemba” ... 208

1) Sintaksis ... 208

2) Semantik ... 210

3) Pragmatik ... 214

4) Simpulan ... 214

c. “Seratus Juta” ... 215

1) Sintaksis ... 215

2) Semantik ... 217

3) Pragmatik ... 224

4) Simpulan ... 256

3. Sapardi Djoko Darmono ... 225

a. “Hatiku Selembar Daun” ... 226

1) Sintaksis ... 226

2) Semantik ... 228

3) Pragmatik ... 233

b. “Yang Fana Adalah Waktu” ... 233

1) Sintaksis ... 234

2) Semantik ... 235

3) Pragmatik ... 239

c. “Mata Pisau” ... 240

1) Sintaksis ... 240

2) Semantik ... 241

3) Pragmatik ... 246

C. Hasil Analisis dari Ketiga Penyair ... 246

1. Sintaksis ... 246

2. Semantik ... 246

3. Pragmatik ... 247

D. Pembahasan ... 247

BAB V IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN A. Model Pembelajaran Menulis Puisi Menulis Berorientasi Pendidikan Karakter ... 257


(4)

1. Kegiatan Awal ... 264

2. Kegiatan Inti ... 265

3. Kegiatan Akhir ... 266

C. Analisis Puisi siswa ... 266

D. Analisis Deskriptif Hasil Belajar Siswa ... 405

1. Hasil Uji Tahap Pertama ... 405

2. Hasil Uji Tahap Kedua ... 407

3. Hasil Uji Tahap Ketiga ... 408

4. Hasil Uji Tahap Keempat………... 410

E. Normalitas Data ... 411

1. Hasil Uji Normalitas Data Pada Uji Pertama ... 412

2. Hasil Uji Normalitas Data Pada Uji Kedua ... 412

3. Hasil Uji Normalitas Data Pada Uji Tahap Ketiga ... 413

4. Hasil Uji Normalitas Data Pada Uji Keempat ... 414

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 427

B. Saran ... 443

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Jati diri bangsa Indonesia meupakan cerminan atau tampilan karakter bangsa Indonesia,dimana karakter bangsa merupakan sinergi dari karakter individu anak bangsa yang berproses secara terus menerus yang mengelompok menjadi bangsa Indonesia.Setiap individu memiliki jati diri yang dipancarkan dari dalam dirinya. Jati diri yang terpancar beraneka ragam ada yang dominan baik ada yang kurang baik pun ada yang tidak baik yang kesemuanya dipengaruhi oleh lingkungan keluarga dan lingkungan dimana ia tinggal. Setiap orang berhak memancarkan jati diri yang positif yang berproses karena jati diri merupakan pemberiaan (given) dari yang maha kuasa dan merupakan fitrah manusia.

Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal I UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Amanah UU Sisdiknas tahun 2003 itu bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama.

Dalam perjalanan pendidikan nasional, rancangan yang begitu utuh, menyeluruh dan terpadu ternyata hanya menitikberatkan pada pengembangan pengetahuan dan keterampilan tetapi mengabaikan masalah pembinaan watak. Hal ini berawal dari ditiadakannya pendidikan budi pekerti dilanjutkan dengan yang disebut competence based curriculum. Pada saat itu kita dapat merasakan bahwa pendidikan hanya mampu menghasilkan orang yang pandai dan terampil dalam berbicara tetapi bermasalah dengan hati nuraninya karena


(6)

dengan kepandaiannya dan jabatan yang diembannya mereka menghalalkan segala cara untuk kebaikan dirinya yang tampak dalam penampilan dan kinerjanya (karakternya dan jati dirinya).

Semua pemimpin menginginkan warganya berkarakter baik. Demikian juga pemerintah Indonesia sangat menginginkan bangsanya berkarakter baik. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan: Pendidikan karakter bangsa lebih ditingkatkan untuk generasi muda Indonesia yang lebih beretika dan berbudi pekerti.

Karakter adalah semua sifat-sifat baik yang menunjang pembangunan bangsa dan bukan hanya sopan santun. Ciri-ciri umum bangsa maju yang memiliki karakter baik adalah ramah dan lemah lembut, tidak suka kekerasan, patuh aturan. Ciri spesifik masyarakat maju adalah karakternya cepat bangkit dari keruntuhan seperti Jepang, Korea, Taiwan, Thailand. Karakter bangsa yang maju (beradab) rajin bekerja, jujur, terus terang, tidak pendendam, selalu melihat ke masa depan, tahu cara memperbaiki diri, setiap individu warga bangsanya mencari rizki yang halal. Jadi sikap mental bangsa itu bersih; cendrung kearah perbaikan.

Karakter baik dari Rasullullah yang mampu merubah dunia antara lain: siddiq, tabliq, amanah, Fatonah. Dengan 4 karakter ini Nabi Muhammad mampu merubah bangsa Arab yang tadinya jahiliah menjadi bangsa yang terkemuka dan terpandang di seluruh dunia. Para ahli banyak yang setuju bahwa karakter nabi Muhammad sangat tepat digunakan untuk membentuk karakter bangsa.

Pendidikan karakter menjadi hal yang sangat mendesak mengingat buah pendidikan beroleh hasil yang kurang optimal hal ini dapat dibuktikan dengan demoralisasi moral dan degradasi pengetahuan yang sudah menjadi akut menjangkit bangsa ini di semua lapisan masyarakat. Pendidikan belum mampu mengubah perilaku warga menjadi lebih baik, karena banyak ditemukan orang pintar yang hanya mengandalkan otaknya saja dalam


(7)

berperilaku dengan mengesampingkan perasaan moral yang dapat menyakiti hati orang lain.

Dalam dunia pendidikan dan dalam lingkungan bermasyarakat sedang demam terjangkitnya penyakit ketidakjujuran, semua orang berlomba-lomba untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan pelbagai cara agar kebutuhannya dapat terpenuhi dan mengesampingkan pihak-pihak yang akan dirugikan, kenapa peneliti mengatakan demikian karena hal ini dapat dibuktikan contohnya saja banyak pedagang yang mengolah makanan untuk di dagangkan tanpa mempertimbangkan resiko dari perbuatannya, contohnya pedagang ayam goreng yang memakai minyak kelapa dicampur dengan pelastik agar menghasilkan rasa ayam yang renyah, pedagang baso ikan yang menggunakan bahan baku yang sudah tidak layak lagi dengan mencampurkan ikan busuk kedalam adonannya. Semua yang dilakukannya penuh dengan kesadaran tanpa merasa bersalah, hal ini merupakan penyakit moral yang dapat berakar menjadi kejahatan. Dalam dunia pendidikan pun kejujuran merupakan barang yang langka, fenomena korupsi dan kolusi sudah banyak terjadi.

Di Indonesia pelaksanaan pendidikan karakter dirasakan mendesak. Gambaran situasi masyarakat Indonesia bahkan dunia pendidikan manjadi pengarusutamaan pendidikan karakter di Indonesia. Pendidikan karakter di Indonesia dirasakan amat perlu pengembangannya bila mengingat makin meningkatnya tawuran antar pelajar, serta bentuk kenakalan lainnya seperti pemerasan atau kekerasan antara senior terhadap yunior, penggunaan bahasa yang seronoh dan kurangnya etika dan estetika, kemalasan belajar yang ditunjukkan dengan perilaku yang menyimpang.

Sementara itu, dalam dunia pendidikan kasus bertindak curang baik berupa mencontek, mencontoh pekerjaan orang lain kerap terjadi bahkan dalam ujian pun ada tim sukses yang dapat membantu siswa agar beroleh nilai yang baik, berawal dari niat yang baik namun caranya salah karena hal ini dapat merugikan siswa dan dengan cara ini peserta didik akan berasumsi negatif tentang proses pendidikan yang menghalalkan segala cara, jadi jangan


(8)

kecewa dengan cara yang salah maka akan beroleh peserta didik yang tidak berkompetensi akan tetapi mereka beroleh nilai yang tinggi.

Anak-anak kecil hingga orang dewasa sudah terbiasa dengan mengeluarkan kata-kata yang oral dan vulgar dan mereka lebih bergengsi tatkala temannya memanggil dia dengan nama binatang. Dimana-mana ditemukan para remaja yang berbincang dengan temannya menggunakan bahasa yang arogan dan tanpa rasa bersalah mereka terus mengumandangkan simbol binatang untuk memanggil temannya itu. Sebuah fenomena yang sangat menyedihkan bagi para guru dan disinilah peranan pendidikan harus lebih ditingkatkan baik dalam mencerdaskan peserta didik juga perasaan moral peserta didik yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini pendidikan karakter jangan berperan hanya sebagai asupan gizi semata.

Seiring dengan maraknya persitiwa besar lainnya, bangsa ini makin terpuruk dan mulai kehilangan rasa malu dan kehormatan yang selama ini telah mewarisi tradisi besar (the great tradition) sebagai bangsa yang toleran, ramah, religius sebagaimana melekat dalam kepribadian bangsa. Dalam kontek yang lebih spesifik selaku komunitas atau warga negara, bangsa ini telah kehilangan karakter jati diri yang kuat dan berstandar moralitas yang kokoh.

Kesadaran akan disiplin dalam berlalu lintas, budaya antri, budaya baca sampai budaya hidup bersih dan sehat pun merupakan hal yang sangat sulit dan keinginan untuk menghargai lingkungan masih jauh di bawah standar. Kebanggaan kita terhadap jati diri dan budaya sendiri juga sangat rendah hal ini di buktikan dengan orang Indonesia yang lebih mencintai barang bermerk luar negeri di bandingkan dengan barang bermerk dalam negeri. Dalam hal ini orang Indonesia tertipu akan kepintarannya dalam memilih suatu produk untuk di konsumtif dan ini menjadi kebiasaan yang akhirnya membudaya baik bagi kalangan miskin terlebih lagi bagi kalangan zetset.


(9)

Pendidikan karakter adalah pemberian pandangan mengenai berbagai jenis nilai hidup, seperti kejujuran, kecerdasan, kepedulian, tanggung jawab, kebenaran, keindahan, kebaikan, dan keimanan. Dengan demikian, pendidikan berbasis karakter dapat mengintegrasikan informasi yang diperolehnya selama dalam pendidikan untuk dijadikan pandangan hidup yang berguna bagi upaya penangggulangan persoalan hidupnya.

Dengan pendidikan berbasis karakter akan menunjukkan jati dirinya sebagai manusia yang sadar diri sebagai makhluk, manusia, warga negara dan pria atau wanita. Kesadaran itu dijadikan ukuran martabat dirinya, sehingga berpikir objektif, terbuka dan kritis serta memiliki harga diri yang tidak mudah memperjual-belikan. Sosok dirinya tampak memiliki integritas, jujur, kreatif, dan perbuatannya menunjukkan produktivitas. Selain itu, tidak hanya menyadari apa tugasnya dan bagaimana mengambil sikap terhadap berbagai jenis situasi permasalahan, tetapi juga akan menghadapi kehidupan dengan penuh kesadaran, peka terhadap nilai keramahan sosial dan dapat bertanggung jawab atas tindakannya. Oleh karena itu, sekolah yang akan mengimplementasikan pendidikan berbasis karakter dapat memikirkan segi sebagai berikut.

Pertama, keberhasilan pendidikan berbasis karakter terkait dengan kondisi peserta didik yang landasan keluarganya mengharapkan tercipta iklim kehidupan dengan norma kebaikan dan tanggung jawab. Dengan demikian, fungsi pendidikan berbasis karakter untuk menunjukkan kesadaran normatif peserta didik. Seperti, berbuat baik dan melaksanakan tanggung jawabnya agar terinternalisasi pada pembentukan pribadi. Organ manusia yang berfungsi melaksanakan kesadaran normatif ialah hati nurani atau kata hati (conscience). Sementara organ penunjangnya ialah pikiran atau logika.

Pendidikan berbasis karakter diprogram untuk upaya kesadaran normatif yang ada pada hati nurani supaya diteruskan kepada pikiran untuk dicari rumusan bentuk perilaku, kemudian ditransferkan ke anggota badan pelaksana perbuatan. Contoh, mulut pelaksana perbuatan bicara atau bahasa melalui kata-kata, maka sistem mulut memfungsikan kata-kata bersifat logis


(10)

atau masuk akal, bahkan dengan landasan kesadaran norma dan tanggung jawab akan terjadi komunikasi dengan perkataan santun yang jauh dari celaan dan menyakitkan orang lain. Karena itu, pendekatan proses pembelajaran di sekolah perlu disesuaikan. Yaitu dengan menciptakan iklim yang merangsang pikiran peserta didik untuk digunakan sebagai alat observasi dalam mengeksplorasi dunia.

Interaksi antara pikiran dan dunia harus memunculkan proses adaptasi, penguasaan dunia dan pemecahan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Keberhasilan anak menjalani interaksi dengan dunia akan membentuk kemampuan merumuskan cita-citanya. Bahkan cita-cita itu dijadikan pedoman atau kompas hidup. Dengan pedoman hidup itu ia menentukan arah sekaligus membentuk norma hidupnya.

Kedua, kondisi sekolah dapat menciptakan iklim rasa aman bagi peserta didiknya (joyful learning). Jika tidak merasa aman peserta didiknya, seperti merasa terguncang jiwa, cemas, atau frustrasi akibat mendapatkan pengalaman kurang baik dari sekolah, maka tidak akan dapat menanggapi upaya pendidikan dari sekolahnya. Bahkan acap kali merespons upaya pendidikan dengan bentuk protes atau agresi terhadap lingkungannya. Peserta didik yang cerdas sekalipun dengan merasa kurang aman, acap kali konflik dengan lingkungan yang menyulitkan hidup. Bahkan upaya mempertahankan hidupnya dengan berbuat tercela, tidak bermoral, tidak bertanggung jawab, dan jahat. Perasaan aman hidup atau perasaan yang tidak diliputi kecemasan di sekolah hanya mungkin bila suasana sekolah mencintai anak dengan menciptakan iklim keterbukaan, mesra, bahagia, gembira, dan ceria. Dengan demikian dengan iklim tersebut akan mampu membuka kata hati peserta didik, baik di sekolah maupun ketika menghadapi dunia masyarakat. Kehidupan nyata dianggap sebagai objek yang menarik minat dengan kegairahan hidup dan penuh perhatian yang merangsang pikirannya.

Ketiga, kebijakan sekolah dalam merumuskan bahan belajar pendidikan berbasis karakter diorientasikan ke masa depan. Yaitu menggambarkan indikasi bentuk baru peradaban masyarakat. Dasar


(11)

pertimbangannya, (1) proses pembangunan berkonsekuensi terhadap perubahan bentuk baru kebiasaan hidup masyarakat, (2) pendidikan berbasis karakter harus berperan sebagai pengimbang akibat sampingan proses pembangunan. Indikator bentuk baru peradaban masyarakat, dirumuskan dari hasil pengamatan kehidupan kota yang mengalami pembangunan pesat dan menimbulkan urbanisasi. Dengan demikian, di kota tercipta pusat permukiman penduduk pendatang baru yang seolah terputus dari akar sosial budaya sebelumnya. Permukiman kota penuh sesak menimbulkan suasana kehidupan yang mencekam dari kekhawatiran terjadinya instabilitas sosial. Selain itu, rumusan didapat dari hasil pengamatan suasana keluarga dalam menghadapi tata kehidupan baru, apakah mengambil sikap bertahan dengan kebiasaan hidup sebelumnya, ataukah meninggalkan dan mengganti kebiasaan hidup sebelumnya, sementara keadaan sekitar tidak ikut bertahan. Terutama mengambil sikap mengenai kaitan dengan ekonomi keluarga, pekerjaan, perdagangan, dan kecemburuan sosial. Bagaimana kondisi keluarga yang tetap bertahan apakah menjadi terasingkan. Bagaimana pula keluarga yang mengubah kebiasaan lama dengan yang baru apakah secara psikologis memperoleh kemantapan ataukah kepahitan dan kekacauan hidup. Paling tidak, pengamatan sepintas menunjukkan akibat sampingan pembangunan yang pesat pada perubahan bentuk kehidupan masyarakat. Yaitu, pembangunan yang menawarkan kesempatan bagi siapa saja yang berkesanggupan, sehingga mengakibatkan di satu pihak terdapat sebagaian anggota masyarakat yang cakap dan berani mengambil risiko untuk menangkap manfaat penawaran pembangunan dan golongan ini akan maju. Di pihak lain, ada anggota masyarakat yang lamban bergerak dalam menangkap manfaat dan golongan ini akan semakin tertinggal.

Dengan demikian hasil akhir antara yang cakap dan lamban menyebabkan munculnya jurang perbedaan kepemilikan materi yang mudah diisukan sebagai pelanggaran asas keadilan. Kondisi jurang perbedaan kemajuan sisi materi yang dipahami secara sempit, mengakibatkan terjadinya pergeseran nilai masyarakat. Yaitu menguatnya arus bentuk baru kehidupan


(12)

masyarakat seperti nilai materi dan hura-hura serta tampak memudar budaya santun, malu, kekeluargaan, kejujuran, toleransi, kebersamaan, kesetiakawanan, dan gotong royong.

Serangkaian peristiwa dan penyimpangan yang mewarnai dunia pendidikan dapat menjadi indikasi bahwa bangsa ini mengalami pelemahan karakter sebagai bangsa yang bermartabat mulia. Secara filosofis, misi pendidikan pada hakekatnya untuk memuliakan martabat manusia sebagai makhluk hidup yang individual dan makhluk sosial yang berbudaya.Sebagai makhluk hidup yang individual, manusia berdasarkan azasinya adalah sosok individu yang memiliki rasa, karsa dan cipta yang tersimpan dalam bentuk potensi.Sedangkan sebagai makhluk hidup yang sosial yang berbudaya, manusia mempunyai dorongan agar keberadaannya dapat diakui oleh manusia lainnya yang ada disekitarnya sesuai dengan kedudukannya.Untuk memperoleh kedudukan dan martabat yang diinginkan, manusia berusaha memanifestasikan melalui berbagai tindakan secara konkrit, dalam hal ini melalui penyesuaian diri terhadap lingkungan sosialnya.

Pengaruh globalisasi membawa pengaruh positif dan negatif. Keberpengaruhan itu bergantung dari sisi mana orang menilai. Pengaruh positif itu yang memberi kemudahan bangsa kita untuk berkomunikasi dengan Negara lain dan juga dalam menawarkan sesuatu yang baik seperti keunggulan dan kemandirian. Makin berkembang dan marak perdagangan produk luar negeri juga membawa pengaruh negatif terhadap budaya bangsa kita. Bangsa kita cenderung mencintai produk luar negeri dibandingkan produk dalam negeri. Budaya luar yang cenderung bebas dalam pergaulan kini menjadi trend di negeri ini. Agar kita tidak beroleh dampak negatif maka sudah selayaknya kita harus selektif dalam menentukan suatu pilihan. Tidak semua yang baru dan zetset itu baik kita harus pintar memilah disesuaikan dengan kebutuhan dan kebermanfaatannya.

Sarana pencapaian penyesuaian diri bagi manusia di manapun berada, tidak ada lain kecuali lewat kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Melalui kegiatan tersebut manusia dapat membuka kunci atas ketidak-tahuan terhadap


(13)

sesuatu menjadi tahu sesuatu, dari yang belum berbudaya menjadi berbudaya, baik lewat perubahan kognitif, afektif, psikomotorik dan fungsi sosialnya. Pada gilirannya, manusia akan mendapatkan posisinya dalam menyesuaikan diri secara beradab dengan lingkungan sosialnya.

Sehubungan itu, pemilikan instrumen kemampuan sebagaimana yang diamanatkan dalam tujuan pendidikan nasional secara utuh, barangkali hanya mungkin bisa dicapai melalui pendidikan dan pembelajaran yang akurat.Jujur saja, proses pendidikan dan pembelajaran yang berlangsung terutama di sekolah-sekolah saat ini ada kecenderungan semakin mengabaikan unsur mendidik dan pendidikan.Praktek pembelajaran di sekolah banyak mengalami pergeseran, yakni banyaknya aktivitas yang lebih menekankan pada aspek-aspek yang bersifat latihan mengasah otak. Padahal jika mengacu pada target capaian setiap jenjang tujuan, idealnya semua aktivitas pendidikan yang dirancang seharusnya mengintegrasikan dimensi-dimensi kognitif, afektif, psikomotorik, dan pembemberdayaan fungsi sosialnya.

Terlebih lagi, sejak digulirkannya Ujian Nasional dan UASBN, banyak sekolah mendisain sekolah berbasis Ujian Nasional.Semua pendekatan pembelajaran mengarah pada hasil ujian akhir.Ranah kognitif menjadi fokus utama, sedangkan untuk afektif dan psikomotor terabaikan.Tragisnya, untuk mencapai angka kelulusan maksimal, tidak sedikit sekolah melegalkan praktik kecurangan untuk membangun kepercayaan ke masyarakat.

Menurut Thomas Lickona (Sutawi, 2010), ada 10 aspek degradasi moral yang melanda suatu negara yang merupakan tanda-tanda kehancuran suatu bangsa. Kesepuluh tanda tersebut adalah:

1. meningkatnya kekerasan pada remaja 2. penggunaan kata-kata yang memburuk

3. pengaruh peer group (rekan kelompok) yang kuat dalam tindak kekerasan 4. meningkatnya penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas

5. kaburnya batasan moral baik-buruk, 6. menurunnya etos kerja


(14)

8. rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara 9. membudayanya ketidakjujuran

10.adanya saling curiga dan kebencian di antara sesama.

Dari kesepuluh tanda tersebut kebobrokan moral berakar dari ketidakjujuran, sikap tidak jujur menjadi santapan sehari-hari agar keinginannya dapat tercapai. Sulit sekali orang berkata jujur dan bahkan ketidakjujuran menjadi barang langka di negeri ini, sangat menyedihkan sekali.Atas dasar itulah maka pendidikan karakter menjadi amat penting. Pendidikan karakter menjadi tumpuan harapan bagi terselamatkanya bangsa dan negeri ini dari jurang kehancuran yang lebih dalam.

Meskipun belum ada rumusan tunggal tentang pendidikan karakter yang efektif, akan tetapi tidak ada salahnya jika kita mengikuti nasihat dari

Character Education Partnership bahwa untuk dapat mengimplementasikan

program pendidikan karakter yang efektif, seyogyanya memenuhi beberapa prinsip berikut ini:

1. Komunitas sekolah mengembangkan dan meningkatkan nilai-nilai inti etika dan kinerja sebagai landasan karakter yang baik.

2. Sekolah berusaha mendefinisikan “karakter” secara komprehensif, di dalamnya mencakup berpikir (thinking), merasa (feeling), dan melakukan (doing).

3. Sekolah menggunakan pendekatan yang komprehensif, intensif, dan proaktif dalam pengembangan karakter.

4. Sekolah menciptakan sebuah komunitas yang memiliki kepedulian tinggi.(caring)

5. Sekolah menyediakan kesempatan yang luas bagi para siswanya untuk melakukan berbagai tindakan moral (moral action).

6. Sekolah menyediakan kurikulum akademik yang bermakna dan menantang, dapat menghargai dan menghormati seluruh peserta didik, mengembangkan karakter mereka, dan berusaha membantu mereka untuk meraih berbagai kesuksesan.


(15)

8. Staf sekolah ( kepala sekolah, guru dan TU) adalah sebuah komunitas belajar etis yang senantiasa berbagi tanggung jawab dan mematuhi nilai-nilai inti yang telah disepakati. Mereka menjadi sosok teladan bagi para siswa.

9. Sekolah mendorong kepemimpinan bersama yang memberikan dukungan penuh terhadap gagasan pendidikan karakter dalam jangka panjang. 10.Sekolah melibatkan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam

upaya pembangunan karakter

11.Secara teratur, sekolah melakukan asesmen terhadap budaya dan iklim sekolah, keberfungsian para staf sebagai pendidik karakter di sekolah, dan sejauh mana siswa dapat mewujudkan karakter yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

Sekaitan dengan peningkatan nilai-nilai inti etika di sekolah, saya berharap agar sekolah-sekolah dapat menempatkan kejujuran sebagai prioritas utama dalam pengembangan program pendidikan karakter di sekolah. Gordon Allport menyebutkan bahwa kejujuran adalah mahkota tertinggi dari sistem kepribadian individu. Jadi sehebat apapun kepribadian seseorang jika di dalamnya tidak ada kejujuran, maka tetap saja dia hidup tanpa mahkota, bahkan mungkin justru dia bisa menjadi manusia yang berbahaya dan membahayakan.

Berangkat dari permasalahan tersebut dan tujuan pendidikan yang belum tercapai maka pendidikan yang berbasis karakter barangkali perlu dipertimbangkan sebagai pilihan yang tepat untuk membendung meluasnya degradasi kehancuran bangsa yang semakin akut. Konsep pendidikan yang berbasis karakter adalah konsep pendidikan yang bertumpu pada sifat dasar manusia dengan menggunakan tiga pilar utama, yaitu fitrah manusia kecenderungan berbuat baik, setiap anak memiliki kecerdasan yang berbeda-beda, setiap aktifitas hendaknya mempunyai tujuan. Implementasi aspek tersebut dapat dilakukan melalui langkah-langkah: (1) pembentukan moral peserta didik melalui pembiasaan dan pendampingan, (2) memberikan slogan yang mampu menumbuhkan kebiasaan baik dalam segala tingkah laku di


(16)

masyarakat dan sekolah, (3) pemantauan secara kontinyu atau pendampingan oleh guru terhadap peserta didik setiap saat.

Inovasi Pembelajaran Berbasis Karakter Sejak bergulirnya fenomena di atas, pada tahun-tahun belakangan ini dunia pendidikan terus mendapatkan

sorotan dan “pressure” dari berbagai kalangan seiring dengan rendahnya

kualitas prestasi belajar siswa yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan formal, khususnya di tingkat pendidikan dasar dan menengah. Kondisi ini ditengarai sebagai akibat dari iklim akademik yang tidak kondusif. Implikasi dari merosotnya kualitas prestasi belajar siswa tersebut berdampak pada kurang siapnya para lulusan pada level-level tersebut untuk berkiprah secara mandiri di masyarakat.

Nilai-nilai etika dan estetika telah terbonsai dan terkerdilkan oleh gaya hidup instan dan konstan. Banyak pejabat yang korup dan semakin merajalela, banyak dokter yang mall praktik, guru yang tidak professional dengan mengabaikan tugasnya sebagai guru dibuktikan dengan banyaknya guru-guru yang ada di mal-mal pada saat jam sekolah, dan penghianat intelektual lainnya. Ini merupakan kenyataan dan harus menjadi pemerhati dari berbagai aspek dimulai dengan membangun jati dirinya sendiri.

Seorang pendidik mengingini peserta didik yang mempunyai jati diri yang positif ini dapat tercapai dimulai dengan jati diri seorang pendidik tersebut, setiap yang ia katakan harus bersesuaian dengan norma dan harus menjadi contoh yang baik. Diharapkan kata karakter jangan hanya menjadi asupan gizi saja tetapi harus diterapkan dan harus berproses dengan melakukan perubahan kearah yang lebih baik dari individu masing-masing yang nantinya akan berakumulasi dan menjadi sinergi bagi bangsa Indonesia.

Pembinaan karakter terhadap peserta didik merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh pendidik untuk membangun kembali atau mewujudkan jati diri bangsa yang merupakan pancaran atau tampilan karakter bangsa, kita harus menyepakati terlebih dahulu tentang arti dan peran penting karakter serta pemahaman membangun karakter untuk dapat melakukan kegiatan membangun kembali jati diri bangsa. Bangsa yang didorong oleh semangat


(17)

dan karakter bangsanya akan menjadi bangsa yang maju dan jaya, sedangkan bangsa yang menjadi kehilangan karakter bangsanya akan terhapus dari muka bumi.

Pembinaan karakter dapat dilakukan melalui kegiatan menulis. Seperti kita ketahui bahwa menulis merupakan suatu kegiatan mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui lambang-lambang atau tulisan. Ketika seseorang menulis ia menuangkan buah hasil pikirannya dan dari hasil pemikirannya itu diharapkan menuangkan tulisan yang berkarakter dengan pembinaan karakter yang dilakukan oleh pendidik sebelumnya.

Pada hakikatnya fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan agar siswa terampil berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan. Pembelajaran bahasa selain untuk meningkatkan keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir, mengungkapkan gagasan, perasaan, pendapat, persetujuan, keinginan, penyampaian informasi tentang suatu peristiwa dan kemampuan memperluas wawasan.

Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia haruslah diarahkan pada hakikat Bahasa dan Sastra Indonesia sebagai alat komunikasi. Sebagaimana diketahui bahwa sekarang ini orientasi pembelajaran bahasa berubah dari penekanan pada pembelajaran aspek bentuk ke pembelajaran yang menekankan pada aspek fungsi. Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses negoisasi pesan dalam suatu konteks atau situasi menurut Sampson (Depdiknas 2005:7).

Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan, tidak hanya penting dalam kehidupan pendidikan, tetapi juga sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Keterampilan menulis itu sangat penting karena merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh siswa. Dengan menulis siswa dapat mengungkapkan atau mengekspresikan gagasan atau pendapat, pemikiran, dan perasaan yang dimiliki. Selain itu, dapat mengembangkan daya pikir dan kreativitas siswa dalam menulis.


(18)

Menulis merupakan pilihan sesorang dan memerlukan kesadaran untuk berproses secara kretaif yang terus menerus. Karena itu yang dibutuhkan dalam proses kreatif menulis bukanlah hal yang instan tetapi memerlukan kesabaran dan ketekunan yang bisa dimulai dari kebiasaan sehari-hari. Kita harus semangat dalam menulis karena semangat merupakan modal utama untuk menulis. Semangat menulis dapat diibaratkan dengan keimanan kita kepada Tuhan. Terkadang iman kita kuat dan terkadang iman kita turun. Ketidakstabilan itu dapat dipupuk dengan siraman rohani, agar iman menjadi kuat kembali. Begitupun dengan menulis semangat dapat disiram dengan merasakan penyesalan yang teramat dalam apabila kita menghabiskan waktu dengan sia-sia tanpa melakukan apapun yang bermakna dalam hidup kita.

Semangat menulis dapat dipupuk dengan kita bergabung dengan orang-orang yang suka dengan menulis, sehingga jika kita sudah malas dengan kegiatan menulis teman yang lain dapat member motivasi lagi pada kita. Karena yang dibicarakan adalah tentang kegiatan menulis dan hasi tulisannya sehingga kita termotivasi untuk menulis kembali. Kedua semangat menulis dapat dipacu dengan kita selalu aktif dlam rajin mengikuti acara-acara kepenulisan. Misalnya kegiatan resmi seperti seminar, work shop, diskusi maupun pelatihan. Dengan acara formal tersebut sama dengan kita berguru dan kita juga bisa langsung mendatangi penulis untuk berguru pada mereka. Ketiga cara yang ampuh untuk memotivasi kita untuk menulis dengan aktif berinteraksi dengan media massa dengan rajin membaca media massa dan majalah-majalah sehingga kita mengetahui kejadian-kejadian terkini, kemudian kita rajin mendatangi toko buku untuk menambah wawasan.

Menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Bahwa menulis adalah suatu kegiatan yang aktif dan produktif serta memerlukan cara berpikir yang teratur yang diungkapkan dalam bahasa tulis. Keterampilan seseorang untuk mengungkapkan ide, pikiran, gagasan, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman sebagai suatu keterampilan yang produktif. Menulis dipengaruhi oleh keterampilan produktif lainnya, seperti aspek berbicara maupun keterampilan


(19)

reseptif yaitu aspek membaca dan menyimak serta pemahaman kosa kata, diksi, keefektifan kalimat, penggunaan ejaan dan tanda baca.

Agar siswa terampil dalam menulis sudah menjadi kewajiban bagi guru untuk menumbuhkembangkan bakat siswa, salah sebuah contoh yang dapat memberi motivasi bagi siswa dengan cara mengajak siswa berdiskusi dan memperlihatkan contoh tulisan yang ada di media massa. Bayangkan dan hayati bacaan yang ada di media massa jika penulisnya adalah diri kita sendiri alangkah bangganya kita. Tulisan yang kita buat dapat dibaca oleh ribuan orang dan dengan tulisan itu kita akan terkenal. Dengan cara itu dapat memotivasi semangat kita untuk menulis.

Kreatif menulis puisi merupakan kreativitas kita dalam memilih diksi yang akan dituangkan kedalam puisi. Pemilihan diksi itu dapat memengaruhi makna puisi. Agar kita terampil dalam memilih diksi maka kita harus dapat mendokumentasikan kata-kata yang bermakna. Karena puisi merupakan tulisan yang padat makna.

Belajar puisi adalah belajar mengungkapkan kata-kata secara puitis/menarik yang pembacaannya dengan berbagai intonasi. Ada banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam pembelajaran puisi karena materi puisi itu sendiri merupakan materi yang menarik. Namun, fenomena sekarang puisi menjadi hal yang tidak menarik. Itu karena pengaruh dari proses pembelajaran yang mungkin kurang sesuai. Untuk itu, guru dapat memilih menggunakan model pendidikan karakter sebagai salah satu cara dalam memotivasi siswa serta usaha untuk mengubah pola pikir bahwa belajar puisi itu menyenangkan dan mudah dengan mengungkapkan segala bentuk perasaan melalui tulisan yang dituangkan dalam sebuah karya sastra yang berbentuk puisi.

Menurut Rahmanto (2005: 16) pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat, yaitu: (1) membantu keterampilan berbahasa, (2) meningkatkan pengetahuan budaya, (3) mengembangkan cipta dan karsa, (4) menunjang pembentukan watak. Pengajaran sastra mempunyai peranan dalam mencapai pelbagai aspek dari


(20)

tujuan pendidikan dan pengajaran seperti aspek pendidikan susila, sosial, perasaan, sikap penilaian dan keagamaan.

Salah satu cara untuk mengembangkan apresiasi sastra pada anak didik adalah dengan pengajaran puisi. Melalui puisi siswa dapat memperkaya kehidupan batin, menghasilkan budi, membangkitkan semangat hidup, dan mempertinggi rasa ketuhanan dan keimanan. Menikmati puisi memang jauh lebih sukar dibanding dengan menikmati cerita pendek, roman, atau novel.

Seperti yang kita ketahui, musik atau lagu bisa memberikan efek yang sangat dalam bagi pendengarnya. Bahkan kabar terkini yang telah kita ketahui bersama, bayi dalam kandungan pun bisa dipengaruhi dengan lagu yang diputar dekat dengan perut ibunya. Dengan dasar ini pendidik bisa menggunakan lagu-lagu dan musik (musikalisasi puisi) untuk mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam benak peserta didik.

Pengertian puisi memang harus berpijak dari pengalaman kita sendiri tentang puisi, akan tetapi dalam memahami karakter puisi penting untuk dilakukan sebagai dasar untuk menulis puisi. Karakter ini sekaitan dengan ciri-ciri puisi secara universal yang pastinya dimiliki baik secara sebagian atau menyeluruh. Pemahaman karakter ini harus selalu diolah oleh penulisnya sendiri, dengan cara banyak membaca puisi para penyair dan melakukan pengkajian puisi tersebut. Pemahaman karakter puisi menjadi modal dalam kita berkarya untuk menulis puisi.

Peningkatan pembelajaran menulis puisi pada usia remaja seperti siswa Sekolah Menengah Tingkat Atas sangatlah penting. Di sisi lain, dalam pembelajaran menulis puisi siswa masih terdapat berbagai kendala. Kendala yang dimaksudkan adalah kurangnya repertoar bahasa sehingga siswa mengalami kesulitan dalam pemakaian diksi yang tepat, kurangnya 3 pemahaman tentang penggunaan gaya bahasa (majas), kurangnya pencitraan, penggunaan lambang.

Penelitian yang diterapkan pada siswa SMA Negeri 18 Bandung ini merupakan bagian dari mata pelajaran Bahasa Indonesia. Mengingat betapa pentingnya manfaat pengajaran apresiasi puisi bagi siswa, maka kompetensi


(21)

puisi perlu ditingkatkan. Standar kompetensi apresiasi puisi adalah siswa mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui kegiatan menulis puisi. Kompetensi dasarnya adalah menulis puisi baru dengan memperhatikan bait, irama, dan rima.

Sementara itu, sejak diberlakukannya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004 yang kemudian menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, pembelajaran sastra di Sekolah Menengah Atas mendapatkan peluang untuk meningkatkan pengetahuan bersastra, setidak-tidaknya secara konseptual teoritis. Pada KTSP 2006 pelajaran sastra mendapatkan porsi yang seimbang dengan pelajaran bahasa Indonesia. Namun, dalam kurikulum ini belum cukup, masih perlu adanya berbagai faktor untuk mencapai tujuan pembelajaran sastra yang apresiasif dan produktif, seperti adanya buku sastra yang memadai, media pendukung, waktu pembelajaran yang cukup, bahan pembelajaran sastra, dan guru sastra yang profesional.

Pengajaran sastra mampu dijadikan sebagai pintu masuk dalam penanaman nilai-nilai moral seperti kejujuran, pengorbanan, demokrasi, santun dan sebagainya.

Berbagai upaya yang bisa dilakukan pendidik melalui pembelajaran sastra yang disertakan pula pendidikan karakter di dalam penyampaiannya, baik melalui puisi, lagu, cerpen, novel, drama, dan cerita rakyat nampaknya akan mampu membawa pendidikan karakter untuk masuk ke dalam jiwa peserta didik dan secara umum dan akan merubah karakter bangsa kita menuju yang lebih baik.

Berangkat dari pengalaman empirik dan fenomena yang ada sebagai buah hasil pendidikan dengan pelbagai problematikanya, penulis mengangkat suatu kajian deskriptif yang menganalisis data berkenaan dengan model pendidikan karakter siswa melalui pembelajaran menulis puisi di sekolah SMA Negeri 18 Bandung.


(22)

B. Identifikasi Masalah

1. Setiap periode penulisan puisi memiliki unsur-unsur pembentuk puisi dan terdapat ciri estetik dan ciri ekstra estetik.

2. Penanaman nilai-nilai moral merupakan upaya untuk menghasilkan individu yang memiliki jati diri yang positif yang akan mempengaruhi kehidupan suatu bangsa yang merupakan upaya pembentukan karakter 3. Keterampilan menulis dapat memudahkan kita merasakan dan menikmati

hubungan-hubungan, memperdalam daya tanggap atau persepsi kita memecahkan masalah-masalah yang kita hadapi, menyusun urutan bagi pengalaman dan dapat membantu kitadalam menjelaskan pikiran-pikiran kita.

4. Menulis puisi merupakan salah satu upaya untuk melestarikan kesenian dan kebudayaan.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Adapun yang menjadi masalah penelitian dapat ditemukan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah unsur-unsur pembentuk puisi lirik dalam periode puisi modern?

2. Bagaimanakah model pendidikan karakter dalam pembelajaran menulis puisi?

3. Apakah pembelajaran menulis puisi dapat mengembangkan nilai-nilai pada pendidikan karakter?

4. Bagaimanakah kemampuan siswa dalam menulis puisi?

5. Adakah hubungan hasil belajar menulis puisi dengan pembentukan karakter siswa?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah:

1. Untuk mengetahui unsur-unsur pembentuk puisi liris dalam sastra Indonesia modern.


(23)

2. Untuk merancang pendidikan karakter dalam wadah yang lebih komprehensif dan lebih bermakna melalui pembelajaran menulis puisi. 3. Untuk membuat model pembelajaran menulis puisi yang mampu

mengembangkan nilai-nilai pada pendidikan karakter yang meliputi komponen-komponen dan pelaksanannya.

4. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis puisi.

5. Untuk mengetahui hubungan hasil belajar menulis puisi dengan pembentukan karakter siswa.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini, ialah:

1. Memberikan sumbangan bermakna terhadap dunia pendidikan khususnya dalam bidang pembelajaran.

2. Memberikan makna bagi tercapainya tujuan pendidikan nasional selain pandai pun menghasilkan peserta didik yang berkarakter dengan jati diri yang positif.

3. Memberikan makna pada ilmu kajian keterampilan berbahasa khususnya keterampilan menulis, yaitu kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari maju atau tidaknya komunikasi tulis bangsa tersebut (Tarigan,2008:20)

4. Bagi orang tua dan guru yang dapat menghasilkan peserta didik yang terampil menulis puisi yang berkarakter.

5. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif dalam pembelajaran menulis puisi dengan model pendidikan karakter.


(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan

(research and developments) atau (R&D) yang mengacu pada Borg clan Gall

(2003), yang diadaptasi Oleh Sugiono (2008:407), dan dijadikan sebagai pegangan oleh peneliti dengan penyesuaian seperlunya sesuai dengan kondisi di lapangan. Penyesuaian atau modifikasi tersebut dilakukan bukan berarti metode R&D hasil adaptasi Sugiono dianggap masih ada kekurangan sebagai metode pegembangan melainkan masih perlu penyesuaian atau modifikasi tersebut dimaksudkan untuk mencari formulasi yang efektif guna mendapatkan hasil pembelajaran yang diharapkan.

Pemilihan menggunakan metode R&D dalam penelitian ini didasarkan atas tujuan penelitian untuk mengembangkan metode pembelajaran. Menurut peneliti alur metode R&D dipandang tepat untuk mengembangkan sebuah model pembelajaran.

Adapun alur penelitian R&D tersebut secara rinci diawali dengan kegiatan studi pustaka lalu diteruskan dengan studi lapangan untuk melihat pola pembelajaran yang diterapkan selama ini oleh guru. Setelah melakukan analisis temukan, berikutnya peneliti mendesain model pembelajaran yang akan dicobakan. Desain model diujicobakan ke sampel terbatas yang ditetapkan, lalu dievaluasi dan diperbaiki bila masih terdapat kelemahan. Hasil evaluasi dan perbaikan tersebut dijadikan sebagai model hipotetik. Model hopotetik berikutnya diterapkan dalam pembelajaran di kelas sebagai pemberlakuan tahap pertama lalu dievaluasi den disempurnakan bila dipandanng masih terdapat kekurangan atau kelemahan yang masih terdapat kekurangan atau kelemahan yang masih muncul, berikutnya diterapkan kembali dalam pembelajaran di kelas sebagai pemberlakuan tahap kedua, lalu dievaluasi dan disempurnakan kembali bila masih terdapat kelemahan. Demikian seterusnya sampai penelitian tersebut mendapatkan hasil yang diharapakan.


(25)

Istilah pemberlakuan yang diutamakan dalam penelitian ini merupakan bentuk modifikasi istilah ujicoba meluas dalm metode R&D, dan dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan tujuan penelitian ini. Tujuan penelitian ini terutama adalah ingin mengetahui hasil belajar siswa dan hasil observasi kegiatan guru dan siswa dalam setiap implementsi pemberlakuan.

Hasil penelitian tersebut setelah dinyatakan memenuhi harapan atas peningkatan yang dicapai, maka berikutnya model tersebut ditetapkan sebagai model final.

B. Langkah-langkah Penelitian

Sesuai dengan paradigms R&D, penelitian ini dirancang dalam tiga tahap yaitu, tahap pendahuluan yang meliputi studi pustaka studi lapangan dan analisis temuan, tahap pengembangan yang meliputi desain model, ujicoba dalam sampel terbatas, evaluasi dan melakukan perbaikan jika dipandang masih terdapat kelemahan. Hail evaluasi dan perbaikan dari ujicoba terbatas tersebut dijadikan dasar untuk memunculkan model hipotetik. Selajutnyaa model hipotetik diterapkan di kelas sebagai pemberlakuan tahap pertama, lalu dievaluasi dan disempurnakan bila masih terdapat kekurangan dan kelemahan, berikumya diterapkan kembali sebagai pemberlakuan tahap kedua lalu dievaluasi dan disempurnakan kembali bila masih terdapat kekurangan dan kelemahan yang masih muncul. Demikian seterusnya sampai hasil pemberlakuan model tersebut mencapai target yang diharapkan. Tahap berikutnya adalah tahap akhir, yang berisi simpulan hail tes dari implementsi model bilamana model tersebut dipandang telah memenuhi harapan, maka berikutnya model tersebut dianggap sebagai model final yang layak untuk digunakan dalam model pembelajaran menulis puisi yang berorientasi pendidikan karakter di SLTA pada umumnya.

Adapun tahap-tahap kegiatan R&D yang disusun dan diimplementasikan dengan menggunakan model pembelajaran menulis puisi yang berorientasi pendidikan karakter tersebut selengkapnya adalah sebagai berikut :


(26)

I. TAHAP STUDI PENDAHULUAN

STUDI PUSTAKA Studi Lapangan tentang Model Pembelajaran Tradisional

Analisis Temuan

II. TAHAP STUDI PENGEMBANGAN

Evaluasi dan Perbaikan Uji Coba Terbatas

Desain Model pembelajaran menulis puisi yang berorientasi

pendidikan karakter r

Penysusunan Perangkat pembelajaran menulis puisi yang

berorientasi pendidikan karakter

Evaluasi danPenyempurnaan

Pemberlakuan II Pemberlakuan I

Evaluasi dan Penyempurnaan Model Hipotetik

Pemberlakuan III

Terselesaikan Belum

Terselesaikan

Dilanjutkan

TAHAP AKHIR

HASIL FINAL

Gambar : Tahap-tahap Kegiatan Penelitian dan pengembangan Model pembelajaran menulis puisi yang berorientasi pendidikan karakter


(27)

1. Tahap Studi Pendahuluan

1) Kajian Pustaka, diarahkan pada kajian teori. Kajian teori dilakukan untuk mencari landasan dan model pembelajaran menulis puisi yang berorientasi pendidikan karakter. Kajian teori tersebut meliputi (l) hakekat sastra, yang mengupas tentang pengertian sastra dan fungsi sastra; (2) karakteristik puisi, yang mengupas tentang pengertian puisi, jenis-jenis puisi, dan periodisasi puisi (3) pengertian apresiasi puisi; (4) model-model pembelajaran yang mengupas tentang model Gordon, model Strata, model Moody, model Rodrigues-Badaczewski model elaborasi, model konstruktivisme, dan model Taba; 5) model pendidikan karakter, 6) pembelajaran apresiasi dengan model pembelajaran menulis puisi yang berorientasi pendidikan karakter dan 7) pembelajaran langsung. Sementara itu, hasil riset secara gamblang diuraikan dalam rumusan masalah. Adapun hasil riset dikaji untuk menggali informasi secara mandalam terhadap kelebihan dan kekurangan model pendidikan karakter.

2) Studi lapangan, dimaksudkan untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang pembelajaran extra (puisi) yang dilakukan selama ini oleh guru di sekolah tempat peneliti akan melakukan penelitian. Hal ini dilalukan sebagai dasar dalam menentukan model yang sesuai untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam aprisiasi puisi.

3) Penyajian desain penlitian, menyusun rancangan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran menulis puisi yang berorientasi pendidikan karakter.

2. Tahap Studi Pengembangan

1) Mendesain model pendidikan karakter dalam kegiatan ini peneliti membuat skenario pembelajaran pendidikan karakter yang meliputi (1) menyiapkan materi pembelajaran, (2) prosedur pembelajaran, dan (3) sistem evaluasi. 2) Ujicoba terbatas dalam kegiatan ini peneliti melakukan implementsi model

pendidikan karakter yang telah dirancang tersebut dengan mengujicobakan pada sampel terbatas di SMA Negeri 18 Bandung yang bukan kelas


(28)

perlakuan.

3) Evaluasi dan perbaikan, dalam kegiatan ini peneliti melakukan refleksi model pendidikan karakter terhadap kekurangan yang muncul setelah dilakukan ujicoba terbatas tersebut.

4) Model hipotetik, dalam kegiatan ini peneliti membuat skenario pembelajaran model pendidikan karakter yang telah disempurfnakan dari hasil implementasi pada tahap ujicoba terbatas tersebut.

5) Pemberlakuan pertama dalam kegiatan ini peneliti melakukan implementasi model hipotetik pendidikan karkter yang pertama dengan merefleksi kekurangan yang muncul dari implementasi model pendidikan karakter pada tahap ujicoba tersebut.

6) Evaluasi dan penyempurnaan, dalam kegiatan ini peneliti melakukan evaluasi terhadap hail implementsi pada tahap pemberlakuan pertama, berikutnya melakukan penyempumman lebih lanjut terhadap kekurangan yang muncul pada implementasi tersebut.

7) Pemberlakuan kedua, dalam kegiatan ini peneliti melakukan implementsi model hipotetik pendidikan karakter yang kedua dengan merefleksi kekurangan yang muncul dari implementasi model hipotetik pembelajaran menulis puisi yang berorientasi pendidikan karakter pertama.

8) Evaluasi den penyempurnaan; dalam kegiatan ini peneliti melakukan evaluasi terhadap hasil implementsi pada tahap pemberlakuan kedua, berikutnya dilakukan penyempurn lebih lanjut terhadap kekurangan yang muncul pada implementsi tersebut.

9) Pemberlakuan ketiga, dalam kegiatan ini peneliti melakukan implementsi model pendidikan karakter yang ketiga dengan merefleksi kekurangan yang muncul dari implementsi model hipotetik pendidikan karakter kedua. Dalam pemberlakuan model hipotetik pendidikan karakter ketiga ini jika dipandang telah memenuhi harapan maka dianggap telah terselesaikana tetapi jika dipadang masih belum memenuhi harapan dapat dilanjutkan pada pemberlakuan keempat, kelima dan seterusnya sampai mencapai batas target yang ditetapkan.


(29)

3. Tahap Akhir

Pada tahap akhir ini model hipotetik pendidikan karakter yang telah mengalami proses pengujian dan penyempurnaan medalalui pemberlakuan- pemberlakuan tersebut dinyatakan telah dianggap baik. Oleh karena itu, model tersebut dinyatakan sebagai model final dan dapat diimplementasikan secant luas di sekolah-sekolah menengah atas khususnya di SMA 18 Kota Bandung, dan pada sekolah-sekolah menengah secara umum.

Skenario penerapan model pembelajaran menulis puisi yang berorientasi pendidikan karakter adalah sebagai berikut :

 Pembukaan, durasi waktu 6 menit

 Nyanyian, durasi waktu 7 menit

 Pemutaran video, durasi waktu 7 menit

 Menulis puisi, durasi waktu 30 menit

 Diskusi kelompok, durasi waktu 40 menit

C. Data dan Sumber Data Penelitian

1. Data Penelitian

Data penelitian ini adalah kemampuan mengapresiasi puisi seluruh siswa kelas X SMA Negeri 18 Bandung. Data kemampuan mengapresiasi puisi siswa tersebut akan diambil melalui hasil tes dan hail observasi kegiatan di kelas selama proses pembelajaran mengutamakan model pembelajaran menulis puisi yang berorientasi pendidikan karakter dilakukan. Selain itu, data tentang tanggapan siswa terhadap pembelajaran model pendidikan karakter akan


(30)

dinmbil dart penyebaran angket kepada siswa.

2. Sumber Data Penelitian

a. Populasi

Populisi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X.1 dan X.2 Sekolah Menengah Atas Negeri 18 Bandung yang berjumlah 80 orang siswa. Dipilihnya kelas X sebagai subjek penelitian karena mengacu pada assessment yang dilakukan oleh TIMSS yang menyebut kelompok WIl sebagai sasaran assessment. Pertimbangan dari TIMSS Tess adalah kedua kelas tersebut efektif untuk pengujian metoede, bahan dan strategi pembelajaran.

b. Sampel

Sampel penelitian adalah siswa kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 18 Kota Bandung yang berjumlah sebanyak 40 orang siswa, sehingga jumlah sampel secara keseluruhan adalah 40 orang siswa.

D. Teknik Penelitian

1. Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian ini akan dikumpulkan melalui tes tertulis dan observasi kegiatan siswa di kelas selama proses pembelajaran berlangsung. Selain itu, data guru dikumpulkan melalui observasi kegiatan guru di kelas selama pengelolaan proses pembelajaran berlangsung, dan data tentang tanggapan siswa diambil dari penyebaran angket kepada siswa. Penyebaran angket dilakukan setelah semua proses implementeasi pemberlakuan pembelajaran model pendidikan karakter berakhir. Angket yang disebarkan oleh angket


(31)

berupa angket tertutup, dan siswa tidak diminta pendapatnya.

2. Teknik Analisis

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki (1988) menyatakan”Analisis telah mulai seja merumuskan dan menjelaskan masalah,sebelum terjun kelapangan,dan berlangsung terus sampai penulis hasil peneliti. Analisi data menjadi menjadi pegangan menjadi

penelitian selanjutnya sampai jika mungkin,teori yang”grounded”,namun

dalam penelitian kualitatif,analisis data lebih difokuskan selama proses dilapangan bersama dengan pengumpulan data. Proses analisis data dalah sbb : 1) Penghitungan selisih hasil setiap pemberlakuan.

2) Penghitungan rata-rata (mean) dalam simpangan baku (stander deviasi) skor hasil belajar siswa dalam kemampuan mengapresiasi puisi.

3) Pengujian perbedaan rata-rata hasil belajar siswa dalam mengapresiasi puisi antara pemberlakuan I dengan pemberlakuan II, pemberlakuan II dengan pemberlakuan III, dan pemberlakuan I dengan pemberlakuan III.

4) Rumus uji t yang digunakan adalah uji t sampel berpasangan,yaitu Statistik Uji :

Dengan � =�1

Bi = beda (selisih Antara data setiap pemberlakuan) SB = standar deviasi dari data beda

5) Menentukan dasar taraf signifikasi (α) yaitu 5% atau 0a05. 6) Memeriksa t dari tabel pada taraf signifikasi 0,05 dan dk = n-l.


(32)

7) Menentukan beda rata-rata apakah t hitung signifikasi atau tidak.

E. Instrumen Penelitian

1. Bentuk Tes

Kemampuan siswa mengapresiasi puisi akan diketahui melalui hasil tes tentang unsur-unsur pembangunan puisi. Tes yang akan digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam mengapresiasi puisi, yang ditunjukkan oleh kemampuan siswa mengurai unsur-unsur pembangum puisi adalah mengacu pada tes kesastraan Nurgiantoro ( 1987: 296) yang diadaptasikan berdasarkan taksonomi Bloom. Adapun tes kesastraan yang disusun dalam penelitian ini berkisar antara tingkat pemahaman (C2) sampai. dengan tingkatt analisis (C5). Unsur-unsur pembangunan puisi yang akan diujikan siswa meliputi: judul, tema, amanat. nada, suasana, rima, imaji, pesan moral, tipografi, dan penetapan,

2. Alat Bantu Observasi

Di samping menggunakan instrumen tes, penelitian ini juga menggunakan pedoman observasi kegiatan siswa. Pedoman observasi digunakan untuk mengambil data kegiatan siswa di kelas selama proses pembelajaran berlangsung. Pedoman observasi juga digunakan c mengambil data kegiatan guru selama proses pengelolaan pembelajaran berlangsung.

3. Bentuk Angket

Untuk mengetahui informsi tentang tanggapan siswa terhadap pembelajamn model pendidikan karakter, dalam penetitian ini juga


(33)

menggunakan angker. Angket akan disebarkan kepada siswa yang menjadi objek penelitian. Penyebaran angket haanya dilakukan kepada siswa yang menjadi sampel penetitian ini.

F. Indikator keberhasilan siswa

Yang dijadikan indicator keberhasilan penelitlan ini adalah apabila kemampuan siswa: dalam mengapresiasi puisi dapat meningkat. Peningkatan tersebut diketahui dari hasil evaluasi yang diperoleh selama proses pemberlakuan pembelajaran model pendidikan karakter, baik metalalui tes maupun observasi kelass yang elajar selama proses pembelajaran berlangsung, serta tanggapan siswaterhadap pengembangan pembelajaran model pembelajaran menulis puisi yang berorientasi pendidikan karakter yang berhasil direkam melalui angket.


(34)

BAB V

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN

A. Model Pembelajaran Menulis Puisi Berorientasi Pendidikan Karakter SILABUS

ANALISIS PUISI KD 16

Sekolah : SMA Negeri 18 Bandung

Kelas/Semeater : X/2

Standar Kompetensi : Memahami puisi, analisis puisi dan dari analisis puisi ini diharapkan siswa dapat memberikan pemaknaan dan beroleh pengalaman yang dapat dijadikan inspirasi dalam menuliskan puisi.

Kompetensi Dasar : Memahami teori puisi yang didalamnya ada unsur-unsur puisi meliputi struktur puisi, imaji atau pencitraan dan unsur afektif dalam puisi.

Alokasi Waktu : (6 x 45 menit)

Materi Pokok atau Bahan Ajar

Kegiatan Pembelajaran atau Pengalaman

Belajar Siswa

Indikator Penilaian Alokasi

waktu

Sumber Belajar

PUISI Memperlihatkan

pembacaan puisi dengan menggunakan pemutaran video Siswa mencoba mengapresiasikan puisi yang dilihatnya Pembacaan puisi

Kognitif : Siswa diberi tontonan video tentang tokoh idola dan pembacaan puisi oleh penyair dan gurunya. Dari hasil tontonan tersebut siswa mencoba mengapresiasikan puisi dengan menyebutkan hakikat puisi dan unsur

Pengamatan

Pengamatan

6x2 JP Pemutaran

video tokoh idola “Hellen -Keller”.


(35)

oleh gurunya Siswa memberi kritikan atas puisi yang telah dibacakan

Berdiskusi tentang puisi dan unsur-unsur dalam puisi menurut pandangan siswa (inkuiri) dari puisi yang dihasilkan. Guru membagi kelompok yang akan mempresentasikan puisi yang telah dibuat, dari puisi temannya yg sudah dinilai oleh anggota kelompoknya. ( puisi yang terbaik) Kegiatan menganalisis puisi dan Pembahasan dengan berdiskusi. (Buzz-group) fisik puisi. Produk: Siswa mengungkapkan pikiran dan persaannya melalui kegiatan menulis puisi. Proses: Siswa diguyur untuk menghasilkan puisi melalui proses kreatif menulis puisi dimulai dari pencarian ide, pilihan kata dan belajar

mendokumentasikan kata-kata yang akan dituangkan kedalam puisinya.

Psikomotorik:

Pencarian ide dari hasil tontonannya, mencari pilihan kata yang tepat, mendokumentasikan kata-kata, merangkai kata dan kedalam puisi. Afektif: Setiap

kejadian yang terjadi dalam hidupnya dan apa yang dirasakan dapat dituangkan kedalam puisi. Karakter: menemukan nilai-nilai kehidupan dari apa yang dilihat, dirasa dan

diimplementasikan kedalam sastra melalui kegiatan berekspresi. Tes Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan


(36)

Keterampilan sosial: berdiskusi ( saling bertanya dan berpendapat), berkomunikasi, saling menghargai teman, dapat mengambil keputusan, kejujuran, menemukan nilai-nilai kehidupan.

RPP SMA: Menulis Puisi

Satuan Pendidikan : SMA Negeri 18 Bandung

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : X/2

Materi Pembelajaran : Menulis Puisi Alokasi Waktu : 6 (2 x 45 menit)

I. Standar Kompetensi : 16. Mengungkapkan keindahan alam dan pengalaman melalui kegiatan menulis kretif puisi

II. Kompetensi Dasar : 16.1. Menulis kretif puisi berkaitan dengan tokoh idola.

III. Indikator :

A. Kognitif:

Siswa diberi tontonan video tentang tokoh idola dan pembacaan puisi oleh penyair dan gurunya.

Produk:

Dari hasil tontonannya tersebut siswa ditugasi oleh gurunyan untuk menulis puisi.


(37)

Proses: Siswa diguyur untuk menghasilkan puisi melalui proses kreatif menulis puisi dimulai dari pencarian ide, pilihan kata dan belajar mendokumentasikan kata-kata yang akan dituangkan kedalam puisinya.

B. Psikomotor: Pencarian ide dari hasil tontonannya, mencari pilihan kata yang tepat, mendokumentasikan kata-kata, merangkai kata dan kedalam puisi.

C. Afektif: Setiap kejadian yang terjadi dalam hidupnya dan apa yang dirasakan dapat dituangkan kedalam puisi.

Karakter: menemukan nilai-nilai kehidupan dari apa yang dilihat, dirasa dan diimplementasikan kedalam sastra melalui kegiatan berekspresi.

Keterampilan sosial: berdiskusi ( saling bertanya dan berpendapat), berkomunikasi, saling menghargai teman, dapat mengambil keputusan, kejujuran, menemukan nilai-nilai kehidupan.

IV.Tujuan Pembelajaran:

Produk: Siswa mampu menulis puisi yang merupakan ungkapan dan perasaan yang dituangkan kedalam bentuk puisi.

Proses: memperlihatkan tontonan tentang tokoh idola dan pembacaan puisi oleh penyair dan gurunya sebagai cara untuk membangkitkan imajinasi siswa dalam pencarian ide.

Psikomotor: Pencarian ide dari hasil tontonannya, mencari pilihan kata yang tepat, mendokumentasikan kata-kata, merangkai kata dan kedalam puisi.


(38)

Pengembangan Karakter: menemukan nilai-nilai kehidupan dari apa yang dilihat, dirasa dan diimplementasikan kedalam sastra melalui kegiatan berekspresi.

Keterampilan Sosial: berdiskusi ( saling bertanya dan berpendapat), berkomunikasi, saling menghargai teman, dapat mengambil keputusan, kejujuran, menemukan nilai-nilai kehidupan.

V. Metode Pembelajaran

Pendekatan pembelajaran : Pendekatan inkuiri, pendekatan keterampilan proses, pendekatan induktif, pendekatan role playing.

Strategi Pembelajaran : Pembelajaran berbasis siswa

Model pembelajaran : Model gabungan dari pembelajaran menulis puisi yang berorientasi pendidikan karakter. (inkuiri, pembelajaran kooperatif)

Metode pembelajaran : Demonstrasi, eksperimen, diskusi dan klarifikasi nilai.

VI.Proses Pembelajaran

Pendahuluan (+ 10 menit)

Kegiatan Tahap Pembelajaran

 Sebelum memulai pembelajaran guru menghapus papan tulis yang masih kotor dan melihat kondisi kelas apakah sudah siap dilakukan pembelajaran atau belum (memberi contoh membiasakan hidup

Eksplorasi


(39)

bersih)

 Guru mengabsent siswa dengan menanyakan siapa diantara teman kalian yang tidak hadir dan siswa menjawab pertanyaan guru dengan memberikan alasan temannya kenapa tidak hadir dan memberikan bukti fisik (membiasakan siswa bersikap jujur dan rasa saling percaya antara guru dan murid)

 Untuk menyatukan pola bahasa dan menyamakan rasa guru menggunakan teknik bernyanyi berjudul “Jagalah Hati” dari AA Gym

Konfirmasi

Kegiatan Inti (+ 70 menit )

Kegiatan Tahap Pembelajaran

 Guru memutar video puisi tentang tokoh idola “Hellen -keller”, dan pemutaran video puisi yang dibacakan oleh penyair dan gurunya setelah itu siswa mengapresiasi puisi yang telah di tonton.

 Guru mengomunikasikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dari

pembelajaran ini.

 Guru menugasi siswa menulis puisi dari hasil

Eksplorasi

Elaborasi

Konfirmasi


(40)

tontonannya, kemudian puisi yang dihasilkan dinilai oleh temannya dan puisi hasil penilaian temannya di presentasikan, kemudian siswa berdiskusi tentang puisi yang dipresentasikan dan menemukan unsure fisik puisi, hakikat puisi dan pesan moral yang

disampaikan dalam puisi tersebut.

 Guru dan siswa berdiskusi dalam memecahkan

permasalahan yang ada, dan guru menjelaskan tentang puisi dan unur-unsur yang ada dalam puisi.

 Guru dan siswa menarik kesimpulan dari hasil pembelajarannya dan guru berpesan kepada siswa agar nilai-nilai yang ditemukan dapat diimplementasikan kedalam kehidupannya.

Elaborasi dan konfirmasi

Elaborasi dan konfirmasi

Elaborasi dan konfirmasi

Penutup (+ 10 menit)

Kegiatan Tahap Pembelajaran

 Guru merefleksi hasil pembelajaran. (memberikan pujian/penghargaan kepada kelompok maupun individu yang telah bekerja dengan baik dan menasihati untuk menjadi lebih baik terhadap siswa atau kelompok yang


(41)

pada hari ini belum dapat bekerja dengan baik).

 Guru mengajak siswa untuk mengucapkan rasa syukur kepada Allah karena pembelajaran berjalan dengan lancar dan berharap agar esok hari penuh dengan semangat dan diberikan kesehatan dan keselamatan oleh Allah dengan doa bersama.

Konfirmasi

VII. Sumber/Bahan/Alat Pembelajaran Sumber pembelajaran:

Alat pembelajaran: Mengetahui

Kepala SMA Negeri 18 Bandung

Bandung,……….2012 Guru Mata Pelajaran Bhs. Indonesia

Suryana, S.Pd.

NIP 196109301984031004

Pembina Tk.I, NIP

B. Pelaksanaan Pembelajaran

1. Kegiatan Awal ( kurang lebih 15 menit)

a. Guru melihat keadaan kelas apakah sudah bersih dan murid sudah siap melakukan pembelajaran. Jika papan tulis belum di bersihkan guru menghapus papan tulis. (Membiasakan hidup bersih)

b. Guru menayakan siswa yang tidak masuk kepada temannya sebagai bentuk kepedulian antarteman.


(42)

c. Sebelum pembelajaran dimulai guru menggunakan teknik bernyanyi. Hal ini dilakukan agar menyamakan pola bahasa dan menyatukan rasa diantara guru dan murid.

2. Kegiatan Inti ( kurang lebih 60 menit)

a. Pembelajaran diawali dengan pemutaran video “Hellen-Keller” kemudian setelah pemutaran video guru bertanya kepada siswa dan siswa mengapresiasikannya. Hal ini dilakukan untuk menumbuhkan imajinasi siswa akan puisi yang akan ditulisnya.

b. Kemudian guru membacakan puisi dan berganti dengan siswa membacakan puisi.

c. Setelah itu guru menugasi siswa untuk menulis puisi yang bertemakan “tokoh-idola” siswa sangat senang akan tema yang telah ditentukan oleh guru tentang tokoh idolanya. Siswa tidak dibekali tentang teori menulis dan teori tentang puisi. Kreatif menulis puisi merupakan ungkapan yg dirasakan oleh siswa kemudian di tuangkan dalam bentuk tulisan. (secara

inquiry)

d. Kemudian dibentuk kelompok yang beranggotakan 6 orang. Dari anggota kelompok siswa menilai hasil puisi yang di buatoleh temannya dan puisi yang dipilih siap untuk di persentasikan.

e. Terjadilah diskusi buzz-group, dalam diskusi terdapat pertanyaan-pertanyaan tentang unsur-unsur puisi dan pesan moral dalam puisi tersebut. Kemudian kelompok lain mengomentari ketepatan dan kesesuaian kata yang digunakan dalam puisi tersebut. Terdapat penambahan dan sanggahan kata untuk perbaikan puisi. Diskusi terjalin penuh semangat dan kehangatan. Dan proses pembelajaran itulah yang dinamakn pembelajaran menulis puisi.

f. Sambil terus mengikuti perkembangan siswa, guru melontarkan pertanyaan-pertanyaan pancingan berkaitan dengan unsure-unsur pembangun puisi yang dibahas (meliputi tema, amanat/pesan, nada, makna, majas/gaya bahasa, pesan moral, irama, tipografi).


(43)

g. Guru mereaksi jawaban-jawaban balikan dari siswa disertai penjelasan seperlunya tentang materi pembahasan. Penjelasan tersebut tetap diarahkan pada pemahaman siswatentang unsur-unsur pembangun puisi.

h. Siswa dan guru terlibat dari pengambilan sebuah keputusan dalam menyelesaikan pemecahan masalah.

3. Kegiatan Akhir (kurang lebih 15 menit)

a. Guru merangkum seluruh kegiatan dari awal pembelajaran dan mengidentifikasikan nilai-nilai yang baik yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan.

b. Sambil mengakhiri pembelajaran guru mengajak siswa mengucapkan syukur atas nikmat yang telah di berikan Allah kepada kita semua. Amin

C. Analisis puisi siswa

Puisi adalah sebagai salah satu cabang sastra, dimana cabang sastra merupakan bagian dari seni. Di dalam kehidupan ini alangkah indahnya apabila ada keseimbangan antara jasmani dan rohani. Bahasa merupakan medium dalam satsra karena apa yang kita rasakan dalam kehidupan dapat dituangkan ke dalam salah satu karya sastra dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya.

Apa yang kita rasakan dan yang ada dalam pikiran kita dapat dituangkan kedalam tulisan yang berupa puisi. Sehingga puisi dapat dikatakan sebagai curahan hati si penyairnya. Agar puisi itu bernilai dan bermakna maka puisi yang dituangkan harus menggunakan bahasa yang padat makna.

Puisi yang bermakna adalah puisi yang pada dasarnya memiliki 4 makna atau arti yaitu, pokok pembicaraan, nada, perasaan, dan itikad penyairnya. Dimana hakikat dan tujuan puisi adalah penikmatan dan penghayatan terhadap puisi untuk memperkaya batin puisi. Dengan merelevansikan puisi dalam kehidupan kita maka kebermaknaan hidup dapat kita peroleh lewat sebuah karya, yakni puisi. Puisi yang baik adalah puisi yang menggunakan bahasa yang padat makna dan bersesuaian dengan isi dari puisi.


(44)

Nama Lengkap : Aam Muharam Kelas : 10.1

Sekolah : SMA Negeri 18 Bandung No Absen/ kode : 01

Nabi Muhammad SAW

Nabiku Muhammadku

Nabiku kou adalah panutanku Idola di dalam hatiku

Kou pahlawan bagi semua umatmu

Walau kita tak pernah bertemu Tapi aku bangga padamu

Kou telah pertaruhkan nyawa untuk umatmu Hingga aku tahu Tuhanku

Kou ajarkan keikhlasan dalam hidup Kou bimbing umatmu ke jalan yang benar Walau banyak yang menentang ajaranmu Kou tetap berjuang

Lelah dan letih tak pernah kou rasakan Hanya untuk umatmu

Caci dan maki kou anggap ujian Wahai Muhammadku koulah seruanKu

Waluyo dalam bukunya Teori dan Apresiasi Puisi mengistilahkan unsur batin puisi denagan istilah hakikat puisi. Ada empat unsur hakikat puisi, yakni:


(45)

1. Tema

Tema merupakan pokok atau subject-matter yang dikemukakan oleh penyair”. Ungkapan tersebut mengindikasikan bahwa tema merupakan sebuah atmosfer dari sebuah puisi, sebuah puisi pasti memiliki sebuah tema (umumnya satu) yang melingkupi keseluruhan puisi. Oleh sebab itu dalam menafsirkan tema dalam puisi, puisi tersebut harus ditafsirkan secara utuh.

Tema puisi di atas adalah tokoh idola dimana si aku liris mengidolakan orang yang sangat besar yaitu seorang Nabi Muhammad SAW.

Nabi Muhammad SAW Nabiku Muhammadku

Nabiku kou adalah panutanku Idola di dalam hatiku

Kou pahlawan bagi semua umatmu

2. Perasaan (Feeling)

Perasaan ini adalah keadaan jiwa penyair ketika menciptakan puisi tersebut. Perasaan yang ada dalam puisi tersebut adalah rasa bangga terhadap seseorang yang paling besar dan merupakan panutan bagi umat muslim.

Nabiku muhammadku

Nabiku kou adalah panutanku Idola di dalam hatiku

Kou pahlawan bagi semua umatmu

3. Nada dan Suasana

Nada adalah sikap penyair dalam menyampaikan puisi terhadapa pembaca, beraneka ragam sikap yang sering digunakan oleah penyair, seperti yang dikemukakakn oleh Waluyo (1987:125) “…apakah dia ingin bersikap menggurui, menasihati, menyindir, atau bersikap lugas…”.

untuk umatmu

Nada dalam puisi di atas adalah menasihati pada umat yang lain atau sesama manusia agar mencontoh pribadi Nabi Muhammad SAW

Kou ajarkan keikhlasan dalam hidup Kou bimbing umatmu ke jalan yang benar


(46)

Suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi tersebut.

Suasana dalam puisi di atas adalah kekaguman dan rasa bangga si aku liris kepada Nabi Muhammad SAW

Tapi aku bangga padamu Kou telah pertaruhkan nyawa

4. Pesan (Amanat)

Waluyo (1987:130) menyatakan bahwa “Pesan adalah maksud yang hendak disampaikan atau himbauan atau pesan atau tujuan yang hendak disampaikan penyair”.

Meninjau pernyataan beliau, pesan merupakan inti dari sebuah puisi yang merupakan gagasan subjektif penyair terhadapa sesuatu. Agar Nabi Muhammad itu dijadikan panutan oleh umatnya.

Kou pahlawan bagi semua umatmu Wahai muhammadku koulah seruanku

5. Nilai-nilai moral dalam puisi tersebut adalah: 1). Shaleh

Kou ajarkan keikhlasan dalam hidup

2). Berjiwa besar

Kou pahlawan bagi semua umatmu

3). Mencontoh yang baik

Nabiku kou adalah panutanku

6. Diksi

Pemilihan kata, kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu.

Dilihat dari unsur-unsurnya dan pemilihan kata yang digunakan puisi tersebut menggunakan bahasa sehari-hari namun bernilai dan bermakna bagi orang yang membacanya.

Kou ajarkan keikhlasan dalam hidup Kou bimbing umatmu ke jalan yang benar Walau banyak yang menentang ajaranmu


(47)

Kou tetap berjuang

7. Pengimajian

Ada hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan kata konkret. Diksi yang dipilih harus menghasilkan pengimajian dan karena itu kata-kata menjadi lebih konkret seperti kita hayati melalui penglihatan, pendengaran atau citra rasa. Pengimajian disebut juga pencitraan.

Imaji penglihatan

Hingga aku tahu Tuhanku

Lelah dan letih tak pernah kou rasakan Imaji pendengaran

Caci dan maki kou anggap ujian

8. Rima

Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untu membentuk musikalitas atau orkestrasi. Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk mengulang bunyi itu, paenyair juga mempertimbangkan lambing bunyi. Denagn cara ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi. Pada bait pertama berima a-a-a-a, pada bait ke-2 berima a-a-a-a, pada bait ke-3 berima a-b-a-b, pada bait ke-4 berima a-b-a-b.

9. Tipografi

Tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama.

Puisi tersebut berbentuk konvensional.

Judul

________________ ________________

________________ ________________

________________ ________________ ________________


(48)

_________________ _________________ _________________ _________________ _________________

___________________ ___________________ ___________________ ___________________

Nama Lengkap : Ade Yulianty Kelas : 10.1

Sekolah : SMA Negeri 18 Bandung No Absen/ Kode : C2

KARTINI

Namamu harum, seharum jasamu Tekadmu kuat, sekuat jiwamu Kou berjuang untuk kami Putri di negeri pertiwi

Kami bangga mengenalmu

Dan tak aka nada hentinya untuk mengenangmu Meski jasadmu kini tak berdiri lagi

Namun namamu, tetap selalu berdiri di hati

Kami tak takut lagi untuk beradu

Bersaing, berkompetisi tetap akan selalu maju

Walau tantangan demi tantangan terus datang silih berganti Tak akan menjadi penghalang yang berarti

Teori dan Apresiasi Puisi mengistilahkan unsur batin puisi denagan istilah hakikat puisi. Ada empat unsur hakikat puisi, yakni:


(49)

Waluyo (1987:106) mengatakan “Tema merupakan pokok atau subject -matter yang dikemukakan oleh penyair”. Ungkapan tersebut mengindikasikan bahwa tema merupakan sebuah atmosfer dari sebuah puisi, sebuah puisi pasti memiliki sebuah tema (umumnya satu) yang melingkupi keseluruhan puisi. Oleh sebab itu dalam menafsirkan tema dalam puisi, puisi tersebut harus ditafsirkan secara utuh.

Tema puisi diatas adalah tentang tokoh idolanya yaitu kartini yang merupakan pahlawan yang telah mebela hak-hak wanita.

KARTINI

Namamu harum, seharum jasamu Tekadmu kuat, sekuat jiwamu Kou berjuang untuk kami Putri di negeri pertiwi

2. Perasaan (Feeling)

Perasaan ini adalah keadaan jiwa penyair ketika menciptakan puisi tersebut. Pendapat penulis ini didukung oleh pernyataan yang dikemukakan oleh Waluyo (1987:121) bahwa perasaan adalah “ suasana perasaan penyair yang ikut diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca”.

Perasaan yang ada adalah perasaan bangga dan kagum pada pahlawan kita.

Kami bangga mengenalmu

Dan tak aka nada hentinya untuk mengenangmu Meski jasadmu kini tak berdiri lagi

Namun namamu, tetap selalu berdiri di hati

3. Nada dan Suasana

Nada adalah sikap penyair dalam menyampaikan puisi terhadapa pembaca, beraneka ragam sikap yang sering digunakan oleh penyair, apakah dia ingin bersikap menggurui, menasihati, menyindir, atau bersikap lugas…”.

Nada dalam puisi diatas adalah bersikap lugas dalam menyampaikan perasaan bangga dan semangat dalam menghadapi rintangan dalam hidup.

Kami tak takut lagi untuk beradu

Bersaing, berkompetisi tetap akan selalu maju

Walau tantangan demi tantangan terus dating silih berganti Tak akan menjadi penghalang yang berarti


(1)

Mimin Sahmini, 2012

Puisi Lirik Dalam Sastra Indonesia Modern Dan Penyusunan Model Pembelajaran Menulis Puisi Berorientasi Pendidikan Karakter

424

Tabel 4.20 Uji Signfikansi dalam Pengujian Terbatas Antar Postest di Semua Siklus

Paired Samples Test

-2,03125 2,49495 ,44105 -2,93078 -1,13172 -4,605 31 ,000

-,93750 1,98279 ,35051 -1,65237 -,22263 -2,675 31 ,012

-2,34375 2,83537 ,50123 -3,36601 -1,32149 -4,676 31 ,000

-,62500 2,10606 ,37230 -1,38432 ,13432 -1,679 31 ,103

post1 - post2 Pair 1

post2 - post3 Pair 2

post3 - post4 Pair 3

post4 - post5 Pair 4

Mean Std. Dev iat ion

Std. Error

Mean Lower Upper

95% Conf idence Interv al of the

Dif f erence Paired Dif f erences

t df Sig. (2-tailed)

Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS 15

Hasil pengukuran dan analisis statistik terhadap hasil belajar siswa setelah pembelajaran Pendidikan Karakter diterapkan dapat dilihat pada deskripsi berikut:

1. Pada uji postest antar siklus pertama dan kedua terdapat perbedaan rata-rata 2,03 dengan standar deviasi 2,49 dan nilai t hitung = 4,605 dan probabilitas (sig) = 0,000. Apabila dibandingkan dengan α = 5% maka nilai probabilitas (sig) < 0,05 (5%) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil postest siklus pertama dan siklus kedua.

2. Pada uji postest antar siklus kedua dan ketiga terdapat perbedaan rata-rata 0,93 dengan standar deviasi 1,98 dan nilai t hitung = 2,675 dan

probabilitas (sig) = 0,012. Apabila dibandingkan dengan α = 5% maka

nilai probabilitas (sig) < 0,05 (5%) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil postest siklus kedua dan ketiga.

3. Pada uji postest antar siklus ketiga dan keempat terdapat perbedaan rata-rata 2,34 dengan standar deviasi 2,83 dan nilai t hitung = 4,676 dan probabilitas (sig) = 0,000. Apabila dibandingkan dengan α = 5% maka nilai probabilitas (sig) < 0,05 (5%) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima,


(2)

Mimin Sahmini, 2012

Puisi Lirik Dalam Sastra Indonesia Modern Dan Penyusunan Model Pembelajaran Menulis Puisi Berorientasi Pendidikan Karakter

425

artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil postest siklus ketiga dan keempat.

4. Pada uji postest antar siklus keempat dan kelima terdapat perbedaan rata-rata 0,625 dengan standar deviasi 2,10 dan nilai t hitung = 1,679 dan

probabilitas (sig) = 0,103. Apabila dibandingkan dengan α = 5% maka

nilai probabilitas (sig) > 0,05 (5%) sehingga Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil postest siklus kempat dan klima. Nilai perbedaan antar postest setiap siklus mengalami kecenderungan selisih perbedaan yang semakin kecil dan berakhir perbedaannya pada siklus lima akhirnya jika diadakan tambahan penerapan pembelajaran berikutnya dengan menambah siklus akan bernilai statis, mengindikasikan bahwa penerapan model tersebut akan mengalami kesetabila dan akan menuju kurva yang mendatar.

Hasil belajar dengan menggunakan media pembelajaran Pendidikan Karakter juga dapat dilihat dari jumlah peserta didik yang tuntas belajar berdasarkan Standar Ketuntasan Belajar Minimum (SKBM) tingkat Sekolah Menengah Umum dan nasional. SKBM digunakan untuk menentukan batas minimum nilai hasil belajar pada kompetensi dasar tertentu. SKBM tingkat SMU yang digunakan uji terbatas dan SKBM tingkat nasional adalah 60,00. Berikut adalah grafik persentase peserta didik tuntas belajar :


(3)

Mimin Sahmini, 2012

Puisi Lirik Dalam Sastra Indonesia Modern Dan Penyusunan Model Pembelajaran Menulis Puisi Berorientasi Pendidikan Karakter

426

Grafik 4.5 Persentase Keuntasan Hasil Belajar Peserta didik pada uji Terbatas

Berdasarkan grafik di atas tampak bahwa hasil belajar peserta didik uji terbatas di SMAN 18 Bandung pada postes pertama sampai dengan postes keempat tuntas 100%.


(4)

Mimin Sahmini, 2012

Puisi Lirik Dalam Sastra Indonesia Modern Dan Penyusunan Model Pembelajaran Menulis Puisi Berorientasi Pendidikan Karakter

DAFTAR PUSTAKA

Asmuni Jamal, Ma’mur. 2011. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Jogjakarta. Diva Press.

Alwi Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta. Balai Pustaka.

A Lilis Nenden. 2007. Panduan Apresiasi Puisi. Bandung. Egi Rumput Merah. ---2007. Panduan Apreasiasi Prosa – Fiksi. Bandung. Egi Rumput

Merah.

Abdul Chaer, 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta. PT. Rineka Cipta. Atar Semi, M. 1996. Dasar-dasar Keterampilan Menulis. Bandung. Angkasa.

Brown Douglas. 2007. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa, Edisi Kelima, Jakarta. Pearson Education, Inc.

Esten Mursal. 1995. Memahami Puisi. Bandung. Angkasa.

Hikmat, Mahmi M. 2011. Metode Penelitian Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra. Bandung. Graha Ilmu.

Luxemburg Van Jan, dkk. 1989. Tentang Sastra. Jakarta. Intermasa.

Mubarok, Mufti, M. 2011. 7 Hari Mahir Menulis Buku. Jakarta. PT. Java Pustaka Media Utama.

Nurgiantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.

Kyriacou,Chris. 2009. Effective Teaching Theory and Practice. Bandung. Nusa Media.

Kutha Ratna, Nyoman. 2005. Sastra dan Cultural Studies Representasi Fiksi dan Fakta. Denpasar. Pustaka Pelajar.

---. 2009. Stilistika Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.


(5)

Mimin Sahmini, 2012

Puisi Lirik Dalam Sastra Indonesia Modern Dan Penyusunan Model Pembelajaran Menulis Puisi Berorientasi Pendidikan Karakter

Prodopo, Rachmat Djoko. 1995. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Putra-Ahimsa Shri Heddy. 2001. Strukturalisme Levi-Strauss Mitos dan Karya Sastra. Yogyakarta. Galang Press.

Rusyana, Yus. 1984. Bahasa dan Sastra Dalam Gamitan Pendidikan. Bandung. CV. Diponegoro.

Rendra. 1980. Potret Pembangunan dalam Puisi. Jakarta. Lembaga Studi Pembangunan.

Ramlan M. 1996. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta. CV. Karyono. Raka Gede, dkk. 2011. Pendidikan Karakter di Sekolah. Jakarta. PT. Elex Media

Komputindo.

Sayuti, Suminto A. 2002. Berkenalan Dengan Puisi. Yogyakarta. Gama Media. Suwarna, Dadan. 2011. Trik Menulis Puisi, Cerpen, Resensi Buku, Esai.

Tanggerang. Jelajah Nusa.

Samani, Muchlas dkk. 2011. Konsep dan Model Pendidikan Karakater. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya Offset.

Sumiyadi, 2005. Pengkajian Puisi – Analisis, Romantik, Fenomenologis, Stilistik, Semiotik. Bandung. Pusat Studi Literasi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS Universitas Pendidikan Indonesia.

Sumardjo, Jakob, dkk. 1986. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta. PT. Gramedia. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung.

Alfabeta.

Sutardi Heru Kurniawan. 2012. Penulisan Sastra Kreatif. Yogyakarta. Graha Ilmu.

Siswantoro. 2011. Metode Penelitian Sastra Analisis Struktur Puisi. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Tarigan Guntur Henry. 1982. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung. ANGKASA.

---. 1984. Pengajaran Pragmatik. Bandung. Angkasa. ---. 1984. Pengajaran Sintaksis. Bandung. Angkasa.


(6)

Mimin Sahmini, 2012

Puisi Lirik Dalam Sastra Indonesia Modern Dan Penyusunan Model Pembelajaran Menulis Puisi Berorientasi Pendidikan Karakter

Teeuw, A. 1983. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta. PT. Gramedia. ---.1980. Tergantung pada Kata. Jakarta: Pustaka Jaya

Waluyo, J. Herman. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta. Erlangga.

Warisman. 2009. Disertasi: Peningkatan Kemampuan Mengapresiasi Puisi melalui Model Induktif di SMP Negeri Kabupaten Sidoarjo. Tidak diterbitkan