EVALUASI PENJADWALAN PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN METODE CPM (CRITICAL PATH METHOD) PADA PROYEK PEMASANGAN PIPA STEAM DI PT. TJIWI KIMIA, Tbk OLEH PT. GEMILANG CIPTA WAWASAN.
(CRITICAL PATH METHOD) PADA PROYEK PEMASANGAN PIPA
STEAM DI PT. TJIWI KIMIA, Tbk OLEH PT. GEMILANG CIPTA WAWASAN
SKRIPSI
Disusun Oleh : HENDRI SETIAWAN
NPM : 0732010073
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
(2)
Segala puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini.
Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi persyaratan kelulusan Program Sarjana Strata-1 (S-1) di Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dengan judul :
“EVALUASI PENJADWALAN PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN METODE CPM (CRITICAL PATH METHOD) PADA PROYEK PEMASANGAN PIPA STEAM DI PT. TJIWI KIMIA, Tbk OLEH PT. GEMILANG CIPTA WAWASAN “.
Penyelesaian penyusunan Tugas Akhir ini tentunya tidak terlepas dari peran serta berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu tidak berlebihan bila pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Sang pencipta alam semesta Allah S.W.T
2. Bapak Prof. DR. Ir. Teguh Sudarto, MP. Selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Ir. Sutiyono, MT. Selaku Dekan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak Dr. Ir. Minto Waluyo. MM Selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
(3)
7. Bapak Susetiyono selaku pembimbing lapangan sekaligus yang telah “mempermudah jalan“ untuk menyelesaikan penelitian ini, dan semuanya yang sudah membantu pelaksanaan penelitian untuk Tugas Akhir ini.
8. Kedua orang tuaku dan adikku yang tak pernah lelah dan ikhlas mendoakan agar pengerjaan Tugas Akhir ini dapat berjalan dengan lancar dan sukses demi keberhasilanku dimasa yang akan datang.
9. Semua pihak yang telah membantu secara moril dan materiil selama pelaksanaan penelitian dan penyelesaian penulisan Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan Tugas Akhir ini terdapat kekurangan, maka dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun.
Akhir kata semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca. Terima Kasih.
Hormat saya,
(4)
Halaman COVER
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR TABEL... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
ABSTRAKSI ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 3
1.3. Batasan Masalah ... 3
1.4. Asumsi ... 3
1.5. Tujuan Penelitian ... 3
1.6. Manfaat Penelitian ... 4
1.7. Sistematika Penulisan ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Manajemen Proyek ... 7
2.1.1. Pengertian Proyek... 9
(5)
2.1.5. Jenis-jenis Proyek Konstruksi……….. 14
2.2. Network Planning ... 15
2.1.5. Hubungan Proyek dan Kegiatan………... 17
2.3. Network Diagram ... 17
2.3.1. Simbol dalam Network Diagram ... 19
2.3.2. Hubungan Antar Simbol………... 23
2.4. Kegunaan Jaringan Kerja ... 24
2.5. Critical Path Method (CPM) ... 24
2.5.1. Terminologi dalam CPM ... 25
2.5.1.1. Menentukan Waktu Penyelesaian………. 25
2.5.1.2. Cara Perhitungan CPM ……… 26
2.7. Peristiwa Kritis,Kegiatan Kritis,dan Lintasan Kritis………... 32
2.8. Analisa Biaya Proyek...……… 35
2.9. Mempercepat umur proyek...………. 36
2.10. Peneliti Terdahulu……….. 42
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 49
3.2. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ... 49
3.3. Metode Pengumpulan Data ... 51
3.4. Metode Pengolahan Data ... 53
(6)
4.1.1. Data Jenis Aktivitas atau Kegiatan ... 62
4.1.2. Data Urutan Kegiatan dan Waktu Normal ... 64
4.1.3. Data Biaya Per Kegiatan dalam Proyek Pemasangan Pipa Steam di PT. Tjiwi Kimia, Tbk Oleh PT. GCW... ... 66
4.1.4. Data Harga Upah, Bahan dan Alat ... 68
4.1.5. Penentuan Toleransi Biaya dan Waktu ... 70
4.2. Pengolahan Data ... 71
4.2.1. Metode CPM (Critical Path Method)………... 71
4.2.1.1. Inventarisasi Kegiatan dan Waktu Proyek ... 71
4.2.1.2. Menyusun Hubungan Antar Kegiatan ... 73
4.2.1.3. Menyusun Network Diagram ... 76
4.2.1.4. Menghitung SPA, SPL dan Tenggang Waktu Setiap Kegiatan.. ... 76
4.2.1.5. Menentukan Lintasan Kritis ... 78
4.2.1.6. Menentukan Kegiatan yang Dipercepat ... 79
4.2.1.7. Perhitungan Nilai Slope ... 80
4.2.1.8. Perbandingan Waktu dan Biaya Optimum dengan Kondisi Riil ... 81
4.3. Pembahasan ... 82
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 83
(7)
(8)
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1. Three dimention objective ... 12
Gambar 2.2. Triple Constraint ... 13
Gambar 2.3. Hubungan keperluan sumberdaya terhadap waktu dalam siklus .. 14
Gambar 2.4. Simbol anak panah ... 20
Gambar 2.5. Simbol Lingkaran ... 21
Gambar 2.6. Simbol anak panah terputus-putus ... 22
Gambar 2.7. Network Diagram ... 23
Gambar 2.8. Network Diagram Event ... 27
Gambar 2.9. Network Diagram Proyek ... 28
Gambar 2.10. Network Perhitungan Maju ... 29
Gambar 2.11. Network Perhitungan Mundur ... 31
Gambar 2.12. Network diagram proyek ... 40
Gambar 2.13. Network diagram percepatan proyek ... 41
Gambar 2.14. Network diagram percepatan proyek akhir ... 42
Gambar 2.16. Kurva “S” ... 43
Gambar 2.17. Gant Chart ... 47
Gambar 3.1. Langkah-langkah Pemecahan Masalah ... 57
(9)
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1. Hasil Perhitungan Maju untuk Mendapatkan EF ... 30
Tabel 2.2. Hasil Perhitungan Mundur untuk mendapatkan LF ... 31
Tabel 2.3. Hasil Perhitungan Slack ... 32
Tabel 2.4. Daftar kegiatan proyek ... 39
Tabel 2.5. Free slack ... 40
Tabel 2.6. Nilai slope ... 41
Tabel 4.1. Jenis Aktivitas atau Kegiatan ... 63
Tabel 4.2. Urutan Kegiatan dan Waktu Normal Pemasangan pipa steam di PT. Tjiwi Kimia, Tbk Oleh PT. GCW ... 65
Tabel 4.3. Data Biaya Per Kegiatan dalam Proyek Pemasangan pipa steam di PT. Tjiwi Kimia, Tbk Oleh PT. GCW ... 67
Tabel 4.4. Daftar Harga Satuan Upah ... 69
Tabel 4.5. Daftar Harga Satuan Bahan ... 69
Tabel 4.6. Daftar Harga Satuan Alat ... 70
Tabel 4.7. Inventarisasi Kegiatan dan Waktu Normal serta Kode Kegiatan ... 71
Tabel 4.8. Kegiatan, Waktu dan Hubungan Antar Kegiatan ... 74
Tabel 4.9. Hasil Perhitungan SPA, SPL dan Tenggang Waktu ... 77
Tabel 4.10. Hasil Perhitungan Lintasan Kritis ... 79
Tabel 4.11. Slope Biaya ... 81
(10)
manajemen proyek dalam setiap pengerjaan proyek. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil yang minimal serta waktu yang minimum ( waktu yang cepat dan diharapkan, baik untuk pihak perusahaan maupun pihak owner ).
PT. Gemilang Cipta Wawasan adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang kontraktor mekanikal dan elektrikal, spesialis Fire dan Security
System. Untuk melaksanakan setiap proyek diperlukan penjadwalan proyek yang
tepat agar proyek dapat selesai sesuai tenggat waktu yang disepakati. Oleh karena itu dibutuhkan penjadwalan proyek untuk merencanakan pelaksanaan proyek sesuai dengan dead line ( tenggat waktu ).
Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan waktu percepatan penyelesaian proyek. Maka untuk meminimumkan jangka waktu dan meminimalisi total biaya proyek untuk pekerjaan yang bisa dipercepat serta bisa mentargetkan penyelesaian proyek pemasangan tersebut diperlukan suatu alternatif pemecahan masalah, yaitu dengan mengaplikasikan metode CPM (
Critical Path Method ) dengan harapan peusahaan dapat mengatasi pemasangan
pipa dengan waktu dan biaya yang minimum.
Dari hasil penelitian ini didapatka"n 5 jalur kritis dengan kegiatan yang dapat dipercepat antara lain adalah kegiatan yang berada pada jalur kritis terutama kegiatan-kegiatan utama yaitu C1 (pemasangan H-beam), C2 (pemasangan pipa steam diameter 24”), D1 (penyambungan pipa steam diameter 24”), E2 (pengecekan pipa steam dia 24”), F2 (pengecatan pipa steam dia 24”) . Pada kondisi riil perusahaan, waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek adalah 90 hari dengan biaya sebesar Rp.232.247.990,00 ,-, sedangkan dengan menggunakan metode CPM ( Critical Path Method ) percepatan diperoleh waktu selama 81 hari dengan total biaya proyek sebesar Rp.245.087.489,99. Sehingga metode CPM ( Critical Path Method ) dapat menghasilkan waktu penyelesaian proyek lebih cepat 9 hari ( 10% ) dan penurunan total biaya proyek sebesar Rp. 12.839.499,99.
Kata Kunci : Manajemen Proyek, Analisa Network, CPM, Jalur Kritis, Minimalisasi waktu dan biaya proyek.
(11)
project management in every project. This is done to obtain minimal result and an minimum time ( fast time it is hoped, both for the company nor the owner ).
PT. GEMILANG CIPTA WAWASAN is a company engaged in the fire and security system contactor. To meet project will require the appropriate project scheduling for the project can be completed according to the agreed deadline. Oleh karena itu project scheduling is needed to plan the implemetation of the project in accordance with the dead line ( the deadline ).
The purpose of this study is to determine the acceleration time of project completion. So to meminimumkan total cost of the project for work that could be accelerated and can be targeted completion of the contruction project required an alternative solution, namely by applying the method of CPM ( Critical Path Method ) in the hope the company can cope with instalations pipe competitive with the time and cost minimal project.
From the result of this research obtained a critical path can be accelerated by activities that include activities that are on the critical path, especially the main activities of the C1, C2, D1, E2, F2. In the real condition of the company, the time needed to completed the project is 90 days at a cost of Rp. 232.247.990,-, while using CPM ( Critical Path Method ) obtained acceleration time during the 81 days with a total project cost amounting to Rp. 245.087.489,99. The method of CPM ( Critical Path Method ) can result in faster project completion time of 9 days ( 10% ) and an increase in total project costs amounting to Rp. 12.839.499,99.
Key word : Project Management, Network Analysis, CPM, Critical Path, Project Time and Cost Minimalisasi.
(12)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perusahaan konstruksi bergerak dalam bidang pembuatan proyek-proyek pembangunan, seperti proyek pembuatan perumahan, gedung-gedung, jembatan, dan lain sebagainya. Perusahaan konstruksi pada umumnya selalu menerapkan konsep manajemen proyek dalam setiap pengerjaan proyek. Dalam pengerjaan konstruksi dibutuhkan perencanaan dan penjadwalan yang terperinci tentang aktivitas kegiatan, waktu dan biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil yang optimal serta waktu yang optimis (waktu yang cepat dan diharapkan, baik untuk pihak perusahaan maupun pihak owner).
PT. GEMILANG CIPTA WAWASAN adalah sebuah Perusahaan Kontraktor Mekanikal & Elektrikal, spesialis Fire dan Security System. Untuk memenuhi permintaan konsumen maka diperlukan penjadwalan proyek yang tepat agar proyek dapat selesai sesuai tenggat waktu yang disepakati. Olehkarena itu dibutuhkan penjadwalan proyek untuk merencanakan pelaksanaan proyek sesuai dengan dead line (tenggat waktu) dan untuk mengetahui apakah proyek sudah berjalan sesuai rencana di PT. Gemilang Cipta Wawasan.
Salah satu proyek konstruksi yang sedang dikerjakan oleh PT. GEMILANG CIPTA WAWASAN adalah proyek pemasangan pipa steaam di PT.TJIWI KIMIA. tbk. Proyek ini dimulai pada tanggal 23 Agustus 2011 – 20 Desember 2011 dengan lama waktu penyelesaian proyek sekitar 120 (Seratus dua
(13)
puluh ) hari dan mempunyai 6 jenis pekerjaan diantaranya :Pekerjaan Persiapan, Pekerjaan Pembelian dan Pembuatan Material, Pekerjaan Pemasangan, Pekerjaan Penyambungan, Pekerjaan Pengecekan, Pekerjaan Penyelesaian/Pengecatan. Proyek ini sudah tentu mengeluarkan biaya-biaya yang cukup besar serta memakan jangka waktu pembuatan proyek yang lama. Dalam pengerjaan konstruksi ini masalah yang sering dihadapi adalah tentang penggunaan waktu yang kurang efektif. Hal ini disebabkan oleh pekerjaan yang tidak tepat waktu sehingga menghambat pekerjaan lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut. Maka diperlukan metode untuk mengoptimalisasikan jangka waktu dan meminimasi total biaya proyek untuk pekerjaan yang bisa dipercepat serta bisa mentargetkan penyelesaian proyek pembangunan tersebut dengan optimal dan tepat waktu.
Metode CPM (Critical Path Method) ) merupakan metode yang digunakan untuk menentukan waktu optimal pengerjaan suatu proyek dan mengetahui
kumulatif progress pada setiap waktu pelaksanaan proyek . Metode ini berguna
untuk menghitung waktu penyelesaian suatu proyek yang ditentukan oleh tingkat ketepatan perkiraan durasi setiap kegiatan di dalam proyek dengan mempertimbangkan aspek deterministik dari waktu penyelesaian sebuah proyek untuk kegiatan-kegiatan yang akan dijadwalkan agar dapat diketahui kegiatan mana yang harus didahulukan untuk menyelesaikan proyek sesuai jadwal.
Dengan menerapkan Metode CPM (Critical Path Method) ) diharapkan
PT. GEMILANG CIPTA WAWASAN dapat mengoptimalisasikan waktu dan biaya proyek.
(14)
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, masalah yang dihadapi oleh PT. GEMILANG CIPTA WAWASAN selaku pelaksana proyek dapat dirumuskan sebagai berikut: ”Apakah penjadwalan proyek di PT. GEMILANG CIPTA WAWASAN dengan menggunakan metode CPM (Critical Path Method)
) sudah berjalan tepat waktu, sehingga dapat dilakukan minimalisasi dalam
pengendalian waktu dan biaya?”.
1.3. Batasan Masalah
Agar pembahasan tidak terlalu luas dan mengakibatkan penelitian yang dilakukan tidak terpusat, maka diberikan batasan sebagai berikut:
1. Penjadwalan aktivitas-aktivitas proyek yang bisa dipercepat.
2. Perhitungan biaya langsung setiap aktivitas proyek dengan menggunakan daftar satuan harga tahun 2011.
3. Proyek yang diteliti adalah Proyek Pemasangan pipa steam di PT. Tjiwi Kimia. tbk.
1.4. Asumsi
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data dan informasi yang diperoleh dianggap benar dan konstan.
2. Daftar harga yang diperoleh berdasarkan pada data yang diperoleh saat penelitian dilakukan dan dianggap konstan.
(15)
1. Untuk menentukan waktu penyelesaian proyek yang minimal. 2. Untuk menentukan biaya penyelesaian proyek yang minimal.
1.6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini diantaranya adalah:
a. Bagi penulis :
1. Mampu melakukan pengendalian Proyek Percepatan Pemasangan pipa
steam di PT. Tjiwi Kimia. Tbk dengan menggunakan metode Metode CPM (Critical Path Method) ).
2. Menambah pengetahuan tentang pembangunan proyek menggunakan Metode CPM (Critical Path Method) ).
3. Mampu mengaplikasikan teori-teori tentang Manajemen Proyek untuk menentukan waktu penyelesaian proyek yang tepat dan cepat.
b. Bagi perusahaan :
1. Mengetahui gambaran yang benar tentang pelaksanaan proses
pembangunan.
2. Mempunyai panduan tertulis yang berguna untuk menganalisa proses dan tindakan korektif lainnya sebagai masukan dari perusahaan, sehingga dapat mengoptimalkan dalam pengendalian waktu dan biaya.
c. Bagi Perguruan Tinggi :
1. Mempunyai studi literature yang dapat menghubungkan antar Manajemen ptroyek dengan dunia perguruan tinggi.
(16)
2. Dapat menyediakan literature acuan yang berguna bagi pendidikan penulisan lebih lanjut bagi mahasiswa yang berminat dengan permasalahan ini.
3. Sebagai masukan dan bahan pertimbangan/evaluasi sejauh mana system pendidikan dan materi kuliah yang telah dijalankan selama ini sesuai dengan kondisi dan lingkungan Proyek.
1.7. Sistematika Penulisan
Untuk pembahasan dan penyusunan laporan Skripsi ini, maka penyusun akan menguraikan sistematika penulisan laporan, sehingga dengan demikian pembahasan tersebut diharapkan akan dapat dipahami secara menyeluruh dan jelas. Adapun sistematika penulisan laporan Skripsi ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan manfaat yang terdiri dari tujuan dan manfaat, batasan masalah, asumsi – asumsi, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang konsep dan dasar teori dari manajemen proyek, penjadwalan proyek, metode penyajian dari penjadwalan dari proyek kontruksi, pekerjaan-pekerjaan yang mungkin dipercepat dalam suatu proyek, estimasi biaya proyek, jenis-jenis biaya, metode pelaksanaan proyek dan penelitian terdahulu.
(17)
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tentang lokasi dan waktu penelitian, identifikasi variabel, metode pengumpulan data, metode pengolahan data dan langkah-langkah pemecahan masalah.
BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang pengolahan data dan hasil analisa yang meliputi jenis-jenis item pekerjaan, rencana anggaran biaya normal, rekapitulasi rencana anggaran biaya normal serta pembahasan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan perhitungan berdasarkan data yang diperoleh.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi tentang kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari analisa dan pembahasan pada bab terdahulu serta memberikan saran dari hasil penelitian dari pengolahan data tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Bab ini berisi tentang daftar pustaka yang diambil minimal dari 10 literatur yang berbeda.
(18)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Manajemen Proyek
Istilah proyek biasanya adalah suatu aktifitas yang berlangsung dalam waktu tertentu dengan hasil akhir tertentu. Mengelola kegiatan dengan menggunakan konsep manajemen proyek merupakan langkah yang relative baru, yang dimulai secara intensif pada pertengahan abad ke-20 (Budi Santosa, 1999). Hal ini ditandai dengan diterapkannya suatu pendekatan, metode dan teknik tertentu pada pemikiran-pemikiran yang sebelumnya telah dikenal, dengan tujuan untuk meningkatkan sumberdaya manusia yang tersedia di perusahaan didalam menghadapi tantangan yang timbul.
Henry Fayol (1841-1925), seorang industrialis Perancis adalah orang yang
pertama menjelaskan secara sistematis bermacam-macam aspek pengetahuan manajemen dengan menghubungkan fungsi-fungsinya. Fungsi-fungsi tersebut antara lain merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan (Budi
Santosa, 1999).
Fungsi manajemen tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Merencanakan
Merencanakan diartikan sebagai pemilihan dan penentuan langkah-langkah kegiatan yang akan datang yang diperlukan untuk mencapai sasaran atau tujuan yang telah ditentukan.
(19)
b. Mengorganisir
Mengorganisir dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan cara mengatur dan mengalokasikan kegiatan serta sumberdaya dalam suatu organisasi (perusahaan) agar dapat mencapai sasaran atau tujuan yang telah ditentukan.
c. Memimpin
Kepemimpinan adalah aspek yang penting dalam mengelola suatu usaha, yaitu mengarahkan dan mempengaruhi sumberdaya manusia dalam organisasi (perusahaan) agar mau bekerja dengan sukarela untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Mengarahkan dan mempengaruhi ini mempunyai hubungan yang erat dengan motivasi, koordinasi dan konsultasi.
d. Mengendalikan
Mengendalikan dapat diartikan sebagai pemantauan, pengkajian, dan pengkoreksian agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. (Budi Santosa, 1999).
H. Koontz (1982) mendefinisikan manajemen sebagai proses
merencanakan mengorganisir, memimpin dan megendalikan kegiatan anggota serata sumberdaya yang lain untuk mencapai sasaran organisasi (perusahaan) yang telah ditentukan (Budi Santosa, 1999).
(20)
2.1.1. Pengertian Proyek
Proyek merupakan suatu rangkaian kegiatan yang direncanakan yang didalamnya menggunakan masukan (Input) untuk mendapatkan manfaat (benefit) atau hasil (return) dimasa yang akan datang (Evaluasi Proyek dan Perencanaan
Usaha; 1). Kegiatan suatu proyek selalu ditujukan untuk mencapai suatu tujuan
(objective) dan mempunyai titik tolak (starting point) dan titik akhir (ending
point), baik biaya maupun hasil yang diperoleh biasanya dapat diukur. Proyek
juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu dengan alokasi sumberdaya terbatas dan dimaksudkan untuk melaksanakan suatu tugas yang telah digariskan. (wulfram I Ervianto, 2004 )
Menurut D.I. Cleland and W.R. King (1987) “Proyek adalah gabungan berbagai sumberdaya, yang dihimpun dalam suatu wadah organisasi sementara, untuk mencapai suatu sasaran tertentu”. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proyek adalah suatu keseluruhan kegiatan yang menggunakan sumber-sumber untuk memperoleh manfaat (benefit).
2.1.2. Macam Proyek
Dilihat dari komponen kegiatan utamanya, proyek dapat dikelompokan sebagai berikut: (wulfram I Ervianto, 2004 )
1. Proyek Engineering – Konstruksi
Komponen kegiatan utama jenis proyek ini terdiri dari pengkajian kelayakan, desain engineering, pengadaan dan konstruksi. Contohnya adalah pembangunan gedung, jembatan, pelabuhan, jalan raya, fasilitas industri.
(21)
2. Proyek Engineering – Manufaktur
Proyek ini dimaksudkan untuk menghasilkan produk baru yaitu hasil usaha kegiatan proyek. Dengan kata lain proyek manufaktur merupakan proses untuk menghasilkan produk baru. Kegiatan utamanya meliputi desain engineering, pengembangan produk, pengadaan, manufaktur, perakitan, uji coba fungsi dan operasi produk yang dihasilkan. Contohnya adalah pembuatan ketel uap, generator listrik, mesin pabrik, kendaraan.
3. Proyek Penelitian dan Pengembangan
Proyek penelitian dan pengembangan bertujuan untuk melakukan penelitian dan pengembangan dalam rangka menghasilkan suatu produk tertentu.
4. Proyek Pelayanan Manajemen
Proyek pelayanan manajemen ini dapat dimanfaatkan oleh perusahaan, diantaranya:
a.Merancang sistem informasi manajemen, meliputi perangkat lunak maupun perangkat keras.
b.Merancang program efisiensi dan penghematan.
c.Melakukan diversifikasi, penggabungan dan pengambilalihan.
2.1.3. Pengertian Manajemen Proyek Konstruksi
Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka pendek. Dalam rangkaian kegiatan tersebut, ada suatu proses yang mengolah sumberdaya proyek menjadi suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan.
(22)
Proses yang terjadi dalam rangkaian kegiatan itu tentunya melibatkan pihak-pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hubungan antara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proyek dibedakan atas hubungan fungsional dan hubungan kerja. Dengan banyaknya pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi, maska potensi terjadinya konflik sangat besar sehingga dapat dikatakan bahwa proyek konstruksi mengandung konflik yang cukup tinggi. (wulfram I Ervianto, 2003)
Proyek konstruksi mempunyai tiga karakteristik yang dapat dipandang secara tiga dimensi. Tiga karakteristik tersebut adalah:
1. Bersifat unik
Keunikan dari proyek konstruksi adalah: tidak pernah terjadi rangkaian kegiatan yang sama persis (tidak ada proyek identik , yang ada adalah proyek sejenis), proyek bersifat sementara, dan selalu terlibat grup pkerja yang berbeda-beda.
2. Dibutuhkan sumberdaya (resources)
Setiap proyek konstruksi membutuhkan sumberdaya, yaitu pekerja dan “sesuatu” (uang, mesin, metode, material). Pengorganisasian semua sumber daya dilakukan oleh manajer proyek. Dalam kenyataannya mengorganisasikan pekerja lebih sulit dibandingkan dengan sumberdaya lainnya, apalagi pengetahuan yang dipelajari seorang manajer proyek bersifat teknis, seperti mekanika rekayasa, fisika bangunan, computer science, construction management. Pengetahuan tentang teori kepemimpinan sacara tidak langsung dibutuhkan oleh manajer proyek dan harus dipelajari sendiri.
(23)
3. Organisasi
Setiap organisasi mempunyai keragaman tujuan dimana didalamnya terlibat sejumlah individu dengan keahlian yang bervariasi, perbedaan ketertarikan, kepribadian yang bervariasi, dan ketidakpastian. Langkah awal yang harus dilakukan oleh manajer proyek adalah menyatukan visi menjadi satu tujuan yang ditetapkan oleh organisasi. (wulfram I Ervianto, 2003)
Gambar 2.1. Three dimention objective (wulfram I Ervianto. (2003)).
Proses penyelesaian proyek konstruksi harus berpegang pada tiga kendala (triple constraint), sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan sesuai dengan time schedule dan sesuai dengan biaya yang direncanakan. Ketiganya diselesaikan secara simultan. Ciri-ciri tersebut menyebabkan industri jasa konstruksi berbeda dengan industri lainnya misalnya manufaktur.
Melibatkan organisasi Melibatkan sumberdaya Unik
PROYEK KONSTRUKSI
(24)
Gambar 2.2. Triple Constraint (wulfram I Ervianto. (2003))
2.1.4. Dinamika dalam Siklus Proyek
Setiap proyek memiliki pola tertentu yang merupakan ciri pokok yang melekat dan membedakannya dari kegiatan operasional rutin, yaitu dalam hal kompleksitas, ukuran, dan sumber daya yang diperlukan. Semakin besar dan kompkleks suatu proyek ciri tersebut semakin terlihat. Ciri pokok ini dikenal sebagai dinamika kegiatan sepanjang siklus proyek. Dalam siklus proyek, kegiatan-kegiatan berlangsung mulai dari titik awal, kemudian jenis dan intensitasnya meningkat sampai puncak, turun dan berakhir.
Disamping naik turunnya intensitas kegiatan, terjadi pula perubahan dalam aspek lain seperti kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan. Misalnya pada tahap konseptual proyek diperlukan tenaga kerja yang ahli dibidang perencanaan dan engineering sedangkan pada tahap akhir proyek dibutuhkan lebih banya tenaga inspektor dilapangan.
Tepat mutu Tepat waktu Tepat biaya PROYEK KONSTRUKSI
(25)
Bila dibuat grafik maka siklus proyek dapat digambarkan seperti grafik dibawah
ini
Gambar 2.3. Hubungan keperluan sumberdaya terhadap waktu dalam siklus (Iman Soeharto. (1999))
2.1.5. Jenis-jenis Proyek Konstruksi
Proyek konstruksi dapat dibedakan menjadi dua jenis kelompok bangunan yaitu:
1. Bangunan gedung : rumah, kantor, pabrik dan lain-lain.
Sumber daya
Keperluan Sumber daya
KONSEPTUAL - Sasaran - lingkup kerja - kelayakan
PP/DEFINISI - Rencana - Anggaran - Jadwal - Peserta - Perangkat
IMPLEMENTASI - mobilisasi - Engineering - pengadaan - Konstruksi - Penggendalian
TERMINASI OPERASI - pra kondisi
- Start up - Demobilisasi - Penutupan
Siklus proyek
(26)
Ciri-ciri dari kelompok bangunan ini adalah:
a. Proyek konstruksi menghasilkan tempat orang bekerja atau tinggal. b. Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang ralatif sempit dan kondisi
pondasi umumnya sudah diketahui.
c. Dibutuhkan manajemen terutama untuk progressing pekerjaan. 2. Bangunan Sipil : jalan, jembatan, bendungan dan infrastruktur lainnya.
Ciri-ciri dari kelompok bangunan ini adalah:
a. Proyek konstruksi dilaksanakan untuk mengendalikan alam agar berguna bagi kepentingan manusia
b. Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang luas atau panjang dan kondisi pondasi sangat berbeda satu sama lain dalam suatu proyek. c. Manajemen dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan.
Kedua kelompok bangunan tersebut sebenarnya saling tumpang tindih tetapi pada umumnya kedua kelompok tersebut direncanakan dan dilaksanakan oleh disiplin ilmu perencana dan pelaksana yang berbeda. (wulfram I Ervianto
,2003)
2.2. Network Planning
Network planning merupakan system informasi pada penyelenggaraan
proyek, tetapi tidak semua informasi bisa diberikan kepada network planning untuk diproses dan tidak semua informasi dapat dilaporkan oleh network planning (Tubagus H A Prinsip-Prinsip Network Planning, 1997). Informasi tersebut hanya menyangkut kegiatan yang ada dalam network diagram saja. Dalam pemakaian network planning biasa menggunakan model berupa diagram yang
(27)
disebut network diagram. Dengan demikian network planning adalah salah satu model yang dipakai dalam penyelenggaraan proyek yang produknya adalah informasi mengenai kegiatan-kegiatan yang ada dalam network diagram yang bersangkutan dan informasi yang dihasilkan mengenai sumberdaya yang dibutuhkan oleh kegiatan-kegiatan beserta jadwal pelaksanaannya.
Ada 2 macam diagram yang dikenal dalam network planning, yang pertama adalah network diagram versi CPM dan PERT sedangkan yang kedua adalah diagram yang dikenal sebagai precedence diagram. Pada precedence diagram tidak dikenal adanya peristiwa, sedangkan pada network diagram versi CPM dan PERT dikenal adanya peristiwa pada setiap awak kegiatan dan pada setiap akhir kegiatan.
Prasyarat network planning yang harus dipenuhi pada penyelenggaraan
proyek adalah
1. Model harus lengkap
network planning merupakan model informasi kegiatan yang ada dalam network diagram. Diperlukan juga adanya informasi sumberdaya, yang
bertujuan memberikan informasi yang tepat agar sumberdaya yang dibutuhkan selalu dalam keadaan siap pakai.
2. model harus cocok.
network diagram setiap proyek adalah berbeda, karena itu diperlukan suatu
(28)
3. Asumsi yang dipakai tepat
network planning sebagai metode perencanaan mau tidak mau harus
menggunakan asumsi, karena keberhasilan network planning tergantung pada ketepatan asumsi yang digunakan.
4. Sikap pelaksana
Diperlukan dukungan dari sikap pelaksana agar penyelenggara proyek dapat berhasil.
2.2.1. Hubungan Proyek dan Kegiatan
Proyek adalah lintasan kegiatan yang dimulai pada suatu saat awal dan selesai pada suatu saat akhir, yaitu pada saat tujuan proyek tercapai (Tubagus H
1997). Bila proyek dianggap sebagai suatu system, maka inputnya adalah keadaan awal dan outputnya adalah keadaan akhir sedangkan prosesnya adalah teknologi. Kegiatan pada hakekatnya adalah proses interaksi input yaitu sumberdaya dengan ketrampilan untuk menghasilkan output, yang berupa produk tertentu. Jadi kegiatan juga dapat dikatakan adalah kegiatan yang merupakan komponen-komponen system yang tersusun membentuk sebuah proyek, sedangkan proyek adalah hasil integrasi dari beberapa kegiatan.
2.3. Network Diagram
Network atau sering disebut dengan jaringan kerja merupakan teknik baru
yang dikembangkan untuk mengatasi kekurangan-kekurangan yang ada pada
(29)
menjelaskan hubungan antar kegiatan dan waktu yang secara grafis mencerminkan urutan pelaksanaan kegiatan/pekerjaan proyek (Budi Santoso,
2003).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan jaringan kerja adalah
1. Macam-macam aktivitas yang ada
2. ketergantungan antar aktivitas, mana yang lebih dahulu diselesaikan dan mana yang menyusul.
3. Urutan logis dari masing-masing aktivitas. 4. Waktu penyelesaian tiap aktivitas.
Network diagram adalah visualisasi proyek berdasarkan network planning. Network diagram berupa jaringan kerja yang berisi lintasan-lintasan kegiatan dan
urutan –urutan peristiwa yang ada selama penyelenggaraan proyek. Dengan network diagram dapat diketahui kegiatan-kegiatan atau lintasan-lintasan mana saja yang kritis sehingga dengan mengetahui tingkat kekritisannya dapat ditetapkan skala prioritas mengenai masalah-masalah yang timbul selama penyelenggaraan proyek.
Dengan demikian Network diagram adalah visualisasi proyek berdasarkan
network planning yang berupa diagram yang berisi lintasan-lintasan yang terdiri
dari kegiatan-kegiatan yang harus dikerjakan dan terdiri dari peristiwa-peristiwa yang harus terjadi selama penyelenggaraan proyek.
(30)
2.3.1. Simbol dalam Network Diagram
Simbol-simbol yang digunakan dalam network diagram, minimum berjumlah dua macam dan maksimum tiga macam yaitu anak panah, lingkaran, dan anak panah terputus-putus.
Ketiga macam simbol tersebut adalah
1. Anak panah
Anak panah menyatakan sebuah kegiatan atau aktivitas. Kegiatan disini didefinisikan sebagai hal yang memerlukan duration (jangka waktu tertentu) dalam pemakaian sejumlah resources (sumber tenaga, peralatan, material, biaya). Baik panjang maupun kemiringan anak panah ini sama sekali tidak mempunyai arti. Jadi tidak perlu menggunakan skala. Kepala anak panah menjadi pedoman arah tiap kegiatan, yang menunjukkan bahwa suatu kegiatan dimulai dari permulaan dan berjalan maju sampai akhir dari arah kiri ke kanan.
Anak panah dapat digambarkan menjadi enam alternatif yaitu:
a. Horizontal
b. Miring keatas c. Miring kebawah d. Garis patah keatas e. Garis patah kebawah f. Garis lengkung
(31)
Gambar 2.4. Simbol anak panah ( Dimyati, Tjuju Tarliah–Ahmad, 2003) Keterangan:
X1 = Horizontal X2 = Miring keatas X3 = Miring kebawah X4 = Garis patah keatas X5 = Garis patah kebawah X6 = Garis lengkung L = Lama kegiatan 2. Lingkaran
Lingkaran yang melambangkan peristiwa selalu digambarkan berupa lingkaran yang terbagi atas tiga ruangan yaitu ruang sebelah kiri, ruang sebelah kanan atas, dan ruangan sebelah kanan bawah. Ruangan sebelah kiri merupakan tempat bilangan atau huruf yang menyatakan nomor peristiwa. Ruangan sebelah kanan atas merupakan tempat bilangan yang menyatakan nomor hari (untuk satuan waktu hari) yang merupakan saat paling awal peristiwa yang bersangkutan mungkin terjadi. Nomor hari tersebut dapat diterjemahkan kedalam bentuk tanggal hari yang
X
X X
X X L
L
L
L L
(32)
bersangkutan. Ruangan sebelah kanan bawah merupakan tempat bilangan yang menyatakan nomor hari (untuk satuan hari) yang merupakan saat paling lambat peristiwa yang bersangkutan boleh terjadi. Seperti halnya saat paling awal, nomor hari saat paling lambat ini bisa diterjemahkan dan dinyatakan dalam bentuk tanggal hari yang bersangkutan.
a b c
Gambar 2.5. Simbol Lingkaran ( Dimyati, Tjuju Tarliah–Ahmad, 2003)
keterangan:
a. n = nomor peristiwa
SPAn = saat paling awal peristiwa n mungkin terjadi SPLn = saat paling lambat peristiwa n mungkin terjadi b. n = 5 = nomor peristiwa
SPAn = 105 hari = saat paling awal peristiwa n mungkin terjadi SPLn = 120 hari = saat paling lambat peristiwa n mungkin terjadi c. n = 5 = nomor peristiwa
SPAn = 01/12/08 = tanggal 01 desember 2008 adalah saat paling awal peristiwa nomor 5 mungkin terjadi.
SPLn = 09/12/08 = tanggal 09 desember 2008 adalah saat paling lambat peristiwa nomor 5 mungkin terjadi.
SPAn
SPLn
n
105
120 5
1/12/08
9/12/08 n
(33)
3. Anak panah terputus-putus
Anak panah terputus-putus melambangkan hubungan antara peristiwa. Sama halnya dengan anak panah yang melambangkan kegiatan, anak panah terputus-putus (dummy) selalu digambarkan dengan ekor di sebelah kiri dan kepala disebelah kanan.
Gambar 2.6. Simbol anak panah terputus-putus
( Dimyati, Tjuju Tarliah–Ahmad, 2003, OPERATION RESEARCH)
Dalam penggunaannya simbol-simbol ini digunakan dengan mengikuti aturan-aturan sebagai berikut :
1. Diantara dua event yang sama hanya boleh digambarkan dengan satu anak panah.
2. Nama suatu aktivitas dengan huruf atau dengan nomor event.
3. Aktivitas harus mengalir dari event bernomor rendah ke event bernomor tinggi.
(34)
Gambar 2.7. Network Diagram (Tubagus Haedar Ali. 1997)
2.3.2. Hubungan Antar Simbol
Dalam network diagram terdapat dua buah hubungan antar simbol yaitu anak panah dengan lingkaran yang melambangkan hubungan kegiatan dengan peristiwa dan hubungan antara dua anak panah terputus-putus dengan lingkaran yang melambangkan hubungan antara dua peristiwa. Sedangkan hubungan antara anak panah terputus-putus tidak pernah ada.
Beberapa ketentuan yang harus diperhatikan dalam pemberian lambing pada network diagram adalah (Tubagus H.A, 1997 ; 15)
1. Bila nomor-nomor peristiwa terdiri dari bilangan, angka nomor peristiwa awal harus lebih kecil daripada nomor peristiwa akhir, baik untuk kegiatan maupun dummy.
2. Bila nomor-nomor peristiwa terjadi dari huruf, maka nomor peristiwa dalam sebuah network diagram tidak boleh ada yang sama.
3. Antara dua buah peristiwa hanya boleh ada satu kegiatan saja atau saru
dummy saja.
4. Satu anak panah hanya melambangkan satu kegiatan saja. 1
2
4
6
8
7 5
3 Initial
(35)
5. Satu kegiatan hanya dilambangkan oleh satu anak panah saja.
2.4. Kegunaan Jaringan Kerja
Kegunaan yang dapat diambil dari pemakaian analisis network adalah sebagai berikut:
1. Dapat mengenali jalur kritis (critical path) dalam hal ini adalah jalur elemen-elemen kegiatan yang kritis dalam skala waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan.
2. Mempunyai kemampuan mengadakan perubahan-perubahan sumber daya dan memperhatikan efek terhadap waktu selesai proyek.
3. Mempunyai kemampuan memperkirakan efek-efek dari hasil yang dicapai suatu kegiatan terhadap keseluruhan rencana apabila diimplementasikan atau dilaksanakan.
2.5. Metode CPM (Critical Path Method)
Metode lintasan kritis CPM (Critical Path Method) pertama kali digunakan pada proyek konstruksi di perusahaan Du pont pada tahun 1957. Metode ini lebih menekankan pada ongkos proyek. Ini berbeda dengan PERT yang lebih menekankan pada ketidakpastian waktu. Dalam CPM tidak ada pemberlakuan metode statistik untuk mengakomodasikan adanya ketidakpastian. Dalam CPM juga dibahas adanya tawar-menawar atau trade-off antara jadwal waktu dan biaya proyek.
(36)
Metode CPM dikenal adanya jalur kritis , yaitu jalur yang memiliki rangkaian komponen-komponen kegiatan dengan total jumlah waktu terlama dan menunjukkan kurun waktu penyelesaian proyek yang tercepat.
2.5.1. Terminologi dalam CPM
Pada metode CPM terdapat dua buah perkiraan waktu dan biaya untuk setiap kegiatan yang terdapat dalam jaringan. Kedua perkiraan tersebut adalah perkiraan waktu penyelesaian dan biaya yang sifatnya normal (normal estomate) dan perkiraan waktu penyelesaian dan biaya yang sifatnya dipercepat (crash
estimate). Dalam menentukan perkiraan waktu penyelesaian akan dikenal istilah jalur kritis, jalur yang memiliki rangkaian-rangkaian kegiatan dengan total
jumlah waktu terlama dan waktu penyelesaian proyek yang tercepat. Sehingga dapat dikatakan bahwa jalur kritis berisikan kegiatan-kegiatan kritis dari awal sampai akhir jalur. Seorang manajer proyek harus mampu mengidentifikasi jalur kritis dengan baik, sebab pda jalur ini terdapat kegiatan yang jika pelaksanaannya terlambat maka akan mengakibatkan keterlambatan seluruh proyek. Dalam sebuah jaringan kerja dapat saja terdiri dari beberapa jalur kritis.
2.5.1.1. Menentukan Waktu Penyelesaian
Dalam proses identifikasi jalur kritis dikenal beberapa terminologi dan rumus-rumus perhitungan sebagai berikut :
(37)
2. L (Latest event occurence time) = Saat paling lambat yang masih
diperbolehkan bagi suatu peristiwa terjadi.
3. ES (earliest activity start time) = Waktu Mulai paling awal suatu kegiatan.
Bila waktu mulai dinyatakan dalam jam, maka waktu ini adalah jam paling awal kegiatan dimulai.
4. EF (earliest activity finish time) = Waktu Selesai paling awal suatu kegiatan.
EF suatu kegiatan terdahulu = ES kegiatan berikutnya
5. LS (latest activity start time) = Waktu paling lambat kegiatan boleh dimulai
tanpa memperlambat proyek secara keseluruhan.
6. LF (latest activity finish time) = Waktu paling lambat kegiatan diselesaikan
tanpa memperlambat penyelesaian proyek.
7. t (activity duration time) = Kurun waktu yang diperlukan untuk suatu
kegiatan (hari, minggu, bulan). Sifat atau syarat umum jalur kritis :
a. Pada kegiatan pertama : ES=LS=0 atau E(1) = L(1) =0 b. Pada kegiatan akhir atau terminal : LF=EF
c. Foat Total : TF = 0
2.5.1.2. Cara Perhitungan CPM
Dalam perhitungan waktu juga digunakan tiga asumsi dasar yaitu: Pertama, proyek hanya memiliki satu initial event (start) dan satu terminal event (finish). Kedua, saat tercepat terjadinya initial event adalah hari ke-nol. Ketiga, saat paling lambat terjadinya terminal event adalah LS = ES.
(38)
Adapun cara perhitungan dalam menentukan waktu penyelesaian terdiri dari dua tahap, yaitu perhitungan maju (forward computation) dan perhitungan mundur (backward computation).
1. Hitungan Maju
Dimulai dari Start (initial event) menuju Finish (terminal event) untuk menghitung waktu penyelesaian tercepat suatu kegiatan (EF), waktu tercepat terjadinya kegiatan (ES) dan saat paling cepat dimulainya suatu peristiwa (E). 2. Hitungan Mundur
Dimulai dari Finish menuju Start untuk mengidentifikasi saat paling lambat terjadinya suatu kegiatan (LF), waktu paling lambat terjadinya suatu kegiatan (LS) dan saat paling lambat suatu peristiwa terjadi (L).
Apabila kedua perhitungan tersebut telah selesai maka dapat diperoleh nilai Slack atau Float yang merupakan sejumlah kelonggaran waktu dan elastisitas dalam sebuah jaringan kerja. Dimana, terdapat dua macam jenis Slack yaitu Total Slack dan Free Slack. Untuk melakukan perhitungan maju dan mundur maka lingkaran atau event dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
Gambar 2.8. Network Diagram Event (Alberto D. Pena. 1997.) Keterangan:
(39)
b = ruang untuk menunjukkan waktu paling cepat terjadinya event (E) dan kegiatan (ES) yang merupakan hasil perhitungan maju
c = ruang untuk menunjukkan waktu paling lambat terjadinya event (L) dan kegiatan yang merupakan hasil perhitungan mundur
Untuk lebih jelasnya dalam melakukan perhitungan maju dan perhitungan mundur dalam sebuah jaringan kerja diberikan ilustrasi sebagai berikut:
1 2
3
4
5 6
(2)
(3) (4)
(5) (6)
(3) A
B C
D E
F
Gambar 2.9. Network Diagram Proyek (Alberto D. Pena. 1997) Hitunglah Jumlah waktu penyelesaian proyek dan Total Slack-nya:
A. Perhitungan Maju
Aturan Pertama
Kecuali kegiatan awal, maka suatu kegiatan baru dapat dimulai bila kegiatan yang mendahuluinya (predecessor) telah selesai.
E(1) = 0
Aturan Kedua
Waktu selesai paling awal suatu kegiatan sama dengan waktu mulai paling awal, ditambah dengan kurun waktu kegiatan yang mendahuluinya.
EF(i-j) = ES(i-j) + t (i-j)
(40)
EF(2-3) = ES(2-3) + D = 2 + 5 = 7 EF(2-4) = ES(2-4) + D = 2 + 3 = 5 EF(3-5) = ES(3-5) + D = 7 + 6 = 13 EF(4-5) = ES(4-5) + D = 5 + 4 = 9
Aturan Ketiga
Bila suatu kegiatan memiliki dua atau lebih kegiatan-kegiatan terdahulu yang menggabung, maka waktu mulai paling awal (ES) kegiatan tersebut adalah sama dengan waktu selesai paling awal (EF) yang terbesar dari kegiatan terdahulu.
Misalnya:
a b c
d
Gambar 2.10. Network Perhitungan Maju ( Alberto D. Pena. 1997)
Bila EF(c) > EF(b) > EF(a), maka ES(d) = EF(c) Maka: EF(5-6) = EF(4-5) + D = 13 + 3 = 16
(41)
Tabel 2.1 Hasil Perhitungan Maju untuk Mendapatkan EF
Kegiatan PALING AWAL
i j
Kurun Waktu (Hari) t
Mulai (ES)
Selesai (EF)
(1) (2) (3) (4) (5)
1 2 2 0 2
2 3 5 2 7
2 4 3 2 5
3 5 6 7 13
4 5 4 5 9
5 6 3 13 16
(Sumber : Alberto D. Pena. 1997)
Dari perhitungan pada tabel 2.1 diperoleh waktu penyelesaian proyek adalah selama 16 minggu.
B. Perhitungan Mundur
Aturan Keempat
Waktu mulai paling akhir suatu kegiatan sama dengan waktu selesai paling akhir dikurangi kurun waktu berlangsungnya kegiatan yang bersangkutan.
LS(i-j) = LF(i-j) – t
Maka LS(5-6) = EF(5-6) – D = 16 – 3 = 13 LS(4-5) = EF(4-5) – D = 13 – 4 = 9 LS(3-5) = EF(3-5) – D = 13 – 6 = 7 LS(2-4) = EF(2-4) – D = 9 – 3 = 6 LS(2-3) = EF(2-3) – D = 7 – 5 = 2
(42)
Aturan Kelima
Apabila suatu kegiatan terpecah menjadi 2 kegiatan atau lebih, maka waktu paling akhir (LF) kegiatan tersebut sama dengan waktu mulai paling akhir (LS) kegiatan berikutnya yang terkecil.
a
b
c
d
Gambar 2.11. Network Perhitungan Mundur (Alberto D. Pena. 1997. Project
Preparation and Analysis for Local)
Jika LS(b) < LS(c) < LS(d) maka LF(a) = LS(b)
Sehingga: LF(1-2) = LS(2-3) = 2 dan LS(1-2) = EF(1-2) – D = 2 – 2 = 0
Tabel 2.2 Hasil Perhitungan Mundur untuk mendapatkan LF
KEGIATAN PALING AWAL PALING AKHIR
i J
KURUN WAKTU
(t)
MULAI (ES)
SELESAI (EF)
MULAI (LS)
SELESAI (LF)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 2 2 0 2 0 2
2 3 5 2 7 2 7
2 4 3 2 5 6 9
3 5 6 7 13 7 13
4 5 4 5 9 9 13
5 6 3 13 16 13 16
(43)
C. Perhitungan Slack atau Float
Aturan Keenam
Slack Time atau Total Slack (TS) = LS – ES atau LF – EF
Tabel 2.3 Hasil Perhitungan Slack
(Sumber : Alberto D. Pena. 1997)
2.7 Peristiwa Kritis, Kegiatan Kritis, dan Lintasan Kritis
Peristiwa kritis adalah peristiwa yang tidak mempunyai tenggang waktu atau SPA (Saat Paling Awal)-nya sama dengan SPL (Saat Paling Lambat). Peristiwa kritis pada network diagram bias diketahui dari bilangan pada ruang kanan atas sama dengan bilangan pada ruang kanan bawah dari peristiwa tersebut. Kegiatan kritis adalah kegiatan yang tidak memiliki toleransi terhadap keterlambatan, sehingga bila sebuah kegiatan kritis terlambat satu hari saja sedangkan kegiatan lainnya tidak terlambat, maka proyek akan mengalami keterlambatan selama satu hari (Tubagus H.A, 1997 ). Sifat kritis ini disebabkan
karena kegiatan tersebut harus dimulai pada satu saat (tidak ada mulai paling awal
KEGIATAN AWAL AKHIR
i j
KURUN WAKTU
(t) (ES) (EF) (LS) (LF)
TOTAL SLACK
(TS)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 2 2 0 2 0 2 0
2 3 5 2 7 2 7 0
2 4 3 2 5 6 9 4
3 5 6 7 13 7 13 0
4 5 4 5 9 9 13 4
(44)
selesai paling awal dan tidak ada selesai paling lambat). Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan, saat paling awal sama dengan saat paling lambat baik untuk peristiwa awal maupun untuk peristiwa akhir dari kegiatan yang bersangkutan atau secara formulatif.
SPAi = SPLi SPAj = SPLj
Karena kegiatan kritis harus dimulai pada suatu saat awal saja dan harus selesai pada satu akhir saat akhir saja dan tidak ada alternative saat lainnya, maka berlaku rumus:
SPAi + L = SPLi SPAj + L = SPLj Keterangan :
L = lama kegiatan kritis
SPAi = saat paling awal peristiwa awal SPLi = saat paling lambat peristiwa awal SPAj = saat paling awal peristiwa akhir SPLj = saat paling lambat peristiwa akhir
Dari uraian diatas dapat disimpulkan :
1. Kegiatan kritis terletak diantara dua peristiwa kritis.
2. Antara dua peristiwa kritis belum tentu terdapat kegiatan kritis (mungkin kegiatan kritis mungkin pula bukan kegiatan kritis).
3. Antara dua peristiwa kritis terdapat kegiatan kritis bila dipenuhi rumus : SPAi + L = SPLi atau SPAj + L = SPLj
(45)
Lintasan kritis dalam sebuah network diagram adalah lintasan yang terdiri dari kegiatan-kegiatan kritis, peristiwa-peristiwa kritis dan dummy. Dummy hanya ada dalam lintasan kritis bila diperlukan. Lintasan kritis ini dimulai dari peristiwa awal network diagram. Tujuan mengetahui lintasan kritis adalah untuk mengetahui dengan cepat kegiatan-kegiatan dan peristiwa-peristiwa yang tingkat kepekaannya paling tinggi terhadap keterlambatan pelaksanaan proyek, sehingga setiap saat dapat ditentukan tingkat prioritas kebijakan penyelenggaraan proyek, yaitu terhadap kegiatan-kegiatan kritis.
Berdaraskan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Umur lintasan kritis sama dengan umur proyek.
2. Lintasan kritis adalah lintasan yang paling lama umur pelaksaannya dari semua lintasan yang ada.
Syarat umum jalur kritis adalah :
1. Pada kegiatan pertama : ES = LS = 0 atau E(1) = L(1) = 0. 2. Pada kegiatan terakhir atau terminal : LF = EF.
3. Float Total : TF = 0.
Sehubungan dengan lintasan kritis suatu proyek, perlu diperhatikan bahwa : 1. Penundaan kegiatan yang merupakan bagian dari “jalur kritis” akan
menyebabkan keterlambatan penyelesaian proyek.
2. Penyelesaian proyek secara keseluruhan akan dapat dipercepat bila kita dapat mempercepat penyelesaian suatu kegiatan pada jalur kritis.
(46)
relokasi tenaga kerja dari kegiatan-kegiatan tertentu pada kegiatan-kegiatan “kritis”.
2.8 Analisis Biaya Proyek
Selain CPM dapat digunakan untuk menentukan waktu paling cepat sebuah proyek dapat terselesaikan dan mengidentifikasi waktu kelonggaran (Slack) paling lambat sebuah kegiatan dapat dimulai tanpa menghambat jadwal proyek keseluruhan, metode ini juga mampu melakukan analisis terhadap sumber daya yang dipakai dalam proyek (biaya) agar jadwal yang dihasilkan akan jauh lebih optimal dan ekonomis.
Suatu proyek menggambarkan hubungan antara waktu terhadap biaya (lihat Gambar 2.12). Perlu dicatat bahwa, biaya disini merupakan biaya langsung misalnya biaya tenaga kerja, pembelian material dan peralatan) tanpa memasukkan biaya tidak langsung seperti biaya administrasi, dan lain-lain. Adapun istilah-istilah dari hubungan antara waktu penyelesaian proyek dengan biaya yang dikeluarkan adalah sebagai berikut:
1. Waktu Normal
Adalah waktu yang diperlukan bagi sebuah proyek untuk melakukan rangkaian kegiatan sampai selesai tanpa ada pertimbangan terhadap penggunaan sumber daya.
2. Biaya Normal
Adalah biaya langsung yang dikeluarkan selama penyelesaian kegiatan-kegiatan proyek sesuai dengan waktu normalnya.
(47)
3. Waktu Dipercepat
Waktu dipercepat atau lebih dikenal dengan Crash Time adalah waktu paling singkat untuk menyelesaikan seluruh kegiatan yang secara teknis pelaksanaannnya masing mungkin dilakukan. Dalam hal ini penggunaan sumber daya bukan hambatan.
Crash Time ( 10 % ) = 10% x waktu normal
4. Biaya untuk Waktu Dipercepat
Atau Crash Cost merupakan biaya langsung yang dikeluarkan untuk
menyelesaikan kegiatan dengan waktu yang dipercepat.
Perhitungan yang dilakukan untuk menentukan sudut kemiringan (waktu dan biaya suatu kegiatan) atau lebih dikenal dengan slope adalah:
Dipercepat Waktu
Normal
Waktu
BiayaDipercepat BiayaNormal Biaya
Slope
2.9 Mempercepat umur proyek
Umur proyek merupakan batas waktu pelaksanaan proyek. Keadaan yang dihadapi dalam pelaksanaan proyek adalah adanya perbedaan antara umur perkiraan proyek dengan umur rencana proyek. Umur rencana proyek biasanya lebih pendek daripada umur perkiraan proyek. Umur perkiraan proyek ditentukan oleh lintasan kritis yang terlama waktu pelaksanaannya, dan waktu pelaksanaan tersebut merupakan jumlah lama kegiatan perkiraan dari kegiatan-kegiatan kritis yang membentuk lintasan tersebut. Agar proyek dapat diselesaikan sesuai dengan
(48)
Caranya adalah dengan mempercepat lama kegiatan perkiraan secara proporsional.
Syarat yang harus dipenuhi agar dapat membuat rencana dengan umur proyek yang lebih cepat daripada keadaan semula adalah (Tubagus Haedar A,
1997;78)
1. Telah ada network diagram yang tepat
2. Lama kegiatan masing-masing kegiatan telah ditentukan
3. Berdasarkan ketentuan di atas, dihitung saat paling awal (SPA) dan saat paling lambat (SPL) semua peristiwa
4. Ditentukan pula umur rencana proyek (UREN)
Tujuan pokok untuk mempercepat waktu penyelesaian adalah memperpendek waktu penyelesaian proyek dengan kenaikan biaya yang seminimal mungkin. Proses mempercepat waktu penyelesaian proyek dinamakan
Crash Program. Akan tetapi, terdapat batas waktu percepatan (crash time) yaitu
suatu batas dimana dilakukan pengurangan waktu melewati batas waktu ini akan tidak efektif lagi ( 10% ).
Dengan menggunakan crash schedule, tentu saja biayanya akan jauh lebih
besar dibandingkan dengan normal schedule. Dalam crash schedule akan dipilih
kegiatan-kegiatan kritis dengan tingkat kemiringan terkecil untuk mempercepat
pelaksanaannya. Langkah ini dilakukan sampai seluruh kegiatan mencapai nilai
(49)
Prosedur yang harus diikuti agar dapat mempercepat umur proyek adalah
Tubagus H.A,1997 ):
1. Buat network diagram dengan nomor-nomor peristiwa yang sama seperti semula dengan lama kegiatan perkiraan baru untuk langkah ulangan dan sama dengan semula untuk langkah siklus pertama.
2. Dengan dasar saat paling awal peristiwa awal, SPA1 = 0, dihitung saat peristiwa awal lainnya. Umur perkiraan proyek (UPER) = saat paling awal peristiwa akhir (SPAm ,m = nomor peristiwa akhir network diagram atau nomor maksimal peristiwa).
3. Dengan dasar saat paling lambat peristiwa akhir network diagram (SPAm) = umur proyek yang direncanakan (UREN), dihitung saat paling lambat semua peristiwa.
4. Hitung total float (TF) semua kegiatan yang ada. Bila tidak ada total float yang berharga negative, lanjutkan kelangkah berikut:
5. Cari lintasan-lintasan yang terdiri dari kegiatan-kegiatan yang total float masing-masing besarnya:
Total Float (TF) = UREN – UPER
= SPLm - SPAm berharga negatif = SPL1 = SPA1
6. Lama kegiatan dari kegiatan tersebut diatas adalah Ln , n adalah nomor urut kegiatan tersebut dalam satu lintasan, n = 1, 2, 3, …..z
7. Hitung lama kegiatan baru dari kegiatan tersebut diatas (langkah ke-5 dan 6) dengan menggunakan rumus :
(50)
Keterangan :
Ln (baru) = Lama kegiatan baru Ln (lama) = Lama kegiatan lama
Li = Jumlah lama kegiatan – kegiatan pada satu lintasan yang harus dipercepat
UREN = umur rencana proyek
UPER = umur perkiraan proyek 8. Kembali ke langkah 1
Contoh perhitungan percepatan proyek : Diberikan tabel sebagai berikut:
Tabel 2.4. Daftar kegiatan proyek Waktu yang dibutuhkan
(Minggu)
Biaya (Dalam $) Kegiatan
Kegiatan Mendahului
Normal Crash Normal Crash
A - 4 2 10.000 11.000
B A 3 2 6.000 9.000
C A 2 1 4.000 6.000
D B 5 3 14.000 18.000
E B,C 1 1 9.000 9.000
F C 3 2 7.000 8.000
G E, F 4 2 13.000 25.000
H D, E 4 1 11.000 18.000
I H, G 6 5 20.000 19.000
(Sumber : Alberto D. Pena. 1997. ) a. Tentukan waktu penyelesaian proyek serta biayanya!
b. Tentukan waktu senggang bebasnya dan lintasan kritis normal!
Dengan mempersingkat waktu proyek selama tiga minggu, tentukan kegiatan-kegiatan apa saja yang pelu dipersingkat dan tentukan total biaya proyeknya! Bentuk jaringan kerja dari proyek tersebut adalah:
(51)
2 4 4 3 7 7 4 7 9 1 0 0 A B C 5 12 12 D 7 10 12 E F 8 16 16 H 9 22 22 G I 4 3 2 1 5 3 4 4 6 4 6 7 7 8 12 16 12 10 12 22 16 12 12 14 9 7 9 4 7 0 11 6 8 12 8 8
Gambar 2.13. Network diagram proyek (Alberto D. Pena. 1997. )
a. Diperoleh waktu penyelesaian proyek adalah 22 minggu dengan biaya yang dikeluarkan adalah (10.000 + 6.000 + 4.000 +14.000 + 9.000 + 7.000 + 13.000 + 11.000 + 20.000 = $ 94.000
b. Berikut ini cara memperhitungkan free slack dan menemukan lintasan kritisnya.
Tabel 2.5. free slack
Kegiatan A B C D E F G H I
TS 0 0 2 0 4 2 2 0 0
FS 0 0 1 0 0 0 0 0 0
(Sumber : Alberto D. Pena. 1997.)
Kegiatan Kritis : A, B, D, H, I
Jalur Kritis : 1 – 2 – 3 – 5 – 8 – 9
c. Untuk mempersingkat waktu penyelesaian proyek dengan menggunakan crash
(52)
Tabel 2.6. Nilai slope
(Sumber : Alberto D. Pena. 1997. )
2. Mengurangi waktu penyelesaian proyek dengan menekan sebanyak mungkin kegiatan-kegiatan kritis yang mempunyai slope terkecil. Dari tabel di atas kegiatan kritis dengan slope terkecil adalah kegiatan A. Dengan demikian kegiatan A dapat ditekan sebanyak 2 minggu (4 2). Berikut ini perubahan waktu penyelesaian proyeknya:
2 2 2 3 5 5 4 5 7 1 0 0 A B C 5 10 10 D 7 8 10 E F 8 14 14 H 9 20 20 G I 2 3 2 1 5 3 4 4 6 2 4 5 5 6 10 14 10 8 10 20 14 10 10 12 7 5 7 2 5 0 9 6 6 10 6 6
Gambar 2.14. Network diagram percepatan proyek (Alberto D. Pena. 1997.) Diperoleh waktu penyelesaian proyek adalah 20 minggu dengan biaya adalah $94.000 + (22 – 20) 500 = $95.000
3. Dikarenakan waktu penyelesaian belum sesuai yang diharapkan (3 minggu) maka perlu menekan aktivitas kritis lain yang memiliki slope terkecil setelah A yaitu kegiatan D sebanyak 1 minggu (5 4). Waktu penyelesaian proyek yang diperoleh:
Kegiatan A B C D E F G H I
(53)
Gambar 2.15. Network diagram percepatan proyek akhir (Alberto D. Pena.1997)
Diperoleh waktu penyelesaian proyek adalah 19 minggu dengan biaya adalah $95.000 + (20 – 19) 2.000 = $97.000
2.10 Peneliti Terdahulu
Berikut ini merupakan penelitian – penelitian sebelumnya yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini :
1. Haryadi Sarjono, Optimasi Waktu Kerja Dengan Analisa Network (CPM) Pada PT MAJU GEMILANG MANDIRI, Universitas Bina Nusantara, Jakarta. (2008)
Perusahaan konstruksi pada umumnya selalu menerapkan konsep manajemen proyek dalam setiap pengerjaan proyek. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil yang optimal serta waktu yang optimis (waktu yang cepat dan diharapkan, baik untuk pihak perusahaan maupun pihak owner). Masalah yang diteliti adalah mengenai optimisasi waktu kerja dengan
(54)
Gading, Jakarta Utara. Dalam penelitian ini terdapat 22 jalur kritis, dimana memerlukan waktu 327 hari untuk proyek pengerjaan keseluruhan, lebih cepat 39 hari dari perencanaan yang dibuat oleh PT. Maju Gemilang Mandiri. Proyek ini akan dikerjakan terhitung dimulai 1 Maret 2008 dan akan berakhir pada 21 Januari 2009. Dengan adanya penelitian ini diharapkan perusahaan dapat mengetahui susunan pekerjaan dengan lebih detail dan lebih optimal lagi, serta hambatan yang akan terjadi selama pengerjaan proyek
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan alternatif solusi dalam menyelesaikan permasalahan pengerjaan proyek yang dialami perusahaan, metode CPM (Critical Path Method) merupakan salah satu metode yang dianggap mampu untuk melakukan analisis sistem yang mengandung ketidakpastian.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan Berdasarkan analisa network – metode CPM yang digunakan penulis, dapat disimpulkan proyek pembangunan rumah tinggal di Villa Gading Indah M14, Kelapa Gading – Jakarta Utara dapat menghemat waktu pengerjaan proyek sebanyak 39 hari, yaitu dari 366 hari yang dijadwalkan menjadi 327 hari. Pada proyek ini terdapat pekerjaan kritis yaitu pekerjaan a – b – c – d – e – f – g – h – k – l – m – n – q – r – s – t – w – z – aa – ab – ac – ad. Dimana pekerjaan kritis ini merupakan pekerjaan yang mempengaruhi total penyelesaian proyek. Berdasarkan Metode CPM yang digunakan dapat terjadi penghematan waktu sebanyak 39 hari, yaitu dari 366 hari menjadi 327 hari.
(55)
2. Aryo Andri Nugroho, Optimalisasi Penjadwalan Proyek Pada Pembangunan Gedung Khusus (Laboraturium) Stasiun Karantina Ikan Kelas 1 Tanjung Mas Pada PT. MUNICA PRATAMA GROUP UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG. ( 2007)
PT Munica Pratama Group merupakan perusahaan yang bergerak dalam usaha utama sebagai pelaksana konsturksi bangunan gedung dan sipil serta mengerjakan bidang usaha lainnya seperti building manajemen, pengembangan properti dan realiti.Untuk memenuhi permintaan konsumen maka diperlukan penjadwalan proyek yang tepat agar proyek dapat selesai sesuai tenggat waktu yang disepakati.
Permasalahan pada penelitian ini adalah bagaimana cara menentukan lintasan kritis dan nilai optimum pada penjadwalan proyek gedung stasiun karantina ikan kelas 1 Tanjung Mas Semarang dengan menggunakan metode CPM dan bagaimana cara menentukan lintasan kritis dan nilai optimum pada penjadwalan proyek. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui cara menentukan lintasan kritis dengan menggunakan metode CPM pada penjadwalan proyek pembangunan gedung stasiun karantina ikan kelas 1 Tanjung Mas Semarang dan kurva s untuk mencari lintasan kritis.
Hasil perhitungan penjadwalan proyek pembangunan gedung stasiun
karantina ikan kelas 1 Tanjung Mas Semarang dengan Metode CPM dan
kurva s membutuhkan waktu 144 hari dengan biaya Rp.606.360.753,00
sedangkan perhitungan yang dilakukan PT MUNICA PRATAMA GROUP membutuhkan waktu 150 hari dengan biaya Rp.616.634.000,00 sehingga
(56)
3. Anjik Purnomo, Analisa Penjadwalan Proyek Dengan Menggunakan Metode CPM Dan Analisa Kurva S Pada Proyek Pembangunan Gedung BPK SIDOARJO UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL JAWA TIMUR.( 2009)
PT. PP (Pembangunan Perumahan) Persero adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha utama sebagai pelaksana konstruksi bangunan gedung dan sipil serta mengerjakan bidang usaha lainnya seperti building manajemen,pengembangan properti dan realti. Untuk memenuhi permintaan konsumen yang semakin kompetitif, maka diperlukan penjadwalan proyek yang tepat agar proyek dapat selesai sesuai tenggat waktu yang disepakati. Dalam pengerjaan konstruksi ini masalah yang sering dihadapi adalah tentang penggunaan waktu yang kurang efektif. Hal ini disebabkan oleh pekerjaan yang tidak tepat waktu sehingga menghambat pekerjaan lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut.
Dengan adanya masalah tersebut maka untuk mengoptimalisasikan jangka waktu dan meminimasi total biaya proyek untuk pekerjaan yang bisa dipercepat serta bisa mentargetkan penyelesaian proyek pembangunan tersebut diperlukan suatu alternatif pemecahan masalah, yaitu dengan mengaplikasikan metode CPM (Critical Path Method) dan analisis kurva S dengan harapan perusahaan dapat mengatasi permintaan konsumen yang kompetitif dengan waktu dan biaya proyek yang optimal.
Dari hasil pengolahan data didapatkan 6 jalur kritis dengan kegiatan yang dapat dipercepat antara lain adalah kegiatan yang berada pada jalur kritis
(57)
terutama kegiatan-kegiatan utama yaitu A1 (Pembersihan Lokasi dan Jalan Selama Pelaksanaan), B1 (Pekerjaan struktur lantai 1), B4 (Pekerjaan struktur lantai 4), C2 (Pekerjaan finishing lantai dan dinding), D2 (Kabel power distribusi tegangan rendah) dan F1 (Pekerjaan partisi dan interior). Waktu dan biaya proyek dengan metode riil perusahaan adalah selama 280 hari dengan biaya sebesar Rp 26.602.387.109,-, sedangkan dengan menggunakan metode CPM (Critical Path Method) percepatan diperoleh waktu selama 256 hari dengan total biaya proyek sebesar Rp 24.416.952.242,81. Sehingga metode CPM (Critical Path Method) dapat menghasilkan waktu dan total biaya proyek yang lebih minimal daripada total biaya proyek rill perusahaan dengan selisih sebesar Rp 2.185.434.866,19. Laju perkembangan proyek ini dapat dilihat pada Kurva S Percepatan.
Dari ke tiga referensi diatas terdapat perbedaan dengan metode
PERT (Program Evaluation And Review Technique) & CPM (Critical Path Method) ) yang saya pakai. Pada referensi ditas hanya memakai metode
CPM dan Kurva S saja, sehingga tidak ada program evaluasi dan teknik perbaikannya.
(58)
0 1 2 3 4 5 Final Report
Evaluation Training Interviews
Definisi Gantt chart
Gantt chart adalah grafik batang horizontal dikembangkan sebagai alat kontrol produksi pada tahun 1917 oleh Henry L. Gantt, seorang insinyur Amerika dan ilmuwan sosial. Sering digunakan dalam manajemen proyek bagan Gantt memberikan ilustrasi grafis jadwal yang membantu untuk merencanakan mengkoordinasi.
Grafik Gantt chart mungkin versi sederhana dibuat pada kertas grafik atau versi yang lebih kompleks otomatis dibuat menggunakan aplikasi manajemen proyek seperti Microsoft Project atau Excel. Sebuah bagan Gantt dibangun dengan sumbu horizontal mewakili rentang waktu keseluruhan proyek, dipecah menjadi kenaikan
22/10 29/10 5/11 12/11 19/11 26/11 3/12 10/12 17/12 24/12 Report Data
(59)
(misalnya, hari, minggu, atau bulan ) dan sumbu vertikal mewakili tugas-tugas yang membentuk proyek.
Bar horizontal dari berbagai panjang merupakan urutan waktu dan rentang waktu untuk setiap tugas. Dengan menggunakan contoh yang sama anda akan menempatkan “melakukan penelitian” di bagian atas sumbu vertical dan menggambar sebuah bar pada grafik yang mewakili jumlah waktu yang anda harapkan untuk menghabiskan penelitian dan kemudian masukkan tugas-tugas lain di bawah yang pertama dan bar perwakilan di titik-titik dalam waktu ketika anda mengharapkan untuk melakukan mereka. Bentang bar mungkin tumpang tindih seperti misalnya anda dapat melakukan penelitian dan memilih perangkat lunak selama rentang waktu yang sama. Karena proyek berlangsung bar sekunder mata panah atau batang gelap dapat ditambahkan untuk menunjukkan tugas yang telah selesai atau bagian dari tugas yang telah selesai. Sebuah garis vertikal digunakan untuk mewakili tanggal laporan.
Grafik Gantt memberikan gambaran yang jelas tentang status proyek tetapi satu masalah dengan mereka adalah bahwa mereka tidak menunjukkan ketergantungan tugas-tugas anda tidak bisa mengatakan bagaimana seseorang jatuh di belakang jadwal tugas mempengaruhi tugas lainnya. Otomatis grafik Gantt menyimpan lebih banyak informasi tentang tugas seperti individu ditugaskan untuk tugas-tugas tertentu dan catatan tetang prosedur. Mereka juga menawarkan keuntungan yang mudah untuk mengubah yang sangat membantu. Diagram dapat disesuaikan sering untuk mencerminkan status yang sebenarnya
(60)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan pada Proyek PT. GEMILANG CIPTA WAWASA. Pengambilan data dilakukan pada Bagian Operasi Proyek dan penelitian hanya difokuskan pada proyek Pemasangan pipa
steam di PT. TJIWI KIMIA. tbk. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 23
Agustus 2011 sampai dengan data tercukupi.
3.2. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel 3.2.1. Identifikasi Operasional Variabel
Variabel dapat diartikan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi besaran dan variasi nilai terlibat dalam penelitian. Jadi identifikasi operasional variabel adalah menentukan variabel yang mempengaruhi besaran dan variasi nilai, adapun variabel yang diamati penelitian ini adalah:
1. Variabel Bebas atau Independent : a. Aktivitas atau kegiatan
b. Jenis kegiatan c. Urutan kegiatan d. Waktu kegiatan e. Biaya proyek
(61)
2. Variabel Terikat atau Dependent : a. Interval waktu penyelesaian proyek b. Biaya penyelesaian proyek
3.2.2. Definisi Operasional Variabel
Dari identifikasi variabel di atas, variabel tersebut dapat didefinisikan sebagai berikut :
1. Variabel Bebas atau Independent : a. Aktivitas atau kegiatan
Semua pekerjaan yang berhubungan dengan pelaksanaan proyek, dimana dalam penyelesaiannya membutuhkan durasi (waktu).
b. Jenis kegiatan
Semua jenis pekerjaan yang dikelompokan menjadi beberapa pekerjaan sesuai dengan aktivitas-aktivas yang dikerjakan.
c. Urutan kegiatan
Kegiatan yang mengawali atau mendahului artinya kegiatan yang pertama diselesaikan terlebih dahulu selanjutnya baru melakukan kegiatan sesudahnya atau sebaliknya kegiatan sesudahnya tidak bisa dilakukan sebelum kegiatan yang pertama atau mendahului diselesaikan terlebih dahulu.
d. Waktu kegiatan
Variabel waktu kegiatan ini meliputi normal time dan crash time. variable waktu kegiatan ini digunakan untuk menentukan lintasan kritis proyek.
(62)
e. Biaya proyek
Variabel ini menunjukkan biaya yang digunakan untuk menyelesaikan suatu aktivitas proyek.
3. Variabel Terikat atau Dependent : a. Interval waktu penyelesaian proyek
Variabel ini menunjukkan interval waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu proyek.
b. biaya penyelesaian proyek.
Variabel ini menunjukan biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu proyek.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Sebelum diadakan pembahasan pada masalah yang dihadapi, maka diperlukan pengumpulan data yang ada di bagian konstruksi.
Data yang digunakan dalam menyelesaiakn penelitian ini, yaitu: 1. Data Primer
Yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti dengan mengadakan penelitian langsung di lapangan terhadap obyek yang diteliti, sehingga didapatkan data-data yang relevan dan dapat memperkuat penelitian. Adapun beberapa cara untuk mendapatkan data primer, yaitu:
(63)
1) Interview
Yaitu proses pengumpulan data dengan mengadakan wawancara secara langsung kepada pihak perusahaan yang berhubungan dengan obyek penelitian.
2) Observation
Yaitu proses pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara langsung di lapangan sesuai dengan kegiatan perusahaan sehari-hari yang berkaitan dengan obyek penelitian.
2. Data Sekunder
Yaitu pengumpulan data dengan menggunakan data-data dari dokumen (arsip) perusahaan yang berkaitan dengan obyek penelitian. Adapun beberapa cara untuk mendapatkan data sekunder, yaitu:
1) Library Research
Yaitu pengumpulan data dengan mempelajari buku-buku atau literatur yang mempunyai hubungan dengan materi, yang digunakan dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh perusahaan.
2) Dokumen Perusahaan
Yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang dimiliki oleh perusahaan.
Adapun data-data yang dikumpulkan dalam penelitian ini antara lain: 1. Jenis atau macam kegiatan yang ada.(data dari perusahaan) 2. Lama (duration) masing-masing kegiatan.(data dari perusahaan)
(64)
3. Hubungan antar kegiatan.(data dari perusahaan)
4. Biaya total proyek dalam kondisi nyata.(data dari perusahaan)
3.4. Metode Pengolahan Data
Setelah data yang diperlukan terkumpul, maka pada tahap selanjutnya adalah melakukan pengolahan data untuk dapat memecahkan permasalahan dengan menggunakan pendekatan Network Planning. Adapun langkah-langakah pengolahan data dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menginventarisasi waktu dan kegiatan
Dalam tahap ini yang dilakukan adalah menguraikan proyek menjadi kegiatan-kegiatan dan memasukkan data-data yang diperoleh dari perusahaan.
2. Menentukan hubungan antar kegiatan
Yaitu menentukan hubungan tiap kegiatan dengan kegiatan lainnya seperti kegiatan mana yang mendahului dan kegiatan mana yang didahului berdasarkan urutan proses pengerjaan.
3. Menyusun Network Diagram
Penyusunan network diagram untuk menentukkan jadwal pekerjaan dalam proyek didasarkan pada hubungan antar kegiatan sehingga keseluruhan kegiatan yang menyusun network diagram dapat mencerminkan proyek secara keseluruhan.
4. Menghitung nilai Saat Paling Awal (SPA), Saat Paling Lambat (SPL), dan tenggang waktu setiap kegiatan
(65)
Prosedur atau cara menentukan saat paling awal peristiwa-peristiwa dalam sebuah network diagram adalah sebagai berikut:
1) Hitung atau tentukan saat paling awal dari peristiwa-peristiwa mulai dari nomor 1 berturut-turut sampai dengan nomor maksimal.
2) Saat paling awal peristiwa nomor satu sama dengan nol.
3) Selanjutnya dapat dihitung saat paling awal peristiwa nomor 2, 3, 4, dan seterusnya dengan menggunakan salah satu dari dua formula yang telah dijelaskan sesuai dengan banyak kegiatan dan dummy yang menuju kepada peristiwa yang bersangkutan.
Secara formulatif, untuk menentukan saat paling awal suatu peristiwa adalah sebagaik berikut:
1. Untuk sebuah kegiatan menuju ke sebuah peristiwa 2. Untuk beberapa kegiatan menuju ke sebuah peristiwa 5. Menentukan lintasan kritis
Menentukan lintasan kritis yaitu lintasan yang paling cepat umur pengerjaannya dari semua lintasan yang ada.
Suatu aktivitas dalam lintasan kritis mempunyai tiga kriteria, yaitu:
a. Saat paling awal terjadinya kejadian awal sama dengan saat paling lambat yang masih diijinkan untuk terjadinya kejadian awal tersebut. b. Saat paling awal terjadinya kejadian akhir sama dengan saat paling
lambat yang masih diijinkan untuk terjadinya kejadian akhir tersebut. 6. Menentukan kegiatan yang dipercepat
(66)
7. Perhitungan nilai slope
Menghitung nilai slope pada lintasan kritis proyek dengan menggunakan rumus:
Dipercepat Waktu
Normal
Waktu
BiayaDipercepat BiayaNormal Biaya
Slope
Kemudian menentukan nilai slope terkecil yang digunakan untuk percepatan proyek.
8. Menghitung waktu dan biaya penyelesaian proyek
Menghitung waktu dan jumlah biaya dipercepat yang akan dikeluarkan oleh perusahaan dalam menyelesaikan proyek Pemasangan pipa steam di PT. Tjiwi Kimia, Tbk.
(67)
3.5. Langkah-langkah Pemecahan Masalah
Pada sub bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang digunakan dalam memecahkan permasalahan. Adapun langkah-langkah pemecahan masalah tersebut dapat dilihat pada gambar 3.2. berikut ini:
Menyusun Network Diagram Metode Usulan CPM Penjadwalan Proyek Dipercepat Kondisi Riil Perusahaan
Penjadwalan Proyek Normal
Pengumpulan Data :
Data jenis aktivitas / kegiatan
Data urutan kegiatan
Waktu kegiatan Normal Time
Data biaya tiap kegiatan normal proyek
Data harga upah dan bahan
Menginventarisasi waktu dan kegiatan
Menentukan hubungan antar kegiatan Mulai
Studi Lapangan
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Identifikasi Variabel Studi Literatur
(68)
Gambar 3.2. Langkah-langkah Pemecahan Masalah
Menentukan lintasan kritis proyek
Perhitungan nilai Slope kegiatan yang dipercepat Menghitung SPA, SPL, dan tenggang waktu setiap kegiatan
Target waktu dan biaya Riil Perusahaan
UREN < UPER
Tidak Ya
Selesai
Analisa dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran Penjadwalan proyek dipercepat
Penjadwalan proyek secara normal Menentukan Kegiatan yang
dipercepat
Penentuan waktu dan Biaya Optimum (UREN) Usulan
(69)
Keterangan: 1. Mulai
Merupakan langkah awal dimulainya suatu penelitian. 2. Studi lapangan
Studi lapangan dilakukan dengan melihat kondisi riil dari perusahaan sehingga dapat diketahui masalah-masalah.
3. Studi kepustakaan
Yaitu mencari literatur-literatur untuk mendapatkan metod pemecahan masalah-masalah yang terjadi yang dapat mendukung penelitian sehingga dapat membantu menyelesaikan masalah yang ada.
4. Perumusan masalah
Berdasarkan studi lapangan dan studi kepustakaan yang telah dilakukan maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yang terjadi diperusahaan tersebut.
5. Penetapan tujuan
Yaitu menetapkan tujuan dari penelitian tersebut yang dilakukan berdasarkan masalah yang terjadi.
6. Identifikasi variabel
Yaitu mengidentifikasi variabel-variabel yang mempengaruhi permasalahan tersebut.
7. Pengumpulan data
Yaitu mengumpulkan data-data penelitian yang dapat menunjang dalam penyelesaian permasalahan. Data tersebut meliputi Data jenis aktivitas /
(70)
kegiatan, Data urutan kegiatan, Waktu kegiatan Normal time, Data harga upah dan bahan.
8. Menginventarisasi waktu dan kegiatan
Dalam tahap ini yang dilakukan adalah menguraikan proyek menjadi kegiatan-kegiatan dan memasukkan data-data yang diperoleh dari perusahaan.
9. Menentukan hubungan antar kegiatan
Yaitu menentukan hubungan tiap kegiatan dengan kegiatan lainnya seperti kegiatan mana yang mendahului dan kegiatan mana yang didahului berdasarkan urutan proses pengerjaan.
10.Menyusun Network Diagram
Penyusunan network diagram untuk menentukkan jadwal pekerjaan dalam proyek didasarkan pada hubungan antar kegiatan sehingga keseluruhan kegiatan yang menyusun network diagram dapat mencerminkan proyek secara keseluruhan.
11.Menghitung nilai Saat Paling Awal (SPA), Saat Paling Lambat (SPL), dan tenggang waktu setiap kegiatan.
Yaitu menentukan saat paling awal dan saat paling akhir peristiwa-peristiwa dalam sebuah network diagram.
12.Menentukan lintasan kritis
yaitu lintasan yang paling cepat umur pengerjaannya dari semua lintasan yang ada dan digunakan untuk menentukan pekerjaan yang bisa dipercepat.
(71)
13.Menentukan kegiatan yang dipercepat
Menentukan kegiatan yang dapat dipercepat yaitu kegiatan yang berada pada jalur kritis, terutama pada kegiatan-kegiatan utama.
14.Perhitungan nilai slope kegiatan yang dipercepat
Yaitu menghitung nilai slope (sudut kemiringan antara waktu dan biaya suatu kegiatan) pada lintasan kritis proyek.
15.Penentuan waktu dan Biaya Optimum (UREN)
Pada tahap ini waktu penyelesaian proyek normal dan crash dibandingkan untuk mengetahui waktu penyelesaian yang optimal.
16.Waktu UREN < UPER
Apakah waktu UREN < UPER, jika UREN > UPER, maka penjadwalan menggunakan network diagram normal. Jika UREN < UPER, maka berlanjut ke langkah berikutnya.
17.Penjadwalan proyek dipercepat
Yaitu melakukan penerapan penjadwalan kondisi usulan, pada pekerjaan proyek yang bisa dipercepat.
18.Analisa dan Pembahasan
Dari hasil pengolahan data yang diperoleh maka dapat dilakukan analisa dan pembahasan hasil penelitian dengan menggunakan dasar-dasar teori yang berhubungan dengan metode pengolahan data.
19.Kesimpulan dan Saran
Yaitu tahap menginterpretasikan lebih lanjut mengenai hasil analisis data yang telah dilakukan sebelumnya dan memberikan saran-saran untuk
(72)
menjadi masukan dan pertimbangan dalam menentukan waktu dan biaya percepatan proyek.
20.Selesai
(73)
4.1. Pengumpulan Data
Dari penelitian yang telah dilakukan pada perusahaan, maka diperoleh beberapa data yang dipergunakan dalam pengolahan data. Data yang dikumpulkan antara lain: data jenis aktivitas atau kegiatan, Data urutan kegiatan, data waktu pelaksanaan proyek normal, data biaya tiap kegiatan normal proyek, data harga upah, bahan dan alat. Data-data tersebut diperoleh dari pihak kontraktor, dalam hal ini adalah PT. GEMILANG CIPTA WAWASAN. Data-data tersebut merupakan data sekunder yang didapatkan dari dokumen-dokumen perusahaan dan berdasarkan wawancara dengan pimpinan proyek yang bersangkutan.
4.1.1. Data Jenis Aktivitas atau Kegiatan
Data jenis aktivitas atau kegiatan dalam Proyek Pemasangan pipa steam ini diperoleh berdasarkan Data jadwal kegiatan proyek dan hasil interview dengan pihak perusahaan. Data jenis aktivitas atau kegiatan proyek ini dapat dilihat pada tabel 4.1.
(1)
4.2.1.7. Perhitungan Nilai Slope
Kenaikan biaya akibat percepatan (cost slope) dapat ditentukan dengan menghitung terlebih dahulu biaya pekerjaan akibat percepatan dengan rumus :
Biaya percepatan = normal
dipercepat normal biaya waktu waktu 1. Pekerjaan administrasi dan dokumen
Waktu normal = 120 hari
Crash Time (10%) = 10 % x waktu normal = 10 % x 120
= 12 Dipercepat = 12 hari
= 120 – 12 = 108 hari
Biaya Crash Time = 2.000.000,00 108
120 Rp
= Rp 2.222.222,22
Setelah biaya percepatan proyek diketahui, maka dapat ditentukan kenaikan biaya akibat percepatan (cost slope) dengan menggunakan rumus :
Slope = dipercepat waktu -normal normal biaya -dipercepat waktu biaya
Slope biaya =
108 120 00 , 000 . 000 . 2 22 2.222.222, Rp Rp
= Rp 18.518,51
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(2)
Untuk perhitungan yang selanjutnya dapat dilihat pada lampiran H. Maka dengan cara yang sama diperoleh nilai slope biaya pada tabel 4.11.
Tabel 4.11. Slope Biaya
Durasi (Hari) Biaya (Rp)
No Jenis Pekerjaan
Normal Percepatan Normal Percepatan
Slope Biaya (Rp) 1 Administrasi dan
dokumen 120 108 2.000.000,00 2.222.222,22 18.518,51
2
Menggambar jalur pipa yang telah disetujui
14 12.6 1.000.000,00 1.111.111,11 79.365
Sumber : Hasil Pengolahan Data, (Lampiran G)
4.2.1.8. Perbandingan Waktu dan Biaya Optimum dengan kondisi Riil
Dari hasil analisa dengan menggunakan metode CPM menghasilkan waktu dan biaya yang lebih optimum dibandingkan dengan kondisi Riil. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat perbandingan pada tabel 4.12.
Tabel 4.12. Perbandingan Waktu dan Biaya Optimum dengan Kondisi Riil
Uraian Kondisi Riil Metode CPM
Waktu penyelesaian
proyek 120 hari 108 hari (Crash)
Biaya penyelesaian proyek
Rp. 1.209.189.490,00 Rp. 1.212.522.823,33
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(3)
4.3. Pembahasan
Dari hasil pembahasan dapat diketahui bahwa dengan menggunakan metode CPM (Critical Path Method) didapatkan waktu penyelesaian proyek normal selama 120 hari dengan biaya Rp. 1.209.189.490,00 dan waktu penyelesaian proyek dipercepat (crash time) selama 108 hari (lebih cepat 12 hari dari durasi normal) dengan biaya Rp. 1.212.522.823,33 (mengalami kenaikan biaya sebesar Rp. 3.333.333,33 ). Untuk memperoleh waktu dan biaya proyek yang optimum terdapat beberapa pekerjaan yang dipercepat diantaranya adalah Pekerjaan A1 (Administrasi dan dokumen) dan A2 ( Menggambar jalur pipa yang telah di setujui ). Dengan demikian pihak Perusahaan lebih baik jika menggunakan metode CPM dipercepat karena dapat mengoptimalisasikan waktu dan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan (PT. Gemilang Cipta Wawasan) sehingga proyek dapat berjalan dengan cepat dan tepat.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(4)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil perhitungan dan penjadwalan, didapatkan Kegiatan yang dapat dipercepat antara lain adalah kegiatan yang berada pada jalur kritis terutama kegiatan-kegiatan utama yaitu Administrasi dan dokumen (A1) dan Menggambar jalur pipa yang telah disetujui (A2). dari 120 hari menjadi 108 hari Sehingga metode CPM (Critical Path Method) dipercepat dapat menghasilkan durasi lebih cepat 12 hari dari waktu riil .
2. biaya proyek Pemasangan pipa steam di PT. Tjiwi Kimia, Tbk dengan metode riil perusahaan yaitu dengan biaya Rp. 1.209.189.490,00 sedangkan bila menggunakan metode CPM (Critical Path Method) dengan total biaya proyek sebesar Rp 1.212.522.823,33 (mengalami kenaikan biaya sebesar Rp. 3.333.333,33).
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan kepada pihak PT. GEMILANG CIPTA WAWASAN adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan dapat menggunakan metode CPM (Critical Path Method) sebagai salah satu metode alternatif dalam menentukan penjadwalan dan pengendalian proyek dengan menggunakan Kegiatan yang dapat dipercepat antara lain adalah kegiatan yang berada pada jalur kritis kegiatan-kegiatan utama yaitu
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(5)
Administrasi dan dokumen (A1) dan Menggambar jalur pipa yang telah disetujui (A2).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Alberto D. Pena. 1997. Project Preparation and Analysis for Local, Development. Hartford, The University of Connecticut, USA.
Budi Santosa. 2003. Manajemen Proyek., jilid 1. PT. Guna Widya, Jakarta. D, Istimawan, 2001, Manajemen Proyek dan Konstruksi, PT. Gramedia. Jakarta.
Dimyati, Tjuju Tarliah–Ahmad, 2003, Operation Research, Sinar Baru Aglesindo Offset, Bandung.
Iman Soeharto. 1999. Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Operasional. Jilid 1. Erlangga Jakarta.
Iman Soeharto. 2001. Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Operasional. Jilid 2. Erlangga Jakarta.
Tubagus Haedar Ali. 1997. Prinsip-Prinsip Network Planning. PT. Gramedia. Jakarta. Wulfram I Ervianto. 2003. Manajemen Proyek Konstruksi. ANDI, Yogyakarta.
Wulfram I Ervianto. 2004. Teori –Aplikasi Manajemen Proyek Konstruksi. ANDI, Yogyakarta.
http://www.pt-pp.com/1 September 2010
http://www.ppbpksby.blogspot.com/1 September 2010
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :