EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING BERBASIS JUST IN TIME TEACHING DAN SIKAP ILMIAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH FISIKA MAHASISWA.

(1)

EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING BERBASIS JUST IN TIME TEACHING DAN SIKAP ILMIAH TERHADAP KEMAMPUAN

PEMECAHAN MASALAH FISIKA MAHASISWA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

YUL IFDA TANJUNG NIM : 8126175019

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2014


(2)

(3)

(4)

i ABSTRAK

YUL IFDA TANJUNG : Efek Model Pembelajaran Inquiry Training Berbasis Just In Time Teaching Dan Sikap Ilmiah Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Mahasiswa. Tesis Medan. Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana Universitas Negeri Medan 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan kemampuan pemecahan masalah Fisika mahasiswa pada model pembelajaran Inquiry Training berbasis

Just In Time Teaching dan pembelajaran konvensional yang diajar dengan model

kooperatif, perbedaan kemampuan pemecahan masalah Fisika mahasiswa yang memiliki sikap ilmiah di atas rata-rata dan di bawah rata-rata, serta interaksi antara model pembelajaran dengan tingkat sikap ilmiah dalam mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah Fisika mahasiswa. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan populasi penelitian adalah mahasiswa Prodi Pendidikan Fisika Jurusan Fisika Universitas Negeri Medan. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling. Instrumen yang digunakan terdiri dari tes kemampuan pemecahan masalah, dan angket sikap ilmiah. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan Anova dua jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah Fisika menggunakan model pembelajaran Inquiry Training berbasis Just In Time

Teaching lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional yang diajar

dengan model kooperatif dan kemampuan pemecahan masalah Fisika pada kelompok mahasiswa yang memiliki sikap ilmiah di atas rata-rata lebih baik dibandingkan pada kelompok mahasiswa di bawah rata-rata, serta ada interaksi antara model pembelajaran Inquiry Training berbasis Just In Time Teaching dengan tingkat sikap ilmiah dalam mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah fisika mahasiswa.

Kata Kunci : Inquiry Training, Sikap Ilmiah, Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika, Just In Time Teaching.


(5)

ii ABSTRACT

YUL IFDA TANJUNG : The Effect of Just In Time Teaching based Inquiry Training Learning Model and Scientific Attitude on Problem Solving Ability. Thesis Medan. Physics Education Study Program Postgraduate School State University of Medan (UNIMED).

The aims of this research were to analyze the differences in problem solving ability of students by using Just In Time Teaching based Inquiry Training Learning Model and conventional learning that was taught with cooperative model, the differences in problem solving ability of students who have under average and above average category in scientific attitude, and the interaction between the learning model and the level of scientific attitude to influence the problem solving ability. The type of this research was quasi experimental research. The population was students in Undergraduate Education Physics of State University of Medan. The sample was choosen by using cluster random sampling technique. The instrument was consist of test of problem solving ability, and test of scientific attitude. This research data was analyzed by using two way Anova. The result of this research showed that: The problem solving ability of Physics using Just In Time Teaching based Inquiry Training Learning Model was better than problem solving ability of physics using conventional learning model that was taught with cooperative model and the problem solving ability of physics in the students who have above average category in the scientific attitude was better than under average category, and there was interaction between Just In Time Teaching based Inquiry Training Learning Model and the level of scientific attitude to influence the problem solving ability.

Keywords : Inquiry Training, Scientific Attitude, Problem solving Ability, Just in Time Teaching.


(6)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya tesis yang berjudul “Efek Model Pembelajaran Inquiry

Training berbasis Just In Time Teaching dan Sikap Ilmiah Terhadap Kemampuan

Pemecahan Masalah Fisika Mahasiswa” ini telah selesai disusun untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Fisika pada Program Studi Pendidikan Fisika Sekolah Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.

Penulis menyadari bahwa selesainya tesis ini berkat adanya bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh Karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Ucapan terimakasih secara khusus penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. H. Sahyar, MS., MM dan Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si., sebagai Pembimbing I dan II yang selalu memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sejak awal penulisan hingga selesainya tesis ini. Selanjutnya ucapan terimakasih juga saya sampaikan kepada Bapak Prof. Motlan, M.Sc., Ph.D., Dr. Derlina, M.Si dan Ibu Dr. Retno Dwi Suyanti, M.Si selaku nara sumber dan tim penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun, untuk kesempurnaan penulisan tesis ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Ridwan Abdullah Sani, M.Si., Drs. Juru Bahasa Sinuraya, M.Pd., Dr. Mariati P. Simanjuntak, M.Si., dan Dra. Ratna Tanjung, M.Pd selaku validator instrumen penelitian. Selain itu, ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Ketua Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan, seluruh Dosen beserta staf Jurusan Fisika, atas bantuan dan kerjasamanya sehingga terlaksananya penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh teman-teman seperjuangan dan berbagai pihak atas segala dorongan dan bantuannya sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

Selain itu, Penulis dengan penuh hormat menyampaikan terimakasih tidak terhingga kepada Ayahanda Umar Latif Tanjung dan Ibunda Syafrida Hasibuan


(7)

iv

serta adinda Devita Sari, SE., Mutiara, Muhammad Shaoqi dan Hasbi Latif yang telah memberi dukungan baik moril maupun materil kepada penulis selama perkuliahan sampai penyelesaian tesis ini. Secara khusus penulis menyampaikan terimakasih yang tidak terhingga kepada Suami tercinta Eko Rendy Siregar, SE yang telah dengan sabar dan setia memberikan pengorbanan, semangat, dan dukungan kepada penulis dalam menempuh studi hingga selesai.

Akhirnya penulis menyadari bahwa selaku manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan, sehingga di dalam penulisan tesis ini sudah tentu terdapat kekurangan disana-sini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran membangun dari para pembaca, semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 07 April 2014 Penulis,

Yul Ifda Tanjung NIM. 8126175019


(8)

v DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK i

ABSTRACT ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 14

1.3 Pembatasan Masalah 14

1.4 Rumusan Masalah 15

1.5 Tujuan Penelitian 15

1.6 Manfaat Penelitian 16

1.7 Definisi Operasional 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA 19

2.1 Kerangka Teoritis 19

2.1.1. Model Pembelajaran Inquiry Training 19

2.1.2. Strategi Just In Time Teaching 26

2.1.3. Teori Belajar Yang Melandasi Model 31

2.1.4. Pembelajaran Konvensional 35

2.1.5. Kemampuan Pemecahan Masalah 40

2.1.6. Sikap Ilmiah 46

2.2 Penelitian Yang Relevan 57

2.3 Kerangka Konseptual 60

2.3 Hipotesis Penelitian 64

BAB III METODE PENELITIAN 65

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 65

3.2 Populasi dan Sampel 65

3.2.1. Populasi Penelitian 65

3.2.2. Sampel Penelitian 66

3.3 Variabel Penelitian 66

3.3.1. Variabel Bebas 66

3.3.2. Variabel Moderator 67

3.3.3. Variabel Terikat 67

3.4 Jenis dan Desain Penelitian 67

3.4.1. Jenis Penelitian 67

3.4.2. Desain Penelitian 68

3.5 Prosedur Penelitian 70


(9)

vi

3.6.1. Validitas Tes 76

3.6.2. Tingkat Kesukaran Tes 80

3.6.3. Daya Beda Tes 81

3.7 Teknik Analisa Data 84

3.7.1. Analisis Secara Deskriptif 84

3.7.2. Analisis Secara Inferensial 85

3.7.3. Pengujian Hipotesis 87

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 91

4.1 Hasil Penelitian 91

4.1.1. Deskripsi Data 91

4.1.2. Deskripsi Data Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 91 4.1.3. Deskripsi Data Tes Sikap Ilmiah Mahasiswa 94 4.1.4. Deskripsi Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah

Fisika Mahasiswa Berdasarkan Tingkat Sikap Ilmiah

Tiap Kelas 97

4.1.5. Deskripsi Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah

Fisika Mahasiswa Melalui Tingkat Sikap Ilmiah 99 4.1.6. Deskripsi Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah

Fisika Mahasiswa Melalui Butir Soal 102 4.1.7. Deskripsi Tahapan Kemampuan Pemecahan Masalah

Fisika Mahasiswa Masing-Masing Kelas 108 4.1.8. Pengujian Persyaratan Analisis Data 114

4.1.9. Pengujian Hipotesis Penelitian 117

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 127

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 137

5.1 Simpulan 137

5.2 Saran 138

DAFTAR PUSTAKA 139


(10)

v DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK i

ABSTRACT ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 14

1.3 Pembatasan Masalah 14

1.4 Rumusan Masalah 15

1.5 Tujuan Penelitian 15

1.6 Manfaat Penelitian 16

1.7 Definisi Operasional 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA 19

2.1 Kerangka Teoritis 19

2.1.1. Model Pembelajaran Inquiry Training 19

2.1.2. Strategi Just In Time Teaching 26

2.1.3. Teori Belajar Yang Melandasi Model 31

2.1.4. Pembelajaran Konvensional 35

2.1.5. Kemampuan Pemecahan Masalah 40

2.1.6. Sikap Ilmiah 46

2.2 Penelitian Yang Relevan 57

2.3 Kerangka Konseptual 60

2.3 Hipotesis Penelitian 64

BAB III METODE PENELITIAN 65

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 65

3.2 Populasi dan Sampel 65

3.2.1. Populasi Penelitian 65

3.2.2. Sampel Penelitian 66

3.3 Variabel Penelitian 66

3.3.1. Variabel Bebas 66

3.3.2. Variabel Moderator 67

3.3.3. Variabel Terikat 67

3.4 Jenis dan Desain Penelitian 67

3.4.1. Jenis Penelitian 67

3.4.2. Desain Penelitian 68

3.5 Prosedur Penelitian 70


(11)

vi

3.6.1. Validitas Tes 76

3.6.2. Tingkat Kesukaran Tes 80

3.6.3. Daya Beda Tes 81

3.7 Teknik Analisa Data 84

3.7.1. Analisis Secara Deskriptif 84

3.7.2. Analisis Secara Inferensial 85

3.7.3. Pengujian Hipotesis 87

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 91

4.1 Hasil Penelitian 91

4.1.1. Deskripsi Data 91

4.1.2. Deskripsi Data Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 91 4.1.3. Deskripsi Data Tes Sikap Ilmiah Mahasiswa 94 4.1.4. Deskripsi Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah

Fisika Mahasiswa Berdasarkan Tingkat Sikap Ilmiah

Tiap Kelas 97

4.1.5. Deskripsi Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah

Fisika Mahasiswa Melalui Tingkat Sikap Ilmiah 99 4.1.6. Deskripsi Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah

Fisika Mahasiswa Melalui Butir Soal 102 4.1.7. Deskripsi Tahapan Kemampuan Pemecahan Masalah

Fisika Mahasiswa Masing-Masing Kelas 108 4.1.8. Pengujian Persyaratan Analisis Data 114

4.1.9. Pengujian Hipotesis Penelitian 117

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 127

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 137

5.1 Simpulan 137

5.2 Saran 138

DAFTAR PUSTAKA 139


(12)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sintak Model Pembelajaran Inquiry Training 26 Tabel 2.2 Sintak Model Pembelajaran Kooperatif 38

Tabel 2.3 Komponen Indikator Sikap Imniah 56

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian 68

Tabel 3.2 Desain Penelitian Anova 2x2 69

Tabel 3.3 Fase Model Inquiry Training Berbasis JITT 72 Tabel 3.4 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah 75

Tabel 3.5 Hasil Perhitungan Validitas 80

Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Instrumen 81

Tabel 3.7 Hasil Perhitungan Uji Beda Daya 82

Tabel 3.8 Uji Reliabilitas Tes 83

Tabel 3.9 Rumus untuk Jumlah Sampel yang Sama Pada Uji

Anova Dua Jalur 89

Tabel 4.1 Data Pretes Kelas Kooperatif dan Kelas Inquiry

Training Berbasis JITT 92 Tabel 4.2 Data Postes Kelas Kooperatif dan Kelas Inquiry

Training Berbasis JITT 93

Tabel 4.3 Data Tes Sikap Ilmiah Mahasiswa 95

Tabel 4.4 Data Tingkat Sikap Ilmiah 96

Tabel 4.5 Pengelompokkan KPM Berdasarkan Tingkat Sikap

Ilmiah Tiap Kelas 98

Tabel 4.6 Pengelompokkan KPM Berdasarkan Tingkat Sikap

Ilmiah 101

Tabel 4.7 Hasil Pemecahan Masalah Fisika Melalui Butir Soal 102

Tabel 4.8 Kemampuan Memahami Masalah 109

Tabel 4.9 Kemampuan Perencanaan Masalah 110

Tabel 4.10 Kemampuan Penyelesaian Masalah 111

Tabel 4.11 Kemampuan Memeriksa Kembali 113

Tabel 4.12 Data Jumlah Mahasiswa 116

Tabel 4.13 Hasil Uji Anova Kedua Kelas 118


(13)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Bagan Alur pelaksanaan penelitian 73

Gambar 4.1 Data Pretes Sampel Kelas 93

Gambar 4.2 Data Postes Sampel Kelas 94

Gambar 4.3 Data Tes Sikap Ilmiah Sampel Kelas 95 Gambar 4.4 Data KPM Sampel Kelas Berdasarkan Tingkat

Sikap Ilmiah 103

Gambar 4.4 Hasil Pemecahan Masalah Fisika Melalui Butir Soal 102

Gambar 4.5 Kemampuan Memahami Masalah 109

Gambar 4.6 Kemampuan Merencanakan Masalah 111

Gambar 4.7 Kemampuan Penyelesaian Masalah 112

Gambar 4.8 Kemampuan Memeriksa Kembali 114

Gambar 4.9 Grafik Interaksi antara Model IT-JITT dan Model

Kooperatif 122


(14)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Satuan Acara Perkuliahan (1) 144

Lampiran 2 Bahan Ajar Pertemuan I 152

Lampiran 3 Lembar Kerja Mahasiswa Pertemuan I 159

Lampiran 4 Satuan Acara Perkuliahan (2) 165

Lampiran 5 Bahan Ajar Pertemuan II 172

Lampiran 6 Lembar Kerja Mahasiswa Pertemuan II 179

Lampiran 7 Satuan Acara Perkuliahan (3) 184

Lampiran 8 Bahan Ajar Pertemuan III 192

Lampiran 9 Lembar Kerja Mahasiswa Pertemuan III 197

Lampiran 10 Soal Kemampuan Pemecahan Masalah 201

Lampiran 11 Kisi-Kisi Soal Kemampuan Pemecahan Masalah 204

Lampiran 12 Pedoman Penskoran 215

Lampiran 13 Lembar Validasi Kemampuan Pemecahan Masalah 217

Lampiran 14 Intsrumen Sikap Ilmiah 219

Lampiran 15 Tabel Pengelompokkan Sikap Ilmiah 222

Lampiran 16 Lembar Validasi Sikap Ilmiah 224

Lampiran 17 Perhitungan Validitas Instrumen 230

Lampiran 18 Taraf Kesukaran Soal 232

Lampiran 19 Daya Beda Soal 234

Lampiran 20 Daftar Nilai Mahasiswa 235

Lampiran 21 Uji Persyaratan 237

Lampiran 22 Uji Hipotesis Data Pretes 239

Lampiran 23 Uji Anova Dua Jalur 240

Lampiran 24 Analisis Post Hoc Tes dengan Uji Tukey 241

Lampiran 25 Hasil Kerja Pretes dan Postes 242

Lampiran 26 Hasil Kerja Eksperimen Mahasiswa 243

Lampiran 27 Tampilan Website JITT 244


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Perkembangan Sains dan Teknologi telah memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan (Nicholl, 2002:17). Pendidikan sains khususnya fisika sebagai bagian dari pendidikan pada umumnya memiliki peran dalam meningkatkan mutu pendidikan, khususnya dalam menghasilkan manusia Indonesia yang berkualitas. Danty (2002:21) menyatakan “Manusia yang berkualitas berarti manusia yang mampu berpikir kritis, kreatif, logis dan berinisiatif dalam menanggapi berbagai isu yang berkembang di tengah masyarakat sehingga mampu memecahkan masalah yang diakibatkan oleh dampak perkembangan sains dan teknologi”.

Target penting dari pendidikan modern khususnya pendidikan fisika adalah mendidik individu agar dapat mengatasi masalah-masalah yang ditemukan di dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sejalan dengan Selcuk (2008 : 151) yang menyatakan bahwa program pendidikan memiliki tujuan utama dalam mengajar peserta didik yaitu untuk mengatasi masalah matematika, masalah fisika, masalah kesehatan, masalah sosial dan masalah pembentukan kepribadian. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan peserta didik untuk suatu profesi, tetapi jauh lebih penting mempersiapkan kemampuan menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

Pemecahan masalah diartikan sebagai suatu proses pendekatan yang sistematis terhadap suatu masalah, mulai dari identifikasi masalah, pengumpulan dan penganalisaan data dan informasi, pemilihan alternatif serta perancangan


(16)

2

tindakan yang bertujuan untuk menemukan solusi. Memecahkan masalah merupakan pemanfaatan dari proses berpikir. Kemampuan seseorang memecahkan suatu masalah ditentukan oleh pemahamannya terhadap masalah itu. Pentingnya pemahaman konsep dalam proses pembelajaran sangat mempengaruhi sikap, keputusan dan cara-cara memecahkan masalah (Trianto, 2007:65).

Pemecahan masalah merupakan salah satu jenis proses berpikir konseptual tingkat tinggi karena peserta didik harus mempunyai kemampuan menggabungkan aturan-aturan untuk mencapai suatu pemecahan. Hal senada diungkapkan Eric (2003:20) bahwa pemecahan masalah adalah proses berpikir tingkat tinggi yang meliputi proses analisis, sintetis dan evaluasi. Metode yang terkenal dan sering digunakan dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah melibatkan tahapan dan langkah-langkah pemecahan masalah.

Kemampuan memecahkan masalah pada dasarnya merupakan tujuan utama proses pendidikan (Dahar, 1996:138). Oleh karena itu kemampuan memecahkan masalah penting dimiliki oleh mahasiswa untuk menentukan sikap dan tindakan yang benar pada saat dihadapkan dengan masalah-masalah yang terjadi di masyarakat. Dalam batasan pembelajaran fisika, mahasiswa dituntut untuk dapat memecahkan masalah berupa soal-soal tes yang berhubungan dengan konsep fisika menggunakan analisis matematika sebagai bentuk hasil belajar. Namun kenyataannya dari hasil studi pendahuluan pada mata kuliah Fisika Umum, mahasiswa sering mengalami kesulitan mengerjakan soal-soal fisika. Dari hasil uji coba soal-soal uraian kemampuan pemecahan masalah menggunakan teknik Polya terhadap 45 orang mahasiswa Angkatan 2012 Jurusan Fisika FMIPA


(17)

3

Unimed T.A.2013/2014 yang telah memperoleh mata kuliah Fisika Umum I dan II (2013) diperoleh hanya sekitar 23 % sampai pada tahapan melaksanakan rencana dan 77 % lagi sampai pada tahapan menyusun rencana. Hal ini menjelaskan bahwa hampir lebih dari 70 % mahasiswa tidak mampu menjawab soal-soal fisika yang diberikan. Padahal soal-soal tersebut termasuk kategori mudah dan sering dijadikan contoh soal dalam diktat fisika.

Metode untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dapat diaplikasikan mahasiswa dalam kegiatan perkuliahan dan kegiatan di luar perkuliahan. Hasil uji coba menunjukkan mahasiswa belum mampu menggunakan metode pemecahan masalah dalam menyelesaikan soal-soal fisika sehingga secara tidak langsung dapat dikatakan mahasiswa akan kesulitan menghadapi permasalahan-permasalahan yang mungkin saja terjadi dalam kehidupannya. Selain itu dosen sebagai pendidik belum efektif melatihkan kemampuan pemecahan masalah sehingga mahasiswa kurang bahkan tidak memiliki kemampuan memecahkan masalah (Brok, et al, 2010:45).

Sejalan dengan hasil simpulan pendapat 45 orang mahasiswa angkatan 2012 Jurusan Fisika FMIPA Unimed T.A.2013/2014 (2013) bahwa 73,5% menyatakan bahwa konsep-konsep materi pada Fisika Umum sulit dipahami dan sebagian besar mahasiswa belum mampu memecahkan masalah yang berhubungan dengan konsep fisika karena mahasiswa selalu dituntut untuk menghapal rumus-rumus tanpa berusaha memaknai arti dan fungsi rumus. Mahasiswa menggunakan pendekatan plug and chug dan memory-based dalam memecahkan soal-soal fisika (Walsh, 2007; Brad, 2011; Erceg, 2011).


(18)

4

Pengaruhnya kemampuan mahasiswa dalam membentuk hubungan sebab akibat sampai kepada kemampuan membangun konsep baru akan sulit dimunculkan. Sehingga secara tidak langsung mahasiswa menganggap materi fisika itu sulit (Ornek, dkk., 2008; Wijayanti, dkk., 2010).

Hasil uji coba dan wawancara memberikan hasil yang sangat bertolak belakang dengan kenyataan proses perkuliahan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan, proses perkuliahan Fisika umum dilaksanakan dengan pembelajaran bersifat konvensional. Salah satu pembelajaran yang sering dilakukan adalah model koperatif. Berdasarkan hasil wawancara dengan sampel 15 orang dosen pengampu mata kuliah Fisika Umum Jurusan Fisika FMIPA Unimed T.A.2013/2014 (2013), hampir 80% dosen melaksanakan pembelajaran Fisika Umum sesuai dengan sintaks model pembelajaran koperatif. Dengan model pembelajaran koperatif mahasiswa sudah aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran seperti bekerja dalam masyarakat belajar, presentase dan mengajukan pertanyaan ataupun memberikan ide dalam menyelesaikan permasalahan fisika. Idealnya dengan model pembelajaran koperatif hasil belajar Fisika Umum sudah memuaskan, tapi kenyataan selama empat tahun terakhir (2008 sampai dengan 2012), perolehan nilai mahasiswa pada mata kuliah ini adalah : hanya 17,8% memperoleh nilai A, 38,13% nilai B, 39,4% nilai C dan 4,6% nilai E. Distribusi nilai seperti di atas diperoleh karena acuan penilaian yang digunakan belum sepenuhnya menggunakan penilaian acuan patokan (PAP) tetapi masih menggunakan gabungan acuan patokan dan acuan normal. Jika digunakan penilaian acuan patokan dalam penentuan nilai akhir sebagaimana yang dilakukan


(19)

5

pada penilaian tes standar Tahun Ajaran 2012/2013 hanya sekitar 30% dari mahasiswa yang memperoleh nilai C selebihnya memperoleh nilai E. Rendahnya nilai hasil belajar Fisika Umum berdasarkan pemahaman konsepnya sejalan dengan temuan penelitian sebelumnya (Saleh 2011:6990; Gaigher, et al., 2007:1110; dan Baser, 2006:79). Perolehan hasil belajar berkaitan erat dengan aspek kemampuan lainnya yaitu kemampuan psikomotorik mahasiswa dan sikap mahasiswa sebagai dampak dari kegiatan perkuliahan ataupun kinerja belajar mahasiswa dan kemampuan dosen dalam mengelola pembelajaran yang bermakna.

Brossard (2005:1100) mendefenisikan sikap sebagai kecenderungan belajar, kecenderungan emosional secara positif atau negatif dari seseorang individu terhadap objek, orang, tempat, kejadian dan ide”. Pada dasarnya sikap telah melekat pada diri individu dan sikap dapat dibentuk serta dikembangkan melalui proses belajar dan proses berpikir. Sebaliknya, sikap dapat mempengaruhi proses belajar dan proses berpikir sebagaimana dinyatakan oleh Slameto (2003:12) bahwa “faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar individu adalah sikap”.

Sikap ilmiah merupakan pendekatan tertentu untuk memecahkan masalah, menilai ide dan informasi untuk membuat keputusan. Sikap ilmiah diartikan sebagai suatu kecenderungan, kesiapan, kesediaan seseorang untuk memberikan respon/tanggapan/tingkah laku secara ilmu pengetahuan dan memenuhi syarat (hukum) ilmu pengetahuan yang telah diakui kebenarannya. Sikap ilmiah di kalangan mahasiswa dapat memotivasi proses belajar dan berkaitan dengan


(20)

6

pengembangan kemampuan berpikir mahasiswa dalam hal pencapaian kompetensi. Memahami sikap ilmiah mahasiswa dapat mendukung hasil belajar dan minat terhadap materi kuliah yang akan disampaikan. Sikap mahasiswa akan memiliki dampak positif terhadap kesuksesan mereka (Orbay, et al., 2010:694; Prokop, et al., 2007:287).

Fakta berdasarkan hasil studi pendahuluan menunjukkan masih perlu diadakan perbaikan pada kegiatan perkuliahan Fisika Umum, dosen dituntut mencari dan menemukan suatu cara yang dapat membantu mahasiswa memahami konsep fisika sehingga secara tidak langsung dapat menumbuhkan kemampuan berfikir mahasiswa melalui kegiatan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan dari pendidikan tinggi, yaitu mentransformasikan dan mengembangkan kemampuan mahasiswa, termasuk untuk merancang apa yang dilakukan, melaksanakan apa yang sudah direncanakan, memonitor dan mengevaluasi apa yang sedang dan sudah dilakukan, sehingga mereka menjadi kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri dan bertanggung jawab (Peraturan Pemerintah nomor 17 tahun 2010 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan dosen adalah merancang kegiatan pembelajaran yang berbasis pada pemecahan masalah dan melakukan penyelidikan. Pengertian yang lebih luas mengandung makna bahwa dosen diharapkan dapat menerapkan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan menemukan, mengembangkan, menyelidiki dan mengungkapkan ide mahasiswa sendiri. Model pembelajaran yang dimaksud adalah model dengan pendekatan inkuiri. Pembelajaran dengan pendekatan inkuiri menekankan pada peran aktif


(21)

7

mahasiswa dalam melakukan pembelajaran. Sesuai dengan Dimyati dan Mujiono (2002:173), “Tujuan utama inkuiri adalah mengembangkan keterampilan

intelektual, berpikir kritis dan mampu memecahkan masalah secara ilmiah”. Hal ini

berarti mahasiswa diharapkan dapat belajar memahami konsep fisika dengan proses penyelidikan secara ilmiah sebagai alternatif pemecahan masalah untuk mencari jawaban.

Pendekatan inkuiri dapat diartikan sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran yang diatur sedemikian rupa sehingga peserta didik mengalami proses-proses tertentu untuk menemukan konsep-konsep sains. Selanjutnya Olio dan Donk (2007:330) mendefinisikan bahwa inkuiri merupakan suatu proses bagi peserta didik untuk memecahkan masalah, membuat hipotesis, merencanakan dan melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan serta mengkomunikasikan kesimpulan atau hasil eksperimen. Berdasarkan tahapan ini mahasiswa terlibat secara mental dan fisik untuk memecahkan masalah sehingga mahasiswa terbiasa berprilaku sebagai saintis yaitu objektif, jujur, kreatif dan kemampuan bekerjasama.

Pembelajaran dengan pendekatan inkuiri telah dilakukan penelitian dan pengembangan. Salah satunya oleh Suchman (1962) yang merancang pembelajaran inkuiri dengan membawa peserta didik secara langsung ke dalam proses ilmiah melalui latihan-latihan yang dapat memadatkan proses ilmiah dengan periode waktu tertentu. Model yang dikembangkan Suchman awalnya didasarkan pada rasa ingin tahu peserta didik sehingga diyakini inkuiri dapat dilatihkan dan diatur dalam prosedur penelitian. Setiap tahapan dari proses inkuiri


(22)

8

diidentifikasi dan dibangun ke dalam suatu bentuk model instruksi yang disebut dengan model pembelajaran Inquiry Training.

Tujuan model pembelajaran Inquiry Training adalah sebagai upaya membantu peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kemampuan pemecahan masalah dan secara umum mengembangkan keterampilan intelektual. Tujuan ini dicapai melalui lima langkah model pembelajaran Inquiry

Training (Joyce, et al, 2011:215), yaitu : menghadapkan masalah (menyajikan

situasi yang bertentangan, menjelaskan prosedur penelitian), merumuskan hipotesis (mengajukan pertanyaan yang telah mengandung jawaban), pengumpulan data eksperimen, mengorganisasikan, merumuskan dan memformulasikan suatu penjelasan, serta menganalisis proses penelitian.

Model Inquiry Training dipilih, karena memiliki karakteristik yang sesuai dengan mahasiswa Jurusan Fisika yaitu: 1) dapat memecahkan masalah sesuai tahapan yang terpilih, dengan menggunakan curah pendapat dan teknis investigasi masalah, 2) membangun ilmu yang telah dimiliki dan 3) mengoperasikan alat-alat laboratorium yang berkaitan dengan teori yang diberikan 4) mempergunakan media yang ada, dan dapat melakukan teknik analisis, 5) menganalisis dan mendeskripsikan, mendiskusikan hasil data praktikum dengan cara laporan tertulis, poster, dan presentasi lisan, 6) bekerja dalam kelompok dengan mengorganisasi tiap-tiap kelompok (Bound&Ton, 2005:38). Hal ini menjelaskan bahwa model pembelajaran Inquiry Training sangat efektif dilakukan karena dikombinasi dengan eksperimen yang dapat mengajak mahasiswa langsung


(23)

9

kepada pemecahan masalah sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

Dalam pelaksanaan model Inquiry Training ada dua hal yang perlu dipertimbangkan yaitu dukungan pembelajaran dalam rangka menciptakan kualitas interaksi mahasiswa dan kompleksitas proses penelitian sebagai kesatuan model. Dalam hal ini, pendidik sangat berperan sebagai fasilitator dan pengarah agar keberhasilan proses inkuiri mahasiswa dapat terwujud serta dapat memotivasi mahasiswa melaksanakan kegiatan pembelajaran. Meskipun pendidik terus berupaya memaksimalkan pelaksanaan model, masih ada beberapa masalah yang muncul diantaranya penggunaan waktu yang cukup lama dan kesulitan dalam mengelola kelas serta mengevaluasi proses yang dilakukan secara autentik. Beberapa saran dari penelitian terdahulu diantaranya Sirait (2012) dan Damanik (2013) menyatakan bahwa penerapan model Inquiry Training akan lebih baik jika pendidik lebih kreatif merancang kerangka proses yang tepat dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai serta fasilitas praktikum dan eksperimen yang memadai, selain itu penggunaan waktu dalam pembelajaran perlu diperhatikan sehingga pembelajaran berjalan dengan baik dan penerapan Inquiry

Training sebaiknya dilakukan dalam kelompok kecil sehingga semua peserta didik

dapat aktif dalam pembelajaran. Oleh karena itu, penerapan Inquiry Training pada mata kuliah Fisika Umum dikombinasikan dengan penggunaan strategi Just In

Time Teaching (JITT) untuk mengefektifkan waktu pembelajaran di kelas


(24)

10

Strategi Just In Time Teaching merupakan strategi pembelajaran berbasis tugas di web dan dikolaborasikan dengan pembelajaran di kelas. Sesuai dengan Novak, et al (1999:3), strategi Just In Time Teaching didasarkan pada interaksi antara pembelajaran web dan keaktifan di kelas. Strategi JITT membantu untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan dan gaya belajar peserta didik sebelum pembelajaran langsung di kelas (Gavrin, et al, 2004:51; Gavrin, 2006:17). Oleh karena itu, strategi JITT telah dikembangkan sejak lama untuk mendorong keaktifan peserta didik dalan pembelajaran berbasis inkuiri melalui pemanfaatan teknologi dan layanan pembelajaran (Novak, 1999:3).

Strategi Just In Time Teaching memadukan antara penggunaan teknologi informasi dan pembelajaran aktif di kelas yang bersifat umpan balik antara mahasiswa dan dosen sehingga mendorong pembelajaran berpusat pada mahasiswa (student oriented). Dosen membuat tugas berbasis web dan mahasiswa menjawab serta mengirimkan tugas sebelum pembelajaran di kelas dimulai. Selanjutnya hasil tugas mahasiswa didiskusikan di kelas dan disesuaikan dengan materi yang akan dibahas.

Dalam penelitian ini, strategi JITT dilakukan pada fase pertama dan kedua dari model pembelajaran Inquiry Training. Hal ini dimaksudkan untuk membantu dosen melakukan pembelajaran sesuai dengan kontrak perkuliahan dan Satuan Acara Perkuliahan sehingga waktu yang digunakan lebih efektif dan mahasiswa lebih leluasa melakukan penyelidikan sebagai bagian dari fase model. Selain itu, strategi JITT dapat menciptakan mahasiswa yang kreatif, inovatif dan adaptif


(25)

11

dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta membuat aktivitas belajar mandiri mahasiswa.

Penerapan model Inquiry Training berbasis strategi JITT pada mata kuliah fisika umum dilakukan untuk melihat pengaruhnya pada kemampuan pemecahan masalah mahasiswa. Melalui metode ilmiah pada tahapan model Inquiry Training dapat melatih keterampilan mahasiswa dalam melakukan penelitian dan menggunakan alat praktikum sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah fisika mahasiswa.

Implementasi model Inquiry Training berbasis strategi JITT baik untuk peningkatan hasil belajar maupun proses berpikir tingkat tinggi telah diteliti dan dikembangkan pada peneliti terdahulu seperti Vaishnav (2013:1216-1220) menyimpulkan bahwa model Inquiry Training secara signifikan efektif dalam peningkatan hasil belajar kognitif dan afektif serta mengkontribusi sikap peserta didik dibandingkan pendekatan tradisional. Hal sama dilakukan oleh Akpullukcu dan Gunay (2011: 417-422) yang menyimpulkan dari hasil penelitian bahwa lingkungan pembelajaran berbasis metode inkuiri yang diaplikasikan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi adalah salah satu cara efektif untuk meningkatkan keberhasilan akademik. Selain itu, metode inkuiri dapat dikombinasi dengan model pembelajaran lainnya. Pandey, Nanda dan Ranjan (2011:7-20) menyimpulkan berdasarkan hasil analisis data pembelajaran fisika menggunakan model Inquiry Training lebih efektif dibandingkan pembelajaran menggunakan metode konvensional dilihat dari hasil belajar akademik peserta didik di India. Penelitian lain yang mendukung dari dalam negeri adalah


(26)

12

penelitian Sirait (2012:21-26) menyimpulkan bahwa hasil belajar dan aktivitas peserta didik menggunakan model pembelajaran Inquiry Training lebih baik dibandingkan menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal serupa oleh Damanik (2013:16-25) menyimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis menggunakan model pembelajaran Inquiry Training lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran Direct Instructional. Hasil ini ditinjau dari perbedaan sikap ilmiah peserta didik. Selanjutnya, Wirtha dan Rapi (2008:15-29) yang melakukan penelitian dengan membandingkan model pembelajaran berbasis inkuiri dengan konvensional menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua model itu dalam meningkatkan pemahaman konsep fisika dan sikap ilmiah peserta didik.

Penelitian sikap ilmiah yang lain adalah Pitafi dan Faroq (2012:379-392) yang telah melakukan pengukuran sikap ilmiah pada siswa di Pakistan dan hasilnya sikap ingin tahu adalah sikap ilmiah yang paling dominan pada siswa di Pakista dan diteruskan dengan sikap ilmiah yang lain. Penelitian ini dilakukan dengan memberikan angket berisi pertanyaan-pertanyaan yang memuat indikator sikap imiah.

Dalam hal penggunaan strategi JITT, peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan aspek hasil belajar lainnya seperti sikap ilmiah telah dilakukan penelitian oleh Gavrin (2004:51-59) menyatakan bahwa strategi JITT adalah suatu metode pedagogik yang menggunakan teknologi untuk mendukung sikap dan unjuk kerja akademik peserta didik. Dalam penerapannya JITT diyakini meningkatkan kemampuan kognitif dan retensi peserta didik. Penelitian lain oleh


(27)

13

Sudarma (2013:9-16) yang menyimpulkan bahwa model pembelajaran Kooperatif STAD berbasis JITT lebih baik dalam meningkatkan hasil belajar dan aktivitas fisika mahasiswa. Selain itu, berkaitan dengan kemampuan pemecahan masalah dan aspek hasil belajar oleh Selcuk, Caliskan dan Erol (2008:151-166) menjelaskan bahwa hasil penelitian membuktikan penggunaan instruksi pemecahan masalah lebih efektif terhadap hasil belajar, unjuk kerja pemecahan masalah dan strategi penggunaannya dibandingkan instruksi tradisional. Dalam penelitian ini juga instrumen dan rubrik penelitian disajikan dengan lengkap sehingga selanjutnya dapat dikembangkan oleh peneliti. Penelitian lain mengenai kemampuan pemecahan masalah yaitu oleh Hartono (2012:44-49) dan Dwi, dkk (2013:8-17) menyimpulkan kemampuan pemecahan masalah fisika menggunakan model pembelajaran berbasis masalah yang memiliki fase pembelajaran hampir sama dengan model Inquiry Training lebih baik dibandingkan dengan hasil dari model pembelajaran langsung. Penelitian Dwi, dkk menggunakan ICT untuk memaksimalkan model pembelajaran yang digunakannya.

Berdasarkan uraian tersebut, diharapkan model pembelajaran Inquiry

Training berbasis JITT dapat mendorong keaktifan mahasiswa dalam memahami

konsep fisika melalui percobaan ataupun eksperimen langsung sehingga berpengaruh pada kemampuan pemecahan masalah fisika mahasiswa. Dengan mengembangkan pembelajaran Fisika Umum yang sesuai dengan kebutuhan dan sumber daya yang ada serta berpandangan pada perkembangan teknologi dan tuntutan era globalisasi, diantaranya penerapan model Inquiry Training berbasis


(28)

14

JITT diharapkan mampu berdampak pada peningkatan hasil belajar dan kompetensi fisika.

1.2.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, terdapat beberapa masalah yang dapat diidentifikasi antara lain :

1. Hasil studi pendahuluan pada mata kuliah Fisika Umum, mahasiswa sering mengalami kesulitan mengerjakan soal-soal fisika

2. Konsep-konsep materi pada Fisika Umum sulit dipahami dan sebagian besar mahasiswa belum mampu memecahkan masalah yang berhubungan dengan konsep fisika.

3. Meskipun telah dilaksanakan model pembelajaran bervariasi seperti model Kooperatif, perolehan hasil belajar Fisika Umum masih tergolong rendah 4. Model pembelajaran yang digunakan belum mampu mendorong mahasiswa

melakukan penyelidikan atau percobaan untuk menemukan penyelesaian suatu masalah sehingga mahasiswa dapat mengkonstruk sendiri pengetahuan dan konsep-konsep fisika tersebut

5. Kemampuan mahasiswa dalam membentuk hubungan sebab akibat sampai kepada kemampuan membangun konsep baru sulit dimunculkan.

1.3.Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini masalah dibatasi pada :

1.Kemampuan pemecahan masalah melalui soal-soal fisika diukur dengan menggunakan tes kemampuan pemecahan masalah teknik Polya


(29)

15

2.Sikap ilmiah mahasiswa yang digunakan sebagai variabel moderator diukur dengan menggunakan angket sikap ilmiah yang berhubungan dengan strategi pemecahan masalah

3.Sebagai upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan melatih kemampuan mahasiswa dalam melakukan penyelidikan atau percobaan digunakan model pembelajaran Inquiry Training (IT) dibandingkan dengan model pembelajaran Kooperatif

4.Sebagai upaya mengefektifkan waktu pembelajaran di kelas digunakan strategi JITT dalam pelaksanaan model pembelajaran Inquiry Training (IT)

1.4.Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah ada perbedaan kemampuan pemecahan masalah fisika mahasiswa melalui model pembelajaran Inquiry Training berbasis JITT dan model pembelajaran Kooperatif

2. Apakah ada perbedaan kemampuan pemecahan masalah fisika kelompok mahasiswa antara kelompok yang memiliki sikap ilmiah di atas rata-rata dan sikap ilmiah di bawah rata-rata

3. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran dengan tingkat sikap ilmiah dalam mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah fisika mahasiswa

1.5.Tujuan Penelitian


(30)

16

1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan kemampuan pemecahan masalah fisika mahasiswa melalui model pembelajaran Inquiry Training berbasis JITT dan model pembelajaran Kooperatif

2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan kemampuan pemecahan masalah fisika kelompok mahasiswa antara kelompok yang memiliki sikap ilmiah di atas rata-rata dan sikap ilmiah di bawah rata-rata

3. Untuk mengetahui apakah ada interaksi antara model pembelajaran dengan tingkat sikap ilmiah dalam mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah fisika mahasiswa

1.6 Manfaat Penelitian.

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi sebagai sumbangan pemikiran dan bahan acuan bagi dosen, guru, pengelola, pengembang lembaga pendidikan dan penelitian selanjutnya akan menguji secara lebih mendalam tentang penerapan model pembelajaran Inquiry Training dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan sikap pada pembelajaran.

Secara praktis penelitian ini diharapkan :

1. Bahan pertimbangan bagi pengajar dalam memahami kemampuan pemecahan masalah fisika mahasiswa pada pembelajaran fisika umum, sehingga dapat memilih model pembelajaran yang cocok.

2. Bahan masukan bagi pengajar dalam memilih dan menggunakan model serta media pembelajaran secara optimal pada kegiatan belajar mengajar fisika umum.


(31)

17

3. Rujukan untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan penelitian ini bagi peneliti yang tertarik dengan penelitian sejenis.

4. Peningkatan kompetensi penelitian dalam melakukan kegiatan penelitian serta aplikasi dalam proses pembelajaran di kelas

1.7 Defenisi Operational.

Untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran, perlu adanya penjelasan dari beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Beberapa konsep dan istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Model pembelajaran Inquiry Training adalah model pembelajaran yang membantu peserta didik mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan untuk meningkatkan pertanyaan-pertanyaan dan pencarian jawaban yang terpendam dari rasa keingintahuan peserta didik. Model pembelajaran inquiry

training diperkenalkan oleh Richard Suchman (1962) dengan kegiatan awal

yang paling penting yaitu menyajikan kejadian yang sedikit membingungkan (puzzling event) pada peserta didik (Joyce dan Weil, 2009).

2. Strategi Just In Time Teaching adalah suatu strategi yang mendorong peserta didik untuk melakukan persiapan pembelajaran di luar kelas dengan menggunakan bantuan media web yang bertujuan untuk mengefektifkan waktu pembelajaran di kelas. Dalam penelitian ini, strategi JITT dilakukan di luar kelas dengan dimulai dari awal tahapan model Inquiry Training sehingga di dalam kelas mahasiswa lebih siap untuk melaksanakan pembelajaran.

3. Pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah pembelajaran yang biasa dilakukan oleh pendidik di Jurusan Fisika. Dalam pembelajaran konvensional


(32)

18

ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, tanya jawab serta pembagian tugas yang dilakukan secara berkelompok. Dalam penelitian ini, pembelajaran yang biasa dilakukan oleh pendidik di Jurusan Fisika adalah model pembelajaran kooperatif sehingga selanjutnya dapat digunakan untuk perlakuan pada kelas kontrol

4. Pemecahan masalah adalah proses berpikir tingkat tinggi yang meliputi proses analisis, sintetis dan evaluasi (Eric, 2003:20). Dalam penelitian ini, langkah-langkah pemecahan masalah yang dipakai adalah teknik pemecahan masalah Polya (1985) yaitu memahami masalah (Understanding the problem), menyusun rencana (Devising plan), melaksanakan rencana (Carrying out the

plan) dan memeriksa kembali (Looking back).

5. Defenisi sikap ilmiah menurut Barnes dan Dolby dalam Patil (2011:1), Poerwodarminto (2002:373) dan Best dalam Pitafi dan Farooq (2012:383), sikap ilmiah adalah sikap yang telah melekat pada diri orang sains secara umum yang merupakan suatu kecenderungan, kesiapan dan kesediaan seseorang dalam memberikan respon berdasarkan etika ilmiah. Berdasarkan pengertian ini, sikap ilmiah dinilai dengan hanya melihat respon ataupun jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ataupun pernyataan yang dihubungkan dengan indikator sikap ilmiah.


(33)

137

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan hasil penelitian yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan :

1. Nilai rata-rata kemampuan pemecahan masalah model Inquiry Training berbasis Just In Time Teaching lebih tinggi daripada model kooperatif.

2. Kemampuan pemecahan masalah fisika kelompok mahasiswa yang memiliki tingkat sikap ilmiah di atas rata-rata lebih tinggi daripada kelompok mahasiswa yang memiliki tingkat sikap ilmiah di bawah rata-rata.

3. Ada interaksi antara model pembelajaran dengan sikap ilmiah mahasiswa dalam mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah fisika mahasiswa. Mahasiswa yang memiliki sikap ilmiah di atas rata-rata maupun di bawah rata-rata yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional yang diajar dengan model kooperatif tetap memberikan hasil yang sama pada kemampuan pemecahan masalahnya. Sedangkan mahasiswa yang memiliki sikap ilmiah di atas rata-rata maupun di bawah rata-rata yang diajarkan dengan model pembelajaran IT-JITT memberikan hasil yang lebih baik pada kemampuan pemecahan masalahnya.


(34)

138

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan diatas, sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti memberikan saran :

1. Pendidik hendaknya memiliki kemampuan mengembangkan website untuk menerapkan strategi Just in Time Teaching agar mahasiswa tidak hanya memperoleh bahan ajar melalui website di kelas web namun dapat mengaplikasikan tugas-tugas pra kelas lebih maksimal.

2. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan terlebih dahulu mengatur waktu yang tepat untuk melakukan kuis atau tugas pra kelas di kelas web untuk mengatasi peluang mahasiswa bekerja sama.

3. Model IT-JITT sangat efektif dan dapat direkomendasikan bagi mahasiswa yang memiliki sikap ilmiah di atas rata-rata maupun di bawah rata-rata untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah fisika.


(35)

139

DAFTAR PUSTAKA

Anagun, S. S., and Yasar, S. (2009). Reliability and Validity Studies of The

Science and Technology Course Scientific Attitude Scale. Journal of

Turkish Science Education, 6 (2), 43-45

Anderson, L. W. & Krathwohl, D. R. (eds) (2001). A Taxonomy for Learning

Teaching and Assesing. A Revision of Bloom’s Taxonomy of Education

Objectives. New York : Addisin Wesley

Akpullukcu, S., Gunay, Y. (2011). The Effect of Inquiry Based Learning

Environment in Science and Technology Course on The Students’

Academic Achievements. Western Anatolia Journal of Educational

Science, ISSN 1308-8971 : 417-422. Tersedia : http://web.deu.edu.tr/baed [20 Nopember 2013]

Arends, R. I. (2001). Learning to Teach (Fifth ed.). Boston: McGraw-Hill.

Arikunto, S., (2006), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.

Baser, M. (2006). Effect of Conceptual Change Oriented Instruction on Students’

Understanding of Heat and Temperature Concepts, Journal Maltese

Education Research. Vol : 4 No. 1 2006. 64-79. Tersedia : www.educ.um.edu.mt/jmer

Bound, J & Ton, P. (2005). Handbook Problem Solving Laboratory Guide For

Students . London : Departement of Materials Queen Mary University of

London

Brad, A. (2011). A Study of The Problem Solving Activity in High School Student :

Strategies and Self-Regulated Learning. Acta Didactica Napocensia.

(Online). 4 (1): 21-30

Brok, P. D., Taconis, R. dan Fisher, D. (2010). How Well Do Science Teacher

Do? Differences in Teacher-student Interpersonal Behaviour Between Science Teachers and Teachers of Other (School) sujects. The Open

Education Journal. 3 : 44-53

Brossard, D., Lewenstien, B., and Bonney, R. (2005). Scientific Knowledge and

Attitude Change : The Impact of a Citizen Science Project. International

Journal of Science Education. 27 (9): 1099-1121 Dahar, R, W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga.

Damanik, P, D., Bukit, N. (2013). Analisis Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap


(36)

140

Inquiry Training (IT) dan Direct Instruction (IT). Jurnal Online

Pendidikan Fisika. 2 (1) : 2301-7651

Danty, R. (2001). Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dalam

Pembelajaran Pencemaran Air untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Rasional Siswa di SMU Negeri 14 Bandung. Skripsi. Bandung :

UPI

Dimyati & Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta Dwi, I, M., Arif, H., dan Sentot, K. (2013). Pengaruh Strategi Problem Based

Learning Berbasis ICT Terhadap Pemahaman Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 9 : 8-17

Erceg, N., Masusic, M. & Slisko, J. (2011). Students’ Strategy for Solving

Partially Specified Physics Problem. Revista Mexicana De Fisica.

(Online), 57 (1): 44-50

Eric. (2003). Teaching Problem Solving Secondary School Science. Tersedia : http://www.ericfacility net/ericdigest/ed 309049 html [20 Nopember 2013] Farooq, Pitafi. (2012). Measurement of Scientific Attitude of Secondary School

Students in Pakistan. Published In Academic Research International, vol 2,

no 2 : 379-392

Gavrin, A. (2006). Just In Time Teaching. Published In Metropolis Universities, 17 (4) : 9-18

Gavrin, A. Watt, J., Marrs, K., & Blake, R. (2004). Just In Time Teaching: Using

The Web to Enhance Classroom Learning. Computers in Education

Journal, XVI (2) : 51-59

Gaigher, E., Rogan J. M and Braun, M. W. H. (2007). Exploring The

Development of Conceptual Understanding through Structured Problem-Solving in Physics. International Journal of Science Education. 29, (9),

1089-1110

George, R. (2000). Measuring Change in Students Attitudes toward Science over

time : An Application of Latent Variable Growth Modelling. Journal of

Science Education and Technology . 9, (3), 213-225

Hamzah, B., Uno, (2008), Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar

Mengajar yang Aktif dan Kreatif, Jakarta : Bumi Aksara.

Harlen., Qualter. (2004), The Teaching of Science in Primary Schools, London : David Fulton Publisher Ltd

Harlen. (2000), Teaching, Learning and Assesing Science 5-12, London : Paul Chapman Publishing Ltd.


(37)

141

Hartono, M., Sahyar. (2012). Analisis Pemahaman Konsep dan Kemampuan

Pemecahan Masalah Fisika Pada Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Pembelajaran Langsung Menggunakan Bantuan Peta Konsep.

Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran Fisika AGFI SU, ISSN 2085-5281 4 (2) : 44-49

Ibrahim, M. (2003). Belajar Koperatif. Surabaya : Unnes

Jonassen. (2004). Learning to Solve Problems, An Instructional Desaign Guide. San Fransisco : John Wiley & Sons, Inc

Joyce, B. (1992). Models of Teaching (fourth ed.). Massachusetts: Allyn and Bacon.

, (2009). Model of Teaching: Model-Model Pengajaran. Terjemahan oleh Achmad Fawaid dan Ateilla Mirza. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Liliasari, (1996). Beberapa pola berpikir dalam Pembentukan Pengetahuan Kimia

oleh Siswa SMA. Disertasi PPS IKIP Bandung : Tidak diterbitkan

, (2005). Membangun Keterampilan Berpikir Manusia Indonesia Melalui

Pendidikan Sains. Makalah pada Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap

IPA. Bandung : UPI

Matlin, M. E. (2009). Cognitive Psychology. Seventh Edition. International Student Version. John Wiley & Sons, Inc.

Orbay, M., Gokdere, M., Tereci, H., and Aydin, M. (2010). Attitudes of Gifted

Students towards Science Depending on Some Variabels. A Turkish

Sample. Academic Journal, 5 (7), 693-699

Ornek, F., Robinson, W. R. dan Haugan, M. P. (2008). What Make Physics

Difficult? . International Journal of Environmental & Science Education.

3 (1) : 30-34

Olio, D, J., Donk, T. (2007). Models of Teaching, Connecting Student Learning

with Standards. California : Sage Publication

Osborne, J. (2003). Attitudes towards Science : A Review of The Literature and Its

Implications. Int. J. Sci. Educ. 25 (9), 1049-1079

Nasrodin, Hindarto, N., dan Supeni, S. (2013). Analisis Kebiasaan Bekerja Ilmiah

Mahasiswa Fisika Pada Pembelajaran Mata Kuliah Praktikum Fisika Dasar. Unnes Physics Education Journal, 2 (1) : 84-91. Tersedia :

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej [27 Nopember 2013]

Nicholl, J, M., Rose, C., (2002). Accelerated Learning For The 21st Century, Alih


(38)

142

Novak, G., Gavrini, A., Christian, W. (1999). Just in Time Teaching : Blending

Active Learning with Web Technology. Tersedia : http://serc. Carleton. Edu/resources/395.html [20 Nopember 2013]

Pandey, A., Nanda, K, G., Ranjan, V. (2011). Effectiviness of Inquiry Training

Model Over Conventional Teaching Method on Academic Achievement of Science Students in India. Journal of Innovative Research in Education, 1

(1) : 7-20

Papanastasiou, C. (2002). Scholl, Teaching, and Family Influence on Student

Attitudes toward Science : Based on TIMSS data for Cyprus. Studies in

Educational Evaluation, 28 : 71-86

Petrina, S. (2007), Advanced Teaching Methods for The Technology Classroom, Canada : Information Science Publishing

Poerwadarminto, W. J. S. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Polya, G. (1985). How To Solve It. 2nd ed., Princeton University Press, ISBN 0-691-08097-6. (online). Tersedia : http://www.math.utah.edu/~pa /math/polya..html [20 Nopember 2013]

Prokop, P., Tuncer, G and Chuda, J. (2007). Slovakian Students Attitudes toward

Biology. Erusian Journal of Mathematics, Science & Technology

Education, 3 (4), 287-295

Reddish, F, E. (2002), Teaching Physics with The Physics Suite, Tersedia : www2.physics.umd.edu/~redish/Book/. [27 Juli 2013]

Resnick, H. (1985), Fisika Edisi Ketiga. Bandung : Erlangga

Roth, W. M. & Roychoudhury, A. (1993). The Concept Map as a Tool for the

Collaborative Construction of Knowledge: A Microanalysis of High School Physics Students. Journal of Rescarch in Science Teaching. 30(5): 503-534.

Saleh, S. (2011). The Level of B.Sc.Ed Students’ Conceptual Understanding of

Newtonian Physics. International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences October 2011, Vol. 1, No. 3 ISSN :

2222-6990

Sanjaya, W. (2008), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta : Prenada Media

Selcuk, S, G., Caliskan, S., Erol, M. (2008). The Effects of Problem Solving

Instruction on Physics Achievement, Problem Solving Performance and Strategy Use. Lat. Am. J. Phys. Educ, 2 (3) : 151-166. Tersedia :


(39)

143

Simkins, S., Maier, M. (2010), Just In Time Teaching : New Pedagogis and

Practise for Teaching in Higher Education, Virginia : Stylus Publishing,

LLC

Sirait, R. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Terhadap

Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Usaha dan Energi Kelas VIII MTS N 3 Medan. Jurnal Pendidikan Fisika Dikfis Pascasarjana Unimed. 1

(1) : 21-26

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.

Sudarma, F, T., Motlan. (2013). Efek Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Berbasis Just In Time Teaching Terhadap Hasil Belajar Fisika Pada Mata Kuliah Fisika Sekolah Di Jurusan Fisika FMIPA Unimed. Jurnal Online

Pendidikan Fisika Pro Dikfis Pascasarjana Unimed, ISSN 2301-7651, 2 (1) : 9-15

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Sihombing, E., Rajagukguk, J., Simamora, P. (2011). Fisika Dasar 2. Medan: Perdana Mulya Sarana

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka.

Trowbridge, L.W. & Bybee, R.W. (1990). Becoming a Secondary School Science

Teacher (fifth ed.). Columbus: Merril Publishing Company.

Vaishnav, S, R. (2013). Effectiveness of Inquiry Training Model for Teaching

Science. An International Peer Reviewed, Scholarly Research Journal for

Interdiciplinary Studies, ISSN 2278-0808. 1 (5) : 1216-1220. Tersedia :

srjis.com [20 Nopember 2013]

Walsh, L. N., Howard, R. G. & Bowe, B. (2007). Phenomenography Study of

Students’ Problem Solving Approach in Physics. Physics Education

Research. (Online). 3 (2)

Wijayanti, P.I., Mosik & Hindarto, N. (2010). Eksplorasi Kesulitan Belajar Siswa

Pada Pokok Bahasan Cahaya dan Upaya Peningkatan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Jurnal Pendidikan Fisika

Indonesia. 6: 1-5

Wirtha, M., Rapi, K. (2008). Pengaruh Model Pembelajaran dan Penalaran

Formal Terhadap Penguasaan Konsep Fisika dan Sikap Ilmiah Siswa SMA Negeri 4 Singaraja. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan


(1)

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan diatas, sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti memberikan saran :

1. Pendidik hendaknya memiliki kemampuan mengembangkan website untuk menerapkan strategi Just in Time Teaching agar mahasiswa tidak hanya memperoleh bahan ajar melalui website di kelas web namun dapat mengaplikasikan tugas-tugas pra kelas lebih maksimal.

2. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan terlebih dahulu mengatur waktu yang tepat untuk melakukan kuis atau tugas pra kelas di kelas web untuk mengatasi peluang mahasiswa bekerja sama.

3. Model IT-JITT sangat efektif dan dapat direkomendasikan bagi mahasiswa yang memiliki sikap ilmiah di atas rata-rata maupun di bawah rata-rata untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah fisika.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Anagun, S. S., and Yasar, S. (2009). Reliability and Validity Studies of The Science and Technology Course Scientific Attitude Scale. Journal of Turkish Science Education, 6 (2), 43-45

Anderson, L. W. & Krathwohl, D. R. (eds) (2001). A Taxonomy for Learning Teaching and Assesing. A Revision of Bloom’s Taxonomy of Education Objectives. New York : Addisin Wesley

Akpullukcu, S., Gunay, Y. (2011). The Effect of Inquiry Based Learning Environment in Science and Technology Course on The Students’ Academic Achievements. Western Anatolia Journal of Educational Science, ISSN 1308-8971 : 417-422. Tersedia : http://web.deu.edu.tr/baed [20 Nopember 2013]

Arends, R. I. (2001). Learning to Teach (Fifth ed.). Boston: McGraw-Hill.

Arikunto, S., (2006), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.

Baser, M. (2006). Effect of Conceptual Change Oriented Instruction on Students’ Understanding of Heat and Temperature Concepts, Journal Maltese Education Research. Vol : 4 No. 1 2006. 64-79. Tersedia : www.educ.um.edu.mt/jmer

Bound, J & Ton, P. (2005). Handbook Problem Solving Laboratory Guide For Students . London : Departement of Materials Queen Mary University of London

Brad, A. (2011). A Study of The Problem Solving Activity in High School Student : Strategies and Self-Regulated Learning. Acta Didactica Napocensia. (Online). 4 (1): 21-30

Brok, P. D., Taconis, R. dan Fisher, D. (2010). How Well Do Science Teacher Do? Differences in Teacher-student Interpersonal Behaviour Between Science Teachers and Teachers of Other (School) sujects. The Open Education Journal. 3 : 44-53

Brossard, D., Lewenstien, B., and Bonney, R. (2005). Scientific Knowledge and Attitude Change : The Impact of a Citizen Science Project. International Journal of Science Education. 27 (9): 1099-1121

Dahar, R, W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga.

Damanik, P, D., Bukit, N. (2013). Analisis Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Pada Pembelajarna Fisika Menggunakan Model Pembelajaran


(3)

Inquiry Training (IT) dan Direct Instruction (IT). Jurnal Online Pendidikan Fisika. 2 (1) : 2301-7651

Danty, R. (2001). Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dalam Pembelajaran Pencemaran Air untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Rasional Siswa di SMU Negeri 14 Bandung. Skripsi. Bandung : UPI

Dimyati & Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta Dwi, I, M., Arif, H., dan Sentot, K. (2013). Pengaruh Strategi Problem Based

Learning Berbasis ICT Terhadap Pemahaman Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 9 : 8-17 Erceg, N., Masusic, M. & Slisko, J. (2011). Students’ Strategy for Solving

Partially Specified Physics Problem. Revista Mexicana De Fisica. (Online), 57 (1): 44-50

Eric. (2003). Teaching Problem Solving Secondary School Science. Tersedia : http://www.ericfacility net/ericdigest/ed 309049 html [20 Nopember 2013] Farooq, Pitafi. (2012). Measurement of Scientific Attitude of Secondary School Students in Pakistan. Published In Academic Research International, vol 2, no 2 : 379-392

Gavrin, A. (2006). Just In Time Teaching. Published In Metropolis Universities, 17 (4) : 9-18

Gavrin, A. Watt, J., Marrs, K., & Blake, R. (2004). Just In Time Teaching: Using The Web to Enhance Classroom Learning. Computers in Education Journal, XVI (2) : 51-59

Gaigher, E., Rogan J. M and Braun, M. W. H. (2007). Exploring The Development of Conceptual Understanding through Structured Problem-Solving in Physics. International Journal of Science Education. 29, (9), 1089-1110

George, R. (2000). Measuring Change in Students Attitudes toward Science over time : An Application of Latent Variable Growth Modelling. Journal of Science Education and Technology . 9, (3), 213-225

Hamzah, B., Uno, (2008), Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Aktif dan Kreatif, Jakarta : Bumi Aksara.

Harlen., Qualter. (2004), The Teaching of Science in Primary Schools, London : David Fulton Publisher Ltd

Harlen. (2000), Teaching, Learning and Assesing Science 5-12, London : Paul Chapman Publishing Ltd.


(4)

Hartono, M., Sahyar. (2012). Analisis Pemahaman Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Pada Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Pembelajaran Langsung Menggunakan Bantuan Peta Konsep. Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran Fisika AGFI SU, ISSN 2085-5281 4 (2) : 44-49

Ibrahim, M. (2003). Belajar Koperatif. Surabaya : Unnes

Jonassen. (2004). Learning to Solve Problems, An Instructional Desaign Guide. San Fransisco : John Wiley & Sons, Inc

Joyce, B. (1992). Models of Teaching (fourth ed.). Massachusetts: Allyn and Bacon.

, (2009). Model of Teaching: Model-Model Pengajaran. Terjemahan oleh Achmad Fawaid dan Ateilla Mirza. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Liliasari, (1996). Beberapa pola berpikir dalam Pembentukan Pengetahuan Kimia oleh Siswa SMA. Disertasi PPS IKIP Bandung : Tidak diterbitkan

, (2005). Membangun Keterampilan Berpikir Manusia Indonesia Melalui Pendidikan Sains. Makalah pada Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap IPA. Bandung : UPI

Matlin, M. E. (2009). Cognitive Psychology. Seventh Edition. International Student Version. John Wiley & Sons, Inc.

Orbay, M., Gokdere, M., Tereci, H., and Aydin, M. (2010). Attitudes of Gifted Students towards Science Depending on Some Variabels. A Turkish Sample. Academic Journal, 5 (7), 693-699

Ornek, F., Robinson, W. R. dan Haugan, M. P. (2008). What Make Physics Difficult? . International Journal of Environmental & Science Education. 3 (1) : 30-34

Olio, D, J., Donk, T. (2007). Models of Teaching, Connecting Student Learning with Standards. California : Sage Publication

Osborne, J. (2003). Attitudes towards Science : A Review of The Literature and Its Implications. Int. J. Sci. Educ. 25 (9), 1049-1079

Nasrodin, Hindarto, N., dan Supeni, S. (2013). Analisis Kebiasaan Bekerja Ilmiah Mahasiswa Fisika Pada Pembelajaran Mata Kuliah Praktikum Fisika Dasar. Unnes Physics Education Journal, 2 (1) : 84-91. Tersedia : http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej [27 Nopember 2013]

Nicholl, J, M., Rose, C., (2002). Accelerated Learning For The 21st Century, Alih bahasa Dedy Ahimsa. Bandung : Nuansa Cendekia


(5)

Novak, G., Gavrini, A., Christian, W. (1999). Just in Time Teaching : Blending Active Learning with Web Technology. Tersedia : http://serc. Carleton.

Edu/resources/395.html [20 Nopember 2013]

Pandey, A., Nanda, K, G., Ranjan, V. (2011). Effectiviness of Inquiry Training Model Over Conventional Teaching Method on Academic Achievement of Science Students in India. Journal of Innovative Research in Education, 1 (1) : 7-20

Papanastasiou, C. (2002). Scholl, Teaching, and Family Influence on Student Attitudes toward Science : Based on TIMSS data for Cyprus. Studies in Educational Evaluation, 28 : 71-86

Petrina, S. (2007), Advanced Teaching Methods for The Technology Classroom, Canada : Information Science Publishing

Poerwadarminto, W. J. S. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Polya, G. (1985). How To Solve It. 2nd ed., Princeton University Press, ISBN 0-691-08097-6. (online). Tersedia : http://www.math.utah.edu/~pa

/math/polya..html [20 Nopember 2013]

Prokop, P., Tuncer, G and Chuda, J. (2007). Slovakian Students Attitudes toward Biology. Erusian Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 3 (4), 287-295

Reddish, F, E. (2002), Teaching Physics with The Physics Suite, Tersedia : www2.physics.umd.edu/~redish/Book/. [27 Juli 2013]

Resnick, H. (1985), Fisika Edisi Ketiga. Bandung : Erlangga

Roth, W. M. & Roychoudhury, A. (1993). The Concept Map as a Tool for the Collaborative Construction of Knowledge: A Microanalysis of High School Physics Students. Journal of Rescarch in Science Teaching. 30(5): 503-534. Saleh, S. (2011). The Level of B.Sc.Ed Students’ Conceptual Understanding of

Newtonian Physics. International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences October 2011, Vol. 1, No. 3 ISSN : 2222-6990

Sanjaya, W. (2008), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Prenada Media

Selcuk, S, G., Caliskan, S., Erol, M. (2008). The Effects of Problem Solving Instruction on Physics Achievement, Problem Solving Performance and Strategy Use. Lat. Am. J. Phys. Educ, 2 (3) : 151-166. Tersedia :


(6)

Simkins, S., Maier, M. (2010), Just In Time Teaching : New Pedagogis and Practise for Teaching in Higher Education, Virginia : Stylus Publishing, LLC

Sirait, R. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Usaha dan Energi Kelas VIII MTS N 3 Medan. Jurnal Pendidikan Fisika Dikfis Pascasarjana Unimed. 1 (1) : 21-26

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.

Sudarma, F, T., Motlan. (2013). Efek Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbasis Just In Time Teaching Terhadap Hasil Belajar Fisika Pada Mata Kuliah Fisika Sekolah Di Jurusan Fisika FMIPA Unimed. Jurnal Online Pendidikan Fisika Pro Dikfis Pascasarjana Unimed, ISSN 2301-7651, 2 (1) : 9-15

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Sihombing, E., Rajagukguk, J., Simamora, P. (2011). Fisika Dasar 2. Medan: Perdana Mulya Sarana

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka.

Trowbridge, L.W. & Bybee, R.W. (1990). Becoming a Secondary School Science Teacher (fifth ed.). Columbus: Merril Publishing Company.

Vaishnav, S, R. (2013). Effectiveness of Inquiry Training Model for Teaching Science. An International Peer Reviewed, Scholarly Research Journal for Interdiciplinary Studies, ISSN 2278-0808. 1 (5) : 1216-1220. Tersedia :

srjis.com [20 Nopember 2013]

Walsh, L. N., Howard, R. G. & Bowe, B. (2007). Phenomenography Study of Students’ Problem Solving Approach in Physics. Physics Education Research. (Online). 3 (2)

Wijayanti, P.I., Mosik & Hindarto, N. (2010). Eksplorasi Kesulitan Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Cahaya dan Upaya Peningkatan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. 6: 1-5

Wirtha, M., Rapi, K. (2008). Pengaruh Model Pembelajaran dan Penalaran Formal Terhadap Penguasaan Konsep Fisika dan Sikap Ilmiah Siswa SMA Negeri 4 Singaraja. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Undiksha, 1 (2) : 15-29