HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN DEMOKRASI DAN BUDAYA DEMOKRASI DENGAN SIKAP DEMOKRASI PADA SISWA KELAS XI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2010 2011

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN DEMOKRASI DAN

BUDAYA DEMOKRASI DENGAN SIKAP DEMOKRASI

PADA SISWA KELAS XI SEKOLAH MENENGAH

ATAS NEGERI 2 KARANGANYAR

TAHUN AJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Oleh :

NINIS RISTIANI SEPTILIANA

K6406042

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011


(2)

commit to user

ii

HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN DEMOKRASI DAN

BUDAYA DEMOKRASI DENGAN SIKAP DEMOKRASI

PADA SISWA KELAS XI SEKOLAH MENENGAH

ATAS NEGERI 2 KARANGANYAR

TAHUN AJARAN 2010/2011

Oleh :

NINIS RISTIANI SEPTILIANA

K6406042

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011


(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user


(4)

commit to user


(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

Ninis Ristiani Septiliana. HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN DEMOKRASI DAN BUDAYA DEMOKRASI DENGAN SIKAP DEMOKRASI PADA SISWA KELAS XI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2010/2011

.

Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta. April 2011

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : ada tidaknya hubungan yang positif dan signifikan antara Pemahaman Demokrasi dan Budaya Demokrasi dengan Sikap Demokrasi Pada Siswa Kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Karanganyar Tahun ajaran 2010/2011.

Sejalan dengan masalah dan tujuan penelitian, maka penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 2 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011 yang berjumlah 298 siswa. Sampel diambil dengan teknik random sampling dan diperoleh sampel sejumlah 59 siswa. Teknik pengumpulan data untuk variabel variabel Pemahaman Demokrasi (X1) dan Sikap Demokrasi (Y) menggunakan angket dan untuk variabel Budaya Demokrasi (X2) menggunakan tes. Teknik Analisis data yang digunakan adalah teknik analisis korelasi ganda.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan = (1) ada hubungan yang positif dan signifikan antara pemahaman demokrasi dengan sikap demokrasi, hasilnya pada taraf signifikansi 5% diperoleh rx1y = 0,539 dan rtabel = 0,256 maka rx1y > rtabel atau 0,539 > 0,256 sedangkan thitung = 4,835 dan ttabel = 2,002 maka thitung > ttabel atau 4,835 > 2,002 jadi hipotesis pertama dapat diterima. (2) ada hubungan yang positif dan signifikan antara budaya demokrasi dengan sikap demokrasi, hasilnya pada taraf signifikansi 5% diperoleh rx2y = 0,347 dan rtabel = 0,256 maka rx2y > rtabel atau 0,347 > 0,256 sedangkan thitung = 2,795 dan ttabel = 2,002 maka thitung > ttabel atau 2,795 > 2,002 jadi hipotesis kedua dapat diterima. (3) ada hubungan yang positif dan signifikan antara pemahaman demokrasi dan dudaya demokrasi dengan sikap demokrasi, hasilnya pada taraf signifikansi 5% diperoleh rx1x2y = 0,586 dan rtabel = 0,256 maka rx1x2y > rtabel atau 0,586 > 0,256 sedangkan fhitung = 14,641 dan ftabel = 0,702 maka fhitung > ftabel atau 14,461 > 0,702 jadi hipotesis ketiga dapat diterima.


(6)

commit to user

vi

ABSTRAK

Ninis Ristiani Septiliana. THE RELATIONSHIP OF DEMOCRACY CONCEPTION AND DEMOCRATIC CULTURAL TO DEMOCRATIC ATTITUD E IN THE XI GRAD ERS OF PUBLIC SENIOR HIGH SCHOOL (SMA NEGERI) 2 KARANGAN YAR IN THE SCHOOL YEAR OF 2010/2011. Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University. April 2011.

The objective of research is to find out whether or not there is a positive and significant relationship of democracy conception and democratic cultural to democratic attitude in the XI graders of Public Senior High School 2 Karanganyar in the School Year of 2010/2011.

In line with the research problem and objective, this research employed a correlational descriptive method. The population of research was the XI graders of SMA Negeri 2 Karanganyar in the School Year of 2010/2011 consisting of 298 students. The sample was taken using random sampling technique and 59 students were obtained as the sample. Technique of collecting data used for Democracy Conception (X1) and Democratic Attitude (Y) variables was questionnaire, while

for Democratic Culture (X2) variable was test. Technique of analyzing data used

was simple correlational analysis technique.

Considering the result of research, it can be concluded that: (1) there is a positive and significant relationship between democratic conception and democratic attitude, the result shows that at significance level of 5% it is obtained rx1y = 0.539 and rtable = 0.256, therefore rx1y > rtable or 0.539 > 0.256 while tstatistic

= 4.835 and ttable = 2.002, therefore tstatistic > ttable or 4.835 > 2.002, so the first

hypothesis is supported. (2) there is a positive and significant relationship between democracy culture and the democratic attitude, the result shows that at significance level of 5%, it is obtained rx2y = 0.347 and rtable = 0.256 therefore rx2y

> rtable or 0.347 > 0.256 while tstatistic = 2.795 and ttable = 2.002, therefore tstatistic >

ttable or 2.795 > 2.002, so the second hypothesis is supported. (3) there is a

positive and significant relationship of democratic conception and democratic culture to democratic attitude, , the result shows that at significance level of 5%, it is obtained rx1x2y = 0.586 and rtable = 0.256 therefore rx1x2y > rtable or 0.586 >

0.256 while fstatistic = 14.641 and ftable = 0.702, therefore fstatistic > ftable or 14.461 >


(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

MOTTO

“ Pengalaman demokrasi bagaikan pengalaman hidup itu sendiri selalu berubah, tidak terhingga variasinya, kadang-kadang bergolak dan makin bernilai karena telah diuji oleh berbagi kesulitan.”

(Jimmy Carter)

“ Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu‟ .”


(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan untuk:

 Almarhum Kakek Tumpak Atmo Sunarso(4-04-2011), terima kasih atas semuanya.

 Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan segalanya, semoga Allah SWT memberikan kebaikan dan kemuliaan di dunia dan akhirat.

 Adik Liansari Wahyu Gartika dan Ristyanditya Fahrezi Handifa.

 Agus Dwi Prasetya, S.Pd yang selalu memberikan motivasi.

 Teman-teman dekat: Arum, Iin, Berty, Jasmien, Fatma, Paramitha, Nanda dan Susi atas semua dukungannya.

 Teman-teman PPKn angkatan 2006


(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGAN TAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis memperoleh bantuan dari berbagai pihak selama persiapan, pelaksanaan sampai akhir penyelesaian skripsi ini. Untuk itu dalam kesempatan ini, penulis sampaikan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan UNS.

2. Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si, Pembantu Dekan 1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ijin penelitian guna menyusun skripsi ini

3. Drs. Amir Fuady, M.Hum, Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ijin penelitian guna menyusun skripsi ini.

4. Drs. Syaiful Bachri, M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP UNS.

5. Dr. Sri Haryati M.Pd. Ketua Program Pendidikan Kewarganegaraan yang telah berkenan memberi ijin dalam penyusunan skripsi ini.

6. Drs. Suyatno, M.Pd. Pembimbing I yang telah meluangkan waktunya dan dengan sabar memberikan bimbingan dan pengarahan demi terselesaikannya skripsi ini.

7. Drs. Hassan Suryono, SH, MH, M.Pd. Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya dan dengan sabar memberikan bimbingan dan pengarahan demi terselesaikannya skripsi ini.

8. Moch Muchtarom, S.Ag, M.Si pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan serta pengarahan.

9. Segenap Bapak/Ibu dosen Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.


(10)

commit to user

x

10. Drs. Wagiman, M.Pd. Kepala sekolah yang telah memberikan ijin try out dan penelitian di SMA Negeri 2 Karangpanyar, Kabupaten Karanganyar.

11. Drs. Sumarno dan Drs. Wahab selaku Guru SMA Negeri 2 Karanganyar atas segala bantuannya.

12. Berbagai pihak atas segala bantuannya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penyusunan skripsi ini telah berusaha semaksimal mungkin, namun penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan karena keterbatasan penulis. Dengan segala rendah hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan juga dunia pragmatika.

Surakarta, April 2011 Penulis


(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN ABSTRAK ... v

HALAMAN MOTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah... 7

E. Tujuan Penelitian... 7

F. Manfaat Penelitian... 8

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 9

1. Tinjauan tentang Demokrasi ... 9

a. Pengertian Demokrasi ... 9

b. Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia ... 10

c. Ciri-Ciri Demokrasi... 12

d. Nilai-nilai Demokrasi ... 12

2. Tinjauan tentang Pemahaman Demokrasi ... 16

a. Pengertian Pemahaman ... 16 b. Tingkatan Pemahaman dalam Taksonomi Bloom 17


(12)

commit to user

xii

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkatan

Pemahaman Siswa ... 18

d. Pemahaman Demokrasi ... 18

e. Definisi Konseptual Pemahaman Demokrasi... 21

f. Definisi Operasional Pemahaman Demokrasi... 21

3. Tinjauan tentang Sikap Demokrasi ... 22

a. Pengertian Sikap... 22

b. Karakteristik Sikap ... 23

c. Komponen Sikap ... 24

d. Fungsi Sikap ... 25

e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap ... 26

f. Sikap Demokrasi ... 28

g. Definisi Konseptual Sikap Demokrasi ... 29

h. Definisi Operasional Sikap Demokrasi ... 29

4. Tinjauan tentang Budaya Demokrasi ... 29

a. Pemahaman Budaya Demokrasi ... 29

b. Materi Budaya Demokrasi dalam PKn ... 33

c. Definisi Konseptual ... 34

d. Definisi Operasional ... 34

5. Teori Belajar Psikologi Kognitif ... 34

B. Kerangka Berpikir ... 35

C. Perumusan Hipotesis ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

B. Metode Penelitian... 38

C. Populasi dan Sampel ... 39

D. Teknik Pengumpulan Data ... 43

E. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 47


(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data Umum ... 62

B. Deskripsi Data Khusus ... 69

C. Uji Prasarat Analisis ... 73

D. Uji Hipotesis... 74

E. Pembahasan Hasil Analisis Data... 76

BAB IV KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. KESIMPULAN……… 80

B. IMPLIKASI………. 80

C. SARAN……… 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Waktu Kegiatan Penelitian ... 38

Tabel 2 Daftar Nama Siswa Penelitian Kelas XI SMA Negeri 2 Karanganyar ... 68

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Data Pemahaman Demokrasi... 69

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Data Budaya Demokrasi ... 70


(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Interaksi Hubungan antara Pemahaman Demokrasi dan

Budaya Demokrasi dengan Sikap Demokrasi ... 36

Gambar 2 Struktur Organisasi SMA Negeri 2 Karanganyar ... 63

Gambar 3 Grafik Histogram Pemahaman Demokrasi ... 70

Gambar 4 Grafik Histogram Budaya Demokrasi... 71


(16)

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Nama Siswa Try Out ... 86

Lampiran 2 Kisi-kisi Angket Uji Coba Penelitian Variabel Pemahaman Demokrasi ... 87

Lampiran 3 Lembar Angket Uji Coba Penelitian Variabel Pemahaman Demokrasi ... 88

Lampiran 4 Kisi-kisi Penelitian Variabel Pemahaman Demokrasi ... 91

Lampiran 5 Lembar Penelitian Variabel Pemahaman Demokrasi... 92

Lampiran 6 Perhitungan Uji Validitas Angket Variabel Pemahaman Demokrasi ... 95

Lampiran 7 Perhitungan Uji Reliabilitas Angket Variabel Pemahaman Demokrasi ... 97

Lampiran 8 Perhitungan Uji Validitas, Reliabilitas Instrumen Angket Pemahaman Demokrasi ... 98

Lampiran 9 Kisi-kisi Uji Coba Tes Pemahaman Demokrasi... 101

Lampiran 10 Tes Uji Coba Angket Pemahaman Demokrasi... 102

Lampiran 11 Kisi-kisi Penelitian Tes Budaya Demokrasi... 112

Lampiran 12 Lembar Soal Penelitian Tes Budaya Demokrasi... 113

Lampiran 13 Perhitungan Uji Validitas Budaya Demokrasi ... 121

Lampiran 14 Perhitungan Uji Reliabilitas Tes Tabel Kerja Reliabilitas Budaya Demokrasi ... 122

Lampiran 15 Perhitungan Daya Beda Tes Budaya Demokrasi ... 125

Lampiran 16 Perhitungan Indeks Kesukaran ... 126

Lampiran 17 Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Beda dan Tingkat Kesukaran Soal Budaya Demokrasi ... 127

Lampiran 18 Kisi-kisi Angket Uji Coba Penelitian Variabel Sikap Demokrasi Siswa ... 130

Lampiran 19 Angket Uji Coba Penelitian Variabel Sikap Demokrasi Siswa ... 131


(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

Lampiran 20 Kisi-kisi Angket Penelitian Variabel Sikap Demokrasi

Siswa ... 135

Lampiran 21 Lembar Penelitian Angket Sikap Demokrasi ... 136

Lampiran 22 Perhitungan Uji Validitas Angket Sikap Demokrasi... 139

Lampiran 23 Perhitungan Uji Reliabilitas Angket Variabel Sikap Demokrasi ... 141

Lampiran 24 Uji Validitas, Reliabilitas Instrumen Angket Sikap Demokrasi ... 142

Lampiran 25 Daftar Nama Siswa Penelitian Kelas XI SMA Negeri 2 Karanganyar ... 144

Lampiran 26 Perhitungan Statistik Deskriptif Pemahaman Demokrasi (X1) ... 145

Lampiran 27 Perhitungan Statistik Deskriptif Budaya Demokrasi (X2) ... 147

Lampiran 28 Perhitungan Statistik Deskriptif Sikap Demokrasi (Y) ... 149

Lampiran 29 Uji Normalitas Lilierfors Pemahaman Demokrasi (X1) ... 151

Lampiran 30 Uji Normalitas Lilierfors Budaya Demokrasi (X2) ... 154

Lampiran 31 Uji Normalitas Lilierfors Sikap Demokrasi (Y)... 157

Lampiran 32 Uji Linieritas Pemahaman Demokrasi (X1) Terhadap Sikap Demokrasi (Y)... 160

Uji Linieritas Budaya Demokrasi (X2) Terhadap Sikap Demokrasi (Y)... 160

Lampiran 33 Korelasi Pemahaman Demokrasi (X1) Terhadap Sikap Demokrasi (Y)... 161

Lampiran 34 Korelasi Budaya Demokrasi (X2) Terhadap Sikap Demokrasi (Y)... 162

Lampiran 35 Korelasi Pemahaman Demokrasi(X1) Budaya Demokrasi (X2) Terhadap Sikap Demokrasi (Y)... 163

Lampiran 36 Surat Permohonan Ijin Research/Try Out Kepada Rektor UNS ... 164


(18)

commit to user

xviii

Lampiran 37 Permohonan Ijin Menyusun Skripsi Kepada Dekan c.g

Pembantu dekan 1 FKIP UNS di Surakarta ... 165 Lampiran 38 Surat Keputusan Dekan FKIP Tentang Ijin penyusunan

Skripsi/makalah ... 166 Lampiran 39 Surat Tidak Keberatan dari Badan Kesbang Pol & Linmas

Karanganyar ... 167 Lampiran 40 Surat Rekomendasi Research/Survey dari Bapeda

Karanganyar ... 168 Lampiran 41 Surat Rekomendasi Research/Penelitian dari Disdikpora

Karanganyar ... 169 Lampiran 42 Surat Permohonan Ijin Try Out/Penelitian Kepada Kepala

SMA Negeri 2 Karanganyar... 170 Lampiran 43 Surat Keterangan Telah Melakukan Try Out/Penelitian


(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, hampir seluruh warga di dunia mengaku menjadi penganut paham demokrasi. Demokrasi dipraktekkan di seluruh dunia secara berbeda-beda dari satu negara ke negara lain. Konsep demokrasi diterima oleh hampir seluruh negara di dunia. Diterimanya konsep demokrasi disebabkan oleh keyakinan mereka bahwa konsep ini merupakan tata pemerintahan yang paling unggul dibandingkan dengan tata pemerintahan lainnya. Dalam suatu negara yang menganut sistem demokrasi, demokrasi harus berdasarkan pada suatu kedaulatan rakyat, artinya kekuasaan negara itu dikelola oleh rakyat, dari rakyat dan untuk rakyat.

Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang berusaha untuk membangun sistem politik demokrasi sejak menyatakan kemerdekaan dan kedaulatannya pada tahun 1945. Sebagai sebuah gagasan, demokrasi sebenarnya sudah banyak dibahas atau bahkan dicoba diterapkan di Indonesia. Pada awal kemerdekaan Indonesia berbagai hal dengan negara-masyarakat telah diatur dalam UUD 1945. Para pendiri bangsa berharap agar terwujudnya pemerintahan yang melindungi bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Semua itu merupakan gagasan-gagasan dasar yang melandasi kehidupan negara yang demokratis

Sebagai bentuk kesungguhan negara Indonesia, landasan tentang demokrasi telah tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 maupun Batang Tubuh UUD 1945. Seluruh pernyataan dalam UUD 1945 dilandasi oleh jiwa dan semangat demokrasi. Penyusunan naskah UUD 1945 itu sendiri juga dilakukan secara demokratis. UUD 1945 merangkum semua golongan dan kepentingan dalam masyarakat Indonesia. Dengan demikian, demokrasi bagi bangsa Indonesia adalah konsep yang tidak dapat dipisahkan.


(20)

commit to user

Budaya demokrasi di Indonesia perlu dikembangkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta hendaknya mengacu kepada akar budaya nasionalisme yang memiliki nilai gotong royong atau kebersamaan dan mementingkan kepentingan umum. Namun, budaya ind ividualisme dan budaya liberal yang masuk melanda masyarakat dengan melalui arus globalisasi tidak mungkin bisa dibendung karena kemajuan teknologi.

Penerapan budaya demokrasi masyarakat tidak mungkin terjadi dengan sendirinya. Departemen Pendidikan Nasional sebagai ujung tombak pelaksana pendidikan telah beberapa tahun ini memperkenalkan buda ya demokrasi sebagai bagian dari kehidupan bermasyarakat dalam bentuk kebijakan memasukkan materi budaya demokrasi dalam kurikulum pendidikan formal.

Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional disamping memuat tujuan pendidikan nasional, juga mengembangkan kemampuan akademik peserta didik dan menuntut dikembangkannya kompetensi moral, sosial serta keterampilan. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Kecerdasan yang dituntut dalam tujuan pendidikan nasional tidak hanya cerdas kognitif, tetapi juga cerdas emosional, moral, fisik, dan memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi tanpa mengabaikan martabatnya di hadapan bangsa-bangsa lain di dunia.

Dalam dunia pendidikan, Pendidikan Kewarganegaraan adalah salah satu pendidikan yang memiliki peran yang sangat penting. Hal ini mengingat Pendidikan Kewarganegaraan memiliki peran untuk menjadikan dan menghasilkan manusia- manusia yang memiliki pengetahuan akan pemahaman dan budaya demokrasi.

Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan sebagai mata pelajaran berdasarkan jurnal internasional menurut pe ndapat Mr. Larry Bimi yang dikutip dari Journal Internasional of Definition Civic Education as Subject, http// www.


(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Wikipedia. Com menyatakan, “Said that postings to there was the need for what he he described as socio cultural revolution to beef up the democratic gains. We can only do this bey a systematic and strategic teaching of children to acquire civic respon capability valves as they are growing.” Artinya bahwa Pendidikan Kewarganegaraan dianggap sebagai pendidikan demokrasi yang menjadi strategi dan mutlak bagi perwujudan masyarakat dan negara demokrasi. Demokrasi dalam suatu negara hanya akan tumbuh subur apabila dijaga oleh warga negara yang demokratis.

Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMA Kelas XI Jilid 2 yang berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006, budaya demokrasi merupakan salah satu aspek dalam ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang meliputi:

Standar Kompetensi : Menganalisis Budaya Demokrasi Menuju masyarakat Madani. Kompetensi Dasarnya meliputi :

a. Mendeskripsikan pengertian dan prinsip-prinsip budaya demokrasi, b. Mengidentifikasi ciri-ciri masyarakat madani,

c. Menganalisis pelaksanaan demokrasi di Indonesia sejak orde lama, orde baru, dan reformasi,

d. Menampilkan perilaku budaya demokrasi dalam kehidupan sehari- hari.

Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta anti korupsi.

3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup berdampingan dengan bangsa-bangsa lainnya.

4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. (Depdiknas, 2006:49)


(22)

commit to user

Berdasarkan tujuan di atas, selayaknya pembelajaran demokrasi dan budaya demokrasi dalam Pendidikan Kewarganegaraan dapat membekali siswa dengan pengetahuan, keterampilan intelektual dan pengalaman. Oleh karena itu pemahaman demokrasi dan budaya demokrasi pada Pendidikan Kewarganegaraan perlu dibangun dan dikembangkan guna melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur bangsa yang memerlukan pemahaman demokrasi dan budaya demokrasi dari setiap warga negaranya, sehingga tujuan dari pemahaman demokrasi terutama tentang budaya demokrasi tercapai yaitu terciptanya warga negara yang mau dan mampu untuk menjunjung tinggi demokrasi yang berlandaskan sikap demokrasi.

Materi budaya demokrasi dibelajarkan dalam Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatka n pemahaman siswa terhadap budaya demokrasi yang disertai dengan sikap demokrasi. Tujuannya adalah untuk mencegah siswa melakukan tindakan yang bertentangan dengan nilai- nilai demokrasi. Kenyataan ini sesuai dengan misi dari mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu sebagai mata pelajaran yang membentuk warga negara agar memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajiban untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter. Artinya, dengan adanya pembelajaran demokrasi dan budaya demokrasi akan membentuk pola perilaku siswa untuk memiliki sikap demokrasi.

Dengan demikian, pemahaman demokrasi dan budaya demokrasi dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan dapat mendorong siswa melakukan hal yang positif dengan memiliki pemahaman akan sikap demokrasi sesuai dengan harapan semua pihak, termasuk lingkungan. Namun kenyataannya hal itu bertolak belakang, banyak siswa yang tidak paham dengan pemahaman konsep demokrasi dan budaya demokrasi yang pada akhirnya para siswa tidak memiliki sikap demokrasi. Hal itu dapat dilihat dari banyaknya kasus pelanggaran yang dilakukan siswa di lingkungan sekolah yang mencerminkan rendahnya pemahaman siswa akan sikap demokrasi.


(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Maraknya kasus-kasus yang mencerminkan rendahnya pemaha man akan demokrasi yang terjadi pada anak-anak usia sekolah saat ini sangat memprihatinkan. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat bagi anak menimba ilmu serta membantu membentuk karakter pribadi yang positif ternyata malah menjadi tempat terjadinya pelanggaran demokrasi. Dalam pemilihan Ketua OSIS SMK Negeri 4 Surabaya suara sah sebanyak 847 suara, tapi ada sedikit hal yang mengecewakan yaitu jumlah suara tidak sah yang mencapai 393 suara dan 66 suara abstain (http://xljagoanmuda.com). Ini adalah wujud dari kurangnya pemahaman dan kesadaran akan demokrasi. Padahal satu suara saja pengaruhnya akan sangat besar. Mungkin itu adalah wujud rasa ketidakpercayaan atau bahkan ketidakpedulian siswa dalam mewujudkan demokrasi.

Ruang lingkup sekolah SMA N 2 Karanganyar, sekarang ini pemahaman demokrasi dan budaya demokrasi yang dilandasi sikap demokrasi sebagai suatu pengikat yang kuat, secara berangsur-angsur mulai meluntur. Salah satu bentuk lunturnya demokrasi diantaranya yaitu menyelesaikan perbedaan pendapat dengan kekerasan atau perkelahian, tidak menghormati atau meremehkan pendapat orang lain yang berbeda dengan pendapatnya. Dimana hal tersebut dapat merusak nilai-nilai demokrasi.

Oleh karena itu perlu ada kerja sama dari berbagai pihak dalam ruang lingkup SMA Negeri 2 Karanganyar untuk menumbuhkan kembali kepada siswa, tentang makna dan arti pentingnya pemahaman demokrasi dan budaya demokrasi yang dilandasi sikap demokrasi. Penumbuhan kembali nilai- nilai ini dapat ditempuh dengan pendidikan budaya demokrasi. Berkaitan dengan pendidikan budaya demokrasi ini maka sekolah, khususnya SMA perlu memainkan perannya dalam rangka penggalian nilai- nilai budaya demokrasi kepada generasi muda bangsa agar dapat memperkuat dan memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis ingin memperoleh bukti tentang hubungan antara pemahaman demokrasi dan budaya demokrasi dengan sikap demokrasi pada siswa di sekolah.


(24)

commit to user B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Sehubungan dengan rendahya pemahaman demokrasi dan budaya demokrasi siswa memungkinkan pula rendahnya sikap demokrasi yang dimiliki siswa.

2. Pemahaman demokrasi kemungkinan memiliki hubungan yang erat dengan sikap demokrasi yang dimiliki pada siswa.

3. Pemahaman budaya demokrasi kemungkinan memiliki hubungan yang erat dengan sikap demokrasi yang dimiliki pada siswa.

4. Semakin meningkatnya tingkat kenakalan siswa yang mengara h pada pelanggaran nilai- nilai demokrasi.

5. Banyaknya faktor- faktor yang berpengaruh terhadap Sikap Demokrasi pada Siswa Kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Karanganyar.

C. Pe mbatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, penulis membatasi masalah yang akan diteliti, agar penelitian jelas dan berjalan dengan baik, yakni pada masalah kurangnya pemahaman demokrasi dan budaya demokrasi pada siswa menyebabkan sikap demokrasi dalam diri siswa rendah. Dan berikut pembatasan ruang lingkup masalah yang akan diteliti :

1. Subjek Penelitian

Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah aspek-aspek dari subjek penelitian yang menjadi sasaran penelitian yaitu :

a. Pemahaman Demokrasi b. Budaya Demokrasi c. Sikap Demokrasi


(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

3. Tempat Penelitian

Tempat dalam penelitian ini adalah Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Karanganyar.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah dipaparkan, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara pemahaman demokrasi dengan sikap demokrasi pada Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Karanganyar tahun ajaran 2010/2011?

2. Apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara budaya demokrasi dengan sikap demokrasi pada Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Karanganyar tahun ajaran 2010/2011?

3. Apakah ada hubungan yang positif dan signifikan secara bersama antara pemahaman demokrasi dan budaya demokrasi dengan sikap demokrasi pada Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Karanganyar tahun ajaran 2010/2011?

E. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian pasti mempunyai tujuan yang akan dicapai, dengan tujuan yang jelas tersebut akan mempermudah dalam melakukan penelitian. Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang positif dan signifikan antara pemahaman demokrasi dengan sikap demokrasi pada Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Karanganyar tahun ajaran 2010/2011.

2. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang positif dan signifikan antara budaya demokrasi dengan sikap demokrasi pada Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Karanganyar tahun ajaran 2010/2011.

3. Untuk mengetahui ada tidaknya hub ungan yang positif dan signifikan secara bersama antara pemahaman demokrasi dan budaya demokrasi dengan sikap demokrasi pada Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Karanganyar tahun ajaran 2010/2011.


(26)

commit to user F. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis :

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai suatu karya ilmiah maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya bagi masyarakat pada umumnya mengenai Hubungan Pemahaman Demokrasi dan Budaya Demokrasi dengan Sikap Demokrasi pada Siswa. b. Menjadi pedoman dan bahan pertimbangan dalam penelitian selanjutnya

yang relevan. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Memberi informasi tentang pentingnya pemahaman demokrasi dan budaya demokrasi bagi siswa sebagai generasi muda bangsa agar dapat menumbuhkan sikap demokrasi dalam kehidupan sehari- hari.

b. Bagi Sekolah

Memberikan masukan kepada pihak seko lah untuk selalu memberikan dukungan yang baik kepada seluruh siswa-siswinya agar mereka tetap selalu menjaga nilai-nilai demokrasi.

c. Bagi Guru

Memberi masukan bagi guru untuk berperan serta menumbuh kembangkan sikap demokrasi siswa melalui pembelajaran dan pemahaman budaya demokrasi yang diberikan.


(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Tentang Demokrasi

a. Pengertian Demokrasi

Demokrasi sebagai suatu sistem telah dijadikan alternatif dalam berbagai tatanan aktivitas bermasyarakat dan bernegara di beberapa negara. Hampir semua negara di dunia ini telah menjadikan demok rasi sebagai asa yang fundamental, demokrasi sebagai asas kenegaraan secara esensial telah memberikan arah bagi peranan masyarakat untuk menyelenggarakan negara sebagai organisasi tertingginya. Karena itu diperlukan pengetahuan dan pemahaman yang benar pada warga masyarakat tentang demokrasi.

Menurut Abdillah yang dikutip oleh Winarno (2002: 4) menyatakan

bahwa ”secara etimologis, demokrasi berasal dari bahasa Yunani demos dan

kratos. Demos artinya rakyat dan kratos artinya kekuasaan. Secara literal demokrasi berarti kekuasaan (dari) rakyat. Demokrasi adalah sebuah bentuk

pemerintahan rakyat dimana rakyat berkuasa sekaligus diperintah”.

Menurut International Commision of Jurist (ICJ), demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan dimana hak untuk membuat keputusan-keputusan politik diselenggarakan oleh wn melalui wakil-wakil yg dipilih oleh mereka dan bertanggung jawab kepada mereka melalui suatu proses pemilihan yg bebas.

Sedangkan menurur Henry B Mayo yang dikutip oleh Azyumardi Azra menyatakan bahwa:

Demokrasi sebagai sistem politik merupakan suatu sistem yang menunjukkan bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil- wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan plotik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik. (Azyumardi Azra, 2003: 110)


(28)

commit to user

Dari beberapa pendapat di atas diperoleh kesimpulan bahwa demokrasi sebagai suatu sistem bermasyarakat dan bernegara serta pemerintahan, yang memberikan penekanan pada keberadaan kekuasaan di tangan rakyat baik dalam penyelenggaraan negara maupun pemerintahan.

b. Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia (Masa Orde Lama, Orde Baru, dan Orde Reformasi)

Menurut Azyumardi Azra (2000: 130-141) Perkembangan demokrasi di Indonesia dari segi waktu dapat dibagi dalam empat periode, yaitu :

1) Periode 1945-1959 Demokrasi Parlementer.

Demokrasi pada masa ini dikenal dengan sebutan demokrasi parlementer. Sistem parlementer ini mulai berlaku sebulan setelah kemerdekaan diproklamasikan. Sistem ini kemudian diperkuat dalam Undang Dasar 1949 (Konstitusi RIS) dan Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) 1950. Meskipun sistem ini dapat berjalan dengan memuaskan di beberapa negara Asia lain, sistem ini ternyata kurang cocok diterapkan di Indo nesia. Hal ini ditunjukkan dengan melemahnya persatuan bangsa. Dalam UUDS 1950, badan eksekutif terdiri dari Presiden sebagai kepala negara konstitusional (constitutional head) dan perdana menteri sebagai kepala pemerintahan.

2) Periode 1959-1965 (Orde Lama)Demokrasi Terpimpin.

Demokrasi pada masa ini dikenal dengan sebutan demokrasi terpimpin. Dalam demokrasi terpimpin ditandai oleh tindakan yang menyimpang dari atau menyeleweng terhadap ketentuan Undang-undang Dasar. Dan didalam demokrasi terpimpin terdapat ciri-ciri yaitu adanya dominasi dari Presiden, terbatasnya peranan partai politik, berkembangnya pengaruh komunis dan meluasnya peranan ABRI sebagai unsur sosial politik. Dekrit Presiden 5 Juli dapat dipandang sebagai suatu usaha untuk mencari jalan keluar dari kemacetan politik melalui pembentukan kepemimpinan yang kuat.


(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Misalnya berdasarkan ketetapan MPRS No. III/1963 yang mengangkat Ir. Soekarno sebagai Presiden seumur hidup. Selain itu, terjadi penyelewengan dibidang perundang-undangan dimana pelbagai tindakan pemerintah dilaksanakan melalui Penetapan Presiden (Penpres) yang memakai Dekrit 5 Juli sebagai sumber hukum, dan sebagainya.

3) Periode 1965-1998 (Orde Baru) Demokrasi Pancasila.

Demokrasi pada masa ini dinamakan demokrasi pancasila. Demokrasi Pancasila dalam rezim Orde Baru hanya sebagai retorika dan gagasan belum sampai pada tataran praksis atau penerapan. Karena dalam praktik kenegaraan dan pemerintahan, rezim ini sangat tidak memberikan ruang bagi kehidupan berdemokrasi. Menurut M. Rusli Karim, rezim Orde Baru ditandai oleh; dominannya peranan ABRI, birokratisasi dan sentralisasi pengambilan keputusan politik, pembatasan peran dan fungsi partai politik, campur tangan pemerintah dalam persoalan partai politik dan publik, masa mengambang, monolitisasi ideologi negara, dan inkorporasi lembaga nonpemerintah

4) Periode 1998-sekarang ( Reformasi ).

Orde reformasi ditandai dengan turunnya Presiden Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998. Jabatan presiden kemudian diisi oleh wakil presiden, Prof. DR. Ir. Ing. B.J. Habibie. Turunnya presiden Soeharto disebabkan karena tidak adanya lagi kepercayaan dari rakyat terhadap pemerintahan Orde Baru. Bergulirnya reformasi yang mengiringi keruntuhan rezim tersebut menandakan tahap awal bagi transisi demokrasi Indonesia. Transis i demokrasi merupakan fase krusial yang kritis karena dalam fase ini akan ditentukan ke mana arah demokrasi akan dibangun.


(30)

commit to user

c. Ciri-ciri Demokrasi.

Menurut Henry B. Mayo dalam Miriam Budiarjo (1990: 62 ) dalam

bukunya ”Introduction to Democratic Theory“, memberikan ciri-ciri

demokrasi dari sejumlah nilai yaitu:

1) Menyelesaikan perselisihan dengan damai dan secara melembaga. 2) Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu

masyarakat yang sedang berubah.

3) Menyelenggarakan pergantian pimpinan secara teratur. 4) Membatasi pemakaian kekerasan sampai minimum.

5) Mengakui serta menganggap wajar adanya keanekaragaman dalam masyarakat.

6) Menjamin tegaknya keadilan.

Beberapa ciri pokok demokrasi menurut Syahrial Sarbini (2006 : 122) antara lain :

1) Keputusan diambil berdasarkan suara rakyat atau kehendak rakyat. 2) Kebebasan individu dibatasi oleh kepentingan bersama, kepentingan

bersama lebih penting daripada kepentingan individu atau golongan. 3) Kekuasaan merupakan amanat rakyat, segala sesuatu yang dijalankan

pemerintah adalah untuk kepentingan rakyat.

4) Kedaulatan ada ditangan rakyat, lembaga perwakilan rakyat mempunyai kedudukan penting dalam system kekuasaan negara. d. Nilai-Nilai Demokrasi

Mengutip pendapatnya Zamroni dalam Winarno (2007: 98), nilai-nilai demokrasi meliputi :

1) Toleransi.

Bersikap toleran artinya bersikap menenggang (menghargai, membiarkan dan membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan kelakuan dan sebagainya) yang bertentangan atau berbeda dengan pendirian sendiri. Dalam mayarakat demokratis seorang berhak memiliki pandangannya sendiri, tetapi ia akan memegang teguh pendiriannya itu dengan cara yang toleranterhadap pandangan orang lain yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan pendirianya. Sebagai nilai, toleransi dapat mendorong tumbuhnya sikap toleran terhadap keanekaragamaan, sikap saling percaya dan kesediaan untuk bekerjasama antarpihak yang berbeda-beda keyakinan, prinsip, pandangan dan kepentingan.


(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

2) Kebebasan mengemukakan pendapat.

Mengeluarkan pikiran secara bebas adalah me ngeluarkan pendapat, pandangan, kehendak, atau perasaan yang bebas dari tekanan fisik, psikis, atau pembatasan yang bertentangab dengan tujuan pengaturan tentan kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum. Warga negara yang menyampaikan pendapatnya di muka umum berhak untuk mengeluarkan pikiran secar bebas dan memperoleh perlundungan hokum. Dengan demikian, orang bebas mengeluarkan pendapat tetapi juga perlu pengaturan dalam mengeluarkan pendapat tersebut agar tidak menimbulkan konflik yang berkepanjangan antar-anggota masyarakat. 3) Menghormati perbedaan pendapat.

Warga negara yang menyampaikan pendapatnya di muka umum berhak untuk mengeluarkan pikiran secar bebas dan orang lain harus bisa menghormati perbedaan pendapat orang tersebut.

4) Memahami keanekaragaman dalam masyarakat.

Perubahan Dinamis dan arus Globalisasi yang tinggi menyebabkan masyarakat yang memiliki banyak dan beragam kebudayaan kurang memiliki kesadaran akan pentingnya peranan budaya lokal kita ini dalam memperkokoh ketahanan Budaya Bangsa. O leh karena itu kita harus memahami arti kebudayaan serta menjadikan keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia sebagai sumber kekuatan untuk ketahanan budaya bangsa.Agar budaya kita tetap terjaga dan tidak diambil oleh bangsa lain.

5) Terbuka dan komunikasi.

Demokrasi termasuk bersikap setara pada sesama warga ataupun terbuka terhadap kritik, masukan, dan perbedaan pendapat, bukanlah sekadar sebuah keputusan politik, apalagi kemauan pribadi perorangan belaka. Demokrasi adalah sebuah proses panjang kebiasaan dan pembiasaan bersama yang terus- menerus. Demokrasi pada dasarnya adalah sebuah kepercayaan akan kebijakan orang banyak. Jauh dalam lubuknya, lebih dari sekadar kepercayaannya akan kebebasan sebagai fitrah manusia, demokrasi adalah haluan yang berusaha menempatkan kesetaraan segenap manusia di atas segalanya.

6) Menjunjung nilai dan martabat kemanusiaan.

Setiap manusia mempunyai hak yakni hak dasar yang dimiliki manusia sejak lahir sebagai kodrat dan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang wajib untuk dilindungi dan dihargai oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan dan perlindungan harkat dan martabat manusia. Pengakuan bahwa semua manusia memiliki harkat dan martabat yang sama, dengan tidak membeda-bedakan baik atas jenis kelamin, agama, suku.


(32)

commit to user

7) Percaya diri.

Rasa percaya diri adalah sikap yang dapat di tumbuhkan dari sikap sanggup berdiri sndiri, sanggup menguasai diri sendiri dan bebas dari pengendalian orang lain dan bagaimana kita menilai diri sendiri maupun orang lain menilai kita.sehingga kita mampu menghadapi situasi apapun. Individu yang mempunyai rasa percaya diri adalah dapat mengatur dirinya sendiri,dapat mengarahkan,mengambil inisiatif, memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri,dan dapat melakukan hal- hal untuk dirinya sendiri.

8) Tidak menggantungkan pada orang lain.

Kekuasaan yang diberikan rakyat melalui satu proses demokratis dan dilaksanakan secara benar bersifat mengikat semua warga. Tetapi warga tetap memiliki kewenangan untuk melakukan kontrol atas penyelenggaraan kekuasaan. Hal ini hanya dapat tercapai apabila semua orang yang terlibat Di dalam aksi massa itu adalah warga yang berpikir mandiri dan serius. Rakyat yang menjadi pendukung utama demokrasi adalah rakyat yang madani, yang mandiri dalam pemikirannya. Dia mesti menjadi orang yang mengetahui apa yang dilakukannya dan mempunyai tanggung jawab terhadap perbuatannya.

9) Saling menghargai.

Salah satu sifat yang mesti diwujuddkan dalam kehidupan sehari-hari ialah saling menghargai kepada sesama manusia dengan berlaku sopan,

tawadhu, tasamuh, muru‟ah (menjaga harga diri), pemaaf, menepati

janji, berlaku „adil dan lain- lain. sebagainya. Harga menghargai

ditengah pergaulan hidup, setiap anggota masyarakat mempunyai tanggung jawab moral untuk mempertahankan dan mewujudka n citra baik dalam masyarakat dengan menampakkan tutur kata, sikap dan tingkah laku, cara berpakaian, cara bergaul, lebih bagus daripada orang lain.

10) Mampu mengekang diri.

Dengan kemampuan mengekang diri, maka hidup akan lebih tertata, dan lebih memungkinkan baginya mencapai sukses. Sebagai orang yang mampu mengekang diri, maka ia akan: Pertama, membangun komitmen yang kuat untuk tidak berpikir, bertindak, bersikap, dan berperilaku yang bertentangan dengan firman Allah SWT. Kedua, karena Allah SWT juga memerintahkan agar setiap manusia mampu memberi manfaat optimal bagi lingkungannya, maka ia berkomitmen untuk menjadikan pikiran, sikap, tindakan, dan perilakunya bermanfaat optimal bagi lingkungannya. Ketiga, ia bersungguh-sungguh mewujudkan komitmennya agar ia dapat mewujudkan komitmennya.

11) Kebersamaan.

Manusia adl makhluk sosial yg tdk bisa hidup sendiri. Manusia membutuhkan kebersamaan dlm kehidupannya. Tuhan menciptakan manusia beraneka ragam dan berbeda-beda tingkat sosialnya. Ada yg


(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

kuat ada yg lemah ada yg kaya ada yg miskin dan seterusnya. Demikian pula Tuhan ciptakan manusia dengan keahlian dan kepandaian yg berbeda-beda pula. Semua itu adl dlm rangka saling memberi dan saling mengambil manfaat.

12) Keseimbangan

Satu hal yang juga hampir boleh dikatakan tidak dapat lepas dari diri kita adalah kenyataan bahwa kita juga menjadi bagian dari kelompok kemasyarakatan dimanapun lingkungan kita berada, otomatis semua orang mempunyai fungsi dan peran sosialnya masing- masing dalam struktur kemasyarakatan tersebut, walau sekecil apapun peranan tersebut. Kehidupan masyarakat yang seimbang dapat dibayangkan sebagai kehidupan masyarakat yang tumbuh secara bebas dan positif, penuh dengan variasi dan dinamikanya dalam suatu keteraturan uang serasi dan harmonis. (www.nilai-nilaidemokrasi.com)

Dari uraian diatas maka nilai- nilai yang terkandung dalam demokrasi menjadi sikap dan budaya demokrasi yang perlu dimiliki warga negara . Nilai-nilai demokrasi merupakan Nilai-nilai yang diperlukan untuk mengembangkan pemerintahan yang demokratis, sehingga setiap keputusan dan tingkah laku akan efesien dan efektif serta pencapaian tujuan masayarakat adil dan makmur akan lebih mudah tercapai.

Dalam membangun kultur demokrasi jauh lebih sulit da ripada membangun struktur demokrasi. Indonesia sendiri secara struktur dapat dikatakan sebagai negara demokrasi terbukti dengan telah adanya lembaga-lembaga politik demokrasi. Akan tetapi demokrasi sekarang ini cenderung pada sikap kebebasan yang semakin liar, kekerasan, bentrokan fisik, konflik antar ras dan agama, brutalitas, ancaman bom, teror, rasa tidak aman, dan sebagainya. Hal ini disebabkan karena kultur demokrasi belum tegak dimasyarakat. Boleh jadi negara yang memiliki institusi demokrasi sedangka n masyarakat belum sepenuhnya bersikap demokratis.

Jadi, demokrasi tidak hanya memerlukan institusi, hukum, aturan, ataupun lembaga- lembaga negara lainnya, melainkan juga memerlukan sikap demokratis. Dan demokrasi memerlukan syarat hidupnya yaitu warga ne gara yang memiliki dan menegakkan nilai-nilai demokrasi sehingga terbentuklah sikap yang demokratis.


(34)

commit to user

2. Tinjauan Tentang Pemahaman Demokrasi a. Pengertian Pemahaman

Suharsimi Arikunto (1992: 134) menyatakan, “Pemahaman

(comprehension) adalah mempertahankan, membedakan, menduga (estimatis), menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggenalisir,

memberikan contoh, menuliskan kembali, memperkirakan”.

Suharsimi Arikunto (1992: 115), berpendapat ”Dengan pemahaman,

seorang individu diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana di antara fakta-fakta atau konsep”.

Pemahaman dalam arti ini tidak hanya menghendaki seseorang mengerti, tetapi menambah agar dapat menggunakan bahan-bahan yang telah dipahami dengan layak dan efektif. Pemahaman sebagai kerja pikir dimana seseorang pengajar dalam taraf ini hanya menyampaikan isi pelajaran dan individu (subyek didik) harus membuat gambaran tentang obyek tersebut.

Menurut Dilthey (Sumaryono, 1993: 54), ”Pemahaman adalah

pengertian tentang kerja akal pikiran manusia. Akal pikiran membentuk gabungan- gabungan dan hubungan- hubungan berbagai macam peristiwa

dalam membentuk sebuah pola”

Menurut Nana Sudjana (1992: 24), pemahaman dapat dibedakan kedalam kategori, yaitu;

(1) tingkat terendah adalah pemahaman terje mahan, mulai dari menerjemahkan dalam arti yang sebenarnya, mengartikan dan menerapkan prinsip-prinsip; (2) tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yaitu menghubungkan beberapa bagian grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dengan yang bukan pokok; dan (3) tingkat ketiga merupakan tingkat yang tertinggi yaitu pemahaman ekstrapolasi.

Memiliki pemahaman tingkat ekstrapolasi berarti seseorang mampu melihat dibalik yang tertulis, dapat membuat random tentang konsekuensi atau kemampuan membuat estimasi, prediksi berdasarkan atas pengertian dan kondisi-kondisi yang diterangkan dalam ide- ide atau simbol, serta kemampuan membuat kesimpulan yang berhubungan dengan implikasi dan konsekuensinya.


(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman adalah merupakan suatu proses, perbuatan dan kemampuan menangkap makna, arti serta penguasaan terhadap bahan-bahan yang dipelajari. Pemahaman meletakkan pola dasar suatu kegiatan belajar, tanpa hal tersebut maka suatu pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diharapkan tidak akan bermakna serta proses belajar yang dialami oleh peserta didik tidak membawa hasil yang maksimal.

b. Tingkatan Pemahaman dalam Taksonomi Bloom

Hubungannnya dengan satuan pelajaran, ranah kognitif memegang peranan paling penting. Yang menjadi tujuan pengajaran pada umumnya adalah peningkatan kemampuan siswa dalam aspek kognitif. Menurut Taksonomi Bloom dalam Richard I.Arends (2008: 1117) mengatakan bahwa ” Aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang yaitu mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan. Adapun masing-masing tingkatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Mengingat (remember)

Menurut para kreator taksonomi, berarti mengambil informasi yang relevan dari ingatan jangka panjang.

2) Memahami (understand)

Berarti mengkonstrusikan makna dari berbagai pesan instruksional. 3) Menerapkan (apply)

Berarti melaksanakan atau menggunakan suatu prosedur. 4) Menganalisis (analyze)

Berarti menguraikan materi manjadi bagian-bagian konstituen dan menentukan bagaimana hubungan bagian yang satu dengan bagian yang lainnya.

5) Mengevaluasi (evaluate)

termasuk proses kognitif checking (memeriksa), dan critiquing (mengkritik) dan berhubungan dengan kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.


(36)

commit to user

Berarti membuat judgment berdasarkan kriteria dan menyatukan berbagai elemen untuk membentuk sebuah pola atau struktur baru Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penguasaan siswa dalam aspek kognitif mulai dari jenjang mengingat, memahamai, menerapankan, menganalisis, mengevaluasi sampai menciptakan.

Kemampuan kognitif siswa akan mempengaruhi keberhasilan dalam pemahaman materi selanjutnya. Siswa yang mempunyai kemampuan kognitif tinggi biasanya lebih mudah memahami meteri selanjutnya dibanding siswa yang mempunyai kemampuan kognitif yang rendah.

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkatan Pemahaman Siswa

Ada banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa untuk mencapai pembelajaran yang optimal. Pembelajaran siswa dikatakan optimal jika mereka mengalami pembelajaran yang bermakna, yang disertai dengan pencapaian tingkatan pemahaman yang lebih tinggi dari tingkatan pemahaman sebelumnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkatan pemahaman siswa menurut Wahyudi (2002: 389-390) adalah sebagai berikut :

1) Faktor pertama adalah tingkat usia siswa (tingkat sekolah :SD, SLTP atau SMU).

2) Faktor kedua adalah pendekatan yang digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar (KBM).

3) Faktor ketiga adalah motivasi siswa.

Berdasarkan faktor- faktor diatas, pencapaian tingkatan pemahaman pada siswa tergantung pada diri siswa sendiri serta pada guru selaku sarana atau fasilitas bagi siswa dalam mempelajari konsep suatu materi. ”Semakin baik atau tinggi tingkat usia siswa atau tingkat sekolah, motivasi siswa, dan pendekatan yang digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar maka semakin tinggi pula tingkatan pemahaman siswa terhadap suatu materi dan sebaliknya” (Wahyudi, 2002: 390).

d. Pemahaman Demokrasi

Secara konstitusional dan formal-kurikuler sesungguhnya demokrasi dan HAM sudah ada sejak tahun 1945 yang ditujukan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana tersurat dalam pembukaan UUD 1945 yang


(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

diwujudkan dalam tatanan pendidikan nasional. Namun dalam perjalanannya terkait pada kebijakan politik kenegaraan pada setiap kurun kepemimpinan nasional mulai dari era Presiden Soekarno, Presiden Soeharto, Presiden Habibie, dan kini Presiden Abdurahman Wahid, ternyata dirasakan bahwa demokrasi dan HAM belum memberikan hasil yang maksimal. Hal tersebut dapat dilihat pada kebebasan mengeluarkan pendapat yang cenderung anarkis, pelanggaran HAM di mana- mana, komunikasi sosial-politik yang cenderung asal menang sendiri, hukum yang terkalahkan, dan kontrol sosial yang sering lepas tata krama, serta terdegradasinya kewibawaan para pejabat negara. Salah satu upaya yang dilakukan untuk menekan tindakan-tindakan tersebut di atas yakni dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Peningkatan kualitas SDM khususnya dalam hal berdemokrasi dilakukan dengan memberikan pengetahuan sekaligus pemahaman tentang demokrasi. Hal tersebut tentunya berkaitan dengan penanaman prinsip-prinsip demokrasi pada masyarakat umum.

Kemampuan seseorang dalam memahami makna dan arti dari prinsip-prinsip demokrasi sangat diperlukan untuk membentuk pemahaman demokrasi yang sesungguhnya pada masyarakat. Selama ini masyarakat kurang memahami makna dan arti demokrasi. Hal tersebut dapat dilihat dari semakin maraknya

Adapun prinsip-prinsip demokrasi menurut Muhammad Kholil (2010) dalam http://halil4.wordpress.com meliputi :

a. Kedaulatan di tangan rakyat

Kedaulatan rakyat maksudnya kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat. Ini berarti kehendak rakyat merupakan kehendak tertinggi. Apabila setiap warga negara mampu memahami arti dan makna dari prinsip demokrasi b. Pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia

Pengakuan bahwa semua manusia memiliki harkat dan martabat yang sama, dengan tidak membeda-bedakan baik atas jenis kelamin, agama, suku dan sebagainya. Pengakuan akan hak asasi manusia di Indonesia telah tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang sebenarnya terlebih dahulu ada


(38)

commit to user

dibanding dengan Deklarasi Universal PBB yang lahir pada tanggal 24 Desember 1945. Peraturan tentang hak asasi manusia dalam Tap MPR dan Undang-Undang Dasar 1945 dimuat dalam: Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea pertama dan empat, Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945, Ketetapan MPR mengenai hak asasi manusia Indonesia telah tertuang dalam ketetapan MPR No.XVII/MPR/1998. Setelah itu, dibentuk Undang-Undang No.39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia, Undang-Undang-Undang-Undang yang mengatur dan menjadi hak asasi manusia di Indonesia adalah Undang-Undang No.39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia.

c. Pemerintahan berdasar hukum (konstitusi)

Pemerintah berdasarkan sistem konstitusional (hukum dasar) dan tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang mutlak tidak terbatas). Sistem konstitusional ini lebih menegaskan bahwa pemerintah dalam melaksanakan tugasnya dikendalikan atau dibatasi oleh ketentuan konstitusi.

d. Peradilan yang bebas dan tidak memihak

Setiap warga negara Indonesia memiliki hak untuk diperlakukan sama di depan hukum, pengadilan, dan pemerintahan tanpa membedakan jenis kelamin, ras, suku, agama, kekayaan, pangkat, dan jabatan. Dalam persidangan di pengadilan, hakim tidak membeda-bedakan perlakuan dan tidak memihak si kaya, pejabat, dan orang yang berpangkat. Jika mereka bersalah, hakim harus mengadilinya dan memberikan hukuman sesuai dengan kesalahannya.

e. Pengambilan keputusan atas musyawarah

Bahwa dalam setiap pengambilan keputusan itu harus dilaksanakan sesuai keputusan bersama(musyawarah) untuk mencapai mufakat.

f. Adanya partai plitik dan organisasi sosial politik

Bahwa dengan adanya partai politik dan dan organisasi sosial politik ini berfungsi untuk menyalurkan aspirasi rakyat.

g. Pemilu yang demkratis

Pemilihan Umum merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan


(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Pemilu diselenggarakan dengan tujuan untuk memilih wakil rakyat dan wakil daerah, serta untuk membentuk pemerintahan yang demokratis, kuat, dan memperoleh dukungan rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan nasional sebagaimana Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemilu dilaksanakan oleh negara Indonesia dalam rangka mewujudkan kedaulatan rakyat sekaligus penerapan prinsip-prinsip atau nilai- nilai demokrasi, meningkatkan kesadaran politik rakyat untuk berpartisipasi aktif dalam pemilihan umum demi terwujudnya cita-cita masyarakat Indonesia yang demokratis.

Dengan kemampuan memahami prinsip-prinsip demokrasi tersebut di atas, diharapkan dapat mengembangkan karakter utama warganegara yang cerdas dan baik adalah bahwa warganegara Indonesia yang cerdas dan baik itu adalah mereka yang secara ajek memelihara dan mengembangkan cita-cita dan nilai demokrasi sesuai perkembangan jaman, dan secara efektif dan langgeng menangani dan mengelola krisis yang selalu muncul untuk kemaslahatan masyarakat Indonesia sebagai bagian integral dari masyarakat global yang damai dan sejahtera (Udin S. Winataputra, 2010).

e. Definisi Konseptual Pemahaman Demokrasi

Berdasarkan pendapat tentang pemahaman demokrasi di atas, maka dapat dirumuskan pemahaman demokrasi adalah kemampuan menangkap makna dan arti dari demokrasi dimana hak untuk membuat keputusan-keputusan politik diselenggarakan oleh warga negara melalui wakil-wakil yang dipilih oleh mereka dan bertanggung jawab kepada mereka melalui proses pemilihan yang bebas yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik.

f. Definisi Operasional Pemahaman Demokrasi

Definisi operasional dari pemahaman demokrasi yaitu sebagai berikut: 1) Menerjemahkan atau mengartikan makna demokrasi

2) Menerapkan prinsip-prinsip demokrasi


(40)

commit to user

3. Tinjauan Tentang Sikap Demokrasi

a. Pengertian Sikap

Sebagaimana kita ketahui bahwa orang di dalam berhubungan dengan orang lain tidak hanya berbuat begitu saja, tetapi juga menyadari perbuatan yang dilakukan dan menyadari pula situasi yang ada sangkut pautnya dengan perbuatan yang itu. Kesadaran ini tidak hanya mengenai tingkah laku ya ng sudah terjadi, tetapi juga tingkah laku yang mungkin akan terjadi. Kesadaran individu yang menentukan perbuatan nyata dan perbuatan-perbuatan yang mungkin akan terjadi itulah yang dinamakan sikap. Berkaitan dengan pengertian sikap, ada beberapa ahli yang mengemukakan diantaranya sebagai berikut:

1) Thurstone dan Carles Osgood (dalam Saifuddin Azwar,1998: 3)

mengemukakan bahwa “sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi

perasaan. Sikap seseorang terhadap objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) ataupun perasaan tidak mendukung (unfavorable) obyek tersebut”.

2) W.A Gerungan (1981: 151) mengemukakan bahwa “pengertian attitude

atau sikap dapat diterjemahkan dengan sikap terhadap obyek tertentu, yang dapat merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertai oleh kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan obyek

tadi itu”.

3) Abu Ahmadi (1999: 164) berpendapat bahwa “sikap adalah kesiapan

merespon yang sifatnya positif atau negative terhadap obyek atau situasi secara konsisten”.


(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Attitudies are predismesitions lorence negatively or positively in some degree to ward of objects idea institution, or people. A student is displaying an attitude to ward Negrous when he ways I don’t want to by in integration social (www.geogle.educational measurement and valuation.com). Artinya sikap adalah kecenderungan untuk beraksi positif dan negatif terhadap suatu obyek, kelas ide-ide lembaga- lembaga atau masyarakat. Sebagai contoh seorang siswa memperlihatkan sikapnya terhadap orang Negro ketika ia

berkata,” Saya ingin menjadi satu sekolah.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa sikap adalah suatu bentuk perasaan dan kesiapan untuk merespon suatu obyek tertentu yang bersifat positif (mendukung) atau negatif (tidak mendukung) terhadap obyek dan disertai kecenderungan untuk bertindak.

b. Karakteristik Sikap

Sax dalam Saifudin Azwar (2002: 9) menyatakan karakteristik sikap

antara lain yakni,”arah, intensitas, keluasan, konsistensi, dan spontanitas”.

Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut: 1) Arah

Arah dalam sikap ada dua yakni sikap positif, artinya sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan persetujuan serta melaksanakan norma-norma yang berlaku ditempat individu itu berada. Yang kedua yaitu sikap negatif, artinya sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku ditempat individu itu berada.

2) Intensitas

Intensitas merupakan derajat kekuatan sikap seseorang, dima na sikap positif atau negatif yang sama-sama dimiliki oleh dua orang terhadap sesuatu mungkin tidak sama intensitasnya, bisa saja yang satu lebih positif atau lebih negatif daripada yang satunya.


(42)

commit to user

Keluasan sikap menunjukkan kepada luas tidaknya cak upan aspek obyek yang disetujui atau tidak disetujui oleh seseorang.

4) Konsistensi

Konsistensi sikap ditunjukkan oleh kesesuaian antara pernyataan sikap yang dikemukakan oleh subyek dengan responnya terhadap obyek sikap. 5) Spontanitas

Spontanitas menunjukkan sejauh mana kesiapan obyek untuk menyatakan sikapnya secara spontan. Subyek dikatakan memiliki spontanitas yang tinggi apabila sikap yang dinyatakan tanpa perlu pengungkapan atau desakan.

c. Komponen Sikap

Manusia tidak mewarisi sikap, tetapi sikap tersebut lahir dari hasil interaksi dengan lingkungannya. Oleh sebab itu, sikap manusia yang satu berbeda dengan sikap manusia yang lain tergantung bagaimana peranan manusia tersebut terhadap lingkungannya.

Sikap seseorang akan mempengaruhi bagaimana nanti dia berperilaku walaupun peran aspek psikologis lainnya juga sangat berperan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk dan dipelajari dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Interaksi sosial itu meliputi hubungan antar individu dengan lingkungan fisik maupun lingkungan psikologis di lingkungan sekitarnya. Hal ini disebabkan oleh faktor- faktor atau komponen yang mendukung sikap tersebut.

Menurut Siti Rochmah dalam buku Psikologi Pengajaran W. S. Winkel (1996: 7-8) mengemukakan komponen sikap yang meliputi,”komponen kognitif (keyakinan, pengetahuan), komponen afektif (perasaan), dan

komponen kecenderungan tindakan”. Adapun penjelasannya adalah sebagai

berikut:

1) Komponen Kognitif (keyakinan, pengetahuan)

Sikap terdiri dari keyakinan seseorang mengenai obyek tertentu. Sikap tersebut melibatkan proses evaluatif, komponen ini penting artinya


(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

karena perubahan pada peranan kognitif, seperti pengetahuannya akan obyek tertentu, akan mengubah sikapnya.

2) Komponen Afektif (perasaan)

Sikap berkaitan juga dengan perasaan senang dan tidak senang serta perasaan emosional.Perasaan ini berpengaruh kuat terhadap perilaku seseorang.

3) Komponen Kecenderungan Tindakan

Komponen ini mencakup semua kesiapan perilaku yang berkaitan dengan sikap.Individu yang memiliki sikap positif, maka ia cenderung mendukung. Sebaliknya, jika ia bersifat negatif maka ia cenderung mengganggu atau merusak.

Sikap yang melibatkan perasaan-perasaan negatif terhadap obyek juga disebut prasangka. Sikap prasangka dapat menghambat jalannya proses belajar dengan baik. Setiap orang mempunyai sikap yang berbeda-beda terhadap sesuatu perangsang. Ini disebabkan oleh berbagai faktor yang ada pada individu masing- masing seperti adanya perbedaan dalam bakat, minat, pengalaman, pengetahuan, intensitas perasaan dan situasi lingkungan. Dapat dikatakan bahwa hal tersebut termasuk dalam stimulus yang diberikan kepada anak.

Ketiga komponen dalam sikap saling berkaitan, apabila disatukan dalam suatu sistem, komponen-komponen itu menjadi saling bergantung. Kognisi seseorang mengenai suatu obyek dipengaruhi oleh kecenderungan perasaannya dan tindakannya terhadap obyek tersebut dan suatu perubahan dalam kognisinya mengenai obyek tersebut akan cenderung menghasilkan perubahan dalam perasaan dan kecenderungan tindakannya terhadap obyek tersebut.

d. Fungsi Sikap

Sikap sebagai salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap pencapaian prestasi dan merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Dalam pembentukannya perlu mendapat perhatian karena menurut Saifuddin


(44)

commit to user

Azwar (2002: 40-41) fungsi sikap antara lain yakni,”fungsi instrumental,

fungsi pertahanan ego, fungsi pernyataan nilai dan fungsi pengetahuan”. Hal

tersebut dapat di jelaskan sebagai berikut : 1) Fungsi Instrumental

Fungsi intrumental merupakan fungsi penyesuaian yang menunjukkan bahwa individu memberikan respon sikap sesuai dengan rangsangan yang dihadapinya. Dengan adanya rangsangan tersebut, maka seseorang individu akan membentuk sikap positif terhadap apa yang dirasakan menguntungkan dan membentuk sikap negatif apabila dirasakan merugikan bagi dirinya.

2) Fungsi pertahanan ego

Sikap mempunyai fungsi sebagai pertahanan ego.Artinya, sikap untuk mempertahankan muncul apabila dirasakan oleh seorang mengenai hal- hal yang tidak menyenangkan dan mengancam ego, maka sikap akan berfungsi sebagai mekanisme pertahanan.

3) Fungsi pernyataan nilai

Di dalam sikap terkandung nilai dan fungsi pernyataan nilai, dimana sikap yang terbentuk merupakan pernyatakan nilai yang dianutnya sesuai dengan penilaian pribadi dan konsep dirinya.

4) Fungsi pengetahuan

Sikap mendorong manusiauntuk mengorganisasikan pengalamannya. Adanya unsur- unsur pengalaman yang semula tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu akan disusun kembali agar konsisten.

e. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap

Dalam berinteraksi sosial, terjadi hubungan saling mempengaruhi diantara individu yang satu dengan yang lain, terjadi hubungan timbal balik yang turut mempengaruhi pola perilaku masing- masing individu sebagai anggota masyarakat. Individu bereaksi membuat pola sikap tertentu terhadap berbagai obyek psikologis yang dihadapinya. Diantara berbagai faktor yang


(45)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

mempengaruhi pembentukan sikap menurut Saifuddin Azwar (1988: 24-31) adalah sebagai berikut:

1) Pengalaman Pribadi

Apa yang kita alami akan membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan obyek psikologis. Apakah penghayatan itu kemudian akan membentuk sikap positif ataukah negatif akan tergantung pada berbagai faktor, tetapi jika tidak mempunyai pengalaman maka akan cenderung membuat sikap negatif terhadap obyek tersebut.

2) Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting

Seseorang yang kita anggap penting akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Diantara orang yang biasanya dianggap penting bagi individu adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri atau suami, dan lain- lain.

3) Pengaruh Kebudayaan.

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Tanpa kita sadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah karena kebudayaan memberikan corak pengalaman bagi individu yang ada di dalamnya. Hanya kepribadian individu yang kuat yang dapat memudarkan dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap individual.

4) Media Massa

Faktor pembentukan sikap yang lain adalah media massa. Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lai- lain mempunyai pengaruh dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.


(46)

commit to user

5) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Sikap dapat juga terbentuk oleh lembaga pendidikan dan lembaga agama dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan sistem kepercayaan, maka tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal.

6) Pengaruh Faktor Emosional

Kadang-kadang suatu bentuk sikap merupakan pernayataan yang disadari oleh emosi, yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang, akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih konsisten dan bertahan lama.

f. Sikap Demokrasi

Sikap demokrasi menurut Malkian Elvani (2010) dalam http://yanel.wetpaint.com bahwa sikap hidup atau pandangan hidup demokratis. Sikap adalah bagian dari kepribadian seseorang yang mendorong untuk bertindak dalam menanggapi obyek tertentu. Sedangkan hakikat demokrasi adalah sebagai suatu sistem bermasyarakat dan bernegara serta pemerintahan memberikan penekanan pada keberadaan kekuasaan ditangan rakyat baik dalam penyelenggaraan negara maupun pemerintahan.

Berdasarkan pengertian dari sikap dan hakikat demokrasi, maka dapat ditarik suatu kesimpulan mengenai pengertian dari sikap demokrasi, yaitu sikap demokrasi adalah bagian dari kepribadian seseorang yang mendorong untuk bertindak sesuai dengan nilai- nilai yang terkandung dalam demokrasi, yaitu adalah toleransi, kebebasan mengemukakan pendapat, menghormati perbedaan pendapat, memahami keanekaragaman dalam masyarakat, terbuka dan komunikasi, menjunjung nilai dan martabat kemanusiaan, percaya diri, tidak menggantungkan pada orang lain, saling menghargai, mampu mengekang diri, kebersamaan serta keseimbangan.


(47)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

g. Definisi Konseptual

Berdasarkan berbagai pendapat tentang sikap dan demokrasi di atas, maka dapat dirumuskan sikap demokrasi adalah bagian dari kepribadian seseorang yang mendorong untuk bertindak sesuai dengan nilai- nilai yang terkandung dalam demokrasi, yaitu adalah toleransi, kebebasan mengemukakan pendapat, menghormati perbedaan pendapat, memahami keanekaragaman dalam masyarakat, terbuka dan komunikasi, menjunjung nilai dan martabat kemanusiaan, percaya diri, tidak menggantungkan pada orang lain, saling menghargai, mampu mengekang diri, kebersamaan serta keseimbangan.

h. Definisi Operasional 1) Toleransi.

2) Kebebasan mengemukakan pendapat. 3) Menghormati perbedaan pendapat.

4) Memahami keanekaragaman dalam masyarakat. 5) Terbuka dan komunikasi.

6) Menjunjung nilai dan martabat kemanusiaan. 7) Percaya diri.

8) Tidak menggantungkan pada orang lain. 9) Saling menghargai.

10)Mampu mengekang diri. 11)Kebersamaan.

12)Keseimbangan

4. Tinjauan tentang budaya demokrasi a. Pemahaman budaya demokrasi

Hubungan antara budaya politik dan demokratisasi sangat erat. Budaya politik memiliki pengaruh penting dalam perkembangan demokrasi. Demokratisasi tidak berjalan baik apabila tidak ditunjang oleh terbangunnya budaya politik yang sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi (R. Siti Zuhro ,2010) dalam http://bataviase.co.id.

Sedangkan menurut Gabriel A. Almond (1990: 36) mengatakan bahwa:

”warga negara yang demokratis diharapkan ikut berpartisipasi aktif dan

terlibat dalam politik. Diharapkan ia dapat bertindak lebih rasional dalam pendekatan terhadap politik, bertindak berdasarkan logika bukan emosi. Dia


(48)

commit to user

diharapkan berpandangan luas dan dapat mengambil keputusan bagaimana harus menentukan pilihan dalam sebuah plebisit atas dasar perhitungan yang cermat seperti juga berdasarkan kepentingan dan prinsip-prinsip yang diharapkan.

Berdasarkan hal tersebut, maka budaya demokrasi yang berkembang dalam masyarakat bergantung pada budaya politik. Budaya politik yang berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi akan mendorong kebudayaan demokrasi yang positif dalam masyarakat. Oleh karena itu, kemampuan warga negara dalam memahami makna dan arti dari prinsip-prinsip demokrasi sangatlah penting dalam rangka membangun dan membentuk budaya demokrasi dalam masyarakat.

Pemahaman tentang konsep budaya demokrasi sangat penting bagi masyarakat untuk dapat meningkatkan kehidupan berdemokratis dalam suatu negara. Bentuk konkrit yang diharapkan adalah kemampuan seseorang menghormati hukum yang berlaku, menghormati hak orang lain, menyadari hak dan kewajibannya sebagai warga negara yang baik dan bertanggung jawab, serta mampu menyelesaikan berbagai permasalahan hidup secara kekeluargaan ataupun melalui jalur hukum. Kemampuan ini akan mengkondisikan seseorang menjadi manusia yang disiplin, mematuhi aturan yang berlaku, yang selalu berusaha menghindari konflik horisontal maupun vertikal, serta menolak perilaku premanisme dan anarkhi dalam penyelesaian berbagai masalah sehingga kehidupan demokratis dalam suatu negara terbentuk secara maksimal.

1. Pengertian budaya demokrasi.

Menurut Macridis & Brown (1986) inti budaya demokrasi adalah kerja sama, saling percaya, menghargai keanekaragaman, toleransi, kesamaderajatan, dan kompromi. Sedangkan budaya politik nondemokratis atau totalitarian ditandai oleh konflik, kecurigaan, keseragaman, tidak toleran, ketidakpercayaan, kebencian, hierarki, dan ketidaksamaan derajat.


(1)

commit to user

korelasinya tidak signifikan. Maka dari hasil penghitungan diatas diketahui bahwa thitung ttabel dengan nilai 2,795>2.002. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara Budaya Demokrasi Dengan Sikap Demokrasi.

3. Hubungan Antara Pe mahaman Demokrasi dan Budaya Demokrasi

Dengan Sikap Demokrasi pada Sis wa Kelas XI SMA Negeri 2 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011

Dari hasil penghitungan korelasi secara simultan dengan uji regresi linier berganda antara variable pemahaman demokrasi dan budaya demokrasi dengan sikap demokrasi mengunakan SPSS 13 didapat Nilai korelasi sebesar 0,586 Dengan jumlah responden sebesar 59 didapat rtabel = 0.256. maka dapat

diketahui bahwa nilai rhitung> rtabel yaitu 0,586>0,256. Maka dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan antara pemahaman Demokrasi dan Budaya Demokrasi Dengan Sikap Demokrasi.

Untuk mengetahui keberartian hubungan antara Pemahaman Demokrasi dan Budaya Demokrasi Dengan Sikap Demokrasi yaitu mengunakan uji Freg.

hubungan dapat dikatakan signifikan apabila nilai Freg> Ftabel. Dari

penghitungan SPSS 13 Didapat Freg = 14,641 dan dengan F0.05,2,56 = 0,702.

atau Freg> Ftabel. Dengan demikian dapat Dikatakan ada hubungan yang

signifikan antara pemahaman demokrasi dan budaya demokrasi dengan sikap demokrasi secara simultan.

E. Pembahasan Hasil Analisis Data

Berdasarkan analisa dan interprestasi hasil analisa data antara variabel pemahaman demokrasi (X1) dan budaya demokrasi (X2) dengan sikap

demokrasi (Y), maka dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Terdapat Hubungan yang Positif dan Signifikan Antara


(2)

commit to user

SMA Negeri 2 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011

Berdasarkan hasil penghitungan SPSS 13 telah diketahui ada hubungan yang signifikan antara Pemahaman Demokrasi Dengan Sikap Demokrasi. Hal ini disebabkan karena rhitung > rtabel yaitu 0,539 > 0,256, selanjutnya dengan uji t diperoleh thitung > ttabel yaitu 4,835 > 2,002. Hal tersebut menunjukkan

bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel pemahaman demokrasi dengan sikap demokrasi pada siswa kelas XI SMA Negeri 2 Karnganyar Tahun Ajaran 2010.

Dari hasil data tersebut di atas menunjukkan bahwa semakin optimal pemahaman demokrasi maka semakin baik sikap demokrasi siswa dan sebaliknya semakin rendah atau buruk pemahaman demokrasi maka semakin buruk pula sikap demokrasinya. Artinya bahwa siswa yang berpartsipasi aktif dalam kegiatan demokrasi di sekolah seperti pemilihan pengurus kelas ataupun OSIS, maka siswa tersebut memiliki pemahaman demokrasi yang baik.

Menurut Daryanto (1997: 103) mengemukakan bahwa “memahami

diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasi materi tersebut secara benar”. Artinya dengan adanya kemampuan siswa dalam memahami materi demokrasi, maka siswa dapat menginterprestasikan pemahamannya tentang demokrasi tersebut secara benar dan dapat merealisasikannya dalam kehidupan nyata. Pemahaman yang merupakan tingkatan kognitif seseorang mengenai suatu obyek dipengaruhi oleh kecenderungan perasaannya dan tindakannya terhadap obyek tersebut dan suatu perubahan dalam kognisinya mengenai obyek tersebut akan cenderung menghasilkan perubahan dalam perasaan dan kecenderungan tindakannya atau sikap terhadap obyek tersebut.

2. Terdapat Hubungan yang Positif dan Signifikan Antara Budaya

Demokrasi dan Signifikan Dengan Sikap Demokrasi pada Sis wa Kelas XI SMA Negeri 2 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011


(3)

commit to user

Berdasarkan hasil penghitungan SPSS 13 telah diketahui ada hubungan yang signifikan antara Pemahaman Demokrasi Dengan Sikap Demokrasi. Hal ini disebabkan karena rhitung > rtabel yaitu 0,347 > 0,2002, selanjutnya dengan uji t diperoleh thitung > ttabel yaitu 2,795 > 2,002. Hal tersebut

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel pemahaman demokrasi dengan sikap demokrasi pada siswa kelas XI SMA Negeri 2 Karanganyar Tahun Ajaran 2010.

Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin tinggi budaya demokrasi maka semakin tinggi pula sikap demokrasi siswa. Budaya demokrasi merupakan kebiasaan berfikir dan berperilaku yang menghargai dan menjunjung tinggi nilai- nilai demokrasi baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun berbangsa dan bernegara. Kebiasaan berfikir dan berperilaku yang menghargai dan menjunjung tinggi nilai- nilai demokrasi baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun berbangsa dan bernegara tentunya sangat berkaitan dengan sikap seseorang terhadap demokrasi itu sendiri. Hal tersebut dikarenakan adanya sikap demokrasi yang dimiliki seseorang atau individu mempengaruhi atau mendorong pola pikir atau kebiasaan seseorang dalam berperilaku yang mencerminkan nilai- nilai demokrasi.

3. Hubungan Antara Pe mahaman Demokrasi dan Budaya Demokrasi

Dengan Sikap Demokrasi pada Sis wa Kelas XI SMA Negeri 2 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011

Hasil penghitungan SPSS 13 telah diketahui ada hubungan yang signifikan secara simultan antara pemahaman demokrasi dan Budaya Demokrasi dengan Sikap demokrasi dengan korelasi regresi sebesar 0,586 dan nilai Freg 14,641.

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pemahaman demokrasi dan budaya demokrasi siswa maka semakin tinggi pula sikap demokrasi siswa. Dengan demikian hendaknya siswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan belajar-mengajar sehingga memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik mengenai demokrasi maupun budaya demokrasi. Pemahaman


(4)

commit to user

demokrasi dan budaya demokrasi yang diperoleh siswa sangat berga ntung pada kemampuan siswa dalam menerima stimulus atau respon yang diberikan guru. Hal tersebut sesuai dengan teori Behavioristik dimana menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.

Dengan demikian menurut teori ini, seseorang yang telah diberikan stimulus berupa materi budaya demokrasi akan menghasilkan suatu input berupa pengetahuan serta pemahaman siswa terkait dengan materi demokrasi yang kemudian akan ditanggapi atau direspon oleh pebelajar atau siswa melalui perubahan perilaku yang mengarah pada tujuan pembelajaran demokrasi.


(5)

commit to user

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data mengenai hubungan antara pemahaman demokrasi dan budaya demokrasi dengan sikap demokrasi siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Karanganyar tahun ajaran 2010/2011 diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pemahaman demokrasi dan budaya demokrasi dengan sikap demokrasi siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Karanganyar tahun ajaran 2010/2011.

Berdasarkan hasil analisis data diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara pemahaman demokrasi dengan sikap demokrasi dengan nilai koefisien korelasi product moment sebesar (rx1y)= 0.593 dan nilai thitung = 4,835.

2. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara Budaya demokrasi dengan sikap demokrasi dengan nilai koefisien korelasi product moment sebesar (rx2y) = 0,347 dan nilai thitung = 2,795

3. Ada hubungan yang positif dan signifikan secara simultan antara pemahaman demokrasi dan budaya demokrasi dengan sikap demokrasi dengan nilai korelasi regresi (rxix2y) = 0,586 dengan nilai Freg= 14,641.

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan penelitian tersebut di atas maka menimbulkan beberapa implikasi sebagai berikut:

1. Implikasi Teoritis

Dari hasil penelitian dapat di ketahui bahwa terdapat hubungan yang positif antara pemahaman demokrasi dan budaya demokrasi dengan sikap demokrasi pada siswa kelas XI SMA Negeri 2 Karanganyar. Dengan Adanya hubungan yang positif tersebut, berarti semakin tinggi pemahaman demokrasi dan pemahaman akan materi tentang budaya demokrasi yang dimiliki siswa


(6)

commit to user

berarti semakin tinggi sikap demokrasi yang dimiliki siswa jika dibanding dengan siswa yang kurang memiliki pemahaman terhadap demokrasi.

2. Implikasi Praktis

Melihat dari penelitian yang telah dilakukan, ternyata pemahaman demokrasi dan budaya demokrasi mempunyai peranan dalam menumbuhkan sikap demokrasi. Maka diharapkan keikutsertaan berbagai pihak untuk memotivasi para siswa untuk lebih memahami demokrasi dan budaya demokrasi sehingga dapat menjadi siswa yang memiliki sikap demokrasi yang baik.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, maka penulis

mengemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi Siswa

Siswa hendaknya dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar sehingga memiliki pemahaman demokrasi dan budaya demokrasi yang baik karena dengan adanya pemahaman tersebut diharapkan siswa dapat mempunyai sikap demokrasi yang tinggi.

2. Bagi Pendidik

Setiap pendidik atau guru hend aknya lebih memaksimalkan kegiatan belajar mengajar yang lebih menekankan pada pemahaman sehingga tidak hanya fokus pada hafalan serta dapat menjadi motivator bagi siswa dalam belajar untuk dapat meningkatkan minat belajar siswa supaya pemahaman khususnya pemahaman demokrasi dan budaya demokrasi siswa lebih meningkat sehingga mampu menciptakan sumber daya manusia yang memiliki sikap demokrasi yang lebih baik.

3. Bagi Sekolah

Lingkungan sekolah memberikan nilai yang besar bagi siswa dalam memperoleh pengetahuan. Oleh sebab itu disarankan kepada pihak sekolah untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar dan hendaknya meningkatkan kedisiplinan sekolah.