Potensi dan Proses Pemberdayaan Petani Garam di Desa Kusamba Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung.

(1)

i

POTENSI DAN PROSES PEMBERDAYAAN

PETANI GARAM

DI DESA KUSAMBA KECAMATAN DAWAN

KABUPATEN KLUNGKUNG

SKRIPSI

Oleh :

I Putu Bagus Yogana

KONSENTRASI PENGEMBANGAN MASYARAKAT

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015


(2)

ii

POTENSI DAN PROSES PEMBERDAYAAN

PETANI GARAM

DI DESA KUSAMBA KECAMATAN DAWAN KABUPATEN

KLUNGKUNG

SKRIPSI

Skripsi diajuakan untuk sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Udayana

oleh :

I Putu Bagus Yogana NIM. 1105315070

KONSENTRASI PENGEMBANGAN MASYARAKAT PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2015


(3)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI

Dengan ini Saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan Saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Saya bersedia dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam aturan yang berlaku apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya Saya sendiri atau mengandung tindakan plagiarism.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Denpasar,... Yang menyatakan,

Materai RP 6.000,-

I Putu Bagus Yogana NIM. 1105315070


(4)

iv

ABSTRAK

I Putu Bagus Yogana. NIM 1105315070. Potensi dan Proses Pemberdayaan Petani Garam Di Desa Kusamba Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung. Dibimbing oleh Dr. I GedeSetiawan AP, SP., MSI dan Ir. Nyoman Parining, M. Rur. M.

Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung memiliki potensi garam yang besar. Namun masih menghadapi kendala seperti : (i) harga garam di luar Bali yang lebih murah, (ii) faktor cuaca yang menghalangi produksi, dan (iii) manajemen pemasaran yang rendah. Tujuan penelitian untuk mengetahui (1) karakteristik petani garam, (2) potensi usaha garam, serta (3) aspek dan unsur pemberdayaan petani garam. Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan (1) umur petani garam tergolong masih produktif, tingkat pendidikan formal tergolong rendah, pengalaman berusaha tani tergolong cukup berpengalaman, dan luas lahan yang dimiliki tergolong sangat cocok untuk diperluas; (2) dilihat dari segi potensi, garam berwarna putih bersih, rasa tidak pahit, kemasan menarik, higenis, memiliki peluang ekspor dan mampu bersaing di pasaran; (3) kepemilikan aset tergolong baik, hubungan antar individu maupun kelompok tergolong baik, sebagian besar petani garam menginginkan adanya penguatan kelembagaan, sinergi kemitraan masih dalam tahap kemitraan lokal, peluang untuk mengembangkan usaha garam tergolong baik, partisipasi fisik dalam usaha pengembangan bisnis garam tergolong baik, petani garam memiliki rasa tanggung jawab yang baik terhadap pekerjaannya maupun keluarganya dan kemampuan bekerjasama dan mengorganisir tergolong baik. Kata kunci : potensi, proses, proses pemberdayaan, petani garam


(5)

v ABSTRACT

I Putu Bagus Yogana. NIM 1105315070. Potensi dan Proses Pemberdayaan Petani Garam Di Desa Kusamba Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung. Dibimbing oleh Dr. I GedeSetiawan AP, SP., MSI. dan Ir. Nyoman Parining, M. Rur. M.

Kusamba Village, Dawan District, Klungkung Regency has large salt potential. But still faces obstacles as: (i) cheaper salt price outside Bali Province; (ii) weather factor that hinders production; and (iii) low management marketing. The purpose of research to know : (1) the characteristic of salt farmers; (2) the salt

business potential; and (3) salt farmer’s aspects and empowerment elements. This

research uses the qualitative and quantitative analysis method.

The research results show : (1) the salt farmers’s age classified as

productive, formal education level classified as low, farming experience is considered relatively versed, and their land were very suitable for expanded; (2) viewed from the potential perspective, the salt color is colorless white, the sense is not bitter, interesting packaging, higenis, having export opportunity, and able to compete in the market; (3) asset ownership classified as good, the relationship between individuals and groups classified as good, most of salt farmers want the institutional strengthening, partnership synergies was still under local

partnership, the chance to expand their salt’s businesses classified as good,

physical participation in an effort to salt business development have good discipline, salt farmers having a sense of good responsibility to their job and their families, and the ability to cooperate and organizing classified as good.


(6)

vi

RINGKASAN

Potensi garam di Bali sebuah pulau yang dikelilingi oleh lautan belum digarap secara maksimal. Kabupaten Klungkung memiliki potensi yang besar namun masih banyak menghadapi kendala seperti: Terdesaknya petani garam tradisional desa kusamba karena garam dari luar ini disebabkan karena persaingan antara penjualan garam yang lebih murah yang menyebabkan petani garam tradisional tidak bisa menentukan harga.Penghasilan tidak sesuai dengan harapan petani garam penghasilan yang mereka peroleh sangat tidak mencukupi kebutuhan karena pekerjaan disektor pertani garam ini sangat mengandalkan cuaca yang tidak menentu.Sistem penjualan dan harga, tergantung pada pasar dan candak kulak dalam penjualan hasil produksi garam petani tidak bisa mematok harga yang diinginkan dikarnakan harga sangat ditentukan oleh pasar dan candak kulak.Mengundang Investor untuk memasarkan hasil garam tradisional Desa Kusamba dengan sulitnya menentukan harga dan tidak mampunya petani garam dalam memasarkan hasil produksinya petani garam sampai mengundan tamu luar atau investor untuk memasarkan hasil produksinya untuk meningkatkan tarap hidup mereka.

Berdasarkan hal tersebut, permasalahan yang ingin diketahui yaitu : bagaimana karakteristik petani garam, potensi usaha garam, dan bagaimana aspek-aspek dan unsur-unsur pemberdayaan petani garam yang terlibat didalam kelompok Sarining Segara Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung, Penelitian dilakukan kepada 15 responden yang merupakan petani garam yang menggarap lahannya sendiri untuk produksi garam. Berdomisili di Kusamba dan bermata pencaharian sebagai petani garam.

Tujuan Mendeskripsikan karakteristik petani garam yang ada di Desa Kusamba Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung. Menganalisis potensi usaha garam yang dimiliki petani garam untuk meningkatkan kesejahtraannya. Menganalisis aspek-aspek dan unsur-unsur pemberdayaan petani garam. Metode yang digunakan dalam penelitian ini karakteristik potensi aspek pemberdayaan unsur pemberdayaan berdasarkan hasil penelitian. Teori-teori yang turut


(7)

vii

mendukung penelitian ini diantaranya teori pemberdayaan mesyarakat, teori penyuluhan pertanian dan analisis potensi tambak garam.

Adapun simpulan dari penelitian ini terkait dengan karakteristik petani garam di Desa Kusamba sebagai berikut. (a) Umur tergolong masih produktif. (b) Tingkat pendidikan formal petani garam tergolong rendah. (c) Pengalaman berusaha tani yang dimiliki petani garam cukup berpengalaman. (d) Luas lahan yang dimiliki petani tergolong sangat cocok untuk diperluas. Potensi garam yang dimiliki oleh petani garam : (a) Kualitas warna garam putih bersih dan rasa tidak pahit. (b) Kemasan garam menarik dan tidak menggumpal. (c) Kebersihan sangat higienis. (d) Potensi perluasan lahan sangat cocok untuk diperluas. (e) SDM petani garam tergolong baik dan memiliki rasa gotong royong yang baik. (f) Keuntungan yang diperoleh petani garam sebagian besar digunakan untuk konsumsi. (h) Garam Kusamba memiliki peluang ekspor dan mampu bersaing di pasaran.

Aspek-aspek dan unsur-unsur pemberdayaan yang pernah didapatkan oleh petani sebagai berikut. (a) Kepemilikan asset tergolong baik meskipun masih tergolong sederhana. (b) Hubungan antar individu maupun kelompok petani garam tergolong baik. (c) Sebagian besar petani garam menginginkan adanya penguatan kelembagaan petani garam. (d) Sinergi kemitraan petani garam masih dalam tahap kemitraan local. (e) Peluang untuk mengembangkan usaha garam tergolong baik dan mampu melayani pelanggan dengan baik. (f) Partisipasi fisik dalam usaha pengembangan bisnis garam tergolong baik. (g) Petani garam memiliki rasa tangugngjawab yang baik terhadap pekerjaannya maupun keluarganya. (h) Kemampuan bekerjasama petani garam tergolong baik dan memiliki kemampuan mengorganisir yang baik.

Melihat uraian dari simpulan sebelumnya, penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut. Petani garam agar terus mengembangkan usaha pembuatan garam mengingat garam yang dihasilkan memiliki daya saing yang tinggi serta berpeluang untuk menjadi komoditas ekspor. Perlu adanya peningkatan kualitas


(8)

viii

berupa sertifikasi atas kebersihan dan kelayakan untuk dikonsumsi dari lembaga yang berwenang mengeluarkannya. Petani garam perlu memasarkan produknya kepasar yang lebih eksklusif sehingga dapat menjual dengan harga tinggi sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan. Perlu adanya pembentukan lembaga yang mengayomi dan mengorganisir petani garam sehingga keberadaannya tidak lagi menjadi terpinggirkan serta memiliki kekuatan dalam dunia perdagangan.


(9)

ix

POTENSI DAN PROSES PEMBERDAYAAN PETANI GARAM DI DESA KUSAMBA KECAMATAN DAWAN KABUPATEN KLUNGKUNG

oleh :

I Putu Bagus Yogana NIM. 1105315070

Menyetujui,

Pembimbing I

Dr. I Gede Setiawan Adi Putra,SP.Msi NIP.197809142000121001

Pembimbing II

Ir. Nyoman Parining, M.Rur.M NIP.196006021986012001

Mengesahkan, DekanFakultas Pertanian,

Universitas Udayana

Prof, Dr.Ir. I Nyoman Rai, MS. NIP.196305151988031001


(10)

x

POTENSI DAN PROSES PEMBERDAYAAN PETANI GARAM DI

DESA KUSAMBA KECAMATAN DAWAN KABUPATEN

KLUNGKUNG

Dipersiapkan dan diajukan oleh

I Putu Bagus Yogana NIM. 1105315070

Telah diuji dan dinilai oleh tim penguji Pada tanggal 25 Januari 2016

Berdasarkan SK Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana No:12/UN14.1.23/DL/2016

Tanggal 25 Januari 2016 Tim Penguji Skripsi adalah: Ketua : Ir. I Wayan Sudarta, MS Anggota :

1. Prof. Dr. Ir. I Wayan Windia, SU

2. I Ketut Surya Diarta, SP., MA


(11)

xi

RIWAYAT HIDUP

I Putu Bagus Yogana lahir di Desa Kusamba pada 27 Desember 1991. Penulis merupakan anak pertama dari I Gst. Lanang Oka dengan I Nyoman Swastini.

Pendidikan dasar ditempuh di SD Negeri No.4 Kusamba selama 6 tahun dari tahun pertama sekolah pada tahun 1998 s.d 2005 kemudian lanjut ke SMP Negeri No.1 Dawan selama 3 tahun, dari tahun 2005 s.d 2008 selanjutnya ke SMAPGRI Klungkung selama 3 tahun, dari tahun 2008 s.d 2011. Penulis, melalui ujian masuk perguruan tinggi negri (PMDK2) tahun 2011, diterima di program Studi Agribisnis, Kosentrasi Pengembangan Masyarakat, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana dan pernah mendapatkan beasiswa B3M selama satu tahun dan sering mengikuti kegiatan kepanitiaan kampus dan panitia seminar.

Selama masa kuliah penulis aktif dalam organisasi UKM PAU sebagai bidang kebersihan.


(12)

xii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Skripsi yang berjudul “Potensi dan Proses Pemberdayaan Petani Garam di Desa Kusamba Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung”.

Penelitian ini dilaksanakan sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana. Skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat berikut ini.

1. Prof. Dr. dr. Ketut Suastika SpPD KEMD. Selaku Rektor Universitas Udayana beserta jajarannya.

2. Prof. Dr. Ir. I Nyoman Rai, M.S. Selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana beserta jajarannya.

3. Ir. I Wayan Widyantara, M.P. Selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana beserta jajarannya.

4. Ir. I Dewa Putu Oka Suardi, MSi. Selaku Ketua Konsentrasi Pengembangan Masyarakat Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana.

5. Dr. I Gede Setiawan Adi Putra, SP., Msi. Sebagai pembimbing skripsi atas kesabarannya membimbing, memberikan masukan, dan memberikan motivasi yang sangat membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Ir. Nyoman Parining, M. Rur. M. Sebagai dosen pembimbing skripsi atas kesabarannya membimbing dan atas nasehat dalam mengingatkan penulis untuk bersemangat sampai skripsi ini terselesaikan.

7. Seluruh dosen dan pegawai Fakultas Pertanian Universitas Udayana yang selama ini memberikan penulis ilmu pengetahuan dan bantuan yang tidak akan pernah penulis lupakan.

8. I Gst Lanang Oka yang merupakan sosok ayah yang selalu mengajarkan, mengingatkan pentingnya pendidikan dan menjadi contoh sosok teladan dalam hidup penulis.


(13)

xiii

9. Ni Nyoman Suastini Ibu tercinta yang sudah melahirkan, membesarkan, memanjakan penulis dan menjadi contoh sosok wanita yang kuat dalam hidup penulis.

10.Keluarga besar dari Ayah dan Ibu atas doa yang selalu diberikan kepada penulis.

11.I.B.Md.Dwi.A.P, Pratya, Eke.S pande. dan teman-teman yang sudah membantu dan menemani penulis.

Dalam menyelesaikan skripsi ini menemui banyak kesulitan, hal ini disebabkan karena sangat terbatasnya kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi dikemudian hari. Sehingga skripsi ini dapat bermamfaat bagi mahasiswa khususnya dan bagi kalangan masyarakat luas pada umumnya.

Denpasar, Juli 2015


(14)

1

I . PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia memiliki wilayah laut sangat luas 5,8 juta km2 yang merupakan tiga per empat dari keseluruhan wilayah Indonesia. Di dalam wilayah laut tersebut terdapat garis pantai sepanjang 81.000 km, yang merupakan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Fakta fisik inilah yang membuat Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dan maritim terbesar di dunia. Selain peran geopolitik, wilayah laut kita juga memiliki peran geokonomi yang sangat penting dan strategis bagi kejayaan dan kemakmuran bangsa Indonesia. Sebagai negara kepulauan dan maritim terbesar di dunia, Indonesia diberkahi dengan kekayaan laut yang sangat besar dan beraneka-ragam, baik berupa sumberdaya alam terbarukan (seperti perikanan, terumbu karang, hutan mangrove, rumputlaut, dan produk-produk bioteknologi); sumberdaya alam yang takterbarukan (seperti minyak dan gas bumi, emas, perak, timah, bijih besi, bauksit, dan mineral lainnya); energi kelautan sepertipasang-surut, gelombang, angin, dan OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion); maupun jasa-jasa lingkungan kelautan seperti pariwisata bahari dan transportasi laut.

Berdasarkan berbagai sumberdaya yang terdapat di laut Indonesia, ada beberapa potensi yang dapat dikembangkan di bidang kelautan yaitu perikanan tangkap, perikanan budidaya, industri pengolahan hasil perikanan, industri bioteknologi kelautan dan perikanan, pengembangan pulau–pulau kecil, pemanfaatan benda berharga asal muatan kapal tenggelam, deep sea water, pengelolaan pasir laut, pengembangan kawasan industri perikanan terpadu, keanekaragaman hayati laut, industri garam rakyat dan industri penunjang.


(15)

2

Salah satu potensi yang sangat strategis untuk dikembangkan adalah industri garam rakyat. Industri garam dewasa ini merupakan sektor strategis yang patut dikembangkan mengingat Indonesia masih mengimpor garam dari negara luar meskipun memiliki potensi laut yang luar biasa luasnya pada 2004 s.d 2012, volume impor garam setiap tahun meningkat. Selain faktor cuaca buruk, keterbatasan modal dan pengetahuan para petani garam nasional, minimya peran serta pemerintah juga menjadi salah satu alasan mengapa negara yang sangat banyak memiliki garam justru terpaksa harus mengimpornya dari negara lain (Tribunnews, 2014.).

Meskipun Indonesia dikenal sebagai negara maritim yang memiliki luas pesisir pantai terpanjang di dunia, namun kenyataannya untuk memenuhi kebutuhan garam nasional saja masih mengandalkan impor yang volumenya terus meningkat setiap tahun. Padahal, mengingat potensi yang ada di Indonesia rasanya bukan hal mustahil untuk berswasembada garam. Belum lama ini pemerintah kita dengan hasil produksi garam konsumsi nasional pada 2013 yang surplus 521.308 ton. Total produksi garam dari petambak dalam program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (Pugar) dan non Pugar, serta PT Garam, pada 2013 mencapai 1,32 juta ton. Sementaraitu, sisa produksi garam 2012 mencapai 641.700 ton sehingga total pasokan garam konsumsi pada 2013 mencapai 1,96 juta ton. Pasokan garam ini bisa memenuhi kebutuhan garam konsumsi 2013 sebesar 1,44 juta ton. Artinya, sisa stok garam kosumsi yang belum terserap masih 0,52juta ton (Tribunnews, 2014.).


(16)

3

Untuktahun 2013 Indonesia mempunyai stok garam sebanyak 1,5 juta ton sampai 1,6 juta ton. Tingginya permintaan pasar dan meningkatnya kualitas produk memberi harapan bagi para petani garam kita. Sekarang dikabarkan harga garam terus mengalami kenaikan dari Rp 150,00 sampai Rp 200,00 per kilogram, kini menjadi Rp 600,00 per kilogram. Membaiknya kualitas garam rakyat juga membuat pemerintah menaikkan harga pokok penjualan (HPP) menjadi Rp 750,00 per kilogram, sementara untuk garam kualitas produksi 1 (KP1) Rp 550,00 per kilogram.

Dengan keadaan seperti sekarang, gairah para petani garam yang sempat redup lambat laun bangkit kembali. Untuk memenuhi kebutuhan garam konsumsi, Indonesia relatif bisa memenuhi sendiri, namun untuk keperluan industri masih harus mengandalkan impor dari berbagai negara. Sangat disayangkan, Indonesia belum dapat memanfaatkan dengan benar potensi yang dimiliki. Padahal, tingkat salitasi perairan laut Indonesia, terutama di wilayah perairan pesisir pantai, sangat ideal untuk menghasilkan garam dengan kualitas super mengandung zat yodium tinggi yang sangat baik bagi kesehatan manusia.

Bali sebagai salah satu wilayah di Indonesia yang dikelilingi oleh lautan, memiliki banyak potensi untuk pengembangan usaha garam rakyat. Potensi garam di Bali masih dimanfaatkan oleh masyarakat setempat dengan skala kecil, dan memproduksinya secara tradisional. Karena itu, untuk meningkatkan produksi maka perlu dilaksanakan pelatihan peningkatan kapasitas, kebutuhan pembiayaan sarana dan prasarana, serta pembiayaan untuk meningkatkan kapasitas SDM atau kelembagaan.


(17)

4

Anggota Komisi IV DPR Anak Agung Bagus Jelantik Sanjaya antara 17/6/2013 ANTARANEWS mengatakan potensi produk garam di Bali, khususnya di tiga kabupaten yaitu Karangasem, Klungkung dan Buleleng belum digarap secara maksimal karena kurang sentuhan teknologi. Potensi produksi garam di Bali belum digarap optimal karena pengerjaannya masih secara tradisional, kurang sentuhan teknologi. Karenanya itu pemerintah kabupaten dan kelompok warga perlu didorong menggarap potensi itu. Potensi produksi garam di beberapa daerah di Bali cukup tinggi. Seperti di Kabupaten Karangasem, produksi garam sudah mencapai 920 ton per tahun di lahan seluas delapan hektare. Di Buleleng produksi garam mencapai 5.855 ton per tahun di atas lahan 149 hektare. Di Kabupaten Klungkung potensi tinggi, namun produksi garam yang dihasilkan warga masih kecil karena belum digarap secara serius. SDM (sumberdaya manusia), petani garam rendah kebanyakan tingkat pendidikan para petani sangat rendah hanya mengenyam pendidikan sampai jenjang sekolah dasar (SD) ini perlu untuk diberdayakan oleh sebab itu perlu usaha pemberdayaan petani garam agar bisa mengembangkan wawasan dengan baik.

Klungkung merupakan salah satu kabupaten di Bali yang rata-rata penduduknya bekerja sebagai petani. Sektor pertanian menyumbang porsi paling besar dalam Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Klungkung, sebagaimana ditampilkan pada grafik di bawah ini.


(18)

5

Sumber : BPS Kab. Klungkung, 2014

Gambar 1.1

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Klungkung Sektor Pertanian dari tahun ke tahun menyumbang rata-rata sebanyak 30% dari total PDRB pada struktur perekonomian Kabupaten Klungkung yang diikuti oleh sektor Pajak Hotel dan Restoran serta sektor jasa-jasa lainnya. Tiga Sektor tersebut merupakan sektor-sektor yang berpotensi meningkatkan perekonomian rakyat di Kabupaten Klungkung dan layak untuk dikembangkan dalam rangka meningkatkan PendapatanAsli Daerah. Sektor Pertanian juga menampung 26,45% penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja. Jika diperhatikan pada table di bawah, tenaga kerja pada sektor pertanian cenderung mengalami penurunan. Sementara sektor tersier (PHR, Angkutan, Keuangan dan Jasa) mengalami trend peningkatan.

0 5 10 15 20 25 30 35


(19)

6

Tabel 1.1

Profil Pencari Kerja di Kabupaten Klungkung dari tahun 2011 s.d 2013

Uraian 2011 2012 2013

Penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja (orang)

96.421 98.834 100.703

Bekerja di sektor (%)

a. Primer (pertanian) 29,30 26,01 26,45

b. Sekunder (pertambangan, industri, listrik gas air)

29,02 25,04 24,44

c. Tersier (PHR, angkutan, keuangan, jasa)

41,68 48,95 49,11

Sumber : BPS Kabupaten Klungkung, 2014

Penduduk Kabupaten Klungkung yang memiliki mata pencaharian di sektor pertanian melakukan berbagai aktivitas di bidang pertanian salah satunya adalah mengolah lahan garam. Petani garam di Kabupaten Klungkung tersebar di beberapa wilayah pesisir pantai seperti. Desa Kusamba, Pesinggahan, dan sedikit di Nusa Penida.

Dilihat dari sudut geografis, Klungkung memiliki banyak wilayah laut karena memiliki beberapa pulau-pulau kecil yang dikelilingi lautan. Luas Kabupaten Klungkung adalah 315 km2

atah 31.500 hektar. Sebagian wilayah Kabupaten Klungkung terletak di Pulau Bali dengan luas 112,16 km2 dan sisanya seluas 202,84 km2 terletak di daerah kepulauan yaitu Pulau Nusa Penida, Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan. Dibandingkan dengan luas kabupaten/kota di Bali maka Kabupaten Klungkung memiliki luas wilayah terkecil. Sebagai daerah yang memiliki wilayah kepulauan, maka Kabupaten Klungkung memiliki pantai


(20)

7

dengan panjang sekitar 97,6 km terdiri dari 14,10 km terdapat di Klungkung daratan dan sisanya 83,50 km di Kepulauan Nusa Penida.

Mengingat kondisi geografis Kabupaten Klungkung yang memiliki wilayah kepulauan, Kabupaten ini memiliki potensi dalam pengembangan usaha garam rakyat. Namun kenyataan di lapangan, Kabupaten Klungkung yang memiliki sentra pemindangan sebagai pengguna garam, masih sangat tergantung pada pasokan garam dari luar Bali. Produksi garam di Kabupaten Klungkung hanya cukup untuk memenuhi keperluan garam untuk konsumsi masyarakat saja, dan belum dapat memenuhi kebutuhan usaha pemindangan ikan yang banyak memerlukan garam.

Belum optimalnya produksi garam oleh petani garam di Kabupaten Klungkung disebabkan oleh beberapa permasalahan sebagai berikut.

1. Terdesaknya petani garam tradisional Desa Kusamba karena garam dari luar ini disebabkan oleh persaingan antara penjualan garam yang lebih murah yang menyebabkan petani garam tradisional tidak bisa menentukan harga. 2. Penghasilan tidak sesuai dengan harapan petani garam penghasilan yang

mereka peroleh sangat tidak mencukupi kebutuhan karena pekerjaan disektor pertanian garam ini sangat mengandalkan cuaca yang tidak menentu.

3. Sistem penjualan dan harga, tergantung pada pasar dan candak kulak dalam penjualan hasil produksi garam petani tidak bisa mematok harga yang diinginkan disebabkan harga sangat ditentukan oleh pasar dan candak kulak.


(21)

8

Tabel 1.2

Harga Garam di Klungkung 2013

Sumber : Badan Pusat Statistik Klungkung.

Berdasarkan Tabel 1.3 dilihat bahwa harga garam dari tahun 2008 s.d 2012 mengalami fluktuasi, harga tertinggi bisa dilihat pada tahun 2011 yaitu sebesar Rp. 4.000,00/kg, bisa dikatakan telah mengalami peningkatan sebesar 60% dari tahun sebelumnya. Harga garam dari tahun ke tahun rata-rata mengalami peningkatan sebesar 4,5%. Berarti tidak ada kepastian akan harga untuk memotivasi petani agar berkerja lebih optimal karena petani tidak bisa menentukan harga.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraiaan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana potensi usaha garam yang dimiliki petani garam di Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung ?

2. Bagaimana proses pemberdayaan petani garam di Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung ?

Tahun Harga per kg Perkembangan

(Rp) harga (%)

2008 3000,00 -

2009 2500,00 -16,7

2010 2500,00 0

2011 4000,00 60

2012 3000,00 -25


(22)

9

1.3 Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam peneleitian ini sebagai berikut.

1. Mendata potensi usaha garam yang di miliki petani garam di Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung.

2. Menganalisis proses pemberdayaan petani garam di Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung.

1.3 Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dari dua segi, yaitu segi teoritis dan segi praktis. Secara teoritis hasil penelitian ini di harapkan dapat menambah kepustakaan yang ada. Sedangkan dari segi praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan penting bagi Pemerintah Kabupaten Klungkung sebagai informasi tambahan dalam memberdayakan petani garam yang semakin berkurang keberadaannya. Manfaat lain adalah menambah wawasan, pengalaman dan pengetahuan penulis dan diharapkan hasil penelitian ini berguna bagi peneliti lain yang berminat dengan penelitian yang sejenis.


(23)

10

II . TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Garam

Garam merupakan salah satu kebutuhan terpenting dalam kehidupan sehari-hari. Pembuatan garam sebagian besar dilakukan secara tradisional oleh petani rakyat disamping oleh perusahan garam industri. Dari segi kualitas produksi garam dalam negeri masih belum memenuhi syarat kesehatan, terutama garam yang dihasilkan dari petani garam, sebab mutu garam umumnya dibawah mutu II menurut spesifikasi SNI/SII No.140-76. Garam adalah benda padat berwarna putih berbentuk kristal yang merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar Natrium Chlorida (>80%) serta senyawa lainnya, seperti Magnesium Chlorida, Magnesium Sulfat, dan Calsium Chlorida. Sumber garam yang didapat di alam berasal dari air laut, air danau asin, deposit dalam tanah, tambang garam, sumber air dalam tanah (Burhanuddin 2001). Komponen-komponen tersebut mempunyai peranan yang penting bagi tubuh manusia, sehingga diperlukan konsumsi garam dengan ukuran yang tepat untuk menunjang kesehatan manusia. Konsumsi garam per orang per hari diperkirakan sekitar 5 s.d15 gram atau tiga kilogram per tahun per orang (Winarno,1995).

Dikemukakan oleh Desrosier (1988) ada tiga sumber utama garam, sebagai berikut.

1. Garam solar ialah garam yang diperoleh dengan cara penguapan dari air garam baik yangdari laut maupun yang dari danau garam daratan.


(24)

11

2. Tambang garam atau garam sumber ialah garam yang biasanya dinyatakan sebagai batu garam, diperoleh dari pertambangan yang beroperasi sedalam seribu kaki atau lebih dibawah permukaan bumi.

3. Garam yang diperoleh dari penguapan dengan sinar matahari mengandung kotoran kimia dan mikrobia halofisilis yang toleran terhadap garam. Garam tambang atau garam sumber pada umumnya bebas dari kontaminasi organisme ini.

2.2 Karakteristik Petani Garam

Petani memiliki karakteristik yang beragam, karakteristik tersebut dapat berupa karakter demografis, karakter sosial serta karakter kondisi ekonomi petani itu sendiri. Karakter-karakter tersebut yang membedakan tipe perilaku petani pada situasi tertentu. Karakteristik yang diamati dalam penelitian ini adalah umur, pendidikan, luas lahan garapan, pengalaman usahatani dan jumlah tanggungan keluarga.

Umur responden merupakan lama responden hidup hingga penelitian dilakukan, umur produktif petani akan mempengaruhi proses adopsi suatu inovasi baru. Menurut BPS (2012), berdasarkan komposisi penduduk, umur dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu umur 0-14 tahun dianggap sebagai kelompok penduduk belum produktif, kelompok penduduk umur 15 s.d 64 tahun sebagai kelompok produktif dan kelompok umur 65 tahun ke atas sebagai kelompok penduduk yang tidak lagi produktif.

Dinyatakan oleh Soekartawi (2005) bahwa makin muda petani biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui, sehingga


(25)

12

mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi walaupun biasanya mereka masih belum berpengalaman dalam soal adopsi inovasi tersebut.

Tingkat pendidikan merupakan jumlah tahun mengikuti pendidikan formal yang ditempuh petani pada bangku sekolah. Pendidikan akan berpengaruh terhadap perilaku dan tingkat adopsi suatu inovasi. Seseorang yang berpendidikan tinggi cenderung lebih terbuka untuk menerima dan mencoba hal-hal yang baru. Menurut Saridewi (2010), tingkat pendidikan seseorang dapat mengubah pola pikir, daya penalaran yang lebih baik, sehingga makin lama seseorang mengenyam pendidikan akan semakin rasional.

Disebutkan oleh Hernanto (1993), luas lahan usahatani menentukan pendapatan, taraf hidup dan derajat kesejahteraan rumah tangga petani. Luas Penguasaan lahan akan berpengaruh terhadap adopsi inovasi, karena semakin luas lahan usahatani maka akan semakin tinggi hasil produksi sehingga turut meningkatkan pendapatan petani.

Dikemukakkan Padmowiharjo (1999) pengalaman merupakan pengetahuan yang dialami seseorang dalam kurun waktu yang tidak ditentukan. Pengalaman yang menyenangkan dan memuaskan akan berdampak positif untuk melanjutkan mengadopsi suatu inovasi. Jumlah anggota keluarga akan berpengaruh terhadap perekonomian keluarga, semakin banyak jumlah anggota keluarga maka akan semakin meningkat pula kebutuhan keluarga, hal ini akan membuat biaya hidup meningkat.

2.3 Pemberdayaan

Posisi masyarakat yang marginal dan powerless dibuat menjadi lebih berdaya. Dengan demikian pendekatan yang digunakan disebut sebagai


(26)

13

pemberdayaan masyarakat. Pada dasarnya pokok pikiran teori pembangunan yang berpusat pada rakyat (people centered development) yang dalam implementasinya dijabarkan ke dalam pendekatan pemberdayaan masyarakat adalah sebuah pendekatan yang memberikan kesempatan, wewenang yang lebih besar kepada masyarakat terutama masyarakat lokal untuk mengolah proses pembangunannya. Kewenangan tersebut meliputi keseluruhan proses pembangunan sejak identifikasi masalah dan kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan menarik manfaat hasil pembangunan. Di samping akses dan kontrol terhadap pengambilan keputusan tersebut, masyarakat lokal juga lebih memiliki akses dan kontrol terhadap sumberdaya (Soetomo, 2011).

Pemberdayaan sebagai sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang baik yang bersifat fisik, ekonomi maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Pengertian pemberdayaan sebagai tujuan seringkali digunakan sebagai indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses (Suharto, 2010).


(27)

14

Definisi pemberdayaan yang dikemukakan para pakar sangat beragam dankontekstual. Akan tetapi dari berbagai definisi tersebut, dapat ditarik suatu benangmerah bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memampukan danmemandirikan masyarakat. Atau dengan kata lain adalah bagaimana menolong masyarakat untuk mampu menolong dirinya sendiri.

2.3.1 Konsep pemberdayaan masyarakat

Pemberdayaan sebagai proses mengembangkan, memandirikan, menswadayakan, memperkuat posisi tawar menawar masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan-kekuatan penekan di segala bidang dan sektor kehidupan (Eko,2002). Konsep pemberdayaan (masyarakat desa) dapat dipahami juga dengan dua cara pandang. Pertama, pemberdayaan dimaknai dalam konteks menempatkan posisi berdiri masyarakat. Posisi masyarakat bukanlah obyek penerima manfaat (beneficiaries) yang tergantung pada pemberian dari pihak luar seperti pemerintah, melainkan dalam posisi sebagai subyek (agen atau partisipan yang bertindak) yang berbuat secara mandiri. Berbuat secara mandiri bukan berarti lepas dari tanggungjawab negara.

Pemberian layanan publik (kesehatan, pendidikan, perumahan, transportasi dan seterusnya) kepada masyarakat tentu merupakan tugas (kewajiban) negara secara given. Masyarakat yang mandiri sebagai partisipan berarti terbukanya ruang dan kapasitas mengembangkan potensi-kreasi, mengontrol lingkungan dan sumberdayanya sendiri, menyelesaikan masalah secara mandiri, dan ikut menentukan proses politik di ranah negara. Masyarakat ikut berpartisipasi dalam proses pembangunan dan pemerintahan (Eko, 2002).


(28)

15

Permendagri RI Nomor 7 Tahhun 2007 tentang Kader Pemberdayaan Masyarakat, dinyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah suatu strategi yang digunakan dalam pembangunan masyarakat sebagai upaya untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Pasal 1, ayat (8)). Inti pengertian pemberdayaan masyarakat merupakan strategi untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian masyarakat.

2.3.2 Tujuan dan strategi cara pemberdayaan masyarakat

Tujuan pemberdayaan masyarakat adalah memampukan dan memandirikan masyarakat terutama dari kemiskinan dan keterbelakangan/kesenjangan/ketidakberdayaan. Kemiskinan dapat dilihat dari indikator pemenuhan kebutuhan dasar yang belum mencukupi/layak. Kebutuhan dasar itu, mencakup pangan, pakaian, papan, kesehatan, pendidikan, dan transportasi. Sedangkan keterbelakangan, misalnya produktivitas yang rendah, sumberdaya manusia yang lemah, terbatasnya akses pada tanah padahal ketergantungan pada sektor pertanian masih sangat kuat, melemahnya pasar-pasar lokal/tradisional karena dipergunakan untuk memasok kebutuhan perdagangan internasional. Dengan perkataan lain masalah keterbelakangan menyangkut structural (kebijakan) dan kultural (Usman, 2004).

Bagaimana strategi atau kegiatan yang dapat diupayakan untuk mencapai tujuan pemberdayaan masyarakat? Ada beberapa strategi yang dapat menjadi pertimbangan untuk dipilih dan kemudian diterapkan dalam pemberdayaan masyarakat. Strategi 1: Menciptakan iklim, memperkuat daya, dan melindungi. Dalam upaya memberdayakan masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu ;


(29)

16

pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering). Dalam rangka pemberdayaan ini, upaya yang amat pokok adalah peningkatan taraf pendidikan, dan derajat kesehatan, serta akses ke dalam sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi, informasi, lapangan kerja, dan pasar. Masukan berupa pemberdayaan ini menyangkut pembangunan prasarana dan sarana dasar fisik, seperti irigasi, jalan, listrik, maupun sosial seperti sekolah dan fasilitas pelayanan kesehatan, yang dapat dijangkau oleh masyarakat pada lapisan paling bawah, serta ketersediaan lembaga-lembaga pendanaan, pelatihan, dan pemasaran di perdesaan, dimana terkonsentrasi penduduk yang keberdayaannya amat kurang. Untuk itu, perlu ada program khusus bagi masyarakat yang kurang berdaya, karena program-program umum yang berlaku tidak selalu dapat menyentuh lapisan masyarakat ini. Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu anggota masyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya.

Menanamkan nilai-nilai budaya moderen, seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, dan kebertanggungjawaban adalah bagian pokok dari upaya pemberdayaan ini. Demikian pula pembaharuan institusi-institusi sosial dan pengintegrasiannya ke dalam kegiatan pembangunan serta peranan masyarakat didalamnya. Yang terpenting disini adalah peningkatan partisipasi rakyat dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan masyarakatnya. Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya dengan pemantapan,


(30)

17

pembudayaan, pengamalan demokrasi. Ketiga, memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi tidak berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi, karena hal itu justru akan mengerdilkan yang kecil dan melunglaikan yang lemah. Melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah. Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi makin tergantung pada berbagai program pemberian (charity). Karena, pada dasarnya setiap apa yang dinikmati harus dihasilkan atas usaha sendiri (yang hasilnya dapat dipertikarkan dengan pihak lain).

Dengan demikian tujuan akhirnya adalah memandirikan masyarakat, memampukan, dan membangun kemampuan untuk memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik secara berkesinambungan. Strategi 2: Program Pembangunan Pedesaan Pemerintah di Negara-negara berkembang termasuk Indonesia telah mencanangkan berbagai macam program pedesaan, (1) pembangunan pertanian, (2) industrialisasi pedesaan, (3) pembangunan masyarakat desa terpadu, dan (4) strategi pusat pertumbuhan (Usman, 2004). Penjelasan macam-macam program sebagai berikut: Program pembangunan pertanian, merupakan program untuk meningkatkan output dan pendapatan para petani. Juga untuk menjawab keterbatasan pangan di pedesaan, bahkan untuk memenuhi kebutuhan dasar industri kecil dan kerumahtanggaan, serta untuk memenuhi kebutuhan ekspor produk pertanian bagi negara maju. Program


(31)

18

industrialisasi pedesaan, tujuan utamanya untuk mengembangkan industri kecil dan kerajinan. Pengembangan industrialisasi pedesaan merupakan alternative menjawab persoalan semakin sempitnya rata-rata pemilikan dan penguasaan lahan dan lapangan kerja diperdesaan.

2.3.3 Aspek-aspek pemberdayaan

Menurut Sumodiningrat, (1995), Pemberdayaan masyarakat ditinjau dari lingkup dan objek pemberdayaan mencakup beberapa aspek sebagai berikut.

1. Peningkatan kepemilikan aset (sumberdaya fisik dan finansial) serta kemampuan (secara individual dan kelompok) untuk memanfaatkan aset tersebut demi perbaikan kehidupan mereka.

2. Hubungan antar individu dan kelompoknya, kaitannya dengan pemilikan aset dan kemampuan memanfaatkannya.

3. Pemberdayaan dan reformasi kelembagaan.

4. Pengembangan jejaring dan kemitraan kerja, baik ditingkat lokal, regional, maupun global.

2.5.2 Unsur-unsur pemberdayaan

Upaya pemberdayaan masyarakat perlu memperhatikan empat unsur pokok sebagai berikut ini.

1. Aksesibilitas informasi,

Aksesibilitas informasi dinyatakan sebagai unsur pemberdayaan yang penting karena informasi merupakan kekuasaan baru kaitannya dengan : peluang, layanan, penegakan hukum, efektivitas negosiasi dan akuntabilitas (Sumodiningrat, 1995).


(32)

19

Partisipasi, sebagai suatu konsep dalam pengembangan masyarakat, digunakan secara umum dan luas. Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu

“participation” adalah pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Menurut Keith Davis, partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya. Dalam defenisi tersebut kunci pemikirannya adalah keterlibatan mental dan emosi. Sebenarnya partisipasi adalah suatu gejala demokrasi dimana orang diikutsertakan dalam suatu perencanaan serta dalam pelaksanaan dan juga ikut memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat kewajibannya. Partisipasi itu menjadi baik dalam bidang-bidang fisik maupun bidang mental serta penentuan kebijaksanaan.

Partisipasi adalah konsep sentral, dan prinsip dasar dari pengembangan masyarakat karena, di antara banyak hal, partisipasi terkait erat dengan gagasan HAM. Dalam pengertian ini, partisipasi adalah suatu tujuan dalam dirinya sendiri; artinya, partisipasi mengaktifkan ide HAM (Hak Asasi Manusia), hak untuk berpartisipasi dalam demokrasi dan untuk memperkuat demokratif deliberative.Sebagai suatu proses dalam pengembangan masyarakat, partisipasi berkaitan dengan HAM dengan cara lainnya. Jika HAM lebih dari sekedar pernyataan dalam deklarasi yaitu jika partisipasi berakibat membangun secara aktif kultur HAM-sehingga menjamin berjalannya proses-proses dalam pengembangan masyarakat secara partisipatif adalah suatu konstribusi signifikan bagi pembangunan kultur HAM, suatu kebudayaan yang partisipasi warga negaranya merupakan proses yang diharapkan dan normal dalam suatu upaya pembuatan keputusan. Dalam hal ini, partisipasi adalah alat dan juga tujuan


(33)

20

karena membentuk bagian dari dasar kultur yang membuka terbukanya jalan bagi tercapainya HAM. Paul berpendapat bahwa dalam partisipasi harus mencapkup kemampuan rakyat untuk memengaruhi kegiatan-kegiatan sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan kesejahteraanya. Arti partisipasi sering disangkut pautkan dengan banyak kepentingan dan agenda yang berbeda yang berlangsung dalam kehidupan masyarakat dan pembuatan keputusan secara politis. Dalam lain hal, Partisipasi masyarakat merupakan hak dan kewajiban warga Negara untuk memberikan konstribusinya kepada pencapaian tujuan kelompok. Sehingga mereka diberi kesempatan untuk ikut serta dalam pembangunan dengan menyumbangkan inisiatif dan kreatifitasnya (Sumodiningrat, 1995).

Partisipasi yang menyangkut siapa yang dilibatkan dan bagaimana mereka terlibat dalam keseluruhan proses pembangunan. Partisipasi masyarakat sering kali dianggap sebagai bagian yang tidak terlepas dalam upaya pemberdayaan masyarakat. Dengan melihat partisipasi sebagai kesatuan dalam proses pemberdayaan masyarakat, akan dapat diketahui bahwa akar perkembangan pemikiran tentang partisipasif dalam pembangunan akan terkait dengan diskursus komunitas. Dimana salah satu diskursus komunitas adalah asumsi bahwa masyarakat bukanlah sekumpulan orang yang bodoh, yang hanya bisa maju kalau mereka mendapatkan perintah belaka. Partisipasi masyrakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada dimasyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi.


(34)

21

3. Akuntabilitas, kaitannya dengan pertanggungjawaban publik atas segala kegiatan yang dilakukan dengan (Miriam Budiarjo, 1998) mendefinisikan akuntabilitas sebagai pertanggungjawaban pihak yang diberi kuasa mandat untuk memerintah kepada yang memberi mereka mandat. Akuntabilitas bermakna pertanggung jawaban dengan menciptakan pengawasan melalui distribusi kekuasaan pada berbagai lembaga pemerintah sehingga mengurangi penumpukkan kekuasaan sekaligus menciptakan kondisi saling mengawasi. Sedangkan LembagaAdministrasi Negara menyimpulkan akuntabilitas sebagai kewajiban seseorang atau unit organisasi untuk mempertanggung jawabkan pengelolaan dan pengendalaian sumberdaya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan melalui pertanggungjawaban secara periodik atas namakan rakyat.

4. Kapasitas organisasi lokal, kaitannya dengan kemampuan bekerja sama, mengorganisasi warga masyarakat, serta memobilisasi sumberdaya untuk memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi.

2.4 Penyuluhan

Penyuluhan adalah proses aktif yang memerlukan interaksi antara penyuluh yang disuluh agar terbangun proses perubahan perilaku. Dengan kata lain kegiatan penyuluhan tidak terhenti pada penyebarluasan informasi, dan memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi. Akan tetapi, merupakan proses yang dilakukan secara terus menerus, sekuat tenaga dan pikiran, memakan waktu dan melelahkan, sampai terjadinya perubahan perilaku yang ditunjukkan oleh penerima manfaat penyuluhan yang menjadi client penyuluhan (Rohman, 2008).


(35)

22

Penyuluhan Pertanian adalah pemberdayaan petani dan keluarganya beserta masyarakat pelaku agribisnis melalui kegiatan pendidikan non formal di bidang pertanian agar mereka mampu menolong dirinya sendiri baik di bidang ekonomi, sosial maupun politik sehingga peningkatan pendapatan dan kesejahteraan mereka dapat dicapai. Penyuluhan Pertanian adalah sistem pemberdayaan petani dan keluarganya melalui kegiatan pembelajaran yang bertujuan agar para petani dan keluarganya mampu secara mandiri mengorganisasikan dirinya dan masyarakatnya untuk bisa hidup lebih sejahtera. Petani harus diajak belajar bagaimana memelihara dan memanfaatkan sumberdaya yang ada di lingkungannya untuk kesejahteraannya yang lebih baik secara berkelanjutan (Askari, 2011).

2.5 Petani Garam dan Kelompok Petani Garam

Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No. 273 Tahun 2007 tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petanimenyebutkan bahwa kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha tani anggota.

Fadholi Hermanto, memberikan pengertian tentang petani yang mengatakan “Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya dibidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usaha tani pertanian, peternakan, perikanan (termasuk penangkapan


(36)

23

Petani garam merupakan seseorang yang menjalankan dan bertanggungjawab pada usahatani dengan komoditi garam mulai dari pengolahan air laut hingga proses panen hasil pertanian serta memasarkan hasil produksinya.

Kelompok atau group adalah kumpulan dari individu yang berinteraksi satu sama lain, pada umumnya hanya untuk melakukan pekerjaan, untuk meningkatkan hubungan antar individu, atau bisa saja untuk keduanya. Sebuah kelompok suaktu waktu dibedakan secara kolektif, sekumpulan orang yang memiliki kesamaan dalam aktifitas umum namun dengan arah interaksi terkecil. Kelompok sosial atau social group adalah himpunan atau kesatuan manusia yng hidup bersama, karena adanya hubungan antara mereka. Hubungan tersebut antara lain menyangkut hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling menolong (Soekanto, 2006).

Kelompok tani diartikan sebagai kumpulan orang-orang tani atau petani yang terdiri atas petani dewasa (pria/wanita) maupun petani-taruna (pemuda-pemudi) yang terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada di lingkungan pimpinan seorang kontak tani. Menurut Mosher dalam Mardikanto (1993), salah satu syarat pelancar pembangunan pertanian adalah adanya kerjasama kelompok tani.

Kelompok tani (Poktan) adalah kumpulan petani yang tumbuh berdasarkan kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk bekerjasama dalam meningkatkan, mengembangkan produktivitas usaha tani, memanfaatkan sumberdaya pertanian, mendistribusikan hasil produksinya dan meningkatkan kesejahteraan anggotanya.


(37)

24

Kelompok petani garam yang dimaksud di sini adalah sekumpulan orang atau masyarakat tani yang menentukan diri dalam suatu kegiatan atas dasar

semangat bekerja „dari‟, „oleh‟, dan „untuk‟, anggota demi meningkatkan proses

kesejahteraan bersama. Jadi yang dimaksud tentang Kelompok Petani Garam adalah sekumpulan orang atau masyarakat tani yang menjalankan usahatani dengan komoditi garam mulai dari pengolahan air laut hingga proses panen hasil pertanian serta memasarkan hasil produksinya untuk meningkatkan kesejahteraan bersama.

2.6 Kerangka Pemikiran

Petani garam merupakan seseorang yang menjalankan dan bertanggungjawab pada usahatani dengan komoditi garam mulai dari pengolahan air laut hingga proses panen hasil pertanian serta memasarkan hasil produksinya.

Petani sebagai manusia yang hidup bermasyarakat, memiliki kebebasan untuk berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya, mempelajari berbagai hal baru, dan mengikuti setiap perkembangan yang ada. Hal ini, akan membentuk karakteristik petani yang berhubungan dengan dengan tingkat kompetensi mereka dalam berusaha tani.

Keberhasilan usaha tani sangat tergantung kepada kompetensi petani sebagai pengelola utama. Kompetensi petani tidak sama satu dengan lainnya, hal ini sangat tergantung kepada karakteristik yang mereka miliki. Ada banyak faktor terkait yang berkenaan dengan karakteristik petani garam yang memungkinkan mereka lebih maju dalam meningkatkan jumlah dan kualitas produknya. Faktor tersebut seperti umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, status usahatani, pengalaman berusahatani, dan luas lahan.


(38)

25

Karakteristik yang dimiliki petani menentukan keberhasilan suatu usahatani dimana dalam hal ini usahatani garam. Keberhasilan usahatani garam dapat dilihat dari potensi produk yang dimiliki. Potensi disebut sebagai kekuatan, energi, atau kemampuan yang terpendam yang dimiliki dan belum dimanfaatkan secara optimal. Potensi suatu produk dapat menjadi modal dasar untuk pengembangan produk tersebut agar dapat menjadi produk yang unggul. Potensi suatu produk dapat dilihat dari sisi kelebihan maupu kekurangan produk tersebut. Potensi yang dimaksud terdiri dari kualitas, pemasaran, ketersediaan lahan, kemampuan SDM, keuntungan usaha, dan daya saing produk garam. Untuk mengembangkan potensi produk yang dihasilkan oleh petani garam, maka perlu dilakukannya suatu upaya pemberdayaan terhadap petani garam.

Pemberdayaan masyarakat, merupakan ungkapan lain dari tujuan penyuluhan pertanian, yang diartikan sebagai upaya untuk memberikan daya atau kekuatan kepada masyarakat untuk mengembangkan masyarakat petani menjadi sumberdaya manusia yang mampu meningkatkan kualitas hidupnya secara mandiri, tidak bergantung pada belas kasih pihak lain.

Penyuluhan sebagai proses pemberdayaan masyarakat merupakan proses pemandirian masyarakat. Pemandirian bukanlah menggurui tapi menumbuhkan partisipasi atau peran serta aktif dari semua pihak yang akan menerima manfaat penyuluhan terutama dari masyarakat petani. Yang hakekatnya adalah meningkatkan kemampuan, mendorong kemauan dan keberanian serta memberikan kesempatan bagi upaya-upaya masyarakat tanpa dukungan pihak luar mengembangkan kemandiriannya demi terwujudnya perbaikan kesejahteraan secara berkelanjutan.


(39)

26

Aspek-aspek pemberdayaan masyarakat meliputi kepemilikan asset, hubungan individu dengan kelompok, pemberdayaan masyarakat petani, pemberdayaan kelembagaan petani dengan pengembangan jejaring dan kemitraan kerja.

Unsur pemberdayaan masyarakat meliputi : aksesibilitas informasi teknologi, keterlibatan / partisipasi pelaku utama dalam pembangunan, akuntabilitas, dan kapasitas organisasi berupa kemampuan bekerjasama, mengorganisir warga masyarakat serta mobilisasi sumberdaya untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.

Tujuan pemberdayaan masyarakat, dapat dicapai dengan : 1) menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang, 2) upaya membangun sumberdaya/potensi yang ada, dengan mendorong, memberikan motivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya. 3) memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat.

Berdasarkan konsep pemikiran di atas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar skema kerangka pemikiran berikut.


(40)

27

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Penelitian Potensi dan Proses Pemberdayaan Petani Garam di Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung.

Petani Garam di Desa Kusamba

(Klingkung)

Potensi Garam

Kualitas

Pemasaran

KetersediaanLaha

n

Kemampuan SDM

Keuntungan

Usaha

DayaSaingProduk

Garam

Aspek Pemberdayaan

 Kepemilikan asset

 Hubungan

 Pemberdayaan

 Jejaring/kemitraan

kerja

Unsur Pemberdayaan

 Aksesibilitas

Informasi

 Partisipasi

 Akuntabilitas

 Kapasitas

Analisis

Simpulan

Rekomendasi


(1)

Penyuluhan Pertanian adalah pemberdayaan petani dan keluarganya beserta masyarakat pelaku agribisnis melalui kegiatan pendidikan non formal di bidang pertanian agar mereka mampu menolong dirinya sendiri baik di bidang ekonomi, sosial maupun politik sehingga peningkatan pendapatan dan kesejahteraan mereka dapat dicapai. Penyuluhan Pertanian adalah sistem pemberdayaan petani dan keluarganya melalui kegiatan pembelajaran yang bertujuan agar para petani dan keluarganya mampu secara mandiri mengorganisasikan dirinya dan masyarakatnya untuk bisa hidup lebih sejahtera. Petani harus diajak belajar bagaimana memelihara dan memanfaatkan sumberdaya yang ada di lingkungannya untuk kesejahteraannya yang lebih baik secara berkelanjutan (Askari, 2011).

2.5 Petani Garam dan Kelompok Petani Garam

Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No. 273 Tahun 2007 tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petanimenyebutkan bahwa kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha tani anggota.

Fadholi Hermanto, memberikan pengertian tentang petani yang mengatakan “Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya dibidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usaha tani pertanian, peternakan, perikanan (termasuk penangkapan


(2)

Petani garam merupakan seseorang yang menjalankan dan bertanggungjawab pada usahatani dengan komoditi garam mulai dari pengolahan air laut hingga proses panen hasil pertanian serta memasarkan hasil produksinya.

Kelompok atau group adalah kumpulan dari individu yang berinteraksi satu sama lain, pada umumnya hanya untuk melakukan pekerjaan, untuk meningkatkan hubungan antar individu, atau bisa saja untuk keduanya. Sebuah kelompok suaktu waktu dibedakan secara kolektif, sekumpulan orang yang memiliki kesamaan dalam aktifitas umum namun dengan arah interaksi terkecil. Kelompok sosial atau social group adalah himpunan atau kesatuan manusia yng hidup bersama, karena adanya hubungan antara mereka. Hubungan tersebut antara lain menyangkut hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling menolong (Soekanto, 2006).

Kelompok tani diartikan sebagai kumpulan orang-orang tani atau petani yang terdiri atas petani dewasa (pria/wanita) maupun petani-taruna (pemuda-pemudi) yang terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada di lingkungan pimpinan seorang kontak tani. Menurut Mosher dalam Mardikanto (1993), salah satu syarat pelancar pembangunan pertanian adalah adanya kerjasama kelompok tani.

Kelompok tani (Poktan) adalah kumpulan petani yang tumbuh berdasarkan kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk bekerjasama dalam meningkatkan, mengembangkan produktivitas usaha tani, memanfaatkan sumberdaya pertanian, mendistribusikan hasil produksinya dan meningkatkan kesejahteraan anggotanya.


(3)

Kelompok petani garam yang dimaksud di sini adalah sekumpulan orang atau masyarakat tani yang menentukan diri dalam suatu kegiatan atas dasar

semangat bekerja „dari‟, „oleh‟, dan „untuk‟, anggota demi meningkatkan proses

kesejahteraan bersama. Jadi yang dimaksud tentang Kelompok Petani Garam adalah sekumpulan orang atau masyarakat tani yang menjalankan usahatani dengan komoditi garam mulai dari pengolahan air laut hingga proses panen hasil pertanian serta memasarkan hasil produksinya untuk meningkatkan kesejahteraan bersama.

2.6 Kerangka Pemikiran

Petani garam merupakan seseorang yang menjalankan dan bertanggungjawab pada usahatani dengan komoditi garam mulai dari pengolahan air laut hingga proses panen hasil pertanian serta memasarkan hasil produksinya.

Petani sebagai manusia yang hidup bermasyarakat, memiliki kebebasan untuk berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya, mempelajari berbagai hal baru, dan mengikuti setiap perkembangan yang ada. Hal ini, akan membentuk karakteristik petani yang berhubungan dengan dengan tingkat kompetensi mereka dalam berusaha tani.

Keberhasilan usaha tani sangat tergantung kepada kompetensi petani sebagai pengelola utama. Kompetensi petani tidak sama satu dengan lainnya, hal ini sangat tergantung kepada karakteristik yang mereka miliki. Ada banyak faktor terkait yang berkenaan dengan karakteristik petani garam yang memungkinkan mereka lebih maju dalam meningkatkan jumlah dan kualitas produknya. Faktor tersebut seperti umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, status usahatani, pengalaman berusahatani, dan luas lahan.


(4)

Karakteristik yang dimiliki petani menentukan keberhasilan suatu usahatani dimana dalam hal ini usahatani garam. Keberhasilan usahatani garam dapat dilihat dari potensi produk yang dimiliki. Potensi disebut sebagai kekuatan, energi, atau kemampuan yang terpendam yang dimiliki dan belum dimanfaatkan secara optimal. Potensi suatu produk dapat menjadi modal dasar untuk pengembangan produk tersebut agar dapat menjadi produk yang unggul. Potensi suatu produk dapat dilihat dari sisi kelebihan maupu kekurangan produk tersebut. Potensi yang dimaksud terdiri dari kualitas, pemasaran, ketersediaan lahan, kemampuan SDM, keuntungan usaha, dan daya saing produk garam. Untuk mengembangkan potensi produk yang dihasilkan oleh petani garam, maka perlu dilakukannya suatu upaya pemberdayaan terhadap petani garam.

Pemberdayaan masyarakat, merupakan ungkapan lain dari tujuan penyuluhan pertanian, yang diartikan sebagai upaya untuk memberikan daya atau kekuatan kepada masyarakat untuk mengembangkan masyarakat petani menjadi sumberdaya manusia yang mampu meningkatkan kualitas hidupnya secara mandiri, tidak bergantung pada belas kasih pihak lain.

Penyuluhan sebagai proses pemberdayaan masyarakat merupakan proses pemandirian masyarakat. Pemandirian bukanlah menggurui tapi menumbuhkan partisipasi atau peran serta aktif dari semua pihak yang akan menerima manfaat penyuluhan terutama dari masyarakat petani. Yang hakekatnya adalah meningkatkan kemampuan, mendorong kemauan dan keberanian serta memberikan kesempatan bagi upaya-upaya masyarakat tanpa dukungan pihak luar mengembangkan kemandiriannya demi terwujudnya perbaikan kesejahteraan secara berkelanjutan.


(5)

Aspek-aspek pemberdayaan masyarakat meliputi kepemilikan asset, hubungan individu dengan kelompok, pemberdayaan masyarakat petani, pemberdayaan kelembagaan petani dengan pengembangan jejaring dan kemitraan kerja.

Unsur pemberdayaan masyarakat meliputi : aksesibilitas informasi teknologi, keterlibatan / partisipasi pelaku utama dalam pembangunan, akuntabilitas, dan kapasitas organisasi berupa kemampuan bekerjasama, mengorganisir warga masyarakat serta mobilisasi sumberdaya untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.

Tujuan pemberdayaan masyarakat, dapat dicapai dengan : 1) menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang, 2) upaya membangun sumberdaya/potensi yang ada, dengan mendorong, memberikan motivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya. 3) memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat.

Berdasarkan konsep pemikiran di atas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar skema kerangka pemikiran berikut.


(6)

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Penelitian Potensi dan Proses Pemberdayaan Petani Garam di Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung.

Petani Garam di Desa Kusamba

(Klingkung)

Potensi Garam

Kualitas

Pemasaran

KetersediaanLaha n

Kemampuan SDM

Keuntungan Usaha

DayaSaingProduk

Garam

Aspek Pemberdayaan

 Kepemilikan asset

 Hubungan

 Pemberdayaan

 Jejaring/kemitraan kerja

Unsur Pemberdayaan

 Aksesibilitas Informasi

 Partisipasi

 Akuntabilitas

 Kapasitas

Analisis

Simpulan

Rekomendasi