ARKEOLOGI FORENSIK PERKEMBANGAN DAN CAPA (1)
ARKEOLOGI FORENSIK: PERKEMBANGAN DAN CAPAIANNYA DI INDONESIA FORENSIC ARCHAEOLOGY: ITS DEVELOPMENT AND ACHIEVEMENT IN INDONESIA
Rusyad Adi Suriyanto 11 1 Laboratorium Bioantropologi dan Paleoantropologi Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada rusyad_suriyanto@yahoo.co.id
ABSTRACT
Forensic archeology is defined as the application of archaeological principles and techniques in medico-legal and/or humanity context related to buried evidence. Forensic archaeologist has two roles, as the expert who unearth buried objects systematically and reconstruct them. This paper discusses the role of archeology and archaeologists in the excavation of criminal, humanitarian and disaster victims. Archaeologist’s role to reveal paleoanthropological materials smuggled and theft is also discussed in this paper. Humanitarian missions to investigate mass grave of victims of war, political strife and genocide in the past and the present are other archaeologist’s role discussed in this paper.
The existence, condition and development of forensic archaeology in Indonesia emphasize the significance of new paradigm in Indonesian archaeology. Forensic archeology not merely focusess on the study of cultural materials of the past, education and museum development, cultural resource management and its advocacy, but it also has role in medico-legal works. Forensic archaeologist also engages in disaster victim identification (DVI) that addresses issues related to victims buried by either natural or human disasters.
Keywords: Archaeology, Bioarchaeology, Forensic Archaeology , Indonesia
ABSTRAK
Arkeologi forensik didefinisikan sebagai penerapan prinsip-prinsip dan teknik-teknik arkeologis dalam konteks medico-legal dan/atau dalam konteks kemanusiaan yang berkaitan dengan bukti-bukti terkubur. Ahli arkeologi forensik berperan sebagai ahli yang mampu menemukan benda-benda yang terkubur secara sistematis dan merekonstruksi apa yang mereka temukan itu. Makalah ini mendiskusikan peran arkeologi dan para arkeolog dalam ekskavasi korban-korban kriminal, kemanusiaan dan bencana. Makalah ini berusaha melihat apa yang telah mereka kerjakan meliputi pembuktian kasus-kasus penyelundupan dan pencurian material-material paleoantropologis, dan keterlibatan dalam misi-misi kemanusian untuk penyelidikan dan pengungkapan korban-korban kubur massal akibat perang, pertikaian politik dan genosida di masa lalu dan masa kini.
Keberadaan, kondisi dan perkembangan arkeologi forensik di Indonesia menegaskan pentingnya pengembangan paradigma baru dalam arkeologi Indonesia. Arkeologi tidak semata berkonsentrasi pada kajian material-material budaya masa lalu, pendidikan dan pengembangan museum, manajemen dan advokasi sumberdaya budaya, namun juga berperan untuk pekerjaan medico-legal. Ahli arkeologi forensik bahkan terlibat dalam disaster victim identification (DVI) yang menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan para korban yang terkubur oleh beragam bencana baik yang diakibatkan oleh alam maupun manusia.
Kata kunci: Arkeologi, Bioarkeologi, Arkeologi Forensik, Indonesia.
1 Merupakan makalah yang disempurnakan dari presentasi dalam Diskusi Ilmiah Arkeologi “Integrasi Pengembangan Arkeologi Indonesia” oleh Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) Komisariat Daerah DI
Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 25 Juni 2014, di Museum Benteng Vredeburg, Yogyakarta. Tanggal masuk :10 Mei 2016
Tanggal diterima :31 Mei 2016
Arkeologi Forensik : Perkembangan dan Capaiannya di Indonesia
45 (Rusyad Adi Suriyanto)
PENDAHULUAN
sampai Adam Air di perairan Laut Sulawesi dan Garuda Indonesia
Sebagian dari kita mungkin Airways di Yogyakarta pada tahun tidak asing dengan istilah-istilah
2007. Kecelakaan pesawat terkini dokter (spesialis) forensik, patologi
dengan korban seluruh penumpang forensik, kedokteran gigi forensik,
pesawat adalah DNA forensik, entomologi forensik,
dan
awak
kecelakaan Sukhoi Superjet 100 psikologi
(SSJ-100) di Gunung Salak pada 9 antropologi forensik. Ada satu
bidang lagi yang berkaitan dengan Musibah juga terjadi di lautan forensik yang masih asing bagi
seperti hancur dan tenggelamnya sebagian
kapal Senopati di perairan Laut mahasiswa arkeologi, yaitu arkeologi
orang
termasuk
Jawa pada tahun 2007. Kapal Motor forensik.
Teratai Prima adalah kapal motor keberadaan bidang ilmu ini ada
Berkaitan
dengan
yang mengalami beberapa pertanyaan yang sering
penumpang
perairan Tanjung saya
musibah
di
Sendana, Kabupaten mahasiswa
Majene, Sulawesi Barat, pada 11 Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya
Januari 2009. Berdasarkan manifes Universitas
kapal ini diketahui bahwa kapal ini Pertanyaan tersebut antara lain, apa
Gadjah
Mada.
mengangkut 267 orang penumpang yang saudara ketahui tentang
termasuk sejumlah awak kapal dan arkeologi forensik? Apakah ada
nakhoda. Musibah tenggelamnya hubungan antara arkeologi dan ilmu-
kapal di lautan terjadi pula pada ilmu forensik itu? Bagaimana
kapal yang mengangkut 215 imigran hubungan antara antropologi dan
gelap asal Timur Tengah yang akan arkeologi forensik tersebut? Dan,
menuju ke Australia di Trenggalek, pernahkah anda membaca atau
Jawa Timur, pada 18 Desember mendengar bahwa seorang arkeolog
berperan dalam mengungkap kasus-
lain meliputi kasus
Musibah
bencana tsunami di Aceh, Pulau Pertanyaan-pertanyaan ini saya
Nias dan Pulau Simelue pada tahun tanyakan kepada para mahasiswa
2004. Bencana gempa bumi di Pulau tersebut, khususnya sejak setahun
Flores pada tahun 1992, Yogjakarta yang lalu, terutama pada saat saya
dan Jawa Tengah pada tahun 2006, mengajar
dan Sumatera Barat dan Bengkulu Paleoantropologi dan Bioarkeologi di
mata
kuliah
pada tahun 2007. Banjir dan tanah di jurusan tersebut.
terjadi di Kabupaten Sama halnya dengan para
longsor
Karanganyar dan sekitarnya pada mahasiswa arkeologi, masyarakat
akhir tahun 2007. umum di Indonesia juga masih
Musibah juga terjadi oleh merasa asing dengan forensik
tindakan manusia atas manusia sebagai bagian dari ilmu arkeologi.
dengan motif-motif Mereka selalu mengaitkan profesi
yang
lain
Sebuah contoh dari forensik dengan beberapa bencana
tertentu.
adalah kasus dahsyat kemanusian yang pernah
musibah
ini
dengan memutilasi terjadi di negeri kita beberapa waktu
kriminalitas
bagian-bagian badan korbannya. yang
teringat peristiwa kecelakaan pesawat Silk Air pada
lalu. Sebagai
“korban-korban Ryan”, di mana tahun 1997 di Sumatera Selatan
pelaku telah membunuh 11 orang,
46 Berkala Arkeologi Vol.36 Edisi No.1 Mei 2016: 045-070 46 Berkala Arkeologi Vol.36 Edisi No.1 Mei 2016: 045-070
namun juga sisa-sisa hayat manusia besar dan dibuang di Jakarta, serta
manusia masa kini.
10 korban lain dan jasad-jasadnya dikubur di belakang rumah orang
ARKEOLOGI FORENSIK
tuanya di Jombang di antara tahun 2007 – 2008.
Arkeologi forensik adalah Musibah
prinsip-prinsip dan membunuh secara massal, misalkan
arkeologis dalam kasus pengeboman. Beberapa kali
teknik-teknik
masalah-masalah peristiwa ini terjadi pada selang
penyelesaian
yakni berkaitan waktu antara tahun 2002 sampai
medico-legal,
dengan aspek medis dan hukum; 2005, mulai Bom Bali 1 yang terjadi
bahkan ada yang menyebut sebagai pada tahun 2002, dan disusul oleh
penerapan suatu kombinasi teknik- Bom JW Marriot Jakarta pada tahun
teknik arkeologis dan ilmu forensik, 2003, Bom Kedutaan Australia di
dalam kerangka Jakarta pada tahun 2004, serta
biasanya
penegakan hukum (Crist, 2001; terjadi lagi Bom Bali 2 pada tahun
Owsley, 2001; Hunter, 2002; Ferlini, 2005. Jika menengok kasus-kasus
2007; Cox et al., 2008; Dupras et al., forensik itu, lalu di mana posisi dan
2012; Litherland et al., 2008; Hunter peran arkeologi forensik? Tentu saja
et al., 2013). Dalam konteks ini, tidak
arkeologi forensik merujuk kepada melibatkan kompetensi arkeologi
semua kasus
forensik
pendekatan bioarkeologis, yakni forensik dan di situ lah kemudian
pendekatan yang penting sebagai arkeologi forensik menjadi istimewa.
bagian integratif antropologi biologis Makalah
dan arkeologi untuk merekonstruksi memaparkan
ini
akan
budaya masyarakat masa lampau. forensik dan peran arkeologi forensik
batasan
arkeologi
(Crist, 2001; Owsley, 2001; Hunter, untuk
penyelidikan-penyelidikan 2002; Hunter & Cox, 2005a; Ferlini, forensik. Selanjutnya, makalah ini
2007; Dupras et al., 2012; Skinner et akan memaparkan sejauh mana
al., 2013; Schats et al., 2014). Selain karya disiplin ini mampu membantu
forensik, arkeologi penyelidikan
antropologi
forensik adalah disiplin yang cepat kasus-kasus penyelundupan dan
dan
mengungkap
dalam bidang pencurian
berkembang
material-material arkeologi, yang dirancang untuk paleoantropologis. Peran arkeologi
membantu pihak kepolisian dan forensik dalam misi-misi kemanusian
aparat penegak hukum lain dengan untuk
berbagai keterampilan yang begitu pengungkapan korban-korban kubur
penyelidikan
dan
khusus ( Dirkmaat & Adovasio, 1997; massal akibat perang, pertikaian
Hugland, 2001; Owsley, 2001; Scott politik dan genosida di masa lalu dan
& Connor, 2001; Hunter, 2002; masa kini juga akan dibahas dalam
Skinner et al., 2003; Gould, 2004a; makalah ini termasuk bagaimana
Gould, 2004b; Ferlini, 2007; Cox et keberadaan,
al., 2008; Litherland et al., 2008; perkembangan arkeologi forensik di
kondisi
dan
Davenport & Harrison 2011; Dupras Indonesia. Makalah ini menegaskan
2012). Keterampilan- pentingnya
et
al.,
keterampilan ini berkisar dari paradigma baru untuk arkeologi
pengembangan
identifikasi sisa-sisa hayat dari Indonesia, yakni arkeologi yang tidak
kubur klandestin, terfokus pada kajian benda-benda
lokasi-lokasi
penggalian dan perekamannya yang
Arkeologi Forensik : Perkembangan dan Capaiannya di Indonesia
47 (Rusyad Adi Suriyanto) 47 (Rusyad Adi Suriyanto)
individu-individunya. Blau & Ubelaker, 2009; Ubelaker, Seorang arkeolog forensik selalu
2009; Byers, 2011; Gowland & memastikan bahwa semua kerjanya
Thompson, 2013). Dua windu mengikuti pedoman baku dan
memasuki paruh kedua abad ke-20, mempertahankan
antropolog forensik profesionalnya selama penyelidikan
standar
para
menganjurkan perlunya informasi peristiwa
forensik itu. Secara kontekstual yang dapat disediakan khusus, para arkeolog forensik
oleh para arkeolog tentang di mana mampu melakukan
dan bagaimana sisa-sisa rangka terkontrol atas sisa-sisa manusia
rekonstruksi
manusia itu ditemukan dalam dan bukti-bukti lain dalam ranah
untuk membantu forensik.
kerangka
identifikasi personal (Morse, et al., arkeologis
Kepatutan
prosedur
1976; Morse, et al., 1983; Sigler- waktu dan perhatian terhadap detail
terhadap
kebutuhan
Eisenberg, 1985; Burn, 1999; selalu diutamakan, agar investigasi
Larsen, 2000; Scott & Connor, forensik dapat memenuhi kaidah
2001; Owsley, 2001; Hunter, 2002; prosedural dan tuntas. Hasil akhir
Dirkmaat et al., 2008; Ubelaker, dari upaya ini adalah kemampuan
2009; Byers, 2011). Kebutuhan untuk
untuk penggalian terkontrol oleh mungkin seluruh adegan yang
merekonstruksi
semirip
para profesional terlatih menjadi pernah terjadi sebelum dilakukan
makin terbuka sebagai akibat dari penggaliannya. Mereka berperan
meningkatnya jumlah kasus yang dalam
survei, pencarian dan melibatkan sisa-sisa manusia yang memastikan lokasinya, pemetaan
yang tidak mampu dan penggambarannya, identifikasi
terkubur
dilanjutkan ke pengadilan akibat tulang
penggalian dilakukan oleh mereka dokumentasinya,
dan
atributnya,
yang tidak terampil (Owsley, 2001; serta pernyataan dan kesanggupan
rekonstruksinya,
Hunter, 2002; Dirkmaat et al., 2008; sebagai saksi ahli ( Skinner, 1987;
Ubelaker, 2009).
Hoshower, 1998;
Berbeda dengan antropologi Hugland, 2001; Owsley, 2001;
Neave, 2000 ;
forensik yang memiliki sejarah Hochrein, 2002; Hunter, 2002;
mapan dan telah menjadi semakin Duhig, 2003; Hunter & Cox, 2005a,
sebagai akibat dari 2005b, 20005c; Jessee & Skinner,
populer
pemberitaan di media massa sejalan 2005; Menez, 2005; Tuller & Đurić,
makin meningkatnya 2006 ; Bernardi & Fondebrider, 2007;
dengan
permintaan lembaga nasional dan Cox et al., 2008; Dirkmaat et al.,
untuk membantu 2008; Cheetham & Hanson, 2009;
internasional
dalam ranah DVI Holland & Connell, 2009; Barone,
identifikasi
(Disaster Victim Identification) untuk 2012; Cabo et al., 2012; Dupras et
penegakkan hak-hak asasi manusia al., 2012; Tuller, 2012; Hunter et al.,
atas konflik dan perang di dalam 2013).
suatu negara dan antar negara Aktivitas arkeologi forensik
dalam beberapa tahun yang lalu, mula-mula berkembang di Amerika
arkeologi forensik sebagai ilmu baru Serikat
muncul sebagai konsekuensi atas antropologi forensik pada awal abad
penekanan terhadap pilihan untuk ke-19, ketika kepentingan atas sisa-
peminatan profesional di Amerika sisa
Utara dan Inggris (Morse, et al., identifikasi personal telah mendapat
rangka manusia
untuk
1976; Morse, et al., 1983; Galloway
48 Berkala Arkeologi Vol.36 Edisi No.1 Mei 2016: 045-070
& Simmons, 1997 ; Black, 2000; et al., 2005; Ellis, 2007; Ferlini, Thompson, 2001, 2003; Cox, 2009;
2007; López & Umańa, 2007; Cox et Skinner & Bowie, 2009; Wright &
al., 2008; Blau & Hill, 2009; Blau & Hanson,
Ubelaker, 2009; Hochrein, 2009; Berkaitan dengan perspektif historis,
2009; Byers,
Hunter, 2009; Steadman et al., Cox (2009) dan Ubelaker (2009)
2009). Mereka juga telah berperan juga
untuk menyelidiki genosida dan arkeologi forensik lebih umum di
menekankan
mengapa
pelanggaran hak asasi manusia Inggris dibandingkan di Amerika
sejak pertengahan 1980-an (Connor Serikat.
& Scott, 2001; Skinner et al., 2003; dikemukan oleh Scott & Connor
Juhl, 2005; Wright et al., 2005; Juhl (2001) yang mengusulkan bahwa
& Olsen, 2006 ; Bernardi & arkeologi
2007; Ballbé & antropologi forensik, dan antropologi
Steadman, 2008; Schultz & Dupras, forensik
2008; Blau & Ubelaker, 2009; forensik. Usulan itu merupakan
itu adalah
osteologi
Congram & Sterenberg, 2009; tradisi yang telah berkembang di
Flavel & Barker, 2009; Sterenberg, Eropa Timur (Jankauskas, 2009).
2009; Ubelaker, 2009; Blau & Sebelum itu, usulan lain telah
Fondebrider, 2010; Mark, 2010; disampaikan oleh Lovis (1992),
Cabo et al., 2012; Crossland, 2013). bahwa
Selama 20 tahun terakhir PBB dan forensik dapat mengembangkan
sebenarnya
arkeologi
organisasi-organisasi hak asasi aplikasi yang lebih luas sebagai
manusia telah merekrut para mortuary anthropology.
arkeolog forensik untuk menggali Arkeologi telah membuktikan
kuburan individual dan massal yang dirinya untuk menjadi alat ilmu
dengan penyelidikan forensik secara efektif, baik lokal,
terkait
politik, kejahatan regional
pembunuhan
perang dan genosida di lebih dari dengan penerapan metode-metode
maupun
internasional
dua belas negara di seluruh dunia penelitiannya
(Crossland, 2000; Connor & Scott, Hunter & Cox, 2005a; Blau &
(Haglund,
2001; Haglund et al., 2001; Stover & Ubelaker, 2009; Hunter, 2009;
Ryan 2001; Hunter & Cox, 2005b; Steadman et al., 2009; Hunter et al.,
Wright et al., 2005; Skinner, 2007; 2013). Arkeologi forensik telah
Steel, 2008; Blau & Ubelaker, 2009;
Wright & Hanson, 2009; Blau & terakhir dan sekarang menjadi suatu
berkembang selama 20 tahun
Fondebrider, 2010; Blau et al., 2011; disiplin
Tuller, 2012; Kinsella & Blau, 2013). memberikan sumbangsih penting untuk
yang mantap,
yang
penyelidikan-penyelidikan
KETERLIBATAN ARKEOLOGI
kriminal. Bukti-bukti
dari
UNTUK PENYELIDIKAN KASUS
argumentasi hukumnya
Arkeologi forensik adalah pengadilan. Para arkeolog forensik
di
penerapan teknik dan metodologi, telah membantu dalam penyelidikan
yang awalnya dikembangkan untuk kasus pembunuhan domestik dan
penelitian arkeologi, dalam bencana massal (Connor &
tujuan
untuk membantu Scott, 2001; Haglund, 2001; Gould,
khususnya
hukum. Bahkan 2004a; Gould, 2004b; Hunter & Cox,
penyelidikan
forensik hanya 2005b; Hunter & Cox, 2005c; Wright
arkeologi
dimungkinkan dengan penerapan
Arkeologi Forensik : Perkembangan dan Capaiannya di Indonesia
49 (Rusyad Adi Suriyanto) 49 (Rusyad Adi Suriyanto)
forensik dan beberapa bidang arkeologis, yakni ekskavasi dan
penelitian
lain. Disiplin ini identifikasi
forensik
menyediakan layanan penting bagi Selama 20 tahun terakhir arkeologi
sisa-sisa
biologis.
masyarakat dalam mengungkap dan forensik telah memainkan peran
peristiwa dalam penting dalam sistem peradilan
menyelesaikan
situs-situs kejahatan atau lokasi pidana di beberapa negara (Crist,
penemuan korban. Mereka akan 2001; Haglund, 2001; Owsley, 2001;
keahlian Hunter, 2002; Hunter & Cox, 2005a;
memanfaatkan
penelitiannya untuk mengidentifikasi Ferlini, 2007; Cox et al., 2008; ; Blau
menjawab pertanyaan- & Ubelaker, 2009; Hunter, 2009;
dan
pertanyaan yang unik untuk setiap Steadman et al., 2009;Dupras et al.,
dibebankan oleh 2012; Litherland et al., 2008; Hunter
target
yang
kliennya. Sekedar contoh, beberapa et al., 2013). Para arkeolog forensik
kemungkinan pertanyaan yang bisa mampu menghadirkan bukti dalam
diajukan: bagaimana kubur harus penuntutan pidana dan kompensasi
digali, apakah ada material asing atas tuntutan yang diajukan oleh
yang terkubur bersama, apakah pemohon
identitas dari individu yang terkubur, bantuannya.
yang
meminta
berapa lama tubuh yang terkubur itu Bukti arkeologis pertama kali
bagaimana kita bisa digunakan dalam UK Crown Court
dan
mengetahuinya. Hal ini penting pada tahun 1988 dan sejak itu telah
mengumpulkan bukti diakui dalam War Crime Tribunals
untuk
sebanyak mungkin karena seringkali dan International Criminal Count
hanya ada satu kesempatan dan (ICC) di Den Haag (Cox, 2009).
waktu terbatas untuk menggalinya. Dalam sejumlah kasus di Inggris,
Oleh karena itu, mereka akan keberhasilan penuntutan tidak akan
merancang dan memimpin strategi diperoleh, beberapa pelaku tidak
khusus untuk mengoptimalkan bukti akan dihukum dan keadilan tidak
yang ada, memberi nasihat tentang akan tercapai tanpa pengajuan
metode atau urutan metode yang bukti-bukti arkeologisnya (Black,
tepat untuk diterapkan dalam 2000; Hunter, 2002; Blau &
dan pemulihannya. Ubelaker, 2009; Cox, 2009; Hunter,
pencarian
Dengan cara ini teknik arkeologi 2009). Di Inggris, para arkeolog
digunakan untuk forensik adalah anggota departemen
dapat
membedakan peristiwa sebelum atau fakultas arkeologi yang dapat
atau sekitar waktu kematian korban, diminta untuk bekerja dengan tim
mendapatkan informasi tentang pencari yang dibentuk oleh aparat
keadaan penguburan, cara kematian penegak hukum atau negara atau
dan alat-alat yang digunakan untuk permintaan
dan dengan masyarakat
membantu dalam menemukan dan menggali bukti
mengidentifikasi pihak ketiga yang terkubur di tempat kejadian perkara
bertanggungjawab untuk (TKP). Mereka juga memainkan
Sebelum peran
kejahatannya.
pengembangan arkeologi forensik, mengkoordinasikan
penting
dalam
seperti sudah diungkapkan di muka, mengintegrasikan dengan para ahli
dan
seringkali para aparat penegak di bidang forensik lainnya, seperti
hukum, khususnya kepolisian, untuk ahli patologi forensik, odontologi
menggali situs itu tergesa-gesa dan forensik, entomologi forensik, botani
serampangan demi cepat mengejar
50 Berkala Arkeologi Vol.36 Edisi No.1 Mei 2016: 045-070 50 Berkala Arkeologi Vol.36 Edisi No.1 Mei 2016: 045-070
terlibat untuk peran penting dalam suatu disiplin dan diterima secara
proses perdamaian pasca-konflik, luas.
transisi di mana Para arkeolog forensik juga
masyarakat
harus menyertakan berperan untuk misi kemanusiaan,
rekonsiliasi
penyelesaian atas ketidakpastian yakni membantu menemukan sisa-
mengenai nasib beberapa warga sisa
“yang sengaja dihilangkan” (Ballbé & pembunuhan politis yang sengaja
korban (dalam
peristiwa
Steadman, 2008; Sterenberg, 2009; ditutup
Mark, 2010; Rudovica et al., 2011; kadangkala di suatu wilayah atau
kasusnya)
walaupun
Kinsella & Blau, 2013). negara tidak ada persyaratan hukum
Para ahli arkeologi forensik untuk
bahkan bersedia untuk memberikan mengembalikannya ke ahli waris
melakukannya,
untuk
pelatihan dalam metode arkeologi atau
forensik kepada beberapa warga Amerika Latin, Eropa Timur dan Asia
lokal yang kompeten dalam bidang (Bernardi & Fondebrider, 2007;
untuk melakukan Ferlini, 2007; López & Uma ńa, 2007;
forensik
penyelidikan sendiri. Beberapa kali Skinner, 2007; Flavel & Barker,
pelatihan-pelatihan ini, yang 2009; Blau & Fondebrider, 2010;
dikemas dalam Workshop, telah Mark, 2010; Blau et al., 2011;
dilakukan di Indonesia, misalnya Rudovica et al., 2011). Pentingnya
Workshop on Disaster Victim arkeologi forensik juga terletak pada
Identification pada 24 – 26 pencarian dan penyelidikan situs
November 2007 di Surabaya yang kuburan massal oleh pembantaian
kerjasama antara politis, genosida dan kejahatan
merupakan
Airlangga, Monash perang (Crossland, 2000; Connor &
Universitas
University, the Centre of Human Scott, 2001; Haglund et al., 2001;
Identification Victorian Institute of Stover & Ryan 2001; Skinner et al.,
Forensic Medicine, Health Sciences 2003; Juhl, 2005; Wright et al., 2005;
Authority Singapore, Ministry of Juhl & Olsen, 2006 ; Bernardi &
Affairs Singapore, Fondebrider,
Foreign
Departemen Kesehatan Republik Steadman, 2008; Schultz & Dupras,
Ballbé
Kepolisian Republik 2008; Blau & Ubelaker, 2009;
Indonesia,
Indonesia dan the Australian Agency Congram & Sterenberg, 2009;
International Development; Flavel & Barker, 2009; Sterenberg,
for
walaupun lebih ditujukan untuk 2009; Ubelaker, 2009; Blau &
peristiwa-peristiwa korban terorisme. Fondebrider, 2010; Mark, 2010;
Seorang fasilitatornya adalah ahli Cabo et al., 2012; Crossland, 2013).
antropologi/arkeologi forensik Dr. Beberapa
Soren Blau yang sekarang berkarya organisasi
LSM
dan
di the Centre of Human Identification mempekerjakan
internasional
Victorian Institute of Forensic pencarian dan penemuan orang-
mereka
dalam
Medicine, Australia. orang hilang atau korban-korban.
Arkeologi forensik semakin Organisasi-organisasi ini meliputi
berkembang dalam aktivitas Disaster International Commission on Missing
Victim Identification (DVI) (Blau & Persons
Hill, 2009). Para ahli arkeologi Committee of the Red Cross (ICRS)
(ICMP),
International
forensik membantu mencari dan dan beberapa organisasi semacam.
menyelidiki para korban bencana alam seperti tsunami di Asia
Arkeologi Forensik : Perkembangan dan Capaiannya di Indonesia
51 (Rusyad Adi Suriyanto)
Tenggara pada tahun 2004 dan
dan RS Polri badai Katrina yang menghancurkan
Kepolisian)
Bhayangkara. Pihak kepolisian juga Louisiana pada tahun 2005 (Blau &
sering melibatkan tenaga profesional Hill, 2009; Blau & Ubelaker, 2009),
seperti paramedis di rumah sakit dan dan bencana oleh manusia dalam
fakultas kedokteran yang memiliki kasus-kasus teror, seperti tragedi
instalasi atau bagian forensik WTC pada tahun 2001 di Amerika
berikutnya DNA Serikat (Gould,
(medico-legal),
forensik, farmasi-kimia forensik, pertikaian kekuasaan dan genosida
2004b); serta
sampai antropologi forensik untuk yang terjadi di Eropa Timur, Timur
melengkapi berkas penyelidikannya. Tengah dan Asia Selatan sampai
Untuk yang terakhir disebut itu pun saat ini (Skinner, 2007; Congram &
Indonesia memiliki ahlinya tidak Sterenberg,
pernah lebih dari jumlah jari-jari di 2009; Sterenberg, 2009; Mark,
Jankauskas,
satu tangan kita. Jumlah yang 2010). DVI Indonesia dibentuk,
sangat sedikit itu sebenarnya juga berkembang dan bergaung setelah
adalah mereka yang berkarya dalam peristiwa teror Bom Bali (Bali
antropologi biologis, oleh karena itu, Bombing) pada tahun 2002 yang
tidaklah heran bahwa mereka tidak lalu. Peran DVI ini makin penting
bisa berkarya penuh dalam bidang sejak maraknya kasus terorisme dan
itu karena konsentrasinya terhadang kecelakaan transportasi udara dan
kepentingan kapal (Purwanti, 2013).
beragam
profesionalnya (Jacob, 1984, 1999, Sebenarnya
2000; Indriati, 1999, 2003, 2004, aktivitas yang berkaitan dengan
beberapa
2009; Glinka, 2001; Suriyanto, penyelidikan arkeologi forensik telah
Seringkali para ahli terekam di Indonesia. Sejauh ini,
antropologi biologis itu mengerjakan aktivitas ini masih dilakukan oleh
penyelidikan arkeologi beberapa tenaga profesional non-
aspek
forensiknya.
arkeologis. Di sini bukan berarti Beberapa aktivitas ekskavasi hasilnya gagal, namun belum
berkenaan dengan penyelidikan memenuhi kaidah arkeologi forensik
kriminal dengan yang
korban-korban
beragam motif telah dilakukan di menegaskan bukti-bukti yang rinci
ideal yang
mampu
beberapa tempat di Indonesia dalam dan teguh untuk kelengkapan berkas
kurun tahun terakhir ini. Sebagian penyelidikan yang akan diajukan
masih teringat peristiwa- dalam proses hukum sampai ke
kita
peristiwa berikut ini. Mei 1993 terjadi pengadilan. Penyelidikan arkeologi
penculikan dan pembunuhan aktivis forensik belum dikenal dalam ranah
buruh Marsinah yang mengguncang bukti-bukti penyelidikan forensik kita.
dunia peradilan Indonesia. Demi Kita juga belum pernah melihat
tuntutan keadilan dan hak-hak asasi kesaksian ahli arkeologi forensik
maka dilakukan dalam persidangan di pengadilan
manusia,
penyelidikan ulang pada tahun 1995, kita.
termasuk membongkar makamnya, Porsi
oleh Tim Penyelidik Khusus Markas forensik di Indonesia yang berkaitan
terbesar
aktivitas
Kepolisian RI dengan dengan korban biologis manusia
Besar
mengundang beberapa pakar dari masih di bawah kewenangan pihak
Universitas Indonesia, Universitas kepolisian kita, biasanya bernaung
Gadjah Mada dan Universitas dalam Pusat Laboratorium Forensik,
Airlangga. Kita masih teringat Pusdokpol
(Pusat
Kedokteran
peristiwa “korban-korban Ryan”, di
52 Berkala Arkeologi Vol.36 Edisi No.1 Mei 2016: 045-070 52 Berkala Arkeologi Vol.36 Edisi No.1 Mei 2016: 045-070
Luar Negeri, badannya dan dimasukkan dalam
Departemen
Departemen Dalam Negeri dan dua tas besar dan dibuang di
Departemen Kesehatan, maupun Jakarta, serta 10 korban lain dan
Pemerintah Daerah dan Dinas jasad-jasadnya dikubur di belakang
terkait; dan tugas rumah orang tuanya di Jombang di
Pariwisata
identifikasi dilakukan oleh Untoro antara
dan Atmadja (?) selaku dokter Penggalian dan penyelidikannya
tahun 2007
spesialis forensik. melibatkan ahli antropologi biologis
Permintaan penyelidikan ini Dr.
diajukan Jepang dan perwakilan Departemen Antropologi Universitar
Toetik Koesbardiati
dari
Lembaga Swadaya Masyarakat di Airlangga. Penggalian pertama 21
Iwate yang membangun museum Juli 2008 dan kedua 28 Juli 2008
untuk peringatan korban Perang masing-masing
Dunia II lewat Kedutaan Besarnya di individu korban, yang sebagian
mendapati
lima
Lembaga Swadaya besar telah kehilangan jaringan
Jakarta.
Masyarakat itu meneruskan aspirasi lunaknya.
keluarga korban bala tentara Jepang Pada Februari 2011 telah
itu. Seperti tercatat dalam sejarah, terjadi pembongkaran 24 kuburan
pada tahun 1944, Jepang mengirim bayi di makam-makam kawasan
sekitar 44.000 tentaranya untuk Sedati dan Waru, Sidoarjo; pelaku
menduduki Papua Nugini, dan tidak hanya merusak makamnya
sekitar 13.000 tentaranya di Papua tetapi beberapa bukti menunjukkan
(Papua Barat). Dalam pelayaran bahwa sebagian sisa-sisa jasad dan
menuju tempat pendudukannya, kain kafannya diambil dengan
mereka berlabuh untuk menyiapkan sengaja oleh pelaku dengan tujuan
logistik di Makassar. Naas, saat itu tertentu. Tragedi kubur bayi ini
pula kapal selam mereka mendapat dalam penyelidikan pihak kepolisian,
serangan rudal dari bala tentara dan melibatkan beberapa ahli dari
Amerika Serikat yang dikomando kedokteran forensik dan medico-
oleh Jenderal McArthur. Kapalnya legal Fakultas Kedokteran dan
sekitar Pulau Departemen Antropologi Universitar
tenggelam
di
perairan Makassar. Airlangga. Tidak hanya itu saja,
Samalona
Sebagian kapal Jepang yang telah pembunuhan,
sampai di perairan dan bala tentara pembuangan dan penguburan enam
pemutilasihan,
sudah mendarat juga mendapat korban anak-anak dilakukan oleh
serangan yang sama; rupanya bala oknum kelompok remaja di Siak dan
tentara Amerika Serikat telah sampai Bengkalis pada Agustus 2014.
lebih dulu di sana. Mereka yang Untoro & Atmadja (2012)
bertahan hidup dan telah melaporkan pengalamannya
selamat
bermarkas di beberapa gua, salah melakukan pemeriksaan antropologi
satunya di Gua Binsari, Biak Numfor. forensik untuk mengidentifikasi sisa-
Sebagian mereka mampu bertahan sisa bala tentara Jepang yang gugur hidup sampai beberapa tahun
pada masa Perang Dunia II di Papua kemudian, dan sebagian besarnya Barat dan Makassar
meninggal karena beragam penyakit penyelidikan tahun 1999 – 2009.
kurun
tropis.
Penyelidikan itu membawa penyelidikan
Mereka menyatakan
bahwa
misi kemanusiaan yang terdiri dari kerjasama pihak Pemerintah Jepang
sisa-sisa rangka
Arkeologi Forensik : Perkembangan dan Capaiannya di Indonesia
53 (Rusyad Adi Suriyanto) 53 (Rusyad Adi Suriyanto)
untuk masing-masing yang diduga sesuai dengan tata cara mereka.
sebagai satu individu. Artefak- Abunya
artefak yang ditemukan dalam kepada para ahli warisnya. Kegiatan
kemudian
diserahkan
itu dikumpulkan, selanjutnya adalah membersihkan
penggalian
sebagian dibawa ke Jepang, dan Papua Barat dan Makassar dari
sebagian lagi menjadi koleksi sisa-sisa persenjataan dan bom aktif
museum yang didirikan di sekitar yang berbahaya bagi penduduk
Gua Binsari.
setempat. Pemeriksaan dan identifikasi Untoro dan Atmadja (2012)
rangka-rangkanya dilakukan oleh tim menuturkan lebih lanjut bahwa
Kedokteran Forensik Universitas penyelidikan itu juga menerapkan
Indonesia. Aktivitas ini terdiri dari metode
memeriksa dan mengidentifikasi menghasilkan pemeriksaan sisa-sisa
arkeologi
untuk
profil biologisnya, memperkirakan rangka manusia yang lebih rinci.
postmortemnya, dan Sisa-sisa rangka manusia dari
periode
data yang perairan Makassar yang diangkat
menyediakan
berhubungan dengan kematiannya, oleh tim gabungan penyelam TNI
termasuk bukti-bukti adanya trauma Angkatan Laut dan sukarelawan
selama periode dikumpulkan di
yang
terjadi
kematiannya. Keseluruhan tulang, Rotterdam
Benteng
Fort
Makassar. Sisa-sisa baik utuh maupun fragmentaris, rangka di Papua Barat dikumpulkan
yang dikumpulkan sekitar 25.000 dari berbagai pulau yang tersebar di
tulang; sejauh ini, yang telah sana oleh pihak Jepang dan
berhasil diidentifikasi 605 individu. penduduk lokal
Peristiwa lain yang bisa membantu. Penduduk lokal ini
yang diminta
disebut sebagai ranah arkeologi sebelumnya telah mendapatkan
forensik yang berkaitan dengan arahan dan pelatihan. Selanjutnya,
temuan paleoantropologis Indonesia, sisa-sisa rangka tersebut disimpan
yakni upaya pemulangan fosil Homo dalam lemari-lemari khusus di lokasi
erectus Sambungmacan 3 (Sm 3) sekitar Gua Binsani, Biak Numfor.
dari sebuah toko barang antik (the Usaha pengumpulan sisa-
natural history shop) terkemuka sisa rangka para prajurit Jepang ini
Maxilla & Mandible Ltd. di New York, dikerjakan selama beberapa bulan.
Amerika Serikat (Broadfield et al., Mereka
2001; Delson et al., 2001; Laitman & pendokumentasian
melakukan
Tattersall, 2001; Márques et al., catatan terlebih dulu sebelum
visual
dan
2001). Berita tentang hal ini telah melakukan penggalian di lokasi yang
dimuat di halaman muka surat kabar diduga merupakan kuburan massal
ternama New York Times dan bala
beberapa media di Amerika Serikat Pendokumentasiannya juga meliputi
pada 7 September 1999, termasuk semua artefak yang ditemukan di
kasak-kusuk harga di internal sekitarnya, yang diduga sebagai
pedagang-pedagang barang antik, barang-barang
khususnya yang selundupan, yang Penggalian
milik
mereka.
ditawarkan sekitar $ 500.000,00. ditemukan sisa-sisa tulang. Tulang
dilakukan
sampai
Berkat perjuangan dan diplomasi yang telah terekspos keseluruhan
Prof. Dr. T. Jacob, M.S., M.D., D.Sc., akan diangkat dan dikumpulkan,
fosil ini telah diserahkan kembali ke selanjutnya sisa-sisa rangka itu
Indonesia,
dan tersimpan di
54 Berkala Arkeologi Vol.36 Edisi No.1 Mei 2016: 045-070
Laboratorium Bioantropologi dan Serikat dan Indonesia, beliau Paleoantropologi
bersama para kolega itu telah Kedokteran
Fakultas
meneliti dan mempublikasikan fosil Mada tanpa mengeluarkan ganti rugi
Universitas
Gadjah
ini dalam serial khusus di jurnal sama sekali. Prof. Dr. T. Jacob,
terkemuka The Anatomical Record M.S., M.D., D.Sc mengungkapkan
(2001). Artikel-artikel di jurnal bahwa pengembalian ini merupakan
tersebut menegaskan bahwa fosil ini upaya atas nama ilmu pengetahuan
sangat penting karena morfologinya dan warisan nasional. Fosil tersebut
lebih maju secara evolusioner dari merupakan
Homo erectus erectus, namun belum pengetahuan yang sangat berharga
material
ilmu
mencapai morfologi Homo erectus bagi sejarah pertumbuhan dan
soloensis (Broadfield et al., 2001; perkembangan peradaban umat
Delson et al., 2001; Laitman & manusia (Suriyanto, 2012).
Tattersall, 2001; Márques et al., Penerimaan kembali fosil ini
2001).
disaksikan oleh Drs. Hari Untoro Kesediaan Henry Galiano Drajat, M.A. dari Direktorat Jenderal
untuk mengembalikan fosil yang Kebudayaan
telah dikuasai dan diumumkan Pendidikan dan Kebudayaan RI dan
Departemen
keberadaanya sejak 29 Agustus Atase Kebudayaan RI di sana Dr.
1999 menunjukkan keberhasilan dan Yahya Muhaimin, Prof. Eric Delson
kesungguhan diplomasi dari pihak dari City University New York, dan
Indonesia untuk meminta kembali beberapa kolega ilmuwan di sana,
benda yang sangat berharga bagi antara lain dari American Museum of
perkembangan sejarah dan budaya Natural History. Sebagai bentuk
Indonesia (Boedhihartono, 1998; persahabatan
Suriyanto, 2012). ilmuwan paleoantropologi Amerika
Gambar 1. Henry Galiano menyerahkan kembali fosil Homo erectus (Sambungmacan 3, Sm 3) dari situs Sambungmacan, Sragen, kepada Prof. T. Jacob di New York (koleksi dan sumber foto:
Eric Delson untuk Laitman & Tattersall, 2001)
Arkeologi Forensik : Perkembangan dan Capaiannya di Indonesia
55 (Rusyad Adi Suriyanto)
Gambar 2. Fosil Homo erectus (Sambungmacan 3, Sm 3) dari situs Sambungmacan, Sragen (lateral kiri, koleksi foto: Rusyad Adi Suriyanto)
HARAPAN DAN
UPAYA
antropologi
forensik Indonesia
PENGEMBANGAN
ARKEOLOGI
(Jacob, 1984, 1999, 2000; Indriati,
FORENSIK INDONESIA
1999, 2003, 2004, 2009; Glinka, 2001;
Suriyanto, 2008). Seperti telah diungkapkan di
Permasalahan biologi manusia dan muka, Indonesia yang dihuni oleh
aspek hukumnya semakin kompleks; banyak populasi dengan variasi
bukan saja berhadapan dengan biologisnya yang nyata dari masa
konteks yang baru saja dan Pleistosen sampai sekarang hanya
berlangsung di masa kini, namun mempunyai sangat sedikit ahli
permasalahan itu kadangkala harus antropologi biologis dan ahli
dirunut jauh ke belakang. Sebagai paleoantropologi. Jumlah tersebut
contoh, tuntutan atas penemuan dan tidak seimbang dengan jumlah
korban-korban penelitian
pengembalian
perang, genosida, penghilangan biologi manusia yang bermanfaat
dan
pengembangan
orang dalam konflik politik dan untuk kedokteran, kehidupan sosial,
perbudakan lintas negara di masa politik, kebudayaan, pembangunan
lalu, terutama setelah Perang Dunia sumber
II. Para praktisi antropologi forensik keanekaragaman
daya
manusia,
yang ada di Universitas Gadjah perdamaian
hayati,
Mada dan Universitas Airlangga masyarakat
dan
kesejahteraan
tidak dapat sepenuhnya bekerja Suriyanto, 2008).
(Glinka,
dalam keahlian itu. Mereka memiliki Keadaan tersebut di atas
kewajiban lain seperti mengajar, menjadi semakin memprihatinkan
dan memberikan ketika mengetahui jumlah ahli
meneliti
pengabdian kepada masyarakat
56 Berkala Arkeologi Vol.36 Edisi No.1 Mei 2016: 045-070 56 Berkala Arkeologi Vol.36 Edisi No.1 Mei 2016: 045-070
kepada aparat kepolisian di mana itu jika diminta oleh lembaga terkait,
para tersangka dan saksi masih baik kedokteran forensik, kepolisian
untuk dikorek dan
memungkinkan
keterangannya lebih lanjut. Mereka menemukan,
DVI, untuk
membantu
memeriksa dan mengidentifikasi mengidentifikasi korban-korban atau
memeriksa
dan
profil biologisnya, memperkirakan jenazah-jenazah
postmortemnya, dan bencana. Kadangkala mereka juga
data yang menjadi tenaga ahli untuk membantu
menyediakan
berhubungan dengan kematiannya, penelitian arkeologis yang berkaitan
termasuk bukti-bukti adanya trauma dengan temuan-temuan osteologis.
selama periode Berdasaran pemaparan di
yang
terjadi
kematiannya. Pemeriksaan itu tidak atas, diketahui bahwa banyak
akan sedetail jika para korban itu penyelidikan arkeologi forensik telah
berupa rangka-rangka yang telah dikerjakan di Indonesia, namun yang
tertimbun tanah bertahun-tahun. menjadi permasalahan apakah kita
Perlu untuk diperhatikan memiliki ahli arkeologi forensik yang
bahwa pendidikan formal untuk memadai
jenjang sarjana dan pascasarjana keahliannya?
jumlah
maupun
antropologi forensik di Indonesia pertanyaan itu adalah kita belum
Jawaban
atas
belum ada. Namun, pendidikan ini memilikinya. Sebagian penyelidikan
telah menjadi salah satu minat atau arkeologi
disiplin dalam antropologi biologis, dilakukan oleh ahli antropologi
beberapa mahasiswa biologis, khususnya mereka yang
misalnya
Departemen Antropologi Universitas mendalami
telah mengerjakan (osteologi) dengan salah satu
skripsinya bertema minat tersebut. disiplinnya
Mata kuliah Antropologi Forensik forensik. Hanya ada tiga orang ahli
adalah
antropologi
juga telah diberikan bagi mahasiswa antropologi forensik yang aktif
pendidikan Magister Forensik. Di sekarang ini di Indonesia. Mereka
Universitas Gadjah Mada juga telah tidak hanya bertindak sebagai ahli
diberikan kepada jenjang Pendidikan antropologi forensik namun juga
Dokter Fakultas Kedokteran; yang mengerjakan
sekarang melebur ke dalam Block seharusnya dilakukan oleh ahli
pekerjaan
yang
4.2. Health System and Disaster. arkeologi forensik. Penyelidikan
Perkuliahan dan praktikum mata demikian tidak akan pernah rinci dan
kuliah antropologi forensik diberikan tuntas karena seringkali begitu
sebagai Forensic Anthropology in banyak rangka korban yang perlu
DVI. Untuk jenjang magisternya diidentifikasi dalam waktu yang
diberikan kepada minat utama terbatas. Dalam situasi seperti ini,
Antropologi Kedokteran. Dalam maka
aktivitas itu, juga diperkenalkan penyelidik,
forensik. Ini tidak yang lebih dominan menuntun
antropologi forensik,
arkeologi
mengherankan karena sebenarnya aktivitas
antropologi dan arkeologi forensik pelaporannya.
penyelidikan
dan
selalu beriringan, saling melengkapi Pekerjaan
dan membutuhkan; bahkan banyak dilakukan dalam kaitannya dengan
lain
yang
menyebut arkeologi penyelidikan
kalangan
forensik itu adalah bagian dari adalah
antropologi forensik (Lovis, 1992;
Arkeologi Forensik : Perkembangan dan Capaiannya di Indonesia
57 (Rusyad Adi Suriyanto)
Scott & Connor, 2001; Blau & identifikasi rangka, paleopathologi Ubelaker,
dan peranan ahli antropologi biologis Jankauskas, 2009; Ubelaker, 2009;
(Kalanjati, 2012). Byers, 2011; Gowland & Thompson,
Dorongan untuk 2013). Antropologi forensik di
mengembangkan arkeologi forensik Indonesia
di Indonesia dapat mengambil perkembangan optimis walaupun,
makin
menunjukkan
pengalaman dari sejarah munculnya seperti telah disebut di muka, masih
disiplin ini di beberapa negara memerlukan
seperti Amerika Utara, Inggris dan pengembangannya (Indriati, 2009).
perhatian
dan
beberapa negara Eropa. Arkeologi Situasi arkeologi Indonesia
forensik telah berkembang selama sekarang
20 tahun terakhir di negara-negara sebelumnya. Beberapa paradigma
berbeda
dengan
tersebut dan sekarang menjadi arkeologi
suatu disiplin yang mantap, yang memperkaya khazanah arkeologi
memberikan sumbangsih penting Indonesia. Paradigma ini makin
penyelidikan-penyelidikan memperkaya metodologi penelitian
untuk
dan bukti-bukti arkeologi Indonesia, diantaranya
kriminal
mampu adalah metode yang dipakai dalam
penyelidikannya
argumentasi- bidang biologi dan ilmu-ilmu eksakta.
mempengaruhi
hukumnya di Lambat namun pasti, beberapa
argumentasi
pengadilan serta membantu dalam disiplin ilmu perbatasan terus
bencana massal berkembang,
penyelidikan
(Connor & Scott, 2001; Haglund, bioarkeologi,
antara
lain:
2001; Gould, 2004a; Gould, 2004b; osteoarkeologi, dan arkeologi nutrisi.
zooarkeologi,
Hunter & Cox, 2005b; Hunter & Cox, Momentum
2005c; Wright et al., 2005; Ellis, kesempatan baik untuk makin
ini
merupakan
20 07; Ferlini, 2007; López & Umańa, memperkenalkan
2007; Cox et al., 2008; Blau & Hill, mengembangkan arkeologi forensik.
dan
2009; Blau & Ubelaker, 2009; Keadaan seperti ini juga
Hochrein, 2009; Hunter, 2009; pernah dialami oleh beberapa
Steadman et al., 2009). negara,
Indonesia adalah negeri yang Arkeologi forensik merupakan kajian
misalnya
Australia.
rawan bencana. Hal ini dipengaruhi dan minat baru yang makin
oleh letak negeri kita di antara berkembang di Australia masa kini,
lempeng-lempeng geologis Asia dan dan terus diupayakan makin luas
Australia, kawasan jalur ring of fire dalam
Pasifik yang kawasannya banyak arkeologi di universitas-universitas
kurikulum
perkuliahan
memiliki gunung vulkanik, kawasan Australia pada abad ini (Blau 2004;
musim hujan dan Pate, 2005). Ahli antropologi biologis
perubahan
kemarau, angin dan gelombang di dan paleoantropologi Prof. Maciej
antara Asia dan Australia, negeri Henneberg dari Australia pernah
yang terdiri ribuan pulau dengan memberikan kursus School of
utama kapal dan Anthropological
transportasi
Posisi Indonesia Anatomy di Departemen Anatomi
sebagaimana disebutkan di atas dan Histologi Fakultas Kedokteran
memiliki potensi terjadinya bencana Universitas
baik yang disebabkan oleh alam Desember 2011. Salah satu sesi dari
Airlangga
pada
maupun manusia. kursus
Penyelidikan dengan tentang
menggunakan arkeologi forensik
58 Berkala Arkeologi Vol.36 Edisi No.1 Mei 2016: 045-070 58 Berkala Arkeologi Vol.36 Edisi No.1 Mei 2016: 045-070
menawarkan minat khusus arkeologi Penegakkan hak-hak asasi manusia
forensik kepada para mahasiswa menjadi isu, baik teoretis maupun
Indonesia. Para praktis,
arkeologi
mahasiswa ini diharapkan dapat berkumandang
dalam membantu demokratisasi di beberapa negara.
aktivitas-aktivitas forensik setelah Penegakkan ini tidak melulu sebagai
menyelesaikan studinya. Selama ini urusan nasional, namun seringkali
arkeologi forensik masih merupakan menjadi
salah satu topik dalam matakuliah Perlawanan
urusan
internasional.
Paleoantropologi dan Bioarkeologi buruknya
untuk mahasiswa jenjang sarjana di disuarakan para aktivis dalam negeri
upaya-upaya
itu
Departemen Arkeologi Universitas suatu
negara; seringkali pula
Gadjah Mada.
gerakan itu diilhami dan mendapat Apabila jumlah ahli arkeologi sokongan oleh gerakan-gerakan dari
forensik telah mencukupi, maka kita luar negaranya. Beberapa di antara
tidak perlu lagi bergantung kepada mereka
pihak asing pada saat melakukan pengembalian orang-orang yang
menyuarakan
tuntutan
penyelidikan yang berkaitan dengan dihilangkan dengan paksa oleh
arkeologi forensik. Lulusan arkeologi beragam alasan, baik oleh oknum
Indonesia yang telah mendalami kelompok atau aparat negara, di
arkeologi forensik dapat menjadi mana
tenaga profesional yang sebenarnya membahayakan kelompoknya atau
saat itu
dianggap
makin dibutuhkan oleh negara ini negara. Tuntutan ini juga berlaku
makin meningkatnya terhadap
seturut
peristiwa-peristiwa pengakuan atas hak-hak asasi kemanusian
manusia dan harapan atas kejelasan pembunuhan
seperti
genosida,
nasib para korban yang sengaja perang dan pelanggaran hak asasi
politik,
kejahatan
dihilangkan oleh oknum-oknum yang manusia (Crossland, 2000; Connor
bertanggungjawab, dan & Scott, 2001; Haglund et al., 2001;
tidak
peristiwa-peristiwa bencana yang Stover & Ryan 2001; Skinner et al.,
dapat memindahkan dan mengubur 2003; Hunter & Cox, 2005b; Juhl,
para korbannya. Para ahli arkeologi 2005; Wright et al., 2005; Juhl &
forensik ini juga dapat bergabung Olsen,
dan membantu DVI Indonesia baik Fondebrider, 2007; Skinner, 2007;
Bernardi
untuk penanganan para korban Ballbé & Steadman, 2008; Schultz &
beragam bencana dari masa kini Dupras, 2008; Steel, 2008; Blau &
sampai upaya pencarian para Ubelaker, 2009; Congram &
korban pertikaian atau konflik politik Sterenberg, 2009; Flavel & Barker,
di masa lalu. Mereka juga dapat 2009; Sterenberg, 2009; Ubelaker,
permintaan bantuan 2009; Wright & Hanson, 2009; Blau
memenuhi
tenaga profesional oleh pihak & Fondebrider, 2010; Mark, 2010;
misalnya untuk Blau et al., 2011; Cabo et al., 2012;
internasional,
melakukan pencarian dan identifikasi Tuller, 2012; Crossland, 2013;
para korban peristiwa penembakan Kinsella & Blau, 2013).
penumpang komersial Dengan mempertimbangkan
pesawat
Malaysia Airline di peran arkeologi forensik dalam
maskapai
kawasan Ukraina pada 17 Juli 2014 penyelidikan-penyelidikan berkaitan
menewaskan 295 dengan peristiwa-peristiwa forensik,
lalu
yang
penumpang dan awaknya.
Arkeologi Forensik : Perkembangan dan Capaiannya di Indonesia
59 (Rusyad Adi Suriyanto)
Di masa yang akan datang,
PENUTUP
pendirian DVI Indonesia akan terus diupayakan
Penerapan prinsip-prinsip negara kita, agar penanganan para
di
wilayah-wilayah
dan teknik-teknik arkeologis telah korban bencana makin cepat dan
keharusan ketika tepat
menjadi
dengan pemulihan Indonesia,
temuan-temuan terkubur dan sisa- antropologi dan arkeologi forensik
Meskipun
sisa biologis manusia. Penerapan belum diakui secara resmi dalam
metode dan teori arkeologis serta proses tahapan DVI (yakni, tidak
partisipasi aktual ahli arkeologi adanya ruang yang diberikan untuk
terbukti diperlukan untuk membantu rekaman informasinya pada formulir
penyelidikan kasus-kasus medico- DVI untuk blanko merah muda
legal. Peningkatan kebutuhan akan postmortem), disiplin-disiplin
ahli arkeologi forensik ini sesuai merupakan bagian penting dari
itu
makin meningkatnya pendekatan
dengan
pengakuan atas hak-hak asasi penyelidikan bencana massal baik
multidisiplin
untuk
manusia dan harapan atas kejelasan dari
nasib para korban yang sengaja analisisnya.
fase pemulihan
sampai
dihilangkan oleh oknum-oknum yang Sampai 20 tahun terakhir,
bertanggungjawab dan komunitas medico-legal telah mulai
tidak
peristiwa-peristiwa bencana yang merangkul dan
dapat memindahkan dan mengubur sumbangan disiplin-disiplin itu dalam
membutuhkan
para korbannya. Keahlian ini juga setiap kerja penyelidikan dan
untuk membantu identifikasi korban. Dalam konteks
penting
temuan sisa-sisa pedoman untuk proses DVI yang
mengungkap
manusia purba dan kuno milik terdiri atas lima tahapan, arkeologi
negara ini yang diperjual-belikan dan forensik lebih berperan daripada