BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian - Pengaruh Kadar Kalsium Saliva Terhadap Pembentukan Kalkulus Pada Pasien Di Instalasi Periodonsia Rsgm Usu
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan rancangan penelitian cross sectional.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat penelitian ini dilakukan di :
- Instalasi Periodonsia RSGM USU -Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Usu.
3.2.2 Waktu Penelitian :
- Bulan November 2014 sampai Januari 2015
3.3 Populasi dan sampel
3.3.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah pasien yang datang berkunjung ke Instalasi Periodonsia RSGM USU.
3.3.2 Sampel
Sampel penelitian diperoleh dari populasi saliva penderita gingivitis yang berkunjung ke Instalasi Periodonsia RSGM USU. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu pemilihan sampel dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti agar maksud dan tujuan penelitian ini dapat tercapai.
3.3.3 Besar Sampel
27 Perhitungan besar sampel pada penelitian ini menggunakan rumus, yaitu :
2
� � (1 − ) + � (1 − )� =
2
( − )
2
�1,64�0,5 (1 − 0.5) + 0,842 �0,70 (1 − 0,70)� =
2
(0,2) n= 36,345 Keterangan : n= Jumlah sampel minimal α= level of significant, penelitian ini menggunakan α= 10%, sehingga Zα = 1,64 β= power of test, penelitian ini menggunakan β= 20%, sehingga Zβ =0,842 Po= proporsi awal penelitian, pada penelitian ini diggunakan Po =50% Pα= proporsi yang diinginkan dari penelitian, pada penelitian ini digunakan Pα= 70% Pα- Po =20%
Dari hasil perhitungan berdasarkan rumus sampel, maka besar sampel pada
3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.4.1 Kriteria Inklusi :
- Subjek yang berusia 18-55 tahun
- Subjek yang sehat secara sistemik
- Bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian
- Jenis kelamin
3.4.2 Kriteria Eksklusi
- Perokok berat
- Penyakit sistemik
- Pasien yang sedang menjalan terapi hormon
- Pasien yang sedang menjalani perawatan khemoterapi
- Mengkonsumsi obat yang dapat meningkatkan kadar ion kalsium saliva
3.5 Variabel Penelitian Variabel Bebas
- Pasien di Instalasi Periodonsia RSGM USU
Variabel Tergantung
- -Kadar ion kalsium pada sa
- Indek kalkulus Volpe-Manhold Index
Variabel Terkendali
- Alat ukur kadar ion kalsium saliva: Spektrofotometer Serapan Atom -Temperatur ruangan laboratorium
- Kemampuan operator
- Jenis kelamin
Variabel tidak terkendali
- Tingkat pendidikan
3.5.1 Definisi Operasional 1.
Kadar ion kalsium pada saliva adalah jumlah kadar ion kalsium yang terdapat pada saliva. Kadar ion kalsium dari sampel dianalisa dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Pasien dikategorikan kepada saliva normal (1-1,4 Mmol/l), hiperkalsemia ringan (1,43-2 Mmol/l), hiperkalsemia sedang ( 2-3,5 Mmol/l), hiperkalsemia tinggi ( >3,5 Mmol/l) berdasarkan kadar ion kalsium didalam saliva.
23 2.
Whole Saliva adalah campuran atau sekresi yang tidak hanya terdiri dari sekresi saliva, tetapi juga cairan, debris dan sel-sel yang tidak berasal dari kelenjar- kelenjar saliva.
3. Metode Spitting adalah metode pengambilan saliva dengan cara meludah kedalam tabung uji.
4. Periodontitis adalah suatu penyakit inflamasi pada gingiva yang menyebabkan terjadinya perubahan pada gingiva. Ciri-ciri klinis dari periodontitis ditandai dengan adanya perdarahan yang mudah terjadi, perubahan juga terjadi pada warna, konsistensi dan tekstur permukaan gingiva.
5. Kalkulus adalah massa yang padat yang melekat pada permukaan gigi yang diukur menggunakan prob periodontal dan menggunakan metode The Volpe-Manhold
calculus scoring.
6. Pasien di Instalasi Periodonsia adalah pasien yang datang berkunjung ke Instalasi Periodonsia RSGM USU untuk mendapatkan perawatan.
3.6 Alat dan Bahan Penelitian
3.6.1 Alat-alat : 1.
Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) 2. Pot saliva 3. Pipet saliva 4. Probe periodontal UNC 15 (Kohler, Germany)
3.6.2 Bahan Penelitian: 1.
Sampel saliva penderita periodontitis 2. Permen karet wax
3.7 Proses Pengambilan dan Pengumpulan Data
3.7.1 Pengisian Kuesioner
Pemilihan subjek penelitian dilakukan dengan wawancara langsung mengenai identitas subjek dan riwayat gingivitis dengan bantuan kuesioner terhadap para pengunjung di RSGM FKG USU Medan. Subjek yang terpilih diberi penjelasan terlebih dahulu mengenai tujuan, manfaat dan prosedur penelitian yang akan dilakukan dan apabila subjek bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian, maka subjek diminta menandatangani lembar informed consent.
Gambar 4.Peneliti sedang melakukan penjelasan kepada subjek penelitian.
3.7.2 Pemeriksaan Jaringan Periodontal
Jaringan periodontal pasien diperiksa untuk melihat keadaan jaringan periodontal pasien. Dari hasil pemeriksaan tersebut akan ditentukan apakah pasien insisif pertama kiri atas, premolar pertama kiri atas, molar pertama kiri bawah, insisif pertama kanan bawah, dan premolar pertama kanan bawah.
Gambar 5. Peneliti melakukan pemeriksaan rongga mulut pada subjek penelitian.
3.7.3 Pemeriksaan kalkulus
Kalkulus diperiksa menggunakan indek Volpe-Manhold dimana kalkulus diperiksa pada tiga dataran yaitu permukaan mesial,tengah dan distal dengan menggunakan prob periodontal (dalam satuan milimeter) pada permukaan lingual dari keenam gigi anterior mandibula. Untuk pengukuran pada dataran mesial dan distal, kalkulus diukur secara diagonal dengan probe sedangkan untuk pengukuran dataran tengah kalkulus diukur secara tegak lurus dengan prob.
3.7.4 Proses pengumpulan saliva yang stimulasi
Pengumpulan saliva yang stimulasi adalah dengan menginstruksikan subjek untuk mengunyah permen karet wax kemudianmengumpulkan saliva pada dasar mulut selama 5 menit dan meludahkannya pada pot saliva.
Gambar 6. Subjek penelitian membuang saliva ke dalam pot saliva.
3.7.5 Pengukuran Kadar Ion Kalsium Saliva dengan alat Spektrofotometer
Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) adalah suatu alat yang digunakan pada metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam, pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas.
28 Gambar 7. Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) Sebuah sampel cairan biasanya berubah menjadi gas atom melalui tiga langkah yaitu (1) Desolvation (pengeringan): larutan pelarut menguap dan sampel kering. (2) Penguapan: sampel padat berubah menjadi gas. (3) Atomisasi: senyawa berbentuk gas berubah menjadi atom bebas. Cara kerja SSA didasarkan pada penguapan larutan sampel, kemudian logam yang terkandung didalamnya diubah menjadi atom bebas. Atom tersebut mengabsorbsi radiasi dari sumber cahaya yang dipancarkan dari lampu katoda yang mengandung unsur yang akan ditentukan. Banyaknya penyerapan radiasi kemudian diukur pada panjang gelombang tertentu menurut jenis logamnya.
Untuk keperluan analisis kuantitaif dengan SSA, maka sampel harus dalam bentuk larutan. Untuk menyiapkan larutan, disesuaikan dengan jenis sampel. Larutan sampel yang akan dianalisis haruslah sangat encer, jernih, stabil dan tidak mengganggu zat-zat yang akan dianalisis.
3.7.6 Skema Alur Penelitian
Data hasil penelitian dianalisis dengan memakai uji statistik sebagai berikut yaitu uji Pearson untuk melihat pengaruh kadar kalsium saliva terhadap pembentukan kalkulus pada penderita gingivitis.
Pengumpulan Saliva Pemeriksaan Kalkulus
Pengukuran Kadar Kalsium Saliva
Analisis Data
3.8 Pengolahan dan Analisa Data
BAB 4 HASIL PENELITIAN Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari 2015 di Instalasi Periodonsia RSGM USU Medan. Pengumpulan data diperoleh dari kuesioner dan pemeriksaan klinis terhadap sampel pasien di Instalasi Periodonsia RSGM USU. Total subjek yang diperiksa berjumlah 40 orang dan seluruhnya merupakan pasien di Instalasi Periodonsia RSGM USU.
4.1 Data Demografi Subjek Penelitian
51-61 tahun
5 7,5
70 17,5
3
2
7
28
Data demografi subjek penelitian ini terdiri dari jenis kelamin dan kelompok usia dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Distibusi data demografi pasien di Instalasi Periodonsia RSGM USU
No Variabel Jumlah Persentase
18-28 tahun b.
2 Kelompok usia a.
Total 40 100
33 17,5 82,5
7
Perempuan
Laki – laki b.
1 Jenis kelamin a.
29-39 tahun c. 40-50 tahun d. Pada tabel 1 terlihat bahwa sebagian besar subjek berjenis kelamin perempuan yaitu 33 orang (82,5%). Subjek dengan kelompok usia 18-28 tahun merupakan jumlah subjek terbanyak yaitu berjumlah 28 orang (70%) dibandingkan dengan kelompok usia lainnya.
4.2 Data Kebiasaan Oral Higiene
2 Frekuensi penggantian sikat gigi a.
55
20
17,5
22 7,5
8
7
3
> 3 kali setahun
2 kali setahun c. 3 kali setahun d.
1 kali setahun b.
Data kebiasaan oral higiene terdiri dari frekuensi sikat gigi, frekuensi penggantian sikat gigi, kunjungan ke dokter gigi, dan alasan tidak ke dokter gigi yang dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Distribusi data kebiasaan oral higiene pasien di Instalasi Periodonsia RSGM USU
No Variabel Jumlah Persentase
20 2,5
70
1 7,5
8
28
3
> 3 kali
2 kali c. 3 kali d.
1 kali b.
1 Frekuensi sikat gigi a.
Total 40 100 No. Variabel Jumlah Persentase
Total 40 100
13
Total 40 100
20 7,5
20
20
3 32,5
8
8
8
Takut dengan peralatan dokter e. Belum mengetahui pentingnya perawatan gigi
3 Kunjungan ke dokter gigi a.
Perawatan butuh waktu lama c. Penyakit gigi tidak berbahaya d.
Biaya mahal b.
4 Alasan tidak ke dokter gigi a.
Total 40 100
9 77,5 22,5
31
Tidak
Ya b.
Pada tabel 2 terlihat bahwa sebagian besar subjek melakukan penyikatan gigi setiap harinya sebanyak dua kali dimana 28 subjek (70%) melakukan penyikatan gigi dua kali setiap hari. Sebagian besar subjek yaitu 22 subjek (55%) mengganti sikat gigi lebih dari tiga kali setahun. Jumlah subjek yang pernah berkunjung ke dokter gigi lebih banyak daripada yang tidak pernah berkunjung ke dokter gigi yaitu 31 subjek (77,5%). Selain itu, sebanyak 13 orang (32,5%) menyatakan tidak ke dokter gigi karena biaya yang mahal dimana ini merupakan jawaban terbanyak dari subjek penelitian ini.
4.3 Data Riwayat Dental
Data riwayat dental terdiri dari sakit gigi, gusi berdarah dan bau mulut yang dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Distribusi data riwayat dental pasien di Instalasi Periodonsia RSGM USU
No Variabel Jumlah Persentase
1 Sakit gigi a.
28
70 Ya b.
12
30 Tidak
Total 40 100
2 Gusi berdarah a.
27 67,5 Ya b.
13 32,5 Tidak
Total 40 100
3 Bau mulut a.
14
35 Ya b.
26
65 Tidak
Total 40 100
Pada tabel 3 terlihat bahwa jumlah subjek yang pernah sakit gigi berjumlah 28 orang (70%). Sebagian besar subjek mengalami gusi berdarah yaitu sebanyak 27
4.4 Keparahan Periodonsium Berdasarkan Periodontal Disease Index (PDI)
5 Total
4
Tidak ada pembentukan
1 Volpe Manhold Index a.
No Variabel Jumlah Persentase
Tabel menunjukkan data Volpe Manhold Index (VMI) dari keseluruhan subjek penelitian. Pada tabel ini terlihat bahwa sebagian besar subjek yaitu 32 subjek (80%) merupakan subjek dengan pembentukan kalkulus ringan. Tabel 5. Nilai Volpe Manhold Index (VMI) keseluruhan subjek
4.5 Pembentukan Kalkulus Berdasarkan Volpe Manhold Index (VMI)
40 100
80
Tabel berikut ini merupakan data dari Periodontal Disease Index (PDI) keseluruhan subjek penelitian. Pada tabel ini terlihat bahwa sebagian besar subjek yaitu 32 subjek (80%) merupakan penderita gingivitis. Tabel 4. Nilai Periodontal Disease Index (PDI) keseluruhan subjek
15
2
32
6
Gingivitis c. Periodontitis
Normal b.
1 Periodontal Disease Index a.
No Variabel Jumlah Persentase
10
Total 40 100
4.6 Kadar Kalsium Saliva Distimulasi
Data ini terdiri dari kadar kalsium saliva distimulasi keseluruhan subjek yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 6. Nilai kadar kalsium saliva distimulasi keseluruhan subjek
No. Nilai Jumlah Persentase
1 Saliva Normal 7 17,5
2 Hiperkalsemia Ringan 11 27,5
3 Hiperkalsemia Sedang 16 27,5
4 Hiperkalsemia Tinggi
6
15 Total
40 100
Pada tabel 6 terlihat bahwa sebagian besar subjek penelitian memiliki hiperkalsemia sedang yaitu 16 subjek (40%) dan sebagian kecil memiliki kadar kalsium saliva yang normal yaitu 7 orang (17,5%).
4.7 Pengaruh Kadar Kalsium Saliva Distimulasi Dengan Volpe Manhold Index (VMI)
Hasil penelitian mengenai kadar kalsium saliva distimulasi dengan Volpe
Manhold Index (VMI) secara umum menunjukkan ada pengaruh antara kadar kalsium
saliva terhadap Volpe Manhold Index (VMI) dimana peningkatan dari kadar kalsium saliva dengan Volpe Manhold Index (VMI). Data penelitian dapat dilihat pada tabel 7 berikut : Tabel 7. Nilai kadar kalsium saliva distimulasi keseluruhan subjek dengan Volpe
Manhold Index
Saliva Korelasi Hasil uji statistik Kadar kalsium saliva 0,658 0,000* Keterangan: * Uji Korelasi Pearson signifikan pada nilai p < 0,05
4.8 Pengaruh Kadar Kalsium Saliva Distimulasi Dengan Periodontal
Disease Index (PDI)
Hasil penelitian mengenai kadar kalsium saliva distimulasi dengan
Periodontal Disease Index (PDI) secara umum menunjukkan adanya pengaruh
dengan korelasi moderat yang signifikan antara kadar kalsium saliva terhadap
Periodontal Disease Index (PDI) dimana peningkatan dari kadar kalsium saliva
diikuti dengan peningkatan skor Periodontal Disease Index (PDI). Data penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 9. Nilai kadar kalsium saliva distimulasi keseluruhan subjek dengan
Periodontal Disease Index
Saliva Korelasi Hasil uji statistik Kadar kalsium saliva 0,421 0,007* Keterangan: * Uji Korelasi Pearson signifikan pada nilai p < 0,05
BAB 5 PEMBAHASAN Subjek yang menjadi sampel penelitian ini adalah pasien di Instalasi Periodonsia RSGM USU yang berusia antara 18 tahun hingga 55 tahun. Alat yang
digunakan untuk mengukur kadar ion kalsium adalah Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan kadar ion kalsium saliva pada pasien yang mengalami penyakit periodontal yang berkunjung ke Instalasi Periodonsia RSGM USU. Selain itu, penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui hubungan antara usia, oral hygiene dan pembentukan kalkulus pada pasien yang memiliki penyakit periodontal terhadap kadar ion kalsium saliva.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kadar ion kalsium saliva pada pembentukan kalkulus pada pasien yang memiliki penyakit periodontal. Menurut Malikha NZ dkk, kadar ion kalsium normal pada saliva adalah
29
1-2 mmol/L. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakuan oleh Sevon L dkk, dimana terjadi peningkatan kadar ion kalsium pada pembentukan
13 kalkulus pasien periodontitis.
Pada tabel 1 terlihat sebagian besar subjek adalah perempuan yaitu 33 orang (82,5%). Subjek dengan kelompok usia 18-28 tahun merupakan jumlah subjek tidak ke dokter gigi. Menurut data frekuensi menyikat gigi, didapat bahwa frekeunsi terbanyak subjek menyikat gigi adalah sebanyak 2 kali sehari yaitu 28 orang (70%). Frekuensi penyikatan gigi sangat berpengaruh terhadap oral higiene. Berdasarkan survey olehAdult Dental Health Survey (ADHS) tahun 1998 di Inggris, pada frekuensi menyikat gigi minimal dua kali sehari menunjukkan plak gigi yang lebih
30
sedikit dibandingkan dengan frekuensi penyikatan gigi sehari sekali. Namun hal initidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suma G, dkk. Menurut penelitian Suma G, dkk. sebanyak 63 subjek (82,89%) menyikat gigi hanya satu kali
31
setiap harinya dan 17,11% yang menyikat gigi dual kali sehari. Hal ini menunjukkan subjek mengetahui prosedur pemeliharan kebersihan rongga mulut dengan baik. Pengetahun tersebut mungkin diperoleh subjek dari guru atau orangtua.
Frekuensi penggantian sikat gigi juga memengaruhi kondisi oral higiene. Hal ini karena sikat gigi yang lama tidak diganti dapat menyimpan mikoorganisme dan memiliki bulu sikat yang keras dan kasar sehingga dapat merusak lapisan gigi dan gusi. Pada penelitian ini, didapat bahwa frekuensi terbanyak penggantian sikat gigi adalahlebih dari 3 kali setahun yaitu 22 orang (55%). Hal ini sejalan dengan
American Dental Association (ADA) yang menganjurkan untuk melakukan
penggantian sikat gigi setiap 3-4 bulan sekali atau bisa lebih cepat jika bulu sikat
32
telah rusak. Sehingga dari penelitian ini, diketahui subjek mempunyai kesadaran yang tinggi bahwa kepentingan kesehatan rongga mulut. Data riwayat dental subjek meliputi sakit gigi, gusi berdarah dan bau mulut. Data riwayat dental subjek menunjukkan bahwa sebagian besar subjek (32,5%) mengatakan biaya mahal yang menjadi alasannya tidak melakukan kunjungan ke dokter gigi apabila sakit gigi.
Pada penelitian ini, kadar ion kalsium dapat dianalisis dengan menggunakan
33 Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Hal ini bertujuan untuk mengetahui kadar
ion kalsium dan hubungannya terhadap Volpe-Manhold Index (VMI) dan Periodontal penelitian, 32 orang (80%) adalah subjek dengan pembentukan kalkulus yang ringan sedangkan 4 orang (10%) merupakan subjek dengan pembentukan kalkulus yang berat. Dalam penelitian, terlihat bahwa subjek yang memiliki saliva normal yaitu 7 orang (17,5%), subjek yang hiperkalsemia ringan yaitu 11 orang (27,5%), subjek yang hiperkalsemia sedang yaitu 16 orang (40%) dan subjek yang hiperkalsemia tinggi yaitu 6 orang (15%). Dalam hasil penelitian, terlihat bahwa 16 orang (40%) subjek menderita hiperkalsemia sedang dari 40 orang subjekDari hasil penelitian terlihat bahwa subjek yang memiliki kadar kalsium yang tinggi ( > 1,14 Mmol/l) tidak sememestinya cenderung menjadi subjek yang dengan pembentukan kalkulus yang berat. Hal ini karena subjek yang memiliki kadar ion kalsium yang tinggi mungkin melakukan penyikatan gigi sebanyak 2 kali sehari dan menjaga oral higiene yang baik sehingga dengan kadar ion kalsium yang tinggi dalam rongga mulut tidak menjadi salah satu faktor yang menyebabkan pembentukan plak yang banyak.Hasil penelitian ini menjelaskan hubungan bahwa subjek yang mempunyai hiperkalsemia saliva mempunyai skor VMI yang tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian Acharya dkk cit Avn WA yang menyatakan bahwa subjek yang mempunyai kadar ion kalsium yang tinggi cenderung mempunyai risiko pembentukan kalkulus yang tinggi karena kadar kalsium saliva merupakaan salah satu faktor yang penting dalam pembentukan
34
kalkulus dalam rongga mulut. Namun hal ini tidak sejalan dengan penelitian Dumitrescu AL, yang menyatakan bahwa peningkatan kelompok periodontitis
35 memiliki hubungan yang signifikan dengan tingginya kalsium pada saliva.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini juga menunjukkan hasil korelasi positif yang signifikan ( p<0,05 ) dengan hubungan yang moderat dari kadar ion kalsium saliva terhadap Periodontal Disease Index (PDI) secara umum. Hal ini menunjukkan kenaikan kadar ion kalsium saliva diikuti dengan kenaikan skor
Periodontal Disease Index . Dari hasil penelitian terlihat bahwa 32 orang ( 80% )
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien dengan kadar ion kalsium saliva yang lebih tinggi cenderung untuk mempunyai penumpukan kalkulus yang lebih banyak. Hal ini diperkirakan karena kadar kalsium saliva yang tinggi dapat mendukung pembentukan kalkulus dengan cara meningkatkan kejenuhan dari komponen kalkulus pada plak gigi. Penelitian Sewon L dkk, juga menunjukkan bahwa kadar ion kalsium saliva sangat penting untuk deposisi dari kalsium fosfat yang dapat mendukung
13
mineralisasi plak sehingga terbentuk kalkulus. Kandungan mineral dari kalkulus antara lain terdiri dari kalsium fosfat dalam empat bentuk yang berbeda seperti hidroksiapatit, trikalsium fosfat, oktakalsium fosfat dan dikalsium fosfat, dari keempat bentuk tersebut, hidroksiapatit adalah bentuk yang paling utama.. Ketika keadaan kadar kalsium saliva berada diatas nilai kritis, kadar ion kalsium akan mengalami kejenuhan karena hidroksiapatit sehingga meningkatkan kecenderungan deposit dari kalkulus dan remineralisasi dari lesi white spot enamel. Oleh sebab itu, pembentukan kalkulus lebih dapat terjadi ketika kadar ion kalsium melebihi kadar ion kalsium yang normal yaitu 1,14 Mmol/l dalam jangka waktu yang lama. Sebaliknya, pasien dengan kadar kaslium saliva yang rendah (< 1,14 Mmol/l) mempunyai penumpukan kalkulus yang lebih sedikit. Menurut Ginayah M dkk, kadar ion kalsium
37
normal pada saliva adalah 1-1,4 mmol/L. Hal ini disebabkan karena pada kadar kalsium saliva yang normal (1,14Mmol/l), kristal kalsium fosfat cenderung larut dan sebaliknya, pada kadar ion kalsium yang tinggi, periodontitis cenderung banyak terjadi.Hal ini sesuai dengan penelitian Khan Gj dkk menunjukkan adanya hubungan yang signifikan terhadap tingginya konsentrasi kalsium pada kelompak penderita
38 periodontitis.
Hipotesis penelitian ini yaitu ada pengaruh dari kadar ion kalsium saliva terhadap pembentukan kalkulus diterima. Hal ini terbukti dengan diperolehnya hasil penelitian yang menunjukkan bahwa individu dengan kadar ion kalsium saliva yang
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pengukuran kadar ion kalsium saliva pada pasien periodontitis disimpulkan bahwa:
1. Peningkatan kadar ion kalsium saliva pada pasien penderita penyakit periodontal yang berkunjung ke Instalasi Periodonsia RSGM USU.
2. Ada pengaruh yang signifikan (p< 0,05 ) antara Periodontal Disease
Index dengan kadar ion kalsium saliva pada pasien periodontitis, yaitu terjadi
peningkatan kasar ion kalsium saliva seiring dengan tambahnya pembentukan kalkulus.
3. Ada pengaruh yang signifikan (p <0,05 ) antara Volpe-Manhold
Index dengan kadar ion kalsium saliva pada pasien periodontits, dimana pada pasien
periodontitis dengan pembentukan kalkulus yang tinggi memiliki kadar ion kalsium saliva lebih tinggi dibandingkan dengan pasien periodontitis yang memiliki pembentukan kalkulus yang rendah.
6.2 Saran 1.
Pada penelitian selanjutnya diharapkan tempat pengambilan sampel saliva sama dengan tempat laboratorium menguji kadar ion kalsium saliva agar sampel saliva dapat diuji selepas pengambilannya untuk mencegah perubahan suhu atau fiziknya sampel.
2. Saliva diharapkan kedepannya dapat dijadikan sebagai alat diagnostik untuk penyakit periodontal dalam bidang kedokteraan gigi.
3. Pada penelitian ini, jumlah sampel perempuan lebih banyak daripada laki-