PENGARUH PERBEDAAN INDIVIDU DAN LINGKUNGAN SOSIO-BUDAYA TERHADAP BEHAVIORAL INTENTION GOOGLE PLUS : Survei terhadap Pengguna Google Plus di Indonesia.

(1)

PENGARUH PERBEDAAN INDIVIDU DAN LINGKUNGAN SOSIO-BUDAYA TERHADAP BEHAVIORAL INTENTION GOOGLE PLUS

(Survei terhadap Pengguna Google Plus di Indonesia)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Sidang Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Manajemen Bisnis

Oleh Imam Budiarto

0906260

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MANAJEMEN BISNIS FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH PERBEDAAN INDIVIDU DAN LINGKUNGAN SOSIO-BUDAYA TERHADAP BEHAVIORAL INTENTION GOOGLE

PLUS

(Survei terhadap Pengguna Google Plus di Indonesia)

Skripsi ini Disetujui dan Disahkan oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Lili Adi Wibowo, S.Sos., S.Pd., M.M

NIP. 19690404 199903 1 001

Drs. Bambang Widjajanta, M.M NIP. 19611022 198903 1 002

Mengetahui, Dekan Fakultas

Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia

Ketua Program Studi Pendidikan Manajemen Bisnis

Dr. H. Edi Suryadi, M.Si. NIP. 19600412 198603 1 002

Dr. Lili Adi Wibowo, S.Sos., S.Pd., M.M

NIP. 19690404 199903 1 001 Tanggung Jawab Yuridis


(3)

Imam Budiarto NIM. 0906260

PENGARUH PERBEDAAN INDIVIDU DAN LINGKUNGAN SOSIO-BUDAYA TERHADAP BEHAVIORAL INTENTION GOOGLE PLUS

(Survei terhadap Pengguna Google Plus di Indonesia)

Oleh Imam Budiarto

0906260

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

©Imam Budiarto 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

April 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis


(4)

Skripsi ini diuji pada

Hari/Tanggal : Selasa, 22 Januari 2013 Waktu : 09.00 s.d 10.30

Tempat : Ruang G.02 Gedung Garnadi

Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia

Panitia ujian terdiri dari:

1. Ketua : Dr. H. Edi Suryadi, M.Si. NIP. 19600412 198603 1 002

2. Sekretaris : Dr. Lili Adi Wibowo, S.Sos., S.Pd., M.M NIP. 19690404 199903 1 001

3. Anggota :1. Prof. Dr. H. Disman, M.Si NIP. 19590209 198412 1 0001

2. Dr. Kusnendi, M.Si

NIP. 196001221 198403 1 003 4. Penguji I : Prof. Dr. H. Agus Rahayu, M.Si. NIP. 19620607 198703 1 002 5. Penguji II : Drs. Girang Razati, M.Si. NIP. 19630729 199302 1 001


(5)

(6)

), “

Budaya terhadap Behavioral Intention Google Plus (Survei terhadap Pengguna Google

Plus di Indonesia)”. Di bawah bimbingan Dr. Lili Adi Wibowo, S.Sos., S.Pd., M.M. dan Drs. Bambang Widjajanta, M.M

Pertumbuhan pengguna internet umumnya di dunia dan khususnya di Indonesia terciptanya industri-industri baru. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh industri social networks dengan penetrasi pengguna sebesar 90% dari pengguna internet di Indonesia. Hal tersebut menimbulkan kedatangan pemain baru yang salah satunya adalah Google Plus.

Google Plus telah mencatat prestasi yang luar biasa dengan kemampuannya menarik 25 juta pengguna dalam waktu kurang dari 1 bulan. Namun rata-rata intensitas dan waktu kunjungan pengguna masih rendah. Hal ini menunjukan perilaku konsumen terutama berhubungan dengan penerimaan teknologi dan niat berperilaku masih rendah. Sebelum perilaku terjadi, yang bisa ditelusuri adalah niat berperilaku (behavioral intention). Niat berperilaku inilah yang diharapkan bisa mendekati perilaku sebenarnya. Google melakukan strategi untuk mengatasi hal tersebut yaitu melalui pendekatan perilaku konsumen. Google mengembangkan produknya sesuai dengan perbedaan individu dan lingkungan sosio-budaya pengguna.

Penelitian ini bertujuan untuk 1).memperoleh temuan mengenai perbedaan individu pengguna Google Plus, 2).memperoleh temuan mengenai lingkungan sosio-budaya pengguna Google Plus, 3).memperoleh temuan mengenai behavioral intention pengguna Google Plus dan 4).memperoleh temuan mengenai pengaruh perbedaan individu dan lingkungan sosio-budaya terhadap behavioral intention pengguna Google Plus baik secara simultan maupun parsial. Objek penelitian ini adalah pengguna Google Plus di Indonesia. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Perbedaan Individu (X1) dan Lingkungan Sosio-Budaya (X2) terhadap

Behavioral Intention sebagai variabel tidak bebas (Y). Jenis penelitian yang digunakan adalah

deskriptif, verifikatif, dan metode yang digunakan adalah explanatory survey dengan teknik

simple random sampling, dengan jumlah sampel 130 responden. Teknik analisa data yang

digunakan adalah partial least square path-modeling (PLS-PM) dengan alat bantu software komputer XLSTAT PLS-PM 2012. Hasil yang diperoleh dalam penelitian menyatakan bahwa perbedaan individu dan lingkungan sosio-budaya berpengaruh terhadap behavioral intention sebesar 68%, dimana lingkungan sosio-budaya berkontribusi sebesar 71,86% dan perbedaan individu sebesar 28,14%. Dari hasil penelitian terhadap pengujian hipotesis dapat diketahui bahwa perbedaan individu dan lingkungan sosio-budaya memiliki pengaruh yang positif terhadap behavioral intention.

Kata kunci: perbedaan individu, lingkungan sosio-budaya, behavioral intention


(7)

Indonesia)”. Widjajanta, M.M

The growth of Internet users generally in the world and particularly in Indonesia has creating new industries. The highest growth was reached by the industry social networks with user penetration rate of 90% of internet users in Indonesia. This sparked the arrival of new players, one of which is Google Plus.

Google Plus has recorded remarkable achievements to its ability to attract 25 million users in less than 1 month. However, the average intensity and time of user visits is low. This shows consumer behavior, especially related to technology acceptance and intention to behave is still low. Before the behavior occurs, which can be traced is the intention to behave (behavioral intention). Behavioral intention is what is expected to be close to the actual behavior. Google pursuing a strategy to overcome this is through the approach of consumer behavior. Google develops its products according to individual differences and socio-cultural environment of users.

The purpose of research are: 1). To obtain information and indications about Individual Differences Google Plus user, 2) To obtain information and indications about Socio-Cultural Environment Google Plus user and 3) To obtain information and indications about Behavioral Intention Google Plus user 3) To obtain affection of the impact of Individual Differences and Socio-Cultural Environment on Behavioral Intention Google Plus user simultaneously or partially.

The targets of the research are users of Google Plus in Indonesia. The independent variables in this research are individual differences (X1) and socio-cultural environment (X2) on behavioral intention as dependent variables. The research is descriptive, verificative with an explanatory survey method though a random sampling technique, involving 130 respondents. The data analysis technique used is partial least square path-modeling (PLS-PM) supported by computer software XLSTAT PLS-PM 2012. The result of the survey indicates that individual differences and socio-cultural environment has a positive impact on behavioral intention by 68% with socio-cultural environment contribute as much 71.86% and 28.14% for individual differences. The result of the hypothetical test shows that individual differences and socio-cultural environment has a positive effect on behavioral intention.


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 19

1.3. Rumusan Masalah ... 20

1.3. Tujuan Penelitian ... 20

1.4. Kegunaan Penelitian ... 21

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS 23 2.1 Kajian Pustaka ... 23

2.1.1 Konsep Perbedaan Individu dan Lingkungan Sosio-Budaya dalam Perilaku Konsumen ... 23

2.1.1.1 Konsep Perbedaan Individu ... 26

2.1.1.1.1 Definisi Perbedaan Individu ... 26

2.1.1.1.2 Dimensi Perbedaan Individu ... 26

2.1.1.2 Konsep Lingkungan Sosio-Budaya ... 39

2.1.1.2.1 Definisi Lingkungan Sosio-Budaya ... 39

2.1.1.2.2 Dimensi Lingkungan Sosio-Budaya ... 40

2.1.2 Behavioral Intention (Niat Berperilaku) ... 52


(9)

2.1.2.2 Dimensi Behavioral Intention ... 53

2.1.2.3 Model Behavioral Intention ... 54

2.1.3 Pengaruh Perbedaan Individu dan Lingkungan Sosio-Budaya terhadap Behavioral Intention ... 59

2.1.4 Orisinalitas Penelitian ... 60

2.2 Kerangka Pemikiran ... 64

2.3 Hipotesis ... 73

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ... 75

3.1 Objek Penelitian ... 75

3.2 Metode Penelitian ... 76

3.2.1 Jenis dan Metode yang Digunakan ... 76

3.2.2 Operasionalisasi Variabel ... 77

3.2.3 Jenis dan Sumber Data ... 83

3.2.4 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 84

3.2.4.1 Populasi ... 84

3.2.4.2 Sampel ... 85

3.2.4.3 Teknik Sampling ... 87

3.2.5 Teknik Pengumpulan Data ... 89

3.2.6 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 92

3.2.6.1 Hasil Pengujian Validitas ... 92

3.2.6.2 Hasil Pengujian Reabilitas ... 99

3.2.7 Teknik Analisis Data ... 101

3.2.7.1 Analisis Deskriptif ... 103

3.2.7.2 Analisis Verifikatif ... 104

3.2.8 Pengujian Hipotesis ... 117

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 119

4.1 Profil Perusahaan dan Pengguna Google Plus ... 119

4.1.1 Profil Perusahaan ... 119

4.1.1.1 Visi dan Misi Google Inc ... 120


(10)

4.1.1.3 Produk dan Layanan Google Inc ... 121

4.1.1.4 Pelaksanaan Perbedaan Individu dan Lingkungan Sosio-Budaya Google Plus ... 123

4.1.2 Profil Pengguna Google Plus ... 125

4.1.2.1 Profil Berdasarkan Intensitas Menggunakan Google Plus ... 125

4.1.2.2Jenis Kelamin dan Usia Dikaitkan dengan Intensitas Menggunakan Google Plus ... 126

4.1.2.3 Jenis Kelamin dan Lama Menggunakan Dikaitkan dengan Intensitas Menggunakan Google Plus ... 129

4.1.2.4 Jenis Kelamin dan Lama Kunjungan Dikaitkan dengan Intensitas Menggunakan Google Plus ... 130

4.1.2.5 Akses Internet dan Lama Penggunaan Internet Dikaitkan dengan Intensitas Menggunakan Google Plus ... 132

4.1.2.6 Pendidikan dan Pekerjaan Dikaitkan dengan Intensitas Menggunakan Google Plus ... 134

4.1.2.7 Uang Saku atau Penghasilan dan Pekerjaan Dikaitkan dengan Intensitas Menggunakan Google Plus ... 136

4.1.2.7Alasan Menggunakan Google Plus ... 139

4.2 Tanggapan Pengguna Google Plus terhadap Perbedaan Individu ... 141

4.2.1 Perbedaan Individu ... 141

4.2.2 Dimensi-dimensi Perbedaan Individu ... 141

4.2.2.1 Motivasi Pengguna Google Plus ... 141

4.2.2.2 Persepsi Pengguna Google Plus ... 144

4.2.2.3 Pembelajaran Pengguna Google Plus ... 145

4.2.2.4 Kepribadian Pengguna Google Plus ... 147

4.2.2.5 Rekapitulasi Dimensi Perbedaan Individu ... 148

4.3 Tanggapan Pengguna Google Plus terhadap Lingkungan Sosio-Budaya .... 151

4.3.1 Lingkungan Sosio-Budaya ... 151

4.3.2 Dimensi-dimensi Lingkungan Sosio-Budaya ... 151

4.3.2.1 Pengaruh Keluarga Pengguna Google Plus ... 151


(11)

4.3.2.3 Sumber Non-Komersial Pengguna Google Plus ... 154

4.3.2.4 Kelas Sosial Pengguna Google Plus ... 155

4.3.2.5 Subbudaya dan Budaya Pengguna Google Plus ... 156

4.3.2.6 Rekapitulasi Dimensi Lingkungan Sosio-Budaya ... 157

4.4 Tanggapan Pengguna Google Plus terhadap Behavioral Intention ... 160

4.4.1 Behavioral Intention ... 160

4.4.2 Dimensi-dimensi Behavioral Intention ... 161

4.4.2.1 Loyalty to Company Pengguna Google Plus ... 162

4.4.2.2 Propensity to Switch Pengguna Google Plus ... 163

4.4.2.3 Willingness to Pay More Pengguna Google Plus ... 164

4.4.2.4 External Response to Problem Google Plus ... 165

4.4.2.5 Internal Response to Problem Pengguna Google Plus ... 166

4.4.2.6 Rekapitulasi Dimensi Behavioral Intention ... 168

4.5 Pengujian Hipotesis Perbedaan Individu dan Lingkungan Sosio-Budaya terhadap Behavioral Intention ... 170

4.5.1 Uji Asumsi Klasik ... 171

4.5.2 Evaluasi Model Pengukuran ... 174

4.5.3 Evaluasi Model Struktural ... 180

4.6 Implikasi Hasil Penelitian ... 184

4.6.1 Temuan Penelitian Bersifat Teoritis ... 184

4.6.2 Temuan Penelitian Bersifat Empirik ... 186

4.7 Implikasi Hasil Penelitian Behavioral Intention pada Pendidikan Manajemen Bisnis ... 189

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 193

5.1 Kesimpulan ... 193

5.2 Rekomendasi ... 194

DAFTAR PUSTAKA ... 192


(12)

DAFTAR TABEL

No Tabel

Judul Tabel Hal

1.1 World Internet Usage and Population Statistics………..……… 3

1.2 Pengguna Internet di Indonesia……… 5

1.3 Top 5 Social Networking Sites (SNs) and User in Indonesia………... 6

1.4 User Activity Top 5 Social Networking Sites (SNs)……… 10

1.5 Rata-rata Kunjungan Google Plus... 11

1.6 Strategi Google Plus... 15

1.7 Dorongan untuk Menggunakan Google Plus...…………..……… 19

2.1 Ciri Kepribadian Dari Cattel……… 37

2.2 Definisi dari Determina Penerimaan dan Penggunaan Teknologi………... 58

2.3 Orisinalitas Penelitian……….. 61

3.1 Operasionalisasi Variabel……… 79

3.2 Jenis dan Sumber Data………. 84

3.3 Proporsi Pengguna Google Plus ...…..………... 91

3.4 Hasil Pengujian Validitas Perbedaan Individu………... 95

3.5 Hasil Pengujian Validitas Lingkungan Sosio-Budaya………... 97

3.6 Hasil Pengujian Validitas Behavioral Intention………... 98

3.7 Hasil Pengujian Realibilitas………. 101

3.8 Skor Alternatif Jawaban Positif dan Negatif……… 102

3.9 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi………. 118

4.1 Strategi Google Plus 2012……… 123

4.2 Profil Pengguna Berdasarkan Intensitas Menggunakan Google Plus……….. 125

4.3 Keterkaitan antara Jenis Kelamin dan Usia dengan Intensitas Menggunakan Google Plus……….. 127

4.4 Keterkaitan antara Jenis Kelamin dan Lama Menggunakan dengan Intensitas Menggunakan Google Plus……… 129

4.5 Keterkaitan antara Jenis Kelamin dan Lama Kunjungan dengan Intensitas Menggunakan Google Plus……….. 131


(13)

4.6 Keterkaitan antara Akses Internet dan Lama Penggunaan Internet dengan

Intensitas Menggunakan Google Plus……….. 132

4.7 Keterkaitan antara Pendidikan dan Pekerjaan dengan Intensitas Menggunakan Google Plus……… 134

4.8 Keterkaitan antara Pekerjaan dan Uang Saku dengan Intensitas Menggunakan Google Plus……….. 137

4.9 Keterkaitan antara Pekerjaan dan Penghasilan dengan Intensitas Menggunakan Google Plus……….. 138

4.10 Alasan Menggunakan Google Plus……….. 140

4.11 Tanggapan Pengguna terhadap Motivasi………. 142

4.12 Tanggapan Pengguna terhadap Persepsi………. 144

4.13 Tanggapan Pengguna terhadap Pembelajaran………. 146

4.14 Tanggapan Pengguna terhadap Kepribadian..………. 147

4.15 Rekapitulasi Dimensi Perbedaan Individu………... 148

4.16 Tanggapan Pengguna terhadap Pengaruh Keluarga………. 152

4.17 Tanggapan Pengguna terhadap Sumber Informasi………. 153

4.18 Tanggapan Pengguna terhadap Sumber Nonkomersial………... 155

4.19 Tanggapan Pengguna terhadap Kelas Sosial..………. 156

4.20 Tanggapan Pengguna terhadap Subbudaya dan Budaya……….. 157

4.21 Rekapitulasi Dimensi Lingkungan Sosio-Budaya………... 158

4.22 Tanggapan Pengguna terhadap Loyality to Company ………. 162

4.23 Tanggapan Pengguna terhadap Propensity to Switch………. 163

4.24 Tanggapan Pengguna terhadap Willingness to Pay More……...………. 164

4.25 Tanggapan Pengguna terhadap External Response to Problem………. 166

4.26 Tanggapan Pengguna terhadap Internal Response to Problem ………. 167

4.27 Rekapitulasi Dimensi Behavioral Intention………... 168

4.28 Multikolieritas ……… 172

4.29 Output Uji Linearitas ……… 174

4.30 Reability Item………... 175

4.31 Composite Reability ………... 177


(14)

4.33 Discriminant Validity………... 179

4.34 Path Coefficient………... 181

4.35 R2 (Behavioral Intention)………..………... 183

4.36 Effect Size f2………. 183


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Curriculum Vitae (CV)

Lampiran 2

Kuesioner

Lampiran 3

Karakteristik dan Pengalaman Responden

Lampiran 4

Koding Tanggapan Pengguna terhadap Perbedaan Individu, Lingkungan Sosio-Budaya, dan Behavioral

Intention

Lampiran 5

Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 6

Pengujian Partial Least Square Path Modeling

Lampiran 7

Rekapitulasi Bimbingan Skripsi

Lampiran 8

R Product Moment

Lampiran 9

Tabel Distribusi F

Lampiran 10 Lampiran 11 Lampiran 12

Lampiran 13

Daftar Distribusi Tabel t

Hasil Uji Heterokedastisitas dengan Park

Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov Tabel Durbin-Watson


(16)

No Gambar

Judul Gambar Hal

1.1 World Internet Usage Growth 1995-June 2012... 2

1.2 Asia Top Internet Countries

……….………

3

1.3 Ukuran Populasi Online (MM) di Asia Tenggara ………...…

4

1.4 Kategori-Kategori Pengguna Internet di Indonesia ……….…

5

1.5 Pertumbuhan Pengguna Social Media dalam

Bulan……….

7

1.6 Pertumbuhan Pengguna Google Plus……... 8 1.7 100 Merek Utama Pengguna Facebook dan/atau Google

Plus...

9

1.8 Persentase Pengguna Aktif dan Non-Aktif Google Plus………...

11

2.1 A Model of Comsumer Decision Making

……….…

25

2.2 Model of The Motivation

Process……….

27

2.3 Model Theory of Reasoned Action

(TRA)………

55

2.4 Model Theory Acceptance Model

(TAM)………..

56

2.5 Model Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) ………... 58 2.6 2.7 Kerangka Pemikiran……….………... Paradigma Penelitian………... 72 73


(17)

4.1 Grafik Heterokedastisitas

……….……… 172

4.2 Grafik Normalitas

……….. 173

4.3 Pengaruh Perbedaan Individu Dan Lingkungan Sosio-Budaya

Terhadap Behavioral

Intention……….………… 182

4.4 Model Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT)


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Internet merupakan penemuan manusia yang memberikan banyak perubahan di abad ke-20. Internet telah mewarnai banyak kehidupan manusia mulai dari mempermudah pekerjaan, mengeratkan hubungan pertemanan, pencarian informasi, pembelian barang, berkomunikasi, dan bertukar pendapat. John Naisbit telah memprediksikan kehadiran era digital ini dalam buku Megatrend 2000 di tahun 1990. Dengan sepuluh arahan penting dan prediksi masa depan bagi kehidupan bisnis. Salah satunya adalah internet yang akan merubah pola perilaku dan kehidupan manusia.

Menurut riset Nielsen penggunaan internet mancapai 5 jam per hari menandingi penggunaan media lainya seperti televisi, radio dan media lainnya (www.nielsenwire.com akses 2/11/2012, 16:25). Setiap menit terkirim 84.166.667 email, lebih dari 100.000 tweet dibuat oleh pengguna twitter, 217 pengguna baru

mobile web, merek dan organisasi di Facebook menerima 34.722 like, serta

konsumen menghabiskan uang sebanyak US$ 272.000 pada toko online (www.domo.com akses 17/11/2012, 21:45). Fakta tersebut menunjukan bahwa internet memiliki peranan yang sangat signifikan dalam merubah kehidupan bisnis, ekonomi, teknologi, sosial, dan peradaban manusia di Abad ke-20.

Pertumbuhan pengguna internet meningkat cepat secara eksponensial. Menurut internetworldstats.com pengguna internet dunia pada tahun 1995 hanya


(19)

sebesar 16 juta pengguna. Meningkat menjadi 361 juta pengguna di tahun 2000, pada tahun 2005 menembus angka 1 milyar pengguna, 1,8 milyar pengguna di tahun 2009, dan di tahun 2012 sudah mencapai 2,4 milyar pengguna. Pertumbuhan pengguna internet didunia secara kumulatif dari tahun 1995 hingga 2012 mencapai 15.037,5%. Jumlah pengguna dan pertumbuhan pengguna internet dari tahun 1995 hingga tanun 2012 dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Sumber : www.internetworldstats.com Copyright © 2012. Miniwatts Marketing Group (Akses: 7/11/2012, 13:20)

GAMBAR 1.1

WORLD INTERNET USAGE GROWTH 1995 JUNE 2012

Pengguna internet sebesar 2,4 milyar tersebar ke dalam 7 wilayah, yaitu Afrika, Asia, Eropa, Timur Tengah, Amerika Utara, Amerika Selatan-Karibia, dan Australia-Oceania. Asia merupakan pengguna internet terbesar dengan 44,8% dari pengguna internet dunia. Afrika mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 3.606,7%. Penetrasi pengguna internet terbesar berada di Amerika Utara sebesar 78,6% dari populasi peduduknya. Data jumlah dan pertumbuhan pengguna internet serta penetrasi dari setiap wilayah dapat dilihat di Tabel 1.1


(20)

TABEL 1.1

WORLD INTERNET USAGE AND POPULATION STATISTICS JUNE 30,2012

Sumber : www.internetworldstats.com Copyright © 2012. Miniwatts Marketing Group (Akses: 7/11/2012, 13:20)

Berdasarkan Tabel 1.1 menunjukan bahwa pengguna internet terbesar di dunia berada di Asia dengan jumlah pengguna 1.076.681.059 jiwa yang mencakup 44,8% dari total pengguna internet di dunia. Jumlah tersebut masih berpeluang untuk tumbuh karena penetrasi pengguna internet di Asia masih 27,5% dari seluruh populasi Asia yang artinya masih ada sekitar 2,8 milyar penduduknya yang belum menggunakan internet. Sepuluh negara pengguna internet tertinggi di Asia ditunjukan pada Gambar 1.2

Sumber : www.internetworldstats.com Copyright © 2012. Miniwatts Marketing Group (Akses: 7/11/2012, 13:20)

GAMBAR 1.2

ASIA TOP INTERNET COUNTRIES JUNE 30, 2012


(21)

Berdasarkan Gambar 1.2 terlihat bahwa pengguna internet kelima terbesar di Asia adalah Cina kemudian diikuti oleh India, Jepang, Indonesia, dan Korea Selatan. Dari potensi pengguna internet terlihat bahwa pengguna dari Asia Tenggara mendominasi 10 besar pengguna internet di Asia dengan 5 negara. Kemudian Asia Timur dengan 3 negara dan Asia Selatan 2 negara.

Asia Tenggara merupakan kawasan yang cukup stabil secara politik dan militer dengan pertumbuhan ekonomi yang terus mengalami peningkatan. Kawasan ini merupakan kekuatan ekonomi baru di Asia, selain kekuatan lama Cina dan India. Peningkatan middle class mendorong akses yang lebih luas terhadap barang-barang sekunder dan tersier. Hal tersebut mendorong terjadinya peningkatan pengguna internet di Asia Tenggara. Pertumbuhan pengguna internet dari masing-masing negara di Asia Tenggara terlihat pada gambar berikut.

Sumber : www.comscore.com Copyright © March 2011. ComScore Media Metrix (Akses: 10/10/2011, 10:20)

GAMBAR 1.3

UKURAN POPULASI ONLINE (MM) DI ASIA TENGGARA

Berdasarkan Gambar 1.3 terlihat bahwa negara dengan pertumbuhan penguna internet terbesar di Asia Tenggara adalah Indonesia sebesar 32% lebih tinggi dari pada Vietnam dan Philipina yang mencatat 16%, Malaysia sebesar 11%, dan Singapura sebesar 3%. Pertumbuhan pengguna internet di Indonesia didukung oleh kondisi perekonomian semakin membaik. Meningkatnya


(22)

middle-class di Indonesia, mendorong terjadinya peningkatan pengguna internet. Jumlah

pengguna internet di Indonesia dari tahun 2000 hingga 2012 dapat dilihat pada tabel berikut.

TABEL 1.2

PENGGUNA INTERNET DI INDONESIA

Year Users Population % Penetration Usage Source

2000 2.000.000 206.264.595 1,0% ITU

2007 20.000.000 224.481.720 8,9% ITU

2008 25.000.000 237.512.335 10,5% APJII

2009 30.000.000 240.271.522 12,5% ITU

2010 48.000.000 242.968.342 19,7% World Bank & Antara 2011 55.000.000 244.775.796 22,5% Kominfo 2012 61.080.000 248.645.008 25,6% MarkPlus

Sumber : Diadaptasi oleh peneliti dari www.internetworldstats.com dan www.kominfo.go.id (Akses: 10/10/2012, 10:20)

Berdasarkan Tabel 1.2 pertumbuhan pengguna internet di Indonesia secara kumulatif meningkat 2.954% dari pengguna tahun 2000 yang hanya 2 juta hingga 2012 sebesar 61 juta pengguna. Jumlah pengguna internet sebesar 61 juta tersebut masih sangat berpeluang untuk tumbuh karena hanya 25,6% dari jumlah penduduk Indonesia. Hal tersebut berarti masih ada 187 juta penduduk yang belum menggunakan internet.

Pengguna internet sebesar 61 juta melakukan berbagai aktivitas di internet. Kategori penggunaan internet di Indonesia ditunjukan pada Gambar 1.4

Sumber : www.comscore.com Copyright © March 2011. ComScore Media Metrix (Akses: 14/10/2011, 8:40)

GAMBAR 1.4


(23)

Berdasarkan Gambar 1.4 terlihat bahwa pengguna internet di Indonesia sebanyak 90% menggunakan fasilitas sosial network. Angka tersebut lebih besar dari pada pengguna social network secara global yang hanya mencapai 70%. Kemudian diikuti oleh fasilitas search sebesar 85%, foto sebesar 76%, dan blogs sebesar 68%. Nilai terendah diperoleh kesehatan dan TV yang hanya 18% dan 16%.

Pertumbuhan social network di Indonesia meningkat secara signifikan. Hal ini terlihat dari jumlah pengguna yang terus bertambah. Bahkan Indonesia tercatat sebagai pengguna Facebook peringkat ketiga setelah Amerika Serikat dan India. Penetrasi pengguna Facebook mencapai 19.56% dibandingkan jumlah penduduk dan 158.41% jika dihubungkan dengan pengguna internet di Indonesia. Peringkat kelima pengguna twitter terbesar di dunia dengan 19,5 juta pengguna. Indonesia juga menghasilkan 15% tweet yang menempatkan pada posisi ke-3 kicauan terbanyak didunia setelah Amerika Serikat dan Brazil (www.aworldoftweets.com akses 17/11/2012, 20:30).

Social networks terbesar didunia ditunjukan pada Tabel 1.3 TABEL 1.3

TOP 5 SOCIAL NETWORKING SITES (SNs) AND USER IN INDONESIA

No Social Network Sites (SNs)

Users WorldWide

Usage Source Users Indonesia

Usage Source

1 Facebook 1.000.000.000 Facebook 43.523.740 socialbakers.com

2 Twitter 555.000.000 GO.Gulf.com 19.500.000 semiocast.com

3 Google Plus 400.000.000 Google I/O 7.280.000

website-monitoring.com

4 LinkedIn 150.000.000 GO.Gulf.com - -

5 Pinterest 11.700.000 GO.Gulf.com - -

Sumber : Diadaptasi oleh peneliti dari Google I/O, Facebook, dan www.go-gulf.com (Akses: 12/11/2012, 12:20)


(24)

Berdasarkan Tabel 1.3 terlihat bahwa social networking site (SNs) terbesar adalah Facebook dengan jumlah pengguna 1 milyar dan 43,5 juta berasal dari Indonesia. Twitter memiliki 555 juta pengguna dengan 19,5 juta pengguna dari Indonesia sebagai pengguna Twitter terbesar ke-5 di dunia. Google Plus mencatat 400 juta pengguna dan 7,28 juta berasal dari Indonesia. LinkedIn memiliki 150 juta pengguna dan Pinterest sebesar 11,7 juta pengguna.

Facebook didirikan pada Februari 2004 dan Twitter di tahun 2006 sedangkan Google Plus baru dirilis secara publik 20 September 2011. Google Plus merupakan social networking sites paling muda dari pada yang lainnya. Google Plus mampu mengimbangi kekuatan pendahulunya seperti Facebook, Twitter, LinkedIn, dan Pinterest karena mampu menjaring pengguna dengan lebih cepat. Google Plus mencatat prestasi luar biasa dalam memecahkan rekor 25 juta pengguna dalam waktu kurang dari 1 bulan. Prestasi Google Plus tersebut terlihat dalam Gambar 1.5

Sumber : www.comscore.com Copyright © 2011. ComScore Media Metrix (Akses: 22/10/2011, 10:20)

GAMBAR 1.5

PERTUMBUHAN PENGGUNA SOCIAL NETWORKS DALAM BULAN

Berdasarkan Gambar 1.5 terlihat pertumbuhan social networks dalam bulan. Untuk meraih 25 juta pengguna, Facebook membutuhkan waktu 36 bulan,


(25)

Twitter dalam waktu 32 bulan, MySpace dalam waktu 21 bulan dan Google Plus hanya membutuhkan waktu kurang dari 1 bulan. Hal tersebut menunjukan tingginya keputusan penggunaan Google Plus. Pengguna Google Plus pada November 2012 telah mencapai 400 juta pengguna. Pertumbuhan pengguna Google Plus terlihat pada Gambar 1.6

Sumber : http://technolog.msnbc.msn.com Copyright © 2012. MSNBC (Akses: 22/10/2011, 10:20)

GAMBAR 1.6

PERTUMBUHAN PENGGUNA GOOGLE PLUS

Berdasarkan Gambar 1.6 terlihat bahwa pengguna Google Plus terus mengalami pertumbuhan. Hal tersebut menunjukan kinerja positif dari keputusan menggunakan Google Plus. Walaupun pada bulan Agustus 2011 mengalami perlambatan tetapi kondisi tersebut bisa diperbaiki sehingga pengguna Google Plus mencapai 400 juta pengguna dengan pertumbuhan di bulan-bulan terakhir sebesar 20 juta pengguna per bulan.

Google Plus meluncurkan Google Plus Page for Business pada 7 November 2011. Beberapa perusahaan telah menggunakan fasilitas ini untuk kegiatan pemasarannya. Berikut adalah persentase perusahaan yang menggunakan


(26)

fasilitas Google Plus Page for Business dan Facebook Page yang menunjukan tingkat kepercayaan merek Google Plus dan Facebook bagi perusahaan.

Sumber : www.brightedge.com Copyright © 2011. Bright Edge (Akses: 29/1/2012, 13:20)

GAMBAR 1.7

100 MEREK UTAMA PENGGUNA FACEBOOK DAN GOOGLE PLUS

Berdasarkan Gambar 1.7 terlihat 93% dari 100 merek utama telah menggunakan Facebook sebagai sarana pemasaran mereka. Sedangkan Google Plus mencapai 77% meningkat sebesar 26% dari dari bulan sebelumnya yaitu 61%. Hal tersebut cukup mengesankan karena Google Plus Page for Business masih sangat muda yaitu baru beroperasi selama 1 tahun dapat menandingi Facebook Page yang telah ada sejak November 2007 atau 5 tahun yang lalu. Persentase yang tidak terlalu jauh dari market leader Facebook dan pertumbuhan pengguna Google Plus Page for Business menunjukan indikator positif bagi kepercayaan merek Google Plus terutama bagi perusahaan.

Kehandalan social networks juga diukur melalui aktivitas pengguna di

social networks tersebut. Aktivitas pengguna social networks terlihat dari jumlah

dan lamanya kunjungan atau pengunaan social networks oleh penggunanya. Berikut adalah gambaran jumlah kunjungan dan lama kunjungan pengguna di berbagai social networks.


(27)

TABEL 1.4

USER ACTIVITY TOP 5 SOCIAL NETWORKING SITES (SNs)

No Social Network Sites (SNs)

Users WorldWide

Monthly Visits(/visitors)

Time Spend by Average (user per

month)

1 Facebook 1.000.000.000 7.012.900.000 405 minutes

2 Twitter 555.000.000 182.000.000 89 minutes

3 Google Plus 400.000.000 61.000.000 3 minutes

4 LinkedIn 150.000.000 85.700.000 21 minutes

5 Pinterest 11.700.000 104.400.000 405 minutes

Sumber : Diadaptasi oleh peneliti dari Google I/O, Facebook, dan www.go-gulf.com (Akses: 12/11/2012, 12:20)

Berdasarkan Tabel 1.4 menggambarkan bahwa jumlah kunjungan social

networks terbesar dimiliki oleh Facebook dengan 7 milyar pengunjung, diikuti

oleh Twitter sebesar 182 juta, Pinterst sebesar 104 juta, LinkedIn sebesar 85,7 juta, dan Google Plus diurutan terakhir hanya 61 juta pengunjung. Hal tersebut sangat mengherankan karena pengguna Google Plus mencapai 400 juta yang menempati posisi 3 sebagai social networking sites terbesar tetapi kunjungannya berada diposisi yang paling rendah.

Jika dilihat dari waktu rata-rata kunjungan per pengunjung dalam satu bulan (Time Spend by Average (user per month)) juga terlihat bahwa terdapat ketidaksesuaian antara jumlah pengguna dan rata-rata aktivitas atau kunjungan

social networks. Waktu yang digunakan pengguna untuk mengunjungi Google

Plus hanya 3 menit/orang/bulan. Angka tersebut sangat jauh jika dibandingkan dengan social networking sites terbesar lainnya. Pengguna Facebook dan Pinterest mencatat waktu 405 menit/orang/bulan, Twitter sebesar 89 menit/orang/bulan, dan LinkedIn sebesar 21 menit/orang/bulan.


(28)

Sumber : www.flowtown.com Copyright © 2011. FlowtownTM (Akses: 29/1/2012, 13:20)

GAMBAR 1.8

PERSENTASE PENGGUNA AKTIF DAN NON-AKTIF GOOGLE PLUS

Berdasarkan Gambar 1.8 terlihat bahwa dari 40 juta pengguna hanya 17% pengguna Google Plus yang aktif dan sering menggunakan social networks ini. Sedangkan 83% bersifat tidak aktif dan jarang mengunjungi Google Plus.

Data rendahnya jumlah dan rata-rata waktu kunjungan serta persentase pengguna aktif Google Plus menunjukan bahwa masalah yang dihadapi Google Plus adalah rendahnya aktivitas yang dilakukan pengguna Google Plus dalam menggunakan social networks tersebut. Aktivitas tersebut dipengaruhi oleh keinginan pengguna untuk login dan menggunakan Google Plus dalam waktu yang lama. Keinginan pengguna untuk login dan beraktivitas di social networks berkaitan dengan perilaku konsumen terutama berkaitan dengan penerimaan teknologi baru.

Hal tersebut diperkuat dengan hasil pra penelitian terhadap 40 pengguna Google Plus di Indonesia yang terlihat pada Tabel 1.5

TABEL 1.5

RATA-RATA KUNJUNGAN GOOGLE PLUS

Jumlah Rata-Rata Kunjungan Frekuensi Persentase

0 kali kunjungan/ bulan (inactive user) 6 15%


(29)

Jumlah Rata-Rata Kunjungan Frekuensi Persentase

9-16 kali kunjungan/ bulan 9 23%

17-24 kali kunjungan/ bulan 5 13% 25-32 kali kunjungan/ bulan 4 10%

33-40 kali kunjungan/ bulan 2 5%

41-48 kali kunjungan/ bulan 2 5%

Total 40 100%

Sumber: Hasil Pengolahan Pra Penelitian. 2012

Hasil pengolahan data Tabel 1.5 menunjukan bahwa sebagian besar pengguna menggunakan Google Plus hanya melakukan 1-8 kali kunjungan/bulan sebesar 28%. Kemudian diikuti oleh pengguna yang melakukan 9-16 kunjungan/bulan yaitu sebesar 23%. Sebesar 15% penggunanya merupakan pengguna tidak aktif (inactive user). Berdasarkan pra penelitian tersebut menunjukan bahwa keinginan (intention) untuk melakukan kunjungan yang sangat rendah.

Kondisi tersebut menuntut perusahaan untuk lebih serius memperhatikan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Menurut Menon, et al yang dikutip Tatik Suryani (VENTURA, 2002:143) pemahaman terhadap konsumen harus menjadi unsur penting karena dengan mengetahui secara tepat kebutuhan dan keinginan pelanggannya, perusahaan akan mampu memberikan produk dan jasa dengan kualitas unggul sebagaimana yang diinginkan oleh pelanggannya. Berdasarkan informasi inilah perusahaan dapat menyusun strategi dan program yang tepat dalam rangka memanfaatkan peluang yang ada dan mengungguli pesaingnya.


(30)

Pengamatan perilaku konsumen menjadi dasar pertimbangan yang penting dalam proses strategi perusahaan. Hal ini karena umumnya banyak perusahaan yang menjalankan bisnisnya dengan menekankan pada falsafah pemasaran yang berorientasi pada konsumen. Konsumen merupakan faktor yang harus menjadi pusat perhatian bagi para pemasar karena konsumen yang akan memutuskan apakah ia akan menggunakan atau tidak menggunakan produk jasa yang ditawarkan. Para pemasar harus memahami dengan baik kebutuhan, keinginan konsumen, dan bagaimana proses pengambilan keputusan. Dengan kata lain pemasar harus memahami bagaimana perilaku mereka.

Sebelum perilaku terjadi, yang bisa ditelusuri adalah niat berperilaku

(behavioral intention). Niat berperilaku inilah yang diharapkan bisa mendekati

perilaku sebenarnya. Niat dipertimbangkan sebagai salah satu variabel yang menentukan perilaku nyata. Maksudnya semakin kuat keingian konsumen dalam berperilaku atau mencapai tujuan berperilaku maka semakin besar prediksi perilaku konsumen dan tujuan tersebut.

Peter dan Oslon (2010:147) behavioral intention adalah suatu preposisi yang menghubungkan diri dengan tindakan yang akan datang. Seseorang dapat berpendapat bahwa keinginan adalah sebuah rencana untuk terlibat dalam suatu perilaku khusus guna mencapai tujuan.

Niat berperilaku tersebut berhubungan dengan penerimaan teknologi terhadap Google Plus yang masih baru untuk login dan beraktivitas didalamnya. Terdapat beberapa model dalam penerimaan teknologi yang berhubungan pada niat berperilaku. Salah satunya adalah The Technology Acceptance Model (TAM),


(31)

TAM menawarkan struktur dasar untuk mengidentifikasi pengaruh dari manfaat yang dirasakan dan persepsi kemudahan penggunaan pada niat perilaku untuk menggunakan sistem informasi atau teknologi informasi. Namun, TAM memiliki keterbatasan dalam kemampuan untuk menjelaskan penerapan sistem informasi, karena mengabaikan pengaruh sosial (social influence) dan kondisi memfasilitasi

(facilitating conditions) dalam adopsi teknologi baru (Malhotra dan Gelletta, 1999

dalam Margaret L. Sheng et al. (2011:4)), dan mengasumsikan bahwa pengguna tidak akan kesulitan (effort expectancy) menggunakan sistem tertentu (Mathieson et al., 2001 dalam Margaret L. Sheng et al. (2011:4)).

Margaret L. Sheng et al. pada jurnal Industrial Management and Data

System (2011:4) mengemukankan bahwa kemudian Venkatesh mengembangkan

model terpadu the Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) untuk menjelaskan penerimaan teknologi, yang memiliki empat kunci konstruksi yaitu pengaruh sosial (social influence), harapan kinerja (performance

expectancy) dan ekspektasi pengorbanan (effort expectancy), dan kondisi

memfasilitasi (facilitating conditions) yang langsung menjadi penentu niat penggunaan.

Google melakukan beberapa strategi yang bertujuan untuk mempermudah penerimaan teknologi dan menumbuhkan niat. Hal tersebut dimaksudkan untuk mempertinggi tingkat login pengguna dan aktivitas di Google Plus sehingga rata-rata waktu penggunaan Google Plus meningkat. Beberapa strategi tersebut dapat dilihat di Tabel 1.6


(32)

TABEL 1.6

STRATEGI GOOGLE PLUS

Tanggal Strategi

28 Juni 2011 Google meluncurkan Google Plus Beta kepada pengguna 5 juta pengguna Gmail

Agustus 2011 Tom Anderson dan Mark Zukenberg bergabung dengan Google Plus. Mark Zukenberg menjadi akun dengan follower terbesar di Google Plus September 2011 Google meluncurkan Google Plus untuk Publik dan mencapai

pertumbuhan tercepat dengan 25 juta pengguna dalam waktu kurang dari 30 hari

September 2011 Desmond Tutu dan Dalai Lama menggunakan Google Plus Hangout On Air dalam konferensi Lintas Agama

Oktober 2011 Barrack Obama bergabung dengan Google Plus

Oktober 2011 Beberapa media membuat akun Google Plus seperti CNN, Reuters, Bloomberg, Marshable, Marketingland, dan ESPN

Oktober 2011 Google Plus menambah permainan permainan barunya seperti Agry Bird, Pirates, dan Garden of Time

November 2011 Google meluncurkan Google Plus Page for Business November 2011 Google meluncurkan Google Plus Homecoming Tour

Desember 2011 Google Plus mengeluarkan fitur keamanan untuk gambar dan fitur pengaturan stream

Januari 2012 Beberapa tokoh melakukan Hangout yaitu Barrack Obama, Bill Walton, dan David Beckham

Januari 2012 Google meluncurkan Search Plus Your World dan Hastag Auto complete

Maret 2012 Google Plus mulai melakukan iklan secara besar-besaran dibeberapa konten Google dan konten lainnya termasuk di Indonesia

Mei 2012 Google Plus memperbaharui tampilannya untuk dekstop maupun aplikasi Adroid Mobile

Juni 2012 Google Plus meluncurkan fitur promosi tempat via jejaring sosial Juli 2012 Google Plus menambah fitur Google Plus Event sebagai fitur undangan

kegiatan lewat internet

Agustus 2012 Mini Konser Mocca Live streaming di Google Plus

Agustus 2012 Google Plus terintegrasi dengan Google Apps untuk Bisnis

Oktober 2012 Google Plus meluncurkan akun Question and Answer untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan user mengenai Google Plus

November 2012 Layanan Cloud Google Drive diintegrasikan dengan Google Plus. Sehingga pengguna bisa melihat dokumen secara utuh melalui Google Plus.

Sumber: Diadaptasi oleh peneliti dari plus.google.com/gplus Berdasarkan Tabel 1.6 menunjukan bahwa strategi yang dilakukan oleh Google berfokus pada dua hal yaitu pengembangan produk dan cara memasarkan


(33)

produk. Pengembangan produk dilakukan untuk meningkatkan harapan terhadap kinerja produk (performance expectancy). Hal tersebut terlihat dari perkembangan Google Plus telah menjadi social networks dengan pertumbuhan tercepat dalam waktu kurang dari 30 hari sehingga menciptakan harapan kinerja yang tinggi juga. Beberapa pengembangan produk yang dilakukan yaitu mengembangkan Google Plus Search, HangOut, dan mempermudah integrasi produk.

Venkatesh et al., (2003) dalam Margaret L. Sheng et al. (2011:6) mendefinisikan, “Performance expectancy is the expected degree to which an individual believes that using the system will help them to obtain a benefit in real life”. Harapan kinerja adalah tingkat yang diharapkan seorang individu mempercayai bahwa menggunakan sistem akan membantu mereka untuk mendapatkan manfaat dalam kehidupan nyata.

Menurut technobomb.com menyatakan bahwa Google Plus lebih unggul dalam menciptakan produk social networks yang handal dibandingkan dengan Facebook. Keduanya memiliki fitur yang hampir sama tapi dalam beberapa hal Google Plus lebih unggul. Google Plus memiliki fitur keamanan yang lebih baik karena hanya berbagi kepada yang bersangkutan melalui pengelompokan atau

circle. Sedangkan dalam Facebook, hal tersebut tidak bisa dilakukan kecuali kalau

harus membuat grup sendiri. Selain itu, Google Plus ungul dalam menciptakan

group video chatting, kompatible dalam aplikasi mobile dan desktop, lokasi yang

lebih akurat, dan keamanan yang terjaga. Persaingan di industri social networks akan mendorong inovasi dan integrasi produk untuk mendorong harapan kinerja produk yang lebih tinggi.


(34)

Google Plus memiliki fitur yang hampir sama dengan pendahulunya yaitu Facebook. Hal tersebut mengakibatkan pengguna Google Plus tidak memerlukan tambahan fasilitas yang banyak dalam mendukung aplikasi Google Plus. Baik aplikasi yang berhubungan dengan hardware maupun software. Sehingga tingkat kepercayaan individu terhadap ketersediaan infrastruktur sangat tinggi atau membuat kondisinya telah memfasilitasi (facilitating conditions).

Selain itu, dampak dari kesamaan fitur ini adalah pengguna tidak akan mengalami kesulitan dalam menggunakan sistem baru tersebut. Sehingga tingkat kemudahan terkait dengan penggunaan sistem baru (effort expectancy) dari social

networks sangat tinggi juga.

Harapan terhadap kinerja produk (performance expectancy), persepsi mengenai kemudahan terkait dengan penggunaan sistem baru (effort expectancy), dan kondisinya telah memfasilitasi (facilitating conditions) termasuk kedalam perilaku konsumen pada determina perbedaan individu. Hal ini karena ketiga indikator tersebut masuk kedalam dorongan internal individu. Menurut Schiffman dan Kanuk (2010:104) menyatakan, “Perbedaan Individu adalah perbedaan konsumen yang menggambarkan pengaruh secara internal yang membentuk perilaku individu dalam berkonsumsi.

Strategi Google berikutnya yaitu cara memasarkan produk Google Plus sehingga pengguna melakukan kunjungan yang lebih sering dalam melakukan aktivitas di web tersebut. Pemasaran yang dilakukan berkaitan dengan pengaruh sosial dari tokoh dan teman-teman pengguna. Sehingga dapat dikategorikan kedalam pengaruh Lingkungan Sosio-Budaya. Menurut Schiffman dan Kanuk


(35)

(2010:318) menyatakan bahwa konsumen diciptakan oleh lingkungan mereka dan juga beroperasi di dalam lingkungan. Perilaku proses keputusan mereka dipengaruhi oleh kultur, kelas sosial, serta kelompok dan keluarga.

Venkatesh et al. (2003) dalam Margaret L. Sheng et al. (2011:5) menyatakan, “Social influence as the degree to which online users perceive that important individuals believe they should use Social Networking Sites”. Pengaruh

sosial sebagai tingkat dimana pengguna online melihat bahwa orang-orang penting percaya bahwa mereka harus menggunakan SNs. Pengaruh sosial dapat menimbulkan tekanan yang dirasakan untuk melakukan perilaku tertentu, yang mencerminkan sejauh mana individu yang terlibat dengan jaringan sosial yang dapat mempengaruhi niat penggunaan satu sama lain.

Pengaruh sosial dalam penggunaan Google Plus berkaitan dengan pengaruh dari orang-orang penting dalam kehidupan pengguna untuk terus menggunakan layanan social networks tersebut. Beberapa orang penting bagi pengguna adalah teman, keluarga, tokoh panutan, artis pujaan, dan lingkungan masyarakat. Kehadiran beberapa nama besar dalam mendukung social networks seperti Barrack Obama, Dalai Lama, David Beckham, Mark Zukenberg, Mocca Band serta beberapa media seperti CNN, Reuters, Bloomberg, Marshable, Marketingland, dan ESPN pasti akan mendorong timbulnya pengaruh lingkungan sosio-budaya ini semakin tinggi.

Penulis melakukan pra penelitian untuk mengetahui dorongan dalam menggunakan Google Plus


(36)

TABEL 1.7

DORONGAN DALAM MENGGUNAKAN GOOGLE PLUS

Faktor Frekuensi Persentase

Pengaruh Teman 22 55%

Sumber Informasi 9 22,5%

Kelebihan Fitur dan Keunggulan Produk 6 15%

Mencoba Hal yang Baru 3 7,5%

Total 40 100%

Sumber: Hasil Pengolahan Pra Penelitian. 2012

Berdasarkan Tabel 1.7 terdapat beberapa faktor yang mendorong penggunaan Google Plus. Dari beberapa faktor menunjukan bahwa pengaruh cukup kuat diciptakan oleh pengaruh teman sebesar 55%. Kemudian diikuti oleh sumber informasi sebesar 22,5%. Kedua faktor tersebut merupakan bagian dari pengaruh lingkungan sosio-budaya. Adapun faktor yang terakhir adalah bentuk keingintahua dan pembelajaran yang merupakan implementasi dari perbedaan individu.

Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian mengenai

behavioral intention Google Plus pada pengguna Google Plus di Indonesia.

Adapun judul penelitian ini adalah “Pengaruh Perbedaan Individu dan Lingkungan Sosio-Budaya terhadap Behavioral Intention Google Plus (Survei terhadap Pengguna Google Plus di Indonesia)”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan tersebut, maka yang menjadi masalah penelitian ini diidentifikasikan masalah ke dalam tema sentral sebagai berikut.


(37)

Pertumbuhan pengguna internet umumnya di dunia dan khusunya di Indonesia terciptanya industri-industri baru. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh industri social networks dengan penetrasi pengguna sebesar 90% dari pengguna internet di Indonesia. Hal tersebut menimbulkan kedatangan pemain-pemain baru yang salah satunya adalah Google Plus. Google Plus meluncurkan produk barunya yang lebih menarik dan terintegrasi dengan aplikasi Google lainnya.

Google Plus telah mencatat prestasi yang luar biasa dengan kemampuannya menarik 25 juta pengguna dalam waktu kurang dari 1 bulan. Google Plus menempati posisi ke-3 sebagai social networking

sites terbesar dengan 400 juta pengguna. Namun dalam rata-rata

pengunjung yang menghabiskan waktunya di Google Plus masih sangat rendah. Hal tersebut menunjukan perilaku konsumen terutama yang berhubungan dengan penerimaan teknologi niat berperilaku masih rendah. Sebelum perilaku terjadi, yang bisa ditelusuri adalah niat berperilaku (behavioral intention). Niat berperilaku inilah yang diharapkan bisa mendekati perilaku sebenarnya.

Google melakukan berbagai strategi untuk mengatasi hal tersebut yaitu melaui pendekatan perilaku konsumen. Google mengembangkan produknya sesuai dengan perbedaan individu dan lingkungan sosio-budaya pengguna.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana Perbedaan Individu Pengguna Google Plus di Indonesia

2. Bagaimana Lingkungan Sosio-Budaya Pengguna Google Plus di Indonesia 3. Bagaimana Behavioral Intention Pengguna Google Plus di Indonesia

4. Bagaimana pengaruh Perbedaan Individu dan Lingkungan Sosio-Budaya terhadap Behavioral Intention Pengguna Google Plus di Indonesia baik secara simultan maupun parsial

1.4 Tujuan Penelitian


(38)

1. Untuk memperoleh temuan mengenai Perbedaan Individu Pengguna Google Plus di Indonesia

2. Untuk memperoleh temuan mengenai Lingkungan Sosio-Budaya Pengguna Google Plus di Indonesia

3. Untuk memperoleh temuan mengenai Behavioral Intention Pengguna Google Plus di Indonesia

4. Untuk memperoleh temuan mengenai pengaruh Perbedaan Individu dan Lingkungan Sosio-Budaya terhadap Behavioral Intention Pengguna Google Plus di Indonesia baik secara simultan maupun parsial

1.5 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian diharapkan berguna antara lain:

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam aspek teoritis (keilmuan) yaitu bagi perkembangan ilmu Manajemen, khususnya pada bidang Perilaku Konsumen. Penelitian dilakukan melalui pendekatan serta metode-metode terutama dalam upaya menggali pendekatan-pendekatan baru dalam aspek perilaku konsumen. Penelitian dilakukan melalui dalam mengukur pengaruh Perbedaan Individu dan Lingkungan Sosio-Budaya terhadap Behavioral Intention Google Plus. Sehingga diharapkan dalam penelitian ini memberikan sumbangan bagi ilmu manajemen pemasaran. 2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih dalam aspek praktis

yaitu untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi perusahaan social


(39)

3. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ataupun acuan sekaligus untuk memberikan rangsangan dalam melakukan penelitian selanjutnya tentang pengaruh behavioral intention di social networks.


(40)

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perbedaan individu dan lingkungan sosio-budaya terhadap behavioral intention Google Plus. Adapun yang menjadi objek penelitian sebagai variabel bebas (eksogen) yaitu perbedaan individu (X1) yang yang terdiri dari 4 (empat) dimensi yaitu motivasi, persepsi, pembelajaran, dan kepribadian, serta lingkungan sosio-budaya (X2) yang terdiri dari 5 (lima) dimensi yaitu pengaruh keluarga, sumber informasi, sumber nonkomersial, kelas sosial, dan subbudaya dan budaya. Masalah penelitian yang merupakan variabel terikat (endogen) adalah behavioral intention. Sedangkan yang menjadi subjek penelitian adalah pengguna Google di Indonesia.

Penelitian ini dilakukan pada kurun waktu kurang dari satu tahun, maka metode yang digunakan adalah cross sectional method. Menurut Husein Umar (2008:45) pendekatan cross sectional yaitu metode penelitian dengan cara mempelajari objek dalam kurun waktu tertentu/tidak berkesinambungan dalam jangka panjang. Pengumpulan informasi dari subjek penelitian hanya dilakukan satu kali dalam satu periode waktu, sehingga penelitian ini merupakan one-shot atau cross sectional. (Maholtra, 2009:101). Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2012 sampai dengan Januari 2013.


(41)

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Jenis dan Metode yang Digunakan

Jenis penelitian yang dilakukan berdasarkan penjelasan dan bidang penelitian menggunakan penelitian deskriptif dan verifikatif. Menurut Travers Travens dalam Husein Umar (2008:21) “Penelitian dengan menggunakan metode deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independent) tanpa membuat perbandingan

atau menghubungkan dengan variabel lain”. Sedangkan menurut Maholtra (2009:100):

Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian konslusif yang memiliki tujuan utama desktriptif dari sesuatu, biasanya karakteristik atau fungsi pasar. Penelitian deskriptif sangat berguna ketika mencari pernyataan penelitian melakukan panggambaran fenomena pasar, seperti menentukan frekuensi pembelian, mengidentifikasi hubungan, atau membuat prediksi.

Penelitian yang berupa deskriptif ini mempunyai maksud untuk mengetahui gambaran mengenai perbedaan individu dan lingkungan sosio-budaya terhadap behavioral intention Google Plus. Sedangkan untuk penelitian verifikatif menurut Malhotra (2009:104) “Penelitian untuk menguji pengujian secara kausal, yaitu hubungan antara variabel independen dan dependen”. Jadi penelitian verifikatif ini menguji pengaruh perbedaan individu dan lingkungan sosio-budaya terhadap behavioral intention Google Plus.

Mengingat penelitian ini bersifat deskriptif dan verifikatif yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan, maka metode penelitian


(42)

yang digunakan adalah metode explanatory survey. Malhotra (2010:96) menyatakan bahwa:

Explanatory Survey dilakukan untuk mengeksplorasi situasi masalah, yaitu

untuk mendapatkan ide-ide dan wawasan ke dalam masalah yang dihadapi manajemen atau para peneliti tersebut. Penjelasan penelitian dalam bentuk wawancara mendalam atau kelompok fokus dapat memberikan wawasan berharga.

Berdasarkan penelitian tersebut penelitian yang digunakan dalam metode ini, informasi dari sebagian populasi dikumpulkan langsung ke tempat kejadian secara empirik dengan tujuan untuk mengetahui pendapat dari sebagian populasi terghadap objek yang sedang diteliti. Explanatory survey ini bertujuan penelitian yaitu jelas untuk mengeksplorasi atau penelitian melalui masalah atau situasi untuk mendapatkan wawasan dan pemahaman. (Maholtra, 2009:98)

Menurut Sherri L. Jackson (2012:20) menyatakan, “Survey method is questioning individuals on a topic or topics then describing their response”.

Metode survei merupakan mempertanyakan individu pada sebauh topik atau beberapa topik kemudian menggambarkan tanggapan mereka. Survei informasi dari sebagian informasi dari sebagian populasi (sampel responden) dikumpulkan langsung di tempat kejadian secara empirik, dengan tujuan untuk mengetahui pendapat dari sebagian populasi terhadap objek yang diteliti.

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Penelitian ini meliputi dua variabel inti, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Menurut Maholtra (2009:248), yang dimaksud dengan variabel bebas dan terikat yaitu:


(43)

Variabel bebas (independent variable/predictor variable) merupakan variabel atau alternatif yang dimanipulasi dan yang mempengaruhi diukur dan dibandingkan. Variabel terikat (dependent variable/criterion variable) merupakan variabel yang mengukur efek dari variabel independent pada unit tes.

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diteliti yaitu 1. Variabel bebas (eksogen)

Variabel bebas adalah merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah perbedaan individu dan lingkungan sosio-budaya.

2. Variabel terikat (endogen)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terkait dalam penelitian ini adalah behavioral intention.

Variabel yang dikaji meliputi variabel bebas (independent variabel) yaitu perbedaan individu (X1) yang yang terdiri dari 4 (empat) dimensi yaitu motivasi, persepsi, pembelajaran, dan kepribadian, serta lingkungan sosio-budaya (X2) yang terdiri dari 5 (lima) dimensi yaitu pengaruh keluarga, sumber informasi, sumber nonkomersial, kelas sosial, dan subbudaya dan budaya. Sedangkan variabel terikat (dependent variabel) adalah behavioral intention dengan dimensi

loyality to company, propensity to switch, willingness to pay more, external response to problem, dan internal response to problem.


(44)

TABEL 3.1 OPERASIONALISASI VARIABEL Variabel/ Sub Variabel Konsep Variabel/

Sub Variabel Indikator Ukuran Skala

No. Item Perbedaan Individu (X1) Perbedaan konsumen yang menggambarkan pengaruh secara internal yang membentuk perilaku individu dalam berkonsumsi. (Schiffman dan Kanuk, 2010:104)

Motivasi 1. Tingkat pemenuhan kebutuhan untuk

a. memperoleh hiburan b. bersosialisasi

c. memperoleh perhatian dari orang lain d. memperoleh informasi

mengenai teman dan komunitasnya e. memperoleh teman

sebanyak-banyaknya f. meningkatkan gengsi g. menyampaikan ide,

gagsasan, dan perasaan yang sedang dialaminya h. menjadi terkenal (eksis)

Interval Interval Interval Interval Interval Interval Interval Interval C.1 C.2 C.3 C.4 C.5 C.6 C.7 C.8

Persepsi 2. Tingkat kesesuaian persepsi bahwa Google Plus memiliki kinerja yang lebih baik dari pada social networks lainnya

3. Tingkat kesesuaian persepsi bahwa menggunakan Google Plus dapat membantu dalam a. bersosialisasi

b. berkomunikasi lebih

mudah, cepat, dan efesien c. meningkatkan efesiensi

komunikasi dengan orang lain d. meningkatkan keterampilan berkomunikasi dengan orang lain Interval Interval Interval Interval Interval C.9 C.10 C.11 C.12 C.13

Pembelajaran 4. Tingkat pengetahuan mengenai

a. Internet b. Social networks c. Fungsi dan kegunaan

Social networks d. Google Plus 5. Tingkat pengalaman

menggunakan a. Internet b. Social networks c. Google Plus

Interval Interval Interval Interval Interval Interval Interval C.14 C.15 C.16 C.17 C.18 C.19 C.20


(45)

Variabel/ Sub Variabel

Konsep Variabel/

Sub Variabel Indikator Ukuran Skala

No. Item Kepribadian 6. Tingkat keinginan untuk

a. mencoba sesuatu yang baru

b. menggunakan social networks terbaru c. bersosialisasi secara

online

d. mengungkapkan menyampaikan ide, gagsasan, dan perasaan yang sedang dialaminya kepada orang lain

Interval Interval Interval Interval C.21 C.22 C.23 C.24 Lingkungan Sosio-Budaya (X2) Konsumen diciptakan oleh lingkungan mereka dan juga beroperasi di dalam lingkungan. Perilaku proses keputusan mereka dipengaruhi oleh kultur, kelas sosial, serta kelompok dan keluarga (Schiffman dan Kanuk,

2010:318)

Pengaruh Keluarga

7 a. Tingkat pengaruh dukungan keluarga terhadap pemilihan untuk menggunakan Google Plus

b.Tingkat pengaruh gaya hidup keluarga untuk

menggunakan Google Plus 8 a.Tingkat pengaruh keluarga

dalam melakukan penggunaan aplikasi dan website

b.Tingkat pengaruh kebiasaan keluarga dalam melakukan penggunaan aplikasi dan website Interval Interval Interval Interval D.25 D.26 D.27 D.28 Sumber Informasi

9 a. Tingkat daya tarik iklan dalam mempengaruhi penggunaan Google Plus

b.Tingkat pengaruh desain dan tampilan yang menarik dalam mempengaruhi penggunaan Google Plus

c. Tingkat pengaruh fitur yang ditawarkan Google Plus dalam mempengaruhi penggunaan Google Plus

Interval Interval Interval D.29 D.30 D.31 Sumber Nonkomersial

10 a. Tingkat pengaruh sahabat dan teman untuk

menggunakan Google Plus


(46)

Variabel/ Sub Variabel

Konsep Variabel/

Sub Variabel Indikator Ukuran Skala

No. Item rekomendasi blog, forum,

dan jejaring sosial

Interval D.33

Kelas Sosial 11.Tingkat pengaruh pekerjaan/ pendidikan dalam pemilihan Google Plus

12.Tingkat pegaruh interaksi dalam pemilihan Google Plus

Interval Interval D.34 D.35 Subbudaya dan Budaya

13.Tingkat dukungan lingkungan terhadap kehadiaran Teknologi Informasi yang baru

khususnya Google Plus

14.Tingkat pengaruh budaya dan lingkungan dalam

menggunakan Google Plus

Interval Interval D.36 D.37 Behavioral Intention (Y) Behavioral Intention adalah suatu preposisi yang menghubungkan diri dengan tindakan yang akan datang. Seseorang dapat berpendapat bahwa keinginan adalah sebuah rencana untuk terlibat dalam suatu perilaku khusus guna mencapai tujuan. (Peter dan Oslon, 2010:147)

Loyality to company

15.Tingkat keinginan untuk loyal dalam menggunakan Google Plus

16.Tingkat kesukaan untuk menggunakan Google Plus dibandingkan dengan social networks lainnya

17.Tingkat kesediaan untuk merekomendasikan orang lain dalam menggunakan Google Plus Interval Interval Interval E.38 E.39 E.40 Propensity to switch

18.Tingkat keinginan untuk tidak beralih dari Google Plus

19.Tingkat kesediaan untuk kembali menggunakan Google Plus

20.Tingkat perasaan rugi jika tidak menggunakan Google Plus Interval Interval Interval E.41 E.42 E.43


(47)

Variabel/ Sub Variabel

Konsep Variabel/

Sub Variabel Indikator Ukuran Skala

No. Item to pay more menggunakan Google Plus,

meskipun membayar lebih tinggi

b. Tingkat kesediaan untuk menggunakan Google Plus, meskipun memerlukan koneksi internet yang besar

c. Tingkat kesediaan untuk menggunakan Google Plus, meskipun memerlukan waktu yang lebih banyak

Interval Interval E.45 E.46 External response to problem

22 a. Tingkat keinginan untuk tetap menggunakan GooglePlus walaupun ada layanan social media yang baru

b.Tingkat keinginan untuk tetap menggunakan GooglePlus walaupun ada banyak kemungkinan

23. Tingkat keinginan untuk menggunakan fitur terbaru Google Plus Interval Interval E.47 E.48 Internal response to problem

24. Tingkat keinginan untuk tetap menggunakan Google Plus walaupun ada masalah dengan kebutuhan diri

22 a. Tingkat keinginan untuk menggunakan Google Plus karena adanya kebutuhan untuk bersosialisasi

b. Tingkat keinginan untuk menggunakan Google Plus karena adanya kebutuhan untuk berkomunikasi lebih mudah dan cepat

Interval Interval Interval E.49 E.50 E.51


(48)

3.2.3 Jenis dan Sumber Data

Menurut Riduan (2010:106) data adalah bahan mentah yang perlu diolah sehingga menghasilkan informasi atau keterangan, baik kualitatif maupun kuantitatif yang menunjukan fakta. Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan keterangan tentang data. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua yaitu: data primer dan data sekunder.

Maholtra (2009:120-121) mengungkapkan definisi data primer dan data sekunder, antara lain:

a. Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data primer adalah kuisioner yang disebarkan kepada sejumlah responden, sesuai dengan target sasaran dan dianggap mewakili seluruh populasi data penelitian, yakni survei pada pengguna Google Plus di Indonesia.

b. Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan untuk maksud selain untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Data ini dapat ditemukan dengan cepat dan tidak mahal. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder yaitu literature, artikel, jurnal serta situs di internet yang berkenaan dengan penelitian.

Data primer dan data sekunder yang dibutuhkan tersebut ditujukan oleh Tabel 3.2 sebagai berikut:


(49)

TABEL 3.2

JENIS DAN SUMBER DATA

No. Data Jenis Data Sumber Data

1. World Internet Usage Growth 1995-June 2012 Sekunder internetworldstats.com Copyright © 2012. Miniwatts Marketing

2. World Internet Usage and Population Statistics

Sekunder internetworldstats.com Copyright © 2012. Miniwatts Marketing

3. Asia Top Internet Countries Sekunder internetworldstats.com Copyright © March 2012. Miniwatts Marketing

4. Ukuran Populasi Online (MM) di Asia Tenggara

Sekunder comscore.com Copyright © March 2011. ComScore Media Metrix

5. Pengguna Internet di Indonesia Sekunder Diadaptasi oleh peneliti dari

internetworldstats.com dan kominfo.go.id 6. Kategori-Kategori Pengguna Internet di

Indonesia

Sekunder comscore.com Copyright © March 2011. ComScore Media Metrix

7. Top 5 Social Networking Sites (SNs) and User in Indonesia

Sekunder Diadaptasi oleh peneliti dari Google I/O, Facebook, dan go-gulf.com

8. Pertumbuhan Pengguna Social Media dalam Bulan

Sekunder comscore.com Copyright © 2011. ComScore Media Metrix

9. Pertumbuhan Pengguna Google Plus Sekunder technolog.msnbc.msn.com Copyright © 2012. MSNBC

10. 100 Merek Utama Pengguna Facebook dan/atau Google Plus

Sekunder brightedge.com Copyright © 2011. Bright Edge

11. User Activity Top 5 Social Networking Sites (SNs)

Sekunder Diadaptasi oleh peneliti dari Google I/O, Facebook, dan go-gulf.com

12. Persentase Pengguna Aktif dan Non-Aktif Google Plus

Sekunder flowtown.com Copyright © 2011. FlowtownTM

13. Strategi Google Plus Sekunder Diadaptasi oleh peneliti dari

plus.google.com/gplus,

14. Rata-rata Kunjungan Google Plus Primer Pra Penelitian

15. Dorongan untuk Menggunakan Google Plus Primer Pra Penelitian Sumber: Hasil Pengolahan Data. 2011&2012

3.2.4 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel 3.2.4.1 Populasi

Populasi merupakan sejumlah objek yang dapat dijadikan sumber


(50)

about whom a study it meant to generalize”. Populasi adalah semua orang mengenai untuk siapa penelitian itu dimaksudkan kemudian melakukan generalisasi. Zikmund dan Babin (2007:404) menambahkan populasi adalah, ”Any complete group of entities that shares some common set of characteristics”.

Populasi merupakan generalisasi yang terdiri dari atas objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu. Maholtra (2009:369) berpendapat:

Suatu populasi adalah total dari semua elemen yang terbagi beberapa seperangkat karaketeristik setiap proyek riset pemasaran memiliki populasi yang didefinisikan unik untuk dijelaskan dalam istilah parameter. Tujuan dari proyek riset pemasaran yang paling adalah untuk mendapatkan informasi tentang karakteristik atau parameter dari suatu populasi.

Penentuan populasi harus dimulai dengan penentuan secara jelas mengenai populasi yang menjadi sasaran penelitiannya yang disebut populasi sasaran. Populasi sasaran yaitu populasi yang akan menjadi cakupan kesimpulan penelitian. Jadi apabila dalam sebuah hasil penelitian dikeluarkan kesimpulan, maka menurut etika penelitian kesimpulan tersebut hanya berlaku untuk sasaran yang telah ditentukan. Berdasarkan pengertian tersebut maka populasi dalam penelitian ini adalah pengguna Google Plus di Indonesia sebanyak 7.280.000 orang (Google I/O dan website-monitoring.com, 02/09/2012)

3.2.4.2 Sampel

Mark L. Bernson et al (2012:250) menyatakan A sample is defined as the population that has been selected for analysis”. Sampel adalah populasi yang terpilih untuk dianalisis. Agar memperoleh sampel yang representatif dari populasi, maka setiap subjek dalam populasi diupayakan untuk memiliki peluang


(51)

yang sama untuk menjadi sampel. Dalam penelitian ini tidak mungkin semua populasi dapat penulis teliti, hal ini disebabkan beberapa faktor diantaranya:

1. Keterbatasan biaya 2. Keterbatasan tenaga

3. Keterbatasan waktu yang tersedia

Maka dari itulah diperkenankan mengambil sebagian dari objek populasi yang ditentukan, dengan catatan bagian yang diambil tersebut mewakili yang lain yang tidak diteliti. Menurut Charles Stangor (2011:110), “A representative sample is one that is approximately the same as the population in every important respect”. Agar memperoleh sampel yang reperesentatif dari populasi, maka setiap subjek dalam populasi diupayakan untuk memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel.

Malhotra (2009:364) berpendapat bahwa sampel adalah sub-kelompok populasi yang terpilih untuk berpartisispasi dalam studi. Agar memperoleh sampel yang representatif dari populasi, maka setiap subjek dalam populasi diupayakan untuk memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Untuk menentukan sampel dari populasi yang telah ditetapkan perlu dilakukan suatu pengukuran yang dapat menghasilkan jumlah n.

Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur sampel, digunakan rumus Slovin (Husein Umar, 2008:141), yakni ukuran sample yang merupakan perbandingan dari ukuran populasi dengan presentasi kelonggaran ketidaktelitian, karena dalam pengambilan sampel dapat ditolerir atau diinginkan. Dalam pengambilan sampel ini digunakan taraf kesalahan sebesar 10%. Adapun rumus yang digunakan yaitu sebagai berikut:


(52)

Dimana :

n = Ukuran Sampel

N = Ukuran Populasi

e = Kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan sampel yang dapat ditolerir

Adapun perhitungan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

N = 7.280.000 e = 0,1

Maka:

Berdasarkan penentuan sampel dengan menggunakan rumus teknik Slovin, maka diperoleh ukuran sampel (n) sebanyak 100, namun untuk lebih mewakili maka dilakukan penambahan sampel sebanyak 30 sehingga sampel yang digunakan sebesar 130 pengguna Google Plus.

3.2.4.3 Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, sehingga dapat memperoleh nilai karakteristik perkiraan (estimate value). Menurut Charles

Stangor (2011:110), “Sampling refers to the selection of people to participate in a research project, usually with the goal of being able to use these people to make inferences about a larger group of individuals”. Teknik sampling mengacu pada pemilihan orang-orang untuk berpartisipasi dalam sebauh proyek penelitian,


(53)

biasanya digunakan untuk tujuan membut kesimpulan tentang kelompok yang lebih besar dari individu.

Menurut Ulber Silalahi (2009:239):

Pemilihan sampel atau penarikan sampel (sampling) dapat diartikan sebagai proses memilih sejumlah unit, elemen, atau subjek dari dan yang mewakili populasi untuk dipelajari yang dengannya dapat dibuat generalisasi atau inferensi tentang karakteristik dari satu populasi yang diwakili.

Menurut Maholtra (2009:375) “Sebuah teknik sampling dapat

diklasifikasikan sebagai non probabilitas dan probabilitas”. Sampel probability merupakan sampel dimana setiap elemen atau anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk terpilih sebagai sampel sedangkan sampel non probability kebalikan dari probability dimana setiap elemen atau populasi tidak memiliki peluang yang sama dan pemilihan sampel bersifat objektif.

Sampel probability memiliki empat jenis teknik penarikan yaitu simple

random sampling, sistematic sampling, stratification sampling, dan cluster sampling. Sedangkan sampel non probability memiliki tiga jenis teknik penarikan

yaitu convinience sampling, purposive sampling, dan snowball sampling.

Setelah memperoleh data dari responden yang merupakan populasi penelitian, penulis mengambil sampel berdasarkan teknik simple random

sampling. Menurut Mark L. Bernson et al (2012:250) menyatakan “In a simple random sample, every item from a frame has the same chance of selection as every other item”. Oleh karena itu hak setiap subjek sama, maka peneliti terlepas dari perasaan ingin mengistimewakan satu atau beberapa subjek untuk dijadikan sampel. Sampel yang didapatkan harus memiliki hasil penelitian, untuk itu perlu


(54)

dilakukan langkah-langkah sistematis untuk mendapatkan sampel yang representatif.

3.2.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengolahan data mengacu pada cara yang digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Untuk memperoleh data yang lengkap dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik penelitian seperti berikut :

1. Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data dengan cara mempelajari buku, makalah, situs web-site, majalah guna memperoleh informasi yang berhubungan dengan teori-teori dan konsep-konsep yang berkaitan dengan masalah dan variabel yang diteliti yang terdiri dari perbedaan individu, lingkungan sosio-budaya, dan behavioral intention.

2. Kuesioner dilakukan dengan menyebarkan seperangkat daftar pertanyaan secara online kepada responden yaitu pengguna Google Plus di Indonesia. Dalam kuesioner ini penulis mengemukakan beberapa pertanyaan yang mencerminkan pengukuran indikator dari variabel X1 (perbedaan individu), variabel X1(lingkungan sosio-budaya), dan variabel Y (behavioral intention). Kemudian memilih alternatif jawaban yang telah disediakan pada masing-masing alternatif jawaban yang dianggap paling tepat. Kuesioner yang disebar oleh peneliti secara terbuka di Google Plus.

Langkah-langkah penyusunan kuesioner adalah sebagai berikut: a) Menyusun kisi-kisi angket atau daftar pertanyaan.


(1)

196

c. Melakukan beberapa event lokal di Indonesia seperti konser band, live music, conference, dan interview melalui Google Plus HangOut untuk meningkatkan aktivitas pengguna Google Plus.

d. Memberikan pengalaman emosional dan pengembangan produk yang didasarkan pada kebutuhan sosial pengguna akan mendorong pengguna untuk semakin sering mengunjungi dan mengakses Google Plus karena adanya ketergantungan dalam menggunakan social networks tersebut.

3. Hasil penelitian menyatakan bahwa perbedaan individu dan lingkungan sosio-budaya memiliki pengaruh yang positif terhadap behavioral intention khususnya pada pengguna Google Plus, maka penulis merekomendasikan agar perusahaan tetap menjaga dan memaksimalkan pengembangan layanan berdasarkan perbedaan individu dan lingkungan sosio-budaya. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi dasar untuk dilakukannya penelitian lain mengenai behavioral intention tetapi dengan indikator, model serta objek yang berbeda. Beberapa alternatif penelitian yang bisa dilakukan yaitu menambahkan konstrak facilitating condition dan membuat hubungan terhadap use behavior.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Ajzen, I. dan Fishbein, M. 1975. Understanding Attitudes and Predicting Social Behavior. Prentice-hall, Englewood Cliffs, NJ

Ali, Moch. 1985. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa

Alma, Bukhari. 2007. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung : CV Alfabeta

Arikunto, Suharsimi. 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Yogyakarta : Bina Aksara

Bernson, Mark L. et al. 2012. Basic Business Statistics: Concept and Aplication 12th Edition. Pearson Prentice Hall

Cozby, Paul C. dan Scott C. Bates. 2012. Method in Behavioral Research. McGrawHill

Davis, F. D. 1989. Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, and User Acceptance of Information Technology, MIS Quarterly (13:3). pp. 319-340. Djaslim, Saladin. 2003. Dasar-dasar Manajemen Pemasaran. Bandung: Penerbit

CV. Mandar Maju

Engel, James. Blackwell Roger dan Miniard Paul. 2005. Consumer Behavior. USA : Harcourt College Publisher

Francis Buttle. 2009. Customer Relationsip Manahement: Concept and Technologies. USA: Elsevier Ltd

Ghazali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Ghazali, Imam. 2006. SEM Metode Alternatif dengan Partial Least Square. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Hawkins, Del I & David L Mothersbaugh. 2010. Consumer Behavior Builing Marketing Strategy. McGraw Hill

Hermawan, Asep. 2009. Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif. Jakarta : PT Gramedia Widyasarana Indonesia


(3)

198

Hoyer, Wayne D. & Deborah J. Maclnnis. 2012. Consumer Behavior. Wadsworth/Cengange Learning

Hurriyati, Ratih. 2008. Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen. Bandung : CV. Alfabeta

Jackson, Sherri L. 2012. Research Method: A Modular Approach 2nd Edition. Wadsworth/Cengange Learning

Kotler, Philip & Gary Armstrong. 2012. Principles of Marketing, 14th Edition, Pearson International Edition, New Jersey: Prentice Hall.

____________________________ 2011. Marketing an Introduction, Tenth Edition, Pearson International Edition, New Jersey: Prentice Hall.

____________________________ 2008. Principles of Marketing, Pearson International Edition, New Jersey: Prentice Hall.

Kotler, Philip & Kevin L. Keller. 2012. Marketing Management, 14th Edition, Pearson International Edition, New Jersey: Prentice Hall.

____________________________ 2009. Marketing Management, Pearson International Edition, New Jersey: Prentice Hall.

Malhotra, Narkesh K. 2009. Riset Pemasaran, Penerapan Terapan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Mowen, John C. dan Michael Minor. 2002. Perilaku Konsumen Alih Bahasa Lina Salim . Jakarta : Erlanggga

Parasuraman, A., Zeithaml, V. & Berry, L. 1988. SERVQUAL: Multiple-item Scale for Measuring Consumer Perceptions of Service Quality. Journal of Retailing, 64, 12-40

Peter, J Paul dan Olson, Jerry C. 2010. Consumer Behavior and Marketing Strategy 9th Edition. McGrawHill

Riduwan dan Sunarto. 2010. Statistika untuk Pendidikan, Sosial, Ekonomi. Komunikasi dan Bisnis. Bandung: Afabeta.

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Jogjakarta:Graha Ilmu.

Schiffman, Leon G dan Lesli Laizer Kanuk. 2010. Consumer Behavior 10th Edition. Pearson Prentice Hall


(4)

Schiffman, Leon G. dan Lesli Laizer Kanuk. 2008. Consumer Behavior; Ninth Edition. Pearson Prentice Hall.

Sekaran, Uma. 2009. Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi Empat. Jakarta: Salemba Empat

Sekaran, Uma dan Roger Bougee. 2009. Research Methods for Business: A Skill Building Aproach. New Jersey : John Wiley & Sons

Silalahi, Ulber. 2009. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT Refika Aditama Stangor, Charles. 2011. Research Method for the Behavioral Science.

Wadsworth/Cengange Learning

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : CV. Alfabeta

Sutisna. 2003. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung: Rosdakarya

Tjiptono, Fandy. Gregorius Chandra dan Andriana D. 2008. Pemasaran Strategic. Yogyakarta : Andi Offset

Umar, Husein. 2008. Metode Riset Bisnis. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Venkatesh, Viswanath. Michael G. Morris, Gordon B. Davis, dan Fred D. Davis.

2003. User Acceptance of Information technology: Toward a Unified View. Management Information System Research Center. Vol. 27 No. 3, pp 425-478

Yamin, Sofyan dan Heri Kurniawan. 2011. Partial Least Square Path Modeling. Salemba Infotek

Zikmund, William G. dan Barry J. Babin. 2007. Exploring Marketing Research 9th Edition. Thompson South Western


(5)

200

Jurnal

Deng, Shengli. et al. 2011. An empirical study on determinants of web based question-answer service adoption. Online Information Review Vol. 35 No. 5, 2011

Edwin Japarianto. 2006. Budaya dan Behavioral Intention Mahasiswa dalam Menilai Service Quality Universitas Kristen Petra. Jurnal Manajemen Pemasaran Universitas Kristen Petra

Hsiao, Kuo-Lun. 2011. Why internet users are willing to pay for social networking services. Online Information Review Vol. 35 No.5

Kabadayi, Sertan and Reetika Gupta. 2011. Managing motives and design to

influence web site revisits. Journal of Research in Interactive Marketing Vol.

5 No. 2/3

Li, David C. 2011. Online social network acceptance: a social perspective. Internet Research Vol. 21 No.5

Mital, Monika and Sumit Sarkar. 2011. Multihoming behavior of users in social networking web sites: a theoretical model. Information Technology & People Vol. 24 No.4

Nyland, Rob and Chris Near. 2007. Jesus is My Friend: Religiosity as a Mediating Factor in Internet Social Networking Use. Paper Presented at the AEJMC Midwinter Conference, Feb 23-24, 2007 in Reno, Nevada

Pinho, J.C. Martins Rodrigues and Ana Maria Soares. 2011. Examining the Technology Acceptance Model in the adoption of social networks. Journal of Research in Interactive Marketing Vol. 5 No. 2/3

Tatik Suryani. 2002. Analisis Perilaku Pelanggan Surat Kabar Jawa Pos di Kotamadya Surabaya. Ventura: Jurnal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi vol. 5 no. 2 (2002), page 143.

Sheng, Margaret L. et al. 2011. The asymmetric - effect of online social networking attribute-level performance. Industrial Management & Data Systems Vol. 111 No. 7

Shu, Wesley and Yu-Hao Chuang. 2011. The perceived benefits of six-degree separation social networks. Internet Research Vol. 21 No.1


(6)

Yang, T.Andrew et. al. 2008. The 8C Framework as a Reference Model for Collaborative Value Webs in the Context of Web 2.0. The 41st Hawaii International Conference on System Sciences – 2008

Zeithaml., A. Valerie., Berry. L.L., dan A Parauraman. 1996. The Behavioral Consequence of Service Quality. Journal of Marketing. Vol. 60 No. 3, pp 31-46

Website

www.aworldoftweets.com www.brightedge.com www.comscore.com www.domo.com www.flowtown.com www.go-gulf.com

www.internetworldstats.com www.kominfo.go.id

www.nielsenwire.com www.searchengineland.com www.semiocast.com

www.socialbakers.com www.urbansosial.com

http://technolog.msnbc.msn.com plus.google.com/gplus