Pengemasan Paket Wisata City Tour Berbasis Budaya di Kota Denpasar - Bali.

(1)

PENGEMASAN PAKET WISATA

BERBASIS BUDAYA DI KOTA DENPASAR

I WAYAN GEDE ARY MAHENDRA PUTRA

PROGRAM STUDI S1 INDUSTRI PERJALANAN WISATA

PENGEMASAN PAKET WISATA CITY TOUR

BERBASIS BUDAYA DI KOTA DENPASAR

WAYAN GEDE ARY MAHENDRA PUTRA 1112025030

FAKULTAS PARIWISATA

PROGRAM STUDI S1 INDUSTRI PERJALANAN WISATA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016

CITY TOUR

BERBASIS BUDAYA DI KOTA DENPASAR - BALI

WAYAN GEDE ARY MAHENDRA PUTRA


(2)

i ABSTRAK

Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata Fakultas Pariwisata

Universitas Udayana Skripsi

A. Nama : I Wayan Gede Ary Mahendra Putra

B. Judul : Pengemasan Paket Wisata City Tour Berbasis Budaya di Kota Denpasar – Bali

C. Jumlah Halaman : 97 halaman + 32 lampiran D. Isi Ringkasan :

Kota Denpasar memiliki beragam potensi wisata, yaitu potensi wisata budaya seperti : bangunan bersejarah, atraksi seni, pasar tradisional dengan berbagai macam makanan tradisionalnya serta aktivitas masyarakat yang berkaitan dengan budaya. Dengan adanya potensi-potensi tersebut dapat dikembangkan menjadi paket wisata city tour di Kota Denpasar. Berkaitan dengan pengemasan paket wisata city tour, maka rumusan permasalahan yang dapat diangkat adalah (1) Bagaimana potensi yang dimiliki Kota Denpasar sebagai daya tarik wisata budaya?, (2) Bagaimana pengemasan paket wisata city tour berbasis kebudayaan di Kota Denpasar?

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi yang dimiliki oleh Kota Denpasar sebagai daya tarik budaya, mengetahui cara pengemasan paket wisata city tour berbasis kebudayaan di Kota Denpasar. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan observasi, wawancara, dan studi kepustakaan.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Kota Denpasar memiliki potensi wisata yang mayoritas terdiri dari potensi wisata budaya, potensi-potensi yang dijadikan paket wisata dalam penelitian ini yaitu pesona puri dan pura, pasar tradisional dan museum yang ada di Kota Denpasar. Potensi tersebut kemudian dikemas dalam tiga bentuk yaitu, bentuk uraian, bentuk tabel, dan bentuk grafik yang terdiri atas empat paket wisata diantaranya : Paket Wisata Melali ke Puri, Paket Wisata Heritage Denpasar City Tour, Paket Wisata Barong City Tour, Paket Wisata Historic Denpasar City Tour.

Saran yang ingin disampaikan yaitu pemerintah diharapkan untuk saling berkoordinasi dan melihat potensi yang ada agar mampu menggalakkan serta membuat paket wisata city tour yang lebih menarik sehingga tidak muncul kejenuhan pada paket-paket wisata yang sudah ada. E. Kata Kunci : Potensi, Wisata Budaya, Paket Wisata


(3)

ii ABSTRACT

Tour and Travel Industry Program Tourism Faculty Udayana University

Undergraduate Thesis

A. Name : I Wayan Gede Ary Mahendra Putra

B. Title : The Packaging of City Tour Package to based culture in the city of Denpasar

C. Number of pages : 97 pages + 32 appendix

D. Summary :

Denpasar city has a variety of tourist potential, namely the potential of cultural tourism such as historical buildings, art attractions, a traditional market with a wide variety of traditional dishes as well as community activities related to culture. Given these potentials can be developed into a tourist city tour packages in Denpasar. In connection with the travel package packing city tour, then the formulation of issues to be discussed are (1) How is the potential of the city of Denpasar as a cultural tourist attraction ?, (2) How packaging travel packages culture-based city tour in Denpasar?

This study aims to determine the potential of the city of Denpasar as cultural charms, knowing the way of packaging travel packages culture-based city tour in the city of Denpasar. Data collection techniques in this study was done by observation, interview, and literature study.

The results of this study indicate that the city of Denpasar has tourism potential which comprise the majority of the potential of cultural tourism, the potential that made travel packages in this study is the charm of the castle and temple, traditional market and museum in the city of Denpasar The potential is then packaged in three forms, namely, in narrative form, tabular and graphical form four- travel packages including: Melali ke Puri, Heritage Denpasar City Tour, Barong City Tour, Historic Denpasar City Tour.

Suggestions to say that the government is expected to coordinate their work and see the potential that exists to be able to promote and create travel packages more attractive city tour so it does not appear saturation on tour packages that already exist.


(4)

iii

PENGEMASAN PAKET WISATA

CITY TOUR

BERBASIS BUDAYA DI KOTA DENPASAR-BALI

Nama : I Wayan Gede Ary Mahendra Putra

NIM : 1112025030

Telah dinyatakan LULUS dengan predikat SANGAT MEMUASKAN pada tanggal 15 April 2016 di Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata Fakultas Pariwisata Universitas Udayana.

Disetujui

Pembimbing I

I Made Kusuma Negara, SE., M.Par. NIP. 19780529 200312 1 001

Pembimbing II

I Putu Sudana, A.Par., M.Par. NIP. 19720306 200501 1 001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana

Drs. I Made Sendra, M.Si. NIP. 19650822 200003 1 001

Ketua Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata Fakultas Pariwisata Universitas Udayana

I Made Kusuma Negara, SE., M.Par. NIP. 19780529 200312 1 001


(5)

iv

PENGEMASAN PAKET WISATA

CITY TOUR

BERBASIS BUDAYA DI KOTA DENPASAR-BALI

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata Fakultas Pariwisata Universitas Udayana pada tanggal 15 April 2016 dan dinyatakan LULUS dengan predikat SANGAT MEMUASKAN.

TIM PENGUJI

Ketua : I Made Kusuma Negara, SE., M.Par. ( ) Sekretaris : I Putu Sudana, A.Par., M.Par. ( ) Anggota :1. Luh Gede Leli Kusuma Dewi, S.Psi., M.Par. ( )

2. Drs. I Ketut Suwena, M.Hum. ( ) 3. I GPB. Sasrawan Mananda, SST.Par., MM., M.Par. ( )

Mengetahui, Dekan Fakultas Pariwisata

Universitas Udayana

Drs. I Made Sendra, M.Si. NIP. 19650822 200003 1 001

Ketua Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata Fakultas Pariwisata Universitas Udayana

I Made Kusuma Negara, SE., M.Par. NIP. 19780529 200312 1 001


(6)

v

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : I Wayan Gede Ary Mahendra Putra NIM : 1112025030

Program Studi : Industri Perjalanan Wisata

Menyatakan bahwa Skripsi saya yang berjudul “Pengemasan Paket Wisata City Tour Berbasis Budaya di Kota Denpasar-Bali” adalah hasil tulisan saya sendiri dan didalamnya tidak terdapat tindakan meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapatan atau pemikiran dari penulis yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri, serta tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan penulis aslinya. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa saya melakukan tindakan yang bertentangan dengan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini dan berarti gelar dan ijazah yang telah diberikan oleh Universitas batal saya terima.

Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Denpasar, 20 April 2016 Yang membuat pernyataan

I Wayan Gede Ary Mahendra Putra 1112025030


(7)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena berkat anugrah, karunia dan pertolongannya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengemasan Paket Wisata City Tour Berbasis Budaya di Kota Denpasar – Bali”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pariwisata pada Program studi S1 Industri Perjalanan Wisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana.

Skripsi ini bisa terselesaikan karena adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan kali ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. I Made Sendra, M.Si., Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana.

2. Bapak I Made Kusuma Negara, S.E.,M.Par. Ketua Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata sekaligus Pembimbing 1 yang telah banyak memberikan saran dan masukan sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.

3. Bapak I Putu Sudana, A.par.,M.Par. sebagai pembimbing 2 yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan saran serta masukan sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.

4. Ibu Luh Gede Leli Kusuma Dewi, S.Psi. selaku Pembimbing Akademik dan penguji yang telah memberikan bimbingan selama masa perkuliahan dan member dukungan agar skripsi ini cepat terselesaikan.

5. Bapak Drs. I Ketut Suwena, M.Hum selaku penguji dalam skripsi yang telah bersedia membantu memberikan masukan sehingga skripsi ini bisa disempurnakan dan terselesaikan dengan baik.


(8)

vii

6. Bapak I Gst. Putu Bagus Sasrawan Mananda, S.ST.Par.,M.M.,M.Par selaku penguji dalam skripsi yang telah member kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu dosen pengajar Fakultas Pariwisata Universitas Udayana, atas segala bentuk ilmu pengetahuan yang telah diberikan pada masa perkuliahan. 8. Staff Tata Usaha dan Perpustakaan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana

yang telah membantu penulis di dalam pengurusan administrasi.

9. Bapak dan Ibu Informan di masing-masing daya tarik wisata city tour di Kota Denpasar.

10.Bapak dan Ibu selaku orang tua dalam membantu memberikan dukungan baik moral maupun material sehingga penulis bisa menyelesaikan sripsi.

11.Indah Agustina dan Dion Prayoga yang selalu mendampingi dan memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

12.Teman-teman mahasiswa Fakultas Pariwisata angkatan 2011 khususnya teman-teman Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata yang selalu berbagi ilmu dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun guna kesempurnaan skripsi ini ke depannya. Akhir kata, penulis berharap semoga srkripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan.

Denpasar, 11 Maret 2016


(9)

viii DAFTAR ISI JUDUL

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

SURAT PERNYATAAN... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I ... PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian Lapangan ... 6

1.5 Sistematika Penulisan ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya ... 8

2.2 Tinjauan Konsep ... 12

2.2.1 Tinjauan Tentang Pariwisata ... 12

2.2.2 Tinjauan Tentang Potensi Wisata ... 12

2.2.3 Tinjauan Tentang Paket Wisata ... 15

2.2.4 Tinjauan Tentang City Tour ... 22

2.2.5 Tinjauan Tentang Pariwisata Budaya ... 29

2.2.6 Tinjauan Tentang Daya Tarik Wisata ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

3.1 Lokasi Penelitian ... 32

3.2 Definisi Operasional Variabel ... 32

3.3 Jenis Jenis dan Sumber Data ... 34

3.3.1 Jenis Data... 34

3.3.2 Sumber Data ... 34

3.4 Teknik Penentuan Informan ... 35

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 35

3.5.1 Observasi ... 35

3.5.2 Wawancara ... 36

3.5.3 Studi Pustaka ... 36

3.6 Teknik Analisis Data ... 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37

4.1 Gambaran Umum Kota Denpasar ... 37

4.2 Potensi Wisata di Kota Denpasar yang dijadikan Paket Wisata City Tour ... 40

4.2.1 Puri Agung Satria Denpasar ... 40

4.2.2 Puri Agung Kesiman ... 41

4.2.3 Puri Pemecutan ... 44


(10)

ix

4.2.5 Pura Petilan “Pengerebongan” ... 50

4.2.6 Museum Bali ... 52

4.2.7 Museum Sidik Jari ... 58

4.2.8 Monumen Perjuangan Rakyat “Bajra Sandhi” ... 59

4.2.9 Taman Werdhi Budaya (Art Center) ... 62

4.2.10 Taman Puputan Badung ... 63

4.2.11 Desa Budaya Kertalangu ... 65

4.2.12 Pasar Tradisional Kumbasari ... 67

4.2.13 Objek Wisata Pasar Burung Satria ... 68

4.2.14 Pengrajin Bokor ... 70

4.2.15 Barong & Keris Dance Catur Eka Budhi Kesiman ... 72

4.2.16 Sanggar Seni Pengrajin Patung/Ogoh-ogoh “Gases” ... 73

4.2.17 Pengrajin Suling Bali dan Rebab ... 74

4.2.18 Pengrajin Wadah dan Petulangan ... 76

4.3 Pengemasan Paket Wisata City Tour di Kota Denpasar ... 77

4.3.1 Pengemasan Paket Wisata City Tour di Kota Denpasar dalam Bentuk Uraian ... 78

4.3.2 Pengemasan Paket Wisata City Tour di Kota denpasar dalam Bentuk Tabel ... 83

4.3.3 Pengemasan Paket Wisata City Tour di Kota denpasar dalam Bentuk Grafik ... 88

4.3.4 Harga Kemasan Paket Wisata City Tour di Kota Denpasar ... 92

4.3.5 Analisis Pasar ... 94

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 95

5.1 Simpulan ... 95

5.2 Saran ... 97 DAFTAR PUSTAKA


(11)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Wisatawan yang Datang Langsung ke Bali per Tahun

2011-2015 ... 2

Tabel 4.1 Paket Wisata Melali ke Puri ... 84

Tabel 4.2 Paket Wisata Heritage Denpasar City Tour ... 85

Tabel 4.3 Paket Wisata Beatiful Cultural of Denpasar City Tour ... 86

Tabel 4.4 Paket Wisata Historic Denpasar City Tour ... 87

Tabel 4.5 Harga Paket Wisata Melali ke Puri ... 92

Tabel 4.6 Harga Paket Wisata Heritage City Tour ... 93

Tabel 4.7 Harga Paket Wisata Beautiful Cultural of Denpasar City Tour ... 93


(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Melali ke Puri ... 88

Gambar 4.2 Heritage Denpasar City Tour ... 89

Gambar 4.3 Beautiful Cultural of Denpasar City Tour... 91


(13)

xii

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Peta Pulau Bali dan Kota Denpasar

Lampiran 2 Foto-foto Obyek Wisata di Kota Denpasar Lampiran 3 Pedoman Wawancara

Lampiran 4 Daftar Informan


(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan sastra sekarang ini sangat pesat dan keluar dari kaidah-kaidah penulisan yang ada. Banyak hal-hal yang baru yang muncul dan tidak sesuai dengan konvensi-konvensi. Oleh karena itu dalam pembicaran ini dicoba untuk menerapkan teori-teori dalam menganalisis sajak Indonesia untuk turut mengembangkan studi sastra dan kesusastraan Indonesia.Salah satu penyair pada era 45 yaitu Chairil Anwar yang sering di sebut sebagai pelopor angkatan 45 dengan corak dan gaya penulisan sajaknya yang terlepas, bebas dan tidak terikat pada konvensi-konvensi yang ada pada masa itu. Teori struktural dan semiotik dewasa ini merupakan salah satu teori sastra yang terbaru disamping teori estetika resepsi dan dekonstruksi. Akan tetapi, teori ini belum banyak dimanfaatkandalam bidang kritik sastra di Indonesia.

Studi sastra bersifat semiotik merupakan usaha untuk menganalisis karya sastra, di sini sajak khususnya, sebagai suatu sistem tanda-tanda dan menentukan konvensi-konvensi apa yang memungkinkan karya sastra mempunyai makna. Dengan melihat variasi-variasi di dalam struktur sajak atau hubungan dalam (internal) antara unsur-unsurnya akan dihasilkan bermacam-macam makna.

Semiotik seperti yang diungkapkan oleh Rachmat Djoko Pradopo yaitu bahwa bahasa sebagai medium karya sastra sudah merupakan sistem semiotik atau ketandaan,yaitu sistem ketandaan yang mempunyai arti. Medium karya sastra bukanlah bahan yang bebas (netral) seperti bunyi pada seni musik ataupun warna pada lukisan. Warna cat sebelum digunakan


(15)

2

dalam lukisan masih bersifat netral, belum mempunyai arti apa-apa sedangkan kata-kata (bahasa) sebelum dipergunakan dalam karya sastra sudah merupakan lambang yang mempunyai arti yang ditentukan oleh perjanjian masyarakat (bahasa) atau ditentukan oleh konvensi-konvensi masyarakat. Lambang-lambang atau tanda-tanda kebahasaan itu berupa satuan-satuan bunyi yang mempunyai arti oleh konvensi masyarakat. Bahasa itu merupakan sistem ketandaan yang berdasarkan atau ditentukan oleh konvensi (perjanjian) masyarakat. Sistem ketandaan itu disebut dengan semiotik. Begitu pula ilmu yang mempelajari sistem tanda-tandaiti disebut semiotika (2009:121).

Sedangkan struktural dalam sajak atau karya sastra yang menganggap bahwa sebuah karya sastra adalah sebuah struktur. Struktur di sini dalam arti bahwa karya sastra itu merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem,yang di antara unsur-unsurnya terjadi hubungan yang timbal balik,saling menentukan. Jadi, kesatuan unsur-unsur dalam sastra bukan hanya berupa kumpulan-kumpulan atau tumpukan hal-hal atau benda-benda yang berdiri sendiri-sendiri,melainkan hal-hal itu saling berkaitan,saling terikat,dan saling bergantung (2009:118).

Dalam proposal ini, penulis mengambil salah satu puisi karya Chairil Anwar yang berjudul “Penerimaan” dalm bukunya “Deru Campur Debu”yang akan dianlisias secara struktural semiotik.


(16)

3 1.2 Rumusan Masalah

latar belakang yang telah dipaparkan, hal-hal yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.2.1 Bagaimanakah kemampuan menganalisis struktural semiotik puisi Penerimaan

karya Chairil Anwar oleh siswa kelas XI SMA Saraswati 1 Denpasar tahun pelajaran 2011/2012 ?

1.2.2 Bagaimanakah kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa kelas XI SMA Saraswati 1 Denpasar tahun pelajaran 2011/2012 dalam menganalisis puisi Penerimaan karya Chairil Anwar ?

1.2.3 Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan siswa kelas XI SMA Saraswati 1

Denpasar tahun pelajaran 2011/2012 kesulitan dalam menganalisis puisi Penerimaan karya Chairil Anwar ?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum hasil penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan siswa dalam menganalisis karya sastra (puisi).

1.3.2 Tujuan khusus

1.3.2.1 Untuk mengetahui kemampuan siswa kelas XI SMA Saraswati 1

Denpasar tahun pelajaran 2011/2012 dalam menganalisis puisi Penerimaan karya Chairil Anwar.


(17)

4

1.3.2.2 Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa kelas XI SMA Saraswati 1 Denpasar tahun pelajaran 2011/2012 dalam menganalisis puisi Penerimaan karya Chairil Anwar.

1.3.2.3 Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan siswa kelas XI SMA Saraswati 1 Denpasar tahun pelajaran 2011/2012 kesulitan dalam menganalisis puisi Penerimaan karya Chairil Anwar.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Kemampuan menganalisis puisi Penerimaan ini yang dimaksud adalah terbatas pada kemampuan menganalisis struktur kepuitisan yang terdiri dari beberapa kriteria yaitu pilihan kata, bahasa kiasan, citraan.

1.5 Manfaat Penelitian 2.2.1.1Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan atau memperkaya khasanah ilmu pengetahuan pada umumnya dan bidang studi Bahasa Indonesia khususnya.

2.2.1.2 Manfaat Praktis 1.5.2.1 Bagi siswa

 Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

siswa tentang pembelajaran analisis structural semiotik puisi.

 Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi siswa dalam menganalisis structural semiotik puisi.


(18)

5 1.5.2.2 Bagi guru

 Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan/

input bagi guru khususnya guru Bahasa dan Sastra Indonesia untuk m emperbaiki strategi atau metode pembelajaran.

 Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi feed back atau umpan balik bagi guru dalam proses pembelajaran.

1.5.2.3 Bagi pengembang kurikulum

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pengembang kurikulum agar memberikan alokasi waktu yang seimbang antara pengajaran bahan dan teori sastra.

1.5.2.4 Bagi penyusun buku ajar

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi penyusun buku ajar sebagai bahan referensi untuk penyusunan buku selanjutnya.

1.6

Asumsi Penelitian

Sejumlah anggapan dasar yang dijadikan landasan pemikiran, baik dalam menetapkan populasi, sampel, maupun dalam memilih teknik pemilihan atau penarikan sampel dalam penelitian ini, dapat dikemukakan seperti di bawah ini:

1. Kurikulum yang diterapkan oleh guru di SMA Saraswati 1 Denpasar yang

mengajar di kelas XI tahun pelajaran 2011/2012 adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).


(19)

6

2. Guru yang mengajar di SMA Saraswati 1 Denpasar untuk kelas XI tahun pelajaran

2011/2012 telah memiliki kualifikasi dan kewenangan dalam mengajarkan Bahasa dan Sastra Indonesia.

3. Perbedaan jenis kelamin pada kelas XI SMA Saraswati 1 Denpasar tahun pelajaran

2011/2012 tidak mempengaruhi hasil penelitian ini.

4. Siswa kelas XI SMA Saraswati 1 Denpasar tahun pelajaran 2011/2012 memiliki alat pendengaran yang baik.

5. Guru bidang studi Bahasa Indonesia yang mengajar di kelas XI SMA Saraswati Denpasar 2011/2012 mendatangkan model dalam pembelajaran puisi.


(20)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1. Kajian Pustaka

Pada bagian ini akan dipaparkan tentang beberapa penelitian yang memiliki persamaan dengan penelitian yang penulis akan lakukan. Tujuannya adalah sebagai bahan masukan dalam melakukan penelitian yang berjudul ″Kemampuan analisis struktural semiotic puisi penerimaan karya chairil anwar oleh siswa kelas XI SMA Saraswati 1 Denpasar tahun pelajaran 2011/2012″, untuk mendapatkan gambaran jelas sekaligus dapat sebagai bahan perbandingan.

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh I Nyoman Merta, penelitiannya berjudul Analisis struktur dan semiotik puisi kontemporer ″Tragedi Winka dan Sihka″ karya Sutardji Calzoum Bachri. Dalam penelitian itu, peneliti menggunakan teori yang berkaitan dengan masalah yang dibahas yaitu : (1) pengertian puisi, (2) apresiasi puisi, (3) sifat-sifat puisi, (4) unsur-unsur pembangun puisi, (5) hakikat puisi kontemporer, (6) ragam puisi kontemporer, (7) analisis struktur dan analisis semiotik.

Metode yang digunakan dalam penenlitian itu adalah metode penentuan subjek penelitian yaitu sajak ″Tragedi Winka dan Sihka″, metode pendekatan subjek penelitian yang digunakan adalah metode empiris, metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumen yang berbentuk buku (sebuah puisi), dan metode pengolahan data yang digunakan adalah metode kualitatif sintesis dan disajikan secara deskriptif.

Hasil dari penelitian itu menunjukkan bahwa puisi kontemporer ″Tragrdi Winka dan Sihka″ berhasil dianalisis dengan baik dari segi struktural dan semiotik. Dari semiotik


(21)

8

ditemukan makna dari puisi tersebut, yaitu tentang ketidakharmonisan dalam keluarga yang berakhir dengan sebuat tragedi.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Ni Desak Gede Suastini, penelitiannya berjudul ″Kemampuan Memahami Hubungan Intertekstual antara Puisi Karya Amir Hamzah dengan Puisi Karya Chairil Anwar Siswa Kelas X SMA 1 Ubud Gianyar Tahun Pelajaran 2008/2009.″ Dalam penelitian itu, peneliti menggunakan teori yang berkaitan dengan materi yang dibahas yaitu : (1) pengertian puisi, (2) hakikat dan metode puisi, (3) unsur-unsur puisi, (4) apresiasi puisi, dan (5) pengertian hubungan intertekstual.

Metode yang digunakan dalam penelitian itu adalah metode untuk menentukan subjek penelitian digunakan metode sampling, untuk pendekatan subjek penelitian digunakan metode empiris, untuk mengumpulkan data digunakan metode tes, dan untuk mengolah data dipergunakan metode analisis deskriptif.

Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dalam penelitian itu menunjukkan bahwa siswa kelas X SMA Negeri 1 Ubud, tahun pelajaran 2008/2009 tergolong mampu memahami hubungan intertekstual dalam puisi karena angka yang dicapai berada pada angka kelulusan yaitu 7,00.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh I Nengah Edy Yasa Santika yang berjudul Analisis Puisi Bali Anyar Karya Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Bangli Tahun Pelajaran 2009/2010. Dalam penelitian itu, digunakan beberapa teori yang berkaitan dengan judul yang diangkat yakni : (1) apresiasi sastra, (2) tahapan-tahapan apresiasi sastra, (3) sejarah puisi, (4) pengertian puisi, (5) jenis-jenis puisi, (6) unsur pembangun puisi, dan (7) sifat-sifat puisi.

Metode yang digunakan dalam penelitian itu adalah metode untuk menentukan subjek penelitian digunakan metode sampling dengan teknik random sampel. Metode pendekatan subjek digunakan metode empiris, untuk mengumpulkan data digunakan metode


(22)

9

observasi, wawancara, dan tes. Metode pengolahan data digunakan metode analisis statistik deskriptif.

Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dalam penelitian itu menekankan pada kemampuan siswa untuk memahami unsur-unsur yang membangun sebuah puisi khusunya unsur intrinsik puisi tersebut.

Setelah membaca ketiga penelitian itu dan dikaitkan dengan judul penulis ternyata memiliki persamaan dan perbedaannya dengan ketiga penelitian tersebut. Dengan penelitian pertama yang dilakukan oleh I Nyoman Merta, penelitian ini memiliki kesamaan dari segi telaah terhadap unsur yang dominan pada karya tersebut. Puisi yang ditelaah penulis dan I Nyoman Merta sama yakni puisi kontemporer. Perbedaannya terletak pada puisi kontemporer yang dianalisis. I Nyoman Merta menganalisis puisi kontemporer karya Sutardji Calzoum Bachri yang berjudul Tragedi Winka dan Sihka sementara penulis menelaah puisi kontemporer karya Sutardji Calzoum Bacri yang berjudul Amuk.

Penelitian yang kedua, yang dilakukan oleh Ni Desak Gede Suastini, setelah membaca dan dikaitkan dengan judul penulis maka penulis menemukan banyak perbedaan. Dari jenis puisi yang dijadikan bahan penelitian yakni penulis menjadikan puisi kontemporer sebagai objek penelitian sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ni Desak Gede Suastini objek kajiannya adalah puisi konvensional karya Amir Hamzah dan Chairil Anwar. Perbedaan juga terlihat dari hasil yang ingin dicapai., pada penelitian yang dilakukan oleh Ni Desak Gede Suastini adalah agar siswa mampu memahami dan menemukan hubungan intertektual antara puisi karya Amir Hamzah dan puisi karya Chairil Anwar. Penulis merasa dengan demikian, siswa akan semakin sulit dan lama mengetahui dan memahami unsur-unsur intrinsik puisi tersebut. Penulis dalam penelitian ini menekankan pada kemampuan siswa menelaah unsur-unsur yang dominan pada puisi


(23)

10

kontemporer Amuk sehingga nantinya diharapkan siswa mampu mengapresiasikan puisi tersebut dengan baik.

Setelah membaca penelitian yang ketiga, yang dilakukan oleh I Nengah Edy Yasa Santikadan dikaitkan dengan judul penulis maka penulis menemukan persamaan dari segi metode penelitian yang digunakan. Hasil yang diharapkan setelah penelitian ini juga sama yakni menekankan pada kemampuan siswa dalam menelaah atau menganalisis unsur-unsur pembangun puisi. Perbedaannya sendiri terletak pada objek yang diteliti. Pada penelitian yang dilakukan oleh I Nengah Edy Yasa Santika, puisi yang dijadikan objek penelitian adalah puisi Bali Anyar sedangkan penulis menjadikan puisi kontemporer Amuk sebagai objek penelitian.

2.2. Landasan Teori

Menganalisis sajak itu bertujuan memahami makna sajak. Menganalisis sajak adalah usaha menangkap dan memberi makna kepada teks sajak. Karya sastra itu merupakan struktur yang bermakna. Karya sastra itu merupakan sistem tanda yang mempunyai makna yang mempergunakan medium bahasa. Bahasa sebagai medium karya sastra sudah merupakan sistem semiotic atau ketandaan yang mempunyai arti, medium karya sastra bukanlah bahan yang bebas (netral). Teori yang digunakan dalam analisis makalah ini menggunakan teori menurut Riffaterre. Teks atau puisi menurut Michael Riffaterre adalah pemikiran yang dibakukan melalui mediasi bahasa. Dalam semiotik,Riffaterre memperlakukan semua kata menjadi tanda. Langkah-langkah dalam memahami sebuah teks dalam hal ini puisi menurut Michael Riffaterre ada 4, yaitu:

Pembaca harus menemukan kata kunci atau matriks yang terdapat dalam sebuah sajak atau teks.Pembaca juga harus melakukan pembacaan secara heuristik, yaitu sesuai dengan


(24)

11

kompetensi bahasa dan struktur kebahasaannya. Seorang pembaca dituntut untuk

melakukan pembacaan hermeneutik yaitu pembacaan pada tingkat makna.Seorang pembaca harus menemukan hubungan intertekstualitas antara karya sastra tersebut. Seorang pembaca harus mencari sumber teks atau yang lazim disebut hipogram dan harus mencari model dan varian.

Untuk memahami sebuah teks harus mencari unsur-unsur yang ada di dalamnya yaitu unsur-unsur estetik dan unsur-unsur ekstra estetik yang terdapat dalam sebuah karya sastra.untuk mengetahui unsur kepuitisan dan makna luar yang terkandung dalam teks puisi, penulis mengguakan teori strukturalisme. Sedangkan untuk memaknai atau memberi makna dalam setiap sajak penulis menggunakan teori semiotoc. Semiotik adalah teori filsafat umum yang berkenaan dengan produksi tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai bagian dari sistem kode yang digunakan untuk mengomunikasikan informasi. Semiotik meliputi tanda-tanda visual dan verbal serta tactile dan olfactory (semua tanda atau sinyal yang bisa diakses dan bisa diterima oleh seluruh indera yang kita miliki) ketika tanda-tanda tersebut membentuk sistem kode yang secara sistematis menyampaikan informasi atau pesan secara tertulis di setiap kegiatan dan perilaku manusia. Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, ditengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampur adukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda.


(25)

12

Metode yand digunakan dalam menganalisis puisi ini yaitu dengan menganalisis sajak-sajak kedalam unsur-unsur yang memperhatihan hubungan keseluruhan unsur-unsur yang ada.Kemudian setiap unsur sajak diberi makna yang sesuai dengan konvensi puisi.setelah itu memaknai keseluruhan teks puisi berdasarkan analisis tersebut. Studi sastra bersifat semiotik merupakan usaha untuk menganalisis karya sastra, di sini sajak khususnya, sebagai suatu sistem tanda-tanda dan menentukan konvensi-konvensi apa yang memungkinkan karya sastra mempunyai makna. Dengan melihat variasi-variasi di dalam struktur sajak atau hubungan dalam (internal) antara unsur-unsurnya akan dihasilkan bermacam-macam makna.

Semiotik seperti yang diungkapkan oleh Rachmat Djoko Pradopo yaitu bahwa bahasa sebagai medium karya sastra sudah merupakan sistem semiotik atau ketandaan,yaitu sistem ketandaan yang mempunyai arti. Medium karya sastra bukanlah bahan yang bebas (netral) seperti bunyi pada seni musik ataupun warna pada lukisan. Warna cat sebelum digunakan dalam lukisan masih bersifat netral, belum mempunyai arti apa-apa sedangkan kata-kata (bahasa) sebelum dipergunakan dalam karya sastra sudah merupakan lambang yang mempunyai arti yang ditentukan oleh perjanjian masyarakat (bahasa) atau ditentukan oleh konvensi-konvensi masyarakat. Lambang-lambang atau tanda-tanda kebahasaan itu berupa satuan-satuan bunyi yang mempunyai arti oleh konvensi masyarakat. Bahasa itu merupakan sistem ketandaan yang berdasarkan atau ditentukan oleh konvensi (perjanjian) masyarakat. Sistem ketandaan itu disebut dengan semiotik. Begitu pula ilmu yang mempelajari sistem tanda-tandaiti disebut semiotika (2009:121).


(26)

13 1. Pilihan Kata

Kata-kata di dalam sajak adalah kata-kata yang sama sekali berbeda dengan teks dalam bentuk yang lain. Kata-kata dalam sajak memiliki peran sangat esensial karena ia tidak saja harus mampu menyampaikan gagasan, tetapi juga dituntut untuk mampu menggambarkan imaji sang penyair dan memberikan impresi ke dalam diri pembacanya, karena itu kata-kata dalam puisi lebih mengutamakan intuisi, imajinasi, dan sintesis. Pilihan kata yang tedadap dalam puisi “Penerimaan” karya Chairil Anwar:

PENERIMAAN

Kalau kau mau kuterima kau kembali Dengan sepenuh hati

Aku masih tetap sendiri

Kutahu kau bukan yang dulu lagi Bak kembang sari sudah terbagi

Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani


(27)

14 Untukku sendiri tapi

Sedang dengan cermin aku enggan berbagi. (Deru Campur Debu,1959:36)

Pilihan kata yng digunakan seorang Chairil Anwar sangat indah, karena kata-kata yang digunakan menggunakan kata-kata yang mudah dipahami misalnya dalam sajak yang berjudul “Penerimaan”. Selain itu penyusunan kata-katanya sangat tepat dan pemilihan untuk pembentukan sebuah sajak memperhatikan kesesuaiaan kata yang digunakan serta penyusunan antar kata sangat indah.

2. Bahasa Kiasan

Bahasa kiasan merupakan alat yang dipergunakan penyair untuk mencpai spek kepuitisan atau sebuah kata yang mempunyai arti secara konotatif tidak secara sebenarnya. Dalam penulisan sebuah sajak bahasa kiasan ini digunakan untuk memperindah tampilan atau bentuk muka dari sebuah sajak. Basasa kiasan dipergunakan untukmemperindah sajak-sajak yang ditulis seorang penyair. Bahasa sajak ang tedapat dalampuisi “Penerimaan” karya Chairil Anwar adalah sebagai berikut:

a) Repetisi

Repetisi adalah pengulangan bunyi, suku kata, kata, atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Dalam sajak terdapat dalam:


(28)

15 ...

Kalau kau mau kuterima kembali b) Simile atau Persamaan

Simile atau Persamaan adalah perbandingan yang bersifat eksplisit, yaitu langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal lain. Dalam sajak terdapat dalam:

..

Bak kembang sari sudah terbagi ...

c) Pesonifikasi

Personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda mati seolah-olah hidup. Dalam sajak terdapa dalam:

...

Sedang dengan cermin aku enggan berbagi. 3. Citraan

Citraan adalah satuan ungkapan yang dapat menimbulkan hadirnya kesan keindrawian atau kesan mental tertentu. Unsur citraan dalam sebuah puisi merupakan unsur yang sangat penting dalam mengembangkan keutuhan puisi, sebab melaluinya kita menemukan atau dihadapkan pada sesuatu yang tampak konkret yang dapat membantu kita dalam menginterpretasikan dan menghayati sebuah puisi secara menyeluruh dan tuntas.


(29)

16

Citraan dalam puisi terdapat 7 jenis citraan, yaitu citraan penglihatan, citraan pendengaran, citraan gerak, citraan perabaan, citraan penciuman, citraan pencecapan, dan citraan suhu. Penggunaan citraan dalam puisi melibatkan hampir semua anggota tubuh kita, baik alat indra maupun anggota tubuh, seperti kepala, tangan, dan kaki. Untuk dapat menemukan sumber citraan yang terdapat dalam puisi, pembaca harus memahami puisi dengan melibatkan alat indra dan anggota tubuh untuk dapat menemukan kata-kata yang berkaitan dengan citraan. Dalam sajak “Penerimaan” citraan yang digunakan misalnya yaitu citraan penglihatan tedapat dalam”aku msih tetap sendiri, sedangkan dengan cermin aku enggan berbagi. Cermin dapat dilihat dengan indera mata sehingga menggunakan citraan penglihatan.

4. Sarana Retorika

Sarana retorik pada dasarnya merupakantipu muslihat piiran yang mempergunakan susunan bahasa yang khas sehingga pendengar erasa dituntut untuk berpikir. Dalam menyampaikan sebuah ide atau gagasan Chairil Anwar cenderung pada aliran realisme dan ekspresionis.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas saya sebagai penulis dapat menyimpulkan bahwa teori semiotic adalah merupakan usaha untuk menganalisis karya sastra, di sini sajak khususnya, sebagai suatu sistem tanda-tanda dan menentukan konvensi-konvensi apa yang memungkinkan karya sastra mempunyai makna. Dengan melihat variasi-variasi di dalam struktur sajak atau hubungan dalam (internal) antara unsur-unsurnya akan dihasilkan bermacam-macam makna.


(30)

17 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Subjek Penelitian

Metode penentuan subjek penelitian ini merupakan metode untuk menentukan subjek penelitian. Dalam penenlitian ini, akan dijabarkan tentang tempat penelitian, populasi penelitian, dan sampel penelitian.

3.3.1 Tempat Penelitian

Sehubungan dengan masalah yang diteliti, yaitu kemampuan menganalisis structural semiotic puisi “Penerimaan” karya Chairil Anwar oleh siswa kelas XI SMA Saraswati 1 Denpasar , untuk itu tempat penelitian adalah di sekolah SMA Saraswati 1 Denpasar.

3.3.2 Populasi Penelitian

Dalam setiap penelitian unsur populasi mutlak dipergunakan, sebab populasi merupakan sumber data yang akan teliti. Menurut Sudjana (1982: 57) ″Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung maupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif dan karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya″. Pengertian tersebut jelas bahwa populasi adalah semua unsur yang akan diteliti dari sekumpulan objek yang lengkap.

Berdasarkan pengertian diatas, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Saraswati 1 Denpasar tahun


(31)

18

pelajaran 2011/2012. Untuk lebih jelasnya, populasi penelitian ini dapat dilihat dalam table berikut ini :

Tabel 3.1 Populasi Siswa Kelas XI SMA Saraswati 1 Denpasar tahun Pelajaran 2011/2012

No Kelas Jumlah (orang)

1. IPA 1 50

2. IPA 2 46

3. IPA 3 44

4. IPA 4 43

5. IPA 5 42

6. IPA 6 41

7. IPA 7 45

8. IPA 8 40

9. IPS 1 38

10. IPS 2 35

Jumlah 424

3.3.3 Sampel

Surakhmad (1994: 93) menyatakan ″Penarikan sampel adalah penarikan sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi″. Dalam pengertian tersebut maka sampel yang baik adalah sampel yang betul-betul dapat mewakili populasi, pendapat yang sama dikemukakan oleh Sudjana (1982:71) ″ Sampel


(32)

19

adalah sebagian dari populasi yang memiliki sifat-sifat yang sama dengan populasinya″.

Berdasarkan uraian dari pendapat tersebut, maka penelitian ini mengambil 15 % dari jumlah populasi yang ada yaitu 60% x 424 orang = 254,4 (254 orang). Penentuan sampel tersebut didukung oleh pendapat Arikunto (1997: 120) yang menyatakan ″Untuk ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitan populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 60% atau 65% atau lebih.″

Dalam menetapkan jumlah sampel pada sub populasi digunakan perhitungan sebagai berikut :

Jumlah individu setiap kelas x jumlah sampel yang telah ditentukan Jumlah populasi

Dalam menentukan sampel pada penelitian ini, digunakan dua teknik penarikan sampel. Kedua teknik penarikan sampel itu meliputi sampel proporsional (proportional sampling) dan sampel random (random sampling). Penggunaan teknik proporsional sampel (proportional sampling) adalah karena yang menjadi subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Saraswati 1 Denpasar yakni kelas XI IPA dan XI IPS. Adapun kelas XI IPA terdiri dari 8 kelas dan XI IPS terdiri dari 2 kelas. Berikut ini data mengenai sub-sub populasi dari populasi penelitian ini :

1. IPA 1 = 50 x 254 = 29,9 menjadi 30 424


(33)

20 2. IPA 2 = 46 x 254 = 27,5 menjadi 28 424

3. IPA 3 = 44 x 254 = 26,3 menjadi 26

424

4. IPA 4 = 43 x 254= 25,7 menjadi 26

424

5. IPA 5 = 42 x 254 = 25,1 menjadi 25 424

6. IPA 6 = 41 x 254= 24,5 menjadi 25 424

7. IPA 7 = 45 x 254= 26,9 menjadi 27

424

8. IPA 8 = 40 x 254= 23,9 menjadi 24 424

9. IPS 1 = 38 x 254= 22,7 menjadi 23 424

10. IPS 2 = 35 x 254= 20,9 menjadi 21 424


(34)

21

1. IPA 1 50 30

2. IPA 2 46 28

3. IPA 3 44 26

4. IPA 4 43 26

5. IPA 5 42 25

6. IPA 6 41 25

7. IPA 7 45 27

8. IPA 8 40 24

9. IPS 1 38 23

10. IPS 2 35 21

Jumlah 424 255

Pengambilan sampel dengan teknik sampel proporsional ini menghendaki cara pengambilan sampel dari tiap-tiap sub populasi dengan memperhitungkan besar kecilnya sub-sub populasi tersebut. Cara ini dapat memberi landasan generalisasi yang lebih dapat dipertanggungjawabkan daripada tanpa memperhitungkan besar kecilnya sub populasi dan tiap-tiap sub populasi. Sub-sub populasi inilah yang harus dapat mewakili ketika dijadikan sampel. Sub-Sub-sub populasi yang telah ditentukan ini kemudian diambil sampelnya dengan teknik sampel random dengan mengambil sampel secara acak atau tanpa pandang bulu (Hadi, 1987:75). Pengambilan sampel secara random ini bersifat representatif artinya setiap individu dalam populasi mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan sampel.


(35)

22

Adapun proses yang digunakan dalam teknik sampel random ini adalah dengan cara undian. Langkah-langkah dalam penentuan sampel random dengan cara undian antara lain :

1) Buatlah sebuah daftar yang berisi subjek, objek, gejala peristiwa atau kelompok-kelompok yang ada dalam sub populasi.

2) Setiap sub populasi yang telah ditentukan tersebut diberikan nomor undian.

3) Nomor-nomor tersebut ditulis pada secarik kertas, kemudian dimasukkan ke

dalam gelas atau kaleng.

4) Gelas tersebut kemudian ditutup dengan kertas yang sudah dilubangi sedikit.

5) Penulis mengocok gelas tersebut agar sub-sub populasi bercampur.

6) Siswa yang nomor urutannya tercantum dalam kertas yang keluar dari gelas

tersebut berhak menjadi sampel penelitian.

7) Nomor-nomor siswa yang keluar tersebut selanjutnya dicatat dalam sebuah

daftar penelitian.

3.2 Metode Pendekatan Subjek Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan empiris karena kemampuan mengapresiasikan telah dimiliki oleh siswa kelas XI SMA Saraswati 1 Denpasar tahun pelajaran 2011/2012, ini terlihat dari kurikulum yang berlaku yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) materi puisi kontemporer juga sudah diajarkan dan gejala yang akan diselidiki sudah ada sebelumnya secara wajar. Jadi, penulis tidak perlu meciptakan kondisi baru bersangkutan dengan masalah yang diangkat dalam penelitian tersebut.


(36)

23 3.3 Metode Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data pada penelitian ini, diperlukan cara-cara atau teknik pengumpulan data tertentu, sehingga proses penelitian dapat berjalan lancar. Sesuai dengan sumber data yang akan digunakan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan observasi, kuesioner, tes dan pencatatan dokumen.

3.3.1 Observasi

Dalam penelitian ini teknik observasi digunakan untuk memperkuat data, terutama aktivitas pembelajaran siswa di kelas. Dengan demikian hasil observasi ini sekaligus untuk mengkonfirmasikan data yang telah terkumpul melalui wawancara dengan kenyataan yang sebenarnya. Observasi ini digunakan untuk mengamati secara langsung dan tidak langsung tentang kemampuan subjek penelitian dalam menganalisis strukturan semiotic puisi.

3.3.2 Wawancara

Dalam penelitian ini, metode wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak langsung yakni dengan menggunakan kuesioner. Penggunaan kuesioner untuk memperoleh data berkaitan dengan masalah yang diteliti. Peneliti memberikan beberapa pertanyaan terkait dengan masalah yang diteliti untuk dijawab oleh subjek penelitian.

3.3.3 Tes

Peneliti juga memberikan tes kepada subjek penelitian berkaitan dengan masalah yang diteliti untuk memperoleh data yang lebih akurat dan dapat mengukur kemampuan kognitif subjek penelitian.

3.3.4 Pencatatan dokumen

Pencatatan dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen baik yang berada di sekolah ataupun yang berada di luar


(37)

24

sekolah, yang ada hubungannya dengan penelitian ini. Menurut Arikunto (2006: 132), teknik dokumentasi yaitu ″mencari data mengenai hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, suratkabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya″.

3.4 Metode Pengolahan Data

Pengolahan data bertujuan untuk mengadakan generalisasi sifat-sifat atau hubungan yang bersifat khusu sehingga diperoleh sifat-sifat atau hubungan-hubungan umum. Data yang diperoleh dari penelitian ini masih merupakan data mentah/kasar berupa skor mentah, yang diperoleh dari hasil yang harus dikerjaka oleh sekelompok siswa. Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan analisis statistik deskriptif. Metode statistikdeskriptif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis sehingga diperoleh suatu simpulan umum (Netra, 1974:75).

Statistik deskriptif lebih berhubungan dengan pengumpulan, peringkasan serta penyajian hasil peringkasan data (Santoso, 2002). Lebih lanjut ia katakan bahwa, data-data statistik yang dikumpulkan umumnya masih acak, mentah dan tidak terorganisir dengan baik (raw data). Data-data tersebut harus diringkas dengan baik dan teratur, baik dalam bentuk tabel atau persentasi grafis sebagai dasar untuk berbagai pengambilan keputusan. Statistik deskriptif digunakan untuk analisis bagi variabel-variabel yang dinyatakan dengan sebaran frekwensi, baik secara angka-angka mutlak maupun secara persentasi.

Data-data yang telah terkumpul, dianalisis secara sistematis, kritis dan dibuatkan suatu kesimpulan di akhir. Data-data yang berupa angka/kuantitatif dilengkapi dengan rumus-rumus statistik untuk memperoleh skor sandar dari subjek penelitian. Analisis


(38)

25

yang digunakan untuk menghasilkan gambaran dari data yang telah terkumpul berdasarkan jawaban responden adalah melalui distribusi item dari masing-masiang variabel. Penyajian data yang telah terkumpul pembahasannya secara deskriptif dilakukan dengan menggunakan tabel frekuensi.

Rumus yang digunakan untuk menghitung skor standar dengan norma absolut skala seratus adalah :

P = X x 100 SMI

Keterangan : P = persentil

X = skor mentah (skor yang diperoleh siswa)

SMI = Skor maksimal ideal ( diperoleh dengan cara jumlah item dikalikan dengan bobot masing-masing item).

Rumus untuk menghitung skor rata-rata (mean) adalah dengan menjumlahkan data seluruh individu dalam kelompok itu, kemudian dibagi dengan individu yang ada pada kelompok tersebut. Hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

M= Ʃ fx N Keterangan : M: nilai rata-rata N: jumlah individu


(39)

26 Ʃ fx: jumlah nilai


(40)

27

DAFTAR PUSTAKA

Anwar,Chairil. Deru Campur Debu. Jakarta : Dian Rakyat, 2006.

Pradopo, Rahmat Djoko. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.

Pradopo,Rachmat Djoko. Pengkajian Puisi. Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 2009.

Sayuti. Suminto A. Perkenalan dengan Puisi. Yogyakarta:Gama Media, 2002.


(41)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya

Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Petra Deviana, dkk. (2011) yang berlokasi di desa Toya Bungkah, Kintamani Bangli. Penelitian tersebut meneliti tentang “Identifikasi Potensi Wisata Dan Perencanaan Paket Wisata Di Kawasan

Kintamani”. Observasi yang dilakukan terhadap potensi di kawasan Kintamani,

diketahui bahwa masih banyak potesni yang belum dikembangkan dan mendapat perhatian secara maksimal terutama dari pemerintah daerah. Masyarakat lokal sendiri telah memiliki kesadaran yang tinggi akan pariwisata dan berusaha untuk mengembangkan kepariwisataan di daerahnya secara mandiri. Penelitian tersebut memiliki tujuan memeratakan pembangunan di seluruh kawasan Kintamani sehingga tak muncul ketimpangan antara daerah atas dengan bawah. Karena pengembangan pariwisata hanya berfokus di daerah Kintamani di daerah atas saja.

Selain itu, pengembangan periwisata yang dilakukan lebih memperhatikan dan memberdayakan masyarakat lokal sehingga tingkat kesejahteraan di Kintamani dapat diangkat. Bagi Biro Perjalanan Wisata hendaknya dalam mebuat paket wisata lebih memperhatikan keterlibatan masyarakat lokal serta membuat paket wisata minat khusus sehingga tak muncul kejenuhan akan paket-paket wisata yang telah ada. Persamaan dari penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Petra Deviana dkk adalah sama-sama mengidentifikasi potensi fisik dan membuat suatu perencanaan


(42)

paket wisata. Sedangkan untuk perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Petra Deviana dkk adalah pada penelitian ini lebih menonjolkan bagaimana perencanaan paket wisata budaya yang didalamnya mengemas suatu produk produk wisata budaya yang ada di Kota Denpasar sedangkan untuk penelitian yang dilakukan oleh Petra Deviana dkk membuat suatu perencanaan paket wisata yang mengemas produk produk wisata di kawasan Kintamani. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Sudana (2010) yang berlokasikan di kabupaten Bangli khususnya di

kawasan Kintamani. Penelitian tersebut bertemakan “Strategi Pengembangan

Pariwisata Minat Khusus Di Kawasan Pariwisata Kintamani Kabupaten Bangli”.

Penelitian tersebut diketahui bahwa strategi pengembangan pariwisata minat khusus di kawasan Pariwisata Kintamani terdapat ada 2 strategi, yakni strategi grow

dan strategi build, yaitu strategi insentif seperti strategi penetrasi pasar, strategi pengembangan pasar, dan strategi pengembangan produk. Penelitian tersebut memiliki tujuan untuk mengembangkan daya tarik wisata unik yang lain selain penelokan yang ada di kawasan Kintamani seperti, Kedisan, Toya Bungkah, Gunung Batur, dan Trunyan. Karena daerah-daerah tersebut nyaris tidak menjadi daerah yang dikunjungi wisatawan dilihat dari daerah tujuan wisata yang hanya terpusat di daerah penelokan saja yang dijadikan tujuan akhir dari paket wisata yang dirancang oleh biro perjalanan.

Pada penelitian ini ditemukan perbedaan antara penelitian yang sebelumnya dan yang akan dibuat berupa lokasi penelitian yang berada di Kota Denpasar namun memiliki kesamaan karena peneltian yang sebelumnya dilakukan juga membahas mengenai Paket Wisata di Kintamani.


(43)

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Wirawan (2009) yang berjudul “Pengembangan Daya Tarik Wisata Bahari Secara Berkelanjutan di Nusa Lembongan Kabupaten Klungkung”, tujuan dari penelitian ini untuk dapat mengetahui peran dari

stakehorlers dalam pengembangandan manfaat pengembangan bagi masyarakat.

Kesamaan dari penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu sama-sama menggunakan metode deskriptif kualitatif. Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan adalah tempat dibuatnya penelitian.

Penelitian yang dilakukan oleh Swandewi (2014) dengan judul “Pengemasan Paket Wisata Tirta di Kabupaten Buleleng”, penelitian ini dilakukan di Kabupaten Buleleng tepatnya pada tujuh Desa yaitu, Desa Gitgit, Desa Pemaron, Desa Kalibukbuk, Desa Temukus, Desa Banjar, Desa Seririt, dan Desa Pejarakan. Adapun perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah jenis pengemasan paket wisata, penelitian ini berupa pengemasan paket wisata tirta,

sedangkan penelitan yang akan dilakukan adalah pengemasan paket wisata city tour.

Persamaan dari penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif.

Penelitian lainnya yang dikutif dari jurnal internasional yang dilakukan oleh David Bowie (2005) penelitian ini dilakukan di London dengan judul “Tourist

Satisfaction : A View from a Mixed International Guided Package Tour”, penelitian

ini dilakukan untuk mengidentifikasi variabel yang terkait dengan kepuasan pelanggan dalam suatu paket wisata, baik itu pengaturan jadwal serta pelayanan. Adapun persamaan dari penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah sama-sama meneliti tentang paket wisata. Perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian


(44)

yang akan dilakukan adalah menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif, sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif.

Penelitian selanjutnya terkait dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Erica (2011) yang berjudul “Hotel Location and Tourist Activity in

Cities”. Penelitian ini dilakukan di China yang berfokus pada pariwisata perkotaan.

Peneliti menyimpulkan bahwa lokasi hotel memiliki dampak besar pada gerakan wisata, dengan pangsa besar dari total anggaran waktu wisatawan menghabiskan disekitar hotel. Penelitian ini mempunyai persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama meneliti tentang wisata kota. Perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah tempat atau lokasi dari penelitian.

Penelitian berikutnya dilakukan oleh Zekri Yazdi (2014) yang berjudul

“Promoting Tourism Destination :Heritage, History and Culture in International

Tourism”. Penelitian ini dilakukan di Malaysia membahas tentang wisata budaya,

sejarah, dan arkeologi. Penelitian ini mencoba untuk meneliti hubungan antara budaya dengan kepuasan wisatawan. Perbedaan dari penelitian ini adalah menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan teknik analisi deskriptif kualitatif. Adapun persamaan dari penelitian ini yaitu sama-sama membahas tentang pariwisata budaya.


(45)

2.2 Tinjauan Konsep

2.2.1 Tinjauan Tentang Pariwisata

Pada hakikatnya berpariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain seperti karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar. Istilah pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata, yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang diluar tempat tinggalnya karena suatu alasan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perjalanan wisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin mengetahui sesuatu. Dapat juga karena kepentingan yang berhubungan dengan kegiatan olahraga untuk kesehatan, konvensi, keagamaan, dan keperluan usaha yang lainnya (Suwantoro, 1997:3-4)

Pada undang-undang RI nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan dijelaskan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan probadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi, dalam jangka waktu sementara.


(46)

2.2.2 Tinjauan Tentang Potensi Wisata

Potensi wisata merupakan segala seusuatu yang menjadi andalan daya tarik wisata untuk dikunjungi di suatu tempat. Daya tarik tersebut sengaja ditonjolkan sebagai atraksi wisata. Atraksi wisata adalah semua yang menjadi daya tarik dan mengapa wisatawan tertarik berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata, diantaranya :

1. Natural attraction yang berupa pemandangan dan segi geografis dari suatu

daerah tujuan wisata.

2. Cultural attraction yang berupa sejarah dan cerita rakyat, religi, seni, dan kegiatan khusus.

3. Social attraction yang berupa kebiasaan penduduk, mata pencaharian penduduk, bahasa, dan kesempatan untuk pertemuan sosial.

4. Built attraction yang berupa bangunan bersejarah dan bangunan

berarsitektur modern (Yoeti, 2002).

Erlingta Desty Fikriyondha (dalam Oka A, Yoeti, 1998) berpendapat bahwa berhasilnya suatu tempat wisata hingga tercapainya kawasan wisata sangat tergantung pada 3A yaitu atraksi ( attraction ), mudah dicapai (accessibility), dan fasilitas

(amenities).

Menurut Pendit (2002), secara umum potensi wisata dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

1. Potensi Alamiah yaitu potensi yang ada di masyarakat yang berupa


(47)

2. Potensi Budaya atau potensi non fisik yaitu potensi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat, seperti adat-istiadat , mata pencaharian, kesenian, dan sebagainya.

Obioma (2013) menjelaskan pariwisata adalah semua tentang kenyamanan dan kesenangan, orang suka mengunjungi tempat-tempat dan peristiwa yang mampu membuat mereka berkesempatan untuk bersantai dan bersenang-senang. Tempat-tempat dan acara menarik bisa seperti : alam budaya atau buatan (situasi dan peristiwa buatan manusia). Berdasarkan pandangan ini, jenis-jenis potensi pariwisata dapat dikategorikan sebagai berikut :

1. Potensi wisata alam atau Eco-Tourism adalah yang ada hubungannya

dengan alam yang indah seperti gua, dataran tinggi, pegunungan, air terjun, batu, dan wisata alam lainnya seperti satwa liar, sumber daya air. Ekowisata adalah perjalanan yang tujuannya ke daerah-daerah alami untuk memahami budaya dan sejarah alam lingkungan dan tidak mengubah integritas ekosistem, dan memproduksi peluang ekonomi yang membuat konservasi sumber daya alam bermanfaat bagi masyarakat setempat.

2. Potensi wisata budaya adalah yang ada hubungannya dengan keunggulan

budaya dan keunikan dari orang, baik buatan manusia atau diwariskan. Di antara warisan budaya dari orang yang menjadi sumber tempat wisata seperti : tarian, musik, adat istiadat, monumen bersejarah, gambar, seni dan kerajinan, keagamaan tradisional, pernikahan tradisional dan penguburan, dan lain-lain.


(48)

3. Potensi wisata buatan atau artificial pariwisata adalah potensi pariwisata berdasarkan pada penciptaan atau teknologi inovasi manusia dibidang hiburan (bioskop, teater, taman, museum, dan pusat-pusat hiburan lainnya) olah raga dan rekreasi (seperti kolam renang, klub olah raga, klub sosial, dan pusat-pusat rekreasi lainnya) akomodasi (seperti hotel, motel, rumah tamu, dan paket liburan berkemah) restoran, hotel dan fasilitas transportasi seperti agen perjalanan, operator tur, pusat informasi wisata dan lain-lain. Poerwadarminta (1993:766) mendefinisikan potensi sebagai kekuatan, kesanggupan, kemampuan. Dikaitkan dengan potensi wisata, maka dapat dijelaskan bahwa pengertian potensi wisata adalah seluruh potensi wisata alam dan budaya. Potensi wisata merupakan segala sesuatu yang terdapat disuatu daerah yang dapat dikembangkan menjadi daya tarik wista.

2.2.3 Tinjauan Tentang Paket Wisata

Paket wisata merupakan istilah yang sering kita dengar dalam dunia pariwisata, khususnya pada wisatawan yang akan datang melalui biro perjalanan wisata baik itu secara peroranganatau group. Paket wisata ini memberikan kemudahan dan keuntunganbagi wisatawan yang datang secara rombongan sebab semua komponen tour sudah termasuk dalam harga tour, dan harga tournya juga lebih murah tergantung dari jumlah anggota rombongan

Menurut (Suwantoro, 1997:15) menyatakan bahwa : “package tour atau paket wisata adalah sesuatu produk perjalanan wisata yang dijual oleh suatu Perusahaan Biro Perjalanan atau Perusahaan Transport yang bekerja sama dengannya dimana


(49)

harga paket wisata tersebut telah mencakup biaya perjalanan, hotel, ataupun fasilitas lainnya yang memberikan kenyamanan bagi pembelinya. Dengan kata lain paket wisata ini adalah suatu produk wisata yang merupakan suatu komposisi perjalanan yang disusun dan dijual guna memberikan kemudahan dan kepraktisan dalam melakukan perjalanan wisata.

Paket wisata juga dapat diartikan sebagai suatu perjalanan wisata dengan satu atau beberapa tujuan kunjungan yang disusun dari berbagai fasilitas perjalanan yang tetap, serta dijual sebagai harga tunggal yang menyangkut dari seluruh komponen dari perjalanan (Nuriata, 2014:11). Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa paket wisata adalah suatu rencana perjalanan yang disusun berdasarkan beberapa komponen tour dengan harga tertentu dimana harga tersebut termasuk biaya-biaya yang diperlukan wisatawan selama mengikuti atau memakai paket wisata tersebut diatas. Paket wisata tersebut digunakan oleh wisatawan agar mereka puas dalam memilih objek wisata yang sudah disusun dalam bentuk paket.

Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam membuat paket wisata menurut Suyitno (2001 : 35-38), yaitu :

1. Rute Perjalanan

Rute perjalanan sebaiknya berbentuk putaran atau circle route, kecuali jika kondisi tidak memungkinkan atau karena jarak yang terlalu dekat. Apabila antara objek satu dengan yang lainnya dinyatakan dalam satuan jarak (kilometer) maka terlebih dahulu harus ditransformasikan ke dalam satuan waktu (menit) dengan menggunakan rumus :


(50)

Keterangan :

a = Jarak (distance)

b = Kecepatan rata-rata kendaraan (average velocity)

60 menit = Transformasi satuan waktu (1 jam = 60 menit)

2. Variasi Objek

Penyusunan objek yang dikunjungi disusun dengan urutan tertentu agar objek wisata yang dikunjungi terkesan bervariasi dan tidak monoton. Karakteristik objek merupakan dasar pertimbangan untuk membuat objek yang dikunjungi harus divariasikan.

3. Tata Urutan Kunjungan

Tata urutan kunjungan menyangkut pemilihan kunjungan objek yang mana dikunjungi lebih awal atau yang mana dikunjungi dibagian akhir, dan objek-objek mana yang waktunya sudah ditentukan sehingga dalam menyusun urutan objek kunjungan berdasarkan pada kondisi dan kebutuhan wisatawan.

Dalam pembuatan paket wisata ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan yaitu :

1) Titik Awal (Starting Point)

Titik awal/starting point merupakan tempat yang ditentukan sebagai awal dari perjalanan wisatawan untuk memulai tour. Titik awal untuk memulai tour dapat


(51)

berupa hotel, villa, airport atau tempat sesuai dengan kesepakatan antara wisatawan dengan supir atau pramuwisata.

2) Titik Akhir (Finishing Point)

Titik akhir/finishing point merupakan tempat yang terletak pada akhir tour yang merupakan akhir dari perjalanan wisatawan. Hotel, villa, dan airport merupakan titik akhir dari sebuah tour, atau tempat yang telah disepakati antara wisatawan dengan pramuwisata dan supir.

3) Waktu Tempuh Antar Objek Wisata

Waktu tempuh dalam dunia pariwisata terdapat usaha interprestasi dari pramuwisata untuk menambah nilai lebih bagi wisatawan. Dalam artian waktu tempuh ini tidak berarti balapan. Dalam menghitung waktu tempuh, perjalanan diasumsikan lancar, tanpa adanya pemberhentian tambahan, tanpa kerusakan kendaraan, tanpa kemacetan, dan yang terpenting adalah kenyamanan bagi wisatawan dalam melakukan perjalanan.

Adapun acara wisata yang dibuat oleh Tour Operator biasanya berbagai macam sesuai dengan kreativitas masing-masing. Acara wisata dibagi dalam tiga bentuk yang diantaranya sebagai berikut :

1. Bentuk Uraian (essai style)

Dalam hal ini, acara wisata disajikan dalam bentuk uaraian singkat tentang program yang akan dilakukan terdiri dari hari atau tanggal pelaksanaan serta kegiatan setiap harinya.


(52)

2. Bentuk Tabel (tabulated sytle)

Penyajian berupa tabel dengan kolom-kolom antara lain : 1) Hari/tanggal (day/date)

2) Tempat (place)

3) Waktu (time)

4) Acara (itinerary)

5) Keterangan (remark)

3. Bentuk Grafik

Acara wisata yang disajikan dalam bentuk gambar atau grafik, berupa lambing-lambang komponen yang digunakan dalam urutan acara. Dalam penyusunan acara wisata, sebaiknya selalu memperhatikan pendistribusian waktu agar sesuai dengan aktivitas dan sesuai dengan kebutuhan. Komponen yang lain selain pembuatan acara wisata yaitu harga wisata karena wisatawan akan memperhitungkan mengenai biaya yang harus dikeluarkan sebelum memutuskan untuk melakukan perjalanan wisata. Suyitno (1999) juga menyatakan bahwa harga wisatawan merupakan jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk mengelola wisatawan ditambah dengan keuntungan yang diharapkan. Langkah-langkah untuk menghitung harga suatu wisata antara lain :

1) Harga Wisata

Harga wisata merupakan jumlah keseluruhan biaya yang dkeluarkan untk mengelola wisata, ditambah dengan keuntungan yang diharapkan. Harga wisata dapt dirumuskan sebagai berikut :


(53)

Keterangan :

TP = Tour Price (harga wisata) TC = Total Cost (jumlah biaya) SC = Surcharge (keuntungan)

Surcharge dinyatakan dalam persentase tertentu dan diperhitungkan dari

jumlah biaya. Untuk memudahkan penghitung biaya wisata, maka hasil akhir yang dicari dari penghitungan ini adalah harga wisata per orang. Akan tetapi, suatu jumlah biaya dapat juga merupakan tanggungan kelompok. Berdasarkan hal tersebut, maka biaya dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost).

Biaya tetap (fixed cost) merupakan biaya tanggungan kelompok wisatawan dan besarnya biaya ditentukan oleh jumlah kelompok seperti tip pengemudi, ongkos parker, waiter’s tip, tip pemandu, biaya administrasi dan lain-lain. Selain itu, biaya ridak tetap (variable cost) merupakan biaya tanggungan peserta secara perorangan dan besarnya biaya ditentukan oleh jumlah peserta, misalnya airport

tax, meals entrance fee dan lainnya. Kedua jenis biaya tersebut dapat dipadukan

menjadi biaya per orang dengan rumus sebagai berikut :


(54)

Keterangan :

TCP = Jumlah biaya per orang (total cost per person) TFC = Jumlah biaya tetap (total fixed cost)

TVC = Jumlah biaya tidak tetap (total variable cost)

n = Jumlah peserta (number of participants)

2) Komplimen (complimentary)

Complimentary disebut juga Free Of Charge (FOC) yaitu pembebasan

jumlah peserta tertentu dari pembayaran jika syarat yang ditentukan oleh tour

operator dipenuhi. Persyaratan tersebut berkaitkan dengan jumlah peserta yang

membeli tur secara bersama-sama. Harga wisata dengan memperhitungkan

complimentary dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

PC = Harga dengan complimentary tour price with complimentary

NP = Harga bersih (nett price)

n = Jumlah peserta (number of participants)

c = Jumlah peserta mendapat FOC

TCP = + TVC


(55)

3) Harga Jual (selling price)

Penjualan produk wisata dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara langsung dan tidak langsung (melalui perantara). Jika distribusi produk dilakukan melalui perantara,maka tour operator memberikan imbalan jasa tertentu kepada

perantara (agen) berupa komisi agen (agency commission). Agency Commission

dinyatakan dalam presentase tertentu. Harga yang memperhitungkan komisi agen ini disebut dengan Harga Jual (selling price) dengan rumus perhitungan sebagai berikut :

Keterangan :

SP = Harga jual (selling price)

AC = Komisi agen (agency commission) PP = Harga akhir sebelumnya (previous price)

Patokan yang dipakai dalam perhitungan harga jual adalah hasil akhir perhitungan harga sebelumnya. Jika harga sebelumnya sampai pada Nett Price, maka harga itulah yang dipakai sebagai dasar. Namun jika perhitungan harga

sebelumnya adalah Price with Complimentary (PC), maka PC yang dipakai

sebagai patokan (Suyitno, 1999).


(56)

2.2.4 Tinjauan Tentang City Tour

Menurut Law (1996:1), kota merupakan jenis destinasi pariwisata yang paling penting di dunia sejak tahun 1980-an. Sebagai fenomena kepariwisataan dunia, kota dipandang sebagai suatu proses kompleks yang terkait dengan budaya, gaya hidup, dan sekumpulan permintaan yang berbeda terhadap liburan dan perjalanan (Page, 1995:1).

Kota merupakan destinasi dengan multimotivasi, tidak seperti resor-resor pada umumnya (Law, 1996: 3). Orang-orang datang ke suatu kota untuk berbagai tujuan: bisnis, kegiatan hiburan dan rekreasi, mengunjungi keluarga dan kerabat, atau urusan pribadi lainnya. Seringkali, mereka mengunjungi kota untuk lebih dari satu alasan. Orang yang pergi ke suatu kota untuk berbisnis, menyempatkan diri untuk mengunjungi museum atau galeri seni di kota yang dikunjunginya. Atau mereka yang dari luar negeri (wisatawan mancanegara) mengunjungi dan berwisata di kota tertentu sebagai pintu gerbang untuk mengunjungi daerah lain di sekitarnya. Misalkan, wisatawan mengunjungi Kota Tarakan karena fungsinya sebagai gerbang masuk yang paling dekat dengan Pulau Derawan di Kabupaten Berau.


(57)

Pariwisata perkotaan memiliki karakteristik lain yang khas, berbeda dengan pariwisata pada umumnya yang daya tarik wisatawanya memang ditujukan hanya untuk mereka yang berwisata. Wisatawan perkotaan menggunakan fasilitas perkotaan yang juga digunakan oleh penduduk kota sebagai daya tarik wisatanya (Law, 1996: 4). Misalnya, pusat-pusat perbelanjaan di Kota Bandung tidak hanya digunakan oleh penduduk sebagai fasilitas belanja, tetapi juga menjadi daya tarik utama wisatawan mengunjungi Bandung. Dalam konteks restrukturisasi perekonomian global dan deindustrialisasi di beberapa kota di dunia, pariwisata dan pengembangan pariwisata berperan penting dalam memperbaiki perekonomian kota yang mulai menurun (Law, 2000).

Pariwisata menjadi motivasi penting bagi revitalisasi kota pada masa itu. Dengan bangkitnya kembali kota-kota di dunia, masyarakat menjadi makmur, dan muncul kelompok menengah yang memacu peningkatan permintaan akan pariwisata dan rekreasi, baik domestik maupun antar negara. Kota besar yang memiliki berbagai daya tarik berupa peninggalan sejarah atau berbagai proyek baru menjadi sasaran kunjungan masyarakat negara maju, di samping kunjungan ke kawasan wisata di lokasi khusus (pantai, pegunungan).


(58)

Page (2003) mengemukakan bahwa pariwisata perkotaan tumbuh sebagai akibat globalisasi perekonomian pada akhir tahun 1970an. Globalisasi yang terjadi mengubah struktur perekonomian dunia, mengintegrasikan struktur perekonomian nasional ke dalam struktur perekonomian internasional dalam bentuk perdagangan, investasi asing, migrasi, dan teknologi. Hubungan antarnegara pada awal tahun 1980-an meningkat semakin interaktif, multipolar, d1980-an memiliki saling keterg1980-antung1980-an yang tinggi. Hal ini mengakibatkan pola organisasi ekonomi terdesentralisasi pada skala global sehingga otonomi kota-kota terhadap perekonomian menjadi menurun. Kondisi inilah yang menyebabkan terjadinya deindustrialisasi di perkotaan yang membangkitkan investasi di industri jasa yang sangat besar, khususnya yang terkait dengan konsumsi, pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21. Kemudian, dominasi industri jasa ini lah menjadi ciri kota-kota pada saat ini (Page, 2003:27).

Penanaman modal yang tinggi di industri jasa (Page, 2003:27) serta upaya revitalisasi kota-kota pada masa post-industrialisasi (van der Berg, Van der Borg dan Van der Meer 1995: 5) ini memotivasi pemerintah kota-kota untuk mengembangkan pariwisata sebagai stimulus utama bagi perbaikan ekonomi lokal dan regional (Roche, 1992 dalam Page, 2003:28). Pariwisata juga diharapkan dapat memacu perubahan-perubahan kondisi politik kota sehingga dapat membangkitkan kembali daya tarik lingkungan untuk investasi (Doorne, 1998 dalam Page, 2003:28).

Pertumbuhan pariwisata perkotaan pada masa itu mengakibatkan

berkembangnya tourism urbanisation, yaitu urbanisasi yang diakibatkan oleh

perkembangan pariwisata, yang fenomenya dijelaskan oleh Mullins (1991 dalam Page, 2003: 39) sebagai berikut:

“...cities providing a great range of consumption opportunities, with the consumers being resort tourists, people who move into these centres to reside for a short time...in order to consume some of the great range of goods and services on offer”.


(59)

Mullins (1991) juga mengatakan bahwa tourism urbanisation sebagai urbanisasi yang didasarkan pada penjualan dan konsumsi kesenangan/pleasure.

Dalam perkembangannya, tourism urbanisation kemudian menumbuhkan bentuk –

bentuk khusus dari pariwisata perkotaan. Tidak banyak ahli-ahli pariwisata yang mengungkapkan definisi dari pariwisata perkotaan. Klingner (2006:1) mendefinisikan pariwisata perkotaan secara sederhana sebagai sekumpulan sumber daya atau kegiatan wisata yang berlokasi di kota dan menawarkannya kepada pengunjung dari tempat lain.

“a set of tourist resources or activities located in towns and cities and offered to visitors from elsewhere”.

Definisi lain dikemukakan oleh Inskeep (1991:163) yang menekankan pada peran pariwisata dalam perkotaan sebagai berikut:

“urban tourism……..a very common form of tourism takes place in large cities where tourism may be important but is not a primary activity of the urban area”.

tetapi juga menyebutkan adanya town resort yaitu:

“……….typically oriented to a specific attraction feature such as snow skiing, beach, lake, and marine recreation, spa facilities, mountain scenery, a desert climate,

important archaelogical and historic site, and religions pilgrimage” (Inskeep, 1991:

162). Mengacu pada definisi-definisi yang telah dikemukakan di atas, secara lebih luas pariwisata perkotaan dapat didefinisikan sebagai bentuk umum dari pariwisata yang memanfaatkan unsur-unsur perkotaan (bukan pertanian) dan segala hal yang terkait dengan aspek kehidupan kota (pusat pelayanan dan kegiatan ekonomi) sebagai daya tarik wisata. Pariwisata perkotaan tidak selalu harus berada di wilayah kota atau pusat kota. Pariwisata perkotaan dapat berkembang di wilayah pesisir, misalnya, dengan mengembangkan hal-hal yang terkait perkotaan sebagai daya tarik wisatanya, berbeda dengan kota wisata. Kota wisata adalah kota yang memang dibangun untuk


(60)

pariwisata dan wisatawan, mengandalkan pariwisata sebagai sektor utama penggerak perekonomian kota. Kota memiliki arti yang penting bagi pariwisata. Page (1995:9) mengatakan karena fungsi – fungsinya yang khas, kota mampu menarik kunjungan wisatawan. Karakteristik dari kota yang menarik bagi wisatawan adalah:

1. Daerah perkotaan memiliki sifat yang heterogen, artinya bahwa kota memiliki

ukuran (kota besar, kota kecil), lokasi (laut, pegunungan), fungsi (industri, jasa, perdagangan), wujud, dan warisan budaya yang berbeda dan beragam.

2. Skala daerah perkotaan dan fungsi-fungsi berbeda yang secara terus-menerus

dipertahankan mengakibatkan kota bersifat multifungsi (pusat pemerintahan juga pusat perdagangan, juga destinasi pariwisata utama).

3. Fungsi-fungsi yang berkembang di kota diproduksi untuk dan dikonsumsi tidak hanya oleh wisatawan, tetapi juga oleh beragam pengguna. (Shaw dan Williams, 1994 dalam Page 1995:9)

Mengidentifikasi arti pariwisata bagi kota tidak semudah mengidentifikasi arti kota bagi pariwisata. Penggunaan fasilitas perkotaan bersama antara wisatawan dan penduduk membuat perhitungan tentang arti penting pariwisata bagi kota menjadi sulit untuk dilakukan. Walaupun demikian, beberapa penelitian telah berhasil mengidentifikasi arti penting pariwisata bagi kota. European Commission, Tourism Unit (2002) mengungkapkan bahwa pariwisata menjadi landasan kebijakan

pengembangan perkotaan yang mengkombinasikan sediaan/supply yang kompetitif

sesuai dengan harapan pengunjung dengan kontribusi positif terhadap terhadap pembangunan kota dan kesejahteraan penduduknya.


(61)

Manente (2005) dan Page (2003) memperkuat pernyataan European Commission di atas dengan mengatakan bahwa :

1. Pariwisata menempatkan dirinya pada struktur perekonomian yang kuat.

2. Pariwisata mendorong pembangunan perkotaan dan transportasi daerah.

3. Pariwisata dapat merevitalisasi perekonomian lokal.

4. Pariwisata perkotaan dapat mempengaruhi moral lokal dan citra kota yang positif sehingga meningkatkan investasi dan produktivitas tenaga kerja lokal.

Seperti yang sudah dijelaskan, akibat dari perkembangan tourism

urbanization, Page (1995: 16) mengidentifikasikan tipologi bagi pariwisata perkotaan

sebagai berikut:

1. Ibu kota (Paris, London, New York, Jakarta, Bandung) dan kota budaya (Roma, Yogyakarta).

2. Pusat metropolitan (Jakarta), kota sejarah (Rengasdengklok), dan kota-kota pertahanan.

3. Kota-kota sejarah yang besar (Oxford, Cambridge, Venice, Jakarta)

4. Daerah dalam kota (Manchester)

5. Daerah waterfront yang direvitalisasi (London Dockland, Taman Impian Jaya

Ancol)

6. Kota-kota industri (Bradford, Bekasi, Karawang)

7. Resor tepi laut (Pangandaran) dan resor olahraga musim dingin (Lillehamer)

8. Kawasan wisata hiburan (Disneyland, Las Vegas, Taman Impian Jaya Ancol).

9. Pusat pelayanan wisata khusus (destinasi ziarah, spa: Lourdes, Cirebon, Demak).


(1)

Manente (2005) dan Page (2003) memperkuat pernyataan European Commission di atas dengan mengatakan bahwa :

1. Pariwisata menempatkan dirinya pada struktur perekonomian yang kuat. 2. Pariwisata mendorong pembangunan perkotaan dan transportasi daerah. 3. Pariwisata dapat merevitalisasi perekonomian lokal.

4. Pariwisata perkotaan dapat mempengaruhi moral lokal dan citra kota yang positif sehingga meningkatkan investasi dan produktivitas tenaga kerja lokal. Seperti yang sudah dijelaskan, akibat dari perkembangan tourism urbanization, Page (1995: 16) mengidentifikasikan tipologi bagi pariwisata perkotaan sebagai berikut:

1. Ibu kota (Paris, London, New York, Jakarta, Bandung) dan kota budaya (Roma, Yogyakarta).

2. Pusat metropolitan (Jakarta), kota sejarah (Rengasdengklok), dan kota-kota pertahanan.

3. Kota-kota sejarah yang besar (Oxford, Cambridge, Venice, Jakarta) 4. Daerah dalam kota (Manchester)

5. Daerah waterfront yang direvitalisasi (London Dockland, Taman Impian Jaya Ancol)

6. Kota-kota industri (Bradford, Bekasi, Karawang)

7. Resor tepi laut (Pangandaran) dan resor olahraga musim dingin (Lillehamer) 8. Kawasan wisata hiburan (Disneyland, Las Vegas, Taman Impian Jaya Ancol). 9. Pusat pelayanan wisata khusus (destinasi ziarah, spa: Lourdes, Cirebon,


(2)

10. Kota seni/budaya (Florence, Denpasar, Bandung).

Tipologi yang dikemukakan oleh Page memungkinkan suatu kawasan perkotaan memiliki dua tipologi pariwisata perkotaan. Misalnya Bandung, selain daya tariknya sebagai ibu kota provinsi, Bandung juga merupakan kota seni dan budaya. Tipologi lain dikemukakan oleh Law (1996: 2-3) yang mengelompokkan pariwisata perkotaan ke dalam empat kategori, yaitu:

1. Ibu kota : memiliki peran administratif dan bisnis yang dapat menarik wisatawan. Biasanya memiliki museum nasional, bangunan, dan monumen memiliki nilai sejarah nasional.

2. Kota-kota industri : karakter dan citra industrial menjadi daya tarik bagi wisatawan.

3. Kota dengan high-amenities : memiliki beragam fasilitas dari mulai pemandangan alam, hiburan, sampai bisnis yang dapat menarik wisatawan. 4. Kota-kota daya tarik utama : kota yang fokus pada wisatawan dari luar

daerah/negara, biasanya kota dengan multifungsi.

Konsep pariwisata perkotaan berkembang seiring dengan perkembangan pariwisata perkotaan di seluruh dunia. Konsep pariwisata perkotaan yang saat ini berkembang di dunia sedikitnya ada enam konsep, yaitu tourist-historic city, cultural city, resort city, fantasy city, creative city, dan urban ecotourism.

2.2.5 Tinjauan Tentang Pariwisata Budaya

Pariwisata budaya telah dikategorikan sebagai salah satu dari tiga jenis pariwisata, di mana budaya menjadi faktor dominan untuk menarik kunjungan


(3)

wisatawan atau menjadi motivasi orang untuk melakukan perjalanan (McKercher & du Cros, 2012:4). United Nations World Travel Organisation (UNWTO) (dalam Csapo, 2012:205) memberikan definisi pariwisata budaya dari dua perspektif yakni konseptual dan teknis. Definisi pariwisata budaya secara konseptual lebih menekankan bahwa dalam jenis wisata ini wisatawan akan memperoleh informasi dan pengalaman baru mengenai budaya dari destinasi yang dikunjunginya. Sedangkan definisi secara teknis, lebih ditekankan pada jenis wisata yang berbasis sumber daya budaya berupa atraksi budaya yang dimiliki oleh suatu destinasi yang berbeda dengan negara asal wisatawan (Aristrawati, 2015). Pariwisata budaya merupakan suatu ragam pariwisata yang melestarikan sumber-sumber yang dimanfaatkannya, yaitu ragam pariwisata yang mengembangkan budaya secara berkelanjutan (Picard, 2006:188).

Berdasarkan definisi UNWTO dapat diketahui bahwa pariwisata budaya merupakan jenis wisata yang berbasis sumber daya budaya berupa atraksi budaya sebagai daya tarik utama untuk menarik kunjungan wisatawan sehingga wisatawan akan memperoleh informasi dan pengalaman baru mengenai budaya dari destinasi yang dikunjunginya.

Pariwisata budaya berorientasi kepada keinginan seseorang untuk menghabiskan waktu senggangnya ditengah-tengah masyarakat dengan kebudayaannya yang dianggap menarik. Wisatawan seolah-olah menenggelamkan diri kedalam kebudayaan setempat dengan melihat hiburan rakyat, makan diwarung setempat, berbelanja di pasar, mengunjungi dan menjadi tamu penduduk, dan sebagainya (Soekadijo 1997:55). Jadi dapat disimpulkan bahwa pariwisata budaya


(4)

merupakan suatu kegiatan wisata yang dilakukan dengan cara melibatkan diri ke dalam masyarakat suatu daerah untuk melihat kebudayaan dari suatu daerah.

2.2.6 Tinjauan Tentang Daya Tarik Wisata

Dalam UU Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilaiyang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Daya tarik wisata itu harus dikelola dengan sedemikian rupa agar keberlangsungannya dan kesinambungannya terjamin (Ismayanti, 2010:148).

Suwantoro (2004:19) Daya tarik wisata juga disebut objek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata.

Pengusahaan objek dan daya tarik wisata dikelompokkan ke dalam : 1. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam.

2. Pengusahaan objek dan daya tarikwisata budaya. 3. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata minat khusus.

Dalam kedudukannya yang sangat menentukan itu maka daya tarik wisata harus dirancang dan dibangun/dikelola secara professional sehingga dapat menarik wisatawan untuk datang. Membangun suatu objek wisata harus dirancang sedemikian rupa berdasarkan kriteria tertentu.

Umumnya daya tarik suatu objek wisata berdasarkan pada :

1. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan bersih.


(5)

2. Adanya aksebilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya. 3. Adanya cirri khusus/spesifikasi yang bersifat angka.

4. Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir.

5. Objek wisata alam mempunyai daya tarik tinggi karena keindahan alam dan pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan, dan sebagainya.

6. Objek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur yang terkandung dalam suatu objek buah karya manusia pada masa lampau.


(6)