Pengaruh service climate terhadap prestasi belajar siswa melalui kompentensi guru : studi kasus pada mts. madrasah pembngunan jakarta

(1)

PENGARUH SERVICE CLIMATE TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI KOMPETENSI GURU

(Studi Kasus Pada MTs Madrasah Pembangunan Jakarta)

Oleh WAHYUDI NIM: 107081003491

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

PENGARUH SERVICE CLIMATE TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI KOMPETENSI GURU

(Studi Kasus Pada MTs Madrasah Pembangunan Jakarta)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh WAHYUDI NIM: 107081003491

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. A. Dumyathi Bashori, MA Ade Suherlan, MM

19700106200312 1 001 19800525200912 1 001

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Senin, 06 Juni 2011 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa: 1. Nama : Wahyudi

2. NIM : 107081003491 3. Jurusan : Manajemen

4. Judul Skripsi : Pengaruh Service Climate terhadap Prestasi Belajar Siswa melalui Kompetensi Guru.

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 06 Juni 2011

1. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS ( )

NIP. 19570617198503 1 002 Ketua

2. Suhendra, S.Ag, MM ( )

NIP. 19711206 200312 1 001 Sekretaris

3. Amir Syarifudin, SH, MM ( )

NIP. 19460818196603 1 001 Penguji Ahli 1

4. Dr. A. Dumyathi Bashori, MA ( ) NIP. 19700106200312 1 001 Penguji Ahli II

5. Ade Suherlan, MM ( )


(4)

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Wahyudi

No. Induk Mahasiswa : 107081003491

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Manajemen

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya ;

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya ini Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggung-jawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Ciputat, 06 Juni 2011 Yang menyatakan,

Wahyudi 107081003491


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. DATA PRIBADI

Nama : Wahyudi

Tempat/ Tgl. Lahir : Jasinga, 27 – 12 - 1987 Jenis Kelamin : Laki - Laki

Nama Ayah : Suryadi

Nama Ibu : Rohana

Anak ke dari : 4 dari 8 bersaudara

Status : Belum menikah

Agama : Islam

Alamat : Jl. Indraloka 1 Rt. 009 Rw.010 No.43 Grogol Petamburan-Jakarta Barat 11460

No. Telp : 0882 1024 4947/0815 8597 5268 Email : aponging@gmail.com

II. PENDIDIKAN FORMAL

1994 – 2000 : SD Negeri Barengkok 1 2000 – 2003 : SMPS Nurul Madaany Banten 2003 – 2006 : SMPS Nurul Madaany Banten

2007 – Sekarang : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta III. PENGALAMAN ORGANISASI

2004 – 2005 : GUDEP (Pradana) 2004 – 2005 : OSIS (Divisi Kegiatan)

IV.PENGALAMAN BEKERJA

2008 – 2009 : Marketing AXIS 2008 – 2010 : Marketing Citi Bank

V. KEAHLIAN

1. Dapat mengoperasikan program komputer MS.Office 2. Dapat berbahasa Inggris dan Arab secara aktif dan pasif. VI.SEMINAR DAN TRAINING

2008 : Peserta Pelatihan Program Life Skill Pemda DKI Jakarta di Universitas Mercu Buana


(6)

The Influence of Service Climate to Students Achievement Study Through Teachers Competence

(Empirical Studies in MTs. Madrasah Pembangunan)

By: Wahyudi

ABSTRACT

This research intends to know service climate influence to students achievement study through teachers competence in MTs. Madrasah Pembangunan Jakarta. The sample of this research is 298 people, involve of teaching staff and students whom both main user of service climate. The statistical tool used in this research was Structural Equation Modelling (SEM). Data were analyzed using statistical software LISREL 8.80 for student. The results of this research indicated that teachers competence was the greatest influencing to the achievement study of students and than followed by service climate. Showed empirical evidence this research did fit with theory and proved there interference service climate to students achievement study through teachers competence fine partially or simultaneously.


(7)

PENGARUH

SERVICE CLIMATE

TERHADAP PRESTASI

BELAJAR SISWA MELALUI KOMPETENSI GURU

(Studi Kasus Pada MTs Madrasah Pembangunan Jakarta) Oleh: Wahyudi

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh service climate terhadap prestasi belajar siswa melalui kompetensi guru di MTs Madrasah Pembangunan Jakarta. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 298 orang, terdiri dari staf pengajar dan siswa yang merupakan pelaku utama iklim layanan . Alat statistik yang digunakan adalah Structural Equation Modelling (SEM). Data dianalisis dengan menggunakan software statistik LISREL 8.80 for student. Hasil dari penelitian ini mengindikasikan bahwa kompetensi guru memiliki pengaruh yang dominan terhadap prestasi belajar siswa, selanjutnya diikuti oleh service climate. Menunjukan pembuktian empiris penelitian ini sesuai dengan teori dan terbukti adanya pengaruh service climate terhadap prestasi belajar siswa melalui kompetensi guru baik secara parsial maupun simultan.


(8)

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI DAFTAR RIWAYAT HIDUP

ABSTRACT ABSTRAK

KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

BAB. I. PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Penelitian 1

B. Perumusan Masalah 10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 10

BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA 12

A. Landasan Teori 12

1. Service Climate 12

2. Prestasi Belajar 18

3. Kompetensi Guru 30

B. Penelitian Sebelumnya 43

C. Kerangka Berfikir 45

D. Hipotesis 50

BAB. III. METODOLOGI PENELITIAN 51

A. Ruang Lingkup Penelitian 51

B. Metode Penentuan Sampel 51

C. Metode Pengumpulan Data 55

D. Metode Analisis Penelitian 57

E. Operasional Variabel 66

BAB. IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 71

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 71

1. Tempat dan Waktu Penelitian 71

2. Sejarah Singkat 71


(9)

1. Asumsi Normalitas 80 2. Analisis Faktor Konfirmatori 82

BAB. V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI 106

A. Kesimpulan 106

B. Implikasi 107

C. Saran 110


(10)

KATA PENGANTAR ”Bismillahirrahmanirrahim”

Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan karunia yang diberikan kepada kita semua. Shalawat dan salam terhaturkan kepada junjungan umat Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan kita semua yang senantiasa istiqomah dalam menjalankan sunah-Nya.

Alhamdulillah, atas izin Allah SWT penulis dapat menyelesaikan Penyusunan Skripsi dengan judul “Pengaruh Service Climate terhadap Prestasi

Belajar Siswa Melalui Kompetensi Guru”. Penyusunan Skripsi ini

dimaksudkan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari bahasa yang digunakan maupun sistematika penulisan, hal tersebut dikarenakan terbatasnya kemampuan yang dimiliki oleh penulis. Namun berkat bantuan, bimbingan, serta dorongan dari berbagai pihak akhirnya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Dengan rasa hormat penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT, yang selalu memberikan berkah, rahmat, dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.

2. Orangtua, yang tiada hentinya mendoakan dan memotivasi. 3. Kakak dan adik ku, yang selalu mendoakan dan mendukung

4. Bapak Dr. Ahmad Dumyati selaku pembimbing 1 yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan serta bimbingan dalam proses penyusunan skripsi.

5. Bapak Ade Suherlan, MM selaku pembimbing 2 yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan serta bimbingan dalam proses penyusunan skripsi.


(11)

6. Bapak Prof.Dr. Abdul Hamid, Ms selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

7. Bapak Suhendra, S.Ag. MM selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

8. Teman-teman tercinta dari Kelas Manajemen D 2007 yang selalu memberikan semangat dan dorongan.

9. Teman-teman angkatan 2007 Jurusan Manajemen, terimakasih atas dukungan dan dorongannya.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih, dan berharap semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis, Dan semoga Skripsi ini dapat bermanfaat menjadi bahan masukan dan tambahan wawasan bagi pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan mohon maaf apabila dalam penyajian Skripsi ini terdapat kesalahan dan kekurangan.

Jakarta, 06 Juni 2011

Wahyudi


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Teori Pemikiran ... 48

2.2 Paradigma Konseptual ... 49

3.1 Diagram Alur Penelitian ... 62

4.1 Data Statistik Responden Siswa ... 77

4.2 Data Statistik Responden Pengajar ... 79

4.3 Konfirmatori Pengaruh Service Climate terhadap Kompetensi guru... 83

4.4 Konfirmatori Pengaruh Service Climate terhadap Prestasi Belajar... 88

4.5 Konfirmatori Pengaruh Kompetensi Guru terhadap Prestasi Belajar... 94

4.6 Konfirmatori Pengaruh Service Climate terhadap Prestasi Belajar Siswa melalui Kompetensi Guru... 100


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

3.1 Daftar Jumlah Siswa ... 52

3.2 Daftar Sampel ... 53

3.3 Uji Validitas ... 58

3.4 Uji Reliabilitas ... 59

3.5 Indeks Kelayakan Model ... 63

3.6 Variabel dan Indikator Penilaian ... 69

4.1 Data Statistik Responden Siswa ... 76

4.2 Data Statistik Responden Pengajar ... 78

4.3 Muatan Faktor t-value dan t-tabel ... 84

4.4 Goodness of fit ... 85

4.5 Muatan Faktor t-value dan t-tabel ... 89

4.6 Goodness of fit ... 91

4.7 Muatan Faktor t-value dan t-tabel ... 95

4.8 Goodness of fit ... 97

4.9 Muatan Faktor t-value dan t-tabel ... 101


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

1. Uji Reliabilitas ... 114

2. Uji Validitas ... 117

3. Kuesioner Penelitian ... 122


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Ditengah pesatnya persaingan global, hampir semua negara ikut campur di dalamnya. Sehingga batas – batas negara sudah tidak ada lagi menjadi alasan penghalang yang berarti untuk membendung masuknya modernisasi dan globalisasi, mulai dari modernisasi teknologi, politik, sosial, budaya, gaya hidup, hingga modernisasi pendidikan. Tidak jarang berbagai kerjasama regional, bilateral, multilateral, dan bahkan kerjasama internasional banyak dilakukan oleh berbagai negara untuk pencapaian tujuan. Salah satunya adalah untuk mempermudah diplomasi dan transaksi antar negara yang kemudian dapat menciptakan kesejahteraan di dalam negerinya masing – masing.

Wujud nyata dari kerjasama ini, bisa kita lihat dari beberapa perjanjian perdagangan bebas seperti Asia Free Trade Area China – Asia ( FTA- China – Asia ), Free Trade Area Batam ( FTA-Batam ), dan banyaknya perusahaan multinasioanal milik asing yang menginvestasikan modalnya di negara tujuan dengan mendirikan perusahaan – perusahaan. Misalnya saja di Indonesia , PT. Unilever, PT. Carrefour, PT. Coca-cola, PT. Nike, PT. KFC, PT. Pepsi, PT. Astra International, dan lain-lain.

Imbas dari globalisasi bukan saja melanda pada dunia bisnis sebagaimana perusahaan – perusahaan yang telah disebutkan di atas. Namun tidak dapat di sangkal, diterima atau tidak kenyataannya bahwa globalisasi sekarang sudah


(16)

masuk pada sektor pendidikan. Sisi baiknya bahwa globalisasi membuka mata dunia pendidikan yang mulai mengarah pada pendidikan yang berkualitas/education quality (Kamal Muhammad). Sisi buruknya bahwa globalisasi membawa angin topan yang menghancurkan moral dan mental para pelajar dapat terlihat dari pergeseran nilai gaya hidup, sex bebas, judi, narkoba, dan etika.

Cepatnya perubahan dalam segala bidang kehidupan, akibat dari globalisasi serta perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat, menuntut kesadaran akan pentingnya kualitas sumber daya manusia (SDM) yang merupakan salah satu respon dalam menyikapi perubahan tersebut. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas sangat penting artinya bagi pembangunan suatu bangsa. Bahkan ketersediaan SDM berkualitas diyakini sebagai kunci utama keberhasilan pembangunan, untuk mewujudkan manusia yang berkualitas, dunia pendidikan dituntut untuk berperan aktif dalam meningkatkan kualitas SDM yang cerdas dan mandiri.

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam pengembangan sumber daya manusia. Melalui pendidikan manusia dapat melepaskan diri dari keterbelakangan. Pendidikan juga mampu menanamkan kapasitas baru bagi manusia dalam mempelajari pengetahuan dan keterampilan baru, sehingga dapat diperoleh manusia yang produktif dan kompetitif. Menjadi tugas yang cukup berat bagi dunia pendidikan, khususnya di negara berkembang seperti Indonesia untuk dapat menciptakan sumberdaya manusia yang cakap, aktif,


(17)

Di Indonesia dapat kita lihat banyaknya sekolah atau perguruan tinggi asing dan lokal yang bertaraf internasional bermunculan. Mereka beranggapan bahwa sektor pendidikan merupakan lahan bisnis baru yang potensial yang tidak ada matinya. Sehingga mereka menganggap dan memposisikan para murid sebagai pelanggan yang idealnya diberikan pelayanan berstandar bahkan high quality yang dapat memberikan kepuasan. Seperti, Sekolah Bina Nusantara (Binus Internasional School), Universitas Pelita Harapan (UPH Internasional School), STIKOM London School, Singapore International School, Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, dan masih banyak sekolah – sekolah lain.

Pada saat ini banyak para pelajar yang merasa dirinya berada dalam peranan konsumen yang memiliki harapan tentang bobot pengajaran, gaya pendidikan, dan pelayanan pendidikan yang berkualitas serta memuaskan. Sebagai imbalan apa yang telah mereka keluarkan dari biaya pendidikan (Svensson dan Wood, 2007).

Pada perkembangannya saat ini, bahwa sekolah atau perguruan tinggi asing dan internasional dimana mereka melihat peluang dan mengangap sekolah adalah bisnis, maka mereka hadir dengan menawarkan service climate yang jauh lebih baik. Mulai dari bangunan, fasilitas, metode pengajaran, staf pelayanan, hingga staf pengajar yang profesional mereka persiapkan sebaik mungkin demi memuaskan para pelajarnya. Sehingga sekolah dan perguruan tinggi lokal pun mulai berbenah diri untuk membangun


(18)

service climate yang baik agar dapat bersaing dengan sekolah dan perguruan tinggi luar.

Tuntutan untuk menyediakan service climate yang baik bertujuan agar dapat meningkatkan prestasi belajar para murid. Tentunya ini sangat erat kaitan antara keduanya, dimana Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang dicapai setelah melalui proses kegiatan belajar mengajar. Prestasi belajar dapat ditunjukkan melalui nilai yang diberikan oleh seorang guru dari jumlah bidang studi yang telah dipelajari oleh peserta didik. Setiap kegiatan pembelajaran tentunya selalu mengharapkan hasil belajar yang maksimal. Dalam proses pencapaiannya, prestasi belajar sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Di antara faktor utama yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan pembelajaran adalah guru kompeten yang dapat menciptakan service climate dengan baik. Mengingat keberadaan guru dalam proses kegiatan belajar mengajar sangat berpengaruh, maka sudah semestinya kualitas guru harus diperhatikan.

Sebagaimana telah dikemukakan di atas, dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan kualitas sesuai dengan apa yang diharapkan. Untuk itu, upaya awal yang dilakukan dalam peningkatan mutu pendidikan adalah kualitas guru. Kualifikasi pendidikan guru sesuai dengan prasyarat minimal yang ditentukan oleh syarat-syarat seorang guru


(19)

Guru dan Dosen, yakni sebagaimana tercantum dalam bab I Ketentuan

Umum pasal 1 ayat (1) sebagai berikut: “guru adalah pendidik profesional

dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan dasar dan

menengah”. Kemudian dalam PP No. 19 Tahun. 2005 (Pasal 28) menegaskan

mengenai Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan sebagai berikut:

“Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah

tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku”. Menurut PERMENDIKNAS RI No. 16 Tahun. 2007 mengenai Kualifikasi Akademik dan Kompetensi

Guru dijelaskan pula bahwa: “Setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara nasional”.

Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah Peningkatan kompetensi guru. Hal ini dilakukan karena guru mempunyai kedudukan yang penting dalam proses pendidikan. Guru dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar bertanggung-jawab terhadap tujuan pendidikan, ke mana peserta didik akan diarahkan, dengan apa peserta didik diarahkan, dan bagaimana strategi yang digunakan. Sehingga nantinya ada peningkatan hasil belajar pada pendidik.

Guru yang kompeten melihat pendidikan sebagai wahana untuk membekali siswa dengan berbagai kemampuan dan melatih siswa untuk menjadi manusia yang produktif. Guru sebagai salah satu komponen dalam


(20)

kegiatan belajar mengajar (KBM) mempunyai peran dalam usaha pembentukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang potensial dibidang pembangunan.

Guru yang kompeten dan professional memiliki tanggungjawab untuk meningkatakan dan menciptakan siswa berprestasi baik di dalam lingkungan pendidikan maupun di lingkungan masyarakat. Olah karena itu keberhasilan siswa tidak hanya dapat diperoleh pada saat siswa berada di sekolah, melainkan dapat diperoleh karena ada dukungan atau pengaruh dari kondisi eksternal dan kondisi internal di dalam proses pembelajaran. Kondisi internal mencakup kondisi fisik, kondisi psikis, dan kondisi sosial, sedangkan kondisi eksternal mencakup lingkungan yang ada pada proses belajar dan proses pembelajaran (Alisuf Sabri, 1996). Jika kondisi-kondisi tersebut tidak dijalankan secara seimbang, siswa tidak akan dapat memperoleh nilai yang sempurna dalam pendidikan di sekolahnya. Oleh karena fungsi seorang guru yang kompeten dituntut untuk mendidik dan mentransfer ilmu agar siswa sehingga dapat memberikan pengaruh untuk pertumbuhan dan perkembangan sumber daya yang siswa miliki.

Guru merupakan sosok yang keberadaannya tidak dapat digantikan oleh media atau fasilitas pembelajaran apapun. Kehadiran guru masih tetap diperlukan, kehadiran guru sebagai sosok yang berdiri di depan kelas keberadaannya sampai kapanpun tidak dapat digantikan oleh media pembelajaran secanggih apapun. Guru harus tetap melaksanakan pembelajaran


(21)

mengajar langsung di depan siswa agar tujuan pembelajaran yang ditetapkan dapat tercapai. Proses pembelajaran yang optimal diharapkan dapat memberikan pelayanan maksimal yang diberikan oleh guru kepada siswa yang akan berimplementasi pada prestasi belajar siswa.

Guru yang kompeten pada hakekatnya adalah mampu menyampaikan materi pembelajaran denan baik, tepat, dan terarah sesuai dengan kebutuhan belajar siswa. Namun demikian untuk mencapai ke arah tersebut perlu berbagai latihan, penguasaan dan wawasan dalam pembelajaran, termasuk salah satunya menggunakan model dan metode pembelajaran yang tepat.

Guru kompeten yang dimaksud adalah guru yang berkualitas, profesional, dan guru yang dikehendaki untuk mendatangkan prestasi belajar serta mampu mempengaruhi proses belajar mengajar siswa yang nantinya akan menghasilkan prastasi belajar siswa yang baik. kompetensi guru merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Menurut Arifin (199) kompetensi menunjukkan pada suatu keahlian pekerjaan atau jabatan yang menuntut kemampuan dan keahlian tinggi, tanggung jawab, dan kesetiaan terhadap profesi.

kompetensi guru dibangun melalui penguasaan keilmuan, keahlian, pengetahuan, dan pengalaman yang secara nyata diperlukan dalam menyelesaikan pekerjaan. Pengembangan kompetensi guru meliputi peningkatan pengetahuan, Peningkatan kinerja (performance) dan kesejahteraannya. Guru sebagai orang yang kompeten dituntut untuk senantiasa meningkatkan kemampuan, wawasan dan kreativitasnya.


(22)

Kamal Muhammad „Isa mengemukakan: “bahwa guru atau pendidik adalah pemimpin sejati, pembimbing dan pengarah yang bijaksana,

pencetak para tokoh dan pemimpin ummat”. Selanjutnya Moh Uzer Usman

dalam bukunya Menjadi Guru kompeten mendefinisikan bahwa: “guru

kompeten adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan

fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal” (M. Uzer Usman

2006).

Kompetensi, keharusan adanya kualifikasi keilmuan dan kualifikasi keahlian secara akademik yang dibutuhkan, serta adanya penghargaan terhadap profesi yang diemban. Maka prinsip idealisme dan keterpanggilan jiwa serta prinsip kompetensi Guru harus mendasari setiap perjuangan untuk mengangkat harkat dan martabat guru. Dengan demikian profesi guru merupakan profesi tertutup yang harus sejalan dengan prinsip-prinsip idealisme dan profesionalitas secara berimbang. Jangan sampai akibat pada perjuangan dan penonjolan aspek Kompetensi berakibat penciptaan gaya hidup materialisme dan pragmatisme yang menafikan

idealisme dan keterpanggilan jiwa (Asrorun Ni‟am Sholeh, 2006).

Salah satu sekolah lokal yang mencoba meningkatkan kualitas service climate dan kompetensi Guru untuk menciptakan prestasi pelajar yang membanggakan demi dapat berkompetisi dengan sekolah lain adalah MTs Madrasah Pembangunan Jakarta.


(23)

Dalam upaya mempertahankan dan usaha untuk lebih meningkatkan prestasi dan reputasi, maka MTs Madrasah Pembangunan UIN Jakarta menitikberatkan pembinaan dan pengembangan pada BASIC SCIENCE, BAHASA, dan AKHLAKUL KARIMAH. Titik berat pembinaan dan pengembangan ini menjadi pilar keunggulan Madrasah Pembangunan UIN Jakarta dan menjadi landasan penyusunan program tahunan sehingga hasilnya akan dirasakan oleh peserta didik.

MTs Madrasah Pembangunan UIN Jakarta selalu berbenah diri dengan melakukan perubahan dan perombakan kurikulum guna memenuhi tuntutan perkembangan zaman sebagai konsekuensi dari pilar keunggulan di atas. Pembenahan juga dilakukan dari segi sumber daya manusia dalam pencapaian tujuan. Faktor yang tidak luput dari sasaran pembenahan adalah bidang sarana dan prasarana sebagai pendukung proses belajar mengajar yang kondusif.

Menjelang akhir tahun 2010, Madrasah Pembangunan UIN Jakarta semakin mantap menerapkan standar manajemen mutu ISO 9001:2008. Audit Aufiy Mutu Eksternal (AME) yang dilakukan oleh Sucofindo sebagai lembaga penyelenggara audit, alhasil Mts Madrasah Pembangunan akhirnya mendapatkan standar manajemen mutu pendidikan ISO 9001:2008. Ini tidak terlepas dari komitmen bersama Mts Madrasah Pembangunan, untuk menjadi lebih baik. Berbagai penyempurnaan dalam sistem pengadministrasian dilakukan dan beberapa hal baru pun diterapkan.


(24)

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis bermaksud untuk menganalisa Pengaruh Dari Service Climate Terhadap Prestasi Belajar Murid Melalui Kompetensi Guru di Mts Madrasah Pembangunan Jakarta.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang tertulis pada latar belakang di atas, maka permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

 Adakah pengaruh service climate terhadap kompetensi guru ?  Adakah pengaruh kompetensi guru terhadap prestasi siswa ?  Adakah pengaruh service climate terhadap prestasi siswa ?

 Adakah pengaruh service climate terhadap prestasi siswa melalui kompetensi guru secara bersama-sama ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan

 Untuk mengetahui pengaruh service climate terhadap kompetensi guru

 Untuk mengetahui pengaruh kompetensi guru terhadap prestasi siswa

 Untuk mengetahui pengaruh service climate terhadap prestasi siswa  Untuk mengetahui pengaruh service climate terhadap prestasi siswa


(25)

2. Manfaat

 Bagi Penulis, untuk menambah pengetahuan dan keilmuan mengenai pengaruh Service Climate Terhadap Prestasi Belajar Siswa Melalui Kompetensi Guru. Dengan demikian dapat memberikan masukan sebagai pembekalan dimasa depan.

 Bagi akademisi, penelitian diharapkan dapat memperkaya kepustakaan dan menyajikan informasi mengenai service climate, prestasi siswa, dan kompetensi guru.

 Bagi Sekolah, untuk memberikan rancangan, mengembangkan service climate, dan kompetensi pengajar khususnya agar dapat meningkatkan prestasi siswa.

 Bagi Peneliti Lain, sebagai acuan dan dasar untuk melakukan penelitian berikutnya.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Service Climate

 Definisi Service Climate

Service climate didefinisikan sebagai persepsi karyawan mengenai praktek, prosedur, aturan, serta berbagai perilaku yang pantas di hargai dan didukung berkenaan dengan kualitas jasa dan kualitas pelayanan terhadap pelanggan (Schneider et al, 1985). Service climate akan semakin kuat apabila semua elemen dalam perusahaan khususnya karyawan yang secara langsung berhubungan dengan pelanggan dapat menciptakan dan memberikan kepuasan yang melahirkan trust quality service pada pelanggan, kemudian perusahaan atau organisasi memberikan penghargaan atau semacamnya sebagai daya rangsang untuk tetap terpeliharanya kualitas layanan jasa yang berkualitas seperti: reward, bonus, insentif, paid time off, program proteksi, rencana dana pensiun, insurance, stoke option, dan lain-lain. Sebagai wujud bukti keseriusan perusahaan atau organisasi untuk mencapai tujuan (Salanova et al, 2005).

Service climate dapat tercipta dengan baik, jika kondisi pelayanan terfokuskan atau berorientasi pelanggan. Bagaimana para karyawan dapat merasakan atmosfir service climate yang mereka budayakan dalam sebuah


(27)

organisasi yang kemudian dikaitkan erat dengan kualitas jasa yang dirasakan pelanggan (Schneider et al, 1998).

Parasuraman (1997) memandang service climate sebagai salah satu nilai dimensi dari physycological climate yang tergambarkan pada teori konstruksi sosial dan teori stake holder yang memandang bahwa pelayanan merupakan hal yang sangat penting dalam pelayanan, lebih luasnya bahwa service climate merupakan pelayanan yang lahir secara natural yang sengaja diciptakan secara bersama oleh semua pihak yang berada dalam organisasi demi memuaskan semua pihak ( pemilik perusahaan, manajemen, karyawan, pelanggan, masyarakat dan stake holder lain).

Schneider dan Reichers (1983) mempersepsikan service climate sebagai konsep psikologis yang dapat dibangun dari dua konstruk yakni konstruk sosial dan konstruk stake holder organisasi. Service climate kemudian menjadi sangat penting dalam sebuah organisasi dan selalu berkembang berkaitan dengan pemberian kepuasan pelanggan yang didapat dari pengetahuan, pengalaman, keahlian, dan pengakuan yang sebetulnya menjadi harapan organisasi untuk keberhasilan dimasa yang akan datang dengan menanamkan nilai – nilai pelayanan yang berkualitas.

Sejalan dengan pendapat Schneider dan Reichers (1983), Angela Martin menjelaskan service climate merupakan kesepakatan bersama para anggota organisasi dengan pelanggan atas persepsi pencapaian yang diinginkan dengan adanya interaksi yang saling menguntungkan (feedback). Dalam hal ini perusahaan mendorong para karyawannya dengan memberikan pelatihan


(28)

dan pengembangan untuk dapat meningkatkan kualitas serta perusahaan melihat sesuatu yang menjadi kebutuhan pelanggan untuk dilayani.

Borucki dan Burke (1999) mendefinisikan service climate sebagai nilai kepedulian karyawan terhadap pelanggan yang dipelajari sebagai suatu yang penting yang dapat dijadikan alat bersaing yang sangat menguntungkan sekaligus menjadikan kesolidan dan kepuasan antara karyawan dan konsumen. Dalam artian karyawan menjadikan dirinya sebagai pelayan dan pelanggan sebagai raja, yang segala kebutuhan dan keinginannya dilayani dengan segenap kemampuan dan adanya saling pengertian.

Service climate perlu diciptakan secara alami dengan segala kemampuan dan apa yang dimiliki agar iklim layanan menjadi ciri has dan melekat pada persepsi pelanggan. Maka service climate tidak hanya sebagai kepedulian dan perhatian yang memfokuskan pada pelanggan, lebih dari sekedar itu service climate harus menjadi sebuah komitmen perusahaan yang sanksi bila tidak dijalankan. Kemudian Schneider dan Bowen (1985) menambahkan pengertian service climate sebagai refleksi perusahaan yang mengedepankan kebersamaan dengan perilaku kepemimpinan perusahaan untuk menjadi yang terbaik diantara para pesaingnya sehingga iklim layanan benar-benar terasa, baik oleh karyawan terlebih oleh pelanggan (include, focus service climate & leader service climate).


(29)

2. Indikator Service Climate

Menurut Pugh et al (2002) ada 5 indikator yang dapat digunakan untuk mengukur service climate :

1. Service Quality Orientation

Karyawan diarahkan pada fokus kualitas palayanan yang baik, bagaimana dalam hal ini karyawan mampu menciptakan loyalitas pelanggan dengan nilai – nilai service qualilty yang memiliki dampak sense of belonging pelanggan terhadap perusahaan.

2. Management Support to Fasilitate Service Delivery

Dalam menciptakan service climate yang baik bukan saja karyawan yang harus bekerja keras untuk menciptakan service climate yang baik, namun tanpa adanya dukungan dari stake holder perusahaan yang ada tidak akan maksimal. Tentunya pihak manajemen di sini adalah atasan atau manajer mampu memberikan contoh, mengerahkan, memotivasi, dan memfasilitasi jalannya service delivery dari karyawan kepada pelanggan.

3. Hiring Motivated & Qualified Staff

Untuk terciptanya service climate yang natural dan berkualitas tentunya tidak saja dari satu pihak yang menjalankan, tapi perlu juga karyawan yang secara langsung memiliki motivasi yang tinggi, kreatif, dan inovatif dalam menciptakan pelayanan yang berkualitas kepada pelanggan. Tentu perusahaan atau organisasi harus memiliki karyawan yang memang kompeten dalam memberikan pelayanan baik secara


(30)

individu maupun teamwork, berpengalaman, memiliki pengetahuan luas, dan komunikatif dalam berinteraksi dengan pelanggan.

4. Training Staff

Salah satu bentuk kepedulian dan komitmen perusahaan agar dapat menciptakan, memelihara, dan meningkatkan service climate yang baik. Perusahaan perlu mengadakan pelatihan dan pengembangan pada karyawan, agar dapat meningkatkan pengetahuan, kemampuan, keahlian, dan pengalaman karyawan khususnya dalam menciptakan iklim layanan yang baik pada pelanggan.

5. Rewarding & Recognizing staff

Service climate tercipta, karena adanya andil besar karyawan yang secara langsung berinteraksi dengan pelanggan, tanpa adanya karyawan service climate tidak akan terdistribusikan dengan baik. Maka perusahaan perlu melihat dan memandang karyawan sebagai fungsi paling penting dalam penciptaan iklim pelayanan yang berkualitas, agar karyawan merasa keberadaannya di dalam perusahaan sangat berguna dan merasa diberi kesempatan untuk dihargai. Salah satu bentuk pengakuan dan penghargaan perusahaan pada karyawan dapat dilakukan dengan cara pemberian kompensasi yang adil, hadiah, liburan, promosi jabatan, dan lain-lain.


(31)

Berdasarkan pembahasan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa service climate merupakan suatu kekuatan kompetitif yang dapat menciptakan kepuasan pelanggan dan karyawan secara bersamaan seiring dengan tercapainya tujuan perusahaan. Dengan kata lain service climate adalah alat kompetitif yang paling efektif dalam mencapai tujuan bersama melalui penciptaan iklim pelayanan yang baik dan unik.


(32)

2. Prestasi Belajar

 Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi adalah kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada siswa serta nilai-nilai yang didapat dari hasil tes atau ujian. Secara langsung prestasi belajar dapat dilihat dari perubahan sikap dan cara berfikir siswa sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar (Djamarah, 1994: 13). Hasil belajar merepresentasikan pemahaman dan penguasaan bahan yang telah dipelajari.

Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan dan diciptakan. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan suatu kegiatan belajar dengan jalan keuletan belajar. Prestasi pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas, sedangkan belajar pada dasarnya adalah suatu proses yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu (Djamarah, 1994:18).

Kata prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu “prestasi” dan “belajar”, di dalam kamus besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan presatasi adalah: “Hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan

sebagainya)”. Adapun belajar menurut pengertian secara psikologis,

merupakan suatu proses tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Menurut Slameto pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses usaha


(33)

laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

M. Ngalim Purwanto dalam bukunya Psikologi Pendidikan, mengemukakan bahwa belajar adalah tingkah laku yang mengalami perubahan dari hasil belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian baik fisik maupun psikis. Dalam perubahan ini seseorang mengrahkan dirinya pada perubahan peningkatan keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.

Cronbach di dalam bukunya Educational Psychology yang dikutip oleh Sumardi Suryabrata menyatakan bahwa belajar adalah pengalaman dan dalam mengalami itu para siswa mempergunakan seluruh pancainderanya dengan harapan terjadi sebuah perubahan yang signifikan ke arah yang positif baik perubahan sikap, cara pandang, cara menyelesaikan masalah, dan lain sebagainya.

Prestasi belajar dapat pula diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh individu setelah mengalami suatu proses belajar dalam jangka waktu tertentu sebagai kemampuan maksimal yang dicapai seseorang dalam suatu usaha yang menghasilkan pengetahuan atau nilai – nilai kecakapan. Prestasi belajar bisa juga disebut kecakapan aktual (actual ability) yang diperoleh seseorang setelah belajar, suatu kecakapan potensial yaitu kemampuan dasar yang dimiliki oleh individu untuk mencapai prestasi. Kecakapan aktual dan kecakapan potensial ini dapat dimasukkan kedalam suatu istilah yang lebih umum yaitu kemampuan.


(34)

Prestasi belajar merupakan tolak ukur yang utama untuk mengetahui keberhasilan belajar seseorang. Seorang yang prestasinya tinggi dapat dikatakan bahwa orang tersebut telah berhasil dalam belajar. Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan

mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah (Tu‟u, 2004:75).

Sedangkan pengertian prestasi belajar sebagaimana yang tercantum dalam

kamus besar Bahasa Indonesia adalah: “penguasaan pengetahuan atau

keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya

ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru”.

Berdasarkan definisi yang dikemukakan di atas, maka peneliti dapat mengambil suatu kesimpulan, bahwa prestasi belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang merupakan sebagai akibat dari pembelajaran, pengalaman, dan latihan atas interaksi dengan lingkungannya baik di dalam ruangan maupun diluar.

Prestasi belajar meliputi segenap ranah kejiwaan yang berubah sebagai akibat dari pengalaman dan proses belajar siswa yang bersangkutan. Prestasi belajar dapat dinilai dengan 2 cara (Soriven dalam Natalia, 1998:27):

a. Penilaian formatif

Tes formatif adalah tes yang dilakukan selama proses mendapatkan informasi (balikan) mengenai kamajuan yang telah dicapai. Tes sumatif adalah tes pada akhir suatu periode pengajaran tertentu. Dari hasil


(35)

kearah tujuan yang harus dicapai. Hasil tes. Pada umumnya di sekolah-sekolah digunakan angka 0-10 atau dari 0-100. Dengan kata lain, penilaian formatif bertujuan untuk mencari umpan balik (feedback), yang selanjutnya hasil penilaian tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar-mengajar yang sedang atau yang sudah dilaksanakan.

b. Penilaian Sumatif

Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilakukan untuk memperoleh data atau informasi sampai dimana penguasaan atau pencapaian belajar siswa terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajarinya selama jangka waktu tertentu.

2. Jenis - Jenis Prestasi Belajar

Hakekatnya, pengungkapan hasil belajar meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Kunci pokok untuk memperoleh informasi dan data hasil belajar siswa adalah mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi belajar) yang dikaitkan dengan jenis-jenis prestasi yang hendak diukur.

Dalam sebuah situs yang membahas Taksonomi Bloom, dikemukakan mengenai teori Bloom yang menyatakan bahwa, tujuan belajar siswa diarahkan untuk mencapai ketiga ranah. Ketiga ranah tersebut adalah ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Berikut penjelasannya:


(36)

a. Cognitive Domain (Ranah Kognitif)

Berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan. Domain ini terdiri dari dua bagian; Bagian pertama adalah berupa Pengetahuan (kategori 1) dan bagian kedua berupa Kemampuan dan Keterampilan Intelektual (kategori 2-6).

1). Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan diartikan sebagai kemampuan mengingat akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan, biasanya berkaitan dengan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dan sebagainya.

2). Pemahaman (Comprehension)

Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Pemahaman juga dikenali dari kemampuan membaca dan memahami gambaran, laporan, tabel, diagram, arahan, peraturan, dan sebagainya.

3). Aplikasi (Application)

Aplikasi atau penerapan diartikan sebagai kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode pada suatu kasus atau


(37)

memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, strategi, tatacara, dan sebagainya.

4). Analisis (Analysis)

Analisis didefinisikan sebagai kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik. Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit.

5). Sintesis (Synthesis)

Sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru. Seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat dan mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan.

6). Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi diartikan sebagai kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersamaan dengan pertanggungjawaban pendapat yang


(38)

berdasarkan kriteria tertentu. Evaluasi dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, dan metodologi dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya.

b. Affective Domain (Ranah Afektif)

Berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Tujuan pendidikan ranah afektif adalah hasil belajar atau kemampuan yang berhubungan dengan sikap atau perilaku. Ranah afektif terdiri dari lima aspek:

1). Penerimaan (Receiving/Attending)

Penerimaan diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam merangsang apa yang telah dipelajari. Penerimaan mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangsangan itu, seperti buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleh guru.

2). Tanggapan (Responding)

Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya. Tanggapan meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan.


(39)

3). Penghargaan (Valuing)

Penghargaan atau penilaian mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian yang dianggap pantas. Pada tahap ini mulai dibentuk suatu sikap menerima, menolak, atau mengabaikan sikap yang tervisualisasikan oleh tingkah laku. 4) Pengorganisasian (Organization)

Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten. Pengorganisasian juga mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan.

5). Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value Complex)

Karakterisasi berdasarkan nilai-nilai mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan dan mengamalkan, sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya sendiri.


(40)

c. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor)

Alisuf Sabri dalam buku Psikologi Pendidikan menjelaskan keterampilan ini disebut motorik, karena keterampilan ini melibatkan secara langsung otot, urat, dan persendian. Sehingga keterampilan benar-benar berakar pada kejasmanian. Ciri khas dari keterampilan

motorik ini ialah adanya kemampuan “Automatisme” yaitu

gerakan-gerik yang terjadi berlangsung secara sepontan, teratur, dan berjalan dengan baik, lancar, dan luwes tanpa harus disertai pikiran tentang apa yang harus dilakukan dan mengapa hal itu dilakukan. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku atau kecakapan. Sampai dimanakah perubahan itu dapat tercapai atau berhasil tidaknya belajar itu tergantung kepada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Purwanto (2002:102) mengemukakan ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa diataranya;

a. Faktor Internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa, meliputi dua aspek yakni:

1) Aspek Fisiologis

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti


(41)

2) Aspek Psikologis

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualits perolehan pembelajaran siswa, diantaranya:

a) Tingkat kecerdasan siswa, intelegensi pada umumnya diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik yang mereaksi rangsangan penyesuaian diri terhadap lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi, intelegensi sebenarnya bukan persoalan otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya.

b) Sikap siswa, diartikan sebagai kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, barang, dan sebagainya baik secara positif maupun negatif.Sikap yang akan menunjang belajar seseorang ialah sikap positif (menerima) terhadap bahan atau pelajaran yang akan dipelajari, terhadap guru yang mengajar, dan terhadap lingkungan tempat dimana ia belajar seperti;kondisi kelas, teman-temannya, sarana pengajaran, dan sebagainya.

c) Bakat Siswa, bakat merupakan kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap orang mempunyai bakat yang potensial untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.


(42)

d) Minat siswa, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi seseorang terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu.

b. Faktor eksternal (faktor dari luar diri siswa), terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental sebagai berikut:

1) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu: faktor lingkungan alam dan faktor lingkungan sosial. Yang termasuk faktor lingkungan alam ini ialah seperti: keadaan suhu, kelembaban udara, waktu (pagi, siang, malam), tempat letak gedung sekolah, dan sebagainya. Faktor lingkungan sosial baik berwujud manusia dan representasinya termasuk budayanya akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.

2) Faktor Instrumental

Faktor instrumental ini terdiri dari gedung atau sarana fisik kelas, sarana alat pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum atau materi pelajaran serta strategi belajar mengajar yang digunakan akan mempengaruhi proses belajar dan pencapaian prestasi siswa.


(43)

Faktor-faktor di atas saling mempengaruhi satu sama lain, misalnya: Seorang siswa yang konservatif terhadap ilmu pengetahuan biasanya cenderung mengambil pendekatan yang sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya seorang siswa yang memiliki kemampun intelegensi yang tinggi (faktor Iternal) dan mendapat dorongan positif dari orang tua atau gurunya (faktor eksternal) akan lebih memilih pendekatan belajar yang lebih mendalam dan mementingkan kualitas hasil belajar. Akibat pengaruh faktor-faktor tersebut di atas, muncul siswa-siswa yang berprestasi tinggi, rendah, atau gagal sama sekali. Dalam hal ini seorang guru yang kompeten dan profesional diharapkan mampu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan munculnya siswa yang menunjukkan gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui dan mengatasi faktor-faktor yang menjadi penghambat proses belajar dan pencapaian prestasi.


(44)

3. Kompetensi Guru

 Pengertian Kompetensi Guru

Kompetensi berasal dari kata competence yang berarti mampu. Depdikbud (2002:51) menjelaskan kompetensi merupakan kemampuan dalam menyelesaikan suatu tugas yang diperoleh melalui pelatihan dan pendidikan. Artinya kompetensi mengandung bagian kepribadian yang mendalam dan melekat pada seseorang dengan perilaku yang dapat diprediksi pada berbagai keadaan dan tugas pekerjaan. Prediksi siapa yang berkinerja baik dan kurang baik dapat diukur dari kriteria atau standar yang digunakan. Dengan kata lain, kompetensi merupakan sekelompok perilaku yang spesifik, dapat dilihat, dapat diverifikasi secara logis, dapat dikelompokan bersama, dan dapat diidentifikasi sebagai hal-hal yang memiliki pengaruh besar terhadap keberhasilan pekerjaan.

Pada hakekatnya, kompetensi merupakan gambaran kualitatif dari perilaku seseorang. Menurut Lefrancois, kompetensi merupakan kapasitas untuk melakukan sesuatu yang dihasilkan dari proses belajar. Selama proses belajar stimulus akan bergabung dengan isi memori dan menyebabkan terjadinya perubahan kapasitas untuk melakukan sesuatu. Apabila individu sukses mempelajari cara melakukan satu pekerjaaan yang kompleks dari sebelumnya, maka pada diri individu tersebut pasti sudah terjadi perubahan kompetensi. Perubahan kompetensi tidak akan tampak apabila selanjutnya tidak ada kepentingan atau kesempatan untuk melakukannya. Dengan demikian bisa


(45)

diartikan bahwa kompetensi adalah berlangsung lama yang menyebabkan individu mampu melakukan kinerja tertentu.

Kompetensi diartikan oleh Cowell, sebagai suatu keterampilan/kemahiran yang bersifat aktif. Kompetensi dikategorikan mulai dari tingkat sederhana atau dasar hingga lebih sulit atau kompleks yang pada gilirannya akan berhubungan dengan proses penyusunan bahan atau pengalaman belajar, yang lazimnya terdiri dari: (1) penguasan minimal kompetensi dasar, (2) praktik kompetensi dasar, dan (3) penambahan penyempurnaan atau pengembangan terhadap kompetensi atau keterampilan. Ketiga proses tersebut dapat terus berlanjut selama masih ada kesempatan untuk melakukan penyempurnaan atau pengembangan kompetensinya.

Kunandar (2007) mendefinisikan kompetensi sebagai suatu keahlian dan keilmuan yang diperoleh melalui proses pembelajaran dan pengalaman. Kompetensi juga diartikan sebagai suatu jabatan yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif. Jadi, kompetensi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian tertentu.

Sedangkan kompetensi berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 28 dinyatakan bahwa:

“Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen

pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk

mewujudkan tujuan pendidikan nasional”. Kualifikasi akademik adalah


(46)

dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Pada dasarnya dalam diri seorang guru perlu memiliki kemampuan memantau atas kemajuan belajar siswanya sebagai bagian dari kompetensi pedagogik dengan menggunakan berbagai teknik asesmen alternatif seperti pengamatan, pencatatan, perekaman, wawancara, potofolio, memajangkan karya siswanya. Maka seorang guru harus senantiasa berusaha memperbaiki kinerjanya dan mengatasi masalah-masalah pembelajaran dan senantiasa mengikuti perubahan.

Guru yang kompeten merupakan faktor penentu dalam proses pendidikan yang bermutu. Untuk dapat menjadi guru yang kompeten, harus selalu menambah dan meningkatkan pengetahuan secara berkesinambungan. Guru diharapkan tidak hanya sebatas menjalankan profesinya, tetapi guru harus memiliki keterpanggilan untuk melaksanakan tugasnya dengan melakukan perbaikan kualitas pelayanan terhadap siswa baik dari segi intelektual maupun kompetensi lainnya yang akan menunjang perbaikan dalam pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar serta mampu mendatangkan prestasi belajar yang baik.

Menyadari pentingnya peran guru dalam pendidikan, Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Pendidikan mengemukakan bahwa guru dalam pendidikan modern seperti sekarang ini bukan hanya sekedar pengajar saja, melainkan harus menjadi direktur belajar. Artinya, setiap guru


(47)

mencapai keberhasilan belajar (prestasi akademik) sebagaimana telah ditetapkan dalam sasaran kegiatan pelaksanaan belajar-mengajar. Sebagai konsekuensinya tugas dan tanggungjawabnya menjadi lebih kompleks. Perluasan tugas dan tanggungjawab tersebut membawa konsekuensi timbulnya fungsi-fungsi khusus yang menjadi bagian integral dalam kompetensi profesionalisme keguruan yang disandang para guru. Menanggapi kondisi tersebut, Muhibbin Syah mengutip pendapat Gagne bahwa setiap guru berfungsi sebagai:

a. Designer of intruction (perancang pengajaran) b. Manager of intruction (pengelola pengajaran)

c. Evaluator of student learning (penilai prestasi belajar siswa)

Suciptoardi memaparkan, bahwa guru diharapkan mampu melaksanakan tugas kependidikan yang tidak semua orang dapat melakukannya. Artinya, hanya mereka yang memang khusus telah bersekolah untuk menjadi guru. Tidak dapat dinaifkan bahwa memang tidak mudah merumuskan dan menggambarkan profil seorang guru yang memiliki tingkat kompetensi yang tinggi dan sikap profesional yang baik. Suciptoardi menegaskan bahwa guru merupakan sebuah profesi, karenanya banyak hal yang harus dipelajari berkaitan dengan pengajaran dan kependidikan.

Guru yang kompeten dalam suatu lembaga pendidikan diharapkan dapat memberikan perbaikan kualitas peserta didik yang akan berpengaruh positif terhadap prestasi belajar. Dengan adanya perbaikan kualitas pendidikan dan


(48)

peningkatan prestasi belajar, maka diharapkan tujuan pendidikan nasional akan terwujud dengan baik.

2. Aspek-aspek Kompetensi Guru

menurut E. Mulyasa kompetensi yang harus dimiliki seorang guru itu mencakup empat aspek diantaranya:

a. Kompetensi Pedagogik.

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemapuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

b. Kompetensi Kepribadian.

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

c. Kompetensi Profesioanal.

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud kompetensi profesional


(49)

dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.

d. Kompetensi Sosial.

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

Alisuf Sabri dalam jurnal Mimbar Agama dan Budaya mengutip pernyataan Mitzel yang mengemukakan bahwa seorang guru dikatakan efektif dalam mengajar apabila ia memiliki potensi atau kemampuan untuk mendatangkan hasil belajar pada murid-muridnya. Untuk mengatur efektif atau tidaknya seorang guru dapat dilakukan penilaian dengan 3 kriteria, yaitu: presage, process dan product. Dengan demikian seorang guru dapat dikatakan sebagai guru yang effektif apabila dari segi: presage memiliki personality attributes dan teacher knowledge yang mumpuni dalam melaksanakan kegiatan mengajar yang mampu mendatangkan prestasi belajar kepada murid. Dari segi process, guru harus mampu menjalankan sistem pendidikan, mengelola, dan melaksanakan kegiatan belajar-mengajar yang mudah dipahami murid. Dari segi product guru harus dapat


(50)

mendatangkan hasil belajar yang dikehendaki oleh masing-masing muridnya.

Berdasarkan pemahaman dari uraian-uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa mutu guru dapat diramalkan dengan tiga kriteria yaitu: presage, process dan product yang unsur-unsurnya sebagai berikut:

1. Kriteria presage (tanda-tanda kemampuan profesi keguruan) yang terdiri dari unsur sebagai berikut:

a. Latar belakang pre-service dan in-service guru. b. Pengalaman mengajar guru.

c. Penguasaan pengetahuan keguruan. d. Pengabdian guru dalam mengajar.

2. Kriteria process (kemampuan guru dalam mengelola dan melaksanakan proses belajar-mengajar) terdiri dari:

a. Kemampuan guru dalam merumuskan Rancangan Proses Pembelajaran.

b. Kemampuan guru dalam melaksanakan (praktik) mengajar di dalam kelas.

c. Kemampuan guru dalam mengelola kelas.

3. Kriteria product (hasil belajar yang dicapai murid-murid), terdiri dari hasil belajar siswa pada bidang studi yang diajarkan oleh guru. Dalam prakteknya mutu seorang guru di sekolah tentunya harus didasarkan kepada effektifitas mengajar guru tersebut, sesuai dengan


(51)

untuk merumuskan dan mengintegrasikan tujuan, bahan, metode, media, dan evaluasi pengajaran secara tepat dalam merancang dan mengelola proses belajar-mengajar serta guru harus mampu melaksanakan pendidikan yang berorientasi kualitas.

Kemudian dalam buku yang ditulis oleh Martinis Yamin, secara konseptual, unjuk kerja guru menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mengklasifikasikan kompetensi guru pada tiga aspek, yaitu; (a) kemampuan profesional, (b) kemampuan sosial, dan (c) kemampuan personal (pribadi). ketiga aspek ini dijabarkan sebagai berikut:

a) Kemampuan profesional mencakup:

1. Penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan yang akan diajarkan dan konsep-konsep dasar keilmuan dari bahan yang diajarkan.

2. Penguasaan, penghayatan, wawasan kependidikan, dan keguruan. 3. Penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan, dan

pembelajaran siswa.

b) Kemampuan sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawa tugasnya sebagai guru.

c) Kemampuan personal (pribadi) mencakup:

1. Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya.


(52)

2. Pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai-nilai seyogianya dianut oleh seorang guru.

3. Bersikap arif dan bijaksana serta berperilaku baik, upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para siswanya. Ahmad Sabri dalam buku yang ditulis oleh Yunus Namsa mengemukakan untuk mampu melaksanakan tugas mengajar dengan baik, guru harus memiliki kemampuan yang komprehensif. Yaitu terpenuhinya 10 kompetensi keguruan diantaranya:

a) Menguasai bahan pelajaran meliputi:

1. Menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah.

2. Menguasai bahan pengayaan pembelajaran sebagai penunjang bidang studi.

b) Mengelola program belajar-mengajar, meliputi : 1. Merumuskan tujuan intsruksional.

2. Mengenal dan dapat menggunakan prosedur instruksional yang tepat.

3. Melaksanakan program belajar-mengajar 4. Mengenal kemampuan anak didik

c) Mengelola kelas, meliputi: 1. Mengatur tata ruang kelas

2. Menciptakan iklim belajar-mengajar yang kondusif d) Menggunakan media pembelajaran, meliputi:


(53)

2. Membuat alat bantu pelajaran yang sederhana

3. Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar-mengajar

4. Menggunakan micro teaching untuk unit program pengenalan lapangan

e) Menguasai landasan-landasan pendidikan.

f) Mengelola interaksi-interaksi belajar-mengajar yang aktif. g) Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pelajaran.

h) Mengenal fungsi layanan, program bimbingan, dan penyuluhan meliputi:

1. Mengenal fungsi dan layanan program bimbingan dan penyuluhan 2. Menyelenggarakan layanan bimbingan dan penyuluhan;

i) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah.

j) Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran

Kemudian dalam PP No. 19 Tahun. 2005 (Pasal 28) menegaskan mengenai Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan sebagai berikut:

a. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memilki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

b. Kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.


(54)

c. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi:

1. Kompetensi pedagogik 2. Kompetensi kepribadian 3. Kompetensi profesional 4. Kompetensi sosial

d. Seseorang yang tidak memiliki ijazah atau sertifikat keahlian tetapi memiliki keahlian khusus yang diakui dan diperlukan dapat dianggap menjadi pendidik setelah melewati uji kelayakan dan kesetaraan.

3. Kriteria Guru Kompeten

Seorang guru yang kompeten dan profesional tidak hanya bermodalkan memiliki kemampuan menyampaikan dan penguasaan materi yang kemudian disampaikan kepada siswa sudah cukup. Hal ini belumlah dapat dikatakan sebagai guru yang memiliki kompetensi baik dan profesional. Tapi guru yang kompeten, mereka harus bertindak profesional dengan memiliki kecerdasan yang baik, keterampilan yang mumpuni di bidang pendidikan, kemampuan khusus mengajar, memiliki kemampaun berkomunikasi baik, cerdas dalam bertindak, berfikir kritis dan analitik, kreatif dan inovatif, sabar, mencintai pekerjaannya, menjaga kode etik guru, dan lain sebagainya.


(55)

Menurut Oemar Hamalik seorang guru yang kompeten harus memiliki persyaratan, yang meliputi;

a. Memiliki bakat sebagai guru.

b. Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi. b. Memiliki mental yang sehat.

c. Berbadan sehat.

d. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas. e. Guru adalah manusia berjiwa pancasila.

f. Guru adalah seorang warga negara yang baik.

4. Kriteria Guru Sebagai Profesi

Glen Langford dalam buku yang ditulis oleh Martinis Yamin menjelaskan, kriteria profesi mencakup:

1. Upah

2. Memiliki pengetahuan dan keterampilan 3. Memiliki rasa tanggungjawab dan tujuan 4. Mengutamakan layanan

5. Memiliki kesatuan

6. Mendapat pengakuan dari orang lain atas pekerjaan yang digelutinya. Kemudian dalam buku yang ditulis oleh Yunus Namsa, Syafaruddin dan Irwan Nasution berpendapat bahwa ada beberapa alasan rasional dan empirik sehingga tugas mengajar disebut sebagai profesi diantaranya:


(56)

1. Bidang tugas guru memerlukan perencanaan yang matang, pelaksanaan yang mantap, pengendalian yang baik, dan Tugas mengajar dilaksanakan atas dasar aturan.

2. Bidang pekerjaan mengajar memerlukan dukungan ilmu teoritis pendidikan dan mengajar.

3. Bidang pendidikan ini memerlukan waktu lama dalam masa pendidikan dan latihan, sejak pendidikan dasar sampai pendidikan tenaga keguruan.


(57)

B. Penelitian Sebelumnya

Penelitian sebelumnya menunjukan adanya pengaruh service climate terhadap kepuasan dan kinerja karyawan (Pritchard and Karasick, 1973 dalam Steinke, 2008: 190). Pada penelitian ini, yang memiliki peran aktif dalam penciptaan dan transfer iklim layanan adalah tenaga pengajar. Yang tentunya, sebelum mereka berinteraksi dengan siswa, merekalah yang lebih dulu harus merasakan iklim layanan yang diciptakan pihak manajemen sekolah. Sehingga pelayanan akan lahir secara natural dari diri para guru dan dalam menyampaikan ilmu pengetahuan tidak setengah-setengah, karena mereka sadar akan peran yang harus mereka lakukan pada siswa dalam menciptakan pembelajaran yang baik.

Selanjutnya Rogg et al, 2002 hasil penelitiannya menunjukan betapa pentingnya service climate terhadap peningkatan kinerja dan produktivitas karyawan serta memandang service climate memiliki korelasi yang positif dengan job satisfaction dan kepuasan pelangga (customer loyality ). Denga kata lain, iklim layanan yang baik akan menjadikan para pendidik berdedikasi baik, memiliki kemampuan mengajar yang menarik, mumpuni dalam mata pelajaran yang diajarkannya, dan mampu menciptakan para siswa yang berprestasi dan kompetitif.

Schneider et al, 1998. Berdasarkan penelitiannya bahwa service climate berkaitan erat dengan persepsi pelanggan terhadap bagusnya kualitas pelayanan (service quality). Berarti service climate melibatkan dua unsur guru dan siswa, sebagaimana dijelaskan sebelumnya, guru merupakan pelaku


(58)

delivery service yang secara langsung berhadapan dengan siswa yang dalam hal ini berposisi sebagai customer of education yang harus dilayani dengan baik layaknya pelanggan sebagai pembeli komoditas. Sehingga memiliki alasan yang sangat kuat, jika service climate dibangun dengan serius dan berkomitmen agar melahirkan kepuasan pada peserta didik (ditunjukan dengan pelayanan dan prestasi siswa).

Berdasarkan penelitian Martin (2008). Service climate merupakan hasil dari persepsi karyawan (dalam hal ini staf pendidikan dan tenaga pengajar) seberapa baik pelayanan pendidikan terhadap stake holder utama (dalam hal ini peserta didik). Tentunya dengan pentransferan service climate yang baik mulai dari performance yang bagus, style yang menarik, komunikasi aktif dan mudah dipahami serta kompetitif dalam menarik kepuasan siswa dan para orang tua, service climate dapat menjadikan sekolah sebagai market leader dalam industri pendidikan.

Berdasarkan penelitian sebelumnya (Martin, 1998 ) menyatakan service climate memiliki hubungan yang sangat erat dengan delivery service dan recieved service. Dimana karyawan sebagai delivery service dan pelanggan sebagai recieved service yang di dalamnya terdapat proses jalur pendistribusian.

Berdasarkan tinjauan pustaka dan teori empiris di atas, menunjukan bahwa penelitian mengenai service climate cukup menarik, karena berkenaan dengan pencapaian tujuan dengan segenap kemampuan dan pembelajaran. Peneliti


(59)

maka peneliti tertarik untuk meneliti service climate terhadap prestasi belajar siswa melalui kompetensi guru di sekolah MTs Madrasah Pembangunan Jakarta.

C. Kerangka Berfikir

Dalam industri pendidikan service climate bukan sekedar persepsi mengenai perilaku dan tindakan yang lebih, untuk dapat menciptakan kepuasan para siswa dan orang tua. Lebih dari itu, service climate dipandang sebagai agregat keseluruhan kemampuan yang ada yang dimiliki sekolah baik mulai dari ketersedian gedung yang layak, kelengkapan sarana pembelajaran, keamanan dan kenyamanan belajar, ketersedian staf pengajar yang kompeten dan profesianal, hingga kiprahnya yang memiliki nilai di masyarakat. Disisi lain, sekolah harus mengenal betul service climate mengenai praktek, prosedur, aturan, serta berbagai perilaku yang pantas di hargai dan didukung berkenaan dengan kualitas layanan dan kualitas pelayanan terhadap suiswa dan orang tua (Schneider et al, 1998 : 151).

Service climate dapat tercipta dengan baik, apabila semua elemen dalam sekolah khususnya para guru yang secara langsung berhubungan dengan siswa dapat menciptakan dan memberikan kepuasan yang melahirkan trust service quality. Kemudian sekolah memberikan penghargaan atau semacamnya sebagai daya rangsang untuk tetap terpeliharanya pelayanan yang berkualitas (seperti: reward, bonus, insentif, paid time off, dll) sebagai wujud bukti


(60)

keseriusan dan kepedulian sekolah untuk mencapai tujuan bersama(Salanova et al, 2005).

Perlu ada perilaku serius dalam penciptaan service climate di dunia pendidikan. Disamping kelayakan, kelengkapan, dan ketersediaan sarana yang mendukung terhadap proses belajar-mengajar, sekolah perlu memperhatikan aspek tenaga pengajar atau guru. Karena, service climate memiliki kaitan yang sangat erat dengan guru yang secara langsung menghantarkan iklim layanan. Maka, pihak manajemen sekolah perlu secara berkesinambungan memberikan pengarahan, pelatihan, pengembangan, motivasi, dukungan, penghargaan, dan pengakuan agar para pendidik secara totalitas mencurahkan segenap kemampuannya.

Hakekatnya, pelaksanaan service climate menuntut guru tidak hanya terbatas kepada proses dalam pentransferan ilmu pengetahuan. Banyak hal yang menjadi tanggungjawab guru, salah satunya adalah memiliki kemampaun yang idealnya sebagaimana guru profesional. Kompetensi di sini meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan profesional, baik yang bersifat pribadi, sosial, maupun akademis. Guru yang kompeten perlu memiliki keahlian khusus dalam bidang keguruan, pendidikan, dan pengajaran, sehingga dia mampu melaksanakan tugasnya secara terarah dan maksimal.

Guru yang kompeten memiliki nilai positif untuk dapat melahirkan service climate yang baik dalam hal menciptakan ketertarikan siswa untuk belajar. Sebagaimana yang diketahui bahwa service climate memiliki makna yang


(61)

bukan saja seseorang yang hanya mengajar dikelas yang kemudian selesai lah semua tugas dan tanggungjawabnya ( Muhibbin Syah. Hal 135). Lebih dari itu seorang guru yang kompeten harus dapat menciptakan kepuasan kepada para siswa melalui daya tarik proses belajar dan mengajar yang baik dengan menciptakan service climate yang baik. Implikasinya dari hasil proses belajar-mengajar, maka akan meningkatan prestasi belajar siswa (Parasaruman :1997).

keberadaan guru yang kompeten, tentunya akan berakibat positif terhadap perkembangan siswa, baik dalam pengetahuan maupun dalam keterampilan. Oleh sebab itu, siswa akan antusias dengan apa yang disampaikan oleh guru yang bertindak sebagai fasilitator dalam proses kegiatan belajar-mengajar. Bila hal itu terlaksana dengan baik, maka apa yang disampaikan oleh guru akan berpengaruh terhadap prestasi belajar peserta didik. Disadari ataupun tidak, bahwa guru adalah faktor eksternal dalam kegiatan pembelajaran yang sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan siswa dalam belajar. Dengan keberadaan seorang guru yang kompeten dan profesional diharapkan akan mampu memberikan pengaruh positif terhadap kelancaran dan keberhasilan proses belajar-mengajar yang dapat memaksimalkan hasil prestasi belajar siswa dengan sebaik-baiknya.


(62)

Berdasarkan telaah pustaka dan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, maka dikembangkan model sebagai kerangka pemiikiran teoritis dari penelitian ini seperti pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.1

Kerangka Teori Pemikiran

Berdasarkan pembahasan diatas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa service climate meiliki pengaruh terhadap prestasi belajar siswa melalui kompetensi guru. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Siswa-siswi MTs Madrasah Pembangunan Jakarta

Service Climate Kompetensi Guru Prestasi Belajar Siswa

Uji kualitas data Analisis SEM

Hipotesis Kesimpulan


(63)

Gambar 2.2 Paradigma Konseptual

SERVICE CLIMATE

 

(X4)Training Staff (X1) Service Quality Orientation

(X2)Manajement Support to Fasilitate Service Delivery

(X3)Hiring

Motivated & Qualified Staff

(X5)Rewarding & Recognizing staff

KOMPETENSI GURU

 

1 (Y1) Kompetensi

Pedagogik

(Y2) Kompetensi Kepribadian

(Y3) Kompetensi Profesioanal

(Y4) Kompetensi

Sosial

PRESTASI BELAJAR SISWA

 

2

(Z2) Affective Domain

(Z1) Cognitive

Domain.

(Z3) Psychomotor

Domain. 1  2  3  4  5  1 . 1

 2.2 3.3 4.4

2 . 5  2 . 6  2 . 7 


(64)

Ha1 : Service climate memiliki pengaruh terhadap kompetensi guru Ha2 : Kompetensi memiliki pengaruh terhadap prestasi siswa

Ha3 : Service climate memiliki pengaruh terhadap prestasi siswa melakui kompetensi guru

Ha4 : Service climate memiliki pengaruh terhadap prestasi siswa

D. Hipotesis

Penelitian merupakan proposis sebuah pernyataan mengenai konsep yang dipertimbangkan akan sesuatu benar atau salah, jika mengacu pada fenomena yang berlandaskan teori yang ada dan dapat menjelaskan terhadap fenomena yang sedang diamati. Oleh karena itu, untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh variabel X (service climate) dengan variabel Y (prestasi belajar siswa), melalui variabel intervening (kompetensi guru) maka penulis mengajukan hipotesa sebagai berikut:

 Ha: Terdapat pengaruh service climate terhadap prestasi belajar siswa melalui kompetensi guru.

 Ho: Tidak terdapat pengaruh service climate terhadap prestasi belajar siswa melalui kompetensi guru.

Dari hipotesis di atas, penulis memiliki dugaan sementara bahwa terdapat pengaruh service climate terhadap prestasi belajar siswa melalui kompetensi guru baik secara parsial maupun simultan.


(65)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup penelitian manajemen sumber daya manusia, bertujuan untuk menganalisis pengaruh kausalitas yang menjelaskan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan pengaruh variabel dependen yang menjadi variabel independen bagi variabel dependen yang lain ( variabel intervening ). Yaitu: pengaruh service climate terhadap prestasi belajar siswa melalui kompetensi guru. Penelitian dilakukan di lingkungan sekolah MTs Madrasah Pembangunan Jakarta. Dan yang menjadi subjek penelitian ini adalah staf pengajar dan siswa-siswi MTs Madrasah Pembangunan.

B. Metode Penentuan Sampel 1. Sampel

Menurut Sugiyono (2007:116) sampel dapat didefinisikan sebagai suatu bagian yang ditarik dari populasi. Pertimbangan pengambilan jumlah sampel untuk penelitian sebanyak 298 responden. Metode pengambilan sampel menggunakan teknik proportionate stratified random sampling dan sensus sampling. Yakni teknik yang dilakukan berdasarkan kriteria populasi yang mempunyai unsur atau anggota


(66)

tidak homogen, kurang proporsional, dan semua populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel.

Untuk mengukur variabel kompetensi guru digunakan metode proportionate stratified random sampling yakni teknik yang dilakukan berdasarkan kriteria populasi yang mempunyai unsur atau anggota tidak homogen dan proporsional. Total populasi 683 orang dan banyak sampel yang diteliti berjumlah 252 diperoleh dengan rumus Husen Umar (2000).

Tabel 3.1 Daftar Jumlah Siswa

No. Kelas Jumlah

1 VII 221

2 VIII 225

3 IX 237

Jumlah 683

Sumber: Data Sekunder MTs Madrasah Pembangunan

Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel menggunakan rumus dari Husen Umar (2000), yaitu sebagai berikut:

Keterangan:

n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi d2 = Presisi yang ditetapkan


(67)

Berdasarkan rumus tersebut, jumlah sampel yang diperoleh untuk penelitian ini dengan nilai presisi sebesar 5% adalah sebagai berikut:

Selanjutnya pengambilan sampel dilakukaan secara proporsional random sampling dengan memakai rumusan alokasi proposional sebagai berikut:

Keterangan:

ni = Jumlah sampel menurut stratum n = Jumlah sampel seluruhnya Ni = Jumlah populasi menurut stratum N = Jumlah populasi seluruhnya

Dengan rumus tersebut, maka jumlah sampel yang diperoleh menurut masing-masing strata adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Daftar Sampel

No. Kelas Sampel

1 VII 82

2 VIII 83

3 IX 87


(1)

4 5 4 3 3 5 4 28 27 27 26 80

4 4 5 3 4 4 3 27 27 26 25 78

5 3 4 2 3 4 3 24 27 26 25 78

4 3 3 3 3 4 3 23 29 28 26 83

4 4 5 3 4 4 3 27 23 23 23 67

4 3 5 3 3 3 3 24 28 27 26 81

4 3 5 4 4 4 4 28 29 28 27 84

4 3 3 4 4 5 4 27 29 28 27 84

4 4 3 4 4 4 4 27 25 25 25 75

4 3 4 3 4 4 5 27 27 26 25 78

4 3 3 4 4 3 4 25 29 28 28 85

5 5 5 3 4 4 4 30 27 26 25 78

5 4 4 4 4 4 4 29 27 26 26 79

4 3 3 3 4 4 4 25 25 24 23 72

5 3 5 4 5 3 4 29 27 26 25 78

5 3 4 3 5 4 3 27 26 25 25 76

4 3 3 3 4 4 3 24 29 28 26 83

4 3 4 3 3 3 3 23 27 27 26 80

4 3 4 4 4 4 4 27 24 23 23 70

4 3 4 3 4 4 4 26 25 24 24 73

4 3 4 4 4 4 4 27 27 27 26 80

5 3 4 4 5 5 4 30 27 26 26 79

4 4 5 5 5 5 5 33 27 26 25 78


(2)

5 3 5 4 5 5 5 32 25 24 23 72

4 3 5 4 5 5 3 29 29 28 26 83

4 4 4 4 5 5 3 29 25 25 25 75

4 3 4 4 4 3 3 25 25 25 24 74

4 4 4 4 4 4 4 28 29 28 28 85

5 3 3 3 4 3 4 25 29 28 27 84

5 3 4 3 4 3 4 26 23 23 22 68

5 3 4 4 5 5 5 31 27 25 25 77

4 5 5 4 4 4 4 30 27 26 25 78

4 3 3 4 4 5 4 27 28 27 26 81

5 4 5 4 5 5 5 33 29 28 27 84

5 5 5 4 5 5 5 34 27 27 26 80

4 3 4 3 4 3 4 25 27 25 25 77

5 3 5 4 5 4 4 30 27 26 25 78

4 5 4 3 3 4 4 27 25 25 25 75

5 4 4 3 4 5 4 29 27 26 26 79

4 3 4 4 4 4 4 27 27 26 26 79

5 4 5 5 5 5 3 32 26 25 25 76

3 5 5 4 4 5 4 30 27 26 25 78

4 4 3 2 3 4 4 24 26 25 25 76

4 4 4 4 4 5 5 30 26 25 25 76

5 5 3 4 3 5 4 29 29 28 26 83


(3)

4 4 4 3 4 3 3 25 27 26 25 78

5 4 4 4 4 4 3 28 29 28 28 85

4 3 3 3 4 4 4 25 27 25 25 77

5 4 4 4 4 4 5 30 30 29 29 88

4 3 4 3 3 3 4 24 26 25 25 76

4 4 4 4 4 4 4 28 25 25 25 75

4 4 4 4 4 4 4 28 29 28 28 85

4 4 3 4 4 3 4 26 27 27 26 80

4 4 4 4 4 4 4 28 27 26 26 79

4 3 3 3 3 4 3 23 29 28 26 83

5 5 5 4 5 4 4 32 25 24 24 73

5 3 3 3 5 3 4 26 27 26 25 78

4 4 4 4 4 4 4 28 30 29 28 87

5 3 4 4 5 4 5 30 27 25 25 77

5 4 5 4 4 4 4 30 30 30 29 89

4 5 4 4 4 4 3 28 27 25 25 77

4 4 3 5 5 4 4 29 29 28 27 84

4 4 4 3 4 4 3 26 27 25 25 77

5 4 4 3 3 4 5 28 27 27 26 80

5 4 5 4 5 4 4 31 29 28 26 83

5 4 4 2 4 4 4 27 26 25 25 76

4 3 4 4 5 3 4 27 30 30 29 89

4 3 3 3 4 4 4 25 30 29 28 87


(4)

5 4 5 4 5 4 5 32 29 28 27 84

5 4 3 4 3 5 4 28 27 26 25 78

5 5 4 3 5 5 4 31 26 25 25 76

5 4 5 3 4 5 4 30 30 30 29 89

4 3 4 3 5 3 4 26 28 27 26 81

5 3 5 4 5 3 4 29 27 26 25 78

4 4 4 3 4 4 3 26 27 26 26 79

4 3 4 3 4 3 3 24 25 24 23 72

4 3 4 3 4 4 2 24 27 25 25 77

5 5 5 3 4 4 5 31 25 24 24 73

5 4 5 5 4 4 4 31 27 27 26 80

5 5 4 3 3 4 4 28 27 26 26 79

4 4 4 4 4 3 3 26 25 25 25 75

4 3 5 3 3 3 3 24 28 27 26 81

3 3 4 2 5 4 4 25 30 28 28 86

3 2 3 4 5 3 2 22 27 26 25 78

5 3 4 5 5 4 4 30 27 26 26 79

5 3 3 4 4 3 3 25 27 27 26 80

4 5 5 3 5 5 2 29 30 29 28 87

4 4 4 3 3 4 4 26 26 25 25 76

5 5 5 4 5 5 5 34 25 25 24 74

4 4 3 4 4 4 3 26 25 24 24 73


(5)

4 3 3 2 4 3 3 22 28 27 26 81

4 3 4 3 3 3 3 23 30 28 28 86

4 3 4 3 5 3 3 25 28 27 26 81

4 3 3 4 4 3 3 24 28 27 27 82

4 3 4 4 4 3 4 26 28 27 27 82

4 5 4 4 3 4 3 27 27 27 26 80

5 3 4 4 3 4 3 26 29 28 27 84

4 4 4 4 4 3 4 27 28 27 26 81

4 3 5 5 4 4 3 28 28 27 26 81

5 4 5 3 3 4 3 27 25 25 24 74

3 5 5 3 3 3 3 25 29 28 26 83

4 3 3 3 3 4 3 23 25 24 23 72

4 4 4 3 4 4 4 27 25 25 25 75

4 3 4 3 4 4 4 26 29 28 26 83

4 3 4 3 3 3 3 23 27 26 25 78

5 3 4 3 4 4 4 27 27 26 26 79

4 4 4 4 4 4 3 27 25 25 24 74

4 3 4 4 4 4 4 27 27 26 26 79

4 3 4 2 4 3 4 24 29 28 28 85

3 4 4 3 3 3 3 23 25 24 24 73

5 3 5 4 4 4 4 29 26 25 25 76

5 3 4 3 4 4 4 27 27 26 25 78

4 3 4 3 4 3 3 24 28 27 27 82


(6)

4 4 4 3 4 4 4 27 28 27 27 82

4 3 4 3 4 4 4 26 30 29 29 88

4 3 4 4 4 5 3 27 26 25 25 76

4 3 3 4 4 3 4 25 22 22 22 66

4 3 3 3 4 3 3 23 25 24 24 73

5 3 4 3 4 4 4 27 25 25 24 74

5 4 4 3 5 5 5 31 31 31 30 92

4 3 4 4 4 4 4 27 27 27 26 80

5 3 3 3 4 4 3 25 26 25 25 76

4 3 3 4 4 3 3 24 25 25 25 75

4 3 3 3 4 3 3 23 25 24 23 72

3 3 4 4 4 4 3 25 30 28 28 86

5 4 5 5 5 4 4 32 28 27 26 81