Pengaruh Persepsi Siswa MA tentang Kompetensi Guru Praktik Profesi Keguruan Terpadau (PPKT) terhadap Hasil Belajar Sosiologi (Studi Kasus Sekolah MA di Wilayah Bogor)

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

NUR AINI

NIM 1112015000056

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017


(2)

LEMBAR

PENGESAHAI\

PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul "Pengaruh Persepsi Siswa

MA

Tentang Kompetensi

Guru Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) Terhadap Hasil Belajar

Sosiologi (Studi Kasus Sekolah

MA di

Wilayah Bogor)", oleh Nur Aini,

Nomor Induk Mahasiswa 1112015000056, diajukan kepada Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah pada tanggal 29 Desember 2016 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana (S1) dalam bidang Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

Jakartq 29 Desember 2016

Panitia Ujian Munaqosah


(3)

(4)

LEMBAR

PENGESAHAN

PEMBIMBING

SKRIPSI

Skripsi berjudul Pengaruh Persepsi Siswa

MA

Tentang Kompetensi Guru Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) Terhadap Hasil Belajar Sosiologi

(Studi Kasus Sekolah MA di Wilayah Bogor) disusun oleh Nur Aini, NIM.

1112015000056, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan


(5)

(6)

(7)

i Wilayah Bogor)”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh persepsi siswa MA tentang kompetensi guru praktik profesi keguruan terpadu (PPKT) terhadap hasil belajar sosiologi.

Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif-analisis. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa/i MA Negeri 2 Bogor dan MA Al-Mukhlishin Ciseeng Bogor. Teknik pengambilan sampel yaitu propotional random sampling dengan sampel sebanyak 52 responden. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket (kuesioner), wawancara dan dokumentasi.

Hasil analisis data dilihat dari hasil uji koefisien determinasi, untuk mengetahui besaran kontribusi yang diberikan persepsi siswa MA tentang kompetensi guru PPKT terhadap hasil belajar sosiologi didapat hasil sebesar 22,3%. Kemudian dari hasil pengujian hipotesis yaitu dapat diketahui nilai thitung

sebesar 3,793 dan nilai ttabel diketahui sebesar 2,0085. Hal ini menunjukkan bahwa

thitung lebih besar dari ttabel. Dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan

antara persepsi siswa MA tentang kompetensi guru praktik profesi keguruan terpadu (PPKT) terhadap hasil belajar sosiologi.


(8)

ii

ABSTRACT

Nur Aini (1112015000056). Department of Social Education. Faculty of

Tarbiyah and Teachers Training. The tittle of Skripsi “ The Effect of

Perception of the Senior Islamic State School Students about Teacher Competence of the Integrated Practice Teaching Profession (PPKT) to Sociology Learning Outcomes (Case Study Senior Islamic School in the Area of Bogor)”.

The research aims is to know the effect of perception of the senior islamic state school students about teacher competence of the integrated practice teaching profession (PPKT) to sociology learning outcomes.

In this research, the writer uses a qualitative approach by analysis-descriptive method. The population of research is all of the student in Senior islamic state school 2 Bogor and Senior islamic school of Al-Mukhlishin Ciseeng Bogor. The number of samples is taken by the respondents as much as 52 respondents using proportional random sampling technique. Research data is collected by questionnaire, interview, and documentation.

The result of research can be seen from the test results of the coefficient of determination that aims is to know the contribution that is given by perception of the senior islamic school students about teacher competence of the integrated practice teaching profession (PPKT) to sociology learning outcomes. Through the test results of the coefficient of determination, the researcher obtains the result 22,3%. Then, from the results of hypothesis testing, can be known that tcount value

is amount 3,793 and ttable value is 2,0085. This case shows that tcount is higher

than ttable. So, there is the significant effect between the perception of the senior

islamic school students about teacher competence of the integrated practice teaching profession (PPKT) to sociology learning outcomes.


(9)

iii

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Persepsi Siswa MA tentang Kompetensi Guru Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) terhadap Hasil Belajar Sosiologi”.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tak lupa pula shalawat serta salam semoga selalu tercurah pada baginda alam dan junjungan Nabi besar Muhammad SAW, Beserta keluarga, sahabat, dan umatnya yang senantiasa mengikuti ajaran agamanya hingga akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini masih banyak kekurangan kemampuan penulis yang masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dalam proses penyelesaian skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil, sehingga penyusunan skripsi berjalan lancar.

Maka dengan selesainya skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang senantiasa memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Syaripulloh M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang juga senantisa memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.


(10)

iv

5. Bapak Dr. Abd. Rozak, M.Si dan Ibu Cut Dhien Nourwahida, MA selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dan selalu memberi arahan serta nasehat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan banyak ilmunya kepada penulis yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu, namun tidak mengurangi rasa hormat saya.

7. Seluruh guru dan staf dari MAN 2 Bogor. Terutama Bapak Hawasi, M.Pd., selaku kepala sekolah yang telah memberikan izin dan bantuannya kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut. Terimakasih juga untuk siswa/i MAN 2 Bogor yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Seluruh guru dan staf dari MA Al-Mukhlishin Ciseeng Bogor. Terutama Bapak H. Taufik Hidayat, Lc, S.Pd.I selaku kepala sekolah yang telah memberikan izin dan bantuannya kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut. Terimakasih juga untuk siswa/i MA Al-Mukhlishin yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Kedua orang tua tercinta Bapak Icing dan Ibu Riah yang telah membesarkan

dan mengajarkan penulis dengan penuh kasih sayang serta selalu memberikan dukungan berupa moril maupun materil yang luar biasa selalu kalian berikan untuk penulis.

10. Terimakasih juga untuk kedua adikku Siti Halimah, M. Irham Fahreza A. serta keluarga besar yang selalu memberikan motivasi dan semangat kepada penulis.

11. Terimakasih juga kepada Mercon ku ( Anna Nuryuliani, Dekcut Hafidhoh

N, Lusy Alfiah, Nurlela, Inayati Ma’rifah, Rahmawati Wulandari, Via

Oktaviani, Windy Sartika L) yang banyak memberi semangat dan motivasi kepada penulis.

12. Terimakasih kepada Nurhikmalasari, Sri Utami, Farhan Fauzi Basalamah, Yayang Mahendra Djamin, teman-teman PPKT di SMP Islam Al Mukhlishin yang sudah seperti keluarga dan banyak membantu penulis.


(11)

v menyelesaikan skripsi ini.

15. Nisa Uluwan dan Ismah teman seperjuangan bimbingan skripsi yang selalu memberikan semangat, nasehat, serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

16. Teman seperjuangan angkatan 2012 khususnya Konsentrasi Sosiologi. Terimakasih banyak atas pengalaman selama masa kuliah yang pernah kita jalani bersama-sama.

17. Dan semua pihak yang penulis sadari atau tidak sadari telah membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis berharap semoga segala kebaikan yang diberikan mendapatkan pahala yang berlipat ganda oleh Allah SWT dan senantiasa selalu dilindungi oleh Allah SWT. Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang baik dari para pembaca guna menyempurnakan skripsi ini.

Jakarta, Desember 2016 Penulis


(12)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR HALAMAN

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI PERNYATAAN UJI REFERENSI

PERNYATAAN KARYA ILMIAH

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 9

D. Perumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

1. Manfaat Teoritis ... 9

2. Manfaat Praktis ... 10

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru PPKT ... 11

1. Hakikat Persepsi ... 11

2. Kompetensi Guru ... 15

3. Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) ... 25

B. Hasil Belajar ... 29

1. Definisi Hasil Belajar ... 29


(13)

vii

E. Kerangka Berfikir ... 42

F. Hipotesis Penelitian ... 44

BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 45

B. Metode Penelitian ... 46

C. Populasi dan Sampel ... 47

1. Populasi ... 47

2. Sampel ... 48

D. Variabel Penelitian ... 49

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 50

1. Kuesioner (Angket) ... 50

2. Wawancara ... 53

3. Dokumentasi ... 54

F. Teknik Analisis Data ... 54

1. Tahap Pengolahan Data ... 54

2. Menganalisis Data ... 55

G. Hipotesis Statistik ... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 60

B. Deskripsi Data ... 64

C. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis .... 91

D. Pembahasan ... 99


(14)

viii BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 103 B. Saran-saran ... 103

DAFTAR PUSTAKA UJI REFERENSI LAMPIRAN


(15)

ix

Tabel 3.2 Populasi ... 47 Tabel 3.3 Sampel ... 49 Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Variabel Persepsi Siswa MA tentang

Kompetensi Guru PPKT ... 51 Tabel 4.1 Mengkondisikan Kesiapan Siswa dan Kesiapan Kelas Sebelum

Pelajaran Dimulai ... 65 Tabel 4.2 Memahami Bahwa Setiap Siswa Mempunyai Pengetahuan yang

Berbeda-Beda ... 66 Tabel 4.3 Memberikan Motivasi dan Semangat Sebelum Pelajaran

Dimulai ... 67 Tabel 4.4 Menyampaikan Tujuan Pembelajaran yang Ingin Dicapai pada

Saat Pelajaran Akan Dimulai ... 67 Tabel 4.5 Menggunakan Metode Pembelajaran yang Sesuai dengan Tujuan

Pembelajaran ... 68 Tabel 4.6 Cara Guru Praktikan Mengajar Membuat Saya Lebih

Berpikir Cermat dan Terampil dalam Menghadapi Masalah ... 69 Tabel 4.7 Memberitahukan Hasil Penilaian seperti Ulangan kepada Siswa

kemudian Membahasnya Bersama-Sama ... 69 Tabel 4.8 Memberikan Tugas Rumah Terkait Materi yang Dipelajari ... 70 Tabel 4.9 Memberikan Latihan Soal-Soal di Kelas ... 70 Tabel 4.10 Menanyakan Materi Mana yang Tidak Dimengerti dalam

Belajar ... 71 Tabel 4.11 Memberikan Motivasi kepada Siswa untuk Mengembangkan

Bakat dan Keahlian yang Dimiliki Setiap Siswa ... 72 Tabel 4.12 Memberikan Nasihat dan Saran kepada Siswa untuk

Meningkatkan Prestasinya Baik Prestasi Akademik Maupun


(16)

x

Tabel 4.13 Dalam Pembelajaran Guru Praktikan Memberikan Inovasi dan Kreativitasnya agar Siswa dapat Mengembangkan Potensi yang

Dimilikinya ... 73

Tabel 4.14 Datang Tepat Waktu Saat Memulai Pelajaran ... 74

Tabel 4.15 Tidak Hadir di Kelas Saat Jam Pelajaran ... 74

Tabel 4.16 Memiliki Sikap Mandiri dalam Mengajar ... 75

Tabel 4.17 Cara Guru Praktikan Mengajar Menunjukkan Sikap Terbuka dalam Menerima Masukan dari Siswa ... 75

Tabel 4.18 Memiliki Perilaku yang Berpengaruh Positif Terhadap Siswa ... 76

Tabel 4.19 Tidak Memiliki Sikap yang Mencerminkan Kewibawaan Sebagai Guru ... 76

Tabel 4.20 Memiliki Akhlak yang Mulia Ketika di Dalam Maupun di Luar Sekolah ... 77

Tabel 4.21 Sikap Guru Praktikan Berperilaku Sesuai dengan Norma-Norma Agama ... 78

Tabel 4.22 Memiliki Perilaku yang Patut Diteladani oleh Siswa ... 78

Tabel 4.23 Mengajar Sesuai dengan Kurikulum yang Ada di Sekolah ... 79

Tabel 4.24 Cara Guru Praktikan Mengajar Membuat Saya Sulit Menerima Pelajaran ... 79

Tabel 4.25 Ketika Mengajar Menggunakan Metode Pembelajaran yang Sesuai Materi sehingga Membuat Saya Mudah Memahami Pelajaran ... 80

Tabel 4.26 Tidak Sepenuhnya Menguasai Materi Pelajaran ... 81

Tabel 4.27 Menjelaskan Materi Menggunakan Contoh yang Mudah Dimengerti ... 81

Tabel 4.28 Mengkaitkan Ilmu Pengetahuan dengan Kehidupan Sehari-Hari Dalam Menjelaskan Pelajaran ... 82

Tabel 4.29 Memiliki Pengalaman yang Luas Berkaitan dengan Materi dan Kehidupan Nyata ... 82


(17)

xi

Tabel 4.33 Memiliki Komunikasi dan Hubungan yang Baik dengan

Sesama Guru ... 85

Tabel 4.34 Memiliki Komunikasi dan Hubungan yang Baik dengan Kepala Sekolah ... 85

Tabel 4.35 Memiliki Komunikasi dan Hubungan yang Baik dengan Seluruh Staff Kependidikan di Sekolah ... 86

Tabel 4.36 Memiliki Sikap Ramah dan Santun Ketika Ada Wali Murid Datang ke Sekolah ... 87

Tabel 4.37 Memiliki Komunikasi yang Baik terhadap Orang Tua atau Wali Murid yang Datang ke Sekolah ... 87

Tabel 4.38 Bersikap Acuh Kepada Orang Tua atau Wali Murid yang Datang ke Sekolah ... 88

Tabel 4.39 Dokumentasi ... 91

Tabel 4.40 Hasil Uji Validitas Persepsi Siswa MA tentang Kompetensi Guru PPKT ... 91

Tabel 4.41 Hasil Uji Reliabilitas Persepsi Siswa MA tentang Kompetensi Guru PPKT ... 93

Tabel 4.42 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 96

Tabel 4.43 Hasil Uji Linearitas ... 96


(18)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ... 43 Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar Sosiologi ... 94 Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedositas ... 95


(19)

xiii

Lampiran 3 Data Responden dengan Nilai Angket Variabel X dan Y Lampiran 4 Angket Persepsi Siswa MA tentang Kompetensi Guru PPKT Lampiran 5 Instrumen Wawancara

Lampiran 6 Transkrip Wawancara

Lampiran 7 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 8 Tabel Frekuensi Per Item Variabel X Lampiran 9 Hasil Analisis Data

Lampiran 10 Tabulasi Angket Lampiran 11 Surat-Surat

Lampiran 12 Foto Pengisian Angket Lampiran 13 Biodata Penulis


(20)

 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan erat kaitannya dalam sebuah kehidupan. Bangsa-bangsa yang maju dan modern ialah bangsa yang selalu memperhatikan dan mengutamakan aspek pendidikannya. Karenanya pendidikan salah satu kunci utama kriteria kemajuan dan kemunduran perkembangan suatu bangsa dan negara.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 menyatakan bahwa Pendidikan adalah “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara efektif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.1

Selanjutnya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan adalah “proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan”.2 Kemudian menurut Muhibbin Syah, pendidikan dapat diartikan sebagai “sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan”.3 Selain itu pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara dalam Hasbullah diartikan sebagai “tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai

      

1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1. h. 2.

2 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), Cet. 1, h. 204.

3 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan: Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), h. 10.


(21)

anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya”.4

Dari berbagai definisi tentang pendidikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan suatu proses yang sudah terkonsep dengan matang untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki setiap anak didik. Pendidikan juga suatu usaha yang dilakukan seseorang melalui metode-metode tertentu dengan jalan pengajaran dan pelatihan untuk mengembangkan dan menggali setiap potensi-potensi yang ada pada diri seseorang agar memperoleh pengetahuan yang luas dan sebagai pedoman hidup dalam bersikap dan bertingkah laku di masyarakat. Dengan pendidikan diharapkan kedepannya menjadi manusia yang sukses dengan tujuan hidupnya yang tinggi sehingga dapat meraih kebahagiaan yang hakiki.

Berbicara mengenai pendidikan sangat erat kaitannya dengan adanya seorang pendidik dan peserta didik. Di sini peranan seorang pendidik lebih besar, karena kedudukannya sebagai seseorang yang mampu mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik. Karena mendidik bukan hanya sekedar memberikan pengetahuan dan nilai-nilai saja, tetapi juga dapat mengembangkan dan menggali spiritual keagamaan, kecerdasan, kecakapan, pengendalian diri, keterampilan dan kepribadian peserta didiknya ke arah yang lebih baik.

Sebagai seorang pendidik guru mempunyai peranan penting di sekolah. Dimana menjadi seorang guru memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar, karena tugas guru tidak hanya sebagai pendidik, tetapi sebagai pengajar, dan pembimbing. Ketiga hal tersebut dapat dilihat perbedaannya, tetapi tidak bisa dipisahkan karena antara satu dengan yang lainnya saling terkait.

Guru merupakan salah satu komponen yang paling menentukan keberhasilan dalam sistem pendidikan secara menyeluruh. Oleh karenanya guru memegang peranan utama dalam proses pembangunan pendidikan, sebab guru adalah orang pertama yang berhubungan langsung dengan

      


(22)

 

pelaksanaan pendidikan di sekolah. Guru yang berkualitas adalah guru yang memiliki kemampuan profesional dalam mendidik. Sebagai seorang guru yang profesional harus bisa menyesuaikan dirinya diberbagai lingkungan agar dapat berinteraksi dengan baik terhadap peserta didiknya. Dimana guru harus memiliki sikap terbuka kepada peserta didik baik dalam hal positif maupun negatif, berjiwa mandiri agar menjadi contoh untuk anak-anak didiknya, peka dalam arti memahami kondisi peserta didiknya, dan selalu melihat ke depan untuk perkembangan peserta didiknya.

Seiring perkembangan zaman dalam era modern ini, dunia pendidikan mengalami pembenahan dan perkembangan yang signifikan, ditandai dengan banyaknya orang yang berlomba-lomba dalam meningkatkan persaingan mutu dan kualitas dirinya. Sehingga secara langsung menuntut semua pihak diberbagai bidang dan sektor pembangunan untuk meningkatkan kompetensinya.

Dalam dunia pendidikan khususnya guru sebagai tenaga pendidik harus ditingkatkan kompetensinya, yaitu kompetensi guru profesional. Guru yang profesional adalah guru yang mempunyai kompetensi-kompetensi tertentu dalam mengajar sebagai syarat mampu melaksanakan tugas-tugas dalam proses pembelajaran dengan tujuan agar menciptakan guru-guru yang berkualitas sehingga terwujudnya pendidikan yang berkualitas pula. Maka dari itu seorang guru dituntut untuk mempunyai empat kompetensi guru profesional yaitu kompetensi pedagogis, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.

Kompetensi guru dapat dimaknai sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang terwujud tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran. Undang-Undang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah No. 19/2005 menyatakan kompetensi guru meliputi kompetensi kepribadian, pedagogis, profesional, dan sosial. Keempat kompetensi guru diuraikan sebagai berikut:


(23)

1. Kompetensi kepribadian: merupakan kemampuan profesional yang mencerminkan kepribadian mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

2. Kompetensi pedagogis: meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

3. Kompetensi profesional: merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan subtansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya.

4. Kompetensi sosial: kemampuan guru untuk berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.5

Dari empat definisi kompetensi guru profesional di atas, penulis menyimpulkan ketika seorang guru mempunyai kompetensi kepribadian dalam mengajar, segala bentuk-bentuk tindakan dan perilaku yang dilakukan guru akan sesuai dengan aturan atau norma-norma yang berlaku. Sehingga mencerminkan suatu kepribadian yang mantap dan bisa menjadi teladan bagi peserta didik.

Kemudian guru juga dituntut kemampuannya untuk mempunyai kompetensi pedagogis, di sini guru harus bisa memahami berbagai macam karakter anak didiknya, dan harus mempunyai kemampuan dalam hal perancangan dan pelaksanaan pembelajaran agar terbentuknya suasana belajar yang kondusif. Selanjutnya kompetensi profesional, di dalam kompetensi ini guru dituntut untuk memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas diberbagai hal dalam proses pembelajaran agar terciptanya peserta didik yang aktif,

      

5 Syamsul Bahri Thalib, Psikologi Pendidikan: Berbasis Analisis Empiris Aplikatif, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 273-276.


(24)

 

inovatif, dan kedepannya diharapkan bisa menjadi penerus bangsa yang berkualitas.

Kemudian yang terakhir kompetensi sosial, dimana dalam kompetensi ini guru harus mampu berinteraksi dengan baik dengan semua orang yang berhubungan dalam proses pendidikan. Ketika terciptanya komunikasi yang baik tujuan proses pembelajaran yang diharapkan akan tercapai.

Sehubungan dengan apa yang telah diuraikan di atas tentang kompetensi guru profesional, untuk kedepannya diharapkan lulusan tenaga pendidik harus lebih berbobot dan berkualitas. Maka dari itu calon guru masa depan harus dibekali perangkat kompetensi yang sudah terencana dan dipersiapkan sematang-matangnya.

Lembaga pendidikan guru dalam hal ini sangat berperan penting, karena harus mampu menyiapkan tenaga guru yang berkompeten agar harapan dan cita-cita bangsa dapat terwujud. Terutama dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru agar profesi keguruan dapat berfungsi dengan sebaik-baiknya sesuai dengan apa yang diharapkan bangsa.

Dengan demikian, berkaitan dengan masalah ini, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai salah satu Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) memiliki kepentingan yang sangat besar, yaitu harus membekali lulusannya dengan perangkat kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang akan dilaksanakan para lulusan dalam upaya lulusannya menjadi pendidik profesional dan sesuai pula dengan kebutuhan zaman yang selalu berubah. Untuk itu mahasiswa diberi seperangkat pengetahuan dan pengalaman di lapangan tentang proses atau kegiatan pendidikan lainnya melalui mata kuliah Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT).

Berdasarkan buku panduan Praktik Profesi Keguruan Terpadu bahwa PPKT adalah “mata kuliah intrakurikuler aplikatif dan terpadu dari seluruh pengalaman belajar ke dalam program pelatihan untuk mempersiapkan mahasiswa agar memiliki kemampuan dan keterampilan keguruan,


(25)

pelaksanaan kegiatan dan administrasi pendidikan, penelitian pendidikan, dan pengabdian kependidikan”.6

Dengan adanya kegiatan Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) ini sangat bermanfaat sekali dimana calon guru dilatih dan dipersiapkan untuk bisa menjadi guru yang profesional dalam hal kependidikan terutama dalam proses belajar-mengajar di sekolah. Karena guru merupakan salah satu komponen yang menentukan keberhasilan siswanya dalam proses pembelajaran yang diwujudkan dengan hasil belajar siswa yang memuaskan.

Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.7

Belajar merupakan usaha yang benar-benar dilakukan seseorang secara sadar melalui apa yang dipelajari di dalam kehidupannya dalam berinteraksi dengan orang lain dan menyadari adanya perubahan-perubahan yang terjadi di dalam dirinya, yaitu perubahan tingkah laku yang positif. Dengan belajar yang pada awalnya seseorang tidak bisa menjadi bisa, ketika seseorang itu ulet dalam belajar semakin bertambah pula kecakapannya dalam melakukan sesuatu. Karena belajar itu sifatnya kontinu, seperti sebuah pribahasa mengatakan tajamnya pisau karena diasah. Yaitu seberapapun pisau itu tumpul, tetapi karena selalu diasah lama kelamaan semakin tajam. Ibaratnya seperti itulah belajar, jika dilakukan terus-menerus akan semakin pandai pula kemampuan potensi-potensi yang dimiliki.

Hasil belajar peserta didik di sekolah dapat dilihat dari berbagai aspek, baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis selama pelaksanaan PPKT, ketika peserta didik menguasai materi yang diajarkan dalam arti dia mengerti apa yang dijelaskan gurunya, maka akan tampak dari sikapnya yang aktif di kelas, serta rasa ingin tahu yang besar terhadap mata pelajaran yang diajarkan. Berbeda dengan peserta didik dimana penguasaan materinya lemah maka

      

6 Tim Penyusun, Buku Pedoman Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT), (Jakarta: laboratorium FITK UIN Jakarta, 2015), h. 5.


(26)

 

sikap yang ditunjukannya akan pasif di kelas, malas-malasan dan tidak terampil dalam belajar.

Banyak metode-metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam mengajar untuk meningkatkan hasil atau prestasi belajar siswa. Calon guru bisa mengembangkan berbagai kreativitas yang dimiliki masing-masing mahasiswa dengan potensi dan bakat yang berbeda-beda dalam mengajar. Mengajar bukan suatu pekerjaan ringan, ketika seorang guru atau calon guru mengajar dengan sungguh-sungguh, dengan kompetensi yang ia miliki yaitu kompetensi kepribadiannya sudah mantap, kompetensi pedagogisnya sudah melekat di dalam dirinya, lalu kompetensi profesionalnya selalu diasah dan dikembangkan, dan yang terakhir kompetensi sosialnya pun mendukung, maka tidak diragukan lagi hasil belajar atau prestasi siswanya sesuai dengan apa yang diharapkan. Karena pada umumnya ketika seorang siswa mendapatkan hasil belajar yang memuaskan, mereka akan memiliki persepsi positif terhadap kemampuan yang dimiliki guru praktik dalam proses pembelajaran. Dan sebaliknya, siswa akan memiliki persepsi negatif ketika calon guru yang mengajar tidak diiringi dengan tanggung jawab yang baik, dimana ketika mengajar semaunya, asal-asalan, dan tidak berkompeten.

Bambang Sulistio dalam Samwiel mengemukakan bahwa:

“Tingkat ke-profesionalitasan guru di seluruh Indonesia dari segi kompetensi profesional dan pedagogik yang dilihat dari hasil UKG bisa dikatakan masih rendah. Terbukti dari rata-rata yang dihasilkan yaitu hanya 40, yang masih jauh dari nilai yang dikehendaki pemerintah yaitu 70 poin. Samwiel mengemukakan bahwa peranan lembaga pendidikan seperti perguruan tinggi mempunyai andil yang cukup besar dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan meningkatkan kualitas lulusannya terutama calon guru yang profesional”.8

      

8 Samwiel Agus Nugraha, 2013, “Penguasaan Computer Pedagogik Mahasiswa Calon Guru Dalam Pelaksanaan Program Pengalaman (PPL)”, skripsi Universitas Pendidikan Indonesia. (Bandung: Perpustakaan UPI, 2013). h. 4.


(27)

Mengenai penjelasan di atas, bahwa masih rendahnya kompetensi yang dimiliki guru untuk kedepannya harus dibenahi dengan meningkatkan kualitas calon guru yang profesional dalam proses belajar-mengajar.

Azhar mengemukakan bahwa:

“Mahasiswa calon guru masih menjadi pembicaraan di sekolah tempat mahasiswa praktek mengajar yang dikenal praktek pengalaman lapangan (PPL). Sebagai contoh kasus, Ketua UPT PPL Universitas Negeri Jakarta Fakhrudin Arbah dalam Novenderi (mengaku banyak dapat kritikan dari pihak sekolah tempat mahasiswa praktek pengalaman lapangan (PPL). Menurut Fakhrudin Arbah fenomena yang mesti dibenahi ternyata kualitas mengajar mahasiswa masih rendah, dan sampai sekarang masih banyak mahasiswa yang mengeluhkan kemampuan mengajarnya. Sebaiknya semua permasalahan ini segera diselesaikan, jangan terus dibiarkan. Hal serupa juga dirasakan oleh daerah-daerah lain di Indonesia”.9

Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian tentang bagaimana kompetensi calon guru dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah kaitannya dengan keberhasilan belajar siswa. Untuk dikaji menjadi sebuah judul penelitian, oleh karena itu penulis mengajukan penelitian skripsi dengan judul: “Pengaruh Persepsi Siswa MA tentang Kompetensi Guru Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) terhadap Hasil Belajar Sosiologi (Studi Kasus Sekolah MA di Wilayah Bogor)”. B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah dapat di identifikasi sebagai berikut :

1. Masih adanya sebagian guru praktik yang kurang berkompeten, dilihat dari keempat kompetensi guru yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial.

2. Adanya persepsi siswa yang kurang baik tentang kompetensi guru PPKT dalam kegiatan belajar-mengajar.

      

9 Azhar, “Kondisi LPTK Sebagai Pencetak Guru yang Profesional”, Jurnal Tabularasa PPS Unimed, 2009. h. 2.


(28)

 

3. Guru Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) yang tidak

profesional akan menyebabkan kegiatan belajar-mengajar tidak efektif dan efisien sehingga hasil belajar siswa rendah.

4. Pengaruh persepsi siswa MA tentang Kompetensi Guru Praktik

Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) terhadap hasil belajar sosiologi.

C. Pembatasan Masalah

Keterbatasan peneliti dalam segi waktu, tenaga dan biaya, serta untuk memudahkan pembahasan skripsi ini, menjaga agar penelitian lebih fokus dan terarah, tidak menimbulkan keraguan dan salah penafsiran, maka diperlukan adanya pembatasan masalah, oleh karena itu penelitian dibatasi pada “Pengaruh persepsi siswa MA tentang kompetensi guru Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) terhadap hasil belajar sosiologi”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka pertanyaan penelitian ini yaitu “Apakah terdapat pengaruh persepsi siswa MA tentang kompetensi guru Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) terhadap hasil belajar sosiologi?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian tersebut maka penelitian ini mempunyai tujuan yaitu untuk mengetahui pengaruh persepsi siswa MA tentang kompetensi guru Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) terhadap hasil belajar sosiologi.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan wawasan yang luas mengenai perkembangan pendidikan yang berkaitan


(29)

dengan pengaruh persepsi siswa MA tentang kompetensi guru Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) terhadap hasil belajar sosiologi.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peserta didik, dengan kompetensi guru PPKT yang berkualitas proses belajar-mengajar diharapkan lebih menyenangkan dan memotivasi siswa untuk lebih giat belajar sehingga hasil belajarnya lebih baik.

b. Bagi guru, sebagai landasan untuk mengukur hasil belajar siswa dilihat dari pengalaman kompetensi guru PPKT dalam kegiatan belajar mengajar.

c. Bagi sekolah, sebagai bahan masukan dan pemikiran untuk

kedepannya bahwa pentingnya pengembangan kompetensi guru di sekolah untuk peningkatan hasil belajar siswa.

d. Bagi Lembaga Pendidikan, khususnya Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Jakarta sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya agar kualitas calon guru lebih ditingkatkan lagi.


(30)

11

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru PPKT

1. Hakikat Persepsi a. Pengertian Persepsi

Kehidupan individu tidak dapat lepas dari lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Sejak individu dilahirkan, sejak itu pula individu langsung berhubungan dengan dunia luarnya. Sejak itu pula individu menerima langsung stimuli atau rangsang dari luar dirinya. Dalam rangka individu mengenali stimulus merupakan persoalan yang berkaitan dengan persepsi.1 Pendapat ini menekankan bahwa terjadinya persepsi dikarenakan ada stimulus atau rangsangan dari luar diri seseorang.

Menurut Desmita persepsi adalah “proses kognitif yang kompleks untuk menghasilkan suatu gambaran yang unik tentang realitas yang barangkali sangat berbeda dengan kenyataan

sesungguhnya”.2

Sedangkan menurut Chaplin dalam Desmita

mengartikan persepsi sebagai “proses mengetahui atau mengenali

objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera”.3

Selanjutnya menurut Robins dalam Rafy persepsi adalah “suatu proses cara masing-masing individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan.4 Adapun menurut Sarlito, persepsi adalah “proses perolehan, penafsiran, pemilihan, dan pengaturan informasi

1 Bimo Walgito, Psikologi Sosial: Suatu Pengantar, (Yogyakarta : Andi, 2003), h. 53.

2Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), h. 119.

3Ibid., h. 117.

4 Rafy Sapuri, Psikologi Islam Tuntunan Jiwa Manusia Modern, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), h. 294.


(31)

indrawi”. Pendapat ini menekankan bahwa persepsi adalah suatu proses perolehan dan penafsiran masing-masing individu tentang suatu informasi yang ada pada indera mereka.

Adapun menurut Bimo Walgito, persepsi merupakan “suatu

proses yang didahului oleh proses penginderaan. Kemudian, penginderaan merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerima, yaitu alat indera”.6

Menurut Agus Abdul Rahman, persepsi adalah “proses pemaknaan terhadap stimulus. Jika stimulusnya berupa benda disebut object perception dan jika stimulusnya berupa manusia disebut social perception”.7

Sedangkan menurut Ikhwan Lutfi persepsi adalah “pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi memberikan makna pada stimulus indrawi (sensory stimuli)”.8

Dari berberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, maka penulis menyimpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses bagaimana seseorang memaknai, memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan suatu stimulus atau informasi melalui alat indera baik stimulus berupa benda (object perception) dan stimulus berupa manusia (sosial perception).

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Sukadji dalam dalam Ikhwan faktor- faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah:

1. Diri orang yang bersangkutan sendiri. Interpretasi seseorang tentang apa yang dilihatnya dipengaruhi oleh karakteristik

5 Sarlito W. Sarwono, Eko A. Meinarno, Psikologi Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika, 2011), h. 24.

6 Bimo Walgito, Psikologi Kelompok, (Yogyakarta : Andi, 2010), h. 25.

7 Agus Abdul Rahman, Psikologi Sosial: Integrasi Pengetahuan Wahyu dan Pengetahuan Empirik, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 79.


(32)

13

individual, seperti sikap, motif, kepentingan, minat, pengalaman, dan harapan.

2. Sasaran persepsi, dapat berupa orang, benda, atau peristiwa. Sasaran persepsi orang dapat disebabkan karena kesamaan, kedekatan, kebetulan atau penggeneralisasian.

3. Faktor situasi, misalnya kehadiran seseorang dengan pakaian renang di tepi pantai tidak mengherankan, tetapi bila berpakaian renang disituasi yang tidak ada hubungannya dengan berenang maka akan sangat menarik perhatian, karena bukan hal yang wajar.9

Selanjutnya menurut Bimo Walgito faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu:

1. Faktor internal. Keadaan individu sebagai faktor internal karena apa yang ada di dalam diri individu akan mempengaruhi dalam mengadakan persepsi, baik yang berhubungan dengan segi kejasmanian maupun dari segi psikologis seseorang.

2. Faktor eksternal. Stimulus dan lingkungan sebagi faktor eksternal, karena kejelasan stimulus akan banyak berpengaruh dalam persepsi dan stimulus yang kurang jelas akan berpengaruh dalam ketepatan persepsi. Sedangkan lingkungan atau situasi khususnya yang melatarbelakangi stimulus juga akan berpengaruh dalam persepsi, lebih-lebih bila objek persepsi adalah manusia.10

Menurut Sarlito Wirawan faktor-faktor yang mendorong tumbuhnya persepsi dapat disebabkan oleh hal-hal di bawah ini: 1. Perhatian

Biasanya kita tidak menangkap seluruh rangsangan yang ada di sekitar kita sekaligus, tetapi kita memfokuskan perhatian kita

9Ibid., h. 26-27.


(33)

pada perhatian kita pada suatu objek atau dua objek saja. Perbedaan fokus antara satu orang dengan orang lainnya, menyebabkan perbedaan persepsi antara mereka.

2. Set

Set adalah harapan seseorang akan rangsangan yang akan timbul. Misalnya, pada seorang pelari yang siap di garis start

terdapat set bahwa akan terdengar bunyi pistol di saat mana ia harus mulai berlari, perbedaan set dapat menyebabkan perbedaan persepsi.

3. Kebutuhan

Kebutuhan-kebutuhan sesaat maupun yang menetap pada diri seseorang, akan mempengaruhi persepsi orang tersebut. Dengan

demikian, kebutuhan-kebutuhan yang berbeda, akan

menyebakan pula perbedaan persepsi. 4. Sistem Nilai

Sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat berpengaruh pula terhadap persepsi. Suatu eksperimen di Amerika serikat yang dilakukan oleh Bruner dan Goddam tahun 1947, Carter dan Schooler tahun 1949 dikutip dalam Sarlito Wirawan Sarwanto, menunjukan bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga miskin mempersepsikan mata uang logam lebih besar dari pada ukuran yang sebenarnya. Gejala ini ternyata tidak terdapat pada anak-anak yang berasal dari keluarga kaya. 5. Ciri Kepribadian

Ciri kepribadian akan mempengaruhi pula persepsi. Misalnya, A dan B bekerja disatu kantor yang sama di bawah pengawasan satu orang atasan. A yang pemalu dan penakut, akan mempersepsi atasannya sebagai tokoh yang menakutkan dan perlu dijauhi, sedangkan B yang punya banyak kepercayaan


(34)

15

diri, menganggap atasannya sebagai tokoh yang dapat diajak bergaul seperti orang biasa lainnya.11

Jadi, faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu tergantung masing-masing kepentingan individu itu sendiri, baik objek persepsi itu ditunjukkan untuk manusia, benda, maupun sebuah peristiwa, tergantung situasi yang yang terjadi di lingkungan sekitar.

2. Kompetensi Guru

Kompetensi dalam bahasa Indonesia merupakan serapan dari bahasa Inggris, competence yang berarti kecakapan dan kemampuan.12 Sedangkan menurut Sanjaya dalam Sulhan menyatakan bahwa

kompetensi adalah “perilaku rasional guna mencapai tujuan yang

dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan”.13Adapun menurut Reece dan Walker dalam Mayuni menyebut kompetensi

sebagai “tingkat tertinggi dari kemampuan seseorang dalam

melakukan sebuah aktivitas pada suatu pekerjaan”.14

Selanjutnya menurut Musfah, kompetensi merupakan

“kemampuan seseorang yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat diwujudkan dalam hasil kerja nyata yang bermanfaat bagi diri dan lingkungannya”.15Adapun menurut Sagala, kompetensi

adalah “seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang

harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru untuk dapat melaksanakan tugas-tugas profesionalnya”.16

11 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 2000), Cet. 8, h. 43-44.

12 Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru: Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 27.

13 Najib Sulhan, Karakter Guru Masa Depan : Sukses & Bermartabat, (Surabaya: Jaring Pena, 2011), h. 120.

14 Ilza Mayuni, Peningkatan Mutu Guru Bahasa Inggris Melalui Pendidikan dalam Jabatan, (Bandung: Lubuk Agung, 2007), h. 21.

15 Jejen Musfah, op. cit., h. 29.

16 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 23.


(35)

Menurut Mulyasa dalam Musfah kompetensi guru merupakan “perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kafah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalitas”.17Pendapat ini menekankan bahwa kompetensi guru adalah kemampuan seorang guru dalam berbagai hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran.

Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, maka penulis menyimpulkan bahwa kompetensi guru merupakan

kemampuan atau kecakapan seseorang tentang penguasaan

pengetahuan, keterampilan, sikap, dan spiritual dalam mendidik yang direfleksikan dari kebiasaan berfikir dan kematangan perilakunya saat menjalankan profesinya yaitu profesi sebagai guru dalam proses belajar mengajar.

Menurut Kunandar kompetensi guru meliputi: 1. Kompetensi intelektual

2. Kompetensi fisik 3. Kompetensi pribadi 4. Kompetensi sosial 5. Kompetensi spiritual18

Sedangkan menurut Samana kompetensi keguruan meliputi “kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi

professional”.19Adapun menurut Undang-Undang Guru dan Dosen

dan Peraturan Pemerintah No. 19 atau 2005 menyatakan kompetensi guru meliputi kompetensi kepribadian, pedagogis, professional, dan sosial.20

17 Jejen Musfah, op. cit., h. 27.

18 Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007), h. 55.

19 Samana, Profesionalisme Keguruan: Kompetensi dan Pengembangannya, (Yogyakarta: Kanisius, 1994), h. 53.


(36)

17

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74 Tahun 2008 Bab II pasal 3 ayat 2 menyatakan bahwa “kompetensi guru sebagaimana yang dimaksud ayat 1 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi”.21

Dari beberapa pendapat mengenai kompetensi guru, dapat

disimpulkan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi

kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional dan kompetensi sosial.

a. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.22

Adapun menurut Bahri Thalib secara perinci sub-kompetensi kepribadian dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Sub-kompetensi kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator yang esensial: bertindak sesuai dengan norma hukum; bertindak sesuai dengan norma sosial, bangga sebagai guru; dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.

2) Sub-kompetensi kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial; menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.

3) Sub-kompetensi kepribadian yang arif yang memiliki indikator esensial: menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berfikir dan bertindak.

21Peraturan Pemerintah R.I Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, (Jakarta: BP. Cipta Jaya, 2009), h. 6.

22 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. 4, h. 117.


(37)

4) Sub-kompetensi kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial: memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani. 5) Sub-kompetensi akhlak mulia dan dapat menjadi teladan

memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma religius (iman dan takwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.23

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74 Tahun 2008 Bab II pasal 3 ayat 5 bahwa kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencakup kepribadian yang:

1) Beriman dan bertakwa; 2) Berakhlak mulia; 3) Arif dan bijaksana; 4) Demokratis; 5) Mantap; 6) Berwibawa; 7) Stabil; 8) Dewasa; 9) Jujur; 10) Sportif;

11) Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; 12) Secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri; dan

13) Mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.24 Menurut Zakiah dalam Ramayulis kompetensi kepribadian seorang pendidik meliputi:

1) Guru hendaknya mencintai jabatannya sebagai guru.

2) Guru hendaknya bersifat adil terhadap semua murid-muridnya. Anak-anak tajam pandangannya terhadap perlakuan yang tidak adil.

23 Syamsul Bahri Thalib, loc. cit.


(38)

19

3) Guru hendaknya berlaku sabar dan tenang. 4) Guru harus berwibawa.

5) Guru harus gembira.

6) Guru harus bersifat manusiawi.

7) Guru harus bekerjasama dengan guru lain. 8) Bekerjasama dengan masyarakat.25

Secara sederhana, kompetensi kepribadian biasanya erat kaitannya dengan kepribadian seseorang. Selanjutnya kompetensi kepribadian merupakan kemampuan sikap dan tindakan yang membedakan seseorang dengan orang yang lainnya. Dan kepribadian seorang guru itu dinilai penting karena guru merupakan panutan dan cerminan yang akan menjadi contoh teladan bagi peserta didiknya.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi kepribadian merupakan kemampuan atau kecakapan seseorang yang meliputi kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, jujur, arif, berwibawa, berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan bagi peserta didik.

b. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.26

Adapun menurut Bahri Thalib secara perinci setiap sub-komponen dijabarkan menjadi indikator esensial sebagai berikut: 1) Sub-kompetensi memahami peserta didik secara mendalam

memiliki indikator esensial: memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif;

25 Ramayulis, Profesi dan Etika Keguruan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), Cet. ke-2, h. 55-58. 26 E. Mulyasa, op. cit., h. 75.


(39)

memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian; dan mengidentifikasi bekal-ajar awal peserta didik.

2) Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran. Sub-kompetensi ini memiliki indikator esensial: memahami landasan kependidikan; menerapkan teori belajar dan pembelajaran; menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.

3) Sub-kompetensi melaksanakan pembelajaran memiliki indikator esensial; menata latar (setting) pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.

4) Sub-kompetensi merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran memiliki indikator esensial; merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode, menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery learning). 5) Sub-kompetensi mengembangkan peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensinya, memiliki indikator esensial: memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik; dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi non-akademik.27

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74 Tahun 2008 Bab II pasal 3 ayat 4 bahwa kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang kurangnya meliputi:

1) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; 2) Pemahaman terhadap peserta didik;


(40)

21

3) Pengembangan kurikulum atau silabus; 4) Perancangan pembelajaran;

5) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; 6) Pemanfaatan teknologi pembelajaran;

7) Evaluasi hasil belajar; dan

8) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.28

Menurut Syaiful Sagala kompetensi pedagogik yaitu: “kemampuan dalam pengelolaan peserta didik meliputi (1) pemahaman wawasan guru akan landasan dan filsafat pendidikan, (2) guru memahami potensi dan keberagaman peserta didik, (3) guru mampu mengembangkan kurikulum atau silabus baik dalam bentuk dokumen maupun implementasi dalam bentuk pengalaman belajar, (4) guru mampu menyusun rencana dan strategi pembelajaran berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, (5) mampu melaksanakan pembelajaran yang mendidik dengan suasana yang dialogis dan interaktif, (6) mampu melakukan evaluasi hasil belajar

dengan memenuhi prosedur dan standar yang

dipersyaratkan, (7) mampu mengembangkan bakat dan minat peserta didik melalui kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya”.29

Dari beberapa pendapat yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi pedagogik merupakan kecakapan atau kemampuan seseorang dalam mengelola pembelajaran baik pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum, menyusun rancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, mampu melakukan evaluasi proses dan hasil belajar, dan dapat mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki peserta didik.

28Peraturan Pemerintah R.I Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, h. 6. 29 Syaiful Sagala, op. cit., h. 32.


(41)

c. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar

kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional

Pendidikan.30

Adapun menurut Bahri Thalib setiap sub-kompetensi profesionalmemiliki indikator esensial sebagai berikut:

1) Sub-kompetensi menguasai subtansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi memliki indikator esensial; memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar; dan memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait.

2) Sub-kompetensi menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator esensial: menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan atau materi bidang studi.31

Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan dalam Musfah kompetensi profesional adalah:

“Kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi: (a) konsep, struktur, dan metode keilmuan/tekhnologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi ajar; (b) materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; (c) hubungan konsep antarmata pelajaran terkait; (d) penerapan konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari; dan (e) kompetisi secara professional dalam konteks global dengan tetap

melestarikan nilai dan budaya nasional”.32

30 E. Mulyasa, op. cit., h. 135.

31 Syamsul Bahri Thalib, op. cit., h. 276. 32 Jejen Musfah, op. cit., h. 54.


(42)

23

Menurut Ramayulis kompetensi profesional meliputi:

1) Menguasai landasan kependidikan, diantara landasan pendidikan yang harus dikuasai oleh guru adalah mengenal tujuan pendidikan untuk mencapai pendidikan nasional, mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat, dan mengenal standar kompetensi-kompetensi dasar dan indikator kompetensi dalam pembelajaran.

2) Menguasai bahan pembelajaran, adapun bahan pembelajaran yang akan dikuasai guru adalah menguasai materi kurikulum pendidikan dasar dan menengah, menguasai bahan penunjang, menguasai bahasa dengan baik dan benar, menguasai tekhnologi informasi, memiliki wawasan tentang penelitian pendidikan, memahami prinsip-prinsip pengelolaan lembaga dan program pendidikan di sekolah, menguasai metode berpikir, mampu bekerja berencana dan terprogram, memiliki wawasan tentang inovasi pendidikan, mampu memahami bimbingan konseling, mampu menyelenggarakan administrasi sekolah, dan berani mengambil keputusan.33

Dari beberapa pendapat yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi professional merupakan kemampuan seseorang terhadap penguasaan pengetahuannya tentang materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi memahami konsep, struktur, metode keilmuan yang koheren dengan materi ajar, memahami hubungan konsep antarmata pelajaran terkait, dan menerapkan konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.


(43)

d. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kepndidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.34

Menurut Bahri Thalib kompetensi sosial memiliki sub-kompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut:

1) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik. Sub-kompetensi ini memiliki inidikator esensial: berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik. 2) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan

sesama pendidik dan tenaga kependidikan.

3) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua atau wali peserta didik dan masyarakat sekitar.35

Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan dalam Musfah mangatakan bahwa:

“Kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk: (a) berkomunikasi lisan dan tulisan; (b) menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional; (c) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali peserta didik; dan (d) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar”.36

Menurut Cece Wijaya kompetensi sosial yang harus dimiliki guru adalah sebagai berikut:

1) Terampil berkomunikasi dengan peserta didik dan orang tua peserta didik.

2) Bersikap simpatik.

3) Dapat bekerja sama dengan dewan pendidikan atau komite sekolah.

34 E. Mulyasa, op. cit., h. 173.

35 Syamsul Bahri Thalib, op. cit., h. 276. 36 Jejen Musfah, op. cit., h. 52-53.


(44)

25

4) Pandai bergaul dengan kawan sekerja dan mitra pendidikan. 5) Memahami dunia sekitarnya (lingkungan).37

Dari beberapa pendapat yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi sosial merupakan kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi seseorang secara baik dengan lingkungan sekitar yang meliputi mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

Berdasarkan empat kompetensi guru di atas, yaitu kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional dan sosial maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan seorang guru dalam kegiatan belajar-mengajar adalah sebagai titik acuan dalam menjalankan profesinya. Karena kompetensi guru merupakan pedoman untuk menilai dirinya apakah seorang pendidik sudah memenuhi standar profesional guru dalam mengajar. Jika belum, guru harus membenahi segala kekurangan-kekurangannya dan selalu berusaha untuk mengembangkan segala potensi yang dimilikinya agar lebih memantapkan dirinya untuk menjadi seorang guru yang profesional.

3. Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT)

a. Pengertian dan Ruang Lingkup Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT)

Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) adalah kegiatan akademik yang dilakukan mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) dalam rangka menerapkan dan mengembangkan kompetensi profesional, pedagogik, kepribadian, dan sosial yang berwujud dalam kegiatan praktik keguruan, penelitian, dan pengelolaan pendidikan, kinerja mahasiswa praktikan dalam aspek


(45)

pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku keguruan yang dialami secara nyata di madrasah atau sekolah.38

Kegiatan Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) ini diadakan untuk melatih kemampuan-kemampuan mahasiswa dalam upaya terjun langsung kelapangan sebagai seorang tenaga kependidikan khususnya dalam proses belajar-mengajar. Yaitu mengembangkan empat kompetensi profesional yang harus dimiliki seorang guru dalam mengajar.

Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) merupakan “kegiatan intrakuriuler yang mencakup kegiatan praktik mengajar penelitian kependidikan, dan pengelolaan kependidikan di madrasah atau sekolah. Dengan demikian, PPKT mencakup Tri Dharma Perguruan Tinggi. Sebagai mata kuliah, PPKT berbobot 6 sks yang dilaksanakan sepenuhnya dimadrasah atau sekolah praktik”.39

Ruang Lingkup Kegiatan PPKT terdiri atas: a) Kegiatan pembelajaran di dalam kelas b) Kegiatan pengabdian kependidikan:

1. Kegiatan kependidikan

2. Kegiatan administrasi pendidikan. c) Kegiatan penelitian kependidikan.40

PPKT mencakup kegiatan mengajar, pegelolaan

kependidikan, dan penelitian kependidikan di madrasah atau

sekolah. Kegiatanya meliputi dan merencanakan, dan

melaksanakan kegiatan pembelajaran, mengelola kegiatan-kegiatan kependidikan, serta penelitian kependidikan di madarasah atau sekolah.41

38Tim Penyusun, Buku Pedoman Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT), (Jakarta: Laboratorium FITK UIN Jakarta, 2015), h. 5.

39Ibid. 40Ibid. 41Ibid., h. 8.


(46)

27

b. Persyaratan Mahasiswa PPKT

Peserta PPKT adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) yang telah memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a) Terdaftar sebagai mahasiswa aktif Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), dibuktikan dengan memperlihatkan bukti kwitansi pembayaran kuliah dan Kartu Rencana Studi (KRS). b) Telah menyelesaikan perkuliahan sekurang-kurangnya 110 sks

dan telah mengikuti secara aktif perkuliahan pada semester VII/VIII, dengan foto copy Indeks Prestasi Semester (IPS) pada semester sebelumnya (IPS 17).

c) Telah lulus kelompok mata kuliah kependidikan atau keguruan serta mata kuliah pokok pada jurusan atau program studinya. d) Telah lulus mata kuliah micro teaching dngan nilai minimal 70. e) Melunasi biaya pelaksanaan PPKT.

f) Harus mengikuti “kegiatan prapraktik dan pertemuan

persiapan” (pembekalan) sebelum ke madrasah atau sekolah.

g) Hanya dibolehkan mengambil mata kuliah skripsi atau bimbingan skripsi.

h) Bersedia bersikap dan berperilaku sebagai seorang pendidik yang digugu dan ditiru terutama selama melaksanakan kegiatan PPKT.42

c. Tujuan dan Manfaat PPKT

a) Tujuan PPKT

Tujuan umum kegiatan PPKT adalah agar mahasiswa memiliki kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial. Tujuan khusus kegiatan PPKT adalah agar mahasiswa:

1. Dapat menerapkan berbagai keterampilan dasar

keguruan/kependidikan secara utuh dan terpadu dalam sistuasi sebenarnya.


(47)

2. Dapat mengenal secara cermat lingkungan sosial, fisik, administrasi, dan akademik madrasah atau sekolah.

3. Dapat menarik pelajaran dari pengalaman dan

penghayatannya, yang direfleksikan dalam perilakunya sehari-hari.

4. Terampil dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran,

administrasi sekolah atau madrasah, kegiatan

kependidikan, dan penelitian kependidikan.43 b) Manfaat PPKT

Manfaat kegiatan PPKT, antara lain sebagai berikut:

1. Bagi mahasiswa, kegiatan ini memberi pengalaman

langsung untuk mengembangkan keterampilannya

menjalankan profesinya sesuai dengan bidang

keilmuannya, serta melatih berfikir kritis, kreatif, dan menggunakan prosedur ilmiah dalam memecahkan masalah kependidikan.

2. Bagi FITK kegiatan ini merupakan media untuk mengaplikasikan teori-teori kependidikan dalam kegiatan nyata di lapangan dalam usaha menyiapkan lulusan yang profesional di bidang kependidikan dan pengajaran. Melalui kegiatan ini FITK juga memperoleh umpan balik (feedback) dan sekaligus dapat mengevaluasi diri dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan dan pembelajaran di FITK.

3. Pemerintah dan masyarakat, melalui kegiatan ini, dapat memperoleh sumbangan berharga dalam bentuk partisipasi aktif mahasiswa dalam upaya pengembangan kelembagaan, dan akan memperoleh calon tenaga kependidikan (Guru) yang profesional.44

43Ibid., h. 7. 44Ibid., h. 8.


(48)

29

Dengan demikian banyak sekali tujuan dan manfaat Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) bagi mahasiswa dalam upaya melahirkan calon guru yang berkualitas. Kegiatan ini adalah wadah

agar calon guru memiliki kompetensi-kompetensi dan

mengembangkan segala kreativitas dan keterampilan yang dimilikinya, agar mahasiswa mempunyai pengalaman dalam mengajar. Diharapkan kedepannya mahasiswa sebagai tenaga pendidik bisa berkaca dari pengalamannya. Selanjutnya sebagai bahan evaluasi juga untuk lembaga kependidikan apa saja yang harus dibenahi.

B. Hasil Belajar

1. Definisi Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan istilah yang sudah tidak asing lagi dalam dunia pendidikan. Secara umum hasil belajar adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dari proses kegiatan belajar, keduanya saling terkait. Karena kegiatan belajar merupakan suatu proses, sedangkan hasil belajar merupakan hasil dari proses belajar.

Hasil belajar menurut Nana Sujana adalah “kemampuan -kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.45 Adapun menurut Winkel dalam Purwanto hasil belajar

adalah “perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap

dan tingkah lakunya”.46

Hasil belajar menurut Hamzah yakni “perubahan perilaku yang relatif menetap dalam diri seseorang sebagai akibat dari interaksi seseorang dengan lingkungannya. Hasil belajar memiliki beberapa ranah atau kategori dan secara umum merujuk kepada aspek

45 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. ke-17, h. 22.


(49)

pengetahuan, sikap, dan keterampilan”. Adapun menurut Suprijono

hasil belajar adalah “pola-pola perbuatan, nilai-nilai,

pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan”.48 Pendapat ini menekankan bahwa hasil belajar dapat dilihat dari segi kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Sedangkan menurut Gagne dalam Purwanto hasil belajar adalah “terbentuknya konsep, yaitu kategori yang kita berikan pada stimulus yang ada di lingkungan, yang menyediakan skema yang terorganisasi untuk mengasimilasi stimulus-stimulus baru dan menentukan hubungan di dalam dan di antara kategori-kategori”.49Merujuk pada pemikiran Gagne yang dikutip oleh Thobroni dan Ari Mustofa mengatakan bahwa hasil belajar dapat berbentuk:

1. Informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah, maupun penerapan aturan.

2. Keterampilan intelektual, yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.

3. Strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

47 Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar-Mengajar yang Kreatif dan Efektif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), Cet. ke-10, h. 213.

48 Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran : Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional, (Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2011), h. 22.


(50)

31

4. Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.50

Dari beberapa pengertian hasil belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki peserta didik dalam memenuhi suatu tingkat pencapaian kegiatan belajar yang diperoleh dari pengalaman belajarnya dalam segi kognitif, afektif, dan psikomotorik.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Proses dan hasil belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor internal baik yang bersifat fisik maupun psikis, dan faktor eksternal dalam lingkungan keluarga, sekolah, pekerjaan ataupun masyarakat luas.51

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut:

a. Faktor Intern

Menurut Slameto faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar.52

Ada tiga faktor intern antara lain : 1. Faktor Jasmaniah

a) Faktor Kesehatan

Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya

50 Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, op. cit., h. 23.

51 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. ke-5, h. 172.


(51)

lemah, kurang darah ataupun ada gangguan-gangguan atau kelainan-kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya.53 b) Cacat Tubuh.

Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.54

2. Faktor Psikologis a) Inteligensi

Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tidak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoeh sukses.55

b) Perhatian

Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbulah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar.56

c) Minat

Minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu.57

53Ibid., h. 55. 54Ibid.

55Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), h. 134.

56 Slameto, op. cit., h. 56.


(52)

33

d) Bakat

Bakat itu mempengaruhi belajar. Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya itu.58

3. Faktor Kelelahan

a) Kelelahan Jasmani dan Rohani.

Kelelahan baik secara jasmani dan rohani dapat mempengaruhi hasil belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya. Sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan.59

b. Faktor Ekstern

Menurut Slameto faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu.60 Ada tiga faktor ekstern antara lain :

1. Faktor Keluarga

a) Cara Orang Tua Mendidik

Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Betapa pentingnya peranan keluarga di dalam pendidikan anaknya. Cara orang tua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajarnya.61

b) Relasi Antaranggota Keluarga

Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga anak tersebut. Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang, disertai dengan

58 Slameto, op. cit., h. 58. 59Ibid., h. 60.

60Ibid., h. 56. 61Ibid., h. 60.


(53)

bimbingan dan bila perlu hukuman-hukuman untuk mensukseskan belajar anak sendiri.62

c) Latar Belakang Kebudayaan

Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar.63

2. Faktor Sekolah

a) Metode Mengajar Guru

Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Metode mengajar itu mempengaruhi belajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar harus diusahakan yang setepat, efisien dan efektif mungkin.64

b) Kurikulum yang diterapkan

Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan pelajaran itu. Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap belajar.65

c) Relasi Guru dengan Siswa

Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses tersebut juga dipengaruhi oleh relasi yang ada

62Ibid., h. 62. 63Ibid., h. 64. 64Ibid., h. 65. 65Ibid.


(54)

35

dalam proses itu sendiri. Jadi, cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh relasinya dengan gurunya.66

d) Relasi Siswa dengan Siswa

Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang kurang menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau sedang mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok. Akibatnya makin parah masalahnya dan akan menganggu belajarnya.67

e) Waktu Sekolah

Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar-mengajar di sekolah, waktu itu dapat pagi hari siang, sore atau malam hari. Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa. Jadi memilih waktu sekolah yang tepat akan memberi pengaruh yang positif terhadap belajar.68

3. Faktor Masyarakat

a) Kegiatan Siswa dalam Masyarakat

Perlunya kiranya membatasi kegiatan siswa dalam masyarakat supaya jangan sampai menganggu belajarnya. Jika mungkin memilih kegiatan yang mendukung belajar. Kegiatan itu misalnya kursus bahasa inggris, kelompok diskusi dan lain sebagainya.69

b) Teman Bergaul

Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka perlulah diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik-baik dan pembinaan pergaulan yang baik-baik serta pengawasan dari orang tua dan pendidik harus cukup bijaksana.70

66Ibid., h. 66. 67Ibid. 68Ibid., h. 68. 69Ibid., h. 70. 70Ibid., h. 71.


(55)

c) Bentuk Kehidupan Masyarakat

Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, menjudi, suka mencuri dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik akan berpengaruh jelek kepada anak (siswa) yang berada di situ.71

Berdasarkan faktor yang mempengaruhi belajar di atas, yaitu faktor intern dan ekstern dapat dikaji bahwa belajar itu merupakan proses yang cukup kompleks. Ketika salah satu faktor yang mempengaruhi belajar siswa ada yang terganggu itu akan berpengaruh terhadap kegiatan belajar dan akhirnya mempengaruhi hasil belajar siswa. Karena aktivitas belajar individu memang tidak selamanya berjalan mulus sesuai dengan apa yang diharapkan. Banyak kendala-kendala yang dihadapi dalam proses belajar-mengajar. Kadang peserta didik mudah menangkap apa yang dipelajari, kadang sulit mencerna mata pelajaran tergantung kondisi yang sedang dialami siswa. Ketika siswa dalam keadaan tertekan, sudah lelah dalam belajar, cara mengajar guru yang membosankan, ada masalah dengan orang tua, teman-teman yang tidak menyenangkan dan lain sebagainya mana mungkin bisa seseorang belajar dalam kondisi tenang, dan konsentrasi pun menjadi menurun. Semua aktivitas dalam pembelajaran akhirnya terganggu. Tetapi ketika anak didik atau siswa dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut belajar. Karena dengan belajar yang sungguh-sungguh hasil belajarnya pun sesuai dengan apa yang diharapkan.


(56)

37

C. Hakikat Mata Pelajaran Sosiologi 1. Pengertian Sosiologi

Secara terminologi sosiologi berasal dari bahasa Yunani, yakni

socius dan logos. Socius yang berarti kawan, berkawan, ataupun bermasyarakat. Sedangkan logos berarti ilmu atau dapat juga berbicara tentang sesuatu. Dengan demikian secara istilah sosiologi dapat diartikan ilmu tentang masyarakat.72

Menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi mengatakan bahwa:

“Sosiologi ialah ilmu yang mempelajari struktur sosial, dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Selanjutnya struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu kaidah-kaidah sosial (norma-norma sosial), lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok serta lapisan-lapisan sosial. Proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama, umpamanya pengaruh timbal balik antara segi kehidupan ekonomi dengan segi kehidupan politik, antara segi kehidupan hukum dan segi kehidupan agama, antara segi kehidupan agama dan segi kehidupan ekonomi dan lain sebagainya”.73 Sedangkan menurut Horton dan Hunt mengatakan bahwa : “Sosiologi pada hakikatnya bukanlah semata-mata karena ilmu murni (pure science) yang hanya mengembangkan ilmu pengetahuan secara abstrak demi usaha peningkatan kualitas itu sendiri, namun sosiologi bisa juga menjadi ilmu terapan (applied science) yang menyajikan cara-cara untuk mempergunakan pengetahuan ilmiahnya guna memecahkan masalah praktis atau masalah sosial yang perlu di tanggulangi”.74

Jadi sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang masyarakat baik dalam segi struktur sosial, proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Sosiologi juga tidak hanya

72 Dadang Supardan, Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan Struktural, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), Cet. ke-3, h. 69.

73 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 18. 74 J. Dwi Nurwoko dan Bagong, Suyanto, Sosiologi:Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2007), Cet. 3, h. 2.


(57)

mengembangkan ilmu pengetahuan secara abstrak, karena sosiologi juga termasuk ilmu terapan guna memecahkan masalah-masalah sosial yang dialami setiap masyarakat dilingkungan sekitarnya.

2. Tujuan dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran Sosiologi

a. Tujuan

Menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006 dalam Sutaji tentang standar isi, mata pelajaran sosiologi bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Memahami konsep-konsep sosiologi seperti sosialisasi, kelompok sosial, struktur sosial, lembaga sosial, perubahan sosial,dan konflik sampai dengan terciptanya integrasi sosial.

2) Memahami berbagai peran sosial dalam kehidupan

bermasyarakat

3) Menumbuhkan sikap, kesadaran dan kepedulian sosial dalam kehidupan bermasyarakat.

b. Ruang Lingkup

Ruang lingkup mata pelajaran sosiologi meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1) Struktur sosial 2) Proses sosial 3) Perubahan sosial

4) Tipe-tipe lembaga sosial75

Sedangkan menurut Permendikbud RI Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMA atau MA dilihat dari Kompetensi Dasar bahwa ruang lingkup mata pelajaran sosiologi meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1) Gejala sosial, hubungan sosial antar individu, antara individu dan kelompok serta antar kelompok.

75 Tri Sutaji, “Pengaruh Minat Membaca Buku Sosiologi Terhadap Prestasi Belajar Siswa

Pada Mata Pelajaran Sosiologi SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan”, Skripsi pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2010, h. 29.


(58)

39

2) Perbedaan sosial, masalah-masalah sosial, konflik sosial, kekerasan dan penyelesaiannya.

3) Perubahan sosial, globalisasi, ketimpangan sosial dan pemberdayaan komunitas.76

Berdasarkan tujuan dan ruang lingkup mata pelajaran sosiologi di atas, sosiologi memiliki arti penting dalam proses pembelajaran untuk menumbuhkan dan meningkatkan kepekaan peserta didik dalam kehidupan bermasyarakat dan mampu beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan sekitarnya.

D. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan mengenai judul skripsi yang penulis buat yaitu pengaruh persepsi siswa MA tentang kompetensi guru praktik profesi keguruan terpadu (PPKT) terhadap hasil belajar sosiologi sebelumnya sejauh pengetahuan membaca penulis dari perpustakaan, internet, dan sumber lainnya belum pernah ada yang membahasnya. Tetapi bukan berarti tidak ada, disini penulis mencari pemahaman yang serupa walaupun berbeda fokus variabelnya, sehingga didapatkan penelitian relevan sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Muhamad Riza Fahlevi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul “Hubungan antara persepsi siswa tentang kemampuan mengajar mahasiswa PPKT dengan minat belajar siswa (studi kasus di MTs Nur Asy-Syafi’ah (YASPINA), Rempoa Ciputat Tangerang Selatan)”.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analisis. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rhitung sebesar 0,72 dan termasuk

kategori kuat (nilai rhitung pada rentang 0,60 - 0,799) dengan nilai KD

sebesar 52% dan thitung 9,8%. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat

76Permendikbud RI Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMA/MA, h.188-192.


(59)

hubungan yang sangat kuat dan signifikan antara persepsi siswa tentang kemampuan mengajar mahasiswa PPKT dengan minat belajar siswa MTs Yaspina Rempoa Ciputat Tangerang Selatan.77

2. Penelitian yang dilakukan oleh Teguh Prayitno, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul “pengaruh persepsi siswa mengenai keterampilan mengajar guru terhadap hasil belajar IPS

siswa di SMP Muhammadiyah 1 Cileungsi”.78

Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear sederhana. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwasanya persepsi siswa mengenai keterampilan mengajar guru termasuk dalam kualifikasi cukup. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata persepsi siswa mengenai keterampilan mengajar guru, yaitu 70,82. Adapun skor yang lebih besar dari rata-rata adalah 42 atau sekitar 50%. Kemudian hasil belajar siswa termasuk dalam kualifikasi cukup. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar siswa, yaitu 76,94, kemudian siswa yang memperoleh nilai lebih besar dari rata-rata adalah 38 atau sekitar 45,2%. Selanjutnya dari hasil uji t diperoleh thitung untuk variabel X

sebesar -1,307 dengan signifikansi 0.195. Jadi, dapat dismpulkan tidak ada pengaruh yang signifikan antara persepsi siswa mengenai keterampilan mengajar guru terhadap hasil belajar siswa.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Tatik Alfiyati, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga dengan judul “pengaruh persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru terhadap motivasi belajar kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Negeri Cepogo”.79

77Muhamad Riza Fahlevi, “Hubungan antara persepsi siswa tentang kemampuan mengajar

mahasiswa PPKT dengan minat belajar siswa (studi kasus di MTs Nur Asy-Syafi’ah (YASPINA),

Rempoa Ciputat, tangerang Selatan)”, Skripsi pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2014.

78Teguh Prayitno, “pengaruh persepsi siswa mengenai keterampilan mengajar guru terhadap hasil belajar IPS siswa di SMP Muhammadiyah 1 Cileungsi”, Skripsi pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2015.

79Tatik Alfiyati, “pengaruh persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru terhadap motivasi belajar kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Negeri Cepogo”, skripsi pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, Salatiga, 2011.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Pengisia

Pengisia

an Angket pada

an Angket pada

a Siswa MAN 2

a Siswa MA

Al-Foto Pe

Bogor

-Mukhlishin Ci

engisian Angke

seeng

et (Kuesioner)


(6)

Nur A Maret 19 Mekar R Kabupaten Pendi mulai dar melanjutk Negeri Pa atas di M Islam Neg Keguruan Skrips kerabat. S para kerab proses tida

      

Aini, lahir 94. Bertem RT 02 RW

n Bogor. idikan form ri sekolah d kan ke sekol

arung, mela MA Negeri 2 geri (UIN) S

, Jurusan Pe si ini penu Semoga skri bat teruslah

ak akan men

       

BIO

di Bogor, mpat tingga

W 02 Kec

mal yang dasar di SD lah menenga anjutkan se 2 Bogor, d Syarif Hiday

endidikan Il ulis dedikas

ipsi ini berm h berjuang m

ngkhianati h

      

ODATA P

pada tang al di Desa

camatan P

ditempuh DN Tunas M

ah pertama ekolah men dan melanju

yatullah Jak lmu Pengeta sikan untuk manfaat ba meraih cita-hasil.        

PENULIS

ggal 30 Jabon Parung, ialah Mekar, di Mts nengah utkan Pergu karta, pada ahuan Sosia k kedua or agi para pem

-cita jangan

       

uruan Tingg Fakultas Ilm al Konsentra rang tua te mbaca. Pesa n pantang m

gi di Unive mu Tarbiya rasi Sosiolog

ercinta dan an penulis u menyerah, k ersitas ah dan gi. para untuk karena