PEMBELAJARAN SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE (SSCS) PROBLEM SOLVING DIBANDINGKAN PEMBELAJARAN DENGAN PRAKTIKUM VERIFIKASI DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA PADA KONSEP LISTRIK DINAMIS.
Nazar Ginanjar, 2012
Pengaruh Penggunaan Komputer...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbagai jenjang pendidikan merupakan tonggak utama pengembangan sumber daya manusia. Universitas merupakan salah satu jenjang pendidikan yang sangat penting peranannya dalam mencetak guru-guru yang kompeten dibidangnya. Guru memiliki tanggung jawab untuk mencari jalan keluar yang terbaik dari berbagai permasalahan yang muncul dalam kegiatan pembelajaran. Guru merupakan komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Kemampuan guru dalam memilih dan mengimplikasikan model, metode, dan strategi pembelajaran sangat mempengaruhi keberhasilan suatu pembelajaran.
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan di salah satu universitas dan guru-guru alumni dari salah satu universitas di kota Bengkulu, memperlihatkan bahwa salah satu masalah yang dihadapi dalam pembelajaran adalah masalah lemahnya proses pembelajaran yang dilakukan. Lemahnya proses pembelajaran terjadi di lingkungan sekolah maupun di tingkat pendidikan tinggi. Hal ini karena guru dan juga dosen sebagai pengajar menggunakan metode pembelajaran yang tidak variatif. Selain itu kurang piawai menentukan serta mengimplikasikan metode yang tepat sehingga keterampilan berpikir kritis tidak terangsang dengan baik untuk menguasai suatu konsep. Kurangnya pengalaman langsung mahasiswa mengenai metode pembelajaran yang variatif juga memberikan kontribusi pada ketidakpiawaian mereka, dalam menggunakan
(2)
Nazar Ginanjar, 2012
Pengaruh Penggunaan Komputer...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
metode pada proses pembelajaran ketika mereka berada di dunia kerja sebagai pengajar.
Menurut Exline (2004), pembelajaran yang bersifat pengajar sebagai pusat pembelajaran tidak banyak melibatkan pebelajar secara lebih aktif dalam proses pengkonstruksian suatu konsep. Pebelajar tidak terlibat secara aktif untuk mendiskusikan dan menanyakan banyak hal mengenai suatu konsep pembelajaran. Hal ini membuat kemampuan berpikir kritis pebelajar tidak terlatih. Menurut Ridwan (2006), karakteristik konsep fisika yang abstrak, yaitu konsep dengan ciri-ciri yang sukar dimengerti dan sukar dianalisis, diharapkan dapat dimanfaatkan untuk melatih kemampuan berpikir pebelajar menuju berpikir tingkat tinggi. Menurut Margaret Lloyd & Nan Bahr (2010),
”Berpikir kritis berhubungan dengan keterampilan kognitif individu dengan tiga karakteristik: 1. Sikap untuk berpikir mempertimbangkan masalah yang datang dalam berbagai pengalaman; 2. Pengetahuan tentang metode penyelidikan dan penalaran logis; 3. Beberapa keterampilan dalam menerapkan metode-metode.”
Berpikir kritis telah mendapatkan perhatian penting dalam pendidikan tinggi. Salah satu tujuan penting dalam pendidikan adalah melatih keterampilan berpikir kritis pebelajar.
Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan suatu model pembelajaran yang lebih bermakna bagi pebelajar. Belajar akan lebih bermakna jika mengaitkan konsepsi awal pebelajar dengan konsep baru yang sedang dipelajari. Hal ini sesuai dengan prinsip mengajar menurut pandangan konstruktivisme. Menurut pandangan konstuktivisme, selain bergantung pada lingkungan atau proses belajar, keberhasilan belajar juga bergantung pada pengetahuan awal
(3)
Nazar Ginanjar, 2012
Pengaruh Penggunaan Komputer...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pebelajar. Belajar melibatkan pembentukan makna dari apa yang dilakukan, dilihat dan didengar (Kusdwiratri, 2008).
Pembelajaran yang berpusat pada pebelajar (student centered) merupakan pembelajaran yang relevan dengan kondisi sekarang ini. Pembelajaran berpusat pada pebelajar menekankan pebelajar untuk membangun pengetahuannya sendiri. Penggunaan model pembelajaran kontekstual dengan problem solving sebagai basis dari aktivitas pembelajaran secara keseluruhan akan memberikan beberapa keuntungan jika dipersiapkan dengan sebaik-baiknya. Keuntungan tersebut antara lain; dapat memberikan gambaran kegunaan dari konsep-konsep yang akan dipelajari. Pebelajar akan termotivasi untuk menguasai konsep dengan baik agar dapat menyelesaikan masalah yang dipaparkan di awal pembelajaran. Pebelajar (yang diposisikan sebagai problem solver) akan mendapatkan kepuasan tersendiri ketika dapat memecahkan masalah yang dihadapi (Kirkley, 2003).
Model pembelajaran berbasis masalah termasuk dalam pembelajaran kontekstual yang lebih menekankan pada pemecahan terhadap masalah yang telah dirumuskan. Model pembelajaran ini bersifat student centered, membangun pembelajaran aktif, pebelajar menjadi penerima informasi aktif, serta lebih menekankan pada program pendidikan dari mengajar menjadi pembelajaran. Pembelajaran ini juga meningkatkan sikap menyelesaikan masalah, berpikir, kerja kelompok, dan berkomunikasi (Akinoglu dan Tandogan, 2007).
Pembelajaran berbasis masalah pertama kali dikemukan oleh Barrows (1980). Pizzini (1992) memperkenalkan pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) problem solving yang merupakan pengembangan dari pembelajaran berbasis masalah. Model pembelajaran SSCS problem solving
(4)
Nazar Ginanjar, 2012
Pengaruh Penggunaan Komputer...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
merupakan pembelajaran berbasis problem solving yang memiliki 4 fase yaitu, fase search, solve, create, danfase share.
Model SSCS problem solving merupakan sebuah pembelajaran yang terpusat pada pebelajar. Pazinni (1996) mengemukakan, model SSCS problem solving dapat merangsang pebelajar untuk menggunakan perangkat statistik sederhana dalam mengolah data hasil eksperimen atau hasil pengamatan. Model SSCS problem solving sangat efektif, dapat dipraktekkan, dan mudah untuk digunakan.
Mata kuliah fisika dasar satu dan dua merupakan mata kuliah yang mendasari mata kuliah selanjutnya pada semester-semester berikutnya, sehingga pada penelitian ini dipilih mata kuliah fisika dasar dua konsep listrik dinamis. Dengan demikian diadakan penelitian dengan menggunakan pembelajaran SSCS problem solving, agar dapat membantu meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis mahasiswa dengan harapan setelah mereka berada di dunia kerja sebagai guru, mereka juga bisa menerapkan model pembelajaran SSCS problem solving berdasarkan pengalaman yang mereka peroleh melalui penelitian ini.
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian adalah “Bagaimana peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis mahasiswa setelah mengikuti pembelajaran listrik dinamis menggunakan model SSCS problem solving?”
Untuk memfokuskan masalah tersebut, maka dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian, yaitu :
(5)
Nazar Ginanjar, 2012
Pengaruh Penggunaan Komputer...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1. Bagaimanakah peningkatan penguasaan konsep mahasiswa semester dua prodi fisika dalam mata kuliah fisika dasar dua pada konsep listrik dinamis pada pembelajaran model SSCS problem solving dibandingkan dengan pembelajaran langsung menggunakan praktikum verifikasi?
2. Bagaimanakah peningkatan kemampuan berpikir kritis mahasiswa semester dua prodi fisika dalam mata kuliah fisika dasar dua pada konsep listrik dinamis pada pembelajaran model SSCS problem solving dibandingkan dengan pembelajaran langsung menggunakan praktikum verifikasi?
3. Bagaimana tanggapan dosen dan mahasiswa semester dua prodi fisika terhadap penerapan pembelajaran model SSCS problem solving dibandingkan dengan pembelajaran langsung menggunakan praktikum verifikasi?
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melakukan studi tentang penerapan pembelajaran model SSCS problem solving pada mata kuliah fisika dasar dua pada konsep listrik dinamis dan pengaruhnya terhadap penguasaan konsep mahasiswa dan keterampilan berpikir kritis mahasiswa semester dua prodi fisika. Secara lebih rinci penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui bagaimanakah peningkatan penguasaan konsep mahasiswa semester dua prodi fisika dalam mata kuliah fisika dasar dua pada konsep listrik dinamis pada pembelajaran model SSCS problem solving dibandingkan dengan pembelajaran langsung menggunakan praktikum verifikasi.
2. Mengetahui bagaimanakah peningkatan kemampuan berpikir kritis mahasiswa semester dua prodi fisika dalam mata kuliah fisika dasar dua pada konsep
(6)
Nazar Ginanjar, 2012
Pengaruh Penggunaan Komputer...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
listrik dinamis pada pembelajaran model SSCS problem solving dibandingkan dengan pembelajaran langsung menggunakan praktikum verifikasi.
3. Mengetahui bagaimana tanggapan dosen dan mahasiswa semester dua prodi fisika terhadap penerapan pembelajaran model SSCS problem solving dibandingkan dengan pembelajaran langsung menggunakan praktikum verifikasi.
C. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah, hasil penelitian ini dapat menjadi bukti empirik tentang pembelajaran model SSCS problem solving, pada konsep listrik dinamis dalam meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis, yang dapat digunakan oleh pihak lain yang berkepentingan dengan hasil studi ini.
D. Asumsi dan Hipotesis Penelitian 1. Asumsi
a. Penyajian tugas atau masalah untuk kegiatan kelompok dalam pembelajaran model SSCS problem solving, dapat memfasilitasi terjadinya proses latihan berpikir untuk dapat memahami konsep-konsep fisika, dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
b. Model pembelajaran SSCS problem solving dapat memfasilitasi keterlibatan mahasiswa untuk turut berperan aktif secara berkelompok dalam proses pembelajaran, baik dalam sesi penggalian informasi, sesi diskusi mengerjakan tugas, serta dalam sesi pemaparan hasil belajar kelompoknya.
(7)
Nazar Ginanjar, 2012
Pengaruh Penggunaan Komputer...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
a. Penggunaan pembelajaran model SSCS problem solving pada pembelajaran konsep listrik dinamis secara signifikan dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep mahasiswa dibandingkan pembelajaran langsung dengan praktikum verifikasi.
(Ha1: 11 12).
b. Penggunaan pembelajaran model SSCS problem solving pada pembelajaran konsep listrik dinamis secara signifikan dapat lebih meningkatkan keterampilan berpikir kritis mahasiswa dibandingkan pembelajaran langsung dengan praktikum verifikasi.
(Ha2: 21 22 ). Ket:
11
:Rata-rata penguasaan konsep menggunakan model SSCS problem solving
12
:Rata-rata penguasaan konsep menggunakan pembelajaran praktikum verifikasi.
21
: Rata-rata berpikir kritis menggunakan model SSCS problem solving.
22
:Rata-rata berpikir kritis menggunakan pembelajaran praktikum verifikasi E. Definisi Operasional
1. Pembelajaran listrik dinamis dalam penelitian ini menggunakan model pembelajaran SSCS problem solving. Ada 4 tahapan atau fase yang terdapat dalam model pembelajaran ini yaitu fase search (mencari), fase solve (memecahkan), fase create (membuat) dan fase share (berbagi). Fase
(8)
Nazar Ginanjar, 2012
Pengaruh Penggunaan Komputer...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
search melibatkan mahasiswa dalam mengidentifikasi masalah atau pertanyaan. Pada fase solve mahasiswa mengidentifikasi solusi terbaik dan mempersiapkan serta melaksanakan rencana pemecahannya. Indikator berpikir kritis yang dibangun pada fase ini adalah keterampilan memilih kriteria untuk mempertimbangkan penyelesaian masalah. Selama fase create mahasiswa menampilkan data mereka, menyiapkan solusi permasalahan. Fase solve dan create melibatkan mahasiswa dalam kelompok kecil. Dalam fase share mahasiswa berbagi informasi, interaksi mahasiswa-mahasiswa yang terjadi selama proses pembelajaran memungkinkan terjadinya transfer informasi. Keterlaksaan proses pembelajaran model SSCS problem solving diamati dengan lembar observasi.
2. Penguasaan konsep dalam penelitian ini adalah kemampuan mahasiswa dalam memahami persamaan dan hukum-hukum dasar secara alamiah dalam hal ini pada konsep listrik dinamis. Indikator penguasaan konsep dalam penelitian ini diadopsi dari jenjang kognitif Bloom yaitu dari C1 sampai C6 (mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), mencipta (C6) ). Dalam penelitian ini penguasaan konsep mahasiswa diukur sebelum dan sesudah pembelajaran baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol dengan menggunakan tes konseptual berupa tes tertulis berbentuk pilihan ganda dan tes essay yang mencakup indikator-indikator penguasaan konsep (Bloom dalam Anderson, L.W, 2010)
(9)
Nazar Ginanjar, 2012
Pengaruh Penggunaan Komputer...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3. Keterampilan berpikir kritis dalam penelitian ini didefinisikan sebagai kemampuan berpikir kompleks yang dimiliki mahasiswa meliputi keterampilan merumuskan masalah, memilih kriteria untuk mempertimbangkan penyelesaian, keterampilan menerapkan prinsip, menggunakan strategi logis, dan mengidentifikasi kesimpulan pada konsep listrik dinamis. Keterampilan berpikir kritis mahasiswa di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol diukur menggunakan soal tes keterampilan berpikir kritis dalam bentuk soal essay.
4. Pembelajaran dengan praktikum verifikasi sebagai kontrol dalam penelitian ini didefinisikan sebagai pembelajaran dimana pebelajar dalam hal ini mahasiswa mengalami langsung kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran berupa praktikum verifikasi, untuk membuktikan konsep yang terlebih dahulu telah dijelaskan oleh dosen dalam pembelajaran. Dosen menjelaskan konsep pada awal pembelajaran, kemudian mahasiswa diberi lembar kerja yang telah dilengkapi dengan langkah-langkah percobaan yang harus dilakukan untuk membuktikan konsep yang telah dijelaskan, dan pada akhir pembelajaran disimpulkan mengenai konsep materi yang telah dipelajari(Amin dalam Ali, 2007)
(10)
Nazar Ginanjar, 2012
Pengaruh Penggunaan Komputer...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode experimen semu, yakni pretest-posttest nonequivalent groups design, karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan peningkatan penguasaan konsep dan berpikir kritis mahasiswa antara sebelum dan sesudah diberikan perlakuan pembelajaran model SSCS problem solving pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Desain penelitian yang digunakan berbentuk:
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelas Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen O X1 O
Kontrol O X2 O
Keterangan:
X1 : perlakuan pembelajaran model SSCSproblem solving
X2 : perlakuan pembelajaran langsung dengan praktikum verifikasi O : pretest dan posttest
(Sugiyono:2010)
Penelitian ini dilaksanakan di salah satu universitas di kota Bengkulu. Secara garis besar tahap-tahap penelitian dikelompokkan menjadi lima langkah yaitu studi pendahuluan, merumuskan masalah yang akan dikaji, studi literatur, penyusunan instrumen dan pengujian, implementasi pembelajaran model SSCS problem solving serta terakhir adalah analisis data dan kesimpulan. Adapun
(11)
Nazar Ginanjar, 2012
Pengaruh Penggunaan Komputer...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
langkah-langkah penelitian tersebut ditunjukkan pada alur penelitian, seperti pada Gambar 3.1
Gambar 3.1 Alur Proses Penelitian Observasi Keterlaksanaan
pembelajaran
Observasi Keterlaksanaan pembelajaran
Studi Pendahuluan
Uji Coba, Validasi, Revisi
Tes Awal
(pretest)
Pembelajaran model SSCS Problem Solving
Pembelajaran Langsung
praktikum verifikasi Tes Akhir(Posttest)
Angket Tanggapan Dosen dan Mahasiswa
Pengolahan dan Analisis Data
Temuan
Penyusunan Instrumen 1. Tes penguasaan konsep 2. Tes berpikir kritis
3. Angket dosen dan mahasiswa 4. Lembar observasi
Studi Literatur: Pembelajaran model SSCSproblem solving, penguasaan konsep, kemampuan berpikir kritis serta materi listrik dinamis
Penyusunan Rencana Pembelajaran
SSCSproblem solving
Perumusan Masalah
Kesimpulan
Kelompok Eksperimen Kelompok
(12)
Nazar Ginanjar, 2012
Pengaruh Penggunaan Komputer...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
B. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di salah satu universitas di kota Bengkulu pada mahasiswa calon guru semester 2 tahun akademik 2011/2012. Teknik sampling
yang digunakan adalah convenience sampling. Penggunaan teknik sampling ini terbatas untuk situasi tertentu saja sehingga tidak bisa digeneralisasikan (Boxill et al, 1997). Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester dua yang mengambil mata kuliah Fisika Dasar 2. Subyek penelitian terdiri dari dua kelas. Satu kelas secara acak dipilih sebagai kelas eksperimen, dan kelas lainnya merupakan kelas kontrol (pembanding).
C. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas merupakan variabel penelitian yang nilainya tidak bergantung pada variabel lain. Variabel terikat nilainya dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran SSCS problem solving dan model pembelajaran langsung dengan praktikum verifikasi. Sedangkan variabel terikatnya adalah penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis mahasiswa dalam konsep listrik dinamis.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengikuti alur yang dapat dilihat pada gambar 3.1. Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir.
1. Tahap Perencanaan a. Studi pendahuluan
(13)
Nazar Ginanjar, 2012
Pengaruh Penggunaan Komputer...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu c. Studi literatur
d. Membuat instrumen penelitian dan penyusunan rencana pembelajaran e. Melakukan validasi seluruh instrument, merevisi/memperbaiki instrumen. 2. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah tes awal, proses pembelajaran, observasi keterlaksanaan model SSCS problem solving dan keterlaksanaan pembelajaran di kelas kontrol, tes akhir dan pemberian angket.
3. Tahap akhir
a. Mengolah data hasil penelitian.
b. Menganalisis dan membahas hasil temuan penelitian. c. Menarik kesimpulan.
E. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan empat jenis instrumen pengumpul data yaitu, tes penguasaan konsep, tes berpikir kritis, lembar observasi dan angket.
a. Tes Penguasaan Konsep
Tes ini diguna untuk mengukur hasil belajar mahasiswa sebelum dan sesudah implementasi model pembelajaran. Tes ini dikonstruksi dalam bentuk tes obyektif model pilihan ganda terdiri dari 23 soal dan bentuk tes essay yang terdiri dari 5 soal. Soal penguasaan konsep ini dibuat untuk menguji penguasaan mahasiswa terhadap konsep-konsep listrik dinamis pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol.
Tes penguasaan konsep dilakukan sebanyak dua kali yaitu, sebelum dan sesudah implementasi model pembelajaran. Tes penguasaan konsep yang dilakukan sebelum konsep listrik dinamis diajarkan bertujuan untuk melihat
(14)
Nazar Ginanjar, 2012
Pengaruh Penggunaan Komputer...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kemampuan awal mahasiswa terhadap konsep listrik dinamis, dan tes akhir setelah pembelajaran konsep listrik dinamis selesai dilaksanakan bertujuan untuk mengukur peningkatan penguasaan konsep mahasiswa sebagai hasil implementasi model pembelajaran. Dari hasil tes awal dan tes akhir ini selanjutnya dapat diketahui tingkat gain penguasaan konsep sebagai efek dari implementasi model pembelajaran SSCS problem solving pada kelas eksperimen dan implementasi pembelajaran langsung dengan praktikum verifikasi di kelas kontrol.
b. Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Tes kemampuan berpikir kritis dikonstruksi dalam bentuk essay yang diadopsi dari indikator keterampilan berpikir kritis Ennis. Indikator kemampuan berpikir kritis yang diharapkan tercapai dalam penelitian ini adalah keterampilan merumuskan masalah, memilih kriteria pemecahan masalah, keterampilan menerapkan prinsip, menggunakan strategi logis, dan mengidentifikasi kesimpulan pada konsep listrik dinamis. Tes ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu, sebelum dan sesudah implementasi model pembelajaran. Tes yang dilakukan sebelum konsep listrik dinamis diajarkan bertujuan untuk melihat kemampuan awal berpikir kritis mahasiswa dan tes akhir setelah pembelajaran konsep listrik dinamis selesai dilaksanakan bertujuan untuk mengukur peningkatan berpikir kritis mahasiswa sebagai hasil implementasi model pembelajaran. Dari hasil tes awal dan tes akhir ini selanjutnya dapat diketahui tingkat gain penguasaan konsep sebagai efek dari implementasi model pembelajaran SSCS problem solving pada kelas eksperimen dan implementasi pembelajaran langsung dengan praktikum verifikasi di kelas kontrol.
(15)
Nazar Ginanjar, 2012
Pengaruh Penggunaan Komputer...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu c. Angket
Angket yang diberikan setelah implementasi model pembelajaran bertujuan untuk mengetahui tanggapan dosen dan mahasiswa terhadap penggunaan pembelajaran model SSCS problem solving dalam pengajaran listrik dinamis. Dalam angket dipertanyakan hal-hal seputar perasaan, pandangan, tanggapan dan harapan terhadap pembelajaran model SSCS problem solving. Angket ini menggunakan skala likert, setiap mahasiswa diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Untuk pernyataan positif kategori skornya yaitu Sangat Setuju (SS) dengan skor 4, Setuju (S) dengan skor 3, Tidak Setuju (TS) dengan skor 2 dan Sangat Tidak Setuju (STS) dengan skor 1. Sedangkan untuk pernyataan negatif, kategori skor tanggapannya adalah sebaliknya dari pernyataan positif
d. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengobservasi keterlaksanan proses pembelajaran termasuk aktivitas mahasiswa dan dosen di kelas eksperimen dengan pembelajaran model SSCS problem solving dan untuk mengobservasi keterlaksanaan pembelajaran langsung dengan praktikum verifikasi di kelas kontrol.
F. Analisis Tes
Suatu tes adalah yang memiliki validitas tinggi, reliabitas tinggi, daya pembeda yang baik, dan tingkat kesukaran yang layak. Untuk hal tersebut maka soal tes harus diuji coba terlebih dahulu pada subyek yang karakteristiknya mirip dengan karakteristik subyek yang akan diteliti. Soal yang akan dianalisis dalam
(16)
Nazar Ginanjar, 2012
Pengaruh Penggunaan Komputer...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
penelitian ini terdiri dari 30 soal pilihan ganda dan 5 soal essay. Soal tersebut diuji cobakan pada subyek yang karakteristiknya sama dengan subyek penelitian.
a. Validitas tes
Validitas tes berhubungan dengan ketepatan suatu tes dalam mengukur apa yang seharusnya diukur. Apabila suatu instrumen dapat mengukur apa yang hendak diukur maka instrumen tersebut dikatakan valid (Arikunto, 2010). Validitas keseluruhan soal dipengaruhi oleh validitas butir soal.
Untuk mengetahui dukungan suatu butir soal terhadap validitas keseluruhan soal digunakan validitas butir soal. Menguji validitas setiap butir soal dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dukungan tiap butir soal terhadap validitas keseluruhan soal tes. Apabila skor tiap butir soal tersebut memiliki dukungan yang besar terhadap skor keseluruhan soal maka soal tes tersebut memiliki validitas yang tinggi. Untuk mendapatkan validitas suatu butir soal digunakan rumus korelasi. Semakin tinggi nilai koefisien korelasi maka semakin tinggi validitas soal tes tersebut.
Menghitung korelasi dilakukan dengan menggunakan korelasi product moment Pearson seperti berikut: (Arikunto, 2010)
2 2
2 2
) ( ) ( ) )( ( Y Y N X X N Y X XY N rxy
(3.1) keterangan:
rxy= koefisien korelasi
X = Skor butir soal Y = Skor total soal N = jumlah mahasiswa
(17)
Nazar Ginanjar, 2012
Pengaruh Penggunaan Komputer...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Koefisien korelasi selalu terdapat antara -1,00 sampai +1,00. Namun karena sering dilakukan pembulatan dalam perhitungan maka memungkinkan untuk mendapatkan nilai koefisien korelasi lebih dari 1,00. Koefisien negatif menunjukkan hubungan berkebalikan sedangkan koefisien positif menunjukkan kesejajaran. Dengan demikian koefisien negatif menunjukkan validitas yang jelek. Interpretasi makna koefisian korelasi adalah sebagai berikut; (Arikunto, 2010)
Tabel 3.2. Kategori Validitas Butir Soal
Batasan Kategori
0,80 < rxy ≤ 1,00 Sangat tinggi (sangat baik) 0,60 < rxy ≤ 0,80 tinggi (baik)
0,40 < rxy ≤ 0,60 cukup(sedang) 0,20 < rxy ≤ 0,40 rendah (kurang)
xy
r ≤ 0,20 sangat rendah (sangat kurang)
b. Reliabilitas
Reliabilitas diartikan sebagai tingkat kestabilan skor yang diperoleh ketika dilakukan beberapa kali pengujian terhadap soal tes yang sama dengan situasi pengujian yang berbeda. Umumnya pengujian ulang dilakukan sebanyak dua kali. Menghitung besarnya reliabilitas soal pilihan ganda dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu metode bentuk paralel, metode tes ulang, dan metode belah dua. Metode bentuk paralel dilakukan dengan menyiapkan 2 buah tes yang bentuknya paralel yang diujikan secara berbarengan sehingga akan lebih rumit dipersiapan pengujiannya. Metode dilakukan dengan menguji suatu soal tes secara berulang. Metode ini membutuhkan jeda waktu yang harus disesuaikan agar tidak terlalu sempit ataupun terlalu lama.
Metode yang bisa digunakan untuk menghindari hal yang tersebut di atas adalah metode belahdua. Pada metode ini cukup menggunakan satu bentuk tes dan
(18)
Nazar Ginanjar, 2012
Pengaruh Penggunaan Komputer...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
satu kali pengukuran, hanya pada perhitungan nilai reliabiltas butir soal dibelah menjadi dua item yaitu soal genap dan ganjil, kemudian hasil dari kedua item ini yang dikorelasikan. Reliabilitas soal pilihan ganda dengan jumlah butir soal 30 dianalisis dengan menggunakan metode belah dua. Pada metode ini soal tes yang diuji haruslah memiliki butir soal yang berjumlah genap. Cara yang dapat digunakan dalam perhitungan koefisien reliabilitas tes metode belah dua adalah sebagai berikut: (Arikunto, 2010) 2 1 2 1 2 1 2 1 1 2 r r
r (3. 2)
keterangan:
r = reliabilitas soal tes
2 1 2 1
r = korelasi antara soal ganjil dan genap
Reliabilitas soal essay dengan jumlah butir soal 5 dianalisis menggunakan rumus Alpha sebagai berikut:
r = �−�
1 −(1−
��2
��2 )
Keterangan :
r = reliabilitas soal tes � = jumlah butir soal �2 = varian total
∑��2 = jumlah varian skor tiap item soal
Untuk menghitung varian skor tiap item digunakan rumus berikut:
�2 = ΣΧ
2−(ΣΧ)2
�
�
(3.3)
(19)
Nazar Ginanjar, 2012
Pengaruh Penggunaan Komputer...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Keterangan :
�2 = varian total
ΣΧ2 = jumlah kuadrat skor total
(ΣΧ)2 = kuadrat jumlah skor total
� = jumlah mahasiswa Harga dari
2 1 2 1
r ditentukan dengan mengkorelasikan skor soal nomor
ganjil dan skor nomor genap menggunakan cara korelasi product moment
Pearson. Menurut Arikunto (2010) derajat reliabilitas suatu tes diinterpretasikan sebagai berikut:
Tabel 3.3. Kategori Reliabilitas Butir Soal
Batasan Kategori
0,80< r≤ 1,00 sangat tinggi (sangat baik) 0,60< r ≤ 0,80 tinggi (baik)
0,40< r≤ 0,60 cukup(sedang) 0,20< r≤ 0,40 rendah (kurang)
r≤ 0,20 sangat rendah (sangat kurang)
c. Tingkat Kemudahan
Tingkat kemudahan adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal. Indeks kemudahan diberi simbol P (proporsi) yang dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: (diadaptasi dari Arikunto, 2010)
N B
P (3. 5)
keterangan:
P = Indeks kemudahan
B = Banyaknya mahasiswa yang menjawab soal itu dengan betul
(20)
Nazar Ginanjar, 2012
Pengaruh Penggunaan Komputer...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Klasifikasi untuk indeks kemudahan adalah sebagai berikut: Tabel 3.4. Kategori tingkat kemudahan soal
Batasan Kategori
P < 0,30 soal sukar
0,30 ≤ P < 0,70 soal sedang
0,70 ≤ P < 1,00 soal mudah
Bila melihat nilai bilangan indeks P, semakin banyak mahasiswa menjawab soal dengan benar maka nilai P akan semakin besar dan dapat dikatakan bahwa soal tersebut mudah. Oleh karena itu lebih cocok disebut sebagai indeks kemudahan atau facility index (diadaptasi dari Arikunto, 2010).
d. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara mahasiswa dengan kemampuan tinggi dan mahasiswa dengan kemampuan rendah. Mencari daya pembeda suatu soal tes dilakukan dengan cara kelompok peserta diurutkan dari skor tinggi ke skor rendah dan kemudian 27% mahasiswa yang memiliki skor teratas disebut sebagai kelompok atas dan 27% mahasiswa yang memiliki skor terendah disebut sebagai kelompok bawah apabila jumlah peserta tes banyak. Jika jumlah peserta tes sedikit maka kelompok peserta tes dapat dibagi menjadi 50% mahasiswa kelompok atas dan 50% mahasiswa kelompok bawah. Lalu dilakukan perhitungan dengan rumus untuk menentukan indeks diskriminasi atau daya pembeda sebagai berikut; (Arikunto, 2010)
A B PA PB J
B B
D (3. 6)
keterangan:
J = JA = JB = Banyaknya peserta kelompok atas = Banyaknya peserta
(21)
Nazar Ginanjar, 2012
Pengaruh Penggunaan Komputer...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BA= Banyaknya kelompok atas yang menjawab benar
BB= Banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar
PA= proporsi kelompok atas yang menjawab benar
PB= proporsi kelompok bawah yang menjawab benar
Kategori daya pembeda adalah sebagai berikut; (Arikunto, 2010) Tabel 3.5. Kategori Daya Pembeda
Batasan Kategori
D≤ 0,20 Jelek
0,20 < D≤ 0,40 Cukup
0,40 < D≤ 0,70 Baik
0,70 < D≤ 1,00 baik sekali
G. Deskripsi Hasil Analisis Uji Instrumen Tes
Soal tes yang digunakan dalam penelitian terdiri atas tes penguasaan konsep dan tes berpikir kritis. Instrument tes yang diujikan terdiri atas 30 soal pilihan ganda dan 5 soal essay. Berdasarkan hasil analisis uji instrument diketahui dari 30 soal yang diujikan terdapat 7 soal yang tidak dapat digunakan dalam penelitian. Hal ini karena soal-soal tersebut memiliki validitas dan daya pembeda yang buruk serta tingkat kemudahan yang terlalu mudah ataupun terlalu sukar. Dengan demikian terdapat 23 soal yang dapat digunakan dalam penelitian. Rata-rata tingkat kemudahan soal yang digunakan dalam penelitian cukup baik yaitu 0,46. Rata-rata daya pembeda soal juga cukup baik yaitu 0,48. Rata-rata validitas soal yang digunakan juga cukup baik yaitu 0,55. Soal pilihan ganda memiliki nilai reliabilitas yang tinggi yaitu 0,89.
Hasil analisis uji instrumen soal essay menunjukkan bahwa semua soal yang diujikan dapat digunakan dalam penelitian. Rata-rata tingkat kemudahan
(22)
Nazar Ginanjar, 2012
Pengaruh Penggunaan Komputer...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
soal yang digunakan dalam penelitian cukup baik yaitu 0,44. Rata-rata daya pembeda soal juga cukup baik yaitu 0,42. Rata-rata validitas soal yang digunakan juga baik yaitu 0,73. Adapun reliabilitas soal essay tidak tinggi hanya berada pada kategori cukup dengan nilai reliabilitas 0,6. Salah satu kelemahan dari soal essay adalah reliabilitasnya yang rendah. Hal ini karena sukar mengetahui pengetahuan mana saja yang betul-betul telah diketahui oleh pebelajar (Arikunto, 2010). Rekapitulasi hasil uji instrument secara lengkap dapat dilihat pada lampiran C. H. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data hasil tes awal dan tes akhir dilakukan dengan menggunakan bantuan pendekatan serta hirarki statistik. Rumus gain ternormalisasi (N-Gain) digunakan untuk menghitung peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: (Meltzer, 2002)
pre maks
pre post
S S
S S g
(3. 7)
keterangan:
Spost= Skor tes akhir Spre = Skor tes awal Smaks= Skor maksimum
Kriteria tingkat N-Gain adalah sebagai berikut; (Meltzer, 2002) Tabel 3.6. Kategori Tingkat N-Gain
Batasan Kategori
g > 0,7 Tinggi
0,3 ≤ g≤ 0,7 sedang
(23)
Nazar Ginanjar, 2012
Pengaruh Penggunaan Komputer...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Pengolahan data dengan menggunakan uji statistik dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Uji Normalitas N-Gain Kelas Eksperimen Dan Kontrol
Kebanyakan prosedur statistika inferential mensyaratkan asumsi normalitas dalam analisa data untuk menguji suatu hipotesis. Asumsi normalitas dalam penelitian ini dieksplorasi menggunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov melalui SPSS 16 dengan α = 0,05. Hipotesis untuk uji normalitas adalah sebagai berikut:
H0 : �12 =�22 : data berasal dari populasi yang terdistribusi normal
H1 : �12 ≠ �22 : data tidak berasal dari populasi yang terdistribusi normal
Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau tidak menolak H0 berdasarkan nilai Signifikansi (sig.) adalah jika nilai Signifikansi < α maka H0 ditolak dan jika nilai Signifikansi α maka H0 tidak dapat ditolak.
b. Uji Homogenitas N-Gain Kelas Eksperimen Dan Kontrol.
Setelah dilakukan uji normalitas dan didapati bahwa data berdistribusi normal, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji homogenitas variansi (variance) dengan Uji Levene menggunakan SPSS 16. Uji hipotesis Levene
digunakan untuk mengetahui apakah variansi kedua kelompok data sama besar terpenuhi atau tidak terpenuhi. Hipotesis statistik yang digunakan adalah sebagai berikut:
H0: σ12= σ22 : skor kedua kelompok memiliki variansi yang homogen H1 : σ12 ≠ σ22 : skor kedua kelompok memiliki variansi yang tidak
(24)
Nazar Ginanjar, 2012
Pengaruh Penggunaan Komputer...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dengan H0 adalah hipotesis yang menyatakan skor kedua kelompok memiliki variansi yang sama dan H1 adalah hipotesis yang menyatakan skor kedua kelompok memiliki variansi tidak sama. Jika nilai Signifikansi < α maka H0 ditolak sedangkan jika nilai Signifikansi > α maka H0 tidak dapat ditolak.
c. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata
Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk membandingkan antara dua keadaan nilai rata-rata, yaitu keadaan nilai rata-rata pretes mahasiswa pada kelas eksperimen dengan siswa pada kelas kontrol, keadaan nilai rata-rata postes mahasiswa pada kelas eksperimen dengan mahasiswa pada kelas kontrol, dan uji kesamaan rata-rata untuk gain yang dinormalisasi. Jika data berdistribusi normal maka uji kesamaan dua rata-rata dilakukan dengan menggunakan SPSS 16 yaitu uji-t dua sampel independen (Independent-Sample t Test). Rumusan hipotesis statistik yang digunakan pada uji ini adalah sebagai berikut:
H01 : µ11 = µ12 : rerata peningkatan penguasaan konsep kelas ekperimen
sama dengan kelas kontrol
Ha1:11 12 : rerata peningkatan penguasaan konsep kelas ekperimen lebih besar dari kelas kontrol
H02: µ21 = µ22 : rerata peningkatan keterampilan berpikir kritis kelas
ekperimen sama dengan kelas kontrol
Ha2:21 22 : rerata peningkatan keterampilan berpikir kritis kelas ekperimen lebih besar dari kelas kontrol
Kriteria untuk menolak atau tidak menolak H0 berdasarkan nilai
Signifikansi (Sig.) adalah jika nilai Signifikansi < α maka H0 ditolak dan jika nilai
(25)
Nazar Ginanjar, 2012
Pengaruh Penggunaan Komputer...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
merupakan peluang (probability value, sering disingkat P-value), maksudnya adalah jika hipotesis nol (H0) benar maka nilai Signifikansi merupakan besarnya peluang untuk mengatakan bahwa H0 salah. Pada kurva normal, jika nilai
Signifikansi yang didapatkan dari hasil uji t sama dengan atau lebih kecil dari
α=0,05 maka nilai ini jatuh pada daerah penolakan H0, sebaliknya jika nilai
Signifikansi lebih besar dari α=0,05 maka nilai ini jatuh pada daerah penerimaan H0.
Ada dua rumus untuk uji-t dua sampel independen: (Sudjana, 2005) 1. Dengan Asumsi kedua variance kelas eksperimen dan kelas kontrol sama
besar (equal variances assumed) atau homogen:
2 1 2 1 1 1 n n S x x t p
dengan derajat kebebasan: n1 + n2 -2
2 ) 1 ( ) 1 ( 2 1 2 2 2 2 1 1 n n S n S n Sp
Keterangan : n1 = besar sampel pertama (kelas eksperimen) n2 = besar sampel kedua (kelas kontrol)
2. Dengan asumsi kedua variance tidak sama besar (equal variances not assumed) dengan kata lain kedua varian tidak homogen:
2 2 2 1 2 1 2 1 n S n S x x t
Apabila data tidak berdistribusi normal maka dipakai uji non parametrik yaitu uji Mann-Whitney (Ruseffendi, 1998).
(3.8)
(3.9)
(26)
Nazar Ginanjar, 2012
Pengaruh Penggunaan Komputer...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Rumusan hipotesis yang akan diuji dengan uji kesamaan dua rata-rata menggunakan uji t adalah sebagai berikut:
Ho1 : 11= 12 Tidak terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan
penguasaan konsep antara mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran listrik dinamis dengan model SSCS problem solving dibandingkan dengan pembelajaran langsung dengan praktikum verifikasi.
HA1 : 11> 12 Penggunaan pembelajaran model SSCS problem solving
pada pembelajaran konsep listrik dinamis secara signifikan dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep mahasiswa dibandingkan pembelajaran langsung dengan praktikum verifikasi.
Ho2 : 21= 22 Tidak terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan
keterampilan berpikir kritis antara mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran listrik dinamis dengan model
SSCS problem solving dibandingkan dengan
pembelajaran langsung dengan praktikum verifikasi. HA2 : 21> 22 Penggunaan pembelajaran model SSCS problem solving
pada pembelajaran konsep listrik dinamis secara signifikan dapat lebih meningkatkan keterampilan berpikir kritis mahasiswa dibandingkan pembelajaran langsung dengan praktikum verifikasi.
(27)
Nazar Ginanjar, 2012
Pengaruh Penggunaan Komputer...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu d. Analisis Tanggapan Dosen dan Mahasiswa
Pemberian angket skala sikap model Likert dilakukan untuk mengetahui respon atau tanggapan dosen dan mahasiswa terhadap pembelajaran model SSCS problem solving yang telah diterapkan. Setiap jawaban mahasiswa terhadap pernyataan yang ditanyakan, dikelompokkan atas sikap sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Untuk pernyataan positif kategori skornya yaitu Sangat Setuju (SS) dengan skor 4, Setuju (S) dengan skor 3, Tidak Setuju (TS) dengan skor 2 dan Sangat Tidak Setuju (STS) dengan skor 1. e. Analisis Lembar Observasi
Lembar observasi yang dibuat digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan di kelas eksperimen dan di kelas kontrol. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas dosen dan mahasiswa selama proses pembelajaran. Lembar observasi berupa pertanyaan biner (ya-tidak). Hasil observasi dianalisis secara kualitatif.
I. Jadwal Kegiatan
Penelitian ini direncanakan dilaksanakan selama 9 bulan pada tahun pelajaran 2011/2012 dengan jadwal sebagaimana tercantum dalam Tabel 3.7
Tabel 3.7 Jadwal Kegiatan Penelitian
No Kegiatan Bulan
I II III IV V VI VII VIII IX
1 Penyusunan proposal
2 Penyusunan instrumen penelitian
3 Penyusunan perangkat pembelajaran
4 Uji coba instrumen
5 Implementasi pembelajaran dengan
pembelajaran model SSCS problem solving
dan pengumpulan data
6 Pengolahan dan analisis data
(28)
Nazar Ginanjar, 2012
Pengaruh Penggunaan Komputer...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai penerapan pembelajaran model search, solve, create, and share (SSCS) problem solving
untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis mahasiswa dapat disimpulkan bahwa:
1. Peningkatan penguasaan konsep mahasiswa yang mengikuti pembelajaran model search, solve, create, and share (SSCS) problem solving secara signifikan lebih tinggi 17% dibandingkan dengan mahasiswa yang mengikuti pembelajaran praktikum verifikasi.
2. Peningkatan keterampilan berpikir kritis mahasiswa yang mengikuti pembelajaran model search, solve, create, and share (SSCS) problem solving
secara signifikan lebih tinggi 21% dibandingkan dengan mahasiswa yang mengikuti pembelajaran praktikum verifikasi.
3. Dosen memberikan tanggapan baik terhadap penerapan pembelajaran model
search, solve, create, and share (SSCS) problem solving. Menurut dosen, penggunaan model pembelajaran SSCS memudahkan dalam mencapai tujuan pembelajaran, melatih sikap ilmiah, keterampilan berpikir dan lebih memotivasi keaktifan mahasiswa serta melatih kecakapan berpendapat. Melatih kemampuan dosen dalam mengelola kelas dalam suatu pembelajaran.
(29)
Nazar Ginanjar, 2012
Pengaruh Penggunaan Komputer...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4. Mahasiswa memberikan tanggapan baik terhadap penerapan pembelajaran model search, solve, create, and share (SSCS) problem solving. Menurut mahasiswa, pembelajaran model search, solve, create, and share (SSCS) problem solving membangun nuansa belajar yang menyenangkan dan melatih kecakapan bekerja dalam tim, melatih kecakapan mengungkapkan, meminta, dan menanggapi pendapat, melatih sikap ilmiah, merancang percobaan, dan menginterpretasikan data, serta melatih keterampilan berfikir sekaligus melatih mengkomunikasikan hasil percobaan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan pembelajaran model search, solve, create, and share (SSCS) problem solving
untuk meningkatkan penguasaan konsep dan berpikir kritis mahasiswa, peneliti menyarankan:
1. Agar kemampuan merumuskan masalah dan memilih kriteria pemecahan masalah pada fase search dan solve dapat lebih optimal sebaiknya kelas sudah dibagi ke dalam kelompok sehingga kegiatan pembelajaran berjalan lebih fokus.
2. Agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan lebih baik, khususnya kegiatan eksperimen pada pada fase create maka sebaiknya pembagian kelompok dilakukan dengan mempertimbangkan kemampuan mahasiswa. 3. Agar penguasaan konsep dapat lebih oprimal dan pembelajaran berlangsung
(30)
Nazar Ginanjar, 2012
Pengaruh Penggunaan Komputer...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
lebih optimal karena mahasiswa tidak terbiasa melakukan eksperimen dan penyelidikan secara mandiri.
4. Karena mahasiswa tidak terbiasa bekerja mandiri dan melakukan eksperimen dalam kegiatan pembelajaran maka sebaik pembelajaran dirancang sedemikian rupa sehingga terdapat satu kegiatan eksperimen pada tiap pembelajaran. 5. Agar kegiatan pada fase share dapat berlangsung dengan baik dan
kemampuan mahasiswa dapat terlatih dengan lebih optimal maka sebaiknya pengajar mengatur waktu dan mengatur langsung kegiatan diskusi pada fase ini.
(1)
Nazar Ginanjar, 2012
Pengaruh Penggunaan Komputer...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
merupakan peluang (probability value, sering disingkat P-value), maksudnya adalah jika hipotesis nol (H0) benar maka nilai Signifikansi merupakan besarnya peluang untuk mengatakan bahwa H0 salah. Pada kurva normal, jika nilai Signifikansi yang didapatkan dari hasil uji t sama dengan atau lebih kecil dari
α=0,05 maka nilai ini jatuh pada daerah penolakan H0, sebaliknya jika nilai Signifikansi lebih besar dari α=0,05 maka nilai ini jatuh pada daerah penerimaan H0.
Ada dua rumus untuk uji-t dua sampel independen: (Sudjana, 2005) 1. Dengan Asumsi kedua variance kelas eksperimen dan kelas kontrol sama
besar (equal variances assumed) atau homogen:
2 1 2 1 1 1 n n S x x t p
dengan derajat kebebasan: n1 + n2 -2
2 ) 1 ( ) 1 ( 2 1 2 2 2 2 1 1 n n S n S n Sp
Keterangan : n1 = besar sampel pertama (kelas eksperimen) n2 = besar sampel kedua (kelas kontrol)
2. Dengan asumsi kedua variance tidak sama besar (equal variances not assumed) dengan kata lain kedua varian tidak homogen:
2 2 2 1 2 1 2 1 n S n S x x t
Apabila data tidak berdistribusi normal maka dipakai uji non parametrik yaitu uji Mann-Whitney (Ruseffendi, 1998).
(3.8)
(3.9)
(2)
Nazar Ginanjar, 2012
Pengaruh Penggunaan Komputer...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Rumusan hipotesis yang akan diuji dengan uji kesamaan dua rata-rata menggunakan uji t adalah sebagai berikut:
Ho1 : 11 = 12 Tidak terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan penguasaan konsep antara mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran listrik dinamis dengan model SSCS problem solving dibandingkan dengan pembelajaran langsung dengan praktikum verifikasi.
HA1 : 11 > 12 Penggunaan pembelajaran model SSCS problem solving pada pembelajaran konsep listrik dinamis secara signifikan dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep mahasiswa dibandingkan pembelajaran langsung dengan praktikum verifikasi.
Ho2 : 21 = 22 Tidak terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan keterampilan berpikir kritis antara mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran listrik dinamis dengan model SSCS problem solving dibandingkan dengan pembelajaran langsung dengan praktikum verifikasi. HA2 : 21 > 22 Penggunaan pembelajaran model SSCS problem solving
pada pembelajaran konsep listrik dinamis secara signifikan dapat lebih meningkatkan keterampilan berpikir kritis mahasiswa dibandingkan pembelajaran langsung dengan praktikum verifikasi.
(3)
Nazar Ginanjar, 2012
Pengaruh Penggunaan Komputer...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
d. Analisis Tanggapan Dosen dan Mahasiswa
Pemberian angket skala sikap model Likert dilakukan untuk mengetahui respon atau tanggapan dosen dan mahasiswa terhadap pembelajaran model SSCS problem solving yang telah diterapkan. Setiap jawaban mahasiswa terhadap pernyataan yang ditanyakan, dikelompokkan atas sikap sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Untuk pernyataan positif kategori skornya yaitu Sangat Setuju (SS) dengan skor 4, Setuju (S) dengan skor 3, Tidak Setuju (TS) dengan skor 2 dan Sangat Tidak Setuju (STS) dengan skor 1. e. Analisis Lembar Observasi
Lembar observasi yang dibuat digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan di kelas eksperimen dan di kelas kontrol. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas dosen dan mahasiswa selama proses pembelajaran. Lembar observasi berupa pertanyaan biner (ya-tidak). Hasil observasi dianalisis secara kualitatif.
I. Jadwal Kegiatan
Penelitian ini direncanakan dilaksanakan selama 9 bulan pada tahun pelajaran 2011/2012 dengan jadwal sebagaimana tercantum dalam Tabel 3.7
Tabel 3.7 Jadwal Kegiatan Penelitian
No Kegiatan Bulan
I II III IV V VI VII VIII IX
1 Penyusunan proposal
2 Penyusunan instrumen penelitian 3 Penyusunan perangkat pembelajaran
4 Uji coba instrumen
5 Implementasi pembelajaran dengan
pembelajaran model SSCS problem solving dan pengumpulan data
6 Pengolahan dan analisis data
(4)
Nazar Ginanjar, 2012
Pengaruh Penggunaan Komputer...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai penerapan pembelajaran model search, solve, create, and share (SSCS) problem solving untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis mahasiswa dapat disimpulkan bahwa:
1. Peningkatan penguasaan konsep mahasiswa yang mengikuti pembelajaran model search, solve, create, and share (SSCS) problem solving secara signifikan lebih tinggi 17% dibandingkan dengan mahasiswa yang mengikuti pembelajaran praktikum verifikasi.
2. Peningkatan keterampilan berpikir kritis mahasiswa yang mengikuti pembelajaran model search, solve, create, and share (SSCS) problem solving secara signifikan lebih tinggi 21% dibandingkan dengan mahasiswa yang mengikuti pembelajaran praktikum verifikasi.
3. Dosen memberikan tanggapan baik terhadap penerapan pembelajaran model search, solve, create, and share (SSCS) problem solving. Menurut dosen, penggunaan model pembelajaran SSCS memudahkan dalam mencapai tujuan pembelajaran, melatih sikap ilmiah, keterampilan berpikir dan lebih memotivasi keaktifan mahasiswa serta melatih kecakapan berpendapat. Melatih kemampuan dosen dalam mengelola kelas dalam suatu pembelajaran.
(5)
Nazar Ginanjar, 2012
Pengaruh Penggunaan Komputer...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4. Mahasiswa memberikan tanggapan baik terhadap penerapan pembelajaran model search, solve, create, and share (SSCS) problem solving. Menurut mahasiswa, pembelajaran model search, solve, create, and share (SSCS) problem solving membangun nuansa belajar yang menyenangkan dan melatih kecakapan bekerja dalam tim, melatih kecakapan mengungkapkan, meminta, dan menanggapi pendapat, melatih sikap ilmiah, merancang percobaan, dan menginterpretasikan data, serta melatih keterampilan berfikir sekaligus melatih mengkomunikasikan hasil percobaan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan pembelajaran model search, solve, create, and share (SSCS) problem solving untuk meningkatkan penguasaan konsep dan berpikir kritis mahasiswa, peneliti menyarankan:
1. Agar kemampuan merumuskan masalah dan memilih kriteria pemecahan masalah pada fase search dan solve dapat lebih optimal sebaiknya kelas sudah dibagi ke dalam kelompok sehingga kegiatan pembelajaran berjalan lebih fokus.
2. Agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan lebih baik, khususnya kegiatan eksperimen pada pada fase create maka sebaiknya pembagian kelompok dilakukan dengan mempertimbangkan kemampuan mahasiswa. 3. Agar penguasaan konsep dapat lebih oprimal dan pembelajaran berlangsung
(6)
Nazar Ginanjar, 2012
Pengaruh Penggunaan Komputer...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
lebih optimal karena mahasiswa tidak terbiasa melakukan eksperimen dan penyelidikan secara mandiri.
4. Karena mahasiswa tidak terbiasa bekerja mandiri dan melakukan eksperimen dalam kegiatan pembelajaran maka sebaik pembelajaran dirancang sedemikian rupa sehingga terdapat satu kegiatan eksperimen pada tiap pembelajaran. 5. Agar kegiatan pada fase share dapat berlangsung dengan baik dan
kemampuan mahasiswa dapat terlatih dengan lebih optimal maka sebaiknya pengajar mengatur waktu dan mengatur langsung kegiatan diskusi pada fase ini.