PENERAPAN MODEL KLARIFIKASI NILAI TENTANG MASALAH KONFLIK SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN: studi eksperimen kuasi pada siswa Kelas VII SMP negeri 1 terbanggi besar kabupaten lampung tengah.

(1)

PENERAPAN MODEL KLARIFIKASI NILAI TENTANG

MASALAH KONFLIK SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN

IPS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN

PENGAMBILAN KEPUTUSAN

(Studi Eksperimen Kuasi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah)

TESIS

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh

Gelar Magister Pendidikan IPS

Oleh

NOFFITA INDAH FURI

NIM 1308086

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015


(2)

PENERAPAN MODEL KLARIFIKASI NILAI TENTANG MASALAH KONFLIK SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

(Studi Eksperimen Kuasi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah)

Oleh

NOFFITA INDAH FURI

S.E UNILA, 2005

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Noffita Indah Furi 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

TONI KURNIAWAN

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI

PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN IPS (Penelitian Survei Di SMP Se-Kab. Kuningan)

disetujui dan disahkan oleh :

Pembimbing

Prof. Dr. H. BUNYAMIN MAFTUH, M.Pd., M.A. NIP. 19620702 198601 1 002

Mengetahui, Ketua Program Studi PIPS

Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Prof. Dr. H. BUNYAMIN MAFTUH, M.Pd., M.A. NIP. 19620702 198601 1 002


(4)

ABSTRAK

Noffita Indah Furi (1308086). Penerapan Model Klarifikasi Nilai Tentang

Konflik Sosial dalam Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Keterampilan Pengambilan Keputusan (Decision Making) Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung. Program

Studi Pendidikan IPS (PIPS) Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Dalam implementasi pembelajaran IPS di lapangan, keterampilan pengambilan keputusan (decision making) menjadi salah satu kajian utama dalam rangka menyiapkan siswa untuk mempunyai keterampilan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari melalui berbagai macam isu-isu dan permasalahan sosial. Meningkatkan keterampilan siswa dalam pengambilan keputusan menjadi hal yang harus dikembangkan guru secara terus-menerus terutama dalam pembelajaran IPS, agar kepekaan siswa tehadap masalah dan alternatif pemecahan menjadi semakin terasah. Salah satu strategi untuk meningkatkan keterampilan pengambilan keputusan adalah dengan implementasi model klarifikasi nilai.Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perbedaan keterampilan pengambilan keputusan (decision making) siswa antara implementasi model klarifikasi nilai tentang masalah konflik sosial dengan model pembelajaran langsung (direct instruction). Desain penelitian ini digunakan rancangan penelitian kuantitatif dengan eksprimen semu (quasi expriment) dengan kelompok eksperimen implementasi model klarifikasi nilai dan kelompok dengan perlakuan model pembelajaran langsung (direct instruction) tentang konflik sosial. Metode penentuan sampel menggunakan teknik sampel purposive random sampling siswa kelas VII SMP Negeri 1 Tebanggi Besar adalah Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung.Metode pengumpulan data menggunakan tes dan observasi untuk mengetahui proses implementasi model. Analisis datanya menggunakan t tes yang menunjukkan bahwa nilai probabilita (p-value = 0.000). Karena p-value (0.000) lebih kecil dari α (0.005). Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan keterampilan pengambilan keputusan (decision making) siswa antara implementasi model klarifikasi nilai tentang masalah konflik sosial dengan model pembelajaran langsung (direct instruction) pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung. Perlunya guru untuk mengimplementasikan model klarifikasi nilai secara lebih intensif dalam pembelajaran IPS serta mengarahkan siswa untuk membentuk dan menemukan dalam proses klarifikasi nilai berupa nilai-nilai individu yang bersumber dari nilai-nilai ideal dalam masyarakat terutama untuk mengembangkan keterampilan membuat keputusan. Kata kunci: model klarifikasi nilai, keterampilan pengambilan keputusan


(5)

ABSTRAC

Noffita Indah Furi (1308086). The implementation Value Clarification Model about Social Conflict in Social Studies Learning to Improve Decision Making Skill of 7th Grade Student at SMPN. 1 Terbanggi Besar, Region of Lampung Tengah, Province of Lampung. Social Study Education Program, Master Program, University of Indonesian Education.

In the field of social studies learning implementation, skill of decision making becomes one of the main study in order to prepare students to have the skills to solve problems in everyday life through a wide range of issues and social issues.

Improving the students’ skills in making decision becomes something that must be developed by teacher continuously, especially in social studies learning, so that students’ sensitivity toward problems and its solution alternative is sharper. One strategy to improve decision-making skills is the implementation of value clarification model. In general, this study aims to identify differences of students’ decision-making skills between the implementation of value clarification model on the issue of social conflict with the direct learning model. This research used quantitative research design with quasi experiment both experiment group of implementation of value clarification model and direct learning model about social conflict. The sampling method is purpose random sampling of 7th grade student of SMPN. 1 Terbanggi Besar, region of Lampung Tengah, Province of Lampung. Data collection method use tests and observation to determine the implementation process models. Data analysis using the t test shows that the probability value (p - value = 0.000). Because the p-value (0.000) is less than α (0.005). The result shows that there is difference in the students’ decision-making skills between the implementation of value clarification model on the issue of social conflict with the direct learning model of the 7th grade students of SMP Negeri 1 Terbanggi, Region of Lampung Tengah, Province of Lampung. Thus, teacher is needed to implement value clarification model more intensively in social studies learning and to assist students to form and find, in value clarification process, individual value which is coming from ideal value in the society mainly for improving decision making skill.


(6)

Noffita Indah Furi, 2015

Penerapan Model Klarifikasi Nilai Tentang Konflik Sosial dalam Pembelajaran IPS Untuk

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL. ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

MOTTO ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR BAGAN ... xiv

LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 11

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 12

D. Tujuan Penelitian ... 13

E. Manfaat Penelitian ... 14

F. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 17

A. Tinjauan Tentang Ilmu Pengetahuan Sosial ... 17

1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial ... 17

2. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial ... 21

3. Ilmu Pengetahuan Sosial Sebagai Reflective Inquiry ... 23

B. Pendidikan Nilai ... 25

1. Pengertian Nilai ... 25

2. Pengertian Pendidikan Nilai ... 27

C. Model Pembelajaran ... 30

1. Pengertian Pembelajaran Klarifikasi Nilai ... 32

2. Tujuan Pembelajaran Klarifikasi Nilai ... 33

3. Langkah-langkah Pembelajaran Klarifikasi Nilai ... 35

4. Manfaat dan Syarat Pembelajaran Klarifikasi Nilai ... 40


(7)

Noffita Indah Furi, 2015

E. Konflik Sosial ... 43

1. Teori Konflik Sosial ... 43

2. Bahan Pembelajaran Konflik Sosial ... 46

F. Keterampilan Pengambilan Keputusan ... 51

1. Hakikat Keterampilan ... 51

2. Langkah-langkah dalam Pembelajaran Pengambilan Keputusan ... 55

G. Penelitian Terdahulu ... 58

H. Kerangka Berfikir ... 63

I. Hipotesis Penelitian ... 65

BAB III METODE PENELITIAN ... 66

A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 66

B. Populasi dan Sample ... 67

C. Desain Penelitian ... 68

D. Variabel dan Definisi Operasional Variabel ... 69

E. Instrumen Pengumpulan Data ... 70

F. Teknik Pengumpulan Data ... 71

G. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 72

1. Validitas ... 72

2. Reliabilitas ... 74

H. Metode Analisis Data ... 76

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 77

A. Profil SMP Negeri 1 Terbanggi Besar ... 77

B. Hasil Uji Statistik ... 79

1. Keadaan Awal Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 79

2. Pre tes dan Post Test Dalam Kelompok Eksperimen ... 81

3. Pre Tes dan Post Tes Dalam Kelompok Kontrol ... 83

4. Post Tes Antara Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 85

C. Deskripsi Hasil Observasi Pembelajaran IPS ... 89

1. Proses Pembelajaran Di Kelas Eksperimen ... 89

2. Proses Pembelajaran Di Kelas Kontrol ... 93

3. Perbandingan Proses Pembelajaran Di Kelas Eksperimen Dengan Kelas Kontrol ... 97

D. Deskripsi Hasil Angket Dan Wawancara Pandangan Siswa Dan Guru Terhadap Pembelajaran Dengan Model Klarifikasi Nilai ... 98

1. Pandangan Siswa Terhadap Pembelajaran Dengan Model Klarifikasi Nilai . 98 2. Pandangan Guru Terhadap Pembelajaran Dengan Model Klarifikasi Nilai .. 99

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 100

1. Model Klarifikasi Nilai Dan Keterampilan Pengambilan Keputusan Di Kelas Eksperimen ... 100


(8)

Noffita Indah Furi, 2015

Penerapan Model Klarifikasi Nilai Tentang Konflik Sosial dalam Pembelajaran IPS Untuk 2. Model Pembelajaran Langsung Dan Keterampilan Pengambilan

Keputusan Di Kelas Kontrol ... 103

3. Perbedaan Kerampilan Pengambilan Keputusan Melalui Model Klarifikasi Nilai dan Model Pembelajaran Langsung ... 104

4. Kegiatan Pembelajaran Di Kelas Model Klarifikasi Nilai dan Di Kelas Pembelajaran Langsung ... 110

5. Kelebihan Dan Kekurang Implementasi Model Klarifikasi Nilai ... 114

BAB V SIMPULAN, IMPIKASI DAN REKOMENDASI ... 120

A. Simpulan ... 120

B. Implikasi &Rekomendasi ... 122


(9)

Noffita Indah Furi, 2015

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Peristiwa Konflik Kabupaten Lampung Tengah Tahun

2013-2012 ... 7

Tabel 3.1 Desain Kuasi Eksperimen Nonequivalent Group Design ... 68

Tabel 3.2 Indikator Variabel Keterampilan Decision Making ... 70

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Instrumen Keterampilan Decision Making ... 74

Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 75

Tabel 4.1 Komposisi Guru/Karyawan... 78

Tabel 4.2 Keadaan Awal Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 80

Tabel 4.3 Kategori Rata-Rata Kemampuan Keterampilan Pengambilan Keputusan ... 80

Tabel 4.4 Sebelum dan Sesudah Perlakuan dalam Kelompok Eksperimen ... 82

Tabel 4.5 Sebelum dan Sesudah Perlakuan dalam Kelompok Kontrol ... 83

Tabel 4.6 Sesudah Perlakuan Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 85

Tabel 4.7 Peningkatan Keterampilan Pengambilan Keputusan Sebelum Dan Sesudah Perlakuan ... 87

Tabel 4.8 Kategori Rata-Rata Nilai Gain ... 87

Tabel 4.9 Perbandingan Keterampilan Pengambilan Keputusan Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 88

Tabel 4.10 Penilaian Proses Pembelajaran Melalui Observasi Di Kelas Eksperimen ... 92

Tabel 4.11 Penilaian Proses Pembelajaran Melalui Observasi Di Kelas Kontrol 96 Tabel 4.12 Perbandingan Nilai Rata-Rata Observasi Kelas Ekseperimen Dan Kelas Kontrol ... 97


(10)

Noffita Indah Furi, 2015

Penerapan Model Klarifikasi Nilai Tentang Konflik Sosial dalam Pembelajaran IPS Untuk

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Keterpaduan Cabang Ilmu Pengetahuan Sosial ... 18 Bagan 2.2 Langkah-langkah Pembelajaran Pengambilan Keputusan ... 57 Bagan 2.3 Kerangka Pemikiran ... 64


(11)

Noffita Indah Furi, 2015

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 ... Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Lampiran 2 ... Lembar Kerja Siswa

Lampiran 3 ... Lembar Penilaian Unjuk Kerja Lampiran 4 ... Lembar Observasi Pembelajaran Lampiran 5 ... Pedoman Wawancara Guru IPS

Lampiran 6 ... Kuisioner Pembelajaran Model Klarifikasi Nilai Lampiran 7 ... Hasil Prosentase Kuisioner Pembelajaran IPS Lampiran 8 ... Instrumen Keterampilan Pengambilan Keputusan Lampiran 9 ... Hasil Uji Reliabilitas Soal Instrumen

Lampiran 10 ... Hasil Uji Normalitas Dan Homogenitas Lampiran 11 ... Hasil Tes Instrumen Kelas Kontrol Lampiran 12 ... Hasil Tes Instrumen Kelas Eksperimen Lampiran 13 ... Hasil Analisis Data

Lampiran 14 ... Dokumentasi Saat Penelitian

Lampiran 15 ... Surat Keputusan dan Izin Penelitian Lampiran 16 ... Hasil Penelitian dan Kesimpulan


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu pengetahuan menjadi pilar utama dalam setiap aspek kehidupan dimana ilmu pengetahuan memberikan pengaruh yang besar terhadap kemajuan teknologi dan perkembangan pendidikan. Pendidikan merupakan hal terpenting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dengan demikian maka sudah semestinya pendidikan menjadi hal utama dalam membangun bangsa. Lembaga pendidikan formal memegang peran penting dalam membentuk sumberdaya manusia yang memiliki daya saing dengan negara-negara lain serta membekali manusia dengan ahlaq mulia sesuai dengan amanat UU No 20 tahun 2003 tentang sisdiknas menyatakan “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”. Agar tercapainya tujuan pendidikan di atas harus diimplementasikan dalam pembelajaran, yang salah satunya melalui pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang pada dasarnya merupakan mata pelajaran yang bersumber dari kehidupan sosial masyarakat yang diseleksi dengan menggunakan konsep. Keadaan sosial masyarakat selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Dinamika perubahan serta dinamisasi kemajuan di berbagai bidang kehidupan, harus mampu dipotret dan diperhatikan oleh lembaga pendidikan yang kemudian menjadi bahan materi pembelajaran IPS, oleh karena itu kegiatan pembelajaran IPS tidak lepas dari konteksnya dan harus mampu merespon kebutuhan siswa dalam menjawab tantangan kemajuan dan perubahan itu sendiri.

Mata pelajaran IPS membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Yakni lingkungan masyarakat dimana siswa tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat. Siswa selalu dihadapkan pada


(13)

2 berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya. Pendidikan IPS berusaha membantu siswa dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi sehingga akan menjadikannya semakin mengerti dan memahami lingkungan sosial masyarakatnya, hal ini sejalan dengan salah satu tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mengembangkan kemampuan siswa menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan setiap persoalan yang dihadapinya. Pendidikan IPS perlu diarahkan pada tradisi reflective inquiry, (Barr, Barth, dan Shermis, 1978, hlm. 17-18) yang memandang bahwa IPS lebih memfokuskan kajiannya kepada pengembangan kemampuan siswa dalam pembuatan dan pengambilan keputusan, dan untuk memecahkan permasalahan sosial sebagai bagian dari tanggung jawabnya sebagai anggota masyarakat. IPS sebagai inkuiri reflektif, mengembangkan kemampuan siswa berpikir kritis, logis, dan ilmiah, mengembangkan inkuiri, mengembangkan kemampuan melakukan investigasi sosial, kemampuan mengambil keputusan dan memecahkan permasalahan.

Pendidikan IPS merupakan mata pelajaran yang diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, dan keterampilan siswa yang dibutuhkan untuk mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang baik dalam masyarakat yang demokratis, bertanggungjawab, dan berpartisipasi secara aktif dalam lingkungan masyarakatnya baik itu dalam konteks lokal, nasional, maupun global. IPS juga ditujukan untuk mengembangkan sikap kritis dan analitis dalam mengkaji kondisi manusia, memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, serta memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. (Banks, 1997, hlm. 3; Jarolimek, 1993, hlm. 4; NCSS, 1989, hlm. 6; Depdiknas, 2006, hlm. 41).

Dalam konteks tersebut IPS merupakan pembelajaran tentang kehidupan masyarakat sehari-hari dengan segala dinamika dan permasalahannya. Kajian terhadap masyarakat sebagai laboratorium IPS dilakukan untuk mendekatkan dan melibatkan siswa dengan masalah-masalah sosial dalam masyarakatnya, bagaimana menganalisis dan memberikan solusi atas segala permasalahan dalam masyarakat. Hal ini juga untuk melatih kepekaan dan respon siswa terhadap berbagai persoalan dalam masyarakat. Dengan pemebalajaran seperti ini akan


(14)

3 menjadikan Pendidikan IPS lebih menantang karena menuntut pembelajaran yang aktif, berpikir kiritis, mandiri, partisipatif, dan menjadikan siswa mengambil keputusan dalam berbagai persoalan dalam masyarakat. Berdasarkan hal tersebut dalam pembelajaran IPS, perlu dikembangkan model-model pembelajaran yang mampu mengasah kepekaan siswa untuk memiliki keterampilan solusi dan pengambilan keputusan dalam memecahkan berbagai permasalahan sosial.

Dalam dunia pendidikan terdapat beberapa pandangan tentang paham pembelajaran seperti salah satunya adalah konstruktivisme. Pandangan konstruktivisme tentang pembelajaran mengemukakan bahwa pengetahuan dibangun anak dan berhubungan dengan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya. Belajar menurut pandangan konstruktivisme berpusat pada siswa. Siswa aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Menurut Fosnot, bahwa pengetahunan bukanlah ”sesuatu yang sudah ada” dan tinggal mengambilnya, tetapi merupakan suatu bentukan terus-menerus dari orang yang belajar dengan setiap kali mengadakan reorganisasi karena adanya pemahaman baru (Fosnot dalam Adisusilo, 2011, hlm. 161).

Kaum konstruktivisme berpendapat bahwa pengetahuan bukan suatu yang sudah jadi, tetapi merupakan proses menjadi. Suparno (1997, hlm. 18) mengatakan bahwa pengetahuan merupakan suatu proses menjadi tahu, yang di bangun melalui pengalaman dan interaksi yang bermakna antara siswa dengan guru, bahan ajar, siswa lain dan lingkungan. Pandangan konstruktivisme dapat dijadikan salah satu alternatif dalam pembelajaran nilai-nilai moral. Melalui pembelajaran yang bersifat konstuktif pendidik dapat memindahkan konsep, ide, nilai, moral, norma, keterampilan dan pengertian kepada peserta didik yang diinterprestasikan dan dibentuk oleh peserta didik itu sendiri. Kukla dalam Adisusilo (2011, hlm. 162) mengatakan bahwa pengetahuan itu berupa konsep, norma, nilai, moral yang dibentuk dengan akal budi dengan mengabstraksikan fakta-fakta, pengalaman, dan kenyataan yang ada di sekitar manusia.

Dalam proses pembentukan pengetahuan tersebut menurut Glasersfled (dalam Suparno, 1997, hlm. 19) bahwa diperlukan beberapa kemampuan sebagai berikut: (1) Kemampuan kembali mengingat pengalaman. (2) kemampuan membandingkan, mengambil keputusan rasional dan (3) kemampuan untuk lebih


(15)

4 menyukai pengalaman yang satu daripada yang lain.

Dalam kondisi faktual di lapangan, implementasi IPS dalam pembelajaran belum sepenuhnya dilakukan bagaimana siswa mampu menyelesaikan berbagai permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan siswa dalam proses pengambilan keputusan masih kurang terlatih dan tidak tampak, pembelajaran yang didominasi struktur kognitif, kurang menerapkan model pembelajaran yang relevan untuk pengembangan keterampilan memecahkan masalah dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

Kemampuan siswa dalam mengambil dan menentukan keputusan perlu diperkuat dengan menggunakan model-model pembelajaran yang relevan dengan pengembangan keterampilan pembuatan keputusan. Banks (1977, hlm. 34) mengatakan bahwa:

Siswa perlu dibekali dengan pendidikan agar kelak mampu mengambil keputusan yang rasional dan melahirkan tidakan-tindakan dalam menghadapi berbagai masalah dalam masyarakat. Kemampuan seseorang dalam pengambilan keputusan tidaklah muncul dengan sendirinya, pengambilan keputusan adalah suatu keterampilan yang harus dibina dan dilatihkan. Apabila seseorang selalu membina kemampuan dalam membuat keputusan maka orang tersebut akan memiliki kemampuan bertindak secara kritis dan cerdas.

Berdasarkan pendapat tersebut keterampilan pengambilan keputusan (decision making) dapat menuntut kemampuan profesional guru untuk mengimplementasikan model pembelajaran yang relevan dengan pengembangan keterampilan pengambilan keputusan serta dapat dilatih dan dikembangkan pada siswa dalam proses pembelajaran, sehingga siswa pada akhirnya memiliki pengetahuan dan pemahaman terhadap hakikat suatu permasalahan dan berkontribusi secara produktif bagi penyelesaian masalah dalam lingkungan sosialnya. Dalam konteks pembelajaran IPS di lapangan, implementasi pembelajaran pengambilan keputusan (decision making) menjadi salah satu kajian utama dalam rangka menyiapkan siswa untuk mempunyai keterampilan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari melalui berbagai macam isu-isu dan permasalahan sosial. Meningkatkan keterampilan siswa dalam pengambilan keputusan menjadi hal yang harus dikembangkan guru secara terus-menerus terutama dalam pembelajaran IPS, agar kepekaan siswa tehadap masalah


(16)

5 dan alternatif pemecahan menjadi semakin terasah. Pembelajaran dengan pengambilan keputusan perlu dihadirkan isu-isu atau fenomena sosial, sebagaimana yang dinyatakan oleh Sapriya (2009, hlm. 152) sebagai berikut.

Pengambilan keputusan (decision making) adalah kemampuan berfikir tentang alternatif pilihan-pilihan yang tersedia, menimbang fakta dan bukti yang ada, mempertimbangkan tentang nilai pribadi dalam masyarakat. Kondisi dikala seseorang berada pada pilihan sehingga akan muncul berbagai alternatif jawaban dan pertimbangan atas pemilihan jawaban tersebut ada pilihan yang tepat dan ada pilihan yang tidak tepat. Dalam proses pemebelajaran pengambilan keputusan dalam mata pelajaran IPS atas fenomena-fenomena sosial yang dihadapkan pada siswa merupakan satu model keterampilan dalam penentuan pilihan.

Pembelajaran IPS mempunyai peran yang sangat menentukan terbentuk siswa mempunyai keterampilan pengambilan keputusan (decision making), seperti di ungkapkan oleh Woolover (1987, hlm, 29) bahwa “ Decision making is the heart of social studies education, clearly stated the view that decision making, which includes the use of scientific knowledge as well as an examination of personal value, should be the primary goal for social studies education”.

Salah satu model yang dikembangkan dalam pembelajaran IPS adalah model klarifikasi nilai yang diharapkan agar siswa mampu mengambil peranan dalam berkontribusi terhadap isu-isu sosial dalam lingkungan dimana siswa tinggal. Model ini menekankan untuk membantu siswa mengklarifikasi nilai, mendefinisikan sendiri nilai dari mereka dan memahami nilai diri orang lain. Djahiri (1996, hlm. 63) menyatakan sebagai berikut.

Model pembelajaran klarifikasi nilai bertujuan untuk membantu mendapatkan kesadaran tentang nilai-nilai. yang mampu mengundang, melibatkan atau menggetarkan, melakonkan serta membina, meningkatkan dan mengembangkan potensi afektual peserta didik serta mengintegrasikan dengan potensi kognitif dan psikomotorik maupun potensi eksternal lainnya Dengan potensi yang akan terbentuk melalui pembelajaran klarifikasi nilai siswa diharapkan akan memilih berbagai alternatif untuk mencapai pengambilan keputusan yang akan di realisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini ditegaskan oleh Hakam (2009, hlm.1) bahwa model klarifikasi nilai adalah :

Pembelajaran pendidikan nilai yang memadukan antara keunggulan nalar (reasoning), yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilihdari berbagai alternatif dengan melihat konsekuensi-konsekuensi yang munkin muncul, dengan keunggulan rasa (afeksi), yaitu memberikan kesempatan


(17)

6 kepada siswa untuk menghargai pilihannya dengan bangga dan tentu tidak merasa malu menyatakan pilihan nilai tersebut kepada publik, serta dengan keunggulan perilaku (acting), yaitu memberi kesempatan memberikan sesuatu atas pilihan yang membanggakan tersebut secara konsisten dari waktu ke waktu.

Model klarifikasi nilai diharapkan mampu membelajarkan dunia afektif kepada siswa sekaligus menanamkan pesan nilai, moral, jiwa dan semangat yang tersirat dan tersurat dalam suatu kajian pelajaran. Dalam hal ini peserta didik diharapkan dapat memilah dan memilih berbagai banyak alternatif untuk membuat suatu keputusan tentang persoalan atau konflik sosial yang berada di lingkungan masyarakat.

Masyarakat Indonesia memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetap satu jua, dengan semboyan itu menandakan bahwa Indonesia merupakan sebuah Negara yang memiliki keanekaragaman manusia. Indonesia memiliki banyak suku yang memiliki kebudayaan masing-masing, dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika tersebut di harapkan Indonesia dapat hidup rukun dalam perbedaan yang ada di Indonesia, karena setiap suku yang memiliki sebuah kebudayaan atau adat istiadat yang berbeda, setiap suku yang memiliki sebuah kebiasaan tersendiri dalam kelompoknya.

Keberagaman dengan segala pernak pernik adat dan budaya tersebut sesungguhnya akan menadi suatu kekuatan besar bila mampu disinergikan dan diarahkan menjadi modal untuk Pembangunan Nasional. Namun jika keanekaragaman dan perbedaan itu tidak dapat dikelola dengan baik, maka dapat menjadi potensi yang memicu terjadinya konflik budaya dan konfllik sosial yang pada akhirnya akan mengancam terjadinya disintegrasi pada bangsa Indonesia.

Menurut Gillin dalam Maftuh (2008, hlm.23) menerangkan bahwa “Konflik adalah bagian dari proses interaksi sosial manusia yang saling berlawanan (oppositional process), yang berarti konflik merupakan bagian dari sebuah proses interaksi sosial yang terjadi karena adanya perbedaan-perbedaan fisik, emosi, kebudayaan, dan perilaku”. Konflik merupakan suatu proses interaksi sosial manusia untuk mencapai tujuan hidupnya dan pasti akan terjadi ditengah-tengah masyarakat yang dinamis. Konflik akan terjadi ketika dua individu mempunyai kepentingan, keinginan, pendapat, kebudayaan dan lain-lain yang


(18)

7 berbeda dan kehilangan keharmonisan diantara mereka. Suasana Indonesia pasca Orde Baru banyak menyuguhkan nuansa perpecahan/konflik yang dilatarbelakangi oleh isu-isu SARA. Fenomena menguatnya kesukuan/etnik berakibat melonggarkan ikatan batin sebagai satu bangsa sehingga yang muncul kemudian adalah solidaritas kesukuan dan kelompok yang tidak jarang menimbulkan perpecahan dan persaingan pada setiap lapisan sosial masyarakat yang mengancam Integritas Nasional.

Kenyataan menunjukkan bahwa Lampung merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang sering mengalami berbagai konflik sosial dalam masyarakat. Propinsi Lampung mayoritas penduduknya adalah pendatang, mulai dari Jawa, Bali, Sunda, Batak dan lain sebagainya. Hal ini menjadikan Propinsi Lampung penduduk pribumi Propinsi Lampung menjadi minoritas. Dengan kondisi demikian, Lampung menjadi propinsi yang sangat rentan dengan konflik, terutama antara penduduk pribumi dengan penduduk pendatang yang sering kali terjadi selama ini, seperti kasus Balinuraga dan Agom yang terjadi di Lampung Selatan. Perseteruan antara suku pribumi dan etnis pendatang banyak menimbulkan pertumpahan darah yang semestinya tidak perlu terjadi. Di kabupaten lain, tepatnya di Kabupaten Lampung Tengah konflik antarsuku juga terjadi yakni suku Jawa dan pribumi harus bersitegang hingga beberapa rumah menjadi korban pembakaran massa. Kasus pembakaran rumah juga pernah terjadi di Lampung Timur tepatnya di Kecamatan Jepara.

Tabel 1.1 Data Peristiwa Konflik Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2012-2013

No Pihak Berkonflik Alasan Konflik Tanggal

Peristiwa

1.  Penganut aliran Ahmadiyah yg dipimpin oleh warga Kp Tanjung Pandan Kec Bangun Rejo

 Masyarakat Kp Tanjung Pandan Kec Bangun Rejo

Masuknya aliran Ahmadiyah mulai masuk ke Kp Tanjung Pandan Kec Bangun Rejo

Februari 2012

2  Masyarakat Kampung Tanjung ratu ilir Kec. Way pengubuan

 Masyarakat Kampung Purnama tunggal Kec. Way pengubuan

Permasalahan tapal batas antara kedua kampung.

19 Mei - 23 Mei 2012


(19)

8 3  Warga Kampung Gedung harta

Kec. Selagai linggai

 Eks PT. ARYA PELANGI

Masyarakat tidak puas dengan bagi hasil tanam oleh perusahaan.

10 Juli 2012

4  Warga Kampung Kesumadadi Kec. Bekri

 Warga Kampung Buyut Udik dan Kp Buyut Ilir Kec. Gunung sugih

Tewasnya warga Kp Buyut Udik Kec. Gunung Sugih, yg dihakimi warga Kampung Udik karena mencuri motor.

19 Oktober – 08 November

20012

5.  Masyarakat Kampung Tanjung ratu Kec. Way pengubuan

 Masyarakat Kampung Nambah dadi Kec. Terbanggi besar

Tewasnya warga Kp. Tanjung ratu Kec. Way pengubuan yg dihakimi massa hingga meninggal oleh warga Kp. Nambah dadi Kec. Terbanggi besar

25 Desember – 30 desember

2012

6.  Massa pendukung calon Kakam Kp Gunung Agung Kec Terusan Nunyai

 Massa Pendukung Calon Kakam Incumbent Kakam Gunung Agung Kec Terusan Nunyai

Adanya kecurangan perhitungan suara yang dilakukan Oleh Calon Kakam incumbent

05 Februari – 08 Juli

2013.

7 Masyarakat 3 (Tiga) Kampung (Kp Bumi Aji, Kp Negara Aji Tua dan Kp Negara Aji Baru) Kec. Anak Tuha

PT BSA (Budi Sentosa Abadi) Kec. Anak Tuha

Masyarakat 3 Kampung bertanya keabsahan

perpanjangan HGU 2006-2009tahun tanpa sepengatahuan masyarakat

12 April 05 Mei 2013

8  Masyarakat Kampung Tanjung ratu ilir Kec. Way pengubuan

 Masyarakat Kampung Purnama tunggal Kec. Way pengubuan

Permasalahan tapal batas Kp Tanjung ratu ilir dengan Kp. Purnama tunggal Kec Way pengubuan dan sengketa lahan

19 Mei – 22 Mei 2013

9.  Ormas Keluarga Besar Tentara Masyarakat (Warga Transmigrasi)

 Warga Pribumi Kp. Sukajaya Kec. Anak ratu aji

Perusakan rumah yang dilakukan oleh warga pribumi terhadap warga transmigrasi karena tidak suka dengan dibentuknya ormas.

28 Mei 2013


(20)

9 10  Masyarakat Kamp. Banjar rejo

Kec Way Pengubuan

 Masyarakat Kamp. Banjar ratu Kec Way Pengubuan

Terjadi penutupan

jalan umum

penghubung Kp. Banjar rejo dgn Kp. Banjar ratu yg dilakukan oleh wrg Kp. Banjar ratu

08 Juli – 16 Juli 2013

Sumber : Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah Resort Lampung Tengah Data pada tebel diatas menunjukkan bahwa di Kabupaten Lampung Tengah sangatlah sering terjadi konflik baik itu konflik antara etnis, antara pendatang dan pribumi bahkan konflik antara masyarakat dengan perusahaan. Terjadinya konflik tersebut tentu saja banyak menimbulkan kerugian akibat kerusakan berbagai sarana prasarana daerah serta ketidaknyaman dirasakan oleh para penduduk yang berada di sekitar daerah terjadinya konflik. Dari berbagai kasus yang terjadi di Kabupaten Lampung Tengah tak heran jika Lampung menjadi salah satu propinsi yang rawan akan konflik.

Dalam Masyarakat yang plural sebagai realitas yang terjadi di Provinsi Lampung khususnya Kabupaten Lampung Tengah, konflik yang terjadi dalam masyarakat dapat menjadi konflik yang terbuka yang akan memicu keterlibatan berbagai pihak dalam konteks yang lebih luas dalam menyikapi konflik tersebut. Sehingga berdampak dalam berbagai hal, sehingga konflik akan melebar dalam skala yang lebih kompleks. Pada faktanya konflik terbuka muncul secara massif sehingga masyarakat tidak mampu menyelesaikan konflik tersebut kepada akar pemicu permsalahannya.

Melalui pendidikan dalam berbagai jenjang diharapkan dapat mengarahkan pembelajaran untuk mengatasi berbagai konflik yang terjadi dalam masyarakat. Siswa harus dibekali dengan pendidikan dan pembelajaran yang mampu memperbaiki kualitas kehidupan sosial dalam masyarakat yang akan datang, mengurangi konflik etnis dan sosial, dan mampu mengelola berbagai permasalahan sosial dalam masyarakat. Pembelajaran harus mampu menghadirkan potret nyata permasalahan dalam masyarakat, agar siswa memahami realitas yang terjadi pada masyarakat, memetik hikmah dan pengalaman yang dapat dijadikan pembelajaran untuk mencari solusi terbaik atas berbagai permasalahan tersebut.


(21)

10 SMP Negeri 1 Tebanggi Besar adalah salah satu SMP yang ada di Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung, dengan komposisi siswa yang bersekolah di SMP tersebut berasal dari berbagai suku dan agama yang berbeda. Potret multikultur sangat tampak dalam kehidupan di sekolah sebagai gambaran dari masyarakat yang heterogen. Dengan seringnya terjadi kejadian luar biasa seperti konflik antar suku yang ada di Lampung Tengah maka berdasarkan latar belakang di atas perlu adanya peningkatan keterampilan pengambilan keputusan bagi siswa dalam menyikapi konflik sosial yang terjadi. Untuk meningkatkan kemampuan keterampilan pengambilan keputusan banyak hal yang bisa dilakukan diantaranya melalui pembelajaran dengan menggunakan model klarifikasi nilai (values clarivication). Dengan harapan siswa dapat nilai yang akan mereka ambil dan tindakan apa yang akan mereka lakukan untuk menghadapi nilai-nilai orang lain sehingga siswa dapat memiliki sikap-sikap yang lebih rasional dalam kehidupan bermasyarakat.

Oleh sebab itu dibutuhkan konsep pendidikan dan pembelajaran yang dapat mengintergasikan muatan-muatan pengambilan keputusan dan berwawasan kedepan yang tidak hanya mampu membangkitkan kesadaran dan rasa tanggung jawab tetapi juga memberikan pengetahuan, kemampuan, dan partisipasi dalam bentuk nyata kepada seseorang (siswa) untuk dapat memperbaiki kondisi lingkungan lokal yang berdampak global secara berkesinambungan, yang bisa dilakukan dalam skala lokal, nasional, dan akhirnya global sebagai bagian dari tanggungjawab untuk masa depan bersama.

Melaui model pembelajaran klarifikasi nilai dengan memperhatikan konflik sosial dalam masyaarkat yang di integrasikan dalam tema pembelajaran, penulis ingin melihat bagaimana siswa dapat melakukan proses inkuiri menemukan berbagai permasalahan dalam masyarakat, kemudian membuat pilihan-pilihan dalam membuat keputusan untuk solusi permasalahan tersebut. Dengan permasalahan tersebut siswa dilatih dan dikembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi untuk berkontribusi menyelesaikan berbagai permasalahan dalam konteks nyata di masyarakat atau lingkungan sekitar siswa dengan membuat dan menentukan keputusan yang dipertimbangkan dengan berbagai alternatif pemikiran yang dapat memberikan solusi terbaik dalam kehidupan bermasyarakat.


(22)

11

B. Identifikasi Masalah

Penanaman nilai-nilai dalam usaha untuk membentuk karakter dan konsep diri siswa merupakan hal yang sangat penting dalam mengembangkan potensi siswa secara keseluruhan. Kondisi di lapangan model pembelajaran klarifikasi nilai masih sangat jarang digunakan oleh guru dalam pembelajaran. Selama ini pembelajaran masih ditekankan pada penguasaan konsep-konsep yang berkenaan dengan kemampuan kognitif siswa, dengan seperangkat pengetahuan, fakta-fakta, informasi, dan lain-lain yang berkenaan dengan materi pembelajaran.

Secara khusus identifikasi permasalahan yang berhubungan dengan keterampilan pengambilan keputusan (decision making) dan implementasi model klarifikasi nilai tentang masalah konflik sosial adalah sebagai berikut.

1. Siswa belum memiliki keterampilan yang cukup dalam menganalisis suatu permasalahan, penyebab, dan solusi yang kemudian menjadi pertimbangan untuk menentukan dan mengambil keputusan atas suatu permasalahan yang terjadi dalam lingkungan kehidupan masyarakat sehari-hari.

2. Keterampilan pengambilan keputusan (decision making) belum dikembangkan oleh guru dalam konteks pembelajaran di kelas, sehingga keterampilan pengambilan keputusan kurang tergali secara optimal.

3. Dalam implementasi pembelajaran di kelas, guru pada umumnya belum mengembangkan model-model pembelajaran IPS, pendekatan, dan strategi yang relevan untuk mengembangkan keterampilan pengambilan keputusan (decision making skill). Selain itu kurangnya keterampilan guru dalam mengembangkan dan mengimplementasikan model-model pembelajaran untuk mendukung peningkatan keterampilan pengambilan keputusan (decision making) siswa.

4. Dalam konteks Propinsi Lampung, masalah-masalah sosial yang menimbulkan konflik dan ekses negatif lainnya sering kali terjadi baik dalam skala besar atau pun kecil. Konflik etnis antara penduduk pribumi dengan pendatang, masalah-masalah sosial yang memicu konflik, konflik buruh dengan pengusaha, dan lain-lain beberapa kali terjadi dalam masyarakat. Dengan fenomena tersebut, siswa perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola konflik-konflik sosial dengan mengambil keputusan yang tepat melalui


(23)

12 berbagai pertimbangan dari berbagai aspek, sehingga keputusan yang dihasilkan merupakan hal yang terbaik dalam ikut serta memecahkan permasalahan di sekitar lingkungan siswa.

5. Karakteristik IPS adalah pembelajaran tentang masyarakat dengan segala dimensinya. Untuk itu inkuiri diperlukan untuk mengkaji berbagai hal dalam kehidupan masyarakat untuk dieksplorasi dalam kegiatan pembelajaran IPS. Hal inilah yang menjadi jantung IPS itu sendiri, dengan belajar secara langsung dalam masyarakat.Selama ini masalah-masalah sosial belum begitu banyak dijadikan sumber dan media dalam pembelajaran IPS. Konflik dan permasalahan sosial dalam masyarakat belum diekplorasi secara optimal oleh guru dalam pembelajaran di kelas, sehingga siswa kurang memahami realitas sosialnya, bahkan menjadi pribadi yang apatis dengan lingkungannya yang menganggap bahwa persoalan tersebut bukan menjadi tanggungjawab yang harus diselesaikan bersama.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di muka, maka dalam penelitian dirumuskan permasalahan sebagai berikut.

“Apakah penerapan model klarifikasi nilai tentang konflik sosial dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan keterampilan pengambilan keputusan (decision making) siswa kelas VII SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung?”. Rumusan masalah tersebut dijabarkan menjadi pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan keterampilan pengambilan keputusan (decision making) siswa pada kelas eksperimen sebelum dan sesudah implementasi model klarifikasi nilai pada siswa kelas VII SMP Negeri 1Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung?

2. Apakah ada perbedaan keterampilan pengambilan keputusan (decision making) siswa pada kelas kontrol sebelum dan sesudah dengan model pembelajaran langsung (direct instruction) pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung?


(24)

13 3. Apakah ada perbedaan keterampilan pengambilan keputusan (decision

making) siswa antara implementasi model klarifikasi nilai tentang masalah konflik sosial dengan model pembelajaran langsung (direct instruction) pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung?

4. Bagaimanakah keunggulan dan kelemahan proses pembelajaran IPS yang mengimplementasikan model klarifikasi nilai dalam meningkatkan keterampilan pengambilan keputusan siswa.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang komprehensif tentang penerapan model klarifikasi nilai tentang masalah konflik sosial untuk meningkatkan keterampilan pengambilan kepu tusan siswa. Selanjutnya tujuan umum tersebut dirinci menjadi tujuan khusus sebagai berikut.

1. Menganalisis perbedaan keterampilan pengambilan keputusan (decision making) pada kelas eksperimen sebelum dan sesudah implementasi model klarifikasi nilai tentang masalah konflik sosial pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung. 2. Menganalisis perbedaan keterampilan` pengambilan (decision making)

keputusan siswa pada kelas kontrol sebelum dan sesudah implementasi model pembelajaran langsung (direct instruction) tentang masalah konflik sosial pada siswa kelas VII SMP Negeri 1Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung.

3. Menganalisis perbedaan keterampilan pengambilan keputusan (decision making) siswa antara implementasi model klarifikasi nilai tentang masalah konflik sosial dengan model pembelajaran langsung (direct instruction) pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung.

4. Mendeskripsikan dan menganalisis keunggulan dan kelemahan proses pembelajaran IPS yang mengimplementasikan model klarifikasi nilai dalam meningkatkan keterampilan pengambilan keputusan siswa.


(25)

14

E. Manfaat Penelitian

Penelitian tentang penerapan model klarifikasi nilai tentang masalah konflik sosial untuk meningkatkan keterampilan pengambilan keputusan (decision making) siswa diharapkan dapat memberikan kontribusi baik itu dalam tataran teoritis maupun praktis. Manfaat penelitian dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk kajian tentang penerapan model klarifikasi nilai tentang masalah konflik sosial untuk meningkatkan keterampilan pengambilan keputusan (decision making) siswa. Memberikan sumbangan pemikiran untuk kajian model-model pembelajaran inovatif yang mampu mengembangkan keterampilan pengambilan keputusan (decision making) siswa dalam perspektif kajian ilmu pengetahuan. Selain itu secara teoritis, dapat memberikan gambaran tentang kajian konflik, keterampilan pengambilan keputusan (decision making) dan model pembelajaran klarifikasi nilai bagi peneliti selanjutnya untuk mengkaji hal tersebut dalam perspektif atau kajian yang berbeda.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis bagi siswa, penelitian ini bermanfaat untuk membentuk dan mengembangkan keterampilan pengambilan keputusan (decision making) siswa melalui program pembelajaran yang melatih siswa dalam menganalisis suatu permasalahan, penyebab, dan solusi yang kemudian menjadi pertimbangan untuk menentukan dan mengambil keputusan atas suatu permasalahan yang terjadi dalam lingkungan kehidupan masyarakat sehari-hari. Selain itu dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mengasah kepekaan dan kepedulian terhadap kondisi masyarakatnya, dan kemudian berpartisipasi secara aktif dalam menyelesaikan masalah-masalah sosial dalam masyarakat sesuai dengan kontribusi dan kapasitasnya masing-masing baik dalam kehidupan sekarang maupun di masa yang akan datang.

Bagi guru, manfaat penelitian ini adalah meningkatkan keterampilan dalam mengembangkan model-model pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan pengambilan keputusan (decision making). Mengasah kreativitas


(26)

15 guru dalam memanfaatkan lingkungan masyarakat, dinamika dan perkembangan masyarakat, permasalahan sosial dalam masyarakat sebagai sumber dan media pembelajaran IPS. Mengolah dan mengorganisasi hal tersebut dan menghadirkannya dalam konteks pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan hasil pembelajaran yang bermuara pada peningkatan keterampilanpengambilan keputusan (decision making) siswa.

Bagi kepala sekolah, penelitian ini bermanfaat untuk mengambil kebijakan dalam peningkatan akademik yang lebih meningkatkan penguasaan siswa atas seperangkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan akan nilai-nilai yang sesuai dengan tuntutan perkembangan masyarakat. Berperan dalam membentuk siswa untuk menjadi pribadi yang mampu merespon secara aktif untuk mengatasi masalah-masalah sosial yang menimbulkan konflik dan ekses negatif lainnya. Selain itu dapat mengambil kebijakan meningkatkan keterampilan guru dalam mengembangkan model-model pembelajaran inovatif dengan memberikan pendidikan dan pelatihan kurikulum dan pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan peningkatan keterampilanpengambilan keputusan (decision making) siswa.

Bagi dinas pendidikan Propinsi Lampung, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai informasi dan bahan dalam mengimplementasikan secara lebih luas model pembelajaran yang mampu meningkatkan keterampilan pengambilan keputusan (decision making) siswa. Hal ini dilakukan dengan tujuan mampu menyelesaikan berbagai konflik sosial dalam masyarakat Lampung yang seringkali terjadi dengan mengambil keputusan yang tepat melalui berbagai pertimbangan dari berbagai aspek, sehingga keputusan yang dihasilkan merupakan hal yang terbaik dalam ikut serta memecahkan permasalahan di sekitar lingkungan siswa. Dalam jangka panjang dapat membentuk dan menumbuhkan generasi yang mampu mengelola konflik dan permasalahan sosial lainnya

F. Sistematika Penulisan

Guna mengarahkan penelitian PENERAPAN MODEL KLARIFIKASI NILAI TENTANG MASALAH KONFLIK SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN


(27)

16 menjadi rangkaian tulisan yang berurutan, maka penelitian ini direncanakan menjadi lima bab. Tiap-tiap bab menjabarkan penjelasan. Bagian dari bab tersebut antara lain:

Bab pertama, merupakan pendahuluan yang meliputi: latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab kedua, beirisikan tentang kajian pustaka dan mengungkapkan beberapa hal seperti: Kajian teoritis, penelitian terdahulu, dan hipotesis penelitian. Secara khusus kajian teoritis yang dituliskan antara lain: hakikat Pendidikan IPS, pembelajaran klarifikasi nilai, konfil sosial, keterampilan pengambilan keputusan, kerangka pemikiran dan hipotesis.

Bab ketiga, adalah kajian metodologi penelitian. bab ini berisikan tentang: rancangan penelitian, lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian yang digunakan, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, hingga analisis data.

Bab keempat, ialah hasil penelitian dan pembahasan. Pada bab ini menjebarkan secara detail bagaimana pengolahan ataun analisis data untuk hasil temuan berkaitan dengan masalah penelitian yang diambil. Pembahasan dan hasil temua kemudian menjadi sorotan untuk mengemukakan fenomena yang muncul saat penelitian berlangsung.

Bab kelima, merupakan rangkaian akhir dalam pembahasan penelitian ini yang berisikan kesimpulan dari pokok bahasan sesuai dengan rumusan dan batasan masalah. Di samping kesimpulan tahapan akhir juga menyajikan saran bagi pembaca, sehingga diharapkan nantinya penelitian ini bisa memberikan kontribusi bagi peserta didik bagi guru dan masyarakat.


(28)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Alasan menggunakan pendekatan kuantitatif karena dalam penelitian ini membandingkan keterampilan pengambilan keputusan (decision making) siswa antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan implementasi model klarifikasi nilai dalam kelompok eskperimen dan model pembelajaran langsung (direct instruction) pada kelompok kontrol, yang kemudian perbandingan keduanya akan diuji dengan menggunakan statistik yaitu Uji-T.

Metode penelitian ini menggunakan eksprimen semu (quasi expriment). Alasan menggunakan rancangan ini karena kontrol terhadap variabel tidak dapat dilakukan secara penuh. Dalam praktik eksprimen sejati yang dilakukan kontrol sedemikian ketat hanya dapat dilakukan di laboratorium. Praktik pendidikan pada siswa di ruangan kelas dalam interaksi antara manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan sekitar, pengaturan ketat sangat sulit dilakukan. Eksperimen dilakukan dengan implementasi secara khusus model pembelajaran klarifikasi nilai untuk meningkatkan keterampilan pengambilan keputusan (decision making) siswa.

Penggunaan metode eksprimen kuasi ini dilakukan dengan sasaran untuk mengetahui adanya:

1. Perbedaan keterampilan pengambilan keputusan (decision making) siswa sebelum dan sesudah implementasi model pembelajaran klarifikasi nilai tentang masalah konflik sosial.

2. Perbedaan keterampilan pengambilan keputusan (decision making) siswa sebelum dan sesudah implementasi model pembelajaran langsung (direct instruction) tentang masalah konflik sosial.

3. Perbedaan keterampilan pengambilan keputusan (decision making) siswa antara implementasi model klarifikasi nilai tentang masalah konflik sosial dengan model pembelajaran langsung (direct instruction).


(29)

67 Rancangan penelitian ini lebih banyak pada kegiatan eksperimen, mengobservasi, dan menganalisis data berdasarkan tujuan penelitian yang telah dirumuskan. Rancangan penelitiannya adalah:

1. Subjek penelitian diklasifikasikan dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sebagai kelompok kontrol dalam penelitian ini adalah siswa kelas kelas VII E dan VII G sebagai kelas eksperimen.

2. Kelompok eksperimen dan kontrol dalam penelitian ini diberikan perlakuan sebagai berikut:

a. Kelas eksperimen dengan pembelajaran menggunakan model klarifikasi nilai tentang masalah konflik sosial.

b. Kelompok kontrol dengan pembelajaran menggunakan model pembelajaran langsung (direct instruction) tentang masalah konflik sosial. 3. Sebelum pelaksanaan perlakuan (treatment), diberikan pre-test pada kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol.

4. Setelah pembelajaran selesai pada masing-masing kelompok, diberikan tes belajar untuk mengetahui keterampilan decision making.

5. Pada subjek dari kelompok-kelompok tersebut diukur dalam hal variabel terikatnya, yaitu keterampilan decision making. Skor diukur untuk membandingkan hasil atau keterampilan decision making.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Penentuan subjek penelitian merupakan langkah penting dalam suatu penelitian. Karena subjek yang ditentukan harus dipilih sesuai dengan masalah dan dengan kemampuan peneliti. Populasi merupakan seluruh penduduk atau orang-orang yang dijadikan subjek penelitian (Sugiyono, 2010, hlm 88). Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Tebanggi Besar adalah Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015. Jumlah populasi siswa kelas VII SMPN I Tebanggi Besar adalah Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung adalah 251 siswa yang terdiri dari 7 kelas, yaitu: VII A, VII B, VII C, VII D, VII E, VII F, VII G, dan VII H.


(30)

68 Alasan pemilihan SMP Negeri 1 Tebanggi Besar sebagai subjek penelitian adalah komposisi siswa yang bersekolah di SMP tersebut berasal dari berbagai suku dan agama yang berbeda. Potret multikultur sangat tampak dalam kehidupan di sekolah sebagai gambaran dari masyarakat yang heterogen. Selain itu subjek penelitian dipilih, karena peneliti adalah salah satu staf pengajar di sekolah tersebut. Berdasarkan kondisi tersebut, peneliti memahami latar belakang dan karakteristik siswa serta sekolah secara keseluruhan, sehingga penelitian menjadi lebih optimal baik dari segi pelaksanaan maupun dari aspek kemanfaatannya. Selain itu dapat diperoleh data yang lebih otentik dan memungkinkan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran secara terus-menerus untuk memperoleh hasil yang efektif dan optimal dalam proses dan hasil pembelajaran.

2. Sampel dan Metode Penentuan Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang dianggap mewakili dari populasi untuk dijadikan objek penelitian (Sugiyono, 2010, hlm. 101). Dalam penelitian ini metode penentuan sampel menggunakan teknik sampel Purposive Random Sampling (Sudjana, 2005, hlm. 168), sampel dalam penelitian ini terpilih kelas VII E sebagai kelas kontrol dan VII G sebagai kelas eksperimen.

C.Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nonequivalent Control Group Design dengan pola sebagai berikut.

Tabel 3.1 Desain Kuasi Eksperimen Nonequivalent Group Design

Kelas Pre-test Treatment Post-test

Eksperimen O1 X1 O2

Kontrol O1 X2 O2

Sumber: Sugiyono, 2012:79

Keterangan:

E O1 = pre-test (sebelum perlakuan) pada kelas eksperimen

E O2 = post-test (sesudah perlakuan) pada kelas eksperimen


(31)

69 K O2 = post-test pada kelas control

X1 = perlakuan pada kelas eksperimen

X2 = perlakuan pada kelas kontrol

D. Variabel dan Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini variabel yang diteliti adalah: (1) model klarifikasi nilai, (2) keterampilan decision making. Dalam penelitian ini model klarifikasi nilai adalah variabel perantara yaitu implementasi model dalam pembelajaran IPS. Variabel perantara menurut Tuckman (dalam Sugiyono, 2007, hlm. 61) variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur. Model Klarifikasi nilai merupakan salah satu model pembelajaran khususnya untuk pendidikan nilai moral afektif, yang mampu mengundang, melibatkan atau menggetarkan, melakonkan serta membina, meningkatkan dan mengembangkan potensi afektual peserta didik serta menginteraksikan dengan potensi kognitif dan psikomotorik maupun potensi eksternal lainnya (Djahiri, 1996, hlm. 63)

Variabel sasaran yakni keterampilan pengambilan keputusan (decision making) dikembangkan oleh Woolever & Scott (1998: 68-69) dalam implementasinya di pembelajaran IPS. Keterampilan pengambilan keputusan (decision making) ialah Keterampilan pengambilan keputusan merupakan salah satu keterampilan berpikir. Pengambilan keputusan merupakan bagian penting dalam siklus menginderai dan merespon. Keputusan merupakan sebuah pilihan yang kita ambil. Memutuskan merupakan proses berkomitmen pada tindakan tertentu. Memutuskan merupakan proses, bukan kejadian, dan proses dapat digunakan sebagai peluang untuk menemuka. Dalam keterampilan pengambilan keputusan ini, mengacu pada beberapa indikator, seperti: (1) problem awarnes, (2) problem definition yang meliputi: problems statement, scientific knowledge, value exploration, (3) developing alternatives, (4) evaluating alternatives, (5) social or personal action, dan (6) evaluating result.


(32)

70

Tabel 3.2 Indikator Variabel Keterampilan Decision Making

Variabel Sub Variabel Indikator Aspek Nilai Observasi Decision Making 1. Problem awarnes 2. Problem definition 3. Developing alternative 4. Evaluating alternatives

5. Social or personal action

6. Evaluating result.

1. Menganalis penyebab masalah dari berbagai faktor

2. Mengidentifikasi dampak dari masalah 3. Mengidentifikasi

alternatif keputusan untuk menyelesaikan masalah

4. Membuat keputusan untuk menyelesaikan masalah

5. Memberi alasan

pemilihan pengambilan keputusan

6. Memprediksi dampak dari tindakan

pengambilan keputusan dalam konteks nyata. 7. Memberikan penilaian

kelebihan dan kekurangan dari keputusan yang dihasilkan

1. Memotivasi siswa dalam pembelajaran

2. Respon dan keaktifan siswa dalam

pembelajaran

3. Kemampuan siswa dalam menggali masalah dan

mengklarifikasi nilai

4.Kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat

5.Kerjasama siswa

Sumber: Keterampilan decision making dikembangkan oleh Woolever & Scott (1998: 68-69)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen utama yaitu tes dengan jalan memberikan pertanyaan tertulis kepada siswa yang berhubungan dengan materi pembelajaran yaitu keterampilan pengambilan keputusan. Untuk mendapatkan data keterampilan pengambilan keputusan, instrumen tes dikembangkan dari variabel pengambilan keputusan yang


(33)

71 ditetapkan sesuai dengan kriteria atau indikator. Sumber data utama dalam instrumen penelitian adalah siswa secara objektif tanpa campur tangan peneliti.

Dalam instrumen penelitian berupa tes keterampilan pembuatan keputusan dikembangkan atas 28 pertanyaan yang didasarkan atas kriteria pengambilan keputusan, yaitu menganalis penyebab masalah dari berbagai faktor, mengidentifikasi dampak dari masalah, mengidentifikasi alternatif keputusan untuk menyelesaikan masalah, membuat keputusan untuk menyelesaikan masalah, memberi alasan pemilihan pengambilan keputusan, memprediksi dampak dari tindakan pengambilan keputusan dalam konteks nyata, dan memberikan penilaian kelebihan dan kekurangan dari keputusan yang dihasilkan. Instrumen penelitian dikembangan lebih lanjut yaitu dilakukan analisis uji instrumen dengan menguji validitas dan reliabilitas intrumen penelitian.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumulan data adalah suatu proses pengumpulan data atau keterangan yang berhubungan dengan penelitian, data yang dimaksud berupa data hasil penelitian, pencatatan, atau data yang telah siap untuk disajikan. Untuk memperoleh data maka dibutuhkan beberapa macam metode atau teknik pengumpulan data agar bukti-bukti atau fakta yang diperoleh berfungsi sebagai data yang objektif dan valid (Sugiyono, 2010, hlm.78).

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian antara lain:

1. Tes, merupakan teknik pengumpulkan data dengan jalan memberikan tes kepada responden sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Menurut Arikunto (2006, hlm. 85) menyatakan bahwa metode tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes semacam ini dinamakan tes prestasi atau achievement test, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu. Berbeda dengan jenis tes lainnya, tes prestasi diberikan sesudah orang yang dimaksud mempelajari hal-hal sesuai dengan yang akan diteskan. Dalam penelitian ini metode tes digunakan untuk


(34)

72 keterampilan pengambilan keputusna (decision making) siswa. Dengan dilengkapi kreteria penilaian dari skor terendah sampai skor tertinggi yaitu skor 1 sampai 5.

2. Observasi langsung yaitu kegiatan yang dilakukan oleh peneliti melakukan pengamatan untuk menghimpun data atau informasi baik secara langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode klarifikasi nilai tentang masalah konflik sosial. 3. Kuesioner yaitu suatu cara pengumpulan data dengan menggunakan angket

yang berisi daftar pertanyaan kepada responden dengan menggunakan rating skala, dengan lima alternatif jawaban. Data dari angket tersebut berupa skor yang berisi informasi mengenai tanggapan siswa mengenai kebermaknaan pembelajaran IPS dalam penerapan pembelajaran menggunakan model klarifikasi nilai tentang masalah sosial.

4. Wawancara, adalah metode pengumpulan data dengan melakukan wawancara langsung kepada guru IPS untuk mengetahui informasi bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunkan model klarifikasi nilai tentang masalah konflik sosial

G. Pengembangan Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian dalam penelitian ini dikembangkan untuk mengetahui dan menganalisis kompetensi keterampilan pengambilan keputusan peserta didik. Dalam pengembangan instrument lebih lanjut dilakukan analisis uji instrumen dengan menguji validitas dan reliabilitas intrumen penelitian.

1. Validitas

Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat mengukur apa yang ingin diukur. Jadi dapat dikatakan semakin tinggi validitas suatu alat ukur, maka alat ukur tersebut semakin mengenai sasarannya atau semakin menunujukkan apa yang seharusnya diukur. Suatu alat ukur dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila instrumen ukur tersebut dapat menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur sesuai dengan makna dan tujuan pengukuran tersebut. Jika peneliti menggunakan kuesioner dalam pengumpulan


(35)

73 data penelitian, maka butir-butir yang disusun pada kuesioner tersebut merupakan alat ukur yang harus mengukur apa yang menjadi tujuan penelitian.

Uji coba untuk mengetahui validitas instrumen dianalisis dengan menggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut:

 

 

Y 2 2 2 2                   

NY

N X X N Y X XY rxy Keterangan:

rxy : Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y

X : Jumlah variabel pertama Y : Jumlah variabel kedua

XY : Jumlah product moment dari hasil kali kedua variabel X2 : Jumlah variabel pertama yang dikuadratkan

Y2 : Jumlah variabel kedua yang dikuadratkan N : Jumlah responden (populasi yang diteliti)

Uji Validitas, dilakukan dengan tahap-tahap berikut: 1. Menentukan hipotesis untuk hasil uji coba

Ho = Skor butir indikator berkorelasi positif dengan skor faktor (total)

H1 = Skor butir indikator tidak berkorelasi positif dengan skor faktor (total)

2. Menentukan r tabel

Melihat r tabel dengan tingkat signifikan 5% atau 1%. 3. Mencari r hitung

4. Membandingkan r hitung dan r hitung tabel

1) Jika r hitung  r tabel maka H0 diterima dan HI ditolak, artinya skor

butir indikator berkorelasi positif dengan skor faktor (total)

2) Jika r hitung  r tabel, maka Ho ditolak dan HI diterima, skor butir

indikator tidak berkorelasi positif dengan skor faktor (total) 5. Mengambil keputusan


(36)

74 Jika r hitung negatif dan atau  r tabel, maka butir tersebut tidak valid.

Tabel 3.3

Hasil Uji Validitas Instrumen Keterampilan Decision Making

No Butir Soal rhitung rtabel Keterangan

1 1 1,000** 0,361 Valid

2 2 0,862** 0,361 Valid

3 3 0,750** 0,361 Valid

4 4 0,337* 0,361 Valid

5 5 0,423** 0,361 Valid

6 6 0,498** 0,361 Valid

7 7 0,319* 0,361 Valid

8 8 0,901** 0,361 Valid

9 9 0,719** 0,361 Valid

10 10 0,523** 0,361 Valid

11 11 0,589** 0,361 Valid

12 12 0,515** 0,361 Valid

13 13 0,623** 0,361 Valid

14 14 0,552** 0,361 Valid

15 15 1,000** 0,361 Valid

16 16 0,862** 0,361 Valid

17 17 0,750** 0,361 Valid

18 18 0,416** 0,361 Valid

19 19 0,423** 0,361 Valid

20 20 0,498** 0,361 Valid

21 21 0,359* 0,361 Valid

22 22 0,901** 0,361 Valid

23 23 0,719** 0,361 Valid

24 24 0,523** 0,361 Valid

25 25 0,589** 0,361 Valid

26 26 0,515** 0,361 Valid

27 27 0,623** 0,361 Valid

28 28 0,553** 0,361 Valid

* Correlation is significant at the 0,05 level (2-tailed) ** Correlation is significant at the 0,01 level (2-tailed

2. Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan


(37)

75 menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan.

Yang dimaksud dengan reliabilitas adalah menunjukan suatu pengertian bahwa suatu intrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik. Reliabilitas menunjukan tingkat keterandalan tertentu (Arikunto, 2006, hlm. 247).

Pengujian reliabilitas instrumen dengan rentang skor antara 1-5 menggunakan rumus Cronbach alpha, yaitu:

r                

2

2 11 1 1 t b k k   Keterangan:

r1 1 = Reliabilitas instrumen k = Banyaknya butir pertanyaan

2 t

 = Varians total

2

b

 = Jumlah varian butir

Jumlah varian butir dapat dicari dengan cara mencari nilai varians tiap butir, kemudian jumlahkan, seperti berikut ini:

n n X X

 2 2 

Keputusan uji reliabilitas ditentukan dengan ketentuan sebagai berikut : 1) Jika koefisian internal seluruh item (ri)  rtabel dengan tingkat signifikasi 5%

maka item pertanyaan dikatakan reliabel.

2) Jika koefisian internal seluruh item (ri) < rtabel dengan tingkat signifikasi 5% maka item pertanyaan dikatakan tidak reliabel.


(38)

76 Tabel 3.4

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian No

Variabel Rhitung Rtabel

Keterangan

1. Tes Keterampilan Decision

Making 0,967 0.361 Reliabel

H. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini dilakukan dengan pendekatan eksperimen, membandingkan nilai rata-rata kelompok sebelum diberi perlakuan dengan sesudah diberi perlakuan, dan membandingkan nilai rata-rata kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.

Analisis data dalam penelitian ini digunakan sebagai berikut:

1. Uji paired samples t test digunakan untuk menganalisis perbedaan rata-rata dan sebelum dan sesudah perlakuan pada satu kelompok, yaitu: (a) sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok eksperimen; (b) sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol, dengan hipotesis sebagai berikut.

a. Ho : rerata sebelum dan sesudah perlakuan sama b. Ha : rerata sebelum dan sesudah perlakuan berbeda Pengambilan keputusan

a. Jika probabilitas ≥ 0,05 maka Ho tidak dapat ditolak rerata adalah sama b. Jika probabilitas ≤ 0,05 maka Ho ditolak artinya rerata berbeda

2. Uji independent samples t test digunakan untuk menganalisis perbedaan rata-rata kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.

a. Ho : rerata kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol sama b. Ha : rerata kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol berbeda Pengambilan keputusan

c. Jika probabilitas ≥ 0,05 maka Ho tidak dapat ditolak rerata adalah sama d. Jika probabilitas ≤ 0,05 maka Ho ditolak artinya rerata berbeda

Sebelum dilakukan analisis statistik untuk menguji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan dengan uji asumsi dasar dengan menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas data berdistribusi normal. Uji homogenitas


(39)

77 menunjukkan kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variasi yang sama.


(40)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Simpulan penelitian secara keseluruhan berdasarkan hasil penelitian dan observasi sesuai dengan fokus permasalahan penelitian adalah sebagai berikut. 1. Ada perbedaan keterampilan pengambilan keputusan (decision making)

siswa pada kelas eksperimen sebelum dan sesudah implementasi model klarifikasi nilai pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung. Hal ini berdasarkan uji statistik yang menunjukkan bahwa perbandingan nilai rata-rata pre test dengan post test mengalami peningkatan dari kategori sedang menjadi kategori tinggi. Dengan demikian maka pembelajaran dengan model klarifikasi nilai secara efektif dapat meningkatkan keterampilan pengambilan keputusan siswa.

2. Ada perbedaan keterampilan pengambilan keputusan (decision making) siswa pada kelas kontrol sebelum dan sesudah dengan model pembelajaran langsung (direct instruction) pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung. Perbedaan keterampilan pengambilan keputusan siswa pada kelas kontrol mengalami peningkatan namun tidak setinggi di kelas eksperimen, hal ini berdasarkan dari hasil uji statistik yang menunjukkan bahwa perbandingan nilai rata-rata pre test dan post tes berada dalam kategori rendah. Hal ini disebabkan karena pada pembelajaran langsung belum dapat tercipta suasana belajar yang aktif dalam mengkonstruksi pemikiran siswa dalam memahami kebenaran nilai dan kegunaan nilai baik bagi dirinya maupun bagi orang lain.

3. Ada perbedaan keterampilan pengambilan keputusan (decision making) siswa antara implementasi model klarifikasi nilai tentang masalah konflik sosial dengan model pembelajaran langsung (direct instruction) pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung. Penggunaan model klarifikasi nilai tentang konflik sosial


(41)

121 memberikan hasil yang lebih baik saat post test dibandingkan dengan model pembelajaran langsung. Dalam hal ini pembelajaran dengan model klarifikasi nilai lebih efektif dalam meningkatkan keterampilan pengambilan keputusan siswa. Selain itu melalui model pembelajaran klarifikasi nilai siswa menjadi lebih aktif dalam berfikir secara komprehensip, berfikir kritis dan inkuiri, berfikir sistematis serta mandiri dalam belajar. Siswa menjadi peka terhadap persoalan masyarakat, selektif dalam memilih alternatif solusi dalam proses pengambilan keputusan yang rasional.

4. Berdasarkan hasil observasi menunjukkan kemampuan-kemampuan berikut, bahwa pada saat proses pembelajaran dengan model klarifikasi nilai lebih meningkat dari pada proses pembelajaran langsung. Hal ini terlihat pada nilai rata-rata keseluruhan hasil observasi aspek (1) motivasi siswa dalam pembelajaran, (2) respon dan keaktifan dalam pembelajaran, (3) kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat, (4) kemampuan siswa menggali masalah dan mengklarifikasi nilai sebesar, serta (5) kerjasama siswa di dalam kelas dan kelompok, yaitu untuk kelas eksperimen berada pada kategori baik sedangkan di kelas kontrol berada pada kategori sedang. Kelebihan model klarifikasi nilai dalam pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan membuat keputusan adalah: (a) model klarifikasi nilai meningkatkan kesadaran siswa tentang nilai-nilai dan menginternalisasikan nilai dalam membuat keputusan (decision making); (b) model klarifikasi nilai mengasah kepekaan dan kepedulian terhadap kondisi masyarakat; model klarifikasi nilai mengarahkan siswa untuk solusi dilema moral; (c) model klarifikasi nilai dapat menuntun siswa untuk membuat keputusan berdasarkan pilihan-pilihan atau alternatif terbaik dalam menyelesaikan permasalahan; (d) model klarifikasi nilai memberikan pembelajaran tentang masyarakat secara nyata dengan segala dinamika dan dimensinya; dan (e) model klarifikasi nilai mengasah kemandirian siswa dalam belajar. Kekurangan model klarifikasi nilai adalah: (a) adanya perbedaan nilai dalam pandangan setiap individu; (b) kurangnya efisiensi waktu dalam pembelajaran, karena membutuhkan waktu yang lebih banyak dibandingkan dengan pembelajaran konvensional; (c) model klarifikasi nilai membutuhkan pendekatan khusus yang lebih


(42)

122 kompleks; dan (d) penerapan model klarifikasi nilai membutuhkan keterampilan khusus guru;

B. Implikasi Dan Rekomendasi

Berdasarkan simpulan hasil penelitian tentang model klarifikasi nilai dalam pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan membuat keputusan, maka rekomendasi yang disampaikan sebagai berikut.

1. Bagi Guru IPS

Rekomendasi khusus untuk guru berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai berikut.

a. Perlunya guru untuk mengimplementasikan model klarifikasi nilai secara lebih intensif dalam pembelajaran IPS terutama untuk mengembangkan keterampilan membuat keputusan. Implementasi model klarifikasi nilai dapat dijadikan acuan untuk mengembangkan materi lainnya yang relevan dalam kompetensi yang dikembangkan dalam kurikulum IPS.

b. Perlunya guru lebih mengarahkan siswa untuk membentuk dan menemukan dalam proses klarifikasi nilai berupa nilai-nilai individu yang bersumber dari nilai-nilai ideal dalam masyarakat dengan berbagai model dan pendekatan pembelajaran terutama dengan mengangkat isu-isu dan permasalahan dalam masyarakat.

c. Dalam implementasi model klarifikasi nilai, guru hendaknya lebih mengarahkan siswa untuk lebih menghargai perbedaan nilai-nilai dalam masing-masing individu dalam konteks kelas dan dalam masyarakat secara keseluruhan. Siswa perlu dikenalkan sejak dini tentang perbedaan nilai dan cara pandang masyarakat yang berbeda, sehingga dapat memperkaya konstruksi pengetahuan siswa, khususnya yang berkaitan dengan nilai.

d. Guru hendaknya lebih aktif menggunakan lingkungan masyarakat dengan segala dinamikanya sebagai sumber belajar dalam IPS, sehingga siswa mampu mengkontruksi pengetahuan yang diperoleh dalam masyarakat secara lebih aktif dan partisipatif. Selain itu, kondisi ini dapat membentuk siswa berpikir kritis, analisis, dan solutif serta berpartisipasi sejak dini dalam mengkaji dan mengatasi berbagai permasalahan dalam kehidupan siswa.


(43)

123

2. Bagi Sekolah

Bagi sekolah perlunya mengambil kebijakan untuk mengimplementasikan model klarifikasi nilai dalam konteks pembelajaran di sekolah dengan memberikan pendidikan dan pelatihan kepada guru dalam meningkatkan keterampilan mengimplementasikan model. Selain itu sekolah juga memberikan inovasi dan kebebasan kepada guru untuk memanfaatkan permasalahan dalam lingkungan masyarakat sebagai sumber pembelajaran.

3. Bagi Siswa

Dalam mendukung implementasi model klarifikasi nilai dan pengembangan keterampilan pengambilan keputusan, perlunya siswa untuk lebih mengeskplorasi berbagai hal dalam lingkungan kehidupan masyarakat sekitarnya sebagai sumber dan media pembelajaran. Pembelajaran yang dilakukan menjadikan siswa memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. Dengan model klarifikasi nilai dan kemudian diikuti dengan pengambilan keputusan, siswa belajar secara langsung dan menganalisis berbagai fakta, peristiwa, dan permasalahan sosial masyarakat siswa dapat membentuk kerangka berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. Dan sebagai anggota masyarakat melalui pembelajaran ini siswa dapat menciptakan kehidupan tidak adanya diskriminasi etnis dalam kehidupan masyarakat, memiliki toleransi dan solidaritas dalam setiap kelompok dalam masyarakat, mencipatakan kerjasama antar anggota kelompok masyarakat untuk mewujudkan keamanan dan ketertiban hidup bermasyarakat, memiliki tanggungjawab dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

4. Bagi Pengembangan IPS dan Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat ditindaklanjuti dalam mengkaji tentang model klarifikasi nilai atau pengembangan keterampilan pengambilan keputusan dalam perspektif yang berbeda, sehingga akan melahirkan pemahaman yang lebih komprehensif tentang kajian pengembangan model klarifikasi nilai dan


(44)

124 pengembangan keterampilan pengambilan keputusan siswa serta meningkatkan kualitas, proses, dan hasil pembelajaran IPS secara keseluruhan.


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Adisusilo, Sutarjo. (2012) .Pembelajaran Nilai -Karakter Konstruktivisme dan VCT sebagai Inovasi Pembelajaran Efektif . Jakarta: Raja Grafindo Persada

Ahmadi, I. K., & Amri, S. (2011). Mengembangkan Pembelajaran IPS Terpadu. Jakarta: Universitas Terbuka.

Alma, B., & Harlasgunawan Ap, M. (2003). Saduran Buku Hakikat Studi Sosial (The Nature of Social Studies). Bandung: Alfabeta.

Anas Sudijono. (2001). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. Rineka Cipta.

Banks, J. A. (1977). Teaching Strategies for the Social Stuies: Inquiry, Valuing, and Decision Making. New York: Longman.

Barry Chazan, (1985). Cotempory Approaches to Moral Education, Analyzing Alternative Theoritis. New York :Teacher Collage Press.

Barr, Robert, James L. B., S. Samuel S. (1977). The Nature of the Social Studies. Palm Springs. California: ETC Publications.

Coser, Lewis A. 1964. The Functions of Social Conflict. New York: A Division of Macmillan Publishintg Co. Inc.

Casteel, J.D., et al. (1975). Value Clarification in the Classroom: a Primer. Santa Monica, California: Goodyear Publishing Company, Inc.

Cheppy, H. C. (tt). Strategi Ilmu Pengetahuan Sosial. Surabaya: Karya Anda. Daryanto. (2008). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.


(2)

Dimyati, M. (1989). Pengajaran Ilmu-Ilmu Sosial di Sekolah: Bagian Integral Sistem Ilmu Pengtahuan. Jakarta: Depdikbud Dijen Dikti.

Djahiri. A. Kosasih (1985). Strategi Pengajaran Afektif-Nilai-Moral VCT dan Game VCT, Bandung: PMPKN. FPIPS IKIP Bandung

________________ (1996). Menelusuri Dunia Afektif : Pendidikan Nilai Dan Moral, Bandung : Laboratorium Pengajaran PMP IKIP Bandung

Fraenkel, J. R. (1980). Helping Students Think and Value Strategies for Teaching the Social Studies. (2nd Edition) Englewood Cliffs: New Jersey, Prentice Hall, Inc.

Gintings, Abdorrakhman. (2008). Essensi Praktis Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Humaniora.

Hermawan, Hendi. (2006). Model-model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Citra Praya

Hakam, K, A. (2009). Pendekatan Klarifikasi Nilai. Bandung: Yasindo Multi aspek Jack R. Frankel. (1997). How To Teach About Values : an Analytic Approach. San

Fransisco USA : Prentice Hall. Jakarta : Direktorat Pembinaan SMP.

Jarolimek, J., & Parker, W. C. (1993). Social Studies in Elementary School. (9th ed.) New York: Macmillan Publishing Company.

Joyce, B. and Weil. 2009. Model of Teaching (edisi ke-8,cetakan ke-1). diterjemahkan oleh Achmad Fuwaid dan Ateila Mirza.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Kartono, Kartini. (1996). Pendidikan Politik. Bandung: Mandar Maju

Maftuh, Bunyamin, dkk. (2007). Model Pembelajaran Pendidikan Nilai. Bandung: CV.Maulana


(3)

Muchtar, Suwarma Al. (2008). Strategi Pembelajaran Pendidikan IPS. Bandung: Sekolah Pasca Sarjana UPI

Mulyana, Rohmat. (2011). Mengartikulasi Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta Mutakin, A. (tt). Pendidikan Ilmu Sosial. Bandung: Universitas Pendidikan

Indonesia.

NCSS, (1989). Curriculum Standard for Social Studies. Washington: Expctation of Excellence.

Pannin, Paulina dan Purwanto. (2001). Penulisan Bahan Ajar. Jakarta: Pusat antar Universitas untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Ditjen Dikti Diknas.

Prastowo, Andi. (2011). Panduan Kreaftif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Jogjakarta: Diva Press.

Pruitt Dean G, Rubin Jeffrey Z, (2004). Teori Konflik Sosial. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Ritzer, Goerge & Daouglas J Goodman. (2004). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prenada Media.

Rusdiyanta & S. Syarbani. (2009). Dasar-Dasar Sosiologi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Savage, T.V. & Armstrong, D.G. (1996). Effective Teaching in Elementary Social

Studies. Third Edition. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall, Inc. Sanjaya, Wina. (2010). Strategi Pembelajaran. Jakarta; Kencana Prenada Media

Group

Sapriya. (2012). Pendidikan IPS: Konsep dan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya

Schunke G.M. (1988). Elemntary Social Studies, Knowing, Doing, Caring. New York: McMillan Publishing, Co.

Siswanto, B & Kuswanto (2003). Sosiologi. Solo: Tiga Serangkai


(4)

Sumaatmadja, N. (2007). Konsep Dasar IPS Edisi 1. Jakarta: Universitas Terbuka. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeda.

Santrock, John W. (2007). Perkembangan Anak, edisi ke-11 jilid 1. Jakarta: Erlangga. Somantri, M. N. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung:

Rosdakarya.

Stenberg, Robert J. (2008). Psikologi Kognitif Edisi Keempat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sudjana. (2005). Metode Statistik. Bandung: Tarsiti.

Supardan, D. (2014). Pendidikan IPS; Perspektif Filosofi, Kurikulum, dan Pembelajaran. Bandung: Program Studi PIPS Sekolah Pascasarjana. Universitas pendidikan Indonesia.

Suparno, P. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius

Turner, John; Fichter, Robert, (1972), Freedom to Build, Collier Macmillan, New York

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta:Prestasi Pustaka Publisher

Wesley, E. B. (1952). Teaching Social Studies. Boston: D.C. Heath & Co. William B, R. (1960). Modern Elementary Curriculum. New York: Holt & Co.

Woolever, Robert dan Kathryn P.Scott. (1987). Active Learning In Social Studies: Promoting Cognitive And Social Growth. USA: Library of Congress Cataloging

Zubedi. (2005). Pendidikan Berbasis Masyarakat: Upaya Menawarkan Solusi Terhadap Berbagai Problem Sosial, Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Zuriah, Nurul. (2007). Pendidikan Moral dan Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan, Jakarta: PT. Bumi Angkasa


(5)

Tesis

Arini, Nani.Setia. (2014). Model Klarifikasi Nilai Berbasis Jurnal Terhadap Proses Intrernalisasi Nilai Dalam Pembelajaran IPS. Tesis Magister pada FPS UPI Bandung tidak diterbitkan.

Harmianto, Sri. (2012). Model Pembelajaran VCT Untuk Menanamkan Kemampuan Mengenal Permasalahan Sosial Dan Menentukan Sikap Terhadap Pengaruh Globalisasi Pada Siswa Sekolah Dasar. TesisMagister pada FPS UPI Bandung tidak diterbitkan

Rehalat, Aminah. (2013). Penerapan Pendekatan PBL Dalam Membentuk Sikap Mahasiswa Tentang penyelesaian Konflik Sosial. Tesis Magister pada FPS UPI Bandung tidak diterbitkan

Widiyati, Endang. (2012). Pengembangan Pendekatan Isu-Isu Kontroversial Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah. Tesis Magister pada FPS UPI Bandung tidak diterbitkan.

Sumber dari Internet :

Arends. 1997. Classroom Intructional Management. Dalam Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Konsstruktif Jakarta: Prestasi Pustaka http://pedoman-skripsi.blogspot.com/2011/07/penggunaan-metode

pembelajaran-jigsaw.html. ( Diakses : 01 Maret 2015)

Herlanti, Yanti. (2007). Jurnal Seminar, Penerapan Model Pembelajaran Roda Pesertaan Pada Pelatihan dan Pengajaran Calon Guru,Bandung: UPI. Tersedia: http://dhetik.weebly.com/uploads/8/1/1/5/8115637/tanya-jawab-seputar-penelitian-pendidikan.pdf (Akses 01 Maret 2015)

Mincemoyer, Claudia, C,. Perkins,Daniel, F. (2013). Assessing Decision-making Skills of Youth. Jurnal online, Vol. 8, No. 1 ISSN 1540 5273. Tersedia :

https://www.google.com/?gws_rd=ssl#q=Assessing+Decision-making+Skills+of+Youth.+Jurnal+online%2C+Vol.+8%2C+No.+1+ISSN+15 40+5273. (Diakses 05 Desember 2014)

Ni’mah, Rizka, Mintohari. (2013). Model Pembelajaran Langsung untuk Meningkatkan Keterampilan Pengambilan Keputusan Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya. Tersedia: (http://www.scribd.com/doc/151457027/M #scribd) (Akses 13 Oktober 2014)


(6)

Zakaria, Teuku Ramli. (2001). "Pendekatan-pendekatan nilai dan Implementasi Dalam Pendidikan Budi Pekerti". [Online]. Tersedia:http//www.pdk.go.id/ balitbang/publikasi/ jurnal/no 026 [Akses: 20 Oktober 2014]

www.blog-guru.web.id/2012/09/metode-pendekatan-klarifikasi-dalam.html (Diakses: 20 Oktober 2014)

http://lumoshine.blogspot.com/2010/11/klasifikasi-strategi-pembelajaran.html (Diakses: 24 Desember 2014)

http://mgmpips.wordpress.com/2007/03/02/pengertian - bahan - ajar - materi pembelajaran. (Diakses: 25 Desember 2014)


Dokumen yang terkait

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Terpadu (Quasi Eksperimen di SMPN 87 Jakarta)

0 8 204

ANALISIS KOMPARATIF KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN IPS TERPADU MODEL CONNECTED DAN INTEGRATED DALAM MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII SMP NEGERI I TERBANGGI BESAR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012.

2 64 198

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 15 161

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENGEMBANGKAN KEPEDULIAN SISWA TERHADAP LINGKUNGAN: studi eksperimen kuasi di smp negeri 1 kemang, kabupaten bogor, jawa-barat.

0 9 65

Penerapan Model Induktif Kata Bergambar dalam Pembelajaran Menulis Teks Tanggapan Deskriptif : penelitian eksperimen kuasi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 9 Cimahi.

0 4 35

Penerapan Accelerated Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Representasi Matematis Siswa SMP (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII Sebuah SMP Swasta di Bandung).

6 26 73

PENERAPAN MODEL ROLE PLAYING(BERMAIN PERAN) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS.

0 3 46

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OTENTIK (AUTHENTIC LEARNING) DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA: Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII A SMP NEGERI 7 BANDUNG.

4 8 40

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA.

0 2 49

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF SISWA :Studi Eksperimen Kuasi di SDN Cijati Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka.

1 13 42