Penentuan Kadar Pengawet Natrium Benzoat Yang Terdapat Pada Minuman Bersoda Di Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut peraturan Kepala Badan Pegawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia
nomor 1 tahun 2015 tentang kategori pangan, air soda didefenisikan sebagai air minum yang
mengandung gas karbondioksida, tidak berwarna dan tidak berbau dengan karakteristik dasar
kadar CO2 minimal 5,890 mg/l.
Minuman berperisa berkarbonat didefenisikan sebagai minuman berperisa yang
ditambahkan karbondioksida dengan karakteristik dasar kadar CO 2 sebanyak 3.000-5.800 mg/l
sedangkan minuman cola adalah minuman yang diperoleh dari bahan dasar sirup gula, kafein,
ekstrak buah kola ( cola nut extract), asam fosfat, dan pewarna karamel dengan karakteristik
dasar kandungan gula setidaknya 8°Brix hingga 14°Brix. ( BPOM RI NO.1 tahun 2015)
Minuman bersoda dapat didefenisikan sebagai minuman berbasis air berperisa yang
berkarbonat yaitu minuman berperisa yang ditambah karbondioksida. Mencakup gaseosa
(minuman berbasis air dengan penambahan karbondioksida, pemanis dan perisa), dan soda
seperti minuman cola, tipe pepper, root beer, lemon-time dan tipe citrus, baik diet atau tidak.
Minuman ini boleh jernih, keruh atau mengandung particulated matter ( misalnya potonganpotongan buah).
Karbonasi adalah suatu proses penginjeksian gas-gas CO2 (karbon dioksida) kedalam
minuman sehingga memiliki gelembung-gelembung yang memberikan tekstur segar dan
memberikan efek kepuasan saat meminumnya. Komposisinya sangatlah sederhana karena terdiri


Universitas Sumatera Utara

dari 90% air dan sisa nya baru kombinasi antara pemanis buatan, gas CO 2, pencita rasa, pewarna,
asam fosfat, kafein dan beberapa mineral, terutama alumunium.
Minuman ringan diartikan sebagai minuman berkarbonasi. Saat ini, minuman ringan atau
softdrink menjadi minuman yang paling sering dikonsumsi dikalangan masyarakat perkotaan.
Sejalan dengan peningkatan produksinya tersebut, sebagian kalangan mencemaskan minuman
ini. Beberapa peneliti telah membuktikan, terdapat banyak dampak negatif bagi kesehatan
manusia yang diakibatkan minuman ini ( Nur’afni, 2009).
Softdrink atau minuman ringan mengandung gas karbon dioksida dan sejumlah besar
asam fosfat yang dapat mengganggu metabolisme kalsium dan tulang. Kadar gula pada beberapa
jenis minuman ringan cukup tinggi, bahkan ada yang sampai lebih dari 8 sendok teh gula pasir
untuk satu ukuran gelas minum. Tidak ada manfaat sedikitpun yang dapat di peroleh dari
softdrink atau minuman bersoda, selain penyakit atau kelebihan berat badan (Andang, 2006).
Minuman ringan pada umumnya menggunakan bahan tambahan makanan berupa pengawet dan
pemanis. Minuman ringan ini banyak menggunakan pengawet natrium benzoat dan pemanis
buatan. Pengawet natrium benzoat digunakan tujuannya untuk menghambat atau memperlambat
proses fermentasi dan pengasaman (Nur’Afni, 2009).
Penggunaan pengawet natrium benzoat pada minuman ringan atau minuman bersoda
yang dalam jangka panjang dapat menyebabkan kanker karena natrium benzoat memiliki sifat

akumulatif (Nur’Afni, 2009).
penderita asma dan orang yang menderita urticaria sangat sensitif terhadap asam benzoat
sehingga konsumsi dalam jumlah besarakan mengiritasi lambung. Diduga pula zat ini akan dapat
mengakibatkan reaksi alergi dan penyakit saraf. Selain itu, asosiasi konsumen penang pada 1988

Universitas Sumatera Utara

silam telah menyatakan bahwa berdasarkan penelitian badan pangan dunia (FAO), konsumsi
benzoat yang berlebihan pada tikus akan menyebabkan kematian dengan gejala-gejala hiperaktif,
sawan, kencing terus-menerus dan penurunan berat badan (Yuliarti, 2007)
Jumlah penggunaan pengawet natrium benzoat dalam minuman bersoda atau minuman
ringan seperti yang telah diatur dalam peraturan kepala badan pegawas obat dan makanan
Republik Indonesia Mentri kesehatan RI nomor 722/Menkes/Per/IX/88 adalah sebanyak
600mg/l. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk menganalisis kadar pengawet natrium
benzoat yang terdapat pada minuman bersoda.
1.2 Permasalahan
1. Berapakah kadar pengawet natrium benzoat yang terdapat dalam minuman bersoda?
2. Apakah kadar pengawet natrium benzoat yang diperoleh sesuai dengan peraturan Mentri
Kesehatan Republik Indonesia nomor 722/Menkes/Per/IX/88 ?


1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui kadar pengawet natrium benzoat yang terdapat dalam minuman
bersoda?
2. Untuk mengetahui perbandingan nilai kesesuaian kadar pengawet natrium benzoat yang
diperoleh

dengan

peraturan

Mentri

Kesehatan

Republik

Indonesia

nomor


722/Menkes/Per/IX/88.
1.4 Manfaat
-

Memberikan informasi tentang kadar natrium benzoat dalam minuman bersoda

Universitas Sumatera Utara

-

Memberikan informasi tentang apakah kadar natrium benzoat yang terdapat dalam
minuman bersoda sudah memenuhi standart yang ditetapkan oleh peraturan kepala badan
pegawas obat dan makanan republik indonesia Mentri kesehatan RI nomor
722/Menkes/Per/IX/88 yaitu tidak lebih dari 600mg/l.

-

Memberikan informasi tentang metode yang digunakan dalam penentuan kadar natrium
benzoat pada minuman bersoda yang dilakukan di laboratorium kesehatan daerah medan.


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minuman Bersoda
Minuman ringan bersoda atau diindonesia lebih dikenal dengan nama softdrinksejak
seabad lalu telah menjadi minuman ringan paling populer di Amerika Serikat mengungguli
minuman lainnya seperti kopi, teh dan jus. Demikian juga diindonesia, popularitas minuman ini
notabene “made in america” ini terus meningkat. Disetiap restoran, depot, warung bahkan
pedagang kaki lima selalu menyediakan minuman berkarbonasi ini (Widodo, 2008).
Di Amerika Serikat istilah softdrink digunakan untuk membedakan minuman tersebut
dari liquour (minuman beralkohol), sehingga minuman yang tidak beralkohol disebut softdrink.
Dengan demikian softdrink dapat diperjual belikan dengan bebas. Jika diwilayah utara amerika

Universitas Sumatera Utara