PENGGUNAAN SHORT MESSAGE SERVICE SMS DAL

PENGGUNAAN SHORT MESSAGE SERVICE (SMS) DALAM
UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
Ence Surahman
Teknologi Pembelajaran Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta
ncislam4ever@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertolak dari masalah rendahnya motivasi belajar siswa terutama dalam
mempersiapkan diri untuk belajar di sekolah. Hal ini terbukti dari kecilnya persentase siswa yang
melakukan kebiasaan belajar mandiri di rumahnya sebelum belajar di sekolah bersama gurunya.
Dari hasil observasi penulis selama menjadi guru di SMP Kartika XIX-2 Bandung dari 37 siswa,
hanya 2-3 siswa yang melakukan belajar mandiri sebelum berangkat dan belajar disekolah.
Berdasarkan masalah tersebut rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana
pengaruh penggunaan Short Message Service (SMS) dalam rangka peningkatan motivasi belajar
siswa. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui besarnya pengaruh penggunaan
SMS dalam rangka meningkatkan motivasi belajar siswa.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian kuasi
eksperimen, Adapun teknik pengumpulan data menggunakan instrumen angket, instrumen tes dan
wawancara tidak terstruktur. Sampel penelitian yang digunakan adalah siswa kelas VIII SMP
Kartika XIX-2 Bandung kelas B dan C yang berjumlah 66 orang. Sampel dibagi menjadi dua
kelas yakni kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelas kontrol hanya menggunakan proses
pembelajaran konvensional dengan metode ceramah dan penggunaan media persentasi power

point, sedangkan dikelas eksperimen selain penggunaan yang sama dengan kelas kontrol juga
digunakan perlakuan khusus yakni pengiriman SMS secara berkala yang berisi pesan pengingat
tugas-tugas rumah, tugas mempersiapkan materi, SMS motivasi, informasi kegiatan sekolah,
ulangan dan lain-lain. Pengolahan data dilakukan dengan langkah : 1) uji validitas dan
reliabilitas, 2) uji normalitas, 3) uji homogenitas 4) uji hipotesis, dan 5) penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, dan setelah dilakukan analisis pengolahan
data baik data dari angket, tes maupun wawancara tidak terstruktur serta analisis hipotesis
diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan Short Message Services (SMS) berpengaruh terhadap
peningkatan motivasi belajar siswa dan secara bersamaan meningkatkan prestasi belajar siswa
secara signifikan.

Kata Kunci : Short Message Services (SMS), Motivasi Belajar, Prestasi Belajar

PENDAHULUAN

Pendidikan sebagai upaya sadar dan terencana yang diselenggarakan oleh
pemerintah berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab (Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional).

1

Pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan
pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen
pendidikan. Pemerataan kesempatan pendidikan diwujudkan dalam program wajib
belajar sembilan tahun. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk
meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olah hati, olah pikir,
olah rasa dan olah raga agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan
global. Peningkatan relevansi pendidikan dimaksudkan untuk menghasilkan
lulusan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan berbasis potensi sumber daya alam
Indonesia. Peningkatan efisiensi manajemen pendidikan dilakukan melalui
penerapan manajemen berbasis sekolah dan pembaharuan pengelolaan pendidikan
secara

terencana,


terarah,

dan

berkesinambungan.

(Lampiran

Peraturan

Kementerian Pendidikan Nasional No.22 Tahun 2006).
Dalam rangka pemerataan pendidikan di era modern dan era informasi
dewasa ini, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin
cepat masuk kedalam setiap lini kehidupan manusia, baik pada bidang bisnis,
pemerintahan, hiburan, pariwisata, teknologi dan juga bidang pendidikan telah
banyak kita rasakan kebermanfaatannya. Dalam kaitannya dengan pendidikan
sejak era pertengahan abad ke-20 muncul terminologi baru yang bernama
teknologi pendidikan, dalam perkembangannya teknologi pendidikan memberikan
kontribusi positif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Khususnya dalam kontek pendidikan, teknologi pendidikan berperan dalam

rangka

merancang,

mengembangkan,

memanfaatkan,

mengelola

dan

mengevaluasi proses dan sumber belajar yang digunakan sebagai solusi atas
permasalahan belajar.
Perkembangan teknologi dalam bidang pendidikan tidak lepas dari peran
serta berkembang pesatnya sarana dan fasilitas baik berupa perangkat keras
maupun perangkat lunak seperti komputer, sistem operasi,

internet, mobile


phone, smartphone, pesan singkat, media sosial, micro blog, website, hingga
berkembang konsep belajar era modern seperti electronik learning, mobile
learning, distance learning dan lain sebagainya. Masuknya peralatan teknologi
informasi dan komunikasi tidak bisa terbendung lagi dan menjadi sebuah
keniscayaan yang menuntut pendidik untuk cerdik memilih dan menggunakannya

2

sebagai alat bantu proses pendidikan dan pembelajaran yang lebih efektif dan
efisien. Sesuai dengan prinsip utama kegunannya yakni untuk membantu
mengatasi masalah manusia.
Dilapangan penulis menemukan pemasalahan berkaitan dengan randahnya
motivasi siswa untuk belajar disekolah. Hal ini barangkali tidak terjadi disemua
sekolah, namun tidak menutup kemungkinan juga terjadi disebagian besar
sekolah, khususnya sekolah-sekolah yang secara kultur belum terbangun kultur
persaingan dan kompetisi antar siswa dalam proses belajar. Sebagaimana yang
penulis temukan di salah satu sekolah swasta di Kota Bandung. Penulis
menemukan masalah rendahnya motivasi siswa untuk belajar mandiri di
rumahnya sebelum belajar disekolah. Setiap kali pertemuan di kelas sewaktu
penulis menjad guru, penulis selalu menanyakan siswa yang membaca buku

pelajaran TIK dalam selang waktu satu minggu dari pertemuan sebelumnya yang
mengangkat tangan tidak lebih dari 2-3 orang dari sejumlah 37 siswa. Hal ini
menunjukan bahwa motivasi belajar siswa yang sangat rendah yang memerlukan
perlakuan tertentu untuk mengatasinya agar tidak berlarut. Karena bagaimana pun
kondisi dan zamannya kemampuan membaca seseorang menjadi salah satu tolok
ukur tingkat keluasan wawasan dirinya. Semakin banyak orang membaca maka
akan semakian banyak informasi dan wawasan baru yang ia miliki.
Sementara itu penulis mencoba mencari solusi untuk mengatasi
permasalah tersebut. Berdasarkan hasil survey pada tanggal 26 April 2012 di
SMP Kartika XIX-2 Bandung, dari sejumlah sampel survey yang di teliti siswa
SMP 100% sudah memiliki handphone, rata-rata mereka sudah mulai memiliki
handphone pada usia 9-11 tahun, artinya sejak kelas 4 SD mereka sudah memiliki
handphone. Banyak dari jumlah responden yang peneliti survey ada 9,37% yang
sudah memiliki blackberry dan 13,11% Android, simbian 29,50%

sisanya

menggunakan aplikasi handphone biasa. Dari sejumlah responden tersebut
86,88% memiliki akun jejaring sosial, dimana 98,11 % itu akun facebook, 50,94
% twiiter.

Dari hasil survey yang penulis lakukan diatas, penulis memiliki beberapa
solusi yang bisa digunakan karena 100 % siswa dikelas memiliki handphone,
maka media handphone penulis rasa bisa dioptimalkan fungsinya, selain untuk

3

kepentingan SMS dan telefon tapi juga untuk mendukung proses pembelajaran.
Hal ini yang akan menjadi latar belakang dirasa perlunya memanfaatkan media
handphone untuk menunjang, mendukung bahkan membantu proses pembelajaran
siswa disekolah dan diluar sekolah. Setidaknya bisa meningkatkan motivasi
belajar siswa.
Terdapat beberapa penelitian dalam kaitanya dengan pemanfaatan
perangkat mobile phone dalam rangka mendukung kegiatan pembelajaran atau
dikenal dengan mobile learning khususnya yang menggunakan short message
service (SMS) diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Harvinder Kaur Dharam
Singh Mahasiswa Open University Malaysia, berjudul “Effectiveness of 5 –
Category Pedagogical Model for Mobile Learning Using SMS”. Kesimpulannya
pembelajaran mobile learning dengan memanfaatkan SMS terbukti berhasil dalam
memberikan pengalaman belajar di Open University Of Malaysia.
Penelitian berikutnya dilakukan oleh Simon So dari Hong Kong Intitue of

Education, Hong Kong yang di publish di Journal of Education Technology
Development and Exchange tahun 2009, dengan Judul ”The Development of a
SMS based Teaching and

Learning System”. Kesimpulannya adalah system

pembelajaran dengan kerangka kerja alat, tutor dan tutee mendukung proses
pembelajaran.
Dari beberapa hasil penelitian di atas disimpulkan bahwa penggunaan
SMS untuk mendukung proses pembelajaran terbukti efektif. Maka dari itu saya
mencoba untuk melakukan penelitian dengan judul pengaruh penggunaan Short
Message Service (SMS) terhadap peningkatan motivasi belajar siswa.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan sebuah pokok
permasalahan, yaitu: bagaimana pengaruh penggunaan Short Message Service
(SMS) terhadap peningkatan motivasi belajar siswa. Adapun tujuan dari penelitian
ini yaitu ingin mengetahui pengaruh Short Message Service (SMS) terhadap
peningkatan motivasi belajar siswa.
Adapun SMS yang dimaksud dalam penelitian ini adalah SMS yang
dikirimkan secara berkala kepada sampel dalam kelompok eksperimen. Berisi
SMS pengingat untuk belajar, tugas rumah, rencana materi pertemuan berikutnya,

tugas baca bahan ajar di buku panduan dan bahan sumber belajar lainnya.

4

Motivasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah motivasi siswa dalam
mempersiapkan segala sesuatu untuk pertemuan pembelajaran dikelas.
Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yakni movere, yang berarti
bergerak (move). Motivasi menjelaskan apa yang membuat seseorang melakukan
sesuatu, kemudian ia tetap melakukannya dan mampu membantu orang tersebut
dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Motivasi adalah proses memberi semangat, arah dan kegigihan berperilaku
kepada seseorang. Artinya motivasi mampu mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu dengan gigih dan penuh kesungguhan. Artinya motivasi
berlajar berarti dorongan yang timbul atau diberikan kepada seorang pelajar
sehingga ia melakukan proses belajar dengan penuh kegigihan dan kesungguhan
untuk mencapai tujuan dan target yang hendak diraihnya.
Siswa yang memiliki motivasi belajar akan bergantung pada apakah
aktivitas tersebut memiliki isi yang menarik atau proses yang menyenangkan.
Intinya, motivasi belajar melibatkan tujuan-tujuan belajar dan strategi yang
berkaitan dalam mencapai tujuan belajar tersebut (Brophy:2004).

Motivasi belajar yang ingin dibangun dalam konteks penelitian ini adalah
motivasi intrinsik siswa yan dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik berupa pengiriman
pesan singkat (Short Message Service) sehingga terbentuk kebiasaan dan hasrat
belajar yang tinggi diluar jam sekolah ataupun di rumah guna meningkatkan
kebiasaan belajar mandiri siswa. Penelitian ini diharapkan bisa membangun
motivasi intrinsik siswa dengan menggunakan stimulus ekstrinsik berupa
pengiriman pesan singkat berulang kali guna mengingatkan tugas rumah,
persiapan belajar dipertemuan berikutnya, dengan begitu siswa terkondisi untuk
memiliki waktu khusus untuk menyiapkan bahan ajar setidaknya dengan
membaca buku paket atau mengerjakan LKS dan lain-lain.
Menurut Brophy (2004) terdapat lima faktor utama yang mempengaruhi
motivasi belajar siswa, diantaranya harapan guru, intruksi langsung, umpan balik
(feedback) yang tepat, penguatan dan hadiah, dan hukuman. Kelima faktor
tersebut mampu mempengaruhi tingkatan motivasi belajar siswa, kaitannya
dengan penelitian di atas adalah pada faktor yang kedua yakni intruksi langsung,

5

artinya dengan memberikan intruksi melalui


media short Message

service

(SMS), harapannya mampu meningkatkan motivasi belajarnya.
Belajar diartikan sebagai perubahan tingkah laku secara permanen yang
diakhibatkan oleh pengalaman. Belajar adalah suatu hal yang membedakan antara
manusia dan binatang (Oeamar Hamalik, 2005). Terdapat banyak perubahan
pengalaman, yang dianggap sebagai faktor-faktor penyebab dasar dalam belajar.
Para ahli pendidikan dan psikologi sependapat bahwa motivasi amat penting
untuk keberhasilan belajar.
Menurut Nur Uhbiyah (1997) “pembahasan motivasi belajar tidak bisa
terlepas dari masalah-masalah psikologi dan fisiologi, karena keduanya ada saling
keterkaitan. Berikut ini prinsip-prinsip motivasi belajar menurut Oemar Hamalik
(2005) adalah sebagai berikut:
1.

Memuji lebih baik daripada mencela

2.

Memenuhi kebutuhan psikologi

3.

Memotivasi intrinsik lebih efektif daripada ekstrinsik

4.

Keserasian antara motivasi

5.

Mampu menjelaskan tujuan pembelajaran

6.

Menumbuhkan perilaku yang lebih baik

7.

Mampu mempengaruhi lingkungan

8.

Bisa diaplikasikan dalam wujud nyata.

Penerapan prinsip motivasi belajar dalam penelitian ini adalah dengan
membangun kesadaran siswa untuk semangat belajar, memberikan pemahaman
bahwa belajar tidak hanya di bangku kelas, belajar tidak hanya harus selalu
bertatapan dengan guru dikelas, namun siswa menyadari bahwa proses belajar
mandiri juga penting untuk dibiasakan, dengan cara membaca bahan ajar,
mengunjungi situs yang menyediakan materi pembelajaran, mencoba soal-soal
yang berkaitan dengan pembelajaran dan lain-lain.

6

METODE PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif. Pendekatan penelitian ini digunakan untuk menguji hipotesis yang
telah ditetapkan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode kuasi eksperimen. Yaitu bentuk eksperimen yang tidak melakukan
penugasan random (random assigment). Sebagaimana pendapat Muhammad Ali
(1993:140) “Kuasi eksperimen hampir sama dengan eksperimen sebenarnya,
perbedaannya terletak pada penggunaan subjek yaitu kuasi eksperimen tidak
dilakukan penugasan random, melainkan dengan menggunakan kelompok yang
sudah ada”.
Metode kuasi eksperimen ini dipilih mengingat karakteristik variabel
peneliti yang bersifat ingin mengetahui dan memperoleh informasi terhadap suatu
metode yang diterapkan, yaitu bagaimana pengaruh penggunaan Short Message
Service (SMS) terhadap peningkatan motivasi belajar siswa.
Penggunaan metode kuasi eksperimen ini didasarkan atas pertimbangan
agar dalam pelaksanaan penelitian, siswa tidak merasa sedang diteliti dan proses
pembelajaran berlangsung secara wajar, sehingga dengan situasi yang demikain
diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap tingkat kevalidan hasil
penelitian.
Penelitian ini dilakukan para dua kelompok siswa, yaitu kelompok
eksperimen yang menggunakan Short Message Service (SMS) dan kelompok
kontrol yang tidak diberikan perlakukan. Pada penelitian ini terdapat dua variabel
yakni variabel bebas dan variabel terikat. Penggunaan Short Message Service
(SMS) di kelas Eksperimen dan tanpa perlakuan apapun di kelas kontrol
ditempatkan sebagai variabel bebas. Sedangkan motivasi belajar siswa
ditempatkan sebagai variabel terikat. Hubungan antar variabel dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 1. Hubungan Antar Variabel Penelitian
Var- Bebas
Var- Terikat
Motivasi Belajar (Y)

Penggunaan Short
Message Service (X)

Kelas
Eksperimen

Kelas
Kontrol

X1Y1

X2Y2

7

Keterangan:
X

: Variabel bebas yakni penggunaan Short Message Service (SMS)

Y

: Variabel terikat (motivasi belajar)

XIY1

: Peningkatan motivasi belajar siswa dengan menggunakan Short

Message Service (SMS)
X2Y2

: Peningkatan motivasi belajar siswa tanpa menggunakan Short

Message Service (SMS)
Penelitian ini akan dilaksanakan dikelas VIII B dan C Sekolah Menengah
Pertama (SMP) Kartika XIX-2 Bandung, JL.Pak Gatot Raya No.73 S KPAD
Keluarahan Geger Kalong Kecamatan Sukasari Bandung 40153.
Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah dengan pemberian
angket kepada para siswa yang sudah dipilih sebagai sampel penelitian. Menurut
Suharsimi (2010:102), angket merupakan daftar pertanyaan yang diberikan
kepada orang lain dengan maksud agar orang yang diberi tersebut bersedia
memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna.
Adapun angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket
tertutup, dimana jawaban telah disediakan sehingga responden hanya tinggal
memilih. Dengan angket ini diharapkan peneliti dapat menggali banyak informasi
secara luas dari subjek yang berkaitan secara langsung dengan masalah penelitian
yang menjadi fokus utama dalam penelitian ini.
Sementara itu skala yang digunakan dalam angket ini adalah skala likert.
Menurut Nana Syaodih (2010:238), model likert menggunakan skala deskriptif
(SS, S, R, TS, STS). Dasar dari skala deskriptif ini adalah respon seseorang
terhadap sesuatu dapat dinyatakan dengan pernyataan persetujuan (setuju-tidak
setuju) terhadap sesuatu objek.
Berikut gambar rentang skala pada model Likert dalam penelitian ini
sebagaimana dikutif dari buku Nana Syaodih (2006:240)
Tabel 2. Rentang Skala Likert
Pernyataan
sikap
Positif
Negatif

Sangat
setuju
5
1

Setuju
4
2

Ragu-ragu
3
3

Tidak
setuju
2
4

Sangat tidak
setuju
1
5

8

Hasil belajar siswa diteliti dengan menggunakan soal yang diberikan pada
saat pre test dan post test. Teknisnya baik kelas kontrol ataupun kelas eksperimen
diberikan soal yang sama, yang sudah divalidasi dan diketahui derajat
reliabilitasnya. Yakni dengan dilakukan uji soal. Setelah didapatkan soal yang
valid dan reliabel, baru di gunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar siswa.
Setelah anggota sampel baik kelas eksperimen ataupun kelas kontrol diberikan
pre test, selanjutnya dilakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
metode yang sama dan tidak dibedakan. Tahap berikutnya adalah pemberian
perlakuan, yakni untuk kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan di kirim
Short Message Service (SMS) motivasi belajar. Sementara dikelas kontrol tidak
diberikan perlakukan tambahan selain yang sama dilakukan kepada kelas
eksperimen.
Pada pertemuan berikutnya dilakukan post test dengan menggunakan soal
yang sama ketika waktu pre test untuk melihat gain skor masing-masing anggota
sampel baik dikelas eksperimen ataupun kelas kontrol. Hasilnya dianalisis sebagai
data pendukung untuk mengukur pengaruh penggunaan Short Message Service
(SMS) terhadap peningkatan motivasi belajar yang dibuktikan dengan peningkatan
peningkatan prestasi belajar berupa skor hasil post test.
Penelitian

ini

untuk

menguji

hubungan

dua

variabel,

peneliti

menggunakan teknik korelasi tata jenjang atau rank correlation atau sering juga
disebut dengan uji korelasi Rank Spearman. Alasan peneliti menggunakan teknik
ini karena data yang diperoleh berupa data ordinal yang diperoleh dari instrumen
dengan menggunakan jenis skala likert.
Tabel 3. Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien
0,00 – 0,199
0,20 – 0,399
0,40 – 0,599
0,60 – 0,799
0,80 – 1,000

Tingkat Hubungan
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat Kuat

HASIL DAN PEMBAHASAN

9

Pembahasan dalam hasil penelitian ini dimulai dari penjelasan tentang
hasil proses uji validitas dan reliabilitas intrumen angket dan instrumen tes yang
digunakan untuk mengumpulkan data dari objek penelitian. Berdasarkan hasil uji
validitas instrumen yang digunakan dinyatakan valid dan layak untuk digunakan
dalam menngumpulkan data.
Perhitungan validitas angket dengan
perhitungan dengan Microsoft Excel dan r

tabel

cara membandingkan r hasil
Product Moment. Apabila r

hitung

>

dari r tabel maka butir angket tersebut dinyatakan valid. Namun sebaliknya apabila r
hitung

< r tabel maka soal tersebut dinyatakan tidak valid. r

tabel

yang digunakan dalam

penelitian ini adalah r pada tingkat kepercayaan 95 % dengan n = 34 yaitu sebesar
0,33. Berdasarkan hasil perhitungan dari 34 item angket, 25 pertanyaan
dinyatakan valid dan 9 pertanyaan dinyatakan tidak valid dan tidak digunakan.
Uji validitas soal dilakukan dengan cara membandingkan r hasil
perhitungan dengan Excel dan r

Product Moment. Apabila r

hitung

maka soal tersebut dinyatakan valid. Namun sebaliknya apabila r

hitung

tabel

soal tersebut dinyatakan tidak valid. r

tabel

> dari r

tabel

< r tabel maka

yang digunakan dalam penelitian ini

adalah r pada tingkat kepercayaan 95 % dengan n = 34 yaitu sebesar 0,34.
Berdasarkan hasil perhitungan dari 25 item soal, 20 soal dinyatakan valid dan 5
soal dinyatakan tidak valid.
Metode uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
reliabilitas internal consistency atau internal consistency method dengan
menggunakan Cornbach`s Alpha
Cronbach's
Alpha
0.885

Tabel 4. Uji Reliabilitas Angket
Cronbach's Alpha Based on
N of Items
Standardized Items
0.885

34

Untuk melihat apakah instrumen tersebut reliabel atau tidak digunakan rtabel
dengan tingkat kepercayaan 95%. Berdasarkan tabel perhitungan uji reliabilitas
melalui bantuan program SPSS 20 dapat diketahui bahwa nilai reliabilitas dari
angket motivasi belajar adalah 0,885. Sedangkan nilai rtabel dari n = 34 pada α =
5% adalah 0,34. Dengan demikian nilai r hitung > rtabel , sesuai dengan ketentuan

10

apabila rhitung > rtabel maka instrumen penelitian dinyatakan sangat reliabel dan dapat
digunakan sebagai alat pengumpul data.
Adapun pengujian reliabilitas soal juga sama denagn menggunakan Alfa
Cornbach dengan bantuan SPSS 20. Hasil dari pengujian reliabilitas dalam Alfa
Cornbach adalah sebagai berikut:
Tabel 5. Uji Reliabilitas Soal
Cronbach’s
Alpha

N of Items

0,828

25

Hasil uji coba Reliabilitas dengan menggunakan Alfa Cornbach diperoleh
indeks 0,828, dengan n = 34 dan rtabel = 0,34. Berdasarkan indeks ini, maka alat
pengumpul data yang digunakan memiliki koefisien korelasi 0,828 dengan kriteria
bahwa item tes sangat reliabel karena sesuai dengan ketentuan apabila rhitung > rtabel.
Tingkat kesukaran soal digunakan untuk menganalisis soal. Tujuannya
untuk mengetahui kategori kesukaran soal, baik yang masuk kedalam kategori
mudah, sedang, dan sukar. Kriteria tingkat kesukaran butir soal yang baik adalah
memiliki indeks antara 0,03 - 0,70. Jika tingkat kesukaran soal mencapai indeks
lebih dari 0,70 maka soal dikategorikan mudah, jika tingkat kesukaran soal
mencapai indeks 0,00 – 0,03 maka soal dikategorikan sukar. Dari tabel diatas
dapat dilihat dari 25 soal terdapat 0 soal dengan kategori sukar, 19 soal dengan
kategori sedang, dan 6 Soal dengan kategori mudah.
Merujuk kepada rumusan masalah utama dalam penelitian ini, yakni
mengetahui pengaruh penggunaan Short Message Service (SMS) terhadap
peningkatan motivasi belajar siswa di kelas eksperimen dibandingkan dengan
siswa di kelas kontrol yang tidak diberikan kiriman SMS motivasi belajar.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis umum yang telah dilakukan dengan
menggunakan uji t-independent diatas hasilnya menunjukan bahwa secara umum,
penggunaan Short Message Service (SMS) memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap peningkatan motivasi belajar siswa. Hal tersebut dilihat dari jumlah
persentase masing-masing indikator yang terdapat dalam angket yang menujukan

11

perbedaan yang cukup signifikan antara persentase kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
Bahkan dikuatkan dengan data pendukung dari hasil analisis data soal
pretes dan postes soal, yang menunjukan bahwa penggunaan Short Message
Service (SMS) mampu meningkatkan rata-rata skor hasil belajar siswa. Dimana
rata-rata pretest siswa kelas sebelum diberikan perlakuan penggunaan Short
Message Service (SMS) adalah 6,42, akan tetapi setelah diberikan diberi perlakuan
(postes) rata-rata skor hasil belajar siswa terjadi peningkatan menjadi 12.32 ini
berarti gain rata-rata skor postes dan pretes kelas eksperimen adalah sebesar 4.78.
Sedangkan rata-rata skor hasil belajar siswa sebelum diberikan perlakuan (pretes)
kelas kontrol adalah 8.30, akan tetapi setelah diberi perlakuan (postes) rata-rata
skor hasil belajar siswa terjadi penurunan menjadi 7,09, ini berarti gain rata-rata
skor postes dan pretes kelas kontrol adalah sebesar -1,21.
Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa kemungkinan, diantaranya :
a. Siswa yang mendapatkan perlakukan dengan diberikan kiriman Short
Message Service (SMS) mengalami peningkatkan motivasi belajar,
yang dibuktikan dengan hasil belajar yang meningkat secara
signifikan.
b. Hasil negatif skor rata-rata hasil belajar dikelas kontrol mungkin
disebabkan karena mereka tidak mendapatkan kiriman Short Message
Service (SMS). Sehingga tidak mendapatkan faktor eksternal yang bisa
meningkatkan motivasi belajarnya.
Walaupun penggunaan Short Message Service (SMS) bukan faktor tunggal
yang berpengaruh dalam peningkatan motivasi belajar siswa. Akan tetapi motivasi
eksternal itu sangat diperlukan. Hal ini berdasarkan pendapatnya Santrock (2007),
bahwa terdapat dua aspek motivasi belajar yakni; motivasi ekstrinsik dan motivasi
intrinsik. 1) Motivasi Ekstrinsik, yaitu melakukan sesuatu untuk mendapatkan
sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik biasanya
dipengaruhi oleh faktor intensif eksternal misalnya penghargaan dan hukuman
(reward and punishment). Misalnya siswa belajar sungguh-sungguh untuk
mendapatkan prestasi yang tinggi, karena dalam pandangan siswa bahwa dengan
berprestasi maka akan di hargai oleh guru, teman-teman dan orang tuanya. Juga

12

karena diberikan dorongan yang membuat dirinya termotivasi, baik dari guru,
teman-teman atau orang tunya bahkan lingkungan tempat ia belajar. Kaitannya
dengan penelitian ini, maka Short Mesagge Service (SMS) berfungsi sebagai
pendorong yang yangs secara langsung diberikan dari guru kepada siswa. 2).
Motivasi Intrinsik, yaitu motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu
itu sendiri (tujuan itu sendiri). Misalnya murid giat belajar ketika menghadapi
ujian karena ia senang dengan mata pelajaran yang diujikan.
Dengan diberikannya kiriman Short Message Service (SMS) siswa
termotivasi untuk belajar secara mandiri diluar jam sekolah, kemudian siswa
terdorong untuk menentukan aktivitas/perbuatan yang ia pilih ketika tidak sedang
disekolah. Karena diingatkan melalui pesan yang diberikan secara berulang untuk
belajar mandiri.
Peningkatan motivasi siswa setelah mendapatkan perlakukan berupa
pengiriman Short Message Service (SMS) dilihat dari beberapa aspek diantaranya
aspek sikap (attitude), kemudian semangat belajar dan responsif siswa terhadap
penggunaan Short Message Service (SMS) dan dalam proses kegiatan
pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Hal itu ditunjukan dengan sikap yang positif mereka terhadap penggunaan
Short Message Service (SMS), berupa tidak menunda-nunda intruksi yang
disampaikan oleh guru melalui pesan Short Message Service (SMS). Kemudian
terjadinya peningkatan semangat belajar siswa yang ditunjukan dalam bentuk
pembuatan jadwal khusus mereka untuk membaca bahan ajar, mengerjakan tugas
rumah, dan memperiapkan kegiatan pembelajaran berikutnya. hal itu menunjukan
respon siswa yang positif setelah diberikan perlakukan pengiriman Short Message
Service (SMS).
KESIMPULAN
Penggunaan Short Message Service (SMS) dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa, hal ini ditunjukan berdasarkan hasil angket yang diberikan kepada
siswa dikelas eksperimen yang memiliki skor rata-rata yang berbeda dengan skor
rata-rata dikelas kontrol. Selain itu dibuktikan dengan data pendukung berupa
peningkatan skor rata-rata hasil belajar siswa. Dimana rata-rata pretest siswa kelas

13

eksperimen sebelum diberikan perlakuan penggunaan Short Message Service
(SMS) adalah 6,42, akan tetapi setelah diberikan diberi perlakuan (posttest) ratarata skor hasil belajar siswa terjadi peningkatan menjadi 12.32 ini berarti gain
rata-rata skor posttest dan pretes kelas eksperimen adalah sebesar 4.78. Sedangkan
rata-rata skor hasil belajar siswa sebelum diberikan perlakuan (pretest) kelas
kontrol adalah 8.30, akan tetapi setelah diberi perlakuan (posttest) rata-rata skor
hasil belajar siswa terjadi penurunan menjadi 7,09, ini berarti gain rata-rata skor
postes dan pretes kelas kontrol adalah sebesar -1,21.
Berdasarkan hasil temuan diatas maka para guru disarakan untuk
memanfaatkan fasilitas SMS sebagai upaya untuk menyampaikan informasi dan
memberikan intruksi serta dorongan motivasi belajar siswa. Selain itu temuan
diatas juga bisa digunakan oleh semua guru untuk semua mata pelajaran. Bagi
pengambil kebijakan baik kepala dinas cabang sampai pusat dalam rangka
membuat sebuah kebijakan untuk membuat dan menggunakan hasil temuan diatas
agar diturunkan menjadi sebuah program pendidikan. Hasil penelitian ini dapat
dijadikan sebagai studi pustaka bagi peneliti selanjutnya yang berminat untuk
melakukan penelitian tentang penggunaan Short Message Service (SMS) dalam
mendukung suksesnya kegiatan pembelajaran. Kemudian pemilihan sistem dan
aplikasi yang lebih efektif misalnya dengan memanfaatkan system SMS gateway
maupun berbagai aplikasi pesan singkat yang sedang berkembang saat ini.

14

DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. (2011). Memahami riset perilaku dan sosial. Bandung: Pustaka
Cendikia Utama.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek
Edisi Revisi 2010. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Brophy, J. (2004). Motivating Student to Learn (2nded). London : Lawrence.
Erlbaum Associates, Publishers.
Hamalik, Oemar. (1994). Media Pembelajaran. Bandung. Rineka Cipta.
Keegan, Desmond. t.t. Mobile learning: a practical guide. _. _
Kementerian Pendidikan Nasional. (2006). Lampiran Peraturan Kementerian
Pendidikan Nasional No.22 Tahun 2006. Jakarta: Kemendiknas.
Kementerian Pendidikan Nasional. (2003). Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional No 20 Tahun 2003. Jakarta: Kemendiknas.
Kaur. (2011). “Effectiveness of 5 –Category Pedagogical Model for Mobile
Learning Using SMS”. Journal of Educational Media and Technology. 5
(1). 25-38.
Santrock, J. W. (2007) . Psikologi Perkembangan. Jakarta. Erlangga.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Syaodih, Nana (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda Karya.
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) (2011). Pedoman Penulisan Kaya Ilmiah.
Bandung. UPI.

15

Dokumen yang terkait

VARIASI PENGGUNAAN AGREGAT BENTUK PECAH DAN BENTUK BULAT PADA CAMPURAN ASPAL BETON TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL

6 148 2

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA EMPIRIS PADA PASIEN RAWAT INAP PATAH TULANG TERTUTUP (Closed Fracture) (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

11 138 24

STUDI PENGGUNAAN SPIRONOLAKTON PADA PASIEN SIROSIS DENGAN ASITES (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

13 140 24

STUDI PENGGUNAAN ACE-INHIBITOR PADA PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) (Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan)

15 136 28

STUDI PENGGUNAAN ANTITOKSOPLASMOSIS PADA PASIEN HIV/AIDS DENGAN TOKSOPLASMOSIS SEREBRAL (Penelitian dilakukan di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang)

13 158 25

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

HE APPLICATION OF PROFESSION ETHICS FOR SUPPORTING THE WORKING PERFORMANCE OF CUSTOMER SERVICE STAFF IN PT BRI RAMBIPUJI JEMBER

2 94 12

PENGGUNAAN BAHASA JURNALISTIK PADA TERAS BERITA HEADLINE HARIAN UMUM GALAMEDIA

8 75 43

PENGGUNAAN APLIKASI KOMPUTER PADA PEMBEL

0 1 1

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59