Jilid-04 Depernas 24-Bab-53
BAB 53
KESEDJAHTERAAN BURUH.
Pendahuluan
§ 700. Seringkali terhadap kaum buruh dipergunakan istilah „social
security”. Djika kita lihat dalam arti sempit — dan mungkin pula arti ini
jang dipakai dalam perkataan seharihari — pengertian „social se
curity” hanja meliputi tundjangan2 dan fasilitet2 jang didapat oleh kaum
buruh diluar gadji mereka. Misalnja untuk sesuatu keadaan darurat
dimana mereka membutuhkan pertolongan, seperti dalam keadaan ke
tjelakaan, keadaan sakit ataupun untuk keadaan2 dimana mereka tak
dapat lagi melakukan pekerdjaan, oleh karena telah terlampau tua atau
pun karena invalide. Tetapi dalam arti luas haruslah pula kita masukkan
dalam pengertian „social security” persoalan gadji, jang merupakan pula
suatu promotor jang terpenting dalam menentukan tingkat hidup dari
pada kaum buruh, boleh dikatakan menentukan sesuatu „life security”
bagi mereka.
Soal gadji lebihlebih lagi terasa pentingnja bagi negara dimana terdapat
tekanan inflatoir, dengan "pricefluctuations" jang tjepat djalannja, ka
rena penjesuaian gadji biasanja menundjukkan suatu "lag" dibelakang
harga2 jang berubah tadi. Selain daripada itu, persoalan "social securi ty"
haruslah pula kita hubungkan dengan penambahan produktipitet kerdja
daripada kaum buruh.
Jang ditnaksudkan disini ialah kemungkinan2 jang akan diperoleh dengan
perbaikan dalam djaminan2 kaum buruh, jaitu kemungkinan2 akan lebih
besarnja sumbangan dari kaum buruh terhadap pembangunan negara
jang berupa efficiency kerdja jang lebih tinggi jang akan mengakibatkan
pula meningkatnja produktipitet kerdja jang amat dibutuhkan dalam
sesuatu pembangunan ekonomi.
Sesuatu perumusan jang djelas dan uniform daripada peraturan 2 tentang
"social security" untuk perusahaan 2 sangat pulalah diperlukan, jaitu
untuk menghindarkan kemungkinan2 adanja perselisihan2 antara madjikan
dan buruh dalam perusahaan2 berhubung dengan kemungkinan2 terda
patnja berbagai penafsiran terhadap peraturan2 tadi.
Gadji
§ 701. Sudah mendjadi suatu kelaziman dimanamana sekarang ter
masuk Indonesia — bahwa pembajaran gadji dilakukan dalam uang dan
bukan dalam barang.
Dengan demikian banjak keuntungan2 jang dapat diperoleh : administrasi
dapat didjalankan lebih sederhana, jang dengan sendirinja akan menekan
pula ongkos2 perusahaan. Selain daripada itu kebanjakan dari peker
djaanpekerdjaan kita telah mempunjai standard penilaian dalam uang
jang pada: umumja telah dapat pula diterima oleh masjarakat, hingga
dalam hal ini tidak akan banjak terdapat perselisihan faham. Sedangkan
721
sesuatu "job evaluation" dalam harang masih harus ditjari, dan pada
umumnja belumlah mendjadi suatu kebiasaan,
Kelemahan daripada pembajaran gadji dengan uang terletak dalam ke
adaan harga uang tidak stabil. Lebih 2 lagi dimana oleh karena tekanan 2
inflatoir ataupun sebab2 lain harga uang merosot dibandingkan dengan
harga barangbarang.
Hal ini pada umumnja akan menekan kaum buruh, "real value" daripada
gadji mereka tentu akan berkurang, jang berarti pula berkurangnja
barang2 jang bisa mereka beli dengan gadji tersebut. Tetapi apakah
pemetjahan persoalan ini akan diperoleh dengan mempergunakan suatu
sistim gadji jang dibajar dengan barang ? Hal ini amatlah sukar untuk
dilakukan dan akan membawa pula suatu beban administrasi jang berat.
Suatu penilaian kerdja berdasarkan barang2 bukanlah suatu hal jang
mudah dikerdjakan, ditambah lagi djika barang 2 tadi sukar diperoleh.
Maka hal ini bisa pula memberikan kerdja tambahan pada perusahaan
dan membuka pula kemungkinan terdjadinja perselisihan 2 jang tak di
inginkan dengan buruh, djika barang2 itu belum ada pada waktunja. Salah
suatu djalan jang dapat dipertimbangkan ialah pembajaran gadji tadi
dengan uang, didampingi dengan distribusi barang 2 primer, misalnja beras,
dimana barang2 ini didapatkan dari Pemerintah setjara distribusi. Tetapi
sistim ini djuga akan menjukarkan pekerdjaan administratip, ditambah
pula dengan kesukaran2 penilaian2, sedangkan kesukaran2 tidak tersedianja
barang2 tadi pada waktunja akan memperburuk pula hu bungan madjikan
dan buruh dengan segala ekseseksesnja.
Lain djalan jang praktis pula sebagai bahan pertimbangan jang dapat
diadjukan ialah pembajaran suatu gadji berdasarkan angka index dari
beberapa barang2 kebutuhan primair.
Disini Pemerintah bisa menetapkan sesuatu tahun sebagai tahun dasar,
dan pembajaran gadji untuk selandjutnja bisa didasarkan kepada angka
index untuk tiap2 tahun gadji tersebut. Tentang angka index ini Biro Pusat
Statistik akan dapat mengadakannja, sesuai dengan penjelidikan
penjelidikannja untuk tiap2 daerah. Dengan sistim ini dengan sendirnja
kita akan dapat mengetjap keuntungan2 jang diperoleh dari pembajaran
gadji dengan uang, sedangkan kelemahan2nja disebabkan oleh fluktuasi
harga akan dapat dikurangi. Dan oleh karena angka index didasarkan pada
barang2 jang essensiil dalam kebutuhan sandangpangan, maka sandang
pangan daripada kaum buruh sendiri sedikit banjaknja dapat terdjamin
djuga.
§ 702. Tundjangantundjangan Sosial
"Social security" dalam arti sempit tak kalah pula pentingnja daripada
persoalan gadji, jang banjak pula hubungannja dengan faktor 2 kegem
biraan bekerdja, jang panting sekali untuk meninggikan produktivitet
kerdja dan ketenangan bekerdja jang akibatnja akan menambah effisiensi
perusahaan, berhubung dengan berkurangnja perselisihan jang mungkin
timbul antara madjikan dan buruh.
jang dimaksudkan disini ialah djaminan 2 lain bagi buruh sepertf tun
djangan ketjelakaan, tundjangan sakit, tundjangan hari tua dan lain 2.
722
Kalau tak salah dalam hal ini peraturan 2 dalam undang2 barulah sampai
kepada tundjangan untuk ketjelakaan perusahaan (bedrijfsongelukken) jang
terdjadi diwaktu masa kerdja sadja. Tetapi peraturan 2 ini perlu pulalah
diperlengkapi dengan djaminan2 sosial lainnja, seperti .tundjang an untuk
sakit, tundjangan hari tua dan sebagainja.
Biarpun lazimnja sekarang, telah ada pula perusahaan 2, berdasarkan
kebiasaan, membuat peraturan2 sendiri mengenai djaminan2 ini untuk
masing2 buruhnja, tetapi akan lebih baiklah rasanja djika Pemerintah
sendiri jang membuat peraturan tersebut, berdasarkan undang 2 jang akan
berlaku uniform untuk seluruh perusahaanperusahaan di Indonesia.
Dengan sendirinja peraturan tadi akan menghilangkan pula kesulitan 2 jang
disebabkan oleh perselisihan faham antara madjikan dan buruh dalam tiap
tiap perusahaan.
a.
Tundjangan ketjelakaan.
Seperti telah diuraikan diatas, tentang tundjangan ketjelakaan da
lam waktu bekerdja telah terdapat peraturannja dalam Undang 2
kerdja dan perburuhan. Tetapi kemungkinan tumbuhnja perseli
sihan disini masih ada dalam praktek, berhubung dengan interpretasi
jang berbedabeda tentang apakah sesuatu ketjelakaan termasuk
"bedrijfsongeluk" ataupun tidak. Apalagi djika dalam Djawatan
Pengawasan Perburuhan sendiri belum pula terdapat suatu kese
suaian faham. Penjelesaian soal ini masih membutuhkan. perhatian
lebih landjut.
b. Tundjangan sakit.
Biarpun sudah ada pula perusahaan2 jang mengadakan tundjangan
sakit bagi buruhnja, tetapi hal ini belumlah diatur dalam Undang"
kerdja dan perburuhan, selain dari perawatan/pengobatan jang
disebabkan dalam hubungan kerdja seperti jang telah ditetapkan
dalam Undang2 ketjelakaan.
Tundjangan ini dapat kita bagi dalam :
1.
jang harus ditanggung seluruhnja oleh madjikan.
2.
jang harus ditanggung oleh madjikan dan buruh.
Adapun dari djenis ad. a hanja.terbatas kepada pengobatan/
pemeriksaan (poliklinische behandeling) jang perlu dilakukan
demi kepentingan buruh umumnja (routine onderzoek, penjun
tikan kolektip dan sebagainja).
Dan jang dimaksud dalam ad': 2 ialah perawatanperawatan
dan pengobatan2 dari penjakit2 jang memerlukan perawatan
jang memakan waktu lama dan djuga penjakit2 jang bersifat
chusus (specialistisch) terketjuali djika perawatan/pengobatan
tadi disebabkan dalam hubungan kerdja jang telah ditetapkan
oleh Undang2 ketjelakaan. Seperti . telah dinjatakan diatas
lebih baiklah Pemerintah disini mengadakan suatu peraturan
723
tertentu tentang tundjangan sakit, termasuk didalamnja djuga
suatu penetapan jang tegas daripada djenis 2 tertera diatas
untuk menghindari kemmngkinan2 adanja perselisihan. Salah
satu djalan jang bisa pula ditempuh disini ialah mengadakan
suatu Undang2 „wadjib asuransi” (verzekeringsplicht) pada
badanbadan pertanggungan partikulir dibawah pengawasan
Pemerintah, jang akan mendjadi kewadjiban bagi madjikan.
Ongkosongkos administrasi perusahaanpun dapat diringankan
dengan ini. Dan sumbangan dari buruh harus ditentukan pula
untuk mendjaga supaja mereka djuga memperhatikan keseha
tan.nja sendiri.
c.
Tundjangan Hari Tina dan lainlain
Biarpun pada lazimnja ada perusahaan2 jang telah mempunjai
peraturan2 tersendiri untuk ini, tetapi suatu peraturan umum fang
dikeluarkan oleh Pemerintah dan berlaku buat semua perusahaan
adalah penting. Dengan berkurangnja perselisihan 2 dalam peru
sahaan maka sedikit banjak kontinuitet dari perusalraan 2 djuga akan
terdjaga, jang berarti pula penambahan effisiensi daripada peru
sahaanperusahaan tadi.
d.
Tundjangan2 lain, misalnja tundjangan pengangguran, sebetulnja
terletak dalam bidang Pemerintah dan terserah daripada kemam
puan Pemerintah sendiri untuk mengadakannja. Segi lain jang
penting pula djadi perhatian disini ialah jang berhubungan dengan
tidak bekerdjanja buruh disebabkan stagnasi2 dalam djalannja
perusahaan, disebabkan halhal diluar kekuasaan perusahaan. Suatu
djalan keluar haruslah pula dapat dipikirkan disini, lebih 2 lagi untuk
Indonesia.
e.
Tentang liburan tahunan sudahlah tjukup terdapat dalam peraturan 2
jang dikeluarkan oleh Pemerintah.
§ 703. Wadjib Asuransi
Pengeluaran suatu Undang2 „wadjib asuransi” adalah merupakan suatu
bahan pertimbangan jang perlu pula diadjukan. Dalam rangka "social
security", hal ini akan merupakan djaminan jang sebaikbaiknja untuk
kaum buruh, apalagi djika asuransi tadi dilakukan oleh maskapai asu
ransi kepunjaan negara sendiri ataupun jang mendapat djaminan dari
Negara.
Bagi Perusahaan2 itu sendiri selain daripada keuntungan penjederhanaan
pekerdjaan administratip dengan mengalihkan pekerdjaan 2 kepada
maskapai asuransi dengan djalan pengansuransian setjara kolektip tadi,
djuga kemmngkinan2 perselisihan2 dengan buruh dapatlah dikurangi,
hingga kontinuitet perusahaan bisa lebih terdjamin.
Bagi buruh sendiri dengan adanja „wadjib asuransi” akan menambah
rasa „terdjamin” jang lebih besar, jang akan membajang dalam kegem
biraan bekerdja jang lebih baik.
724
Dan dengan demikian tentu akan membajang djuga dalam produktipitet
jang lebih tinggi, sedangkan akumulasi modal fang terdapat dari ta
bungan asuransi akan dapat pula merupakan suatu sumbangan bagi
investasi2 negara jang diperlukan dalam rangka pembangunan semesta.
Tetapi hal i,ni sebetulnja akan tergantung daripada kemampuan dari
maskapai2 asuransi fang ada sekarang ini untuk memulainja. Karena
asuransi sosial ini merupakan suatu lapangan jang boleh dikatakan agak
Baru bagi kita, tentu disini menghendaki "skill" jang chusus pula. Tetapi
hal ini dapatlah mendjadi bahan. pertimbangan, apalagi mengi,ngat ada
nja maskapai2 asuransi kepunjaan negara sendiri, dalam hubungan me
njelesaikan soal „wadjib asuransi”.
725
KESEDJAHTERAAN BURUH.
Pendahuluan
§ 700. Seringkali terhadap kaum buruh dipergunakan istilah „social
security”. Djika kita lihat dalam arti sempit — dan mungkin pula arti ini
jang dipakai dalam perkataan seharihari — pengertian „social se
curity” hanja meliputi tundjangan2 dan fasilitet2 jang didapat oleh kaum
buruh diluar gadji mereka. Misalnja untuk sesuatu keadaan darurat
dimana mereka membutuhkan pertolongan, seperti dalam keadaan ke
tjelakaan, keadaan sakit ataupun untuk keadaan2 dimana mereka tak
dapat lagi melakukan pekerdjaan, oleh karena telah terlampau tua atau
pun karena invalide. Tetapi dalam arti luas haruslah pula kita masukkan
dalam pengertian „social security” persoalan gadji, jang merupakan pula
suatu promotor jang terpenting dalam menentukan tingkat hidup dari
pada kaum buruh, boleh dikatakan menentukan sesuatu „life security”
bagi mereka.
Soal gadji lebihlebih lagi terasa pentingnja bagi negara dimana terdapat
tekanan inflatoir, dengan "pricefluctuations" jang tjepat djalannja, ka
rena penjesuaian gadji biasanja menundjukkan suatu "lag" dibelakang
harga2 jang berubah tadi. Selain daripada itu, persoalan "social securi ty"
haruslah pula kita hubungkan dengan penambahan produktipitet kerdja
daripada kaum buruh.
Jang ditnaksudkan disini ialah kemungkinan2 jang akan diperoleh dengan
perbaikan dalam djaminan2 kaum buruh, jaitu kemungkinan2 akan lebih
besarnja sumbangan dari kaum buruh terhadap pembangunan negara
jang berupa efficiency kerdja jang lebih tinggi jang akan mengakibatkan
pula meningkatnja produktipitet kerdja jang amat dibutuhkan dalam
sesuatu pembangunan ekonomi.
Sesuatu perumusan jang djelas dan uniform daripada peraturan 2 tentang
"social security" untuk perusahaan 2 sangat pulalah diperlukan, jaitu
untuk menghindarkan kemungkinan2 adanja perselisihan2 antara madjikan
dan buruh dalam perusahaan2 berhubung dengan kemungkinan2 terda
patnja berbagai penafsiran terhadap peraturan2 tadi.
Gadji
§ 701. Sudah mendjadi suatu kelaziman dimanamana sekarang ter
masuk Indonesia — bahwa pembajaran gadji dilakukan dalam uang dan
bukan dalam barang.
Dengan demikian banjak keuntungan2 jang dapat diperoleh : administrasi
dapat didjalankan lebih sederhana, jang dengan sendirinja akan menekan
pula ongkos2 perusahaan. Selain daripada itu kebanjakan dari peker
djaanpekerdjaan kita telah mempunjai standard penilaian dalam uang
jang pada: umumja telah dapat pula diterima oleh masjarakat, hingga
dalam hal ini tidak akan banjak terdapat perselisihan faham. Sedangkan
721
sesuatu "job evaluation" dalam harang masih harus ditjari, dan pada
umumnja belumlah mendjadi suatu kebiasaan,
Kelemahan daripada pembajaran gadji dengan uang terletak dalam ke
adaan harga uang tidak stabil. Lebih 2 lagi dimana oleh karena tekanan 2
inflatoir ataupun sebab2 lain harga uang merosot dibandingkan dengan
harga barangbarang.
Hal ini pada umumnja akan menekan kaum buruh, "real value" daripada
gadji mereka tentu akan berkurang, jang berarti pula berkurangnja
barang2 jang bisa mereka beli dengan gadji tersebut. Tetapi apakah
pemetjahan persoalan ini akan diperoleh dengan mempergunakan suatu
sistim gadji jang dibajar dengan barang ? Hal ini amatlah sukar untuk
dilakukan dan akan membawa pula suatu beban administrasi jang berat.
Suatu penilaian kerdja berdasarkan barang2 bukanlah suatu hal jang
mudah dikerdjakan, ditambah lagi djika barang 2 tadi sukar diperoleh.
Maka hal ini bisa pula memberikan kerdja tambahan pada perusahaan
dan membuka pula kemungkinan terdjadinja perselisihan 2 jang tak di
inginkan dengan buruh, djika barang2 itu belum ada pada waktunja. Salah
suatu djalan jang dapat dipertimbangkan ialah pembajaran gadji tadi
dengan uang, didampingi dengan distribusi barang 2 primer, misalnja beras,
dimana barang2 ini didapatkan dari Pemerintah setjara distribusi. Tetapi
sistim ini djuga akan menjukarkan pekerdjaan administratip, ditambah
pula dengan kesukaran2 penilaian2, sedangkan kesukaran2 tidak tersedianja
barang2 tadi pada waktunja akan memperburuk pula hu bungan madjikan
dan buruh dengan segala ekseseksesnja.
Lain djalan jang praktis pula sebagai bahan pertimbangan jang dapat
diadjukan ialah pembajaran suatu gadji berdasarkan angka index dari
beberapa barang2 kebutuhan primair.
Disini Pemerintah bisa menetapkan sesuatu tahun sebagai tahun dasar,
dan pembajaran gadji untuk selandjutnja bisa didasarkan kepada angka
index untuk tiap2 tahun gadji tersebut. Tentang angka index ini Biro Pusat
Statistik akan dapat mengadakannja, sesuai dengan penjelidikan
penjelidikannja untuk tiap2 daerah. Dengan sistim ini dengan sendirnja
kita akan dapat mengetjap keuntungan2 jang diperoleh dari pembajaran
gadji dengan uang, sedangkan kelemahan2nja disebabkan oleh fluktuasi
harga akan dapat dikurangi. Dan oleh karena angka index didasarkan pada
barang2 jang essensiil dalam kebutuhan sandangpangan, maka sandang
pangan daripada kaum buruh sendiri sedikit banjaknja dapat terdjamin
djuga.
§ 702. Tundjangantundjangan Sosial
"Social security" dalam arti sempit tak kalah pula pentingnja daripada
persoalan gadji, jang banjak pula hubungannja dengan faktor 2 kegem
biraan bekerdja, jang panting sekali untuk meninggikan produktivitet
kerdja dan ketenangan bekerdja jang akibatnja akan menambah effisiensi
perusahaan, berhubung dengan berkurangnja perselisihan jang mungkin
timbul antara madjikan dan buruh.
jang dimaksudkan disini ialah djaminan 2 lain bagi buruh sepertf tun
djangan ketjelakaan, tundjangan sakit, tundjangan hari tua dan lain 2.
722
Kalau tak salah dalam hal ini peraturan 2 dalam undang2 barulah sampai
kepada tundjangan untuk ketjelakaan perusahaan (bedrijfsongelukken) jang
terdjadi diwaktu masa kerdja sadja. Tetapi peraturan 2 ini perlu pulalah
diperlengkapi dengan djaminan2 sosial lainnja, seperti .tundjang an untuk
sakit, tundjangan hari tua dan sebagainja.
Biarpun lazimnja sekarang, telah ada pula perusahaan 2, berdasarkan
kebiasaan, membuat peraturan2 sendiri mengenai djaminan2 ini untuk
masing2 buruhnja, tetapi akan lebih baiklah rasanja djika Pemerintah
sendiri jang membuat peraturan tersebut, berdasarkan undang 2 jang akan
berlaku uniform untuk seluruh perusahaanperusahaan di Indonesia.
Dengan sendirinja peraturan tadi akan menghilangkan pula kesulitan 2 jang
disebabkan oleh perselisihan faham antara madjikan dan buruh dalam tiap
tiap perusahaan.
a.
Tundjangan ketjelakaan.
Seperti telah diuraikan diatas, tentang tundjangan ketjelakaan da
lam waktu bekerdja telah terdapat peraturannja dalam Undang 2
kerdja dan perburuhan. Tetapi kemungkinan tumbuhnja perseli
sihan disini masih ada dalam praktek, berhubung dengan interpretasi
jang berbedabeda tentang apakah sesuatu ketjelakaan termasuk
"bedrijfsongeluk" ataupun tidak. Apalagi djika dalam Djawatan
Pengawasan Perburuhan sendiri belum pula terdapat suatu kese
suaian faham. Penjelesaian soal ini masih membutuhkan. perhatian
lebih landjut.
b. Tundjangan sakit.
Biarpun sudah ada pula perusahaan2 jang mengadakan tundjangan
sakit bagi buruhnja, tetapi hal ini belumlah diatur dalam Undang"
kerdja dan perburuhan, selain dari perawatan/pengobatan jang
disebabkan dalam hubungan kerdja seperti jang telah ditetapkan
dalam Undang2 ketjelakaan.
Tundjangan ini dapat kita bagi dalam :
1.
jang harus ditanggung seluruhnja oleh madjikan.
2.
jang harus ditanggung oleh madjikan dan buruh.
Adapun dari djenis ad. a hanja.terbatas kepada pengobatan/
pemeriksaan (poliklinische behandeling) jang perlu dilakukan
demi kepentingan buruh umumnja (routine onderzoek, penjun
tikan kolektip dan sebagainja).
Dan jang dimaksud dalam ad': 2 ialah perawatanperawatan
dan pengobatan2 dari penjakit2 jang memerlukan perawatan
jang memakan waktu lama dan djuga penjakit2 jang bersifat
chusus (specialistisch) terketjuali djika perawatan/pengobatan
tadi disebabkan dalam hubungan kerdja jang telah ditetapkan
oleh Undang2 ketjelakaan. Seperti . telah dinjatakan diatas
lebih baiklah Pemerintah disini mengadakan suatu peraturan
723
tertentu tentang tundjangan sakit, termasuk didalamnja djuga
suatu penetapan jang tegas daripada djenis 2 tertera diatas
untuk menghindari kemmngkinan2 adanja perselisihan. Salah
satu djalan jang bisa pula ditempuh disini ialah mengadakan
suatu Undang2 „wadjib asuransi” (verzekeringsplicht) pada
badanbadan pertanggungan partikulir dibawah pengawasan
Pemerintah, jang akan mendjadi kewadjiban bagi madjikan.
Ongkosongkos administrasi perusahaanpun dapat diringankan
dengan ini. Dan sumbangan dari buruh harus ditentukan pula
untuk mendjaga supaja mereka djuga memperhatikan keseha
tan.nja sendiri.
c.
Tundjangan Hari Tina dan lainlain
Biarpun pada lazimnja ada perusahaan2 jang telah mempunjai
peraturan2 tersendiri untuk ini, tetapi suatu peraturan umum fang
dikeluarkan oleh Pemerintah dan berlaku buat semua perusahaan
adalah penting. Dengan berkurangnja perselisihan 2 dalam peru
sahaan maka sedikit banjak kontinuitet dari perusalraan 2 djuga akan
terdjaga, jang berarti pula penambahan effisiensi daripada peru
sahaanperusahaan tadi.
d.
Tundjangan2 lain, misalnja tundjangan pengangguran, sebetulnja
terletak dalam bidang Pemerintah dan terserah daripada kemam
puan Pemerintah sendiri untuk mengadakannja. Segi lain jang
penting pula djadi perhatian disini ialah jang berhubungan dengan
tidak bekerdjanja buruh disebabkan stagnasi2 dalam djalannja
perusahaan, disebabkan halhal diluar kekuasaan perusahaan. Suatu
djalan keluar haruslah pula dapat dipikirkan disini, lebih 2 lagi untuk
Indonesia.
e.
Tentang liburan tahunan sudahlah tjukup terdapat dalam peraturan 2
jang dikeluarkan oleh Pemerintah.
§ 703. Wadjib Asuransi
Pengeluaran suatu Undang2 „wadjib asuransi” adalah merupakan suatu
bahan pertimbangan jang perlu pula diadjukan. Dalam rangka "social
security", hal ini akan merupakan djaminan jang sebaikbaiknja untuk
kaum buruh, apalagi djika asuransi tadi dilakukan oleh maskapai asu
ransi kepunjaan negara sendiri ataupun jang mendapat djaminan dari
Negara.
Bagi Perusahaan2 itu sendiri selain daripada keuntungan penjederhanaan
pekerdjaan administratip dengan mengalihkan pekerdjaan 2 kepada
maskapai asuransi dengan djalan pengansuransian setjara kolektip tadi,
djuga kemmngkinan2 perselisihan2 dengan buruh dapatlah dikurangi,
hingga kontinuitet perusahaan bisa lebih terdjamin.
Bagi buruh sendiri dengan adanja „wadjib asuransi” akan menambah
rasa „terdjamin” jang lebih besar, jang akan membajang dalam kegem
biraan bekerdja jang lebih baik.
724
Dan dengan demikian tentu akan membajang djuga dalam produktipitet
jang lebih tinggi, sedangkan akumulasi modal fang terdapat dari ta
bungan asuransi akan dapat pula merupakan suatu sumbangan bagi
investasi2 negara jang diperlukan dalam rangka pembangunan semesta.
Tetapi hal i,ni sebetulnja akan tergantung daripada kemampuan dari
maskapai2 asuransi fang ada sekarang ini untuk memulainja. Karena
asuransi sosial ini merupakan suatu lapangan jang boleh dikatakan agak
Baru bagi kita, tentu disini menghendaki "skill" jang chusus pula. Tetapi
hal ini dapatlah mendjadi bahan. pertimbangan, apalagi mengi,ngat ada
nja maskapai2 asuransi kepunjaan negara sendiri, dalam hubungan me
njelesaikan soal „wadjib asuransi”.
725