Jilid-04 Depernas 24-Bab-54
BAB 54
PERUMAHAN
§ 704. Pendahuluan
a. Pembangunan perumahan dalam djumlah jang seimbang dengan
kebutuhan, sesungguhnja tak dapat dipikul oleh Negara, djustru
karena biaja2 jang dibutuhkan untuk pembangunan demikian akan
terlalu melampaui kemampuan Negara.
b. Djalan satusatunja jang sungguh2 setjara "natuurlijk" akan men
tjapai pemetjahan persoalan ini, ialah pelaksanaan sebuah "stoot
project" kemaknuuan jang terdiri dari beberapa bagian dan ber
maksud dalam djangka pendek mempertinggi dajabeli Rakjat, agar
supaja penghidupan Rakjat segera dapat ditenteramkan kembali,
sehingga Rakjat mampu mendjalankan tindakan 2 baru dilapangan
pembangunan.
c. Setelah penghasilan per capita mendjadi lebih lajak disebabkan
operasi2 dalam lapangan ekonomi, seperti dimaksudkan dengan
pelaksanaan sebuah stootproject, maka barulah Indonesia meningkat
ketaraf pengisian kekurangan perumahan, setjara serieus. Dalam
taraf demikianlah rentjana pembangunan perumahan mulai berbi
tjara.
§ 705. Masalah kekurangan perumahan di Indonesia
a. Sepandjang pengetahuan maka hingga kini belum pernah diadakan
penjelidikan2 jang bersifat ilmiah mengenai masalah kekurangan
perumahan di Indonesia jang menghasilkan angka 2 objectip untuk
didjadikan sebagai pedoman pembangunan perumahan betentjana.
b
Bila seandainja telah tersusun angka2 demikian, maka pendapat2
jang dikemukakan disini harus ditindjau kembali.
c. Berhubung dengan sempitnja waktu, maka sementara terpaksa di
ambil beberapa angka jang terdapat dalam Rentjana Pendahuluan
(outline plan) Djakarta Raja jang disusun oleh Tuan Kenneth Watts
dengan kerdja sama dengan Ir. R. S. Danunagoro dan Ir. L. O. Brien
dan jang terdapat dalam buku „Pedoman dan tuntutan pembangun
an dan Perumahan dan Perekonomian Rakjat Sehat” jang diter
bitkan SEKERTARIAT KONGRES PERUMAHAN RAKJAT SEHAT
serta buku tjatatan KONGRES PERUMAHAN RAKJAT 25 8 '50.
d. Untuk menggambarkan sekaligus, betapa besarnja kesulitan jang
sedang;dihadapi oleh Republik Indonesia berupa kekurangan peru
mahan, baik sebagai tempat tinggal bagi penduduk, maupun sebagai
tempat instansiinstansi pemerntah dalam arti jang seluasluasnja,
maka adalah baiknja ditjatat disini sebab2 utama daripada keku
rangan perumahan itu, ja'ni
726
1
2
3
4
5
meningkatnja djumlah penduduk dari ± 70.476.000 djiwa dalam
tahun 1940 hingga ± 85.000.000 djiwa dalam tahun 1959 ;
hantjurnja sedjumlah perumahan karena pendudukan Djepang;
hantjurnja sedjumlah perumahan karena perdjuangan Kemer
dekaan Indonesia ;
hantjurnja sedjumlah perumahan karena tidak adanja pemeli
haraan lajak ;
tidak berartinja djumlah pembangunan perumahan baru, bila
dibandingkan dengan djumlah tambahnja penduduk dan han
tjurnja sedjumlah perumahan jang telah dibangun sebelum
tahun 1940.
e.
Dalam kongres perumahan rakjat 1952 Ir Dipokusumo telah me
naksir keadaan perumahan di Indonesia dalam tahun 1930 sebagai
berikut :
1
Penduduk Indonesia :
2.
Djuimlah rumah :
(a)
(b)
(c)
(d)
Rumah permanen batu
dan bukan batu
Rumah semi permanen
pakai atap permanen
Rumah semi permanen
pakai atap tidak
Gedung2 lain (hotel,
asmara, dsb)
42.000.000 djiwa
±
440.000 buah =
4.9%
± 4.900.000 „
=
55.0%
± 3.500.000 „
=
39.2%
±
=
0.9%
± 8.920.000 buah =
100%
80.000 ,
3.
Kesimpulankesumpulan berharga sebagai berikut :
(a) Djumlah penduduk per rumah, ratarata ; 4,7 djiwa.
(b) Diumlah rumah permanen (batu, bukan bath) adalah relatip ketjil,
jakni : 1 antara 20.
(c) ± 95% dad djumlah rumah2 adalah semipermanen sedang
sebagian clad golongan terachir ini adalah beratap bahan 2
sementara, (berupa ± 40%).
f.
Dalam Kongres Perumahan Rakiat 1952 In. Soewarto menaksir ke
kurangan perumahan Indonesia itu sedjumlah ± 1.000.000 rumah,
akibat penambahan penduduk sedjumlah 5.000.000 djiwa, dan sekali
lagi ± 1.000.000 rumah akibat perang dan revolusi, digaibungkan
mendjadi ± 2.000.000 rumah.
Taksiran ini adalah berdasarkan• angkaangka ta'hun 1952. Sediak
itu telah bertambah lagi djumlah kekurangan jang disebab
727
kan oleh terus meningkatnja djumlah penduduk mendjadi ±
85.000.000 djiwa pada saat ini.
Bila diambil 1 rumah ratarata sedjumlah 5 djiwa, maka sebagai
landjutan dari taksiran Ir. Soewarto tersebut diatas, kekurangan
10.000.000
perumahan itu harus ditaksir sedjumlah ± 2.000.000 +
5
± 4.000.000 rumah.
Bila d'ambil luasnja 1 rumah ratarata 60 m2 (berkisar antara 40
dan 80 m2, djumlah mana adalah sangat minimaal, apalagi bila
diperhitungkan pertumbuhan modernisasi Indonesia diharihari de
pan) maka biaja pembangunan rumah demikian adalah berkisar
antara 60 X Rp. 2.000,— dan 60 X Rp. 3.000,— jakni antara
Rp. 120.000,— dan Rp. 180.000,— atau bila diperkenankan pelak
sanaan setjara berkwaliteit rendahan, maka biaja pembangunan ru
mah demikian akan berdjumlah 60 X Rp. 15.000,— = Rp. 90.000,—
belum termasuk biaja pembelian tanah.
Untuk tiaptiap rumah demikian dibutuhkan ± 250 m 2 tanah
ratarata a Rp. 20,— mendjadi Rp. 5.000,— perrumah.
Dengan demikian ketinggalan Indonesia dalam lapangan perumahan
itu (tempat diam belaka) dapat disusul dengan pembangunan
4.000.000 rumah a minimaal Rp.90.000, = Rp.360.000.000.000,
Ditambah dengan pemtbelian tanah
4.000.000 X Rp.. 5.000,—
= Rp. 20.000.000.000.—
2
Ditambah dengan djalan : 0,3 X
20.000.000.000,— + 100.000.000
X Rp. 40,—
= Rp. 46.000.000.000,
mendjadi Rp.426.000.000.000,
Djadi untuk menjusul ketinggalan sekarang dalam lapangan peru
mahan rakjat telah dibutuhkan sedjumlah 426 miljard rupiah !
Belum untuk mengikuti perkembangan penduduk dari tahun ke
tahun jang dengan ukuran2 jang sama dapat ditaksir sedjumlah
1.500.000 = 300.000 rumah tiaptap tahun berikut.
5
Disini belum disebutsebut kebutuhankebutuhan atau ketinggalan 2
dalam .persediaan gedung:gedung .(ruanganruangan) bagi:
(1) instansiinstansi pemerintahan, dipusat dan daerah ;
(2) Perguruan Tinggi, Sekolah Menengah dan rendah ;
(3) Lembagalembaga Ilmu pengetahuan ;
(4) badanbadan kesediahteraan Rakjat.dan sebagainja.
g.
Bila dikatakan, bahwa sebab Mama daripada kekurangan perumah
an itu adalah terusmenerus bertambahnja djumlah penduduk tiap
tahun, maka hal itu ibelum melukiskan keadaan sebenar.n ,ja
setjara lengkap.
Kekurangan perumahan didaerah2 pedusunan hingga kini balum
turut memberatkan beban Pemerintah setjara langsung, melainkan
kekurangan perumahan jang sangat didaerah2 kota atau setengah
728
kotalah jang dirasakan meminta penjelesaian setjara urgen, teris
timewa kekurangan perumahan bagi pegawai 2 Pemerintah. Keku
rangan inilah jang lazim dipertanggungdjawabkan oleh umum
kepada Pemerintah, sedang kekurangan2 jang terdapat didaerah2
pedusunan belum tergambar sebagai tanggungdjawab Pemerintah
dalam pikiran seharihari. Disini ditegaskan bahwa persoalan per
umahan ini dalam keadaan masjarakat jang normaal dan sehat
tidaklah termasuk langsung dalam tanggamgdjawab Pemerintah,
althans dalam hal pembiajaannja, akan tetapi dalam keadaan Indo
nesia sekarang ini, sesuatu tidaklah dapat dilepaskan begitu sadja
daripada tanggungdjawab Pemerintah, oleh karena sebagian besar
daripada perkembangan dan keadaan sekarang ini adalah akibat
daripada kebidjaksanaan Pemerintah R.I. dalam bidang ekonomi dan
keuangan dalam masa jang lampau.
h.
Untuk menjelidiki, apakah angka kekurangan perumahan sedjumlah
± 4.000.000 buah tidak terlalu tinggi, maka dapat ditindjau kea
daan kesatuan masjarakat jang konkrit. Bila dibandingkan angka2
penduduk kota dan penduduk daerah sekitarnja (achterland) dan
keumdian angka2 tahun 1940 dibandingkan dengan angka2 th. 1959,
maka ternjata, bahwa sebab terutama daripada kekurangan peru
mahan didaerah2 kota adalah bergesernja penduduk dad pedusunan
kekota setjara meningkat. Telah diambil sebagai bahan permulaan
angka2 mengenai Djakarta dan Bogor, dan setelah mempeladjari
angka2 penbandingan penduduk mengenai kotakota tersebut maka
tidaklah terlalu djauh dari kebenaran, bila perbandingan angka2
seluruh penduduk dikotakota di Indonesia ditaksir sebagai berikut :
Tahun
Penduduk
seluruh Indonesia
Penduduk
kota2 diseluruh Indonesia
1940
70.476.000
± 4% = 2.819.040
1959
85.000.000
± 11% = 9.350.000
Penduduk kotakota
bertambah
6.530.960.
Bila dianut prinsip, bahwa rakjat dipedusunan akan membangun
perumahannja sendiri dalam masa normaal, maka Pemerintah masih
6.530.960
menghadapi kekurangan perumahan sedjumlah: = 5
= 1.306.192 buah atau dibulatkan mendjadi 1.310.000 buah.
729
Dengan demikian masih tetap gigantislah pembangunan jang harus
dilaksanakan jang masih membutuhkan biaja sedjumlah : 131
400
X Rp. 426.000.000.000,— = Rp. 139.515.000.000,.
Dibulatkan : 140 miljard rupiah.
Ini sekedaruntuk mengimbangi ketinggalan, belum biaja untuk me
ngikuti perkembangan selandjutnja.
Kebutuhan2 akan gedung2 lainnja, untuk keperluan administrasi
pemerintahan, sekolah, universitas, badan2 sosial dan sebagainja,
tidak termasuk dalam djumlah tsb. diatas;
Selain daripada itu, ketjuali untuk perguruan dan badan2 sosial,
gedung2 umum itu tidak berupa pembangunan jang continue, akan
tetapi bersifat "eenmalig". Bahwa sebagian daripada perumahan
rakjat jang ada sekarang belum dapat dianggap sebagai perumah
an lajak dan sehat,. belum disinggung dalam pemandangan diatas.
Demikian gambaran umum keadaan perumahan rakjat di Indonesia
sekarang ini.
§ 706. Pemetjahan Persoalan,
a.
b.
Melihat angkaangka biaja pembangunan perumahan jang seimbang
dengan kebutuhan, maka njatalah bahwa biaja2 sedemikian besarnja
tak mungkin dibebankan atas pundak Negara,
Dad fihak Partikelirpun usaha pembangunan perumahan setjara
besarbesaran hanja dapat berdjalan bila modal pembangunan dapat
dikembalikan oleh pemilik rumah dan djangka waktu jang seimbang
pendeknja dengan situasi dan tjepatnja peredaran uang.
Dalam hubungan ini harus diperhatikan bahwa usaha2 pemba
ngunan perumahan tidak akan berdjalan selama belum tertjapai
kembali perimbangan sehat antara biaja pembangunan (B) dan
djumlah penghasilan peminat (P). Perbandingan sehat antara
biaja pembangunan dan penghasilan ialah, misalnja :
B = 13 P
Dan dengan perbandingan ini dapatlah seorang peminat memiliki
sebuah rumah dengan mentjitjil tiap2 bulan 15% P selama 10 th,
p
enghasilan rata2 pada dewasa ini adalah sedemikian rendahnja,
sehingga formula diatas hanja dapat menghasilkan sebuah kamar
ketjil dan bila menghendaki rumah jang lajak maka dengan P jang
sama perbandingan antara biaja pembangunan dan penghasilan
harus mendjadi
B = 45 P hingga
B = 50 P, sehingga
modal demikian baru dapat dilunasi sesudah i 330 bulan jang dalam
praktek tak mungkin terdjadi (tidak ada tersedia modal jang dapat
dipindjam dengan sjaratsjarat demikian).
730
c.
d.
e.
f.
Dari uraian diatas djelaslah bahwa dari fihak partikulir tak dapat
didjalankan usaha pembangunan perumahan dalam djumlah2 jang
seintbang, selant.a perbandingan antara penghasilan per capita de
ngan harga bahanbahan belum sehat kembali.
Bila Pemerintah dipaksa oleh keadaan membangun perumahan
dart bila tersedia modal pembangunan tanpa mengganggu pelak
sanaan projek2 perekonomian, maka pembangunan perumahan itu
sebaiknja dikonsentrir didaerahdaerah kota djustru untuk menam
pung kesulitan2 dalam lapanganlapangan :
1. perumahan pegawai
2. permmahan/pentondokan angauta2 alat negara bersendjata.
Jang djelas harus dilaksanakan oleh Pemerintah ialah perbaikan
usaha2 dalam lapangan produksi bahan2 pembangunan dalam arti
jang seluasluasnja
Produksi bahan2 pembangunan jang harus diimpor, seperti bahan 2
berupa besi, tembaga, timah hitam dan sebagainja harus menunggu
hasil pembangunan industri terlebih dahulu, dan tidak dapat di
usahakan terpisah daripada rentjana pembangunan industri.
Dalam phase pertama bahanbahan impor demikian masih terpaksa
diimpor terus, akan tetapi usaha untuk membuat/menghasilkan
bahan2 tersebut di Indonesia harus diberikan prioritet pertama.
Selandjutnja .tiaptiap Djawatan jang ada sangkutpautnja dengan
pengawasan persediaan bahan2 alam jang dapat atau lazim digu
nakan untuk pembangunan harus segera dimobilisir untuk menga
dakan stockopname dan mengadakan explorasi jang seluasluasnja,
agar supaja segera dapat diketahui ukuran' kemungkinan maksimal
dihari depan
Hingga kini belum dipakai setjara besarbesaran kekajaan kaju
Indonesia.
Kaju2 klas satu seperti djati dan belian (ijzerhout) tjukup dikenal,
akan tetapi kaju2 klas I, seperti : ebbenhout, giam, kulim, laban,
merbau, nani, sawoketjil, sonokeling, tembesu, tempinis, jang se
muanja tidak kalah keteguhan dan keawetannja dengan djati mau
pun keindahannja, belum digunakan setjara luas.
Di Amerika Serikat misalnja kebanjakan hutan 2 sudah terlandjur
milik partikulir, akan tetapi di Indonesia keadaan untung sekali
masih murni ; semua hutan2 masih milik Negara dan oleh karena
itu kekajaan kaju itu (kaju2 klas II, III dan IV belum disebutsebut)
berupa sumber kekajaan jang maha penting. Djanganlah dilupa
kan, bahwa hutan memprodusir terusmenerus sepandjang tahun,
tidak ada hentihentinja.
Teknik2 pengawetan harus segera dimiliki dan digunakan, agar
supaja kaju2 jang rendahan kwalitetnja dapat digunakan untuk
bangunan sederhana dengan memperpandjang umur (tahan lama)
kajukaju jang bersangkutan.
731
Dalam hal ini harus berhatihati mengimpor chemicalieen penga
wet dari luar negeri, seperti misalnja : "wolmanzout" jang ternjata
tidak mengawetkan, dan dengan demikian pengimporan "wolman
zout" itu hanja merugikan Indonesia sadja (devisen dan hilangnja
banjak kaju).
Pertjobaan sistim2 dan obat2 pengawetan memakan waktu berpuluh
tahun. Oleh karena itu pengimporan obatobat pengawetan dan
sebagainja, memerlukan penelitian lebih dahulu dengan seksama.
Itulah sebabnja harus ditjarikan obat2 baru jang dapat dihasilkan
sepenuhnja di Indonesia, agar supaja segala risiko diperketjil se
ketjilketjilnja.
Inilah suatu tjontoh sadja mengenai politik pengendalian bahan 2.
Pemakaian kaju belian mendjadi sirap harus diutamakan, oleh
karena tidak ada lagi djenis kaju jang lebih bank dari kaju belian
untuk didjadikan sirap, berhubung dengan keistimewaan keawetan
nja terhadap hudjan dan panas.
Sesudah diketahui persediaan hutan kaju belian itu dan sesudah
diketahui kemungkinan maksimal daripada kapasitet produksi
Indonesia claim penghasilan hutan pohon belian, maka sebaiknja
seluruh produksi digunakan untuk pembuatan sirap, agar supaja
dapat membantu produksi genteng sebagai bahan utama untuk atap
gedung2. Andaikata djumlah2 melebihi kebutuhan dalam negeri,
sirap kaju belian itu dapat didjadikan bahan ekspor.
Teknik pembuatan fineer kaju kelas I untuk melapisi kaju 2 klas
rendahan serta teknik pengeleman harus segera diperkembang
dan direaliseer setjara besarbesaran.
Dengan demikian dapat dihasilkan bahan paneel untuk pintupintu,
dinding2 dan untuk industri perabot rumah tangga. Arti teknik
fineer, pembuatan multiplex dan triplex adalah sangat besar dalam
industri kaju.
Lihatlah Djepang, Negeri Skandinavia jang sudah djauh sekali
kemadjuannja dilapangan indusitri kaju. Setelah memiliki teknik
pengawetan dan pengeleman setjara mendalam, maka baru terbuka
pemakaian kaju2 klas rendahan, ditutup dengan lapisan fineer jang
serba indah setjara tak berbatas lagi, ja untuk pembangunan ge
dunggedung, ja untuk industri prabot rumah tangga.
g.
Mengenai industri keramik, perlu diperluas dan djuga perlu diper
tinggi kwalitet bate bata, genteng.
Dimana ada tanah lempung jang memenuhi sjarat2 teknik harus
distimulir industri keramik.
Teknik pemberian lapisan glazuur dapat mempertinggi kwalitet
genteng, dapat menghasilkan pipa2 genteng berlapis glazuur jang
sangat dibutuhkan untuk riolering rumah 2 dan sebagainja : dalam
hal ini sudah tiba waktunja untuk membangun pabrik keramik jang
mechanic dan modern serta berukuran besar.
Pun dengan dimilikinja teknik. pemberian lapisan glazuur dapat
pula dibuat ubin2 keramik/berlapis, djustru untuk menambah ka
pasitet pembuatan ubin2 jang dibuat dengan semen, Bila industri
732
keramik telah madju, maka lapangan bekerdja untuk penganggur
atau setengah penganggur bertambah dan sekali gus menambah
volume barang dalam negeri jang dalam gilirannja turut memper
baiki keadaan perekonomian rakjat.
Ubinubin keramik jang berlapis glazuur dapat digunakan Peruma
han Rakjat, sedang ubinubin keramik tanpa glazuur dapat dipakai
untuk lantai2 ruangan gudang dan lantai2 terras dan sebagainja.
Tindakan ini akan menghemat pemakaian semen.
h.
Produksi kapur dan tras harus diperluas, demikianpun produksi
semen.
Produksi bahanbahan tersebut diatas sama sekali tidak mentjukupi
kebutuhan ketjilketjilan pada dewasa ini, sehingga untuk kema
djuan pesat adalah sjarat mutlak untuk memperhebat produksi
bahanbahan pembangunan dengan arti jang seluas luasnja.
t.
Penggunaan petjahan batu alam, sebagai marmer, graniet, kwartziet,
andesiet dan sebagainja jang belum mempunjai peranan besar da
lam dunia pembangunan, harus distimulir, dengan mengintro
dusir pemakaian ubin2 dan plaat2 terrazo untuk gedung2 umum dan
kemudian memperkembang teknik pembuatan terrazo atau batu2
tiruan jang beraneka warna, pembuatan beton hiasan, beton split
dan sebagainja agar supaja memperkaja djenis2 bahan jang dapat
digunakan guna pembangunan gedung 2. Pun pembuatan semen
putih disamping semen abuabuan harus segera diusahakan.
j.
Selandjutnja harus setjara serieus dibangun pabrik asbest dengan
semua aspekaspeknja. Jang perlu dimulai sekarang diusahakan
ialah pembuatan alat2 penggantung dan penguntji pintu dan
djendela, walaupun sementara dengan menggunakan bahan
bahan jang diimpor.
k.
Menunggu realisasi industri ringan dan berat, maka untuk meng
hemat devisen perlu dimulai dibangun pabrik pembuatan alatalat
penggantung dan penguntji tersebut diatas.
1.
Indonesia harus ntulai menjukai bahan2 buatan sendiri, walaupun
sementara kwalitet belum memuaskan sepenuhnja. Hanja dengan
djalan demikian pengalaman dan pengetahuan untuk memprodusir
alat2 jang sederadjat dengan apa jang terdapat dipasar internasional.
Demikian pula mengenai alat2 instalasi lampu listrik, bahan2 kimia
untuk produksi tjat dan sebagainja.
m. Bila sesuatu harus diimpor, maka hendaknja diimpor barang2 jang
tidak tanggung2 kwalitetnja, agar supaja jang menelan devisen itu
Mahan lama. Dengan memperluas dan memperkembang produksi
bahan2 dan alat2 pembangunan didalam negeri, Pemerintah setjara
umum dapat mempersubur iklim pembangunan karena perbekalan
usahausaha pembangunan akan berdjalan lebih lantjar daripada
sekarang.
733
Inilah djalan sebaikbaiknja bagi Pemerintah untuk membantu usaha
pembangunan perumahan rakjat dalam arti jang luas !
n.
Mengenai pembangunan gedunggedung umum jang perentjanaannja
(bouw program) terletak dalam tangan masing2 Departemen ada
beberapa saran sadja jang perlu ditjatat disini.
Gedung2 umum, seperti kantor2, sekolah2 (rendah, menengah dan
atas) lembaga2, laboratorium2, rumah2 sakit dan sebagainja hen
daknja dibagi dalam dua golongan.
Golongan I ialah gedung2 umum jang dibangun didaerahdaerah
kota. Gedung demikian berhubung alasan2 ekonomis, seharusnja
dibuat setjara bertingkat dan dengan bahan2 jang terkuat dan tahan
lama, satu dan lain dengan hubungan erat dengan perentjanaan kota.
Bertingkat : Untuk menghemat tanah pembangunan, dan untuk mem
batasi luasnja kotakota. Pun eksploitasi air leiding, gas,
listrik dan telpon mendjadi menguntungkan Negara (salu
ransaluran jang sauna melajani lebih banjak ruangan dan
sebagainja).
Bahanbahan jang terkuat dan tahan lama :
Pembangunan gedung' umum biasanja bersifat "eenmalig"
sehingga'sekali dibangun, heridaknja sesuatu tahan sela
malamanja, tanpa membutuhkan biaja pemeliharaan jang
besar.
Berhubungan erat dengan perentjanaan kota :
Kebanjakan gedung2 dikota tidaklah dibangun atau diren
tjanakan oleh Perentjana Kota, jakni Kotapradja. Agar
supaja harmoni keseluruhan kota terdjamin, adalah
sjarat .mutlak, bahwa perentjanaan pembangunan sesuatu
gedung umum harus dengan petundjuk2 Percntjana Kota,
atau setelah dimusjawarahkan projek jang bersangkutan
dengan Perentjanaan Kota.
Golongan II ialah gedung2 umum jang dibangun didaerahdaerah pedu
sunan (landelijk).
Gedung2 demikian hendaknja dibangun dengan konstruksi jang
sederhana jang mudah disesuaikan pada alam sekitarnja. Monumentali
tet djanganlah diutamakan, sedang bangunan bertingkattingkat seda
patdapatnja dihindarkan.
Mengenai pemakaian bahan2 atau konstruksi2 tahan lama, sedapat
dapatnja setjara konsekwen dipertahankan, djustru untuk menghindari
kan terulangnja pengeluaran2 (tang jang besar dihari kemudian. Peren
734
njana gedung2 umum didaerahdaerah. pedusunan harus mendjaga supaja
gedung turut memperindah alam sekitarnja, dan djangan mengurangi
keindahan atau harmoni alam sekitarnja.
Untuk kedua golongan gedung2 tersebut diatas hendaknja diren
tjanakan sesuai dengan iklim setempat, umumnja iklim tropis, sehingga
dalam tiap2.perentjanaan gedung harus tertampung kesulitan2 jang di
timbulkan oleh hudjan dan panasnja matahari. Sjarat ini adalah sjarat
fundamentil untuk menudju kearah tertjiptanja arsitektur modern di
Indonesia.
735
PERUMAHAN
§ 704. Pendahuluan
a. Pembangunan perumahan dalam djumlah jang seimbang dengan
kebutuhan, sesungguhnja tak dapat dipikul oleh Negara, djustru
karena biaja2 jang dibutuhkan untuk pembangunan demikian akan
terlalu melampaui kemampuan Negara.
b. Djalan satusatunja jang sungguh2 setjara "natuurlijk" akan men
tjapai pemetjahan persoalan ini, ialah pelaksanaan sebuah "stoot
project" kemaknuuan jang terdiri dari beberapa bagian dan ber
maksud dalam djangka pendek mempertinggi dajabeli Rakjat, agar
supaja penghidupan Rakjat segera dapat ditenteramkan kembali,
sehingga Rakjat mampu mendjalankan tindakan 2 baru dilapangan
pembangunan.
c. Setelah penghasilan per capita mendjadi lebih lajak disebabkan
operasi2 dalam lapangan ekonomi, seperti dimaksudkan dengan
pelaksanaan sebuah stootproject, maka barulah Indonesia meningkat
ketaraf pengisian kekurangan perumahan, setjara serieus. Dalam
taraf demikianlah rentjana pembangunan perumahan mulai berbi
tjara.
§ 705. Masalah kekurangan perumahan di Indonesia
a. Sepandjang pengetahuan maka hingga kini belum pernah diadakan
penjelidikan2 jang bersifat ilmiah mengenai masalah kekurangan
perumahan di Indonesia jang menghasilkan angka 2 objectip untuk
didjadikan sebagai pedoman pembangunan perumahan betentjana.
b
Bila seandainja telah tersusun angka2 demikian, maka pendapat2
jang dikemukakan disini harus ditindjau kembali.
c. Berhubung dengan sempitnja waktu, maka sementara terpaksa di
ambil beberapa angka jang terdapat dalam Rentjana Pendahuluan
(outline plan) Djakarta Raja jang disusun oleh Tuan Kenneth Watts
dengan kerdja sama dengan Ir. R. S. Danunagoro dan Ir. L. O. Brien
dan jang terdapat dalam buku „Pedoman dan tuntutan pembangun
an dan Perumahan dan Perekonomian Rakjat Sehat” jang diter
bitkan SEKERTARIAT KONGRES PERUMAHAN RAKJAT SEHAT
serta buku tjatatan KONGRES PERUMAHAN RAKJAT 25 8 '50.
d. Untuk menggambarkan sekaligus, betapa besarnja kesulitan jang
sedang;dihadapi oleh Republik Indonesia berupa kekurangan peru
mahan, baik sebagai tempat tinggal bagi penduduk, maupun sebagai
tempat instansiinstansi pemerntah dalam arti jang seluasluasnja,
maka adalah baiknja ditjatat disini sebab2 utama daripada keku
rangan perumahan itu, ja'ni
726
1
2
3
4
5
meningkatnja djumlah penduduk dari ± 70.476.000 djiwa dalam
tahun 1940 hingga ± 85.000.000 djiwa dalam tahun 1959 ;
hantjurnja sedjumlah perumahan karena pendudukan Djepang;
hantjurnja sedjumlah perumahan karena perdjuangan Kemer
dekaan Indonesia ;
hantjurnja sedjumlah perumahan karena tidak adanja pemeli
haraan lajak ;
tidak berartinja djumlah pembangunan perumahan baru, bila
dibandingkan dengan djumlah tambahnja penduduk dan han
tjurnja sedjumlah perumahan jang telah dibangun sebelum
tahun 1940.
e.
Dalam kongres perumahan rakjat 1952 Ir Dipokusumo telah me
naksir keadaan perumahan di Indonesia dalam tahun 1930 sebagai
berikut :
1
Penduduk Indonesia :
2.
Djuimlah rumah :
(a)
(b)
(c)
(d)
Rumah permanen batu
dan bukan batu
Rumah semi permanen
pakai atap permanen
Rumah semi permanen
pakai atap tidak
Gedung2 lain (hotel,
asmara, dsb)
42.000.000 djiwa
±
440.000 buah =
4.9%
± 4.900.000 „
=
55.0%
± 3.500.000 „
=
39.2%
±
=
0.9%
± 8.920.000 buah =
100%
80.000 ,
3.
Kesimpulankesumpulan berharga sebagai berikut :
(a) Djumlah penduduk per rumah, ratarata ; 4,7 djiwa.
(b) Diumlah rumah permanen (batu, bukan bath) adalah relatip ketjil,
jakni : 1 antara 20.
(c) ± 95% dad djumlah rumah2 adalah semipermanen sedang
sebagian clad golongan terachir ini adalah beratap bahan 2
sementara, (berupa ± 40%).
f.
Dalam Kongres Perumahan Rakiat 1952 In. Soewarto menaksir ke
kurangan perumahan Indonesia itu sedjumlah ± 1.000.000 rumah,
akibat penambahan penduduk sedjumlah 5.000.000 djiwa, dan sekali
lagi ± 1.000.000 rumah akibat perang dan revolusi, digaibungkan
mendjadi ± 2.000.000 rumah.
Taksiran ini adalah berdasarkan• angkaangka ta'hun 1952. Sediak
itu telah bertambah lagi djumlah kekurangan jang disebab
727
kan oleh terus meningkatnja djumlah penduduk mendjadi ±
85.000.000 djiwa pada saat ini.
Bila diambil 1 rumah ratarata sedjumlah 5 djiwa, maka sebagai
landjutan dari taksiran Ir. Soewarto tersebut diatas, kekurangan
10.000.000
perumahan itu harus ditaksir sedjumlah ± 2.000.000 +
5
± 4.000.000 rumah.
Bila d'ambil luasnja 1 rumah ratarata 60 m2 (berkisar antara 40
dan 80 m2, djumlah mana adalah sangat minimaal, apalagi bila
diperhitungkan pertumbuhan modernisasi Indonesia diharihari de
pan) maka biaja pembangunan rumah demikian adalah berkisar
antara 60 X Rp. 2.000,— dan 60 X Rp. 3.000,— jakni antara
Rp. 120.000,— dan Rp. 180.000,— atau bila diperkenankan pelak
sanaan setjara berkwaliteit rendahan, maka biaja pembangunan ru
mah demikian akan berdjumlah 60 X Rp. 15.000,— = Rp. 90.000,—
belum termasuk biaja pembelian tanah.
Untuk tiaptiap rumah demikian dibutuhkan ± 250 m 2 tanah
ratarata a Rp. 20,— mendjadi Rp. 5.000,— perrumah.
Dengan demikian ketinggalan Indonesia dalam lapangan perumahan
itu (tempat diam belaka) dapat disusul dengan pembangunan
4.000.000 rumah a minimaal Rp.90.000, = Rp.360.000.000.000,
Ditambah dengan pemtbelian tanah
4.000.000 X Rp.. 5.000,—
= Rp. 20.000.000.000.—
2
Ditambah dengan djalan : 0,3 X
20.000.000.000,— + 100.000.000
X Rp. 40,—
= Rp. 46.000.000.000,
mendjadi Rp.426.000.000.000,
Djadi untuk menjusul ketinggalan sekarang dalam lapangan peru
mahan rakjat telah dibutuhkan sedjumlah 426 miljard rupiah !
Belum untuk mengikuti perkembangan penduduk dari tahun ke
tahun jang dengan ukuran2 jang sama dapat ditaksir sedjumlah
1.500.000 = 300.000 rumah tiaptap tahun berikut.
5
Disini belum disebutsebut kebutuhankebutuhan atau ketinggalan 2
dalam .persediaan gedung:gedung .(ruanganruangan) bagi:
(1) instansiinstansi pemerintahan, dipusat dan daerah ;
(2) Perguruan Tinggi, Sekolah Menengah dan rendah ;
(3) Lembagalembaga Ilmu pengetahuan ;
(4) badanbadan kesediahteraan Rakjat.dan sebagainja.
g.
Bila dikatakan, bahwa sebab Mama daripada kekurangan perumah
an itu adalah terusmenerus bertambahnja djumlah penduduk tiap
tahun, maka hal itu ibelum melukiskan keadaan sebenar.n ,ja
setjara lengkap.
Kekurangan perumahan didaerah2 pedusunan hingga kini balum
turut memberatkan beban Pemerintah setjara langsung, melainkan
kekurangan perumahan jang sangat didaerah2 kota atau setengah
728
kotalah jang dirasakan meminta penjelesaian setjara urgen, teris
timewa kekurangan perumahan bagi pegawai 2 Pemerintah. Keku
rangan inilah jang lazim dipertanggungdjawabkan oleh umum
kepada Pemerintah, sedang kekurangan2 jang terdapat didaerah2
pedusunan belum tergambar sebagai tanggungdjawab Pemerintah
dalam pikiran seharihari. Disini ditegaskan bahwa persoalan per
umahan ini dalam keadaan masjarakat jang normaal dan sehat
tidaklah termasuk langsung dalam tanggamgdjawab Pemerintah,
althans dalam hal pembiajaannja, akan tetapi dalam keadaan Indo
nesia sekarang ini, sesuatu tidaklah dapat dilepaskan begitu sadja
daripada tanggungdjawab Pemerintah, oleh karena sebagian besar
daripada perkembangan dan keadaan sekarang ini adalah akibat
daripada kebidjaksanaan Pemerintah R.I. dalam bidang ekonomi dan
keuangan dalam masa jang lampau.
h.
Untuk menjelidiki, apakah angka kekurangan perumahan sedjumlah
± 4.000.000 buah tidak terlalu tinggi, maka dapat ditindjau kea
daan kesatuan masjarakat jang konkrit. Bila dibandingkan angka2
penduduk kota dan penduduk daerah sekitarnja (achterland) dan
keumdian angka2 tahun 1940 dibandingkan dengan angka2 th. 1959,
maka ternjata, bahwa sebab terutama daripada kekurangan peru
mahan didaerah2 kota adalah bergesernja penduduk dad pedusunan
kekota setjara meningkat. Telah diambil sebagai bahan permulaan
angka2 mengenai Djakarta dan Bogor, dan setelah mempeladjari
angka2 penbandingan penduduk mengenai kotakota tersebut maka
tidaklah terlalu djauh dari kebenaran, bila perbandingan angka2
seluruh penduduk dikotakota di Indonesia ditaksir sebagai berikut :
Tahun
Penduduk
seluruh Indonesia
Penduduk
kota2 diseluruh Indonesia
1940
70.476.000
± 4% = 2.819.040
1959
85.000.000
± 11% = 9.350.000
Penduduk kotakota
bertambah
6.530.960.
Bila dianut prinsip, bahwa rakjat dipedusunan akan membangun
perumahannja sendiri dalam masa normaal, maka Pemerintah masih
6.530.960
menghadapi kekurangan perumahan sedjumlah: = 5
= 1.306.192 buah atau dibulatkan mendjadi 1.310.000 buah.
729
Dengan demikian masih tetap gigantislah pembangunan jang harus
dilaksanakan jang masih membutuhkan biaja sedjumlah : 131
400
X Rp. 426.000.000.000,— = Rp. 139.515.000.000,.
Dibulatkan : 140 miljard rupiah.
Ini sekedaruntuk mengimbangi ketinggalan, belum biaja untuk me
ngikuti perkembangan selandjutnja.
Kebutuhan2 akan gedung2 lainnja, untuk keperluan administrasi
pemerintahan, sekolah, universitas, badan2 sosial dan sebagainja,
tidak termasuk dalam djumlah tsb. diatas;
Selain daripada itu, ketjuali untuk perguruan dan badan2 sosial,
gedung2 umum itu tidak berupa pembangunan jang continue, akan
tetapi bersifat "eenmalig". Bahwa sebagian daripada perumahan
rakjat jang ada sekarang belum dapat dianggap sebagai perumah
an lajak dan sehat,. belum disinggung dalam pemandangan diatas.
Demikian gambaran umum keadaan perumahan rakjat di Indonesia
sekarang ini.
§ 706. Pemetjahan Persoalan,
a.
b.
Melihat angkaangka biaja pembangunan perumahan jang seimbang
dengan kebutuhan, maka njatalah bahwa biaja2 sedemikian besarnja
tak mungkin dibebankan atas pundak Negara,
Dad fihak Partikelirpun usaha pembangunan perumahan setjara
besarbesaran hanja dapat berdjalan bila modal pembangunan dapat
dikembalikan oleh pemilik rumah dan djangka waktu jang seimbang
pendeknja dengan situasi dan tjepatnja peredaran uang.
Dalam hubungan ini harus diperhatikan bahwa usaha2 pemba
ngunan perumahan tidak akan berdjalan selama belum tertjapai
kembali perimbangan sehat antara biaja pembangunan (B) dan
djumlah penghasilan peminat (P). Perbandingan sehat antara
biaja pembangunan dan penghasilan ialah, misalnja :
B = 13 P
Dan dengan perbandingan ini dapatlah seorang peminat memiliki
sebuah rumah dengan mentjitjil tiap2 bulan 15% P selama 10 th,
p
enghasilan rata2 pada dewasa ini adalah sedemikian rendahnja,
sehingga formula diatas hanja dapat menghasilkan sebuah kamar
ketjil dan bila menghendaki rumah jang lajak maka dengan P jang
sama perbandingan antara biaja pembangunan dan penghasilan
harus mendjadi
B = 45 P hingga
B = 50 P, sehingga
modal demikian baru dapat dilunasi sesudah i 330 bulan jang dalam
praktek tak mungkin terdjadi (tidak ada tersedia modal jang dapat
dipindjam dengan sjaratsjarat demikian).
730
c.
d.
e.
f.
Dari uraian diatas djelaslah bahwa dari fihak partikulir tak dapat
didjalankan usaha pembangunan perumahan dalam djumlah2 jang
seintbang, selant.a perbandingan antara penghasilan per capita de
ngan harga bahanbahan belum sehat kembali.
Bila Pemerintah dipaksa oleh keadaan membangun perumahan
dart bila tersedia modal pembangunan tanpa mengganggu pelak
sanaan projek2 perekonomian, maka pembangunan perumahan itu
sebaiknja dikonsentrir didaerahdaerah kota djustru untuk menam
pung kesulitan2 dalam lapanganlapangan :
1. perumahan pegawai
2. permmahan/pentondokan angauta2 alat negara bersendjata.
Jang djelas harus dilaksanakan oleh Pemerintah ialah perbaikan
usaha2 dalam lapangan produksi bahan2 pembangunan dalam arti
jang seluasluasnja
Produksi bahan2 pembangunan jang harus diimpor, seperti bahan 2
berupa besi, tembaga, timah hitam dan sebagainja harus menunggu
hasil pembangunan industri terlebih dahulu, dan tidak dapat di
usahakan terpisah daripada rentjana pembangunan industri.
Dalam phase pertama bahanbahan impor demikian masih terpaksa
diimpor terus, akan tetapi usaha untuk membuat/menghasilkan
bahan2 tersebut di Indonesia harus diberikan prioritet pertama.
Selandjutnja .tiaptiap Djawatan jang ada sangkutpautnja dengan
pengawasan persediaan bahan2 alam jang dapat atau lazim digu
nakan untuk pembangunan harus segera dimobilisir untuk menga
dakan stockopname dan mengadakan explorasi jang seluasluasnja,
agar supaja segera dapat diketahui ukuran' kemungkinan maksimal
dihari depan
Hingga kini belum dipakai setjara besarbesaran kekajaan kaju
Indonesia.
Kaju2 klas satu seperti djati dan belian (ijzerhout) tjukup dikenal,
akan tetapi kaju2 klas I, seperti : ebbenhout, giam, kulim, laban,
merbau, nani, sawoketjil, sonokeling, tembesu, tempinis, jang se
muanja tidak kalah keteguhan dan keawetannja dengan djati mau
pun keindahannja, belum digunakan setjara luas.
Di Amerika Serikat misalnja kebanjakan hutan 2 sudah terlandjur
milik partikulir, akan tetapi di Indonesia keadaan untung sekali
masih murni ; semua hutan2 masih milik Negara dan oleh karena
itu kekajaan kaju itu (kaju2 klas II, III dan IV belum disebutsebut)
berupa sumber kekajaan jang maha penting. Djanganlah dilupa
kan, bahwa hutan memprodusir terusmenerus sepandjang tahun,
tidak ada hentihentinja.
Teknik2 pengawetan harus segera dimiliki dan digunakan, agar
supaja kaju2 jang rendahan kwalitetnja dapat digunakan untuk
bangunan sederhana dengan memperpandjang umur (tahan lama)
kajukaju jang bersangkutan.
731
Dalam hal ini harus berhatihati mengimpor chemicalieen penga
wet dari luar negeri, seperti misalnja : "wolmanzout" jang ternjata
tidak mengawetkan, dan dengan demikian pengimporan "wolman
zout" itu hanja merugikan Indonesia sadja (devisen dan hilangnja
banjak kaju).
Pertjobaan sistim2 dan obat2 pengawetan memakan waktu berpuluh
tahun. Oleh karena itu pengimporan obatobat pengawetan dan
sebagainja, memerlukan penelitian lebih dahulu dengan seksama.
Itulah sebabnja harus ditjarikan obat2 baru jang dapat dihasilkan
sepenuhnja di Indonesia, agar supaja segala risiko diperketjil se
ketjilketjilnja.
Inilah suatu tjontoh sadja mengenai politik pengendalian bahan 2.
Pemakaian kaju belian mendjadi sirap harus diutamakan, oleh
karena tidak ada lagi djenis kaju jang lebih bank dari kaju belian
untuk didjadikan sirap, berhubung dengan keistimewaan keawetan
nja terhadap hudjan dan panas.
Sesudah diketahui persediaan hutan kaju belian itu dan sesudah
diketahui kemungkinan maksimal daripada kapasitet produksi
Indonesia claim penghasilan hutan pohon belian, maka sebaiknja
seluruh produksi digunakan untuk pembuatan sirap, agar supaja
dapat membantu produksi genteng sebagai bahan utama untuk atap
gedung2. Andaikata djumlah2 melebihi kebutuhan dalam negeri,
sirap kaju belian itu dapat didjadikan bahan ekspor.
Teknik pembuatan fineer kaju kelas I untuk melapisi kaju 2 klas
rendahan serta teknik pengeleman harus segera diperkembang
dan direaliseer setjara besarbesaran.
Dengan demikian dapat dihasilkan bahan paneel untuk pintupintu,
dinding2 dan untuk industri perabot rumah tangga. Arti teknik
fineer, pembuatan multiplex dan triplex adalah sangat besar dalam
industri kaju.
Lihatlah Djepang, Negeri Skandinavia jang sudah djauh sekali
kemadjuannja dilapangan indusitri kaju. Setelah memiliki teknik
pengawetan dan pengeleman setjara mendalam, maka baru terbuka
pemakaian kaju2 klas rendahan, ditutup dengan lapisan fineer jang
serba indah setjara tak berbatas lagi, ja untuk pembangunan ge
dunggedung, ja untuk industri prabot rumah tangga.
g.
Mengenai industri keramik, perlu diperluas dan djuga perlu diper
tinggi kwalitet bate bata, genteng.
Dimana ada tanah lempung jang memenuhi sjarat2 teknik harus
distimulir industri keramik.
Teknik pemberian lapisan glazuur dapat mempertinggi kwalitet
genteng, dapat menghasilkan pipa2 genteng berlapis glazuur jang
sangat dibutuhkan untuk riolering rumah 2 dan sebagainja : dalam
hal ini sudah tiba waktunja untuk membangun pabrik keramik jang
mechanic dan modern serta berukuran besar.
Pun dengan dimilikinja teknik. pemberian lapisan glazuur dapat
pula dibuat ubin2 keramik/berlapis, djustru untuk menambah ka
pasitet pembuatan ubin2 jang dibuat dengan semen, Bila industri
732
keramik telah madju, maka lapangan bekerdja untuk penganggur
atau setengah penganggur bertambah dan sekali gus menambah
volume barang dalam negeri jang dalam gilirannja turut memper
baiki keadaan perekonomian rakjat.
Ubinubin keramik jang berlapis glazuur dapat digunakan Peruma
han Rakjat, sedang ubinubin keramik tanpa glazuur dapat dipakai
untuk lantai2 ruangan gudang dan lantai2 terras dan sebagainja.
Tindakan ini akan menghemat pemakaian semen.
h.
Produksi kapur dan tras harus diperluas, demikianpun produksi
semen.
Produksi bahanbahan tersebut diatas sama sekali tidak mentjukupi
kebutuhan ketjilketjilan pada dewasa ini, sehingga untuk kema
djuan pesat adalah sjarat mutlak untuk memperhebat produksi
bahanbahan pembangunan dengan arti jang seluas luasnja.
t.
Penggunaan petjahan batu alam, sebagai marmer, graniet, kwartziet,
andesiet dan sebagainja jang belum mempunjai peranan besar da
lam dunia pembangunan, harus distimulir, dengan mengintro
dusir pemakaian ubin2 dan plaat2 terrazo untuk gedung2 umum dan
kemudian memperkembang teknik pembuatan terrazo atau batu2
tiruan jang beraneka warna, pembuatan beton hiasan, beton split
dan sebagainja agar supaja memperkaja djenis2 bahan jang dapat
digunakan guna pembangunan gedung 2. Pun pembuatan semen
putih disamping semen abuabuan harus segera diusahakan.
j.
Selandjutnja harus setjara serieus dibangun pabrik asbest dengan
semua aspekaspeknja. Jang perlu dimulai sekarang diusahakan
ialah pembuatan alat2 penggantung dan penguntji pintu dan
djendela, walaupun sementara dengan menggunakan bahan
bahan jang diimpor.
k.
Menunggu realisasi industri ringan dan berat, maka untuk meng
hemat devisen perlu dimulai dibangun pabrik pembuatan alatalat
penggantung dan penguntji tersebut diatas.
1.
Indonesia harus ntulai menjukai bahan2 buatan sendiri, walaupun
sementara kwalitet belum memuaskan sepenuhnja. Hanja dengan
djalan demikian pengalaman dan pengetahuan untuk memprodusir
alat2 jang sederadjat dengan apa jang terdapat dipasar internasional.
Demikian pula mengenai alat2 instalasi lampu listrik, bahan2 kimia
untuk produksi tjat dan sebagainja.
m. Bila sesuatu harus diimpor, maka hendaknja diimpor barang2 jang
tidak tanggung2 kwalitetnja, agar supaja jang menelan devisen itu
Mahan lama. Dengan memperluas dan memperkembang produksi
bahan2 dan alat2 pembangunan didalam negeri, Pemerintah setjara
umum dapat mempersubur iklim pembangunan karena perbekalan
usahausaha pembangunan akan berdjalan lebih lantjar daripada
sekarang.
733
Inilah djalan sebaikbaiknja bagi Pemerintah untuk membantu usaha
pembangunan perumahan rakjat dalam arti jang luas !
n.
Mengenai pembangunan gedunggedung umum jang perentjanaannja
(bouw program) terletak dalam tangan masing2 Departemen ada
beberapa saran sadja jang perlu ditjatat disini.
Gedung2 umum, seperti kantor2, sekolah2 (rendah, menengah dan
atas) lembaga2, laboratorium2, rumah2 sakit dan sebagainja hen
daknja dibagi dalam dua golongan.
Golongan I ialah gedung2 umum jang dibangun didaerahdaerah
kota. Gedung demikian berhubung alasan2 ekonomis, seharusnja
dibuat setjara bertingkat dan dengan bahan2 jang terkuat dan tahan
lama, satu dan lain dengan hubungan erat dengan perentjanaan kota.
Bertingkat : Untuk menghemat tanah pembangunan, dan untuk mem
batasi luasnja kotakota. Pun eksploitasi air leiding, gas,
listrik dan telpon mendjadi menguntungkan Negara (salu
ransaluran jang sauna melajani lebih banjak ruangan dan
sebagainja).
Bahanbahan jang terkuat dan tahan lama :
Pembangunan gedung' umum biasanja bersifat "eenmalig"
sehingga'sekali dibangun, heridaknja sesuatu tahan sela
malamanja, tanpa membutuhkan biaja pemeliharaan jang
besar.
Berhubungan erat dengan perentjanaan kota :
Kebanjakan gedung2 dikota tidaklah dibangun atau diren
tjanakan oleh Perentjana Kota, jakni Kotapradja. Agar
supaja harmoni keseluruhan kota terdjamin, adalah
sjarat .mutlak, bahwa perentjanaan pembangunan sesuatu
gedung umum harus dengan petundjuk2 Percntjana Kota,
atau setelah dimusjawarahkan projek jang bersangkutan
dengan Perentjanaan Kota.
Golongan II ialah gedung2 umum jang dibangun didaerahdaerah pedu
sunan (landelijk).
Gedung2 demikian hendaknja dibangun dengan konstruksi jang
sederhana jang mudah disesuaikan pada alam sekitarnja. Monumentali
tet djanganlah diutamakan, sedang bangunan bertingkattingkat seda
patdapatnja dihindarkan.
Mengenai pemakaian bahan2 atau konstruksi2 tahan lama, sedapat
dapatnja setjara konsekwen dipertahankan, djustru untuk menghindari
kan terulangnja pengeluaran2 (tang jang besar dihari kemudian. Peren
734
njana gedung2 umum didaerahdaerah. pedusunan harus mendjaga supaja
gedung turut memperindah alam sekitarnja, dan djangan mengurangi
keindahan atau harmoni alam sekitarnja.
Untuk kedua golongan gedung2 tersebut diatas hendaknja diren
tjanakan sesuai dengan iklim setempat, umumnja iklim tropis, sehingga
dalam tiap2.perentjanaan gedung harus tertampung kesulitan2 jang di
timbulkan oleh hudjan dan panasnja matahari. Sjarat ini adalah sjarat
fundamentil untuk menudju kearah tertjiptanja arsitektur modern di
Indonesia.
735