Jilid-04 Depernas 24-Bab-54

BAB 54
PERUMAHAN
§ 704. Pendahuluan
a.  Pembangunan   perumahan   dalam   djumlah   jang   seimbang   dengan
kebutuhan,   sesungguhnja   tak   dapat   dipikul   oleh   Negara,   djustru
karena   biaja2  jang   dibutuhkan   untuk   pembangunan   demikian   akan
terlalu melampaui kemampuan Negara.
b. Djalan   satu­satunja   jang   sungguh2   setjara   "natuurlijk"   akan   men­
tjapai   pemetjahan   persoalan   ini,   ialah   pelaksanaan   sebuah   "stoot­
project"   kemaknuuan   jang   terdiri   dari   beberapa   bagian   dan   ber­
maksud   dalam   djangka   pendek   mempertinggi   daja­beli   Rakjat,   agar
supaja   penghidupan   Rakjat   segera   dapat   ditenteramkan   kembali,
sehingga   Rakjat   mampu   mendjalankan   tindakan 2  baru   dilapangan
pembangunan.
c. Setelah   penghasilan   per   capita   mendjadi   lebih   lajak   disebabkan
operasi2  dalam   lapangan   ekonomi,   seperti   dimaksudkan   dengan
pelaksanaan sebuah stootproject, maka barulah Indonesia meningkat
ketaraf   pengisian   kekurangan   perumahan,   setjara   serieus.   Dalam
taraf   demikianlah   rentjana   pembangunan   perumahan   mulai   berbi­
tjara.
§ 705. Masalah kekurangan perumahan di Indonesia

a.  Sepandjang pengetahuan maka hingga kini belum pernah diadakan
penjelidikan2  jang   bersifat   ilmiah   mengenai   masalah   kekurangan
perumahan   di   Indonesia   jang   menghasilkan   angka 2  objectip   untuk
didjadikan sebagai pedoman pembangunan perumahan betentjana.
b
Bila   seandainja   telah   tersusun   angka2  demikian,   maka   pendapat2
jang dikemukakan disini harus ditindjau kembali.
c.  Berhubung   dengan   sempitnja   waktu,  maka   sementara   terpaksa   di­
ambil   beberapa   angka   jang   terdapat   dalam   Rentjana   Pendahuluan
(outline plan) Djakarta Raja jang disusun oleh Tuan Kenneth Watts
dengan kerdja sama dengan Ir. R. S. Danunagoro dan Ir. L. O. Brien
dan jang terdapat dalam buku „Pedoman dan tuntutan pembangun­
an   dan   Perumahan   dan   Perekonomian   Rakjat   Sehat”   jang   diter­
bitkan     SEKERTARIAT     KONGRES   PERUMAHAN   RAKJAT   SEHAT
serta buku tjatatan KONGRES PERUMAHAN RAKJAT 25 ­ 8 ­ '50.
d.  Untuk   menggambarkan   sekaligus,   betapa   besarnja   kesulitan   jang
sedang;dihadapi   oleh   Republik   Indonesia   berupa   kekurangan   peru­
mahan, baik sebagai tempat tinggal bagi penduduk, maupun sebagai
tempat   instansi­instansi   pemerntah   dalam   arti   jang   seluas­luasnja,
maka   adalah   baiknja   ditjatat   disini   sebab2   utama   daripada   keku­

rangan perumahan itu, ja'ni

726







meningkatnja djumlah penduduk dari ± 70.476.000 djiwa dalam
tahun 1940 hingga ± 85.000.000 djiwa dalam tahun 1959 ;
hantjurnja sedjumlah perumahan karena pendudukan Djepang;
hantjurnja   sedjumlah   perumahan   karena   perdjuangan   Kemer­
dekaan Indonesia ;
hantjurnja   sedjumlah   perumahan   karena   tidak   adanja   pemeli­
haraan lajak ;
tidak   berartinja   djumlah   pembangunan   perumahan   baru,   bila
dibandingkan   dengan   djumlah   tambahnja   penduduk   dan   han­
tjurnja   sedjumlah   perumahan   jang   telah   dibangun   sebelum

tahun 1940.

e. 

Dalam   kongres   perumahan   rakjat   1952   Ir   Dipokusumo   telah   me ­
naksir keadaan perumahan di Indonesia dalam tahun 1930 sebagai
berikut :



Penduduk Indonesia : 

2. 

Djuimlah rumah :
(a)
(b)
(c)
(d)


Rumah permanen batu 
dan bukan batu
Rumah semi permanen 
pakai atap permanen
Rumah semi permanen 
pakai atap tidak 
Gedung2 lain (hotel, 
asmara, dsb)

42.000.000 djiwa
±

440.000 buah =

4.9%

± 4.900.000 „

=


55.0%

± 3.500.000 „

=

39.2%

±

=

0.9%

± 8.920.000 buah =

100%

80.000 ,


3. 

Kesimpulan­kesumpulan berharga sebagai berikut :
(a) Djumlah penduduk per rumah, rata­rata ; 4,7 djiwa.
(b) Diumlah rumah permanen (batu, bukan bath) adalah relatip ketjil,
jakni : 1 antara 20.
(c) ±   95%   dad   djumlah   rumah2  adalah   semi­permanen   sedang
sebagian   clad   golongan   terachir   ini   adalah   beratap   bahan 2
sementara, (berupa ± 40%).

f.

Dalam   Kongres   Perumahan   Rakiat   1952   In.   Soewarto   menaksir   ke­
kurangan   perumahan   Indonesia   itu   sedjumlah   ±   1.000.000   rumah,
akibat penambahan penduduk sedjumlah 5.000.000 djiwa, dan sekali
lagi   ±   1.000.000   rumah   akibat   perang   dan   revolusi,   digaibungkan
mendjadi ± 2.000.000 rumah.
Taksiran ini adalah berdasarkan• angka­angka ta'hun 1952. ­ Sediak 
itu telah bertambah lagi djumlah kekurangan jang disebab­


727

kan   oleh   terus   meningkatnja   djumlah   penduduk   mendjadi   ±
85.000.000 djiwa pada saat ini.
Bila   diambil   1   rumah   rata­rata   sedjumlah   5   djiwa,   maka   sebagai
landjutan dari taksiran Ir. Soewarto tersebut diatas, kekurangan 
10.000.000
perumahan itu harus ditaksir sedjumlah ± 2.000.000 +  ­­­­­­­­­­­­­­­
5
± 4.000.000 rumah.
Bila  d'ambil luasnja 1 rumah  rata­rata  60 m2 (berkisar  antara  40
dan   80   m2,   djumlah   mana   adalah   sangat   minimaal,   apalagi   bila
diperhitungkan pertumbuhan modernisasi Indonesia dihari­hari de­
pan)   maka   biaja   pembangunan   rumah   demikian   adalah   berkisar
antara   60 X Rp. 2.000,—   dan   60 X Rp. 3.000,—  jakni  antara
Rp. 120.000,— dan Rp. 180.000,— atau bila diperkenankan pelak­
sanaan setjara berkwaliteit rendahan, maka biaja pembangunan ru­
mah demikian akan berdjumlah 60 X Rp. 15.000,— = Rp. 90.000,—
belum termasuk biaja pembelian tanah.
Untuk     tiap­tiap     rumah demikian dibutuhkan  ± 250 m 2      tanah

rata­rata a Rp. 20,— mendjadi Rp. 5.000,— per­rumah.
Dengan demikian ketinggalan Indonesia dalam lapangan perumahan
itu   (tempat   diam   belaka)   dapat   disusul   dengan   pembangunan
4.000.000 rumah a minimaal Rp.90.000,­­ = Rp.360.000.000.000,­­
Ditambah dengan pemtbelian tanah
4.000.000 X Rp.. 5.000,— 
= Rp. 20.000.000.000.—
2
Ditambah dengan djalan  : 0,3 X
20.000.000.000,— + 100.000.000
X Rp. 40,— 
= Rp. 46.000.000.000,
­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­
mendjadi Rp.426.000.000.000,
Djadi untuk menjusul ketinggalan sekarang dalam lapangan  peru­
mahan   rakjat   telah   dibutuhkan   sedjumlah   426   miljard   rupiah   !
Belum   untuk   mengikuti   perkembangan   penduduk   dari   tahun   ke
tahun jang dengan ukuran2 jang sama dapat ditaksir sedjumlah
1.500.000 = 300.000 rumah tiap­tap tahun berikut.
5

Disini belum disebut­sebut kebutuhan­kebutuhan atau ketinggalan 2
dalam .persediaan gedung­:gedung .(ruangan­ruangan) bagi:
(1) instansi­instansi pemerintahan, dipusat dan daerah ;
(2) Perguruan Tinggi, Sekolah Menengah dan rendah ;
(3) Lembaga­lembaga Ilmu pengetahuan ;
(4) badan­badan kesediahteraan Rakjat.dan sebagainja.
g. 

Bila dikatakan, bahwa sebab Mama daripada kekurangan perumah­
an itu adalah terus­menerus bertambahnja djumlah penduduk tiap
tahun,   maka   hal   itu   ibelum   melukiskan   keadaan   sebenar.n ,ja
setjara lengkap.
Kekurangan perumahan di­daerah2 pedusunan hingga kini balum
turut memberatkan beban Pemerintah setjara langsung, melainkan
kekurangan perumahan jang sangat di­daerah2 kota atau setengah

728

kotalah   jang   dirasakan   meminta   penjelesaian   setjara   urgen,   teris­
timewa   kekurangan   perumahan   bagi   pegawai 2  Pemerintah.   Keku­

rangan   inilah   jang   lazim   dipertanggung­djawabkan   oleh   umum
kepada   Pemerintah,   sedang   kekurangan2  jang   terdapat   di­daerah2
pedusunan   belum   tergambar   sebagai   tanggung­djawab   Pemerintah
dalam pikiran sehari­hari. Disini ditegaskan bahwa persoalan per­
umahan ini dalam keadaan masjarakat jang  normaal dan sehat
tidaklah termasuk langsung dalam tanggamg­djawab Pemerintah,
althans dalam hal pembiajaannja, akan tetapi dalam keadaan Indo­
nesia sekarang ini, sesuatu tidaklah dapat dilepaskan begitu sadja
daripada tanggung­djawab Pemerintah, oleh karena sebagian besar
daripada   perkembangan   dan   keadaan   sekarang   ini   adalah   akibat
daripada kebidjaksanaan Pemerintah R.I. dalam bidang ekonomi dan
keuangan dalam masa jang lampau.
h.

Untuk menjelidiki,  apakah  angka kekurangan perumahan sedjumlah
± 4.000.000 buah     tidak     terlalu     tinggi, maka dapat ditindjau kea­
daan   kesatuan   masjarakat   jang   konkrit.   Bila   dibandingkan   angka2
penduduk   kota   dan   penduduk   daerah   sekitarnja   (achterland)   dan
keumdian angka2  tahun 1940 dibandingkan dengan angka2  th. 1959,
maka   ternjata,   bahwa   sebab   terutama   daripada   kekurangan   peru­

mahan di­daerah2  kota adalah bergesernja penduduk dad pedusunan
kekota   setjara   meningkat.   Telah   diambil   sebagai   bahan   permulaan
angka2    mengenai     Djakarta     dan   Bogor,   dan   setelah   mempeladjari
angka2  penbandingan   penduduk   mengenai   kota­kota   tersebut   maka
tidaklah   terlalu   djauh   dari   kebenaran,  bila   perbandingan   angka2
seluruh penduduk dikota­kota di Indonesia ditaksir sebagai berikut :
Tahun

Penduduk
seluruh Indonesia

Penduduk
kota2 diseluruh Indonesia

1940

70.476.000

±   4% = 2.819.040

1959

85.000.000

± 11% = 9.350.000

Penduduk kota­kota 
bertambah

6.530.960.

Bila   dianut   prinsip,   bahwa   rakjat   dipedusunan   akan   membangun
perumahannja sendiri dalam masa normaal, maka Pemerintah masih 
6.530.960 
menghadapi kekurangan perumahan sedjumlah: =        5
= 1.306.192 buah atau dibulatkan mendjadi 1.310.000 buah.

729

Dengan demikian masih tetap gigantislah pembangunan jang harus
dilaksanakan   jang  masih membutuhkan biaja sedjumlah : 131 
400
X Rp. 426.000.000.000,— = Rp. 139.515.000.000,­.
Dibulatkan : 140 miljard rupiah.
Ini sekedaruntuk mengimbangi ketinggalan, belum biaja untuk me­
ngikuti perkembangan selandjutnja.
Kebutuhan2   akan   gedung2  lainnja,   untuk   keperluan   administrasi
pemerintahan, sekolah, universitas, badan2 sosial dan sebagainja,
tidak termasuk dalam djumlah tsb. diatas;
Selain   daripada   itu,   ketjuali   untuk  perguruan   dan   badan2  sosial,
gedung2 umum itu tidak berupa pembangunan jang continue, akan
tetapi   bersifat   "eenmalig".   Bahwa   sebagian   daripada   perumahan
rakjat jang ada sekarang belum dapat dianggap sebagai perumah­
an lajak dan sehat,. belum disinggung dalam pemandangan diatas.
Demikian gambaran umum keadaan perumahan rakjat di Indonesia
sekarang ini.
§ 706. Pemetjahan Persoalan,
a.
b.

Melihat angka­angka biaja pembangunan perumahan jang seimbang
dengan kebutuhan, maka njatalah bahwa biaja2 sedemikian besarnja
tak mungkin dibebankan atas pundak Negara,
Dad   fihak   Partikelirpun   usaha   pembangunan   perumahan   setjara
besar­besaran hanja dapat berdjalan bila modal pembangunan dapat
dikembalikan oleh pemilik rumah dan djangka waktu jang seimbang
pendeknja dengan situasi dan tjepatnja peredaran uang. 
Dalam   hubungan   ini   harus   diperhatikan   bahwa   usaha2   pemba­
ngunan   perumahan   tidak   akan   berdjalan   selama   belum   tertjapai
kembali   perimbangan   sehat   antara   biaja   pembangunan   (B)   dan
djumlah     penghasilan     peminat   (P).     Perbandingan     sehat     antara
biaja pembangunan dan penghasilan ialah, misalnja :
B = 13 P
Dan   dengan   perbandingan   ini   dapatlah   seorang   peminat   memiliki
sebuah   rumah   dengan   mentjitjil   tiap2  bulan   15%   P   selama   10   th,
p
enghasilan   rata2   pada   dewasa   ini   adalah   sedemikian   rendahnja,
sehingga   formula   diatas   hanja   dapat   menghasilkan   sebuah   kamar
ketjil dan bila menghendaki rumah jang lajak maka dengan P jang
sama   perbandingan   antara   biaja   pembangunan   dan   penghasilan
harus mendjadi
B = 45 P hingga
B = 50 P, sehingga
modal demikian baru dapat dilunasi sesudah i 330 bulan jang dalam
praktek tak mungkin terdjadi (tidak ada tersedia modal jang dapat
dipindjam dengan sjarat­sjarat demikian).

730

c. 

d. 

e. 

f.

Dari uraian diatas djelaslah bahwa dari fihak partikulir tak dapat
didjalankan usaha pembangunan perumahan dalam djumlah2 jang
seintbang, selant.a perbandingan antara penghasilan per capita de­
ngan harga bahan­bahan belum sehat kembali.
Bila   Pemerintah  dipaksa  oleh   keadaan   membangun   perumahan
dart   bila  tersedia   modal pembangunan   tanpa   mengganggu  pelak­
sanaan projek2 perekonomian, maka pembangunan perumahan itu
sebaiknja   dikonsentrir   didaerah­daerah   kota   djustru   untuk   menam­
pung kesulitan2 dalam lapangan­lapangan :
1. perumahan pegawai
2. permmahan/pentondokan angauta2 alat negara bersendjata.
Jang   djelas   harus   dilaksanakan   oleh   Pemerintah   ialah   perbaikan
usaha2 dalam lapangan produksi bahan2  pembangunan dalam arti
jang seluas­luasnja
Produksi bahan2 pembangunan jang harus diimpor, seperti bahan 2
berupa besi, tembaga, timah hitam dan sebagainja harus menunggu
hasil pembangunan industri terlebih  dahulu, dan tidak dapat di­
usahakan terpisah daripada rentjana pembangunan industri.
Dalam phase pertama bahan­bahan impor demikian masih terpaksa
diimpor   terus,   akan   tetapi   usaha   untuk   membuat/menghasilkan
bahan2  tersebut   di   Indonesia   harus   diberikan   prioritet   pertama.
Selandjutnja  .tiap­tiap Djawatan jang ada sangkut­pautnja dengan
pengawasan persediaan  bahan2  alam jang dapat atau lazim digu­
nakan untuk pembangunan harus segera dimobilisir untuk menga­
dakan stockopname dan mengadakan explorasi jang seluas­luasnja,
agar supaja segera dapat diketahui ukuran' kemungkinan maksimal
dihari depan
Hingga   kini   belum   dipakai   setjara   besar­besaran   kekajaan   kaju
Indonesia.
Kaju2  klas satu seperti djati dan belian (ijzerhout) tjukup dikenal,
akan tetapi kaju2 klas I, seperti : ebbenhout, giam, kulim, laban,
merbau, nani, sawoketjil, sono­keling, tembesu, tempinis, jang se­
muanja tidak kalah keteguhan dan keawetannja dengan djati mau­
pun keindahannja, belum digunakan setjara luas.
Di Amerika  Serikat misalnja kebanjakan  hutan 2  sudah terlandjur
milik   partikulir,   akan   tetapi   di   Indonesia   keadaan   untung   sekali
masih murni ; semua hutan2  masih milik Negara dan oleh karena
itu kekajaan kaju itu (kaju2 klas II, III dan IV belum disebut­sebut)
berupa   sumber   kekajaan   jang   maha   penting.   Djanganlah   dilupa­
kan, bahwa hutan memprodusir terus­menerus sepandjang tahun,
tidak ada henti­hentinja.
Teknik2  pengawetan   harus   segera   dimiliki   dan   digunakan,   agar
supaja   kaju2  jang   rendahan   kwalitetnja   dapat   digunakan   untuk
bangunan sederhana dengan memperpandjang umur (tahan lama)
kaju­kaju jang bersangkutan.

731

Dalam hal ini harus berhati­hati mengimpor chemicalieen penga­
wet dari luar negeri, seperti misalnja : "wolmanzout" jang ternjata
tidak mengawetkan, dan dengan demikian pengimporan "wolman­
zout" itu hanja merugikan Indonesia sadja (devisen dan hilangnja
banjak kaju).
Pertjobaan sistim2 dan obat2 pengawetan memakan waktu berpuluh
tahun.   Oleh   karena   itu   pengimporan   obat­obat   pengawetan   dan
sebagainja, memerlukan penelitian lebih dahulu dengan seksama.
Itulah sebabnja harus ditjarikan obat2 baru jang dapat dihasilkan
sepenuhnja di Indonesia, agar supaja segala risiko diperketjil se­
ketjil­ketjilnja.
Inilah suatu tjontoh sadja mengenai politik pengendalian bahan 2.
Pemakaian   kaju   belian   mendjadi   sirap   harus   diutamakan,   oleh
karena tidak ada lagi djenis kaju jang lebih bank dari kaju belian
untuk didjadikan sirap, berhubung dengan keistimewaan keawetan­
nja terhadap hudjan dan panas.
Sesudah diketahui persediaan hutan kaju belian itu dan sesudah
diketahui   kemungkinan   maksimal   daripada   kapasitet   produksi
Indonesia claim penghasilan hutan pohon belian, maka sebaiknja
seluruh produksi digunakan untuk pembuatan sirap, agar supaja
dapat membantu produksi genteng sebagai bahan utama untuk atap
gedung2.   Andaikata   djumlah2  melebihi   kebutuhan   dalam   negeri,
sirap kaju belian itu dapat didjadikan bahan ekspor.
Teknik  pembuatan  fineer   kaju   kelas  I   untuk  melapisi  kaju 2  klas
rendahan   serta   teknik   pengeleman   harus   segera   diperkembang
dan direaliseer setjara besar­besaran.
Dengan demikian dapat dihasilkan bahan paneel untuk pintu­pintu,
dinding2  dan   untuk   industri   perabot   rumah   tangga.   Arti   teknik
fineer, pembuatan multiplex dan triplex adalah sangat besar dalam
industri kaju.
Lihatlah   Djepang,   Negeri   Skandinavia   jang   sudah   djauh   sekali
kemadjuannja  dilapangan indusitri kaju. Setelah  memiliki teknik
pengawetan dan pengeleman setjara mendalam, maka baru terbuka
pemakaian kaju2  klas rendahan, ditutup dengan lapisan fineer jang
serba indah setjara tak berbatas lagi, ja untuk pembangunan ge­
dung­gedung, ja untuk industri prabot rumah tangga.
g.

Mengenai industri keramik, perlu diperluas dan djuga perlu diper­ 
tinggi kwalitet bate bata, genteng.
Dimana ada tanah lempung jang memenuhi sjarat2  teknik harus
distimulir industri keramik.
Teknik   pemberian   lapisan   glazuur   dapat   mempertinggi   kwalitet
genteng, dapat menghasilkan pipa2  genteng berlapis glazuur jang
sangat dibutuhkan untuk riolering rumah 2 dan sebagainja : dalam
hal ini sudah tiba waktunja untuk membangun pabrik keramik jang
mechanic dan modern serta berukuran besar.
Pun   dengan   dimilikinja   teknik.   pemberian   lapisan   glazuur   dapat
pula dibuat ubin2 keramik/berlapis, djustru untuk menambah ka­
pasitet pembuatan ubin2 jang dibuat dengan semen, Bila industri
732

keramik telah madju, maka lapangan bekerdja untuk penganggur
atau setengah penganggur bertambah dan sekali gus menambah
volume barang dalam negeri jang dalam gilirannja turut memper­
baiki keadaan perekonomian rakjat.
Ubin­ubin keramik jang berlapis glazuur dapat digunakan Peruma­
han Rakjat, sedang ubin­ubin keramik tanpa glazuur dapat dipakai
untuk lantai2  ruangan gudang dan lantai2  terras dan sebagainja.
Tindakan ini akan menghemat pemakaian semen.
h. 

Produksi kapur dan tras harus diperluas, demikianpun produksi
semen.
Produksi bahan­bahan tersebut diatas sama sekali tidak mentjukupi
kebutuhan   ketjil­ketjilan   pada   dewasa   ini,   sehingga   untuk   kema­
djuan  pesat   adalah  sjarat  mutlak   untuk  memperhebat   produksi
bahan­bahan pembangunan dengan arti jang seluas luasnja.

t. 

Penggunaan petjahan batu alam, sebagai marmer, graniet, kwartziet,
andesiet dan sebagainja jang belum mempunjai peranan besar da­
lam   dunia   pembangunan,   harus   distimulir,   dengan   mengintro­
dusir pemakaian ubin2 dan plaat2 terrazo untuk gedung2 umum dan
kemudian   memperkembang   teknik   pembuatan   terrazo   atau   batu2
tiruan jang beraneka warna, pembuatan beton hiasan, beton split
dan sebagainja agar supaja memperkaja djenis2 bahan jang dapat
digunakan   guna  pembangunan  gedung 2.  Pun  pembuatan   semen
putih disamping semen abu­abuan harus segera diusahakan.

j.

Selandjutnja harus setjara serieus dibangun pabrik asbest dengan
semua aspek­aspeknja. Jang perlu dimulai sekarang diusahakan
ialah   pembuatan   alat2  penggantung   dan   penguntji   pintu   dan
djendela,   walaupun   sementara   dengan   menggunakan   bahan­
bahan jang diimpor.

k.

Menunggu realisasi industri ringan dan berat, maka untuk meng­
hemat devisen perlu dimulai dibangun pabrik pembuatan alat­alat
penggantung dan penguntji tersebut diatas.

1. 

Indonesia harus ntulai menjukai bahan2 buatan sendiri, walaupun
sementara kwalitet belum memuaskan sepenuhnja. Hanja dengan
djalan demikian pengalaman dan pengetahuan untuk memprodusir
alat2 jang sederadjat dengan apa jang terdapat dipasar internasional.
Demikian pula mengenai alat2 instalasi lampu listrik, bahan2 kimia
untuk produksi tjat dan sebagainja.

m.  Bila sesuatu harus diimpor, maka hendaknja diimpor barang2 jang
tidak tanggung2  kwalitetnja, agar supaja jang menelan devisen itu
Mahan lama. Dengan memperluas  dan  memperkembang  produksi
bahan2 dan alat2 pembangunan didalam negeri, Pemerintah setjara
umum dapat mempersubur iklim pembangunan karena perbekalan
usaha­usaha pembangunan akan berdjalan lebih lantjar daripada
sekarang.
733

Inilah djalan sebaik­baiknja bagi Pemerintah untuk membantu usaha
pembangunan perumahan rakjat dalam arti jang luas !
n. 

Mengenai pembangunan gedung­gedung umum jang perentjanaannja
(bouw   program)   terletak   dalam   tangan   masing2  Departemen   ada
beberapa saran sadja jang perlu ditjatat disini.
Gedung2 umum, seperti kantor2, sekolah2 (rendah, menengah dan
atas)  lembaga2, laboratorium2, rumah2  sakit  dan  sebagainja  hen­
daknja dibagi dalam dua golongan.
Golongan   I   ialah   gedung2  umum   jang  dibangun   didaerah­daerah
kota. Gedung demikian berhubung alasan2  ekonomis, seharusnja
dibuat setjara bertingkat dan dengan bahan2 jang terkuat dan tahan
lama, satu dan lain dengan hubungan erat dengan perentjanaan kota.

Bertingkat : Untuk menghemat tanah pembangunan, dan untuk mem­
batasi   luasnja   kota­kota.   Pun   eksploitasi   air   leiding,   gas,
listrik dan telpon mendjadi menguntungkan Negara  (salu­
ran­saluran jang sauna melajani lebih banjak ruangan dan
sebagainja).
Bahan­bahan jang terkuat dan tahan lama :
Pembangunan   gedung'  umum  biasanja  bersifat   "eenmalig"
sehingga'sekali   dibangun,   heridaknja   sesuatu   tahan   sela­
ma­lamanja, tanpa membutuhkan biaja pemeliharaan jang
besar.
Berhubungan erat dengan perentjanaan kota :
Kebanjakan gedung2  dikota tidaklah dibangun atau diren­
tjanakan   oleh   Perentjana   Kota,   jakni   Kotapradja.   Agar
supaja   harmoni   keseluruhan   kota   terdjamin,   adalah
sjarat .mutlak, bahwa perentjanaan pembangunan sesuatu
gedung  umum  harus  dengan   petundjuk2  Percntjana  Kota,
atau   setelah   dimusjawarahkan   projek   jang   bersangkutan
dengan Perentjanaan Kota.
Golongan II ialah gedung2  umum jang dibangun didaerah­daerah pedu­
sunan (landelijk).
Gedung2  demikian   hendaknja   dibangun   dengan   konstruksi   jang
sederhana jang mudah disesuaikan pada alam sekitarnja. Monumentali­
tet  djanganlah diutamakan,  sedang  bangunan  bertingkat­tingkat  seda­
pat­dapatnja dihindarkan.
Mengenai   pemakaian   bahan2  atau   konstruksi2  tahan   lama,   sedapat­
dapatnja setjara konsekwen dipertahankan, djustru untuk menghindari­
kan terulangnja pengeluaran2 (tang jang besar dihari kemudian. Peren­

734

njana gedung2 umum didaerah­daerah. pedusunan harus mendjaga supaja
gedung   turut   memperindah   alam   sekitarnja,   dan   djangan   mengurangi
keindahan atau harmoni alam sekitarnja.
Untuk   kedua   golongan   gedung2   tersebut   diatas   hendaknja   diren­
tjanakan   sesuai   dengan   iklim   setempat,   umumnja   iklim   tropis,   sehingga
dalam   tiap2.perentjanaan   gedung   harus   tertampung   kesulitan2  jang   di­
timbulkan   oleh   hudjan   dan   panasnja   matahari.   Sjarat   ini   adalah   sjarat
fundamentil   untuk   menudju   kearah   tertjiptanja   arsitektur   modern   di
Indonesia.

735