EFEKTIFITAS METODE MURAJA’AH DALAM MENGHAFAL AL-QUR’AN PADA SANTRI PONDOK PESANTREN AL-I’TISHOM KLIWONAN GRABAG KECAMATAN GRABAG KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2017 SKRIPSI

EFEKTIFITAS METODE MURAJA’AH DALAM
MENGHAFAL AL-QUR’AN PADA SANTRI PONDOK
PESANTREN AL-I’TISHOM KLIWONAN GRABAG
KECAMATAN GRABAG KABUPATEN MAGELANG
TAHUN 2017
SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh
ROFIQOTUL MUNIFAH
NIM. 111-13-172
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2017

EFEKTIFITAS METODE MURAJA’AH DALAM
MENGHAFAL AL-QUR’AN PADA SANTRI PONDOK
PESANTREN AL-I’TISHOM KLIWONAN GRABAG

KECAMATAN GRABAG KABUPATEN MAGELANG
TAHUN 2017
SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh
ROFIQOTUL MUNIFAH
NIM. 111-13-172
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2017

MOTTO

‫ن‬

‫ػ‬


‫ك‬

‫ل‬

Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus
dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu´min yang mengerjakan
amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar (Q.S. Al-Isra‟ 9)

,

(

‫غ‬

‫ل‬

‫ػ‬

‫ك‬


‫غ‬
)

,

,

,

Dari Utsman r.a. dari Nabi SAW, beliau bersabda: “Orang yang paling baik di
antara kalian adalah seorang yang belajar Al Qur`an dan mengajarkannya.”
(HR. Bukhori, Tirmidzi, Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah).

PERSEMBAHAN
Alhamdulillahi Rabbil „Aalamiin, puji syukur teruntai dari sanubariku yang
terdalam atas karunia dan rahmat Allah SWT. Dengan segenap rasa cinta dan
sayang kupersembahkan karya sederhana ini untuk:
1.


Ayahandaku dan ibuku tercinta, Bapak Ibnu Mas‟Ud dan Ibu Umi Hanik
yang senantiasa memberikan doa restu, bimbingan, pengorbanan, serta kasih
dan sayang yang mengalir tiada henti untukku.

2.

Adinda Durotun Nafi‟ah yang selalu memberi semangat serta menjadikan
hari-hariku penuh warna dengan keceriaannya.

3.

Paman, bibi, kakek, nenek, keluarga besar Bapak K. Djunaidi (alm), Bapak
Abdullah (alm) yang selalu memotivasiku dan mendoakanku.

4.

Ibu dr. Dwi Ambarwati S.pA. dan bapak Drs, Maryanto beserta keluarga
yang

telah


memberikan

kepercaan

penuh

kepadaku

dan

selalu

mendoakanku.
5.

Ibu Nyai H. Umi Hani‟ Al-Hafizhah yang saya ta‟dzimi, yang selalu
membimbing dan mendoakanku.

6.


Para guru dan Dosenku khususnya Ibu Hj. Tri Wahyu Hidayati, M.Ag. yang
selalu membimbing demi terselesainya skripsiku dan menjadi pelita dalam
studiku.

7.

Bapak Achmad Maimun, M.Ag., Bapak H.M. Aji Nugroho, Lc, M.Pd.I, Ibu
Siti Rukhayati, M.Ag., yang telah memberikan motivasi serta doa kepadaku.

8.

Kakak-kakakku, Mbak Ida Afwa, Mbak Robbit, Kak Djalal yang selalu
memberikan dukungan, motivasi, serta semangat kepadaku.

9.

Ashdiqotii senasib seperjuangan di Rumah Tahfizh Daarun Najah (Dek
Neni, Mbak Tia, Mbak Khoir, Mbak Mamik, Mbak Azim, Mbak Kuni) dan
kamar Maemunah di Ma‟had IAIN Salatiga (Mbak Sanah, Mbak Lilik,

Mbak Muji, Mbak Ika, Dek Lala). Kita telah berbagi cerita dan canda tawa
dalam kebersamaan yang tidak akan pernah kulupakan.

10.

Shohib-shohibati, Mbak Nofi, Mbak Rahma, Mbak Arofah, Mbak Luluk,
Mbak Endang, Mbak Yuli, Mba Wulan, Mbak Amanah, Mbak Mila, Mas

Farid, Mas Bima, Mas Fajar, Mas Abi, Mas Wahyu, Mas Udin, Mas Roni
yang selalu memberikan dukungan, motivasi, dan bantuan dalam penulisan
skripsi ini.
11.

Teman-temanku PPL di SMK Muhammadiyah salatiga, dan teman-temanku
kelompok KKN posko 11 di Trenten, Candimulyo, Magelang.

12.

Teman-teman seperjuangan PAI Angkatan 2013.


13.

Almamaterku IAIN Salatiga.

TRANSLITRASI ARAB-LATIN
(Dari Buku Panduan Standar Penulisan dan Penerjemahan Pustaka Al-Kautsar)

‫ا‬

=

‫ب‬

=

‫ت‬

=

‫ث‬


=

‫ج‬

=

‫ح‬

=

‫خ‬

=

‫د‬

=

‫ذ‬


=

‫ر‬

=

‫ز‬

=

‫س‬

=

‫ش‬

=

‫ص‬


=

‫ض‬

=

A

‫ط‬

=

B

‫ظ‬

=

T

‫ع‬

=

TS

‫غ‬

=

J

‫ف‬

=

H

‫ق‬

=

KH

‫ك‬

=

D

‫ل‬

=

DZ

‫م‬

=

R

‫ن‬

=

Z

‫و‬

=

S

‫ه‬

=

SY

‫ء‬

=

SH

‫ي‬

=

DH

TH
ZH

GH
F
Q
K
L
M
N
W
H

Y

ABSTRAK
Munifah, Rofiqotul. 2017. Efektifitas Metode Muraja‟ah dalam Menghafal AlQur‟an pada Santri Pondok Pesantren Al-I‟tishom Kliwonan Grabag
Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang Tahun 2017. Skripsi. Jurusan
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Tri Wahyu
Hidayati, M. Ag.
Kata Kunci, Menghafal Al-Qur’an, Metode Muraja’ah
Tujuan penulisan skripsi ini adalah: 1) Untuk mengetahui pelaksanaan
metode muraja‟ah dalam menghafal Al-Qur‟an pada santri pondok pesantren AlI‟tishom Kliwonan Grabag. 2) Untuk mengetahui sejauhmana efektivitas metode
muraja‟ah dalam menghafal Al-Qur‟an pada santri pondok pesantren Al-I‟tishom
Kliwonan Grabag. 3) Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan metode muraja‟ah dalam menghafal Al-Qur‟an pada santri pondok
pesantren Al-I‟thisom Kliwonan Grabag.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Sumber data
dalam penelitian ini meliputi sumber primer dan sumber sekunder. Pengumpulan
data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi, dengan
menggunakan analisis reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Keabsahan data
diperoleh melalui triangulasi sumber.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa: 1) Pelaksanaaan proses menghafal
Al-Qur‟an dengan metode muraja‟ah di Pondok Pesantren Putri Al-I‟tishom
Kliwonan Grabag yaitu menggunakan sistem One Day One Page (satu hari satu
halaman). Wujud dari kegiatan menghafal Al-Qur‟an dengan metode muraja‟ah
di Pondok Pesantren Putri Al-I‟tishom Kliwonan Grabag, antara lain: a. Setoran
(memuraja‟ah) hafalan baru kepada guru atau ustadzah; b.Muraja‟ah hafalan
lama yang disemakkan teman dengan berhadapan dua orang dua oarang atau
berpasang-pasangan; c. Muraja‟ah hafalan lama kepada ustadzah; d. Ujian
mengulang hafalan (Al-Imtihan Fii Muraja‟atil Muhafazhah). 2) Metode
muraja‟ah di Pondok Pesantren Al-I‟tishom dinilai efektif karena dilihat hasilnya
hafalan para santri bagus. Hal tersebut dilihat dari hasil tes, sima‟an, dan uji coba
yang dilakukan oleh penulis. 3) Faktor pendukung metode muraja‟ah dalam
menghafal Al-Qur‟an di Pondok Pesantren Al-I‟tishom diantaranya: kedisiplinan,
mempunyai target hafalan, motivasi orang tua dan guru, adanya buku prestasi,
berdoa agar sukses menghafal Al-Qur‟an. Faktor penghambat pelaksanaan metode
muraja‟ah dalam menghafal Al-Qur‟an di Pondok Pesantren Al-I‟tishom
diantaranya: ayat-ayat yang sudah dihafal lupa lagi, malas, kecapekan. Solusi
dalam mengatasi faktor penghambat pelaksanaan metode muraja‟ah dalam
menghafal Al-Qur‟an di Pondok Pesantren Al-I‟tishom tersebut diantaranya:
istiqamah memuraja‟ah (mengulang) hafalan, memotivasi diri, dan manajemen
waktu atau pengaturan waktu.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
HALAMAN BERLOGO ....................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................iv
HALAMAN KEASLIAN TULISAN .................................................................v
HALAMAN MOTTO .......................................................................................vi
HALAMAN PERSEMBAHAN .........................................................................vii
HALAMAN PEDOMAN TRANSLITERASI....................................................ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................x
ABSTRAK ..........................................................................................................xii
DAFTAR ISI .......................................................................................................xiii
DAFTAR TABEL ...............................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................1
B. Rumusan Masalah .............................................................................7
C. Tujuan Penelitian .............................................................................7
D. Kegunaan Penelitian..........................................................................8
E. Penegasan Istilah ...............................................................................9
F. Tinjauan Pustaka ...............................................................................14
G. Sistematika Penulisan ......................................................................18

BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................20
A. Pondok Pesantren dan Karakteristiknya............................................20
B. Tahfizhul Qur‟an ...............................................................................28
C. Tradisi Menghafal Al-Qur‟an ...........................................................33
D. Metode Tahfizh..................................................................................39
E. Metode Muraja‟ah Al-Qur‟an...........................................................46
F. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran Tahfizhul Qur‟an
..........................................................................................................51
G. Efektifitas ..........................................................................................61
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 65
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian .......................................................65
B. Kehadiran Peneliti .............................................................................65
C. Lokasi Penelitian ...............................................................................66
D. Sumber Data

..................................................................................66

E. Metode Pengumpulan Data ...............................................................67
F. Analisis Data ..................................................................................68
G. Uji Keabsahan Data ..........................................................................70
H. Tahap-Tahap Penelitian ....................................................................71
BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS ...................................................73
A. Gambaran Umum Lokasi Peneltian ..................................................73
B. Paparan Data ................. ..................................................................89
C. Temuan Penelitian ......... ..................................................................109
D. Analisis Data ............................................................

..................112

BAB V PENUTUP ..............................................................................................123
A. Kesimpulan ......................................................................................123
B. Saran ..................................................................................................124
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................126
LAMPIRAN-LAMPIRAN..................................................................................128

DAFTAR TABEL

1. Tabel 3.1 struktur kepengurusan ....................................................................81
2. Tabel 3.2 sarana dan prasarana .......................................................................82
3. Tabel 3.3 data ustadz dan ustadzah ................................................................83
4. Tabel 3.4 data santri .......................................................................................85
5. Tabel 3.5 daftar nama informan .....................................................................89

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur‟an merupakan kalam Allah atau wahyu Ilahi sebagai
mu‟jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad (sebagai Nabi dan
Rasul terakhir) dengan perantara Malaikat Jibril yang tertulis dalam
mushaf, dinukilkan kepada kita secara mutawatir, dan membacanya
bernilai ibadah, yang dimulai dari surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan
surat An-Nas (Munjahid, 2007: 26).
Sebagai umat muslim, Al-Qur‟an merupakan kitab suci yang sangat
diagungkan karena di dalamnya terdapat nilai-nilai yang penting untuk
dijadikan suri tauladan maupun sebagai pedoman terhadap segala aspek
kehidupan.
Hidup di bawah naungan Al-Qur‟an adalah nikmat yang tidak
dapat diketahui kecuali oleh orang yang merasakannya. Tiada bacaan
seperti Al-Qur‟an yang dipelajari bukan hanya susunan redaksi dan
pemilihan kosakatanya, tetapi juga kandungannya yang tersurat, tersirat
bahkan sampai kesan yang ditimbulkannya. Semua dituangkan dalam
jutaan jilid buku, generasi demi generasi. Kemudian apa yang dituangkan
dari sumber yang tak pernah kering itu, berbeda-beda sesuai dengan
perbedaan kemampuan dan kecenderungan. Al-Qur‟an layaknya sebuah

permata yang memancarkan cahaya yang berbeda-beda sesuai dengan
sudut pandang masing-masing (Shihab, 2003: 3).
Sejak Al-Qur‟an diturunkan sampai sekarang, sudah terjadi banyak
peristiwa besar, bencana, peperangan dan permusuhanan antar umat
manusia. Al-Qur‟an juga melewati suatu masa di mana umat Islam sendiri
seringkali terjadi perpecahan. Namun apapun yang telah terjadi, Al-Qur‟an
tetap utuh sejak diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Karena keaslian
dan kemurniannya selalu dijaga oleh Allah SWT hingga hari akhir nanti.
Sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya:

٩

‫فظ‬

‫ن ِإَون لۥ‬

‫ن َن نز‬

Artinya: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur‟an,
dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”
(QS. Al-Hijr: 9)

Ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah SWT akan senantiasa
menjaga keaslian dan kemurnian Al-Qur‟an baik dalam setiap ayatnya,
setiap kalimatnya, bahkan setiap hurufnya, serta segala isi yang
terkandung di dalamnya. Dengan demikian, umat Islam memiliki tanggung
jawab dan kewajiban untuk menjaga kemurniannya dari tangan-tangan
jahil dan musuh Islam yang tidak pernah lelah untuk berusaha mengotori
dan memalsukana ayat-ayat Al-Qur‟an.
Salah satu usaha nyata seorang hamba (umat Islam) dalam proses
pemeliharaan kemurnian Al-Qur‟an adalah dengan menghafalkannya

(Tahfizhul Qur‟an) pada setiap generasi umat Islam (Qardhawi, 1999:
189), sehingga dapat mencetak generasi muslim yang Qur‟ani.
Selain menghafal Al-Qur‟an, kewajiban seorang hamba (umat
Islam) harus bisa mempelajari, memahami, dan mengamalkan dalam
kehidupan sehari-sehari atas

apa yang terkandung di dalamnya. Oleh

sebab itu, beruntunglah bagi orang-orang yang dapat mempelajari,
memahami, mengamalkan, sekaligus menghafalkannya. Sesuai dengan
sabda Nabi SAW:

‫ػ‬

ٍ ‫َبِن غ ل ة ب م ث‬

‫ٍ ح ث شػ ة ك‬
‫ُّس م‬

,

,

,

(

‫غ‬

‫ل‬

‫ح ث حج ج ب‬
‫ِب‬

‫ػ‬

‫ة‬
‫ك‬

‫ػ ب‬
‫غ‬

)

,

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Hajjaj bin Minhal, telah
menceritakan kepada kami Syu'bah ia berkata, telah
mengabarkan kepadaku 'Alqamah bin Martsad aku
mendengar Sa'd bin Ubaidah dari Abu Abdurrahman As
Sulami dari Utsman r.a. dari Nabi SAW, beliau
bersabda: “Orang yang paling baik di antara kalian
adalah seorang yang belajar Al Qur`an dan
mengajarkannya.” (HR. Bukhori, Tirmidzi, Ahmad, Abu
Daud, Ibnu Majah).
Mengingat sejarah terdahulu, pengajaran Al-Qur‟an sudah ada
sejak dari awalnya munculnya surau, pesantren, hingga madrasah. Sejauh
ini, Indonesia memiliki perhatian yang sangat tinggi terhadap masalah

pendidikan Tahfizhul Qur‟an, yakni mulai dari pendidikan terendah (TKIT
atau Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu) sampai dengan perguruan
tinggi. Tidak sedikit pula lembaga pendidikan formal yang berkembang
dan berperan dalam mencetak generasi bangsa yang cinta akan Al-Qur‟an.
Selain pendidikan formal, banyak juga pendidikan non formal yang
mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat pesat dalam hal
pengajaran Tahfizhul Qur‟an dan tetap memiliki eksistensi yang tinggi
bagi kehidupan masyarakat Indonesia, baik yang bersifat tradisional
maupun modern, yakni lembaga pendidikan pesantren.
Pesantren sebagai bentuk lembaga pendidikan non formal yang
mendapatkan perhatian dari pemerintah Indonesia dan merupakan salah
satu pendidikan di Indonesia yang bersifat tradisional. Selain itu, tujuan
pendidikan pesantren adalah untuk mencetak muslim yang dapat
menguasai ilmu-ilmu agama (tafaqquh fiddin) secara mendalam serta
menghayati dan mengamalkannya dengan ikhlas semata-mata ditujukan
untuk pengabdiannya kepada Allah SWT guna mencapai tujuan ini,
pesantren mengajarkan Al-Qur‟an atau Tahfizhul Qur‟an, Tafsir dan Ilmu
Tafsir, Hadis besrta Ilmu Hadis, Fiqih, dan Ushul Fiqh, Tauhid, Tarikh,
Akhlaq dan Tasawuf, Nahwu, Sharaf, serta ilmu Manthiq kepada para
santrinya (Depag RI, 2003: 21). Sejarah pendidikan menyebutkan bahwa
pesantren merupakan bukti awal kepedulian masyarakat Indonesia
terhadap pendidikan, sehingga pesantren disebut dengan lembaga
pendidikan pribumi tertua di Indonesia (Depag RI, 2003:1).

Seiring dengan perkembangan zaman yang telah memasuki era
globalisasi saat ini, menjadikan pemikiran para ulama Islam khususnya
kyai untuk selalu menjaga eksistensi pondok pesantren. Untuk
mengimbangi perkembangan dunia, maka banyak didirikan pondok
pesantren modern, yakni pesantren dengan sistem sekolah dan adanya
ilmu-ilmu umum yang digabungkan dengan pola pendidikan klasik (Depag
RI, 2003:8). Ada juga pesantren salaf yang tetap melestarikan unsur-unsur
utama pesantren dan masih mampu menjaga eksistensinya pesantren,
melalui kegiatan pendidikan berdasar pada pola-pola pengajaran klasik
atau lama, yakni berupa pengajian kitab dengan metode pembelajaran
tradisional (Depag RI, 2003:7).
Jika kita melihat secara umum mengenai sistem pembelajaran yang
ada di pondok pesantren, apabila pesantren tersebut menerapkan sistem
pembelajaran tradisional (salaf) maka di dalamnya tidak menerapkan
sistem pembelajaran modern dalam arti tidak memasukkan ilmu-ilmu
umum. Begitu juga sebaliknya, apabila pesantren menerapkan sistem
pembelajaran modern atau kekinian maka di dalamnya tidak menerapkan
sistem pembelajaran tradisional. Namun ada juga yang memadukan sistem
pembelajaran tradisonal dengan modern. Salah satunya Pondok Pesantren
Al-I‟tishom Kliwonan Grabag Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang.
Pondok Pesantren Al-I‟tishom Kliwonan Grabag Kecamatan
Grabag Kabupaten Magelang merupakan salah satu pondok pesantren
yang ada di Kabupaten Magelang tepatnya di Kecamatan Grabag atau

kurang lebih 2 km dari kantor Kecamatan Grabag, yakni berada di Dusun
Kliwonan, Desa Grabag, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang.
Pondok pesantren tersebut berada di tengah-tengah pemukiman warga,
lokasi pondok merupakan milik sendiri dan luas serta diasuh langsung oleh
Bapak K.H. Zaynal Musthofa Idris, Lc. A.H. Pondok Pesantren AlI‟tishom ini terbagi menjadi dua asrama yakni putra dan putri dengan pola
bimbingan, pengajaran, dan pembelajaran yang sama. Untuk yang putri
tahun ini merupakan tahun pertama meluluskan sehingga belum ada
alumni dari pesantren tersebut. Adapun materi pendidikannya adalah
menghafal Al-Qur‟an, mengaji kitab-kitab kuning dengan menerapkan
model pembelajaran klasikal dan mengadakan sistem pendidikan formal
yakni jenjang pendidikan tingkat menengah ke atas (SMA) dengan
menerapkan sistem boarding school. Sehingga santri yang belajar di situ
wajib untuk bersekolah dan bermukim di asrama. Untuk komunikasi
sehari-hari bahasa yang digunakan adalah bahasa Arab dan Inggris.
Salah satu perbedaan dan keunikan yang ada di Pondok Pesantren
Al-I‟tishom dengan pondok pesantren lainnya adalah pondok pesantren ini
menerapkan serta memadukan antara pembelajaran

Tahfizhul Qur‟an

dengan kajian kitab kuning serta pembelajaran formal (boarding school),
yang merupakan satu-satunya pesantren yang dalam penerapan pola
pembelajarannya berbeda dengan pesantren lain yang
tersebut.

ada di daerah

Dalam hal ini, penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut
mengenai pembelajaran Tahfizhul Qur‟an dengan penerapan metode
muraja‟ah yang telah diterapkan di pondok pesantren tersebut melalui
skripsi dengan judul “EFEKTIVITAS METODE MURAJA‟AH DALAM
MENGHAFAL AL-QUR‟AN PADA SANTRI PONDOK PESANTREN
AL-I‟TISHOM KLIWONAN GRABAG KECAMATAN GRABAG
KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2017”.
B. Rumusan Masalah
Untuk membatasi pokok bahasan dalam penelitian ini, maka
penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan metode muraja‟ah dalam menghafal Al-Qur‟an
pada santri pondok pesantren Al-I‟tishom Kliwonan Grabag Kecamatan
Grabag Kabupaten Magelang?
2. Sejauhmana efektivitas metode muraja‟ah dalam menghafal Al-Qur‟an
pada santri pondok pesantren Al-I‟tishom Kliwonan Grabag Kecamatan
Grabag Kabupaten Magelang?
3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan metode
muraja‟ah dalam menghafal Al-Qur‟an pada santri pondok pesantren
Al-I‟tishom Kliwonan Grabag Magelang?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian di atas, tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan metode muraja‟ah dalam menghafal
Al-Qur‟an pada santri pondok pesantren Al-I‟tishom Kliwonan Grabag
Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang.
2. Untuk mengetahui efektivitas metode muraja‟ah dalam menghafal AlQur‟an pada santri pondok pesantren Al-I‟tishom Kliwonan Grabag
Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang.
3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan
metode muraja‟ah dalam menghafal Al-Qur‟an pada santri pondok
pesantren Al-I‟tishom Kliwonan Grabag Kecamatan Grabag Kabupaten
Magelang.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan yang diharapkan dalam penulisan skripsi ini
adalah sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan
menambah khasanah keilmuan terutama dalam ilmu pendidikan dan
pengajaran Tahfizhul Qur‟an khususnya dalam pelaksanaan metode
muraja‟ah.
b. Memberikan informasi baru bagi masyarakat luas (pembaca) tentang
metode muraja‟ah yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara
mandiri dan terbimbing, sehingga dapat digunakan sebagai rujukan
bagi pondok pesantren atau instansi-instansi lain yang berkecimpung
dalam mengafal Al-Qur‟an.

2. Secara Praktis
a. Bagi Pondok Pesantren Al-I‟tishom Kliwonan Grabag Kecamatan
Grabag Kabupaten Magelang:
1) Untuk mengetahui sejauhmana efektivitas metode muraja‟ah
yang selama ini telah diterapkan.
2) Untuk mengetahui hambatan-hambatan

dalam pelaksanaan

metode muraja‟ah, sehingga kemudian dicarikan solusi terbaik.
b. Bagi lembaga pondok pesantren, dapat dijadikan informasi mengenai
pelaksanaan metode muraja‟ah dalam menghafal Al-Qur‟an untuk
kemudian diterapkan oleh kyai/ustadz kepada santri sehingga
mencetak generasi penghafal Al-Qur‟an yang kualitas hafalannya
baik dan kuat.
c. Bagi masyarakat luas, dapat mengetahui pentingnya metode
muraja‟ah dalam menghafal Al-Qur‟an khususnya bagi para
penghafal Al-Qur‟an agar memantapkan hafalannya sehingga tingkat
hafalannya berkualitas.
d. Hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan pijakan dalam
perumusan desain penelitian lanjutan yang lebih mendalam
khususnya yang berkenaan dengan metode muraja‟ah.
E. Penegasan Istilah
1. Efektivitas
Dalam kamus ilmiah populer, efektivitas berarti ketepatan guna,
hasil guna, atau menunjang tujuan (Partanto, 1994: 128). Efektivitas

adalah adanya kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas
dengan sasaran orang yang dituju dan bagaimana suatu organisasi
berhasil mendapatkan dan memanfaatkan sumber daya dalam usaha
mewujudkan tujuan operasional (Mulyasa, 2006: 89).
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
efektivitas berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok,
tercapainya tujuan, ketepatan waktu, dan partisipasi dari anggota.

2. Pengukuran Efektivitas
Dalam bukunya, Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad (2011:
173) mengatakan bahwa pembelajaran efektif mengarah pada
terukurnya suatu tujuan dari belajar. Pembelajaran dianggap efektif
apabila sekor yang dicapai oleh siswa memenuhi batas minimal
kompetensi

yang

telah

dirumuskan.

Misalnya

seorang

guru

merumuskan salah satu mata pelajaran dengan standar kompetensi
minimal 90%. Artinya semua upaya pembelajaran yang dilakukan guru
pada akhirnya akan diupayakan siswa yang belajar dapat mencapai
tujuan belajar minimal 90% penguasaannya. Jika hal ini diberikan skor
angka pada rentang 1-100, maka siswa harus mencapai skor 90.
Pencapaian skor 90 ini dianggap efektif, sebaliknya jika skor yang
dicapai di bawah 90, maka pembelajaran tersebut belum efektif.
Beberapa ahli pembelajaran mengemukakan pandangannya yang
hampir sama tentang pembelajaran efektif. Pembelajaran yang efektif

adalah pembelajaran yang dapat menghasilkan belajar yang bermanfaat
dan terfokus pada siswa (student centered) melalui penggunaan
prosedur yang tepat. Definisi ini mengandung arti bahwa pembelajaran
efektif terdapat dua hal penting, yaitu terjadinya belajar pada siswa dan
apa yang dilakukan oleh guru untuk membelajarkan siswanya (Uno dan
Mohamad, 20011: 174).
Suatu proses belajar-mengajar dapat dikatakan berhasil baik, jika
kegiatan belajar-mengajar tersebut dapat membangkitkan proses
belajar. Penentuan atau ukuran dari pembelajaran yang efektif terletak
pada hasilnya. Efektifitas dapat dijadikan patokan untuk mengukur
keberhasilan pendidikan yang mencerminkan sejauhmana tingkat
keberhasilan tersebut telah dicapai peserta didik dalam mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditentukan.
Sehingga efektivitas yang dimaksud oleh penulis dalam
penelitian ini adalah hasil yang dicapai dalam menghafal Al-Qur‟an
santri di pondok pesantren Al-I‟tishom haruslah sesuai dengan target
yang telah ditentukan di pondok tersebut dan sesuai dengan harapan
yaitu menghafal Al-Qur‟an dengan kualitas hafalan yang bagus. Untuk
mengetahui tingkat keberhasilan siswa (santri) dalam menghafal AlQur‟an dengan menggunakan metode muraja‟ah yang dilakukan secara
terbimbing. Untuk mengetahui sejauhmana efektivitas metode tersebut,
maka peneliti melakukan ujian hafalan secara langsung kepada santri
dengan cara peneliti membacakan ayat-ayat al-Qur‟an kemudian santri

melanjutkan ayat tersebut, dan menyaksikan secara langsung kegiatan
tes hafalan, dan kegiatan sima‟an Al-Qur‟an yang dilakukan setiap hari
Ahad.
3. Metode Muraja’ah
Metode menurut J.R. David yang dikutip Majid (2012: 131) dalam
Teaching Strategies for College Class Room adalah a way in achieving
something “cara mencapai sesuatu”. Dalam hal ini adalah metode yang
digunakan santri dalam menghafal Al-Qur‟an.
Muraja‟ah

berarti

mengulang-ulang

(Qosim,

2008:

10).

Mengulang-ulang disini adalah mengulang hafalan, dengan maksud
agar hafalan menjadi kuat. Setiap orang yang menghafalkan Al-Qur‟an
mempunyai kewajiban untuk selalu menjaga hafalannya dengan cara
muraja‟ah atau mengulang-ulang hafalannya. Di pondok pesantren
mana pun atau sekolah-sekolah yang mengadakan pendidikan Tahfizhul
Qur‟an

pasti

menerapkan

metode

muraja‟ah,

hanya

saja

pelaksanaannya yang berbeda.
4. Menghafal Al-Qur’an
Dalam bahasa Arab menghafal yaitu Al-Hifzh yang berasal dari
kata Hafazha, yahfazhu, hifzhan yang berarti menghafal, memelihara,
dan menjaga (Yunus, 1972: 105). Sedangkan menurut Sumardi
Suryabrata (1993: 45), menghafal berarti aktivitas mencamkan dengan
sengaja dan sungguh-sungguh.

Al-Qur‟an secara bahasa berarti “bacaan”. Secara istilah, AlQur‟an adalah kalam Allah SWT yang tiada tandingannya (mukjizat),
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, penutup para Nabi dan
Rasul dengan perantara malaikat Jibril, dimulai dengan surat Al-Fatihah
dan diakhiri dengan surat An-Nas, yang tertulis dalam mushaf-mushaf
dan disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta membacanya
merupakan ibadah (Ash-Shabuny, 1991: 15).
Jadi dapat disimpulkan bahwa menghafal Al-Qur‟an adalah proses
memasukkan

ayat-ayat

Al-Qur‟an

melafadzkan

kembali

tanpa

kedalam

melihat

ingatan

tulisan

dan

kemudian
berusaha

meresapkannya kedalam fikiran agar selalu diingat.

5. Santri
Menurut Nurcolis Madjid (1997: 19) dalam pandangannya asalusul kata “santri” dapat dilihat dari dua pendapat yang bisa kita jadikan
acuan. Pertama, adalah pendapat yang mengatakan bahwa “santri”
berasal dari perkataan “sastri”, sebuah kata dari bahasa Sansekerta,
yang artinya melek huruf. Agaknya dulu, lebih-lebih pada permulaan
tumbuhnya kekuasaan politik Islam di Demak, kaum santri adalah kelas
“literary” bagi orang Jawa. Ini disebabkan pengetahuan mereka tentang
agama melalui kitab-kitab bertulisan dan berbahasa Arab. Pendapat
kedua, adalah pendapat yang mengatakan bahwa perkataan santri
sesungguhnya berasal dari bahasa Jawa, persisnya dari kata santri, yang

artinya seseorang yang selalu mengikuti seorang guru ke mana guru itu
pergi menetap. Tentunya dengan tujuan dapat belajar darinya mengenai
suatu keahlian.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa santri adalah seseorang yang sedang
mendalami ilmu agama atau bisa dikatakan seseorang yang ikut tinggal
bersama gurunya (kyai) dengan maksud untuk menimba ilmu
dengannya.
6. Pondok Pesantren Al-I’tishom
Pondok yang digunakan dalam bahasa Jawa berarti madrasah dan
asrama

sebagai

tempat

mengaji

dan

belajar

agama

Islam

(Purwadarminta, 2006: 906).
Pesantren adalah suatu tempat yang tersedia untuk para santri
dalam menerima pelajaran-pelajaran agama Islam sekaligus tempat
berkumpul dan tempat tinggalnya (Qomar, 2002: 2).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pondok
pesantren merupakan suatu tempat pendidikan dan pengajaran yang
menekankan pelajaran agama Islam dan didukung asrama (pondok)
sebagai tempat tinggal santri, sehingga mempermudah kyai dalam
memantau perkembangan pembelajaran santri.
Dari keterangan di atas, dapat dipahami maksud dari penelitian ini
adalah efektivitas pelaksanaan metode muraja‟ah dalam menghafal AlQur‟an yang diterapkan santri Pondok Pesantren Al-I‟tishom Kliwonan
Grabag Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang.

F. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan telaah terhadap karya penelitian
terdahulu. Pada tinjauan ini, penulis akan mendiskripsikan karya penelitian
terdahulu yang ada hubungannya dengan judul skripsi ini. Adapun
penelitian-penelitian tersebut diantaranya, yaitu:
1. “Efektivitas Sistem Pembelajaran Tahfidzul Qur‟an di Pondok
Pesantren

Roudlotu

„Usysyaaqil

Qur‟an

Rowosari

Rowopolo

Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2012”, skripsi Siti
Nurhalimah (STAIN Salatiga, 2012), pendekatan yang dilakukan dalam
penelitian

ini

adalah

pendekatan

kualitatif.

Hasil

penelitian

menunjukkan bahwa efektivitas sistem pendidikan Tahfidzul Qur‟an di
Pondok Pesantren Roudlotu „Usysyaaqil Qur‟an Rowosari Rowopolo
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2012 berada pada
kategori sangat baik. Kurikulum dan sistem pengajaran tersusun dengan
baik, sehingga proses belajar mengajar Al-Qur‟an dan pengkajian kitab
terlaksana sesuai dengan yang direncanakan. Sistem pendidikan
Tahfidzul Qur‟an tersebut sangat efektif sehingga target yang telah
ditentukan dengan menghafal Al-Qur‟an selama5-6 tahun tercapai.
2. “Metode Pembelajaran Tahfidzul Qur‟an Pondok Pesantren Daarul
Qur‟an

(Santri

Usia

Sekolah

Menengah

Pertama

Colomadu

Karanganyar) Tahun 2012”, skripsi Maidatul Faizah (STAIN Salatiga,
2012). Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode

yang diterapkan dalam tahfidzul Qur‟an adalah metode wahdah,
metode sima‟i, metode menghafal per hari satu halaman, metode
pengulangan umum. Implementasi metode tersebut secara global
terbagi dua waktu yakni ba‟da Subuh dan ba‟da Isya‟. Untuk kelebihan
dan kekurangan, selama ini tidak ada kekurangan yang terlihat jelas.
Hal itu terlihat dari hasil pembelajaran yang selalu melampaui target.
3. “Metode Tahfidzul Qur‟an di Sekolah Dasar Islam Tahfidzul Qur‟an
(SDITQ) Al-Irsyad Desa Butuh Kecamatan Tengaran Tahun 2013”,
Skripsi Arif Rahman Hakim (STAIN Salatiga, 2013). Pendekatan yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Hasil
penelitian menyimpulkan bahwa metode tahfidzul Qur‟an yang
digunakan di SDITQ adalah metode Pakistani, jenis metode ini meliputi
di antaranya adalah Sabak, Sabki dan Manzil. Tujuan metode ini adalah
untuk mempermudah siswa dalam menghafal dan menjaga hafalannya.
Media yang digunakan yaitu Al-Qur‟an, buku iqro‟, buku tajwid,
handphone MP3, Al-Qur‟an digital, alat tulis, formulir hafalan siswa.
Langkah-langkah pelaksanaan metode ini pada umumnya tidak jauh
berbeda dengan pelajaran umum, hanya saja metode dan media yang
digunakan berbeda dengan yang lainnya. Peranan guru sangat
dibutuhkan karena perlu perhatian yang banyak, kesabaran, konsentrasi
serta komitmen dalam membina hafalan siswa. Sedangkan peranan
siswa merupakan sebagai pembelajaran lansung dan aktif, hasil
penggunaan metode ini cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan jumlah

hafalan siswa dan prestasi lomba. Kelebihan dari metode ini adalah
kegiatan hafalan siswa menjadi terprogram, faktor pendukung bagi
siswa di asrama dan non asrama antara lain proses menghafal dipantau
lansung oleh ustadz, suasana kondusif, sarana dan prasarana yang
memadai,

memiliki

teman-teman

yang

sama-sama

menghafal,

terkondisikan oleh jadwal. Faktor Penghambat bagi siswa asrama dan
non asrama adalah malas, kurang memuraja‟ah hafalan, tidak berbakat
menghafal, mengantuk, lupa, banyak bermain. Motivasi yang diberikan
yaitu, memberikan reward voucer belanja, hadiah berupa perlengkapan
alat tulis, memberikan perhatian kasih sayang, nasehat serta tausiyah
mengenai keutamaan menghafal. Cara mengatasi faktor di antaranya
memberikan pembinaan kepada siswa, mengevaluasi kendala yang
ditemui, memberikan motivasi dan nasehat kepada siswa agar
senantiasa rajin menghafal, berkerja sama dengan pihak wali siswa
dalam mengatasi kendala tersebut serta memberikan hukuman yang
mendidik bagi siswa melanggar ketika kegiatan tahfidz.
4. “Efektivitas Metode Wahdah, Takrir dan Tahfiz terhadap Hafalan AlQur‟an di Pondok Pesantren Miftakhul Ulum Jejeran Wonokromo
Pleret Bantul”, skripsi Batrutin Nikmah (UIN Sunan Kalijaga, 2008).
Penelitian ini menyimpulkan bahwa metode Wahdah dan metode Tahfiz
menunjukkan

keberhasilan

(efektif)

sedangkan

metode

Takrir

menunjukkan kurang efektif. Penerapan metode Wahdah dan Metode
Tahfiz didasarkan pada kualitas hafalan Al-Qur‟an dengan tartil sesuai

dengan

kaidah-kaidah

tajwid

yang

lebih

diorientasikan

pada

penguasaan materi yang diberikan. Sedangkan materi metode Takrir
PP. Miftahul Ulum kurang efektif berdasarkan hasil penelitian dengan
nilai 55%. Faktor yang paling dominan dari santri itu sendiri yaitu
malas.
Berdasarkan

temuan

penelitian

di

atas,

penulis

ingin

mengemukakan bahwa penelitian yang akan dilaksanakan ini memiliki
perbedaan

dengan

penelitian

sebelumnya

dan

belum

ada

yang

mengulasnya, yang membedakan adalah fokus kajian serta tempat dari
penelitian ini, yakni pelaksanaan metode muraja‟ah dalam menghafal AlQur‟an di Pondok Pesantren Al-I‟tishom Kliwonan Grabag Kecamatan
Grabag Kabupaten Magelang, sejauhmana efektivitasnya, serta faktor
penunjang dan penghambat dari metode tersebut.

Dengan demikian,

penulis berpendapat bahwa penelitian ini layak diangkat.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi merupakan garis besar penyusunan
untuk mempermudah jalan pikiran dalam memahami secara keseluruhan
isi skripsi. Oleh sebab itu, skripsi ini akan penulis susun dengan
sistematika sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, tinjauan
pustaka, dan sistematika penulisan.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Bab ini membahas tentang berbagai teori yang menjadi landasan
teoritik penelitian, meliputi: Pondok pesantren dan karakteristiknya yang
terdiri dari: pengertian pondok pesantren, materi pelajaran dan metode
pembelajaran pondok pesantren, jenjang pendidikan pondok pesantren,
macam-macam pondok pesantren, pondok pesantren dan Tahfizhul
Qur‟an, pengertian menghafal Al-Qur‟an, dasar dan kaidah penting
menghafal Al-Qur‟an, tradisi menghafal Al-Qur‟an, metode tahfizh AlQur‟an, metode muraja‟ah,

Efektifitas yang terdiri dari: pengertian

efektivitas, pengukuran efektifitas. faktor pendukung dan penghambat
pembelajaran Tahfizhul Qur‟an.

BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang: Pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran
peneliti, lokasi penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, analisis
data, uji keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian.
BAB IV: PAPARAN DATA DAN ANALISIS
Bab ini berisi tentang: Gambaran umum Pondok Pesantren AlI‟tishom Kliwonan Grabag Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang yang
meliputi, letak geografis pondok pesantren, sejarah berdirinya pondok
pesantren, visi dan misi pondok pesantren, struktur kepengurusan, sarana
dan prasarana, keadaan ustadz, keadaan santri, kurikulum pengajaran,
gambaran informan. Paparan data yang meliputi, pelaksanaan menghafal

Al-Qur‟an dengan metode muraja‟ah, efektifitas metode muraja‟ah dalam
menghafal Al-Qur‟an, faktor pendukug dan penghambat pelaksanaan
metode muraja‟ah dalam menghafal Al-Qur‟an, dan temuan penelitian,
serta analisis hasil temuan penelitian yang terdiri dari: pelaksanaan
menghafal Al-Qur‟an dengan metode muraja‟ah,
muraja‟ah

dalam

menghafal

Al-Qur‟an,

faktor

efektifitas metode
pendukung

dan

penghambat pelaksanaan metode muraja‟ah dalam menghafal Al-Qur‟an.
BAB V : PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pondok Pesantren dan Karakteristiknya
1. Pengertian Pondok Pesantren
Pondok pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan
Islam di Indonesia. Menurut asal katanya, pesantren berasal dari kata
“santri” yang menunjukkan tempat. Dengan demikian, pesantren artinya
tempat para santri. Menurut Nasir (2005: 80-81) pondok pesantren
mempunyai beberapa pengertian, diantaranya:
a. Pondok pesantren adalah gabungan dari kata pondok dan pesantren.
Istilah pondok berasal dari kata funduk, dari bahasa Arab yang
berarti rumah penginapan atau hotel. Akan tetapi, di Indonesia
khususnya pulau Jawa, lebih mirip dengan pemondokan dalam
lingkungan padepokan, yaitu perumahan sederhana yang dipetakpetak dalam bentuk kamar-kamar yang merupakan asrama bagi
santri. Sedangkan istilah pesantren secara etimologis asalnya dari pesantri-an yang berarti tempat santri. Santri atau murid mempelajari
agama dari seorang kyai di pondok pesantren.
b. Pondok pesantren adalah lembaga keagamaan yang memberikan
pendidikan dan pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan
ilmu agama Islam. Pondok pesantren merupakan salah satu bentuk
lembaga pendidikan dan keagamaan yang ada di Indonesia. Secara

lahiriah, pesantren pada umumnya adalah komplek bangunan yang
terdiri dari rumah kyai, masjid, pondok tempat tinggal para santri,
dan ruangan belajar. Pada tempat inilah para santri tinggal selama
beberapa tahun untuk belajar langsung dengan kyai dalam bidang
ilmu agama.
c. Pondok pesantren juga berarti suatu lembaga pendidikan dan
pengajaran agama Islam yang pada umumnya pendidikan dan
pengajaran tersebut diberikan dengan cara non klasikal, tetapi
dengan sistem bandongan dan sorogan. Di mana seorang kyai
mengajar santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang tertulis dalam
bahasa Arab oleh ulama-ulama besar sejak abad pertengahan, dan
para santri biasanya tinggal dalam pondok atau asrama dalam
pesantren tersebut.
Sedangkan Madjid (1997:3), mengemukakan bahwa pondok
pesantren yaitu lembaga yang bisa dikatakan merupakan wujud proses
wajar perkembangan sistem pendidikan nasional. Dari segi historis
pesantren tidak hanya identik dengan makna keislaman, tetapi juga
mengandung makna keaslian Indonesia. Menurut Muhammad Arifin,
yang dikutip Mukmin dkk (2007: 17), pondok pesantren adalah suatu
lembaga pendidikan Islam yang tumbuh serta diakui oleh masyarakat
sekitar, dengan sistem asrama (komplek) dimana santri-santri menerima
pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang
sepenuhnya berada di bawah kedaulatan leadership seseorang atau

beberapa orang kyai dengan ciri-ciri khas yang bersifat kharismatik
serta independen dalam segala hal.
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pondok
pesantren

merupakan

suatu

lembaga

pendidikan

Islam

yang

memberikan pendidikan dan pengajaran agama di mana seorang kyai
mengajarkan ilmu agama Islam kepada santri-santri berdasarkan kitabkitab yang ditulis dalam bahasa Arab dan para santri tinggal di asrama.
2. Materi Pelajaran dan Metode Pembelajaran Pondok Pesantren
Sebagai lembaga pendidikan Islam, pesantren pada dasarnya
hanya mengajarkan agama. Sedangkan kajian atau mata pelajarannya
ialah kitab-kitab dalam bahasa Arab. Pelajaran agama yang dikaji di
pesantren ialah Al-Qur‟an dengan tajwid, aqa‟id, ilmu kalam, fikih,
ushul fikih, tarikh, tasawuf, dan lain sebagainya (Depag, 2003: 73).
Metode pembelajaran di pesantren ada yang bersifat tradisional
dan ada pula yang bersifat modern. Pesantren pada mulanya sebenarnya
telah mengenal sistem klasikal, tetapi tidak dengan batas-batas fisik
yang lebih tegas seperti pada sistem klasikal yang diterapkan di sekolah
atau

madrasah

modern

(Depag,

2003:

75).

Adapun

metode

pembelajaran pesantren yang tradisional antara lain:
a. Sorogan
Metode sorogan merupakan kegiatan pembelajaran bagi para
santri yang lebih menitikberatkan pada pengembangan kemampuan
perseorangan (individu), dibawah bimbingan seorang ustadz atau

kyai. Pengajian sistem sorogan ini biasanya diselenggarakan pada
ruang tertentu di mana di situ tersedia tempat duduk seorang kyai
atau ustadz, kemudian di depannya terdapat bangku pendek untuk
meletakkan kitab bagi santri yang menghadap. Santri-santri lain,
baik yang mengaji kitab yang sama ataupun berbeda duduk agak
jauh sambil mendengarkan apa yang diajarkan oleh kyai atau ustadz
kepada

temannya

sekaligus

mempersiapkan

diri

menunggu

gilirannya dipanggil (Depag, 2003: 77).
b. Bandongan
Metode bandongan disebut juga dengan metode wetonan.
Metode bandongan dilakukan oleh seorang kyai atau ustadz terhadap
sekelompok peserta didik atau santri, untuk mendengarkan dan
menyimak apa yang dibacanya dari sebuah kitab. Seorang kyai atau
ustadz dalam hal ini membaca, menerjemahkan, menerangkan, dan
seringkali mengulang teks-teks kitab berbahasa Arab tanpa harakat
(gundul). Sementara itu santri dengan memegang kitab yang sama,
masing-masing melakukan pen-dhabitan harakat, pencatatan simbolsimbol kedudukan kata, arti-arti kata langsung di bawah kata yang
dimaksud, dan keterangan-keterangan lain yang dianggap penting
dan dapat membantu memahami teks. Posisi para santri pada
pembelajaran dengan menggunakan metode ini adalah melingkari
dan mengelilingi kyai atau ustadz sehingga membentuk halaqah.
Untuk penterjemahannya kyai atau ustadz dapat menggunakan

berbagai bahasa yang menjadi bahasa utama para santrinya (Depag,
2003: 80).
c. Musyawarah
Musyawarah merupakan metode pembelajaran yang lebih mirip
dengan diskusi atau seminar. Beberapa orang santri dengan jumlah
tertentu membentuk lingkaran yang dipimpin langsung oleh kyai
atau ustadz, dan mungkin juga santri senior, untuk membahas atau
mengkaji suatu persoalan yang telah ditentukan sebelumnya. Pada
pelaksanaannya, para santri dengan bebas mengajukan pertanyaanpertanyaan ataupun pendapatnya. Dengan demikian, metode ini lebih
menitikberatkan pada kemampuan perseorangan dalam menganalisis
atau memecahkan suatu persoalan dengan argumen logika yang
mengacu pada kitab-kitab tertentu (Depag, 2003: 82).
d. Pengajian Pasaran
Metode pengajian pasaran adalah kegiatan para santri melalui
pengkajian materi kitab tertentu pada seorang ustadz yang dilakukan
oleh sekelompok santri dalam kegiatan yang terus-menerus
(maraton) selama tenggang waktu tertentu. Tetapi umumnya pada
bulan Ramadhan selama setengah bulan, dua puluh hari atau
terkadang satu bulan penuh tergantung pada banyaknya kitab yang
dikaji. Pada kenyataannya metode ini lebih mirip dengan metode
bandongan. Akan tetapi, pada metode ini target utamanya adalah
khatam atau selesai (Depag, 2003: 95).

e. Hafalan (Muhafadhah)
Metode hafalan ialah kegiatan belajar santri dengan cara
menghafal suatu teks tertentu dibawah bimbingan dan pengawasan
seorang ustadz atau kyai. Para santri diberi tugas untuk menghafal
bacaan-bacaan dalam jangka waktu tertentu. Hafalan yang dimiliki
santri ini kemudian dihafalkan di depan ustadz atau kyainya secara
periodik atau insidental tergantung pada petunjuk gurunya tersebut.
Materi pembelajaran di pondok pesantren yang disajikan dengan
metode hafalan pada umumnya berkenaan dengan Al-Qur‟an,
nadzam-nadzam untuk disiplin nahwu, sharaf, tajwid atau teks-teks
nahwu sharaf dan fikih (Depag, 2003: 100).
f. Mudzakarah
Metode mudzakarah atau dalam istilah lain disebut dengan
batstul masa‟il merupakan pertemuan ilmiah yang membahas
masalah diniyah seperti ibadah, aqidah, dan masalah agama pada
umumnya. Metode ini sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan
metode musyawarah. Perbedaannya hanya pada metode ini,
pesertanya adalah para kyai atau para santri senior atau tingkat tinggi
(Depag, 2003: 73-105).
3. Jenjang Pendidikan Pondok Pesantren
Jenjang pendidikan dalam pesantren tidak dibatasi seperti dalam
lembaga-lembaga pendidikan yang memakai sistem klasikal pada
umumnya, kenaikan tingkat seorang santri didasarkan kepada isi mata

pelajaran tertentu yang ditandai dengan tamat dan bergantinya kitab
yang dipelajari.
4. Macam-Macam Pondok Pesantren
Secara umum, pesantren dapat diklasifikasikan menjadi dua,
yakni: pesantren salaf (tradisional) dan pesantren khalaf (modern).
Pesantren salaf adalah sebuah pesantren yang tetap melestarikan unsurunsur utama pesantren dan masih mampu menjaga eksistensi
pesantrennya, melalui kegiatan pendidikannya berdasarkan pada polapola pengajaran klasik atau lama, yakni berupa pengajian kitab kuning
dengan metode pembelajaran tradisional. Sedangkan pesantren khalaf
adalah pesantren yang tetap melestarikan unsur-unsur pesantren, tetapi
juga memasukkan di dalamnya unsur-unsur modern yang ditandai
dengan klasikal atau sekolah dan adanya materi ilmu-ilmu umum dalam
muatan kurikulumnya (Depag RI, 3003: 7-8).
Nasir (2005: 87) menyebutkan lima klasifikasi pesantren, yakni:
a. Pondok pesantren klasik (salaf) yaitu pondok pesantren yang di
dalamnya terdapat sistem pendidikan salaf (weton, sorogan), dan
sistem klasikal (madrasah).
b. Pondok pesantren semi berkembang, yaitu pondok pesantren yang di
dalamnya terdapat sistem pendidikan salaf (weton, sorogan), dan
sistem klasikal (madrasah) swasta kurikulum 90% agama dan 10%
umum.

c. Pondok pesantren berkembang, yaitu hampir sama dengan semi
berkembang. Hanya berbeda dalam bidang kurikulumnya 70%
agama dan 30% umum, serta telah diselenggarakan madrasah SKB
Tiga Mentri.
d. Pondok pesantren modern (khalaf), yaitu pondok pesantren ini lebih
lengkap dari pondok pesantren berkembang.
5. Pondok Pesantren dan Tahfizhul Qur’an
Berdasarkan fokus pembelajaran, pondok pesantren dapat
dikategorikan menjadi dua, yakni: pondok pesantren umum dan pondok
pesantren khusus. Adapun Tahfizhul Qur‟an merupakan sebagian dari
kegiatan yang ada di pondok pesantren. Dari pengamat penulis, terdapat
beberapa kriteria pondok pesantren. Yakni:
a. Pondok pesantren modern, yaitu pondok pesantren yang fokus
pembelajarannya berupa kitab, pelajaran umum, dan sekolah atau
madrasah. Seperti: Pondok Modern Assalam Temanggung, Pondok
Modern Darussalam Gontor, dan lain sebagainya.
b. Pondok pesantren khusus kitab, yaitu pondok pesantren yang fokus
pembelajarannya hanya pada kitab-kitab karya ulama‟ terdahulu
(salaf). Seperti: Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Pondok Pesantren
Al Falah Ploso Kediri, Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang
Rembang, Pondok Pesantren Tebuireng Jombong, Pondok Pesantren
API Tegalrejo, dan lain sebagainya.

c. Pondok pesantren khusus Tahfizhul Qur‟an, yaitu pondok pesantren
yang fokus pembelajarannya hanya pada menghafal Al-Qur‟an
(Tahfidzul Qur‟an). Seperti: Pondok Pesantren Daarul Qur‟an
Tangerang, Pondok Pesantren Daarul Qur‟an Karanganyar, Pondok
Pesantren Bustanul „Usyaaqil Qur‟an Demak,

Pondok Pesantren

Yanabi‟ul Qur‟an Kudus, dan lain sebagainya.
d. Pondok pesantren kitab dan Tahfizhul Qur‟an, yaitu pondok
pesantren yang fokus pembelajarannya berupa kitab dan menghafal
Al-Qur‟an (Tahfizhul Qur‟an) atau bahkan perpaduan dari keduanya,
seperti Pondok Pesantren Miftahul Jannah Bedono, Pondok
Pesantren Al-Hidayat Magelang, Pondok Pesantren An-Nur Maron
Purworejo, dan lain sebagainya.
Dari beberapa kriteria di atas, Pondok Pesantren Al-I‟tishom
termasuk kategori pondok pesantren modern karena di dalamnya
pondok pesantren Al-I‟tishom fokus pembelajarannya pada kitab dan
pelajaran umum tingkat sekolah menengah keatas (SMA), namun di
dalamnya juga mengadakan pembelajaran Tahfizhul Qur‟an.
B. Tahfizhul Qur’an (Menghafal Al-Qur’an)
1. Pengertian Tahfizhul Qur’an (Menghafal Al-Quran)
Tahfizhul Qur‟an merupakan gabungan dari kata tahfizh dan AlQur‟an. Kata tahfizh merupakan bentuk isim mashdar dari fiil madhi
yang artinya memelihar

Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR AQIDAH AKHLAK DENGAN STRATEGI MEMBACA KERAS-KERAS PADA SISWA KELAS IV MI GRABAG 3 KECAMATAN GRABAG KABUPATEN MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2007/2008 - Test Repository

0 0 77

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN MUSLIM DI MI MA’ARIF GRABAG 01 GRABAG MAGELANG SKRIPSI

0 1 72

EFEKTIVITAS METODE BERDZIKIR DALAM PENANGANAN PROBLEM PSIKOLOGIS SANTRI DI PONDOK PESANTREN SURYABUANA DESA BALAK KECAMATAN PAKIS KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 2 187

EFEKTIVITAS METODE BERDZIKIR DALAM PENANGANAN PROBLEM PSIKOLOGIS SANTRI DI PONDOK PESANTREN SURYABUANA DESA BALAK KECAMATAN PAKIS KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 SKRIPSI

1 3 187

IMPLEMENTASI METODE AL-QOSIMI DALAM PEMBELAJARAN TAHFIZHUL QUR’AN PADA SANTRI PONDOK PESANTREN AN-NIDA KOTA SALATIGA TAHUN 2016 SKRIPSI

0 0 121

PENERAPAN METODE SIMA’I DALAM MENGHAFAL AL-QUR’AN PADA SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZUL QUR’AN TA’MIRUL ISLAM LAWEAN SURAKARTA TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 142

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SKI MATERI DINASTI AYYUBIYAH MELALUI METODE MIND MAP PADA SISWA KELAS VIII MTS MA’ARIF 03 GRABAG KECAMATAN GRABAG KABUPATEN MAGELANG TAHUN PELAJARAN 20162017 SKRIPSI

0 3 153

STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN RELIGIUSITAS SISWA DI SDN KETAWANG 1 DAN SDN BANARAN KECAMATAN GRABAG KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2017 - Test Repository

0 0 82

EFEKTIVITAS METODE HANIFIDA DALAM MENGHAFAL SURAT AL-MĀ’ŪN BESERTA ARTI DAN NOMOR AYATNYA PADA SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZUL QUR’AN AL-MUNTAHA KELURAHAN CEBONGAN KECAMATAN ARGOMULYO KOTA SALATIGA TAHUN 2017 SKRIPSI

0 3 157

PEMBELAJARAN TAHFIDZUL QUR’AN BERBASIS SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-MANSHUR DUSUN POPONGAN DESA TEGALGONDO KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN KLATEN TAHUN 2017

0 0 165