KONSTRUKSI REALITAS BERITA TENTANG RATUSAN MAHASISWA OSPEK UINSA PINGSAN KELAPARAN SURABAYA.TRIBUNNEWS.COM : ANALISIS FRAMING MODEL PAN DAN KOSICKI.

(1)

KONSTRUKSI REALITAS BERITA TENTANG RATUSAN MAHASISWA OSPEK UINSA PINGSAN KELAPARAN

SURABAYA.TRIBUNNEWS.COM, PERIODE AGUSTUS 2015 (Analisi Framing Model Pan dan Konsicki)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)

Oleh: M. KHALILI NIM. B06212059

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

JURUSAN KOMUNIKASI

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

viii

ABSTRAK

M. KHALILI, B06212059, 2017. Konstruksi Realitas Berita Tentang Ratusan

Mahasiswa Ospek UINSA Pingsan Kelaparan

surabaya.tribunnews.com Periode Agustus 2015. Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Kata kunci : Framing, Media Online, Konstruksi media

Media online memiliki banyak kelebihan dalam menyampaikan berita kepada khalayak, salah satunya adalah kecepatan berita yang jauh melampaui media konvensional seperti surat kabar. Pemberitaan di media online dipengaruhi oleh ideologi media yang terlihat dari framing berita yang dilakukan oleh media. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana framing pemberitaan yang dilakukan oleh media dalam menyampaikan sebuah peristiwa dan untuk mendapatkan gambaran sampai sejauh mana pengaruh ideologi media terhadap upaya untuk mendekati objektivitas dalam pemberitaan. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruksionis dengan pendekatan kualitatif. Analisis framing dilakukan dengan model analisis Pan dan Kosicki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa framing yang dilakukan surabaya.tribunnews.com terhadap berita Ratusan Mahasiswa Ospek UINSA Pingsan Kelaparan, 1. Dari struktur Sintaksis Judul dan lead secara tegas menyudutkan kampus UINSA. 2. Secara Skrip ada pernyataan yang salah pada unsur How. 3. Struktur tematik, paragraf demi paragraf pada berita ini secara hanya mengusung satu ide saja. 4. Secara Retoris, dari paragraf pertama bahasa yang di gunakan berusaha meyakinkan bahwa yang diberitakan sesuai dengan realitasnya.


(7)

DAFTAR ISI

JUDUL PENELITIAN DALAM SAMPUL ...

LEMBAR KEASLIAN KARYA ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN...v

KATA PENGANTAR...vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR BAGAN ...xi

DAFTAR TABEL ...xii

DAFTAR GAMBAR ...xiii

BAB 1 : PENDAHULUAN A.Konteks Penelitian... 1

B. Fokus Penelitian ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu...6

F. Definisi Konsep... 8

G.Kerangka Fikir Penelitian... 10

H. Metode Penelitian... 13

1. Jenis Penelitian... 13

2. Metode penelitian... 15

3. Subyek dan Obyek Penelitian... 23

4. Sumber Data... 23

5. Tekinik Pengumpulan data...24

6. Teknik Analisis Data... 25


(8)

BAB II : KAJIAN TEORITIS A. Kajian Pustaka

1. Media dan Konstruksi Realitas...29

2. Media online……….… 30

3. Strategi Media Massa Dalam Melakukan Konstruksi Realitas... .32

4. Dampak Dari Konstruksi Media Massa...32

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konstruksi Realitas ... 34

B. Kajian Teori 1. Konstruksi Realitas Berita... 36

2. Konstruksi Berita online... 42

3. Ospek atau Oscaar... 47

4. Framing... 50

BAB III : PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Subyek Penelitian... 54

B. Deskripsi Data Penelitian... 62

1. Analisis Berita... 62

BAB IV : ANALISA DATA A. Temuan Hasil Penelitian... 69

B. Konfirmasi temuan dengan teori... 70

1. Bahasa Media ... 70

2. Realitas Media... 72

C. Media Informasi Dalam Perspektif Keislaman ... 76

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan... 81


(9)

DAFTAR BAGAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Skema Framing Model Pan dan Kosicki ... 17 Tabel 2.1 Analisi Framing Pan dan Kosicki berita Ratusan Mahasiswa Ospek UINSA Pingsan Kelaparan... 64 Tabel 2.2 Analisi Framing Pan dan Kosicki berita Ratusan Mahasiswa Ospek UINSA Pingsan Kelaparan (Lanjutan)... 65 Tabel 2.3 Analisi Framing Pan dan Kosicki berita Ratusan Mahasiswa Ospek UINSA Pingsan Kelaparan (Lanjutan)... 66


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Situs Surabaya.tribunnews.com... 55 Gambar 1.2. Kantor Redaksi Surabaya.tribunnews.com... 60 Gambar 1.3. Berita tentang Ratusan mahasiswa Ospek UINSA pingsan kelaparan.. 63 Gambar 1.4. Judul berita... 67


(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Dari tahun ketahun Laju arus Globalisasi memungkinkan semua orang untuk mendapatkan informasi dengan mudah. Informasi bisa didapat dimanapun dan kapanpun. Tidak ada satupun informasi yang luput dari pandangan dan jangkauan kita.

Arus Globalisasi juga dapat dirasakan setelah berkembangnya era reformasi dan runtuhnya era orde baru. Era Reformasi membawa pengaruh yang sangat besar bagi sistem komunikasi negara Indonesia, hal ini di tandai dengan munculnya berbagai bentuk media massa. Media massa dapat di bagi menjadi dua yaitu media massa cetak, dan media massa elektronik. Media massa elektronik adalah sebuah media yang dalam penyampaian informasinya disajikan dengan bentuk audio ataupun visual. Sedangkan media massa cetak adalah media yang penyampaian pesannya berbentuk tertulis dan dicetak berupa lembaran.

Agar dapat memberikan informasi yang benar dan cepat terhadap masyarakat maka media atau pers dituntut untuk dapat bisa menambah pengetahuan pembacanya dengan menyajikan informasi atau berita yang berdasarkan fakta dari suatu peristiwa.

Berita harus memenuhi beberapa unsur yang nantinya akan membuat suatu berita tersebut layak untuk dipublish. Berita harus cepat dan cermat, dalam bahasa jurnalistiknya harus akurat selain akurat berita


(13)

2

harus berimbang tidak boleh memihak. Berita harus objektif, Karena berita memiliki power untuk menciptakan opini public, jadi sesuatu yang ditulis oleh media harus memenuhi unsur-unsur diatas agar tidak ada pihak yang dirugikan1

Media online adalah media massa yang tersaji secara online di situs web (website) internet. Media Online ini juga produk jurnalistik online. Jurnalistik online (disebut juga cyber journalism) didefinisikan

sebagai “pelaporan fakta atau peristiwa yang diproduksi dan didistribusikan melalui internet”2. Media online ini persepektif kajiannya terletak pada kapasitas komunikasinya. Misalnya audience yang diraih oleh media online memiliki kemampuan untuk memberi respon komentar secara langsung yang ditulis kedalam kolom coment.Audience online dalam proses komunikasi merupakan full participant.

Dampak dari reformasi juga berpengaruh kedalam penerbitan khususnya pada media cetak surat kabar. Surat kabar adalah media cetak yang mudah dijangkau masyarakat untuk mendapatkan suatu informasi yang baru. Surat kabar dipengaruhi oleh faktor verbal atau bahasa dan faktor visual pada gambar yang dimuat kedalam berita. Pada dasarnya media cetak dan elektronik dalam penyampaian sebuah informasi atau isi berita sama saja, tak ada bedanya. Hanya sistem penyajiannya yang berbeda. Dalam menyajikan informasi pemberitaanya media masa cetak, dalam penyajiannya juga menggunakan unsur visualisasi gambar berupa foto, grafis, atau karikatur, namun unsur utamanya adalah tulisan. Oleh

1Kusumaningrat, jurnalistik: teori dan praktek, (Bandung: PT. Remaja rosdakarya.2002). hal 47


(14)

3

sebab itu media massa cetak berorientasi pada kekuatan pemikiran dan pengungkapan verbal (kata-kata dan tulisan).

Seiring berkembangnya jaman, selera para konsumen pun berubah ditengah maraknya pertumbuhan media online. Perkembangan teknologi memiliki banyak implikasi pada seluruh manusia. Perkembangan teknologi yang begitu pesat ikut mempengaruhi proses eksistensi media. Hal tersebut juga terjadi karena pola perkembangan manusia modern yang cenderung serba instan. Media massa sedikit banyak akan mengalami pergeseran atau resolusi ke arah yang lebih canggih. Mulai dari buku, majalah, surat kabar, atau media cetak lainnya tidak memakai kertas lagi karena kita bisa membacanya secara online . perkembangan media online sejalur dengan makin merambahnya internet di setiap pelosok Indonesia, serta merebaknya handphone yang bisa dengan mudah mengakses internet. Media online mengubah para pelaku bisnis media yang sebelumnya berpikiran bahwa media cetak sudah ideal dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Televisi dan radio, dianggap tidak akan mampu menandingi pencapaian media cetak dari sisi kedalaman dan kebebasan mengulas sesuatu. Sekalipun televisi dan radio memiliki kelebihan sendiri. Tapi tetap tidak memiliki apa yang telah dicapai cetak. Pada perkembangannya ketiga jenis media ini dianggap sebagai media tradisional karena muncul yang namanya new media. Generasi ini datang ke Indonesia seperti ingin mengganti media tradisional Indonesia. Dengan argumentasi peningkatan pelayanan dan kepuasan terhadap pembaca, pemodal media cetak maupun televisi ikut merambah dunia online.


(15)

4

Para pebisnis media ini tidak ingin ditinggal pembacanya yang telah menikmati kemudahan akses dengan new media ini. Namun pada dasarnya, tidak serta merta media tradisional yang masuk ke dunia online ini dapat menerapkan apa yang ada di media konvensionalnya ke dalam new media, karena karakteristik yang terdapat di kedua media tersebut sedikit terdapat perbedaan.

Isu-isu yang banyak diangkat dalam media online masih sama dengan dengan isu yang diangkat oleh media konvensional, namun sifatnya yang Real time, membuat media online lebih update dengan

perkembangan isu yang sedang hangat dibicarakan. Dan bahkan sekarang banyak fenomena bahwa media konvensional saat ini akan mengekor pada isu yang telah diangkat oleh media online. Jadi dalam hal ini, media online memiliki nilai plus tersendiri.

Selain dari pemberitaan media online ini Real time, topik yang

disajikan oleh media online sangat menarik, terutama dari segi bahasa yang diolah sedemikian rupa sehingga para pembaca tertarik terhadap berita tersebut, walaupun pada intinya isi dari berita sedikit berbeda dengan realitasnya, hal ini disebabkan adanya framing atau pembingkaian

dalam pemberitaan.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti memilih media online Surabaya.tribunnews.com karena media online ini merupakan media baru dan media online salah satu situs portal berita yang memberikan layanan informasi dan berita mengenai peristiwa diseluruh


(16)

5

Indonesia khususnya surabaya. Khalayak sasaran dalam media online ini tdak terbatas, semua khalayak mampu mendapatkan informasi yang diberikan oleh media online Surabaya.tribunnews.com

Berita Ratusan Mahasiswa Ospek UINSA Pingsan Kelaparan di media online Surabaya.tribunnews.com periode Agustus 2015, menjadi hal yang menarik untuk diamati, karena berita ini sempat menjadi tranding topic di kalangan mahasiswa terutama di kalangan mahasiswa UINSA

sendiri. Karena dengan adanya permasalahan inilah peneliti ingin mengetahui bagaimana cara media online membingkai suatu peristiwa tentang kasus Pingsannya ratusan mahasiswa Ospek UINSA yang mengkaitkan panitia Oscaar (nama lain Ospek di UINSA) dan nama baik UINSA Surabaya.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalahnya, adalah:

Bagaimanakah surabaya.tribunnews.com membingkai berita Ratusan Mahasiswa Ospek UINSA Pingsan Kelaparan periode Agustus 2015?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

Mengetahui surabaya.tribunnews.com membingkai berita Ratusan Mahasiswa Ospek UINSA Pingsan Kelaparan periode Agustus 2015.


(17)

6

D. Manfaat Penelitian

1. Praktis :

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi, memperluas, dan memperkaya pengetahuan dalam bidang Ilmu Komunikasi. Serta berguna bagi pengembangan Ilmu Komunikasi khususnya bidang Jurnalistik mengenai framing dalam pemberitaan. Memberikan informasi dan referensi khususnya bagi para mahasiswa Ilmu Komunikasi yang mengadakan penelitian sejenis.

2. Manfaat teoritis :

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan dapat dijadikan acuan bagi para praktisi jurnalistik di redaksi media online Tintamerahnews.com untuk dapat melihat dan mengidentifikasikan frame berita pada setiap pemberitaan di media.

E. Kajian Terdahulu

Berikut ini adalah 2 contoh penelitian yang relevan dengan penelitian penulis yaitu, yang Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Nuraini yang berjudul “konstruksi Realitas Berita Di Media Massa”, studi analisis framing berita pembunuhan pada Head Line Surat Kabar Pos Kota edisi 1 Februari s/d 28 Februari 2006, kesimpulan dalam penelitian ini adalah wartawan pos kota lebih cenderung kearah subjektifitas dalam memainkan kata-kata pada pemberitaan tersebut.


(18)

7

Selain itu dalam mencari informasi lebih fokus pada saksi-saksi saja sedangkan keterangan dari keluarga korban hanya sedikit sekali diikutsertakan.

Kedua, Penelitian yang dilakukan oleh Arby Sumandoyo tentang “Analisis Framing Berita Kampanye Kompas dan Media Indonesia (Studi deskriptif keberpihakan media terhadap kampanye dua pasang calon Gubernur DKI edisi Juli-Agustus 2007)”, Dengan metode penelitian deskriptif komparatif dan menggunakan teori agenda setting dengan kerangka framing model Robert Entman. Hasil penelitiannya adalah kecenderungan pemberitaan surat kabar kompas dan media Indonesia ditinjau melalui analisis penggunaan perangkat framing, perumpamaan penonjolan kalimat dan gambaran sosok serta penalaran yang dibangun untuk mendukung gagasan berita kampanye dua pasang calon gubernur dalam pilkada DKI 2007, menunjukan bahwa surat kabar kompas memberikan penekanan terhadap harapan warga Jakarta terhadap gubernur dalam Pilkada DKI 2007, Menunjukan bahwa surat kabar kompas lebih mengkampanyekan suara warga dalam pemberitaanya. Sedangkan Media Indonesia lebih memfokuskan pada citra positif terhadap Fauzi Bowo.

Adapun perbedaan dengan penelitian pertama terletak pada teori, metode, analisa yang digunakan. Penelitian pertama menggunakan teori dari Robert entman dan Penelitian yang kedua menggunakan teori agenda setting sedangkan peneliti menggunakan teori use and effect..


(19)

8

F. Definisi Konsep

Definisi konsep adalah definisi singkat dari sejumlah fakta atau data yang ada. Oleh karena itu penulis memberikan batasan istilah atau definisi yang digunakan dalam penelitian ini. Dengan demikian, istilah atau definisi yang di maksud memiliki pengertian terbatas.

Adapun batasan bagi beberapa konsep dalam penelitian ini yaitu:

1. Berita

Dalam kamus komunikasi definisi dari berita adalah laporan informasi mengenai hal atau peristiwa yang baru saja terjadi, menyangkut kepentingan umum dan disiarkan secara cepat oleh media massa, Surat kabar,majalah,radio siaran,televise siararan ataupun oleh media online. Pendapat tersebut mengukuhkan asumsi peneliti bahwa masyarakat membutuhkan informasi berdasarkan tingkat kebutuhan mereka atas informasi yang disjikan. Dan kemasan suatu penyajian berita merupakan faktor yang dapat mempengaruhi masyarakat dalam mengkonsumsi suatu informasi seperti asumsi dari kusumaningrat yaitu : Pers Barat memandang berita sebagai “komoditi” sebagai “barang dagangan” yang dapat diperjualbelikan3.

Selain itu berita menurut bahasannya atau definisi berita dalam arti teknis jurnalistik adalah laporan tentang fakta atau ide yang termasa yang dipilih oleh staf redaksi suatu media untuk disiarkan,

3 Kusumaningrat, jurnalistik: teori dan praktek, (Bandung: PT. Remaja rosdakarya. 2006). hal 33


(20)

9

yang dapat menarik perhatian pembaca, entah karena pentingnya atau pula karena mencakup segi-segi human interest4.

2. Media Online

Media Online yaitu terkait dengan pengertian media dalam konteks komunikasi massa. Media singkatan dari media komunikasi massa dalam bidang keilmuan komunikasi massa mempunyai karakteristik tertentu, seperti publisitas dan periodisitas. Pengertian media online secara khusus adalah media yang menyajikan karya jurnalistik (berita, artikel, feature) secara online5.

3. Rubrik

Rubrik menurut Onong Uchjana Effendi adalah istilah yang berasal dari bahasa belanda yang artinya ruangan pada halaman surat kabar, majalah, atau media cetak lainya yang membahas tentang kegiatan dalam suatu masyarakat. Contohnya Rubrik berita, rubric entertainment, rubric olahraga6. Rubrik menurut Redi panuju bahwa pesan-pesan yang disuguhkan dengan mengelompokan berdasarkan kategorisasi tertentu misalnya berdasarkan bidang ataupun lingkup grafis. Rubrikasi tetap misalnya menempatkan berita dan artikel berdasarkan tema politik, ekonomi, olahraga dan hiburan.

Arti rubrik dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah kepala karangan (ruangan tetap dalam surat kabar atau majalah

4 .Dja`far H. Assegaf, Jurnalistik Indonesia; Menulis Berita dan Feature -Panduan Praktis Jurnalis: (Ghalia Gunung Agung. 1985). hal. 24

5 http://www.romelteamedia.com/2014/04/media-online-pengertian-dan.html 6 Effendy, Dinamika Komunikasi.(PT Remaja Rosdakarya: Bandung. 1981) Hal 90


(21)

10

untuk menampung pembaca7. Dengan adanya rubric ini, maka pembaca akan lebih mudah dalam mencari informasi mana yang ingin dibacanya atau dibutuhkanya. Dan juga kelebihan dari rubrik ini dalam suatu media online maka tata letak suatu media online tersebut akan lebih tertata dengan baik sehingga pembaca tertarik untuk membacanya.

4. Analisis framing

Salah satu cara yang di gunakan untuk mengungkap bagaimana cara yang digunakan media massa membangun konstruksi atas sebuah realitas adalah dengan framing. Menurut Agus Sudibyo Framing adalah metode penyajian realitas dimana kebenaran suatu realitas tidak diingkari secara total, melainkan dialihkan secara halus, dengan memberika sorotan terhadap aspek yang tertentu saja. Dengan menggunakan istilah yang mempunyai konotasi tertentu dengan bantuan foto, karikatur, atau alat ilustrasi lainya8. Jika dikaitkan dengan pokok permasalahan, peneliti ingin mengetahui bagaimana Surabaya.tribunnews.com membingkai berita Ratusan Mahasiswa Ospek UINSA Pingsan Kelaparan periode Agustus 2015

G. Kerangka Pikir Penelitian

istilah konstruksi realitas menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L Berger dan Thomas Luckman dalam buku the social of construction reality. Realitas menurut Berger tidak dibentuk secara

7 Kamus Besar Bahasa Indonesia ,2003. Hal. 965


(22)

11

ilmiah, tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan. Tetapi dibentuk dan di konstruksi. Dengan pemahaman ini realitas berwujud ganda / plural. Setiap orang mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas suatu realitas, berdasarkan pengalaman, preferensi, pendidikan dan lingkungan sosial, yang dimiliki masing-masing individu9.

lebih lanjut gagasan Berger mengenai konteks berita harus dipandang sebagai konstruksi atas realitas. Karenanya sangat pptensial terjadi peristiwa yang sama di konstruksi secara berbeda. Setiap wartawan mempunyai pandangan dan konsepsi yang berbeda atas suatu peristiwa. Hal ini dapat dilihat bagaimana wartawan mengkonstruksikan peristiwa dalam pemberitaannya. Berita dalam pandangan konstruksi sosial bukan merupakan fakta yang real. Berita adalah produk interaksi wartawan dengan fakta, realitas sosial tidak begitu saja menjadi berita tetapi melalui proses. Diantaranya proses interaksi dimana wartawan dilanda oleh realitas yang ia amati dan diserap dalam kessadarannya, kemudian di proses selanjutnya adalah eksternalisasi. Dalam proses ini wartawan menceburkan diri dalam memaknai realitas. Hasil dari berita adalah produk dan proses interaksi dan dialektikal ini.10

pekerjaan media hakikatnya adalah mengkonstruksikan realitas, isi media adalah hasil para pekerja media mengkonstruksikan berbagai realotas yang dipilihnya, di sebabkan oleh sifat dan faktanya bahwa pekerjaan media massa adalah realitas yang telah di konstruksikan

9 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media ( Yogyakarta: LKiS , 2002), hal 15


(23)

12

pembuatan berita di media pada dasarnya tak lebih dari penyusunan realitas-realitas hingga membentuk sebuah cerita11

Konstruksi realitas terbentuk bukan hanya dari cara wartawan memandang realitas tapi kehidupan politik tempat media itu berada. Sistem politik yang diterapkan sebuah negara ikut menentukan mekanisme kerja media massa negara itu memepengaruhi cara media massa tersebut mengkonstruksi realitas, menurut Hamad, karena sifat dan faktanya bahwa rugas redaksional media massa adalah menceritakan peristiwa-peristiwa, maka tidak berlebihan bahwa seluruh isi media adalah realitas yang telah dikonstruksikan12.

Ada dua karakteristik penting dari pendekatan konstruksionis :

1. Pendekatan konstruksionis menekankan pada politik pemaknaan dan proses bagaimana seseorang membuat gambaran tentang realitas. Makna bukanlah suatu yang absolut, konsep statik yang ditemukan dalam suatu pesan. Makna adalah suatu proses aktif yang ditafsirkan seseorang dalam suatu pesan.

2. Pendekatan konstruksionis memandang kegiatan komunikasi sebagai proses yang dinamis. Pendekatan konstruksionis memeriksa bagaimana pembentukan pesan dari isi komunikator dan dalam sisi penerima ia memeriksa bagaimana pembentukan pesan dari isi

11 Sobur, Analisa Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisa Wacana, Analisa

Semiotika dan Analisa Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002). Hal 88

12 Hamad, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa: Sebuah Studi Critical


(24)

13

komunikator dan dalam sisi penerima ia memeriksa bagaimana konstruksi makna individu ketika menerima pesan. 13

Bagan 1.1 Kerangka Pikir Penelitian

Disini, alasan peneliti menggunakan teori konstruksi realitas sosial yaitu dengan maksud untuk memperoleh suatu gambaran bagaimana suatu media online khususnya Surabaya.tribunnews.com dalam mengkonstruksikan suatu berita Ratusan mahasiswa ospek UINSA pingsan kelaparan.

H. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini dikategorikan dalam penelitian kualitatif. Penelitian komunikasi kualitatif biasanya tidak dimaksudkan untuk memberikan penjelasan-penjelasan (explanations), mengontrol

gejalagejala komunikasi, mengemukakan prediksi-prediksi, atau menguji teori apapun, tetapi lebih dimaksudkan untuk

13 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media ( Yogyakarta: LKiS , 2002), hal 40-41

Berita Online Surabaya.tribunnews.com

Teori Konstruksi Realitas Sosial

Framing model Pan dan Kosicki Berita Ratusan Mahasiswa Ospek UINSA Pingsan Kelaparan


(25)

14

mengemukakan gambaran dan/atau pemahaman (understanding)

mengenai bagaimana dan mengapa suatu gejala atau realitas komunikasi terjadi.14

Penelitian kualitatif tidak mendasarkan bukti-bukti empirik pada logika matematik, prinsip-prinsip bilangan, ataupun teknik-teknik analisis statistik, tetapi lebih mendasarkan diri pada hal-hal yang bersifat diskursif, seperti transkip dokumen, catatan lapangan, hasil wawancara, dokumen-dokumen tertulis, dan data nondiskursif lazimnya dikonversikan ke dalam bentuk-bentuk nasrasi yang bersifat deskriptif sebelum dianalisis, diinterpretasi, dan kemudian disimpulkan.15

Penelitian kualitatif memiliki tujuan menemukan hal-hal yang bersifat tersembunyi (latent) yang karenanya sangat menaruh

perhatian pada kejangggalan dan kontorversi. Peneliti dituntut untuk dapat mengemukakan penjelasan-penjelasan mengenai temuan-temuan data yang dinilai penting dan menarik, termasuk yang saling berbeda atau berlawanan satu sama lain.16 Pijakan analisis dan penarikan kesimpulan dalam penelitian komunikasi kualitatif adalah kategori - kategori substantif dari makna-makna, atau lebih tepatnya adalah interpretasi-interpretasi terhadap gejala yang diteliti, yang pada umumnya memang tidak dapat diukur dengan bilangan.17

14Ibid, hal. 35

15Ibid, hal. 37 16Ibid, hal. 98 17Ibid, hal. 38


(26)

15

2. Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam penelititan ini adalah analisis framing, Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok atau apa saja) dibingkai oleh media. Pembingkaian tersebut tentu saja melalui proses konstruksi.

Di sini, realitas sosial dimaknai dan dikonstruksi dengan makna tertentu. Peristiwa dipahami dengan bentukan tertentu18. Analisis framing sebagai suatu metode analisis teks banyak mendapat pengaruh dari teori sosiologi dan psikologi. Dari sosiologi terutama sumbangan pemikiran Peter Berger dan Erving Goffman, sedangkan teori psikologi terutama yang berhubungan dengan skema dan kognisi19. Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta20.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis framing dengan pendekatan model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Menurut Pan dan Kosicki, framing didefinisikan sebagai proses membuat suatu pesan menjadi lebih menonjol, menempatkan informasi lebih daripada yang lain

18 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media ( Yogyakarta: LKiS , 2002), hal 3

19 Ibid, hal11

20 Sobur, Analisa Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisa Wacana, Analisa


(27)

16

sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan tersebut21.

1. Analisi Framing Model Pan dan Kosicki

perangkat framing dapat dibagi dalam empatstruktur besar.

Pertama, struktur sintaksis. Sintaksis berhubungan dengan

bagaimana wartawan menyusun peristiwa dalam bentuk susunan umum berita. Dapat diamati dari bagan berita (lead, latar, headline, kutipan yang diambil, dan sebagainya). Kedua, struktur skrip.

Skrip berhubungan dengan bagaimana wartawan mengisahkan atau menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita. Ketiga, struktur

tematik. Tematik berhubungan dengan bagaimana wartawan mengungkapkan pandangan atas peristiwa ke dalam proposisi, kalimat atau hubungan antar kalimat yang membentuk teks secara keseluruhan. Keempat, struktur retoris. Retoris berhubungan

dengan bagaimana wartawan menekankan arti tertentu ke dalam berita. Struktur ini melihat bagaimana wartawan memekai pilihan kata, idiom, grafik dan gambar yang dipakai bukan hanya mendukung tulisan, melainkan juga menekankan arti tertentu kepada pembaca22.

Keempat struktur tersebut dapat digambar dalam bentuk skema sebagai berikut:

21 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media ( Yogyakarta: LKiS , 2002), hal 252

22 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media ( Yogyakarta: LKiS , 2002), hal 255-256


(28)

17

Tabel 1.1 Skema Framing Model Pan dan Kosicki

STRUKTUR PERANGKAT

FRAMING UNIT YANG DIAMATI SINTAKSIS Cara wartawan menyusun berita 1. Skema Berita

Headline, lead, latar

informasi, kutipan sumber, pernyataan, penutup SKRIP Cara wartawan mengisahkan fakta 2. Kelengka

pan berita 5 W + 1H

a. S i n t a k s

a. Sintaksis

Dalam pengertian umum, sintaksis adalah susunan kata dalam frase atau kalimat. Dalam wacana berita, TEMATIK

Cara wartawan

menulis fakta 3. Detai 4. Koherasi 5. Bentuk Kalimat 6. Kata Ganti Paragraf, Proposisi, kalimat, Hubungan antar kalimat RETORIS Cara wartawan menekankan fakta 7. Leksikon 8. Grafis 9. Metafora Kata, Idiom, gambar/foto, grafik


(29)

18

sintaksis merujuk pada pengertian susunan dan bagian berita, sintaksis menunjuk pada pengertian dan susunan bagian berita –headline, lead, latar informasi, sumber, penutup– dalam suatu kesatuan teks berita secara keseluruhan23. Intinya, struktur sintaksis menerangkan bagaimana wartawan memahami peristiwa yang dapat dilihat dari cara wartawan menyusun fakta kedalam bentuk berita24.

Headline, mempunyai fungsi framing yang kuat. Headlinemempengaruhi bagaimana kisah dimengerti untuk kemudian digunakan dalam membuat pengertian isu dan peristiwa sebagaimana mereka beberkan. Headline digunakan untuk menunjukan bagaimana wartawan mengkonstruksi suatu isu25. Berkaitan dengan headline/judul berita, biasanya judul dibuat semenarik mungkin. Dari sisi hurufnya berbeda font, ada yang tebal, sedang, tipis. Posisi judul menjadi sangat penting karena jika pembaca membuka atau melihat media massa, maka yang akan terbaca pertama kali adalah judulnya26.

Lead atau teras berita yang berada setelah judul yang terdiri dari satu alinea pendek dan merupakan intisari

23 Eriyanto. Analisis Framing.( Lkis:Yogyakarta. 2002). Hal 295 24 Ishak. Mix Methologhy Dalam Penelitian Komunikasi. (2011). Hal 128 25 Eriyanto. Analisis Framing.( Lkis:Yogyakarta. 2002). Hal 297 26 Ishak, Op.cit. hal 128


(30)

19

berita. Lead yang baik terdiri maksimal 35 kata dan menempatkan unsur when sebagai elemen berita yang penting untuk ditempatkan di teras berita27. Latar Informasi, Latar informasi merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi makna yang ingin ditampilkan wartawan. Seorang wartawan ketika menulis berita biasanya mengemukakan latar belakangatas peristiwa yang ditulis. Latar yang dipilih menentukan kearah mana pandangan khalayak hendak dibawa28.

Sumber berita. Yakni Bagian berita yang tidak kalah pentingterkait dengan pengutipan sumber berita. Bagian ini dalam penulisan berita dimaksudkan untuk membangun objektifitas. Ia juga merupakan bagian berita yang menekankan bahwa apa yang ditulis wartawan bukan pendapat wartawan semata, melainkan pendapat orang lain yangmempunyai otoritas tertentu29.

b. Skrip

Bentuk umum dari unsur penulisan berita atau skrip adalah pada 5W+1H (who, what, where, why, +how). Meskipun pola ini tidak selaludapat dijumpai dalam setiap berita yang ditampilkan, kategori informasi ini yang diharapkan diambil oleh wartawan untuk dilaporkan.

27Ibid. 128

28 Eriyanto. Analisis Framing.( Lkis:Yogyakarta. 2002). Hal 298 29Ibid.hal 289


(31)

20

Unsurkelengkapan berita ini dapat menjadi penanda framing yang penting30. What berarti peristiwa apa yang akan dilaporkan kepada khalayak. Who berarti siapa yang

menjadi pelaku dalam peristiwa dalam berita itu. When

berarti kapan berita itu terjadi: tahun, bulan, minggu, hari, jam menit. Where berarti dimana peristiwa itu terjadi. Why

adalah alasan mengapa peristiwa yang diberitakan itu terjadi. Sedangkan How berarti bagaimana jalan peristiwa

atau bagaimana cara menanggulangi peristiwatersebut31.

c. Tematik

Bagi Pan dan Kosicki, berita mirip sebuah pengujian hipotesis: peristiwa yang diliput, sumber yang dikutip, dan pernyataan yangdiungkapkan semua perangkat itu digunakan untuk membuat dukungan yang logis bagi hipotesis yang dibuat. Kalau struktur sintaksis berhubungan dengan fakta yang diambil oleh wartawan akan ditempatkan pada skema atau bagan berita, maka struktur tematik berhubungan dengan bagaimana fakta itu ditulis. Bagaimana kalimat yang dipakai, bagaimana menempatkan dan menulis sumber kedalam teks berita secara keseluruhan32.

Adapun perangkat dari struktur tematik adalah:

30Ibid hal 300

31 Ishak. Mix Methologhy Dalam Penelitian Komunikasi. (2011). Hal 130 32 Eriyanto.


(32)

21

Detail, adalah elemen yang berelasi dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang (komunikator). Komunikator akan menampilkan secara berlebihan informasi yang menguntungkan dirinya atau citra yang baik33. Koherensi, dipahami sebagai penataan secara rapi realitas dan gagasan, fakta, dan ide kedalam satu untaian yang logis sehingga memudahkan untuk memahami pesan yang dikandungnya. Koherensi dapat ditampilkan melalui hubungan sebab akibat dan bisa juga sebagai penjelas34. Bentuk kalimat, adalah sisi pemakaian kalimat yang berelasi dengan cara berfikir logis, yaitu prinsip kausalitas. Bentuk kalimat tidak hanya menjadi persoalan teknis kebenaran atau bahasa, tetapi menentukan makna yang dibentuk oleh susunan kalimat. Kalimat merupakan bagian terkecil dari ujaran teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran secara utuh. Kata ganti, adalah elemen yang digunakan untuk melakukan manipulasi bahasa dengan membuat suatu komunitas imajinatif. Agar berita menarik, jurnalis menggunakan kata-kata yang berbeda dalam sebuah berita35.

d. Retoris

Struktur retoris berelasi dengan bagaimana cara

33 Ishak. Mix Methologhy Dalam Penelitian Komunikasi. (2011). Hal 130 34Ibid. hal 131


(33)

22

jurnalis menggunakan perangkat retoris untuk membangun citra, meningkatkan poin-poin yang menonjol pada sisi tertentu dan meningkatkan gambaran yang diinginkan dari suatu berita36. Struktur retoris berhubungan dengan cara wartawan menekankan arti tertentu. Dengan kata lain, struktur retoris memakai pilihan kata, idiom, grafik, gambar, yang juga dipakai guna memberi penekanan pada arti tertentu37. Leksikon, merupakan pemilihan atau pemakaian kata-kata tertentu untuk menggambarkan peristiwa. Pilihan ini tidak dilakukan secara kebetulan, tetapi secara ideologis untuk menunjukan pemaknaan seseorang terhadap fakta. Grafis, diwujudkan dalam bentuk variasi huruf (ukuran, warna dan efek), caption, grafik, gambar,tabel, foto, dan data lainnya. Termasuk juga penempatan dan ukuran judul. Elemen grafis memberikan efek kognitif dan menunjukkan apakah suatu informasi itu dianggap penting dan menarik sehingga harus difokuskan. Metafora, merupakan kiasan yang mempunyai persamaan sifat atau benda atau hal yang bisa dinyatakan dengan kata atau frase untuk mendukung dan menekankan pesan utama yang akan disampaikan.

36Ibid. hal 132


(34)

23

3. Obyek Penelitian

Dalam penelitian ini yang akan menjadi objek penelitian yaitu berita Pingsannya ratusan mahasiswa Ospek UINSA yang mengkaitkan nama baik UINSA Surabaya, Yang diberitakan oleh media online Surabaya.tribunnews.com sebagai berikut:

Tabel 1.1

Berita Ratusan Mahasiswa Ospek UINSA pingsan kelaparan

No Judul Berita Hari/Tanggal

Ratusan Mahasiswa Ospek UINSA Pingsan kelaparan

Kamis, 27 Agustus 2015

Berita di atas merupakan berita yang di sajikan oleh surabaya.tribunnews.com pada hari Kamis, 27 Agustus 2015.

4. Sumber Data

Secara garis besar data dalam penelitian komunikasi kualitatif juga dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis: (a) data yang diperoleh dari interview, (b) data yang diperoleh dari observasi, dan (c) data yang berupa dokumen, teks, atau karya seni yang kemudian dinarasikan (dikonversikan ke dalam bentuk narasi)38. Dalam penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Data Primer disini berupa hasil rekapan berita yang didapat dari berita online surabaya.tribunnews.com. Data Sekunder


(35)

24

adalah data yang didapat dengan menggunakan buku-buku untuk mendukung teori serta mempelajari dokumen, laporan dan naskah-naskah lain yang berhubungan dengan penelitian. Data sekunder disini diperoleh melalui buku-buku, artikel, internet, dan sumber-sumber lain.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengambilan dalam penelitian komunikasi kualitatif lebih mendasarkan diri pada pertimbangan-pertimbangan tertentu (purposseful selection) sesuai dengan tujuan penelitian. Teknik

cuplikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan kecenderungan

peneliti memilih data yang dianggap mewakili informasi dan permasalahan secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber yang mantap.39

Teknik pengambilan sampel ini pada dasarnya bertolak dari identifikasi tentang kasus-kasus yang paling menonjol, paling sering, atau paling biasa muncul dalam kelompok-kelompok yang diamati. Disini peneliti, untuk upaya mengambil sampel terlebih dahulu memisahkan data berdasarkan kelompok-kelompok dengan memperhatikan karakter-karakter tertentu, kemudian peneliti mengambil sampel untuk mewakili masing-masing kelompok dengan memperhatikan sifat tipikal, yakni kasus-kasus yang

39Ibid, hal.88


(36)

25

menonjol.40 Dalam penelitian ini, dipilih berita mengenai Ratusan Mahasiswa Ospek UINSA pingsan kelaparan, yang dianggap dapat mewakili informasi yang dibutuhkan, dengan komposisi seperti yang dipaparkan di atas.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah. Dengan analisis, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Anaalisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan interpretasikan.41

Penelitian ini menggunakan analisis framing, framing sering digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas oleh media. Framing dapat dipandang sebagai penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga isu tertentu mendapatkan alokasi lebih besar dari isu yang lain42. Gagasan tentang framing pertama kali dilontarkan oleh Baterson tahun 195543. Mulanya frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan dan wacana serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada 1974, yang

40Ibid,, hal .93-94

41 Marsi Singarimbun, Metode Penelitian Survey (Jakarta: LP3LS, 1989). hal 263. 42 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media ( Yogyakarta: LKiS , 1999), hal 20

43 Sobur, Analisa Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisa Wacana, Analisa


(37)

26

mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku (strips of behavior) yang membimbing individu dalam membaca realitas44. Ada beberapa definisi mengenai framing dari beberapa peneliti. Robert M. Entman lebih lanjut mendefinisikan framing sebagai “seleksi dari berbagai aspek realitas yang diterima dan membuat peristiwa itu lebih menonjol dalam suatu teks komunikasi, dalam banyak hal itu berarti menyajikan secara khusus definisi terhadap masalah, interpretasi sebagai akibat, evaluasi moral dan tawaran penyelesaian sebagaimana masalah itu digambarkan”.

Pan dan Kosicki mendefinisikan framing sebagai strategi konstruksi dan memproses berita. Perangkat kognisi yang digunakan dalam mengkode informasi, menafsirkan peristiwa dan dihubungkan dengan rutinitas dan konversi pembentukan berita45. Pan dan Kosicki menyatakan bahwa terdapat dua konsepsi dari framing yang saling berkaitan.

a. Dalam konsepsi psikologi yaitu bagaimana seseorang memproses informasi dalam dirinya serta bagaimana seseorang mengolah sejumlah informasi dan ditunjukkan dalam skema tertentu.

b. Konsepsi sosiologis yaitu bagaimana individu menafsirkan suatu peristiwa melalui cara pandang tertentu. Bagaimana seseorang mengklasifikasikan, mengorganisasikan, dan

44Ibid hal 162

45Eriyanto, 2002: 68 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik


(38)

27

menafsirkan pengalaman sosialnya untuk mengerti dirinya dan realitas di luar dirinya46.

46


(39)

28

I. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam pembahasan adalah dengan sistematika seperti berikut :

BAB I PENDAHULUAN: Pada bab ini menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah dan fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, penelitian terdahulu, definisi konsep penelitian, kerangka pikir penelitian, metode penelitian, sistematika pembahasan dan jadwal penelitian.

BAB II KAJIAN TEORITIS: Pada bab ini menguraikan tentang kajian pustaka dan kajian teori yang berkaitan dengan penelitian.

BAB III PAPARAN DATA PENELITIAN: Pada bab ini menguraikan tentang profil data dan deskripsi hasil yang berkaitan dengan penelitian.

BAB IV INTERPRETASI HASIL PENELITIAN: Pada bab ini menguraikan tentang analisis data dan konfirmasi dengan teori yang berkaitan dengan peneliti.

BAB V PENUTUP: Pada bab ini menguraikan tentang simpulan dan rekomendasi dengan teori yang berkaitan dengan penelitian.


(40)

29

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Kajian Pustaka

1. Media dan Konstruksi Realitas

Dalam teori paradigma konstruksionis fakta merupakan realita yang dikonstruksi, fakta tidaklah berdiri sendiri melainkan dikelilingi olehberbagai kepentingan. Termasuk fakta/pengetahuan yang disajikan olehmedia masa merupakan hasil konstruksi para jurnalis. Pengetahuan merupakan konstruksi dari individu yang mengetahui dan tidak dapat ditransfer ke pada individu lain yang pasif. Karena itu konstruksi harus dilakukan sendiri olehnya terhadap pengetahuan itu, sedangkan lingkungan adalah sarana terjadinya konstruksi47.

Dalam kehidupan sehari-hari mungkin orang akan mengabaikan realitas yang ada, tapi pada dasarnya realitas yang terabaikan tersebut merupakan realitas yang teratur dan terpola. Inilah yang ingin ditegaskan oleh berger bahwa realitas sehari-hari memiliki dimensi yang objektif dan subjektif. Dimensi objektif yang dijelaskan oleh kaum fungsional dan dunia subjektif yang ditekankan ahli psikologi sosial. Dalam sejarah umat manusia, objektivikasi, internalisasi, dan eksternalisasi merupakan tiga


(41)

30

proses yang berjalan terus48. Objektifvikasi merupakan realitas objektif yang diserap oleh orang. Internalisasi merupakan proses sosiali realita objektif dalam suatu masyarakat. Eksternalisasi

merupakan proses dimana semua manusia yang mengalami

sosialisasi yang tidak sempurna itu secara bersama-sama membentuk suatu relitas baru. Seperti yang dikutip Eriyanto dari Berger realitas tidak dibentuk secara ilmiah, tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan. Tetapi sebaliknya, ia dibentuk dan dikonstruksi. Pendekatan konstruksionis mempunyai penilaian sendiri bagaimanamedia, wartawan dan berita dilihat. Bahwa fakta adalah hasil kontruksi, jadi realitas itu bersifat subjektif. Realitas itu ada karena dihadirkan oleh subjektifitas wartawan. Realitas tercipta lewat sudut pandang tertentu.

Realita dapat dilihat berbeda oleh setiap orang yang berbeda. Hal ini sangat bertolak belakang dengan pandangan positivistik realita bersifat eksternal hadir sebelum wartawan meliputnya. Jadi bagi kaum positifis realita bersifat objektif dan tinggal diliput oleh wartawan49. Kemudian, melihat dari realitas kegiatan Oscaar (Ospek) di UINSA.

2. Media Online

Media online adalah sebutan umum untuk sebuah bentuk

48 Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, ( Jakarta; PT Grafindo Persada, 1994)

hal.319

49Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media ( Yogyakarta:


(42)

31

media yang berbasis telekomunikasi dan multimedia (baca-komputer dan internet). Didalamnya terdapat portal, website (situs web), radio-online, TV-online, pers online, mail-online, dll, dengan karakteristik masing-masing sesuai dengan fasilitas yang memungkinkan user memanfaatkannya50”.

Salah satu desain media online yang paling umum diaplikasikan dalam praktik jurnalistik modern dewasa ini adalah berupa situs berita. Situs berita atau portal informasi sesuai dengan namanya merupakan pintu gerbang informasi yang memungkinkan pengakses informasi memperoleh aneka fitur fasilitas teknologi

online dan berita didalamnya. Content-nya merupakan perpaduan layanan interaktif yang terkait informasi secara langsung, misalnya tanggapan langsung, pencarian artikel, forum diskusi, dll.

Media online juga bisa diartikan media internet, seperti

website, blog, dan lainnya yang terbit/tayang di dunia maya, dapat dibaca dan dilihat di internet51. Media online merupakan pemain baru dalam kancah pers Indonesia, menurut beberapa sumber media online di Indonesia telah tumbuh sejak tahun 1994.

Dari uraian-uraian dan penjelasan tentang media online, penulis dapat merujuk dan mendefinisikan bahwa media online

yaitu media yang terbit di dunia maya dengan bentuk yang sederhana dan tidak terbatas pada ruang dan waktu, sehingga

50 Kurniawan, dasar-dasar jurnalistik . (Yogyakarta:LKiS 2005: hal 20 51 Syarifudin Yunus. Jurnalistik Terapan (Jakarta: Jendela,2010). Hal 27


(43)

32

masyarakat dapat mengaksesnya kapan saja dan dimana saja sejauh ada jaringan yang menghubungkan orang tersebut dengan internet. Bersifat real time, actual dan dapat diakses/baca/dilihat oleh siapa pun.

3. Strategi Media Massa Dalam Melakukan Konstruksi Realitas

Pada hakekatnya isi media adalah konstruksi realita dengan menggunakan bahasa sebagai perangkat dasarnya. Dengan demikian bahasa adalah nyawa bagi kehidupan media masa. Karena tanpa bahasa baik verbal maupun nonverbal rekayasa realita dalam media masa tidak akan tercipta. Berikut ini adalah strategi media masa dalam konstruksi realitas yang berujung pada pembentukan citra. Dalam buku Analisis Teks Media yang ditulis oleh Alex Sobur ada tiga hal yang bisa dilakukan media dalam mengkonstruk realitas yaitu dengan pemilihan symbol (Fungsi bahasa), pemilihan fakta yang akan disajikan (Strategi framing) dan kesediaanmemberi tempat (Agenda setting)

4. Dampak Dari Konstruksi Media Massa

Sebuah realita bisa dikonstruksi dan dimaknai secara berbeda oleh media lain. Hasil dari konstruksi dari media tersebut juga akan berdampak besar kepada khalayak. Dampak tersebut diantaranya.

a. Menggiring khalayak pada ingatan tertentu


(44)

33

informasi mengenai realitas yang terjadi di sekitar mereka. Dengan demikian konstruksi yang disajikan media ketika memaknai realitas mempengaruhi bagaimana. Seperti yang dikutip Eriyanto dari W.Lance Bennet Regina G. Lawrence

dalam bukunya analisis framing menyebutkan bahwa

peristiwa sebagai ikon berita. Apa yang diketahui khalayak tentang suatu realita disekitarnya tergantung pada bagaimana media menggambarkanya52. Sebuah ikon yang

ditanamkan oleh media sebagai pencitraan dari sebuah realita akan diingat kuat oleh khalayak.

b. Mobilisasi Massa

Media merupakan alat yang sangat ampuh dalam menarik dukungan publik, dan berkaitan dengan opini publik.

Bagaimana media mengkonstruk bisa mengakibatkan

pemahaman khalayak yang beda atas realita yang sama. Oleh karena itu media harus dilihat sebagai tempat dimana setiap kelompok yang berkepentingan terhadap suatu realitas saling bertarung merebutkan dukungan dari publik,

dan saling mengkonstruk realita sesuai dengan

kepentingannya. Konstruksi tersebut dapat digunakan untuk meyakinkan khalayak bahwa peristiwa tertentu adalah peristiwa besar yang harus mendapatkan perhatian yang seksama dari khalayak.

52Ibid hal 150


(45)

34

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konstruksi Realitas Dalam mengkonstruk sebuah realita banyak faktor yang mendukung dalam mengkostruk realita. Diantaranya adalah factor Ekonomi, Politik, Idiologi

a. Ekomoni

Tidak bisa dipungkiri bahwa faktor ekonomi sangat mempengaruhi dalam membentuk suatu realita. Telah kita ketahui bahwa fungsi pers adalah sebagai alat edukasi penyaji informasi tapi dengan adanya pers industri fungsi pers menjadi berubah. Dengan alasan mencari profit akhirnya idealisme pers menjadi semakin tergeser dengan adanya kepentingan pemodal. Sebagaimana yang diketahui sekarang banyak sekali media yang bermunculan, tentunya untuk menutup biaya operasionlanya media harus mendapatkan sponsor atau biasa disebut dengan iklan. Terkadang pihak sponsor atauiklan tersebut menjadi nyawa bagi media tersebut, sehingga kalau tidak ingin bangkrut apapun yang menjadi keinginan pihak sponsor mau tidak mau harus dituruti oleh pihak media. Lebih lanjut karena adanya kepentingan pemodal inilah akhirnya berita yang disajikan tidak lagi murni menyajikan informasi melainkan telah disusupi oleh kepentingan pemodal. Apalagi jika kapitalis telah menjadi nafas dari pers mau tidak mau perspun harus tunduk kepada kapitalis demi kelangsungan


(46)

35

hidup medianya.

b. Politik

Kepentingan politik juga sangat dominan dalam

pembentukaanrealita. Dalam urusan politik setiap tindakan haruslah menuai sutau keuntungan. Begitu pula dengan pemberitaan media haruslah ada yang menguntungkan dari segi politik.

c. Ideologi

Media berperan mendefinisikan bagaimana realita

seharusnya dipahami dan kemudian disajikan kepada khalayak. Dalam sebuah penyajian berita ada yang pro dengan realita tersebut tapi ada yang tidak sepakat dengan realita tersebut. Yang tidak sepakat dengan realita tersebut

bukan tanpa sebab tetapi ada faktor yang

mempengaruhinya. Realita yang sama bisa dimaknai dan dijelaskan secara berbeda karena memakai kerangka politik yang berbeda.

Masyarakat atau komunitas dengan ideologi yang berbeda akan menjelaskan dan meletakkan peristiwa yang sama kedalam peta yang berbeda, karena idiologi menempatkan bagaimana nilai-nilai bersama yang dipahami dan diyakini bersama-sama dipakai untuk menjelaskan berbagai realita


(47)

36

yang terjadi setiap hari53. Tak terkecuali idiologi ini juga akan mempengaruhi media dalam menyajikan suatu realita, ini terkait dengan sudut pandang yang dipakai oleh media tersebut.

Idiologi dalam arti netral bergantung pada isinya kalau isinya baik, idiologi itu baik, kalau isinya buruk (misalnya membenarkan kebencian), dia buruk54. Ketika media

dikendalikan idiologi yang ada dibaliknya, media sering dituduh sebagai perumus realitas atau dengan kata lain sebagai pengkonstruk realita Sesuai dengan ideologi yang melandasainya berita bukan menjadi cermin realitas melainkan gambaran tentang pemaknaan terhadap realita tersebut. Dalam hal ini idiologi tersebut menyusup dan

menanamkan pengaruhnya lewat media secara

”tersembunyi” dan mengubah pandangan setiap orang secara tidaksadar.

B. Kajian Teori

1. Konstruksi Realitas Sosial

Istilah konstruksi sosial diperkenalkan oleh Peter L.Berger dan Thomas Luckman melalui bukunya The Social Construction of

53

Ibid hal. 128

54Sobur, Analisa Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisa Wacana, Analisa


(48)

37

Reality, A Treatise in The Sociological of Knowledge55. Dalam buku tersebut digambarkan konstruksi sosial sebagai proses sosial melalui tindakan dan interaksinya dimana individu secara intens menciptakan suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif. Oleh karena itu, pemahaman kita terhadap sesuatu muncul akibat komunikasi dengan orang lain. Realitas sosial sesungguhnya tidak lebih dari sekedar hasil konstruksi sosial dalam komunikasi tertentu.

Menurut Suparno, terdapat tiga macam konstruktivisme56, yaitu: a. Konstruktivisme radikal: Konstruktivisme radikal hanya

mengakui apa yang dibentuk pikiran manusia dan mengesampingkan hubungan antara pengetahuan dan kenyataan sebagai suatu kriteria kebenaran. Pengetahuan merupakan suatu realitas yang dibentuk oleh pengalaman seseorang. Pengetahuan sebagai hasil konsruksi individu yang mengetahui dan tidak dapat ditransfer pada individu lain yang pasif. Oleh karena itu, konstruksi harus dilaukan individu sendiri terhadap pengetahuan itu, dengan lingkungan sebagai sarana terjadnya konstruksi tersebut. b. Realisme hipotesis: Dalam pandangan realisme hipotesis,

pengetahuan merupakan hipotesis dari struktur realitas yang

55 Burhan Bungin, Imaji Media Massa: Konstruksi dan Makna Realitas Sosial Iklan Televisi dalam

Masyarakat Kapitalistik (Yogyakarta, Jendela, 2001). Hal 9


(49)

38

mendekati realitas dan menuju kepada pengetahuan yang hakiki.

c. Konstruktivisme biasa: Konstruktivisme biasa memandang pengetahuan sebagai gambaran realitas. Pengetahuan individu merupakan suatu gambaran yang dibentuk dari realitas obyek dalam dirinya sendiri.

Dari ketiga macam konstruktivisme tersebut, terdapat kesamaan bahwa konstruktivisme dipandang sebagai sebuah kerja kognitif individu untuk menafsirkan dunia realitas yang ada, karena terjadi relasi sosial antara individu dengan lingkungan atau orang di sekitarnya. Kemudian individu membangun sendiri pengetahuan atas realitas yang dilihatnya itu berdasarkan struktur pengetahuan yang telah ada sebelumnya. Konstruktivisme seperti inilah yang disebut kontruksi sosial oleh Peter L. Berger57.

Dalam kenyataannya, realitas sosial tidak dapat berdiri sendiri tanpa kehadiran individu baik di dalam maupun di luar realitas tersebut. Realitas sosial memiliki makna ketika dikonstruksi dan dimaknakan secara subyektif oleh individu lain sehingga memantapkan realitas itu secara obyektif.

Dalam proses konstruksi realitas, bahasa adalah unsur utama. Peter L Berger dan Thomas Luckman menyatakan, proses kontruksi realitas dimulai ketika seseorang konstruktor melakukan objektivitasi terhadap suatu kenyataan yakni melakukan persepsi

57Ibid, hal 11


(50)

39

terhadap suatu objek. Selanjutnya, hasil dari pemaknaan melalui proses persepsi itu diinternalisasikan ke dalam diri seorang konstrukstur. Dalam tahap ini dilakukan konseptualisasi terhadap suatu objek yang dipersepsi. Langkah terakhir adalah melakukan eksternalisasi atas hasil dari proses perenungan secara internal tadi melalui pernyataan-pernyataan. Alat pembuat pernyataan tersebut adalah kata-kata atau bahasa. Seperti yang dikutip Alex Sobur, dalam filsafat bahasa dikatakan bahwa orang menciptakan realitas dan menatanya menggunakan bahasa58.

Fungsi Bahasa yang paling utama adalah sebagai sarana komunikasi. Halliday mengemukakan 3 meta fungsi bahasa, yang berhubungan dengan penggunaan bahasa dalam proses sosial di dalam suatu masyarakat. Ketiga meta fungsi tersebut antara lain59:

a. Fungsi ideasional (ideational function), berkaitan dengan peranan bahasa untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan isi pikiran, serta untuk merefleksikan reealitas pengalaman partisipannya.

b. Fungsi interpersonal (interpersonal function), berkaitan dengan peranan bahasa untuk membangun dan memelihara hubungan sosial, untuk mengungkapkan peranan-peranan sosial dan peranan komunikasi yang diciptakan oleh bahasa itu sendiri.

58

Sobur, Analisa Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisa Wacana, Analisa

Semiotika dan Analisa Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009). hal 16

59 Sumarlam, Teori Dan Praktik, Analisis Wacana, (Pustaka Cakra Surakarta, 2003). hal.


(51)

40

c. Fungsi tekstual (textual function), berkaitan dengan peranan bahasa untuk membentuk berbagai mata rantai kebahasaan dan mata rantai unsur situasi yang memungkinkan digunakannya bahasa oleh para pemakainya. Secara singkat fungsi bahasa disini untuk menyediakan kerangka, wacana yang relevan terhadap situasi.

Menurut Stuart Hall, dalam pembentukan realitas terdapat peran penting bahasa. Bahasa dan wacana dianggap sebagai arena pertarungan sosial dan bentuk pendefinisian realitas. Bahasa sebagaimana dianggap oleh kalangan strukturalis merupakan sistem penandaan. Realitas dapat ditandakan secara berbeda pada peristiwa yang sama. Makna yang berbeda dapat dilekatkan pada peristiwa yang sama60.

Dalam pemaknaan suatu realitas dapat memungkinkan perbedaan penafsiran. Pada kenyataannya hanya satu makna yang bisa diterima. Kemenangan satu makna terhadap makna yang lainnya ini menurut Hall, tidak dapat dilepaskan dari bagaimana

wacana dominan membentuk, menghitung definisi, dan

membentuk batas-batas dari pengertian tersebut. Wacana sendiri dipahami sebagai arena pertarungan sosial yang diartikulasikan lewat bahasa61.

Realitas didefinisikan secara terus menerus melalui praktik bahasa yang bermakna sebagai pendefinisian selekif terhadap

60 Eriyanto. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (LKiS,Yogyakarta, 2001).

hal 29-30


(52)

41

realitas yang ditampilkan. Hal ini mengakibatkan suatu persoalan atau peristiwa di dunia nyata tidak mengandung atau menunjukkan makna integral, tunggal dan intrinsik. Makna yang muncul hanyalah makna yang ditransformasikan lewat bahasa. Bahasa dan simbolisasi adalah perangkat yang memproduksi makna62.

Menurut Seassure, persepsi dan pandangan kita tentang realitas, dikonstruksikan oleh kata-kata dan tanda-tanda lain yang digunakan dalam konteks sosial63. Sedangkan menurut Zak Van

Straaten, yang dapat kita tangkap hanyalah tampilan (appearance) dari realitas di baliknya. Hal ini diakrenakan manusia memiliki keterbatasan dalam melihat realitas yang disebabkan karena faktor ruang dan waktu. Sehingga tidak dapat mengalami dua realitas yang berbeda di dalam ruang dan waktu yang simultan serta dalam waktu yang sama64.

Dikatakan institusi masyarakat terbentuk dan dipertahankan atau diubah melalui tindakan dan interaksi manusia. Meskipun masyarakat dan institusi sosial terlihat nyata secara objektif, tetapi pada kenyataannya semuanya dibangun dalam definisi subjektif melalui proses interaksi. Objektivitas baru bisa terjadi melalui penegasan berulang-ulang yang diberikan orang lain yang memiliki definisi subjectif yang sama. Pada tingkat generalitas yang paling tinggi, manusia menciptakan dunia dalam makna simbolik yang

62Ibid, hal 34-35

63Ibid, hal. 87 64Ibid, hal. 93


(53)

42

universal, yaitu pandangan hidupnya yang menyeluruh, yang memberi makna pada berbagai bidang kehidupan65.

2. Konstruksi Berita online

Dalam teori mengenai konstruksi realitas yang

diperkenalkan oleh Peter Berger dan Thomas Luckman di atas, pengertian serta pemahaman terhadap sesuatu muncul akibat komunikasi dengan orang lain. Untuk menggambarkan hubungan timbal balik pada level masyarakat dan individu, Berger dan Luckman menggambarkan proses dialektika antara masyarakat dan individu terjadi melalui proses eksternalisasi, objektivikasi, dan internalisasi. Eksternalisasi menunjuk pada proses dimana hasil-hasil aktivitas kreatif mengkonfrontasi individu sebagai kenyataan obyektif, sedangkan internalisasi menunjuk pada proses dimana kenyataan eksternal tersebut menjadi bagian dari kesadaran subyektif individu.

Melalui proses tersebut, wartawan melakukan konstruksi atas realitas sosial Karena berita sebenarnya adalah hasil kerja dari wartawan dalam menggambarkan sebuah peristiwa dalam sebuah gambar, maupun kalimat, seperti pernyataan Walter Lippmann

yang dikutip dalam jurnal internasional Television

News:Geographic and Source Biases, 1982 – 2004, Steve Jones berikut66;

65Ibid, hal. 91


(54)

43

“The real environment is altogether too big, too complex, andtoo fleeting for direct acquaintance . . . we have to reconstruct it on a simpler model before we can manage with it, pictures in the form of televisid images, are a means of reconstructing asimpler model

of the world. “News is not merely relaying an objective truth

waiting out in the world to be „gathered,‟ but is instead

selecting, shaping and producing its message”.

Meminjam prinsip analisis framing, terjadi proses seleksi dan penajaman terhadap dimensi-dimensi tertentu dari fakta yang diberitakan dalam media. Fakta tidak ditampilkan secara apa adanya, namun diberi bingkai (frame) sehingga menghasilkan konstruksi makna yang specific. Dalam hal ini, awak media lazim menyeleksi sumber berita, memanipulasi pernyataannya, dan serta mengedepankan perspective tertentu sehingga suatu interpretasi menjadi lebih noticeable daripada interpretasi yang lain67.

Disebabkan sifat dan faktanya bahwa pekerjaan media massa adalah menceritakan peristiwa-peristiwa, maka seluruh isi media adalah realitas yang telah dikonstruksikan (constructed reality) pembuatan berita di media pada dasarnya tak lebih dari penyusunan realitas-realitas hingga membentuk sebuah ”cerita”68.

Karena masyarakat memperoleh informasi terutama dari media massa, maka isi atau apa yang disiarkan media mempunyai kaitan erat dengan masyarkat, yakni apa diperbincangkan

67

Agus Sudibyo, prasangka Media Dalam Konflik Israel-Lebanon, hal.87


(55)

44

khalayak, apa yang dinilai sedang hangat dan menarik bagi khalayak sehingga mampu membentuk citra atau gambaran tertentu pada benak khlayak megenai dunia sekeliling.

Seperti telah dipaparkan sebelumnya bahwa bahasa bukan hanya mampu mencerminkan realitas, tetapi sekaligus dapat menciptakan realitas, begitu juga isi media yang pada hakikatnya adalah hasil konstruksi realitas dengan bahasa sebagai perangkat

dasarnya. Sedangkan bahasa bukan sebagai alat

memprensentasikan realitas, namun juga bias menentukan relief seperti apa yang akan diciptakan oleh bahasa tentang realitas tersebut. Akibatnya media massa mempunyai peluang yang sangat besar untukmempengaruhi makna dan gambaran yang dihasilkan dari realitas yang dikonstruksikan.

Kegiatan jurnalistik memang menggunakan bahasa sebagai bahan baku guna memproduksi berita. Akan tetapi, bagi media, bahasa bukan sekedar alat komunikasi untuk menyampaikan fakta, informasi, atau opini. Bahasa juga bukan sekedar alat komunikasi untuk menggambarkan realitas, namun juga menentukan gambaran atau citra tertentu yang hendak ditanamkan kepada publik69.

Dalam media massa, keberadaan bahasa tidak lagi sebagai alat semata untuk menggambarkan sebuah realitas, melainkan bisa menentukan gambaran (citra) yang akan muncul dibenak khalayak. Bahasa yang dipakai Media ternyata mampu mempengaruhi cara

69 Sobur, Analisa Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisa Wacana, Analisa


(56)

45

melafalkan (pronunciation), tata bahasa (grammar), susunan kalimat (syntax),perluasan dan modifikasi perbendaharaan kata, dan akhirnya mengubah atau mengembangkan percakapan (speech), bahasa (language), dan makan (meaning)70.

Menurut De Fleur dan Ball-Rokeach, ada berbagai cara media massa memperngaruhi bahasa dan makna ini, antara lain: mengembangkan kata-kata baru beserta makna asosiatifnya; memperluas makna dari istilah-istilah yang ada; mengganti makna lama sebuah istilah dengan makna baru; menetapkan konvensi makna yang telah ada dalam suatu sistem bahasa.

Dengan begitu penggunaan bahasa tertentu jelas

berimplikasi terhadap kemunculan makna tertentu, pilihan kata dan cara penyajian suatu realitas turut menentukan bentuk konstruksi realitas sekaligus menentukan makna yang muncul. Bahkan menurut Hamad, bahasa bukan Cuma mampu mencerminkan realitas, tetapi sekaligus menciptakan realitas. Dalam konstruksi realitas, bahasa merupakan unsur utama, ia merupakan instrumen pokok untuk menceritakan realitas. Bahasa adalah alat konseptualisasi dan alat narasi. Begitu pentingnya bahasa maka tak ada berita, cerita, ataupun ilmu pengetahuan tanpa ada bahasa71.

Berkenaan dengan hal tersebut, media massa, khususnya komunikator massanya lazim melakukan berbagai tindakan dalam konstruksi realitas dimana hasil akhirnya berpengaruh kuat

70Ibid hal. 89 71Ibid hal. 91


(57)

46

terhadap pembentukan makna dan citra tentang suatu realitas. Salah satu tindakan itu dalam pilihan leksikal atau simbol. Misalnya, sekalipun media massa bersifat melaporkan, tetapi jika pemilihan kata, istilah, atau simbol yang secara konvensional memiliki arti tertentu di tengah masyarakat, tak pelak akan mengusik perhatian masyarakat72.

Meskipun begitu, dalam berita televisi narasi berita merupakan sebagian dari keseluruhan berita, sedangkan sebagian lainnya adalah gambar. Visualisasi merupakan kekuatan jurnalisme televisi dibandingkan jurnalisme cetak. Gambar bisa menjadi berita itu sendiri. Gambar bisa menjadi cerita sendiri. Bahkan tanpa kata-kata, gambar adalah kata-kata itu sendiri73.

Dalam meliput sebuah berita seorang reporter televisi akan menyederhanakan realitas yang dilihatnya dalam sebuah gambar dan mempertimbangkan gambar mana yang akan digunakannya. Gambargambar yang sudah diseleksi tersebut akan menentukan cara reporter menulis berita untuk televisi. Pada prinsipnya, gambar dan narasi haruslah sinkron, seiring sejalan, saling mengisi, dan saling menjelaskan.

Lambang non verbal kemudian juga menambahkan dimensi yang sama sekali baru dalam suatu pesan. Segi vokal komunikasi nonverbal menyangkut intonasi, nada, tekanan, panjang, dan frekuensi jeda dalam pembicaraan. Sarkasme misalnya adalah cara

72Ibid hal. 92

73 Veven Sp Verdana, Kapitalisme Televisi dan Strategi Budaya Massa, (pustaka Pelajar,


(58)

47

vital untuk menunjukkan bahwa pembicara tidak benar-benar percaya pada apa yang dikatakannya74.

3. Ospek atau Oscaar

Orientasi Mahasiswa. Dua buah kata yang mungkin akan mengantarkan pikiran kita pada sebuah bayangan mengenai kegiatan dimana mahasiswa – mahasiwa baru “disambut” dengan

berbagai cara “unik” oleh seniornya. Menjadi sebuah kegiatan rutin

yang dilaksanakan setiap tahun hampir di setiap kampus yang ada di dunia membuat orientasi mahasiswa seakan ada sebagai sebuah gerbang awal untuk menyambut bibit – bibit baru yang akan berjuang di kampus tersebut.

Jika kita merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ada dua arti dari kata orientasi. Pertama orientasi diartikan sebagai peninjuan untuk menentukan sikap (arah, tempat, dsb) yang benar dan tepat. Sedangkan arti yang kedua adalah pandangan yg mendasari pikiran, perhatian atau kecenderungan75. Berangkat dari dua definisi ini, kita tahu bahwa kegiatan orientasi mahasiswa dilaksanakan sebagai sebuah kegiatan yang memberikan pandangan bagi mahasiswa – mahasiswa baru yang mendasari pemikiran dan kecenderungan mereka dalam menjalankan kehidupan mereka di kehidupan kampus agar mereka memiliki

74Dan Nimmo, Komunikasi Politik: komunikator, Person dan Media. (PT Remaja

Rosdakarya,

Bandung, 2000), hal. 89


(59)

48

sikap yang benar dan tepat. Bicara mengenai kehidupan mahasiswa di kampus, tentu benar dan tepat disini adalah sudut pandang entitas kampus. Benar dan tepat menurut peraturan yang berlaku di universitas maupun fakultas.

Para senior di setiap kampus memiliki cara tersendiri untuk memahasiswakan siswanya melalui OSPEK. Di beberapa kampus, kegiatan ospek dominan dengan pembebanan-pembenan tugas saja, misalkan tugas membuat antribut, menulis esai, menulis karya ilmiah, dsb. Di kampus lainnya, ospek diisi oleh kegiatan yang lebih variatif, selain pembebanan tugas, ada pula kegiatan seperti simulasi aksi dan acara-acara games ringan. Namun, adapula kampus yang memberikan tekanan lebih terhadap para junior mereka dengan cara pelatihan mental atau fisik yang sifatnya masih cukup ringan. Di sisi lain, masih ada pula kampus-kampus yang menerapkan aksi kekerasan.

Tak dapat dimungkiri lagi, ospek sebelum memasuki dunia kampus sangatlah dibutuhkan, apa pun metodenya. Di momen inilah perubahan-perubahan awal dari siswa menjadi mahasiswa dilakukan. Apa jadinya jika di suatu kampus tidak ada kegiatan ospek sama sekali? Dari manakah para mahasiswa baru tahu akan kampusnya, tahu akan esensi dari gelar mahasiswa yang kini mereka sandang, tahu akan bagaimana gelar mahasiswa yang mereka sandang kali ini berperan? Mahasiswa dengan spesies


(60)

49

apakah yang akan dilahirkan jika tidak ada proses ospek? Akan jadi apakah bangsa ini jika para kaum intelektualnya hanya mementingkan diri mereka sendiri? Mahasiswa datang hanya untuk belajar, mendapat nilai, lulus, serta mendapat gelar. Kontribusi apakah yang akan diberikan oleh mahasiswa jenis ini kepada rakyat Indonesia ? Padahal di sisi lain, pendidikan yang mereka nikmati juga berasal dari uang-uang rakyat.

Setuju atau tidak setuju, ospek tetap dibutuhkan oleh para mahasiswa baru untuk memahasiswakan mereka setelah melewati fase siswa. Namun yang menjadi pertanyaan ialah metode ospek apakah yang ideal bagi para mahasiswa baru agar mereka dapat memahami makna dari status mahasiswa yang kini mereka sandang? Apa pun metodenya, yang terpenting ialah metode tersebut tidak menyimpang dari garis orbit ospek sebagai sarana memahasiswakan siswa. Setidaknya hal yang perlu ditanamkan para senior kepada para juniornya saat ospek ialah mengubah paradigma berpikir para mahasiswa baru agar dapat berpikir kritis dan global terhadap apa yang sedang dialami oleh bangsa ini. Nilai selanjutnya ialah memahami peran dari mahasiswa sebagai agent of change, iron stock dan moral of voice, dan yang tak kalah penting ialah cinta Tanah Air, bukan cinta terhadap jurusan atau almamater. Metode apa pun yang akan diterapkan juga sebaiknya tidak monoton dan menyesuaikan tekanan dengan kebutuhan.


(61)

50

Letak permasalahan selama ini adalah, sulitnya mengawasi mahasiswa senior oleh Panitia maupun pihak pihak terkait seperti Fakultas dan Universitas, karena mereka belum mengetahui paradigma baru dari kegitan tersebut. Mereka lebih mengenang masa lalu, dan diulang kepada adik-adiknya.

4. Framing

Analisa Framing adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui bagaimana realitas (aktor, kelompok, atau apa saja) dikonstruksi oleh media76. Analisa framing memiliki dua konsep yakni konsep pskiologis dan sosiologis. Konsep psikologis lebih menekankan pada bagaimana seseorang memproses informasi pada dirinya sedangkan konsep sosiologis lebih melihat pada bagaimana konstruksi sosial atas realitas. Analisis Framing sendiri juga merupakan bagian dari analisis isi yang melakukan penilaian tentang wacana persaingan antar kelompok yang muncul atau tampak di media.

Analisis Framing juga dikenal sebagai konsep bingkai, yaitu gagasan sentral yang terorganisasi, dan dapat dianalisis melalui dua turunannya, yaitu simbol berupa framing device dan reasoning device. Framing device menunjuk pada penyebutan

istilah tertentu yang menunjukkan “julukan” pada satu wacana,

sedangkan reasoning device menunjuk pada analisis sebab-akibat.

76Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media ( Yogyakarta:


(62)

51

Di dalamnya terdapat beberapa ‘turunan’, yaitu metafora, perumpamaan atau pengandaian. Catchphrases merupakan slogan-slogan yang harus dikerjakan. Exemplar mengaitkan bingkai dengan contoh, teori atau pengalaman masa silam. Depiction

adalah “musuh yang harus dilawan bersama”, dan visual image

adalah gambar-gambar yang mendukung bingkai secara

keseluruhan. Pada instrumen penalaran, Roots memperlihatkan analisis sebab-akibat, Appeals to principles merupakan premis atau klaim moral, dan Consequences merupakan kesimpulan logika penalaran.

Teknik Framing Dan Konsep Model Zhondhang Pan Dan Gerald M Kosicki Menurut Etnman, framing berita dapat dilakukan dengan empat teknik, yakni pertama, problem identifications yaitu peristiwa dilihat sebagai apa dan nilai positif atau negatif apa, causal interpretations yaitu identifikasi penyebab

masalah siapa yang dianggap penyebab

masalah, treatmenrekomnedations yaitu menawarkan suatu cara

penanggulangan masalah dan kadang memprediksikan

penanggulannya, moral evaluations yaitu evaluasi moral penilaian atas penyebab masalah.

Ada dua konsep framing yang saling berkaitan, yaitu konsep psikologis dan konsep sosiologis yaitu :


(63)

52

a. Dalam konsep psikologis, framing dilihat sebagai penempatan informasi dalam suatu konteks khusus dan menempatkan elemen tertentu dari suatu isu dengan penempatan lebih menonjol dalam kognisi seseorang. Elemen-elemen yang diseleksi itu menjadi lebih penting dalam mempengaruhi pertimbangan seseorang saat membuat keputusan tentang realitas.

b. Sedangkan konsep sosiologis framing dipahami

sebagai proses bagaimana seseorang

mengklasifikasikan, mengorganisasikan, dan

menafsirkan pengalaman sosialnya untuk mengerti dirinya dan realitas diluar dirinya Dalam Zhondhang Pan Dan Gerald M Kosicki, kedua konsep tersebut diintegrasikan.

Secara umum konsepsi psikologis melihat frame sebagai persoalan internal pikiran seseorang, dan konsepsi sosiologis melihat frame dari sisi lingkungan sosial yang dikontruksi seseorang. Dalam model ini, perangkat framing yang digunakan dibagi dalam empat struktur besar, yaitu sintaksis (penyusunan peristiwa dalam bentuk susunan umum berita), struktur skrip (bagaimana wartawan menceritakan peristiwa ke dalam berita),

struktur tematik (bagaimana wartawan mengungkapkan

pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi, kalimat, atau antar hubungan hubungan kalimat yang memberntuk teks secara


(64)

53

keseluruhan), dan struktur retoris (bagaimana menekankan arti tententu dalam berita)


(65)

54

BAB III

PENYAJIAN DATA

A. DESKRIPSI SUBYEK PENELITIAN

Analisis pembingkaian ini dilakukan terhadap berita yang dimuat oleh surabaya.tribunnews.com tentang Ratusan Mahasiswa Ospek UINSA Pingsan Kelaparan yang dimuat di situs berita online tersebut pada tanggal 27 Agustus 2015. Dengan analisis framing model Pan dan Kosicki, penelitian ini berusaha menelaah bagaimana pembingkaian berita Ratusan Mahasiswa Ospek UINSA Pingsan Kelaparan.

Situs berita tribunnews.com dikelola PT Tribun Digital Online, Divisi Koran Daerah Kompas Gramedia (Group of Regional Newspaper). Berkantor pusat di Jakarta, situs berita ini menyajikan berita-berita nasional, regional, internasional, olahraga, ekonomi dan bisnis, serta seleb dan lifestyle.

Tribunnews.com juga mengelola forum diskusi, dan komunitas online melalui Facebook, dan Twitter, serta Google+

Selain didukung reporter yang bertugas di Jakarta, Tribunnews.com didukung tidak saja oleh jaringan 28 koran daerah atau Tribun Network, tapi juga didukung oleh hampir 500 wartawan di 22 kota penting di Indonesia.


(66)

55

Gambar 1.1. Situs Surabaya.tribunnews.com

a. Sejarah Tribunnews.com

Pada tahun 1987, Kompas Gramedia mengambil alih kepemilikan harian Sriwijaya Post di Palembang, Sumatera

Selatan. Pada masa itu, ada himbauan dari Menteri Penerangan RI agar koran-koran besar membantu koran-koran daerah yang terhambat permasalahan SIUPP (Surat Izin Usaha Penerbitan Pers). Maka, pada akhir 1987 didirikan unit usaha Kelompok Pers Daerah (Persda) dengan nama usaha PT Indopersda Prima Media,

yang tugas awalnya adalah membantu koran-koran daerah yang membutuhkan pertolongan. Pada tahun 1988, Kompas Gramedia

mengambil alih harian Swadesi yang namanya diubah

menjadi Serambi Indonesia di Banda Aceh, serta surat kabar

mingguan Surya di Surabaya (yang didirikan oleh harian Pos Kota pada tahun 1986) yang kemudian diubah waktu terbitnya


(1)

80

menjadikan lafazh ‘mereka berpraduga’ (sebagai kendaraan menuju maksudnya).” (HR. Abu Dawud)

Dari hadits- hadits dan ayat-ayat diatas kita bisa melihat tentang bagaimana penyampaian berita, cara menyikapi atau menerima sebuah berita seperti yang Rasululah lakukan, dan bagaimana menentukan benar tidaknya sebuah berita.


(2)

81

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil analisis dan diskusi tentang pembingkaian berita yang dilakukan terhadap surabaya.tribunnews.com dalam pemberitaan tentang Ratusan mahasiswa Ospek UINSA pingsan kelaparan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Secara Sintaksis dapat dilihat berita yang disampaikan menyudutkan kampus UINSA. Judul dan lead secara tegas menyebutkan bahwa Mahasiswa Ospek UINSA pingsan kelaparan, serta di tegaskan dengan isi berita yang menyatakan bahawa mahasiswa pingsan karena tidak diperbolehkan sarapan.Artikel ini juga dipenuhi opini penulis yang mengarahkan pembacauntuk ikut melihat permasalahan dari sudut pandang penulis berita. Artikel dimulai dengan pernyataan penulis bahwa Ratusan mahasiswa ospek UINSA pingsan kelaparan, sedangkan pada paragraf terakhir disebutkan hanya sekitar 40 maba yang pingsan dari berbagai fakultas.

2. Unsur How dalam struktur Skrip yang menyatakan bahwa Mahasiswa harus datang jam 04.00 wib dan tidak diperbolehkan membawa sarapan merupakan pernyataan yang kurang tepat. 3. Secara tematik, paragraf demi paragraf artikel ini hanya


(3)

82

ospek UINSA pingsan kelaparan. Di sini, dapat dilihat bahwa berita ini secara sepihak, tanpa memuat bukti berupa data di dalamnya.

4. Sejak paragraf pertama, secara retoris berita ini menyudutkan kampus UINSA surabaya. Penggunaan kata “Ratusan” berusaha meyakinkan pembaca bahwa mahasiswa yang pingsan berjumlah sangat banyak, yang pada kenyataannya pada paragraf gterakhir di sebutkna bahwa hanya sekitar 40 maba yang pingsan dari berbagai fakultas.

B. Rekomendasi Penelitian

1. Rekomendasi Akademik

Untuk mengembangkan penelitian ini, dapat digunakan teori dan konsep tentang bias media. Sehingga, dalam penelitian selanjutnya yang meneliti tema yang sama, dapat diketahui sejauh mana pengaruh ideologi media dalam menyampaikan pemberitaan kepada khalayak. Penelitian ini hanya menggunakan satu media online, yaitu surabaya.tribunnews.com, untuk selanjutnya, dalam penelitian pembingkaianpemberitaan media online akan lebih baik jika menggunakan lebih banyakmedia.

2. Rekomendasi Praktis

Untuk penelitian selanjutnya, dapat digunakan peristiwa lain dalam meneliti pembingkaian berita oleh media online, bukan hanya beritaseputar kampus seperti dalampenelitian ini tetapi bisa dikembangkan ke jenis berita lainnya, misalnya politik, bencana alam dan lain-lain.

3. Rekomendasi Sosial


(4)

83

jeli dalam memilah dan memilih berita dan lebih kritis dalam memaknai pesan yang disampaikan dalam suatu berita. Pengaruh yang diterima media kadang membuat pergeseran makna yang mestinya disadari dengan baik olehmasyarakat.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Effendy.1981. Dinamika Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya: Bandung.

Lexy J.Maleong .2006. metode penelitian kualitatif . Bandung: remaja rosdakarya. Deddy mulyana. 2004. metode penelitian kualitatif. Bandung: remaja rosdakarya. Kusumaningrat. 2006. jurnalistik: teori dan praktek, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Dja`far H. Assegaf. 1985. Jurnalistik Indonesia; Menulis Berita dan Feature -Panduan Praktis Jurnalis: Ghalia Gunung Agung.

Agus Sudibyo. 2001. Tinjauan Teoretis Analisis Framing .Pantau.

Marhaelni, Fajar. 2009. Ilmu Komunikasi Teori & Praktik, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sasa Djuarsa Sendjaja, dkk, 2008. Teori Komunikasi . Jakarta:universitas terbuka. Mahi, M.Hikmat. 2011. Metode Penelitian dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan

Sastra. Yogyakarta: graha ilmu. Kamus Besar Bahasa Indonesia

Margaret, M. Poloma. 1994. Sosiologi Kontemporer, Jakarta; PT Grafindo Persada

Burhan. 2001 Imaji Media Massa: Konstruksi dan Makna Realitas Sosial Iklan Televisi dalam Masyarakat Kapitalistik , Yogyakarta, Jendela

Eriyanto. 2002. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, Yogyakarta: Penerbit LKiS

Steve jones, 2004. Television News:Geographic and Source Biases

Hamad, Ibnu. 2004. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa: Sebuah Studi Critical Discourse Analysis Terhadap Berita-Berita Politik, Jakarta: Granit,

Hartley, John. 1982. Understandi ng News, Routledge


(6)

Pareno, Sam Abede. 2005. Media Massa: Antara Realitas dan Mimpi, Jakarta: Penerbit Papyrus.

Sobur, Alex, 2002. Analisa Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisa Wacana, Analisa Semiotika dan Analisa Framing, Bandung: Remaja Rosdakarya. Dan Nimmo. 2000. Komunikasi Politik: komunikator, Person dan Media. PT

Remaja Rosdakary Bandung,

Eriyanto. 2002. Analisis Framing. Lkis:Yogyakarta

WEB

http://www.romelteamedia.com/2014/04/media-online-pengertian-dan.html http://www.tribunnews.com/about