PERBEDAAN KEPERCAYAAN DIRI DITINJAU DARI POLA ASUH ORANG TUA PADA REMAJA KELAS X DI SMA DZANNURAIN BANYUATES SAMPANG.

(1)

PERBEDAAN KEPERCAYAAN DIRI DITINJAU DARI POLA

ASUH ORANG TUA PADA REMAJA KELAS X DI SMA

DZANNURAIN BANYUATES SAMPANG

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program

Strata Satu (S1) Psikologi (S.Psi)

Siti Kamilia

B07211064

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2016


(2)

(3)

(4)

ABSTRACT

This study aims to determine differences in the level of confidance in terms of the parrent of parenting adolescent in ten class SMA Dzannurain Banyuates Sampang. This reseach is a comparative study using a non parametric collection techniques such as self confidance scale and the scale of parenting parents. The study subjects were sixty of the total population of one hundred and twenty of the technique of sample random collection.

The result showed that trere is a difference between confidance with authhoritarian parenting as much as 2,27, cinfidance with outhoritative parenting as wuch as 18,78, the confidance to ignor much as 31,57, parenting confidance premises comly parenting as much as 47,25.


(5)

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kepercayaan diri ditinjau dari pola asuh orang tua pada remaja kelas X di SMA Dzannurain Banyuates Sampang. Penelitian ini merupakan penelitian komparasi non parametrik dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa skala kepercayaan diri dan skala pola asuh orang tua. Subjek penelitian berjumlah 60 dari jumlah populasi sejumlah 120 melalui teknik megumpulan random sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara kepercayaan diri degan pola asuh otoritarian sebanyak 7,27, kepercayaan diri dengan pola asuh otoritatif sebesar 18,78, kepercayaan diri dega pola asuh mengabaikan sebesar 31,57, kepercayaan diri dengan pola asuh menuruti sebesar 47, 25.


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN ...ii

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ...iv

KATA PENGANTAR ...v

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR LAMPIRAN ...x

INTISARI ...xi

ABSTRACT ...xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian……….………. 1

B. Rumusan Masalah……….………. 8

C. Tujuan Penelitian………..………..10

D. Manfaat Penelitian………. 9

E. Keaslian Penelitian………..………...11

BAB II KAJIAN TEORI A. Kepercayaan diri………..……… 17

1. Pengertian Kepercayaan Diri.……….17

2. Karakteristik Kepercayaan Diri……….…… 18

3. Faktor yang Memperngaruhi.……… 20

4. Aspek Kepercayaan Diri…...………. 20

B. Pola Asuh Orang Tua…………..………..22

1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua..………..22

2. Faktor yang Mempengaruhi..………. 25

3. Tipe-tipe Pola Asuh ..……...………..27

C. Hubungan Antar Variabel……...………. 31

D. Kerangka Teoritis……… 34

E. Hipotesis……….………. 35

BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian & Definisi Oprasional 1. Variabel Penelitian………….………36

2. Definisi Oprasional………..….……….36

B. Populasi, Sampel & Teknis Sammpling……….…………..38

1. Populasi……….………….38

2. Sampel………..……….……….38

3. Teknik Samplin………..……….39

C. Teknik Pengumpulan Data…….………..………39

1. Blue Print Kepercayaan Diri……….………..……....40


(7)

4. Analisis Data.…….……….47

BAB IV HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ………48

B. Deskripsi Subyek………. 48

C. Data Pengujian Hipotesis………..49

D. Pembahasan ……….58

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ………...………...60

B. Saran ………60

Daftar Pustaka………....61

LAMPIRAN 1. Instrument uji coba skala ……….………63

2. Tabulasi mentah uji coba ……….... 71

3. Tabulasi skoring uji coba……….…… 73

4. Instrument penelitian………...……… 75

5. Tabulasi mentah penelitian……….………. 81

6. Tabulasi skoring penelitian……….………. 83

7. Hasil uji validitas variabel pola asuh orang tua…………..…………. 85

8. Hasil uji validitas kepercayaan diri………..88

9. Hasil uji reliabel variabel pola asuh orang tua……… 92

10.Hasil uji reliabel variabel kepercayaan diri………. 94

11.Hasil uji normalitas………...……….. 96


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kepercayaan diri (self confidence) adalah suatu perasaan atau sikap tidak perlu membandingkan diri dengan orang lain, karena telah merasa cukup aman dan tahu apa yang dibutuhkan didalam hidup ini, Brennecke & Amich (dalam Idrus, 2008). Pada remaja, sasaran akhir asuhan keperawatan adalah pertumbuhan dan perkembangan yang adaptif. Murray (dalam Farhan, 2012) menjelaskan bahwa tujuan pembinaan remaja adalah sehat fisik, matangnya mental emosional, gaya hidup yang sehat dan minimalnya perilaku beresiko. Dikatakan lebih lanjut salah satu strategi yang penting dalam meningkatkan kesehatan remaja dalam masa perkembangan adalah dengan meningkatkan ketrampilan personal melalui pendidikan psikologi tentang kepercayaan diri yaitu keyakinan diri tentang kemampuan diri sendiri.

Lauster (dalam Idrus & Anas, 2008) juga mengatakan kepercayaan diri merupakan suatu sikap optimisme dan yakin terhadap kemampuan diri sendiri, dengan memegang teguh prinsip diri sendiri dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain. Idrus & Anas, 2008 menyatakan seseorang yang merasa memiliki sikap percaya diri yang tinggi biasanya memiliki sikap optimis dan selalu yakin apa yang ia lakukan akan sesuai dengan tujuan yang diharapkannya, sebaliknya dengan seseorang yang memiliki rasa percaya diri yang rendah akan mengalami konflik maupun hambatan dalam mencapai suatu tujuan yang ia harapkan.


(9)

Kepercayaan diri merupakan aspek kepribadian manusia yang penting sebagai sarana untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki.

Dari kepercayaan diri yang dimiliki, kesuksesan dan keberhasilan hidup seseorang akan dapat diprediksikan. Individu yang percaya diri biasanya selalu bersikap optimis dan yakin akan kemampuannya dalam melakukan sesuatu. Sebalikya, individu yang rasa percaya dirinya rendah akan mengalami hambatan-hambatan dalam hidupnya, baik dalam berinteraksi dengan individu lain maupun dalam pekerjaan.

Hurlock (dalam Fatchurahman & Herlan, 2012) menyatakan bahwa seseorang yang memiliki percaya diri yang tinggi jika ia mampu membuat pernyataan-pernyataan positif mengenai dirinya, menghargai diri sendiri, serta mampu mengejar harapan-harapan yang kemungkinan membuatnya sukses. Orang yang percaya diri bisa dilihat dari ketenangan mereka dalam mengontrol diri sendiri.Selain itu, orang yang percaya diri tinggi tidak mudah terpengaruh oleh situasi yang kebanyakan orang menilainya negatif. Lindenfield (dalam Fatchurahman & Herlan, 2012) seseorang yang mampu mengendalikan dan mengontrol emosinya dengan baik, cenderung lebih percaya diri karena tidak khawatir akan lepas kendali saat menghadapi tantangan atau risiko. Sebab orang yang percaya diri biasa mengatasi rasa khawatir, takut dan cemas serta mampu mengatasi konfrontasi secara efektif dan konstruktif. Brennecke & Amich (dalam Yusni, 2002) menyatakan bahwa kepercayaan diri adalah suatu perasaan atau sikap tidak perlu membandingkan diri dengan orang lain, karena telah merasa cukup aman dan tahu apa yang dibutuhkan di dalam hidup ini.


(10)

Shauger (dalam Mahrita, 1997) mengatakan bahwa kepercayaan diri adalah anggapan seseorang tentang kompetensi dan keterampilan yang dimiliki serta kesanggupan untuk menangani berbagai macam situasi. Burns (dalam Iswidharmanjaya & Agung, 2005) juga mengatakan dengan kepercayaan diri yang cukup, seseorang individu akan dapat mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya dengan yakin dan mantap. Kepercayaan yang tinggi sangat berperan dalam memberikan sumbangan yang bermakna dalam proses kehidupan seseorang, karena apabila individu percaya dirinya mampu untuk melakukan sesuatu, maka akan timbul motivasi pada diri individu untuk melakukan hal-hal dalam hidupnya.

Berdasarkan beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri adalah suatu perasaan positif yang ada dalam diri seseorang yang berupa keyakinan dan kepercayaan terhadap kemampuan dan potensi yang dimilikinya, serta dengan kemampuan dan potensinya tersebut dia merasa mampu untuk mengerjakan segala tugasnya dengan baik dan untuk meraih tujuan hidupnya.

Melihat fenomena yang ada sekarang ini, tampak beberapa karakteristik yang mengindikasikan betapa remaja saat ini banyak yang mengalami kurang percaya diri. Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti pada tanggal 28 april 2015. Observasi ini dilakukan di kediaman subyek yang tak jauh dari sekolah SMA Dzannurain. Peneliti mendapatkan beberapa Informan yang pertama berinisial W N yang masih duduk di kelas X mengatakan bahwa selama duduk di bangku sekolah merasa tidak percaya diri dalam menjawab soal-soal dari sekolah, selain itu informan juga sering menyontek pada temannya karena


(11)

merasa kurang yakin dengan jawaban sendiri, maka setiap kali ada tugas dari guru selalu menyontek jawaban temannya meskipun informan sendiri tau bahwa itu tidak baik untuk dilakukan, karena informan beranggapan bahwa jawaban teman lebih tepat dibandingkan dengan jawabannya sendiri. Hal serupa juga alami oleh siswa yang berinisial A Z juga dari kelas X mengatakan, bahwa informan enggan melakukan kreatifitas di sekolah seperti mengikuti ekstra pramuka dikarnakan kurang percaya diri dalam melakukan organisasi di sekolah, informan cenderung pemalu, dan pesimis dalam mengikuti kegiatan sekolah.

Terkait dengan kepercayaan diri ini, Koentjaraningrat (dalam Afiatin & Martinah, 1998) menyatakan bahwa salah satu kelemahan generasi muda Indonesia adalah kurangnya kepercayaan diri. Pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil penelitian Afiatin, dkk (dalam Afiatin & Martinah, 1998) terhadap remaja siswa SMTA di Kodya Yogyakarta menunjukkan bahwa permasalahan yang banyak dirasakan dan dialami oleh remaja pada dasarnya disebabkan oleh kurangnya kepercayaan diri. Kurangnya percaya diri akan membuhuh kreatifitas generasi anak bangsa.

Ginder (dalam Djuwarijah, 2002) mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembentukan kepercayaan diri remaja, antara lain adalah interaksi di dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Interaksi dalam keluarga adalah salah satunya terwujud dalam bentuk proses pengasuhan yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya. Para ahli berkeyakinan bahwa kepercayaan diri sebagaimana harga diri bukanlah diperoleh secara instant, melainkan melalui proses yang berlangsung sejak usia dini dalam kehidupan bersama orang tua.


(12)

Pola asuh orang tua adalah suatu cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak. Peran keluarga menjadi penting untuk mendidik anak baik dalam sudut tinjauan agama, tinjauan sosial kemasyarakatan maupun tinjauan individu.Jika pendidikan keluarga dapat berlangsung dengan baik maka mampu menumbuhkan perkembangan kepribadian anak menjadi manusia dewasa yang memiliki sikap positif terhadap agama, kepribadian yang kuat dan mandiri, potensi jasmani dan rohani serta intelektual yang berkembang secara optimal (Papalia, 2008).

Hubungan baik yang tercipta antara anak dan orang tua akan menimbulkan perasaan aman dan kebahagiaan dalam diri anak. Sebaliknya hubungan yang buruk akan mendatangkan akibat yang sangat buruk pula, perasaan aman dan kebahagiaan yang seharusnya dirasakan anak tidak lagi dapat terbentuk, anak akan mengalami trauma emosional yang kemudian dapat ditampilkan anak dalam berbagai bentuk tingkah laku seperti menarik diri dari lingkungan, bersedih hati, pemurung dan sebagainya (Hurlock, 1994). Jadi pola asuh orang tua merupakan pola interaksi antara anak dengan orang tua bukan hanya pemenuhan kebutuhan fisik (seperti makan, minum, dan lain‐lain) dan kebutuhan psikologis (seperti rasa aman, kasih sayang, dan lain‐lain), tetapi juga mengajarkan norma‐norma yang berlaku di masyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungan.

Terdapat tiga macam pola asuh orang tua yaitu : pola asuh otoriter, pola asuh demokratis, pola asuh permisif . Pola asuh otoriter adalah suatu gaya membatasi dan menghukum yang menuntut anak untuk mengikuti


(13)

yang otoriter menetapkan batas‐batas yang tegas dan tidak memberi peluang yang besar kepada anak‐anak untuk berbicara (Santrock, 2002). Pola asuh demokratis sendiri merupakan suatu bentuk pola asuh dimana anak diberikan suatu kebebasan tetapi orang tua tetap memberikan batasan-batasan untuk mengendalikan sikap dan tindakan-tindakan mereka (Sochib, 2008).Dalam metode demokratis ini komunikasi biasanya berlangsung timbal balik dan berlangsung hangat antara kedua belah pihak.( Safitri & Yuhanda, 2013). (Hurlock, 1976) mengatakan bahwa pola asuhan permisif bercirikan adanya kontrol yang kurang, orang tua bersikap longgar atau bebas, bimbingan terhadap anak kurang. Ciri pola asuh ini adalah semua keputusan lebih banyak dibuat oleh anak daripada orang tuanya (Aisyah, 2010).

Pola asuh yang diberikan orang tua kepada anaknya pada dasarnya merupakan bentuk kasih sayangnya kepada anak-anak mereka, tidak heran jika terkadang seorang meniru tindakan orang tuanya.Jadi orang tua harus memberikan bimbingan yang positif atau yang dibutuhkan oleh anaknya sampai mereka bisa mandiri dalam segala hal.

Beberapa pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa proses pembentukan kepercayaan diri remaja, antara lain adalah interaksi di dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Interaksi dalam keluarga adalah salah satunya terwujud dalam bentuk proses pengasuhan yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya. Para ahli berkeyakinan bahwa kepercayaan diri sebagaimana harga diri bukanlah diperoleh secara instant, melainkan melalui proses yang berlangsung sejak usia dini dalam kehidupan bersama orang tua.


(14)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah terdapat perbedaan kepercayaan diri ditinjau dari pola asuh otoritarian pada remaja siswa kelas X di SMA Dzannurain Banyuates Sampang?

2. Apakah terdapat perbedaan kepercayaan diri ditinjau dari pola asuh otoritatif pada remaja siswa kelas X di SMA Dzannurain Banyuates Sampang?

3. Apakah terdapat perbedaan kepercayaan diri ditinjau dari pola asuh menuruti pada remaja siswa kelas X di SMA Dzannurain Banyuates Sampang?

4. Apakah terdapat perbedaan kepercayaan diri ditinjau dari pola asuh mengabaikan pada remaja siswa kelas X di SMA Dzannurain Banyuates Sampang?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

1. Untuk mengetahui perbedaan kepercayaan diri ditinjau daari pola asuh otoritarian pada remaja siswa SMA kelas X di SMA Dzannurain Banyuates Sampang”

2. Untuk mengetahui perbedaan kepercayaan diri ditinjau daari pola asuh otoritatif pada remaja siswa SMA kelas X di SMA Dzannurain Banyuates Sampang”

3. Untuk mengetahui perbedaan kepercayaan diri ditinjau daari pola asuh mengabaikan pada remaja siswa SMA kelas X di SMA Dzannurain Banyuates Sampang”


(15)

4. Untuk mengetahui perbedaan kepercayaan diri ditinjau daari pola asuh menuruti pada remaja siswa SMA kelas X di SMA Dzannurain Banyuates Sampang”

D. Manfaat Penelitian

Adapula manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritik

a. Untuk menambah referensi terhadap kajian psikologi pendidikan dalam pengetahuan tentang pola asuh orang tua dan kepercayaan diri .

b. Sebagai bahan acuan dan referensi pada penelitian di bidang psikologi pendidikan yang akan dilakukan dimasa yang akan datang.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

Untuk meningkatkan rasa percaya diri pada siswa kelas X di SMA Dzannurain Banyuates Sampang.

b. Bagi Guru

Dapat menjadi bahan acuan bagi guru di sekolah untuk lebih memperhatikan dan memberikan dorongan bagi siswa agar dapat percaya diri dalam belajar.

c. Bagi Orang Tua

Dapat menjadi bahan masukan dalam menambah ilmu pengetahuan dalam menerapkan pola asuh terhadap anak agar dapat meningkatkan kepercayaan diri bagi anak.


(16)

Dapat menambah pengetahuan baru bagi peneliti tentang hubungan pola asuh dengan kepercayaan diri remaja.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian yang dilakukan Nathania Longkutoy, Jehosua Sinolungan ”Hubungan pola asuh orang tua dengan kepercayaan diri siswa SMP Kristen Ranotongkor Kabupaten Manahasa” Penelitian ini bersifat analitik kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Kristen Ranotongkor Kabupaten Minahasa pada bulan Desember 2014.Populasi dalam penelitian ini ialah seluruh siswa SMP Kristen Ranotongkor sejumlah 89 siswa.Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus slovin, dan dengan menggunakan perhitungan response rate diperoleh 50 sampel.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah simpel random sampling.

Hasil dari penelitian lain yakni dilakukan oleh Anas Rohmiati, “hubungan kepercayaan diri pada remaja dengan pola asuh orang tua etnis Jawa”. Subjek dalam penelitian ini adalah remaja yang masih bersekolah di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) di Kotamadya Yogyakarta, berusia 15-18 tahun, yang berdomisili di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dalam kesehariannya menggunakan bahasa Jawa dalam sebagai bahasa pengantar pergaulannya. Jumlah responden sebanyak 237 orang, yang berasal dari 3 MAN yang ada di Kodya Yogyakarta.Pemilihan responden dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling.

Penelitian lain dari Karyodengan memakai metodeanalitik korelasi. dengan menggunakan hipotesis “Ada Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan kepercayaan diri pada remaja (Usia 15-17 tahun) kelas XI di SMA PGRI 3 Tuban.” Penelitian ini


(17)

dilaksanakn pada bulan Maret 2012 di SMA PGRI 3 Tuban. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI di SMA PGRI 3 Tuban pada tahun 2013 sebanyak 43 siswa, sedangkan sampel yang digunakan sebanyak 38 responden siswa kelas XI di SMA PGRI 3 Tuban dengan menggunakan teknik SimpleRandom Sampling.

Berdasarkan beberapa penelitan sebelumnya terdapat dua variabel yang sama yaitu ”Hubungan pola asuh orang tua dengan kepercayaan diri siswa SMP Kristen Ranotongkor Kabupaten Manahasa”. Yang dapat membedakan dengan penelitian sebelumnya adalah pada penelitian sebelumnya mengambil subjek di SMP Kristen sedangkan penelitian ini dilakukan di SMA Dzannurain. Mengambil subjek di SMA karena Secara perkembangan siswa SMA adalah masa remaja yang sering dikenal dengan pencarian jati diri. Terdapat penelitian lain dengan variabel yang sama yaitu “hubungan kepercayaan diri pada remaja dengan pola asuh orang tua etnis Jawa” yang dapat membedakan dengan penelitian sebelumnya adalah pengambilan subyek di daerah Sampang yang terletak di pulau Madura, dalam kesehariannya menggunakan bahasa Madura. Dilihat dari pola hidup, remaja kota lebih maju dibandingkan remaja desa. Terdapat variabel yang sama yaitu “Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan kepercayaan diri pada remaja (Usia 15-17 tahun) kelas XI di SMA PGRI 3 Tuban.” Yang dapat membedakan dengan penelitian ini adalah pengambilan subyek, jika penelitian sebelumnya mengambil subyek di kelas XI sedangkan penelitian ini mengambil subyek dari kelas X di SMA Dzannurain Banyuates Sampang.


(18)

Pada penelitian lain dari Riswandi dengan judul “Hubungan Pola Asuh Orang

Tua Terhadap Kemandirian Belajar Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Sukasada Tahun Pelajaran 2013/2014”, dengan sampel penelitian siswa kelas XI SMA Negeri 1 Sukasada. Bentuk penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan

Proporsional Simple Random sampling, dengan jumlah sample 83 anak.

Penelitian yang dilakukan oleh Ade Riza Rahma Rambe mengenai “korelasi antara dukungan sosial orang tua dan self directed learning pada siswa SMA di kota Medan” Terdapat pengaruh dukungan sosial orang tua dengan kemandirian belajar yaitu sebesar 23%, dimana hubungan paling besar adalah dari dimensi dukungan sosial orang tua penghargaan dan instrumental yaitu 0,470. penelitian ini mengambil siswa SMA kelas 1,2, dan 3yang bedomisili di Medan.

Penelitian ini datang dari Fitria Rahmawati, Komang Sudarma & Made Sulastri dengan judul “Hubungan pola asuh orang tua dan kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar SD kelas IV di kecamatan Melaya Jembrana “Populasi dalam penelitian ini adalah kelas IV SD di Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana Tahun Pelajaran 2012/2013 dimana yang digunakan sebagai populasi adalah seluruh siswa kelas empat semester genap dari semua SD. Adapun jumlah seluruh populasi penelitian adalah 1.055 orang. Peneliti membagi populasi penelitian menjadi tiga kategori menurut letak atau lokasinya, yaitu SD inti, SD daerah transisi (kota dan sekitaran kota) dan SD di desa (jauh dari pusat kota).

Penelitian selanjutnya dari Icue Rahmawati “Program bimbingan teman untuk meningkatkan percaya diri siswa” penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan rumusan program bimbingan teman sebaya yang efektif untuk meningkatkan percaya


(19)

diri siswa SMA Negeri 13 Bandung kelas XI tahun pelajaran 2010-2011. Pendekatan yang digunakan ialah kuantitatif dengan metode penelitian Pre-experimental design,

sampelnya diambil secara sampling purposive.Hasil studi pendahuluan menunjukan bahwa percaya diri siswa berada pada kategori sedang.Upaya pelaksanaan bimbingan teman sebaya selama ini belum terlaksana.Hasil validasi menunjukan program bimbingan teman sebaya efektif meningkatkan percaya diri siswa.Direkomendasikan agar dapat dilaksanakan disekolah menggunakan kelompok pembanding dan ditambah instrumen eksternal.

Penelitian ini dari Sopheia Philein “ Hubungan antara Pola Asuh Ayah dengan Kemandirian belajar pada siswa kelas X SMK WIKARYA Karanganyar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kuantitatif korelasional.Populasi penelitian ialah seluruh siswa kelas X SMK WIKARYA Karanganyar Tahun Pelajaran 2012/2013, sejumlah 234 siswa.Sampel diambil dengan teknik simpel random sampling sejumlah 60 siswa.Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik angket.Teknik analisis data yang digunakan dengan menggunakan analisis statistic dengan teknik regresi ganda.

Penelitian ini dilakukan oleh Fatchurrahman & Herlan Pratikto “Kepercayaan diri, kematangan emosi, pola asuh orang tua dekokratis dan kenakalan remaja” Tujuan penelitian ini untuk meneliti hubungan-hubungan di antara kepercayaan diri, kematangan emosi dan pola asuh orang tua demokratis dengan kenakalan remaja.Subjek penelitian berjumlah 46 siswa kelas X SMK Muhammadiyah Malang.Berdasarkan analisis regresi dan korelasi diperoleh hasil bahwa tidak ada korelasi antara kematangan emosi dan pola asuh orang tua demokratis dengan


(20)

kenakalan remaja.Namun, hasil berbeda ditunjukkan variabel kepercayaan diri, bahwa terdapat korelasi negatif antara kepercayaan diri dengan kenakalan remaja.Makin tinggi kepercayaan diri remaja, makin berkurang kenakalan mereka.

Sedangkan penelitian ini tentang “perbedaan tingkat kepercayaan diri ditinjau dari polaasuh orang tua pada remaja kelas X SMA Dzannurain Banyuates Sampang . Variabel penelitian ini adalah pola asuh orang tua dan kepercayaan diri remaja . Yang dapat membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah kuantitatif dengan mengambil subyek dari kelas X di SMA Dzannurain Banyuates Sampang. Selain itu peneliti menggunakan metode korelasi statistic product moment dengan mengambil 90 subyek, masing-masing kelas diambil 30 subyek. Dengan demikian penelitian ini merupakan penelitian yang asli dalam arti bukan duplikasi atau replikasi dari penelitian orang lain.


(21)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kepercayaan Diri

1. Pengertian Kepercayaan Diri

Kepercayaan diri secara bahasa menurut Vandenbos (2006) adalah percaya pada kapasitas kemampuan diri dan terlihat sebagai kepribadian yang positif.Pendapat itu menunjukkan bahwa orang yang percaya diri memiliki keyakinan untuk sukses.Lauster (dalam Rohmiyati, 2008 ) mendefinisikan kepercayaan diri sebagai suatu sikap atau perasaan yakin akan kemampuan diri sendiri, sehingga seseorang tidak terpengaruh oleh orang lain. Rasa percaya diri merupakan keyakinan pada kemampuan-kemampuan yang dimiliki, keyakinan pada suatu maksud atau tujuan dalam kehidupan dan percaya bahwa dengan akal budi mampu untuk melaksanakan apa yang diinginkan, direncanakan dan diharapkan (Davies, 2004).

Brennecke & Amich (dalam Yusni, 2002) menyatakan bahwa kepercayaan diri (self confidence) adalah suatu perasaan atau sikap tidak perlu membandingkan dengan orang lain, karena telah merasa cukup aman dan tahu apa yang dibutuhkan di dalam hidup ini. Kepercayaan adalah tahap psikososial erikson yang pertama. Tahap ini muncul pada tahun pertama kehidupan.Kepercayaan berkembang dengan baik jika anak mendapatkan kehangatan dan kasih sayang yang cukup.Hasil positifnya adalah anak merasa nyaman dan tidak merasa takut.Ketidakpercayaan berkembang ketika bayi diperlakukan secara terlalu negative atau diabaikan. Erikson ( dalam Santrock, 2012).


(22)

Berdasarkan beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri adalah sebagai suatu sikap atau perasaan yakin akan kemampuan diri sendiri, sehingga seseorang tidak terpengaruh oleh orang lain.

2. Karakteristik Kepercayaan Diri

Lindenfield (dalam Febrianto, 2009) mengemukakan ada dua jenis rasa percaya diri, yaitu percaya diri lahir dan percaya diri batin. Percaya diri lahir memungkinkan individu untuk tampil dan berperilaku dengan cara menunjukkan pada dunia luar bahwa individu tersebut yakin akan dirinya. Sedangkan percaya diri batin adalah percaya diri yang memberi seseorang perasaan dan anggapan bahwa individu dalam keadaan baik. Ciri utama yang memiliki kepercayaan diri batin ada empat, yaitu:

a. Cinta diri adalah suatu perasaan peduli terhadap dirinya sendiri

b. Pemahaman diri adalah suatu perasaan memahami dirinya dengan cara mau menerima segala kritik maupun saran dari orang lain

c. Memiliki tujuan yang jelas, artinya memiliki suatu pandangan terhadap sesuatu hal yang ingin dicapai

d. Berpikir positif, yang berarti melihat sesuatu tidak dari satu sisi saja, tetapi melihat dari berbagai sudut pandang sehingga terbentuklah suatu pemikiran yang jelas

Selain ciri percaya diri batin di atas, individu yang memiliki kepercayaan diri juga memiliki ciri-ciri percaya diri lahir, yaitu:

a. Keterampilan komunikasi, maksudnya adalah mampu menjalin komunikasi dengan orang lain yang berasal dari berbagai usia dan latar belakang, tahu dan bagaimana berganti topik, selain itu ia memiliki kemampuan yang baik dalam komunikasi verbal maupun non-verbal yang menunjukkan ia memiliki rasa percaya diri, dapat berbicara


(23)

di depan umum tanpa rasa takut, dan membaca dan memanfaatkan bahasa tubuh orang lain.

b. Ketegasan adalah sikap yang pasti, tentu dan tidak ragu-ragu yang dimiliki oleh seseorang.

c. Penampilan diri, adalah suatu gaya yang dimiliki oleh sesorang dalam bermasyarakat, yang meliputi gaya bicara, bersikap, dan gaya dalam berpenampilan.

d. Pengendalian perasaan, adalah suatu perasaan pengelolaan diri yang dimiliki oleh individu dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan dari beberapa ciri di atas mengatakan bahwa kepercayaan diri terdidri dari dua jenis kepercayaan, yaitu percaya diri lahir dan percaya diri batin. Lindenfield (Febrianto, 2009)

3. Faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri

Ginder (dalam Djuwarijah, 2002) mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembentukan kepercayaan diri remaja, antara lain adalah interaksi di dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Interaksi dalam keluarga adalah salah satunya terwujud dalam bentuk proses pengasuhan yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya. Para ahli berkeyakinan bahwa kepercayaan diri sebagaimana harga diri bukanlah diperoleh secara instant, melainkan melalui proses yang berlangsung sejak usia dini dalam kehidupan bersama orang tua.

Kepercayaan diri terbentuk tidak secara tiba-tiba, akan tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor, menurut Sears (dalam Febrianto 2009), ada beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya kepercayaan diri seseorang, yaitu: Pola asuh ,Sekolah,Teman sebaya ,Masyarakat , dan Pengalaman.


(24)

4. Aspek Kepercayaan Diri

Lauster ,1990( dalam Idrus & Rohmiyati ) mengemukakan aspek-aspek yang terkandung dalam kepercayaan diri antara lain:

a. Ambisi. Ambisi merupakan dorongan untuk mencapai hasil yang diperlihatkan kepada orang lain. Orang yang percaya diri cenderung memiliki ambisi yang tinggi. Mereka selalu berpikiran positif dan berkeyakinan bahwa mereka mampu untuk melakukan sesuatu.

b. Mandiri. Individu yang mandiri adalah individu yang tidak tergantung pada individu lain karena mereka merasa mampu untuk menyelesaikan segala tugasnya, tahan terhadap tekanan.

c. Optimis. Individu yang optimis akan selalu berpikiran positif, selalu beranggapan bahwa akan berhasil, yakin dan dapat menggunakan kemampuan dan kekuatannya secara efektif, serta terbuka.

d. Tidak mementingkan diri sendiri. Sikap percaya diri tidak hanya mementingkan kebutuhan pribadi akan tetapi selalu peduli pada orang lain.

e. Toleransi. Sikap toleransi selalu mau menerima pendapat dan menghargai perilaku orang lain yang berbeda dengan dirinya.

Afiatin & Martaniah,1998(dalam Sapotro & Sesono) merumuskan beberapa aspek dari Lauster &Guilford yang menjadi ciri maupun indikator dari kepercayaan diri yaitu: 1. Individu merasa adekuat terhadap tindakan yang dilakukan. Hal ini didasari oleh

adanya keyakinan tehadap kekuatan, kemampuan, dan ketrampilan yang dimiliki. Ia merasa optimis, cukup abisius, tidak selalu memerlukan bantuan orang lain, sanggup


(25)

bekerja keras, mampu menghadapi tugas dengan baik dan bekerja secara efektif serta bertanggung jawab atas keputusan dan perbuatannya.

2. Individu merasa diterima oleh kelompoknya. Hal ini dilandasi oleh adanya keyakinan terhadap kemampuannya dalam berhubungan sosial. Ia merasa bahwa kelompoknya atau orang lain menyukainya, aktif menghadapi keadaan lingkungan, berani mengemukakan kehendak atau ide‐idenya secara bertanggung jawab dan tidak mementingkan diri sendiri.

3. Individu memiliki ketenangan sikap. Hal ini didasari oleh adanya keyakinan terhadap kekuatan dan kemampuannya. Ia bersikap tenang, tidak mudah gugup, cukup toleran terhadap berbagai macam situasi.

Berdasarkan beberapa aspek atau dimensi yang terkandung dalam kepercayaan diri yang dijabarkan dari beberapa pakar di atas, peneliti mengambil aspek atau dimensi dari Lauster ,1990 sebagai pengembang insrtrumen. Dimana aspek atau dimensi tersebut yaitu :Ambisi, mandiri, optimis, tidak mementingkan diri sendiri dan toleran.

B. Pola Asuh Orang Tua

1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua

Pola asuh merupakan sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap tersebut meliputi cara orangtua memberikan aturan-aturan, memberikan perhatian. Pada dasarnya pola asuh dapat diartikan seluruh cara perlakuan orang tua yang diterapkan pada anak. Banyak ahli mengatakan pengasuhan anak adalah bagian penting dan mendasar, menyiapkan anak untuk menjadi masyarakat yang baik.Terlihat bahwa pengasuhan anak menunjuk kepada pendidikan umum yang diterapkan. Pengasuhan


(26)

terhadap anak berupa suatu proses interaksi antara orang tua dengan anak. Interaksi tersebut mencakup perawatan seperti dari mencukupi kebutuhan makan, mendorong keberhasilan dan melindungi, maupun mensosialisasi yaitu mengajarkan tingkah laku umum yang diterima oleh masyarakat.

Pola asuh sebagai suatu perlakuakn orangtua dalam rangka memenuhi kebutuhan, memberi perlindungan dan mendidik anak dalam kesehariannya.Sedangkan Pengertian pola asuh orangtua terhadap anak merupakan bentuk interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan pengasuhan yang berarti orangtua mendidik, membimbing dan melindungi anak (Gunarsa, 2002).Sedangkan Santrock (2002) mengatakan yang dimaksud dengan pola asuh adalah cara atau metode pengasuhan yang digunakan oleh orang tua agar anak-anaknya dapat tumbuh menjadi individu-individu yang dewasa secara sosial.

Pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan.Pengasuhan ini berarti orang tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat.Sebagai pengasuh dan pembimbing dalam keluarga, orang tua sangat berperan dalam meletakan dasar-dasar perilaku bagi anak-anaknya.Sikap, perilaku, dan kebiasaan orang tua selalu dilihat, dinilai, dan ditiru oleh anaknya yang kemudian semua itu secara sadar atau tidak sadar diresapinya dan kemudian menjadi kebiasaan pula bagi anak-anaknya. Hal demikian disebabkan karena anak mengidentifikasikan diri pada orang tuanya sebelum mengadakan identifikasi dengan orang lain.


(27)

Dalam mengasuh anaknya orang tua dipengaruhi oleh budaya yang ada di lingkungannya.Di samping itu, orang tua juga diwarnai oleh sikap-sikap tertentu dalam memelihara, membimbing, dan mengarahkan putra-putrinya.Pola asuhan merupakan sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anakanaknya. Sikap orang tua ini meliputi cara orang tua memberikan aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, cara orang tua menunjukkan otoritasnya, dan cara orang tua memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anaknya (Aisyah, 2010).

Namun pandangan para ahli psikologi dan sosiologi berkata lain. Pola asuh dalam pandangan (Gunarsah, 1991) sebagai gambaran yang dipakai orang tua untuk mengasuh merawat, menjaga, mendidik anak. Sedangkan (Chabib,1996 ) pola asuh adalah salah satu cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik anak sebagai perwujudan dan rasa tanggung jawab kepada anak. Tetapi ahli lain memberikan pandangan lain, seperti (Sam Vaknin, 2009) mengutarakan bahwa pola asuh sebagai “parenting is interaction between parent’s and children during their care” (Tridhonanto, 2014).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua adalah merupakan bentuk interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan pengasuhan yang berarti orangtua mendidik, membimbing dan melindungi anak .

2. Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh

Terdapat beberapa elemen yang mempengaruhi pola asuh orang tua dalam Tridhonanto, 2014 yakni sebagai berikut:


(28)

Tujuan dari undang-undang perkawinan sebagai salah satu upaya di dalam setiap pasangan dimungkinkan untuk siap secara fisik maupun psikososial untuk membentuk rumah tangga dan menjadi orang tua. Walaupun demikian, rentang usia tertentu adalah baik untuk menjalankan peran pengasuhan. Bila terlalu muda atau terlalu tua, maka tidak akan dapat menjalankan peran-peran tersebut secara optimal karena diperlukan bantuan fisik dan psikososial.

b. Keterlibatan orang tua

Pendekatan mutakhir yang digunakan dalam hubungan ayah dan bayi yang baru lahir, sama pentingnya dengan hubungan antara ibu dan bayi sehingga dalam proses persalinan, ibu dianjurkan ditemani suami dan begitu bayi lahir suami diperbolehkan untuk menggendong langsung setelah ibunya mendekap dan menyusuinya. Dengan demikian, kedekatan hubungan antara ibu dan anaknya sama pentingnya dengan ayah dan anak walaupun secara kodrati aka nada perbedaan tetapi tidak mengurangi makna penting hubungan tersebut.

c. Pendidikan orang tua

Agar menjadi lebih siap dalam menjalankan peran pengasuhan, orang tua dapat melakukannya dengan cara terlibat aktif dalam setipa upaya pendidikan anak, mengamati segala sesuatu dengan beriorentasi pada upaya pendidikan anak, mengamati segala sesuatu dengan berorientasi pada masalah anak menjaga kesehatan anak dengan secara regular memeriksakan dan mencari pelayanan imunisasi, memberikan nutrisi yang adekuat, dan kesemuanya itu dapat diketahui


(29)

oleh orang tua yang mau mendidik dirinya sendiri untuk kepentingan anak mereka.

d. Pengalaman sebelumnya dalam mengasuh anak

Hasil penelitian membuktikan bahwa orang tua yang telah memiliki pangalaman sebelumnya dalam merawat anak akan lebih siap menjalankan peran pengasuhan dan lebih tenang. Dengan kata lain, mereka akan lebih mampu mengamati tanda-tanda pertumbuhan dan perkembangan anak yag normal.

e. Stres orang tua

Stres yang dialami oleh ayah, ibu, atau keduanya akan mempengaruhi kemampuan orang tua dalam menjalankan peran sebagai pengasuh, terutama dalam kaitannya dengan strategi menghadapi masalah yang dimiliki dalam menghadapi permasalahan anak. Walaupun demikian, kondisi anak juga dapat menyebabkan stres pada orang tua, misalnya anak dengan temperamen yang sulit atau anak dengan masalah keterbelakangan mental.

f. Hubungan suami istri

Hubungan yang kurang harmonis antara suami istri akan berpengaruh atas kemampuan mereka dalam menjalankan perannya sebagai orang tua dan merawat serta mengasuh anak dengan penuh rasa bahagia karena satu sama lain dapat memberi dukungan dan menghadapi segala masalah dengan strategi yang positif.

3. Tipe-tipe Pola Asuh

Berikut tiga pola asuh yang biasa diterapkan orang tua pada anak menurut Santrock (1998):


(30)

a. Pola asuh authoritarian, yaitu pola asuh yang penuh pembatasan dan hukuman (kekerasan) dengan cara orang tua memaksakan kehendaknya, sehingga orang tua dengan pola asuh authoritarian memegang kendali penuh dalam mengontrol anak-anaknya. pengasuhan yang otoriter ialah suatu gaya membatasi dan menghukum yang menuntut anak untuk mengikuti perintah-perintah orang tua dan menghormati pekerjaan dan usaha. Orangtua yang otoriter menetapkan batasan-batasan yang tegas dan tidak memberi peluang yang besar kepada anak-anak untuk berbicara. Pengasuhan yang otoriter diasosiasikan dengan inkompetensi sosial anak-anak. Di tipe ini orangtua cenderung memaksa, memerintah dan menghukum, jika tidak mengenal kompromi.

b. Pola asuh authoritative (demokrasi), yaitu pola asuh yang memberikan dorongan pada anak untuk mandiri namun tetap menerapkan berbagai batasan yang akan mengontrol perilaku mereka. Adanya saling memberi dan saling menerima, mendengarkan dan didengarkan. Pengasuhan yang otoritatif(demokratis) ialah pengasuhan yang mendorong anak-anak agar mandiri tetapi masih menetapkan batasan-batasan dan pengendalian atas tindakan-tindakan mereka. Musyawarah verbal yang ekstensif dimungkinkan, dan orangtua memperlihatkan kehangatan serta kasih sayang kepada anak. Pengasuhan yang otoritatif diasosiasikan dengan kompetensi sosial anak-anak. Pada pola asuh ini orangtua memprioritaskan kepentingan anak, bersifat rasional, selalu mendasari tindakannya pada pemikiran-pemikiran yang bersifat realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan dan melampaui kemampuan anak, memberikan


(31)

kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan. Pola asuh ini juga disebut dengan pola asuh yang demokratis.

c. Pola asuh permissive, Maccoby dan Martin (dalam Santrock, 1998) membagi pola asuh ini menjadi dua: neglectful parenting dan indulgent parenting. Pola asuh yang neglectful yaitu bila orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak (tidak peduli). Pola asuh ini menghasilkan anak-anak yang kurang memiliki kompetensi social terutama karena adanya kecenderungan kontrol diri yang kurang. Pola asuh yang indulgent yaitu bila orang tua sangat terlibat dalam kehidupan anak, namun hanya memberikan kontrol dan tuntutan yang sangat minim (selalu menuruti atau terlalu membebaskan) sehingga dapat mengakibatkan kompetensi sosial yang tidak adekuat karena umumnya anak kurang mampu untuk melakukan kontrol diri dan menggunakan kebebasannya tanpa rasa tanggung jawab serta memaksakan kehendaknya. Permisif indifferent ialah suatu gaya dimana orangtua sangat tidak terlibat didalam kehidupan anak. Anak-anak yang orangtuanya bergaya permisif indifferent mengembangkan suatu perasaan bahwa aspek-aspek lain kehidupan orangtua lebih penting daripada anak mereka. Permisif indulgent ialah suatu gaya pengasuhan dimana orangtua sangat terlibat dalam kehidupan mereka tetapi menetapkan sedikit batas atau kendali terhadap mereka. Orangtua seperti itu membiarkan anak-anak mereka melakukan apa saja yang mereka inginkan, dan akibatnya ialah anak-anak tidak pernah belajar mengendalikan perilaku mereka sendiri dan selalu mengharapkan kemauan mereka dituruti. (Taganing, Ni Made & Fortuna, Fini, 2008).


(32)

Penelitian yang dilakukan oleh Baumrind (Santrock 2009) yang disebut gaya Baumrind sangat berpengaruh, ia percaya bahwa orang tua tidak boleh menghukum atau menjauh. Alih-alih mereka harus menetapkan aturan bagi anak dan menyayangi mereka. Dia telah menjelaskan empat gaya pengasuhan:

1. Pengusahan Otoritaritan

Adalah gaya yang membatasi dan menghukum, dimana orang tua mendesak anak untuk mengikuti arahan mereka dan menghormati pekerjaan dan upaya mereka. Orang tua yang otoriter menerapkan batas dan kendali yang tegas pada anak dan meminimalisir perbedatan verbal.

2. Pengasuhan Otoritatif

Mendorong anak untuk mandiri namun masih menerapkan batasan dan kendali pada tindakan mereka.Tindakan verbal memberi dan menerima, orang tua bersikap hangat dan penyayang terhadap anak.

3. Pengasuhan yang mengabaikan

Adalah gaya dimana orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak. Anak memiliki orang tua yang mengabaikan merasa bahwa aspek lain kehidupan orang tua lebih penting daripada diri mereka. Anak-anak ini cenderung tidak memiliki kemampuan sosial.Banyak di antaranya memiliki pengendalian diri yang buruk dan tidak mandiri.Mereka sering kali memiliki harga diri yang rendah, tidak dewasa, dan mungkin terasing dari keluarga.Dalam masa remaja, mereka mungkin menunjukkan sikap suka membolos dan nakal.


(33)

Adalah gaya penagsuhan dimana orang tua sangat terlibat dengan anak, namun tidak terlalu menuntut dan mengontrol mereka. Orang tua macam ini membiarkan anak melakukan apa yang ia inginkan. Hasilnya, anak tidak pernah belajar mengendalikan perilakunya sendiri dan selalu berharap mendapatkan keinginannya. Beberapa orang tua sengaja memebesarkan anak mereka dengan cara ini karena mereka percaya bahwa konbinasi antara keterlibatan yang hangat dan sedikit batasan akan menghasilkan anak yang kreatif dan percaya diri.

Berdasarkan uraian dari teori diatas peneliti mengambil gaya pola asuh yang dikemukakan oleh Gaya Baumrind (Santrock, 2001) sebagai pengembang instrument, yaitu pola asuh otoritarian, pola asuh otoritatif, pola asuh yang mengabaikan dan pola asuh menuruti.

C. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Kepercayaan Diri

Kepercayaan diri merupakan aspek penting dalamkehidupan manusia.Seseorang dapat mencapai sebuahkeberhasilan yang diinginkan dengan sikap percaya diriyang tinggi.Sikap percaya diri pada individu merupakansalah satu bentuk mengaktualisasikan potensi yang adadalam diri seseorang. Menurut Lauster (Idrus &Anas,2008) kepercayaan diri merupakan suatu sikap optimis dan yakin terhadap kemampuan diri sendiri, denganmemegang teguh prinsip diri sendiri dan tidak mudahterpengaruh oleh orang lain. Pola pengasuhan orang tua sendiri memiliki andil yang cukup serius dalam menentukan kepribadian seorang anak salah satunya tingkat kepercayaan diri.Pola pengasuhan dalam keluarga harusnya dapat mengarahkan kearah lebih baik dan kreatif.Pola asuh tidak hanya menjaga komunikasi dengan baik namun menunjukkan rasa kasih sayang orang tua kepada anak dan dapat membantu anak menemukan kepercayaan dirinya.


(34)

Ginder (dalam Djuwarijah, 2002) mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembentukan kepercayaan diri remaja, antara lain adalah interaksi di dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Interaksi dalam keluarga adalah salah satunya terwujud dalam bentuk proses pengasuhan yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya. Para ahli berkeyakinan bahwa kepercayaan diri sebagaimana harga diri bukanlah diperoleh secara instant, melainkan melalui proses yang berlangsung sejak usia dini dalam kehidupan bersama orang tua.

Pola asuh orang tua adalah suatu cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak. Peran keluarga menjadi penting untuk mendidik anak baik dalam sudut tinjauan agama, tinjauan sosial kemasyarakatan maupun tinjauan individu.Jika pendidikan keluarga dapat berlangsung dengan baik maka mampu menumbuhkan perkembangan kepribadian anak menjadi manusia dewasa yang memiliki sikap positif terhadap agama, kepribadian yang kuat dan mandiri, potensi jasmani dan rohani serta intelektual yang berkembang secara optimal (Papalia, 2008).

Hal ini didukung oleh penelitian terdahulu Idrus & Anas (2008) pada remaja yang berusia 15-18 tahun yang bersekolah di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Kotamadya Yogyakarta yang membuktikan bahwa pola asuh orang tua memiliki peran yang penting dalam pembentukan dan perkembangan diri seorang anak. Bentuk-bentuk pola asuh seperti memberi reward dan punishment, mengajarkan kesopanan, kepatuhan, dan memberi perintah tanpa emosional merupakan beberapa aspek yang memiliki kontribusi pada terbentuknya kepercayaan diri pada remaja dan bentuk-bentuk sikap orang tua yang menunjukkan kasih sayang, perhatian, cinta serta kelekatan emosioal dapat


(35)

membangkitkan rasa percaya diri pada anak. Orang tua merupakan tokoh yang penting dalam perkembangan identitas anak remaja.Menurut Santrock (2002) pola pengasuhan terdapat tiga macam yakni pola asuh authoritarian (otoriter), pola asuh authoritave

(demokratis), dan pola asuh permissive.Bentuk pola asuh orang tua memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.Berbeda keluarga, berbeda budaya, berbeda pula bentuk pengasuhannya.

D. Kerangka Teoritis

Adapun landasan teoritik pada penelitian ini berdasarkan kajian pustaka adalah sebagai berikut:

Bagan di atas merupakan kerangka teoritik yang digunakan dalam penelitian ini bahwa dari beberapa faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri, peneliti mengambil satu faktor yang akan memfokuskan penelitian ini yaitu “ pola asuh”. berdasarkan teori penelitian menurut Sears (dalam Febrianto 2009), Kepercayaan diri terbentuk tidak secara tiba-tiba, akan tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor, ada beberapa faktor yang

Boumrind (Santrock, 2007) Pengasuhan Otoritarian,

pengasuhan otoritatif, pengasuhan menuruti, pengasuhan mengabaikan Pola Asuh

Orang Tua

pengalaman Masyarakat

Teman sebaya Sekolah


(36)

mempengaruhi terbentuknya kepercayaan diri seseorang, yaitu: Pola asuh ,Sekolah ,Teman sebaya ,Masyarakat, Pengalaman.

E. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Terdapat perbedaan kepercayaan diri ditinjau dari pola asuh otoritarian 2. Terdapat perbedaan kepercayaan diri ditinjau dari pola asuh otoritatif 3. Terdapat perbedaan kepercayaan diri ditinjau dari pola asuh mengabaikan 4. Terdapat perbedaan kepercayaan diri ditinjau dari pola asuh menuruti


(37)

1

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Penelitian ini menguji hubungan variabel x dan y, kedua variabel tersebut adalah sebagai berikut:

Variabel dependent (Y) : Kepercayaan Diri

Variabel independent (X) : X1. Pola Asuh Otoritarian

X2. Pola Asuh Otoritatif X3. Pola Asuh Mengabaikan X4. Pola Asuh Menuruti

2. Definisi Operasional

Kepercayaan Diri

Kepercayaan diri adalah sebagai suatu sikap atau perasaan yakin akan kemampuan diri sendiri, sehingga seseorang tidak terpengaruh oleh orang lain. Kepercayaan diri tersebut dapat diukur melalui skala kepercayaan diri dengan melibatkan aspek-aspek yang terkandung dalam kepercayaan diri antara lain: Ambisi, mandiri, optimis, tidak mementingkan diri sendiri dan toleran.


(38)

2

Pola Asuh Orang Tua

a. Pengasuhan Otoritarian

Adalah gaya yang membatasi dan menghukum. Pola asuh otoritarian dapat diketahui dengan skalaindikator antara lain: dimana orang tua mendesak anak untuk mengikuti arahan mereka dan menghormati pekerjaan dan upaya mereka.

b. Pengasuhan Otoritatif

Adalah pengasuhan yang memberikan kesempatan kepada anak untuk berpendapat. Pola asuh otoritatif dapat diketahui dengan skala indikator antara lain: Mendorong anak untuk mandiri namun masih menerapkan batasan, kendali pada tindakan mereka, orang tua bersikap hangat dan penyayang terhadap anak.

c. Pengasuhan yang mengabaikan

Adalah gaya dimana orang tua memberikan kebebasan kepada anak. Pola asuh mengabaikan dapat diketahui dengan skala indikator antara lain : orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak, anak kurang memiliki kemampuan social, anak memiliki pengendalian diri yang buruk dan tidak mandiri, anak memiliki harga diri yang rendah, anak menjadi kurang dewasa dan terasingkan.

a. Pengasuhan yang menuruti

Adalah gaya penagsuhan dimana orang tua sangat terlibat dengan anak, namun tidak terlalu menuntut dan mengontrol mereka. Pola auh menuruti dapat


(39)

3

diketahui dengan skala indikator antara lain : membiarkan anak melakukan yang ia inginkan danorang tua menuruti semua keinginan anak.

Pola asuh orang tua dapat diukur melalui skala pola asuh orang tua dengan melibatkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Baumrind 2009, antara lain: Pola asuh otoritarian, pola asuh otoritatif, pengasuhan yang mengabaikan dan pengasuhan yang menuruti.

B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa siswi kelas X di SMA Dzannurain Banyuates Sampang angkatan tahun 2014/2015 dengan jumlah 120 siswa. Untuk siswa kelas Xa terdapat 40 siswa, kelas Xb 40 siswa dan kelas Xc 40 siswa.

2. Sample

Sample adalah bagian dari populasi yang diharapkan mampu mewakili populasi dalam penelitian. Adapun penentuan sample menurut Arikunto (2002) adalah “Apabila subjek kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga peneltiannya termasuk penelitian populasi, selanjutnya bila subjeknya lebih dari 100 dapat diambil 10%-15% atau 20%-25%.” Dalam penelitian ini mengambil sample


(40)

4

25% dari jumlah populasi sebanyak 120 siswa, sehingga yang menjadi sample sebanyak 30 siswa. Karena jumlah smpel tidak cukup maka peneliti mengambil 30 sampel lagi untuk dijadikan penelitian.

3. Teknik Sampling

Adapun teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Random Sampling. pengambilan sampel yang dilakukan secara acak tanpa memeperhatikan strata yang ada pada populasi itu (Sugiono, 2011) Berdasarkan penuturan guru pembimbing bahwasannya siswa kelas X merupakan siswa yang memiliki data pelaporan perilaku mencontek paling sering dibanding kelas yang lain, jadi yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X di SMA Dzannurain Banyuates Sampang.

C.Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner, yaitu kuesioner tentang skala Kepercayaan diri dan skala pola asuh orang tua. Kuesioner ini terdapat empat pilihan jawaban, yakni “Sangat Tidak Setuju”, “Tidak Setuju”, “Setuju”, dan “Sangat Setuju”, dalam kuesioner terdapat arahan mengenai cara menjawab kuesioner, responden diwajibkan untuk memilih salah satu dari alternatif jawaban dan juga mengisi lembaran identitas responden.


(41)

5

Skala ukur disusun berdasarkan aspek-aspek setiap variabel penelitian.Berikut ini adalah Blue Print Penyusunan Skala dari kedua variabel penelitian, yang mana di dalamnya terdapat proporsi aitem dari setiap komponen aspek variabel penelitian.

Tabel 1

Blue Print Kepercayaan Diri

NO. Aspek Indikator Aitem %

1. Berambisi Berpikir positif F 4,2, 8 %

UF 10,7

Mampu menyelesaikan sesatu dengan baik

F 13, 20 8 %

UF 6,30

2 Mandiri Mampu menyelesaikan tugas F 14,18 8 %

UF 29,8

Tahan terhadap tekanan F 28,24 8%


(42)

6

3 Optimis Selalu berpikir positif F 35,25 8 %

UF 37,22

Selalu beranggapan akan berhasil F 16,31 8 %

UF 26,33

Dapat menggunakan kemampuannya secara efektif

F 34,39 8 %

UF 38,40

Terbuka terhadap orang lain F 32,27 10 %

UF 9,43,50

4 Tidak

mementingkan diri sendiri

Memiliki sikap percaya diri F 17,1,46 10 %

UF 23,15


(43)

7

UF 39,11

5 Toleransi Menerima pendapat orang lain F 3,42 8 %

UF 50,43

Menghargai pendapat orang lain F 49,45 8 %

UF 46,48

Jumlah 50 100 %

Sistem penilaian pada Skala kepercayaan diri untuk item favourable adalah SS= 4, S= 3, TS= 2 dan STS= 1,sedangkan pada aitem unfavourable diberlakukan sebaliknya SS= 1, S= 2, TS= 3 dan STS= 4. Semakin tinggi skor yang diperoleh dalam kepercayaan diri remaja berarti semakin tinggi pula rasa percaya diri remaja, sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh, maka kepercayaan diri remaja semakin rendah.

Tabel 2

Blue Print Pola Asuh Orang Tua

NO. Aspek Indikator Aitem %


(44)

8

otoritarian

UF 8,14

Mendesak anak untuk mengikuti orang tua

F 1,10 7,5 %

UF 21

Menghormati pekerjaan dan dan upaya orang tua

F 38,4 10 %

UF 34,9

Menetapkan batasan yang tegas F 24 7,5 %

UF 13,2

2 Pengasuhan otoritatif

Mandorong anak untuk mandiri F 12 7,5 %

UF 27,3

Menetapkan batasan dan kendali F 5,36 10 %

UF 32,6


(45)

9

penyayang

UF 30

3 Pengasuhan mengabaikan

Orang tua tidak terlibat dalam kehidupan anak

F 28,16 7,5 %

UF ,20

Anak kurang memiliki kemampuan social

F 25 7,5 %

UF 23,26

Memiliki pengendalian diri yang buruk dan tidak mandiri

F 18 5 %

UF 40

Anak memiliki harga diri yang rendah

F 31 5 %

UF 39

Anak menjadi kurang dewasa dan terasingkan

F 22 5 %

UF 19

4. Pola asuh menuruti Membiarkan anak melakukan yang ia inginkan

F 35 7,5 %


(46)

10

Orang tua menuruti semua keinginan anak

F 37 5 %

UF 15

Jumlah

40 100 %

Sistem penilaian pada Skala pola asuh orang tua untuk item favourable

adalah SS= 4, S= 3, TS= 2 dan STS= 1,sedangkan pada aitem unfavourable

diberlakukan sebaliknya SS= 1, S= 2, TS= 3 dan STS= 4. Semakin tinggi skor yang diperoleh dalam pola asuh orang tua berarti semakin besar pula pengaruh pola asuh orang tua terhadap kepercayaan diri remaja, sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh, maka pengaruh pola asuh orang tua semakin rendah.

D.Validitas dan Reliabilitas Data

Sebelum melakukan pengujian hipotesis dalam penelitian ini perlu dilakukan pengujian instrumen yaitu pengujian validitas dan reliabilitas. Menurut Sugiyono (2010) menyatakan item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi pula menunjukan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Apabila nilai korelasi diatas 0,3 maka dikatakan item tersebut memberikan tingkat kevalidan yang cukup, sebaliknya apabila nilai korelasi dibawah 0,3 maka dikatakan item tersebut kurang valid.


(47)

11

Pengujian hipotesis ini dilakukan di MA Al-Furqon kelas X yang bertempat di daerah Asemjaran Banyuates Sampang. Pengambilan sampel sebanyak 30 secara acak. Ditemukan item dengan variabel pola asuh orang tua yang tersaring sebanyak 31 dari 40 item. Sedangkan variabel kepercayaan diri yang tersaring sebanyak 31 dari 50 item.

a. Hasil uji validitas

Salah satu persoalan yang penting dalam suatupenelitian adalah perlunya dilakukan pengetesanapakah suatu alat instrumen (alat ukur) dalampengambilan data untuk penelitian itu valid dan reliable.Sebelum instrumen itu digunakan, maka terlebihdahulu harus dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

Tabel 4.7

Rangkuman Hasil Uji Validitas Variabel Jumlah

item semula

Jumlah item tidak valid

No item tidak valid Jumlah item

Kepercayaan diri

50 19 3,10,13,15,16,18,1 9,21,22,24,28,30,3 4,38,39,42,45,46,4

9

30


(48)

12

orang tua 1,32,39

Berdasarkan tabel 4.7 di atas, lihat (Lampiran 1 dan 2) dapat dijelaskan bahwa varibel pola asuh memiliki jumlah butir item sebanyak 40, namun setelah dilakukan pengujian validitas item yang tersaring menjadi 31 dan yang 9 lainnya dinyatakan gugur atau tidak valid. kemudian variabel kepercayaan diri yang semula berjumlah 50 butir, setelah dilakukan penghitungan jumlah butir itemnya menjadi 31 sedangkan yang 19 butir lainya dinyatakan tidak valid atau gugur.

b. Hasil uji reliabilitas

Tabel : 4.8

Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Koefesien

alpha

cronbach

Status Tingkat keandalan

Pola asuh orang tua .922 Reliable Sangat Tinggi Kepercayaan diri .941 Reliable Sangat Tinggi

Berdasarkan pada tabel 4.8.nilaiKoefesien alpha cronbachdi atas,karena nilai yang di peroleh berada di atas 0.90 maka relibilitas variabel-variabel tersebut berada pada kategori sangat Tinggi. Karena berada pada ketegori sangat tinggi maka item-item tersebut dinyatakan layak untuk dilakukan pada uji selanjutnya.


(49)

13

E.Analisis Data

Analisa data penelitian menggunakan Analisis Korelasi Product Moment yang merupakan salah satu analisis korelasi dengan menggunakan SPSS 16 (Abdul Mukhid, 2010: 95).Ada beberapa hal yang harus dipenuhi apabila mengunakan teknik korelasi Product Moment yaitu data berupa data interval atau rasio serta berdistribusi normal.Oleh karena itu sebelum melakukan analisa data maka perlu melakukan tiga uji asumsi yaitu uji normalitas, linearitas dan homogenitas dengan metode Kolmogorov Smirnov (SPSS 16).


(50)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Profilsekolah

NPSN : 20568411

NamaSekolah : SMA Dzannurain

Akreditasi : B

AlamatSekolah : Jl. KH. Abdurrahman Wahid

Desa : Asemjaran

Kecamatan : Banyuates

Kabupaten : Sampang

Provinsi : JawaTimur

Status Sekolah : Swasta JenjengPendidikan : SMA

NomerTelepon : (031) 71177981

Email : sma_dzannurain@yahoo.com

B. Deskripsi Subyek

Penelitian ini dilakukan di SMA Dzannurain Banyuates Sampang yang terletak di pulai Madura. subjek dalam penelitian ini merupakan remaja berusia 15-18 tahun. Proses penyebaran dilakukan dua kali, Subjek dari penelitian ini adalah siswa dari kelas X SMA Dzannurain Banyuates Sampang angkatan 2014/2015. Penyebaran angket dilakukan pada hari selasa tanggal 28 Juli 2015. Untuk penyebaran angket yaitu pola asuh orang tua dan kepercayaan diri pukul


(51)

Banyuates Sampang. Kemudian diambil sampel secara acak dengan jumlah 60 sampel yang akan diteliti dengan penyebaran angket skala pola asuh orang tua 30 aitem dan angket kepercayaan diri dengan 30 aitem.

C. Data PengujianHipotesis

1. Hasil uji reliabilitas

a. RangkumanHasilUjiReliabilitas

Instrumen Koefesien alpha cronbach Status Tingkat keandalan Polaasuh orang tua .941 Reliable SangatTinggi

Kepercayaandiri .756 Reliable SangatTinggi

Berdasarkan pada tabel 4.8.nilai Koefesien alpha cronbach di atas,karena nilai yang di peroleh berada di atas 0.70 maka relibilitas variabel-variabel tersebut berada pada kategori sangat tinggi. Karena berada pada ketegori sangat tinggi maka item-item tersebut dinyatakan layak untuk dilakukan pada uji selanjutnya.


(52)

2. Hasil uji hipotesis

Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu analis variable variable penelitian di analisis. Analisis yang digunakan yakni uji diagnostic atau uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada tikdaknya pelanggaran asumsi klasik pada penelitian yang menggunakan dua atau lebih variable independen. Uji asumsi klasik meliputi uji normalitas, uji linearitas

a. Uji Asumsi

Pengujian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Analisis kruskal willis. Sebelum dilakukan perhitungan dengan metode analisis kruskal willis , perlu dilakukan uji asumsi berupa uji normalitas dan uji linearitas sebagai syarat dalam penggunaan analisis kruskal willis.

b. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat penyimpangan frekuensi observasi distribusi gejala yang diteliti dari frekuensi teori tikkurva normal, atau dengan kata lain untuk mengetahui normal tidaknya sebaran skor variable kepercayaan diri dengan pola asuh orang tua. Uji normalitas sebaran data penelitian menggunakan teknik Kolmogrov – Smirnov Goodness of Fit Test. Suatu sebaran dikatakan normal apabila skor P lebih besardari 0,05. Sebaliknya, suatu sebaran dikatakan tidak normal apabila skor P lebih kecil dari 0,05. Uji normalitas sebaran ini menggunakan bantuan program komputer Statistical Package For Science (SPSS) .Hasil selengkapanya dapat di lihat pada tabel 4.2 berikut:


(53)

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

.117 30 .200* .969 30 .510

2. Hasil uji tes normalitas pola asuh orang tua

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

.104 200 .000* .931 30 .000

a. Hasil uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan teknik uji Kolmogrov Sminov maka hasilnya adalah sebagai berikut :

b. Jika nilai signifikan< 0,05, maka distribusi adalah tidak normal. c. Jika nilai signifikan> 0,05, maka distribusi adalah normal

Dapat disimpulkan bahwa uji normalas dalam penelitian ini dengan menggunakan kolmogrov smirnova memiliki signifikan 0,00 < 0.05 maka hal ini menunjukkan bahwa sebaran data tersebut berdistribusi tidak normal.


(54)

3. Hasil uji linieritas

ANOVA Table

Sum of

Squares df Mean

Square F Sig. pola asuh *

kepercayaan diri

Between Groups

(Combined) 12943.200 22 588.327 24.514 .000 Linearity 10792.665 1 10792.665 449.694 .000 Deviation from

Linearity

2150.535 21 102.406 4.267 .028

Within Groups 168.000 7 24.000

Total 13111.200 29

Penghitungan uji linieritas yang terdapat di output di atas diketahui bahwa nilai signifikansi (P Value sig) pada baris deviation from linearity sebesar 0,028, karena signifikansinya lebih besar dari 0,005 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan linear secara signifikan antara pola asuh dengan kepercayaan diri.


(55)

4. Pengujian Hipotesis komparasi non parametrik

Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis kruskal willis untuk mengetahui perbedaan tingkat kepercayaan diri ditinjau dari pola asuh orang tua. Hasil dari analisis Kruskal Willis menunjukkan perbedaan tingkat kepercayaan diri ditinjau dari pola asuh orang tua. Berikut keterangannya:

D. Karakteristik PolaAsuh Orang Tua

PolaAsuh Orang Tua Jumlah Persentase

Otoritarian 11 18%

Otoritatif 16 26%

Mengabaikan 7 11%

Menuruti 26 43%

Jumlah 60 98%

Dapat dilihat pada table karakteristik pola asuh orang tua di atas, bahwa pola asuh orang tua otoritarian dapat dikategorisasikan sebanyak 11siswa dengan persentase 18%, pola asuh orang tua otoritatif dikategorikan sebanyak 16 siswa dengan persentase 26%, pola asuh orang tua mengabaikan dikategorikan sebanyak 7 siswa dengan persentase 11%, dan pola asuh orang tua menuruti dikategorikan sebanyak 26 siswa dengan persentase 49%.


(56)

E. Hasil Perbedaan Pola Asuh Orang Tua

otoritarian otoritatif Mengabaikan Menuruti

63,88 68,75 71,42 67,85

66,66 68,75 60,71 75

69,44 100 71,42 75

69,44 65,62 67,85 67,85

63,88 81,25 60,71 71,42

63,88 100 78,57 64,28

63,88 68,75 75 71,42

65,25 75 71,42

67,85 62,5 71,42

66,66 65,21 64,28

72,22 75 89,28

62,5 64,28

68,75 64,28

65,21 67,85

65,21 64,28

68,75 64,28

85,71

67,85

71,42

67,85

64,28

71,42

60,71

67,85

67,85


(57)

F. Uji Hipotesis komparasi

Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis komparasi kruskal wallis

yaitu untuk menguji tiga sampel atau lebiht idak berhubungan (independent) bila datanya berbentuk ordinal (Muhid, 2012).

Adapun hasil analisis uji hipotesis menggunakan program SPSS, sebagai berikut :

Kruskal-Wallis Test

Ranks

X N Mean Rank

y otoritarian 11 7.27 otoritatif 16 18.78 mengabaikan 7 31.57 menuruti 26 47.25 Total 60

Test Statisticsa,b

Y

Chi-Square 50.660

Df 3

Asymp.

Sig. .000


(58)

Pada tabel Mean Ranks, terlihat pada kolom data (N), masing-masing jumlah siswa berbeda-beda untuk tiap pola asuh, dengan jumlah keseluruhan sebanyak 60 siswa. Sedangkan yang memilih pola asuh otoritarian sebanyak 1 siswa dengan Mean Rank

sebesar 7,27, yang memilih pola asuh otoritatif sebanyak 16 siswa dengan Mean Rank

sebesar 18,78, yang memilih pola asuh mengabaikan sebayak 7 dengan Mean Rank

sebesar 31,57, dan yang memilih pola asuh menuruti sebanyak 26 siswa dengan Mean Rank sebesar 47,25. Berdasarkan mean rank tersebut maka tingkat kepercayaan diri dengan pola asuh orang tua menuruti yang paling tinggi, sedangkan tingkat kepercayaan diri dengan pola asuh orang tua mengabaikan yang paling rendah.

Hipotesis :

Berdasarkan data tersebut yang terdapat pada kolom Asymp.Sig. (2-tailed) sebesar 0,000. Kerena signifikansi lebih kecil dari pada 0,05 (0,000 < 0,05), artinya terdapat perbedaan kepercayaan diri ditinjau dari pola asuh otoritarian, otoritatif, mengabaikan dan menuruti.

Pembahasan

Kepercayaan diri merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia. Seseorang dapat mencapai sebuah keberhasilan yang diinginkan dengan sikap percaya diri yang tinggi. Sikap percaya diri pada individu merupakan salah satu bentuk mengaktualisasikan potensi yang ada dalam diri seseorang. Di dalam keluarga, orang tua yang berperan dalam mengasuh, membimbing dan membantu mengarahkan anak agar percaya diri dalam berbagai hal.

Ginder (dalam Djuwarijah, 2002) mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembentukan kepercayaan diri remaja, antara lain adalah interaksi di dalam keluarga,


(59)

sekolah dan masyarakat. Interaksi sidalam keluarga adalah salah satunya terwujud dalam bentuk proses pengasuhan yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya. Para ahli berkeyakinan bahwa kepercayaan diri sebagaimana harga diri bukanlah diperoleh secara instant, melainkan melalui proses yang berlangsung sejak usia dini dalam kehidupan bersama orang tua. Meski dunia pendidikan (sekolah) juga turut berperan dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih percaya diri, tetapi keluarga tetap merupakan pilar utama dan pertama dalam membentuk anak untuk percayadiri, karena segala pengetahuan dan kecerdasan intelektual serta ketrampilan diperoleh pertama kali dari orang tua.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kepercayaan diri ditinjau dari pola asuh (otoritatif, otoritaian, mnuruti dan mengabaikan) dengan kepercayaan diri remaja kelas X di SMA Dzannurain Banyuates Sampang. Berdasarkan hasil dari data penelitian yang telah digolongkan pada masing-masing pola asuh telah diketahui siswa yang memilih pola asuh otoritatif sebanyak 11 siswa, yang memilih pola asuh otoritarian sebanyak 16 siswa, yang memilih pola asuh menuruti sebanyak 7 siswa, dan yang memilih pola asuh mengabaikan sebanyak 26 siswa.

Sedangkan hasil dari komparasi kruskal wallis diperoleh hasil pola asuh otoritatif dengan skala kepercayaan diri dengan perbedaan sebesar 7,27, diperoleh hasil pola asuh otoritarian dengan skala kepercayaan diri koefisien korelasi sebesar 18,78, diperoleh hasil pola asuh menuruti dengan skala kepercayaan diri koefisien korelasi sebesar 31,57, diperoleh skala pola asuh mengabaikan dnegan skala kepercayaan diri koefisien korelasi sebesar 47,25. dapat disimpulkan bahwa signifikansi sebesar 0,000, karena signifikan silebih kecil daripada 0,05 (0,000 < 0,05), artinya terdapat perbedaan kepercayaan diri dengan pola asuh orang tua otoritarian, pola asuh otoritatif, pola asuh mengabaikan, dan pola asuh menuruti.


(60)

48

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data Kruskal-Wallis Test ada perbedaan kepercayaan diri dengan pola asuh (otoritatif, otoritaian, mnuruti dan mengabaikan) dengan kepercayaan diri remaja kelas X di SMA Dzannurain Banyuates Sampang. Berdasarkan hasil dari data penelitian yang telah digolongkan pada masing-masing pola asuh telah diketahui siswa yang memilih pola asuh otoritatif sebanyak 11 siswa, yang memilih pola asuh otoritarian sebanyak 16 siswa, yang memilih pola asuh menuruti sebanyak 7 siswa, dan yang memilih pola asuh mengabaikan sebanyak 26 siswa.

B. Saran

Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini banyak kekurangan namun dalam hal tersebut peneliti jadikan pelajaran dan bagi peneliti selanjutnya yang membahas atau meneliti dalam tema yang sama. Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, maka ada beberapa saran yang sekiranya dapat bermanfaat yang dapat peneliti berikan adalah:


(61)

49

Bagi guru diharapkan memberikan bimbingan atau arahan yang sangat baik terhadapsiswasehingga dapat menumbuhkan rasa percaya diri yang tinggi padasiswa, agar mampu melakukan tugas sesuai dengan kemampuannya. 2. Bagi orang tua

Bagi orang tua diharapkan memberikan perhatian dankasihsayangyang lebih pada anak dan memberikan didikan serta melatih anak agar dapat menumbuhkan rasa percayadiiryang tinggi.sehingga anak mampu menyelesaikan tugas dengan baik tanpa menyontoh pada temannya.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Bagipeneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini dengan memperhatikan faktor lain yang dapat mempengaruhi kepercayaan diri sehingga dapat bermanfaat terhadap peneliti selanjutnya. Faktor lain yang dapat diambil sebagai variabel yang dapat dijadikan acuan untuk peneliti berikutnya.


(62)

61

DAFTAR PUSTAKA

Karyo, 2013.Hubungan PolaAsuh Orang Tua Dengan Kepercayaan Diri Pada Remaja (Usia 15-17) Tahun Siswa Kelas Xi Di SMA PGRI 3 Tuban. Jurnal Psikologi, Volume 37.

Nathania, Jehosua, Henry, 2015. Hubungan polaasuh orang tua dengan kepercayaan diripadasiswa SMP Kristen Ranotongkor Kabupaten Minahasa.Jurnal e-Biomedik (eBm),Volume 3, Nomor 1.

Ade Riza Rahmawati, 2010. Korelasi Antara Dukungan Sosial Orang Tuadan Self Directed Learning PadaSiswa SMA.JurnalPsikologi, Volume 37, No.2.

Aisyah, Siti, 2010. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Tingkat Agresivitas Anak. Jurnal MEDTEK. Vol: 2, No: 1.

Sri, Made, danGede, 2014. HubunganPolaAsuh Orang Tua Terhadap Kemandirian Belajar Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Sukasada Tahun Pelajaran 2013/2014.Jurnal Bimbingan Konseling, Volume 2, NO.1.

Layly, Ervi, dan Darmawanti, Ira, 2012.Perbedaan Kepercayaan Diri Remaja Akhir Ditinjau Dari Persepsi Terhadap PolaAsuh Orang Tua.Program Studi Psikologi, FIP, Unesa. email :ervi_putri92@yahoo.co.id/ FIP, Unesa. email :ira.darmawanti@gmail.com

Santrock, John W, 2007. Perkembangan Anak, edisi kesembilan jilid 2. Erlangga,11 April 2001.

Santrock, John W, 2009. Psikologi Pendidikan (Educational Pschychology), edisi ketiga jilid 1. Salemba Humanika, 2009.

Dessy R P, Aninda, 2010. Hubungan antara kecenderungan Pola Asuh Demokratis Ayah dengan Kepercayaan Diri Pada Remaja. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2010.

Rohmiyti Anas dan Idrus, Muhammad, 2008.Hubungan PolaAsuh Orang Tua dengan Kepercayaan Diri Remaja Etnis Jawa.muhammadidrus@fiai.uii.ac.id

MuhidAbdul, 2012. Analisi sStatistik, 5 langkah praktis analisis statistic dengan SPSS for winsows. Zifatama Publishing, Oktober 2012.

Dimas Saputro, N danNi’mah Suseno1, Miftahuddin. 2007. Hubungan antarake percayaan diri dengan employability pada mahasiswa. Jurnal Psikologi danI lmu Sosial Budaya. Febriyanto Bayu, Eka Herani,Supriyono Yoyon, 2010. Hubungan kepercayaan diri dengan

kemampuan hubungan interpersonal pada anggota UB ( Universitas Brawijaya )


(63)

62

Fatchurahman M, PratikoHerlan, 2012. Kepercayaan Diri, Kematangan Emosi, Pola Asuh Orang Tua Demokratis dan Kenakalan Remaja. Jurnal Psikologi Indonesia. Vol. 1, No. 2, hal 77-87

Arikunto, Suharsani (2002), Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Rev. ed. V. Jakarta. Rineka cipta


(64)

94

LAMPIRAN 10: HASIL UJI RELIABILITAS VARIABEL KEPERCAYAAN DIRI

Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items

.922 30

SSSS

Item-Total Statistics Scale Mean if Item

Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

Aiem1 91.4000 267.766 .311 .921

Aitem2 91.7667 254.599 .506 .919

Aitem3 92.0333 255.895 .437 .921

Aitem4 91.4000 267.766 .311 .921

Aitem5 91.7667 254.599 .506 .919

Aitem6 91.6667 262.368 .457 .920

Aitem7 91.6333 262.999 .312 .923

Aitem8 91.5000 262.052 .492 .919

Aitem9 91.4000 267.766 .311 .921

Aitem10 91.7667 254.599 .506 .919

Aitem11 91.4000 267.766 .311 .921

Aitem12 91.4000 258.938 .724 .917

Aitem13 91.4000 258.938 .724 .917

Aitem14 91.5333 253.223 .653 .917

Aitem15 91.4000 258.938 .724 .917

Aitem16 91.4000 258.938 .724 .917

Aitem17 91.4000 258.938 .724 .917

Aitem18 91.5667 251.426 .716 .916

Aitem19 91.4000 258.938 .724 .917

Aitem20 91.4000 258.938 .724 .917

Aitem21 91.5667 251.426 .716 .916

Aitem22 91.4000 258.938 .724 .917

Aitem23 91.5667 251.426 .716 .916

Aitem24 91.3667 260.723 .640 .918

Aitem25 91.4000 258.938 .724 .917


(65)

95

Aitem27 91.7667 254.599 .506 .919

Aitem28 92.0333 255.895 .437 .921

Aitem29 91.6621 260.922 .368 .922

Aitem30 91.7200 269.269 .726 .924

ANOVA with Tukey's Test for Nonadditivity

Sum of Squares df Mean Square F Sig

Between People 267.743 29 9.233

Within People Between Items 35.677 29 1.230 1.698 .013

Residual Nonadditivity 4.354a 1 4.354 6.043 .014

Balance 605.136 840 .720

Total 609.490 841 .725

Total 645.167 870 .742

Total 912.910 899 1.015

Grand Mean = 3.1567


(66)

96

LAMPIRAN 11: HASIL UJI NORMALITAS

NPar Tests

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Pola asuh 30 1.1997E2 22.94143 69.00 153.00

kepercayaan diri 30 1.5460E2 18.59663 110.00 186.00

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Pola asuh kepercayaan diri

N 30 30

Normal Parametersa Mean 119.9667 154.6000

Std. Deviation 22.94143 18.59663

Most Extreme Differences Absolute .130 .122

Positive .075 .065

Negative -.130 -.122

Kolmogorov-Smirnov Z .710 .668

Asymp. Sig. (2-tailed) .694 .764


(67)

97

LAMPIRAN 12: HASIL UJI LINEARITAS

ANOVA Table

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

pola asuh * kepercayaan diri

Between Groups

(Combined) 12943.200 22 588.327 24.514 .000

Linearity 10792.665 1 10792.665 449.694 .000

Deviation from

Linearity 2150.535 21 102.406 4.267 .028

Within Groups 168.000 7 24.000


(68)

98

HASIL PERBEDAAN POLA ASUH ORANG TUA 1. Pola asuh otoritarian


(69)

99


(70)

100


(71)

101


(72)

102

HASIL SKORING PERBEDAAN POLA ASUH ORANG TUA \\


(1)

97

LAMPIRAN 12: HASIL UJI LINEARITAS

ANOVA Table

Sum of Squares df

Mean

Square F Sig.

pola asuh * kepercayaan diri

Between Groups

(Combined) 12943.200 22 588.327 24.514 .000 Linearity 10792.665 1 10792.665 449.694 .000 Deviation from

Linearity 2150.535 21 102.406 4.267 .028

Within Groups 168.000 7 24.000


(2)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

98

HASIL PERBEDAAN POLA ASUH ORANG TUA

1.

Pola asuh otoritarian


(3)

99


(4)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

100


(5)

101


(6)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

102

HASIL SKORING PERBEDAAN POLA ASUH ORANG TUA

\\