BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik FKG USU tentang Standard Precautions pada Pasien HIV, Hepatitis B, Hepatitis C dan TBC pada Tahun 2015

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang paripurna. Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif dan preventif selain kuratif serta rehabilitatif. Upaya promotif dan preventif di rumah sakit harus mencakup bidang penyakit menular (PM), termasuk kontrol infeksi dan penyakit tidak menular (PTM), patient safety, pencegahan infeksi yang menetap, peningkatan akses masyarakat pada pelayanan kesehatan yang bermutu, penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan mewujudkan lingkungan yang bersih, sehat dan asri. Menjaga kontrol infeksi merupakan aspek yang penting dalam praktek kedokteran dan kedokteran gigi. Termasuk aspek di dalamnya menjaga kesehatan dari praktisi dokter, dokter gigi, staf yang terkait dan pasien tersebut

  1 sendiri.

  Prosedur penatalaksanaan kontrol infeksi silang yang umum digunakan adalah

  standard precautions berdasarkan aturan yang di keluarkan oleh CDC (Centre for Disease Control and Prevention). Penatalaksanaan yang wajib dilakukan melibatkan

  kontak dengan darah, semua cairan tubuh, sekresi, eksresi (kecuali keringat), kulit dengan luka terbuka dan mukosa. Dalam praktek kedokteran gigi, standard

  precautions meliputi enam bagian penting yaitu: evaluasi pasien, perlindungan diri,

  pemprosesan sterilisasi instrumen, tindakan asepsis dan desinfeksi permukaan, penggunaan alat sekali pakai dan pembuangan sampah medis. Disertai dengan beberapa tindakan khusus untuk penyakit TBC seperti penggunaan masker N95 dan

  2 isolasi ruangan, serta melakukan tindakan imunisasi untuk hepatitis B.

  Standard precautions adalah suatu tindakan pencegahan penyebaran penyakit

  atau infeksi silang dengan cara infeksi kontrol dan perlindungan diri oleh praktisi kesehatan dan pasien yang biasanya menyebar melalui darah ataupun cairan tubuh dan dari udara. Pencegahan infeksi silang yang paling utama adalah meminimalkan penularan penyakit tanpa memperdulikan status infeksi. Infeksi silang yang sering terjadi di dalam perawatan gigi adalah HIV, hepatitis B, hepatitis C dan TBC. Untuk itu, para tenaga kerja kesehatan harus menguasai standard precautions untuk menghindari dirinya tertular oleh penyakit infeksi dan juga mencegah penyakit

  3 tersebut menular dari pasien ke pasien yang lain.

  Penelitian yang dilakukan oleh Askarian dan Assadian pada tahun 2009 untuk menilai tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap standard precautions dikalangan dokter gigi dan mahasiswa kepaniteraan klinik, menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan dan sikap responden memuaskan, tetapi perilaku mereka tidak mencapai tahap yang diharapkan. Ini berarti walaupun pengetahuan responden baik tetapi tidak berpengaruh terhadap perilaku responden. Hal ini terjadi karena

  2 kurangnya kesadaran terhadap kontrol infeksi dari infeksi silang.

  Penelitian yang dilakukan oleh Navissha tahun 2011 tentang pengetahuan, sikap dan perilaku mahasiswa kepaniteraan klinik terhadap standard precautions di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan FKG USU Medan didapatkan hasil sebanyak 48,75% mahasiswa berpengetahuan cukup, sedangkan sikap mahasiswa tergolong baik 55% dan perilaku mahasiswa cukup sebanyak 46,25%. Hal ini mungkin disebabkan kurangnya pengetahuan mahasiswa mengenai pentingnya

  2 mengetahui standard precaution.

  Profesi dokter gigi menjadi profesi yang sangat rentan terkena infeksi. Karena profesi dokter gigi berhubungan dengan darah, cairan tubuh (saliva) yang dapat masuk ke mata, hidung dan mulut dan juga melalui permukaan kulit yang terbuka karena luka lecet dan luka tusuk yang dapat terjadi karena ujung jarum suntik dan dari benda tajam yang merupakan cara penyebaran penyakit yang terinfeksi. Di Indonesia, pada tahun 2012 telah di temukan tiga penderita HIV positif yang

  4 berprofesi sebagai dokter gigi. Virus HIV ini ditularkan oleh pasien mereka sendiri.

  Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan dan kepedulian praktisi kesehatan dalam hal ini dokter gigi tentang standard precautions. Fenomena ini seperti gunung es, masih banyak kasus-kasus yang belum terungkap. Untuk itu tenaga kesehatan harus terampil dalam memberikan pelayan kesehatan dan juga harus mengetahui cara

  4 memproteksi diri agar tidak terinfeksi.

  Di dunia, penyakit HIV merupakan penyakit ke-6 tertinggi yang menyebabkan kematian. Pada akhir tahun 2010, terdapat lebih dari 2,7 juta orang yang baru terinfeksi HIV di dunia dan penderita HIV yang meninggal dunia sebanyak 1,5 juta orang. Pada tahun 2014, diperkirakan lebih dari setengah juta orang di Indonesia akan positif HIV. Pada tahun 2011 di Sumatera Utara, penderita HIV diperkirakan sebanyak 900.000 orang, dengan populasi penderita HIV terbanyak di

  5,6 Papua.

  Data RISKESDAS tahun 2007 menunjukkan bahwa hepatitis B telah menginfeksi 2 milyar orang di dunia, lebih dari 350 juta orang diantaranya merupakan pengidap virus hepatitis B kronis, 150 juta penderita hepatitis C kronis, 350 ribu diantaranya meninggal karena hepatitis C setiap tahunnya, antara 850.000 - 1,05 juta penduduk di dunia meninggal dunia setiap tahun yang disebabkan oleh infeksi hepatitis B dan C. Negara Indonesia tergolong negara dengan penderita hepatitis terbesar nomor 2 di antara negara-negara WHO SEAR (South East Asian

  Region ) di bawah Myanmar. Diperkirakan 9 diantara 100 orang Indonesia terinfeksi

  Hepatitis B. Estimasi penderita Hepatitis B dan C diperkirakan 25 juta, 50 persennya (12.500.000) diperkirakan akan menderita penyakit hati kronik, dan 10 persennya

  7 menjadi liver fibrosis dan kemudian akan berlanjut menjadi kanker hati (1,25 juta).

  Data WHO menunjukkan penyakit TBC (tuberkulosis) di dunia sangat banyak. Penderita TBC yang meninggal dunia sebanyak 2 juta orang dan menjadi penyakit ke-7 terbanyak yang menyebabkan kematian di dunia. Virus ini disebarkan oleh dahak penderita melalui udara (droplets). Penderita TBC di Indonesia sangat banyak. Epidemi TB di Indonesia pada tahun 2002 sebanyak 555.000 kasus (256.000 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya kasus baru. Pada survei yang dilakukan pada tahun 2004, terdapat peningkatan yang signifikan dari data tahun 1997-2004 dan peningkatan yang paling tinggi terjadi pada tahun 2001 dimana dari 43 menjadi 81 per 100.000 penduduk. Walaupun beberapa indikator Millenium

  Development Goals (MDGs) tentang TB sudah tercapai oleh pemerintah Indonesia, masalah TB yang ada di Indonesia masih sangat besar. Karena setiap tahunnya terdapat 450.000 kasus baru dan angka kematian yang cukup tinggi yaitu sebanyak

  8 64.000 per tahun atau 175 orang per hari.

  Sebenarnya, tidak ada perlakuan khusus standard precautions untuk penderita HIV, hepatitis B, hepatitis C dan TBC. Namun karena besarnya risiko penularan dan bahayanya penyakit HIV, hepatitis B, hepatitis C dan TBC bagi pekerja kesehatan, pada tahun 2003 CDC mengeluarkan anjuran khusus tindakan standard precautions pada penderita HIV, hepatitis B, hepatitis C dan TBC yaitu dengan melakukan tindakan vaksinasi hepatitis B dan menggunakan alat perlindungan diri seperti masker, sarung tangan, kacamata dan gaun. Serta berhati-hati dalam melakukan perawatan yang menggunakan benda tajam dan melakukan tindakan isolasi ruangan

  9 untuk pasien yang menderita TBC.

  Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik di departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial, Konservasi, Pedodonsia dan Periodonsia FKG USU terhadap penyakit HIV, hepatitis B, hepatitis C dan TBC serta prosedur standard precautions pada pasien penderita HIV, hepatitis B, hepatitis C dan TBC yang berisiko tinggi menularkan penyakitnya. Departemen tersebut dipilih karena mewakili perawatan gigi yang mempunyai risiko tinggi terpapar dengan penyakit HIV, hepatitis B, hepatitis C dan TBC.

1.2 Rumusan Masalah

  Bagaimana tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan rumah sakit gigi dan mulut pendidikan FKG USU terhadap penatalaksanaan prosedur standard

  precautions pada pasien yang berisiko tinggi menularkan penyakit HIV, hepatitis B,

  hepatitis C dan TBC ?

1.3 Tujuan Penelitian

  1.3.1 Tujuan Umum

  Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan rumah sakit gigi dan mulut pendidikan FKG USU tentang pengetahuan dan penerapan standard

  precautions .

  1.3.2 Tujuan Khusus

  1. Mengetahui distribusi pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik FKG USU terhadap standard precautions pada pasien yang berisiko tinggi menularkan penyakit HIV, hepatitis B, hepatitis C dan TBC.

  2. Mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik FKG USU tentang pengetahuan standard precautions pada pasien yang berisiko tinggi menularkan penyakit HIV, hepatitis B, hepatitis C dan TBC.

1.4 Manfaat Penelitian

  1. Untuk mahasiswa: meningkatkan kompetensi keilmuan dan menambah wawasan tentang standard precautions.

  2. Untuk penelitian selanjutnya: menyediakan data untuk penelitian lanjutan yang berhubungan dengan standard precautions.

  3. Untuk peneliti: hasil penelitian ini akan memperdalam pengetahuan peneliti tentang pengetahuan dan tindakan standard precautions.

  4. Untuk Rumah Sakit: menambah informasi tentang prosedur standard precautions dan meningkatkan standard operasional prosedur di Rumah Sakit.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Vulva Hygiene terhadap pH Organ Genitalia Internal pada Siswi SMAN 1 Tiga Panah Kabupaten Karo Tahun 2013

0 1 18

d) Penyuluhan e) Lampiran 1 - Perilaku Kader dalam Pemantauan Pertumbuhan Balita di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung

0 0 26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Balita - Perilaku Kader dalam Pemantauan Pertumbuhan Balita di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung

0 0 21

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Perilaku Kader dalam Pemantauan Pertumbuhan Balita di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung

0 1 8

Pemeriksaan Boraks Pada Bakso yang Dijual Pedagang Kaki Lima dan Warung Bakso di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2014

0 0 27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Makanan - Pemeriksaan Boraks Pada Bakso yang Dijual Pedagang Kaki Lima dan Warung Bakso di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2014

0 1 32

Pemeriksaan Boraks Pada Bakso yang Dijual Pedagang Kaki Lima dan Warung Bakso di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2014

0 0 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI BEALAJAR BAHASA MANDARIN 1. Definisi Motivasi Belajar - Gambaran Motivasi Belajar Bahasa Mandarin Siswa SMA Methodist 2 Medan

0 0 20

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG - Gambaran Motivasi Belajar Bahasa Mandarin Siswa SMA Methodist 2 Medan

1 0 11

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Infeksi - Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik FKG USU tentang Standard Precautions pada Pasien HIV, Hepatitis B, Hepatitis C dan TBC pada Tahun 2015

0 1 22