BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Infeksi - Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik FKG USU tentang Standard Precautions pada Pasien HIV, Hepatitis B, Hepatitis C dan TBC pada Tahun 2015

  6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Infeksi

  Penyakit infeksi adalah penyakit yang nyata secara klinik yaitu tanda-tanda dan gejala-gejala medis karakteristik penyakit yang terjadi akibat dari infeksi, keberadaan dan pertumbuhan agen biologik patogenik pada organisme host individu. Dalam hal tertentu, penyakit infeksi dapat berlangsung sepanjang waktu. Patogen penginfeksi meliputi virus, bakteri, jamur, protozoa, parasit multi-seluler dan protein yang menyimpang yang dikenal sebagai virion. Patogen-patogen ini merupakan penyebab epidemi penyakit dalam artian bahwa tanpa patogen, tidak ada epidemi infeksi terjadi. Penularan patogen terjadi dengan berbagai cara yang meliputi kontak fisik, makanan yang terkontaminasi, cairan tubuh, benda, inhalasi yang ada di udara atau melalui organisme vektor. Penyakit infeksi yang sangat infektif ada kalanya disebut menular

  10,18,24 dan dapat dengan mudah ditularkan melalui kontak dengan orang yang sakit.

2.1.1 Human Immunodeficiency Virus

  Sebenarnya virus HIV sama seperti virus yang lain seperti virus flu, tetapi jika virus flu bisa disembuhkan dengan sistem imun tubuh, berbeda dengan virus HIV. Pada virus HIV, sistem imun tidak bisa menyingkirkannya. Maka virus HIV akan terus menetap di dalam tubuh penderita hingga meninggal. Virus HIV dapat hidup dan tinggal di dalam tubuh penderita dalam jangka waktu yang sangat lama. Virus HIV menyerang T-sel dan CD4 sel di dalam sistem imun tubuh, yang merupakan kunci penting dari sistem imun. Karena tugas T-sel dan CD4 sel adalah untuk melawan infeksi dan penyakit yang masuk kedalam tubuh dan menyerang sistem imun. Tetapi pada kasus HIV, T-sel dan CD4 sel lah yang diserang, dengan cara menduplikasi T-sel dan CD4 sel menjadi virus HIV lalu menghancurkan sistem imun tubuh. Jika CD4 sel sudah terlalu banyak hancur, sehingga sistem imun tubuh tidak bisa melawan virus HIV lagi, maka infeksi ini akan berlanjut menjadi AIDS, yang

  8

  2.1.3 Hepatitis C

  Virus hepatitis C menyerang organ hati. Hepatitis C dapat terjadi karena komplikasi dari hepatitis yang lain, cirrhosis, kanker hati dan transplantasi organ hati. Virus hepatitis C diklasifikasikan ke dalam famili Flaviviridae, diambil dari bahasa latin Flavus. Semua virus dari famili ini dapat membuat penyakit jaundice yaitu penyakit kuning. Virus hepatitis C tidak menghancurkan sel hepatosit dari organ hati. Tetapi seperti penyakit periodontitis, kerusakan yang ditimbulkan oleh virus hepatitis

  12,20,22,26 C adalah peradangan akibat dari reaksi sistem imun tubuh yang diserangnya.

  2.1.4 Tuberkulosis

  Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium

  tuberculosis. Bakteri ini biasanya menyerang paru-paru, tetapi pada kasus tertentu

  dapat juga menyerang organ tubuh lain seperti ginjal, tulang dan otak. Tidak semua orang yang tertular bakteri ini akan menjadi sakit tuberkulosis. Ketika seseorang tertular, jika sistem imun mereka kuat maka sistem imunnya akan menahan pertumbuhan bakteri ini di dalam tubuh. Hal ini disebut dengan TB laten. Penderita TB laten tidak akan mengalami sakit ataupun gejala yang lain dan penderita ini juga tidak dapat menularkan penyakit TB ke orang lain. Tetapi jika sistem imun di dalam tubuh menjadi lemah karena sesuatu hal sehingga bakteri TB di dalam tubuhnya menjadi aktif, maka orang tersebut akan sakit dan menderita penyakit TB. Pada beberapa kasus, banyak orang yang tidak menyadari bahwa mereka telah tertular bakteri TB, karena sistem imun mereka dapat menahan pertumbuhan dari bakteri ini sehingga mereka tidak akan merasakan sakit sama sekali. Oleh karena itu, bagi orang dengan sistem imun yang lemah seperti penderita HIV, orang yang sudah tertular bakteri ini dalam kurun waktu 2 tahun atau lebih, mempunyai penyakit sistemik, pecandu alkohol atau orang dengan kondisi imun tubuh yang sulit dalam melawan bakteri ini kemungkinan tertular dan menderita TB jauh lebih tinggi dari pada orang

  13,21 lain dengan sistem imun normal.

  14

2.1.6.4 Penyebaran TBC

  Penyakit tuberkulosis menyebar melalui udara (droplet). Ketika penderita tuberkulosis batuk, bersin, berbicara ataupun bernyanyi udara yang keluar dari mulut akan mengandung mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini dapat juga menyebar dari aerosol atau cipratan saliva dari mulut karena perawatan dokter gigi. Hal ini akan menyebabkan orang sekitar yang menghirup akan tertular tuberkulosis. Bakteri

  mycobacterium tuberculosis tidak menyebar melalui berpegangan tangan dan 13,17,21,25.

  berpelukan.

2.1.7 Gejala dan Tanda Klinis

2.1.7.1 Gejala dan Tanda Klinis HIV

  Pada awal gejala, setelah 2-4 minggu setelah tertular pasien akan merasakan gejala flu berat, gejala ini disebut dengan Acute Retroviral Syndrome (ARS) yang merupakan respon umum dari sistem imun terhadap virus HIV. Gejala flu berat yang sering terjadi pada tahap awal adalah demam, sakit tenggorokan, mudah lelah, sakit

  11 dan ngilu pada otot dan sendi-sendi dan sakit kepala.

  Setelah beberapa lama, pasien akan memasuki tahap klinis laten. Pada tahap ini pasien sama sekali tidak akan merasakan adanya gejala di dalam tubuhnya atau hanya gejala kecil yang dirasakan. Hal ini terjadi karena virus HIV akan berdiam di dalam tubuh dan sedikit menduplikasikan virusnya. Tetapi walaupun dalam fase laten, virus HIV tidak mati dan dapat juga menular. Fase ini dapat terjadi selama puluhan tahun,

  11 bahkan ada yang bisa lebih cepat.

  Pada fase terakhir, HIV akan berlanjut menjadi AIDS yang memiliki gejala penurunan berat tubuh secara signifikan, demam tinggi dan tidak sembuh, keringat yang banyak di malam hari, kelelahan yang parah dan tidak dapat dijelaskan secara pasti, pembengkakan kelenjar limfe (di ketiak, selangkangan atau leher), diare yang berlangsung lebih dari seminggu, luka pada (mulut, anus, dan alat kelamin), pneumonia, terdapat bercak berwarna (merah, coklat, merah muda atau keunguan di bawah kulit atau di dalam mulut, hidung atau kelopak mata), kehilangan memori, depresi dan gangguan neurologis lainnya (Gambar 9). Pada penderita HIV, terdapat

  17 Infeksi oleh VHC dapat diidentifikasi dengan memeriksa antibodi yang dibentuk tubuh terhadap VHC bila virus ini menginfeksi dan memeriksa partikel virus dengan pemeriksaan molekuler. Tidak seperti hepatitis B, pemeriksaan konvensional untuk mendeteksi antigen VHC tidak tersedia. Diagnosis infeksi VHC membutuhkan pemeriksaan baik antibodi (anti-VHC) maupun VHC RNA. Pemeriksaan ini ditandatai dengan peningkatan ALT dan durasinya karena berguna untuk mengetahui kadar virus dalam darah. Setelah paparan akut, VHC RNA biasanya terdeteksi dalam serum sebelum antibodi. VHC RNA dapat diidentifikasi paling cepat dua minggu setelah paparan, sedangkan anti-VHC biasanya tidak terdeteksi sebelum minggu ke 8 sampai 12. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah dengan pemeriksaan Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) dan

  Recombinant Immuno Blot Assay (RIBA). Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan

  adalah Polymerase Chain Reaction (PCR). Pemeriksaan ini mendeteksi sejumlah

  12,20 kecil zat genetik dari virus hepatitis C.

  Manifestasi oral pada penyakit hepatitis C, terdapat kemiripan seperti pada hepatitis B yaitu terdapat adanya bercak putih lichen planus, sindrom sjörgen, sialadenitis dan kanker mulut. Tetapi pada hepatitis C, mungkin terdapat faktor diabetes sendiri akibat komplikasi dari kerja organ hati yang sudah rusak. Pada penderita yang mengalami diabetes terdapat gejala dan tanda klinis khusus seperti meningkatnya penyakit periodontal, stomatitis, kandidiasis, cheliatis, leukoplakia dan

  12,14 karies gigi yang juga terdapat pada penderita hepatitis C.

2.1.7.4 Gejala dan Tanda Klinis TBC

  Penderita penyakit TB akan mengalami batuk parah yang disertai dengan darah dan dahak selama kurang lebih 3 minggu atau bahkan lebih. Penderita juga akan merasakan sakit di dada, sakit atau kelelahan, kehilangan berat badan, kurang nafsu

  13,25 makan, menggigil, demam dan berkeringat dingin di malam hari.

  Pada penderita tuberkulosis, jarang ditemukan adanya manifestasi di rongga mulutnya. Pada penelitian sebelumnya, hanya ditemukan kurang dari 1% penderita yang mengalami manifestasi di rongga mulutnya. Hal ini terjadi karena cairan saliva

  18 yang memiliki efek perlindungan. Hal ini menjelaskan terdapat sedikitnya lesi mulut pada penderita tuberkulosis. Walaupun di dalam rongga mulut penderita tuberkulosis terdapat banyak bakteri-bakteri yang ditemukan. Bakteri yang berada di dalam rongga mulut pada penderita tuberkulosis berasal dari dahak yang terinfeksi. Tuberkulosis rongga mulut dapat primer ataupun sekunder. Pada umumnya lesi tuberkulosis terletak di lidah, gingiva, dasar mulut, palatum, bibir dan mukosa bukal. Lesi di lidah

  13 dapat menyebabkan makroglosia dan memberi kesan glositis.

2.2Standard Precautions

2.2.1 Definisi

  Standard precautions adalah suatu prosedur kontrol infeksi atau infeksi silang

  dan tindakan pencegahan yang bertujuan untuk mencegah perpindahan penyakit melalui darah dan cairan tubuh untuk mencegah cedera dan juga penanganan yang tepat dari perawatan terhadap pasien dan juga dari permukaan yang terkontaminasi. Konsep dari standard precautions untuk kedokteraan gigi pertama sekali diperkenalkan pada tahun 1980-an. Prosedur standard precautions terdiri dari mencuci tangan, tindakan asepsis, desinfeksi, imunisasi, pembuangan limbah dan penggunaan alat perlindungan diri seperti penggunaan sarung tangan, kacamata,

  9 pelindung wajah (masker) dan pakaian pelindung.

  Pada tahun 1996, CDC (Centers for Disease Control and Prevention) memperluas konsep dan mengubah istilah standard precautions. CDC menambahkan prinsip universal di dalam standard precautions. Konsep universal dimaksudkan adalah tindakan precautions dilakukan ketika merawat semua pasien terlepas dari sejarah kesehatan mereka terdahulu, penyakit yang diderita pasien sekarang dan juga kemungkinan risiko penyakit yang mungkin ditularkan nantinya tanpa terkecuali. CDC merancang standard precautions untuk melindungi HCP (Health Care

  Professional ) dan pasien dari pathogen yang dapat menyebar oleh darah atau cairan

  tubuh lainnya, eksresi atau sekresi. HCP (Health Care Professional) adalah tenaga kesehatan yang terinfeksi dengan atau pekerjaannya yang dapat terpapar penyakit

  9,16 menular.

  Standard Precautions CDC

  1. Semua pasien

  2. Darah, cairan tubuh, sekresi dan eksresi Cuci tangan rutin sebelum dan sesudah melakukan

  Cuci tangan tindakan. Gunakan sabun dan cairan antiseptik.

  Gunakan sarung tangan steril pada saat melakukan Sarung tangan tindakan. Gunakan 1 sarung tangan untuk 1 pasien yang berbeda.

  Gunakan jas kerja yang bersih dan steril untuk melindungi Jas dokter/ Lab tubuh dan kulit dari darah dan cairan tubuh.

  Lakukan sterilisasi dan desinfeksi sebelum dan sesudah Peralatan tindakan pada alat yang digunakan.

  Perlakuan khusus Berhati-hati dalam memasang, menggunakan dan terhadap penularan membuang benda-benda tajam seperti jarum suntik dan infeksi darah pisau bedah.

  Gunakan ruangan khusus untuk pasien yang membutuhkan Penempatan pasien perlakuan khusus seperti pada pasien yang memiliki penyakit tuberkulosis.

  Masker, kacamata dan penutup wajah untuk melindungi mata, hidung dan mulut dari darah, zat tubuh, sekresi dan ekskresi.

  24 Perlakuan khusus dilakukan untuk menangani pasien yang menderita penyakit

  9,16,17,23

  HIV seperti:

  1. Cuci tangan dengan sabun. Dikombinasikan menggunakan bahan antiseptik perpaduan alkohol dengan betadine yang lebih efektif dalam membunuh virus dan bakteri.

  2. Menggunakan alat instrumen seperti sarung tangan, masker, penutup kepala, baju pelindung, jarum suntik dan skalpel sekali pakai.

  3. Kaca mata pelindung, masker N95, penutup kepala dan baju pelindung dipakai untuk melindungi kulit dari cipratan ludah dan darah.

  4. Menggunakan isolator karet (rubber dam) yang akan mengurangi jumlah bakteri bila digunakan semprotan air.

  5. Melindungi permukaan kerja.

  6. Meminimalisir penggunaan benda-benda tajam dalam melakukan perawatan.

  7. Berhati-hati dalam menggunakan benda tajam seperti skalpel, sonde dan jarum suntik. Untuk virus tuberkulosis, usahakan agar tidak menggunakan alat scaling ultra sonik untuk mengurangi aerosol atau cipratan yang terjadi dan penggunaan rubber dam dapat menjadi salah satu tindakan pencegahannya.

  9 CDC membagi tindakan pencegahan penyakit TBC menjadi 3 hal utama:

  1. Pencegahan administratif. Dengan melakukan tindakan edukasi kepada seluruh HCP dan staff yang berkepentingan tentang penyakit tuberkulosis dan cara penularannya. Pelatihan terhadap tindakan pencegahan penyebaran tuberkulosis.

  2. Pencegahan alat dan ruangan. Menggunakan sirkulasi udara yang baik pada tempat kerja dipercaya dapat mencegah penyebaran bakteri tuberkulosis. Gunakan jendela yang besar dan juga ventilasi udara di tempat yang tinggi sebagai sirkulasi udara. Gunakan juga sinar ultraviolet sebagai sterilisasi dan desinfektan alat untuk membunuh bakteri yang mungkin menetap di alat dan tempat kerja. Untuk membunuh virus tuberkulosis gunakan lampu sinar ultraviolet di tengah ruangan

  2

  sebesar 20nwatt/cm selama 15 menit ataupun lebih dengan luas ruangan sebesar 7,5 m X 5,5 m persegi. Ketinggian ruangan juga sangat berpengaruh. Semakin luas dan

  26

  3. Jika rongga mulut yang terkena, berkumur-kumur dengan air bersih.

  4. Konsultasi dengan dokter spesialis untuk memeriksakan kondisi tubuh dan lakukan test darah rutin. Menghindari paparan darah ataupun cairan tubuh, serta perlindungan dengan imunisasi, tetap merupakan strategi utama untuk mengurangi risiko infeksi yang diperoleh, tetapi pajanan masih dapat terjadi karena kecelakaan kerja yang terjadi. Kombinasi standard precautions, tekhnik kerja, praktek kerja dan kontrol administratif adalah cara terbaik untuk meminimalkan pajanan kerja. Kebijakan dan prosedur tertulis untuk memfasilitasi pelaporan yang cepat, evaluasi, konseling, pengobatan dan tindakan medis yang lebih lanjut dari semua pajanan kerja harus

  9,23 tersedia bagi semua praktisi kesehatan tanpa terkecuali.

2.3 Kerangka Teori

  Penyakit Infeksi :

  1. HIV

  2. Hepatitis B

  3. Hepatitis C

  4. TBC Risiko Infeksi Silang

  Dari Pasien ke Dokter Dari Dokter ke Pasien Dari Pasien ke Pasien Pencegahan Operator

  Standard Precautions

  Pengetahuan Keterampilan

  27

2.4 Kerangka Konsep

  Kontrol infeksi penyakit HIV, hepatitis B, hepatitis C dan TBC. Tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik FKG USU.