SISTEM PENGAWASAN USAHA NASABAH DENGAN PEMBIAYAAN MUDARABAH DI KJKS PILAR MANDIRI SURABAYA.
SKRIPSI
Oleh:
Tsaniyatul Karimah
NIM. C04210003
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Program Studi Ekonomi Syariah
Surabaya
(2)
SKRIPSI
Diajukan kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Strata Satu
Ilmu Ekonomi dan Bisnis Islam
Oleh TSANIYATUL KARIMAH NIM.
C04210003
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Program Studi Ekonomi Syariah Surabaya
(3)
(4)
(5)
(6)
bentuk usaha nasabah dengan pembiayaan mud{a>rabah di KJKS Pilar Mandiri Surabaya dan bagaimana sistem pengawasan usaha nasabah dengan pembiayaanmud}a>rabahdi KJKS Pilar Mandiri Surabaya.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan atau field research dengan menggunakan metode kualitatif, yakni penelitian yang berusaha untuk merumuskan pemecahan masalah berdasarkan data-data. Data-data tersebut dihimpun melalui teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data tersebut dengan menggunakan teknik deskriptif analisis. Hal itu bertujuan menggambarkan fakta atau menjelaskan data mengenai bentuk usaha nasabah dan sistem pengawasan KJKS Pilar Mandiri Surabaya yang diterapkan terhadap usaha nasabahnya dengan pembiayaanmud{a>rabah.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa bentuk usaha nasabah dengan pembiayaan mud{a>rabah di KJKS Pilar Mandiri Surabaya adalah bentuk Perusahaan Perseorangan, tepatnya berbentuk Usaha Dagang (UD) atau Perusahaan Dagang (PD). Hal ini dikarenakan KJKS hanya memberikan pembiayaan kepada usaha yang dimiliki oleh satu orang. Selain itu, sistem pengawasan yang digunakan KJKS Pilar Mandiri Surabaya untuk memantau nasabah pembiayaan mud{a>rabah adalah pengawasan langsung dan tidak langsung, yakni pengawasan langsung yang dilaksanakan sendiri oleh Manajer KJKS dan pengawasan tidak langsung yang dilaksanakan oleh utusan KJKS. Namun KJKS memiliki strategi khusus, yakni dengan rekening bersama yang selama ini terbukti efektif untuk memantau dan meminimalisasi kemungkinan penyimpangan keuangan usaha nasabah.
Dalam kesimpulan di atas, maka disarankan: Pertama,meningkatkan pengawasan guna mengantisipasi penyimpangan. Kedua, mempertahankan dan mengoptimalkan strategi khusus dalam pengawasan yang telah dimiliki.
(7)
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR TRANSLITERASI ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah... 10
C. Rumusan Masalah... 11
D. Kajian Pustaka ... 11
E. Tujuan Penelitian... 15
F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 15
G. Definisi Operasional ... 16
H. Metode Penelitian... 17
1. Jenis Penelitian ... 17
2. Lokasi Penelitian dan Alasan Pemilihan... 18
3. Data dan Sumber Data ... 18
4. Teknik Pengumpulan Data ... 21
5. Teknik Pengolahan Data ... 22
6. Teknik Analisis Data ... 23
(8)
1. Pengertian Pengawasan ... 26
2. Tahapan-tahapan Pengawasan ... 30
3. Tipe-tipe Pengawasan ... 33
4. Metode Pengawasan ... 35
5. Teknik Pengawasan ... 37
6. Manfaat Pengawasan ... 41
B. Pembiayaan Mud}a>rabah... 41 1. Pengertian PembiayaanMud}a>rabah ... 41
2. Landasan Hukum PembiayaanMud}a>rabah ... 47
3. Jenis-jenis PembiayaanMud}a>rabah ... 52
4. Rukun dan Syarat PembiayaanMud}a>rabah ... 52
BAB III BENTUK USAHA NASABAH PEMBIAYAAN
MUD{A>RABAH DAN SISTEM PENGAWASAN PADA KJKS PILAR MANDIRI SURABAYA
A. Profil KJKS Pilar Mandiri Surabaya ... 55
B. Visi KJKS Pilar Mandiri Surabaya ... 56
C. Misi KJKS Pilar Mandiri Surabaya ... D. Struktur Organisasi KJKS Pilar Mandiri Surabaya ... E. Deskripsi Tugas pada KJKS Pilar Mandiri Surabaya ... F. Produk-produk KJKS Pilar Mandiri Surabaya ... G. Kriteria Penerima Pembiayaan Mud{a>rabah KJKS Pilar
Mandiri Surabaya ... H. Bentuk-bentuk Usaha Nasabah dengan Pembiayaan
Mud{a>rabahdi KJKS Pilar Mandiri Surabaya ... I. Sistem Pengawasan KJKS Pilar Mandiri Surabaya Terhadap Usaha Nasabah PembiayaanMud}a>rabah ...
(9)
Surabaya ... BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 98 B. Saran ... 99
DAFTAR PUSTAKA
(10)
4.1 Daftar Nama Nasabah Pembiayaan Mud}a>rabah di KJKS Pilar Mandiri Surabaya ...
(11)
2.1 Tahapan-tahapan Pengawasan ... 2.2 Jenis-jenis Pembiayaan... 3.1 Struktur Organisasi KJKS Pilar Mandiri Surabaya ... 3.2 Alur Pemberian Pembiayaan ...
(12)
A. Latar elakang Masalah
Berwirausaha merupakan bagian dari salah satu aktivitas kehidupan manusia di dunia. Hal itu disebabkan karena keberadaan manusia sebagai hali>fah fi> al-‘ard} untuk memakmurkan bumi dan membawanya ke arah yang lebih baik. Akan tetapi, suatu kenyataan bahwaaktivitasberwirausahamerupakanbidangkehidupanyangkurang berkembang secara memuaskan di kalangan masyarakat pribumi, khususnya bagi umat muslim Indonesia. Keberadaan wirausaha muslim saatinisangatdibutuhkan.Merakatidakhanyamembantumemperbaiki perekonomiansajamelainkanselalumenjadikanRasulullahSAWsebagai teladan dalam menjalankan bisnisnya. Sehingga mereka menjadi wirausahamuslimyangselaluberpegangteguhpadaajaranIslam.Selain ituiaharusmemilikisifatulet,profesional,jujur,memegangamanah,dan terpercaya.
Islam memposisikan bekerja atau berusaha sebagai kewajiban kedua setelah salat. Oleh karena itu apabila dilakukan dengan ikhlas, maka bekerja itu tentunya akan bernilai ibadah dan mendapat pahala. Dengan bekerja, seseorang tidak hanya berusaha memenuhi kebutuhan sendiri, melainkan juga membantu orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Sehingga nilai dari bekerja tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan saja
(13)
melainkan akan bernilai ibadah pula.Sebagaimanadisebutkandalamsurat al-Mulkayat15danan-Naba’ayat11.
“Dialahyangmenjadikanbumiitumudahbagikamu,Makaberjalanlahdi segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan Hanya kepada-Nya-lahkamu(kembalisetelah)dibangkitkan”.
Surat al-Mulk ayat 15, memberikan perintah kepada manusia untuk memenuhi segala kebutuhannya dan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, hendaknya manusia mau berusaha untuk mendapatkannya dengancarabekerja(berusaha).Dansegalaapayangdikerjakanmanusia di bumi akan diminta pertanggungjawabannya di akhirat nanti, dan hal inilahyangharusselaludiingatolehmanusia.
Selain surat al-Mulk ayat 15, surat an-Naba’ ayat 10-11 juga menjelaskantentanganjuranberusahaataubekerja.
“Dankamijadikanmalamsebagaipakaian.Dankamijadikansianguntuk mencaripenghidupan”.
SurattersebutmenjelaskanbahwaAllahmenjadikansiangsebagai waktu yang tepat untuk bekerja demi memenuhi kebutuhan dan menjadikan malam sebagai pakaian, karena malam itu gelap yang menutupijagat,sebagaimanapakaianyangmenutupitubuhmanusia.Dan malam adalah waktu untuk menghentikan aktivitas agar manusia bisa beristirahatdenganbaik,namuntidakmeninggalkanibadahkepadaAllah. Selain itu dalam surat tersebut, Allah memberikan perintah kepada
(14)
manusiauntukmengembangkanusahaagarbermanfaatpadadirisendiri danoranglain.
Dalam menjalankan kegiatan usaha tidak selalu berjalan mulus, adakalanya untung, merugi, bahkan gulung tikar (gagal). Hal itu disebabkanoleh5faktor,yaitu:1)kurangnyapengetahuantentangpasar, 2)keusanganproduk,sepertimodelyangtertinggal,kemasanyangkurang menarik, sehingga menyebabkan produk kurang diminati. 3) kurangnya promosi. Produk yang kurang dikenal oleh konsumen akan menjadi produk yang tidak diketahui apa saja atribut positifnya. 4) daur hidup produk atau siklus kehidupan produk. Semua produk akan melewati empat masa, dimulai dari masa perkenalan, masa pertumbuhan, masa kedewasaan, dan yang terakhir masa kemunduran. Masa kemunduran adalah masa yang paling dikhawatirkan oleh para usahawan, karena apabila tidak ada kesiapan dalam menghadapinya, maka usaha tersebut akanterusmundurdan“kolaps”,dan5)kurangnyamodal.
Dari beberapa faktor penyebab kegagalan usaha yang telah disebutkan di atas, minimnya modal merupakan salah satu penyebab terbesar atas kegagalan usaha. Seringkali dijumpai seorang wirausaha terpaksa gulung tikar dan tidak bisa mengembangkan usahanya disebabkan oleh keterbatasan modal. Sehingga berdasarkan kondisi seperti itu, keberadaan lembaga keuangan sangat dibutuhkan untuk membantumengatasipermasalahantersebut.
(15)
Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) merupakan salah satu lembaga keuangan syariah yang kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai dengan pola bagi hasil berdasarkan prinsip-prinsip syariah. KJKS memiliki unit simpan pinjam yang terdiri dari dua bentuk usaha, yaitu simpanan dan pinjaman atau pembiayaan. Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh anggota, calon anggota, KJKS lain, dan atau anggotanya. Sedangkan pinjaman atau pembiayaan adalah penyediaan uang berdasarkan perjanjian atau kesepakatan pinjam meminjam antara KJKS dengan anggota, calon anggota, KJKS lain dan atau anggotanya, yang mewajibkan pihak peminjamuntukmelunasihutangnyasetelahjangkawaktutertentu.
Mekanisme keuangan syariah dengan model bagi hasil berhubungan dengan penghimpunan dana dan pembiayaan, terutama berkaitan dengan produk penyertaan atau kerjasama usaha. Dalam pengembangan produknya, dikenal dengan istilah s}a>h}ib al-ma>l dan mud}a>rib.S}a>h}ib al-ma>l merupakan pemilik dana yang mempercayakan dananyapadalembagakeuangansyariah.SepertiKJKSuntukmengelola sesuaidenganperjanjian.Sedangkanmud}a>ribadalahkelompokorangatau badanyangmemperolehdanauntukdijadikanmodalusahaatauinvestasi. Kerjasamatersebutdisebutdenganakadmud}a>rabah.
Pembiayaanmud}a>rabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh lembaga keuangan syariah kepada pihak lain untuk sesuatu usaha yang produktif. Keuntungan secaramud}a>rabah dibagi menurut nisbah yang
(16)
telah disepakati pada kontrak, sedangkan apabila mengalami kerugian akan ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian pengelola, pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Selain itu pembiayaan mud{a>rabah juga harus didasari kepercayaanpihaks{a>h{ib al-ma>lataupemilikmodalkepadamud{a>rib atau pengelolamodal.
Secara khususmud}a>rabah merupakan salah satu roda penggerak perekonomian suatu negara dengan prinsip bagi hasil. Dalam hal ini, sektor riil akan secara signifikan terus tumbuh dan akhirnya akan meningkatkan perekonomian secara umum. Lebih dari itu, pola pembiayaanbagihasil,selainmerupakanesensipembiayaansyariah,juga lebih cocok untuk menggiatkan sektor riil, karena meningkatkan hubungan langsung dan pembagian resiko antara pemilik modal dengan pengelola. Meskipun pembiayaanmud{a>rabah memiliki pengaruh positif dalam pertumbuhan perekonomian, akan tetapi masih sedikit sekali peminatdaripembiayaanini.Rendahnyaminatpenggunaanpembiayaan
mud{a>rabah dapat disebabkan oleh besarnya resiko dan tanggungjawab yangdipikulnasabahkarenamodalyangdipinjamjumlahnyacukupbesar. SalahsatuKJKSyangmenyalurkanpembiayaanmud}a>rabahuntuk pengembangan usaha bagi anggota KJKS dan masyarakat umum adalah KJKS Pilar Mandiri Surabaya. Lembaga ini berada di bawah naungan YayasanNurulHayat.Pembiayaanmud}a>rabahpadaKJKSPilarMandiri
(17)
SurabayatelahadasejakKJKSPilarMandiriSurabayainiberdiri.Selain itu, KJKS Pilar Mandiri Surabaya juga menawarkan beberapa macam pembiayaan.Misalnyapembiayaanmura>bah}ah,qard} al-h}asan,ija>rah,dan h}awa>lah. Salah satu produk pembiayaan yang ditawarkan oleh KJKS Pilar Mandiri Surabaya, yakni pembiayaan mud}a>rabah. KJKS Pilar Mandiri Surabaya mampu memberikan bantuan modal pengembangan usaha kepada nasabah dengan nominal yang cukup besar, yaitu sampai dengan lebih dari Rp 10.000.000,- dan nisbah yang disepakati bersama telahdisesuaikandengankemampuannasabah.
Menurut data yang diperoleh dari kantor KJKS Pilar Mandiri Surabaya,terdapatkuranglebih3800orangwargabinaandan2500orang diantaranya menggunakan pembiayaanqard} al-h}asan, jumlah ini sangat tinggi dibandingkan dengan warga binaan yang menggunakan pembiayaanmud}a>rabahyanghanyaberjumlahsekitar8orangsaja,halini disebabkan adanya keraguan pada diri nasabah pada kemampuannya mengembalikan modal yang diberikan oleh KJKS. Pembiayaan
mud}a>rabah pada KJKS Pilar Mandiri Surabaya dikhususkan untuk pembiayaan produktif seperti modal usaha, sedangkan pembiayaanqard} al-h}asan ditujukan kepada warga binaan agar tidak bergantung kepada rentenir bukan untuk modal usaha. Bentuk usaha yang menggunakan pembiayaanmud}a>rabah pada KJKS Pilar Mandiri Surabaya biasanya berupausahayangcukupbesardanmemerlukanmodalyangcukupbesar
(18)
pula. Misalnya usaha nasabah yang berbentuk Usaha Dagang (UD) atau PerusahaanPerorangan.
Nasabah pembiayaanmud}a>rabah di KJKS Pilar Mandiri yang berjumlah kurang lebih 8 orang tersebut tersebar di beberapa kota di pulau Jawa, termasuk di Jawa Barat. Untuk melakukan proses pembiayaanmud}a>rabah di KJKS Pilar Mandiri Surabaya, nasabah yang beradadiluarkotaharusdatanglangsungkekantorKJKSPilarMandiri yang berlokasi di Perum IKIP Gunung Anyar B-48 Surabaya. Sehingga dapatdiketahuibahwanasabahpembiayaanmud}a>rabah padaKJKSPilar Mandiri tidak hanya berada di Jawa Timur, khususnya kota Surabaya saja,melainkandibeberapakotadipulauJawa.
Saat ini masalah kredit macet banyak dialami oleh bank dan lembaga keuangan di Indonesia, misalnya pada Bank Syariah Mandiri yang mengalami peningkatan rasio pembiayaan bermasalah atauNon Performing finance (NPF) per Juni 2014 menjadi level 12,5% dari level 7,1% pada tahun 2013. Cara yang digunakan oleh KJKS Pilar Mandiri Surabaya untuk mengatasi masalah kredit macet pada pembiayaan
mud{a>rabah adalahdenganrekeningbersama.
Rekening bersama adalah rekening yang dibuka bersama antara pihak nasabah dan pihak KJKS di bank tertentu dan bisa diakses oleh keduabelahpihak.Rekeningbersamainilahyangmenjadistrategikhusus yang diterapkan oleh pihak KJKS Pilar Mandiri Surabaya untuk mempermudah pengawasan semua nasabahnya. Dan sampai saat ini
(19)
belum pernah terjadi permasalahan pembiayaan seperti kredit macet ataupun nasabah yang kabur dari tanggungjawabnya mengangsur pembiayaan mud}a>rabah di KJKS Pilar Mandiri Surabaya, sehingga pembukaanrekeningbersamadirasamenjadistrategiyangpalingefektif dalampengawasanusahanasabahdiKJKSPilarMandiriSurabaya.
Melihatkeadaansepertiitu,makaperluadanyapengawasanyang dilakukanolehKJKSPilarMandiriSurabayakepadanasabahpembiayaan
mud}a>rabahuntukmengontrolpenggunaanmodalusahaolehnasabah.Hal itu bertujuan untuk mengetahui perkembangan usaha yang dibiayainya, terlebihlagiusahayangdibiayaiolehKJKSPilarMandiriSurabayatidak hanya berada di wilayah Jawa Timur saja. Pengawasan ini sangat dibutuhkanuntukmengantisipasikemungkinanterjadinyapenyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan kesepakatan yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. Selain itu juga untuk mengetahui keefektifan pemberian pembiayaan mud}a>rabah pada pengembangan usaha yang dilakukanolehnasabah.
Ada banyak sebutan bagi fungsi pengawasan, antara lain
controlling, evaluating, appraising, ataucorrecting. Sebutan controlling lebih banyak digunakan karena lebih mengandung konotasi yang mencangkup penetapan standar, pengukuran kegiatan, dan pengambilan tindakan korektif. Definisi pengawasan adalah proses pengamatan dari pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua
(20)
pekerjaanyangsedangdilaksanakanberjalansesuaidenganrencanayang telahditentukansebelumnya.
PengawasandalampandanganIslamdilakukanuntukmeluruskan yang tidak lurus, mengoreksi yang salah, dan membenarkan yang hak. Pengawasan dalam Islam terbagi menjadi dua, pertama, pengawasan berasaldaridirisendiriyangbersumberdaritauhiddankeimanankepada Allah.SeseorangyangyakinbahwaAllahselalumengawasihamba-Nya, maka orang tersebut akan bertindak hati-hati.Kedua, pengawasan yang berasal dari luar diri sendiri. Sistem pengawasan ini terdiri atas mekanisme pengawasan pimpinan yang berkaitan dengan penyelesaian tugasyangtelahdidelegasikan,kesesuaianantarapenyelesaiantugasdan perencanaantugas,danlain-lain.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam mengenai sistem pengawasan yang digunakan oleh KJKS Pilar Mandiri Surabaya dalam mengawasi semua usaha nasabah yangdibiayainyasertaperkembanganusahatersebut.
. Identifikasi dan atasan Masalah
1. IdentifikasiMasalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan masalahsebagaiberikut:
(21)
b. Jenis-jenis lembaga keuangan syariah nonbank yang ada di Indonesia.
c. Macam-macamprodukyangditawarkanolehKJKSPilarMandiri. d. Bentuk-bentukusahanasabahpembiayaanmud}a>rabahpadaKJKS
PilarMandiriSurabaya.
e. Bentuk-bentuk pengawasan KJKS Pilar Mandiri Surabaya terhadap usaha nasabah yang menggunakan pembiayaan
mud}a>rabah.
2. BatasanMasalah
Mengingat luasnya masalah dalam studi ini, maka diperlukan adanyapembatasanmasalahagarpembahasanlebihterfokusyaitu: a. Bentuk-bentuk usaha nasabah dengan pembiayaanmud}a>rabah di
KJKSPilarMandiriSurabaya.
b. Analisis sistem pengawasan usaha nasabah dengan pembiayaan
mud}a>rabahdiKJKSPilarMandiriSurabaya.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapapermasalahansebagaiberikut:
1. Bagaimana bentuk-bentuk usaha nasabah dengan pembiayaan
mud}a>rabahdiKJKSPilarMandiriSurabaya?
2. Bagaimana sistem pengawasan usaha nasabah dengan pembiayaan
(22)
D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah deskripsi singkat mengenai kajian atau penelitianyangsudahdilakukandiseputarmasalahyangditelitisehingga terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan pengulanganduplikasidarikajianataupenelitianyangtelahada.
Secara umum, penelitian tentang sistem pengawasan dan pembiayaanmud}a>rabahtelahdilakukanolehbanyakpenelitisebelumnya. Adapundiantarapenelitiantersebutadalahsebagaiberikut:
1. Fungsi Pengawasan Program Kerja Yayasan Ana Yatim dan Fair Misin Al-Kahfi Surabaya, olehNurulJannatin.Skripsiinimembahas tentang fungsi sistem pengawasan yang digunakan oleh Yayasan Anak Yatim dan Fakir Miskin Al-Kahfi Surabaya dalam mengawasi program kerjanya. Hasil penelitian tersebut antara lain fungsi pengawasan program kerja Yayasan Anak Yatim dan Fakir Miskin Surabaya, dilakukan dengan dua cara yakni pengawasan langsung, ketua yayasan meninjau langsung ke lapangan dan mengamati serta menilai program kerja. Selain itu, pengawasan tidak langsung juga dilakukan, yaitu berupa laporan-laporan tertulis yang disampaikan pada rapat bulanan, sekaligus laporan lisan yang disampaikan penguruskepadaketuayayasan.
2. Sistem Pengawasan Kerja di Ban Rayat Indonesia Syariah Surabaya, oleh Arif Alatas. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa
(23)
penerapansistempengawasankerjadiBankRakyatIndonesiaSyariah Surabaya telah menerapkan sebagian proses pengawasan yaitu penentuandanpenetapanstandaryaitumenggunakanstandartujuan, karena organisasi ini menerapkan sistem pengawasan langsung dan tidaklangsung,untukpengukurandilaksanakanperbulanyaitusetiap satu bulan sekali diadakan pertemuan yang isinya membahas semua kegiatanoperasionalkerjayangsudahdilakukanmaupunyangsedang denganmetodediskusilangsung.
3. Analisis Pembiayaan Mud}a>rabah Terhadap Pendapatan Usaha Kecil Pasar Tradisional Karah (Studi Kasus di BMT Amanah Ummah Surabaya), oleh Nazilatul Muna. Penelitian ini membahas tentang pengaruh pembiayaan mud}a>rabah terhadap perubahan pendapatan usaha kecil. Dan hasil dari penelitian tersebut diketahui gambaran pembiayaan mud}a>rabah di BMT Amanah Ummah Surabaya dan dugaan rata-rata pendapatan usaha nasabah yang melakukan pembiayaan mud}a>rabah di BMT Amanah Ummah Surabaya mengalamipeningkatansetelahmelakukanpembiayaandibandingkan dengansebelummelakukanpembiayaan.
4. Analisis Penilaian KJKS BMT Amanah Ummah Surabaya Terhadap Kelayaan Perilau Calon Nasabah Pembiayaan Mud}a>rabah Miro, oleh Silvia Zuhrotus Sa’adah. Penelitian ini membahas tentang faktor-faktor yang digunakan oleh KJKS BMT Amanah Ummah dalam menentukan pantas tidaknya seorang nasabah untuk
(24)
mendapatkan pembiayaan mud}a>rabah. Penelitian ini juga memaparkan bahwa ada 6 faktor, yaitu 6C(Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition of economic dan Compliance) dalam menganalisis penilaian pembiayaan. Dan hasil penelitian ini menyebutkanbahwapadaKJKSBMTAmanahUmmahterdapatsatu faktor yang dominan dalam penilaian kelayakan calon nasabah pembiyaanmud}a>rabahmikro,yaknifaktorcharacter.
5. Analisis Usaha Miro dan Kecil Setelah Memperoleh Pembiayaan Mud}a>rabah dari BMT At-Taqwa Halmahera Di Kota Semarang, oleh Fitri Ananda. Dalam penelitian ini, peneliti menganalisis perbedaan danperkembanganUsahaMikrodanKecil(UMK)antarasebelumdan sesudah memperoleh pembiayaanmud}a>rabah dari BMT At Taqwa Halmahera yang meliputi modal usaha, omzet penjualan dan keuntungan. Hasil penelitian tersebut diketahui adanya peningkatan modalusahasebesar92%,peningkatanpenjualansebesar103%,dan peningkatankeuntungansebesar65%yangdialamiolehpelakuusaha mikro dan kecil setelah mendapatkan pembiayaanmud}a>rabah dari BMTAtTaqwaHalmaheradikotaSemarang.
6. Efetivitas Pembiayaan Mud}a>rabah Oleh Ban Syariah Mandiri Cabang Surabaya- Darmo Pada CV Arto Metal di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo, oleh Laily Sa’adah. Penelitian ini menjelaskan bahwa pembiayaan mud}a>rabah pada CV Arto Metal oleh Bank Syariah Mandiri memiliki nilai positif, karena telah menyelamatkan
(25)
CV Arto Metal dari bahaya bunga dan perolehan keuntungan yang terus meningkat sehingga CV Arto Metal kembali mengajukan pembiayaanditahunberikutnya.
Berdasarkan beberapa penelitian, secara khusus sampai saat ini belum ada yang membahas tentang sistem pengawasan usaha nasabah pembiayaanmud}a>rabahpadasuatulembagakeuangansepertiKJKS.Atas dasar itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang sistem pengawasanusahanasabahpembiayaanmud}a>rabahpadaKJKS.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapaidalampenelitianiniadalahuntuksebagaiberikut:
1. Untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk usaha nasabah dengan pembiayaanmud}a>rabahKJKSPilarMandiriSurabaya.
2. Untuk menganalisis sistem pengawasan terhadap usaha nasabah denganpembiayaanmud}a>rabah diKJKSPilarMandiriSurabaya.
F. Kegunaan Hasil Penelitian
1. KegunaanTeoritas
a. Diharapkan dapat berguna untuk membangun, memperkuat dan menyempurnakanteoriyangtelahada.
b. Diharapkan mampu untuk memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan seputar permasalahan yang
(26)
diteliti, dengan menjadikannya sebagai sumber informasi bagi penulis dan pihak lain yang ingin mengetahui permasalahan tersebutsecaramendalam.
2. KegunaanPraktis
a. Sebagai referensi pada organisasi atau perusahaan secara umum dalammenggunakanteoripemberianmodalkerja,pendampingan dan pembinaan dalam pengembangan usaha serta teori pengawasanpembiayaan.
b. Sebagai tambahan referensi agar dapat mengembangkan sistem pengawasan pada usaha nasabah pembiayaanmud}a>rabah KJKS PilarMandiriSurabaya.
G. Definisi Operasional
Darijudulpenelitiandiatas,terdapatbeberapapenjelasantentang pengertianyangbersifatoperasionaldankonsepatauvariabelpenelitian sehingga bisa dijadikan acuan dalam menelusuri, menguji atau menukar variabeltersebutmelaluipenelitian,yakni:
1. Sistempengawasanusahanasabah.
Sistem pengawasan usaha nasabah adalah suatu sistem yang digunakan untuk mengawasi usaha nasabah dengan cara menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sisteminformasiumpanbalik,membandingkankegiatannyatadengan standaryangtelahditetapkansebelumnya,menentukandanmengukur
(27)
penyimpangan-penyimpangan,sertamengambiltindakankoreksiyang diperlukan untuk menjamin bahwa sumber daya perusahaan dipergunakandengancarapalingefektifdanefisiendalampencapaian tujuan-tujuanperusahaan.
2. Pembiayaanmud}a>rabah.
Pembiayaanmud}a>rabah adalah perjanjian antara penanam dana dan pengelola dana untuk melakukan usaha tertentu, dengan pembagiankeuntunganantarakeduabelahpihaksesuaidengannisbah yangtelahdisepakatisebelumnya.
3. KJKSPilarMandiriSurabaya.
KJKS Pilar Mandiri Surabaya adalah salah satu koperasi di Surabayayangkegiatanusahanyabergerakdibidangpembiayaandan simpanansesuaipolabagihasil.
H. Metode Penelitian
1. JenisPenelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan atau field research.Halitudisebabkankarenakegiatanpenelitiandilakukandi lokasi yang sebenarnya. Penelitian ini digunakan untuk melihat fenomenaatauperilakuyangterjadidilapangan.
Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, yakni penelitian yang berusaha untuk merumuskan pemecahanmasalahyangadaberdasarkandata-data.
(28)
Dalam penelitian ini, penulis akan menganalisis sistem pengawasanyangdigunakanolehKJKSPilarMandiriSurabayadalam mengontrol penggunaan modal usaha dan perkembangan usaha yang telahdibiayai.
2. LokasiPenelitiandanAlasanPemilihan
Penelitian ini dilakukan di KJKS Pilar Mandiri Yayasan Nurul Hayat Surabaya yang berlokasi Perum IKIP Gunung Anyar B-48 Surabaya. Alasan peneliti memilih penelitian di KJKS Pilar Mandiri Surabayainikarenainginmengetahuisistempengawasanpadausaha nasabah yang menggunakan pembiayaanmud}a>rabah di KJKS Pilar MandiriSurabaya.
3. DatadanSumberData a. Data
Data adalah semua hasil observasi atau pengukuran yang telah dicatat untuk suatu keperluan tertentu. Data yang diambil untukpenelitianiniadalah
1. DataPrimeradalahdatayangdikumpulkandandiolahsendiri olehorganisasiyangmenerbitkanataumenggunakannya.Data ini berasal dari keterangan yang diberikan oleh pihak KJKS Pilar Mandiri Surabaya yang kemudian diolah sendiri oleh peneliti. Data tersebut meliputi data tentang aplikasi penggunaanmodalusahadenganakadpembiayaanmud}a>rabah, data bentuk usaha nasabah dengan pembiayaanmud}a>rabah,
(29)
dan data sistem pengawasan yang dilakukan KJKS Pilar MandiriSurabaya.
2. Data Sekunder adalah data yang diterbitkan atau digunakan oleh organisasi yang bukan pengolahan. Data tersebut diperoleh peneliti dari kantor KJKS Pilar Mandiri Surabaya, meliputi data nasabah pembiayaanmud}a>rabah di KJKS Pilar Mandiri Surabaya dan data profil KJKS Pilar Mandiri SurabayaYayasanNurulHayat.
b. SumberData
Sumber data adalah sumber darimana data akan digali, sumber tersebut bisa berupa orang, dokumen pustaka, barang, keadaan,ataulainnya.
a. Sumber Primer adalah sumber pertama dimana sebuah data dihasilkan,yaituKJKSPilarMandiriSurabayaYayasanNurul Hayat,yakniketerangandaripihak-pihakyangterkaitdengan pengawasan usaha nasabah pembiayaan mud}a>rabah KJKS Pilar Mandiri Surabaya, yaitu manajer KJKS Pilar Mandiri SurabayaYayasanNurulHayat.
b. Sumber Sekunder adalah sumber data kedua sesudah sumber primer. Sumber ini merupakan sumber yang bersifat membantuataumenunjanguntukmelengkapidanmemperkuat sertamemberipenjelasanmengenaisumberdataprimer.data
(30)
pendukung ini berasal dari buku-buku maupun literatur lain yangmeliputi:
1. FatwaDSNNo.07/DSN-MUI/IV/2000
2. MuhammadSyafi’iAntonio,Ban Syariah Dari Teori Ke Prati.
3. M.Manullang,Dasar-dasar Manajemen.
4. RachmatSyafe’i,Fiqih Muamalah.
5. SondangP.Siagian,Manajemen Strateji.
6. T.HaniHandoko,Manajemen.
Data dan sumber data yang diperlukan oleh peneliti ini adalah dataliteratur,datadokumenter,dandataempirikataulapangan.Data yang diperlukan meliputi data tentang bentuk usaha milik nasabah yang menggunakan pembiayaanmud}a>rabah dan data tentang sistem yangdigunakanuntukmengawasiataumengontrolpenggunaanmodal usahadenganakadpembiayaanmud}a>rabah.Penelitimemperolehdata darimanajerKJKSPilarMandiriSurabaya.Datatersebutdigunakan untuk memperoleh keterangan-keterangan yang berkaitan dengan sistem pengawasan pada usaha nasabah pembiayaanmud}a>rabah di KJKSPilarMandiri.
4. TeknikPengumpulanData
Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan seorang
(31)
penelitiuntukmendapatkaninformasiatauketeranganmaupunbukti-bukti yang diperlukan untuk melakukan penelitian. Dalam pengumpulandatadapatmenggunakanmetode:
a. Observasi
Observasiseringdisebutjugasebagaimetodepengamatan. Ringkasnya metode observasi adalah cara pengumpulan data dengan melakukan pencatatan secara cermat dan sistematik. Dalam penelitian ini peneliti terjun langsung ke lapangan, yakni KJKS Pilar Mandiri Surabaya, selain itu juga peneliti akan mengamati cara-cara yang digunakan KJKS Pilar Mandiri Surabayadalammelakukanpengawasankepadausahanasabah. b. Wawancara(Interview)
Menurut pengertiannya wawancara (interview) adalah metode pengumpulan data dengan cara bertanya langsung (berkomunikasi langsung) dengan responden. Dalam hal ini, peneliti akan melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang terkait,yaituManajerKJKSPilarMandiriSurabayadannasabah pembiayaanmud}a>rabah.
c. Dokumentasi
Studidokumentasiadalahmetodepengumpulandatayang digunakan untuk menelusuri data historis. Sebagian besar data yang tersedia berupa: surat-surat, catatan harian, dan laporan. Dalam hal ini peneliti memperoleh data dari kantor KJKS Pilar MandiriSurabaya.
(32)
5. TeknikPengolahanData
a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali dari semua data yang diperoleh terutama dari segi kelengkapannya, kejelasan makna, keselarasanantaradatayangadadanrelevansidenganpenelitian. Dalamhalini,penulisakanmengambildatayangakandianalisis denganrumusanmasalahsaja.
b. Organiting,yaitumenyusunsekaligusmensistematiskandatayang diperoleh dengan memaparkan apa yang telah direncanakan sebelumnyasehinggasiapdilakukananalisislebihlanjut.Peneliti melakukan pengelompokan data yang dibutuhkan untuk menganalis dan menyusun data tersebut dengan sistematis untuk memudahkanpenulisdalammenganalisadata.
c. Analisis Data,yaituprosespenyederhanaandatakebentukyang lebihmudahdibacadandiinterpretasikan.
d. Penemuan Hasil, yaitu dengan menganalisis data yang telah diperolehdaripenelitianuntukmemperolehkesimpulanmengenai kebenaranfaktayangditemukan,yangakhirnyamenjadijawaban atasrumusanmasalah.
6. TeknikAnalisisData
Setelahdataterkumpul,makadatatersebutakandianalisisdengan menggunakan teknik deskriptif analisis. Teknik deskriptif analisis adalah untuk menggambarkan atau menjelaskan data yang terkait denganpembahasan.Teknikinimenggambarkanfaktatentangsistem
(33)
pengawasan yang digunakan oleh KJKS dalam mengawasi usaha nasabah dengan pembiayaan mud}a>rabah. Kemudian data tersebut dianalisisdalampengaruhnyaterhadapketepatanpenggunaansistem pengawasan di KJKS pada usaha nasabah pembiayaan dengan
mud}a>rabah.
Teknik deskriptif analisis digunakan peneliti untuk menggambarkan atau menjelaskan data yang telah diperoleh dari wawancara, observasi, dan studi dokumen. Dengan demikain data yang sudah terkumpul kemudian dijelaskan, sehingga berbagai masalahyangtimbuldapatdiuraikandenganjelasdantepat.
I. Sistematika Pembahasan
Sistempembahasaninibertujuanagarpenyusunanskripsiterarah sesuaidenganbidangkajiandanuntukmempermudahpembahasan,dalam skripsi ini dibagi menjadi lima bab, dari lima bab terdiri dari beberapa sub-sub. Bab satu dengan yang lainnya saling berhubungan sebagai pembahasan yang utuh. Adapun sistematika pembahasan adalah sebagai berikut:
Bab pertama, merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, kajian pustaka,metodepenelitiandansistematikapembahasan.
(34)
Babedua, merupakan pembahasan tentang landasan teori yang memuat tentang deskripsi pengawasan, meliputi: pengertian, tahapan, tipe-tipe, metode, teknik serta manfaat. Sedangkan pembiayaan
mud}a>rabah, yang meliputi: pengertian pembiayaanmud}a>rabah, landasan hukum pembiayaan mud}a>rabah, jenis-jenis pembiayaan mud}a>rabah, rukun,dansyaratpembiayaanmud}a>rabah.
Babetiga, pada bab ini merupakan pembahasan tentang profil singkat, visi dan misi, struktur kepengurusan, personalia dan deskripsi tugas, jenis-jenis produk, kriteria penerima pembiayaan, bentuk-bentuk usaha nasabah pembiayaan mud}a>rabah pada KJKS Pilar Mandiri Surabaya serta sistem pengawasan yang digunakan KJKS Pilar Mandiri dalammengawasiusahanasabahpembiayaanmud}a>rabah.
Babeempat, merupakan analisis terkait bentuk-bentuk usaha nasabahdansistempengawasanpadausahanasabahpembiayaandengan
mud}a>rabahdiKJKSPilarMandiriSurabaya.
Babelima,merupakanpenutup,yangdidalamnyaberisitentang kesimpulan dan saran yang merupakan upaya memahami jawaban-jawabanatasrumusanmasalah.
(35)
A. Pengawasan
. Pengertian Pengawasan
Pengawasan berhubungan erat dengan perencanaan, pengorganisasian, penyusunan personalia, dan pengarahan. Sedangkan menurut T. Hani Handoko, pengawasan antara lain adalah proses untuk “menjamin” bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai. Selain itu menurut M. Manullang, pengawasan merupakan suatu proses untuk menetapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya, dan mengoreksi bila perlu dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula.
Sedangkan menurut Sondang P. Siagian, pengawasan merupakan keseluruhan upaya pengamatan pelaksanaan kegiatan operasional guna menjamin bahwa berbagai kegiatan tersebut sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa, pengawasan adalah suatu bentuk kegiatan yang harus dilakukan oleh manajemen untuk memastikan segala sesuatu yang telah direncanakan dan diorganisasikan berjalan sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Apabila tidak berjalan dengan semestinya, maka harus
(36)
dilakukan koreksi terhadap kegiatan yang sedang berjalan agar tetap mencapai apa yang telah direncanakan.
Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari adanya kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan dicapai. Pelaksanaan pengawasan akan lebih efektif apabila dilakukan sebelum terjadi penyelewengan atau penyimpangan. Sehingga lebih bersifat mencegah (pengawasan reventif) dibandingkan dengan tindakan pengawasan yang dilakukan
sesudah terjadinya penyimpangan (pengawasan reresif). Melalui
pengawasan diharapkan dapat membantu pelaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara efektif dan efisien.
Kata “pengawasan” sering dianggap memiliki konotasi yang tidak menyenangkan. Pengawasan dianggap akan mengancam kebebasan dan otonomi pribadi. Pengawasan yang berlebihan akan menimbulkan birokrasi, mematikan kreatifitas, dan sebagainya, yang akhirnya akan merugikan organisasi itu sendiri. Sebaliknya pengawasan yang tidak mencukupi dapat menimbulkan pemborosan sumber daya dan menyulitkan pencapaian tujuan. Sehingga seorang manajer harus menemukan keseimbangan antara pengawasan organisasi dan pengawasan pribadi atau mencari tingkat pengawasan yang tepat.
(37)
Kasus-kasus yang sering terjadi dalam banyak organisasi adalah tidak diselesaikannya suatu penugasan, tidak ditepatinya waktu penyelesaian (deadline), anggaran yang berlebihan, dan
kegiatan-kegiatan lain yang menyimpang dari rencana. Untuk mengantisipasi kasus-kasus tersebut dan menjamin tercapainya tujuan, maka perlu adanya pengawasan dalam sebuah organisasi. Adapun faktor-faktor penyebab pengawasan semakin diperlukan oleh setiap organisasi, antara lain:
a. Perubahan lingkungan organisasi. Berbagai perubahan lingkungan
organisasi terjadi terus-menerus dan tidak dapat dihindari. Melalui fungsi pengawasan, manajer mendeteksi perubahan-perubahan yang berpengaruh pada barang atau jasa organisasi. Sehingga mampu menghadapi tantangan atau memanfaatkan kesempatan yang diciptakan oleh perubahan-perubahan yang terjadi.
b. Peningkatan komleksitas organisasi. Semakin besar organisasi
semakin memerlukan pengawasan yang lebih formal dan berhati-hati. Berbagai jenis produk harus diawasi untuk menjamin bahwa kualitas dan profitabilitas atau keuntungan tetap terjaga. Semuanya memerlukan pelaksanaan fungsi pengawasan dengan lebih efisien dan efektif. Yang dimaksud dengan pengawasan efektif adalah
. Pengawasan yang lebih menjamin pada tindakan-tindakan pencegahan yang diperlukan untuk meredam kemungkinan
(38)
terjadinya deviasi atau penyimpangan selama kegiatan operasional berlangsung sehingga dapat diambil tindakan sedini mungkin. Apabila penyimpangan tersebut terus berlanjut dapat diartikan bahwa tidak terlaksanakannya rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengawasan yang efektif tidak seharusnya diupayakan untuk mencari dan menemukan siapa yang salah, melainkan mencari dan menemukan faktor penyebab ketidakberesan dalam operasionalisasi rencana, meskipun hal ini pada akhirnya harus ditemukan.
2. Selain itu, pengawasan harus bermanfaat sebagai instrumen untuk menentukan bentuk imbalan dan penghargaan bagi mereka yang menampilkan perilaku yang positif dan kinerja yang memuaskan.
c. Kesalahan-kesalahan. Bila bawahan tidak pernah membuat
kesalahan, manajer dapat secara sederhana melakukan fungsi pengawasan. Tetapi kebanyakan anggota organisasi sering membuat kesalahan-kesalahan. Sistem pengawasan memungkinkan manajer mendeteksi kesalahan-kesalahan tersebut sebelum menjadi kritis.
d. Kebutuhan manajer untuk mendelegasikan wewenang. Ketika
manajer mendelegasikan sebuah wewenang kepada bawahannya, tanggung jawab manajer tersebut tidaklah berkurang.
(39)
Satu-satunya cara manajer dapat menentukan apakah bawahan telah melakukan tugas-tugas yang telah dilimpahkan kepadanya adalah dengan mengimplementasikan sistem pengawasan. Tanpa sistem tersebut, manajer tidak dapat memeriksa pelaksanaan tugas bawahan.
2. Tahapan-tahapan Pengawasan
Dalam pelaksanaan pengawasan kegiatan suatu organisasi, dibutuhkan paling tidak lima tahapan atau langkah.
. Penetaan standar elaksanaan, tujuannya adalah sebagai sasaran
atau target pelaksanaan kegiatan yang digunakan untuk patokan dalam pengambilan keputusan. Ada tiga bentuk standar umum yang digunakan:
a. Standar fisik, meliputi kuantitas barang atau jasa, jumlah langganan, dan kualitas produk.
b. Standar moneter, yang ditunjukkan dalam rupiah dan mencangkup biaya tenaga kerja, biaya penjualan, laba kotor, pendapatan penjualan, dan sejenisnya.
c. Standar waktu, meliputi kecepatan produksi atau batas waktu suatu pekerjaan yang harus diselesaikan.
2. Penetaan engukuran elaksanaan kegiatan, digunakan sebagai
(40)
3. Pengukuran elaksanaan kegiatan. Setelah frekuensi pengukuran
dan sistem monitoring ditentukan, pengukuran pelaksanaan dilakukan sebagai proses yang berulang-ulang dan terus-menerus. Cara untuk melakukan pengukuran pelaksanaan, yaitu: a) pengamatan atau observasi, b) laporan (lisan atau tertulis), c) metode otomatis, dan d) inspeksi, pengujian atau pengambilan sampel.
4. Perbandingan elaksanaan dengan standar dan analisa
enyimangan. Kegiatan itu digunakan untuk mengetahui penyebab
terjadinya penyimpangan sehingga dapat dilakukan analisis penyebabnya. Selain itu juga digunakan sebagai alat pengambilan keputasan bagi manajer.
5. Pengambilan tindakan koreksi bila dierlukan. Bila terjadi
penyimpangan, maka perlu dilakukan perbaikan dalam pelaksanaan. Namun sebaliknya apabila dalam proses pengawasan berlangsung dengan mengukur hasil kerja dengan membandingkan dengan standar tetapi tidak menemukan adanya penyimpangan, maka tindakan koreksi tidak perlu dilakukan. Menurut Ulbert Silalahi, terdapat dua tindakan korektif, yaitu:
a. Tindakan korektif segera (immediate corrective action) atau
yang sering dilukiskan sebagai utting out fires, yaitu tindakan
koreksi terhadap berbagai hal yang masih merupakan gejala-gejala.
(41)
Pembandingan kegiatan dengan standar dan analisa
penyimpangan Pengukuran pelaksanaan
kegiatan
Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan
Penetapan standar pelaksanaan kegiatan
Pengambilan tindakan koreksi bila perlu
b. Tindakan korektif mendasar (basic corrective action) yaitu
tindakan koreksi terhadap penyimpangan-penyimpangan yang terjadi atau kasus-kasus. Dengan kata lain, melakukan tindakan koreksi terhadap deviasi atau penyimpangan yang terjadi dengan terlebih dahulu mencari serta mendapatkan sumber-sumber informasi yang menyebabkan terjadinya penyimpangan.
Secara umum, tahapan-tahapan pengawasan digambarkan sebagai berikut:
= Tindakan koreksi 3. Tipe-tipe Pengawasan
Pengawasan dasar dibagi menjadi beberapa tipe, seperti diungkapkan oleh T. Hani Handoko. Fungsi pengawasan dapat dibagi dalam tiga tipe.
(42)
a. Pengawasan endahuluan (feedforward control) atau biasa disebut
dengan steering controls. Pengawasan ini dirancang untuk
mengantisipasi masalah-masalah atau penyimpangan-penyimpangan dari standar atau tujuan dan memungkinkan koreksi untuk dibuat sebelum suatu tahap kegiatan tertentu terselesaikan. Pendekatan pengawasan pendahuluan ini lebih aktif dan agresif, yakni dengan mendeteksi masalah-masalah dan mengambil tindakan yang diperlukan sebelum suatu masalah terjadi.
b. Pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan elaksanaan
kegiatan (concurrent control) atau pengawasan “iya-tidak”, screening control atau “berhenti-terus”. Pengawasan ini dilakukan
selama suatu kegiatan berlangsung. Tipe pengawasan ini merupakan proses dimana aspek tertentu dari suatu prosedur harus disetujui dahulu, atau syarat tertentu harus dipenuhi dulu sebelum kegiatan-kegiatan bisa dilanjutkan, atau menjadi semacam peralatan “double-check” yang lebih menjamin ketepatan
pelaksanaan suatu kegiatan.
c. Pengawasan uman balik (feedback controls) atau ast-action controls. Pengawasan ini bertujuan mengukur hasil-hasil dari
suatu kegiatan yang telah diselesaikan. Sebab-sebab penyimpangan dari rencana atau standar ditentukan, dan penemuan-penemuan diterapkan untuk kegiatan-kegiatan serupa
(43)
di masa depan. Pengawasan ini bersifat historis, pengukuran dilakukan setelah kegiatan terjadi.
Ketiga bentuk pengawasan di atas sangat bermanfaat bagi manajemen. Pengawasan pendahuluan (feedforward control) dan
pengawasan yang dilakukan dengan pelaksanaan kegiatan (concurrent
control) memungkinkan manajemen untuk membuat tindakan koreksi
dan tetap dapat mencapai tujuan. Namun kedua tipe pengawasan tersebut memiliki beberapa hal yang perlu dipertimbangkan terlebih dahulu sebelum penggunaannya, yaitu biaya keduanya mahal, banyak kegiatan yang tidak memungkinkan untuk dimonitor secara terus-menerus, dan pengawasan dilakukan secara berlebihan akan menjadikan produktivitas berkurang. Oleh karena itu, manajemen harus memilih penggunakan tipe pengawasan yang sesuai dengan situasi tertentu.
Pengawasan umpan balik (feedback control) juga memberikan
manfaat yang besar bagi suatu manajemen. Pengawasan ini akan memberikan informasi yang aktual, faktual, mutakhir, lengkap, dan dapat dipercaya akan memberikan manfaat semaksimal mungkin dalam peningkatan kinerja suatu organisasi di masa depan. Artinya dengan berpatokan pada pengawasan umpan balik, suatu organisasi dapat mengevaluasi kinerja organisasi dan mengetahui kekurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki.
(44)
4. Metode Pengawasan
Metode pengawasan dibagi menjadi dua macam, yaitu:
a. Metode engawasan non-kuantitatif adalah metode-metode
pengawasan yang digunakan manajer dalam pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen. Pada umumnya metode ini untuk mengawasi keseluruhan (overall) erformance organisasi. Teknik yang sering
digunakan dalam metode pengawasan non-kuantitatif meliputi: . Pengamatan atau observasi (control by observation).
2. Inspeksi teratur dan langsung (control by regular and sot insection).
3. Pelaporan lisan dan tertulis (control by reort).
4. Evaluasi pelaksanaan atau penilaian kegiatan.
5. Diskusi antara manajer dan bawahan tentang pelaksanaan suatu kegiatan
b. Metode engawasan kuantitatif. Metode pengawasan ini
cenderung menggunakan data khusus dan data yang spesifik. Metode kuantitatif digunakan untuk mengukur dan memeriksa kuantitas dan kualitas keluaran (outut). Teknik yang sering
digunakan dalam metode pengawasan kuantitatif meliputi: ) Pengawasan anggaran (budget).
2) Pemeriksaan efektivitas manajemen (management audit).
3) Analisis break-even (break even analysis).
(45)
5) Bagan dan teknik yang berhubungan dengan waktu pelaksanaan kegiatan (time erformance).
5. Teknik Pengawasan
Teknik pengawasan cenderung menggunakan dua macam teknik yaitu:
. Pengawasan Langsung (direct control)\
Pengawasan langsung dilakukan pimpinan organisasi dengan mengadakan pengawasan sendiri terhadap kegiatan yang sedang dijalankan, pengawasan tersebut seperti direct insection to field (inspeksi langsung ke lapangan), on the sot observation (observasi di tempat), dan on the sot reort (laporan di tempat). 2. Pengawasan Tidak Langsung (indirect control)
Pengawasan tidak langsung dilakukan pimpinan secara jarak jauh. Biasanya dilakukan melalui laporan yang disampaikan oleh para bawahan. Laporan ini bisa berbentuk tertulis maupun lisan. Kekuatan dari pengawasan ini adalah waktu yang digunakan relatif singkat dan tidak mengharuskan pimpinan untuk terjun langsung ke lapangan. Selain itu teknik pengawasan ini juga mempunyai kelemahan, yaitu laporan yang diterima kurang valid. Sering kali seorang bawahan hanya melaporkan hal-hal positif saja
(46)
kepada pimpinannya. Padahal dalam pengambilan keputusan, pimpinan harus mengetahui hal positif dan negatif sebagai alat pertimbangan.
Pada dasarnya semua tipe, metode, dan teknik pengawasan yang telah disebutkan di atas tidak berbeda dengan pembagian jenis pengawasan menurut M. Manullang dalam bukunya “Dasar-dasar Manajemen”. M. Manullang merangkum tipe, metode, dan teknik pengawasan dan membaginya menjadi empat jenis, yaitu:
a. Berdasarkan subjek pengawasan
Berdasarkan subjek pengawasan, pengawasan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pengawasan intern dan pengawasan ekstern.
Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh orang
atau badan yang di dalam lingkungan unit organisasi yang bersangkutan. Karenanya pengawasan semacam ini disebut juga pengawasan vertikal atau formal. Pengawasan dalam bentuk ini dapat dilakukan dengan cara pengawasan atasan langsung atau pengawasan melekat (built in control).
Pengawasan melekat menurut Hadari Nawawi adalah proses pemantauan, pemeriksaan, dan evaluasi yang dilakukan oleh pimpinan unit/organisasi kerja secara berdaya guna dan berhasil guna terhadap fungsi semua komponen yang ada di dalamnya untuk mengetahui kelemahan-kelemahan atau
(47)
kekurangan-kekurangan agar dapat diperbaiki oleh pimpinan, demi tercapainya tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.
Pengawasan ekstern adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh
unit pengawasan yang berada di luar unit organisasi yang diawasi. Pengawasan jenis ini biasanya disebut juga pengawasan social (social control) atau pengawasan informal.
b. Berdasarkan waktu pengawasan
Berdasarkan waktu pengawasan, jenis pengawasan ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pengawasan refentif dan reresif. Pengawasan refentif adalah pengawasan yang dilakukan terhadap
suatu kegiatan sebelum kegiatan tersebut dilaksanakan, sehingga dapat mencegah terjadinya penyimpangan di kemudian hari. Pengawasan refentif akan lebih bermanfaat dan bermakna jika
dilakukan oleh seorang atasan langsung, sehingga penyimpangan yang kemungkinan dilakukan akan terdeteksi lebih awal.
Pengawasan reresif adalah pengawasan yang dilakukan
terhadap suatu kegiatan setelah kegiatan itu dilakukan, artinya pengawasan tersebut dilakukan setelah terjadinya kesalahan dalam pelaksanaan, dengan maksud agar tidak terjadi pengulangan kesalahan, sehingga hasilnya sesuai dengan yang diinginkan.
c. Berdasarkan cara mengumpulkan fakta-fakta guna pengawasan. Berdasar pada cara mengumpulkan fakta-fakta guna pengawasan, maka pengawasan ini dapat digolongkan atas:
(48)
. Peninjauan ribadi (ersonal observation) adalah mengawasi
dengan jalan meninjau secara pribadi sehingga dapat dilihat sendiri pelaksanaan pekerjaan.
2. Pengawasan melalui laoran lisan (oral reort) adalah
pengawasan yang dilakukan dengan mengumpulkan fakta-fakta melalui laporan lisan yang diberikan bawahan.
3. Pengawasan melalui laoran tertulis (written reort) adalah
merupakan suatu pertanggungjawaban bawahan kepada atasannya mengenai pekerjaan yang dilaksanakannya, sesuai dengan instruksi dan tugas-tugas yang diberikan oleh atasan kepadannya.
4. Pengawasan melalui laoran keada hal-hal yang bersifat khusus (control by excetion) adalah suatu sistem pengawasan
yang ditujukan kepada soal-soal perkecualian. Pengawasan ini hanya dilakukan apabila diterima laporan yang menunjukkan adanya peristiwa-peristiwa yang istimewa.
d. Berdasarkan objek pengawasan
Pengawasan berdasarkan objek pengawasan dibedakan atas pengawasan di bidang-bidang berikut: roduksi, keuangan, waktu, dan manusia dengan kegiatan-kegiatannya.
(49)
6. Manfaat Pengawasan
Terlepas dari teknik mana yang dianggap paling tepat untuk digunakan, manfaat terpenting dari pengawasan antara lain:
1. Tersedianya bahan informasi bagi manajemen tentang situasi nyata organisasi tersebut berada.
. Dikenalinya faktor-faktor pendukung terjadinya operasionalisasi rencana dengan efisien dan efektif.
3. Pemahaman tentang berbagai faktor yang menimbulkan kesulitan dalam penyelenggaraan berbagai kegiatan operasional.
4. Langkah-langkah apa yang dapat segera diambil untuk menghargai kinerja yang memuaskan.
5. Tindakan preventif apa yang dapat segera dilakukan agar deviasi dari standar tidak terus berlanjut.
. Pembiayaan ud}a>rabah
. Pengertian Pembiayaan Mud}a>rabah
Dalam perbankan konvensional, pemberian pinjaman uang dengan memakai sistem bunga oleh bank terhadap nasabah disebut dengan kredit. Hal itu berbeda dengan perbankan syariah yang menggunakan sistem rofit sharing, pemberian pinjaman seperti itu
disebut dengan pembiayaan. Kedua istilah ini memiliki perbedaan, baik secara prinsip maupun operasional. Kredit menandakan adanya sifat eksploitasi secara halus dan sistem opersionalnya terlihat ada
(50)
pemisah jenjang sosial yakni bank sebagai debitur dan nasabah sebagai kreditur. Sedangkan dalam istilah pembiayaan antara bank dan nasabah terjalin sebuah prinsip at-ta’a>wun, sehingga terwujudlah
bentuk artnershi dalam operasionalnya.
Pembiayaan yang ada pada perbankan syariah berdasarkan pada prinsip jual-beli (al-bay’i), prinsip sewa-beli (ija>rah muntahia bi tamli>k) atau berdasarkan prinsip kemintraan (atnershi) yaitu prinsip
penyertaan (musya>rakah) atau prinsip bagi hasil (mud}a>rabah).
Menurut Muhammad Syafi’i Antonio, kegiatan pembiayaan berdasarkan sifat penggunaannya dibagi menjadi:
. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun investasi.
2. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
Sedangkan menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi dalam:
. Pembiayaan modal kerja, yaitu yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan (a) peningkatan produksi, baik secara kuantitif, yaitu
(51)
jumlah hasil produksi, maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi, (b) untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of sace dari suatu barang.
2. Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal (caital goods) beserta fasilitas-fasilitas yang erat
kaitannya dengan itu.
Secara umum, jenis-jenis pembiayaan dapat digambarkan sebagai berikut.
a. Pembiayaan Modal Kerja
Unsur-unsur modal kerja terdiri atas komponen-komponen alat likuid (cash), piutang dagang (receivable), dan persediaan (inventory)
yang umumnya terdiri atas persediaan bahan baku (raw material),
persediaan barang dalam proses (work in rocess), dan persediaan
barang jadi (finished goods). Oleh karena itu, pembiayaan modal kerja
merupakan salah satu atau kombinasi dari pembiayaan likuiditas (cash financing), pembiayaan piutang (receivable financing), dan
pembiayaan persediaan (inventory financing).
Untuk memenuhi kebutuhan modal kerja tersebut, bank syariah menjalin hubungan artnershi dengan nasabah. Bank bertindak
sebagai s}a>h}ib al-ma>l dan nasabah sebagai mud}a>rib. Fasilitas ini dapat
diberikan untuk jangka waktu tertentu. Bagi hasil yang dilakukan secara periodik dengan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.
(52)
Setelah jatuh tempo, nasabah mengembalikan jumlah dana tersebut beserta nisbah yang belum dibagikan kepada bank. Skema pembiayaan seperti ini disebut dengan pembiayaan mud}a>rabah.
b. Pembiayaan Investasi
Pembiayaan investasi diberikan kepada nasabah untuk keperluan investasi, yakni untuk keperluan penambahan modal guna mengadakan rehabilitasi, perluasan usaha, ataupun pendirian proyek baru.
Pembiayaan investasi ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut: ) digunakan untuk pengadaan barang-barang modal, 2) mempunyai perencanaan alokasi dana yang matang dan terarah, dan 3) berjangka waktu menengah dan panjang.
Kata mud}a>rabah berasal dari kata d}arb, berarti memukul atau
berjalan. Secara teknis, pengertian mud}a>rabah adalah suatu perjanjian
kerja sama antara dua pihak atau lebih. Pihak pertama menyediakan seluruh modal 00%, sedangkan pihak lain menjadi pengelola.
Mud}a>rabah juga biasa disebut dengan istilah lain, yaitu qira>d}.
Istilah mud}a>rabah digunakan oleh orang Irak, mazhab Hanafi,
Hambali dan Zaydi. Sedangakan orang Hijaz, mazhab Maliki dan Syafi’i menyebutnya dengan istilah qira>d}. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa antara mud}a>rabah dan qira>d} mempunyai arti yang
(53)
Menurut bahasa, qira>d} diambil dari kata al-qard}u yang berarti al-qot}’u (potongan), karena pemilik modal memberikan potongan dari
hartanya untuk diberikan kepada pengelola agar mengusahakan harta tersebut, dan pengelola akan memberikan potongan dari laba yang diperoleh. Atau juga bisa diambil dari kata al-muqa>rad}atu yang berarti al-musa>wa>tu (kesamaan), sebab pemilik modal dan pengelola
memiliki hak yang sama terhadap laba.
Mud}a>rabah adalah suatu transaksi pembiayaan berdasarkan
syariah. Pembiayaan ini digunakan sebagai transaksi pembiayaan perbankan Islam, yang dilakukan oleh para pihak berdasarkan kepercayaan. Kepercayaan merupakan unsur terpenting dalam transaksi pembiayaan mud}a>rabah, yakni kepercayaan yang diberikan
oleh pemilik modal atau s}a>h}ib al-ma>l kepada pengelola atau mud}a>rib.
Pemilik modal tidak boleh meminta jaminan atau agunan dari pengelola modal dan tidak boleh ikut campur di dalam pengelolaan usaha yang notabene dibiayai menggunakan dana dari pemilik modal.
Hal yang boleh dilakukan antara lain adalah pemilik modal hanya boleh memberikan saran-saran tertentu kepada pengelola modal dalam menjalankan atau mengelola usaha tersebut.
Keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan yang tertuang dalam kontrak. Apabila terjadi kerugian, maka kerugian tersebut ditanggung pihak pemodal, selama bukan akibat kecurangan, kecerobohan dan atau kelalaian pengelola. Tetapi jika kerugian
(54)
tersebut terjadi akibat kecurangan, kecerobahan atau kelalaian yang dilakukan oleh pengelola, maka pengelola harus menanggung kerugian tersebut. Pengelola hanya menanggung kehilangan waktu, pikiran, dan jerih payah yang telah dicurahkan selama mengelola atau menjalankan usaha tersebut, serta resiko kehilangan kesempatan untuk memperoleh sebagian dari pembagian nisbah yang telah disepakati sebelumnya.
2. Landasan Hukum Pembiayaan Mud}a>rabah
Landasan hukum pembiayaan mud}a>rabah juga diatur dalam
Alquran, Alhadits, ijma’, qiyas, dan fatwa DSN No. 07/DSN-MUI/IV/2003.
a. Alquran
Ayat-ayat yang berkenaan dengan akad mud}a>rabah, antara lain
surat al-Muzammil, ayat 20 sebagai berikut:
Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau
(55)
seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongandariorang-orangyangbersamakamu.danAllah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwakamusekali-kalitidakdapatmenentukanbatas-batas waktu-waktu itu, Maka dia memberi keringanan kepadamu, KarenaituBacalahapayangmudah(bagimu)dariAlQuran. diamengetahuibahwaakanadadiantarakamuorang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagiberperangdijalanAllah,MakaBacalahapayangmudah (bagimu) dari Al Quran dan Dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nyadisisiAllahsebagaibalasanyangpalingbaik dan yang paling besar pahalanya. dan mohonlah ampunan kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi MahaPenyayang.
Selain ayat di atas, terdapat ayat yang lain di dalam Alquran yang berkenaan dengan akad mud}a>rabah, yakni surat al-Baqarah,
ayat 98 sebagai berikut:
Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu Telah bertolak dari 'Arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masy'arilharam. Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan Sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat.
Selain diwajibkan salat bagi manusia, ia juga diharapkan melakukan upaya dan ikhtiyar dalam hidup. Hal itu sesuai Alquran, surat al-Jumu’ah, ayat 0.
(1)
A V PENUTUP A. Kesimpulan
ada akhir pembahasan skripsi ini, penulis akan menyajikan kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian yang disesuaikan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian.
1. Bentuk usaha nasabah pembiayaan ud}a>rabah di KJKS ilar Mandiri
Surabaya adalah erusahaan erseorangan, tepatnya berbentuk Usaha Dagang (UD) atau erusahaan Dagang (D), hal ini dikarenakan KJKS ilar Mandiri Surabaya hanya memberikan pembiayaan
ud}a>rabah untuk usaha yang dimiliki oleh satu orang. Semua itu
dilakukan oleh pihak KJKS untuk menghindari adanya kemungkinan lepasnya tanggung jawab oleh salah satu pemilik usaha tidak terpenuhi apabila usaha tersebut dimiliki lebih dari satu orang. Usaha-usaha tersebut antara lain: UD. Instalasi Air Umum Sehat BIO-RO Alkali Hexagonal, UD. VH. Mahakarya, UD. Sumber Rizki, Dapur Aqiqah Nurul Hayat Depok, Dapur Aqiqah Nurul Hayat Tangerang 2, Dapur Aqiqah Nurul Hayat Tangerang 1, dan Dapur Aqiqah Nurul Hayat Jember.
2. engawasan yang dilakukan oleh KJKS ilar Mandiri Surabaya terhadap usaha nasabah dengan pembiayaan ud}a>rabah menggunakan
teknik langsung dan tidak langsung. Teknik pengawasan langsung dilakukan sendiri oleh Manajer KJKS ilar Mandiri Surabaya dengan
(2)
langsung diterapkan kepada nasabah pembiayaan ud}a>rabah yang
berada di luar wilayah Surabaya, yakni dengan memberikan amanah kepada utusan dari Yayasan Nurul Hayat yang berada di kota tersebut untuk melakukan pengawasan. Selain itu, untuk menunjang sistem pengawasan dalam masalah keuangan, KJKS ilar Mandiri Surabaya memiliki strategi khusus untuk melakukan pengawasan dalam masalah keuangan, yaitu dengan membuka rekening bersama antara pihak nasabah dan KJKS.
. Saran
Dengan selesainya penelitian ini, dapatlah kiranya penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Hendaknya pihak KJKS menjalankan secara terus-menerus tipe dan teknik pengawasan yang sudah ada dan melaksanakan proses pengawasan semaksimal mungkin dengan meningkatkan pengawasan agar tidak terjadi penyimpangan. Sehingga jika telah terjadi penyimpangan, maka dapat dideteksi sejak dini.
2. Hendaknya strategi khusus yang dimiliki KJKS ilar Mandiri Surabaya dapat terus dipertahankan dan dioptimalkan agar dapat menunjang kemajuan pembiayaan ud}a>rabah yang selama ini
(3)
AFTAR PUSTAKA
bdullah, Ma’ruf, irausaha Berbasis Syari’ah, Banjarmasin: ntasari Press, 2011.
latas, rif, Sistem Pengawasan Kerja di Bank Rakyat Indonesia Syariah Surabaya, (Skripsi—IIN Sunan mpel Surabaya, 2009).
nanda, Fitri, Analisis Usaha Mikro dan Kecil Setelah Memperoleh Pembiayaan Mudharabah dari BMT At-Taqwa Semarang, (Skripsi—Universitas Diponegoro, 2011).
ntonio, Muhammad Syafi’i, Bank Syariah: Bagi Bankir dan Praktisi Keuangan Jakarta: Bank Indonesia dan Tazkia Institute, 1999.
---, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik Cet XVII, Depok: Gema Insani, 2011. rifin, Imron, Pengawasan Pendidikan, Malang: FIP P Universitas Negeri
Malang, 2004.
rifin, Zainul, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: lvabet, 2002. Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan
Kualitatif, Surabaya: irlangga University Press, Cet I, 2001.
Hafidhuddin, Didin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktik, Jakarta: Gema Insani, 2003.
Handoko, T Hani, Manajemen Edisi 2 Cet XVIII, Yogyakarta: BPFE, 2003. Ilmi, Makhalul, Teori & Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah, Yogyakarta:
UII Press, 2002.
Jannatin, Nurul, Fungsi Pengawasan Program Kerja Yayasan Anak Yatim dan Fakir Miskin Al-Kahfi Surabaya, (Skripsi—IIN Sunan mpel Surabaya, 2009).
Mannan, bdul, Membangun Islam Kaffah, Jakarta: Madina Pustaka, 2000. Manullang, M, Dasar-dasar Manajemen Cet XIV, Jakarta: Ghalia Indonesia,
1990.
(4)
Mocker, Robert J, The Management Control Process, Prentice—Hall, Englewood Cliffs, 1972, dalam T Hani Handoko.
Muna, Nazilatul, Analisis Pembiayaan Mudharabah Terhadap Pendapatan Usaha Kecil Pasar Tradisional Karah (Studi Kasus di BMT Amanah Ummah Surabaya ), (Skripsi—IIN Sunan mpel, 2013).
Nawawi, Hadari, Pengawasan Melekat di Lingkungan Aparatur Pemerintah Cet V, Jakarta: Erlangga, 1995.
Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia Cet VI, Jakarta: Djambatan, 1991.
Raharjo, Handri, Hukum Perusahaan, Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2009.
Rahman, fzalur, Economic Doctrin of Islam III, terj. Soeroyo dkk. Doktrin Ekonomi Islam III, Jakarta: Dana Bakti Wakaf, 2003.
Sa’adah, Laily, Efektivitas Pembiayaan Mudharabah Oleh Bank Mandiri Syariah Cabang Surabaya- Darmo Pada CV Arto Metal di Kecamatan aru Kabupaten Sidoarjo, (Skripsi—IIN Sunan mpel, 2004).
Sa’adah, Silvia Zuhrotus, Analisis Penilaian KJKS BMT Amanah Ummah Surabaya Terhadap Perilaku Calon Nasabah Pembiayaan Mudharabah Mikro, (Skripsi—IIN Sunan mpel, 2013).
Siagian, Sondang P, Manajemen Stratejik, Jakarta: Bumi ksara, 1995.
Silalahi, Ulbert, Studi Tentang Ilmu Administrasi, Bandung: CV. Sinar Baru, 1992.
Soeratno, Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis, Yogyakarta: UPP STIM YKPN, Edisi Revisi, Cet V, 2008.
--- dan Lincolin rsyad, Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis, Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2008.
Sunggono, Bambang, Metodologi Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet I, 1998.
Sutedi, drian, Perbankan Syariah Tinjauan dan Beberapa Segi Hukum, Bogor: Ghalia Indonesia, 2009.
(5)
Syahdeini, Sutan Remy, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 1999.
Brosur KJKS Pilar Mandiri Surabaya. SOP KJKS UJKS
Departemen gama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surakarta: Pustaka l- Hanan, 2009.
Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam UIN Sunan mpel Surabaya, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi, Surabaya: t.tp., 2014.
sy-Syadzily, Intan az-Zahra, ‘Makalah Pengawasan’, dalam http://intanaz-zahraassyadzili.blogspot.com/2011/12/makalah-pengawasan.html, diakses pada 21 Juni 2014.
Firman, Nana, Pengertian dan Gambar Mesin Bubut, dalam http://nanafrmana.blogspot.com/2012/11/ pengertian-dan-gambar-mesin-bubut.html, diakses pada 12 gustus 2014.
t.p., Syarat dan Rukun Mudharabah, dalam http://infodakwahislam. wordpress.com/2013/04/26/syarat-dan-rukun-mudharabah/, diakses pada 23 Juni 2014.
Tribunnews.com, Kredit Macet KUR Mandiri Syariah Membengkak, dalam http://www.tribunnews.com/bisnis/2014/08/14/kredit-macet-kur-mandiri-syariah-membengkak, diakses pada 09 Januari 2015.
Muliadi, Muhammad rief, Pembiayaan Mudharabah, Musyarakah, dan Murabahah, dalam http://ariefmuliadi30.blogspot.com/2013/04/ pembiayaan-mudharabah-musyarakah-dan_5780.html?m=1, diakses pada 28 Mei 2014.
Hermanto(Nasabah Pembiayaan Mud}a>rabah KJKS Pilar Mandiri Surabaya), awancara melalui telepon, 05 Oktober 2014.
Kasri (Nasabah Pembiayaan Mud}a>rabah KJKS Pilar Mandiri Surabaya), awancara, Gresik, 04 Oktober 2014.
Maisaroh (Nasabah Pembiayaan Mud}a>rabah KJKS Pilar Mandiri Surabaya), awancara melalui telepon, 05 Oktober 2014.
Mujahid (Nasabah Pembiayaan Mud}a>rabah KJKS Pilar Mandiri Surabaya), awancara melalui telepon, 06 Oktober 2014.
(6)
Sofia, ni(Nasabah Pembiayaan Mud}a>rabah KJKS Pilar Mandiri Surabaya), awancara melalui telepon, 05 Oktober 2014.
Solikha, Nikmatus (Nasabah Pembiayaan Mud}a>rabah KJKS Pilar Mandiri Surabaya), awancara, Surabaya, 01 Oktober 2014.
Subchan (Nasabah Pembiayaan Mud}a>rabah KJKS Pilar Mandiri Surabaya), awancara, Gresik, 04 Oktober 2014.
Wijoyo, Karno (Manajer KJKS Pilar Mandiri Surabaya), awancara, Surabaya, 26 Mei 2014.