SISTEM PENGAWASAN USAHA NASABAH DENGAN PEMBIAYAAN MUDARABAH DI KJKS PILAR MANDIRI SURABAYA.

(1)

SKRIPSI

Oleh:

Tsaniyatul Karimah

NIM. C04210003

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Program Studi Ekonomi Syariah

Surabaya


(2)

SKRIPSI

Diajukan kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Strata Satu

Ilmu Ekonomi dan Bisnis Islam

Oleh TSANIYATUL KARIMAH NIM.

C04210003

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Program Studi Ekonomi Syariah Surabaya


(3)

(4)

(5)

(6)

bentuk usaha nasabah dengan pembiayaan mud{a>rabah di KJKS Pilar Mandiri Surabaya dan bagaimana sistem pengawasan usaha nasabah dengan pembiayaanmud}a>rabahdi KJKS Pilar Mandiri Surabaya.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan atau field research dengan menggunakan metode kualitatif, yakni penelitian yang berusaha untuk merumuskan pemecahan masalah berdasarkan data-data. Data-data tersebut dihimpun melalui teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data tersebut dengan menggunakan teknik deskriptif analisis. Hal itu bertujuan menggambarkan fakta atau menjelaskan data mengenai bentuk usaha nasabah dan sistem pengawasan KJKS Pilar Mandiri Surabaya yang diterapkan terhadap usaha nasabahnya dengan pembiayaanmud{a>rabah.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa bentuk usaha nasabah dengan pembiayaan mud{a>rabah di KJKS Pilar Mandiri Surabaya adalah bentuk Perusahaan Perseorangan, tepatnya berbentuk Usaha Dagang (UD) atau Perusahaan Dagang (PD). Hal ini dikarenakan KJKS hanya memberikan pembiayaan kepada usaha yang dimiliki oleh satu orang. Selain itu, sistem pengawasan yang digunakan KJKS Pilar Mandiri Surabaya untuk memantau nasabah pembiayaan mud{a>rabah adalah pengawasan langsung dan tidak langsung, yakni pengawasan langsung yang dilaksanakan sendiri oleh Manajer KJKS dan pengawasan tidak langsung yang dilaksanakan oleh utusan KJKS. Namun KJKS memiliki strategi khusus, yakni dengan rekening bersama yang selama ini terbukti efektif untuk memantau dan meminimalisasi kemungkinan penyimpangan keuangan usaha nasabah.

Dalam kesimpulan di atas, maka disarankan: Pertama,meningkatkan pengawasan guna mengantisipasi penyimpangan. Kedua, mempertahankan dan mengoptimalkan strategi khusus dalam pengawasan yang telah dimiliki.


(7)

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TRANSLITERASI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah... 10

C. Rumusan Masalah... 11

D. Kajian Pustaka ... 11

E. Tujuan Penelitian... 15

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 15

G. Definisi Operasional ... 16

H. Metode Penelitian... 17

1. Jenis Penelitian ... 17

2. Lokasi Penelitian dan Alasan Pemilihan... 18

3. Data dan Sumber Data ... 18

4. Teknik Pengumpulan Data ... 21

5. Teknik Pengolahan Data ... 22

6. Teknik Analisis Data ... 23


(8)

1. Pengertian Pengawasan ... 26

2. Tahapan-tahapan Pengawasan ... 30

3. Tipe-tipe Pengawasan ... 33

4. Metode Pengawasan ... 35

5. Teknik Pengawasan ... 37

6. Manfaat Pengawasan ... 41

B. Pembiayaan Mud}a>rabah... 41 1. Pengertian PembiayaanMud}a>rabah ... 41

2. Landasan Hukum PembiayaanMud}a>rabah ... 47

3. Jenis-jenis PembiayaanMud}a>rabah ... 52

4. Rukun dan Syarat PembiayaanMud}a>rabah ... 52

BAB III BENTUK USAHA NASABAH PEMBIAYAAN

MUD{A>RABAH DAN SISTEM PENGAWASAN PADA KJKS PILAR MANDIRI SURABAYA

A. Profil KJKS Pilar Mandiri Surabaya ... 55

B. Visi KJKS Pilar Mandiri Surabaya ... 56

C. Misi KJKS Pilar Mandiri Surabaya ... D. Struktur Organisasi KJKS Pilar Mandiri Surabaya ... E. Deskripsi Tugas pada KJKS Pilar Mandiri Surabaya ... F. Produk-produk KJKS Pilar Mandiri Surabaya ... G. Kriteria Penerima Pembiayaan Mud{a>rabah KJKS Pilar

Mandiri Surabaya ... H. Bentuk-bentuk Usaha Nasabah dengan Pembiayaan

Mud{a>rabahdi KJKS Pilar Mandiri Surabaya ... I. Sistem Pengawasan KJKS Pilar Mandiri Surabaya Terhadap Usaha Nasabah PembiayaanMud}a>rabah ...


(9)

Surabaya ... BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 98 B. Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA


(10)

4.1 Daftar Nama Nasabah Pembiayaan Mud}a>rabah di KJKS Pilar Mandiri Surabaya ...


(11)

2.1 Tahapan-tahapan Pengawasan ... 2.2 Jenis-jenis Pembiayaan... 3.1 Struktur Organisasi KJKS Pilar Mandiri Surabaya ... 3.2 Alur Pemberian Pembiayaan ...


(12)

A. Latar ฀elakang Masalah

฀Berwirausaha฀ merupakan฀ bagian฀ dari฀ salah฀ satu฀ aktivitas฀฀ kehidupan฀ manusia฀ di฀ dunia.฀ Hal฀ itu฀ disebabkan฀ karena฀ keberadaan฀ manusia฀ sebagai฀ ฀hali>fah fi> al-‘ard}฀ untuk฀ memakmurkan฀ bumi฀ dan฀ membawanya฀ ke฀ arah฀ yang฀ lebih฀ baik.฀ Akan฀ tetapi,฀ suatu฀ kenyataan฀ bahwa฀aktivitas฀berwirausaha฀merupakan฀bidang฀kehidupan฀yang฀kurang฀ berkembang฀ secara฀ memuaskan฀ di฀ kalangan฀ masyarakat฀ pribumi,฀ khususnya฀ bagi฀ umat฀ muslim฀ Indonesia.฀ Keberadaan฀ wirausaha฀ muslim฀ saat฀ini฀sangat฀dibutuhkan.฀Meraka฀tidak฀hanya฀membantu฀memperbaiki฀ perekonomian฀saja฀melainkan฀selalu฀menjadikan฀Rasulullah฀SAW฀sebagai฀ teladan฀ dalam฀ menjalankan฀ bisnisnya.฀ Sehingga฀ mereka฀ menjadi฀ wirausaha฀muslim฀yang฀selalu฀berpegang฀teguh฀pada฀ajaran฀Islam.฀Selain฀ itu฀ia฀harus฀memiliki฀sifat฀ulet,฀profesional,฀jujur,฀memegang฀amanah,฀dan฀ terpercaya.

Islam memposisikan bekerja atau berusaha sebagai kewajiban kedua setelah salat. Oleh karena itu apabila dilakukan dengan ikhlas, maka bekerja itu tentunya akan bernilai ibadah dan mendapat pahala. Dengan bekerja, seseorang tidak hanya berusaha memenuhi kebutuhan sendiri, melainkan juga membantu orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Sehingga nilai dari bekerja tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan saja


(13)

melainkan akan bernilai ibadah pula.฀Sebagaimana฀disebutkan฀dalam฀surat฀ al-Mulk฀ayat฀15฀dan฀an-Naba’฀ayat฀11.

฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀

฀

“Dialah฀yang฀menjadikan฀bumi฀itu฀mudah฀bagi฀kamu,฀Maka฀berjalanlah฀di฀ segala฀ penjurunya฀ dan฀ makanlah฀ sebahagian฀ dari฀ rezki-Nya.฀ dan฀ Hanya฀ kepada-Nya-lah฀kamu฀(kembali฀setelah)฀dibangkitkan”.฀

Surat฀ al-Mulk฀ ayat฀ 15,฀ memberikan฀ perintah฀ kepada฀ manusia฀ untuk฀ memenuhi฀ segala฀ kebutuhannya฀ dan฀ untuk฀ memenuhi฀ kebutuhan฀ tersebut,฀ hendaknya฀ manusia฀ mau฀ berusaha฀ untuk฀ mendapatkannya฀ dengan฀cara฀bekerja฀(berusaha).฀Dan฀segala฀apa฀yang฀dikerjakan฀manusia฀ di฀ bumi฀ akan฀ diminta฀ pertanggungjawabannya฀ di฀ akhirat฀ nanti,฀ dan฀ hal฀ inilah฀yang฀harus฀selalu฀diingat฀oleh฀manusia.฀

Selain฀ surat฀ al-Mulk฀ ayat฀ 15,฀ surat฀ an-Naba’฀ ayat฀ 10-11฀ juga฀ menjelaskan฀tentang฀anjuran฀berusaha฀atau฀bekerja.

฀฀฀฀฀฀฀฀

“Dan฀kami฀jadikan฀malam฀sebagai฀pakaian.฀Dan฀kami฀jadikan฀siang฀untuk฀ mencari฀penghidupan”.฀

Surat฀tersebut฀menjelaskan฀bahwa฀Allah฀menjadikan฀siang฀sebagai฀ waktu฀ yang฀ tepat฀ untuk฀ bekerja฀ demi฀ memenuhi฀ kebutuhan฀ dan฀ menjadikan฀ malam฀ sebagai฀ pakaian,฀ karena฀ malam฀ itu฀ gelap฀ yang฀ menutupi฀jagat,฀sebagaimana฀pakaian฀yang฀menutupi฀tubuh฀manusia.฀Dan฀ malam฀ adalah฀ waktu฀ untuk฀ menghentikan฀ aktivitas฀ agar฀ manusia฀ bisa฀ beristirahat฀dengan฀baik,฀namun฀tidak฀meninggalkan฀ibadah฀kepada฀Allah.฀ Selain฀ itu฀ dalam฀ surat฀ tersebut,฀ Allah฀ memberikan฀ perintah฀ kepada฀


(14)

manusia฀untuk฀mengembangkan฀usaha฀agar฀bermanfaat฀pada฀diri฀sendiri฀ dan฀orang฀lain.฀

Dalam฀ menjalankan฀ kegiatan฀ usaha฀ tidak฀ selalu฀ berjalan฀ mulus,฀ adakalanya฀ untung,฀ merugi,฀ bahkan฀ gulung฀ tikar฀ (gagal).฀ Hal฀ itu฀ disebabkan฀oleh฀5฀faktor,฀฀yaitu:฀1)฀kurangnya฀pengetahuan฀tentang฀pasar,฀ 2)฀keusangan฀produk,฀seperti฀model฀yang฀tertinggal,฀kemasan฀yang฀kurang฀ menarik,฀ sehingga฀ menyebabkan฀ produk฀ kurang฀ diminati.฀ 3)฀ kurangnya฀ promosi.฀ Produk฀ yang฀ kurang฀ dikenal฀ oleh฀ konsumen฀ akan฀ menjadi฀ produk฀ yang฀ tidak฀ diketahui฀ apa฀ saja฀ atribut฀ positifnya.฀ 4)฀ daur฀ hidup฀ produk฀ atau฀ siklus฀ kehidupan฀ produk.฀ Semua฀ produk฀ akan฀ melewati฀ empat฀ masa,฀ dimulai฀ dari฀ masa฀ perkenalan,฀ masa฀ pertumbuhan,฀ masa฀ kedewasaan,฀ dan฀ yang฀ terakhir฀ masa฀ kemunduran.฀ Masa฀ kemunduran฀ adalah฀ masa฀ yang฀ paling฀ dikhawatirkan฀ oleh฀ para฀ usahawan,฀ karena฀ apabila฀ tidak฀ ada฀ kesiapan฀ dalam฀ menghadapinya,฀ maka฀ usaha฀ tersebut฀ akan฀terus฀mundur฀dan฀“kolaps”,฀dan฀5)฀kurangnya฀modal.฀

Dari฀ beberapa฀ faktor฀ penyebab฀ kegagalan฀ usaha฀ yang฀ telah฀ disebutkan฀ di฀ atas,฀ minimnya฀ modal฀ merupakan฀ salah฀ satu฀ penyebab฀ terbesar฀ atas฀ kegagalan฀ usaha.฀ Seringkali฀ dijumpai฀ seorang฀ wirausaha฀ terpaksa฀ gulung฀ tikar฀ dan฀ tidak฀ bisa฀ mengembangkan฀ usahanya฀ disebabkan฀ oleh฀฀ keterbatasan฀ modal.฀ Sehingga฀ berdasarkan฀ kondisi฀ seperti฀ itu,฀ keberadaan฀ lembaga฀ keuangan฀ sangat฀ dibutuhkan฀ untuk฀ membantu฀mengatasi฀permasalahan฀tersebut.


(15)

Koperasi฀ Jasa฀ Keuangan฀ Syariah฀ (KJKS)฀ merupakan฀ salah฀ satu฀ lembaga฀ keuangan฀ syariah฀ yang฀ kegiatan฀ usahanya฀ bergerak฀ di฀ bidang฀ pembiayaan,฀ investasi,฀ dan฀ simpanan฀ sesuai฀ dengan฀ pola฀ bagi฀ hasil฀ berdasarkan฀ prinsip-prinsip฀ syariah.฀ KJKS฀ memiliki฀ unit฀ simpan฀ pinjam฀ yang฀ terdiri฀ dari฀ dua฀ bentuk฀ usaha,฀ yaitu฀ simpanan฀ dan฀ pinjaman฀ atau฀ pembiayaan.฀ Simpanan฀ adalah฀ dana฀ yang฀ dipercayakan฀ oleh฀ anggota,฀ calon฀ anggota,฀ KJKS฀ lain,฀ dan฀ atau฀ anggotanya.฀ Sedangkan฀ pinjaman฀ atau฀ pembiayaan฀ adalah฀ penyediaan฀ uang฀ berdasarkan฀ perjanjian฀ atau฀ kesepakatan฀ pinjam฀ meminjam฀ antara฀ KJKS฀ dengan฀ anggota,฀ calon฀ anggota,฀ KJKS฀ lain฀ dan฀ atau฀ anggotanya,฀ yang฀ mewajibkan฀ pihak฀ peminjam฀untuk฀melunasi฀hutangnya฀setelah฀jangka฀waktu฀tertentu.฀

Mekanisme฀ keuangan฀ syariah฀ dengan฀ model฀ bagi฀ hasil฀ berhubungan฀ dengan฀ penghimpunan฀ dana฀ dan฀ pembiayaan,฀ terutama฀฀ berkaitan฀ dengan฀ produk฀ penyertaan฀ atau฀ kerjasama฀ usaha.฀ Dalam฀ pengembangan฀ produknya,฀ dikenal฀ dengan฀ istilah฀ s}a>h}ib al-ma>l dan฀ mud}a>rib.฀S}a>h}ib al-ma>l merupakan฀ pemilik฀ dana฀ yang฀ mempercayakan฀ dananya฀pada฀lembaga฀keuangan฀syariah.฀Seperti฀KJKS฀untuk฀mengelola฀ sesuai฀dengan฀perjanjian.฀Sedangkan฀mud}a>rib฀adalah฀kelompok฀orang฀atau฀ badan฀yang฀memperoleh฀dana฀untuk฀dijadikan฀modal฀usaha฀atau฀investasi.฀ Kerjasama฀tersebut฀disebut฀dengan฀akad฀mud}a>rabah.

Pembiayaan฀mud}a>rabah฀ adalah฀ pembiayaan฀ yang฀ disalurkan฀ oleh฀ lembaga฀ keuangan฀ syariah฀ kepada฀ pihak฀ lain฀ untuk฀ sesuatu฀ usaha฀ yang฀ produktif.฀ Keuntungan฀ secara฀mud}a>rabah฀ dibagi฀ menurut฀ nisbah฀ yang฀


(16)

telah฀ disepakati฀ pada฀ kontrak,฀ sedangkan฀ apabila฀ mengalami฀ kerugian฀ akan฀ ditanggung฀ oleh฀ pemilik฀ modal฀ selama฀ kerugian฀ itu฀ bukan฀ akibat฀ pengelola.฀ Seandainya฀ kerugian฀ itu฀ diakibatkan฀ karena฀ kecurangan฀ atau฀ kelalaian฀ pengelola,฀ pengelola฀ harus฀ bertanggung฀ jawab฀ atas฀ kerugian฀ tersebut.฀฀ Selain฀ itu฀ pembiayaan฀ mud{a>rabah฀ juga฀ harus฀ didasari฀ kepercayaan฀pihak฀s{a>h{ib al-ma>l฀atau฀pemilik฀modal฀kepada฀mud{a>rib atau฀ pengelola฀modal.฀฀

Secara฀ khusus฀mud}a>rabah฀ merupakan฀ salah฀ satu฀ roda฀ penggerak฀ perekonomian฀ suatu฀ negara฀ dengan฀ prinsip฀ bagi฀ hasil.฀ Dalam฀ hal฀ ini,฀ sektor฀ riil฀ akan฀ secara฀ signifikan฀ terus฀ tumbuh฀ dan฀ akhirnya฀ akan฀ meningkatkan฀ perekonomian฀ secara฀ umum.฀ Lebih฀ dari฀ itu,฀ pola฀ pembiayaan฀bagi฀hasil,฀selain฀merupakan฀esensi฀pembiayaan฀syariah,฀juga฀ lebih฀ cocok฀ untuk฀ menggiatkan฀ sektor฀ riil,฀ karena฀ meningkatkan฀ hubungan฀ langsung฀ dan฀ pembagian฀ resiko฀ antara฀ pemilik฀ modal฀ dengan฀ pengelola.฀฀ Meskipun฀ pembiayaan฀mud{a>rabah memiliki฀ pengaruh฀ positif฀ dalam฀ pertumbuhan฀ perekonomian,฀ akan฀ tetapi฀ masih฀ sedikit฀ sekali฀ peminat฀dari฀pembiayaan฀ini.฀Rendahnya฀minat฀penggunaan฀pembiayaan฀

mud{a>rabah dapat฀ disebabkan฀ oleh฀ besarnya฀ resiko฀ dan฀ tanggungjawab฀ yang฀dipikul฀nasabah฀karena฀modal฀yang฀dipinjam฀jumlahnya฀cukup฀besar.฀ Salah฀satu฀KJKS฀yang฀menyalurkan฀pembiayaan฀mud}a>rabah฀untuk฀ pengembangan฀ usaha฀ bagi฀ anggota฀ KJKS฀ dan฀ masyarakat฀ umum฀ adalah฀ KJKS฀ Pilar฀ Mandiri฀ Surabaya.฀ Lembaga฀ ini฀ berada฀ di฀ bawah฀ naungan฀ Yayasan฀Nurul฀Hayat.฀Pembiayaan฀mud}a>rabah฀pada฀KJKS฀Pilar฀Mandiri฀


(17)

Surabaya฀telah฀ada฀sejak฀KJKS฀Pilar฀Mandiri฀Surabaya฀ini฀berdiri.฀Selain฀ itu,฀ KJKS฀ Pilar฀ Mandiri฀ Surabaya฀ juga฀ menawarkan฀ beberapa฀ macam฀ pembiayaan.฀Misalnya฀pembiayaan฀mura>bah}ah,฀qard} al-h}asan,฀ija>rah,฀dan฀ h}awa>lah.฀ Salah฀ satu฀฀ produk฀ pembiayaan฀ yang฀ ditawarkan฀ oleh฀ KJKS฀ Pilar฀ Mandiri฀ Surabaya,฀ yakni฀ pembiayaan฀ mud}a>rabah.฀ KJKS฀ Pilar฀ Mandiri฀ Surabaya฀ mampu฀ memberikan฀ bantuan฀ modal฀ pengembangan฀ usaha฀ kepada฀ nasabah฀ dengan฀ nominal฀ yang฀ cukup฀ besar,฀ yaitu฀ sampai฀ dengan฀ lebih฀ dari฀ Rp฀ 10.000.000,-฀ dan฀ nisbah฀ yang฀ disepakati฀ bersama฀ telah฀disesuaikan฀dengan฀kemampuan฀nasabah.฀

Menurut฀ data฀ yang฀ diperoleh฀ dari฀ kantor฀ KJKS฀ Pilar฀ Mandiri฀ Surabaya,฀terdapat฀kurang฀lebih฀3800฀orang฀warga฀binaan฀dan฀2500฀orang฀ diantaranya฀ menggunakan฀ pembiayaan฀qard} al-h}asan,฀ jumlah฀ ini฀ sangat฀ tinggi฀ dibandingkan฀ dengan฀ warga฀ binaan฀ yang฀ menggunakan฀ pembiayaan฀mud}a>rabah฀yang฀hanya฀berjumlah฀sekitar฀8฀orang฀saja,฀hal฀ini฀ disebabkan฀ adanya฀ keraguan฀ pada฀ diri฀ nasabah฀ pada฀ kemampuannya฀ mengembalikan฀ modal฀ yang฀ diberikan฀ oleh฀ KJKS.฀ Pembiayaan฀

mud}a>rabah฀ pada฀ KJKS฀ Pilar฀ Mandiri฀ Surabaya฀ dikhususkan฀ untuk฀ pembiayaan฀ produktif฀ seperti฀ modal฀ usaha,฀ sedangkan฀ pembiayaan฀qard} al-h}asan฀ ditujukan฀ kepada฀ warga฀ binaan฀฀ agar฀ tidak฀ bergantung฀ kepada฀ rentenir฀ bukan฀ untuk฀ modal฀ usaha.฀฀฀ Bentuk฀ usaha฀ yang฀ menggunakan฀ pembiayaan฀mud}a>rabah pada฀ KJKS฀ Pilar฀ Mandiri฀ Surabaya฀ biasanya฀ berupa฀usaha฀yang฀cukup฀besar฀dan฀memerlukan฀modal฀yang฀cukup฀besar฀


(18)

pula.฀ Misalnya฀ usaha฀ nasabah฀ yang฀ berbentuk฀ Usaha฀ Dagang฀ (UD)฀ atau฀ Perusahaan฀Perorangan.฀

Nasabah฀ pembiayaan฀mud}a>rabah฀ di฀ KJKS฀ Pilar฀ Mandiri฀ yang฀ berjumlah฀ kurang฀ lebih฀ 8฀ orang฀ tersebut฀฀ tersebar฀ di฀ beberapa฀ kota฀ di฀ pulau฀ Jawa,฀ termasuk฀ di฀ Jawa฀ Barat.฀ Untuk฀ melakukan฀ proses฀ pembiayaan฀mud}a>rabah฀ di฀ KJKS฀ Pilar฀ Mandiri฀ Surabaya,฀ nasabah฀ yang฀ berada฀di฀luar฀kota฀harus฀datang฀langsung฀ke฀kantor฀KJKS฀Pilar฀Mandiri฀ yang฀ berlokasi฀ di฀ Perum฀ IKIP฀ Gunung฀ Anyar฀ B-48฀ Surabaya.฀฀ Sehingga฀ dapat฀diketahui฀bahwa฀nasabah฀pembiayaan฀mud}a>rabah pada฀KJKS฀Pilar฀ Mandiri฀ tidak฀ hanya฀ berada฀ di฀ Jawa฀ Timur,฀ khususnya฀ kota฀ Surabaya฀ saja,฀melainkan฀di฀beberapa฀kota฀di฀pulau฀Jawa.฀

Saat฀ ini฀ masalah฀ kredit฀ macet฀ banyak฀ dialami฀ oleh฀ bank฀ dan฀ lembaga฀ keuangan฀ di฀ Indonesia,฀ misalnya฀ pada฀ Bank฀ Syariah฀ Mandiri฀ yang฀ mengalami฀ peningkatan฀ rasio฀ pembiayaan฀ bermasalah฀ atau฀Non Performing finance (NPF)฀ per฀ Juni฀ 2014฀ menjadi฀ level฀ 12,5%฀ dari฀ level฀ 7,1%฀ pada฀ tahun฀ 2013.฀฀ Cara฀ yang฀ digunakan฀ oleh฀ KJKS฀ Pilar฀ Mandiri฀ Surabaya฀ untuk฀ mengatasi฀ masalah฀ kredit฀ macet฀ pada฀ pembiayaan฀

mud{a>rabah adalah฀dengan฀rekening฀bersama.฀

Rekening฀ bersama฀ adalah฀ rekening฀ yang฀ dibuka฀ bersama฀ antara฀ pihak฀ nasabah฀ dan฀ pihak฀ KJKS฀ di฀ bank฀ tertentu฀ dan฀ bisa฀ diakses฀ oleh฀ kedua฀belah฀pihak.฀Rekening฀bersama฀inilah฀yang฀menjadi฀strategi฀khusus฀ yang฀ diterapkan฀ oleh฀ pihak฀ KJKS฀ Pilar฀ Mandiri฀ Surabaya฀ untuk฀ mempermudah฀ pengawasan฀ semua฀ nasabahnya.฀ Dan฀ sampai฀ saat฀ ini฀


(19)

belum฀ pernah฀ terjadi฀ permasalahan฀ pembiayaan฀ seperti฀ kredit฀ macet฀ ataupun฀ nasabah฀ yang฀ kabur฀ dari฀ tanggungjawabnya฀ mengangsur฀ pembiayaan฀ mud}a>rabah di฀ KJKS฀ Pilar฀ Mandiri฀ Surabaya,฀ sehingga฀ pembukaan฀rekening฀bersama฀dirasa฀menjadi฀strategi฀yang฀paling฀efektif฀ dalam฀pengawasan฀usaha฀nasabah฀di฀KJKS฀Pilar฀Mandiri฀Surabaya.

Melihat฀keadaan฀seperti฀itu,฀maka฀perlu฀adanya฀pengawasan฀yang฀ dilakukan฀oleh฀KJKS฀Pilar฀Mandiri฀Surabaya฀kepada฀nasabah฀pembiayaan฀

mud}a>rabah฀untuk฀mengontrol฀penggunaan฀modal฀usaha฀oleh฀nasabah.฀Hal฀ itu฀ bertujuan฀ untuk฀ mengetahui฀ perkembangan฀ usaha฀ yang฀ dibiayainya,฀ terlebih฀lagi฀usaha฀yang฀dibiayai฀oleh฀KJKS฀Pilar฀Mandiri฀Surabaya฀tidak฀ hanya฀ berada฀ di฀ wilayah฀ Jawa฀ Timur฀ saja.฀ Pengawasan฀ ini฀ sangat฀ dibutuhkan฀untuk฀mengantisipasi฀kemungkinan฀terjadinya฀penyimpangan-penyimpangan฀ dalam฀ pelaksanaan฀ kesepakatan฀ yang฀ telah฀ disetujui฀ oleh฀ kedua฀ belah฀ pihak.฀ Selain฀ itu฀ juga฀ untuk฀ mengetahui฀ keefektifan฀ pemberian฀ pembiayaan฀ mud}a>rabah฀ pada฀ pengembangan฀ usaha฀ yang฀ dilakukan฀oleh฀nasabah.

Ada฀ banyak฀ sebutan฀ bagi฀ fungsi฀ pengawasan,฀ antara฀ lain฀

controlling, evaluating, appraising,฀ atau฀correcting.฀ Sebutan฀controlling lebih฀ banyak฀ digunakan฀ karena฀ lebih฀ mengandung฀ konotasi฀ yang฀ mencangkup฀ penetapan฀ standar,฀ pengukuran฀ kegiatan,฀ dan฀ pengambilan฀ tindakan฀ korektif.฀ Definisi฀ pengawasan฀ adalah฀ proses฀ pengamatan฀ dari฀฀ pelaksanaan฀ seluruh฀ kegiatan฀ organisasi฀ untuk฀ menjamin฀ agar฀ semua฀


(20)

pekerjaan฀yang฀sedang฀dilaksanakan฀berjalan฀sesuai฀dengan฀rencana฀yang฀ telah฀ditentukan฀sebelumnya.฀

Pengawasan฀dalam฀pandangan฀Islam฀dilakukan฀untuk฀meluruskan฀ yang฀ tidak฀ lurus,฀ mengoreksi฀ yang฀ salah,฀ dan฀ membenarkan฀ yang฀ hak.฀ Pengawasan฀ dalam฀ Islam฀ terbagi฀ menjadi฀ dua,฀ pertama,฀ pengawasan฀ berasal฀dari฀diri฀sendiri฀yang฀bersumber฀dari฀tauhid฀dan฀keimanan฀kepada฀ Allah.฀Seseorang฀yang฀yakin฀bahwa฀Allah฀selalu฀mengawasi฀hamba-Nya,฀ maka฀ orang฀ tersebut฀ akan฀ bertindak฀ hati-hati.฀Kedua,฀ pengawasan฀ yang฀ berasal฀ dari฀ luar฀ diri฀ sendiri.฀ Sistem฀ pengawasan฀ ini฀ terdiri฀ atas฀ mekanisme฀ pengawasan฀ pimpinan฀ yang฀ berkaitan฀ dengan฀ penyelesaian฀ tugas฀yang฀telah฀didelegasikan,฀kesesuaian฀antara฀penyelesaian฀tugas฀dan฀ perencanaan฀tugas,฀dan฀lain-lain.฀

Berdasarkan฀ latar฀ belakang฀ di฀ atas,฀ maka฀ peneliti฀ tertarik฀ untuk฀ meneliti฀ lebih฀ dalam฀ mengenai฀ sistem฀ pengawasan฀ yang฀ digunakan฀ oleh฀ KJKS฀ Pilar฀ Mandiri฀ Surabaya฀ dalam฀ mengawasi฀ semua฀ usaha฀ nasabah฀ yang฀dibiayainya฀serta฀perkembangan฀usaha฀tersebut.

฀. Identifikasi dan ฀atasan Masalah

1. Identifikasi฀Masalah

Berdasarkan฀ latar฀ belakang฀ di฀ atas,฀ maka฀ dapat฀ diidentifikasikan฀ masalah฀sebagai฀berikut:


(21)

b. Jenis-jenis฀ lembaga฀ keuangan฀ syariah฀ nonbank฀ yang฀ ada฀ di฀ Indonesia.

c. Macam-macam฀produk฀yang฀ditawarkan฀oleh฀KJKS฀Pilar฀Mandiri. d. Bentuk-bentuk฀usaha฀nasabah฀pembiayaan฀mud}a>rabah฀pada฀KJKS฀

Pilar฀Mandiri฀Surabaya.

e. Bentuk-bentuk฀ pengawasan฀ KJKS฀ Pilar฀ Mandiri฀ Surabaya฀ terhadap฀ usaha฀ nasabah฀ yang฀ menggunakan฀ pembiayaan฀

mud}a>rabah.

2. Batasan฀Masalah

Mengingat฀ luasnya฀ masalah฀ dalam฀ studi฀ ini,฀ maka฀ diperlukan฀ adanya฀pembatasan฀masalah฀agar฀pembahasan฀lebih฀terfokus฀yaitu: a. Bentuk-bentuk฀ usaha฀ nasabah฀ dengan฀ pembiayaan฀mud}a>rabah฀ di฀

KJKS฀Pilar฀Mandiri฀Surabaya.

b. Analisis฀ sistem฀ pengawasan฀ usaha฀ nasabah฀ dengan฀ pembiayaan฀

mud}a>rabah฀฀di฀KJKS฀Pilar฀Mandiri฀Surabaya.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan฀ latar฀ belakang฀ di฀ atas,฀ maka฀ dapat฀ dirumuskan฀ beberapa฀permasalahan฀sebagai฀berikut:

1. Bagaimana฀ bentuk-bentuk฀ usaha฀ nasabah฀ dengan฀ pembiayaan฀

mud}a>rabah฀di฀KJKS฀Pilar฀Mandiri฀Surabaya?

2. Bagaimana฀ sistem฀ pengawasan฀ usaha฀ nasabah฀ dengan฀ pembiayaan฀


(22)

D. Kajian Pustaka

Kajian฀ pustaka฀ adalah฀ deskripsi฀ singkat฀ mengenai฀ kajian฀ atau฀ penelitian฀yang฀sudah฀dilakukan฀di฀seputar฀masalah฀yang฀diteliti฀sehingga฀ terlihat฀ jelas฀ bahwa฀ kajian฀ yang฀ akan฀ dilakukan฀ ini฀ tidak฀ merupakan฀ pengulangan฀duplikasi฀dari฀kajian฀atau฀penelitian฀yang฀telah฀ada.฀

Secara฀ umum,฀ penelitian฀ tentang฀ sistem฀ pengawasan฀ dan฀ pembiayaan฀mud}a>rabah฀telah฀dilakukan฀oleh฀banyak฀peneliti฀sebelumnya.฀ Adapun฀di฀antara฀penelitian฀tersebut฀adalah฀sebagai฀berikut:

1. Fungsi Pengawasan Program Kerja Yayasan Ana฀ Yatim dan Fa฀ir Mis฀in Al-Kahfi Surabaya, oleh฀Nurul฀Jannatin.฀Skripsi฀ini฀membahas฀฀ tentang฀ fungsi฀ sistem฀ pengawasan฀ yang฀ digunakan฀ oleh฀ Yayasan฀ Anak฀ Yatim฀ dan฀ Fakir฀ Miskin฀ Al-Kahfi฀ Surabaya฀ dalam฀ mengawasi฀ program฀ kerjanya.฀ Hasil฀ penelitian฀ tersebut฀ antara฀ lain฀ fungsi฀ pengawasan฀ program฀ kerja฀ Yayasan฀ Anak฀ Yatim฀ dan฀ Fakir฀ Miskin฀ Surabaya,฀ dilakukan฀ dengan฀ dua฀ cara฀ yakni pengawasan langsung,฀ ketua฀ yayasan฀ meninjau฀ langsung฀ ke฀ lapangan฀ dan฀ mengamati฀ serta฀ menilai฀ program฀ kerja.฀ Selain฀ itu,฀ pengawasan tidak฀ langsung฀ juga฀ dilakukan,฀ yaitu฀ berupa฀ laporan-laporan฀ tertulis฀ yang฀ disampaikan฀ pada฀ rapat฀ bulanan,฀ sekaligus฀ laporan฀ lisan฀ yang฀ disampaikan฀ pengurus฀kepada฀ketua฀yayasan.

2. Sistem Pengawasan Kerja di Ban฀ Ra฀yat Indonesia Syariah Surabaya, oleh฀ Arif฀ Alatas.฀ Penelitian฀ tersebut฀ menunjukkan฀ bahwa฀


(23)

penerapan฀sistem฀pengawasan฀kerja฀di฀Bank฀Rakyat฀Indonesia฀Syariah฀ Surabaya฀ telah฀ menerapkan฀ sebagian฀ proses฀ pengawasan฀ yaitu฀ penentuan฀dan฀penetapan฀standar฀yaitu฀menggunakan฀standar฀tujuan,฀ karena฀ organisasi฀ ini฀ menerapkan฀ sistem฀ pengawasan฀ langsung฀ dan฀ tidak฀langsung,฀untuk฀pengukuran฀dilaksanakan฀perbulan฀yaitu฀setiap฀ satu฀ bulan฀ sekali฀ diadakan฀ pertemuan฀ yang฀ isinya฀ membahas฀ semua฀ kegiatan฀operasional฀kerja฀yang฀sudah฀dilakukan฀maupun฀yang฀sedang฀ dengan฀metode฀diskusi฀langsung.

3. Analisis Pembiayaan Mud}a>rabah Terhadap Pendapatan Usaha Kecil Pasar Tradisional Karah (Studi Kasus di BMT Amanah Ummah Surabaya), oleh฀ Nazilatul฀ Muna.฀ Penelitian฀ ini฀ membahas฀ tentang฀฀ pengaruh฀ pembiayaan฀ mud}a>rabah฀ terhadap฀ perubahan฀ pendapatan฀ usaha฀ kecil.฀ Dan฀ hasil฀ dari฀ penelitian฀ tersebut฀ diketahui฀ gambaran฀ pembiayaan฀ mud}a>rabah฀ di฀ BMT฀ Amanah฀ Ummah฀ Surabaya฀ dan฀ dugaan฀ rata-rata฀ pendapatan฀ usaha฀ nasabah฀ yang฀ melakukan฀ pembiayaan฀ mud}a>rabah฀ di฀ BMT฀ Amanah฀ Ummah฀ Surabaya฀ mengalami฀peningkatan฀setelah฀melakukan฀pembiayaan฀dibandingkan฀ dengan฀sebelum฀melakukan฀pembiayaan.

4. Analisis Penilaian KJKS BMT Amanah Ummah Surabaya Terhadap Kelaya฀an Perila฀u Calon Nasabah Pembiayaan Mud}a>rabah Mi฀ro,฀ oleh฀ Silvia฀ Zuhrotus฀ Sa’adah.฀฀ Penelitian฀ ini฀ membahas฀ tentang฀ faktor-faktor฀ yang฀ digunakan฀ oleh฀ KJKS฀ BMT฀ Amanah฀ Ummah฀ dalam฀ menentukan฀ pantas฀ tidaknya฀ seorang฀ nasabah฀ untuk฀


(24)

mendapatkan฀ pembiayaan฀ mud}a>rabah.฀ Penelitian฀ ini฀ juga฀ memaparkan฀ bahwa฀ ada฀ 6฀ faktor,฀ yaitu฀ 6C฀(Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition of economic dan Compliance)฀ dalam฀ menganalisis฀ penilaian฀ pembiayaan.฀ Dan฀ hasil฀ penelitian฀ ini฀ menyebutkan฀bahwa฀pada฀KJKS฀BMT฀Amanah฀Ummah฀terdapat฀satu฀ faktor฀ yang฀ dominan฀ dalam฀ penilaian฀ kelayakan฀ calon฀ nasabah฀ pembiyaan฀mud}a>rabah฀mikro,฀yakni฀faktor฀character.

5. Analisis Usaha Mi฀ro dan Kecil Setelah Memperoleh Pembiayaan Mud}a>rabah dari BMT At-Taqwa Halmahera Di Kota Semarang, oleh฀ Fitri฀ Ananda.฀฀ Dalam฀ penelitian฀ ini,฀ peneliti฀ menganalisis฀ perbedaan฀ dan฀perkembangan฀Usaha฀Mikro฀dan฀Kecil฀(UMK)฀antara฀sebelum฀dan฀ sesudah฀ memperoleh฀ pembiayaan฀mud}a>rabah฀ dari฀ BMT฀ At฀ Taqwa฀ Halmahera฀ yang฀ meliputi฀ modal฀ usaha,฀ omzet฀ penjualan฀ dan฀ keuntungan.฀ Hasil฀ penelitian฀ tersebut฀ diketahui฀ adanya฀ peningkatan฀ modal฀usaha฀sebesar฀92%,฀peningkatan฀penjualan฀sebesar฀103%,฀dan฀ peningkatan฀keuntungan฀sebesar฀65%฀yang฀dialami฀oleh฀pelaku฀usaha฀ mikro฀ dan฀ kecil฀ setelah฀ mendapatkan฀ pembiayaan฀mud}a>rabah฀ dari฀ BMT฀At฀Taqwa฀Halmahera฀di฀kota฀Semarang.฀

6. Efe฀tivitas Pembiayaan Mud}a>rabah Oleh Ban฀ Syariah Mandiri Cabang Surabaya- Darmo Pada CV Arto Metal di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo, oleh฀ Laily฀ Sa’adah.฀ Penelitian฀ ini฀ menjelaskan฀฀ bahwa฀ pembiayaan฀ mud}a>rabah฀ pada฀ CV฀ Arto฀ Metal฀ oleh฀ Bank฀ Syariah฀ Mandiri฀ memiliki฀ nilai฀ positif,฀ karena฀ telah฀ menyelamatkan฀


(25)

CV฀ Arto฀ Metal฀ dari฀ bahaya฀ bunga฀ dan฀ perolehan฀ keuntungan฀ yang฀ terus฀ meningkat฀ sehingga฀ CV฀ Arto฀ Metal฀ kembali฀ mengajukan฀ pembiayaan฀di฀tahun฀berikutnya.

Berdasarkan฀ beberapa฀ penelitian,฀ secara฀ khusus฀ sampai฀ saat฀ ini฀ belum฀ ada฀ yang฀ membahas฀ tentang฀ sistem฀ pengawasan฀ usaha฀ nasabah฀ pembiayaan฀mud}a>rabah฀pada฀suatu฀lembaga฀keuangan฀seperti฀KJKS.฀Atas฀ dasar฀ itu,฀ peneliti฀ tertarik฀ untuk฀ melakukan฀ penelitian฀ tentang฀ sistem฀ pengawasan฀usaha฀nasabah฀฀pembiayaan฀mud}a>rabah฀pada฀KJKS.฀

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan฀ rumusan฀ masalah฀ di฀ atas,฀ maka฀ tujuan฀ yang฀ ingin฀ dicapai฀dalam฀penelitian฀ini฀adalah฀untuk฀sebagai฀berikut:

1. Untuk฀ mendeskripsikan฀ bentuk-bentuk฀ usaha฀ nasabah฀ dengan฀ pembiayaan฀mud}a>rabah฀KJKS฀Pilar฀Mandiri฀Surabaya.

2. Untuk฀ menganalisis฀ sistem฀ pengawasan฀ terhadap฀ usaha฀ nasabah฀ dengan฀pembiayaan฀mud}a>rabah di฀KJKS฀Pilar฀Mandiri฀Surabaya.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

1. Kegunaan฀Teoritas

a. Diharapkan฀ dapat฀ berguna฀ untuk฀ membangun,฀ memperkuat฀ dan฀ menyempurnakan฀teori฀yang฀telah฀ada.฀

b. Diharapkan฀ mampu฀ untuk฀ memberikan฀ kontribusi฀ terhadap฀ pengembangan฀ ilmu฀ pengetahuan฀ seputar฀ permasalahan฀ yang฀


(26)

diteliti,฀ dengan฀ menjadikannya฀ sebagai฀ sumber฀ informasi฀ bagi฀ penulis฀ dan฀ pihak฀ lain฀ yang฀ ingin฀ mengetahui฀ permasalahan฀ tersebut฀secara฀mendalam.

2. Kegunaan฀Praktis

a. Sebagai฀ referensi฀ pada฀ organisasi฀ atau฀ perusahaan฀ secara฀ umum฀ dalam฀menggunakan฀teori฀pemberian฀modal฀kerja,฀pendampingan฀ dan฀ pembinaan฀ dalam฀ pengembangan฀ usaha฀ serta฀ teori฀ pengawasan฀pembiayaan.

b. Sebagai฀ tambahan฀ referensi฀ agar฀ dapat฀ mengembangkan฀ sistem฀ pengawasan฀ pada฀ usaha฀ nasabah฀ pembiayaan฀mud}a>rabah฀ KJKS฀ Pilar฀Mandiri฀Surabaya.

G. Definisi Operasional

Dari฀judul฀penelitian฀di฀atas,฀terdapat฀beberapa฀penjelasan฀tentang฀ pengertian฀yang฀bersifat฀operasional฀dan฀konsep฀atau฀variabel฀penelitian฀ sehingga฀ bisa฀ dijadikan฀ acuan฀ dalam฀ menelusuri,฀ menguji฀ atau฀ menukar฀ variabel฀tersebut฀melalui฀penelitian,฀yakni:

1. Sistem฀pengawasan฀usaha฀nasabah.

Sistem฀ pengawasan฀ usaha฀ nasabah฀ adalah฀ suatu฀ sistem฀ yang฀ digunakan฀ untuk฀ mengawasi฀ usaha฀ nasabah฀ dengan฀ cara฀ menetapkan฀ standar฀ pelaksanaan฀ dengan฀ tujuan-tujuan฀ perencanaan,฀ merancang฀ sistem฀informasi฀umpan฀balik,฀membandingkan฀kegiatan฀nyata฀dengan฀ standar฀yang฀telah฀ditetapkan฀sebelumnya,฀menentukan฀dan฀mengukur฀


(27)

penyimpangan-penyimpangan,฀serta฀mengambil฀tindakan฀koreksi฀yang฀ diperlukan฀ untuk฀ menjamin฀ bahwa฀ sumber฀ daya฀ perusahaan฀ dipergunakan฀dengan฀cara฀paling฀efektif฀dan฀efisien฀dalam฀pencapaian฀ tujuan-tujuan฀perusahaan.

2. Pembiayaan฀mud}a>rabah.

Pembiayaan฀mud}a>rabah adalah฀ perjanjian฀ antara฀ penanam฀ dana฀ dan฀ pengelola฀ dana฀ untuk฀ melakukan฀ usaha฀ tertentu,฀ dengan฀ pembagian฀keuntungan฀antara฀kedua฀belah฀pihak฀sesuai฀dengan฀nisbah฀ yang฀telah฀disepakati฀sebelumnya.฀

3. KJKS฀Pilar฀Mandiri฀Surabaya.

KJKS฀ Pilar฀ Mandiri฀ Surabaya฀ adalah฀ salah฀ satu฀ koperasi฀ di฀ Surabaya฀yang฀kegiatan฀usahanya฀bergerak฀di฀bidang฀pembiayaan฀dan฀ simpanan฀sesuai฀pola฀bagi฀hasil.

H. Metode Penelitian

1. Jenis฀Penelitian

Penelitian฀ ini฀ termasuk฀ jenis฀ penelitian฀ lapangan฀ atau฀ field research.฀Hal฀itu฀disebabkan฀karena฀kegiatan฀penelitian฀dilakukan฀di฀ lokasi฀ yang฀ sebenarnya.฀ Penelitian฀ ini฀ digunakan฀ untuk฀ melihat฀ fenomena฀atau฀perilaku฀yang฀terjadi฀di฀lapangan.

Sedangkan฀ metode฀ yang฀ digunakan฀ dalam฀ penelitian฀ ini฀ adalah฀฀ kualitatif,฀ yakni฀ penelitian฀ yang฀ berusaha฀ untuk฀ merumuskan฀ pemecahan฀masalah฀yang฀ada฀berdasarkan฀data-data.฀


(28)

Dalam฀ penelitian฀ ini,฀ penulis฀ akan฀ menganalisis฀ sistem฀ pengawasan฀yang฀digunakan฀oleh฀KJKS฀Pilar฀Mandiri฀Surabaya฀dalam฀ mengontrol฀ penggunaan฀ modal฀ usaha฀ dan฀ perkembangan฀ usaha฀ yang฀ telah฀dibiayai.

2. Lokasi฀Penelitian฀dan฀Alasan฀Pemilihan

Penelitian฀ ini฀ dilakukan฀ di฀ KJKS฀ Pilar฀ Mandiri฀ Yayasan฀ Nurul฀ Hayat฀ Surabaya฀ yang฀ berlokasi฀ Perum฀ IKIP฀ Gunung฀ Anyar฀ B-48฀ Surabaya.฀ Alasan฀ peneliti฀ memilih฀ penelitian฀ di฀ KJKS฀ Pilar฀ Mandiri฀ Surabaya฀ini฀karena฀ingin฀mengetahui฀sistem฀pengawasan฀pada฀usaha฀ nasabah฀ yang฀ menggunakan฀ pembiayaan฀mud}a>rabah di฀ KJKS฀ Pilar฀ Mandiri฀Surabaya.

3. Data฀dan฀Sumber฀Data a. Data฀

Data฀ adalah฀ semua฀ hasil฀ observasi฀ atau฀ pengukuran฀ yang฀ telah฀ dicatat฀ untuk฀ suatu฀ keperluan฀ tertentu.฀฀ Data฀ yang฀ diambil฀ untuk฀penelitian฀ini฀adalah฀

1. Data฀Primer฀adalah฀data฀yang฀dikumpulkan฀dan฀diolah฀sendiri฀ oleh฀organisasi฀yang฀menerbitkan฀atau฀menggunakannya.฀฀Data฀ ini฀ berasal฀ dari฀ keterangan฀ yang฀ diberikan฀ oleh฀ pihak฀ KJKS฀ Pilar฀ Mandiri฀ Surabaya฀ yang฀ kemudian฀ diolah฀ sendiri฀ oleh฀ peneliti.฀ Data฀ tersebut฀ meliputi฀ data฀ tentang฀฀ aplikasi฀ penggunaan฀modal฀usaha฀dengan฀akad฀pembiayaan฀mud}a>rabah,฀ data฀ bentuk฀ usaha฀ nasabah฀ dengan฀ pembiayaan฀mud}a>rabah,฀


(29)

dan฀ data฀ sistem฀ pengawasan฀ yang฀ dilakukan฀ KJKS฀ Pilar฀ Mandiri฀Surabaya.฀

2. Data฀ Sekunder฀ adalah฀ data฀ yang฀ diterbitkan฀ atau฀ digunakan฀ oleh฀ organisasi฀ yang฀ bukan฀ pengolahan.฀฀ Data฀ tersebut฀ diperoleh฀ peneliti฀ dari฀ kantor฀ KJKS฀ Pilar฀ Mandiri฀ Surabaya,฀ meliputi฀ data฀ nasabah฀ pembiayaan฀mud}a>rabah di฀ KJKS฀ Pilar฀ Mandiri฀ Surabaya฀ dan฀ data฀ profil฀ KJKS฀ Pilar฀ Mandiri฀ Surabaya฀Yayasan฀Nurul฀Hayat.

b. Sumber฀Data

Sumber฀ data฀ adalah฀ sumber฀ darimana฀ data฀ akan฀ digali,฀ sumber฀ tersebut฀ bisa฀ berupa฀ orang,฀ dokumen฀ pustaka,฀ barang,฀ keadaan,฀atau฀lainnya.฀

a. Sumber฀ Primer฀ adalah฀ sumber฀ pertama฀ dimana฀ sebuah฀ data฀ dihasilkan,฀฀yaitu฀KJKS฀Pilar฀Mandiri฀Surabaya฀Yayasan฀Nurul฀ Hayat,฀yakni฀keterangan฀dari฀pihak-pihak฀yang฀terkait฀dengan฀ pengawasan฀ usaha฀ nasabah฀ pembiayaan฀ mud}a>rabah฀ KJKS฀ Pilar฀ Mandiri฀ Surabaya,฀ yaitu฀ manajer฀ KJKS฀ Pilar฀ Mandiri฀ Surabaya฀Yayasan฀Nurul฀Hayat.฀

b. Sumber฀ Sekunder฀ adalah฀ sumber฀ data฀ kedua฀ sesudah฀ sumber฀ primer.฀฀ Sumber฀ ini฀ merupakan฀ sumber฀ yang฀ bersifat฀ membantu฀atau฀menunjang฀untuk฀melengkapi฀dan฀memperkuat฀ serta฀memberi฀penjelasan฀mengenai฀sumber฀data฀primer.฀฀data฀


(30)

pendukung฀ ini฀ berasal฀ dari฀ buku-buku฀ maupun฀ literatur฀ lain฀ yang฀meliputi:

1. Fatwa฀DSN฀No.฀07/DSN-MUI/IV/2000

2. Muhammad฀Syafi’i฀Antonio,฀Ban฀ Syariah Dari Teori Ke Pra฀ti฀.

3. M.฀Manullang,฀Dasar-dasar Manajemen.

4. Rachmat฀Syafe’i,฀Fiqih Muamalah.

5. Sondang฀P.฀Siagian,฀Manajemen Strateji฀.

6. T.฀Hani฀Handoko,฀Manajemen.

Data฀ dan฀ sumber฀ data฀ yang฀ diperlukan฀ oleh฀ peneliti฀ ini฀ adalah฀ data฀literatur,฀data฀dokumenter,฀dan฀data฀empirik฀atau฀lapangan.฀Data฀ yang฀ diperlukan฀ meliputi฀ data฀ tentang฀ bentuk฀ usaha฀ milik฀ nasabah฀ yang฀ menggunakan฀ pembiayaan฀mud}a>rabah dan฀ data฀ tentang฀ sistem฀ yang฀digunakan฀untuk฀mengawasi฀atau฀mengontrol฀penggunaan฀modal฀ usaha฀dengan฀akad฀pembiayaan฀mud}a>rabah.฀Peneliti฀memperoleh฀data฀ dari฀manajer฀KJKS฀Pilar฀Mandiri฀Surabaya.฀Data฀tersebut฀digunakan฀ untuk฀ memperoleh฀ keterangan-keterangan฀ yang฀ berkaitan฀ dengan฀ sistem฀ pengawasan฀ pada฀ usaha฀ nasabah฀ pembiayaan฀mud}a>rabah฀ di฀ KJKS฀Pilar฀Mandiri.฀

4. Teknik฀Pengumpulan฀Data

Teknik฀ pengumpulan฀ data฀ adalah฀ cara฀ yang฀ digunakan฀ seorang฀


(31)

peneliti฀untuk฀mendapatkan฀informasi฀atau฀keterangan฀maupun฀bukti-bukti฀ yang฀ diperlukan฀ untuk฀ melakukan฀ penelitian.฀ Dalam฀ pengumpulan฀data฀dapat฀menggunakan฀metode:

a. Observasi

Observasi฀sering฀disebut฀juga฀sebagai฀metode฀pengamatan.฀ Ringkasnya฀ metode฀ observasi฀ adalah฀ cara฀ pengumpulan฀ data฀ dengan฀ melakukan฀ pencatatan฀ secara฀ cermat฀ dan฀ sistematik.฀ Dalam฀ penelitian฀ ini฀ peneliti฀ terjun฀ langsung฀ ke฀ lapangan,฀ yakni฀ KJKS฀ Pilar฀ Mandiri฀ Surabaya,฀ selain฀ itu฀ juga฀ peneliti฀ akan฀ mengamati฀ cara-cara฀ yang฀ digunakan฀ KJKS฀ Pilar฀ Mandiri฀ Surabaya฀dalam฀melakukan฀pengawasan฀kepada฀usaha฀nasabah.฀ b. Wawancara฀(Interview)

Menurut฀ pengertiannya฀ wawancara฀ (interview)฀ adalah฀ metode฀ pengumpulan฀ data฀ dengan฀ cara฀ bertanya฀ langsung฀ (berkomunikasi฀ langsung)฀ dengan฀ responden.฀฀ Dalam฀ hal฀ ini,฀ peneliti฀ akan฀ melakukan฀ wawancara฀ kepada฀ pihak-pihak฀ yang฀ terkait,฀yaitu฀Manajer฀KJKS฀Pilar฀Mandiri฀Surabaya฀dan฀nasabah฀ pembiayaan฀mud}a>rabah.

c. Dokumentasi

Studi฀dokumentasi฀adalah฀metode฀pengumpulan฀data฀yang฀ digunakan฀ untuk฀ menelusuri฀ data฀ historis.฀฀ Sebagian฀ besar฀ data฀ yang฀ tersedia฀ berupa:฀ surat-surat,฀ catatan฀ harian,฀ dan฀ laporan.฀ Dalam฀ hal฀ ini฀ peneliti฀ memperoleh฀ data฀ dari฀ kantor฀ KJKS฀ Pilar฀ Mandiri฀Surabaya.


(32)

5. Teknik฀Pengolahan฀Data

a. Editing,฀ yaitu฀ pemeriksaan฀ kembali฀ dari฀ semua฀ data฀ yang฀ diperoleh฀ terutama฀ dari฀ segi฀ kelengkapannya,฀ kejelasan฀ makna,฀ keselarasan฀antara฀data฀yang฀ada฀dan฀relevansi฀dengan฀penelitian.฀ Dalam฀hal฀ini,฀penulis฀akan฀mengambil฀data฀yang฀akan฀dianalisis฀ dengan฀rumusan฀masalah฀saja.

b. Organiting,฀yaitu฀menyusun฀sekaligus฀mensistematiskan฀data฀yang฀ diperoleh฀ dengan฀ memaparkan฀ apa฀ yang฀ telah฀ direncanakan฀ sebelumnya฀sehingga฀siap฀dilakukan฀analisis฀lebih฀lanjut.฀Peneliti฀ melakukan฀ pengelompokan฀ data฀ yang฀ dibutuhkan฀ untuk฀ menganalis฀ dan฀ menyusun฀ data฀ tersebut฀ dengan฀ sistematis฀ untuk฀ memudahkan฀penulis฀dalam฀menganalisa฀data.

c. Analisis Data,฀yaitu฀proses฀penyederhanaan฀data฀ke฀bentuk฀yang฀ lebih฀mudah฀dibaca฀dan฀diinterpretasikan฀.

d. Penemuan Hasil,฀ yaitu฀ dengan฀ menganalisis฀ data฀ yang฀ telah฀ diperoleh฀dari฀penelitian฀untuk฀memperoleh฀kesimpulan฀mengenai฀ kebenaran฀fakta฀yang฀ditemukan,฀yang฀akhirnya฀menjadi฀jawaban฀ atas฀rumusan฀masalah.

6. Teknik฀Analisis฀Data

Setelah฀data฀terkumpul,฀maka฀data฀tersebut฀akan฀dianalisis฀dengan฀ menggunakan฀ teknik฀ deskriptif฀ analisis.฀ Teknik฀ deskriptif฀ analisis฀ adalah฀ untuk฀ menggambarkan฀ atau฀ menjelaskan฀ data฀ yang฀ terkait฀ dengan฀pembahasan.฀Teknik฀ini฀menggambarkan฀fakta฀tentang฀sistem฀


(33)

pengawasan฀ yang฀ digunakan฀ oleh฀ KJKS฀ dalam฀ mengawasi฀ usaha฀ nasabah฀ dengan฀ pembiayaan฀ mud}a>rabah.฀ Kemudian฀ data฀ tersebut฀ dianalisis฀dalam฀pengaruhnya฀terhadap฀ketepatan฀penggunaan฀sistem฀ pengawasan฀ di฀ KJKS฀ pada฀ usaha฀ nasabah฀ pembiayaan฀ dengan฀

mud}a>rabah.

Teknik฀ deskriptif฀ analisis฀ digunakan฀ peneliti฀ untuk฀ menggambarkan฀ atau฀ menjelaskan฀ data฀ yang฀ telah฀ diperoleh฀ dari฀ wawancara,฀ observasi,฀ dan฀ studi฀ dokumen.฀ Dengan฀ demikain฀ data฀ yang฀ sudah฀ terkumpul฀ kemudian฀ dijelaskan,฀ sehingga฀ berbagai฀ masalah฀yang฀timbul฀dapat฀diuraikan฀dengan฀jelas฀dan฀tepat.฀

I. Sistematika Pembahasan

Sistem฀pembahasan฀ini฀bertujuan฀agar฀penyusunan฀skripsi฀terarah฀ sesuai฀dengan฀bidang฀kajian฀dan฀untuk฀mempermudah฀pembahasan,฀dalam฀ skripsi฀ ini฀ dibagi฀ menjadi฀ lima฀ bab,฀ dari฀ lima฀ bab฀ terdiri฀ dari฀ beberapa฀ sub-sub.฀ Bab฀ satu฀ dengan฀ yang฀ lainnya฀ saling฀ berhubungan฀ sebagai฀ pembahasan฀ yang฀ utuh.฀ Adapun฀ sistematika฀ pembahasan฀ adalah฀ sebagai฀ berikut:

Bab฀ pertama,฀ merupakan฀ bab฀ pendahuluan฀ yang฀ berisi฀ latar฀ belakang฀ masalah,฀ identifikasi฀ dan฀ batasan฀ masalah,฀ rumusan฀ masalah,฀ tujuan฀ penelitian,฀ kegunaan฀ hasil฀ penelitian,฀ definisi฀ operasional,฀ kajian฀ pustaka,฀metode฀penelitian฀dan฀sistematika฀pembahasan.


(34)

Bab฀฀edua,฀ merupakan฀ pembahasan฀ tentang฀ landasan฀ teori฀ yang฀ memuat฀ tentang฀ deskripsi฀ pengawasan,฀ meliputi:฀ pengertian,฀ tahapan,฀ tipe-tipe,฀ metode,฀ teknik฀ serta฀ manfaat.฀ Sedangkan฀ pembiayaan฀

mud}a>rabah,฀ yang฀ meliputi:฀ pengertian฀ pembiayaan฀mud}a>rabah,฀ landasan฀ hukum฀ pembiayaan฀ mud}a>rabah,฀ jenis-jenis฀ pembiayaan฀ mud}a>rabah,฀ rukun,฀dan฀syarat฀pembiayaan฀mud}a>rabah.

Bab฀฀etiga,฀ pada฀ bab฀ ini฀ merupakan฀ pembahasan฀ tentang฀ profil฀ singkat,฀ visi฀ dan฀ misi,฀ struktur฀ kepengurusan,฀ personalia฀ dan฀ deskripsi฀ tugas,฀ jenis-jenis฀ produk,฀ kriteria฀฀ penerima฀ pembiayaan,฀ bentuk-bentuk฀ usaha฀ nasabah฀ pembiayaan฀ mud}a>rabah฀ pada฀ KJKS฀ Pilar฀ Mandiri฀ Surabaya฀ serta฀ sistem฀ pengawasan฀ yang฀ digunakan฀ KJKS฀ Pilar฀ Mandiri฀ dalam฀mengawasi฀usaha฀nasabah฀pembiayaan฀mud}a>rabah.

Bab฀฀eempat,฀ merupakan฀ analisis฀ terkait฀ bentuk-bentuk฀ usaha฀ nasabah฀dan฀sistem฀pengawasan฀pada฀usaha฀nasabah฀pembiayaan฀dengan฀

mud}a>rabah฀di฀KJKS฀Pilar฀Mandiri฀Surabaya.

Bab฀฀elima,฀merupakan฀penutup,฀yang฀didalamnya฀berisi฀tentang฀ kesimpulan฀ dan฀ saran฀ yang฀ merupakan฀ upaya฀ memahami฀ jawaban-jawaban฀atas฀rumusan฀masalah.


(35)

A. Pengawasan

฀. Pengertian Pengawasan

Pengawasan berhubungan erat dengan perencanaan, pengorganisasian, penyusunan personalia, dan pengarahan. Sedangkan menurut T. Hani Handoko, pengawasan antara lain adalah proses untuk “menjamin” bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai. Selain itu menurut M. Manullang, pengawasan merupakan suatu proses untuk menetapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya, dan mengoreksi bila perlu dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula.

Sedangkan menurut Sondang P. Siagian, pengawasan merupakan keseluruhan upaya pengamatan pelaksanaan kegiatan operasional guna menjamin bahwa berbagai kegiatan tersebut sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa, pengawasan adalah suatu bentuk kegiatan yang harus dilakukan oleh manajemen untuk memastikan segala sesuatu yang telah direncanakan dan diorganisasikan berjalan sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Apabila tidak berjalan dengan semestinya, maka harus


(36)

dilakukan koreksi terhadap kegiatan yang sedang berjalan agar tetap mencapai apa yang telah direncanakan.

Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari adanya kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan dicapai. Pelaksanaan pengawasan akan lebih efektif apabila dilakukan sebelum terjadi penyelewengan atau penyimpangan. Sehingga lebih bersifat mencegah (pengawasan ฀reventif) dibandingkan dengan tindakan pengawasan yang dilakukan

sesudah terjadinya penyimpangan (pengawasan re฀resif). Melalui

pengawasan diharapkan dapat membantu pelaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara efektif dan efisien.

Kata “pengawasan” sering dianggap memiliki konotasi yang tidak menyenangkan. Pengawasan dianggap akan mengancam kebebasan dan otonomi pribadi. Pengawasan yang berlebihan akan menimbulkan birokrasi, mematikan kreatifitas, dan sebagainya, yang akhirnya akan merugikan organisasi itu sendiri. Sebaliknya pengawasan yang tidak mencukupi dapat menimbulkan pemborosan sumber daya dan menyulitkan pencapaian tujuan. Sehingga seorang manajer harus menemukan keseimbangan antara pengawasan organisasi dan pengawasan pribadi atau mencari tingkat pengawasan yang tepat.


(37)

Kasus-kasus yang sering terjadi dalam banyak organisasi adalah tidak diselesaikannya suatu penugasan, tidak ditepatinya waktu penyelesaian (deadline), anggaran yang berlebihan, dan

kegiatan-kegiatan lain yang menyimpang dari rencana. Untuk mengantisipasi kasus-kasus tersebut dan menjamin tercapainya tujuan, maka perlu adanya pengawasan dalam sebuah organisasi. Adapun faktor-faktor penyebab pengawasan semakin diperlukan oleh setiap organisasi, antara lain:

a. Perubahan lingkungan organisasi. Berbagai perubahan lingkungan

organisasi terjadi terus-menerus dan tidak dapat dihindari. Melalui fungsi pengawasan, manajer mendeteksi perubahan-perubahan yang berpengaruh pada barang atau jasa organisasi. Sehingga mampu menghadapi tantangan atau memanfaatkan kesempatan yang diciptakan oleh perubahan-perubahan yang terjadi.

b. Peningkatan kom฀leksitas organisasi. Semakin besar organisasi

semakin memerlukan pengawasan yang lebih formal dan berhati-hati. Berbagai jenis produk harus diawasi untuk menjamin bahwa kualitas dan profitabilitas atau keuntungan tetap terjaga. Semuanya memerlukan pelaksanaan fungsi pengawasan dengan lebih efisien dan efektif. Yang dimaksud dengan pengawasan efektif adalah

฀. Pengawasan yang lebih menjamin pada tindakan-tindakan pencegahan yang diperlukan untuk meredam kemungkinan


(38)

terjadinya deviasi atau penyimpangan selama kegiatan operasional berlangsung sehingga dapat diambil tindakan sedini mungkin. Apabila penyimpangan tersebut terus berlanjut dapat diartikan bahwa tidak terlaksanakannya rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengawasan yang efektif tidak seharusnya diupayakan untuk mencari dan menemukan siapa yang salah, melainkan mencari dan menemukan faktor penyebab ketidakberesan dalam operasionalisasi rencana, meskipun hal ini pada akhirnya harus ditemukan.

2. Selain itu, pengawasan harus bermanfaat sebagai instrumen untuk menentukan bentuk imbalan dan penghargaan bagi mereka yang menampilkan perilaku yang positif dan kinerja yang memuaskan.

c. Kesalahan-kesalahan. Bila bawahan tidak pernah membuat

kesalahan, manajer dapat secara sederhana melakukan fungsi pengawasan. Tetapi kebanyakan anggota organisasi sering membuat kesalahan-kesalahan. Sistem pengawasan memungkinkan manajer mendeteksi kesalahan-kesalahan tersebut sebelum menjadi kritis.

d. Kebutuhan manajer untuk mendelegasikan wewenang. Ketika

manajer mendelegasikan sebuah wewenang kepada bawahannya, tanggung jawab manajer tersebut tidaklah berkurang.


(39)

Satu-satunya cara manajer dapat menentukan apakah bawahan telah melakukan tugas-tugas yang telah dilimpahkan kepadanya adalah dengan mengimplementasikan sistem pengawasan. Tanpa sistem tersebut, manajer tidak dapat memeriksa pelaksanaan tugas bawahan.

2. Tahapan-tahapan Pengawasan

Dalam pelaksanaan pengawasan kegiatan suatu organisasi, dibutuhkan paling tidak lima tahapan atau langkah.

฀. Peneta฀an standar ฀elaksanaan, tujuannya adalah sebagai sasaran

atau target pelaksanaan kegiatan yang digunakan untuk patokan dalam pengambilan keputusan. Ada tiga bentuk standar umum yang digunakan:

a. Standar fisik, meliputi kuantitas barang atau jasa, jumlah langganan, dan kualitas produk.

b. Standar moneter, yang ditunjukkan dalam rupiah dan mencangkup biaya tenaga kerja, biaya penjualan, laba kotor, pendapatan penjualan, dan sejenisnya.

c. Standar waktu, meliputi kecepatan produksi atau batas waktu suatu pekerjaan yang harus diselesaikan.

2. Peneta฀an ฀engukuran ฀elaksanaan kegiatan, digunakan sebagai


(40)

3. Pengukuran ฀elaksanaan kegiatan. Setelah frekuensi pengukuran

dan sistem monitoring ditentukan, pengukuran pelaksanaan dilakukan sebagai proses yang berulang-ulang dan terus-menerus. Cara untuk melakukan pengukuran pelaksanaan, yaitu: a) pengamatan atau observasi, b) laporan (lisan atau tertulis), c) metode otomatis, dan d) inspeksi, pengujian atau pengambilan sampel.

4. Perbandingan ฀elaksanaan dengan standar dan analisa

฀enyim฀angan. Kegiatan itu digunakan untuk mengetahui penyebab

terjadinya penyimpangan sehingga dapat dilakukan analisis penyebabnya. Selain itu juga digunakan sebagai alat pengambilan keputasan bagi manajer.

5. Pengambilan tindakan koreksi bila di฀erlukan. Bila terjadi

penyimpangan, maka perlu dilakukan perbaikan dalam pelaksanaan. Namun sebaliknya apabila dalam proses pengawasan berlangsung dengan mengukur hasil kerja dengan membandingkan dengan standar tetapi tidak menemukan adanya penyimpangan, maka tindakan koreksi tidak perlu dilakukan. Menurut Ulbert Silalahi, terdapat dua tindakan korektif, yaitu:

a. Tindakan korektif segera (immediate corrective action) atau

yang sering dilukiskan sebagai ฀utting out fires, yaitu tindakan

koreksi terhadap berbagai hal yang masih merupakan gejala-gejala.


(41)

Pembandingan kegiatan dengan standar dan analisa

penyimpangan Pengukuran pelaksanaan

kegiatan

Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan

Penetapan standar pelaksanaan kegiatan

Pengambilan tindakan koreksi bila perlu

b. Tindakan korektif mendasar (basic corrective action) yaitu

tindakan koreksi terhadap penyimpangan-penyimpangan yang terjadi atau kasus-kasus. Dengan kata lain, melakukan tindakan koreksi terhadap deviasi atau penyimpangan yang terjadi dengan terlebih dahulu mencari serta mendapatkan sumber-sumber informasi yang menyebabkan terjadinya penyimpangan.

Secara umum, tahapan-tahapan pengawasan digambarkan sebagai berikut:

= Tindakan koreksi 3. Tipe-tipe Pengawasan

Pengawasan dasar dibagi menjadi beberapa tipe, seperti diungkapkan oleh T. Hani Handoko. Fungsi pengawasan dapat dibagi dalam tiga tipe.


(42)

a. Pengawasan ฀endahuluan (feedforward control) atau biasa disebut

dengan steering controls. Pengawasan ini dirancang untuk

mengantisipasi masalah-masalah atau penyimpangan-penyimpangan dari standar atau tujuan dan memungkinkan koreksi untuk dibuat sebelum suatu tahap kegiatan tertentu terselesaikan. Pendekatan pengawasan pendahuluan ini lebih aktif dan agresif, yakni dengan mendeteksi masalah-masalah dan mengambil tindakan yang diperlukan sebelum suatu masalah terjadi.

b. Pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan ฀elaksanaan

kegiatan (concurrent control) atau pengawasan “iya-tidak”, screening control atau “berhenti-terus”. Pengawasan ini dilakukan

selama suatu kegiatan berlangsung. Tipe pengawasan ini merupakan proses dimana aspek tertentu dari suatu prosedur harus disetujui dahulu, atau syarat tertentu harus dipenuhi dulu sebelum kegiatan-kegiatan bisa dilanjutkan, atau menjadi semacam peralatan “double-check” yang lebih menjamin ketepatan

pelaksanaan suatu kegiatan.

c. Pengawasan um฀an balik (feedback controls) atau ฀ast-action controls. Pengawasan ini bertujuan mengukur hasil-hasil dari

suatu kegiatan yang telah diselesaikan. Sebab-sebab penyimpangan dari rencana atau standar ditentukan, dan penemuan-penemuan diterapkan untuk kegiatan-kegiatan serupa


(43)

di masa depan. Pengawasan ini bersifat historis, pengukuran dilakukan setelah kegiatan terjadi.

Ketiga bentuk pengawasan di atas sangat bermanfaat bagi manajemen. Pengawasan pendahuluan (feedforward control) dan

pengawasan yang dilakukan dengan pelaksanaan kegiatan (concurrent

control) memungkinkan manajemen untuk membuat tindakan koreksi

dan tetap dapat mencapai tujuan. Namun kedua tipe pengawasan tersebut memiliki beberapa hal yang perlu dipertimbangkan terlebih dahulu sebelum penggunaannya, yaitu biaya keduanya mahal, banyak kegiatan yang tidak memungkinkan untuk dimonitor secara terus-menerus, dan pengawasan dilakukan secara berlebihan akan menjadikan produktivitas berkurang. Oleh karena itu, manajemen harus memilih penggunakan tipe pengawasan yang sesuai dengan situasi tertentu.

Pengawasan umpan balik (feedback control) juga memberikan

manfaat yang besar bagi suatu manajemen. Pengawasan ini akan memberikan informasi yang aktual, faktual, mutakhir, lengkap, dan dapat dipercaya akan memberikan manfaat semaksimal mungkin dalam peningkatan kinerja suatu organisasi di masa depan. Artinya dengan berpatokan pada pengawasan umpan balik, suatu organisasi dapat mengevaluasi kinerja organisasi dan mengetahui kekurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki.


(44)

4. Metode Pengawasan

Metode pengawasan dibagi menjadi dua macam, yaitu:

a. Metode ฀engawasan non-kuantitatif adalah metode-metode

pengawasan yang digunakan manajer dalam pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen. Pada umumnya metode ini untuk mengawasi keseluruhan (overall) ฀erformance organisasi. Teknik yang sering

digunakan dalam metode pengawasan non-kuantitatif meliputi: ฀. Pengamatan atau observasi (control by observation).

2. Inspeksi teratur dan langsung (control by regular and s฀ot ins฀ection).

3. Pelaporan lisan dan tertulis (control by re฀ort).

4. Evaluasi pelaksanaan atau penilaian kegiatan.

5. Diskusi antara manajer dan bawahan tentang pelaksanaan suatu kegiatan

b. Metode ฀engawasan kuantitatif. Metode pengawasan ini

cenderung menggunakan data khusus dan data yang spesifik. Metode kuantitatif digunakan untuk mengukur dan memeriksa kuantitas dan kualitas keluaran (out฀ut). Teknik yang sering

digunakan dalam metode pengawasan kuantitatif meliputi: ฀) Pengawasan anggaran (budget).

2) Pemeriksaan efektivitas manajemen (management audit).

3) Analisis break-even (break even analysis).


(45)

5) Bagan dan teknik yang berhubungan dengan waktu pelaksanaan kegiatan (time ฀erformance).

5. Teknik Pengawasan

Teknik pengawasan cenderung menggunakan dua macam teknik yaitu:

฀. Pengawasan Langsung (direct control)\

Pengawasan langsung dilakukan pimpinan organisasi dengan mengadakan pengawasan sendiri terhadap kegiatan yang sedang dijalankan, pengawasan tersebut seperti direct ins฀ection to field (inspeksi langsung ke lapangan), on the s฀ot observation (observasi di tempat), dan on the s฀ot re฀ort (laporan di tempat). 2. Pengawasan Tidak Langsung (indirect control)

Pengawasan tidak langsung dilakukan pimpinan secara jarak jauh. Biasanya dilakukan melalui laporan yang disampaikan oleh para bawahan. Laporan ini bisa berbentuk tertulis maupun lisan. Kekuatan dari pengawasan ini adalah waktu yang digunakan relatif singkat dan tidak mengharuskan pimpinan untuk terjun langsung ke lapangan. Selain itu teknik pengawasan ini juga mempunyai kelemahan, yaitu laporan yang diterima kurang valid. Sering kali seorang bawahan hanya melaporkan hal-hal positif saja


(46)

kepada pimpinannya. Padahal dalam pengambilan keputusan, pimpinan harus mengetahui hal positif dan negatif sebagai alat pertimbangan.

Pada dasarnya semua tipe, metode, dan teknik pengawasan yang telah disebutkan di atas tidak berbeda dengan pembagian jenis pengawasan menurut M. Manullang dalam bukunya “Dasar-dasar Manajemen”. M. Manullang merangkum tipe, metode, dan teknik pengawasan dan membaginya menjadi empat jenis, yaitu:

a. Berdasarkan subjek pengawasan

Berdasarkan subjek pengawasan, pengawasan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pengawasan intern dan pengawasan ekstern.

Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh orang

atau badan yang di dalam lingkungan unit organisasi yang bersangkutan. Karenanya pengawasan semacam ini disebut juga pengawasan vertikal atau formal. Pengawasan dalam bentuk ini dapat dilakukan dengan cara pengawasan atasan langsung atau pengawasan melekat (built in control).

Pengawasan melekat menurut Hadari Nawawi adalah proses pemantauan, pemeriksaan, dan evaluasi yang dilakukan oleh pimpinan unit/organisasi kerja secara berdaya guna dan berhasil guna terhadap fungsi semua komponen yang ada di dalamnya untuk mengetahui kelemahan-kelemahan atau


(47)

kekurangan-kekurangan agar dapat diperbaiki oleh pimpinan, demi tercapainya tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.

Pengawasan ekstern adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh

unit pengawasan yang berada di luar unit organisasi yang diawasi. Pengawasan jenis ini biasanya disebut juga pengawasan social (social control) atau pengawasan informal.

b. Berdasarkan waktu pengawasan

Berdasarkan waktu pengawasan, jenis pengawasan ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pengawasan ฀refentif dan re฀resif. Pengawasan ฀refentif adalah pengawasan yang dilakukan terhadap

suatu kegiatan sebelum kegiatan tersebut dilaksanakan, sehingga dapat mencegah terjadinya penyimpangan di kemudian hari. Pengawasan ฀refentif akan lebih bermanfaat dan bermakna jika

dilakukan oleh seorang atasan langsung, sehingga penyimpangan yang kemungkinan dilakukan akan terdeteksi lebih awal.

Pengawasan re฀resif adalah pengawasan yang dilakukan

terhadap suatu kegiatan setelah kegiatan itu dilakukan, artinya pengawasan tersebut dilakukan setelah terjadinya kesalahan dalam pelaksanaan, dengan maksud agar tidak terjadi pengulangan kesalahan, sehingga hasilnya sesuai dengan yang diinginkan.

c. Berdasarkan cara mengumpulkan fakta-fakta guna pengawasan. Berdasar pada cara mengumpulkan fakta-fakta guna pengawasan, maka pengawasan ini dapat digolongkan atas:


(48)

฀. Peninjauan ฀ribadi (฀ersonal observation) adalah mengawasi

dengan jalan meninjau secara pribadi sehingga dapat dilihat sendiri pelaksanaan pekerjaan.

2. Pengawasan melalui la฀oran lisan (oral re฀ort) adalah

pengawasan yang dilakukan dengan mengumpulkan fakta-fakta melalui laporan lisan yang diberikan bawahan.

3. Pengawasan melalui la฀oran tertulis (written re฀ort) adalah

merupakan suatu pertanggungjawaban bawahan kepada atasannya mengenai pekerjaan yang dilaksanakannya, sesuai dengan instruksi dan tugas-tugas yang diberikan oleh atasan kepadannya.

4. Pengawasan melalui la฀oran ke฀ada hal-hal yang bersifat khusus (control by exce฀tion) adalah suatu sistem pengawasan

yang ditujukan kepada soal-soal perkecualian. Pengawasan ini hanya dilakukan apabila diterima laporan yang menunjukkan adanya peristiwa-peristiwa yang istimewa.

d. Berdasarkan objek pengawasan

Pengawasan berdasarkan objek pengawasan dibedakan atas pengawasan di bidang-bidang berikut: ฀roduksi, keuangan, waktu, dan manusia dengan kegiatan-kegiatannya.


(49)

6. Manfaat Pengawasan

Terlepas dari teknik mana yang dianggap paling tepat untuk digunakan, manfaat terpenting dari pengawasan antara lain:

1. Tersedianya bahan informasi bagi manajemen tentang situasi nyata organisasi tersebut berada.

฀. Dikenalinya faktor-faktor pendukung terjadinya operasionalisasi rencana dengan efisien dan efektif.

3. Pemahaman tentang berbagai faktor yang menimbulkan kesulitan dalam penyelenggaraan berbagai kegiatan operasional.

4. Langkah-langkah apa yang dapat segera diambil untuk menghargai kinerja yang memuaskan.

5. Tindakan preventif apa yang dapat segera dilakukan agar deviasi dari standar tidak terus berlanjut.

฀. Pembiayaan ฀ud}a>rabah

฀. Pengertian Pembiayaan Mud}a>rabah

Dalam perbankan konvensional, pemberian pinjaman uang dengan memakai sistem bunga oleh bank terhadap nasabah disebut dengan kredit. Hal itu berbeda dengan perbankan syariah yang menggunakan sistem ฀rofit sharing, pemberian pinjaman seperti itu

disebut dengan pembiayaan. Kedua istilah ini memiliki perbedaan, baik secara prinsip maupun operasional. Kredit menandakan adanya sifat eksploitasi secara halus dan sistem opersionalnya terlihat ada


(50)

pemisah jenjang sosial yakni bank sebagai debitur dan nasabah sebagai kreditur. Sedangkan dalam istilah pembiayaan antara bank dan nasabah terjalin sebuah prinsip at-ta’a>wun, sehingga terwujudlah

bentuk ฀artnershi฀ dalam operasionalnya.

Pembiayaan yang ada pada perbankan syariah berdasarkan pada prinsip jual-beli (al-bay’i), prinsip sewa-beli (ija>rah muntahia bi tamli>k) atau berdasarkan prinsip kemintraan (฀atnershi฀) yaitu prinsip

penyertaan (musya>rakah) atau prinsip bagi hasil (mud}a>rabah).

Menurut Muhammad Syafi’i Antonio, kegiatan pembiayaan berdasarkan sifat penggunaannya dibagi menjadi:

฀. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun investasi.

2. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.

Sedangkan menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi dalam:

฀. Pembiayaan modal kerja, yaitu yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan (a) peningkatan produksi, baik secara kuantitif, yaitu


(51)

jumlah hasil produksi, maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi, (b) untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of s฀ace dari suatu barang.

2. Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal (ca฀ital goods) beserta fasilitas-fasilitas yang erat

kaitannya dengan itu.

Secara umum, jenis-jenis pembiayaan dapat digambarkan sebagai berikut.

a. Pembiayaan Modal Kerja

Unsur-unsur modal kerja terdiri atas komponen-komponen alat likuid (cash), piutang dagang (receivable), dan persediaan (inventory)

yang umumnya terdiri atas persediaan bahan baku (raw material),

persediaan barang dalam proses (work in ฀rocess), dan persediaan

barang jadi (finished goods). Oleh karena itu, pembiayaan modal kerja

merupakan salah satu atau kombinasi dari pembiayaan likuiditas (cash financing), pembiayaan piutang (receivable financing), dan

pembiayaan persediaan (inventory financing).

Untuk memenuhi kebutuhan modal kerja tersebut, bank syariah menjalin hubungan ฀artnershi฀ dengan nasabah. Bank bertindak

sebagai s}a>h}ib al-ma>l dan nasabah sebagai mud}a>rib. Fasilitas ini dapat

diberikan untuk jangka waktu tertentu. Bagi hasil yang dilakukan secara periodik dengan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.


(52)

Setelah jatuh tempo, nasabah mengembalikan jumlah dana tersebut beserta nisbah yang belum dibagikan kepada bank. Skema pembiayaan seperti ini disebut dengan pembiayaan mud}a>rabah.

b. Pembiayaan Investasi

Pembiayaan investasi diberikan kepada nasabah untuk keperluan investasi, yakni untuk keperluan penambahan modal guna mengadakan rehabilitasi, perluasan usaha, ataupun pendirian proyek baru.

Pembiayaan investasi ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut: ฀) digunakan untuk pengadaan barang-barang modal, 2) mempunyai perencanaan alokasi dana yang matang dan terarah, dan 3) berjangka waktu menengah dan panjang.

Kata mud}a>rabah berasal dari kata d}arb, berarti memukul atau

berjalan. Secara teknis, pengertian mud}a>rabah adalah suatu perjanjian

kerja sama antara dua pihak atau lebih. Pihak pertama menyediakan seluruh modal ฀00%, sedangkan pihak lain menjadi pengelola.

Mud}a>rabah juga biasa disebut dengan istilah lain, yaitu qira>d}.

Istilah mud}a>rabah digunakan oleh orang Irak, mazhab Hanafi,

Hambali dan Zaydi. Sedangakan orang Hijaz, mazhab Maliki dan Syafi’i menyebutnya dengan istilah qira>d}. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa antara mud}a>rabah dan qira>d} mempunyai arti yang


(53)

Menurut bahasa, qira>d} diambil dari kata al-qard}u yang berarti al-qot}’u (potongan), karena pemilik modal memberikan potongan dari

hartanya untuk diberikan kepada pengelola agar mengusahakan harta tersebut, dan pengelola akan memberikan potongan dari laba yang diperoleh. Atau juga bisa diambil dari kata al-muqa>rad}atu yang berarti al-musa>wa>tu (kesamaan), sebab pemilik modal dan pengelola

memiliki hak yang sama terhadap laba.

Mud}a>rabah adalah suatu transaksi pembiayaan berdasarkan

syariah. Pembiayaan ini digunakan sebagai transaksi pembiayaan perbankan Islam, yang dilakukan oleh para pihak berdasarkan kepercayaan. Kepercayaan merupakan unsur terpenting dalam transaksi pembiayaan mud}a>rabah, yakni kepercayaan yang diberikan

oleh pemilik modal atau s}a>h}ib al-ma>l kepada pengelola atau mud}a>rib.

Pemilik modal tidak boleh meminta jaminan atau agunan dari pengelola modal dan tidak boleh ikut campur di dalam pengelolaan usaha yang notabene dibiayai menggunakan dana dari pemilik modal.

Hal yang boleh dilakukan antara lain adalah pemilik modal hanya boleh memberikan saran-saran tertentu kepada pengelola modal dalam menjalankan atau mengelola usaha tersebut.

Keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan yang tertuang dalam kontrak. Apabila terjadi kerugian, maka kerugian tersebut ditanggung pihak pemodal, selama bukan akibat kecurangan, kecerobohan dan atau kelalaian pengelola. Tetapi jika kerugian


(54)

tersebut terjadi akibat kecurangan, kecerobahan atau kelalaian yang dilakukan oleh pengelola, maka pengelola harus menanggung kerugian tersebut. Pengelola hanya menanggung kehilangan waktu, pikiran, dan jerih payah yang telah dicurahkan selama mengelola atau menjalankan usaha tersebut, serta resiko kehilangan kesempatan untuk memperoleh sebagian dari pembagian nisbah yang telah disepakati sebelumnya.

2. Landasan Hukum Pembiayaan Mud}a>rabah

Landasan hukum pembiayaan mud}a>rabah juga diatur dalam

Alquran, Alhadits, ijma’, qiyas, dan fatwa DSN No. 07/DSN-MUI/IV/2003.

a. Alquran

Ayat-ayat yang berkenaan dengan akad mud}a>rabah, antara lain

surat al-Muzammil, ayat 20 sebagai berikut:

฀฀฀฀

฀฀฀

฀฀฀฀

฀฀฀฀฀

฀ ฀

 

฀฀฀฀

Sesungguhnya฀ Tuhanmu฀ mengetahui฀ bahwasanya฀ kamu฀ berdiri฀ (sembahyang)฀ kurang฀ dari฀ dua฀ pertiga฀ malam,฀ atau฀


(55)

seperdua฀ malam฀ atau฀ sepertiganya฀ dan฀ (demikian฀ pula)฀ segolongan฀dari฀orang-orang฀yang฀bersama฀kamu.฀dan฀Allah฀ menetapkan฀ ukuran฀ malam฀ dan฀ siang.฀ Allah฀ mengetahui฀ bahwa฀kamu฀sekali-kali฀tidak฀dapat฀menentukan฀batas-batas฀ waktu-waktu฀ itu,฀ Maka฀ dia฀ memberi฀ keringanan฀ kepadamu,฀ Karena฀itu฀Bacalah฀apa฀yang฀mudah฀(bagimu)฀dari฀Al฀Quran.฀ dia฀mengetahui฀bahwa฀akan฀ada฀di฀antara฀kamu฀orang-orang฀ yang฀ sakit฀ dan฀ orang-orang฀ yang฀ berjalan฀ di฀ muka฀ bumi฀ mencari฀ sebagian฀ karunia฀ Allah;฀ dan฀ orang-orang฀ yang฀ lain฀ lagi฀berperang฀di฀jalan฀Allah,฀Maka฀Bacalah฀apa฀yang฀mudah฀ (bagimu)฀ dari฀ Al฀ Quran฀ dan฀ Dirikanlah฀ sembahyang,฀ tunaikanlah฀ zakat฀ dan฀ berikanlah฀ pinjaman฀ kepada฀ Allah฀ pinjaman฀ yang฀ baik.฀ dan฀ kebaikan฀ apa฀ saja฀ yang฀ kamu฀ perbuat฀ untuk฀ dirimu฀ niscaya฀ kamu฀ memperoleh฀ (balasan)nya฀di฀sisi฀Allah฀sebagai฀balasan฀yang฀paling฀baik฀ dan฀ yang฀ paling฀ besar฀ pahalanya.฀ dan฀ mohonlah฀ ampunan฀ kepada฀ Allah;฀ Sesungguhnya฀ Allah฀ Maha฀ Pengampun฀ lagi฀ Maha฀Penyayang.

Selain ayat di atas, terdapat ayat yang lain di dalam Alquran yang berkenaan dengan akad mud}a>rabah, yakni surat al-Baqarah,

ayat ฀98 sebagai berikut:



฀ ฀ ฀฀฀

฀

Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu Telah bertolak dari 'Arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masy'arilharam. Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan Sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat.

Selain diwajibkan salat bagi manusia, ia juga diharapkan melakukan upaya dan ikhtiyar dalam hidup. Hal itu sesuai Alquran, surat al-Jumu’ah, ayat ฀0.


(1)

฀A฀ V PENUTUP A. Kesimpulan

฀ada akhir pembahasan skripsi ini, penulis akan menyajikan kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian yang disesuaikan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian.

1. Bentuk usaha nasabah pembiayaan ฀ud}a>rabah di KJKS ฀ilar Mandiri

Surabaya adalah ฀erusahaan ฀erseorangan, tepatnya berbentuk Usaha Dagang (UD) atau ฀erusahaan Dagang (฀D), hal ini dikarenakan KJKS ฀ilar Mandiri Surabaya hanya memberikan pembiayaan

฀ud}a>rabah untuk usaha yang dimiliki oleh satu orang. Semua itu

dilakukan oleh pihak KJKS untuk menghindari adanya kemungkinan lepasnya tanggung jawab oleh salah satu pemilik usaha tidak terpenuhi apabila usaha tersebut dimiliki lebih dari satu orang. Usaha-usaha tersebut antara lain: UD. Instalasi Air Umum Sehat BIO-RO Alkali Hexagonal, UD. VH. Mahakarya, UD. Sumber Rizki, Dapur Aqiqah Nurul Hayat Depok, Dapur Aqiqah Nurul Hayat Tangerang 2, Dapur Aqiqah Nurul Hayat Tangerang 1, dan Dapur Aqiqah Nurul Hayat Jember.

2. ฀engawasan yang dilakukan oleh KJKS ฀ilar Mandiri Surabaya terhadap usaha nasabah dengan pembiayaan ฀ud}a>rabah menggunakan

teknik langsung dan tidak langsung. Teknik pengawasan langsung dilakukan sendiri oleh Manajer KJKS ฀ilar Mandiri Surabaya dengan


(2)

฀฀

langsung diterapkan kepada nasabah pembiayaan ฀ud}a>rabah yang

berada di luar wilayah Surabaya, yakni dengan memberikan amanah kepada utusan dari Yayasan Nurul Hayat yang berada di kota tersebut untuk melakukan pengawasan. Selain itu, untuk menunjang sistem pengawasan dalam masalah keuangan, KJKS ฀ilar Mandiri Surabaya memiliki strategi khusus untuk melakukan pengawasan dalam masalah keuangan, yaitu dengan membuka rekening bersama antara pihak nasabah dan KJKS.

฀. Saran

Dengan selesainya penelitian ini, dapatlah kiranya penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Hendaknya pihak KJKS menjalankan secara terus-menerus tipe dan teknik pengawasan yang sudah ada dan melaksanakan proses pengawasan semaksimal mungkin dengan meningkatkan pengawasan agar tidak terjadi penyimpangan. Sehingga jika telah terjadi penyimpangan, maka dapat dideteksi sejak dini.

2. Hendaknya strategi khusus yang dimiliki KJKS ฀ilar Mandiri Surabaya dapat terus dipertahankan dan dioptimalkan agar dapat menunjang kemajuan pembiayaan ฀ud}a>rabah yang selama ini


(3)

฀AFTAR PUSTAKA

฀bdullah, Ma’ruf, ฀irausaha Berbasis Syari’ah, Banjarmasin: ฀ntasari Press, 2011.

฀latas, ฀rif, Sistem Pengawasan Kerja di Bank Rakyat Indonesia Syariah Surabaya, (Skripsi—I฀IN Sunan ฀mpel Surabaya, 2009).

฀nanda, Fitri, Analisis Usaha Mikro dan Kecil Setelah Memperoleh Pembiayaan Mudharabah dari BMT At-Taqwa Semarang, (Skripsi—Universitas Diponegoro, 2011).

฀ntonio, Muhammad Syafi’i, Bank Syariah: Bagi Bankir dan Praktisi Keuangan Jakarta: Bank Indonesia dan Tazkia Institute, 1999.

---, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik Cet XVII, Depok: Gema Insani, 2011. ฀rifin, Imron, Pengawasan Pendidikan, Malang: FIP ฀P Universitas Negeri

Malang, 2004.

฀rifin, Zainul, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: ฀lvabet, 2002. Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan

Kualitatif, Surabaya: ฀irlangga University Press, Cet I, 2001.

Hafidhuddin, Didin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktik, Jakarta: Gema Insani, 2003.

Handoko, T Hani, Manajemen Edisi 2 Cet XVIII, Yogyakarta: BPFE, 2003. Ilmi, Makhalul, Teori & Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah, Yogyakarta:

UII Press, 2002.

Jannatin, Nurul, Fungsi Pengawasan Program Kerja Yayasan Anak Yatim dan Fakir Miskin Al-Kahfi Surabaya, (Skripsi—I฀IN Sunan ฀mpel Surabaya, 2009).

Mannan, ฀bdul, Membangun Islam Kaffah, Jakarta: Madina Pustaka, 2000. Manullang, M, Dasar-dasar Manajemen Cet XIV, Jakarta: Ghalia Indonesia,

1990.


(4)

Mocker, Robert J, The Management Control Process, Prentice—Hall, Englewood Cliffs, 1972, dalam T Hani Handoko.

Muna, Nazilatul, Analisis Pembiayaan Mudharabah Terhadap Pendapatan Usaha Kecil Pasar Tradisional Karah (Studi Kasus di BMT Amanah Ummah Surabaya ), (Skripsi—I฀IN Sunan ฀mpel, 2013).

Nawawi, Hadari, Pengawasan Melekat di Lingkungan Aparatur Pemerintah Cet V, Jakarta: Erlangga, 1995.

Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia Cet VI, Jakarta: Djambatan, 1991.

Raharjo, Handri, Hukum Perusahaan, Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2009.

Rahman, ฀fzalur, Economic Doctrin of Islam III, terj. Soeroyo dkk. Doktrin Ekonomi Islam III, Jakarta: Dana Bakti Wakaf, 2003.

Sa’adah, Laily, Efektivitas Pembiayaan Mudharabah Oleh Bank Mandiri Syariah Cabang Surabaya- Darmo Pada CV Arto Metal di Kecamatan ฀aru Kabupaten Sidoarjo, (Skripsi—I฀IN Sunan ฀mpel, 2004).

Sa’adah, Silvia Zuhrotus, Analisis Penilaian KJKS BMT Amanah Ummah Surabaya Terhadap Perilaku Calon Nasabah Pembiayaan Mudharabah Mikro, (Skripsi—I฀IN Sunan ฀mpel, 2013).

Siagian, Sondang P, Manajemen Stratejik, Jakarta: Bumi ฀ksara, 1995.

Silalahi, Ulbert, Studi Tentang Ilmu Administrasi, Bandung: CV. Sinar Baru, 1992.

Soeratno, Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis, Yogyakarta: UPP STIM YKPN, Edisi Revisi, Cet V, 2008.

--- dan Lincolin ฀rsyad, Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis, Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2008.

Sunggono, Bambang, Metodologi Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet I, 1998.

Sutedi, ฀drian, Perbankan Syariah Tinjauan dan Beberapa Segi Hukum, Bogor: Ghalia Indonesia, 2009.


(5)

Syahdeini, Sutan Remy, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 1999.

Brosur KJKS Pilar Mandiri Surabaya. SOP KJKS UJKS

Departemen ฀gama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surakarta: Pustaka ฀l- Hanan, 2009.

Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam UIN Sunan ฀mpel Surabaya, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi, Surabaya: t.tp., 2014.

฀sy-Syadzily, Intan az-Zahra, ‘Makalah Pengawasan’, dalam http://intanaz-zahraassyadzili.blogspot.com/2011/12/makalah-pengawasan.html, diakses pada 21 Juni 2014.

Firman, Nana, Pengertian dan Gambar Mesin Bubut, dalam http://nanafrmana.blogspot.com/2012/11/ pengertian-dan-gambar-mesin-bubut.html, diakses pada 12 ฀gustus 2014.

t.p., Syarat dan Rukun Mudharabah, dalam http://infodakwahislam. wordpress.com/2013/04/26/syarat-dan-rukun-mudharabah/, diakses pada 23 Juni 2014.

Tribunnews.com, Kredit Macet KUR Mandiri Syariah Membengkak, dalam http://www.tribunnews.com/bisnis/2014/08/14/kredit-macet-kur-mandiri-syariah-membengkak, diakses pada 09 Januari 2015.

Muliadi, Muhammad ฀rief, Pembiayaan Mudharabah, Musyarakah, dan Murabahah, dalam http://ariefmuliadi30.blogspot.com/2013/04/ pembiayaan-mudharabah-musyarakah-dan_5780.html?m=1, diakses pada 28 Mei 2014.

Hermanto฀(Nasabah Pembiayaan Mud}a>rabah KJKS Pilar Mandiri Surabaya), ฀awancara melalui telepon, 05 Oktober 2014.

Kasri (Nasabah Pembiayaan Mud}a>rabah KJKS Pilar Mandiri Surabaya), ฀awancara, Gresik, 04 Oktober 2014.

Maisaroh (Nasabah Pembiayaan Mud}a>rabah KJKS Pilar Mandiri Surabaya), ฀awancara melalui telepon, 05 Oktober 2014.

Mujahid (Nasabah Pembiayaan Mud}a>rabah KJKS Pilar Mandiri Surabaya), ฀awancara melalui telepon, 06 Oktober 2014.


(6)

Sofia, ฀ni฀(Nasabah Pembiayaan Mud}a>rabah KJKS Pilar Mandiri Surabaya), ฀awancara melalui telepon, 05 Oktober 2014.

Solikha, Nikmatus (Nasabah Pembiayaan Mud}a>rabah KJKS Pilar Mandiri Surabaya), ฀awancara, Surabaya, 01 Oktober 2014.

Subchan (Nasabah Pembiayaan Mud}a>rabah KJKS Pilar Mandiri Surabaya), ฀awancara, Gresik, 04 Oktober 2014.

Wijoyo, Karno (Manajer KJKS Pilar Mandiri Surabaya), ฀awancara, Surabaya, 26 Mei 2014.