TUTURAN UNIK YANG MENYIMPANG DARI PRINSIP KERJA SAMA DALAM BUKU KAMBING JANTAN KARYA RADITYA DIKA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia

  TUTURAN UNIK YANG MENYIMPANG DARI PRINSIP KERJA SAMA DALAM BUKU KAMBING JANTAN KARYA RADITYA DIKA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia Oleh Cancerio Pandwitya Puris NIM: 054114015 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

  

TUTURAN UNIK YANG MENYIMPANG DARI PRINSIP KERJA SAMA

DALAM BUKU KAMBING JANTAN

KARYA RADITYA DIKA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

  

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Cancerio Pandwitya Puris

  

NIM: 054114015

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  MOTTO DAN PERSEMBAHAN MINTALAH MAKA AKAN DIBERIKAN KEPADAMU CARILAH MAKA KAMU AKAN MENDAPAT KETUKLAH MAKA PINTU AKAN DIBUKAKAN BAGIMU Dengan setulus hati dan untaian kasih yang terindah Ku persembahkan skripsi ini kepada Bapak Romualdus Istanto dan Ibu Scolastika Purwati My sister’s family Almamaterku

  

ABSTRAK

Puris, Cancerio Pandwitya. 2010. Tuturan Unik yang Menyimpang dari Prinsip Kerja

sama dalam buku Kambing Jantan Karya Raditya Dika. Skripsi. Yogyakarta.

  Program Studi Sastra Indonesia. Fakultas Sastra. Universitas Sanata Dharma.

  Dalam skripsi ini dibahas tentang tuturan unik yang menyimpang dari prinsip kerja sama dalam buku Kambing Jantan karya Raditya Dika. Ada dua permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Pertama, apa saja bentuk tuturan unik dalam buku Kambing Jantan karya Raditya Dika? Kedua, apa saja penyimpangan prinsip kerja sama tuturan unik dalam buku Kambing Jantan karya Raditya Dika?

  Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk tuturan unik yang terdapat dalam buku Kambing Jantan karya Raditya Dika dan mendeskripsikan penyimpangan prinsip kerja sama tuturan unik dalam buku Kambing Jantan karya Raditya Dika.

  Dalam penelitian ini, data diperoleh dengan metode simak, yaitu menyimak pemakaian tuturan unik yang menyimpang dari prinsip kerja sama tuturan unik yang terdapat dalam buku Kambing Jantan karya Raditya Dika. Selanjutnya, digunakan teknik catat, yaitu dengan mencatat data yang diperoleh dalam kartu data. Metode yang digunakan dalam analisis data adalah metode padan dan metode agih. Metode padan ada lima (5) jenis. Metode padan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode padan referensial dan metode padan pragmatis, sedangkan metode agih menggunakan teknik bagi unsur langsung sebagai dasarnya dan beberapa teknik sebagai lanjutannya. Dalam penyajian hasil analisis data digunakan metode informal, yaitu dengan menggunakan kata-kata biasa, dengan kata lain tidak menggunakan rumus.

  Hasil penelitian ini berupa deskripsi tentang tuturan unik yang menyimpang dari prinsip kerja sama dalam buku Kambing Jantan karya Raditya Dika. Penelitian ini menemukan tuturan unik dalam bentuk frasa, klausa, dan penyimpangan maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan.

  

ABSTRACT

Puris, Cancerio Pandwitya, 2010. The Deviated Unique Utterances of Cooperative

Principles in Kambing Jantan’s book written by Raditya Dika. Thesis.

  Yogyakarta. Indonesia Literature Study Program. Faculty of Literature. Sanata Dharma University.

  This thesis discussed about the deviated unique utterances of cooperative principles. There were two problems that discussed in this research. The problems are: (1) What were the form of unique utterances in Kambing Jantan book written by Raditya Dika? (2) What were the types of the deviation of cooperative principles from the un ique utterance in Raditya Dika’s Kambing Jantan?

  The purposes of this research were to describe the form of unique utterances and the deviation of cooperative principles from unique utterances in Raditya Dika’s Kambing Jantan.

  In this research, the data were collected by using observation method. It was done by observing the using of deviated unique utterances of cooperative principles from unique utterance in Raditya Dika’s Kambing Jantan. Furthermore, this research used free noting method. Nothing method was a method to gain data by noting the data in the data card. The methods that used to analyze data were identification method and agih method. There were five (5) kinds of identification methods. The identification methods that used in this research were referential matching method and pragmatic matching method. Agih method used direct elements divide technique as the foundation and several methods as the continual methods. In the presentation of the data analysis the researcher used informal methods. Informal method was a method that used common words or words formula.

  The results of this research were a description about the deviated unique utterances of cooperative principles from unique utterance in Raditya Dika’s Kambing Jantan. This research found the unique utterance in the form of phrases, clauses, and sentences. At the same time deviation of cooperative principle from unique utterance found maxim of quantities, maxim of quality, maxim of relevance, and maxim of implementation.

  Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Yesus Kristus atas berkat rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyusun skripsi ini dalam rangka menyelasaikan Program Strata Satu (S1) pada Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Dalam menyusun skripsi ini penulis telah banyak memperoleh bimbingan, pengarahan, saran, serta dorongan yang bermanfaat dan dukungan penyelesaian skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.

  Drs. Hery Antono, M.Hum. selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan pengarahan dan membimbing dengan sabar sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini.

  2. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum. selaku pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan masukan selama penulisan skripsi ini.

  3. Dosen-dosen Sastra Indonesia: Drs. B. Rahmanto, M.Hum., Drs. P. Ari Subagyo, M.Hum., S.E. Peni Adji, S.S., M.Hum., Dra. Fransisca Tjandrasih Adji, M.Hum., Drs. Yoseph Yapi Taum, M.Hum., Drs. F.X. Santosa, M.S. atas bimbingannya selama penulis belajar di Program Studi Sastra Indonesia.

  4. Segenap karyawan Sekretariat Fakultas Sastra atas pelayanan dan bantuannya.

  5. Segenap staff Perpustakaan Universitas Sanata Dharma atas bantuannya selam penulis mencari referensi.

  6. Bapak R. Istanto dan Ibu S. Purwati, orang tua yang telah memberikan kasih sayang dan doa dalam membesarkan penulis hingga dapat menyelesaikan studi dengan baik.

  7. Keluarga kakakku, B. Rossi Purwitasari yang juga memberikan dorongan kepada penulis untuk cepat menyelesaikan skripsi ini.

  8. Sahabat dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang selalu mendukung dan memberikan semangat kepada penulis secara langsung maupun tidak. Terima kasih juga buat Etry Selviana yang telah menemani mengerjakan skripsi ini.

  Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, semua masukan, saran, dan kritik untuk perbaikan skripsi ini, penulis terima dengan senang hati.

  Penulis

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................... v LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

  ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .................................. vi ABSTRAK ................................................................................................ vii

  ................................................................................................ ix

  ABSTRACT

  KATA PENGANTAR .............................................................................. xi DAFTAR ISI ............................................................................................. xiii BAB I PENDAHULUAN ........................................................................

  1

  1.1

  1 Latar Belakang ............................................................................

  1.2

  6 Rumusan Masalah .......................................................................

  1.3

  6 Tujuan Penelitian ........................................................................

  1.4

  6 Manfaat Penelitian ......................................................................

  1.5

  7 Tinjauan Pustaka .........................................................................

  1.6

  8 Landasan Teori............................................................................

  1.6.1 Tuturan Unik ......................................................................

  8

  1.6.1.2 Perubahan Makna ..................................................

  10 1.6.1.3 Ketidaklogisan Tuturan .........................................

  10 1.6.1.4 Pertentangan Makna ..............................................

  10 1.6.1.5 Penyimpangan Idiom .............................................

  11 1.6.1.6 Perubahan Referen.................................................

  11 1.6.2 Frasa, Klausa, dan Kalimat ...............................................

  11 1.6.2.1 Frasa ......................................................................

  11 1.6.2.2 Klausa ....................................................................

  12 1.6.2.3 Kalimat ..................................................................

  12 1.6.3 Konteks .............................................................................

  12 1.6.4 Humor ...............................................................................

  13 1.6.5 Prinsip Kerja Sama ...........................................................

  14 1.6.5.1 Maksim Kuantitas ..................................................

  15 1.6.5.2 Maksim Kualitas ....................................................

  15 1.6.5.3 Maksim Relevansi .................................................

  15 1.6.5.4 Maksim Pelaksanaan .............................................

  15 1.7 Metode dan Teknik Penelitian ....................................................

  15 1.7.1 Tahap Pengumpulan Data ..................................................

  15 1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data......................................

  15 1.7.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data ...........

  17 1.8 Sistematika Penyajian .................................................................

  18 BAB II TUTURAN UNIK YANG TERDAPAT DALAM BUKU

  2.1 Tuturan Unik Berbentuk Frasa ....................................................

  20 2.2 Tuturan Unik Berbentuk Kalimat ...............................................

  28 2.3 Tuturan Unik Berbentuk Klausa .................................................

  41 BAB III PENYIMPANGAN TUTURAN UNIK DALAM PRINSIP KERJA SAMA .......................................................................................

  52 3.1 Penyimpangan Maksim Kuantitas ..............................................

  53 3.2 Penyimpangan Maksim Kualitas ................................................

  54 3.3 Penyimpangan Maksim Relevansi ..............................................

  64 3.4 Penyimpangan Maksim Pelaksanaan ..........................................

  67 BAB IV PENUTUP .................................................................................

  97 4.1 Kesimpulan .................................................................................

  97 4.1 Saran ...........................................................................................

  98 DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

  99 LAMPIRAN .............................................................................................. 101

  Raditya Dika lahir di Jakarta 28 Desember 1984, biasa dipanggil dengan sebutan Raditya atau Kambing ataupun Dika. Penulis yang dapat disebut sebagai ”Hilman Lupus” abad 21 ini telah mencuri perhatian sebagian besar penggemar buku humor di Indonesia. Buku pertamanya yang berjudul Kambing Jantan merupakan jurnal hariannya yang ditulis dalam blog di internet. Blog ini mendapatkan Best Indonesian Blog Award pada tahun 2003 yang diselenggarakan oleh Flyingchair.net. Buku Kambing Jantan berisi tentang kehidupannya yang ditulis secara unik dan ekspresif. Secara ekspresif, Raditya Dika mengungkapkan kejadian sehari-hari dirinya dengan sikap yang concern terhadap kesan humor. Terlepas dari fungsi informasional netral yang menurut anggapan setiap orang adalah yang paling penting, bahasa ternyata juga memiliki fungsi ekspresif; yaitu dapat dipakai untuk mengungkapkan perasaan dan sikap penuturnya, kata-kata sumpah-serapah dan kata seru adalah contoh yang paling jelas dalam hal ini (Leech, 1974:63).

  Seperti yang ditulis dalam kata pengantarnya, Raditya Dika mengungkapkan, “buku ini berisi full humor, kejadian nyata sehari-hari yang gw alamin trus gw tulis dengan sentuhan humor” (Dika, 2005:xi). Pengertian humor masing-masing orang pun berbeda sehingga sulit untuk menentukan mana yang humor dan mana yang bukan. Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menentukan suatu humor, maka peneliti memakai istilah tuturan unik dalam menyebut tuturan yang tidak lazim atau berbeda dari yang lain atau pun yang mengandung kesan humor.

  Tuturan unik ini merupakan kreativitas Raditya Dika sebagai makhluk hidup yang memakai bahasa dalam berkomunikasi dan mengungkapkan perasaan, gagasan, dan juga pemikirannya. Kreativitas Raditya Dika di dicerminkan lewat tokoh-tokohnya, antara lain tokoh Anaz, Bokap, Petugas Imigrasi Yang Berkumis (PIYB), dan sebagainya.

  (1) Gw yang cukup waras menyaksikan adegan tidur yang mirip dengan orang” imbisil di sekolah SLB terkemuka di Jakarta itu cuman bisa ngelus dada sambil bilang, amit-amit jabang kambing.

  (Dika, hal: 100) Dalam contoh (1), terdapat tuturan unik berupa frasa amit-amit jabang

  . Frasa amit-amit jabang kambing merupakan penyimpangan idiom dari

  kambing

  . Tuturan unik tersebut digunakan seseorang untuk

  amit-amit jabang bayi

  mengekspresikan ketakutan akan terjadinya hal yang tidak diinginkan atau suatu ekspresi keheranan. Contoh (1) menggambarkan tokoh Gw yang melihat kelakuan adik-adiknya saat tidur yang cukup mengherankannya. Rasa herannya itu membuat tokoh Gw menuturkan tuturan unik amit-amit jabang kambing.

  Pensubstitusian kata bayi menjadi kambing dilakukan oleh tokoh Gw karena ia

  Tuturan unik tersebut menyimpang dari prinsip kerja sama berupa penyimpangan maksim kualitas. Dalam prinsip kerja sama, penutur harus berbicara seinformatif mungkin, mengatakan sesuatu dengan bukti-bukti yang memadai, mempertimbangkan secara seksama konteks pembicaraan, senantiasa berusaha agar tuturan yang dihasilkan ringkas, dan tidak taksa sehingga menyesatkan lawan bicaranya (Wijana, 2004:78). Secara garis besar, Grice menyebutkan ada beberapa maksim yang harus ditaati oleh peserta tindak tutur. Maksim-maksim itu adalah maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan (Wijana, 2003: 55).

  Frasa amit-amit jabang kambing menyimpang dari maksim kualitas. Di dalam berbicara secara kooperatif, masing-masing peserta percakapan harus berusaha sedemikian rupa agar mengatakan sesuatu yang sebenarnya (Wijana, 2003:81). Berdasarkan konteksnya, tokoh Gw yang melihat adik kembarnya Ingga dan Anggi merasa terkejut dengan kelakuan mereka saat tidur, salah satunya saat di pipisin oleh Ingga. Selain itu, Ingga dan Anggi sering mengigau secara bersahut-sahutan dengan mulut terbuka seperti ikan mas koki. Hal tersebut membuat tokoh Gw heran dan mengungkapkannya lewat tuturan unik amit-amit

  

jabang kambing . Penyimpangan maksim kualitas terjadi karena tokoh Gw

  mengatakan tuturan unik amit-amit jabang kambing yang seharusnya adalah amit- amit jabang bayi. Adanya penyimpangan maksim kualitas dalam buku Kambing

  Jantan bertujuan untuk menghasilkan humor.

  Dalam mengutarakan perasaan, pikiran, dan gagasannya, seseorang bersedih lazimnya mengutarakannya dengan tuturan seperti ”Saya sedang bersedih

  ” ataupun ”Saya sedang berbelasungkawa”. Hal itu sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa yang dijadikan sarana bagi seseorang untuk mengutarakan perasaan, pikiran, dan gagasannya menjadi sangat penting kedudukannya dalam masyarakat. Pemakai bahasa harus menggunakan bahasa sebaik mungkin, antara penutur dan lawan tuturnya agar dapat menghasilkan komunikasi yang baik. Hal tersebut terkadang membuat bahasa menjadi kaku dan terlihat monoton.

  Berbeda dengan bahasa yang lazim ditemui dalam kehidupan sehari-hari, Raditya Dika memakai bahasa dalam berkomunikasi dengan masyarakat pembaca lewat bahasa yang lebih santai dan terlihat lebih segar. Penciptaan istilah baru, menggeser dan mengubah makna kata, ataupun menyimpangkan makna kata dan idiom dalam berinteraksi dengan pembacanya. Buku Kambing Jantan karya Raditya Dika menjadi penyegaran bagi masyarakat dalam memanfaatkan bahasa.

  

Penyegaran ini membuat bahasa menjadi tidak kaku dan dapat lebih mewakili

  perasaan, gagasan, dan pikiran penulisnya. Tuturan yang tidak lazim dan terdengar berbeda dari bentuk yang telah ada menjadikan tuturan tersebut sebagai tuturan unik. Tuturan unik tersebut dapat diterima selama masih berkaitan dengan konteksnya.

  Topik ini dipilih karena dalam buku Kambing Jantan terdapat tuturan yang tidak biasa dan tidak wajar. Untuk mengungkapkan rasa kaget dan kesal atas tagihan listriknya yang membengkak, Raditya Dika menggunakan tuturan unik dilakukan oleh anak remaja. Seorang nenek yang nyimeng merupakan hal yang mengagetkan dan juga mengherankan. Adanya seorang nenek yang sudah tua melakukan nyimeng membuat kaget dan heran orang yang mendengarnya. Tuturan unik lainnya terdapat dalam frasa dengan semangat 45 x 2 = 90, kartu

  

binal , dan klausa mati dengan sukses, minum dengan penuh kenistaan, serta

  kalimat rasty pun dengan resmi mati. Alasan itulah yang membuat peneliti memilih topik ini, selain adanya pemikiran positif mengenai pemakaian bahasa dalam mengekspresikan perasaan, pikiran, dan gagasan.

  1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, fokus permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

  1.2.1 Apa saja bentuk tuturan unik dalam buku Kambing Jantan karya Raditya Dika?

  1.2.2 Apa saja penyimpangan prinsip kerja sama tuturan unik dalam buku

  Kambing Jantan karya Raditya Dika?

  1.3 Tujuan Penelitian

  Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk:

  1.3.1 Mendeskripsikan bentuk tuturan unik yang terdapat dalam buku karya Raditya Dika.

  Kambing Jantan

  1.3.2 Mendeskripsikan penyimpangan prinsip kerja sama tuturan unik dalam buku Kambing Jantan karya Raditya Dika.

  1.4 Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian ini adalah deskripsi tentang bentuk tuturan unik dan penyimpangan prinsip kerja sama. Tuturan-tuturan unik yang ditemukan berupa frasa, klausa, dan kalimat. Penemuan tuturan unik ini diharapkan dapat memberi manfaat teoretis bagi perkembangan ilmu bahasa dalam kaitannya dengan semantik, sintaksis dan pragmatik. Kaitan dengan semantik terdiri dari pergeseran makna, perubahan makna, pertentangan makna, perubahan referen, kelogisan dalam berbahasa, dan pemakaian idiom. Bagi sintaksis, hasil penelitian ini bermanfaat dalam cara pembentukan frasa, klausa, dan kalimat. Adapun bagi pragmatik, hasil penelitian ini berguna dalam menganalisis suatu tuturan yang menyimpang dalam prinsip kerja sama. Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan pemahaman kepada pemakai bahasa dalam berkomunikasi. Dalam berkomunikasi terdapat variasi-variasi yang menyebabkan proses komunikasi menjadi unik, akrab, humor, dan lucu.

  1.5 Tinjauan Pustaka

  Purnama (2008) dalam skripsinya ”Makian dalam Bahasa Melayu Palembang: Studi tentang Bentuk, Referen, dan Konteks Sosiokulturalnya” menyimpulkan bahwa makian dalam bahasa Palembang berbentuk kata, frase,

  Penelitian Indarni (2005) dalam skripsinya yang berjudul ”Penciptaan

  Humor dalam Novel Lupus K arya Hilman; Tinjauan Pragmatis”, mengatakan bahwa humor tidak hanya tercipta dari penyimpangan-penyimpangan maksim dan parameter pragmatik. Penciptaan humor juga tercipta karena adanya pembelokan- pembelokan teori kelepasan dan ketidaksesuaian, serta ketidaksengajaan (tanpa disadari), secara tidak langsung humor tercipta secara spontan.

  Lestari (1998) dalam skripsinya ”Analisis Wacana Humor Tulis Rubrik ‟Tulalit‟ Majalah Remaja Hai” menganalisis penyimpangan prinsip percakapan, unsur-unsur yang dimanfaatkan untuk menciptakan humor dan jenis humor berdasarkan pada hal-hal yang dibicarakan dan cara penyampaiannya dengan tinjauan pragmatik dan semantik. Penelitian Lestari menghasilkan kesimpulan penciptaan humor dihasilkan oleh pelanggaran percakapan baik prinsip kerja sama maupun prinsip kesopanan. Terdapat tiga unsur yang dimanfaatkan sebagai sumber kelucuan, yaitu (a) penyimpangan logika, konvensional, (b) permainan asosiasi, (c) penyimpangan prinsip-prinsip percakapan.

  Sukarsa (2006) dalam skripsinya ”Umpatan Dalam Bahasa Sunda” menyimpulkan bahwa kekasaran umpatan bahasa sunda dapat dibedakan berdasarkan arti umpatan tersebut dan nilai rasa yang timbul akibat penggunaannya. Nilai rasa tersebut meliputi rasa marah, jengkel, tersinggung, terkejut, jera, malu, khawatir, menyesal, dan kecewa.

  Disertasi Wijana (1995) yang berjudul ”Wacana Kartun dalam Bahasa Indonesia” yang diterbitkan menjadi buku berjudul ”KARTUN: Studi tentang Penelitian Wijana tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa penciptaan humor terjadi karena adanya penyimpangan aspek semantis bahasa dan penyimpangan kaidah pragmatik, seperti prinsip-prinsip kerja sama dan parameter pragmatik.

  Kelima penelitian di atas meyakinkan peneliti bahwa belum ada yang menggunakan istilah tuturan unik. Ada beberapa peneliti yang telah meneliti penyimpangan prinsip kerja sama. Beberapa penelitian yang membahas tentang penyimpangan prinsp kerja sama berorientasi pada humor. Dalam penelitian ini, peneliti ingin menyajikan tuturan-tuturan unik dalam kaitannya dengan penyimpangan prinsip kerja sama. Penyimpangan prinsip kerja sama tidak selalu bertujuan humor, tetapi juga bertujuan untuk membuat keakraban antara penutur dan lawan tutur.

  Menurut KBBI (2005:1511), tutur berarti ucapan; kata; perkataan yang diujarkan, sedangkan tuturan memiliki arti sesuatu yang dituturkan; ucapan; ujaran (cerita). Masih menurut KBBI (2005:1530), unik berarti tersendiri bentuk atau jenisnya; lain daripada yang lain; tidak ada persamaan dengan yang lain; khusus. Berdasarkan pengertian kata tuturan dan unik, maka yang disebut tuturan unik adalah suatu ucapan atau perkataan yang diujarkan oleh seseorang dengan bentuk atau jenis lain daripada yang lain, tidak ada persamaan dengan yang lain.

  Pergeseran makna adalah gejala perluasan, penyempitan, pengonotasian (konotasi), penyinestesiaan (sinestesia), dan pengasosiasian sebuah makna kata yang masih hidup dalam satu medan makna. Dalam pergeseran makna rujukan awal tidak berubah atau diganti, tetapi rujukan awal mengalami perluasan rujukan atau penyempitan rujukan (Parera, 2004:107).

  Dalam pembicaraan tentang semantik yang dibicarakan adalah hubungan antara kata dengan konsep atau makna dari kata tersebut, serta benda atau hal yang dirujuk oleh makna yang berada di luar dunia bahasa (Chaer, 1990:31 via Purnama, 2008:11). Untuk memberi kejelasan tentang hubungan tersebut, digambarkan pula dalam bagan berikut.

  (b) Konsep/makna (referens)

  (a) (c) sesuatu yang dirujuk Kata/leksem

  • 1.6.1.2 Perubahan Makna

  Perubahan makna adalah gejala pergantian rujukan dari simbol bunyi yang sama. Ini berarti dalam konsep perubahan makna terjadi pergantian rujukan yang berbeda dengan rujukan semula. Misalnya, kata canggih bahasa Indonesia pernah bermakna ”suka mengganggu (ribut, bawel, dsb)” (KUBI 1976,183), sedangkan dewasa ini kata canggih mendapatkan makna atau rujukan baru

  ”sangat rumit dan ruwet dalam bidang teknologi karena keterkaitan antarkomponen atau unsur ”

  1.6.1.3 Ketidaklogisan tuturan Dalam Parera (2004:188), digunakan istilah kelogisan berbahasa.

  Menurutnya, ”Adjektif logis dan nonlogis mempunyai dua pengertian. Penggunaan kata logis dan logika dalam tutur setiap hari dapat digantikan oleh kata perilaku yang masuk akal atau dan dapat masuk akal atau sesuai dengan kebiasaan dan kebudayaan setempat atau umum”. Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti mengartikan ketidaklogisan tuturan sebagai tuturan yang tidak masuk akal atau dan tidak dapat masuk akal atau tidak sesuai dengan kebiasaan dan kebudayaan setempat atau umum.

  1.6.1.4 Pertentangan makna

  Pertentangan makna antara dua kata dapat dikelompokkan dalam beberapa tipe berdasarkan karakter dan komponen makna yang dikandung oleh kata-kata tersebut. Ada pertentangan makna yang mutlak, pertentangan makna yang banyak gradasi, ada pertentangan makna kutub, ada pertentangan makna berbalikan, ada pertentangan makna hierarkis, dan ada pertentangan makna yang terbalik (Parera, 2004:191).

  1.6.1.5 Penyimpangan idiom

  Idiom adalah satuan bahasa (entah berupa kata, frasa, maupun kalimat) yang maknanya tidak dapat ”ditarik” dari kaidah umum gramatikal yang berlaku unsur yang membentuknya (Chaer, 1981:7). Penyimpangan menurut KBBI (2005: penyimpangan berarti proses, cara, perbuatan menyimpang atau

  1309), menyimpangkan; tindakan di luar kaidah yang berlaku.

  Dalam hal ini, peneliti mengambil konsep kata perubahan dari teori Parera (2004:107) mengenai pergeseran dan perubahan makna. Hanya saja yang dibahas di sini adalah referen, bukan makna. Referen menurut KBBI (2005:1153) berarti benda atau orang tertentu yang diacu oleh kata atau untaian kata dalam kalimat atau konteks tertentu. Perubahan referen merupakan gejala pergantian referen dari kata atau untaian kata dalam kalimat atau konteks tertentu.

  1.6.2.1 Frasa

  Frasa ialah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Frasa merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi, maksudnya frasa itu selalu terdapat dalam satu fungsi, ialah dalam S, P, O, PEL, atau KET (Ramlan, 1982:121).

  1.6.2.2 Klausa

  Klausa dijelaskan sebagai satuan gramatik yang terdiri dari P, baik disertai S, O, PEL, dan KET ataupun tidak. Dengan ringkas, klausa ialah (S) P (O) (PEL)

  (KET). Tanda kurung menandakan bahwa apa yang terletak dalam kurung itu bersifat manasuka, artinya boleh ada, boleh juga tidak ada (Ramlan, 1982:62).

  Dalam bahasa tulis kalimat dibatasi oleh tanda (.), (?), (!), dan tanda (;) (Ramlan, 2008:17).

  1.6.3 Konteks

  Konteks telah diberi beberapa arti: antara lain diartikan sebagai aspek- aspek yang gayut dengan lingkungan fisik dan sosial sebuah tuturan. Saya mengartikan konteks sebagai suatu pengetahuan latar belakang yang sama-sama dimiliki oleh n (penutur) dan t (petutur) dan yang membantu t (petutur) menafsirkan makna tuturan (Leech, 1993:20).

  1.6.4 Humor

  Konsep humor yang berkembang dewasa ini bertumpu pada tiga teori utama, yakni teori ketidaksejajaran, teori pertentangan, dan teori pembebasan (Wijana, 2004:21). Teori ketidaksejajaran mengemukakan bahwa humor secara tidak kongruen menyatukan dua makna atau penafsiran yang berbeda ke dalam suatu objek yang kompleks. Ketidaksejajaran atau ketidaksesuaian bagian-bagian itu dipersepsikan secara tiba-tiba oleh penikmatnya. Ketidaksejajaran atau kondisi masyarakatnya atau sekadar bersenda gurau yang pada akhirnya diharapkan dapat melepaskan khalayak pembaca dari keseriusan dan berbagi beban kehidupan.

  Humor adalah teka-teki yang terpahami ketidaksejajarannya. Dalam kaitannya dengan pemahaman humor ini, para penikmat harus menemukan semacam kaidah kognitif (cognitive rule) ketidaksejajaran itu. Penemuan kaidah ditandai dengan penolakan salah satu rangsangan atau kemungkinan interpretasi yang disodorkan (Wijana, 2004:28).

  Agar tuturan-tuturan yang diutarakan dapat diterima secara efektif oleh lawan bicaranya, penutur lazimnya mempertimbangkan secara seksama berbagai faktor pragmatik yang terlibat atau mungkin terlibat dalam proses komunikasi itu. Misalnya saja penutur dan lawan tutur akan menggunakan variasi yang berbeda sesuai dengan situasi tutur yang bersangkutan (Wijana, 2004:54).

  Wacana yang wajar terbentuk karena kepatuhan terhadap prinsip kerja sama komunikasi (cooperative principles). Seperti halnya pandangan Allan, menurut prinsip ini penutur dan lawan tutur memiliki komitmen bahwa tuturan- tuturan mereka benar dan relevan dengan konteks pembicaraan. Secara garis besar Grice menyebutkan ada beberapa maksim yang harus ditaati oleh peserta tindak tutur. Maksim-maksim itu adalah maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan (Grice (1975) dalam Wijana, 2004:55).

  1.6.5.1 Maksim Kuantitas

  Maksim kuantitas menghendaki setiap peserta percakapan memberikan kontribusi yang secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan oleh laan bicaranya.

  1.6.5.2 Maksim Kualitas

  Maksim percakapan ini mewajibkan setiap peserta percakapan mengatakan hal yang sebenarnya. Kontribusi peserta percakapan hendaknya didasarkan pada bukti-bukti yang memadai.

  1.6.5.3 Maksim Relevansi

  Maksim ini mengharuskan setiap peserta percakapan memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah pembicaraan. Kontribusi yang diberikan harus berkaitan atau sesuai dengan topik-topik yang sedang diperbicarakan.

  1.6.5.4 Maksim Pelaksanaan

  Maksim pelaksanaan mengharuskan setiap peserta percakapan berbicara secara langsung, tidak kabur, tidak taksa, dan tidak berlebih-lebihan (redundant), serta runtut. Setiap peserta tindak tutur tidak dapat mengutarakan tuturannya secara kabur dan taksa atau menafsirkan sesuatu yang sebenarnya jelas sebagai sesuatu yang kabur dan taksa. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa setiap bentuk kebahasaan yang memiliki potensi untuk taksa hanya memiliki satu kemungkinan penafsiran di dalam setiap pemakaian sepanjang konteks

  Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu (1) tahap pengumpulan data, (2) metode dan teknik analisis data, dan (3) metode dan penyajian hasil analisis data.

  Cara yang digunakan dalam mengumpulkan data yaitu dengan penyimakan. Penyimakan atau metode simak adalah metode yang digunakan dengan menyimak, yaitu menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993:133).

  Untuk melaksanakan metode simak digunakan teknik tertentu, yaitu teknik catat. Teknik catat adalah teknik mencatat data yang telah diperoleh dalam kartu data (Sudaryanto, 1984:40). Kegiatan pencatatan data dilanjutkan dengan klasifikasi. Klasifikasi yang dimaksud adalah penggolongan tuturan unik yang berupa frasa, klausa, dan kalimat. Selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan penyimpangan prinsip kerja sama berupa penyimpangan maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan.

  (2) Dengan modal otak yang minim dan ingatan yang nyerempet” kuda , akhirnya kita berhasil juga menemukan parkirnya dimana.

  lumping Untung aja ada Rizal klo kaga mungkin gw udah jadi hantu PS tuh.

  (Dika, Hal:76) Contoh (2) terdapat tuturan unik yang berupa frasa ingatan yang

  

nyerempet” kuda lumping. Kemudian, tuturan unik tersebut diklasifikasikan

berdasarkan penyimpangan prinsip kerja sama.

  Data yang sudah diklasifikasikan kemudian dianalisis dengan menggunakan metode padan dan metode agih. Metode padan adalah metode analisis data yang alat penentunya berada di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan atau diteliti (Sudaryanto, 1993:13 dalam Kesuma, 2007:47). Untuk menerapkan metode padan, digunakan jenis metode padan referensial dan pragmatis.

  (3) Bukannya gw benci sekolah, (ya benci sih, tapi nanti kan jadi kangen kalo kelamaan gak sekolah, benci benci benci tapi rinduu juwa..)*jari dan jempol tangan digoyang* tapi lebih karena di hari libur yang panjang ini bisa gw manfaatin untuk tidur pules. Soalnya beberapa hari ini gw semakin berubah menjadi kalong.

  (Dika, hal:98) (4) : *baru pulang*

  Gw Yudhit

  : Bang. Bang. Beliin lupus dunk bang… Gw

  : Emangnya tukang bakso, bang” aja. Ntar deh abang beliin.. mo lupus apa? Yudith : Lupus yang SD aja deh bang.. Gw : Lho? Kamu kan udah SMP dit? Kok bacanya

  Lupus SD? Yudith : iyah.. yang banyak yah bang..klo 2 yah 4 ya.. Gw : Buset. Nih, abang beliin SUGUS aja 4 yak!

  Hehehe… (Dika, hal: 190-191) Contoh (3) dan (4) di atas merupakan penerapan metode padan referensial dan pragmatis. Metode padan referensial adalah metode padan yang alat penentunya berupa referen bahasa (Kridalaksana, 2001:186 dalam Kesuma, 2007:48). Tuturan unik gw semakin berubah menjadi kalong memiliki identitas masing-masing. Identitas Gw

  ‟pelaku‟, semakin berubah ‟perbuatan‟, menjadi

  kalong

  ‟penerima perbuatan‟. Dengan identitas tersebut, tuturan unik tersebut tergolong sebagai kalimat berita.

  Metode padan pragmatis adalah metode padan yang alat penentunya lawan atau mitra bicara (Kesuma, 2007:49). Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi, misalnya satuan kebahasaan menurut reaksi atau akibat yang terjadi atau timbul pada lawan atau mitra bicaranya ketika satuan kebahasaan itu dituturkan oleh pembicara. Contoh (4) terdapat tuturan unik Nih, abang beliin

  

SUGUS aja 4 yak! Yang ditentukan sebagai kalimat perintah. Dinyatakan sebagai

  kalimat perintah karena bila dituturkan mengakibatkan mitra bicaranya menuruti keinginan penutur yang akan membelikannya permen sugus dan menerimanya sebagai pengganti buku Lupus.

  Selanjutnya, tuturan unik tersebut dianalisis menurut penyimpangan prinsip kerja sama. sebagai contoh dapat dilihat dalam contoh (5) berikut.

  (5) Jadilah gw sekarang kalo ngedip bener” ngedip penuh sambil ngerutin muka segala. Berasa kelilipan, berasa ada kompor dimata gw. Lagu

  Jamrud pun mengalun dari kejauhan.. Ada yang lain disenyummu yang membuat lidahku gugup tak bergerak,

  Ada kompor...di bola matamu

  (Dika, hal: 235) Analisis data dalam contoh (5) dilakukan dengan menggunakan metode agih dan teknik ganti sebagai teknik lanjutannya. Metode agih atau metode distribusional adalah metode analisis data yang alat penentunya ada di dalam dan merupakan bagian dari bahasa yang diteliti (Sudaryanto, 1985:5; 1993:15 dikutip dalam Kesuma, 2007:54). Teknik ganti atau teknik distribusi adalah teknik analisis data dengan cara mengganti satuan kebahasaan yang lain di luar konstruksi yang bersangkutan (Verhaar, 1981:108 dikutip dalam Kesuma, 2007:58). Penyimpangan maksim kualitas dalam contoh (5) dilakukan dengan menggunakan teknik ganti, lewat penggantian kata pelangi menjadi kompor.

  Dalam lirik lagu Jamrud yang asli, berbunyi ada pelangi di bola matamu.

  Hasil analisis data dalam penelitian ini berupa deskripsi tentang bentuk tuturan unik yang menyimpang dari prinsip kerja sama. Dalam penelitian ini digunakan metode informal. Penyajian hasil analisis data secara informal adalah penyajian penyajian hasil analisis data dengan menggunakan kata-kata biasa walaupun dengan terminologi yang teknis sifatnya (Sudaryanto, 1993:145 dikutip dalam Kesuma, 2007:71).

  Penelitian ini akan disajikan dalam empat bab. Bab pertama pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab dua berisi tuturan-tuturan unik yang berbentuk frasa, klausa, dan kalimat. Bab tiga pembahasan mengenai tuturan unik yang menyimpang dari prinsip kerja sama. Bab empat yang berisi kesimpulan dan saran. Bagian terakhir adalah daftar pustaka. akan dibedakan bentuknya secara sintaksis, yakni tuturan unik berbentuk frasa, tuturan unik berbentuk kalimat, dan tuturan unik berbentuk klausa. Tuturan unik sendiri adalah ucapan atau perkataan yang diujarkan oleh seseorang dengan bentuk atau jenis lain daripada yang lain, tidak ada persamaan dengan yang lain.

  Tuturan unik lazim digunakan tokoh Gw secara sengaja untuk mengungkapkan perasaannya atas suatu kejadian yang dialaminya sehari-hari. Perihal pembedaan tuturan unik di atas akan diuraikan dalam 2.1, 2.2, dan 2.3 berikut ini:

  Tuturan unik yang berbentuk frasa dapat dibedakan menjadi frasa verbal dan frasa nominal. Frasa verbal berupa tuturan unik seperti makan lemper dan . Frasa nominal berupa tuturan unik, antara lain: kartu

  memberantas keperawanan

  , badai flu, asisten ibuku, semangat 45 x 2 = 90, kepala gw yang ganteng

  binal berat, ingatan yang nyerempet” kuda lumping, dan kebiadaban lemari es,

  sedangkan frasa adjektival berupa tuturan unik

  amit” jabang kambing. Untuk

  lebih jelas dapat dilihat contoh (6) sampai dengan (15) berikuti ini:

  (6) Pas lagi nonton tipi, namanya juga makhluk hidup yang punya napsu binatang, gw laper…..lapernya tuh yang laper banget gitu, pengen makan banget, tapi gimana bisa? Membaca saja aku sulit *lho?* anyways, saking lapernya gw tuh langsung ambil kunci apartemen gw dan langsung turun ke bawah, mo beli Hungry Jack‟s (kayak fastfood gitu, enak lho…) Gw pesen hamburger, ngambil tak e away and siap” mo balik ke apartemen gw, tapi ternyata oh ternyata..gw gak bawa kartu buat masuk apartemen gw!!!! FYI, apartemen gw tuh (berhubung di tengah kota) keamanannya ketat banget…nahhh…salah satu sistem keamanannya adalah buat masuk pintu paling depan apartemen gw, gw harus ngasih liat kartu akses gw ke mesin keamanan, baru bias masuk dan naik lift… Dan gw lupa membawa kartu binal itu turun!!!!!! (Dika, hal:31-32)

  Pada contoh (6) terdapat tuturan unik berupa frasa kartu binal. Frasa kartu

  

binal merupakan frasa nominal, karena dibentuk dengan memperluas kata benda

  ‟kartu‟ ke kanan. Menurut KBBI (2005:152), binal berarti bengal; tidak menurut; selalu hendak lari (tentang kuda dsb). Dalam ungkapan sehari-hari, kalimat yang dapat disusun dengan kata binal misalnya, Akibat kurangnya perhatian orang tua,

banyak anak muda menjadi binal ataupun Kuda yang baru dibelinya sangat binal.

  Namun dalam contoh (4), kata binal mengalami perubahan makna menjadi sebuah kata umpatan. Umpatan tersebut dilakukan untuk menyebut kartu binal yang secara konteks berarti sebuah kartu untuk masuk ke dalam kamar. Kartu tersebut menjadi binal karena lupa dibawa oleh tokoh Gw.

  (7) Masih bersama kambinganteng disini. Yang udah kliyengan gara” terserang badai flu yang dasyat sekali bo. CROOT! *tarik ingus* Klo udah kena flu kayak gini, badan gw jadi gelisah

  • –geli geli basah- tak menentu. Makan susah. Tidur susah (kecuali kalo dikelonin

  (Dika, hal:77) Pada contoh (7) terdapat tuturan unik berupa frasa badai flu. Frasa badai merupakan frasa nominal, karena dibentuk dengan memperluas kata benda

  flu

  ‟flu‟ ke kiri. Menurut KBBI (2005:84), badai berarti angin kencang yang mnenyertai cuaca buruk (yang datang dengan tiba-tiba) berkecepatan sekitar 64- 72 knot; topan. Pemakaian kata badai biasa diikuti dengan kata debu, es, tropis, tropis, dan guntur. Dalam ujaran sehari-hari, kata badai dipakai dalam kalimat seperti, Perumahan nelayan itu hancur diserang badai ataupun Hari ini akan terjadi badai es yang cukup kuat di daerah Australia bagian selatan.

  Dikatakan tuturan unik karena terjadi perubahan makna kata badai. Kata yang menunjukkan angin kencang yang menyertai cuaca buruk telah

  badai

  berubah maknanya menjadi hal yang kurang menyenangkan dalam kaitannya dengan penyakit, seperti dalam tuturan unik (5). Gejala perubahan makna seperti ini merupakan gejala penggantian rujukan.

  (8) Balik lagi ke film 30 Hari Mencari Cinta, gw inget banget ada satu dialog yang kayanya nancep banget tuh, yang dikatakan oleh si

  Bryan, yg berperan jadi pacarnya keke: ”Hubungan emosi itu akan lebih kuat lagi kalau disertai dengan hubungan fisik” Sebenernya sih banyak caranya, misalnya cium pipi, french kiss, belai” rambut, sekedar pelukan, gandengan tangan, sampe ML (makan lemper).

  (Dika, hal: 85) Pada contoh (8) terdapat tuturan unik berupa frasa ML (makan lemper). kerja ‟makan‟. Frasa verbal ini berjenis frasa verbal modifikatif (pewatas) belakang dengan penambahan kata lemper. ML yang merupakan sebutan untuk

  

making love diganti artinya dengan makan lemper. Pensubstitusian seperti ini

  merupakan gejala perubahan makna. Making love yang bermakna sepasang kekasih sedang melakukan hubungan intim diubah maknanya menjadi makan lemper. Lemper menurut KBBI (2005:811) adalah makanan yang dibuat dari ketan, di dalamnya diisi daging cincang (dibungkus dengan daun pisang) dan biasa berbentuk lonjong.

Dokumen yang terkait

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Program Studi Ilmu Sejarah

0 0 191

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia

0 0 139

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Indonesia

0 0 97

Skripsi Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

0 0 187

PERILAKU NEGATIF DALAM NOVEL PECUN MAHAKAM KARYA YATIE ASFAN LUBIS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia

0 2 83

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Indonesia

0 0 153

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia

0 0 129

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Program Studi Ilmu Sejarah

0 0 103

PROSES PRAPRODUKSI, PRODUKSI, DAN PASCAPRODUKSI PEMBUATAN FILM PENDEK “1000 WAJAH” SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia

0 0 124

PERASAAN KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL RADIT DAN JANI KARYA RIO RINALDO SUATU TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia

0 0 79