PENDIDIKAN KARAKTER BERTANGGUNG JAWAB MENURUT AL-QUR’AN SURAH LUQMAN AYAT 16 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

  i

  

PENDIDIKAN KARAKTER BERTANGGUNG JAWAB

MENURUT AL-QUR ’AN SURAH LUQMAN AYAT 16

  

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

  

Oleh:

MUHAMMAD DA ’I SHOLIH

  

NIM: 11110 159

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

TAHUN 1438 H/ 2017 M ii

iii

  

PENDIDIKAN KARAKTER BERTANGGUNG JAWAB

MENURUT AL- QUR’AN SURAH LUQMAN AYAT 16

  

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

  

Oleh:

MUHAMMAD DA ’I SHOLIH

  

NIM: 11110 159

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

TAHUN 1438 H/ 2017 M iv

v

vi

vii

  

MOTTO

َر َةَرْ يَرُه ىِبَأ ْنَع َلاَق ُهْنَع ُللها َيِض : ِهْيَلَع ُللها ىَّلَص ِللها ُلْوُسَر َلاَق َمَّلَسَو : َم ْن َع ِم َل ِب َم َع ا ِل َم َو َ ر َث ُه

  

ُللها

اَم َمْلِع َل ْم َ ي ْع َل ْم ( هيلع قفتم )

  

Dari Abu Huroiroh r.a telah berkata, Rasulullah

Saw telah bersabda: “Barang siapa mengerjakan

dengan apa yang diketahuinya, niscaya

dipusakakan Allah Swt kepadanya ilmu

pengetahuan yang belum diketahuinya.”

(Muttafaqun alaih)

  

PERSEMBAHAN

Skripsi yang sederhana ini penulis persembahkan kepada: Ayahku Bp Syafii dan Ibuku Musyaro’ah yang memberikan

   segalanya, tanpa jerih payah dan kasih sayang darinya tak akan pernah mampu kuberada dalam keadaan yang sebaik ini, kakak-kakakku yang selalu mensupport, terimakasih atas nasehat dan omelannya, serta adikku yang selalu menghibur dengan tingkah konyolnya.

   tangannya jauh-jauh hari, terimakasih telah membuat warna-

warni kehidupan dan semoga kesuksesan bersama kalian.

  Seluruh teman-teman angkatan 2010 yang telah melambaikan

   masa muda tuk belajar kedewasaan

  Teman-teman Ponpes Sunan giri, bersama kalian ku tempuh

   Dan kepada pembaca yang menyempatkan mengutip ataupun menjadikan tulisan ini menjadi berguna.

  viii

KATA PENGANTAR

  ميحرلا نحمرلا للها مسب

  Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swtatas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, meskipun dalam wujud yang sederhana dan jauh dari sempurna. Sholawat dan salam AllahSwt, semoga senantiasa terlimpahkan kepada Sang Penyempurna akhlak manusia dan yang selalu kuucap namamusebagai bentuk kerinduan yang tak ada hentinya.

  Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1.

  Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga 3.

  Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. ketua jurusan pendidikan agama islam IAIN Salatiga.

  4. Bapak H. Agus Ahmad Su’aidi, MA. selaku pembimbing yang telah membimbing dalam penulisan skripsi ini.

  5. Bapak/ ibu dosen dan seluruh karyawan IAIN yang telah memberikan pelayanan kepada penulis.

  6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini.

  Atas jasa- jasa dan kebaikan beliau di atas, penulis berdo’a semoga Allah Swt menerima amalnya dan memberikan balasan yang lebih baik. ix x Pada akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, semua itu karena keterbatasan penulis. Tiada kalimat yang pantas penulis ucapkan kecuali kalimat

  نيملاعلا ّبر لله دمحلا. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik di dunia maupun di akhirat.

  Salatiga, 13 Maret 2017 Penulis

  Muhammad Da ’i Sholih

  

ABSTRAK

  Sholih, Da ’i. 2017. Pendidikan Karakter Bertanggung Jawab Menurut Al-Qur’an

  Surah Luqman Ayat 16. Skripsi. Jurusan Tarbiyah Pendidikan Agama

  Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing:

H. Agus Ahmad Su’aidi, M.A,

  Kata kunci: Pendidikan Karakter, Tanggung Jawab dan Al- Qur’an.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendidikan karakter bertanggung jawab menurut QS. Luqman ayat 16. Pertanyaan yang akan dijawab oleh peneliti adalah: 1. Bagaimanakah karakter bertanggung jawab menurut Al-

  Qur’an surah luqman ayat 16. 2. Bagaimanakah Implementasi pendidikan karakter bertanggung jawab yang terkandung dalam Al- Qur’an surah luqman ayat 16.

  Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka peneliti menggunakan metode library research (kajian pustaka), dengan menjadikan literatur kitab-kitab seperti Al-

  Qur’an dan Hadits-hadits Nabi Saw, ataupun buku-buku sebagai objek penelitian, setelah itu mengumpulkan ayat-ayat Al- Qur’an yang berkaitan dengan tanggung jawab, setelah dikumpulkan maka ayat-ayat tersebut disusun dan dikaitkan antara ayat yang satu dengan yang lainnya, pada tahap selanjutnya menganalisis isinya (content analysis).

  Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa: 1. QS. Luqman ayat 16 mengandung pendidikan karakter bertanggung jawab. 2. QS. Luqman ayat 16 dapat diimplementasikan dalam dunia pendidikan, fokusnya menjadikan anak didik menjadi manusia yang berkarakter bertanggung jawab xi

  xii

  

DAFTAR ISI

  Halaman SAMPUL

  ………………………………............................................. ..... i LOGO IAIN ......................................................................................... ..... ii JUDUL ................................................................................................ ..... iii NOTA PEMBIMBING .............................................................................. iv PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................ v PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN........................................ ......... vi MOTTO............................................................................................... ...... vii PERSEMBAHAN ................................................................................ ..... viii KATA PENGANTAR......................................................................... ...... ix ABSTRAK ........................................................................................... ..... xi DAFTAR ISI ........................................................................................ ..... xii

  BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .............................................................. 7 C. Tujuan Penelilitian ............................................................. 7 D. Manfaat Penelitian .......................................................... .. 7 E. Kerangka Teoritik.............................................................. 8 F. Metode Penelitian .............................................................. 11 G. Sistematika Pembahasan.................................................... 14 BAB II. LANDASAN TEORI A. Hakekat Karakter Bertanggung Jawab ................................ 16 B. Macam-macam Bentuk Tanggung Jawab ............................ 18 C. Pendidikan Karakter Bertanggung Jawab ............................ 22

  D.

  Kompilasi Ayat-ayat Al-Qur’an yang Mengandung Nilai Tanggung Jawab ..................................................................

  26 BAB III. ASBABUN NUZUL DAN MUNASABAH DAN TAFSIR A.

  Asbabun Nuzul Q.S Luqman Ayat 16 ................................. 37 B. Munasabah Nuzul Q.S Luqman Ayat 16 ............................ 39 C. Tafsir QS. Luqman Ayat 16 …………………………….... 42

  BAB IV. PEMBAHASAN A. Implementasi Pendidikan Karakter Bertanggung Jawab

  yang Terkandung Dalam Al- Qur’an Surah Luqman Ayat16 .................................................................................

  46 B. Hikmah Karakter Bertanggung Jawab .…………………... 56

  BAB IV. PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................... 59 B. Saran ……………………………………………………… 60 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

  xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang paling sempurna disisi Allah Swt. Manusia diberikan anugerah berupa akal fikiran agar bisa membedakan

  perkara yang baik dan perkara yang buruk, agar bisa melakukan segala pekerjaannya dengan sebaik mungkin, dan dengan akal fikiran pula manusia mampu mempertimbangkan apapun yang ingin dilakukan. Tentang kesempurnaan manusia ini, Allah Swt berfirman

  ) 4 : ( ينّتلا ٍْيْىوْقَ ت ىنَسْحَا ىفِ َناَسْنلإا اَنْقَلَخ ْدَقَل

  Artinya:

  “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik- baiknya .”(At-Tin: 4)

  Berbicara tentang akal fikiran, tentunya tidak lepas dari yang namanya pendidikan.Karena dengan pendidikan itulah akal fikiran bisa berkembang dan berlanjut pada perkembangan kehidupan manusia.

  Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. (Tim Penyusun KBBI, 2005: 263)

  Poerbakawatja (1982:257) mendeskripsikan pendidikan dalam arti yang luas meliputi semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamnnya, kecakapannya serta keterampilannya kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baikjasmaniah maupun rohaniah.

  Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) pasal 3 menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlakmulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yangdemokratis serta bertanggung jawab”.

  Berdasarkan uraian undang-undang di atas dapat diketahui bahwa arah pendidikan adalah sebagai wadah pembentuk generasi bangsa yang berpotensi, berilmu, bermoral dan berakhlak mulia.Namun pada kenyataannya, masih banyak kita jumpai tindak kriminal seperti perilaku korupsi yang dilakukan para pejabat, tawuran yang dilakukan pelajar, penyelewengan kekuasaandan lain-lain. Itu semua karena orang lebih mementingkan diri-sendiri dan mengabaikan kepentingan orang lain.

  Hal tersebut merupakan sedikit contoh belum tercapainya visi dan misi pendidikan nasional.Perilaku-perilaku menyimpang yang dilakukan oleh orang-orang yang sudah terdidik.Itu menunjukkan bahwa karakter moral dan akhlak masih belum berhasil.

  Persoalan karakter bangsa akhir-akhir ini menjadi sorotantajam masyarakat, yang diungkapkan melalui berbagai tulisan di mediacetak, wawancara, dialog, dan gelar wicara di media elektronik. Selain dimedia massa, para pemuka agama dan masyarakat, para ahli, para pengamatpendidikan, dan para pengamat sosial, mulai gencar angkat bicara mengenaipersoalan budaya dan karakter bangsa diberbagai forum diskusi dan seminar,baik di tingkat lokal maupun nasional. Berbagai kasus dan peristiwa yangsering kita baca di media surat kabar dan amati di layar kaca, seperti kasuskorupsi, kolusi, nepotisme, perampokan, pencurian dengan kekerasan,kejahatan seksual, perusakan, perkelahian massa, aksi terorisme, dan kasus lainnya, menimbulkan pertanyaan dalam benak kita: “Dimanakah gerangannilai-nilai agama, nilai-nilai budaya, dan pilar kebangsaan kita kini berada?”(Kementrian pendidikan dan kebudayaan, 2013:3)

  Pendidikan adalah wadah untuk menciptakan manusia yang berkualitas. Proses pengembangan kemampuan manusia dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik hendaknya berjalan dengan seimbang. Namun, pada kenyataannya pendidikan di Indonesia masih jauh dari kata seimbang. Karena gaya pendidikan dan pembelajaran yang cenderung formalistik dan hanya mementingkan capaian akademik semata (Darmiyati zuchdi, dkk., 2013:2).

  Kurangnya kesadaran manusia akan timbal balik atas apa yang dilakukan, jika menanam benih yang baik maka akan mengunduh buah yang baik pula, begitu pula sebaliknya.Manusia masih begitu acuh terhadap tanggung jawab atas apa yang telah mereka pelajari untuk diterapkan dalam kehidupan dengan sebaik-baiknya.

  Menyikapi hal demikian, belakangan sering diwacanakan pendidikan karakter di Indonesia. Pemerintah menggalakkan program penanaman karakter sejak usia dini, membubuhkan pendidikan karakter dalam tiap mata pelajaran, dan berusaha semaksimal mungkin menumbuhkan kesadaran individu manusia.

  Pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri-sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan.Nilai-nilai tersebutdapat terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatanberdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat (Jamal, 2011: 35).

  Agus Wibowo (2012: 36) menyatakan pendidikan karakter adalah pendidikan yang menanamkan dan mengembangkan karakter-karakter luhur kepada anak didik, sehingga mereka memiliki karakter luhur itu, menerapkan dan mempraktikkan dalam kehidupannya, entah dalam keluarga, sebagai anggota masyarakat, dan warga negara pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah.

  Dalam perspektif Islam pun, pendidikan karakter secara teoretik sebenarnya telah ada sejak Islam diturunkan di dunia, seiring dengan diutusnya Nabi Muhammad Saw untuk memperbaiki atau menyempurnakan akhlak (karakter) manusia.Ajaran Islam sendiri mengandung sistematika ajaran yang tidak hanya menekankan pada aspek keimanan, ibadah dan

  

mu’amalah, tetapi juga akhlak. Pengamalan ajaran islam secara utuh (kaffah)

  merupakan model karakter seorang muslim, bahkan dipersonifikasikan dengan model karakter Nabi Muhammad Saw, yang memiliki sifat Shiddiq, Amanah,

  

Tabligh, Fathonah (Mulyasa, 2014: 5).Allah Swt telah berfirman dalam Q.S

  Al-Qalam ayat 4:

  ) 4 : ملقلا ( ٍمْيىظَع ٍقُلُخ ىَلَعَل َكَّنىإَو

  Artinya:

  “Sesungguhnya engkau (Muhammad ) berada di atas bdi pekerti yang agung.” (Q.S Al-Qalam:4)

  Dalam hadits pun telah disebutkan:

  ) دواد وبا و ىراخبلا هاور ( مَتُىلِ اََنَىإ ىق َلَْخَلِا ُتْث

  َمىراَكَم ُب ىع َم

  Artinya:

  “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. ”(H.R. Bukhori dan Abu Dawud)

  Prinsip akhlakdalamIslam yang paling menonjol ialah bahwa manusia bebas melakukan tindakan-tindakannya, ia punya kehendak untuk berbuat dan tidak berbuat sesuatu. Namun ia harus bertanggung jawab terhadap semua yang dilakukannya dan harus menjaga apa yang dihalalkan dan diharamkan Allah Swt. Maka tanggung jawab pribadi ini merupakan prinsip akhlak yang paling menonjol dalam Islam dan semua urusan keagamaan seseorang selalu disandarkan pada tanggung jawab pribadi ini (Ali Abdul Halim Mahmud, 1996: 114).

  Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dilakukan, baik terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan, Negara, maupun Tuhan YME (Darmiyati Zuchidi dkk, 2010:15).

  Tanggung jawab pada taraf yang paling rendah adalah kemampuan seseorang untuk menjalankan kewajiban karena dorongan dari dalam dirinya (Abdullah Munir, 2010: 90).

  Sebagian orang lebih memilih menghindari tanggung jawab dari pada menerima tanggung jawab atas apa yang dilakukan. Oleh karena itulah muncul istilah peribahasa, “lempar batu sembunyi tangan.” Sebuah peribahasaan yang mengartikan manusia tidak mau mempertanggung jawabkan perbuatannya sendiri, dan membiarkan orang lain yang menanggung akibat perbuatannya.

  Besar kecilnya akibat yang timbul karena penyelewengan terhadap amanah itu bergantung kepada keadaan atau fungsi seseorang.Jika hanya dalam hubungan pribadi dengan pribadi maka kerusakannya paling tinggi dialami oleh orang-orang yang bersangkutan dan keluarga-keluarganya. Tetapi kalau yang berkhianat itu kebetulan seorang yang memikul amanah yang mempunyai hubungan langsung dengan nasib orang banyak, seumpama pemimpin, baik pemimpin umat lebih-lebih lagi pemimpin negara, maka akibat yang ditimbulkannya akan menimpa masyarakat keseluruhannya yang kadang-kadang sampai diderita oleh beberapa keturunan (Yunan Nasution, 1988: 84).

  Berdasarkan latar belakang ini, peneliti tertarik untuk mendalami ayat Al-

  Qur’an yang berkenaan dengan tanggung jawab dan memutuskan untuk meneliti dengan judul sebagai berikut: PENDIDIKAN KARAKTER BERTANGGUNG JAWAB MENURUT

  AL- QUR’ANSURAH LUQMAN AYAT 16 B.

   Fokus Penelitian 1.

  Bagaimana karakter bertanggung jawab menurut Al-Qur’an surah luqman ayat 16.

  2. Bagaimana implementasi pendidikan karakter bertanggung jawab yang terkandung dalam Al- Qur’an surah luqman ayat 16.

  C. Tujuan Penelitian 1.

  Untuk mengetahui karakter bertanggung jawab yang ditanamkan Allah dalam Al- Qur’an surah luqman ayat 16.

  2. Untuk mengetahui implementasi pendidikan karakter bertanggung jawab yang terkandung dalam Al- Qur’an surah luqman ayat 16.

  D. Manfaat Penelitian

  Adapun beberapa manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

  1. Bagi IAIN Salatiga, untuk memperkaya daftar pustaka yang diberikan kepada mahasiswa di perpustakaan IAIN Salatiga, selain itu, bisa dijadikan bukti dalam memberikannya khazanah ilmu baru lewat generasi terdidik yang bisa menunjukkan hasil penelitiannya.

  2. Untuk khalayak umum, manfaat dari penelitian yang dibuat ini, bisa mempermudah untuk memahami dari makna tanggung jawab menurutAl- Qur’ansurah luqman ayat 16, dan maksud dari interpretasi dari ayat-ayat tersebut menurut para ulama

  ’ terkemuka.

  3. Untuk peneliti sendiri, selain memberikan wawasan baru dalam dunia pendidikan, peneliti juga akan lebih memahami sejauh mana interpretasi dari Al- Qur’an surah luqman ayat 16 yang telah diteliti tersebut.

E. Kerangka Teoritik 1.

  Pendidikan Pendidikan menurut Kamus besar Bahasa Indonesia ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Tim Penyusun KBBI, 2005: 263).

  Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan adalah juga suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan generasi mudanya bagi keberlangsungan kehidupan masyarakatdan bangsa yang lebih baik di masa depan (Kemendiknas, 2010: 4)

  2. Karakter Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.(Masnur Muslich, 2011: 84)

  Karakter ialah watak yang telah tertanam dalam hati yang mudah keluar dalam bentuk perbuatan tanpa melalui proses berfikir dan merenung. Apabila watak itu muncul dengan perbuatan yang baik secara akal dan syara’ maka itu disebut karakter yang baik (khuluqon khasanan).

  Dan apabila watak itu mucul dengan perbuatan jelek

  (‘afalu qobikhah)

  maka disebut karakter yang jelek (khuluqon syyian) (Al Ghozali, -:52) Furqon Hidayatullah (2010: 17) mendefinisikan karakter sebagai kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang menjadi pendorong dan penggerak, serta yang membedakan dengan individu lain.

  Selanjutnya, Daryanto dan Suyatri (2013: 64) mengartikan karakter sebagai pola perilaku yang bersifat individual dan keadaan moral seseorang.

  3. Tanggung Jawab Kemendiknas (2010: 10) mendeskripsikan tanggung jawab sebagai sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

  Tanggung jawab pada taraf yang paling rendah adalah kemampuan seseorang untuk menjalankan kewajiban karena dorongan dari dalam dirinya. (Abdullah Munir, 2010: 90)

  Menurut Thomas Lickona (2012: 73) Tanggung jawab adalah melaksanakan sebuah pekerjaan atau kewajiban dalam keluarga, di sekolah, maupun di tempat bekerja dengan sepenuh hati dan memberikan yang terbaik.

4. Al-Qur’an

  Al- Qur’an secara etimologiadalah bentuk kata mashdar dari qa-ra-a, sehingga kata Al-

  Qur’an dimengerti oleh setiap orang sebagai nama kitab suci yang mulia itu. (Subhi As-Shalih, 1993: 10).

  Quraish Shihab (1999: 3) menyatakan Al- Qur’an secara harfiyah berarti “bacaan sempurna” merupakan suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena tiada satu bacaan pun sejak mansia mengenal tulis baca lima ribu tahun yang lalu yang dapat menandingi Al-

  Qur’an Al- Karim , bacaan sempurna lagi mulia itu.

  Sedangkan Al- Qur’an secara terminologi menurut Hasby Ash-

  Shidieqy (1954:2) dalam bukunya Syarah dan Pengantar Ilmu Qur’an dan Tafsir berpendapat Al-

  Qur’an adalah nama bagi kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw yang ditulis dengan mashhaf. Kalam Allah yang dikomunikasikan kepada manusia melali Nabi Muhammad Saw dalam bahasa arab. Al-

  Qur’an dijadikan Allah Swt dalam bentuk mushaf-mushaf yang dikutip secara mutawatir sehingga dapat diterima dan dipahami dengan benar serta terjaga kelestariannya (Samsurrohman, 2014:22).

F. Metode Penelitian 1.

  Jenis Penelitian Penelitian ini adalahlibrary research, di mana data-data yang berhubungan dengan objek penelitian, baik yang primer maupun yang skunder, dicari dari sumber-sumber kepustakaan (seperti buku, majalah, artikel dan jurnal) (Adang kuswaya, 2009: 11). Hal ini sejalan dengan penjelasan Mestika (2008:3) yang mengartikan library research sebagai serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mengolah bahan penelitian.

2. Pendekatan

  Untuk melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan metode tematik. Tafsir tematik yaitu sebuah penelitian pada tema tertentu untuk dikaji. Namun, yang menjadi pokok bahasan utama adalah Al-

  Qur’an surah luqman ayat 16. Adapun ayat-ayat lain sebagai dalil pendukung.

  Langkah-langkah atau cara kerja metode tafsir tematik atau dalam kata lainnyatafsir mawdhu

  ’iyini dapat dirinci sebagai berikut: a.

  Memilih atau menetapkan masalah alquran yang akan dikaji secara mawdhu ’iy (tematik).

  b.

  Melacak dan menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah telah ditetapkan, ayat Makiyyah dan Madaniyyah.

  c.

  Menyusun ayat-ayat tersebut secara runtut menurut kronologi masa turunnya, disertai pengetahuan menegenai latar belakang turunnya ayat atau asbab al-nuzul d. Memahami korelasi (munasabah) ayat-ayat tersebut di dalam masing- masing suratnya.

  e.

  Menyusun tema bahasan di dalam kerangka yang pas, sistematis, sempurna dan utuh (outline).

  f.

  Melengkapi pembahasan dan uraian dengan hadits, bila dipandang perlu, sehingga pembahasan menjadi semakin sempurna dan semakin jelas.

  g.

  Mempelajari ayat-ayat tersebut secara tematik dan menyeluruh dengan cara menghimpun ayat-ayat yang mengandung pengertian serupa, men gkompromikan antara pengertian ‘am dan khash, antara muthlaq dan yang muqayyad, mengsinkronkan ayat-ayat yang lahirnya tampak kontradiktif, menjelaskan ayat nasikh dan mansukh, sehingga semua ayat tersebut bertemu pada satu muara, h. Tanpa perbedaan dan kontradiksi atau tindakan pemaksaan terhadap sebagian ayat kepada makna-makna yang sebenarnya tidak tepat.

  (Abd. Al-Hayy Al-Farmawi, 1996: 45-46)

  3. Teknik Pengumpulan Data Metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode yang relevan dengan library research dalam pengumpulan data yang akan digunakan untuk penelitian, maka penulis membagi sumber data menjadi dua bagian: a.

  Sumber data primer, yaitu Al-Qur’an dan hadits Nabi Saw yang berkaitan dengan tanggung jawab.

  b.

  Sumber data skunder, yaitu tafsir-tafsir Al-Qur’an yang berkaitan dengan tanggung jawab dan karya-karya para ahli yang membahas tentang segala hal yang berkaitan dengan pembahasan pokok.

  4. Metode Analisis Data Analisis non-statistik sesuai untuk data deskriptif atau data textular.

  Data deskriptif sering hanya dianalisis menurut isinya, dan karena itu analisis macam ini juga disebut analisis isi (content analysis) (Sumadi Suryabrata, 1995: 85).

  Weber menambahkan, kajian isi merupakan metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang shohih dari sebuah buku atau dokumen (Lexy J. moleong 2010:220).

  Di sini peneliti menggunakan metode content analysis dalam menguraikan makna yang terkandung dalam redaksi Al- Qur’an, setelah itu dari hasil interpretasi tersebut dilakukan analisa secara mendalam dan seksama guna menjawab dari rumusan masalah yang telah dipaparkan oleh penulis.

G. Sitematika Pembahasan

  Untuk mempermudah penelitian dan pembahasan, maka penelitian ini disusun dalam lima bab yang meliputi:

  BAB I Dalam bab ini merupakan pendahuluan, didalamnya memaparkan tentang latar belakang penelitian, rumusan dan tujuan penelitian. Selain itu didalamnya juga membahas tentang manfaat penelitian yang diangkat dalam topik pembahasan, dan diteruskan dengan teknik pengumpulan data serta sistematika pembahasan yang digunakan dalam membuat penelitian ini agar lebih terstruktur dan sistematis.

  BAB II Sebagai kelanjutan dari bab awal yang lebih spesifik dalam sistematika penulisan, bab yang kedua ini menguraikan kajian umum tentang hakikat tanggung jawab, diteruskan penghimpunan segala dalil yang berhubungan dengan sifat tanggung jawab.

  BAB III Menguraikan tentang sebab-sebab turunnya Al- Qur’an yang menerangkan tentang karakter bertanggung jawab, selain itu di dalam bab ini juga menerangkan tentang munasabah dengan ayat- ayat lain,dan juga memaparkan tafsirnya.

  BAB IV Dalam bab ini peneliti lebih memfokuskan inti pembahasan tentang karakter tanggung jawab dalam Al- Qur’an surah luqman ayat 16 dan mempelajari relevansinya dengan ayat lain. Dan cara mengimplementasikan pendidikan karakter bertanggung jawab dalam Al- Qur’an surah luqman ayat 16 dalam kehidupan sehari- hari.

  BAB V memaparkan kesimpulan atas pembahasan yang telah diuraikan dalam penelitian, diteruskan dengan penutup.

BAB II LANDASAN TEORI A. Hakikat Karakter Bertanggung Jawab Tanggung jawab adalah beban yang dipikul oleh seseorang akibat

  sesuatu yang ia lakukan, baik karena ucapan dan perbuatannya ataupun karena diamnya. Apa yang dilakukan seseorang pertama-tama akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt., selanjutnya di hadapan dirinya sendiri dan di hadapan masyarakat. Adapun akibat dari apa yang ia lakukan tersebut: 1.

  Di hadapan Allah Swt, dapat berupa pahala ataupun siksa.

  2. Di hadapan diri-sendiri bisa berupa kebahagiaan atau kesengsaraan.

  3. Di hadapan masyarakat bisa berupa pujian atau hukuman. (Mahmud, 2004: 150)

  Tanggung jawab sebagai pengontrol kebebasan manusia. Manusia bebas melakukan apa saja yang mereka inginkan, tapi itu semua harus ada pertanggungjawabannya. Sebagaimana pendapat Damanhuri (2014: 201) menyebutkan, hubungan timbal balik antara pengertian kebebasan dan tanggung jawab dalam arti bahwa manusia itu bebas memilih dan bebas melakukan, maka ada konsekuensinya manusia harus bertanggung jawab atas perbuatannya. Tidak ada kebebasan tanpa adanya tanggung jawab, demikian pula sebaliknya tidak ada tanggung jawab bila suatu perbuatan dilakukan secara bebas.

  Dari pendapat tersebut di atas dapat dipahami bahwa tanggung jawab adalah suatu hal yang wajib untuk dikerjakan. Seperti contoh orang Islam sebagai umat Allah Swt, memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan shalat fardlu lima waktu. Dan itu juga sebagai kewajiban orang islam tersebut sebagai seorang hamba.

  Abuddin Nata (2002: 132) berpendapat bahwa tanggung jawab dalam kerangka akhlak adalah keyakinan bahwa tindakannya itu baik. Ini pun sesuai dengan ungkapan Indonesia, yaitu kalau dikatakan bahwa orang yang melakukan kekacauan sebagai orang yang tidak bertanggung jawab, maka yang dimaksud adalah bahwa perbuatan yang dilakukan orang tersebut secara moral tidak dapat dipertanggungjawabkan, mengingat perbuatan tersebut tidak dapat diterima oleh masyarakat.

  لَْوُسَر َثَعْ بَ ن َتََح َْينىبمذَعُم اَّنُك اَمَو ىَرْخُأ َرْزمو ٌةَرىزاَو ُرىزَت َلََو

  Artinya:

  “Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain,

dan Kami tidak akan menyiksan sebelum Kami mengutus seorang rasul …”

(Q.S Al- Isra’: 15)

  اَهَعْسُو َلَىإ اًسْفَ ن ُللها ُفملَكُي َلَ

  Artinya:

  “Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya …” (Q.S Al-Baqarah: 286)

  Dari gabungan dua ayat ini, kita dapat memetik paling tidak dua kaidah yang berkaitan dengan tanggung jawab, yaitu:

1. Manusia tidak diminta untuk mempertanggungjawabkan apa yang tidak diketahui atau tidak mampu dilakukannya.

  2. Manusia tidak dituntut mempertanggungjawabkan apa yang tidak dilakukannya, sekalipun hal tersebut diketahui. (Shihab, 1999: 257) Seseorang bisa dinilai memiliki karakter bertanggung jawab jika orang tersebut selalu lebih mementingkan mengerjakan kewajiban dari pada hak pribadinya dan bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Sebagaimana yang diutarakan oleh Sri Narwanti (2011: 69) bahwa indikator dari tanggung jawab ialah selalu melaksanakan tugas sesuai dengan aturan/ kesepakatan dan bertanggung jawab dengan semua tindakan yang dilakukan.

B. Macam-macam Bentuk Tanggung Jawab

  

ل و ىللها َّن َأ ا ىض ىن

ُك ُل َل ُل ُك ُك

  ْي ىه َع َل َص َّل ْ ن ُه َع ُع ْبا ْم َر ٍعا ْم َ ي ُق ْ َس َّل َو ُللها ى ُس ْو َر َم ُللها َر َع ْن َو ُك َم

  َم َر َي ىت ىه ىه َأ ىفِ ىت ىه ر َلِا ىت ىه ٌل

  ٍعا ٌل َّرلا ْه ىل َع َع ىم ْ ي َع

  ُر ْع َي ْن ُ ئ ْو َم ْس َو َو ُه َر ٍعا ُج َو ُر ْع َي ْن ْو ٌل ْس ُ ئ َو َم ُر ْع َي ْن ُ ئ ْو َم ْس ُل ُر َ ىد ىه ىلا ىفِ ر ىدا ىج ىت ىفِ ٌل ٍعا

  ٌة َأ ُة َلا َها

َي ىت ىه ُر ْع َع ْن ُ ئ ْو َم ْس َو َس مي َم ُم َ َو َي ىت ىه ُر ْع َع ْن ُ ئ ْو َل َم ْس َو َز ْو َ ب ْي َي ٌة َر ىعا

  َو َلا ْر ) هيلع قفتم ( ر ٌل ٍعا ُك ُك ل

  َي ىت ىه ُر ْع َع ْن ُ ئ ْو َم ْس َو ْم َ َو

  Hadits di atas menerangkan bahwa sifat tanggung jawab sangat dijunjung tinggi dalam ajaran Islam.Karena tanggung jawab berhubungan dengan hak dan kewajiban yang harus dipenuhi. Setiap manusia adalah pemimpin yang akan mempertanggungjawabkan kepimpinannya, baik memimpin diri-sendiri maupun memimpin orang lain. Dan manusia memiliki tanggungan yang akan dipertanggungjawabkan tanggungannya tersebut.

  Nilai-nilai akhlak mulia yang diajarkan oleh islam untuk umatnya sarat dengan ketentuan tanggung jawab dari setiap muslim terhadap dirinya sendiri karena ia sebagai individu, terhadap masyarakat karena ia sebagai anggota masyarakat, dan terhadap umat islam mengingat ia adalah bagian dari umat islam.Prinsip tanggung jawab ini merupakan salah satu prinsip yang ditetapkan Al- Qur’an dalam sejumlah ayatnya.

  ) 83 : رثدلا ( ٌةَنْ يىهَر ْتَبَسَك اَىبِ ٍسْفَ ن لُك

  Artinya:

  “Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya,” (Al-Mudatstsir: 38) ) 464 : ماعنلِا ( ى ُأ ىو و َّلَ ىإ ٍس ىس ْك

  َت ىز َلَ ُ ن ْف ل ُك َت ْ ي َه َع َل ْز َر ىزا َر ٌة ُر َ َو ا ُب َو َلَ ْخ َر

  Artinya:

  “…Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan

kemudharatannya kembalikepada dirinya sendiri dan seorang yang berdosa

tidak akan memikul dosa orang lain….” (Al-An’aam: 164)

  ) 86 : ءارسعلا ( ...

  ًلَْوُ ئْسَم ُهْنَع َناَك َكىئ َلَوُأ لُك َداَؤُفْلاَو َعْمَسلا َّنىإ

  Artinya:

  “…Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya .” (Al-Israa’: 36) (Mahmud, 2004: 15)

  Dari ayat-ayat Al- Qur’an tersebut bisa dijabarkan, bahwasanya macam- macam tanggung jawab meliputi:

1. Tanggung jawab sebagai seorang individu.

  Setiap manusia mempunyai harga diri yang bersumber pada kata hatinya, yaitu bagian dari manusia yang mampu membedakan antara berbagai nilai hidup.Tanggung jawab terhadap diri-sendiri mencegah kita terhadap perbuatan-perbuatan yang dapat merendahkan martabat manusia, yang dapat merendahkan harga dirinya. (Pribadi, 1987: 77)

  Menunaikan kewajiban terhadap dirinya sendiri, yang dengan itu kemuliaan dan hak-hak seorang dapat terpelihara merupakan sebuah keutamaan.Demikian juga sebaliknya, meninggalkan kewajiban terhadap diri-sendiri merupakan tindakan yang tidak terpuji. Mengenai kebenaran akan hal ini merupakan kesepakatan bersama yang tidak bisa diperdebatkan lagi.(Mahmud, 2004: 15)

  Ali Abdul Halim Mahmud menambahkan, Tanggung jawab seseorang terhadap dirinya sendiri meliputi semua yang ia lakukan sepanjang hidupnya; apa yang ia katakan, apa yang ia perbuat, apa yang ia makan, apa yang ia minum, apa yang ia pakai, harta yang ia peroleh dan ia belanjakan, apa yang ia pelajari, apa yang ia ajarkan dan apakah ia mengerjakan ilmu yang ia ketahui, kesemuanya akan diminta pertanggungjawaban di hadapan Allah Swt kelak pada hari kiamat. (Mahmud, 2004: 151) 2. Tanggung jawab terhadap orang lain.

  Sebagai makhluk sosial, manusia tidak boleh berbuat sewenang- wenang yang dapat merugikan orang lain. Dengan merugikan orang lain berarti manusia mengganggu kebebasan dan menyalahi hak mereka, dan tidak bertanggung jawab terhadap orang lain.

  Menunaikan kewajiban-kewajiban sosial yang jumlahnya cukup banyak dan bervariasi, menurut semua orang merupakan satu keutamaan.Demikian juga sebaliknya, meninggalkan kewajiban-kewajiban tersebut merupakan tindakan yang tidak terpuji dan dicela oleh semua ornag.

  Cakupan kewajiban sosial sangat luas, mulai dari kewajiban terhadap keluarga, meyingkirkan sesuatu yang mengganggu di jalan, memberi makan orang kesusahan sampai kewajiban menyembelih binatang dengan cara yang baik. Semua itu merupakan ketetapan- ketetapan dalam syariat islam, ketetapan-ketetapan akal manusia serta ketetapan-ketetapan sistem sosial masyarakat (Mahmud, 2004: 15-16).

  Bentuk tanggung jawab kepada diri-sendiri dan keluarga pun telah disebutkan dalam ayat lain, yaitu Q.S At-Tahrim ayat 6 yang berbunyi:

  ىغ ىلا َّنلا ا َأ ا ىذلا ا آ ي ٌظ ُك ُك َلَ ىئ َك َلَ

  َأ ي ٌة ْ ن ُف ُ ق او ْ ي َه َع َل ُد َه ىل ْي ْ ي َنآ َه

  َم ا َرا ُة َج َو ُ ق ْو َو ا َن ًرا ْم َو َأ ْه ْم ْو َم ُن ُسا َس ) 6 : يْرحتلا ( ىه ىب َأ ا ىش ٌدا َد

  ْف َع ُل ُص ْع ْو َن ُ ي ا َم ْو َن َو َ ي ُه ْم ُللها َم َللها ْو َن َلَ َ ي ْؤ َم ُر َأ َم َر َم َر

  Artinya:

  “Hai orang-orang yuang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka

yang selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Q.S At-Tahrim: 6)

  Kepada kerabat pun, seseorang mendapat tanggung jawab untuk saling mengajak dalam kebaikan dan mengingatkan untuk menjauhi segala larangan Allah Swt yang tertera dalam Q.S Asy- Syu’araa’ ayat 214.

  ) 444 : ءارعشلا ( َلِا ىش َك َْين َع ىز ْر َو َأ ْن

  ْ ق َر ىب ْ ي َر َت

  Artinya:

  “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.” (Q.S Asy-Syu’araa’: 214)

3. Tanggung jawab terhadap Allah Swt.

  Begitu agung nikmat Allah Swt yang dilimpahkan pada manusia di alam semesta ini. Allah Swt menjadikan manusia khalifah di bumi agar manusia bertanggung jawab dalam menggunakan dan melestarikan apa yang sudah dikaruniakan padanya. Dan Allah Swt menciptakan manusia tidak lain agar manusia selalu menyembah dan beribadah kepadaNya. Sebagaimana firman Allah Swt dalam Q.S Adz-Dzaariyaat: 56 yang berbunyi:

  ) 66 : ةيراذلا ( َّلَ ىإ ىلا َن ْن َّن َل ْق ُت َخ ا ُد ْو ْع ُب ىل َ ي َو ىلإا َو َم

  َس

  Artinya:

  “dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah- Ku.” (QS. Adz-Dzaariyaat: 56)

  Manusia sebagai makhluk Tuhan, harus dapat mentaati hukum kehidupan yang diadakan oleh Tuhan, sebagai instansi yang tertinggi yang membela keadilan.Tuhan adalah instansi yang bersifat Maha Adil.Segala perbuatan kita tidak ada yang terlepas dari penilaian oleh Tuhan, karena Tuhan bersifat Maha Mengetahui (omniscient) dan Maha Kuasa (omnipotent). Bahkan rekaman terhadap segala perbuatan kita berlaku sampai kehidupan ukhrawi yang juga mengenal sistem ganjaran (surga) dan sistem hukuman (neraka). (Pribadi, 1987:77) C.

   Pendidikan Karakter Bertanggung Jawab ىر ىءا ىن ىذ ىئا ىنا ىل ىإ َّن ُك َك

  ىب ْلا ُظ ْغ ىي لا ْن َفلا ُقلا ى َش

  ْح َع ى ْ ن َه ْ ي َت ْح َع ْد

ْم َي ىع َو َ بلا َو َو َ ي ْر َب َو ىإ َو ىْلإا َي ْأ َللها

َس ُم ُر ُ

  ) 09 : لحنلا ( َذ َّك ُك َن َل َع َل

  ْم َت ُر ْو

  Artinya: “Sesungguhnya Allah Menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat

  kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari

  

perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran

kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran .

   (Q.S Al-Nahl: 90)

  Kedudukan akhlak (karakter) dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting sekali, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dan bangsa.Sebab jatuh bangunnya, jaya hancurnya, sejahtera rusaknya sesuatu bangsa dan masyarakat, tergantung kepada bagaimana akhlaknya. Apabila akhlaknya baik (berakhlak), akan sejahteralah lahir- batinnya, akan tetapi apabila akhlaknya buruk (tidak berakhlak), rusaklah lahirnya dan atau batinnya. (Djatnika, 1996: 11)

  Dalam islam pun, akhlak menjadi pokok keimanan seseorang. Tanpa akhlak seseorang tidak bisa dikatakan sebagai orang yang beriman, dan semakin tinggi akhlak seseorang tersebut, maka nilai keimanan seseorang semakin matang. Sebagai mana dalam suatu hadits bahwasanya Nabi Muhammad Saw telah bersabda,

  َأ ا ىإ ىم ىن َأ ْك ًق ا َْي ُنا لا ْؤ

  ُخ ُل ْح َْين ُه ْم َس ُ ن َم ُل ُ

  Artinya:

  “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang

paling baik akhlaknya.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Hibban dan Hakim)

  Tanggung jawab adalah salah satu akhlak terpuji yang harus ditanamkan pada diri seseorang. Dengan menanamkan sikap tanggung jawab, seseorang akan memetik hasil yang positif dan tidak akan merugikan diri- sendiri maupun orang lain. Karena pada dasarnya akhlak baik itu adalah suatu perbuatan yang bermanfaat dan tidak merugikan.

  Sifat tanggung jawab itu pun tidak lepas dari sifat-sifat terpuji (mahmudah) lainnya, karena seluruh sifat terpuji itu pun bisa berjalan dengan adanya tanggung jawab. Seperti contoh orang yang berlaku adil dan menolong sesama, maka semua itu harus didasari dengan perasaan tanggung jawab agar apa yang dilakukan benar-benar ikhlas dan mendapat ridho Allah Swt. Jika tanpa didasari sifat tanggung jawab, maka dalam menjalankan keadilan dan menolong sesama akan dilakukan dengan semaunya sendiri, tidak dilakukan dengan semaksimal mungkin.

  Dalam berbuat, selayaknya seseorang merenungi hal tersebut. Sehingga tidak meremehkan perbuatan baik sekecil apapun dan tidak gegabah dalam berbuat dosa walau sekecil biji sawi. Ada banyak ayat Al-

Dokumen yang terkait

PENDIDIKAN KESABARAN DALAM AL-QUR’AN SURAH AL-BAQARAH AYAT 45, 153, 249 DAN ALI IMRAN 125, 186, 200 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam

0 0 109

KONSEP PENDIDIKAN AKHLAQ ANAK TERHADAP ORANG TUA KAJIAN SURAT AL ISRA’ AYAT 23-24 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 2 110

PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT DALAM PERSPEKTIF ISLAM SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 0 132

KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM AL-QUR’AN SURAT LUQMAN AYAT 12-19 (TELAAH ATAS KITAB TAFSIR AL-MISBAH) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 93

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER SURAT AL-AN’AM AYAT 151-153 DAN PENERAPANNYA DALAM PAI SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

1 2 105

KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER MENURUT KI HAJAR DEWANTARA SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 1 107

KONSEP PENDIDIKAN KEIMANAN BAGI ANAK MENURUT MOHAMMAD FAUZIL ADHIM SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 127

KONSEP BIRRUL WAALIDAIN AL-QUR’AN SURAT AL-AHQAAF AYAT 15-16 DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN KELUARGA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 132

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KITAB TA’LIM AL-MUTA’ALIM KARYA AL-ZARNUJI SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 2 104

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN HIDAYATUL MUBTADI-IEN KALIBENING SALATIGA TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 1 170