NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KITAB TA’LIM AL-MUTA’ALIM KARYA AL-ZARNUJI SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

  

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER

PADA KITAB

TA’LIM AL

  • -MUTA’ALIM

  

KARYA AL-ZARNUJI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

  

Oleh:

NURTADHO

NIM: 111 09 028

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA TAHUN 2016

  

MOTTO

َالله َّْإ

إُِّْٛ٠َعَف َلََا ِكٍُُرٌا َْٓسُح َٚ َءبَراسٌا الَِا ُُْىِْٕ٠ِسٌِ ُحٍُْظَ٠ َلََٚ ِِٗسْفٌَِٕ َْٓ٠ِّسٌا اَصَ٘ َضٍَْرَزْسِا

  ) ٕٝطلضسٌا ٗخطذ ا( بَِِّٙث ُُْىَْٕ٠ِز “Sesungguhnya Allah telah menyelamatkan Agama (Islam) ini

karena dirinya Dan Allah tidak akan memberi kebaikan pada agama

kalian kecuali dengan bersikap dermawan dan akhlak baik, maka

perhiasilah agama kalian

  (dikeluarkan oleh dengan keduanya.” Daruquthni )

  

PERSEMBAHAN

Skripsi yang sederhana ini penulis persembahkan kepada:

  • berhenti memberikan kasih sayang, semangat serta do’anya sehingga skripsi ini bisa penulis selesaikan.

  Bapak-ibuku tercinta yang senantiasa tak pernah

  • Muslimin al-’Asy’ary, K. Sa’dullah, serta guru-guru PP. Sunan Giri yang telah berjuang bersama dengan penuh keihlasan dalam pendidikan pesantren.

  Almukarrom romo K.H. Maslikhuddin Yazid, K.H.

KATA PENGANTAR

  

ُ١حطٌا ّٓحطٌا الله ُسث

َطئبظث َطّظثٚ ،َٓ١ِمزٌٍِّ ِحزبؼّسٌا َحِٕٙ ًَّٙسٚ ،َٓ١ِجٌبطٌٍ َك٠ضبطٌا َحػٚأ ِٞصٌّا ِلله ُسّحٌا

ُِىحٌا ِطئبسث َٓ١ِلسظٌّا ِْبسحلإا َضاٛٔأٚ ِْبّ٠لإا َضاطسأ َُٙحِٕٚ ،ِٓ٠ِّسٌا ٟف َِبىحلأاٚ

  ّلَإ ٌٗإ ٢ ْْأ ُسٙشأٚ ،ِٓ١م١ٌاٚ ُهٌٍّا ٌُٗ َه٠طش لَ َٖسحٚ ُالله بَٔسّ١س ّْأ ُسٙشأٚ ، ُٓ١جٌّا ُّكحٌا

،ِْٓ٠ِّسٌا ِٟف ُِّْٗٙمَفُ٠ اًطْ١َذ ِِٗث ُالله ِزِطُ٠ َِْٓ ًُئبمٌا ،ُٓ١ِلَا ُسػٌٛا ُقزبّظٌا ٌُٗٛسضٚ ُٖسجػ اًسّحِ

.ِٓ٠ّسٌا َِٛ٠ ٌَٝإ ٍْبسحئث ٌُٙ ،َٓ١ِؼثبّزٌاٚ ِٗثبحطأٚ ٌِٗآ ٍَٝػٚ ِٗ١ٍػ ُالله ٍّٝط

  Puji syukur penulis panjatkan kepada Sang Raja alam semesta (Allah „Azza wa Jalla). atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, meskipun dalam wujud yang sederhana dan jauh dari sempurna. Sholawat dan salam Allah SWT, semoga senantiasa terlimpahkan kepada Sang Pemimpin hidup manusia dan yang menjadi cakrawala rindu para umatnya (Nabi Muhammad SAW).

  Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan dapat diselesaika tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1.

  Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd. dekan FTIK IAIN Salatiga.

  3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag. ketua jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga.

  4. Bapak Dr. H. Miftahuddin, M.Ag. pembimbing yang telah membimbing dalam penulisan skripsi ini.

  5. Bapak/ibu dosen dan seluruh karyawan IAIN yang telah memberikan pelayanan kepada penulis.

  

ABSTRAK

  Nurtadho. 2016. Nilai-nila

  i Pendidikan Karakter pada Kitab Ta‟lim al- Muta‟allim Karya al-Zarnuji. Jurusan Tarbiyah Pendidikan Agama

  Islam.Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Miftahuddin, M.Ag. Kata kunci: Nilai-nilai Pendidikan Karakter

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan karakter pada Kitab

  Ta‟lim al-Muta‟allim karya al-Zarnuji. Pertanyaan yang ingin dijawab

  melalui penelitian ini adalah: (1) Apa nilai-nilai pendidikan karakter pada Kitab

  

Ta‟lim al- Muta‟alim? (2) Apa relevansi nilai-nilai pendidikan karakter pada

  Kitab

  Ta‟lim al-Muta‟alim pada dunia pendidikan Islam?

  Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library

  research). Sumber data primer adalah Kitab Ta‟lim al-Muta‟allim, sumber

  sekundernya diambil dari buku-buku lain, jurnal, artikel dan lain sebagainya yang bersangkutan dan relevan dengan penelitian. Adapun teknis analisis data menggunakan metode deskriptif analitis dan content analysis.

  Temuan penelitian ini, menunjukkan bahwa Kitab

  Ta‟lim al-Muta‟allim

  masih relevan samapai saat ini di dalam dunia pendidikan Islam. Nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung di dalamnya antara lain, nilai musyawarah,

  

wara‟, tekun, cita-cita luhur, hormad dan hidmad, repek terhadap diri, usaha

  sekuat tenaga, dan sabar. Nilai-nilai pendidkan karakter tersebut akan sangat membantu di dalam mewujudkan tujuan pendidikan Islam.

  DAFTAR ISI 1. JUDUL ...................................................................................................... i 2. LOGO IAIN .............................................................................................. ii 3. NOTA PEMBIMBING ............................................................................iii 4. PENGESAHAN KELULUSAN ..............................................................iv 5. PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.................................................v 6. MOTTO.....................................................................................................vi 7. PERSEMBAHAN....................................................................................vii 8. KATA PENGANTAR......................................................................... viii 9. ABSTRAK ........................................................................................... x 10. DAFTAR ISI .............................................................................................xi

  BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................. 1 B. Rumusan Masalah ............................................................ 7 C. Tujuan Penelilitian ........................................................... 7 D. Kegunaan Penelitian ........................................................ 7 E. Penegasan Istilah .............................................................. 8 F. Tinjauan Pustaka…...……………………..…………….. 10 G. Metode Penelitian ..............................................................15 H. Sistematika Penulisan ........................................................18

  BAB II. KAJIAN TEORI A. Pengertiannilai…………………………….…………… 19 B. Pengertian Karakter …………………….…………....... 21 C. Pendidikan Karakter ……………………..……………. 26 D. Nilai-nilai Pendidikan Karakter …………………........... 29 E. Prinsip Pendidikan Karakter………………....………..... 36 BAB III. BIOGRAFI AL-ZARNUJI A. Riwayat Hidup al-Zarnuji……………………………… 38 B. Riwayat Pendidikan al-Zarnuji ………………………... 41 C. Situasi Pendidikan pada Masa al-Zarnuji……...…….. 42 D. Gambaran Umum Kitab Ta‟lim al-Muta‟alim……....… 44 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kitab Ta‟lim al Muta‟allim …...………………………... 56 B. Nilai-nilai Pendidikan Karakter pada Kitab Ta‟lim al- Muta‟allim karya al-Zarnuji ……...…………………… 70 C. Relevansi Nilai-nilai Pendidikan Karakter pada Kitab Ta‟lim al-Muta‟allim bagi Dunia Pendidikan Islam ….... 80 BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................... 83 B. Saran .............................................................................. 84 11. DAFTAR PUSTAKA 12. LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pendidikan di Indonesia semakin kehilangan ruhnya. Hal ini

  dipengaruhi oleh efek negatif kemajuan teknologi dan informatika yang semakin mudah diakses, tanpa disertakan mental dan moral yang berkualitas. Akibatnya masyarakat bangsa Indonesia dengan mudah menghilangkan nilai-nilai tujuan pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, sehat jasmani dan rohani, kepribadian mantab dan mandiri serta rasatanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

  Pendidikan adalah wadah untuk menciptakan manusia yang berkualitas. Proses pengembangan kemampuan manusia dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik hendaknya berjalan dengan seimbang. Namun, pada kenyataannya pendidikan di Indonesia masih jauh dari kata seimbang. Karena gaya pendidikan dan pembelajaran yang cenderung formalistik dan hanya mementingkan capaian akademik semata (Darmiyati zuchdi, dkk., 2013:2).

  Model pendidikan semacam di atas akan melahirkan para cendikiawan dan pemimpin yang cerdas dan terampil, namum tidak memiliki mental dan moral (karakter) yang berkualitas. Karakter (akhlaqul karimah) yang seharusnya menjadi “perhiasan” manusia dan menjadi pembeda antara manusia dengan hewan

  

malah kurang diperhatikan, bahkan telah dilupakan. Apabila pendidikan yang

  demikian itu dilestarikan dan dibudayakan, maka degradasi moral pun tidak akan terhindarkan.

  Degradasi moral tesebut dapat ditunjukan dengan rendahnya rasa hormat, santun, ramah, jiwa kebhinnekaan, kebersamaan, dan kegotong-royongan dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Selain itu, msyarakat Indonesia juga terjangkit “penyakit” anarkisme, narkoba, KKN, dan lain-lain. Perilaku-perilaku semacam itu menunjukan bahwah masyarakat Indonesia terlilit oleh problem moral, ahlak, atau karakter.

  Melihat fenomena demikian itu, melahirkan keprihatina bangsa Indonesia yang amat mendalam sehingga pada tahun 2010, saat peringatan hari Raya Nyepi di Bali Presiden Susilo Bambang Yudoyono menyampaikan pesan pidato:”Pembangunan watak (character building) amat penting. Kita akan membangun manusia yang berakhlak, berbudi pekerti, dan berbudi perilaku baik. Bangsa kita ingin pula memiliki peradaban yang unggul dan mulia. Peradaban demiakian dapat kita capai apabila masyarakat kita juga merupakan masyarakat yang baik (goog society) .” (Samani dan Hariyanto, 2013:6).

  Dengan demikian, pendidikan karakter amatlah penting untuk membangun suatu bangsa yang besar, beradab, dan berperadaban. Ir. Soekarno menegaskan: “Bangsa ini harus dibangun dengan mendahulukan pembangunan karakter

  

(character building) karena character building inilah yang akan menjadi bangsa

  yang besar, maju, dan jaya, serta bermartabat. Kalau character building ini tidak dilakukan, maka ba ngsa Indonesia akan menjadi bangsa kuli.” (Samani dan Hariyanto, 2013:1-2).

  Dalam agama Islam karakter (akhlakul karimah) adalah hal yang amat diutamakan. Nabi Muhammad diutus oleh Allah dengan misi untuk meneyempurnakan akhlak karimah (karakter). Dalam hadist (http:articles.islamweb.net) disebutkan:

  ُذ ُث ب َر ِّّ ُِلأ ِئ ْث ِا أ َُ َّ َُاٍَسَٚ ِْٗ١ٍََػ الله ٍَّٝط ِالله ُيُْٛسَض َيبَل َُْٕٗػ ُالله َِٟػَض َحَطْ٠َطُ٘ ِٝثَأ َْٓػ )غبجػ ٝثأ ٓػ سّحأ ٖاٚض( َل ْذ َلأا َى

  ِق ََ َِ ِضب Dari Abu Hurairah, Rasulluallh berkata, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”(diriwayatkan oleh Ahmad dari Abaas).

  Dalam hadis lain yang diriwayatkan oeleh Daraquthni dan Tirmidzi yang penulis ambil dari kitab

  Ihya‟ Ulumuddin (al Ghozali, t.th:48-49) dikatakan: ا َع َف َلَ َا ٍُ ُرٌا ْس ُح َر اسٌا الَ ُح ٍُ ْظ َلَ ْ٠ ِّسٌا ا َص ٍَ ْر َز ْس ّْ َإ ْٛ ِّ٠ ُٕ َٓ َٕ ْف َٓ َ٘

  َٚ َءب ِا ُْ ِٕ ُى ِس ْ٠ ٌِ َ٠ َٚ ِٗ ِس ٌِ َض ِا َالله ِك ) ٕٝطلاضسٌا ٗخطذ ا( ب َٕ ُى ُْ ِز ْ٠

  َّ ِث ِٙ “Sesungguhnya Allah telah menyelamatkan Agama (Islam) ini dan Allah

tidak akan memberikan kebaikan pada agama kamu semua kecuali dengan

bersikap dermawan dan akhlak baik. Oleh karena itu perhiasilah agama kamu

semua dengan keduanya.” (dikeluarkan oleh Daruqudni)

  ب ْ١ ُث ار َم َف ٝ َا : َا ٝ ٍَ ٍَ ْ١ اٍ ُس ً ُخ ْٚ َػ َػ ُالله ٝ ْٛ َح َالله ِا : َيب ِٕ ِط َس َٚ ٌِ ِٗ َٚ ِٗ َط ِالله ِي َط ٌِ َض َيب َٚ َل َّ ِك اٍ َُ

  ُك ٍُ ُر إٌا َذ : َل ٝ َل ب ْح ُر َٕ َخ َخ ّسٌا َأ : َل ٝ َل َذ ُو ْٕ ِّ١ َئ َس َح ٌِب َيب ْز ِٔ َيب َٙ ِّ َس َحٌا َيب ْز ِٔ َيب ٍٓ ِث ِغب ِك ْر ِج

  ِظ ِغ ِظ )ٜصِطر ٗخطذأ(

  “Seorang laki-laki bertanya kepada Nabi (semoga rahmat dan salam

  

tercurahkan kepada nabi dan keluarganya): “berikanlah wasiat kepadaku!”

Maka Nabi bersabda: “Bertaqwalah kepada Allah sebagaimana engkau menjadi

(bertaqwa)!”Laki-laki itu berkata:”Tambahkanlah!”Nabi berkata: “Sertakanlah

perbuatan buruk dengan perbuatan baik, Maka berbuatan baik akan melebur

perbuatan buruk!” Laki-laki itu berkata lagi: “Tambahkanlah!” Nabi berkata:

“Jadikanlah manusia berakhlak baik!” ( dikeluarkan oleh Tirmidzi)

  Pendidikan karakter dalam Islam berkiblat pada diri Nabi Muhammad saw. sebagai utusan dan nabi terahir. Nabi telah disetting oleh Allah sebagai hamba Allah yang paling sempurna. Nabi adalah suri tauladan (uswatun khasanah) yang sempurna. Dan dalam diri Nabi terdapat nilai- nilai karakter yang “agung”. Dalam

  Qur‟an surat Al- Qolam ayat 4 Allah berfirman:

  ) 4 :ٍُمٌا( ك ٍُ ُذ ٝ ٌَ ّٔ َػ َه ْ١ ُ ِظ َؼ ٍَ َٚ ِا

  

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”

  Aisah pun mengatakan:

  َو َْب ْذٌَبَمَف ,ٍَََُس َٚ ح َلَط ِْٗ١ٍََػ ِٝجٌّٕا ِكٍُُذ َْٓػ بََْٕٙػ ُالله َِٟػَض ُخَشِئبَػ َْٓ١ِِِْٕؤٌُّا َُُّأ ْذٍَِئُس )ٍُسٌّا ٖاٚض( َأ ْط ُمٌا ُٗ ٍُ ُم ُذ

  َْ Ummul Mu‟minin („Aisah) ditanya tentang akhlak Nabi „alaihi sholatu wa

salam, „Aisah menjawab, “Akhlaq rasul adalah qu‟an.”(H.R. Muslim)

  (http:almoslim.net/node/160472).

  Dengan demikian, pendidikan karakter dalam perspektif Islam adalah proses internalisasi nilai-nilai adab Nabi kedalam pribadi peserta didik. Nilai-nilai adab

  (karakter) Nabi adalah hal yang paling diutamakan untuk dicapai dan dimiliki oleh peserta didik.

  Ibnu Jama‟ah mengatakan bahwa: ... hal paling penting yang harus segera dicapai dan dimiliki oleh seorang intelektual sejak usia muda ialah adab yang baik (Íusn al-adab

  ). … orang yang paling berkewajiban dan paling utama menyandang sifat yang baik dan memangku kedudukan yang luhur adalah kaum intelektual (ahlal-

  ‟ilm). Mereka adalah orang-orang yang memperoleh puncak pujian dan

  terdepan dalam memperoleh julukan pewaris para nabi. Hal itu karena mereka telah mempelajari akhlak dan adab Nabi saw. serta sarah (rekam jejak) para imam dan ulama salaf (Hery Noer Aly, 2012:56). Proses internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter dalam perspektif pendidikan islam tidak lepas dari konsep teologi dan moralitas. Gagalnya pendidikan karakter selama ini, dapat disebabkan karena minus kosep teologi (keimanan) dan adab (moral). Melihat fungsi pendidikan Islam yang amat penting, sebagaimana, Abdurrahman an Nahlawi mengatakan bahwa fungsi pendidikan Islam sebagai pembebasan dan penyelamatan anak didik (Muhammad Arif, 2008:239). Oleh karena itu, untuk membebaskan dan menyelamatkan peserta didik dengan cara membentuk pribadi yang berkarakter dan beradab, maka pendidikan Isalm harus mengarahkan target pendidikan kepada pembangunan individu yang memahami kedudukanya di hadapan Tuhan, dirinya sendiri, dan masyarakat (lingkungan).

  Di dalam persidangan mengenai pendidikan Islam yang di adakan di Jeddah, Mekah al Mukarramah tahun 1977 melibatkan 320 tokoh ilmuwan Islam dari 33 buah negara telah menggariskan bahawa matlamat Pendidikan Islam adalah:

  “Pendidikan haruslah bermatlamatkan membentuk perkembangan individu yang seimbang melalui perkembangan rohani, intelek, emosi dan jasmani. Perkembangan ini membolehkan seseorang individu merasai keterikatan emosinya dengan Islam dan membolehkannya mentaati al- Qur‟an dan as-Sunnah dan dikawal oleh sistem akhlak Islam dengan rela hati dan gembira yang memungkinkannya menjalankan amanahnya sebagai Khalifah Allah di muka bumi” (Fairus dan Satiman, 2014:50). Pendidikan Islam sangat menghendaki pembangunan individu secara integral. Pembangunan individu dalam aspek rohaniyah (soft skill) dan pembangunan dalam aspek jasmaniyah (hard skill). Sebagaimana, Fairus dan Satiman mengatakan bahwa, pendidikan yang berhasil adalah pendidikan yang mampu membentuk manusia seimbang dari segi rohani dan jasmani (Fairus dan Satiman, 2014:50).

  Berbicara tentang pendidikan Islam, tentu tidak akan terlepaskan dari tokoh- tokoh pendidikan Islam. Salah satu tokoh yang karyanya sangat terkenal dan monumental adalah al-Zarnuji. Karyanya yang berjudul

  Ta‟lim al Muta‟alim

  adalah satu-satunya karya al-Zarnujiyang membahas tentang pendidikan Islam dan telah menjadi rujukan para pakar pendidikan baik di dunia Timur maupun Barat.

  Dalam kitabnya, al-Zarnuji menawarkan konsep pendidikan yang mengkonsentrasikan learning by doing yang mengacu pada oriented ethic (Hilyatus Saihat, 2008:6). Selain itu, kitab ini juga mengajarkan bahwa, pendidikan bukan sekedar transfer ilmu pengetahuan dan ketrampilan semata, namun yang terpenting adalah transfer nilai moral (Wahdati, 2014:5). Niliai-nilai moral yang diajarkan adalah nilai moral, baik yang bersifat batiniyah maupun lahiriyah. Namun, dalam kitab ini nilai-nilai moral lebih cenderung ditekankan pada aspek nilai moral-transendensi.

  Dari latar belakang di atas, penulis tertarik melakukan penelitian terhadap al-Zarnujitentang nilai-nilai pendidikan karakter yang termuat dalam kitab

  Ta‟lim

  al Muta‟alim. Dan penelitian ini, penulis sajikan dengan judul “Nilai-nilai Pendidikan Karakter pada Kitab Ta‟lim al-Muta‟allim Karya al-Zarnuji”.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, maka fokus penelitian yang akan diteliti pada:

  1. Apa nilai-nilai pendidikan karakter pada Kitab Ta‟lim al- Muta‟allim? 2.

  Apa relevansi nilai-nilai pendidikan karakter pada Kitab Ta‟lim al-

  Muta‟allim pada dunia pendidikan Islam? C.

   Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui nilai-nilai pendidikan karakter dalam Kitab Ta‟lim al- Muta‟allim karya al-Zarnuji.

  2. Mengetahui relevansi nilai-nilai pendidikan karakter pada Kitab Ta‟lim al- Muta‟allim pada dunia pendidikan Islam.

D. Kegunaan Penelitian 1.

  Kegunaan teoretis

  a. Memberikan sumbangan teori keilmuan tentang nilai-nilai pendidikan karakter dalam Islam.

  b. Dapat digunakan penelitian lebih lanjut secara filosofis dalam membahas

  nilai-nilai pendidikan karakter yang lebih radikal, rasional, dan sistematis.

2. Kegunaan praktis

  Dapat digunakan oleh praktisi pendidikan islam (dosen, guru, dan lain-lain) dalam masalah pendidikan karakter.

E. Penegasan Istilah 1.

  Penegasan konseptual a.

  Nilai Dalam kamus pendidikan umum nilai dapat diartikan harga, kualitas, pada tingkatan atau dapat diartikan sesuatu yang dianggap berharga dan menjadi tujuan yang hendak dicapai. Dalam kamus pendidikan umum juga disebutkan nilai pembentuk, nilai praktis dan nilai religious. Nilai pembentuk ialah nilai usaha pendidikan yang dapat mempertinggi pengetahuan, kemampuan prestasi, dan pembentukan watak. Nilai praktis ialah nilai yang dianggap bermanfaat dan berguna bagi kehidupan sehari- hari. Sedangkan nilai religious ialah sesuatu yang dianggap bermanfaat ditinjau dari perspektif keagamaan (M. Sastrapradja,1978:339).

  Sedangkan Henry Hazlitt berpendapat bahwa, “Bagi manusia nilai bukan hanya “ada”; nilai itu sangat penting. Nilai merupakan setandar baku yang dengan itu kita pandang penting. Semua manusia berbuat. Semua manusia berusaha untuk mengubah keadaan yang tidak memuaskan menjadi keadaan yang lebih memuaskan (Henry Hazlitt, 2003:206)”.

  b.

  Pendidikan karakter

  Imam Al Ghozali mengemukakan bahwa karakter ialah watak yang telah tertanam dalam hati yang mudah keluar dalam bentuk perbuatan tanpa melalui proses berfikir dan merenung. Apabila watak itu muncul dengan perbuatan yang baik secara akal dan syara‟ maka itu disebut karakter yang baik (khuluqon khasanan). Dan apabila watak itu mucul dengan perbuatan jelek

  („afalu qobikhah) maka disebut karakter yang jelek (khuluqon syyian) (Al Ghozali, t.th.:52).

  Pendidikan karakter didefinisikan oleh Winton ialah usaha sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai pada siswanya. Sedangkan Lickona mengartikan pendidikan karakter ialah usaha secara sengaja untuk memperbaiki karakter para siswa (Samani dan Hariyanto, 2013:43-45).

  c.

   Ta‟lim al-Muta‟alim

  Merupakan kitab klasik dan monumental karya Imam Burhanuddin al-Zarnuji. Kitab ini menerangkan tentang etika (ahlak) peserta didik dalam menuntut ilmu agar mendapatkan manfaat ilmu yang dipelajarinya. Dalam kitab ini terdapat 13 bab (fasal).

  Al-Zarnuji menulis Kitab

  Ta‟lim al-Muta‟allim secara terus terang

  didasari oleh rasa keprihatinan terhadap peserta didik yang salah saat belajar (dalam pendidikan). Dalam muqodimah kitab ini, Al-Zarnuji mengungkapkan: “ketika saya memperhatikan siswa (thulabul ilmi) pada zamanku sebenarnya mereka telah bersungguh-sungguh menuntut ilmu, akan tetapi mereka tidak dapat manfaat dan buah ilmunya. Yaitu dapat mengamalkan ilmunya dan menyebarkanya. Hal ini terjadi karena cara mereka dalam menuntut ilmu salah dan meninggalkan syarat-syaratnya.

  Karena, barang siapa yang salah jalan, tentu ia akan tersesat dan tidak akan mendapatkan tujuannya baik sedikit maupun banyak”.

2. Penegasan oprasional

  Agar tidak terjadi kerancuan dan kesamaan dalam penelitiaan ini dengan penelitian yang lain, maka penulis memberikan penegasan bahwa penelitian yang berjudul Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Kitab

  Ta‟lim al-Muta‟allim Karya al-Zarnujiini adalah membahas tentang nilai-

  nilai pendidikan karakter yang tercantum dalam teks Kitab

  Ta‟lim al- Muta‟allim karya al-Zarnuji baik secara implisit maupun ekplinsit.

F. Tinjauan Pustaka

  Berdasarkan penelusuran peneliti, peneliti menemukan ada beberapa penelitian sebelumnya yang mengkaji kitab

  Ta‟lim al Muta‟allim. Judul-judul

  penelitian tersebut adalah sebagai berikut: 1.

  Relevansi Sistem Pendidikan Tradisonal di Era Konteporer (Studi Kritis

  Kitab “Ta‟lim al Muta‟alim Tariq al Ta‟alum” Karya Syekh al-Zarnuji)

  Penelitian ini ditulis oleh Istambul Arifin pada tahun 2003. Fakultas Tarbiyah UIN Malang. Dalam penelitian ini menjelaskan tentang system belajar dan pengajaran yang ditawarkan oleh al-Zarnujidan relevansinya dengan system pendidikan pada masa kontemporer.

  Penelitian ini dilakukan untuk menyikapi pengapilkasian konsep yang ditawarkan al-Zarnuji pada pendidikan masa kini dalam hubungan guru dan peserta didik yang dirasa tidak terlalu harmonis dalam pembelajaran, dikarenakan peserta didik harus pasif dalam pembelajaran. Hal ini akan menyebabkan ketidak berhasilan dalam pembelajaran, yaitu mencetak manusia yang memiliki kecerdasan secara utuh dalam hal kognitif, afektif, dan psikomotorik.

  2. Konsep Pendidkan Islam dalam Perspektif Syeh al-Zarnuji(Studi Kitab

  Ta ‟lim al-Muta‟allim Tariq al Ta‟alum)

  Penelitian ini ditulis oleh Unun Zumairoh Asr Himsyah pada tahun 2006. Fakultas Tarbiyah UIN Malang. Dalam penelitian ini dia mengungkapkan kosep pendidikan secara umum menurut al-Zarnuji.

  3. Konsep Pembelajaran Menurut Imam al Ghozali dan al-Zarnuji(Sebuah

  Tela‟ah Komparatif)

  Penelitian ini ditulis oleh Wahyu Wicaksono IAIN Walisongo pada tahun 2012. Penelitian ini membahas persamaan pemikiran konsep pembelajaran Imam al Ghozali dan al-Zarnuji. Bawasanya konsep pembelajaran kedua imam tersebut ialah berlandaskan pada tauhid, moral dan akhlak yang mengacu pada al Qur‟an dan al Hadist.

  4. Pendidikan Anak (Studi Pemikiran Ibnu Maskawaih, al-Ghozali dan al-

  Zarnuji)

  Tesis Program Pasca Sarjana IAIN Walisongo Semarang, 2001, yang ditulis oleh Maemonah, yang mana dalam hubungannya dengan metode reward and punishmemnt, dalam kitab Ta‟lim al-Muta'allim menurutnya dapat dilihat melalui hubungan guru dan murid.

  5. Internalisasi Pendidikan Karakter pada Santri Menurut Seykh Burhanuddin

  al-Zarnuji dalam Kitab Ta‟lim al Muta‟alim

  Sekripsi yang ditulis oleh Erwin Laila Wahdati, IAIN Tulungagung tahun 2014. Dalam penelitian ini dia menemukan bahwa internalisasi pendidikan karakter lebih mengarah pada nilai-nilai spiritual yang seharusnya menjadi dasar penanaman karakter bagi peserta didik.

  Internalisasi karakter tersebut adalah mudzakarah, pemberian nasehat, danstrategi pembentukan mental jiwa secara religius, diantaranya dengan niat dan istifadah.

  6. Studi Analisis Pemikiran imam al-Zarnuji Tentang Pola Hubungan Guru

  Murid dalam Kitab Ta‟limul Muta‟allim Karya Sri Khomsatun Khoiriyah Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo.

  Yang mana dalam kajian ini peneliti meneliti secara khusus tentang pola hubungan guru-murid berdasarkan pemikiran imam al-zarnuji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa pemikiran imam al-Zarnuji dalam kitab

  Ta‟lim Al-Muta‟allim, yang memberi acuan terhadap pola hubungan

  guru dan murid, yaitu: (1) Murid tidak akan memperoleh ilmu yang manfa‟at tanpa adanya pengagungan dan pemuliaan terhadap ilmu dan orang yang mengajarnya (guru), menjadi semangat dan dasar adanya penghormatan murid terhadap guru. (2) Kontekstualisasi hubungan guru murid menurut imam al-Zarnujimenunjukkan,bahwa penempatan guru pada posisi terhormat, sehingga pemikiran imam al-Zarnuji berupaya membawa lingkungan belajar pada tingkat ketekunan dan kewibawaan guru dalam ilmu dan pengajarannya.

  7. Konsep Belajar dalam Kitab Ta‟lim al-Muta‟allim Penelitian Individu (Puslit IAIN Walisongo Semarang, 2000) yang ditulis oleh Drs. Nurul Huda M.Ag. Di dalamnya terdapat pembahasan tentang konsep belajar menurut al-Zarnuji dan ini lebih menawarkan konsep belajar dalam batas kewajaran yang kesemuanya dapat diterima oleh akal dan didasarkan dari hasil penelitian yang dapat dipertanggungjawab.kan secara ilmiah.

  8. Pemikiran Pendidikan Syeh al-Zarnuji(Studi Tentang Hubungan antara Guru dan Peserta Didik dalam Kitab Ta‟lim al-Muta‟allim Tariq al Ta‟alum)

  Ditulis oleh Suprihatin pada 2004. Fakultas Tarbiyah UIN Malang. dalam penelitan ini, dijelaskan tentang hubungan dan kedudukan antara guru dan murid dalam perspektif al-Zarnujidalam

  Kitab Ta‟lim al- Muta‟allim Tariq al Ta‟alum.

  9. Konsep Etika Peserta Didik dalam Perspektif Burhanuddin al-Zarnuji

  Sekripsi dengan judul ini ditulis oleh Eka Fitriyah Anggraini Fakultas Tarbiyah UIN Malang pada tahun 2009. Dia menjelaskan konsep etika yang harus dimiliki oleh peserta didik ketika menuntut ilmu serta relevansi konsep tersebut dalam konteks masa kini menurut al-Zarnuji.

  10. Relevansi Konsep Pendidikan al-Zarnujidalam Kitab Ta‟lim al-Muta‟allim dalam Sistem Pendidikan Pesantren

  Penelitian yang ditulis oleh Supriyanto STAIN Tulungagung pada tahun 2011 memaparkan bahwa system pendidika pesantren sangat relevan dengan

  Kitab Ta‟lim al-Muta‟allim karya al-Zarnuji. Hal ini diungkapkan karena dalam Kitab Ta‟lim al-Muta‟allim ilmu yang harus dipelajari terlebih dahulu ialah ilmu hal, sesuwai dengan system pendidikan pesantren yang sangat mengutamakan ilmu hal (akhlak/budi pekerti).

  11. Etika Terhadap Guru (Analiss Kitab Ta‟lim Muta‟alim Karangan Syikh Az Zarnuji)

  Penelitian itu ditulis oleh Anisa Nandiya pada tahun 2013 di STAIN Salatiga. Dalam penelitian ini dia menemukan ada dua etika yang harus dimiliki oleh murud yaitu etika murid terhadap ilmu dan etika murid terhadap guru. Etika murid terhadap ilmu yaitu membersihkan hati dari sifat buruk, mengisi jiwa dengan fadhilallah, tidak mengganti guru dan berpikir panjang jika ingin menggantinya, menghormati guru, tidak boleh membebani guru dengan banyak pertanyaan, bersungguh-sungguh dan tekun belajar, mengulang-ulang pelajaran, member salam kepada guru, mencintai dan jiwa persaudaraan dengan sesame murid. Sedangkan etika murid kepada guru yaitu tidak berjalan di depan guru, tidak duduk ditempat guru kecuali ada ijin guru, tidak memulai bicara kecuali ada ijin guru, tidak berbicara di depan guru, tidak bertanya sesuatu bila guru sedang capek, harus menjaga waktu, tidak boleh mengetuk pintunya, dan menunggu sampai guru keluar.

12. Pengaruh Pengajaran Kitab Ta‟limul Muta‟alim Terhadap sikap Ta‟dzim

  Siswa Kelas XI MA Ma‟arif Ponggol Grabag Magelang Tahun Pengajaran 2014/2015

  Sekripsi ini ditulis oleh Zuhanul Khasanah tahun 2015 di STAIN Salatiga. Dalam skripsi dia menemukan dan menyimpulkan bahwa pengajaran kitab Ta‟limul Ta‟alim terdapat pengaruh yang signifikan terhadap sikap ta‟dzim siswa kelas XI di Ma MA”RIF kelas Ponggol Grabag Magelang tahun pengajaran 2014/2015 dengan ketentuan: pengajaran Kitab Ta‟limul Ta‟alim dengan kategori sangat baik 36%, kategori baik 58%, dan ketegori cukup 6%. Sedangkan dalam pembentukan sikap ta‟dzim siswa dengan kategori sangat baik 78%, kategori baik 25%, dan kategori cukup 3%.

  Berdasarkan penelitian yang telah ada sebelumnya, belum ada yang meneliti tentang nilai-nilal pendidikan karakter dalam perspektif al-Zarnuji.

  Dengan demikian penulis bermaksud melakukan penelitian pendidikan karakter dalam perspektif al-Zarnuji dalam Kitab Ta‟lim al-Muta‟allim dengan judul Nilai-Nilai Pendidikan Karakter pada

  Kitab Ta‟lim al- Muta‟allim Karya Imam al-Zarnuji.

G. Metode Penelitian 1.

  Jenis penelitian

  Bentuk penelitian ini adalah bentuk penelitian kepustakaan (library

  research). Mestika (2008:3) mengartikan library research adalah serangkaian

  kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mengolah bahan penelitian. Sedangkan Sutrisno (1989:9) berpendapat,

  library research adalah penelitian dengan cara mengadakan studi secara teliti literatur-literatur yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang dibahas.

  Metode di atas juga bisa disebut metodologi penelitian kualikatif. Metodologi penelitian kualaikatif biasanya memanfaatkan metode wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen (Lexy J.moleong, 2010:5). Metode penelitian kualikatif juga dapat disebut denga metode artistic, karena proses penelitian lebih bersifat seni (tidak terpola) (Sugiono: 2009:7).

2. Sumber data

  Dalam penelitian ini, sumber data diambil dari dua sumber yaitu dari sumber data primr dan sumber data sekunder.

  a.

  Sumber data primer Sumber data primer ialah sumber data yang diambil secara langung dari naskah asli karya al-Zarnuji. Dalam peneitian ini penulis menggambil data langsung dari naskah syarah (penjabaran) Kitab

  Ta‟lim al- Muta‟allim karya Ibrahim bin Isma‟il.

  b.

  Sumber data sekunder Dalam sumber data sekunder penulis mengambil data dari dokumen-dokumen yang mendukung dalam penelitian ini tentang nilai- nilai pendidikan karakter pada kitab Ta‟im al Muta‟alim karya al-Zarnuji.

  3. Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumen yaitu pengambilan sumber data dari dokumen-dokumen, baik berbentuk buku, majalah, artikel, jurnal, dan lain-lain yang berkaitan dengan tema penelitian yaitu tentang nilai-nilai pendidikan karakter dalam Kitab

  Ta‟lim al-Muta‟allim karya Al-Zarnuji.

  4. Teknik analisa data a.

  Metode analisis deskriptif Metode analisis deskriptif adalah usaha mengumpulkan suatu data dan menyususun suatu data dari bentuk yang umum, kemudian dilakukan analisis terhadap data itu. Lexy J. Moleong menambahkan bahwa data yang dikumpukan berupa kata-kata dan gambar, bukan berupa angka-angka. Hal ini disebabkan karena paparan metode kualikatif, selain itu semua yang dikumpulkan kemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti (Lexy J. Moleong, (2010:11). Dengan demikian, laporan penelitian ini akan berisi kutipan-kutipan data dari dokumen untuk menggambarkan penyajian penelitiaan.

  b.

  Metode content analyses (kajian isi) Metode ini digunakan untuk mengetahui isi dan ma‟na dari berbagai data penelitian. Pendekatan dengan metode ini mengharuskan analisis yang obiektif, sitematis, dan general supaya dalam pembuatan dan penarikan kesimpulan memeroleh hasil yang shohih. Noeng Muhajir (1996:69) mengatakan “content analysis harus mengikuti hal-hal berikut: objektif, sistematis, dan general”. Sedangkan Weber menambahkan, kajian isi merupakan metodologi penelitian yang dimanfaatkan seprangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang shohih dari sebuah buku atau dokumen (dalam Lexy J. moleong 2010:220).

H. Sistematika Penulisan Penelitian

  Dalam penulisan penelitian ini, penulis akan membagi menjadi lima bab yang meliputi, BAB I Pendahuluan, BAB II Kajian Teori, BAB III Biografi al- Zarnuji, IV Hasil Penelitian, dan BAB V Penutup.

  1. Bab I Pendahuluan: untuk mengantarkan penelitian secara metodologis yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan teori, teknik pengumpulan data, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

  2. Bab II Kajian Teori: dalam kajian teori ini penulis akan menjelaskan tentang pengertian nilai, pengertian karakter, pendidikan karakter, nilai-nilai pendidikan karakter, dan prinsip pendidikan karakter.

  3. Bab III Biografi al-Zarnuji: dalam bab ini penulis akan memaparkan riwayat hidup, riwayat pendidikan, situasi pendidikan pada masa al-Zarnujidan gambaran umum karya al-Zarnuji.

  4. Bab IV Hasil Penelitian: dalam bab ini penulis akan memaparkan tentang isi kitab Ta‟lim Muta‟alim terlebih dahulu, kemudian membahas tentang nilai- nilai pendidikan karakter yang ada dalam kitab Ta‟lim al Muta‟alim.

5. Bab V Penutup: berisi kesimpulan dan saran-saran.

BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Nilai Masalah nilai memang sulit untuk dijelaskan dan digambarkan. Akan tetapi,

  nilai merupakan yang menarik, yang dicari, yang disukai, dan diinginkan, dengan kata lain “sesuatu yang baik”. Hans Jonas mengatakan nilai adalah sesuatu yang ditunjukan dengan kata “Iya” (Bertens, 1997:139). Sebagaimana, Henry Hazlitt (2003:206) mengatakan;

  “Bagi manusia nilai bukan hanya “ada”; nilai itu sangat penting. Nilai merupakan setandar baku yang dengan itu kita pandang penting. Semua manusia berbuat. Semua manusia berusaha untuk mengubah keadaan yang tidak memuaskan menjadi keadaan yang lebih memuaskan.” Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) nilai memiliki beberapa arti. Nilai adalah harga, harga uang angka kepandaian.

  Nilai juga diartikan banyak-sedikitnya isi, kadar, dan mutu. Selain itu nilai juga mempunyai arti sifat-sifat yang penting atau berguna bagi kemanusiaan. Dan nilai berarti sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai dengan hakikatnya. Dalam Wikipedia Bahasa Indonesia (diperbarui 23 Juni 2014, pukul 06:54) nilai adalah alat yang menunjukan alasan dasar bahwa “cara pelaksanaan atau keadaan ahir tertentu secara sosial dibandingkan cara pelaksanaan atau keadaan ahir yang berlawanan”. Dalam Encyclopedia Britanica dalam (Sarjono, 2005:136) disebutkan nilai adalah sesuatu yang menentukan atau suatu kualitas obyek yang melibatkan suatu jenis atau apresiasi atau minat.

  Berdasarkan analisis K. Bertens (1997:141) sekurang-kurangnya nilai mempunyai tiga ciri, yaitu:

  1. Nilai berkaitan dengan subyek, 2.

  Nilai tampil dalam konteks praktis, dan 3. Nilai-nilai menyangkut sifat-siyat yang “ditambah” oleh supyek pada sifat- sifat yang dimiliki oleh obyek.

  Dari analisis Bertens dapat dikatakan nilai adalah hal yang subyektif dalam memberikan apresiasi (penilaian) terhadap obyek. Sebuah obyek akan dianggap memiliki nilai tergantung pada subyek yang memandang. Misalnya, musik punk akan memiliki nilai keindah apabila didengarkan dan dinikmati oleh orang yang menyukai musik punk, sedangkan orang yang tidak menykai music punk akan menganggap music punk tidak memiliki nilai apa-apa (non-nilai).

  Sedangkan Prof. Notonegoro membagi nilai menjadi tiga kategori, yaitu: 1. Nilai matrial Nilai matrial adalah nilai yang berguna bagi unsur jasmani manusia.

  Seperti contoh, makanan, pakaian, rumah, dll.

  2. Nilai vital Nilai vital adalah segala sesuatu yang berguna untuk aktivitas manusia.

  Contohnya, bagi pelajar buku memiliki nilai vital, karena adalah benda yang penting bagi aktifitas dalam pembelajaran.

3. Nilai kerohaniaan

  Nilai kerohanian adalah segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai kerohanian dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu: a.

  Nilai kebenaran, bersumber pada unsur rasio manusia, budi, dan cipta.

  b.

  Nilai keindahan, bersumber pada unsur rasa atau intuisi.

  c.

  Nilai moral, bersumber pada kehendak manusia atau kemauan (karsa, etika).

  d.

  Nilai religi, bersumper pada nilai ketuhanan , merupakan nilai kerohanian yang tertinggi dan mutlak. Nilai ini bersumber dari keimanan dan keyakinan kepada Tuhan. Nilai religi bersumber pada penghayatan yang bersifat transedental, dalam usaha manusia untuk memahami arti dan ma‟na kehadirannya di dunia. Nilai ini berfungsi sebagi sumber moral yang dipercayai sebagi rahmat dan rida Tuhan (Syarbaini, 2011:34). Dengan demikian, dari apa yang telah dipaparkan, penulis mengambil kesimpulan bahwa nilai adalah harga dan guna dari kualitas obyek (benda) yang diberikan oleh subyek (penilai). Sebuah benda (obyek) akan bernilai jika memiliki kegunaan. Baik kegunaan yang bersifat jasmani maupun kegunaan yang bersifat rohani.

B. Pengertian Karakter

  Karakter bila ditelusuri berasal dar bahasa Latin “Kharakter”, “kharassein”, “kharax”, dalam bahasa inggris, “character”, dan dalam bahasa Indonesia, “karakter”, Yunani “character” dari kata “chrassein” yang berarti membuat tajam, membuat (Abdul Majid, dkk., 2013:11). Karakter dalam Kamus Ilmiah Populer berarti tabiat, watak, pembawan, dan kebiasaan (Partanto dan Dahlan, 1994:306). Sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan , ahlak atau budipekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain. Dengan demikian karakter adalah nilai-nilai yang unik-baik yang terpatri dalam diri dan terejawentahkan dalam perilaku.

  Menurut Syarbaini (2011:211) karakter adalah sistem daya juang (daya dorong, daya gerak, dan daya hidup) yang berisikan tata kebijakan akhlak dan moral yang terpatri dalam diri manusia. Jack Corly dan Thomas Phillip beranggapan bahwa karakter adalah sikap dan kebiasaan seseorang yang memungkinkan dan mempermudah dalam tindakan moral (Samani dan Hariyanto, 2013:42). Kant menambahkan, tindakan moral harus mampu memenuhi tujuanya yaitu mencapai kebaikan tertinggi. Kebaikan tertinggi ialah keluhuran budi

  

(virtue) (Palmquis, 2007:301). Oleh karena itu, kehidupan yang berbudi luhur

harus dicari tanpa mempedulikan kebahagiaan pribadi.

  Ki Hajar Dewantara memberikan pemahaman definisi karakter dengan menyebutkan susila dan adab (Suyata, dkk., 2001:14). Kedua sikap itu diartikan dengan arti yang sama, tetapi keduanya dirangkai untuk menyempurnakan sifat manusia; hidup batin manusia yang luhur (adab) dan hidup lahirnya yang halus dan indah. Sehingga dimensi kemanusiaan dan ke-Tuhanan tercermin dalam pribadi manusia yang susila dan beradab.

  Menurut Lickona karakter mulia (good character) meliputi pengetahuan tentang kebaikan, lalu menimbulkan komitmen (niat) terhadap kebaikan, dan akhirnya benar-benar melakukan kebaikan. Dengan kata lain, karakter mengacu kepada serangkaian pengetahuan (cognitives), sikap (attitides), dan motivasi

Dokumen yang terkait

NILAI-NILAI KEDISIPLINAN DALAM NOVEL ANAK SEJUTA BINTANG SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 1 156

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL ANAK-ANAK ANGIN KARYA BAYU ADI PERSADA SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 144

KONSEP PENDIDIKAN AKHLAQ DALAM KITAB TAISIRUL KHALAQ KARYA HAFIDZ HASAN AL-MAS’UDI SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pdi)

0 1 108

NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM KITAB ‘AQIDATUL AWAM KARYA SAYID AHMAD AL – MARZUKI SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

0 2 112

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KEPEMIMPINAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM (ANALISIS KITAB I’DHOTUN NASYIIN KARANGAN SYEIKH MUSTHAFA AL-GHALAYAINI) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 4 123

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA KARYA TERE LIYE SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 138

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM FILM ALANGKAH LUCUNYA NEGERI INI KARYA DEDDY MIZWAR SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 191

KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM AL-QUR’AN SURAT LUQMAN AYAT 12-19 (TELAAH ATAS KITAB TAFSIR AL-MISBAH) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 93

KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER MENURUT KI HAJAR DEWANTARA SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 1 107

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB KHULASHAH NURUL YAQIN KARYA MUHAMMAD KHUDHARI BEK SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

2 5 115