Penerapan teori konstruktivisme dalam pembelajaran pokok bahasan getaran untuk siswa kelas 2 SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang - USD Repository

  

PENERAPAN TEORI KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN

POKOK BAHASAN GETARAN UNTUK SISWA KELAS 2

SMP PANGUDI LUHUR 1 KALIBAWANG

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

  Program Studi Pendidikan Fisika Oleh :

  Heribertus Setyawan 011424001

  

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

   Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

  tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 28 Agustus 2008 Penulis,

  Heribertus Setyawan

  

ABSTRAK

PENERAPAN TEORI KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN

POKOK BAHASAN GETARAN UNTUK SISWA KELAS 2

SMP PANGUDI LUHUR 1 KALIBAWANG

  Penelitian ini dilaksanakan di SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang dengan partisipan siswa kelas 2a SMP tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan teori konstruktivisme dalam pembelajaran pokok bahasan getaran dan meningkatkan pemahaman siswa tentang getaran.

  Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Instrumen yang digunakan adalah tes tertulis, wawancara. Tes tertulis dan wawancara digunakan untuk mengetahui pemahaman awal siswa. Pemahaman awal siswa akan digunakan untuk membuat desain pembelajaran. Pembelajaran ini dimulai dari tahap orientasi, yaitu siswa kelas 2a Smp Pangudi Luhur 1 Kalibawang sejumlah 30 anak, kemudian tahap elisitasi gagasan, yaitu pretes, kemudian tahap klarifikasi yaitu wawancara, kemudian tahap dihadapkan pada situasi konflik yaitu percobaan, kemudian tahap evaluasi, yaitu siswa menulis pengertian getaran, periode, frekuensi, amplitudo, kemudian tahap aplikasi gagasan, yaitu siswa melakukan eksperimen, kemudian tahap review perubahan dalam gagasan, yaitu postes dan wawancara, sampai tahap membandingkan dengan elisitasi gagasan, yaitu dengan T-Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata - rata siswa mengalami peningkatan pemahaman.

  

ABSTRACT

APPLICATION CONSTRUCTIVISM THEORY IN TEACHING OF

nd

  

VIBRATION FOR 2 CLASS STUDENTS AT SMP PANGUDI LUHUR I

KALIBAWANG.

  This reseach was carried out at SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang. The

  nd

  participants was 2 class students at the school . The aim of this research was to study the application of constructivism theory in theacing of vibration and to improve the students understanding about vibration.

  Data were collected by using writen test and interview. The data collected from pre-test was used as a basic to design teaching and learning activities. This teaching start at orientation, then elisitation pretest, then clarification, then towarded in conflic situation step, for example trial, then aplication concept step, for example students does experiment, then change review in concept, for example postes and interview, till compare with elisitation concept step, for example T-Test. Research resulted show that average understanding students is rissing up.

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Heribertus Setyawan Nomor Mahasiswa : 011424001

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

  

Penerapan Teori Konstruktivisme Dalam Pembelajaran Pokok Bahasan

Getaran Untuk Siswa Kelas 2 SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang

  beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me- ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 28 Agustus 2008 Yang menyatakan (Heribertus Setyawan)

  

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya sehingga

  skripsi yang berjudul “Penerapan teori Konstruktivisme dalam pembelajaran pokok bahasan getaran di SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang” sebagai syarat untuk mendapatkan gelar S1 pendidikan fisika, telah selesai dilaksanakan. Dalam menyusun skripsi, peneliti menemukan banyak kesulitan yang dialami, dan penulis mendapat dorongan dari berbagai pihak yang telah membantunya berupa bimbingan, dorongan materi, dorongan spirituil. Peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada orang – orang yang membantunya yaitu :

  1. Br Aloysius Supardji, FIC selaku Kepala Sekolah SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang.

  2. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing, membantu dan mengarahkan sampai penyusunan skripsi ini.

  3. Ibu Y Indah Kurniati, S.Pd selaku wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum.

  4. Bapak Yohanes Dedi Setyawan, S.Pd selaku guru matematika yang telah membantu dalam mengatur waktu untuk pengambilan data skripsi.

  5. Bapak ibu guru SMP Pangudi Luhur yang telah membantu demi terlaksananya penelitian yang tidak bisa saya sebutan satu persatu.

  6. Bapak (alm) FX Basirun yang selalu sabar dalam membimbing aku sewaktu masih ada.

  7. Ibu Th Sutiyem yang selalu sabar dalam mendidik aku.

  9. Novi, Mbak desi atas bantuan, dukungan dan saran.

  10. Eny, atas semangatnya.

  11. Anton atas titipan data di komputer.

  12. Gembong atas nasihatnya dan doanya.

  13. Andri, Sopyan, Oka, terima kasih atas tumpangan kontrakannya.

  14. Pram, nunung, ferdinan atas kebersamaan selama di kost cansas grandes.

  15. Kristian atas dorongannya.

  16. Hari atas bantuan kesana kemari dan ngeprintnya 17. Deny, oma, hira, atas perjuangan selama di pfis ini.

  18. Tyas, sapto, hari, desi atas sekelompok bimbingannya.

  19. Anakku SMP PANGUDILUHUR 1 KALIBAWANG. Atas bantuannya.

  Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyelesaian skripsi ini sehingga segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca pada khususnya serta ilmu pengetahuan pada umumnya.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... iv ABSTRAK ....................................................................................................... v ABSTRACT..................................................................................................... vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

  ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ........................................ vii KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii DAFTAR ISI.................................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi DAFTAR TABEL............................................................................................ xvii DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xviii BAB I. PENDAHULUAN ...............................................................................

  1 A. Latar Belakang .....................................................................................

  1 B. Tinjauan Pustaka .................................................................................

  2 1. Filsafat konstruktivisme .................................................................

  2 2. Asal Usul konstruktivisme ..............................................................

  2 3. Hakekat Pengetahuan ....................................................................

  3 4. Realitas dan Kebenaran .................................................................

  4

  6. Faktor yang memungkinkan perubahan pengetahuan ...................

  5 7. Hubungan Konstruktivisme dengan Teori Belajar.........................

  5 8. Teori belajar bermakna Ausubel ....................................................

  5 9. Metode Eksperimen ......................................................................

  7

  10. Definisi Penelitian Eksperimen ..................................................... 7

  11. Karakteristik Penelitian Eksperimen ............................................. 8

  12. Pembelajaran Eksperimen yang konstruktivis .............................. 9

  13. Wawancara / interview................................................................... 12

  14. Observasi ....................................................................................... 13

  15. Quesioner / angket ......................................................................... 13

  16. Short Answer Test ......................................................................... 14

  a) Ragam Benar salah .................................................................... 14

  b) Mengisi Titik Titik .................................................................... 15

  17. Konstruktivisme dalam kelas ......................................................... 15

  18. Strategi mengajar untuk perubahan konseptual ............................. 16

  19. Menangani pluralisme dalam kelas ................................................ 18 20. Peranan guru dan pelajar dalam pembelajaran konstruktivisme .....

  20 a. Peranan guru ..............................................................................

  20 b. Peranan pelajar ..........................................................................

  21 21. Pembelajaran ..................................................................................

  21 22. Getaran ...........................................................................................

  22 a Periode ........................................................................................ 22

  c Frekuensi .................................................................................... 23 d Simpangan .................................................................................. 23 e Gaya pemulih .............................................................................

  29 G. Desain Penelitian .................................................................................

  36 2. Pemilihan siswa untuk wawancara pertama ....................................

  35 1. Tabel data pretes .............................................................................

  35 B. Data dan Pembahasan ..........................................................................

  35 A. Pelaksanaan Penelitian .........................................................................

  2. Analisis wawancara ....................................................................... 34 BAB III. DATA DAN PEMBAHASAN .........................................................

  30

  29 H. Metode Analisis Data .......................................................................... 30 1. Analisis Tes Tertulis ......................................................................

  27 F. Rancangan Pembelajaran ....................................................................

  23 C. Perumusan Masalah..............................................................................

  26 E. Instrumen Penelitian ............................................................................

  26 D. Metode Pengumpulan Data ..................................................................

  25 C. Subyek Penelitian.................................................................................

  A. Jenis Penelitian..................................................................................... 25 B. Waktu dan Tempat penelitian ..............................................................

  24 BAB II. METODOLOGI PENELITIAN......................................................... 25

  24 E. Kegunaan Penelitian ...........................................................................

  24 D. Tujuan Penelitian .................................................................................

  38

  4. Rangkuman pemahaman awal siswa ...............................................

  53 5. Desain Pembelajaran .......................................................................

  54 6. Pemilihan siswa untuk wawancara kedua ........................................

  61 7. Data dan analisis postes ...................................................................

  63

8. Rangkuman postes ....................................................................................

  80 9.Analisis T-Tes ...................................................................................

  81 10. Rangkuman analisis T-Tes.............................................................

  84

11. Rangkuman pembahasan ........................................................................

  84 BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................

  85 A. Kesimpulan .......................................................................................... 85

  B. Saran .............................................................................................................. 86 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

  87 LAMPIRAN..................................................................................................... 89

  DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Struktur umum mengajar ...............................................................

  16 Gambar 2. Mistar getar ...................................................................................

  22 Gambar 3. Gaya pada ayunan ..........................................................................

  22 Gambar 4. Pendulum sederhana.......................................................................

  22 Gambar 5. Massa bergetar di ujung pegas .......................................................

  23 Gambar 6. (a) Pegas tanpa beban; (b) dan (e) pegas pada titik keseimbangan; (c) = (d) pegas pada simpangan terjauh; (f) = (g) pegas pada kedudukan di atas titik keseimbangan

  .......................................................................

  23

  DAFTAR TABEL Tabel 1. Contoh perhitungan jumlah skor .................................................................

  31 Tabel 2. Tingkat pemahaman siswa ............................................................................

  32 Tabel 3. Nilai akhir pretes siswa ................................................................................

  36 Tabel 4.

  Total skor, jumlah bobot skor dan persentase jumlah bobot skor dari pretes .......................................................................................

  37 Tabel 5. Nilai akhir postes siswa ....................................................................

  63 Tabel 6. Total skor, jumlah bobot skor dan persentase jumlah bobot skor dari postes ......................................................................................

  67 Tabel 7. T-Test untuk untuk penghitungan manual .........................................

  81 Tabel 8. Paired Samples Statistics ...................................................................

  82 Tabel 9. Paired Samples Correlations ..............................................................

  82 Tabel 10. Paired samples Test..........................................................................

  83

  

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Wawancara dengan siswa nomor absen 2 ...................................

  89 Lampiran 2. Wawancara dengan siswa nomor absen 13 .................................

  91 Lampiran 3. Wawancara dengan siswa nomor absen 15 .................................

  93 Lampiran 4. Wawancara dengan siswa nomor absen 16 .................................

  95 Lampiran 5. Wawancara dengan siswa nomor absen 19 .................................

  97 Lampiran 6. Wawancara dengan siswa nomor absen 20 ................................

  99 Lampiran 7. Lembar observasi selama pembelajaran ..................................... 101 Lampiran 8. Kelompok pembelajaran ............................................................. 102 Lampiran 9. Lembar angket setelah pembelajaran ......................................... 103 Lampiran 10. Lembar wawancara dengan siswa nomor absen 2..................... 105 Lampiran 11. Lembar wawancara dengan siswa nomor absen 13................... 106 Lampiran 12. Lembar wawancara dengan siswa nomor absen 15................... 108 Lampiran 13. Lembar wawancara dengan siswa nomor absen 16................... 109 Lampiran 14. Lembar wawancara dengan siswa nomor absen 19................... 111 Lampiran 15. Lembar wawancara dengan siswa nomor absen 19................... 113 Lampiran 16. Tabel T-Test .............................................................................. 115 Lampiran 17 Soal pretes dan postes ................................................................ 116 Lampiran 18 Jawaban tes ................................................................................. 118 Lampiran 19 Jawaban siswa setelah pembelajaran ......................................... 119 Lampiran 20 Surat keterangan dari Sekolah .................................................... 120

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum saat ini yang sedang digunakan adalah kurikulum tingkat satuan

  pelajaran (KTSP).Saat penelitian, kurikulum yang dipakai adalah kurikulum berbasis kompetensi, yang mana siswa diajak untuk menjadi subyek dalam belajar, tidak lagi menjadi obyek. Subyek sendiri mempunyai arti yang melakukan bukan yang dikenai, yang artinya siswa harus aktif. Kata atau istilah mengajar sekarang berubah menjadi pembelajaran. Pembelajaran mengkaitkan proses belajar mengajar yang 2 arah, dari guru ke murid dan sebaliknya. Pembelajaran itu akan melibatkan guru murid dan pengetahuan, dalam membuat pengetahuan agar dapat dipahami oleh siswa tersebut ada banyak macam cara yang dilakukan atau ada banyak metode yang dilakukan .

  Antara lain diantaranya adalah dengan cara metode pembentukan Pengetahuan merupakan suatu proses pembentukan, maka apa yang baru adalah cara fakta – fakta itu dikonstruksikan atau diorganisasikan . Maka pengetahuan merupakan suatu bentukan dari seseorang yang mempelajarinya. Pengetahuan tidak ada “di sana“ dan tinggal diambil. Orang harus menciptakannya sendiri dalam pikirannya. Dunia pendidikan sains dan matematika telah menunjukkan pergeseran, yaitu lebih menekankan proses belajar mengajar dan metode penelitian yang menitik beratkan konsep bahwa “ dalam belajar seseorang mengkonstruksi pengetahuannya”. Salah satu mengonstruksi pengetahuannya adalah dengan belajar. Belajar adalah kegiatan

  Untuk dapat membuat masuk akal pengetahuan dalam diri siswa perlu metode yang tepat, karena di dalam diri siswa sudah terbentuk pengetahuan yang ada. Dengan pengetahuan yang ada tersebut akan digabungkan dengan pengetahuan yang baru dan akan terbentuk (terkonstruksi) dalam akal siswa.

  Maka dari itu penulis ingin sekali menerapkan teori konstruktivisme dalam pembelajaran pokok bahasan getaran untuk siswa kelas 2 SMP PANGUDI LUHUR 1 kalibawang.

B. Tinjauan Pustaka

  1 Filsafat Konstruktivisme

  Menurut Driver dan Bell (dalam Suparno, 2006 : 17), ilmu pengetahuan bukanlah hanya kumpulan hukum atau daftar fakta. Ilmu pengetahuan, terutama sains adalah ciptaan pikiran manusia dengan semua gagasan dan konsepnya yang ditemukan secara bebas (Suparno, 2006 : 17). Menurut Einstein dan Ninfeld (dalam Suparno, 2006 : 17), konsep atau teori tidak menuruti pengamatan induktif yang sederhana. Hal ini terbukti dengan adanya banyak siswa yang mengalami kesulitan untuk mengabstraksikan kenyataan – kenyataan yang mereka peroleh dari percobaan

  • – percobaan mereka. Abstraksi dan teorisasi itu melalui proses penemuan yang imaginatif (Suparno, : 2006 : 18), tidak cukup hanya dengan mengamati objek yang ada. Ada dua yang berbeda yaitu dunia kenyataan dan dunia pengertian. Untuk menjembataninya dibutuhkan proses konstruksi imaginatif.

  2 Asal usul konstruktivisme

  Menurut Von Glasersfeld (dalam Suparno, 2006 : 24), pengertian konstruktif diperdalam dan disebarkan oleh Jean Piaget. Namun, bila ditelusuri lebih jauh, gagasan pokok konstruktivisme sebenarnya sudah dimulai oleh Giambatissta Vico, seorang epistemology dari Italia, dialah cikal bakal konstruktivisme.

  Pada tahun 1710, Vico dalam De antiquissima Italorum dalam (Suparno, 2006 : 24), mengungkapkan filsafatnya dengan berkata, “Tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan.” Dia menjelaskan bahwa “mengetahui” berarti “mengetahui bagaimana membuat sesuatu.” Ini berarti bahwa seseorang itu baru mengetahui sesuatu jika ia dapat menjelaskan unsur – unsur apa yang membangun sesuatu itu. Menurutnya juga hanya Tuhan sajalah yang dapat mengerti alam raya ini karena hanya Dia yang tahu bagaimana membuatnya dan dari apa Ia membuatnya. Sementara itu orang hanya dapat mengetahui sesuatu yang telah dikonstruksikannya.

  Menurut Von Glasersfeld (dalam Suparno, 2006 : 24), pengetahuan selalu menunjuk kepada struktur konsep yang dibentuk. Ini berbeda dengan kaum empirisme yang menyatakan bahwa pengetahuan itu harus menunjuk kepada dunia luar. Menurut Vico (dalam Suparno, 2006 : 24), pengetahuan tidak lepas dari orang (subyek) yang tahu. Pengetahuan merupakan struktur konsep dari pengamat yang berlaku.

3 Hakikat pengetahuan

  Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri Battencourt dan Mathews (dalam Suparno, 2006 : 18). Pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari selalu merupakan akibat dari konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang. Seseorang membentuk skema, kategori, konsep dan struktur pengetahuan yang diperlukan untuk pengetahuan (Suparno, 2006 : 18). Maka pengetahuan bukanlah tentang dunia lepas dari pengamat tetapi merupakan ciptaan manusia yang dikonstruksikan dari pengalaman atau dunia sejauh dialaminya. Proses pembentukan ini berjalan terus menerus dengan setiap kali mengadakan reorganisasi karena adanya suatu pemahaman yang baru Piaget (dalam Suparno, 2006 : 18)

4 Realitas dan Kebenaran

  Menurut Battencourt (dalam Suparno, 2006 : 21), memang konstruktivisme tidak bertujuan mengerti realitas, tetapi lebih hendak melihat bagaimana kita menjadi tahu akan sesuatu. Boleh juga dikatakan bahwa “realitas” bagi konstruktivisme tidak pernah ada secara terpisah dari pengamat. Yang diketahui bukan suatu realitas “di sana” yang berdiri sendiri, melainkan kenyataan sejauh dipahami oleh orang yang menangkapnya (Saphiro dalam Suparno, 2006 : 21). Menurut Saphiro (dalam Suparno, 2006 : 21), ada banyak bentuk kenyataan dan masing masing tergantung pada kerangka dan interaksi pengamat dengan objek yang diamati. Bagi kaum konstruktivis, kebenaran diletakkan pada viabilitas, yaitu kemampuan suatu konsep atau pengetahuan dalam beroperasi, artinya pengetahuan yang kita konstruksikan itu dapat digunakan dalam menghadapi macam macam fenomena dari persoalan yang berkaitan dengan pengetahuan tersebut.

  5 Hal yang membatasi konstruksi pengetahuan

  Menurut Battencourt (dalam Suparno, 2006 : 22), menyebutkan hal yang dapat membatasi proses konstruksi pengetahuan manusia, antara lain (1) konstruksi kita yang lama, (2) domain pengalaman kita, dan (3) jaringan struktur kognitif kita.

  6 Faktor yang memungkinkan perubahan pengetahuan

  Menurut Battencourt (dalam Suparno, 2006 : 23), menyebutkan beberapa situasi atau konteks yang membantu perubahan, yaitu (1) konteks tindakan, (2) konteks membuat masuk akal, (3) konteks penjelasan, dan (4) konteks pembenaran (justifikasi)

  7 Hubungan Konstruktivisme dengan Teori belajar

  Secara garis besar prinsip – prinsip konstruktivisme yang diambil adalah (1) pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal maupun sosial, (2) pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar, (3) murid aktif mengkonstruksi terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep menuju konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan konsep ilmiah, guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi siswa berjalan mulus. Inti teori ini berkaitan dengan beberapa teori belajar seperti teori perubahan konsep, teori belajar bermakna Ausubel, dan teori skema.

  8 Teori belajar bermakna Ausubel

  Menurut Ausubel, Novak, dan Hanesian (dalam Suparno, 2006 : 53), ada dua jenis belajar : (1) belajar bermakna (meaningful learning) dan (2) belajar menghafal dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar. Belajar bermakna terjadi bila pelajar mencoba menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Ini terjadi melalui belajar konsep, dan perubahan konsep yang telah ada, yang akan mengakibatkan pertumbuhan dan perubahan struktur konsep yang telah dipunyai siswa. Ada beberapa cara untuk mengetahui latar belakang pengetahuan siswa, antara lain yaitu dengan pretes, diskusi atau melalui pertanyaan – pertanyaan (Sulaeman, 1988 :199).

  Teori belajar bermakna Ausubel ini sangat dekat dengan inti pokok konstruktivisme. Keduanya menekankan pentingnya asimilasi pengalaman baru ke dalam konsep atau pengertian yang sudah dipunyai siswa. Keduanya mengandaikan bahwa dalam proses belajar itu siswa aktif (siswa dapat aktif bekerja dan berpikir untuk menemukan jawaban dari masalah yang ada)

  Untuk memungkinkan terjadinya belajar aktif maka siswa harus mempunyai aktivitas. Merumuskan hipotesis, mengamati peristiwa, mengumpulkan data, menganalisis data dan mengambil kesimpulan. Dalam hal ini dapat diwujudkan dengan metode eksperimen. Melalui metode eksperimen siswa berhadapan langsung dengan fenomena yang akan dipelajari. Siswa bebas melakukan kegiatan untuk mencari jawaban dari masalah yang ditemui. Anak tidak bersifat pasif (duduk, dengar, dan mencatat), melainkan aktif mencari berbagai informasi dan data yang dibutuhkan untuk suatu permasaalahan (Rohandi, 1997 : 122). Bila kita melihat dari tujuan pembelajaran dengan metode eksperimen, maka metode eksperimen merupakan pendekatan pembelajaran konstruktivis (metode eksperimen dapat

  9 Metode eksperimen

  Seperti halnya dengan metode demonstrasi, metode eksperimen dapat dilakukan oleh guru dan dapat pula dikerjakan oleh murid. Metode ini merupakan metode yang mengikuti cara – cara berfikir ilmiah karena dilakukan dengan melalui jenjang – jenjang kegiatan yang sudah dipersiapkan sebelumnya di dalam mencoba mengetahui atau membuktikan sesuatu. Metode ini sebenarnya juga merupakan metode yang mengikuti cara – cara ilmiah yang ditempuh manusia dalam penjelajahan untuk memahami dunia (Djajadisastra, 1983 : 9). Metode eksperiman sangat baik untuk digunakan sebagai suatu alat guna memberikan pengertian yang tepat mengenai suatu proses atau kejadian (Djajadisastra, 1983 : 9). Kita disini juga bisa melihat perbedaannya dengan praktikum. Praktikum adalah pekerjaan – pekerjaan dengan menggunakan alat – alat sains untuk keperluan tertentu, misalnya latihan mengukur tahanan suatu penghantar, latihan mempergunakan mikroskop untuk melihat benda – benda kecil (Winarni, 1995 :28).

  10 Definisi penelitian eksperimen

  Penelitian eksperimen adalah penelitian di mana ada perlakuan (treatment) terhadap variable indipenden. Penelitian eksperimen dapat memberikan penjelasan tentang “alasan mengapa.” Hubungan sebab – akibat bisa diketahui oleh karena peneliti dimungkinkan untuk melakukan perlakuan (treatment) terhadap obyek penelitian (Kountour, 2003 : 116).

  Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar yang memberikan kesempatan kepada murid untuk menemukan sendiri sesuatu fakta yang harus dialami sendiri, dicari dan ditemukan sendiri data dan pemecahannya. Pada metode eksperimen murid dituntut untuk menganalisa suatu proses. Jika pada metode demonstrasi murid cukup dengan mengamati saja, maka pada metode eksperimen murid harus meneliti sendiri, mengalami kegiatan itu sendiri, menganalisa dan mengambil kesimpulan sendiri. Eksperimen sendiri memiliki karakteristik.

11 Karakteristik penelitian eksperimen

  Penellitian eksperimen mempunyai beberapa karakteristik yaitu: (1) ada perlakuan, (2) memiliki tiga jenis variable, dan (3) randomisasi (Kountour, 2003 : 117). Jenis – jenis variabel eksperimen

  a. Variabel indipenden Variabel indipenden adalah variabel perlakuan. Peneliti memanipulasi variabel indipenden untuk mengetahui apa yang akan terjadi pada variabel dipenden.

  Variabel indipenden menyebabkan perubahan pada variabel dipenden. Menurut (Zuriah, 2006 : 64 ) variabel indipenden disebut juga dengan variabel bebas. Terbukti dengan pengertian Variabel bebas adalah kondisi yang oleh pengeksperimen dimanipulasikan untuk menerangkan hubungannya dengan fenomena yang diobservasi b. Variabel dipenden.

  Variabel ini disebut juga variabel terikat oleh karena perubahan yang terjadi di variabel ini dipengaruhi oleh variabel indipenden. Variabel dipenden adalah hasil dari variabel indipenden (perlakuan). Hasil dari suatu penelitian eksperimen dilihat c. Confounding variable.

  Seperti apa yang telah disebutkan sebelumnya, confounding variabel adalah variabel yang tidak diharapkan mempengaruhi variabel indipenden tetapi dapat mempengaruhi variabel dipenden. Itu sebabnya counfounding variable perlu dikendalikan sehingga dapat diketahui apakah benar – benar variabel dipenden dipengaruhi oleh variabel indipenden.

12. Pembelajaran eksperimen yang konstruktivis

  Kadang ada orang yang menganggap bahwa konstruktivisme sama dengan teori pencarian sendiri (inquiri approach) dalam belajar. Sebenarnya, kalau kita lihat secara teliti, kedua teori ini tidak sama. Memang dalam banyak hal mereka punya kesamaan, seperti penekanan pada keaktifan siswa untuk menemukan sesuatu hal.

  Dapat terjadi bahwa metode mencari sendiri memang merupakan metode konstruktivisme tetapi tidak semua konstruktivisme dengan metode pencarian sendiri (Suparno, 2006 : 82).

  Metode penemuan adalah metode yang dirancang sedemikain rupa sehingga dalam kegiatan belajar mengajar siswa dapat menemukan konsep – konsep dan prinsip – prinsip melalui proses mentalnya sendiri (Winarni, 2005 : 26).

  Sedangkan di dalam eksperimen siswa dituntut untuk belajar aktif, siswa menemukan sendiri variabel – variabel yang terkait dalam eksperimen. Dalam menemukan sendiri variabel – variabel yang ada, siswa dibimbing oleh peneliti. Dalam hal ini eksperiman yang dilakukan adalah eksperimen terbimbing. Dalam artian eksperimen tidak sepenuhnya dilakukan oleh siswa.

  Sesuai menurut (Suparno, 2006 : 71), dalam aliran konstruktivisme, guru bukanlah seorang yang mahatau dan murid bukanlah yang belum tahu dan kerena itu harus diberi tahu. Dalam proses belajar, murid aktif mencari tahu dengan membentuk pengetahuannya, sedangkan guru membantu agar pencarian itu berjalan baik. Dalam banyak hal guru dan murid bersama – sama membangun pengetahuan. Dalam artian inilah hubungan guru dan murid lebih sebagai mitra yang bersama – sama membangun pengetahuannya. Dalam eksperimen, siswa membangun pengertian tentang apa sajakah variabel yang ada dalam konteks eksperimen, apa tujuan dari eksperimen, apa saja alatnya, bagaimana caranya, ada berapa eksperimen yang akan dilakukan. Dalam hal ini siswa akan lebih berpikir. Guru konstruktivis tidak pernah membenarkan ajarannya dengan mengklaim bahwa “ini satu – satunya yang benar ”, karena murid harus membangun sendiri pengetahuan mereka, seorang guru harus melihat mereka bukan sebagai lembaran kertas putih kosong atau tabula rasa. Adapun yang dikatakan seorang murid dalam menjawab suatu persoalan adalah jawaban yang masuk akal bagi mereka pada saai itu. Ini perlu ditanggapi serius, apa pun “salah” mereka seperti yang dilihat guru. Bagi murid, dinilai salah merupakan suatu yang mengecewakan dan mengganggu.

  Kegiatan siswa dalam (Winarni, 1995 :30) antara lain : i) Siswa berlatih mengenali masalah. Dalam hal ini siswa dilatih untuk mengetahui apa yang akan dilakukan. ii) Siswa berlatih merumuskan masalah. Dalam hal ini siswa perlu mengetahui masalah apa yang akan dihadapi. iii) Siswa diberi kesempatan untuk bekerja sendiri. Dalam hal ini siswa dilatih untuk bekerja sendiri atau belajar secara aktif. iv) Siswa mempersiapkan alat apa saja yang akan digunakan v) Siswa menentukan variabel – variabel apa saja yang terkait, variabel kontrol, variabel dipenden atau variabel indipenden vi) Siswa menentukan variabel mana yang saling mempengaruhi vii) Siswa menentukan variabel mana yang akan di cari viii) Siswa menetapkan tujuan eksperimen

  Dalam pembelajaran, untuk dapat mengerti apakah ada periode bergantung pada panjang tali dan tidak bergantung pada massa dan amplitudo, maka dibuatlah pertanyaan – pertanyaan

  a. Bagaimana pengaruh ini harus diukur ?

  b. Karakteristik apa yang harus dianalisis ?

  c. Faktor – faktor apa sajakah yang mempengaruhi karakteristik yang harus dianalisis tersebut ? d. Faktor – faktor manakah yang penting untuk dianalisis ?

  e. Berapa besar pengaruh yang dianggap penting ?

  f. Perlukan eksperimen control diambil untuk dijadikan perbandingan ?

  g. Bagaimana eksperimen harus dilakukan ?

  h. Apa tujuan eksperimen ini ? Setelah melakukan pembelajaran eksperimen maka evaluasi adalah yang wajib dilakukan. Sebenarnya guru tidak dapat mengevaluasi apa yang sedang dibuat murid kepada murid bahwa yang mereka pikirkan itu tidak cocok atau tidak sesuai untuk persoalan yang dihadapi. Guru konstruktivis tidak menekankan kebenaran, tetapi berhasilnya suatu operasi. Tidak ada gunanya mengatakan murid itu salah karena hanya merendahkan motivasi belajar (Suparno, 2006 :71).

  Evaluasi meliputi semua aspek dari penentuan batas – batas hasil belajar, sedangkan ukuran hanya terbatas kepada aspek – aspek penilaian yang lebih bersifat tepat serta kuantitatif (Witherington, 1982 : 141) evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui pemahaman siswa tentang getaran.

13. Wawancara / interview

  Interview adalah salah satu teknik pengumpulan data yang hampir bersamaan dengan kuesioner, perbedaannya terletak pada cara menjawab yang dipakai oleh interviewee. Pada interview pertanyaan – pertanyaan yang diajukan interviewer dijawab dengan lisan dan berhadap – hadapan, sedangkan pada questionnaire jawaban itu diberikan dengan tulisan dan tidak dengan hafalan. Interview adalah tehnik yang paling penting dalam guidance dan counseling, karena interview lebih memungkinkan interviewer mengenal pribadi interviewee. Interviewer dapat menduga apa yang berperan dibalik jawaban yang diberikan interviewee melalui mimic, dan terkadang interviewer dapat menafsirkan lain atau sebaliknya dari jawaban yang diberikan interviewee dari gelagat yang timbul dalam proses interview tersebut (Qahar, 1972 : 78). Melalui Tanya jawab kita dapat memasuki alam pikiran orang lain, sehingga kita peroleh gambaran tentang dunia mereka (Nasution, 2003 : 114). Jadi wawancara dapat berfungsi deskriptif yaitu melukiskan dunia kenyataan bila masalah yang kita hadapi masih samar – samar bagi kita karena belum pernah diselidiki secara mendalam oleh orang. Wawancara ini menanyakan tentang getaran, pengertian getaran, periode, frekuensi, amplitudo, dan hubungan antara periode terhadap massa, periode terhadap panjang tali, periode terhadap amplitudo.

  14. Observasi

  Dalam (Winkel , 1987 : 377) menyebutkan bahwa beberapa orang cukup terlatih dalam mengadakan observasi dalam menggunakan suatu alat yang disesuaikan dengan apa yang akan diobservasi, menghadiri proses belajar – mengajar di dalam kelas. Salah satu sistem observasi terencana ialah sistem analisa interaksi verbal yang dikembangkan oleh Ned. A. Fladers dalam bukunya yang berjudul “Analyzing

Teacher Behavior ”, yang dikenal dengan nama Interaction Analyzis Categories.

  Salah satu dalam daftar observasi dalam (Winkel , 1987 : 378) adalah untuk mengobservasi keterlibatan siswa apakah siswa itu aktif atau agak pasif. Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kelakuan manusia seperti dalam kenyataan (Nasution, 2003 : 106).

  15. Kuesioner / angket

  Kuesioner adalah satu deretan pertanyaan tulisan, dan djawabannyapun dilakukan dengan tulisan pula. Kuesioner ini sebaiknya digunakan untuk sejumlah murid yang agak banyak, yang jika hendak dilakukan interview mengalami kesukaran (Qahar , 1972 : 73). Angket yang dipakai oleh peneliti adalah jenis angket terbuka. Angket ini memberi kesempatan penuh jawaban menurut apa yang dirasa perlu oleh siswa. Peneliti hanya memberikan sejumlah pertanyaan berkenaan dengan masalah penelitian dan meminta siswa menguraikan pendapat atau pendiriannya dengan panjang lebar bila diinginkan (Nasution, 2003 : 103).

16. Short Answer Test

  

Short – answer test adalah sejenis tes yang digunakan oleh sebagian besar

  sekolah sekolah modern dalam evaluasi, terutama dalam menilai prestasi siswa. Tes ini adalah tes tulisan. Tes ini adalah tes obyektif. Terdiri dari pertanyaan – pertanyaan yang merangsang murid agar memberikan jawaban dari hasil pemilihannya dari berbagai – bagai alternatif hanya dengan mengisikan kata atau ungkapan pendek pada ruang atau tempat yang telah disediakan (Qahar, 1972 : 83) Dalam (Winkel, 1987 : 326) disebutkan tes obyektif, dengan menggunakan soal atau pertanyaan tertutup, biasanya digunakan ragam betul – salah. Ragam betul salah ini merangsang siswa untuk berpikir, sehingga siswa dapat mengungkapkan kembali apa yang didapat dari pembelajaran dengan disertai alasan. Soal ragam betul salah ini di berikan saat awal sebelum pembelajaran dengan tujuan untuk mengetahui apa yang siswa pikirkan tentang getaran dan diberikan setelah pembelajaran dilakukan dengan tujuan diharapkan siswa memahami pengertian tentang pembelajaran. Ragam yang dipakai adalah

a. Ragam Benar Salah

  Pada ragam ini, item terdiri atas suatu pertanyaan yang mengandung pengertian atau pendapat tertentu, pernyataan itu dapat benar, dapat salah tentang getaran. Kalau salah mana yang benar dan kalau benar disuruh menuliskan kembali. Soal soal yang diberikan adalah soal soal yang berisi tentang tentang getaran, pengertian getaran, periode, frekuensi, amplitudo, dan hubungan antara periode terhadap massa, periode terhadap panjang tali, periode terhadap amplitudo.

b. Mengisi titik titik

  Apabila hanya ada satu kemungkinan jawaban yang benar, bentuk soal yang paling baik ialah melengkapi atau mengisi titik titik.

17. Konstruktivisme dalam kelas

  Pluralisme dalam pendidikan dapat ditinjau dari 2 sudut yaitu dari kebiasaan sehari – hari yang merupakan dampak dari sifat pluralistik masyarakat kita dan dari sifat konsepsi anak yang terungkap selama proses belajar mengajar berlangsung. Kedua kenyataan itu dapat memberikan dampak negatif terhadap hasil pendidikan kita, maka perlu dicoba mencari jalan untuk mengurangi dampak itu sampai seminim mungkin, dengan menerapkan konstruktivisme dalam PBM sebagai fenomena wacana (Sindhunata : 2004 :171).

  Diantara konsepsi – konsepsi anak ada yang merupakan penghambat dalam belajar. Karena itu konsepsi anak yang demikian sedapat mungkin ditiadakan melalui proses perubahan konseptual.

  Menurut Posner (1982) dan Hewson (1989) dalam Sindhunata (2004) jika perubahan konseptual akan terjadi, mula mula siswa harus merasa tidak puas dengan gagasannya yang ada. Walaupun demikian ketidakpuasan saja tidak cukup untuk mengganti gagasan lama dengan gagasan baru. Harus ditambahkan tiga kondisi yaitu gagasan baru itu dapat dimengerti (intelligible) masuk akal (plausible) dan memberi suatu kegunaan (fruitful).

  Segi kegunaannyalah yang sangat menentukan terjadinya perubahan konseptual. Segi kegunaan merupakan hal yang kompleks dan sulit untuk dicapai ditinjau dari siswa, kegunaan dapat disebabkan oleh faktor – faktor eksternal misalnya macam ujian yang baru ditepuhnya atau internal misalnya apakah gagasan baru itu mempunyai kekuatan kemampuan menerangkan yang lebih unggul bila diterapkan pada fenomena – fenomena lain. Kegunaan internal lebih memungkinkan terjadinya perubahan konseptual

18. Strategi mengajar untuk perubahan konseptual

  Ada beberapa strategi mengajar yang dapat digunakan untuk berlangsungnya perubahan konseptual pada siswa dalam kelas. Salah satu streategi yaitu dengan strategi Driver. Driver menyebut modelnya struktur umum urutan mengajar terdiri dari fase – fase utama orientasi, elisitasi, restukturisasi, aplikasi dan review seperti pada gambar dibawah ini

  Orientasi Elisitasi gagasan

  Restrukturisasi gagasan

  Klarifikasi dan pertukaran Dihadapkan pada situasi konflik

  Membandingkan dengan

  Konstruksi pada gagasan baru

  gagasan sebelumnya

  Evaluasi

  Aplikasi gagasan

  Review perubahan dalam gagasan

Gambar 1 . Struktur umum mengajar Orientasi. Murid diberi kesempatan untuk mengembangkan motivasi dalam mempelajari suatu topic. Murid diberi kesempatan untuk mengadakan observasi terhadap topic yang hendak dipelajari. Elisitasi : Murid dibantu untuk mengungkapkan idenya secara jelas dengan berdiskusi, menulis.

  Inti dari struktur ini terletak pada fase restrukturisasi. Kondisi – kondisi yang harus dipenuhi agar perubahan konseptual terjadi, tampak dalam model Driver ini ketidak puasan siswa akan gagasan yang dimilikinya terjadi waktu ia dihadapkan pada suatu gagasan baru yang bertentangan dengan gagasan yang dimilikinya, yaitu pada fase dihadapkan pada situasi konflik. Menurut Carey (dalam Suparno, 2006 : 51) menguraikan adanya 2 perubahan konsep yaitu restrukturisasi kuat dan restrukturisasi lemah, dalam rekstrukturisasi kuat seseorang mengubah konsep lama yang telah mereka punyai, sedangkan dalam proses restrukturisasi lemah seseorang tidak mengubah konsep lama mereka, melainkan hanya memperluasnya.

  Restrukturisasi kuat mirip dengan proses akomodasi sedangkan restrukturisasi lemah mirip dengan asimilasi yang sesuai dengan model ausubel yaitu dari belajar bermakna ausubel.

  Penggunaan ide dalam banyak situasi. Ide atau pengetahuan yang telah dibentuk oleh siswa perlu diaplikasikan pada bermacam – macam situasi yang dihadapi. Hal ini akan membuat pengetahuan murid lebih lengkap dan bahkan lebih rinci dengan segala macam pengecualiannya.

  Review, bagaimana ide itu berubah. Dapat terjadi bahwa aplikasi pengetahuannya pada situasi yang dihadapi sehari – hari, seseorang perlu merevisi gagasannya entah dengan menambahkan suatu keterangan ataupun mungkin dengan mengubahnya menjadi lebih lengkap.

19. Menangani pluralisme dalam kelas

  Model di atas adalah sebagai titik tolak untuk menangani pluralisme yang kita hadapi dalam pendidikan, dengan memperlihatkan peranan guru dan siswa selama PBM berlangsung.

  Peranan guru terlihat pada bagaimana ia memilih dan mengendalikan wacana dalam kelas, memberikan dukungan selektif terhadap interpretasi yang dikemukakan siswa, baik mengenai isi interpretasi maupun cara atau sikap memberikan interpretasi. Guru membuat para siswa sadar dan bertanggung jawab atas proses belajar mereka. Dengan penguasaan materi, subyek yang luas dan mendalam, guru lebih mudah mengajukan pertanyaan – pertanyaan yang meminta para siswa berfikir, dan merangsang mereka mengajukan pertanyaan – pertanyaan yang berkualitas dalam usaha mengkonstruksi pengetahuan.

Dokumen yang terkait

Analisis kesalahan siswa kelas VII B SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang tahun ajaran 2015/2016 dalam menyelesaikan soal-soal pada pokok bahasan rotasi.

0 1 412

Profil kemampuan literasi Matematis siswa kelas VIII-F SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta dalam pembelajaran Matematika dengan pendekatan PMRI (Pendidikan Matematika Realistik Indonesia) pokok bahasan kubus dan balok tahun ajaran 2015/2016.

0 3 576

Pengembangan komik sebagai media pembelajaran teks observasi untuk siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

0 4 197

Efektifitas pembelajaran yang menggunakan teori Van Hiele dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan kesebangunan pada siswa kelas IX di SMP Budya Wacana Yogyakarta.

1 2 251

Analisis kesalahan siswa kelas VII B SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang tahun ajaran 2015 2016 dalam menyelesaikan soal soal pada pokok bahasan rotasi

0 0 408

Upaya membangun aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIII A SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta melalui pendekatan pembelajaran berbasis masalah pokok bahasan volume bangun ruang sisi datar.

0 1 266

Penerapan model pembelajaran Mind Map (peta pikiran) dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan materi bangun ruang sisi datar di kelas VIII B SMP Pangudi Luhur Bayat Klaten.

0 4 322

Latihan soal terbimbing dalam pembelajaran fisika untuk meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa pada pokok bahasan kalor - USD Repository

0 0 103

Efektivitas pembelajaran fisika di SMP pada pokok bahasan pesawat sederhana dengan metode demonstrasi dan tekanan dengan metode eksperimen menggunakan lembar kegiatan siswa pada siswa kelas VII semester II SMP Pangudi Luhur Boro - USD Repository

0 3 175

Efektivitas metode pembelajaran dalam hal perubahan konsep dengan eksperimen terbimbing menggunakan lembar kegiatan siswa pada pokok bahasan getaran - USD Repository

0 0 119