Penerapan model pembelajaran Mind Map (peta pikiran) dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan materi bangun ruang sisi datar di kelas VIII B SMP Pangudi Luhur Bayat Klaten.

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAP (PETA PIKIRAN) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN

MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR DI KELAS VIII B SMP PANGUDI LUHUR BAYAT KLATEN

Skripsi :

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

Christina Rinanda Yulitasari Veraningtyas NIM : 091414009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(2)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAP (PETA PIKIRAN) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN

MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR DI KELAS VIII B SMP PANGUDI LUHUR BAYAT KLATEN

Skripsi :

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

Christina Rinanda Yulitasari Veraningtyas NIM : 091414009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(3)

(4)

(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur, Skripsi ini kupersembahkan pada :

Tuhan Yesus dan Bunda Maria Bapak dan Ibuk tercinta Kak Revy tercinta Stefanus Wikaryawan Sahabat-sahabatku, Intan, Petra, Etus, Wibi


(6)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 31 Juli 2013 Penulis,


(7)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Christina Rinanda Yulitasari Veraningtyas

Nomor Mahasiswa : 091414009

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAP (PETA PIKIRAN) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN

MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR DI KELAS VIII B SMP PANGUDI LUHUR BAYAT KLATEN

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa meminta izin dari maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap memcantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya Dibuat di Yogyakrta

Pada Tanggal: 31 Juli 2013 Yang menyatakan


(8)

vii

ABSTRAK

Christina Rinanda Yulitasari Veraningtyas. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Mind Map (Peta Pikiran) Dalam Pembelajaran Matematika Pada Pokok Bahasan Materi Bangun Ruang Sisi Datar Di Kelas VIII B SMP Pangudi Luhur Bayat Klaten. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keaktifan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran Mind Map pada pokok bahasan Bangun ruang sisi datar.

Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII B SMP Pangudi Luhur Bayat Klaten Tahun ajaran 2012-2013 pada bulan Mei-Juni 2013. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif-kualitatif dan kuantitatif. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket keaktifan, observasi proses pembelajaran dan tes hasil belajar. Angket dan lembar observer berfungsi untuk mengetahui keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika khususnya pada materi Bangun ruang sisi datar dengan menggunakan model pembelajaran Mind Map (Peta Pikiran), sedangkan tes hasil belajar berfungsi untuk mengetahui sejauhmana siswa memahami materi yang diberikan dengan menggunakan model pembelajaran Mind Map (Peta Pikiran).

Hasil dari penelitian yang dilakukan ini adalah siswa mempunyai keaktifan tinggi dalam mengikuti pembelajaran yang dilakukan dengan model pembelajaran Mind Map. Lembar observasi secara keseluruhan menunjukkan keaktifan siswa dalam kelompok maupun mengutarakan pendapat di kelas, meskipun masih terdapat sebagian kecil siswa yang tidak fokus. Selain dari lembar observer keaktifan siswa juga dilihat dari hasil penghitungan angket keaktifan yang mencapai prosentase 55,11%, 76,67%, dan 81,67 dan termasuk dalam kategori keaktifan yang tinggi. Sedangkan untuk hasil belajar siswa mencapai prosentase kelulusan pada ulangan fase 1 mencapai 51,61% dengan rata kelas 64,03 dan ulangan fase 2 mencapai kelulusan 66,67% dengan rata-rata kelas 69,33. Pemberian latihan memerlukan waktu yang lebih lama, sehingga siswa kurang mampu mengaplikasikan jenis-jenis soal yang diberikan.

Kata kunci : Keaktifan dan Hasil Belajar, Bangun Ruang Sisi Datar, Mind Map


(9)

viii

ABSTRACT

Veraningtyas, Christina Rinanda Yulitasari. 2013. The Implementation of Mind Map Learning Model on Flat-sided Geometric Subject in Class VIIIB of SMP Pangudi Luhur Bayat Klaten. Mathematics Education Study Program, Mathematics Education and Science Department, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.

This study was aimed to find out the activeness and the students’ learning

outcomes on the use of mind map on flat-sided geometric subject.

The students of Class VIIIB of SMP Pangudi Luhur Bayat Klaten batch 2012/2013 were the subject of this study. This study was done on May-June 2013. Descriptive-Qualitative and Quantitative method was the method used in this study. The instruments used in this study were activeness questionnaire, learning process observation and test. The questionnaire and observation was used to find

out the students’ activeness on learning Mathematics especially on learning flat-sided geometric subject using mind map model, while the test was used to find out how far the students understood the materials given using mind map learning model.

The result showed that the students have a high level of activeness in following the teaching and learning process using mind map learning model. The whole observation sheets showed the activeness of students both in groups and in expressing opinions in class, although there were still a few students who did not

focus in class. Besides, the students’ activeness can also be seen from the results

of activeness questionnaire which reached 55,11%, 76,67% and 81,67%, which is

included in the category of high level of activeness; while the students’ learning

outcomes from the first test which passed the passing grade reached 51,61% with the average mark 64,03 and from the second test which passed the passing grade reached 66,67% with the average mark 69,33. Exercises giving needed a longer time so that the students were not maximally able to implement the learning model on all types of the exercises given.

Keywords: Activeness and Learning Outcomes, Flat-sided Geometric, Mind Map.


(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bantuan, dukungan, bimbingan, motivasi dan arahan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd. selaku Kaprodi Pendidikan Matematika.

2. Bapak Dominikus Arif Budi Prasetyo, S.Si, M.Si. sebagai dosen pembimbing akademik maupun sebagai dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dari awal penyusunan skripsi sampai terselesaikannya skripsi ini.

3. Dosen penguji yang telah memberikan masukan kepada penulis sehingga penulis mendapat banyak pengetahuan dan wawasan dalam mengambil dan mengolah data penelitian.

4. Segenap dosen dan karyawan JPMIPA Univesitas Sanata Dharma yang telah membimbing, membantu serta memberikan ilmunya kepada penulis selama di Universitas Sanata Dharma.

5. Bapak FX. Heru Cahyono sebagai kepala SMP Pangudi Luhur Bayat Klaten yang telah mengijinkan penulis melaksanakan penelitian.


(11)

x

6. Bapak A. Eko Purwanto sebagai guru pembimbing yang telah sabar membimbing penulis dalam melakukan penelitian di SMP Pangudi Luhur Bayat Klaten.

7. Siswa-siswi kelas VIII B SMP Pangudi Luhur Bayat Klaten tahun ajaran 2012-2013 yang telah bersedia membantu penulis selama penulis melakukan penelitian di SMP Pangudi Luhur Bayat Klaten . 8. Bapak N. Riyanta, Ibu Fn. Murwati, dan kakak Vl. Fajari Revyanto

Kurniawan atas motivasi, doa dan dukungan serta cinta kasih yang diberikan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 9. Kekasihku Stefanus Wikaryawan yang selalu memberikan semangat

pada saat proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.

10.Sahabat-sahabat kost Tastiti, Erlin, Citra, Angel, Dian, Giska, Putri yang selalu memberikan semangat pada penulis dalam penyusunan skripsi.

11.Etus dan Wibi sebagai sahabat yang tak pernah berhenti memberikan semangat kepada penulis, sehingga selesainya skripsi ini.

12.Ridarta Intan, Petra Damiana, Gisza Priska, Budi Prasetyo dan Angga Jiwandana yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.

13.Aunty Nila, om Anggun, mbak Uut dan Aunty Uggy yang telah memberikan dukungan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.


(12)

xi

14.Teman-teman Pendidikan Matematika angkatan 2009. Yang telah banyak membantu penulis dalam bertukar pikiran dan ketika penulis mengalami kekusutan.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi yang membaca dan dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.

Yogyakarta, Penulis,


(13)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6


(14)

xiii

G. Arti Judul ... 7

H. Manfaat Hasil Penelitian ... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

A. Matematika ... 10

B. Belajar ... 11

C. Model Pembelajaran ... 13

D. Keaktifan Siswa ... 16

E. Hasil Belajar ... 19

F. Mind Map (Peta Pikiran) ... 20

G. Materi Pembelajaran ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 47

A. Jenis Penelitian ... 47

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 47

C. Subyek ... 48

D. Rancangan Penelitian ... 49

E. Perumusan Variabel ... 49

F. Prosedur Pengumpulan Data ... 50

G. Instrumen Penelitian ... 54


(15)

xiv

BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 68

A. Pelaksanaan Penelitian ... 68

B. Validasi Soal ... 88

C. Tabulasi Data ... 90

D. Pembahasan ... 108

E. Keterbatasan Penelitian ... 116

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 117

A. Kesimpulan ... 117

B. Saran ... 118


(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Rancangan Pembelajaran 55

Tabel 3.2 Kisi-kisi Lembar Kerja Siswa 56

Tabel 3.3 Kisi-kisi pembuatan soal Tes 57

Tabel 3.4 Indikator angket keaktifan siswa 61

Tabel 3.5 Perhitungan nilai tes keseluruhan 65

Tabel 3.6 Kriteria Patokan Nilai rata-rata 65

Tabel 3.7 Penilaian Keaktifan siswa 66

Tabel 3.8 Presentasi keaktifan 66

Tabel 3.9 Kategori keaktifan siswa 67

Tabel 4.1 Daftar kegiatan Penelitian 69

Tabel 4.2 Validasi Soal Tes I 88

Tabel 4.3 Validasi Soal tes II 89

Tabel 4.4 Daftar nilai LKS I dan LKS II 90

Tabel 4.5 Nilai Tes I materi sifat, unsur dan jaring-jaring 92

Tabel 4.6 Nilai Tes II materi Luas permukaan dan Volume 94

Tabel 4.7 Hasil perhitungan angket keaktifan siswa 98

Tabel 4.8 Daftar rekapitulasi keaktifan siswa 99

Tabel 4.9 Prosentase keseluruhan angket keaktifan siswa 99


(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Contoh Mind Map 24

Gambar 2.2 Kubus ABCD EFGH 28

Gambar 2.3 Balok ABCD EFGH 29

Gambar 2.4 Contoh jaring-jaring Kubus 29

Gambar 2.5 Contoh jaring-jaring Balok 30

Gambar 2.6 Permukaan Balok 31

Gambar 2.7 Permukaan Kubus 32

Gambar 2.8 Percobaan menemukan volume balok dengan kubus satuan 33

Gambar 2.9 Segilima ABCDE 34

Gambar 2.10 Diagonal sisi dan diagonal ruang balok 35

Gambar 2.11 Bidang diagonal ACGE dan BCHE 36

Gambar 2.12 Prisma Tegak segilima ABCDE FGHIJ 37

Gambar 2.13 Prisma segitiga sama sisi ABC DEF 38

Gambar 2.14 Prisma Segienam beraturan ABCDEF GHIJKL 38

Gambar 2.15 Prisma segitiga sembarang ABCDEF 39

Gambar 2.16 Contoh jaring-jaring prisma 40

Gambar 2.17 Limas Segitiga T.ABC 41

Gambar 2.18 Limas segienam T.ABCDEF 41

Gambar 2.19 Prisma ABC DEF 42

Gambar 2.20 Limas dari prisma ABC DEF 43

Gamar 2.21 Contoh jaring-jaring Limas segiempat 44


(18)

xvii

Gambar 4.1 Siswa mengerjakan soal di depan kelas dan presentasi 70

Gambar 4.2 Peneliti memberikan stimulus materi pelajaran kepada siswa 70

Gambar 4.3 Siswa bekerja di dalam kelompok membuat Mind Map 73

Gambar 4.4 Siswa menuliskan hasil pengerjaan LKS 75

Gambar 4.5 Peneliti membantu dan mengarahkan siswa menuliskan

penyelesaian 75

Gambar 4.6 Keadaan kelas ketika peneliti menjelaskan materi 83

Gambar 4.7 Presentasi Mind Map kelompok 85


(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 123

Rancangan Media yang digunakan dalam Pembelajaran 144

Materi Pembelajaran 150

Soal Lembar Kerja Siswa I 151

Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa I 152

Soal Lembar Kerja Siswa II 155

Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa II 156

Soal Ulangan Fase 1 159

Kunci Jawaban Ulangan Fase 1 162

Soal Ulangan Fase 2 165

Kunci Jawaban Ulangan Fase 2 170

Angket Keaktifan Siswa I 174

Angket Keaktifan Siswa II dan III 176

Validasi Soal Ulangan Fase 1 179

Validasi Soal Ulangan Fase 2 182

Validasi Angket Keaktifan Siswa 191

Lembar Observasi Proses pembelajaran 196

Analisis Jawaban Siswa Ulangan Fase 1 244

Analisis Jawaban Siswa Ulangan Fase 2 249

Perhitungan Prestasi Belajar pada Ulangan Fase 1 255

Perhitungan Prestasi Belajar pada Ulangan Fase 2 256

Perhitungan Angket Keaktifan Siswa I 257

Perhitungan Angket Keaktifan Siswa II 258


(20)

xix

Pekerjaan Lembar Kerja Siswa I 260

Pekerjaan Lembar Kerja Siswa II 265

Pekerjaan Ulangan Fase 1 269

Pekerjaan Ulangan Fase 2 276

Surat Ijin Melakukan Penelitian 286

Surat Keterangan sudah Melaksanakan Penelitian 287


(21)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga pendidikan harus dilaksanakan dengan sebaik mungkin agar mencapai hasil yang maksimal. Pendidikan seharusnya dikelola dengan baik secara kualitas maupun kuantitasnya. Pendidikan yang dilaksanakan secara tepat adalah pendidikan yang tepat sasaran (sesuai dengan tujuan yang direncanakan), tepat waktu (pendidikan sesuai dengan rencana yang telah disusun) dan berguna bagi siswa. Proses belajar mengajar yang optimal adalah proses pembelajaran yang dapat mencapai tujuan pendidikan. Proses belajar mengajar merupakan aktivitas atau kegiatan yang didasarkan pada kurikulum di dalam sekolah yang dilaksanakan melalui kegiatan pengajaran.

Sumber daya manusia Indonesia cukup memadai, namun dalam bidang matematika kemampuan anak Indonesia masih rendah. Banyak anak Indonesia yang menganggap matematika merupakan bidang studi yang sulit dipahami dan merupakan ilmu yang mematikan, sehingga berakibat buruknya nilai mata pelajaran. Pada proses pembelajaran, salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pemahaman siswa adalah model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran matematika. Cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh model pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Pembelajaran matematika yang menarik dan


(22)

berhubungan dengan kehidupan sehari–hari dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar. Kreatifitas guru dalam meningkatkan minat belajar siswa juga penting, sehingga pembelajaran dapat berlangsung secara dua arah, tidak hanya fokus terhadap guru saja.

Banyak model pembelajaran yang menarik yang dapat meningkatkan kreatifitas siswa dalam pembelajaran, di Indonesia banyak strategi pembelajaran dan metode pembelajaran yang menarik, namun pada kenyataannya guru belum dapat memahami bagaimana model pembelajaran itu diterapkan secara optimal, sehingga hasil yang didapat belum maksimal. Tak sedikit pula guru yang bingung bagaimana menerapkan model pembelajaran yang berkualitas kepada siswa. Pada saat ini banyak sekolah yang masih menggunakan buku sebagai sumber pembelajarannya, padahal apabila hanya perpusat pada satu buku maka kurangnya pemahaman siswa sering terjadi di dalam pembelajaran.

Mind map ( peta pikiran) merupakan suatu model pembelajaran yang sangat baik diterapkan oleh guru dengan tujuan untuk meningkatkan daya hafal siswa dalam pemahaman konsep siswa yang kuat, siswa juga dapat berimajinasi dan dapat meningkatkan kekreatifannya (Iwan Sugiarto,2004:75). Mind Map juga merupakan teknik meringkas bahan pembelajaran yang akan dipelajari dengan memproyeksikan masalah yang dihadapi ke dalam bentuk peta atau teknik grafik sehingga lebih menarik dan lebih mudah dipahami. Pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Mind Map (peta pikiran) akan


(23)

meningkatkan daya hafal dan motivasi belajar siswa yang kuat, serta siswa akan lebih kreatif dalam belajar ( Tony Buzan,2008:4). Mind Map sangat tepat diterapkan dalam pembelajaran, agar siswa mampu membangun pengetahuannya dengan memetakan konsep yang telah dipahami untuk mendapatkan pengetahuan yang selanjutnya.

Sesuai dengan keadaan yang terjadi di SMP Pangudi Luhur Bayat Klaten, pembelajaran dilakukan dengan model pembelajaran ceramah dan tanya jawab antara siswa dan guru. Dalam hal mencatat, siswa mencatat seperti apa yang telah ditulis oleh gurunya di papan tulis, dan cenderung terlihat bahwa siswa yang aktif dan siswa yang hanya mengikuti proses pembelajaran namun tidak dapat memahami konsep yang diberikan oleh gurunya. Cara mencatat yang tradisional adalah cara mencatat yang terdiri dari kata-kata saja, sehingga siswa kurang dapat menghubungkan materi yang satu dengan yang lain. Sehingga hal inilah yang menyebabkan siswa kurang dapat mengingat dan menghafal konsep yang telah didapat dengan baik. Pada saat guru memberikan perintah untuk mengerjakan materi, siswa hanya cenderung menunggu guru untuk memberikan penyelesaian dari persoalan yang diberikan.

Penulis memberikan model pembelajaran baru dalam pembelajaran matematika yaitu Mind Map ( Peta Pikiran) untuk membantu siswa dalam memahami konsep awal dari belajar matematika. Untuk mengorganisasi pikiran siswa digunakan bantuan visual yang konkret bukan abstrak untuk memahami pelajaran yang akan dipelajari selanjutnya.


(24)

Mind map adalah salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan pula dalam meningkatkan pemahaman konsep dan hasil belajar siswa. Maka penulis mencoba model pembelajaran ini dalam mata pelajaran matematika dengan melakukan penelitian yang berjudul PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAP(PETA PIKIRAN) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI DATAR DI KELAS VIII B SMP PANGUDI LUHUR BAYAT KLATEN”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan berikut :

1. Model pembelajaran yang diterapkan oleh guru adalah model pembelajaran ceramah, Siswa masih menganggap guru sebagai kunci utama pembelajaran, sehingga siswa hanya menunggu perintah-perintah dari guru untuk menyelesaikan masalah.

2. Masih terdapat siswa yang kurang memperhatikan guru saat materi disampaikan, sehingga siswa kurang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran.

3. Masih terdapat siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran.

4. Siswa cenderung hanya mencatat apa yang ditulis guru di papan tulis, sehingga siswa kurang kreatif dalam menyelesaikan masalah.


(25)

5. Hasil belajar siswa masih rendah karena pemahaman materi siswa yang kurang

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis memberikan batasan masalah sebagai berikut :

1. Keaktifan dapat terlihat secara jelas dan dapat diukur dengan indikator yang disusun oleh peneliti.

2. Hasil belajar siswa berdasarkan tes ulangan siswa pada materi yang diberikan oleh peneliti.

3. Siswa yang bersangkutan dalam penelitian adalah siswa-siswi kelas VIII B SMP Pangudi Luhur Bayat Klaten tahun ajaran 2012-2013

D. Rumusan Masalah

Masalah-masalah yang akan diteliti oleh penulis dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana keaktifan siswa-siswi kelas VIII B SMP Pangudi Luhur Bayat Klaten tahun ajaran 2012-2013 dalam pembelajaran matematika pada materi bangun ruang dengan menggunakan model pembelajaran

Mind Map ?

2. Bagaimanakah hasil belajar siswa-siswi kelas VIII B SMP Pangudi Luhur Bayat Klaten dalam Pembelajaran Matematika pada materi Bangun ruang dengan menggunakan model pembelajaran Mind Map?


(26)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui keaktifan siswa-siswi kelas VIII B SMP Pangudi Luhur Bayat Klaten tahun ajaran 2012-2013 dalam pembelajaran matematika pada materi bangun ruang dengan menggunakan model pembelajaran

Mind Map.

2. Mengetahui hasil belajar siswa-siswi kelas VIII B SMP Pangudi Luhur Bayat Klaten dalam Pembelajaran Matematika pada materi Bangun ruang dengan menggunakan model pembelajaran Mind Map.

F. Batasan Istilah

Istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Model Pembelajaran Mind Map (Peta Pikiran)

Mind map ( peta pikiran) merupakan suatu model pembelajaran yang sangat baik diterapkan oleh guru dengan tujuan untuk meningkatkan daya hafal siswa dalam pemahaman konsep siswa yang kuat, siswa juga dapat berimajinasi dan dapat meningkatkan kekreatifannya (Iwan Sugiarto,2004:75). Mind Map juga merupakan teknik meringkas bahan pembelajaran yang akan dipelajari dengan memproyeksikan masalah yang dihadapi ke dalam bentuk peta atau teknik grafik sehingga lebih menarik dan lebih mudah dipahami.


(27)

2. Keaktifan siswa

Keaktifan siswa adalah sikap atau respon yang diberikan disaat siswa mengikuti proses pembelajaran, sebagai relasi atau interaksi dalam pembelajaran dan dapat menghidupkan suasana pembelajaran. Dengan adanya siswa yang aktif dalam pembelajaran, maka dapat terlihat bahwa siswa tersebut dapat memahami apa yang dijelaskan oleh guru.

3. Hasil belajar siswa

Hasil Belajar adalah suatu pencapaian dari proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hasil belajar didapatkaan setelah diadakan suatu tes yang mengukur sejauh mana materi yang diajarkan dapat diterima oleh siswa.

G. Arti Judul

Penerapan model pembelajaran Mind Map (peta pikiran) dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar berarti guru menggunakan alur pembelajaran dan menggunakan Mind Map. Penerapan model pembelajaran Mind Map yang dimaksud adalah penggunaan model pembelajan yang digunakan oleh guru untuk menciptakan kegiatan belajar mengajar yang aktif dan menarik siswa untuk mengorganisasi ingatannya dalam membuat catatan agar dapat digunakan siswa belajar dan membentuk penegetahuan baru selanjutnya.


(28)

Mind Map sangat menarik dan dapat membuat siswa lebih aktif lagi dalam kegiatan pembelajaran. Pada materi bangun ruang sisi datar siswa dapat membangun pengetahuannya dan ingatannya dalam mengingat materi dengan baik, siswa mengingat unsur, sifat, luas permukaan dan volume bangun ruang sisi datar. Model Pembelajaran Mind Map digunakan untuk melihat hasil belajar dan keaktifan siswa dalam belajar materi bangun ruang sisi datar.

H. Manfaat Hasil Penelitian

Berdasarkan tujuan yang akan dicapai oleh peneliti, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam dunia pendidikan baik secara langsung ataupun tidak langsung. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

a) Bagi Guru

Memberikan masukan kepada guru mengenai model pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dan menambah wawasan kepada guru mengenai model pembelajaran Mind Map.

b) Bagi Siswa

Memberikan kesempatan bagi para siswa agar lebih aktif dan kreatif dalam mengikuti proses pembelajaran.


(29)

c) Bagi Sekolah

Model pembelajaran Mind Map dapat meningkatkan proses pembelajaran di sekolah dan dapat menarik kreatifitas siswa di sekolah.

d) Bagi Peneliti

Menambah pengalaman dalam proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Mind Map, sebagai bekal dalam mengajar di lapangan.

e) Bagi Pembaca

Memberikan informasi yang cukup bagi pembaca mengenai pembelajaran menggunakan model pembelajaran Mind Map dan memberikan masukan kepada peneliti yang akan melakukan penelitian selanjutnya.


(30)

10 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Matematika

Matematika berasal dari perkataan Latin mathematica yang mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti. Kata itu mempunyai akar kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu. Menurut James yang dikutip oleh Erman Suherman (2003: 19), mengatakan matematika adalah ilmu logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang yaitu Aljabar, Analisis dan Geometri. Herman Hudojo (2005: 36) mengartikan matematika sebagai ilmu yang berkenaan dengan ide-ide atau gagasan-gagasan, struktur-struktur dan hubungannya yang diatur secara logis, bersifat abstrak, penalarannya deduktif dan dapat memasuki wilayah cabang ilmu lainnya.

Soedjadi (2000: 11) menyatakan beberapa definisi matematika berdasarkan sudut pandang pembuatnya, sebagai berikut:

1. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematis.

2. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.

3. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logika yang berhubungan dengan bilangan


(31)

4. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah ruang dan bentuk.

5. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik.

6. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat

B. Belajar

Belajar dalam matematika merupakan suatu bentuk pembelajaran menggunakan bahasa simbol dan membutuhkan penalaran serta pemikiran yang logik dalam pembuktiannya. Dalam belajar matematika pengalaman belajar yang lalu memegang peranan untuk memahami konsep-konsep baru. Herman Hudojo menyatakan bahwa “Mempelajari konsep B yang mendasar kepada konsep A, seseorang perlu memahami lebih dulu konsep A, tanpa memahami konsep A, tidak mungkin orang itu dapat memahami konsep B. Dengan kata lain belajar konsep-konsep matematika yang memiliki tingkat lebih tinggi tidak mungkin bila prasyarat yang mendahului konsep-konsep itu belum dipelajari. Lebih lanjut Herman Hudojo menyatakan bahwa “belajar matematika akan lebih berhasil bila proses belajar baik, yaitu melibatkan intelektual peserta didik secara optimal”

Belajar pada manusia boleh dirumuskan sebagai suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan


(32)

yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pengetahuan, ketrampilan dan nilai-sikap, perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas (W.S Winkel, 2005: 59). Belajar merupakan proses menggali pengetahuan. Menurut Cronbach (Syaiful Bahri ,2011:13) learning is shown by change in behavior as a result of experience. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Howard L. Kingskey mengatakan bahwa learning is the process by which behavior (in the briader sense) is originated or changed through practice or training. Belajar adalah proses di mana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. Sedangkan Geoch merumuskan learning is change is performance as a result of practice.

Siswa belajar di jenjang pendidikan formal untuk mengetahui hal baru dalam hidup mereka yang dijadikan pengetahuannya. Antara belajar dan mengetahui merupakan proses yang saling berkaitan. Belajar merupakan proses mendapatkan sesuatu hal untuk dimiliki melalui pengalaman, sedangkan pengalaman adalah mengerti secara langsung apa yang dipelajari melalui akal sehat yang nampak dengan jelas (Hudoyo,1981, dalam Haryani, 2008: 13).

Jenis-jenis belajar menurut A. De Block sistematika bentuk belajar adalah sebagai berikut :

a) Bentuk-bentuk belajar menurut fungsi psikis : 1. Belajar dinamik/konatif


(33)

2. Belajar afektif

3. Belajar kognitif : mengingat, berpikir

4. Belajar senso-motorik: mengamati, bergerak, berketrampilan

b) Bentuk-bentuk belajar menurut materi yang dipelajari : 1. Belajar teoretis

2. Belajar teknis

3. Belajar sosial atau belajar bermasyarakat 4. Belajar estetis

c) Bentuk-bentuk belajar yang tidak sebegitu disadari : 1. Belajar Insidental

2. Belajar dengan mencoba-coba 3. Belajar tersembunyi

C. Model Pembelajaran

Sebelum masuk kedalam pengnertian model pembelajaran, kita ingat dahulu apakah yang dimaksud dengan model. Secara kaffah model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan untuk mempresentasikan suatu hal (Trianto,2009:21), sesuatu yang nyata dan dikonversikan untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif. Dalam matematika kita juga mengenal istilah model matematika yaitu sebuah model yang bagian-bagiannya terdiri dari konsep matematik, seperti


(34)

ketetapan (konstanta), variabel, fungsi, persamaan, pertidaksamaan, dan sebagainya menurut Mayer (Trianto, 2009:22).

Model pembelajaran merupakan suatu perencanaa atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, computer, kurikulum, dan lain-lain menurut Joyce (Trianto, 2009:22). Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Arends 1997:7 (Trianto, 2009:22) menyatakan bahwa “ The term teaching model refers ti a particular approach to instruction that includes its goals, syntax, environment, and management system.” Istilah model pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengelolahannya.

Model Pembelajaran adalah salah satu cara atau jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Mengajar itu sendiri menurut Ulih dalam Slameto (2003:65) menyajikan bahan pelajaran oleh orang kepada orang lain itu menerima, menguasai, dan mengembangkannya. Model pembelajaran yang kurang baik akan mempengarui proses dan hasil belajar siswa.


(35)

Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode atau prosedur (Trianto, 2009:23). Model pengajaran mempunyai empat cirri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode, atau prosedur. Ciri-ciri tersebut adalah :

1. Rasional teoretis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya;

2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai);

3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; dan

4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai ( Kardi dan Nur, 2000: 9).

Istilah model pembelajaran meliputi pendekatan suatu model pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Model pembelajaran yang didasarkan pada masalah dilandasi oleh teori belajar kontruktivis. Guru menciptakan suasana kelas yang fleksibel dan berorientasi pada upaya penyelidikan oleh siswa. Model pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajaran, pola urutan, dan sifat lingkungan belajarnya. Pola urutan dari suatu model pembelajaran adalah pola yang menggambarkan urutan alur tahap keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan pembelajaran. Tiap-tiap model pembelajaran membutuhkan sistem pengelolahan dan lingkungan yang berbeda (Trianto, 2009: 23-24).


(36)

Untuk mengetahui aspek kepraktisan dan keefektifan suatu model pembelajaran diperlukan suatu perangkat pebelajaran dengan cara dikembangkan perangkat pembelajaran untuk suatu topik tertentu. Selain itu perlu dikembangkan pula instrumen penelitisn yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu harus dipilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu dalam memilih suatu model pembelajaran harus memiliki beberapa pertimbangan. Misalnya materi pembelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa, dan sarana atau fasilitas yang tersedia, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai. Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadinya belajar atau bagaimana informasi diproses di dalam pikiran siswa itu. Berdasarkan teori belajar, diharapkan suatu pembelajaran dapat lebih meningkatkan perolehan siswa sebagai hasil belajar ( Trianto,2009:27).

D. Keaktifan Siswa

Menurut (Sardiman,2008:95) aktivitas diperlukan dalam belajar karena pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Belajar merupakan suatu prose aktif, dan siswa harus berpartisipasi aktif dalam belajar (Sardiman,2008:101) menyatakan kegiatan siswa digolongkan sebagai berikut :


(37)

1. Visual activities, meliputi : membaca memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

2. Oral activities, meliputi menyatakan, merumuskan bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi terhadap suatu gagasan.

3. Listening activities, sebagai contoh mendenngarkan uraian, percakapan, diskusi, music, pidato.

4. Writing activities, meliputi menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

5. Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

6. Motor activities, melakukan percobaan, membuat kontruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

7. Mental activities, misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8. Emitional activities, seperti misalnya menaruh minat, merasa bosan, gembira, semangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Keaktifan belajar merupakan unsur dasar dan yang paling penting bagi keberhasilan suatu proses pembelajaran. Keaktifan siswa dalam pembelajaran dengan metode Mind Map meliputi keaktifan siswa dalam mengemukakan pendapat, menjelaskan, bertanya, merespon pendapat, mengerjakan latihan.


(38)

Sriyono, dkk (dalam Syafaruddin, 2005: 213) menyatakan bahwa keaktifan siswa adalah pada waktu guru mengajar, guru harus mengusahakan agar murid-muridnya aktif, jasmani maupun rohani.

Belajar aktif ditunjukkan dengan adanya ketertiban intelektual dan emosional yang tinggi dalam proses belajar. Siswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi mengemukakan pendapat dan idenya, melakukan ekslorasi terhadap materi yang sedang dipelajari serta menafsirkan hasilnya secara bersama-sama di dalam kelompok. Kegiatan tersebut memungkinkan siswa berinteraksi aktif dengan lingkungan dan kelompoknya, sebagai media untuk mengembangkan kemampuannya (Syaiful Bahri Djamarah, 2010: 362).

Dari beberapa pengertian dapat disimpulkan bahwa aktivitas atau keaktifan yaitu segala kegiatan perubahan tingkah laku individu dengan melakukan interaksi dengan lingkungannya untuk mencapai tujuan. Keaktifan siswa dalam belajar tidak akan muncul begitu saja. Akan tetapi tergantung dengan lingkungan dan kondisi dalam kegiatan belajar. Untuk menciptakan suasana pembelajaran yang didalamnya siswa dapat berperan aktif, maka dapat diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan belajar siswa, yaitu:

a. Memberikan dorongan atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran,

b. Menjelaskan tujuan intruksional (kemampuan dasar kepada siswa) c. Mengingatkan kompetensi belajar kepada siswa


(39)

d. Memberikan stimulus (masalah,topik dan konsep yang akan dipelajari)

e. Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya

f. Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran

g. Memberi umpan balik (feed back)

h. Melakukan tagihan-tagihan kepada siswa berupa tes, sehingga kemampua siswa selalu terpantau dan terukur,

i. Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan di akhir pelajaran. Siswa dapat dikatakakan aktif dalam pembelajaran, meliputi aspek dibawah ini.

1. Perhatian atau respon siswa terhadap penjelasan guru 2. Bagaimana kerjasamanya dalam kelompok

3. Memberi kesempatan berpendapat kepada teman dalam kelompok

4. Kemampuan untuk mempelajari materi 5. Konsentrasi siswa dalam pembelajaran 6. Mempersiapkan materi dengan baik.

E. Hasil Belajar

Pada hakikatnya hasil belajar siswa adalah perubahan tingkah laku dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik (Nana Sudjana,1989:3). Hasil belajar adalah kemampuan


(40)

yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa harus meliputi tiga bidang yaitu bidang kognitif (penguasaan intelektual), bidang afektif (berhubungan dengan sikap dan nilai) dan bidang psikomotorik (kemampuan ketrampilan bertindak/berperilaku). Ketiganya tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Sebagai tujuan yang hendak dicapai, ketiganya harus nampak sebagai hasil beljar siswa di sekolah. Oleh karena itu, ketiga aspek tersebut harus dipandang sebagai hasil belajar siswa dari proses pengajaran (Nana Sudjana, 1989:49).

Pengukuran hasil belajar berguna untuk mengetahui kemajuan atau keberhasilan program pendidikan untuk memberikan bukti pencapaian yang diperoleh siswa.

F. Mind Map (Peta Pikiran)

Mind Map adalah alat pikir organisasional yang sangat hebat.

Mind Map adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak, Mind Map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harafiah akan memetakan pikiran-pikiran kita(Buzan,2010). Mind Map juga merupakan peta rute yang hebat bagi ingatan, memungkinkan kita menyusun fakta dan pikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal.

Mind Map berbeda dengan concept map (peta konsep), Mind Map dalam bahasa Indonesia berarti peta pikiran (dari kata mind=pikiran, dan map


(41)

=peta) Pengertian Mind Map menurut Tony Buzan adalah teknik mencatat yang menonjolkan sisi kreativitas sehingga efektif dalam memetakan pikiran (Tony Buzan dan Barry,2008). Peta pikiran bersifat subyektif, sehingga dosen dan guru tidak dapat menggunakannya untuk mengetahui miskonsepsi yang ada pada diri siswa. Peta konsep bermanfaat untuk mengetahui miskonsepsi siswa. jika peta konsepnya salah, berarti ada miskonsepsi dalam pikirannya dan karenanya konsep tersebut harus diperdalam oleh guru (http://www.faktailmiah.com/2011/03/24/peta-pikiran.html). Pada intinya Mind Map dan peta konsep memiliki pengertian yang sama yaitu rangkuman materi yang disusun dalam bentuk visualisasi bangun. Mind Map lebih kepada visualisasi gambar, sedangkan

peta konsep lebih kepada penjelasan

materi(http://luphrin.blospot.com/2009/06/perbedaan-mind-map-peta-konsep.html). Lain kontras antara peta konsep dan peta pikiran adalah kecepatan spontanitas ketika sebuah peta pikiran dibuat. Sebuah peta pikiran mencerminkan apa yang anda pikirkan tentang satu topic yang dapatmenebarkan cabang-cabang yang lain. Peta konsep berupa pandangan sistem, sistrem real (abstrak) atau serangkaian konsep, peta konsep adalah bentuk bebas menunjukkan beberapa hubungan dan kelompok dapat diciptakan, tidak seperti peta pikiran yyang memperbaiki

pada pusat konseptual tunggal

(http://en.wikipedia.org/wiki/Concept_map). Mind Map menggunakan warna, semuanya memiliki unsur alami yang memancar dari pusat.


(42)

Semuanya menggunakan garis lengkung, symbol, kata, dan gambar yang sesuai dengan satu rangkaian aturan yang sederhana, mendasar, alami dan sesuai dengan cara kerja otak. Dengan Mind Map, daftar informasi yang panjang bisa dialihkan menjadi diagram warna-warni, sangat teratur, dan mudah diingat yang bekerja selaras dengan cara kerja alami otak dalam melakukan berbagai hal.

Menurut Michael Michalko, dalam bukunya Cracking Creativity, Mind Map dapat :

a. Mengaktifkan seluruh kerja otak

b. Membereskan akal dari kekusutan mental

c. Memungkinkan kita berfokus pada pokok bahasan

d. Membantu menunjukkan hubungan antara bagian-bagian informasi yang saling terpisah

e. Memberikan gambaran yang jelas pada keseluruhan dan perincian

f. Memungkinkan kita mengelompokkan konsep, membantu kita membandingkannya

g. Mensyaratkan kita untuk memusatkan perhatian pada pokok bahasan yang membantu mengalihkan informasi tentangnya dari ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang.

Mind Map menggunakan kemampuan otak akan pengenalan visual untuk mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya. Dengan kombinasi warna, gambar, dan cabang-cabang melengkung, Mind Map lebih


(43)

merangsang secara visual daripada metode pencatatan tradisional, yang cenderung linear dan satu warna. Langkah-langkah dalam penyusunan

Mind Map (Buzan,2008:15)adalah sebagai berikut :

1. Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnyaa diletakkan mendatar, karena memulai dari tengah memberikan kebebasan kepada otak untuk menyebar ke segala arah dan untuk mengungkapkan dirinya dengan bebas dan alami.

2. Menggunakan gambar atau foto sentral, sebuah gambar sentral akan lebih menarik, membuat kita tetap fokus, konsentrasi, dan mengaktifkan otak.

3. Menggunakan warna, karena bagi otak, warna sama menariknya dengan gambar, warna membuat Mind Map lebih hidup, menambah energi kepada pemikiran kreatif dan menyenangkan. 4. Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan

cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke satu dan dua dan seterusnya, otak bekerja menurut asosiasi. Tanpa hubungan dalam Mind Map

segala sesuatunya akan berantakan terutama ingatan dan pengetahuan.

5. Buat garis hubung yang melengkung bukan garis lurus, karena garis lurus akan membuat otak menjadi bosan, cabang-cabang yang melengkung dan organis seperti cabang pohon jauh lebih menarik bagi mata.


(44)

6. Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis, karena kata kunci tunggal memberi lebih banyak daya dan fleksibilitas kepada Mind Map, setiap kata tunggal atau gambar adalah seperti pengganda, menghasilkan sederet asosiasi dan hubungannya sendiri.

7. Gunakan gambar, karena seperti gambar sentral, setiap gambar bermakna seribu kata, jadi jika kita memiliki 10 gambar dalam

Mind Map kita, maka kita sudah mempunyai 10.000 kata catatan. Buzan(2008,14), sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk membuat mind map adalah :

- Kertas kosong tak bergaris - Pena dan pensil warna - Otak

- Imajinasi


(45)

Gambar di atas menunjukkan contoh Mind Map mengenai Tabung. Dalam prinsipnya Mind Map sangat sederhana, cukup menuliskan dengan mengikuti kemana otak kita berfikir, apa yang terlintas, apa yang teringat dalam bentuk coretan yang berkaita-kaitan (radiant thinking), dimulai dari tengah sebagai pusat kemudian mengembangkan ke arah tepi. Menurut Pandley dalam Buzan (2008) model pembelajaran Mind Map bertujuan untuk membangun pengetahuan siswa dalam belajar secara sistematis, yaitu sebagai teknik untuk meningkatkan pengetahuan siswa dalam penguasaan konsep dari suatu materi pelajaran. Adapun tahap-tahap pembelajaran matematika dengan menggunakan model Mind Map sebagai berikut:

1. Guru memberikan materi dan tujuan pembelajaran tentang materi yang akan dipelajari

2. Siswa mempelajari dan memahami konsep materi dengan bimbingan guru

3. Siswa dikelompokkan dalam suatu kelompok untuk melakukan diskusi kelompok untuk membuat Mind Map.

4. Untuk melihat sejauh mana pemahaman siswa mengenai materi yang dipelajari, guru menunjuk beberapa kelompok mempresentasikan jawabannya di depan kelas.

5. Dari presentasi yang telah dilaksanakan, guru bersama siswa menarik kesimpulan dari materi yang dipelajari.


(46)

6. Guru memberikan soal latihan kepada siswa untuk berlatih mengerjakan soal yang berhubungan dengan materi tersebut.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Mind Map merupakan pembelajaran yang dilakukan dan dirancang sendiri oleh para siswa, dan para siswa menjadi aktif dalam membentuk pengetahuannya melalui berfikir kreatif. Dan merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat membuat siswa menghubungkan konsep-konsep penting dalam mempelajari suatu materi pembelajaran.

Model pembelajaran Mind Mapping adalah suatu model pembelajaran untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambilnya kembali ke luar otak. Bentuk Mind Map seperti peta jalan di kota yang mempunyai banyak cabang. Model pembelajaran Mind Mapping sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban. Mind Mapping menggunakan teknik penyaluran gagasan dengan menggunakan kata kunci bebas, simbol, gambar, dan menggambarkan secara kesatuan dengan menggunakan teknik pohon (http://ras-eko.blogspot.com/2011/model-pembelajaran-mind-mapping.html).


(47)

G. Materi Pembelajaran

Menurut Untung Trisna Suwaji dalam buku Permasalahan Pembelajaran Geometri ruang SMP dan Alternatif Pemecahannya menjelaskan bahwa sebuah bangun ruang, dalam konteks geometri ruang, adalah himpunan semua titik, garis, dan bidang dalam ruang berdimensi tiga yang terletak dalam bagian tertutup beserta seluruh permukaan yang membatasinya. Sesuai dengan penjelasan tersebut, Lebih jauh, yang dimaksud dengan bangun ruang dengan sisi datar adalah bangun ruang yang dibatasi oleh bidang datar. Bangun ruang dengan sisi datar disebut juga sebagai bidang banyak atau polihedron yang berasal dari bahasa Yunani polys yang berarti banyak dan hedron yang berarti permukaan. Bidang-bidang datar pembatas bangun ruang dinamakan sebagai bidang sisi. Ruas garis yang terbentuk oleh perpotongan antara dua bidang sisi bangun ruang disebut rusuk. Ujung-ujung dari rusuk ini dinamakan sebagai titik sudut. Yang termasuk bangun ruang sisi datar adalah kubus, balok, prisma, dan limas. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai bangun-bangun tersebut beserta unsur-unsurnya.

1. Kubus

Pengertian dari kubus menurut Untung (2008) adalah bangun ruang yang dibatasi oleh enam persegi yang kongruen. Namun menurut Slavin dan Chrisonino (2005), A cube is regtangular solid with equal


(48)

length, width, and height (kubus adalah bangun yang memiliki kesamaan pada panjang, lebar dan tingginya).

Pada Gambar 2.2 dapat dilihat bahwa kubus memiliki 8 titik sudut dan 12 rusuk dengan panjang yang sama. Contoh dari sebuah kubus adalah dadu.

2. Balok

Pengertian balok menurut Untung (2008) adalah bangun ruang yang dibatasi oleh tiga pasang persegipanjang yang kongruen dan masing-masing pasangannya yang kongruen terletak sejajar. Menurut Slavin dan Chrisonino (2005), A regtangular solid is a uniform solid whose base is a rectangle and whose height is perpendicular to its base (balok adalah bangun yang memiliki sisi yang seragam yaitu persegi panjang dan tingginya tegak lurus terhadap alas). Balok juga memiliki 8 titik sudut dan 12 rusuk. Contoh balok dalam kehidupan

A B

C D

E F

G H


(49)

sehari-hari di antaranya adalah ruang kelas, kotak kemasan karton, dan balok kayu.

a. Jaring-jaring Kubus dan Balok

Jika sebuah polihedron dipotong pada beberapa rusuknya dan dapat dibuka untuk diletakkan pada suatu bidang datar sehingga membentuk susunan yang saling terhubung maka susunan yang terbentuk disebut sebagai jaring-jaring. Begitu pula sebaliknya, suatu jaring-jaring polihedron dapat dilipat dan disambung untuk membentuk suatu polihedron. Jaring-jaring balok dan kubus dapat diperagakan dengan menggunakan kertas karton, contohnya sebagai berikut :

B C F

G

A D E

H

Gambar 2.3 Balok ABCD EFGH


(50)

b. Luas Permukaan Balok dan Kubus

Menurut Slavin dan Chrisonino (2005) luas permukaan kubus adalah ukuran sisi luar kubus bukan termasuk dalam kubus. Untuk menemukan luas permukaan dari ruang dimensi, kita temukan terlebih dahulu ukuran dari semua sisinya. Kemudian kita temukan temukan luas salah satu sisinya dan menambah luas masing-masing sisi tersebut. begitu juga dengan luas permukaan balok dapat ditentukan dengan menggunakan cara yang sama. Seperti pada kubus, balok juga memiliki 6 sisi sisi atas bawah, depan belakang, dan samping kanan kiri. Sisi atas dan bawah merupakan permukaan yang sama sehingga memiliki luas yang sama. Begitu juga dengan sisi depan belakang dan dua sisi sampingnya masing-masing memiliki luas sisi yang sama.


(51)

Pada Gambar 2.6 dapat dilihat jaring-jaring balok yang menggambarkan permukaan balok, dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa panjang rusuk balok adalah p, l dan t. maka dapat ditentukan rumus Luas permukaan balok adalah sebagai berikut :

- Sisi atas dan bawah Jumlah luas = 2 × ( + )

- Sisi depan dan belakang Jumlah luas = 2 × ( + )

- Sisi kanan dan kiri Jumlah luas = 2 × ( + )

Sehingga luas permukaan balok adallah total jumlah ketiga pasang luas sisi-sisinya,

Luas Permukaan = 2 + 2 + 2 = 2( + + )

l

l

t

t

l

l

t

t

p

p

p

p

p

p

l


(52)

Untuk permukaan kubus pada Gambar 2.7 dapat dilihat bahwa panjang rusuknya sama yaitu p = l = t = s sehingga diperoleh rumus :

. � = 6 � � ��

. � = 6 2

c. Volume Kubus dan Balok

Jika pada geometri datar, luas suatu bangun dinyatakan sebagai banyaknya satuan luas yang dapat menutupi bangun datar, maka dalam geometri ruang, volume atau isi bangun ruang dinyatakan sebagai banyaknya satuan isi yang dapat mengisi bangun ruang tersebut. Volume dikukur dalam satuan kubik, seperti centimeter kubik (cm3), inchi kubik (in3) atau meter kubik (m3). Satu cm3 menyatakan volume kubus dengan panjang rusuk 1 cm. selain ukuran baku untuk menyatakan volume dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai juga ukuran-ukuran tidak baku seperti :

s

s s

s s

s

s s

s

s s

s s

s s

s s

s s


(53)

- Tetes (takaran percobaan kimia) - Gelas ( dalam masak memasak)

Pada sebuah balok, percobaan paling mudah untuk menentukan volume adalah dengan menggunakan kubus satuan. Sebagai contoh balok dengan ukuran panjang 3 satuan, lebar 2 satuan dan tinggi 4 satuan dapat diisi kubus satuan sebanyak 3 × 2 × 4 buah, sehingga menyatakan balok tersebut mempunyai volume 24 satuan volume. Ilustrasinya sebagai berikut.

Melalui proses percobaan mengisi kubus satuan ke balok dalam berbagai ukuran, secara umum volume balok dengan panjang p, lebar l, dan tinggi t dapat dinyatakan sebagai :

� � = × ×


(54)

Mengingat bahwa alas balok berbentuk persegipanjang dengan luas

= × , maka volume balok dapat juga dinyatakan sebagai hasil kali luas alas dengan tinggi balok :

� � = ×

Karena pada kubus panjang rusuk s berlaku = = = maka volume kubus dapat dinyatakan sebagai :

� � = 3

d. Diagonal sisi, diagonal ruang dan bidang diagonal

Untung (2008) dalam geometri datar, diagonal pada sebuah segi-banyak (polygon) merupakan garis yang menghubungkan dua titik sudut yang tidak berdekatan.

Pada segilima ABCDE, garis AD merupakan diagonal. Demikian juga dengan AC. Sementara itu AE bukan diagonal dari segilima, karena titik A dan E terletak berdekatan (pada ruas garis yang sama). Diagonal ruang

A

B C D

E


(55)

suatu bangun ruang merupakan garis yang menghubungkan dua titik sudut yang tidak berdekatan (tidak terletak pada satu bidang sisi).

Pada Gambar 2.10, HB merupakan diagonal ruang dari balok ABCD EFGH. Oleh karena itu dalam kubus dan balok terdapat tiga istilah diagonal yaitu diagonal sisi, diagonal ruang, dan bidang diagonal. Terdapat 12 diagonal sisi dan 6 diagonal ruang pada balok dan kubus. Keduabelas diagonal sisi pada balok dan kubus membentuk enam buah bidang diagonal. Pada gambar 2.10, ruas garis EB, EG, dan FC merupakan tiga dari duabelas diagonal sisi pada balok ABCD EFGH. Dengan menggunakan teorema Pythagoras, dapat ditentukan :

� = 2+ 2

� = 2 + 2

� = 2+ 2 B

C F

G

A

D E

H


(56)

Pada gambar 2.10, HB merupakan satu di antara empat buah diagonal ruang balok ABCD EFGH. Perhatikan segitiga HDB siki-siku di D, akibatnya panjanng diagonal ruang suatu balok dapat ditentukan dengan menggunakan teorema Pythagoras.

= 2+ 2 = 2+ 2 + 2 = 2+ 2+ 2

Bidang diagonal suatu balok berbentuk persegipanjang.

Pada Gambar 2.11 diberikan contoh bidang diagonal balok ABCD EFGH. Perhatikan bahwa setiap pasang bidang diagonal tersebut kongruen. Akibatnya :

= = × = × 2+ 2

= = × = × 2+ 2

฀ = = × = × 2+ 2

B C F

G

A

D E

H


(57)

Begitu juga pada kubus untuk mencari diagonal sisi, diagonal ruang dan bidang diagonalnya menggunakan persamaan seperti pada balok, namun pada kubus rusuknya berukuran sama yaitu 㙣= = = .

3. Prisma

Bangun ruang yang mempunyai sepasang sisi kongruen dan sejajar serta rusuk-rusuk tegaknya saling sejajar (Untung,2008).

Gambar 2. 12 Prisma Tegak Segilima

Dua segi-n yang kongruen dari hasil perpotongan di atas, bagian permukaan prismatik yang berada diantara keduanya, beserta seluruh ruang tertutup yang dibatasinya membentuk prisma segi-n (Gambar 2.12). dua segi ini disebut alas dan tutup, sedangkan permukaan prismatik di antara keduanya disebut sisi prisma. Tinggi prisma dinyatkan sebagai jarak bidang alas dengan bidang tutup. Rusuk tyang terletak pada sisi prisma dinamakan rusuk sisi dan rusuk yang terletak pada bagian alas dinamakan rusuk alas. Apabila rusuk sisi prisma tegak lurus terhadap alas, maka dinamakan sebagai prisma tegak, selain itu dinamakan sebagai prisma miring. Prisma diberi nama


(58)

berdasarkan bentuk alasnya. Contoh: prisma segitiga samasisi, Prisma segienam beraturan, prisma segilima beraturan.

Gambar 2.14 Prisma segienam beraturan

a. Volume Prisma

1. Prisma segitiga siku-siku

Volume prisma segitiga siku-siku dapat dicari dengan membuat dua buah prisma segitiga siku-siku yang kongruen sehingga dapat dibentuk menjadi sebuah balok. Misalkan V merupakan volume prisma segitiga siku-siku dengan luas alas A. jika dua buah prisma segitiga siku-siku digabungkan menurut sisi miring alas maka akan terbentuk sebuah balok dengan luas alas 2 × .

2 �= � �

= × ��

= × ×

= 2 ×

A B

C

D E

F


(59)

Sehingga diperoleh,

� = ×

Atau

� � �� � − = × ��

2. Prisma segitiga sebarang

� � = ×

Jadi secara umum Volume prisma segitiga adalah,

� � �� � =ৣ ×

Secara umum untuk prisma segi-n, misalkan :

� � �� − = ×

Gambar 2.15 prisma segitiga sembarang

A

B C D

E F


(60)

b. Jaring-jaring dan luas permukaan Prisma

Melalui ilustrasi Gambar 2.16, maka luas permukaan prisma dapat ditentukan dengan menjumlahkan luas sisi prisma, luas tutup, dan luas alas.

� = + +

� = � � × �� + 2 ×

c. Unsur-unsur prisma

1. Bidang yang memotong bidang alas dinamakan sisi tegak. 2. Bidang alas, bidang atas dan sisi tegak dinamakan sisi-sisi

prisma.

3. Perpotongan antara dua sisi tegak dinamakan rusuk tegak,perpotongan antara sisi tegak dan bidang alas dinamakan rusuk alas.


(61)

4. Jarak antara bidang alas dan bidang atas dinamakan tinggi prisma.

5. Pertemuan dua rusuk prisma dinamakan titik sudut.

6. Setiap bidang alas dan bidang sisi tegak memilliki diagonal bidang.

7. Ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut yang berhadapan dinamakan diagonal ruang.

8. Sebuah bidang yang memuat sepasang rusuk yang berhadapan dinamakan bidang diagonal.

4. Limas

Menurut Slavin dan Chrisonino (2005) dalam bukunya Geometry, “A pyramid is a geometric solid having any polygon as one face, where all the other face are triangle meeting at a common vertex. The pyramid is named after the polygon forming the face from which the triangles start”. Limas merupakan geometri ruang yang mempunyai segibanyak pada satu permukaan, dimana semua semua sisi tegaknya berupa segitiga yang bertemu pada satu titik puncak.


(62)

a. Unsur- Unsur limas

- Daerah segi banyak dinamakan bidang alas atau disebut dengan alas

- Daerah-daerah segitiga, kemudian dinamakan bidang-bidang sisi tegak

- Titik sudut persekutuan puncak-puncak segitiga kemudian dinamakan titik puncak

- Rusuk-rusuknya yang melalui titik puncak dinamakan rusuk tegak - Jarak dari puncak limas ke bidang alas dinamakan tinggi alas.

Limas segi-n beraturan adalah limas dengan alas berupa segi-n beraturan dan proyeksi titik puncak pada bidang alas berhimpit dengan pusat bidang alasnya.

b. Volume Limas

A

B C P

Q R


(63)

Volume Prisma yang terbentuk diatas adalah hasil kali luas segitiga ABC dengan tinggi limas.

� � = × ��

Untuk mendapatkan volume limas, perhatikan limas Q.APR, limas ini dapat dipandang sebagai limas dengan puncak A dan alas segitiga PQR. Karena segitiga PQR kongruen dengan segitiga ABC, dan tinggi limas Q.APR dengan Q.ABC sama. Dan alas limas Q.ACR setengah persegi panjang ACPR sehingga ACR sama dengan APR, maka diperoleh

� � . = � � .㘷 =� � .

Sehingga dapat disimpulkan bahwa

� � . = 1

3� �

Gambar 2. 20 limas dari prisma ABC PQR A

B C Q

A

Q

P R

A C

Q R


(64)

� � . = 1

3× × ��

Percobaan untuk menunjukkan kebenaran rumus limas dapat dilakukan melalui peragaan menakar menggunakan sebuah limas dan sebuah prisma pasangannya. Dalam hal ini dikatakan limas dan prisma berpasangan jika kedua alas bangun tersebut kongruen dan tinggi kedua bangun sama. Dari praktek tersebut didapatkan bahwa ternyata prisma dipenuhi oleh takaran limas ( Untung,2008). Akibatnya :

� � = 3 � �

� � =1

3 � �

� � = 1

3× × ��

c. Jaring-jaring limas dan Luas Permukaan


(65)

Melalui Gambar 2.21 dan Gambar 2.22, Luas permukaan limas dapat ditentukan dengan menjumlahkan luas sisi limas dan alasnya.

� = � ℎ +

(Untung Trisna Suwaji,2008)

H. Kerangka Berpikir

Matematika merupakan materi pembelajaran yang dianggam sulit oleh siswa, tak sedikit pula siswa yang mengganggap bahwa matematika merupakan materi yang mematikan dan menyebabkan nilai hasil belajar menurun. Semua ini bergantung pada model pembelajaran yang digunakan


(66)

oleh guru selama proses pembelajaran berlangsung. Model pembelajaran yang digunakan biasanya adalah ceramah, untuk materi bangun ruang sisi datar, siswa masih kesulitan dalam memahami materi yang diberikan oleh guru, sehingga mereka hanya mengikuti proses pembelajaran, namun tak mengerti apa maksud dari pembelajaran yang berlangsung.

Mind map ( peta pikiran) merupakan suatu model pembelajaran yang sangat baik diterapkan oleh guru dengan tujuan untuk meningkatkan daya hafal siswa dalam pemahaman konsep siswa yang kuat, siswa juga dapat berimajinasi dan dapat meningkatkan kekreatifannya. Pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Mind Map (peta pikiran) akan meningkatkan daya hafal dan motivasi belajar siswa yang kuat, serta siswa akan lebih kreatif dalam belajar ( Tony Buzan,2008:4).

Diharapkan dengan adanya model pembelajaran Mind Map, siswa dapat tertarik dan menjadi lebih kreatif dalam menyusun informasi-informasi yang diterima untuk dituangkan dalam catatannya. Siswa dapat semakin aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat menggunakan Mind Map sebagai alat belajar yang menarik dan dapat meningkatkan semangat belajar siwa. Keaktifan siswa diharapkan dapat meningkat karena pembelajaran akan dilaksanakan dengan diskusi kelompok dan saling bertukar pendapat dengan temannya, sehingga siswa dapat lebih kreatif dan menjadi semangat dalam belajar sehingga mendapatkan hasil belajar yang baik.


(67)

47 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan bantuan kuantitatif. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena yang diteliti. Peneliti akan menggambarkan penerapan proses pembelajaran dengan model pembelajaran Mind Map untuk mengetahui sejauhmana antusiasme siswa dan bentuk-bentuk interaksi yang muncul antara guru dengan siswa. Data akan dikumpulkan dengan menggunakan instrumen-instrumen yang telah disusun oleh peneliti yaitu lembar observasi, angket penelitian dan wawancara.

Penelitian yang dilakukan ini akan memberikan gambaran yang nyata dalam proses pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Mind Map. Dalam penelitian ini, data-data ini merupakan data yang ditemukan selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Mind Map yang nantinya akan dijelaskan secara faktual dan sistematis oleh peneliti kemudian disimpulkan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Pangudi Luhur Bayat Klaten yang beralamat di jalan lemah miring Paseban, Bayat, Klaten. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2013.


(68)

C. Subjek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII B SMP Pangudi Luhur Bayat Klaten tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 31 anak, dengan 19 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Dalam hal ini peneliti juga sebagai pengajar di kelas. SMP Pangudi Luhur Bayat merupakan sekolah naungan Yayasan Pangudi Luhur yang beralamat di Lemah Miring, Paseban, Bayat, Klaten dan mempunyai santo pelindung Aloysius. Kemampuan siswa di sekolah ini rata-rata, ada yang masuk dalam juara-juara mata pelajaran di luar sekolah dan banyak siswa yang memiliki kemampuan non akademik juga. Siswa-siswa di SMP Pangudi Luhur Bayat mengikuti beberapa kegiatan ekstra kulikuler yang beragam, sebagai contoh menari, band, dan ketrampilan menjahit. Tak kalah pula, siswa-siswi SMP Pangudi Luhur Bayat mampu membuat batik dan dapat dipamerkan di luar sekolah. sehingga kemampuan siswa-siswinya baik, dilihat dari penjelasan di atas. Keadaan sosial siswa di sekolah ini beragam, ada yang berasal dari keluarga yang mampu dan keluarga yang tidak mampu. Mayoritas pekerjaan orangtua siswa sebagai petani, buruh dagang dan buruh tukang. Terdapat pula orang tua siswa yang bekerja sebagai wirausaha membuka toko dan sebagai perangkat desa. Siswa-siswi ditanamkan untuk selalu bekerja sama tanpa pemandang status ekonomi dan sosial teman-temannya.

Guru matematika di SMP Pangudi Luhur terdapat 3 guru, namun yang mendominasi hanyalah satu guru saja, karena merupakan


(69)

satu-satunya guru matematika dari lulusan pendidikan matematika. Namun tak kalah juga 2 guru lainnya juga mahir dalam memberikan pembelajaran di dalam kelas. Semua guru di sekolah ini sangat ramah, sehingga tidak ada jarak yang menonjol antara guru dan siswa-siswinya. Guru dan siswa terlihat seperti saudara dan saling membantu satu sama lain.

D. Rancangan Penelitian

Peneliti akan menjadi guru di dalam kelas yang telah dipilih untuk pengambilan data. Selain peneliti juga terdapat teman peneliti dan kemungkinan akan ada guru pembimbing, yang tak lain adalah guru mata pelajaran matematika. Mereka akan membantu dalam pengamatan dan dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan oleh peneliti.

Peneliti melakukan pembelajaran dengan mengelompokkan siswanya dalam 5 kelompok kecil agar pembelajaran lebih efektif. Karena jumlah anak di dalam kelas ini adalah 31 siswa dan tergolong dalam kelas yang bervariasi tingkah laku siswanya, sehingga dengan cara seperti yang telah direncanakan, peneliti dapat mengolah kelas dengan baik pada saat melakukan pembelajaran dengan model pembelajaran Mind Map.

E. Perumusan Variabel

Variabel merupakan obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Variabel yang digunakan oleh peneliti di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(70)

a. Variabel bebas/Penyebab (Independent Variable)

Variabel bebas atau penyebab merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan/timbulnya variabel terikat. Pembelajaran matematika dengan model pembelajaran

Mind Map merupakan variabel bebas di dalam penelitian ini.

b. Variabel terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi suatu akibat dari variabel bebas. Yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah keaktifan siswa dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model pemmbelajaran Mind Map pada materi Bangun ruang sisi datar.

F. Prosedur Pengumpulan Data

a. Tahap Persiapan Pengambilan Data

- Peneliti meminta ijin ke sekolah yang akan diteliti untuk bertemu dengan kepala sekolah.

- Peneliti meminta surat pengantar untuk melakukan penelitian dari sekretariat jurusan untuk diberikan kepada kepala sekolah SMP Pangudi Luhur Bayat Klaten sebagai bukti bahwa peneliti melakukan penelitian untuk penyusunan skripsi.

- Peneliti memberikan surat pengantar dari kampus kepada kepala SMP Pangudi Luhur Bayat Klaten.


(71)

- Peneliti bertemu dengan guru kelas untuk membicarakan rencana penelitian yang telah disusun dan berkonsultasi materi, metode dan apa saja yang menjadi prasyarat melakukan penelitian di dalam kelas yang diampu oleh guru kelas tersebut. Kemudian peneliti mengajukan ijin melakukan uji coba instrumen penelitian di kelas yang diampu oleh guru kelas tersebut.

- Peneliti mencari waktu yang tepat untuk mengambil data dengan pertimbangan dari peneliti dan guru kelas yang bersangkutan.

- Peneliti merancang rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan intrumen-instrumen yang dibutuhkan dalam penelitian.

b. Tahap Pengambilan Data

Pengambilan data yang dilakukan melalui dua tahap untuk tahap pertama adalah peneliti melakukan tes matematika untuk mengambil data hasil belajar dari para siswa, untuk tahap kedua yaitu peneliti memberikan angket kepada para siswa pada akhir pembelajaran, pertengahan pembelajaran pada pemberian ulanngan yang pertama dan diakhir pembelajaran materi yaitu saat ulanngan kedua, peneliti melakukan wawancara dengan siswa yang telah mendapatkan nilai tinggi, sedang, dan rendah pada dua kali ulangan yang diberikan sebagai sampel untuk mengetahui sejauh


(72)

mana model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran oleh peneliti bermanfaat bagi siswa dan mengetahui keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Mind Map. Terdapat juga observer yang mengamati kegiatan belajar mengajar, agar terlihat dan dapat terdefinisi bagaimana keadaan nyata dikelas pada saat pembelajaran berlangsung.

1. Observasi

Dengan mengamati dan melihat gejala-gejala apa saja yang muncul pada saat pembelajaran. Dengan melakukan pengamatan pada saat proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Mind Map agar terlihat bagaimana keaktifan siswa dan prestasi siswa di dalam pembelajaran yang dilakukan.

2. Tes matematika

Dalam proses ini dilakukan tes sebanyak dua kali, yaitu tes yang pertama terdiri dari 4 soal siswa melengkapi tabel, menjodohkan, menggambar jaring-jaring bangun datar, dan menghitung diagonal, bertujuan agar siswa benar-benar memahami apa yang telah dipelajari bersama dengan menggunakan model pembelajaran Mind Map. Untuk tes yang kedua terdiri dari 5 soal uraian mengenai luas permukaan dan


(73)

volume bangun ruang sisi datar, agar terlihat bahwa siswa mengerjakan soal dengan menggunakan suatu proses.

3. Angket Keaktifan siswa

Angket yang disusun oleh peneliti berdasarkan pada tujuan yang akan dicapai dalam penelitian, yaitu untuk mengetahui keaktifan siswa dalam pembelajaran, langkah-langkah untuk membuat angket keaktifan siswa :

a. Membuat indikator-indikator keaktifan siswa bersama guru pembimbing

b. Menyusun angket dengan beberapa pernyataan yang sesuai dengan indikator yang telah dibuat bersama guru pembimbing.

4. Catatan Pembelajaran

Catatan ini dibuat untuk mengetahui keadaan kelas yang berlangsung selama pembelajaran, untuk mengingat apa saja yang terjadi, apa saja yang menjadi masalah dalam pertemuan sebelumnya menjadi masukan bagi peneliti untuk memperbaiki pembelajaran yang selanjutnya. Instrumen pendukung dalam pembuatan laporan yang diberikan oleh observer, sehingga peneliti akan lebih mudah dalam menjelaskan apa yang terjadi dalam pembelajaran.


(74)

5. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mendengar dan mengetahui bagaimana siswa telah melakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Mind Map.

Wawancara dilakukan pada akhir pembelajaran pada materi bangun ruang sisi datar. Diambil beberapa sampel saja untuk mengetahui sejauh mana keaktifan belajar siswa, diambil siswa yang mempunyai tingkat prestasi tinggi, sedang, dan rendah.

6. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk menggambarkan keadaan atau kejadian yang sebenarnya terjadi ketika pembelajaran menggunakan model pembelajaran Mind Map

berlangsung, dan digunakan untuk memperkuat data dan mengambil gambar dari Mind Map siswa yang telah dibuat dalam pembelajaran. Sebagai pendukung dan bukti penelitian.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini yang digunakan untuk instrument adalah tes matematika


(75)

untuk mengetahui hasil belajar siswa dan instrument keaktifan siswa dalam pembelajaran.

1. Pra Pembelajaran

Sebelum melaksanakan pembelajaran, guru haruslah mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Instrumen kegiatan pembelajaran yakni RPP yang terdiri dari 12 (duabelas) kali pertemuan dengan total waktunya adalah 19x40 menit. Di dalam RPP terkandung beberapa komponen untuk melancarkan kegiatan pembelajaran, antara lain nama sekolah, mata pelajaran, materi ajar, kelas, alokasi waktu, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, metode pembelajaran yang digunakan, rincian langkah-langkah kegiatan pembelajaran, sumber belajar, media pembelajaran, dan penilaian.

Tabel 3.1 Rancangan Pembelajaran

Pertemuan Waktu Kegiatan

1 Sabtu, 6 April 2013 Mengenal bangun ruang sisi datar dan membuat Mind map mengenai sifat dan unsur dari bangun ruang sisi datar (angket keaktifan I)

2 Senin,8 April 2013 Membahas mengenai sifat dan unsur dari bangun ruang sisi datar

3 Rabu,10 April 2013 Memecahkan masalah yang berhubungan dengan sifat-sifat dan unsur-unsur bangun ruang sisi datar pemberian LKS I

4 Sabtu, 13 April 2013 Membuat jaring-jaring bangun ruang sisi datar. 5 Senin, 15 April 2013 Membuat jaring-jaring bangun ruang sisi datar 6 Rabu, 17 April 2013 Ulangan pertama mengenai sifat dan unsur bangun

datar, penyebaran angket keaktifan II.

Menentukan luas permukaan bangun ruang sisi datar 7 Sabtu, 20 April 2013 Membahas mengenai luas permukaan bangun ruang

sisi

8 Sabtu, 27 April 2013 Menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan luas permukaan bangun ruang (memberikan latihan soal)


(76)

9 Senin, 29 April 2013 Menentukan Volume bangun ruang sisi datar dan membahas Volume bangun ruang sisi datar (latihan soal)

10 Rabu, 01 April 2013 Menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan bangun ruang sisi datar

11 Sabtu, 04 April 2013 Pemberian Lembar kerja siswa II

12 Senin, 06 April 2013 Ulangan kedua mengenai Luas dan Volume bangun ruang sisi datar dan penyebaran angket keaktifan III

2. Lembar kerja Siswa

Lembar kerja siswa digunakan sebagai latihan untuk membantu siswa dalam mengerjakan tes yang akan diberikan oleh peneliti pada akhir pembelajaran. Lembar kerja ini digunakan oleh peneliti untuk mencapai indikator-indikator pencapaian materi mengenai bangun ruang sisi datar. Dengan menggunakan LKS dalam pengajaran akan membuka kesempatan kepada siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Lembar Kerja siswa akan diberikan pada saat akhir pencapaian kompetensi dasar yang telah ditentukan.

Tabel 3.2 Kisi-kisi Lembar Kerja siswa

LKS Sub Pokok Bahasan Indikator Jumlah soal

I Mengidentifikasi sifat-sifat kubus,balok,prisma, dan limas

- Memahami pengertian bangun ruang sisi datar

- Menyebutkan unsur-unsur dan sifat-sifat bangun ruang sisi datar - Menentukan panjang diagonal sisi

1 2 2 II Menghitung luas

permukaan dan volume kubus, balok, prisma, Limas

- Menentukan masalah yang berhubungan dengan luas

permukaan bangun ruang sisi datar - Menyelesaikan masalah yang

berhubungan dengan volume bangun ruang sisi datar

2


(77)

3. Tes Matematika

Tes matematika yang digunakan berupa tes mencocokkan sifat atau unsur dari bangun datar, dan uraian singkat dan semua jawaban dari soal uraian harus disertakan cara pengerjaannya. Soal dibuat oleh peneliti sendiri, namun tidak menutup kemungkinan mengadopsi dari berbagai sumber. Tes matematika ini dilakukan sebanyak dua kali, pada saat materi sampai jaring-jaring bangun ruang dan diakhir pembelajaran materi Bangun ruang, sehingga soal yang disusun merupakan soal campuran dari materi bangun ruang. Dalam penyusunan soal-soal tes, terlebih dahulu ditentukan kisi-kisi soal tes sesuai dengan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran, kemudian disusun soal tes yang sesuai dengan kisi-kisi :

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Pembuatan soal Tes :

Sub Pokok Bahasan Indikator

Tes

Jumlah 1 2

1. Mengidentifikasi sifat-sifat kubus,balok,prisma, dan limas

- Memahami pengertian bangun ruang sisi datar dan memahami pengertian mengenai Kubus, Balok, Prisma, dan limas dan menyebutkan unsur-unsur dari bangun ruang

√ 3 soal

2. Membuat Jaring-jaring kubus, balok, prisma, dan limas.

Menggambar jaring-jaring

kubus, balok, prisma, dan limas √ 1 soal 3. Menghitung luas permukaan dan

volume kubus, balok, prisma, Limas

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan Luas permukaan dan Volume bangun ruang sisi datar

√ 5 soal


(1)

LAMPIRAN G :

1. Foto Pembelajaran


(2)

288

Lampiran Foto


(3)

289


(4)

290


(5)

vii ABSTRAK

Christina Rinanda Yulitasari Veraningtyas. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Mind Map (Peta Pikiran) Dalam Pembelajaran Matematika Pada Pokok Bahasan Materi Bangun Ruang Sisi Datar Di Kelas VIII B SMP Pangudi Luhur Bayat Klaten. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keaktifan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran Mind Map pada pokok bahasan Bangun ruang sisi datar.

Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII B SMP Pangudi Luhur Bayat Klaten Tahun ajaran 2012-2013 pada bulan Mei-Juni 2013. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif-kualitatif dan kuantitatif. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket keaktifan, observasi proses pembelajaran dan tes hasil belajar. Angket dan lembar observer berfungsi untuk mengetahui keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika khususnya pada materi Bangun ruang sisi datar dengan menggunakan model pembelajaran Mind Map (Peta Pikiran), sedangkan tes hasil belajar berfungsi untuk mengetahui sejauhmana siswa memahami materi yang diberikan dengan menggunakan model pembelajaran Mind Map (Peta Pikiran).

Hasil dari penelitian yang dilakukan ini adalah siswa mempunyai keaktifan tinggi dalam mengikuti pembelajaran yang dilakukan dengan model pembelajaran Mind Map. Lembar observasi secara keseluruhan menunjukkan keaktifan siswa dalam kelompok maupun mengutarakan pendapat di kelas, meskipun masih terdapat sebagian kecil siswa yang tidak fokus. Selain dari lembar observer keaktifan siswa juga dilihat dari hasil penghitungan angket keaktifan yang mencapai prosentase 55,11%, 76,67%, dan 81,67 dan termasuk dalam kategori keaktifan yang tinggi. Sedangkan untuk hasil belajar siswa mencapai prosentase kelulusan pada ulangan fase 1 mencapai 51,61% dengan rata kelas 64,03 dan ulangan fase 2 mencapai kelulusan 66,67% dengan rata-rata kelas 69,33. Pemberian latihan memerlukan waktu yang lebih lama, sehingga siswa kurang mampu mengaplikasikan jenis-jenis soal yang diberikan.

Kata kunci : Keaktifan dan Hasil Belajar, Bangun Ruang Sisi Datar, Mind Map (Peta Pikiran).


(6)

viii ABSTRACT

Veraningtyas, Christina Rinanda Yulitasari. 2013. The Implementation of Mind Map Learning Model on Flat-sided Geometric Subject in Class VIIIB of SMP Pangudi Luhur Bayat Klaten. Mathematics Education Study Program, Mathematics Education and Science Department, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.

This study was aimed to find out the activeness and the students’ learning outcomes on the use of mind map on flat-sided geometric subject.

The students of Class VIIIB of SMP Pangudi Luhur Bayat Klaten batch 2012/2013 were the subject of this study. This study was done on May-June 2013. Descriptive-Qualitative and Quantitative method was the method used in this study. The instruments used in this study were activeness questionnaire, learning process observation and test. The questionnaire and observation was used to find out the students’ activeness on learning Mathematics especially on learning flat-sided geometric subject using mind map model, while the test was used to find out how far the students understood the materials given using mind map learning model.

The result showed that the students have a high level of activeness in following the teaching and learning process using mind map learning model. The whole observation sheets showed the activeness of students both in groups and in expressing opinions in class, although there were still a few students who did not focus in class. Besides, the students’ activeness can also be seen from the results of activeness questionnaire which reached 55,11%, 76,67% and 81,67%, which is included in the category of high level of activeness; while the students’ learning outcomes from the first test which passed the passing grade reached 51,61% with the average mark 64,03 and from the second test which passed the passing grade reached 66,67% with the average mark 69,33. Exercises giving needed a longer time so that the students were not maximally able to implement the learning model on all types of the exercises given.

Keywords: Activeness and Learning Outcomes, Flat-sided Geometric, Mind Map.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP) PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR KELAS VIII SMP DIPONEGORO33

1 17 25

PENGGUNAAN METODE MIND MAP UNTUK MENINGKATKAN Penggunaan Metode Mind Map Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Siswa Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar (PTK Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar Pada Siswa Kelas VIII Internasional Semester

0 3 15

Pengembangan perangkat pembelajaran mengakomodasi teori van hiele materi bangun ruang sisi datar dengan pendekatan saintifik pada siswa kelas VIII B SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang.

0 9 258

Motivasi dan hasil belajar siswa kelas VI A SMP Pangudi Luhur Wedi Klaten dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Mind Map (peta pikiran) pada materi segiempat.

0 0 159

Penerapan metode Mind Map (peta pikiran) dalam pembelajaran matematika pada materi segiempat di kelas VIIA SMP Pangudi Luhur Wedi Klaten.

0 1 178

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran matematika topik luas permukaan dan volume bangun ruang sisi datar ditinjau dari sikap dan hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Pangudi Luhur Gantiwarno.

4 30 178

Penggunaan media powerpoint dalam pembelajaran remedial pada materi bangun ruang sisi datar siswa kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

0 37 237

Pengembangan Multimedia Pembelajaran Matematika Pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar untuk Siswa SMP Kelas VIII.

0 0 3

Penerapan metode Mind Map (peta pikiran) dalam pembelajaran matematika pada materi segiempat di kelas VIIA SMP Pangudi Luhur Wedi Klaten - USD Repository

0 6 176

Penerapan model pembelajaran Mind Map (peta pikiran) dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan materi bangun ruang sisi datar di kelas VIII B SMP Pangudi Luhur Bayat Klaten - USD Repository

0 0 320