Upaya membangun aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIII A SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta melalui pendekatan pembelajaran berbasis masalah pokok bahasan volume bangun ruang sisi datar.

(1)

UPAYA MEMBA KELAS VIII A MELALUI PEND

POKOK BAHA

Dia

PROGR JURUSA FAKULT U

BANGUN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJA III A SMP PANGUDI LUHUR 1 YOGYAK DEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS HASAN VOLUME BANGUN RUANG SISI D

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

Theresia Dian Puspitasari NIM : 091414071

RAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIK SAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IP LTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIK

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2013

AJAR SISWA KARTA IS MASALAH ISI DATAR

TIKA N IPA


(2)

i UPAYA MEMBA

KELAS VIII A MELALUI PEND

POKOK BAHA

Dia

PROGR JURUS FAKUL

i

BANGUN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJA III A SMP PANGUDI LUHUR 1 YOGYAK DEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS HASAN VOLUME BANGUN RUANG SISI D

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

Theresia Dian Puspitasari NIM : 091414071

GRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA USAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA ULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2013

i

AJAR SISWA KARTA IS MASALAH ISI DATAR

KA IPA AN


(3)

(4)

(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus dan Bunda Maria untuk segala berkat, kasih, penyertaan dan

mukjizat-Nya.

Kedua orangtuaku Heribertus Suhartono dan Theresia Sumarwati untuk

semua doa dan dukungan yang tiada henti diberikan.

Kakak-kakak dan adikku yang juga selalu memberikan dukungan dan

semangat.

Sahabat-sahabatku untuk semua kebersamaan, dukungan, dan canda tawa

selama ini.


(6)

(7)

(8)

vii ABSTRAK

Theresia Dian Puspitasari, 2013. Upaya Membangun Aktivitas dan Hasil

Belajar Siswa Kelas VIII A SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta melalui Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah Pokok Bahasan Volume Bangun Ruang Sisi Datar. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan

Pendidikan Matematika dan IPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan pendekatan pembelajaran berbasis masalah dapat (1) membangun aktivitas siswa kelas VIII A SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta pada pembelajaran matematika pokok bahasan volume bangun ruang sisi datar, (2) membangun hasil belajar siswa kelas VIII A SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta pada pembelajaran matematika pokok bahasan volume bangun ruang sisi datar.

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksploratif. Subjek penelitian siswa kelas VIII A SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta yang berjumlah 31 orang. Penelitian dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2012/2013 dengan pokok bahasan volume bangun ruang sisi datar. Penelitian diawali dengan observasi kegiatan siswa dan pengambilan data kemampuan awal siswa melalui tes. Pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah dilakukan dalam 4 kali pertemuan. Pengambilan data aktivitas siswa diperoleh dengan melakukan pengamatan aktivitas siswa pada setiap pelaksanaan pembelajaran. Pengambilan data hasil belajar dilakukan dengan menggunakan tes kemampuan awal dan tes hasil belajar.

Hasil penelitian menunjukkan (1) Pendekatan pembelajaran berbasis masalah dapat digunakan untuk membangun aktivitas siswa di kelas VIII A SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta pada pembelajaran pokok bahasan volume bangun ruang sisi datar. Pada pertemuan kedua, ketiga, keempat, dan kelima jumlah skor aktivitas siswa masing-masing 67,31%, 67,42%, 68,49%, dan 72,80%. Hasil pengamatan aktivitas siswa tergolong tinggi dan menunjukkan adanya peningkatan jumlah skor aktivitas siswa dari pelaksanaan pembelajaran pertama hingga keempat. (2) Pendekatan pembelajaran berbasis masalah dapat digunakan untuk membangun hasil belajar siswa di kelas VIII A SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta pada pembelajaran pokok bahasan volume bangun ruang sisi datar. Presentase jumlah siswa yang mendapatkan nilai tuntas pada tes kemampuan awal dan tes hasil belajar mengalami peningkatan, yaitu sebanyak 12,90% menjadi 58,06% dari keseluruhan siswa dan adanya peningkatan rata-rata nilai tes kemampuan awal dan tes hasil belajar, yaitu dari 52,71 menjadi 76,57.

Kata kunci: Membangun, Aktivitas Siswa, Hasil Belajar, dan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah.


(9)

viii ABSTRACT

Theresia Dian Puspitasari. 2013. Efforts to Build Learning Activities and

Learning Achievements for the Students in Class VIII A of SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta through Problem Based Learning Approach on the Topic of Volumes of Polyhedra. Undergraduate Thesis. Mathematics Education

Study Program, Departement of Mathematics and Science Education, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research aimed to know whether the implementation of problem based learning approach can (1) build activities for the students in class VIII A of SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta in mathematics learning on the topic of volumes of polyhedra, (2) build learning achievements for the students in class VIII A of SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta in mathematics learning on the topic of volumes of polyhedra.

The type of research was explorative research. The subjects of this research were Class VIII A students of SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta consisting of 31 students. This research was conducted in the second semester, in the academic year 2012/2013 on the topic of volumes of polyhedra. The research was started by observations of the students’ learning activities and data of initial ability students were collected through tests. The implementation of learning with problem based learning approach was conducted in four meetings. The data of learning activities were obtained by observing students’ learning activities. The data of learning achievements were obtained by using initial ability tests and learning achievement tests.

The results showed that (1) problem based learning approach could build students’ activities in Class VIII A of SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta on the topic of volumes of polyhedra. The score of the student activities from the second to fifth meetings were 67,31%, 67,42%, 68,49%, and 72,80%. The results of the observations were relatively high and showed an increase in students’ activities score from the first to fourth meetings. (2) problem based learning approach could build students’ learning activities in Class VIII A of SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta on the topic of volumes of polyhedra. The percentage of students who passed or fulfilled the the minimum requirements criteria on initial ability test and learning achievement test has increased, that was from 12,90% to 58,06% and there was an enhancement of the average of score on initial ability test and learning achievement test, that was from 52,71 to 76,57.

Keywords: Build, Student Activity, Learning Achievement, Problem Based Learning Approach


(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Upaya Membangun Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII A SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta melalui Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah Pokok Bahasan Volume Bangun Ruang Sisi Datar”.

Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. St. Suwarsono selaku dosen pembimbing skripsi yang telah menyediakan waktu, pikiran, serta kesabaran dalam memberikan bimbingan kepada penulis.

2. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S. Pd. dan Ibu Ch. Enny Murwaningtyas, M. Si. Selaku dosen penguji yang telah memberikan saran kepada penulis.

3. Segenap dosen JPMIPA yang telah memberikan ilmu dan bimbingan selama penulis menuntut ilmu di Universitas Sanata Dharma.

4. Br. Valentinus Naryo FIC, M.Pd. selaku Kepala SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta yang bersedia memberikan ijin dan bimbingan dalam penelitian. 5. Bapak F.X. Suharyono selaku guru mata pelajaran matematika kelas VIII A

SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta yang telah bersedia membantu penulis dalam melakukan penelitian.


(11)

x

6. Siswa-siswi kelas VIII A SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta yang telah membantu sebagai subjek penelitian.

7. Segenap staf dan karyawan Sekretariat JPMIPA yang telah membantu segala hal yang berkaitan dengan administrasi selama penulis berkuliah di Universitas Sanata Dharma.

8. Teman-teman Rinda, Ana, Merry, Tiwi, Betty, Dina, Friska, Wiby, yang telah membantu menjadi observer dalam pengambilan data selama penelitian. 9. Teman-teman Pendidikan Matematika 2009 khususnya Rinda, Merry, Sasa,

Putri, Anna, Oneng, Wulan, Kribo, Sujud, Ricky, Tepik.

10. Teman-teman bertukar cerita Risma, Loren, Tiara, Deri, Pipin untuk setia berbagi semangat.

11. Semua pihak yang tanpa sengaja tidak disebutkan di sini namun telah memberikan begitu banyak doa dan dukungan agar skripsi ini selesai.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik selalu penulis harapkan demi perbaikan di masa yang akan datang. Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kemajuan dan perkembangan pendidikan.

Yogyakarta, 31 Juli 2013 Penulis


(12)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Pembatasan Istilah ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

A. Belajar ... 8


(13)

xii

2. Teori Belajar ... 9

B. Pendekatan Pembelajaran ... 15

1. Pendekatan ... 15

2. Pembelajaran ... 15

3. Pendekatan Pembelajaran ... 16

C. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah ... 16

1. Landasan Teoritis ... 16

2. Pengertian ... 18

3. Karakteristik ... 19

4. Sintaks ... 20

5. Hambatan ... 23

D. Aktivitas Siswa ... 23

1. Pengertian Aktivitas ... 23

2. Macam-macam Aktivitas ... 25

E. Hasil Belajar ... 26

1. Pengertian Hasil Belajar ... 26

2. Penilaian Hasil Belajar ... 26

F. Menghitung Volume Bangun Ruang Sisi Datar ... 27

1. Pengertian Volume ... 27

2. Satuan Volume ... 27

3. Volume Prisma dan Limas ... 28

G. Materi Volume Bangun Ruang di SMP ... 32

1. Volume Kubus ... 32

2. Volume Balok ... 33

3. Volume Prisma ... 34

4. Volume Limas ... 35

H. Kerangka Berpikir ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

A. Jenis Penelitian ... 38


(14)

xiii

C. Objek Penelitian ... 39

D. Variabel Penelitian ... 39

1. Variabel Dependen ... 39

2. Variabel Independen ... 39

E. Waktu dan Tempat Penelitian ... 40

F. Bentuk Data ... 40

1. Data Aktivitas Siswa ... 40

2. Data Hasil Belajar Siswa ... 40

3. Data Tanggapan Siswa ... 41

G. Instrumen yang Digunakan dalam Penelitian ... 41

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 41

2. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 42

3. Lembar Kuis ... 42

4. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa ... 42

5. Tes Kemampuan Awal ... 46

6. Tes Hasil Belajar ... 47

7. Lembar Wawancara ... 48

H. Desain Penelitian ... 50

I. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 51

1. Validitas RPP, LKS, dan Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa ... 51

2. Validitas Tes Kemampuan Awal dan Tes Hasil Belajar ... 51

3. Reliabilitas Tes Hasil Belajar ... 53

J. Teknis Analisis Data ... 54

1. Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa ... 55

2. Data Hasil Belajar Siswa ... 55

3. Data Hasil Wawancara ... 56

K. Langkah-Langkah Pelaksanaan Penelitian ... 56

1. Penyusunan Proposal ... 56

2. Persiapan Penelitian ... 56


(15)

xiv

4. Pelaksanaan Pembelajaran ... 57

5. Analisis Data ... 58

6. Penulisan Laporan ... 58

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, DESKRIPSI DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 59

A. Pelaksanaan Penelitian ... 59

1. Sebelum Penelitian ... 59

2. Selama Penelitian ... 63

3. Sesudah Penelitian ... 79

B. Deskripsi Data ... 79

1. Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa ... 79

2. Data Hasil Belajar Siswa ... 87

3. Data Hasil Wawancara ... 88

C. Analisis Data ... 89

1. Analisis Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa ... 89

2. Analisis Hasil Belajar Siswa ... 99

3. Analisis Hasil Wawancara Siswa ... 103

D. Pembahasan ... 108

1. Aktivitas Siswa ... 108

2. Hasil Belajar Siswa ... 113

3. Pembahasan Hasil Analisis ... 121

4. Kelemahan dalam Penelitian ... 121

BAB V PENUTUP ... 123

A. Kesimpulan ... 123

B. Saran ... 124

DAFTAR PUSTAKA ... 126


(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah ... 20

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa ... 43

Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Aktivitas Siswa ... 44

Tabel 3.3 Interpretasi Besarnya Koefisien Korelasi ... 53

Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Koefisien Reliabilitas ... 54

Tabel 3.5 Kriteria Aktivitas Siswa ... 55

Tabel 4.1 Data Koefisien Validitas Masing-Masing Butir Soal Tes Hasil Belajar ... 61

Tabel 4.2 Kegiatan Selama Penelitian ... 64

Tabel 4.3 Daftar Kelompok Siswa ... 67

Tabel 4.4 Posisi Duduk Siswa di Kelas ... 68

Tabel 4.5 Distribusi Aktivitas Siswa pada Pertemuan II ... 79

Tabel 4.6 Distribusi Aktivitas Siswa pada Pertemuan III ... 81

Tabel 4.7 Distribusi Aktivitas Siswa pada Pertemuan IV ... 82

Tabel 4.8 Distribusi Aktivitas Siswa pada Pertemuan V ... 83

Tabel 4.9 Skor Hasil Tes Siswa ... 87

Tabel 4.10 Jumlah Siswa yang Melakukan Aktivitas pada Pertemuan II ... 89

Tabel 4.11 Jumlah Siswa yang Melakukan Aktivitas pada Pertemuan III ... 92

Tabel 4.12 Jumlah Siswa yang Melakukan Aktivitas pada Pertemuan IV ... 94


(17)

xvi

Tabel 4.13 Jumlah Siswa yang Melakukan Aktivitas pada

Pertemuan V ... 96 Tabel 4.14 Perbandingan Nilai Tes Kemampuan Awal dan Tes Hasil

Belajar Berdasarkan KKM ... 99 Tabel 4.15 Hasil Kuis I ... 102 Tabel 4.16 Hasil Kuis II ... 102 Tabel 4.17 Jumlah Skor Setiap Jenis Aktivitas Siswa pada

Pertemuan II, III, IV, dan V ... 109 Tabel 4.18 Kriteria Aktivitas Siswa ... 111 Tabel 4.19 Jumlah Siswa Ditinjau dari Hasil Tes ... 114 Tabel 4.20 Rata-Rata Hasil Belajar Siswa pada TKA, Kuis I, Kuis II,

dan THB ... 116 Tabel 4.21 Jumlah Siswa dengan Nilai yang Mencapai KKM ... 117 Tabel 4.22 Perbandingan Perolehan Nilai TKA dan THB ... 118


(18)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Prisma untuk Teorema 14.13 ... 28

Gambar 2.2 Limas untuk Pembuktian Teorema 14.14 ... 29

Gambar 2.3 Limas dan Prisma ... 30

Gambar 2.4 Pembuktian Teorema 14.15 ... 31

Gambar 2.5 Limas untuk Teorema 14.16 ... 32

Gambar 2.6 Kubus dengan Berbagai Ukuran ... 32

Gambar 2.7 Balok dengan Berbagai Ukuran ... 33

Gambar 2.8 Pembuktian Volume Prisma ... 34


(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A ... 128

A.1 Surat Ijin Penelitian ... 128

A.2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 129

A.3 Surat Ijin Ujicoba Instrumen Penelitian ... 130

LAMPIRAN B ... 131

B.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 131

B.2 Lembar Kerja Siswa 1 ... 143

B.3 Contoh Hasil Lembar Kerja Siswa 1 ... 146

B.4 Lembar Kerja Siswa 2 ... 149

B.5 Contoh Hasil Lembar Kerja Siswa 2 ... 152

B.6 Lembar Kerja Siswa 3 ... 155

B.7 Contoh Hasil Lembar Kerja Siswa 3 ... 158

B.8 Lembar Kerja Siswa 4 ... 161

B.9 Contoh Hasil Lembar Kerja Siswa 4 ... 164

LAMPIRAN C ... 167

C.1 Soal Uji Coba Tes Hasil Belajar ... 167

C.2 Kunci Jawaban Uji Coba Tes Hasil Belajar ... 169

C.3 Contoh Lembar Jawab Uji Coba Tes Hasil Belajar ... 173

C.4 Analisis Data Uji Coba Tes Hasil Belajar ... 176

LAMPIRAN D ... 191


(20)

xix

D.2 Contoh Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa ... 192

D.3 Lembar Wawancara Siswa ... 200

D.4 Hasil Wawancara ... 203

LAMPIRAN E ... 207

E.1 Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Awal ... 207

E.2 Soal Tes Kemampuan Awal ... 205

E.3 Kunci Jawaban TKA ... 206

E.4 Hasil Validasi Pakar Soal Tes Kemampuan Awal ... 208

E.5 Contoh Lembar Jawab Tes Kemampuan Awal ... 209

E.6 Kisi-Kisi Soal Tes Hasil Belajar ... 214

E.7 Soal Tes Hasil Belajar ... 216

E.8 Kunci Jawaban THB ... 218

E.9 Contoh Lembar Jawab Tes Hasil Belajar ... 222

E.10 Soal Kuis I dan II ... 237

E.11 Contoh Lembar Kuis I dan II ... 239


(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Suyatno (2009), pembelajaran yang berbasis materi ajar seringkali tidak relevan dan tidak bermakna bagi siswa sehingga tidak menarik perhatian siswa. Pembelajaran yang dibangun berdasarkan materi ajar seringkali terlepas dari kejadian aktual di masyarakat. Akibatnya, siswa tidak dapat menerapkan konsep yang dipelajarinya di dalam kehidupan nyata sehari-hari.

Seringkali siswa sulit menerima materi pelajaran yang baru atau yang belum mereka kenal. Oleh karena itu, guru perlu mengembangkan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan pembelajaran yang tepat, khususnya matematika sebagai salah satu bidang studi di sekolah yang mendapat cukup banyak perhatian dalam pengembangan pembelajarannya.

Menurut Wena (2012), pada dasarnya tujuan akhir pembelajaran adalah menghasilkan siswa yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memecahkan masalah yang dihadapi kelak di masyarakat. Untuk menghasilkan siswa yang memiliki kompetensi yang andal dalam pemecahan masalah, maka siswa harus dibiasakan untuk menghadapi masalah-masalah berkaitan dengan materi pelajaran yang sedang dipelajari.

Salah satu contoh pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk menghasilkan siswa yang memiliki pengetahuan dan keterampilan


(22)

dalam pemecahan masalah adalah pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pendekatan pembelajaran, di mana proses proses pembelajarannya diawali dengan menggunakan masalah dalam kehidupan nyata yang sudah ditentukan sebelumnya (Suyatno, 2009).

Dengan menggunakan masalah dari kehidupan sehari-hari, siswa dirangsang untuk mempelajari masalah tersebut berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka miliki sebelumnya sehingga akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru. Dengan demikian, siswa dapat mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru.

Masalah yang dimunculkan harus riil yang ada kaitannya dengan kehidupan siswa, sehingga ada hasrat dan kesediaan untuk memecahkannya. Siswa di sekolah sering dihadapkan dengan bahan pelajaran yang tidak disadari murid maknanya bagi dirinya sendiri. Ia mempelajarinya karena terpaksa, karena takut akan kegagalan dan hukuman atau karena diharapkan oleh guru atau orang tua. Karena itu memberi kesempatan bagi siswa untuk menghadapi masalah nyata tampaknya merupakan suatu pendekatan yang dapat diterapkan pada pembelajaran matematika.

Adanya suatu masalah yang menarik dan bermakna bagi siswa merupakan salah satu hal yang dapat membangun aktivitas siswa di kelas. Dengan menghadapkan masalah pada siswa, siswa dituntut untuk merumuskan masalah itu, merumuskan hipotesis, dan menguji hipotesis itu. Siswa memecahkan masalah langkah demi langkah dengan menggunakan aturan tertentu, siswa dibantu dan dibimbing untuk menemukan sendiri pemecahan


(23)

masalah itu. Dengan cara demikian mereka menemukan sendiri aturan yang diperlukan untuk memecahkan masalah itu.

Pada prinsipnya belajar adalah aktivitas yang dilakukan oleh siswa sendiri. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Menurut Wena (2012), idealnya aktivitas pada pembelajaran tidak hanya difokuskan pada upaya mendapatkan pengetahuan sebanyak-banyaknya, melainkan juga bagaimana menggunakan segenap pengetahuan yang didapat untuk menghadapi situasi baru atau memecahkan masalah-masalah khusus yang ada kaitannya dengan bidang studi yang dipelajari. Faktor keaktifan siswa sangat menentukan keberhasilan dari tujuan pembelajaran.

Di samping pentingnya aktivitas siswa dalam pembelajaran, hasil belajar yang baik tentunya sangat diharapkan dan didambakan oleh setiap siswa yang melakukan kegiatan belajar di sekolah. Dengan adanya tes hasil belajar, dapat terlihat tingkat usaha yang dilakukan siswa selama pembelajaran khususnya aktivitas siswa. Yakni banyaknya aktivitas yang dilakukan siswa selama pembelajaran diharapkan hasil belajarnya pun juga baik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti ingin melihat:

1. Apakah penerapan pendekatan pembelajaran berbasis masalah dapat membangun aktivitas siswa kelas VIII A SMP Pangudi Luhur 1


(24)

Yogyakarta pada pembelajaran matematika pokok bahasan volume bangun ruang sisi datar ?

2. Apakah penerapan pendekatan pembelajaran berbasis masalah dapat membangun hasil belajar siswa kelas VIII A SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta pada pembelajaran matematika pokok bahasan volume bangun ruang sisi datar ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan pendekatan pembelajaran berbasis masalah dapat:

1. membangun aktivitas siswa kelas VIII A SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta pada pembelajaran matematika pokok bahasan volume bangun ruang sisi datar.

2. membangun hasil belajar siswa kelas VIII A SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta pada pembelajaran matematika pokok bahasan volume bangun ruang sisi datar.

D. Pembatasan Istilah

Istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah

Pendekatan pembelajaran berbasis masalah merupakan pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru pada


(25)

pembelajaran matematika pada pokok bahasan volume bangun ruang sisi datar.

2. Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa adalah suatu prinsip atau azas yang penting dalam interaksi belajar yang berupa aktivitas fisik maupun psikis dan melibatkan penguasaan dan pengubahan pengetahuan, keterampilan, strategi, keyakinan, sikap, dan perilaku pada pembelajaran matematika melalui pendekatan pembelajaran berbasis masalah pada pokok bahasan volume bangun ruang sisi datar.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya yang sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan. Hasil belajar ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan pada mata pelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis masalah pada pokok bahasan volume bangun ruang sisi datar.

4. Membangun Aktivitas Siswa

Membangun memiliki dua makna. Membangun berarti meningkatkan sesuatu yang ada menjadi lebih baik, namun juga dapat berarti mengadakan sesuatu yang belum ada menjadi ada. Membangun aktivitas siswa adalah meningkatkan aktivitas yang sudah dilakukan siswa menjadi lebih baik dan mengadakan aktivitas yang belum ada menjadi ada melalui pendekatan pembelajaran berbasis masalah dari pelaksanaan pembelajaran


(26)

pertama sampai keempat. Aktivitas siswa yang lebih baik dapat dilihat dari peningkatan jumlah skor aktivitas siswa dari pelaksanaan pembelajaran pertama hingga keempat.

5. Membangun Hasil Belajar Siswa

Membangun berarti meningkatkan sesuatu yang ada menjadi lebih baik. Membangun hasil belajar siswa adalah membina siswa melalui pendekatan pembelajaran berbasis masalah untuk mengusahakan supaya hasil belajarnya lebih baik yaitu dari tes kemampuan awal hingga tes hasil belajar.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Guru

Penelitian ini memberikan masukan kepada guru agar dapat membangun aktivitas dan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika melalui pendekatan pembelajaran berbasis masalah.

2. Siswa

Bagi siswa yang menjadi subjek penelitian diharapkan dapat membangun aktivitas dan hasil belajar mereka khususnya pada pelajaran matematika dengan penerapan pendekatan pembelajaran berbasis masalah.

3. Peneliti

Bagi peneneliti sendiri, penelitian ini dapat menjadi pengetahuan dan pengalaman tersendiri sehingga kelak dapat merealisasikan pendekatan


(27)

pembelajaran berbasis masalah ini dengan baik di manapun peneliti berada sebagai guru di kemudian hari.


(28)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Belajar

1. Pengertian Belajar

Seperti yang dikemukakan oleh Slameto dalam bukunya Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan sesorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Hilgard dalam Mulyati (2005), belajar berarti pembentukan atau shaping tingkah laku individual melalui kontak dengan lingkungan. Sedangkan Winkel (1987) menyatakan belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap.

Dengan demikian, inti dari belajar adalah aktivitas atau proses usaha untuk memperoleh perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman interaksi dengan lingkungan. Siswa dikatakan belajar jika ia memperoleh sesuatu dari usaha belajarnya yang semakin mengantar ke penyempurnaan pengetahuan dan pemahaman. Makin banyak kemampuan yang diperoleh sampai menjadi milik pribadi, makin banyak pula perubahan yang telah dialami.


(29)

2. Teori Belajar

Menurut Trianto (2010) teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadinya belajar atau bagaimana informasi diproses di dalam pikiran siswa itu. Berikut dijabarkan beberapa teori belajar.

a. Teori Belajar Konstruktivisme

Menurut Trianto (2010), teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekadar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya.

b. Teori Perkembangan Kognitif Piaget

Menurut Sanjaya (2011), Piaget berpendapat bahwa pada dasarnya setiap individu sejak kecil sudah memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pengetahuan yang dikonstruksi oleh anak sebagai subjek, maka akan menjadi pengetahuan yang bermakna, sedangkan pengetahuan yang hanya


(30)

diperoleh melalui proses pemberitahuan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna.

Menurut Piaget, sejak kecil setiap anak sudah memiliki skema, yaitu struktur kognitif yang terbentuk karena pengalaman anak. Semakin dewasa anak, maka semakin sempurnalah skema yang dimilikinya. Proses mengkonstruksi pengetahuan dilakukan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses penyempurnaan skema yang telah terbentuk dan akomodasi adalah proses mengubah skema yang sudah ada hingga terbentuk skema baru (Sanjaya, 2011).

Dalam Trianto (2010), menurut teori Piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru dilahirkan sampai menginjak usia dewasa mengalami empat tingkat perkembangan kognitif. Tingkatan-tingkatan perkembangan kognitif tersebut meliputi:

1) Sensorimotor

Tahap ini diperkirakan berlangsung dari usia kelahiran sampai 2 tahun. Tindakan-tindakan anak spontan dan menunjukkan usaha untuk memahami dunia. Pemahaman bersumber dari tindakan di saat sekarang.

2) Pra-operasional

Tahap ini diperkirakan berlangsung dari usia 2 sampai 7 tahun. Anak mampu membayangkan masa mendatang dan berpikir


(31)

tentang masa yang sudah lewat, meskipun persepsi mereka masih sangat berorientasi pada masa sekarang. Mereka juga belum mampu berpikir dengan lebih dari satu dimensi pada satu saat. 3) Operasional konkret

Tahap ini diperkirakan berlangsung dari usia 7 sampai 11 tahun. Tahapan ini ditandai dengan pertumbuhan kognitif yang luar biasa dan merupakan tahapan formatif dalam pendidikan sekolah, karena ini masanya bahasa dan penguasaan keterampilan-keterampilan dasar anak-anak bertambah cepat secara dramatis. Anak-anak mulai menunjukkan beberapa pemikiran abstrak meskipun biasanya didefinisikan dengan karakter-karakter atau tindakan-tindakan.

4) Operasional formal

Tahap ini diperkirakan berlangsung dari usia 11 tahun sampai dewasa. Tahapan ini mengembangkan pikiran operasional konkret. Pikiran anak-anak tidak lagi hanya terfokus pada hal-hal yang dapat dilihat; anak-anak mampu berpikir tentang situasi-situasi hipotesis atau pengandaian. Kapabilitas penalaran mereka meningkat dan mereka dapat berpikir tentang lebih dari satu dimensi dan karakter-karakter abstrak.

Dalam Trianto (2010), berdasarkan tingkat perkembangan kognitif Piaget ini, sebagai contoh untuk siswa pada rentang usia 11 – 15 tahun berada pada tahap perkembangan operasi formal. Pada usia


(32)

ini yang perlu dipertimbangkan adalah aspek-aspek perkembangan remaja. Di mana remaja mengalami tahap transisi dari penggunaan operasi konkret ke penerapan operasi formal dalam bernalar. Remaja mulai menyadari keterbatasan-keterbatasan pemikiran mereka, di mana mereka mulai bergelut dengan konsep-konsep yang ada di luar pengalaman mereka sendiri.

c. Teori Pengajaran John Dewey

John Dewey menekankan pentingnya metode reflektif di dalam memecahkan masalah, yaitu suatu proses berpikir aktif, hati-hati, yang dilandasi proses berpikir ke arah kesimpulan-kesimpulan yang definitif melalui lima langkah (Trianto, 2010).

1) Siswa mengenali masalah, masalah itu datang dari luar diri siswa itu sendiri.

2) Selanjutnya siswa akan menyelidiki dan menganalisis kesulitannya dan menentukan masalah yang dihadapinya.

3) Lalu dia menghubungkan uraian-uraian hasil analisisnya itu atau satu sama lain, dan mengumpulkan berbagai kemungkinan guna memecahkan masalah tersebut. Dalam bertindak ia dipimpin oleh pengalamannya sendiri.

4) Kemudian ia menimbang kemungkinan jawaban atau hipotesis dengan akibatnya masing-masing.

5) Selanjutnya ia mencoba mempraktikkan salah satu kemungkinan pemecahan yang dipandangnya terbaik. Hasilnya akan


(33)

membuktikan betul tidaknya pemecahan masalah itu. Bilamana pemecahan masalah itu salah atau kurang tepat, maka akan dicobanya kemungkinan yang lain sampai ditemukan pemecahan masalah yang tepat. Pemecahan masalah itulah yang benar, yaitu yang berguna untuk hidup.

d. Teori Belajar Bermakna David Ausubel

Menurut Dahar (2011), belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Menurut Trianto (2010), berdasarkan teori Ausubel, dalam membantu siswa menanamkan pengetahuan baru dari suatu materi, sangat diperlukan konsep-konsep awal yang sudah dimiliki siswa yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari. Sehingga jika dikaitkan dengan model pembelajaran berdasarkan masalah, di mana siswa mampu mengerjakan permasalahan yang autentik sangat memerlukan konsep awal yang sudah dimiliki siswa sebelumnya untuk suatu penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata.

e. Teori Penemuan Jerome Bruner

Menurut Dahar (2011), Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar


(34)

bermakna. Bruner menyarankan agar siswa-siswa hendaknya belajar melalui partisipasi secara aktif dengan konsep dan prinsip-prinsip agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri. Belajar menemukan mengacu pada penguasaan pengetahuan untuk diri sendiri. Penemuan melibatkan perumusan dan pengujian hipotesis, bukan sekedar membaca dan mendengarkan guru menerangkan. Guru mengatur aktivitas di mana siswa mencari, mengolah, menelusuri, dan menyelidiki. Pembelajaran berdasarkan aktivitas di mana siswa-siswa diharapkan menggunakan pengalaman dan observasi langsung mereka sendiri untuk memperoleh informasi dan memecahkan masalah-masalah ilmiah.

f. Teori Pembelajaran Sosial Vygotsky

Menurut Trianto (2010), Vygotsky berpendapat seperti Piaget, bahwa siswa membentuk pengetahuan sebagaai hasil dari pikiran dan kegiatan siswa sendiri melalui bahasa. Vygotsky berkeyakinan bahwa perkembangan tergantung baik pada faktor biologis menentukan fungsi-fungsi elementer memori, atensi, persepsi, dan stimulus-respons, faktor sosial sangat penting artinya bagi perkembangan fungsi mental lebih tinggi untuk pengembangan konsep, penalaran logis, dan pengambilan keputusan. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan dan kerja sama


(35)

antar-individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut.

B. Pendekatan Pembelajaran 1. Pendekatan

Menurut Sanjaya (2011), pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap suatu proses. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Pendekatan berbeda dengan strategi maupun metode. Pendekatan tertentu akan menentukan strategi dan metode yang digunakan.

2. Pembelajaran

Menurut Trianto (2010), pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.

Pembelajaran terjadi ketika ada interaksi dua arah antara guru dan siswa. Guru dan siswa berkomunikasi secara intens dan terarah menuju suatu target yang yang telah ditetapkan sebelumnya. Pembelajaran merupakan perubahan yang bertahan lama dalam perilaku, atau dalam kapasitas berperilaku dengan cara tertentu, yang dihasilkan dari praktik atau bentuk-bentuk pengalaman lainnya (Schunk, 2012).


(36)

Menurut Sanjaya (2011), pembelajaran (instruction) itu menunjuk pada usaha siswa mempelajari bahan pelajaran sebagai akibat perlakuan guru. Dalam pembelajaran, guru harus berperan secara optimal, demikian juga dengan siswa. Perbedaan dominasi dan aktivitas guru dan siswa hanya menunjuk pada perbedaan tugas-tugas atau perlakuan guru dan siswa tersebut terhadap materi dan proses pembelajaran.

3. Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan pembelajaran adalah sudut pandang kita terhadap proses usaha siswa untuk belajar sebagai akibat perlakuan guru yang masih bersifat umum.

C. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah 1. Landasan Teoritis

Pembelajaran berbasis masalah berlandaskan pada psikologi kognitif sebagai pendukung teoritisnya. Peran guru dalam pelajaran yang berbasis masalah kadang-kadang melibatkan presentasi dan penjelasan sesuatu hal kepada siswa, namun yang lebih sering memfungsikan diri sebagai pembimbing dan fasilitator sehingga siswa dapat belajar untuk berpikir dan menyelesaikankan masalah oleh mereka sendiri. (Arends, 2008).

Menurut Schunk (2012), teori-teori kognitif memberikan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan, pembentukan


(37)

struktur mental, dan pengolahan informasi siswa sebagai penyebab utama dari pembelajaran.

Di samping teori kognitif, teori konstruktivisme mendasari pembelajaran berbasis masalah. Keterkaitan konstruktivisme dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah adalah bahwa dalam pembelajaran berbasis masalah terdapat proses konstruksi pengetahuan untuk menyelesaikan masalah.

PBL is in the vein of constructivist learning genre (Jonnasen, 1998) as it is found to be consistent with constructivism (Savery & Duffy, 1995). The term refers to the idea that learners construct knowledge for themselves: each learner individually (and socially) constructs meaning as she or he learns. The learner is viewed as an active participant in learning rather than a passive recipient of knowledge.”(Ee & Tan, 2009)

Pembelajaran berbasis masalah ada dalam arus utama pembelajaran konstruktivis seperti yang ditemukan untuk konsisten dengan konstruktivisme. Istilah ini mengacu pada ide bahwa siswa membangun pengetahuan untuk diri mereka sendiri: setiap siswa secara individual (dan sosial) membangun makna sebagai dia belajar. Siswa dipandang sebagai peserta aktif dalam belajar daripada penerima pasif pengetahuan.

Dengan pembelajaran berbasis masalah siswa mempelajari materi pelajaran dengan upaya sendiri dan diharapkan bisa menyelesaikan berbagai masalah. Tujuannya supaya siswa memahami konsep baru yang menjadi tujuan pembelajaran dengan upaya dari diri sendiri yang serius,


(38)

sehingga konsep yang baru tersebut dapat dipahami dengan lebih baik daripda jika konsep tersebut langsung diberitahukan oleh guru tanpa upaya yang serius dari siswa sendiri.

Pengetahuan tidak ditentukan dari luar diri manusia, tapi terbentuk di dalam diri mereka. Seseorang menghasilkan pengetahuan berdasarkan keyakinan-keyakinan dan pengalaman-pengalaman mereka sendiri dalam situasi-situasi yang dihadapi.

2. Pengertian

Pendekatan pembelajaran berbasis masalah merupakan pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru. Pendekatan ini berfokus pada keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Siswa tidak lagi diberikan materi belajar secara satu arah seperti pada pembelajaran yang konvensional. Dengan pendekatan ini, diharapkan siswa dapat mengembangkan pengetahuan mereka secara mandiri. Dengan demikian, masalah yang ada digunakan sebagai sarana agar anak didik dapat belajar sesuatu yang dapat menyokong keilmuannya (Suyatno, 2010).

Pembelajaran berbasis masalah adalah proses pembelajaran yang diawali dengan menggunakan masalah dalam kehidupan nyata lalu dari masalah ini siswa dirangsang untuk mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka punyai sebelumnya (prior knowledge) sehingga dari prior knowledge ini akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru. Diskusi dengan menggunakan kelompok kecil


(39)

merupakan poin utama dalam penerapan pembelajaran berbasis masalah (Suyatno, 2010).

Menurut Gagne dalam Wena (2012), dalam memecahkan masalah siswa berproses untuk menemukan kombinasi dari sejumlah aturan yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi situasi yang baru. Pemecahan masalah tidak sekedar sebagai bentuk kemampuan menerapkan aturan-aturan yang telah dikuasai melalui kegiatan-kegiatan belajar terdahulu, melainkan lebih dari itu, merupakan proses untuk mendapatkan seperangkat aturan pada tingkat yang lebih tinggi. Apabila seseorang telah mendapatkan suatu kombinasi perangkat aturan yang terbukti dapat dioperasikan sesuai dengan situasi yang sedang dihadapi maka ia tidak saja dapat memecahkan suatu masalah, melainkan juga telah berhasil menemukan sesuatu yang baru. Sesuatu yang dimaksud adalah perangkat prosedur atau strategi yang memungkinkan seseorang dapat meningkatkan kemandirian dalam berpikir.

3. Karakteristik

Menurut Suyatno (2009), dalam melaksanakan proses pembelajaran berbasis masalah ini, beberapa ciri-ciri utamanya adalah sebagai berikut.

a. Pembelajaran berpusat dengan masalah.

b. Masalah yang digunakan merupakan masalah dunia sebenarnya yang mungkin akan dihadapi oleh siswa dalam kerja profesional mereka di masa depan.


(40)

c. Pengetahuan yang diharapkan dicapai oleh siswa saat proses pembelajaran disusun berdasarkan masalah.

d. Para siswa bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran mereka sendiri.

e. Siswa aktif dengan proses bersama.

f. Pengetahuan menyokong pengetahuan yang baru. g. Pengetahuan diperoleh dalam konteks yang bermakna.

h. Siswa berpeluang untuk meningkatkan serta mengorganisasikan pengetahuan.

i. Kebanyakan pembelajaran dilaksanakan dalam kelompok kecil. 4. Sintaks

Menurut Ibrahim dan Nur (2001), pembelajaran berbasis masalah biasanya terdiri dari 5 tahap utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Kelima tahapan tersebut disajikan pada Tabel Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah

Tahap Perilaku Guru

Tahap 1

Orientasi siswa pada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menyajikan masalah, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.

Tahap 2

Mengorganisasi siswa untuk belajar

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dan lain-lain).

Tahap 3 Membimbing

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan


(41)

penyelidikan individual maupun kelompok

eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesa, dan pemecahan masalah.

Tahap 4

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya. Tahap 5

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

(Ibrahim & Nur, 2001: 13) Perilaku yang diinginkan dari guru dan siswa yang berhubungan dengan masing-masing tahap, dideskripsikan dengan lebih terperinci sebagai berikut.

a. Orientasi Siswa pada Masalah

Pada awal pembelajaran, guru mengomunikasikan dengan jelas maksud pelajarannya, membangun sikap positif terhadap pelajaran itu, dan mendeskripsikan sesuatu yang diharapkan untuk dilakukan oleh siswa. Guru menyodorkan masalah dengan hati-hati atau memiliki prosedur yang jelas untuk melibatkan siswa dalam identifikasi permasalahan. Guru seharusnya menyuguhkan masalah kepada siswa dengan semenarik dan seakurat mungkin (Arends, 2008).

b. Mengorganisasi Siswa untuk Belajar

Pembelajaran berbasis masalah mengharuskan guru untuk mengembangkan keterampilan kolaborasi di antara siswa dan membantu mereka untuk menginvestigasi masalah secara bersama-sama. Pembelajaran berbasis masalah juga mengaharuskan guru untuk


(42)

membantu siswa untuk merencanakan tugas investigatif dan pelaporannya (Arends, 2008).

c. Membimbing Penyelidikan Individual maupun Kelompok

Penyelidikan yang dilakukan secara individual, berpasangan, atau dalam kelompok-kelompok kecil adalah inti pembelajaran berbasis masalah. Meskipun setiap masalah membutuhkan teknik penyelidikan yang agak berbeda, kebanyakan melibatkan proses mengumpulkan data dan eksperimentasi, pembuatan hipotesis dan penjelasan, dan memberikan solusi. Guru seharusnya membantu siswa dalam mengumpulkan informasi dari berbagai sumber dan menyodorkan berbagai pertanyaan untuk membuat siswa memikirkan tentang permasalahan itu dan tentang jenis informasi yang dibutuhkan untuk sampai pada solusi yang dapat dipertahankan (Arends, 2008).

d. Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya

Hasil karya lebih dari sekadar laporan tertulis. Hasil karya termasuk hal-hal seperti rekaman video yang memperlihatkan situasi yang bermasalah dan solusi yang diusulkan, model-model yang mencakup representasi fisik dari situasi masalah atau solusinya, dan program komputer serta presentasi multimedia (Arends, 2008).

e. Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan Masalah

Tahap terakhir pembelajaran berbasis masalah melibatkan kegiatan-kegiatan yang dimaksudkan untuk membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikirnya sendiri maupun keterampilan


(43)

investigatif dan keterampilan intelektual yang mereka gunakan. Selama tahap ini, guru meminta siswa untuk merekonstruksikan pikiran dan kegiatan mereka selama berbagai tahap pelajaran (Arends, 2008).

5. Hambatan

Ada beberapa hambatan yang yang dapat muncul selama proses belajar dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah :

a. Hambatan yang paling sering terjadi adalah kurang terbiasanya siswa dan pengajar dengan metode ini. Siswa dan pengajar masih terbawa kebiasaan metode konvensional, yaitu pemberian materi terjadi secara satu arah (Suyatno, 2009).

b. Kurangnya waktu. Proses pembelajaran berbasis masalah terkadang membutuhkan waktu yang lebih banyak. Siswa terkadang memerlukan waktu untuk menghadapi persoalan yang diberikan. Sementara, waktu pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah harus disesuaikan dengan beban kurikulum (Suyatno, 2009).

D. Aktivitas Siswa

1. Pengertian Aktivitas

Belajar adalah berbuat; memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, proses belajar siswa harus dapat mendorong siswa untuk beraktivitas melakukan sesuatu. Sardiman (2007) berpendapat bahwa aktivitas merupakan prinsip atau azas


(44)

yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar. Menurut Sanjaya (2011), aktivitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental. Menurut Schunk (2012) aktivitas belajar melibatkan penguasaan dan pengubahan pengetahuan, keterampilan, strategi, keyakinan, sikap, dan perilaku.

Dari ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan aktivitas adalah suatu prinsip atau azas yang penting dalam interaksi belajar yang berupa aktivitas fisik maupun psikis dan melibatkan penguasaan dan pengubahan pengetahuan, keterampilan, strategi, keyakinan, sikap, dan perilaku.

Aktivitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental. Misalnya ketika guru berceramah, siswa menghayati materi pelajaran yang dituturkan melalui proses menyimak dan meragukan tentang segala sesuatu yang dituturkan, sehingga dari keraguan itu memunculkan keinginan siswa untuk memperdalam materi pelajaran (Sanjaya, 2010).

Dalam proses mengajar belajar, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda. Misalnya siswa akan bertanya, mengajukan pendapat, menimbulkan diskusi dengan guru. Bila siswa menjadi partisipasi yang aktif, maka ia memiliki ilmu/pengetahuan itu dengan baik (Slameto, 2010).


(45)

2. Macam-Macam Aktivitas

Menurut Paul D. Diedrich (dalam Sardiman, 2007) kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memerhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. b. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, member

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

c. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.

d. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

e. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

f. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

g. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

h. Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.


(46)

E. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Nana Sudjana (2010) berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Sanjaya (2011) hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan. Sehingga hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya yang sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan.

Dengan demikian, tugas guru dalam kegiatan ini adalah merancang instrumen yang dapat mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan data tersebut guru dapat mengembangkan dan memperbaiki program pembelajaran.

2. Penilaian Hasil Belajar

Menurut Nasution (2005) ada dua macam penilaian menurut Glaser, yakni referenced dan criterion-referenced. Penilaian norm-referenced didasarkan atas penilaian murid dibandingkan dengan hasil seluruh kelas. Yang diutamakan ialah kedudukan seorang siswa dibandingkan dengan norma kelompok. Yang dipentingkan ialah perbedaan individual. Penilaian criterion-referenced menilai hasil belajar anak berdasarkan standar atau kriteria tertentu, yakni yang ditentukan oleh tujuan pelajaran. Yang perlu diketahui ialah, hingga manakah anak itu telah mencapai tujuan itu. Untuk itu tujuan harus dirumuskan dengan jelas


(47)

dan spesifik. Tujuan yang dirumuskan secara umum sukar dinilai dan diukur keberhasilannya. Dengan penilaian criterion-referenced kita ingin mengukur hasil langsung dari pelajaran yang baru saja kita berikan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian serupa ini adalah:

a. Soal-soal atau pertanyaan harus berhubungan langsung dengan rumusan tujuan pelajaran.

b. Murid-murid harus diberitahukan dengan jelas hasil apa yang diharapkan dari mereka pada akhir pelajaran.

c. Pertanyaan hendaknya jangan mengenai hal-hal yang dapat dihafal dan kemudian diingat kembali untuk mencegah hasil belajar berupa rangkaian kata-kata atau “verbal chain”, kecuali bila sesuatu memang harus dihafal sebagai hasil belajar yang diharapkan.

F. Menghitung Volume Bangun Ruang Sisi Datar 1. Pengertian Volume

Travers (1987) menyatakan, ukuran dari suatu ruang yang ditempati oleh suatu polihedra (bangun ruang sisi datar) disebut volume dari bangun ruang tersebut. (Bangun ruang sisi datar disebut juga bidang banyak).

2. Satuan Volume

Untuk menghitung volume bangun ruang sisi datar, terdapat istilah satuan volume. Salah satu contoh satuan volume adalah kubus satuan. Jika kubus satuan panjang rusuknya 1 cm, maka volume kubus satuan = 1 cm x


(48)

1 cm x 1 cm = 1 cm3. Jika satuan volume m3, artinya panjang rusuk satuan adalah 1 m. Satuan volume selain kubik adalah liter. 1000 dm3= 1 liter. 3. Volume Prisma dan Limas

Dalam Travers (1987) disebutkan Postulat 21, yang berbunyi volume paralelepipedum siku-siku adalah hasil kali dari tinggi dan luas alas dari bangun tersebut, yaitu V = Ah dengan V adalah volume bangun ruang, A adalah luas alas bangun ruang, dan h adalah tinggi bangun ruang.

Dalam Suwarsono (2002) disebutkan Prinsip Cavalieri. Prinsip Cavalieri: Jika dua bangun ruang mempunyai tinggi yang sama, dan jika bidang-bidang yang sejajar dengan alas dan berjarak sama dari alas selalu membuat irisan pada kedua bangun ruang itu yang luasnya sama, maka kedua bangun ruang itu mempunyai volum yang sama.

Teorema 14.13, Volume setiap prisma adalah hasil kali dari tinggi prisma dan luas alas prisma.

Gambar 2.1 Prisma untuk Teorema 14.13

Diketahui sebuah prisma dan sebuah paralelepipedum, yang masing-masing memiliki tinggi h dan luas alas A dan keduanya terletak pada bidang E. Untuk membuktikan volume sebuah prisma adalah hasil kali tinggi prisma dan luas alas prisma digunakan Postulat 21, Teorema


(49)

14.8, dan Prinsip Cavalieri. Postulat 21 menyatakan volume paralelepipedum adalah hasil kali dari tinggi dan luas alas, yaitu V = Ah. Berdasarkan Teorema Irisan Melintang Prisma (Teorema 14.8) yang berbunyi semua irisan melintang dari sebuah prisma memiliki luas yang sama dan dengan Prinsip Cavalieri dapat disimpulkan prisma dan paralelepipedum tersebut memiliki volume (V) yang sama. Berdasarkan Postulat 21, volume paralelepipedum adalah Ah, maka volume prisma yang lain juga Ah. Jadi, untuk setiap prisma V = Ah.

Prinsip Cavalieri juga berlaku pada Teorema Irisan Melintang Limas yang memenuhi untuk menentukan volume limas. Pertama, akan dibuktikan bahwa dua limas dengan tinggi dan luas alas yang sama memiliki volume yang sama.

Dalam Travers (1987) Teorema 14.14 menyatakan jika dua limas memiliki tinggi yang sama dan luas alas yang sama, maka kedua limas memiliki volume yang sama.

Gambar 2.2 Limas untuk Pembuktian Teorema 14.14 Diketahui dua limas seperti pada gambar di atas yang masing-masing memiliki tinggi h dan luas alas A. Akan dibuktikan bahwa kedua limas memiliki volume yang sama. Berdasarkan Teorema Irisan Melintang


(50)

Limas (Teorem tinggi yang sa irisan melintang sama.”, maka yang sama. Jadi

Untuk teorema berikut Volume dari li

dan luas alas li = ℎ

Diketahui h, dan alas AB dan alas dan at Teorema 14.15 limas segitiga, yang diketahui

orema 14.12) yang menyatakan, “Diberikan dua sama, jika alas kedua limas memiliki luas ya ntang dengan jarak yang sama dari alas juga mem

ka irisan melintang kedua limas pada gamba Jadi, dengan Prinsip Cavalieri, volume kedua li uk memperoleh rumus volume limas, deng rikut. Dalam Travers (1987) Teorema 14.15 i limas segitiga adalah satu per tiga hasil kali da

s limas = ℎ .

Gambar 2.3 Limas dan Prisma

ketahui sebuah limas segitiga dengan puncak E, vol ABC dengan luas A; sebuah prisma segitiga de n atas ABC dan DEF, dengan luas keduanya A. P 14.15 adalah dengan membagi prisma segitiga i

ga, salah satu dari ketiga limas segitiga sesua hui.

n dua limas dengan s yang sama, maka emiliki luas yang bar memiliki luas dua limas juga sama.

ngan pembuktian 14.15 menyatakan, li dari tinggi limas

= ℎ

, volume V, tinggi a dengan tinggi h A. Pembuktian dari a itu menjadi tiga suai dengan limas


(51)

Gambar 2.4 Pembuktian Teorema 14.15

Limas 1 dan 2 dengan alas ADF dan FCA dengan puncak E. Karena segitiga ADF dan segitiga FCA adalah dua segitiga yang dibentuk dari segiempat ACFD yang dibagi oleh garis diagonal AF, segitiga ADF dan segitiga FCA terletak pada bidang yang sama dan kongruen. Karena itu, limas 1 dan 2 memiliki alas dan tinggi yang sama, jadi berdasarkan Teorema 14.14 keduanya memiliki volume yang sama. Untuk limas 1 dan 3 yang memiliki alas DEF dan ABC. Diketahui segitiga DEF sama dan kongruen dengan segitiga ABC, dan diketahui tinggi (h) dari puncak A ke bidang segitiga DEF sama dengan tinggi dari puncak E ke bidang segitiga ABC. Jadi, limas 1 dan 3 memiliki volume yang sama. Berdasarkan sifat transitif, semua limas (1, 2, dan 3) memiliki volume yang sama V. Berdasarkan Teorema 14.13, volume prisma adalah Ah. Jadi, 3V = Ah, dan

= ℎ.

Teorema selanjutnya menyatakan rumus yang dapat digunakan untuk semua jenis limas. Dalam Travers (1987), Teorema 14.16 menyatakan, Volume suatu limas adalah satu per tiga hasil kali tinggi


(52)

Gambar 2.5 Limas untuk Pembuktian Teorema 14.16

Diketahui limas segitiga dengan tinggi h dan luas alas A; limas lainnya dengan tinggi h dan luas alas A pada bidang yang sama. Berdasarkan Teorema Irisan Melintang Limas (Teorema 14.12), irisan melintang limas dengan tinggi yang sama memiliki luas yang sama. Oleh karena itu, berdasarkan Prinsip Cavalieri (Postulat 22), kedua limas memiliki volume yang sama. Karena = ℎ untuk limas segitiga

menurut Teorema 14.15, berlaku juga = ℎuntuk limas yang lainnya.

G. Materi Volume Bangun Ruang Sisi Datar di SMP 1. Volume Kubus

Gambar 2.6 Kubus dengan Berbagai Ukuran

Gambar diatas menunjukkan bentuk-bentuk kubus dengan ukuran berbeda. Kubus pada gambar (a) merupakan kubus satuan. Untuk


(53)

membuat kubus 2 × 2 × 2 = 8

satuan, sedang

3 × 3 × 3 = 27

kubus dapat di tersebut seban

= × ×

= × ×

=

2. Volume Balok

(a) Gam Gamba kubus satuan.

seperti pada 4 × 2 × 2 = 16

sedangkan unt

6 2 2 = 24

balok diperole balok tersebut.

= × ×

= × ×

kubus satuan pada gambar (b), diperlukan 2 × 2 × 2 = 8

dangkan untuk membuat kubus pada gambar

3 × 3 × 3 = 27 kubus satuan. Dengan demikian, volume

t ditentukan dengan cara mengalikan panjan banyak tiga kali, sehingga

= × ×

= × ×

=

lok

(b) ( ambar 2.7 Balok dengan Berbagai Ukuran

bar diatas menunjukkan pembentukan berba uan. Gambar (a) adalah kubus satuan. Untuk

da gambar (b), diperlukan 4 × 2 × 2 = 16

untuk membuat balok seperti pada gambar

6 2 2 = 24 kubus satuan. Hal ini menunjukkan bahw

oleh dengan cara mengalikan ukuran panjang, but.

= × ×

= × ×

2 × 2 × 2 = 8 kubus

bar (c), diperlukan

3 × 3 × 3 = 27 ume atau isi suatu

njang rusuk kubus

= × ×

= × ×

=

(c) an

rbagai balok dari uk membuat balok

4 × 2 × 2 = 16 kubus satuan,

bar (c) diperlukan

6 2 2 = 24 hwa volume suatu

g, lebar dan tinggi

= × ×


(54)

3. Volume Prism

Gamba dibagi dua se membentuk pr segitiga BCD. segitiga adalah se

. =1

2× .

=1

2× ( × × )

= 1

2× × ×

= ×

Jadi, volume pr

= ×

sma

Gambar 2.8 Pembuktian Volume Prisma bar (a) memperlihatkan sebuah balok ABC secara melintang. Ternyata, hasil belahan uk prisma segitiga seperti pada gambar (b). Pe D.FGH pada gambar (c). Dengan demikian, lah setengah kali volume balok.

. =1

2× .

= 1

2× ( × × )

= 1

2× × ×

= ×

e prisma dapat dinyatakan dengan rumus sebaga

= ×

ma

BCD.EFGH yang han balok tersebut Perhatikan prisma n, volume prisma

. =1

2× .

= 1

2× ( × × )

= 1

2× × ×

= ×

bagai berikut.


(55)

4. Volume Limas

(a)

Gamba memiliki 4 bua diamati secara buah limas se segiempat O.A Dengan demi volume keenam

6 × . = .

. = 1

6× × ×

=1

6× × ×

=1

6× ×

=1

2 2

=2

6× ×2

=1

3× ×2

as

(b Gambar 2.9 Volume Limas

bar (a) menunjukkan kubus ABCD.EFGH. 4 buah diagonal ruang yang saling berpotongan

ara cermat, keempat diagonal ruang tersebut s segiempat seperti terlihat pada gambar (b

O.ABCD, O.EFGH, O.ABFE, O.BCGF, O.CD mikian, volume kubus ABCD.EFGH merupa nam limas tersebut.

6 × . = .

. = 1

6× × ×

= 1

6× × ×

= 1

6× ×

= 1

2 2

= 2

6× ×2

= 1

3× ×2

(b)

. Kubus tersebut an di titik O. Jika but membentuk 6 (b), yaitu limas .CDHG, O.DAEH. upakan gabungan

6 × . = .

. =1

6× × ×

= 1

6× × ×

= 1

6× ×

= 1

2 2

= 2

6× ×2

= 1


(56)

Oleh karena s2merupakan luas alas kubus ABCD.EFGH dan merupakan tinggi limas O.ABCD maka,

. = × ×

= × ×

Jadi, rumus volume limas dapat dinyatakan sebagai berikut.

= × ×

H. Kerangka Berpikir

Pendekatan pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru. Pendekatan pembelajaran berbasis masalah berfokus pada keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Aktivitas siswa merupakan faktor penting dalam pembelajaran berbasis masalah. Aktivitas yang dilakukan siswa berupa aktivitas fisik maupun psikis dan melibatkan penguasaan dan pengubahan pengetahuan, keterampilan, strategi, keyakinan, sikap, dan perilaku. Aktivitas yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran berbasis masalah dapat membangun hasil belajar siswa karena selama pembelajaran siswa selalu mempelajari masalah dan berusaha memecahkannya sehingga terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru. Hasil belajar siswa yang dimaksud


(57)

adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya yang sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat membangun aktivitas dan hasil belajar siswa adalah pembelajaran berbasis masalah. Dengan aktivitas yang dilakukan siswa selama pembelajaran, diharapkan hasil belajar siswa juga baik.


(58)

38 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksploratif, yaitu penelitian yang menerapkan suatu pendekatan atau metode yang telah ada untuk melihat dampak dari pendekatan tersebut. Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran berbasis masalah khususnya dalam pokok bahasan volume bangun ruang sisi datar.

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta yang beralamat di Jalan Timoho II nomor 29, Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta merupakan salah satu sekolah tingkat Menengah Pertama swasta yang berada di Yogyakarta. Tingkat kelulusan di SMP Pangudi Luhur 1 selalu meningkat setiap tahunnya. Berkaitan dengan prestasi, siswa SMP Pangudi Luhur 1 memiliki banyak prestasi. Hal ini bisa dibuktikan dengan banyaknya piala, trofi dan piagam penghargaan yang diperoleh.

SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta terletak di pinggir kota Jogja yang jauh dari keramaian kota. Dengan luas lahan 3 hektar memberikan ruang yang cukup bagi para peserta didik untuk berinteraksi dengan teman dan interaksi dengan alam sekitar. Lingkungan yang sejuk dan nyaman turut mendukung proses pembelajaran di sekolah. Dari perkembangan dan kemajuan di semua bidang maka pada tahun 2008 sekolah ini


(59)

oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah ditetapkan sebagai Sekolah Rintisan Bertaraf Internasional (RSBI).

C. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah aktivitas dan hasil belajar siswa SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta Kelas VIII A pada pembelajaran matematika pokok bahasan volume bangun ruang sisi datar dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah.

D. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang digunakan. Kedua variabel tersebut adalah:

1. Variabel Dependen (variabel terikat)

Variabel dependen (variabel terikat) merupakan variabel yang terjadi atau muncul atau berubah karena mendapat pengaruh atau disebabkan oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah pokok bahasan volume bangun ruang sisi datar.

2. Variabel Independen (vaiabel bebas)

Variabel independen (variabel bebas) adalah variabel yang oleh peneliti diperkirakan menjadi penyebab berubahnya variabel dependen (variabel terikat). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pendekatan pembelajaran berbasis


(60)

masalah dalam pembelajaran matematika pokok bahasan volume bangun ruang sisi datar.

E. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII A SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Pelaksanaan penelitian berlangsung mulai bulan April – Mei 2013 (semester II tahun ajaran 2012/2013) dengan pokok bahasan volume bangun ruang sisi datar.

F. Bentuk Data

Dalam penelitian ini terdapat tiga macam data yang akan diambil oleh peneliti. Data-data tersebut adalah:

1. Data Aktivitas Siswa

Data aktivitas siswa diperoleh dari hasil pengamatan (observasi) aktivitas siswa pada saat diskusi kelompok maupun diskusi kelas dan foto-foto selama pelaksanaan pembelajaran matematika dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah. Dalam observasi aktivitas siswa digunakan lembar pengamatan aktivitas siswa. Lembar ini diisi oleh observer pada saat melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.

2. Data Hasil Belajar Siswa

Data hasil belajar siswa diperoleh dari hasil tes kemampuan awal yang diberikan sebelum pembelajaran matematika dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah dilakukan dan hasil tes hasil belajar yang diberikan di akhir pembelajaran matematika dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah. Selain itu


(61)

digunakan pula kuis individu sebanyak dua kali yang berguna untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi yang dipelajari.

3. Data Tanggapan Siswa

Data ini diperoleh dari hasil wawancara kepada beberapa siswa. Tujuan wawancara ini adalah untuk memperkuat data yang diperoleh bahwa siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis masalah dengan sungguh-sungguh.

G. Instrumen yang Digunakan dalam Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua macam instrumen yaitu instrumen yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran dan instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data. Instrumen yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan Lembar Kuis. Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data adalah Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa, Tes Kemampuan Awal (TKA), Tes Hasil Belajar (THB), dan Lembar Wawancara Siswa.

Instrumen-instrumen tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP pada materi pokok volume bangun ruang sisi datar terdiri dari 4 kali pertemuan. RPP tersebut memuat kompon-komponen antara lain identitas sekolah (nama sekolah, mata pelajaran, kelas/semester), alokasi waktu, materi pembelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, indicator pencapaian, tujuan pembelajaran, , pendekatan dan metode pembelajaran, langkah-langkah kegiatan


(62)

pembelajaran, sumber dan media pembelajaran, dan penilaian hasil belajar. RPP ini dibuat berdasarkan kebutuhan siswa sehingga peneliti berusaha menyesuaikan karakteristik siswa dalam belajar dengan pendekatan pembelajaran yang peneliti gunakan.

2. Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKS digunakan peneliti dan siswa selama proses pembelajaran. LKS ini peneliti susun dengan pendampingan dari dosen pembimbing dan guru mata pelajaran matematika. Penggunaan LKS dalam pembelajaran matematika berbasis masalah ini diharapkan dapat membangun aktivitas dan hasil belajar siswa.

3. Lembar Kuis

Lembar kuis diberikan kepada siswa pada akhir pertemuan III dan V dan berisi tentang tes singkat. Kuis ini dikerjakan secara individu. Pemberian kuis ini digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah dipelajari. Kuis I dan kuis II masing-masing terdiri dari dua soal.

4. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa

Lembar pengamatan ini digunakan untuk mencatat hasil pengamatan aktivitas siswa selama pembelajaran matematika berbasis masalah berlangsung di kelas. Lembar pengamatan memuat aspek-aspek yang harus diamati dalam penelitian ini. Lembar pengamatan telah dipersiapkan terlebih dulu oleh peneliti. Lembar pengamatan diisi oleh observer dalam setiap pertemuan di kelas. Peneliti dibantu oleh 4 observer yang masing-masing akan mengamati 9–10 siswa.


(63)

Tabel 3.1 Kisi-kisi Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa

No Indikator Nomor

1 Melakukan aktivitas visual 15

2 Melakukan aktivitas lisan 5, 7, 11, 12, 13, 14

3 Melakukan aktivitas mendengarkan 8

4 Melakukan aktivitas menulis dan menggambar 6, 10

5 Melakukan aktivitas motorik 1

6 Melakukan aktivitas mental 4, 9

7 Melakukan aktivitas emosional 2, 3

Keterangan aktivitas belajar siswa sesuai dengan lembar pengamatan:

1. Siswa membawa dan menggunakan alat tulis dan buku yang diperlukan selama proses pembelajaran.

2. Selama proses pembelajaran, siswa tidak melakukan aktivitas yang tidak berhubungan dengan pelajaran seperti bercanda, melamun, atau mengobrol di luar pelajaran, dan lain-lain.

3. Siswa menunjukkan semangat kerjasama dan antusiasme dalam kelompok. 4. Siswa menyimak penjelasan guru mengenai materi pelajaran maupun hal

lainnya.

5. Siswa bekerja bersama (berdiskusi) dengan teman kelompoknya untuk memecahkan masalah.

6. Siswa mencatat informasi yang diperoleh dari permasalahan-permasalahan pada LKS.

7. Siswa menyampaikan ide/pendapat mengenai cara menyelesaikan masalah dalam diskusi kelompok.

8. Siswa mendengarkan ide/pendapat teman yang lain selama berdiskusi. 9. Siswa memecahkan permasalahan-permasalahan yang terdapat pada LKS. 10. Siswa menulis/mencatat jawaban pada LKS.


(64)

11. Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru tentang materi dan latihan soal, 12. Siswa mengajukan pertanyaan kepada teman kelompoknya tentang

permasalahan-permasalahan pada LKS.

13. Siswa menyampaikan hasil pekerjaan kelompok.

14. Siswa memberikan jawaban/tanggapan atas pertanyaan yang diajukan guru atau teman.

15. Siswa memeriksa kembali pekerjaannya setelah selesai mengerjakan permasalahan-permasalahan pada LKS.

Bentuk lembar pengamatan aktivitas siswa dapat dilihat pada lampiran. Pengamatan aktivitas siswa yang dilakukan oleh masing-masing observer adalah pengamatan per siswa. Setiap observer mengamati aktivitas yang dilakukan setiap siswa dalam kelompoknya masing-masing berdasarkan lembar pengamatan aktivitas siswa yang sudah disiapkan.

Untuk mengetahui bagaimana aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan peendekatan pembelajaran berbasis masalah dilakukan penskoran. Penskoran tersebut dilakukan sesuai dengan ketentuan pada penskoran aktivitas siswa pada tabel berikut. Cara pengisian lembar pengamatan ini dengan cara memberikan skor 0, 1, atau 2 untuk setiap hal yang diamati.

Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Aktivitas Siswa

No Hal yang Diamati Deskripsi Skor

1 Siswa membawa dan menggunakan alat tulis dan buku yang diperlukan selama proses pembelajaran.

Siswa membawa dan menggunakan alat tulis dan buku yang diperlukan selama proses pembelajaran.

2 Siswa meminjam dan menggunakan alat tulis dan buku

yang diperlukan selama proses pembelajaran bersama teman-teman.

1

Siswa tidak membawa alat tulis dan buku yang diperlukan selama proses pembelajaran dan tidak mau berusaha meminjam.


(65)

2 Selama proses pembelajaran, siswa tidak melakukan aktivitas yang tidak

berhubungan dengan pelajaran seperti bercanda, melamun, atau mengobrol di luar pelajaran, dan lain-lain.

Siswa sangat jarang melakukan aktivitas yang tidak berhubungan dengan pelajaran seperti bercanda,

melamun, atau mengobrol di luar pelajaran, dan lain-lain. 2

Siswa kadang-kadang melakukan aktivitas yang tidak berhubungan dengan pelajaran seperti bercanda,

melamun, atau mengobrol di luar pelajaran, dan lain-lain. 1

Siswa sangat sering melakukan aktivitas yang tidak berhubungan dengan pelajaran seperti bercanda,

melamun, atau mengobrol di luar pelajaran, dan lain-lain. 0

3 Siswa menunjukkan semangat kerjasama dan antusiasme dalam kelompok.

Siswa antusias dalam berdiskusi. 2

Siswa cukup antusias dalam berdiskusi. 1 Siswa tidak antusias dalam berdiskusi. 0 4 Siswa menyimak penjelasan

guru mengenai materi

pelajaran maupun hal lainnya.

Siswa sangat sering menyimak penjelasan guru mengenai materi pelajaran maupun hal lainnya.

2 Siswa kadang-kadang menyimak penjelasan guru

mengenai materi pelajaran maupun hal lainnya.

1 Siswa sangat jarang menyimak penjelasan guru mengenai materi pelajaran maupun hal lainnya.

0 5 Siswa bekerja bersama

(berdiskusi) dengan teman kelompoknya untuk memecahkan masalah.

Siswa sangat sering bekerja bersama (berdiskusi) dengan teman kelompoknya untuk memecahkan masalah.

2 Siswa kadang-kadang bekerja bersama (berdiskusi)

dengan teman kelompoknya untuk memecahkan masalah. 1 Siswa sangat jarang bekerja bersama (berdiskusi) dengan teman kelompoknya untuk memecahkan masalah.

0 6 Siswa mencatat informasi

yang diperoleh dari

permasalahan-permasalahan pada LKS.

Siswa sangat sering mencatat informasi yang diperoleh dari permasalahan-permasalahan pada LKS.

2 Siswa kadang-kadang mencatat informasi yang diperoleh dari permasalahan-permasalahan pada LKS.

1 Siswa sangat jarang mencatat informasi yang diperoleh

dari permasalahan-permasalahan pada LKS.

0 7 Siswa menyampaikan

ide/pendapat mengenai cara menyelesaikan masalah dalam diskusi kelompok.

Siswa menyampaikan ide/pendapat mengenai cara menyelesaikan masalah sebanyak lebih dari 2 kali di dalam kelompok.

2

Siswa menyampaikan ide/pendapat mengenai cara menyelesaikan masalah 1-2 kali di dalam kelompok.

1 Siswa tidak pernah menyampaikan ide/pendapat

mengenai cara menyelesaikan masalah di dalam kelompok.

0

8 Siswa mendengarkan

ide/pendapat teman yang lain selama berdiskusi.

Siswa sangat sering mendengarkan ide/pendapat teman yang lain selama berdiskusi.

2 Siswa kadang-kadang mendengarkan ide/pendapat teman yang lain selama berdiskusi.

1 Siswa sangat jarang mendengarkan ide/pendapat teman

yang lain selama berdiskusi.

0 9 Siswa memecahkan

permasalahan-permasalahan yang terdapat pada LKS.

Siswa memecahkan semua permasalahan yang terdapat pada LKS dengan tepat.

2 Siswa memecahkan permasalahan-permasalahan yang

terdapat pada LKS dengan kurang tepat.

1 Siswa salah mencari pemecahan permasalahan- 0


(66)

permasalahan yang terdapat pada LKS. 10 Siswa menulis/mencatat

jawaban pada LKS.

Siswa sangat sering menulis/mencatat jawaban pada LKS. 2 Siswa kadang-kadang menulis/mencatat jawaban pada

LKS.

1 Siswa sangat jarang menulis/mencatat jawaban pada LKS. 0 11 Siswa mengajukan pertanyaan

kepada guru tentang materi dan latihan soal.

Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru tentang materi dan latihan soal sebanyak lebih dari 2 kali.

2 Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru tentang materi dan latihan soal sebanyak l-2 kali.

1 Siswa tidak pernah mengajukan pertanyaan kepada guru

tentang materi dan latihan soal.

0 12 Siswa mengajukan pertanyaan

kepada teman kelompoknya tentang permasalahan-permasalahan pada LKS.

Siswa mengajukan pertanyaan kepada teman

kelompoknya tentang permasalahan-permasalahan pada LKS sebanyak lebih dari 2 kali.

2

Siswa mengajukan pertanyaan kepada teman

kelompoknya tentang permasalahan-permasalahan pada LKS sebanyak l-2 kali.

1

Siswa tidak pernah mengajukan pertanyaan kepada teman kelompoknya tentang permasalahan-permasalahan pada LKS.

0

13 Siswa menyampaikan hasil pekerjaan kelompok.

Siswa maju untuk menyampaikan hasil pekerjaan kelompok dengan kemauan sendiri.

2 Siswa menyampaikan hasil pekerjaan kelompok dengan

ditunjuk guru.

1 Siswa tidak mau menyampaikan hasil pekerjaan

kelompok.

0 14 Siswa memberikan

jawaban/tanggapan atas pertanyaan yang diajukan guru atau teman.

Siswa memberikan jawaban/tanggapan atas pertanyaan yang diajukan guru atau teman dengan tepat.

2 Siswa memberikan jawaban/tanggapan atas pertanyaan

yang diajukan guru atau teman dengan asal-asalan

1 Siswa tidak memberikan jawaban/tanggapan atas

pertanyaan yang diajukan guru atau teman yang menimbulkan diskusi.

0

15 Siswa memeriksa kembali pekerjaannya setelah selesai mengerjakan permasalahan-permasalahan pada LKS.

Siswa sangat sering memeriksa kembali pekerjaannya setelah selesai mengerjakan permasalahan-permasalahan pada LKS.

2

Siswa kadang-kadang memeriksa kembali pekerjaannya setelah selesai mengerjakan permasalahan-permasalahan pada LKS.

1

Siswa sangat jarang memeriksa kembali pekerjaannya setelah selesai mengerjakan permasalahan-permasalahan pada LKS.

0

5. Tes Kemampuan Awal

Tes kemampuan awal dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dikuasai oleh


(1)

240 Lampiran E.11

S3


(2)

241 Lampiran E.11

SS S 18

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

242 Lampiran F

Siswa Mengerjakan T Kemampuan Awa

Peneliti Menjelaskan Pem Kelompok dan Posisi T

Duduk

Siswa Berdiskusi dengan Kelompoknya untuk Mem

Masalah

242 Lampiran F

Foto Pelaksanaan Pembelajaran

an Tes wal

n Pembagian si Tempat

gan Teman uk Memecahkan

Siswa Mempelajari yang Terdapat

Siswa Menulis/Me pada L

Ada Siswa yang Be Proses Pembe

242 Lampiran F

jari Permasalahan pat pada LKS

Mencatat Jawaban LKS

Bercanda Selama mbelajaran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

243 Lampiran F

Observer Mengamati Aktivitas Siswa Selama Pelaksanaan

Pembelajaran

Siswa Menyampaikan Hasil Pekerjaan Kelompok

Peneliti Menjawab Pertanyaan yang Diajukan Siswa

Siswa Mengerjakan Soal Kuis

Siswa Bertanya pada Teman Kelompoknya

Siswa Mengerjakan Tes Hasil Belajar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

vii

ABSTRAK

Theresia Dian Puspitasari, 2013. Upaya Membangun Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII A SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta melalui Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah Pokok Bahasan Volume Bangun Ruang Sisi Datar. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan pendekatan pembelajaran berbasis masalah dapat (1) membangun aktivitas siswa kelas VIII A SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta pada pembelajaran matematika pokok bahasan volume bangun ruang sisi datar, (2) membangun hasil belajar siswa kelas VIII A SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta pada pembelajaran matematika pokok bahasan volume bangun ruang sisi datar.

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksploratif. Subjek penelitian siswa kelas VIII A SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta yang berjumlah 31 orang. Penelitian dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2012/2013 dengan pokok bahasan volume bangun ruang sisi datar. Penelitian diawali dengan observasi kegiatan siswa dan pengambilan data kemampuan awal siswa melalui tes. Pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah dilakukan dalam 4 kali pertemuan. Pengambilan data aktivitas siswa diperoleh dengan melakukan pengamatan aktivitas siswa pada setiap pelaksanaan pembelajaran. Pengambilan data hasil belajar dilakukan dengan menggunakan tes kemampuan awal dan tes hasil belajar.

Hasil penelitian menunjukkan (1) Pendekatan pembelajaran berbasis masalah dapat digunakan untuk membangun aktivitas siswa di kelas VIII A SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta pada pembelajaran pokok bahasan volume bangun ruang sisi datar. Pada pertemuan kedua, ketiga, keempat, dan kelima jumlah skor aktivitas siswa masing-masing 67,31%, 67,42%, 68,49%, dan 72,80%. Hasil pengamatan aktivitas siswa tergolong tinggi dan menunjukkan adanya peningkatan jumlah skor aktivitas siswa dari pelaksanaan pembelajaran pertama hingga keempat. (2) Pendekatan pembelajaran berbasis masalah dapat digunakan untuk membangun hasil belajar siswa di kelas VIII A SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta pada pembelajaran pokok bahasan volume bangun ruang sisi datar. Presentase jumlah siswa yang mendapatkan nilai tuntas pada tes kemampuan awal dan tes hasil belajar mengalami peningkatan, yaitu sebanyak 12,90% menjadi 58,06% dari keseluruhan siswa dan adanya peningkatan rata-rata nilai tes kemampuan awal dan tes hasil belajar, yaitu dari 52,71 menjadi 76,57.

Kata kunci: Membangun, Aktivitas Siswa, Hasil Belajar, dan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah.


(6)

ABSTRACT

Theresia Dian Puspitasari. 2013. Efforts to Build Learning Activities and Learning Achievements for the Students in Class VIII A of SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta through Problem Based Learning Approach on the Topic of Volumes of Polyhedra. Undergraduate Thesis. Mathematics Education Study Program, Departement of Mathematics and Science Education, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research aimed to know whether the implementation of problem based learning approach can (1) build activities for the students in class VIII A of SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta in mathematics learning on the topic of volumes of polyhedra, (2) build learning achievements for the students in class VIII A of SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta in mathematics learning on the topic of volumes of polyhedra.

The type of research was explorative research. The subjects of this research were Class VIII A students of SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta consisting of 31 students. This research was conducted in the second semester, in the academic year 2012/2013 on the topic of volumes of polyhedra. The research was started by observations of the students’ learning activities and data of initial ability students were collected through tests. The implementation of learning with problem based learning approach was conducted in four meetings. The data of learning activities were obtained by observing students’ learning activities. The data of learning achievements were obtained by using initial ability tests and learning achievement tests.

The results showed that (1) problem based learning approach could build students’ activities in Class VIII A of SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta on the topic of volumes of polyhedra. The score of the student activities from the second to fifth meetings were 67,31%, 67,42%, 68,49%, and 72,80%. The results of the observations were relatively high and showed an increase in students’ activities score from the first to fourth meetings. (2) problem based learning approach could build students’ learning activities in Class VIII A of SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta on the topic of volumes of polyhedra. The percentage of students who passed or fulfilled the the minimum requirements criteria on initial ability test and learning achievement test has increased, that was from 12,90% to 58,06% and there was an enhancement of the average of score on initial ability test and learning achievement test, that was from 52,71 to 76,57.

Keywords: Build, Student Activity, Learning Achievement, Problem Based Learning Approach

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa dengan mendiagnosis kesalahan dan pembelajaran remedial Kelas VIII E SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta pada materi bangun ruang sisi datar.

0 0 2

Analisis pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan saintifik kurikulum 2013 di kelas 8E SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta pada materi bangun ruang sisi datar.

0 1 157

Upaya meningkatkan prestasi belajar siswa dengan mendiagnosis kesulitan belajar dan pembelajaran remediasi kelas VIII A SMP Pangudi Luhur Moyudan pada materi bangun ruang sisi datar.

0 2 229

Minat belajar dan hasil belajar siswa dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pokok bahasan volume bangun ruang sisi datar pada kelas VIII B semester genap tahun ajaran 2012/2013 SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

0 1 315

Pemanfaatan metode pembelajaran Blended Learning yang dilengkapi dengan aplikasi edmodo pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar di kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta tahun ajaran 2016

2 31 349

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa dengan mendiagnosis kesalahan dan pembelajaran remedial Kelas VIII E SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta pada materi bangun ruang sisi datar

0 1 260

Peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa dengan metode pembelajaran penemuan terbimbing dan pemberian kuis pada sub pokok bahasan luas permukaan dan volume bangun ruang sisi datar di kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Klaten.

0 1 297

Penggunaan media powerpoint dalam pembelajaran remedial pada materi bangun ruang sisi datar siswa kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

0 37 237

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING DAN PEMBERIAN KUIS PADA SUB POKOK BAHASAN LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME BANGUN RUANG SISI DATAR DI KELAS VIII C SMP PANGUDI LUHUR 1 KLATEN

0 27 295

Upaya membangun aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIII A SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta melalui pendekatan pembelajaran berbasis masalah pokok bahasan volume bangun ruang sisi datar - USD Repository

0 16 264