PENELITIAN TINDAKAN KELAS (4). docx
Oleh
: Rimayah
NIM
: 1121100277
Kelas
:G
Mata Kuliah
: Metode Penelitian 1
Instansi
: Institut Agama Islam Negeri Pontianak
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak cara yang dapat dilakukan guru untuk mengatasi atau
memecahkan permasalahan di kelas. Salah satu cara yang dipandang efektif
adalah guru melakukan penelitian tindakan kelas (PTK). Dikatakan
demikian karena selama melaksanakan PTK guru tidak meninggalkan
tugas utamanya (mengajar) dan bahkan dengan PTK itulah kegiatan
pembelajaran yang dilakukan guru akan makin berhasil gun. Sebagaimana
dikemukakan sarwiji suwandi (2013b, 2003c, 2004), jika ada guru yang
memiliki
komitmen
untuk
senantiasa
memperbaiki
sistem
serta
meningkatkan kinerja dalam rangka memperbaiki atau meningkatkan mutu
proses dan hasil pembelajaran guru tersebut dapat melaksanakan penelitian
tindakan kelas. Maka dari itulah kami selaku penulis akan membahas halhal yang berkaitan dengan penelitian tindakan kelas.
B. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Apa pengertian penelitian tindakan kelas?
Apa karakteristik penelitian tindakan kelas
Apa prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas?
Apa objek penelitian tindakan kelas?
Bagaimana teknik pengumpulan data penelitian tindakal kelas?
Apa tujuan dan manfaat penelitian tindakan kelas?
C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan pengertian penelitian tindakan.
2. Menjelaskan karakteristik penelitian tindakan kelas.
1
3. Menjelaskan prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas.
4. Menjelaskan objek penelitian tindakan kelas.
5. Menjelaskan teknik-teknik dalam mengumpulkan data penelitian
tindakan kelas.
6. Menjelaskan tujuan dan manfaat peenelitian tindakan kelas.
D. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk mempermudah
penulisan serta pembaca sekalian dalam memahami tentang pengertian serta
hal-hal yang terkait dengan karakteristik, prinsip, objek yeng diteliti, model,
teknik, serta tujuan dan manfaat penelitian tindakan kelas bagi guru serta
bagi seluru pembaca
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berasal dari bahasa Inggris, yaitu
Classroom Action Research yang artinya penelitian dengan tindakan.
Menurut Suharsimi Arikunto, PTK terdiri dari tiga kata; pertama, penelitian
diartikan sebagai kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan
cara dan aturan atau metodologi tertentu untuk menemukan data akurat
tentang hal-hal yang dapat meningkatkan mutu objek yang diamati. Kedua,
tindakan merupakan gerakan yang dilakukan dengan sengaja dan terencana
dengan tujuan tertentu.
Ketiga, kelas adalah tempat di mana terdapat
sekelompok peserta didik yang dalam waktu bersamaam menerima
pelajaran dari guru sama. Dari ketiga unsur pengertian di atas, dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan penelitian tindakan kelas (PTK)
adalah pencermatan dalam bentuk tindakan terhadap kegiatan belajar yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelassecara bersamaan
(Suyadi: 2012).
Berbeda dengan pengertian diatas, Carr & Kemmis (McNiff dalam
Suyadi: 2012) menggarisbawahi bahwa PTK mengandung beberapa ide
pokok, yaitu; pertama, PTK merupakan suatu bentuk inkuiri atau
penyelidikan yang dilakukan melalui refleksi diri. Kedua, PTK dilakukan
oleh peserta yang terlibat dalam situasi yang diteliti seperti guru, peserta
didik atau kepala sekolah. Ketiga, PTK dilakukan dalam situasi sosial,
termasuk situasi pendidikan. Keempat, tujuan PTK adalah memperbaiki
dasar pemikiran dan kepantasan dari praktik-praktik, pemahaman dari
praktik tersebut, serta situasi atau lembaga tempat praktik tersebut
dilakukan. Dari keempat ide pokok di atas, dapat disimpulkan bahwa PTK
adalah pencermatan yang dilakukan oleh orang-orang yang terlibat di
3
dalamnya (guru, peserta didik, kepala sekolah) dengan menggunakan
metode refleksi diri dan bertujuan untuk melakukan perbaikan di berbagai
aspek pembelajaran. Dengan kata lain, PTK adalah pencermatan yang
dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan
tujuan untuk memperbaiki profesinya sebagai guru sehingga hasil belajar
peserta didik terus meningkat.
Menurut E. Mulyasa (2012:) menyebutkan penelitian tindakan
merupakan upaya untuk meningkatkan kinerja sistem organisasi atau
masyarakat agar lebih efektif dan efisien, termasuk untuk meningkatkan
kinerja sistem pendidikan.
Kemudia menurut beberapa ahli dari Barat John Eliot (Hopkins dalam
Sarwiji Suwandi 2011:10) memaparkan bahwa penelitian tindakan adalah
suatu kajian tentang situasi sosial dengan tujuan memperbaiki mutu
tindakan dalam situasi sosial tersebut. Sedangkan menurut Stephen Carey
(Esti Isnawati 2011:50) menjelaskan bahwa penelitian kaji tindak/penelitian
tindakan kelas adalah merupakan sebuah cara di mana guru mencoba untuk
meneliti permasalahan mereka sendiri secara alamiah dalam rangka
melakukan evaluasi, mengarahkan, dan memperbaiki prosedur.
B. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Berdasarkan pengertian diatas, PTK mempunyai karakter tersendiri
jika dibandingkan dengan penelitian-penelitian lain pada umumnya.
Menurut Suyadi (2012) beberapa karakter tersebut adalah sebagai berikut:
1. Guru merasa bahwa ada permasalah yang mendesak untuk segera
diselesaikan di dalam kelas. Dengan kata lain, guru menyadari bahwa ada
sesuatu dalam praktik pembelajarannya yang harus dibenahi dan ia
terpanggil
untuk
melakukan
tindakan-tindakan
tertentu
untuk
memperbaiki persoalan tersebut. Dengan demikian, PTK menjadi khas
hanya dilakukan dan diprakarsai oleh guru kelas, bukan pihak lain.
2. Refleksi diri merupakan ciri khas PTK yang paling esensial.hal ini
sekaligus
membedakan
antara
penelitian
pada
umumnya
yang
4
menggunakan
responden
atau
populasi
secara
objektif
dalam
mengumpulkan data, sedangkan dalam PTK pengumpulan data dilakukan
dengan refleksi diri. Refleksi yang dimaksud di sini adalah refleksi dalam
pengertian introspeksi diri, seperti guru mengingatkembali apa saja
tindakan yang telah dilakukan di dalam kelas, apa dampak dari tindakan
tersebut, mengapa dampaknya menjadi demikian, dan lain sebagainya.
Sebagaimana
disebutkan oleh Schmuck (Suyadi: 2012) kita seperti
melihat diri kita di dalam cermin tentang berbagai tindakan yang telah
kita lakukan dan harapkan kita atas tindakan tersebut.
3. Penelitian Tindakan Kelas dilakukan di dalam “kelas” sehingga fokus
perhatian adalah proses pembelajaran antara guru dan siswa melalui
interaksi. Sekali lagi “kelas” yang dimaksud di sini tidak sebatas ruang
tertutup yang dibatasi dinding dan pintu, tetapi “tempat” di mana terjadi
proses pembelajaran antara guru dan siswa. Jadi boleh saja PTK
dilakukan diruang terbuka seperti pelajaran olahraga di lapangan, atau di
taman ketika siswa sedang diskusi agar tidak penat di dalam kelas.
4. Penelitian Tindakan Kelas bertujuan untuk memperbaiki pelajaran tiada
henti. Esensi PTK adalah untuk memperbaiki pola pembelajaran secara
terus menerus tiada henti. didalamnya harus mencerminkan perbaikan
demi perbaikan yang dicapai. siklus sebelumnya merupakan dasar bagi
siklus selanjutnya.
Menurut Kemmis dan McTggar (Esti Ismawati 2011:51) menjelaskan
bahwa PTK memiliki karakteristik umum yaitu:
1. Kolektif dan reflektif
Kolektif di sini dimaksudkan bahwa dalam PTK dilakukan oleh pesertapeserta penelitian dalam situasi sosial dalam rangka memperbaiki
praktik-praktik sosial pendidikan.
2. Kolaboratif (kerjasama), kritis dan dilakukan oleh para peserta aktif.
Kolabotif di sini bermaksud dilakukan melalui aksi pengujian kritis oleh
anggota-anggota kelompok.
5
C. Prinsip-Prinsip Penelitian Tindakan Kelas
Suyadi (2012) menjabarkan beberapa prinsip untuk pedoman Dalam
PTK, terdapat sejumlah prinsip atau pedoman yang harus dipenuhi. Prinsipprinsip PTK tersebut adalah:
1. PTK dilakukan dalam kegiatan pembelajaran yang alamiah.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) harus dilaksanakan dalam situasi
pembelajaran yang alamiah. Artinya, PTK harus dilakukan tanpa
mengubah situasi dan jadwal pelajaran dengan kata lain, PTK tidak perlu
dilakukan dalam situasi yang khusus, apalagi sampai mengubah
kebiasaan pembelajaran.
2. Adanya inisiatif guru untuk memperbaiki proses pembelajaran.
Guru harus peka terhadap persoalan-persoalan yang muncul dalam
pembelajaran. Bahkan, guru dituntut untuk lebih sensitif terhadap
prestasi belajar siswa. Kepekaan dan sensitivitas inilah yang akan
mendorong naluri guru untuk memperbaiki proses pembelajaran. Nah
PTK merupakan salah satu jalan bagi guru untuk memperbaiki proses
pembelajaran.
3. Menggunakan analisis SWOT sebagai dasar bertindak.
Menurut Suharsimi Arikunto, PTK harus dimulai dengan melakukan
analisis SWOT yaitu: Strength (kekuatan), Weaknesses (kelemahan),
Opportunity (kesempatan), Threat (ancaman). Sebelum mengidentifikasi
yang lain, guru harus mengidentifikasi dirinya sendiri, khususnya dari
sudut pandang dua unsur yakni, Strenght (kekuatan) dan Weaknesses
(kelemahan). Identifikasi dari sudut pandang yang sama juga harus
dilakukan kepada pesetra didik.
Sedangkan dua unsur yang lain, yaitu Opportunity (kesempatan) Threat
(ancaman) digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor eksternal yang
tidak ada pada diri guru dan siswa, artinya, sebelum guru melakukan
tindakan atau uji coba, harus mempertimbangkan faktor-faktor eksternal
yang dapat dimanfaatkan dan menghindari ancaman yang dapat
mengganggu jalannya perbaikan atau uji coba dalam penelitian. Hal ini
6
berkaitan dengan prinsip pertama, yakni PTK harus berjalan secara
alamiah dan tidak boleh menimbulkan resiko yang tidak diinginkan.
4. Adanya upaya secara konkret.
Inisiatif untuk memperbaiki pembelajaran yang didasarkan pada analisa
SWOT sebagaimana disebutkan diatas berupa “tindakan” secara konkret.
Tidak cukup hanya dengan harapan maupun angan-angan. Harus benarbenar konkret berupa tindakan praktis. Inilah salah satu ciri khas PTK,
yakni adanya “tindakan” secara praktis dan konkret. Tindakan secara
konkret sebagai manifestasi inisiatif dan analisis SWOT tersebut menyatu
ke dalam sistem pembelajaran yang lebih baik. Tentu sebuah inisiatif
baru yang diaktualisasikan dalam proses pembelajaran perlu mendapat
bantuan dari berbagai unsur dan terlibat secara sistematis, mulai dari
sarana-prasarana pendudkung, mengubah jadwal pelajaran, gaya
mengajar yang berbeda, dan unsur-unsur terkait.
5. Merencanakan dengan SMART
Suharsini Arikunto (Suyadi:2012) berpendapat bahwa PTK harus
direncanakan dengan SMART, yaitu:
S : Spesific, khusus (khusus, tidak terlalu umum/luas). Misalnya,
melakukan penelitian untuk pelajaran bahasa Indonesia, tetapi hanya satu
aspek seperti bicara, menulis atau mendengar. Dengan demikian hasiknya
spesifik.
M : Managable, dapat dikelola, dilaksanakan. Artinya lokasi mudah
dijangkau, data dapat dikumpulkan dengan mudah, hasilnya dapat
dikoreksi dan tidak menyulitkan.
A : Acceptable, dapat diterima lingkungan, atau Achivable, dapat
dijangkau, dicapai. Artinya, mudah dilakukan, tidak berbelit, dan hal-hal
lain yang membuat siswa berkeluh kesah atas tindakan yang dilakukan
guru dalam penelitian.
R : Realistic, operasional, tidak di luar jangkauan. Artinya, tidak
menyimpang dari tujuan, serta hasilnya bermanfaat baik bagi guru
maupun siswa.
T : Time-Bound, diikat oleh waktu, terencana. Artinya ada schedule
(jadwal) dan target yang jelas: kapan dilaksanakan, kapan dapat
diselesaikan, dan kapan dapat dilihat hasilnya. Misalnya, PTK tertentu
7
dilaksanakan 3 bulan, 4 bulan, 5 bulan dan seterusnya. Sehingga, jika
PTK ini akan dilanjutkan ada batasnya yang jelas.
Dari kelima unsur SMART di atas, terdapat satu unsur yang
mempunyai keterkaitan langsung antara peneliti (guru) dengan subjek yang
diteliti atau yang akan dikenai tindakan (siswa). Unsur tersebut adalah
Accaptable/Achievable atau dapat diterima lingkungan/dapat dijangkau.
Berdasarkan prinsip SMART, khususnya Accaptable, sebelum melakukan
penelitian tindakan kelas, guru harus mengkomunikasikan dengan siswa.
Apa inisiatif guru? Apa yang akan dilakukan? Dan apa perangkat yang akan
digunakan? Hal ini dimaksudkan untuk mencari kesepakatan apakah siswa
mampu melakukan inisiatif guru atau tidak. Dengan demikian tidak ada
tindakan sewenang-wenang dari guru terhadap siswanya, meskipun tujuan
guru baik, yakni ingin memperbaiki hasil belajar siswa.kemampuan siswa
juga
dipertimbangkan,
apakah
penelitian
yang
akan
dilakukan
memberatkan siswa atau tidak. Berikut adalah kaidah yang dapat digunakan
untuk mencari kesepakatan antara guru dengan siswa dalam PTK:
1. Inisiatif harus kreatif dan tindakan harus cemerlang
Peneliti (guru) harus menunjukkan kepada anak didiknya bahwa ia
mempunyai inisiatif yang benar-benar sangat kreatif dan dituangkan
dalam pola pembelajaran melalui sejumlah tindakan. Guru juga harus
meyakinkan siswa bahwa inisiatif dan tindakan tersebut benar-benar
dapat meningkatkan proses belajar aktif siswa, sehingga hasilnya dapat
ditingkatkan.
2. Terpusat pada proses
Tekanan utama dalam PTK adalah tindakan yang didasari inisiatfi
kreatif melalui melalui metode SWOT, sebagaimana dijelaskan di atas.
Artinya tekanan utama dalam PTK adalah proses (tindakan), bukan
hasil dari tindakan itu sendiri. Sebab, jika prosesnya baik, hasinya pun
pasti baik. Jadi, bukan menentukan hasil yang baik, tetapi menentukan
proses yang baik. Proses atau tindakan yang baik adalah dengan
mencermati keseluruhan tindakan yang tertuang
dalam metode
8
mengajar, apakah telah sesuai dengan dengan kemampuan anak atau
belum, lancar atau tidak, memberatkan atau tidak, memotivasi belajar
atau tidak, apa hambatan yang muncul, dan aspek-aspek lain yang
muncul berkaitan dengan proses pembelajaran.
D. Objek Penelitian Tindakan Kelas
Kegiatan belajar mengajar tidak mungkin terjadi hanya semata-mata
karena ada unsur siswa dan guru. Kegiatan yang mereka lakukan tentu
didasarkan pada tujuan tertentu yang telah ditetapkan dan untuk mencapai
tujuan itulah diperlukan sejumlah komponen pembelajaran lainnya. Sesuai
dengan prinsip bahwa tindakan dirancang sebelumnya, objek penelitian
tindakan kelas harus merupakan sesuatu yang aktif dan dapat dikenai
aktivitas, bukan obkej yang sedang diam dan tanpa gerak. Menurut
Suharsimi Arikunto (2006), objek penelitian tindakan kelas meliputi hal
berikut:
1. Unsur siswa bermaksud dapat dicermati objeknya ketika siswa yang
bersangkutan sedang asyik mengikuti proses pembelajaran di kelas/
lapangan/laboratorium/bengkel,
maupun
ketika
sedang
asyik
mengerjakan pekerjaan rumah dengan serius, atau ketika mereka sedang
mengikuti kerja bakti di luar sekolah.
2. Unsur guru
Dapat dicermati ketika guru sedang mengajar di kelas khususnya cara
guru memberikan bantuan dan bimbingan kepada siswa.
3. Unsur materi pelajaran
Dapat dilihat dari RPP dan khususnya ketika materi sedang disajikan
kepada siswa, meliputi ururtannya, pengorganisasian cara penyajiannya
4.
5.
6.
7.
dan pengaturan.
Unsur peralatan atau sarana pendidikan
Unsur hasil pembelajaran
Unsur lingkungan
Unsur pengelolaan.
E. Model-Model Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Djunaidi Ghony (2008:14-20) dijelaskan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) tujuan utama dalam melakukan tindakan perbaikan,
9
peningkatan dan perubahan ke arah yang lebih baik, dikenal dalam
pelaksanaanya dengan beberapa model diantaranya:
1. Model Kemmis & Mc Taggart
Model pelaksanaan PTK mencakup empat langkah, yaitu:
a. Merumuskan masalah dan merancang tindakan.
b. Melaksanakan tindakan dan pengamatan/monitoring.
c. Refleksi hasil pengamatan
d. Perubahan / revisi perencanaan untuk pengembangan selanjutnya.
Mereka menggunakan empat komponen penelitian tindakan
(perencanaan, tindakan observasi, dan refleksi) dalam suatu sistem
spiral yang saling terkait.
2. Model Mc Kernan
Menurut MC Kernan yang menjabarkan lebih rinci proses penelitian
tindakan, yaitu dengan diidentifikasinya permasalahan, pembatas
masalah dan tujuan, penilaian kebutuhan subjek, dan dinyatakannya
hipotesis atau jawaban sementara terhadap masalah didalam setiap
tingkatan atau daur. Model Mc Kernan ini juga perlu diperhatikan bahwa
pada setiap daur tindakan yang ada selalu dievaluasi guna melihat hasil
tindakan, apakah tujuan dan permasalahan penelitian telah dapat dicapai.
Jika tenyata tindakan yang diberikan sudah dapat menyelesaikan atau
memecahkan masalah maka penelitian tersebut dapat diakhiri. Apabila
penelitiaan tersebut belum dapat memecahkan permasalahannya maka
penelitian dapat masuk pada tingkatan berikutnya. Selanjutnya ada tujuh
langkah yang harus dicermati, yaitu:
a. Analisis situasi (roconnaisance) atau dikenal medan.
b. Perumusan dan klarifikasi permasalahan.
c. Hipotesis tindakan
d. Perencanaan tindakan.
e. Implementasi tindakan dengan monitoringnya
f. Evaluasi hasil tindakan.
g. Refkelsi dengan pengambilan keputusan untuk pengembangan
selanjutnya.
3. Model Ebbut
Model Ebbut ini terdiri dari tiga tingkatan atau daur. Pada tingkatan
pertama, ide awal dikembangkan menjadi langkah tindakan pertama,
kemudian tindakan pertama tersebut dimonitoring implementasi
pengaruhnya terhadap subjek yang diteliti. Semua akibatnya dicatat
10
secara sistematis termasuk keberhasilan dan kegagalan yang terjadi.
Catatan monitoring tersebut digunakan sebagai bahan revisi rencana
umum tahap kedua. Pada tingkatan kedua ini, rencana umum hasil
revisi dibuat langkah tindakannya, dilaksanakan, monitoring efek
tindakan yang terjadi pada subjek yang teliti, dokumentasi efek
tindakan tersebut secara detai dan digunakan sebagai bahan untuk
masuk ke tingkat ketiga. Pada tingkat ini, tindakan seperti yang
dilakukan pada tingkat sebelumnya, dilakukan, didokumentasi efek
tindakan kelas untuk mengetahui apakah permasalahan yang telah
dirumuskan dapt dipecahkan.
4. Model Elliot
Model ini dikembangkan oleh dua orang sahabat, yaitu Elliot dan
Edelman. Mereka mengembangkan dari model Kemmis yang dibuat
dengan lebih rinci pada setiap tingkatannya, gunanya tak lain agar
guru/dosen sebagai penelitian agar lebih mudah dalam tindakannya.
Proses yang telah dilaksanakan oleh guru/dosen dalam melakukan
tindakan dalam semua tingkatan tersebut tak lain adalah memudahkan
baik dalam memahami perubahan yang telah terjadi maupun dalam
aktivitas guru/dosen yang telah dilakukan yang selanjutnya dapat
digunakan untuk menyusun laporan penelitian tersebut.
5. Model Kurt Lewin
Model ini menjadi acuan pokok atau dasar dari adanya berbagai model
penelitian tindakan kelas (PTK) yang ada. Sebab dialah yang pertama
kali memperkenalkan penelitian tindakan kelas tersebut. Konsep pokok
penelitian tindakan dari Kurt Lewin terdiri dari empat komponen, yaitu:
a. Perencanaan (planning)
b. Tindakan (acting)
c. Pengamatan (observasion)
d. Refleksi (refleksion)
F. Teknik Pengumpulan Data Penelitian Tindakan Kelas
Kinayati Djojosuroto dan M.L.A Sumaryati (2000:152) menyebutkan
beberapa teknik dalam mengumpulkan data, yaitu:
1. Pengamatan
Pengamatan dapat dikelompokkan menjadi empat:
a. Pengamatan tak berperan serta
11
Pengamat mengamati tapi tidak ikut ambil bagian. Contoh:
mengamati sidang umum dari TV.
b. Pengamatan berperan serta secara pasif.
Pengamat mengamati kejadian secara langsung ditenpat kejadian
tetapi tidak ikut andil.
c. Pengamatan berperan serta secara aktif
Pengamat mengamati kejadia secara langsung dan ikut andil,
walaupun bukan pelaku utama.
d. Pengamatan berperan serta secara penuh
Pengamat berperan penuh, dalam konteks PTK maka guru masuk
2.
3.
4.
dalam kriteria ini.
Wawancara
a. Wawancara standar terstruktur
b. Wawancara standar tak terstruktur
c. Wawancara non standar
Analisis dokumen
Tes
a. Dari segi pelaksanaan: 1) Tes tulis. 2) Tes lisan. 3) Tes perbuatan
b. Dari segi pengoreksian: 1) Tes subjektif (essay). 2) Tes objektif
c. Dari segi perbuatan: 1) tes baku (standar). 2) tes perbuatan guru.
Kemudian Esti Ismawati (2011:59-64) menjelaskan beberapa metode-
metode
monitoring dan koleksi data yang dapat dipakai, yaitu sebagai
berikut:
1. Pencatatan anaktodal yaitu, deskripsi tertulis yang dicatat berdasarkan
runtutan kejadian (misalnya, perkembangan seorang anak) dalam satu
priode. Pencatatan dilakukan secara akurat untuk kemudian dilakukan
interpretasi dan penjelasan. Deskripsi biasanya meliputi konteks dan
kejadian yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Metode ini
dapat diaplikasikan baik ke suatu kelompok maupun ke individu.
2. Pencatatan di lapangan, metode ini mirip dengan pencatatan anaktodal
tetapi juga mencata kesan-kesan subjektif dan interpresi. Deskripsi juga
dapat meliputi referensi, perilaku yang tidak sesuai, konflik-konflik
internal, dan kesalahan-kesalahan yang dilakukan guru. Sama dengan
pencatatan anktodal pencatatan lapangan juga meliputi isu yang
berhubungan dengan masalah.
12
3. Deskripsi perilalu ekologis, deskripsi ini mencoba merekam obsrevasi
dan pemahaman dari runrutan perilaku secara keseluruhan. Deskripsi ini
dapaat dilakukan dengan beberapa level :
a. Semua murid tenang dan serius didalam kelas, tetapi kemudia semua
tertawa terbahak-bahak...
b. John menceritakan hobinya di depan kelas.
c. Kakinya gemetar dan kedua tangannya diremas-remas di belakang
punggungnya...
Deskripsi dilakukan dengnmenghindari istilah dan interpretasi
psikologis.
4. Analisis dokumen, yaitu merupakan sebuah gambaran dari isu atau
masalah di sekolah, dapat dikontruksikan melalui dokumen-dokumen
seperti surat-surat memo sekolah, pengumuman-pengumuman, hasil
kerja murid, arsip sekolah, laporan-laporan sekolah, tabel waktu,
kebijakan dan peraturan sekolah. Dokumen-dokumen ini dapat
memberikan informasi yang berguna.
5. Catatan harian, catatan harian individual (tidak harus selalu bersifat
pribadi) yang dibuat secara rutin dapat menjadi informasi bagi peneliti
sebuah masalah. Catatan harian meliputi observasi, perasaan, reaksi,
interpretasi, refleksi perkiraan-perkiraan, dan penjelasan. Isu dapat
berkisar dari kerja murid secara individual sampai dengan evaluasi diri
untuk memperbaiki metode mengajar. Murid dapat didorong untuk
menulis catatan harian mengenai topik yang sama untuk memberikan
gambaran dari perspektik lain.
6. Logs, mirip dengan catatan harian tetapi diatur sesuai dengan alokasi
waktu untuk aktivitas tertentu, pengelompokan kelas, dan lain-lain.
Kegunaan, seperti catatan harian, juga mengomentari kejadian-kejadian
tetapi diatur dalam urutan waktu.
7. Kartu sampling, mirip dengan catatan harian tetapi enam kartu
digunakan untuk mencatat kesan mengenai topik-topik tertentu, satu
kartu untuk satu topik. Misalnya satu set kartu meliputi topik-topik
seperti pengantar pelajaran, disiplin, kualitas kerja murid, asesmen
efisiensi, dan kontak individu dengan murid (prilaku murid). Kartu-kartu
13
ini dapat memberikan gambaran untuk refleksi tanpa resiko penekanan
yang berlebihan pada satu topik dan menghindari rasa bosan.
8. Portofolio, materi-materi dikumpulkan untuk sebuah tujuan. Sebuah
portofolio dapat terdiri atas hal-hal seperti catatan rapat, korespondensi,
kliping, pengumuman, atau dokumen apapun yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti.
9. Angket
a. Terbuka
Minta pada responden sesuai dengan pendapatnya sendiri dan
diungkapkan dengan kata-katanya sendiri. Berguna untuk tahap
eksplorasi tetapi kadang-kadang dapat mengundang respon yang
sulit untuk dianalisis.
b. Tertutup atau pilihan ganda
Meminta responden untuk memilih pernyataan atau deskripsi yang
sudah tersedia dalam angket sehingga menutup kemungkinan bagi
responden untuk mengungkapkan pendapat perasaan, penilaian dan
lain-lain. Pertanyaan harus ditulis secara hati-hati dan maksudnya
juga harus jelas dan tidak ambigu. Pertanyaan-pertanyaan ini dapat
diuji cobakan (pada rekan kerja atau kelompok responden yang
menjadi sampel) sehingga peneliti dapat melakukan perbaikanperbaikan sebelum digunakan. Pada angket jenis ini, topikyang
diteliti dibatasi secara ketat untuk meningkatkan rating respon dan
kualitas informasi yang ingin diperoleh..
c. Wawancara
1) Wawancara tidak terencana, seperti obrolan informal antara
murid dan guru.
2) Wawancara terencana tetapi tidak terstruktur, satu atau dua
pertanyaan pembuka dari pewawancara tetapi kemudian dapat
berkembang sesuai dengan respon atau jawaban para responden.
3) Wawancara terstruktur, pewawancara telah menyiapkan satu set
petanyaan untuk diajukan kepada responden dan mengendalikan
percakapan sesuai pedoman.
10. Metode Sosiometri, metode ini digunsksn untuk melihat hubungan
antara individu dalam suatu kelompok yang memungkinkan untuk
melihat siapa yang disukai, siapa yang saling menyukai, siapa yang
14
tidak disukai, atau saling tidak menyukai. Pertanyaan duajukan
berdasarkan sebuah pandangan untuk melihat murid yang dapat diajak
bekerjasama atau aktif dalam sebuah kegiatan dan murid yang tidak
dapat bekerjsama.
11. Intergrasi jadwal dan daftar cek, dapat digunakan oleh guru atau seorang
observer yaitu berupa pencatatan berdasarkan waktu, dilakukan di dalam
interval rutin atau berdasarkan kejadian. Perilaku yang bervariasi dicatat
dalam (check list) dapat dibuat dengan mengacu pada: perilaku verbal
guru, perilaku verbal murid, perilaku non-verbal guru dan perilaku nonverbal murid. Jadwal atau daftar cek dapat digunakan langsung atau
dengan bantuan alat perekam pada saat pelajaran (atau rapat dan
kejadian-kejadian penting lainnya)
12. Perekam tape
13. Perekam video
14. Foto dan slide
15. Hasil tes atau ulangan murid
G. Langkah-Langkah Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Syamsuddin dan Vismaia S. Damaianti (2009:233) langkahlangkah penelitian tindakan kelas yaitu:
1. Menurut Lewis
a. Mengidentifikasi gagasan / permasalahan umum.
b. Melakukan pengecekan di lapangan.
c. Membuat perencanaan umum
d. Mengembangkan tindakan pertama.
e. Mengimplementasikan tindakan pertama
f. Mengevaluasi
g. Merevisi perencanaan untuk tindakan kedua.
Namun dalam melaksanakan langkah para guru bisa juga menerapkan
langkah seperti yang dijelaskan dalam model-model penelitiantindakan
kelas seperti yang dijelaskan di atas.
H. Tujuan Dan Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
Tujuan penelitian tindakan (H. E. Mulyasa 2012: 4) yaitu untuk
melakuakan
suatu
pendekatan
terhadap
proses
pendidikan
dan
menganggapnya sebagai satu proses pendidikan dan menganggapnya
sebagai satu kesatuan pelatihan, yang memandang seorang guru sebagai
hakim terbaik terbaik terhadapa keseluruhan pengalaman pembelajaran.
Dengan demikian, penelitain tindakan dapat menjembatani kesenjangan
15
antara teori dengan praktek pendidikan, bahkan para guru didorong untuk
mengembangkan
sendiri
konsep-konsep
dan
teorinya,
kemudian
mempraktekkannya dalam kegiatan pembelajaran yang mereka lakukan.
Lebih lanjut E. Mulyasa (2014: 89-90) menerangkan tentang tujuan
PTK sebagai berikut:
1. Memperbaiki dan meningkatkan kondisi-kondisi belajar serta kualitas
pembelajran.
2. Meningkatkan
layanan
profesinal
dalam
kontaks
pembelajran,
khususnya layanan kepada peserta didik sehingga tercipta layanan
prima.
3. Memberikan kesempatan kepada guru berimprovisasi dalam melakukan
tindakan pembelajran yang dirancang secara tepat waktu dan sasaranya.
4. Memberikan kesempatan kepada guru mengadakan pengkajian secara
bertahap kegiatan pembelajaran yang dilakukannya sehingga tercipta
peerbaikan yang berkesinambungan.
5. Membiasakan guru mengembangkan sikap ilmiah terbuka dan jujur
dalam pembelajaaran penilaian praktis dalam situasi konkret.
6. John Eliot (Sarwiji Suwandi 2011:10) menambahkan bahwa tujuan PTK
adalah untuk memperoleh
Tujuan ini juga dikemukakan oleh Djunaidi Ghony (2008:28-29)
bahwa PTK dilaksanakan demi perbaikan dan peningkatan praktik
pembelajaran secara berkesinambungan, yang pada dasarnya melekat pada
terlaksananya misis profesional yang diemban oleh guru.
Dengan kata lain tujuan PTK adalah mengembangkan keterampilan
proses pembelajaran, bukan untuk mencepai pengetahuan umum dalam
bidang pendidikan. Sedangkan manfaat TPK antara lain:
1. Mengembangkan dan melakukan inovasi pembelajaran sehingga
pembelajaran yang dilakukan senantiasa tampak baru di kalangan
peserta didik.
2. Merupakan pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan sesuai
dengan karakteristik pembelajaran, serta situasi dan kondisi kelas.
3. Meningkatkan profesionalisme guru melalui upaya penelitian yang
dilakukannya sehingga pemahaman guru senantiasa meningkat, baik
berkaitan dengan metode maupun isi pembelajaran.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah membahas panjang tetang penelitian tindakan kelas penulis
dapat menyimpulkan, bahwa penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan
guru dalam memperbaiki kegiatan belajar mengajar yang tidak hanya terjadi
di dalam kelas tetapi juga dapat terjadi di luar kelas seperti laboratorium,
lapang, serta alam terbuka yang didalamnya terdapat kegiatan belajar
mengajar.
Seperti penelitian lain, penelitian tindakan mempunyai karakteristik
serta prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru yang akan
melaksanakan penelitian tindakan kelas. Bahkan seorang guru dalam
17
meneliti suatu pemasalahan dalam kelas yang ia anggap pantas untuk diteliti
maka guru tersebut harus memperhatikan objek yang akan diteliti. Dalam
prakteknya guru juga bisa memilih model-model dalam penelitian tindakan
kelas serta disesuaikan dengan teknik dalam mengumpulkan data, sehingga
guru ketika terjun kelapangan untuk observasi tidak akan menemui kesulitan
sehinnga tujuan dan manfaaat ia peroleh dari penelitian tersebut.
B. Saran
Maka hanya inilah yang dapat kami sampaikan semoga dapat
memberi manfaat bagi penulis serta pembaca yang budiman dalam
menambah wawasan tetang penelitian tindakan kelas.
DAFTAR ISI
H.E Mulyasa. 2012. Praktik penelitian tindakan kelas. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Suyadi. 2012. Buku Panduan Guru Profesional Penelitian Tindakan
Kelas
(PTK) Dan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS).
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Esti Isnawati. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa Dan
Sastra. Surakarta: Yuma Pustaka.
Sarwiji Suwandi. 2011. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Dan
Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: Yuma Pustaka.
Djunaidy Ghony. 2008. Penelitian Tindalan Kelas. Malang: UIN
Malang.
18
Kinanti Djojosubroto dan M.L.A. Sumaryati. 2000. Prinsip-Prinsip
Dasar Penelitian Bahasa Dan Sastra. Bandung: Yayasan
Nuansa Cendekia.
Suharsimi Arikunto, Suharjono dan Supardi. 2006. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.
Syamsuddin dan Vismaia S. Damaianti. 2009. Metode Penelitian
Pendidikan Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.
19
: Rimayah
NIM
: 1121100277
Kelas
:G
Mata Kuliah
: Metode Penelitian 1
Instansi
: Institut Agama Islam Negeri Pontianak
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak cara yang dapat dilakukan guru untuk mengatasi atau
memecahkan permasalahan di kelas. Salah satu cara yang dipandang efektif
adalah guru melakukan penelitian tindakan kelas (PTK). Dikatakan
demikian karena selama melaksanakan PTK guru tidak meninggalkan
tugas utamanya (mengajar) dan bahkan dengan PTK itulah kegiatan
pembelajaran yang dilakukan guru akan makin berhasil gun. Sebagaimana
dikemukakan sarwiji suwandi (2013b, 2003c, 2004), jika ada guru yang
memiliki
komitmen
untuk
senantiasa
memperbaiki
sistem
serta
meningkatkan kinerja dalam rangka memperbaiki atau meningkatkan mutu
proses dan hasil pembelajaran guru tersebut dapat melaksanakan penelitian
tindakan kelas. Maka dari itulah kami selaku penulis akan membahas halhal yang berkaitan dengan penelitian tindakan kelas.
B. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Apa pengertian penelitian tindakan kelas?
Apa karakteristik penelitian tindakan kelas
Apa prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas?
Apa objek penelitian tindakan kelas?
Bagaimana teknik pengumpulan data penelitian tindakal kelas?
Apa tujuan dan manfaat penelitian tindakan kelas?
C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan pengertian penelitian tindakan.
2. Menjelaskan karakteristik penelitian tindakan kelas.
1
3. Menjelaskan prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas.
4. Menjelaskan objek penelitian tindakan kelas.
5. Menjelaskan teknik-teknik dalam mengumpulkan data penelitian
tindakan kelas.
6. Menjelaskan tujuan dan manfaat peenelitian tindakan kelas.
D. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk mempermudah
penulisan serta pembaca sekalian dalam memahami tentang pengertian serta
hal-hal yang terkait dengan karakteristik, prinsip, objek yeng diteliti, model,
teknik, serta tujuan dan manfaat penelitian tindakan kelas bagi guru serta
bagi seluru pembaca
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berasal dari bahasa Inggris, yaitu
Classroom Action Research yang artinya penelitian dengan tindakan.
Menurut Suharsimi Arikunto, PTK terdiri dari tiga kata; pertama, penelitian
diartikan sebagai kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan
cara dan aturan atau metodologi tertentu untuk menemukan data akurat
tentang hal-hal yang dapat meningkatkan mutu objek yang diamati. Kedua,
tindakan merupakan gerakan yang dilakukan dengan sengaja dan terencana
dengan tujuan tertentu.
Ketiga, kelas adalah tempat di mana terdapat
sekelompok peserta didik yang dalam waktu bersamaam menerima
pelajaran dari guru sama. Dari ketiga unsur pengertian di atas, dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan penelitian tindakan kelas (PTK)
adalah pencermatan dalam bentuk tindakan terhadap kegiatan belajar yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelassecara bersamaan
(Suyadi: 2012).
Berbeda dengan pengertian diatas, Carr & Kemmis (McNiff dalam
Suyadi: 2012) menggarisbawahi bahwa PTK mengandung beberapa ide
pokok, yaitu; pertama, PTK merupakan suatu bentuk inkuiri atau
penyelidikan yang dilakukan melalui refleksi diri. Kedua, PTK dilakukan
oleh peserta yang terlibat dalam situasi yang diteliti seperti guru, peserta
didik atau kepala sekolah. Ketiga, PTK dilakukan dalam situasi sosial,
termasuk situasi pendidikan. Keempat, tujuan PTK adalah memperbaiki
dasar pemikiran dan kepantasan dari praktik-praktik, pemahaman dari
praktik tersebut, serta situasi atau lembaga tempat praktik tersebut
dilakukan. Dari keempat ide pokok di atas, dapat disimpulkan bahwa PTK
adalah pencermatan yang dilakukan oleh orang-orang yang terlibat di
3
dalamnya (guru, peserta didik, kepala sekolah) dengan menggunakan
metode refleksi diri dan bertujuan untuk melakukan perbaikan di berbagai
aspek pembelajaran. Dengan kata lain, PTK adalah pencermatan yang
dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan
tujuan untuk memperbaiki profesinya sebagai guru sehingga hasil belajar
peserta didik terus meningkat.
Menurut E. Mulyasa (2012:) menyebutkan penelitian tindakan
merupakan upaya untuk meningkatkan kinerja sistem organisasi atau
masyarakat agar lebih efektif dan efisien, termasuk untuk meningkatkan
kinerja sistem pendidikan.
Kemudia menurut beberapa ahli dari Barat John Eliot (Hopkins dalam
Sarwiji Suwandi 2011:10) memaparkan bahwa penelitian tindakan adalah
suatu kajian tentang situasi sosial dengan tujuan memperbaiki mutu
tindakan dalam situasi sosial tersebut. Sedangkan menurut Stephen Carey
(Esti Isnawati 2011:50) menjelaskan bahwa penelitian kaji tindak/penelitian
tindakan kelas adalah merupakan sebuah cara di mana guru mencoba untuk
meneliti permasalahan mereka sendiri secara alamiah dalam rangka
melakukan evaluasi, mengarahkan, dan memperbaiki prosedur.
B. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Berdasarkan pengertian diatas, PTK mempunyai karakter tersendiri
jika dibandingkan dengan penelitian-penelitian lain pada umumnya.
Menurut Suyadi (2012) beberapa karakter tersebut adalah sebagai berikut:
1. Guru merasa bahwa ada permasalah yang mendesak untuk segera
diselesaikan di dalam kelas. Dengan kata lain, guru menyadari bahwa ada
sesuatu dalam praktik pembelajarannya yang harus dibenahi dan ia
terpanggil
untuk
melakukan
tindakan-tindakan
tertentu
untuk
memperbaiki persoalan tersebut. Dengan demikian, PTK menjadi khas
hanya dilakukan dan diprakarsai oleh guru kelas, bukan pihak lain.
2. Refleksi diri merupakan ciri khas PTK yang paling esensial.hal ini
sekaligus
membedakan
antara
penelitian
pada
umumnya
yang
4
menggunakan
responden
atau
populasi
secara
objektif
dalam
mengumpulkan data, sedangkan dalam PTK pengumpulan data dilakukan
dengan refleksi diri. Refleksi yang dimaksud di sini adalah refleksi dalam
pengertian introspeksi diri, seperti guru mengingatkembali apa saja
tindakan yang telah dilakukan di dalam kelas, apa dampak dari tindakan
tersebut, mengapa dampaknya menjadi demikian, dan lain sebagainya.
Sebagaimana
disebutkan oleh Schmuck (Suyadi: 2012) kita seperti
melihat diri kita di dalam cermin tentang berbagai tindakan yang telah
kita lakukan dan harapkan kita atas tindakan tersebut.
3. Penelitian Tindakan Kelas dilakukan di dalam “kelas” sehingga fokus
perhatian adalah proses pembelajaran antara guru dan siswa melalui
interaksi. Sekali lagi “kelas” yang dimaksud di sini tidak sebatas ruang
tertutup yang dibatasi dinding dan pintu, tetapi “tempat” di mana terjadi
proses pembelajaran antara guru dan siswa. Jadi boleh saja PTK
dilakukan diruang terbuka seperti pelajaran olahraga di lapangan, atau di
taman ketika siswa sedang diskusi agar tidak penat di dalam kelas.
4. Penelitian Tindakan Kelas bertujuan untuk memperbaiki pelajaran tiada
henti. Esensi PTK adalah untuk memperbaiki pola pembelajaran secara
terus menerus tiada henti. didalamnya harus mencerminkan perbaikan
demi perbaikan yang dicapai. siklus sebelumnya merupakan dasar bagi
siklus selanjutnya.
Menurut Kemmis dan McTggar (Esti Ismawati 2011:51) menjelaskan
bahwa PTK memiliki karakteristik umum yaitu:
1. Kolektif dan reflektif
Kolektif di sini dimaksudkan bahwa dalam PTK dilakukan oleh pesertapeserta penelitian dalam situasi sosial dalam rangka memperbaiki
praktik-praktik sosial pendidikan.
2. Kolaboratif (kerjasama), kritis dan dilakukan oleh para peserta aktif.
Kolabotif di sini bermaksud dilakukan melalui aksi pengujian kritis oleh
anggota-anggota kelompok.
5
C. Prinsip-Prinsip Penelitian Tindakan Kelas
Suyadi (2012) menjabarkan beberapa prinsip untuk pedoman Dalam
PTK, terdapat sejumlah prinsip atau pedoman yang harus dipenuhi. Prinsipprinsip PTK tersebut adalah:
1. PTK dilakukan dalam kegiatan pembelajaran yang alamiah.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) harus dilaksanakan dalam situasi
pembelajaran yang alamiah. Artinya, PTK harus dilakukan tanpa
mengubah situasi dan jadwal pelajaran dengan kata lain, PTK tidak perlu
dilakukan dalam situasi yang khusus, apalagi sampai mengubah
kebiasaan pembelajaran.
2. Adanya inisiatif guru untuk memperbaiki proses pembelajaran.
Guru harus peka terhadap persoalan-persoalan yang muncul dalam
pembelajaran. Bahkan, guru dituntut untuk lebih sensitif terhadap
prestasi belajar siswa. Kepekaan dan sensitivitas inilah yang akan
mendorong naluri guru untuk memperbaiki proses pembelajaran. Nah
PTK merupakan salah satu jalan bagi guru untuk memperbaiki proses
pembelajaran.
3. Menggunakan analisis SWOT sebagai dasar bertindak.
Menurut Suharsimi Arikunto, PTK harus dimulai dengan melakukan
analisis SWOT yaitu: Strength (kekuatan), Weaknesses (kelemahan),
Opportunity (kesempatan), Threat (ancaman). Sebelum mengidentifikasi
yang lain, guru harus mengidentifikasi dirinya sendiri, khususnya dari
sudut pandang dua unsur yakni, Strenght (kekuatan) dan Weaknesses
(kelemahan). Identifikasi dari sudut pandang yang sama juga harus
dilakukan kepada pesetra didik.
Sedangkan dua unsur yang lain, yaitu Opportunity (kesempatan) Threat
(ancaman) digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor eksternal yang
tidak ada pada diri guru dan siswa, artinya, sebelum guru melakukan
tindakan atau uji coba, harus mempertimbangkan faktor-faktor eksternal
yang dapat dimanfaatkan dan menghindari ancaman yang dapat
mengganggu jalannya perbaikan atau uji coba dalam penelitian. Hal ini
6
berkaitan dengan prinsip pertama, yakni PTK harus berjalan secara
alamiah dan tidak boleh menimbulkan resiko yang tidak diinginkan.
4. Adanya upaya secara konkret.
Inisiatif untuk memperbaiki pembelajaran yang didasarkan pada analisa
SWOT sebagaimana disebutkan diatas berupa “tindakan” secara konkret.
Tidak cukup hanya dengan harapan maupun angan-angan. Harus benarbenar konkret berupa tindakan praktis. Inilah salah satu ciri khas PTK,
yakni adanya “tindakan” secara praktis dan konkret. Tindakan secara
konkret sebagai manifestasi inisiatif dan analisis SWOT tersebut menyatu
ke dalam sistem pembelajaran yang lebih baik. Tentu sebuah inisiatif
baru yang diaktualisasikan dalam proses pembelajaran perlu mendapat
bantuan dari berbagai unsur dan terlibat secara sistematis, mulai dari
sarana-prasarana pendudkung, mengubah jadwal pelajaran, gaya
mengajar yang berbeda, dan unsur-unsur terkait.
5. Merencanakan dengan SMART
Suharsini Arikunto (Suyadi:2012) berpendapat bahwa PTK harus
direncanakan dengan SMART, yaitu:
S : Spesific, khusus (khusus, tidak terlalu umum/luas). Misalnya,
melakukan penelitian untuk pelajaran bahasa Indonesia, tetapi hanya satu
aspek seperti bicara, menulis atau mendengar. Dengan demikian hasiknya
spesifik.
M : Managable, dapat dikelola, dilaksanakan. Artinya lokasi mudah
dijangkau, data dapat dikumpulkan dengan mudah, hasilnya dapat
dikoreksi dan tidak menyulitkan.
A : Acceptable, dapat diterima lingkungan, atau Achivable, dapat
dijangkau, dicapai. Artinya, mudah dilakukan, tidak berbelit, dan hal-hal
lain yang membuat siswa berkeluh kesah atas tindakan yang dilakukan
guru dalam penelitian.
R : Realistic, operasional, tidak di luar jangkauan. Artinya, tidak
menyimpang dari tujuan, serta hasilnya bermanfaat baik bagi guru
maupun siswa.
T : Time-Bound, diikat oleh waktu, terencana. Artinya ada schedule
(jadwal) dan target yang jelas: kapan dilaksanakan, kapan dapat
diselesaikan, dan kapan dapat dilihat hasilnya. Misalnya, PTK tertentu
7
dilaksanakan 3 bulan, 4 bulan, 5 bulan dan seterusnya. Sehingga, jika
PTK ini akan dilanjutkan ada batasnya yang jelas.
Dari kelima unsur SMART di atas, terdapat satu unsur yang
mempunyai keterkaitan langsung antara peneliti (guru) dengan subjek yang
diteliti atau yang akan dikenai tindakan (siswa). Unsur tersebut adalah
Accaptable/Achievable atau dapat diterima lingkungan/dapat dijangkau.
Berdasarkan prinsip SMART, khususnya Accaptable, sebelum melakukan
penelitian tindakan kelas, guru harus mengkomunikasikan dengan siswa.
Apa inisiatif guru? Apa yang akan dilakukan? Dan apa perangkat yang akan
digunakan? Hal ini dimaksudkan untuk mencari kesepakatan apakah siswa
mampu melakukan inisiatif guru atau tidak. Dengan demikian tidak ada
tindakan sewenang-wenang dari guru terhadap siswanya, meskipun tujuan
guru baik, yakni ingin memperbaiki hasil belajar siswa.kemampuan siswa
juga
dipertimbangkan,
apakah
penelitian
yang
akan
dilakukan
memberatkan siswa atau tidak. Berikut adalah kaidah yang dapat digunakan
untuk mencari kesepakatan antara guru dengan siswa dalam PTK:
1. Inisiatif harus kreatif dan tindakan harus cemerlang
Peneliti (guru) harus menunjukkan kepada anak didiknya bahwa ia
mempunyai inisiatif yang benar-benar sangat kreatif dan dituangkan
dalam pola pembelajaran melalui sejumlah tindakan. Guru juga harus
meyakinkan siswa bahwa inisiatif dan tindakan tersebut benar-benar
dapat meningkatkan proses belajar aktif siswa, sehingga hasilnya dapat
ditingkatkan.
2. Terpusat pada proses
Tekanan utama dalam PTK adalah tindakan yang didasari inisiatfi
kreatif melalui melalui metode SWOT, sebagaimana dijelaskan di atas.
Artinya tekanan utama dalam PTK adalah proses (tindakan), bukan
hasil dari tindakan itu sendiri. Sebab, jika prosesnya baik, hasinya pun
pasti baik. Jadi, bukan menentukan hasil yang baik, tetapi menentukan
proses yang baik. Proses atau tindakan yang baik adalah dengan
mencermati keseluruhan tindakan yang tertuang
dalam metode
8
mengajar, apakah telah sesuai dengan dengan kemampuan anak atau
belum, lancar atau tidak, memberatkan atau tidak, memotivasi belajar
atau tidak, apa hambatan yang muncul, dan aspek-aspek lain yang
muncul berkaitan dengan proses pembelajaran.
D. Objek Penelitian Tindakan Kelas
Kegiatan belajar mengajar tidak mungkin terjadi hanya semata-mata
karena ada unsur siswa dan guru. Kegiatan yang mereka lakukan tentu
didasarkan pada tujuan tertentu yang telah ditetapkan dan untuk mencapai
tujuan itulah diperlukan sejumlah komponen pembelajaran lainnya. Sesuai
dengan prinsip bahwa tindakan dirancang sebelumnya, objek penelitian
tindakan kelas harus merupakan sesuatu yang aktif dan dapat dikenai
aktivitas, bukan obkej yang sedang diam dan tanpa gerak. Menurut
Suharsimi Arikunto (2006), objek penelitian tindakan kelas meliputi hal
berikut:
1. Unsur siswa bermaksud dapat dicermati objeknya ketika siswa yang
bersangkutan sedang asyik mengikuti proses pembelajaran di kelas/
lapangan/laboratorium/bengkel,
maupun
ketika
sedang
asyik
mengerjakan pekerjaan rumah dengan serius, atau ketika mereka sedang
mengikuti kerja bakti di luar sekolah.
2. Unsur guru
Dapat dicermati ketika guru sedang mengajar di kelas khususnya cara
guru memberikan bantuan dan bimbingan kepada siswa.
3. Unsur materi pelajaran
Dapat dilihat dari RPP dan khususnya ketika materi sedang disajikan
kepada siswa, meliputi ururtannya, pengorganisasian cara penyajiannya
4.
5.
6.
7.
dan pengaturan.
Unsur peralatan atau sarana pendidikan
Unsur hasil pembelajaran
Unsur lingkungan
Unsur pengelolaan.
E. Model-Model Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Djunaidi Ghony (2008:14-20) dijelaskan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) tujuan utama dalam melakukan tindakan perbaikan,
9
peningkatan dan perubahan ke arah yang lebih baik, dikenal dalam
pelaksanaanya dengan beberapa model diantaranya:
1. Model Kemmis & Mc Taggart
Model pelaksanaan PTK mencakup empat langkah, yaitu:
a. Merumuskan masalah dan merancang tindakan.
b. Melaksanakan tindakan dan pengamatan/monitoring.
c. Refleksi hasil pengamatan
d. Perubahan / revisi perencanaan untuk pengembangan selanjutnya.
Mereka menggunakan empat komponen penelitian tindakan
(perencanaan, tindakan observasi, dan refleksi) dalam suatu sistem
spiral yang saling terkait.
2. Model Mc Kernan
Menurut MC Kernan yang menjabarkan lebih rinci proses penelitian
tindakan, yaitu dengan diidentifikasinya permasalahan, pembatas
masalah dan tujuan, penilaian kebutuhan subjek, dan dinyatakannya
hipotesis atau jawaban sementara terhadap masalah didalam setiap
tingkatan atau daur. Model Mc Kernan ini juga perlu diperhatikan bahwa
pada setiap daur tindakan yang ada selalu dievaluasi guna melihat hasil
tindakan, apakah tujuan dan permasalahan penelitian telah dapat dicapai.
Jika tenyata tindakan yang diberikan sudah dapat menyelesaikan atau
memecahkan masalah maka penelitian tersebut dapat diakhiri. Apabila
penelitiaan tersebut belum dapat memecahkan permasalahannya maka
penelitian dapat masuk pada tingkatan berikutnya. Selanjutnya ada tujuh
langkah yang harus dicermati, yaitu:
a. Analisis situasi (roconnaisance) atau dikenal medan.
b. Perumusan dan klarifikasi permasalahan.
c. Hipotesis tindakan
d. Perencanaan tindakan.
e. Implementasi tindakan dengan monitoringnya
f. Evaluasi hasil tindakan.
g. Refkelsi dengan pengambilan keputusan untuk pengembangan
selanjutnya.
3. Model Ebbut
Model Ebbut ini terdiri dari tiga tingkatan atau daur. Pada tingkatan
pertama, ide awal dikembangkan menjadi langkah tindakan pertama,
kemudian tindakan pertama tersebut dimonitoring implementasi
pengaruhnya terhadap subjek yang diteliti. Semua akibatnya dicatat
10
secara sistematis termasuk keberhasilan dan kegagalan yang terjadi.
Catatan monitoring tersebut digunakan sebagai bahan revisi rencana
umum tahap kedua. Pada tingkatan kedua ini, rencana umum hasil
revisi dibuat langkah tindakannya, dilaksanakan, monitoring efek
tindakan yang terjadi pada subjek yang teliti, dokumentasi efek
tindakan tersebut secara detai dan digunakan sebagai bahan untuk
masuk ke tingkat ketiga. Pada tingkat ini, tindakan seperti yang
dilakukan pada tingkat sebelumnya, dilakukan, didokumentasi efek
tindakan kelas untuk mengetahui apakah permasalahan yang telah
dirumuskan dapt dipecahkan.
4. Model Elliot
Model ini dikembangkan oleh dua orang sahabat, yaitu Elliot dan
Edelman. Mereka mengembangkan dari model Kemmis yang dibuat
dengan lebih rinci pada setiap tingkatannya, gunanya tak lain agar
guru/dosen sebagai penelitian agar lebih mudah dalam tindakannya.
Proses yang telah dilaksanakan oleh guru/dosen dalam melakukan
tindakan dalam semua tingkatan tersebut tak lain adalah memudahkan
baik dalam memahami perubahan yang telah terjadi maupun dalam
aktivitas guru/dosen yang telah dilakukan yang selanjutnya dapat
digunakan untuk menyusun laporan penelitian tersebut.
5. Model Kurt Lewin
Model ini menjadi acuan pokok atau dasar dari adanya berbagai model
penelitian tindakan kelas (PTK) yang ada. Sebab dialah yang pertama
kali memperkenalkan penelitian tindakan kelas tersebut. Konsep pokok
penelitian tindakan dari Kurt Lewin terdiri dari empat komponen, yaitu:
a. Perencanaan (planning)
b. Tindakan (acting)
c. Pengamatan (observasion)
d. Refleksi (refleksion)
F. Teknik Pengumpulan Data Penelitian Tindakan Kelas
Kinayati Djojosuroto dan M.L.A Sumaryati (2000:152) menyebutkan
beberapa teknik dalam mengumpulkan data, yaitu:
1. Pengamatan
Pengamatan dapat dikelompokkan menjadi empat:
a. Pengamatan tak berperan serta
11
Pengamat mengamati tapi tidak ikut ambil bagian. Contoh:
mengamati sidang umum dari TV.
b. Pengamatan berperan serta secara pasif.
Pengamat mengamati kejadian secara langsung ditenpat kejadian
tetapi tidak ikut andil.
c. Pengamatan berperan serta secara aktif
Pengamat mengamati kejadia secara langsung dan ikut andil,
walaupun bukan pelaku utama.
d. Pengamatan berperan serta secara penuh
Pengamat berperan penuh, dalam konteks PTK maka guru masuk
2.
3.
4.
dalam kriteria ini.
Wawancara
a. Wawancara standar terstruktur
b. Wawancara standar tak terstruktur
c. Wawancara non standar
Analisis dokumen
Tes
a. Dari segi pelaksanaan: 1) Tes tulis. 2) Tes lisan. 3) Tes perbuatan
b. Dari segi pengoreksian: 1) Tes subjektif (essay). 2) Tes objektif
c. Dari segi perbuatan: 1) tes baku (standar). 2) tes perbuatan guru.
Kemudian Esti Ismawati (2011:59-64) menjelaskan beberapa metode-
metode
monitoring dan koleksi data yang dapat dipakai, yaitu sebagai
berikut:
1. Pencatatan anaktodal yaitu, deskripsi tertulis yang dicatat berdasarkan
runtutan kejadian (misalnya, perkembangan seorang anak) dalam satu
priode. Pencatatan dilakukan secara akurat untuk kemudian dilakukan
interpretasi dan penjelasan. Deskripsi biasanya meliputi konteks dan
kejadian yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Metode ini
dapat diaplikasikan baik ke suatu kelompok maupun ke individu.
2. Pencatatan di lapangan, metode ini mirip dengan pencatatan anaktodal
tetapi juga mencata kesan-kesan subjektif dan interpresi. Deskripsi juga
dapat meliputi referensi, perilaku yang tidak sesuai, konflik-konflik
internal, dan kesalahan-kesalahan yang dilakukan guru. Sama dengan
pencatatan anktodal pencatatan lapangan juga meliputi isu yang
berhubungan dengan masalah.
12
3. Deskripsi perilalu ekologis, deskripsi ini mencoba merekam obsrevasi
dan pemahaman dari runrutan perilaku secara keseluruhan. Deskripsi ini
dapaat dilakukan dengan beberapa level :
a. Semua murid tenang dan serius didalam kelas, tetapi kemudia semua
tertawa terbahak-bahak...
b. John menceritakan hobinya di depan kelas.
c. Kakinya gemetar dan kedua tangannya diremas-remas di belakang
punggungnya...
Deskripsi dilakukan dengnmenghindari istilah dan interpretasi
psikologis.
4. Analisis dokumen, yaitu merupakan sebuah gambaran dari isu atau
masalah di sekolah, dapat dikontruksikan melalui dokumen-dokumen
seperti surat-surat memo sekolah, pengumuman-pengumuman, hasil
kerja murid, arsip sekolah, laporan-laporan sekolah, tabel waktu,
kebijakan dan peraturan sekolah. Dokumen-dokumen ini dapat
memberikan informasi yang berguna.
5. Catatan harian, catatan harian individual (tidak harus selalu bersifat
pribadi) yang dibuat secara rutin dapat menjadi informasi bagi peneliti
sebuah masalah. Catatan harian meliputi observasi, perasaan, reaksi,
interpretasi, refleksi perkiraan-perkiraan, dan penjelasan. Isu dapat
berkisar dari kerja murid secara individual sampai dengan evaluasi diri
untuk memperbaiki metode mengajar. Murid dapat didorong untuk
menulis catatan harian mengenai topik yang sama untuk memberikan
gambaran dari perspektik lain.
6. Logs, mirip dengan catatan harian tetapi diatur sesuai dengan alokasi
waktu untuk aktivitas tertentu, pengelompokan kelas, dan lain-lain.
Kegunaan, seperti catatan harian, juga mengomentari kejadian-kejadian
tetapi diatur dalam urutan waktu.
7. Kartu sampling, mirip dengan catatan harian tetapi enam kartu
digunakan untuk mencatat kesan mengenai topik-topik tertentu, satu
kartu untuk satu topik. Misalnya satu set kartu meliputi topik-topik
seperti pengantar pelajaran, disiplin, kualitas kerja murid, asesmen
efisiensi, dan kontak individu dengan murid (prilaku murid). Kartu-kartu
13
ini dapat memberikan gambaran untuk refleksi tanpa resiko penekanan
yang berlebihan pada satu topik dan menghindari rasa bosan.
8. Portofolio, materi-materi dikumpulkan untuk sebuah tujuan. Sebuah
portofolio dapat terdiri atas hal-hal seperti catatan rapat, korespondensi,
kliping, pengumuman, atau dokumen apapun yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti.
9. Angket
a. Terbuka
Minta pada responden sesuai dengan pendapatnya sendiri dan
diungkapkan dengan kata-katanya sendiri. Berguna untuk tahap
eksplorasi tetapi kadang-kadang dapat mengundang respon yang
sulit untuk dianalisis.
b. Tertutup atau pilihan ganda
Meminta responden untuk memilih pernyataan atau deskripsi yang
sudah tersedia dalam angket sehingga menutup kemungkinan bagi
responden untuk mengungkapkan pendapat perasaan, penilaian dan
lain-lain. Pertanyaan harus ditulis secara hati-hati dan maksudnya
juga harus jelas dan tidak ambigu. Pertanyaan-pertanyaan ini dapat
diuji cobakan (pada rekan kerja atau kelompok responden yang
menjadi sampel) sehingga peneliti dapat melakukan perbaikanperbaikan sebelum digunakan. Pada angket jenis ini, topikyang
diteliti dibatasi secara ketat untuk meningkatkan rating respon dan
kualitas informasi yang ingin diperoleh..
c. Wawancara
1) Wawancara tidak terencana, seperti obrolan informal antara
murid dan guru.
2) Wawancara terencana tetapi tidak terstruktur, satu atau dua
pertanyaan pembuka dari pewawancara tetapi kemudian dapat
berkembang sesuai dengan respon atau jawaban para responden.
3) Wawancara terstruktur, pewawancara telah menyiapkan satu set
petanyaan untuk diajukan kepada responden dan mengendalikan
percakapan sesuai pedoman.
10. Metode Sosiometri, metode ini digunsksn untuk melihat hubungan
antara individu dalam suatu kelompok yang memungkinkan untuk
melihat siapa yang disukai, siapa yang saling menyukai, siapa yang
14
tidak disukai, atau saling tidak menyukai. Pertanyaan duajukan
berdasarkan sebuah pandangan untuk melihat murid yang dapat diajak
bekerjasama atau aktif dalam sebuah kegiatan dan murid yang tidak
dapat bekerjsama.
11. Intergrasi jadwal dan daftar cek, dapat digunakan oleh guru atau seorang
observer yaitu berupa pencatatan berdasarkan waktu, dilakukan di dalam
interval rutin atau berdasarkan kejadian. Perilaku yang bervariasi dicatat
dalam (check list) dapat dibuat dengan mengacu pada: perilaku verbal
guru, perilaku verbal murid, perilaku non-verbal guru dan perilaku nonverbal murid. Jadwal atau daftar cek dapat digunakan langsung atau
dengan bantuan alat perekam pada saat pelajaran (atau rapat dan
kejadian-kejadian penting lainnya)
12. Perekam tape
13. Perekam video
14. Foto dan slide
15. Hasil tes atau ulangan murid
G. Langkah-Langkah Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Syamsuddin dan Vismaia S. Damaianti (2009:233) langkahlangkah penelitian tindakan kelas yaitu:
1. Menurut Lewis
a. Mengidentifikasi gagasan / permasalahan umum.
b. Melakukan pengecekan di lapangan.
c. Membuat perencanaan umum
d. Mengembangkan tindakan pertama.
e. Mengimplementasikan tindakan pertama
f. Mengevaluasi
g. Merevisi perencanaan untuk tindakan kedua.
Namun dalam melaksanakan langkah para guru bisa juga menerapkan
langkah seperti yang dijelaskan dalam model-model penelitiantindakan
kelas seperti yang dijelaskan di atas.
H. Tujuan Dan Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
Tujuan penelitian tindakan (H. E. Mulyasa 2012: 4) yaitu untuk
melakuakan
suatu
pendekatan
terhadap
proses
pendidikan
dan
menganggapnya sebagai satu proses pendidikan dan menganggapnya
sebagai satu kesatuan pelatihan, yang memandang seorang guru sebagai
hakim terbaik terbaik terhadapa keseluruhan pengalaman pembelajaran.
Dengan demikian, penelitain tindakan dapat menjembatani kesenjangan
15
antara teori dengan praktek pendidikan, bahkan para guru didorong untuk
mengembangkan
sendiri
konsep-konsep
dan
teorinya,
kemudian
mempraktekkannya dalam kegiatan pembelajaran yang mereka lakukan.
Lebih lanjut E. Mulyasa (2014: 89-90) menerangkan tentang tujuan
PTK sebagai berikut:
1. Memperbaiki dan meningkatkan kondisi-kondisi belajar serta kualitas
pembelajran.
2. Meningkatkan
layanan
profesinal
dalam
kontaks
pembelajran,
khususnya layanan kepada peserta didik sehingga tercipta layanan
prima.
3. Memberikan kesempatan kepada guru berimprovisasi dalam melakukan
tindakan pembelajran yang dirancang secara tepat waktu dan sasaranya.
4. Memberikan kesempatan kepada guru mengadakan pengkajian secara
bertahap kegiatan pembelajaran yang dilakukannya sehingga tercipta
peerbaikan yang berkesinambungan.
5. Membiasakan guru mengembangkan sikap ilmiah terbuka dan jujur
dalam pembelajaaran penilaian praktis dalam situasi konkret.
6. John Eliot (Sarwiji Suwandi 2011:10) menambahkan bahwa tujuan PTK
adalah untuk memperoleh
Tujuan ini juga dikemukakan oleh Djunaidi Ghony (2008:28-29)
bahwa PTK dilaksanakan demi perbaikan dan peningkatan praktik
pembelajaran secara berkesinambungan, yang pada dasarnya melekat pada
terlaksananya misis profesional yang diemban oleh guru.
Dengan kata lain tujuan PTK adalah mengembangkan keterampilan
proses pembelajaran, bukan untuk mencepai pengetahuan umum dalam
bidang pendidikan. Sedangkan manfaat TPK antara lain:
1. Mengembangkan dan melakukan inovasi pembelajaran sehingga
pembelajaran yang dilakukan senantiasa tampak baru di kalangan
peserta didik.
2. Merupakan pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan sesuai
dengan karakteristik pembelajaran, serta situasi dan kondisi kelas.
3. Meningkatkan profesionalisme guru melalui upaya penelitian yang
dilakukannya sehingga pemahaman guru senantiasa meningkat, baik
berkaitan dengan metode maupun isi pembelajaran.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah membahas panjang tetang penelitian tindakan kelas penulis
dapat menyimpulkan, bahwa penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan
guru dalam memperbaiki kegiatan belajar mengajar yang tidak hanya terjadi
di dalam kelas tetapi juga dapat terjadi di luar kelas seperti laboratorium,
lapang, serta alam terbuka yang didalamnya terdapat kegiatan belajar
mengajar.
Seperti penelitian lain, penelitian tindakan mempunyai karakteristik
serta prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru yang akan
melaksanakan penelitian tindakan kelas. Bahkan seorang guru dalam
17
meneliti suatu pemasalahan dalam kelas yang ia anggap pantas untuk diteliti
maka guru tersebut harus memperhatikan objek yang akan diteliti. Dalam
prakteknya guru juga bisa memilih model-model dalam penelitian tindakan
kelas serta disesuaikan dengan teknik dalam mengumpulkan data, sehingga
guru ketika terjun kelapangan untuk observasi tidak akan menemui kesulitan
sehinnga tujuan dan manfaaat ia peroleh dari penelitian tersebut.
B. Saran
Maka hanya inilah yang dapat kami sampaikan semoga dapat
memberi manfaat bagi penulis serta pembaca yang budiman dalam
menambah wawasan tetang penelitian tindakan kelas.
DAFTAR ISI
H.E Mulyasa. 2012. Praktik penelitian tindakan kelas. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Suyadi. 2012. Buku Panduan Guru Profesional Penelitian Tindakan
Kelas
(PTK) Dan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS).
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Esti Isnawati. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa Dan
Sastra. Surakarta: Yuma Pustaka.
Sarwiji Suwandi. 2011. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Dan
Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: Yuma Pustaka.
Djunaidy Ghony. 2008. Penelitian Tindalan Kelas. Malang: UIN
Malang.
18
Kinanti Djojosubroto dan M.L.A. Sumaryati. 2000. Prinsip-Prinsip
Dasar Penelitian Bahasa Dan Sastra. Bandung: Yayasan
Nuansa Cendekia.
Suharsimi Arikunto, Suharjono dan Supardi. 2006. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.
Syamsuddin dan Vismaia S. Damaianti. 2009. Metode Penelitian
Pendidikan Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.
19