Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Buruh Perempuan Pabrik dan Quality of Worklife di Departement Spinning PT. Daya Manuggal Salatiga T2 912013006 BAB IV
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dikemukakan
pembahasan
dan analisis hasil penelitian dari data yang telah
diperoleh dan diolah. Adapun analisis dan pembahasan
tersebut di gunakan untuk menjawab penelitian yang
ada.
4.1
Profil Perusahaan
4.1.1
Sejarah PT. Daya Manuggal
Sejarah pendirian Grup Argo Manuggal diawali
sejak tahun 1949 oleh Bapak The Ning King yang
berawal dari sebuah perusahaan kecil dibidang tekstil.
Pada tahun 1961, Bapak The mendirikan pabrik
tekstilnya yang pertama di Salatiga, Jawa Tengah
dengan nama PT. Daya Manuggal. PT. Daya Manuggal
Salatiga
merupakan
72
cabang
perusahaan
yang
tergabung dalam Argo Manuggal Group yang berkantor
pusat di Jakarta. PT. Daya Manuggal Salatiga adalah
salah satu perusahaan tekstil penghasil benag, grey
dan kain di Indonesia. PT Daya Manuggal berdiri pada
tanggal
17
Febuari
1961
Argobusono
No.
Kelurahan
Argomulyo
Kota
No.13/1961,
1
Salatiga
hingga
kini
32
dan
terletak
Ledok
dengan
lokasi
di
Jalan
Kecamatan
Akte
Notaris
perusahaan
tidak
pindah tempat. Pada awal berdiriannya, PT. Daya
Manuggal
Salatiga
hanya
memiliki
200
mesin
konvensional jenis 1511.44 dengan jumlah karyawan
sebanyak 150 orang. Pada saat itu modal awal PT. Daya
Manuggal Salatiga hanya sebesar Rp.10.000.000,-.
Mulai
berproduksi
pada
tahun
1962
dengan
menghasilkan produk kain grey jenis cotton. Seiring
dengan perkembangan dan perluasan pabrik saat ini
mencapai luas pabrik 349,725 m2 dan luas bangunan
79.19401 m2 dengan jumlah tenaga kerja ± 2800 orang
(Januari 2014), disertai dengan penambahan mesinmesin cangih Damatex mampu menigkatkan hasil
produksi
dari
serat/kapas
menjadi
benag
sampai
dengan kain jadi.
Tujuan didirikannya PT.Daya Manuggal yaitu :
Mendapatkan keuntungan ; Membantu pemerintah
dalam
menyediakan
lapangan
kerja
;
Membantu
pemerintah dalam menyediakan bahan sandang bagi
masyarakat ; Membantu pemerintah dalam penigkatan
ekspor non migas. Hasil produksi diexpor keberbagai
negara di dunia seperti : Argentina, Amerika, Australia,
Bangkok, China, Jepang, Jerman, Hongkong, Italy,
Korea,
Laos,
Singapur,
Malaysia,
South
Philipina,
Afrika,
Srilangka.
33
Tailand,
Saudi
Arabia,
Vietnam
dan
4.1.2
Departement Spinning
Pada penelitian ini peneliti diberi kesempatan
untuk
melakukan
penelitian
pada
Departement
Spinning, setelah mengajukan proposal penelitian pada
tanggal 28 Agustus dan peneliti mulai melakukan
penelitian dari tanggal 28 Oktober 2015 setelah adanya
konfirmasi dari PT. Daya Manuggal. Namun, sampel
dalam penelitian ini, diambil pada waktu shift pagi,
sehingga koisioner yang di sebarkan sebanyak 70
responden, dan mewawancarai 6 responden termasuk
dalam 70 responden, yang dipilih secara acak. Saat ini
jumlah
di Departement Spinning PT. Daya Manuggal
sebanyak
546
buruh/pekerja
buruh/pekerja,
laki-laki
dan
terdiri
213
dari
363
buruh/pekerja
perempuan. Departement Spinning terdiri dari dua unit,
yaitu Spinning unit 1 dan 2, Departement spinning
mulai beroperasi pada bulan sejak awal April tahun
1990. Kapasitas produksi 3315 Bale per bulan, jenis
benang yang diperoduksi antara lain: 100% cotton
combed Ne 16.60 (CM60), 100% Cotton carded Ne 16.40
(CE 40), Poly/Cotton combed 65/35 Ne 30-45 (TC
45/TC 30), Poly/cotton combed 45/55 Ne 30-55 (CVC
45) danb Poly cotton carded 65/35 Ne 12-20 (CE 20).
Proses produksinya yaitu memintal kapas, berasal dari
serat alam yang diimpor dari Amerika Seikat, Australia.
34
Pakistan, Cina, Afrika Timur dan Barat, Mesir
serta sebagian kecil hasil panenan dari Indonesia serta
Polyester,
berasal
dari
serat
buatan.
Presentase
penjualan export 60% ke Jepang, Korea Selatan,
Malaysia, Lokal 40%. Jenis waste (pembuangan) padat
berupa : waste kapas, kawat karung, karton box, tali
plastik dan waste cair berupa H2SO4.
35
4.1.3
Alur Proses Pemintalan
36
1.
Bahan Baku :
Dibedakan menjadi dua macam :
a. Bahan baku kapas adalah bahan baku benag
yang berasal dari serat alam diimport dari USA,
Australia, Uzbekistan dan India.
b. Bahan baku Polyester adalah bahan baku benag
yang berasal dari serat buatan (Man Made Fiber)
dari Indonesia
Fungsi :
a. Bahan baku kapas untuk pembuatan benag 100%
kapas dari Ne 16 s/d 100 Combed maupun
Carded.
Untuk
bahan
pembuatan
benag
campuran (blended) Polyester + Kapas (65 % dan
35 %) atau bahan Polyester + Kapas (45% dan
55%).
b. Bahan baku Polyester, merupakan jenis bahan
baku
campuran
untuk
pembuatan
benag
campuran (blended).
2.
Gudang Bahan Baku
Gudang bahan baku adalah suatu tempat atau
bangunan yang khusus untuk menyimpan bahan
baku kapas dan polyester.
a. Fungsi :
- Menimbang
kembali
masuk ke gudang.
37
bahan
baku
yang
- Menyusun dan mengelompokkan bahan
baku berdasarkan jenisnya.
- Menyimpan sementara persediaan bahan
baku sebelum diproses di unit pemintalan
(2 bulan).
b. Tujuan :
- Untuk mengecekkan ulang apakah barang
yang dikirim sesuai dengan yang dipesan.
- Untuk
memudahkan
pengambilan
pada
stock
saat
opname
bahan
baku
tersebut akan dipakai.
3.
Bagian Pembuka Bale (Open Bale)
Open bale adalah bagian yang bertugas mengatur
pemasukan bahan baku kapas dan polyester dari
gudang ke unit pemintalan.
a. Fungsi :
- Membuka bale kapas dan polyester dengan
cara memutus kawat pengikat.
- Mengatur urutan komposisi bale kapas dan
polyester mixing (kurang lebih 10 s/d 12
bale).
b. Tujuan :
- Agar
kapas
dan
polyester
mengalami
pengembangan, regain tercapai sehingga
38
4. Penempatan Bahan Baku Di Samping Lattice
Tempat untuk meletakkan bahan baku yang siap
diproses
pada
awal
memintal.
Bertujuan
untuk
memudahkan pekerjaan pada saat pengambilan bahan
kapas atau polyester yang akan diletakkan di lattice
(feeding).
5. Mesin Blowing
a. Creeper Lattice (CL) adalah bagian awal Blowing
yang berfungsin untuk meletakkan bahan baku
kapas yang akan diproses menurut atau standar
dari jenis kapas tiap-tiap bale sesuai dengan
prose yang dikehendaki.
b. Bale Mixer (BX 3), berfungsi sebagai pembuka
dan pencampur kapas yang disuapkan dari
bagian CL.
c.
Fan Condersor berfungsi sebagai penghisap
kapas, membuat kotoran serat pendek.
d. Evener Cleaner (EC 3) untuk mengirim atau
menyuap dan membersihkan kotoran kapas,
seperti daun kering dan ranting-ranting kapas.
e. Fine Opener (FO) untuk mencabik-cabik kapas
dengan beater dan membersihkan dari kotoran
yang terbawa dari EC 3.
39
f. Two Way Distributor (TWD) untuk membagi kapas
yang disuapkan dari FO ke dua KD dengan
sistem pembalance.
g. Fan Condensor (KD) untuk menghisap kapas
yang disuapkan oleh mesin FO dan membuang
abu kapas serta serat pendek oleh perforatecage
(fungsinya
sama
dengan
KD,
disini
hanya
melanjutkan proses dari bagian FO).
h. Ever Cleaning Feeder (ECF) untuk melakukan
penyetelan, penyuapan jumlah feeding kapas ke
bagian SW 4.
i. Single Cage Scutcher (SW 4) untuk mencabik dan
menggaruk kapas, membersihkan kotoran yang
masih tersisa dari mesin ECF serta untuk
menggulung lap.
j.
Lap Scalle (TWM-3N), untuk menimbang lap
yang
dihasilkan
mengontrol
senantiasa
dari
keadaan
dalam
bagian
berat
keadaan
SW
4
lap,
standart
dan
supaya
yang
diinginkan.
6. Mesin Carding adalah mesin yang bekerja untuk
melakukan penggarukan terhadap lap hasil mesin
Blowing.
Fungsi :Untuk membersihkan kotoran-kotoran yang
masih terbawa oleh lap yang belum hilang pada
proses blowing.
40
- Untuk
menguraikan
serat-serat
dalam
bentuk gumpalan menjadi serat individu.
- Untuk menghasilkan silver carding.
7. Mesin Pre Drawing adalah mesin yang bekerja
dengan melakukan perangkapan dan perenggangan
terhadap silver carding yang disuapkan.
Fungsi :
- Untuk mensejajarkan seral didalam silver.
- Untuk memperbaiki kerataan silver.
- Untuk menghasilkan silver Pre Drawing.
8.
Mesin Lap Former adalah mesin yang khusus
memproses silver Pre Drwaning (cotton) menjadi lap
combing yang berat rata-ratanya = 50 gram/yds.
Fungsi :
- Untuk merubah masa kapas dalam bentuk silver
menjadi lap.
- Untuk menghasilkan lap combing.
9.
Mesin HL adalah mesin yang memproses silver
carding kapas (cotton) menjadi lap combing.
Fungsi : Untuk merubah masa kapas dalam bentuk
silver menjadi lap dan untuk menghasilkan lap
combing.
10. Mesin Combing adalah mesin yang bekerja untuk
melakukan penyisiran terhadap lap combing dari
mesin lap former.
Fungsi :
41
- Untuk memisahkan serat pendek dan serat
panjang.
- Untuk mensejajarkan serat panjang didalam
silver.
- Untuk menghasilkan silver combing.
11. Mesin Drawing adalah mesin yang bekerja untuk
melakukan penyisiran terhadap lap combing dari
mesin lap former.
Fungsi :
-
Untuk
memperkecil
masa
silver
menjadi
benag dengan cara peregangan, pemilinan
(twist) dan penggulungan pada setiap spindle.
-
Untuk menghasilkan benang single sesuai
nomor yang dikehendaki.
Keterangan : proses mesin blowing sampai
roving tersebut diatas adalah merupakan
persiapan memintal benag.
12. Mesin Ring Spinning adalah mesin yang bekerja
untuk
melakukan
peregangan
pilinan
dan
penggulungan benang.
Fungsi :
-
Untuk memperkecil benang roving menjadi
benang dengan cara perenggangan, pemilinan
(twist) dan penggulungan pada setiap spindel.
-
Untuk menghasilkan benang single sesuai
dengan nomor yang dikehendaki.
42
Keterangan : pada mesin ring spinning ini
dapat diketahui mata pintal (spindle) pada
suatu pebrik pemintalan.
13. Mesin Winding adalah mesin yang bekerja untuk
menyambung
benang
hasil
produksimesin
ring
spinning dengan cara twisting dengan panajang
benag yang ditentukan untuk proses selanjutnya di
tenun (weaving) dan perajutan (knitting).
Fungsi : Untuk memperbaiki mutu benang,
khususnya keratan benang hasil mesin ring
spinning ;Untuk menggulung benang hasil ring
spinning menjadi bentuk cone atau cheese.
14. Seleksi Benang Produksi Mesin Winding adalah
suatu
benang
kegiatan
secara
untuk
visual
melakukan
antara
pemisahan
benang
normal
apakah
bentuk
dengan benang tak normal.
Fungsi
:
Untuk
mengetahui
gulungan benang dalam cheese ada yang cacat, ;
untuk menseleksi berat benang yang diluar berat
standar, untuk mengetahui apakah ada perbedaan
warna benang (check denganmata dan black light),
untuk menentukan benang yang sudah diseleksi
atau benang standar yang siap di packing ;
menentukan jumlah berat per bale benang (1 bale
= 181,44 kg).
43
15. Mesin Heat Setter adalah mesin pemanas dengan
menggunakan uap panas yang diperlukan khusus
untuk blended, baik benang jenis TC maupun CT
(perbedaan benang TC maupun CT terletak pada
prosentase mixing antara bahan baku polyester
dan cotton).
Steam berlangsung selama 10 s/d 15 menit
dengan suhu 90-110 C, yang berfungsi untuk
menstabilkan twist yang sekaligus menghilangkan
skringkel pada benang tersebut.
44
4.2
Profil Responden
Bila
dilihat
berdasarkan
hasil
dari
karakteristik
penelitian
responden
dilapangan
terhadap
buruh/pekerja perempuan di Departement Spinning,
PT. Daya Manuggal Salatiga. Karakteristik responden
diperoleh
dengan
buruh/pekerja
Salatiga
membagikan
perempuan
pada
di
koisioner
PT.
Departement
Daya
kepada
Manuggal
Spinning.
Secara
keseluruhan berjumlah 70 buruh/pekerja perempuan
pada Departement Spinning. Dari 70 Koisioner yang
dibagikan sebagai data penelitian namun hanya 67
kuisioner yang kembali. Sisa 3 koisioner yang kembali
dengan keterangan 3 orang tidak mengisi, hanya
mencantumkan nama saja. Rata-rata usia responden
buruh/pekerja
perempuan
dalam
penelitian
ini
memiliki rentang usia terbesar antara 20-50 tahun
sebanyak
67
orang.
Sebagian
besar
responden
buruh/pekerja perempuan terdapat pada kelompok
usia 44-50 tahun (usia tua), yaitu sebanyak 41 orang
dengan
tingkat
pendidikan
sebanyak 39 orang.
45
antara
SMP
&
SMA
Dalam deskripsi karakteristik reponden tersebut
disajikan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 4.2.1
Data Karakteristik Responden
Berdasarkan Usia dan Pendidikan
Pnd_Terakir
Interval_
Umur
Total
Sarjana
SD
SMP
SMA
20-25
0
0
0
6
6
26-31
0
0
0
3
3
32-37
1
0
0
10
11
38-43
0
0
3
3
6
44-50
0
2
13
26
41
1
2
16
48
67
Total
Sumber : Data primer yang diolah, 2015.
Rata-rata
usia
responden
buruh/pekerja
perempuan dalam penelitian ini memiliki rentang usia
terbesar antara 20-50 tahun sebanyak 67 orang.
Sebagian
besar
responden
buruh/pekerja
perempuan terdapat pada kelompok usia 44-50 tahun
(usia tua), yaitu sebanyak 41 orang dengan tingkat
pendidikan antara SMP & SMA sebanyak 39 orang.
Sedangkan responden yang berusia 20-25 tahun (usia
muda), jumlahnya relatif kecil yaitu sebanyak 6 orang
(usia muda), dengan tingkat pendidikan SMA sebanyak
6 orang.
46
Responden
dengan
tingkat
pendidikan
SD
sebanyak 2 orang , dan pada tingkat pendidikan S1
sebanyak 1 orang.
Dari karakterristik reponden
tersebut, kelompok usia 44-50 tahun (usia tua) lebih
banyak mendominasi dari pada kelompok usia muda
dan rata-rata tingkat responden adalah SMA.
Rata-rata
usia
responden
buruh/pekerja
perempuan dalam penelitian ini memiliki rentang usia
terbesar antara 20-50 tahun sebanyak 67 orang.
Sebagian besar responden buruh/pekerja perempuan
terdapat pada kelompok usia 44-50 tahun (usia tua),
yaitu sebanyak 41 orang dengan tingkat pendidikan
antara SMP & SMA sebanyak 39 orang. Sedangkan
responden yang berusia 20-25 tahun (usia muda),
jumlahnya relatif kecil yaitu sebanyak 6 orang (usia
muda), dengan tingkat pendidikan SMA sebanyak 6
orang.
Responden
dengan
tingkat
pendidikan
SD
sebanyak 2 orang , dan pada tingkat pendidikan S1
sebanyak 1 orang.
Dari karakterristik reponden
tersebut, kelompok usia 44-50 tahun (usia tua) lebih
banyak mendominasi dari pada kelompok usia muda
dan rata-rata tingkat responden adalah SMA.
47
Tabel 4.3.1
Data Karakteristik Responden
Berdasarkan Status
Status
Belum
Total
Janda
Menikah
Menikah
Umur
20-25
2
0
4
6
26-31
0
0
3
3
32-37
0
0
11
11
38-43
0
0
6
6
44-50
1
1
39
41
Total
3
1
63
Sumber : Data Primer yang diolah, 2015.
67
Dari tabel 4.2.1, secara keseluruhan responden
buruh/pekerja perempuan sebanyak 63 orang telah
menikah, responden dengan status belum menikah
sebanyak 3 orang dan responden dengan status janda
sebanyak
1
orang.
Kelompok
usia
44-50
tahun
sebanyak 39 orang relatif lebih banyak dari pada
kelompok usia muda 20-25 tahun sebanyak 3 orang.
48
Tabel 4.4.1
Data Karakteristik Responden
Berdasarkan Usia & Status Kerja
Status_Kerja
Umur
Total
Pekerja
Pekerja
Kontrak
Tetap
Total
20-25
6
0
6
26-31
1
2
3
32-37
1
10
11
38-43
0
6
6
44-50
0
41
41
8
59
Sumber Data Primer yang diolah, 2015.
67
Dari tabel 4.4.1, Status kerja responden terbagi
menjadi dua yaitu ; pekerja kontrak dan pekerja tetap.
Secara keseluruhan responden sebanyak 67 orang,
responden yang berstatus tetap sebanyaj 59 sedangkan
resonden yang berstatus kontrak sebanyak 8 orang.
Rata-rata kelompok usia 44-50 tahun dengan status
kerja tetap sebanyak 41 orang relatif lebih banyak,
sedangkan kelomopok usia 20-25 tahun dengan status
kerja kontrak sebanyak 6 orang relatif lebih rendah.
49
1.3 Hasil Penelitian
Data
peneliti
karakteristik
melakukan
responden
wawancara
diperoleh
dengan
ketika
responden
buruh/pekerja perempuan pabrik pada Departement
Spinning di PT. Daya Manuggal Salatiga. Secara
keseluruhan
jumlah
buruh/pekerja, yang
buruh/pekerja
sebanyak546
terdiri dari 363 buruh/pekerja
laki-laki dan 213 buruh/pekerja perempuan, yang
merupakan gabungan dari dua unit spinning I dan
spinning
II.
Dari
213
buruh/pekerja
perempuan,
peneliti memilih 6 responden yang bekerja pada shift
pagi 06.00-13.00 WIB di spinning I.
4.3.1 Gambaran Kondisi Buruh Perempuan
Pada Departement Sinning 1 buruh/pekerja
perempuan yang bekerja pada shift pagi sebanyak 70
orang. Namun peneliti memilih 6 responden dari 70
orang tersebut yang diambil secara acak dan
mewakili
6
unit
kerja.
Hasil
wawancara
yang
dari
6
responden tersebut akan di dukung dengan olah data
statistik deskriptif dengan hitungan angka yang berupa
tabel, diagram, persen. Hasil analisis dari wawancara
akan didukung dengan analisis statistik deskriptif
berupa angka dan persen. Buruh/pekerja yang dipilih
berdasarkan kriteria tertentu yaitu : buruh/pekerja
pabrik yang sudah menikah, lama kerja minimal 1
tahun kerja , sudah berkeluarga. Responden dipilih
50
langsung oleh pimpinan setempat dan responden yang
dipilih terdiri dari 3 pekerja tetap dan 3 pekerja
kontrak. Responden 1-6 bekerja di unit kerja atau
bagian
kerja
yang
berbeda-berda
sesuai
dengan
permintaan peneliti agar dapat menjawab persoalan
penelitian . Begitu juga dengan 3 pekerja tetap dan 3
pekerja
kontrak
agar
peneliti
dapat
menjawab
persoalan penelitian.
Tabel 4.3.1 Profil Responden Pekerja Tetap dan Kontrak
Nama/
Kode
R1
Umur
Pendidik
an
D1
AMIKA
Lama
Kerja
15 thn
R2
47 thn
SMA
25 thn
R3
48 thn
SLTA
25 thn
R4
23 thn
SMA
5 thn
R5
33 thn
SMA
5 thn
Blowing
R6
22 thn
SMA
1½
thn
Quality
Control
-
Bagian
Pekerjaan
11 Tahun
Oprator
CDR & 4
Tahun
Administra
si
Maintenanc
e Ring
Operator
CDR
Operator
Winding
Status
Kerja
Tetap
Jmlh
Anak
1
Anak
Tetap
2
Anak
3
Anak
2
bulan
hamil
Tetap
Kontra
k
Kontra
k
Kontra
k
7 bln
hamil
Ket : Identitas responden diketahui peneliti dan pembimbing
,(Sumber : Data Primer).
Pada Departement Spinning
terbagi menjadi 14
bagian kerja, namun pada penelitian ini hanya memilih
6 orang responden yang diambil dari enam unit bagian
kerja.
51
4.3.2
Pengupahan
Upah
merupakan
salah
satu
hak
normatif
buruh/pekerja atau hak dasar buruh/pekerja. Upah
yang diterima oleh buruh/pekerja di PT.Daya Manuggal
Departement
kerja
dari
Spinning
merupakan
pengusaha.
Prestasi
bentuk
kerja
prestasi
tersebut
di
wujudkan dalam bentuk uang atas jasa yang telah
dilakukan
oleh
buruh/pekerja.
Tujuan
persoalan
penelitian yang pertama adalah untuk mendapatkan
gambaran secara umum tentang
Kerja
(Quality
Of
Worklife)
Kualitas Kehidupan
di
pabrik.
Dengan
mengunakan tiga indikator dalam pengukuran Kualitas
Kehidupan Kerja diantaranya yaitu : sistem imbalan
yang inovatif ; lingkungan kerja ; restruksi kerja.
Berdasarkan
hasil
penelitian,
sistem
ibalan
yang
inovatif (pengupahan), sesuai dengan standar hidup
buruh/pekerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
upah/gaji pokok yang diterima oleh buruh/pekerja
pada PT.Daya Manuggal di Departement Spinning
sebesar
Rp.1,400,000/bulan.
Selain
itu
juga
perusahaan menjamin kesejahteraan buruh/pekerja
dengan memberikan tunjangan-tunjangan, cuti, premi,
jamsostek, BPJS, BP Manuggal, upah lembur, THR dan
fasilitas-fasilitas
untuk
menunjang
buruh/pekerja pabrik.
52
kesejahteraan
Berdasarkan
hasil wawancara, dari masing-
masing informan R1,R2,R3,R4,R5 dan R6 bahawa
perolehan upah rata-rata perbulan yang diterima oleh
pekerja/buruh perempuan, masih berada dibawah
ketentuan perundang-undangan yang mengatur Upah
Minimum Kota yang sesuai dengan standar hidup
karyawan
dan
standar
pengupahan
yang
berlaku
berdasarkan wilayah. Jumlah upah yang diterima oleh
buruh/pekerja perempuan juga sama dengan jumlahj
upah yang diterima oleh buruh laki-laki. Berikut
penuturan dari responden 1 (R1) adalah karyawan
tetap (PKWT) dengan masa kerja 15 tahun dan
responden
4
(R4)
adalah
karyawan
tidak
tetap
(Kontrak/PKWTT) dengan masa kerja 5 tahun.
Berikut penuturan R1/Tetap :
“UMK sekarang Rp. 1.290.000, gaji pokok Rp.1,400,000.”
Berikut penuturan R4/Kontrak :
“Gaji saya Rp. 1.400,000 , diatas UMK.”
Penetapan Upah Minimum Kota (UMK) Salatiga
yaitu
Rp
1.287.000
sementara
rata-rata
jawaban
responden R1-6 dalam hasil wawancara menunjukkan
bahwa upah yang diterima diatas standar pengupahan
atau di atas UMK (Upah Minimum Kota) dan gaji pokok
yang di terima pada umumnya sebesar Rp. 1.400,000.
53
Namun ada perbedaan pemberian upah pada
responden 5 (R5) adalah
sebagai karyawan kontrak
dengan masa kerja 5 tahun .
Berikut penuturan R5/Kontrak :
“Perbulannya Rp. 1.290,000, kalau UMK 1.290.000 itu
UMK”
Pada penuturan sebelumnya, R4 menerima upah
sebesar Rp. 1,400,000, sedangkan R5 menerima upah
sebesar Rp.1.290,00, hal ini menunjukkan adanya
ketidak seimbangan upah antara R4 dan R5, padahal
R4 dan R5 sama-sama karyawan kontrak dengan lama
kerja yang sama selama 5 .Kemudian dalam proses
wawancara selanjutnya pada Responden (R6/Kontrak)
dengan masa kerja satu setengah tahun. Berikut
penuturan R6/Kontrak :
“Gaji bersih Rp 1.290.000”
Pada
hasil
wawancara
tersebut
ditemukan
adanya ketidak seimbangan upah dengan masa kerja
yang berbeda antara R4 , R5 dan R6. Responden (R4)
yang adalah karyawan kontrak dengan masa kerja 5
tahun
menerima
upah
sebesar
Rp
1.400.000,
sedangkan R5 dengan masa kerja 5 tahun menerima
upah sebesar Rp.1.290.000, pemberian upah ini juga
berlaku bagi
R6 dengan masa kerja satu setengah
54
tahun. Walaupun upah yang diberikan tidak seimbang,
namun pemberian upah tersebut diberikan di atas UMK
(Upah Minimum Kota). Selain upah/gaji pokok yang
diterima
menunjang
oleh
buruh/pekerja
dan
perusahaan
menjamin
juga
kesejahteraan
buruh/pekerja, berikut ini adalah hasil wawancara dari
R1 dan R3.Berikut penuturan R1/Tetap
“Kalau UMK itu khn gaji pokoknya itu khn masih ada
tambahan-tambahan lagi, ada tunjangan-tunjangan lainnya,
ada premi H1, H2. H1 itu haid, H2 itu melahirkan, kalau
premi itu sekitar Rp 20.000. H1 sekitar 105.000, H2 itu
dapatnya dua macam dari perusahaan. Kalau dulu H2
waktu melahirkan anak pertama itu kayaknya sekitar Rp.
150.000 itu dulu 10 tahun yang lalu. Terus ada juga dari
Serikat Pekerja kita dapat Rp.100.000,.”
Selain gaji pokok, perusahaan juga memberikan
tunjangan tambahan yaitu ; premi Rp.20.000, H1 (hak
cuti haid) diberi tunjangan sekitar Rp 105,000, ketika
buruh/pekerja ambil H1 maka buruh/pekerja tersebut
harus melapor ke bagian administrasi kemudian di
ganti dengan klaim berupa uang guna menunjang
kebutuhan buruh/pekerja tersebut. Apabila H1 di
ambil ataupun tidak diambil tentap hak buruh/pekerja
diberi sesuai dengan perjanjian
kerja bersama (PKB).
Tunjangan H2 (hak cuti melahirkan) menurut R1, ada
dua macam tunjangan yang diberikan yaitu ; tunjangan
dari perusahaan dan tunjangan dari serikat pekerja
55
(SP). Tentu tunjangan H2 yang diterima oleh R1 pada
10 tahun yang lalu berbeda dengan tunjangan sekarang
tergantung
pada
tinggkat
perekonomian
yang
berkembang saat ini. Tunjangan premi menurut R3,
premi khusus diberikan hanya bagi buruh/pekerja
yang bekerja pada
malam hari.Berikut penuturan
R3/Tetap :
“UMKnya sama, premi malamnya sama, premi
cutinya sama, hanya terpaut H1 tok. Kalau sift khn ada
premi malam, premi khusus itu kalalu yang disift lho ya.
Kalau premi itu malam tok. Kalau gaji kotor sekitar Rp.
1.400.000, kalau bersih paling Rp.900.000 itu kalau H1
masuk lho mba. H1 dapat Rp.105.000. Gaji bersih Rp
900.000 itu sudah di potong SAS (Simpanan Anak Sekolah)
di ambil setiap semester, SAT (simpanan akir tahun) di ambil
setiap desember, SHR (Simpanan Hari Raya) di ambil setiap
hari raya, masing-masing di tabung Rp.20.000 jadi semua
total potongannya Rp.500.00. H2 di ambil waktu pas
lahiran, tapi sekarang udah ga H2 lagi, H1 ga ambil kalau
pas H2. H2 dikasi sebelum dan sesudah melahirkan.”
Menurut R3, ada keseimbangan
upah, premi
malam, premi cuti antara buruh/pekerja perempuan
dan laki-laki, hanya terpaut ada H1 (hak cuti haid).
Buruh/pekerja perempuan yang mengalami masa haid,
akan
melaporkan
ke
bagian
administrasi
untuk
menganti klaim dengan uang. Sehingga upah yang
diterima buruh/pekerja perempuan lebih besar dari
pada buruh/pekerja laki-laki. Hal ini menunjukkan
bahwa
adanya
kesepakatan
bersama
antara
buruh/pekerja perempuan dengan perusahaan, yang
56
telah disepakati di dalam perjanjian kerja bersama.
Dari
wawancara
buruh/pekerja
dengan
perempuan
responden
tidak
kebanyakan
mengambil
cuti
haidnya seperti yang dimaksud dalam ketentuan UU
Ketenagakerjaan
bahawa
setiap
buruh/pekerja
perempuan bahwa ; “buruh/pekerja perempuan tidak
boleh diwajibkan bekerja pada hari pertama dan kedua
waktu haid. Pengusaha diwajibkan untuk memberikan
waktu istirahat bagi pekerja wanita pada waktu haid,
dengan mendapatkan upah”. Alasan buruh/pekerja
perempuan
untuk
tidak
mengambil
H1,
karena
buruh/pekerja perempuan lebih senag untuk bekerja
dan juga karena bertemu dengan teman-teman di
lingkungan kerja. Namun ada juga buruh/pekerja yang
mensiyasati waktu hak cuti haid jika ada keperluan
mendadak, maka H1 di ambil. Berikut penuturan
R2/Tetap :
“Laki-laki sama perempuan sama, cuma bedanya
H1, itu juga kalau ga laporan tetap UMK, kalau ada
keperluan ambil H1, ga pernah ambil H1, kalau ga kepepet
kita khn punya hak cuti, kalau hak cutinya habis kita ambil
H1. Kalau ga kepepet gitu khn ga ambil nti khn di ganti
uang.”
Dari paparan R2, menegaskan bahwa , H1 tidak
pernah di ambil tetap di ganti kalimnya dengan uang.
Apabila R2 mengambil hak cuti haidnya (H1), sesuai
dengan ketentuan UU
(tidak boleh bekerja pada hari
pertama dan kedua) upah yang diterima tetap sesuai
57
dengan UMK atau tidak dipotong ketika R2 mengalami
H1. Sehingga dapat disimpulakan bahwa, apabila
buruh/pekerja mengalami H1 maka ada keputusan
personal, buruh/pekerja tersebut mau mengambil H1
atau tidak mengambil H1, tetap buruh/pekerja tersebut
mendapatkan hak normatifnya (hak-hak dasarnya).
Selain itu juga, R2 dapat mensiyasati waktu cutinya,
apabila hak cuti tahunan sudah habis maka R2 dapat
menggunakan hak cuti haidnya (H1) jika
R2 ada
keperluan-keperluan mendadak dan harus ijin tidak
masuk kerja dengan alasan yang jelas.
Tentu dalam penerapannya perusahaan telah
menjalankan
aturan
pemerintah,
sesuai
dengan
ketentuan UU Ketenagakerjaan. Selain bonus berupa
peremi dan juga tunjangan-tinjangan yang diberikan
oleh peerusahaan kepada buruh/pekerja. Perusahaan
juga menjamin kesejahteraan buruh/pekerja dengan
menyediakan fasilitas-fasilitas yang menunjang kinerja
buruh/pekerja. Berikut penuturan R4/Kontrak :
“Fasilitas itu ya ada semua,ada Balai Pengobatan (BP)
Manuggal.”
R4 tidak menyebutkan semua fasilitas yang
disediakan, R4 hanya menyebutkan BP Manuggal atau
Balai Pengobatan Manuggal. Namun R5 menjelaskan
tentang fasilitas dan tunjangan kesejahteraan bagi
buruh/pekerja.
58
Berikut penuturan R5/Kontrak :
“Responden 1-6 bekerja di unit kerja atau bagian
kerja yang berbeda-berda sesuai dengan permintaan peneliti
agar dapat menjawab persoalan penelitian . Begitu juga
dengan 3 pekerja tetap dan 3 pekerja kontrak agar peneliti
dapat menjawab persoalan penelitian.”
Perusahaan juga menjamin keselamatan dan
kesehatan
kerja
dengan
memberikan
Jamsostek
(Jaminan Sosial Tenga Kerja) atau yang sekarang
dikenal dengan BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial). Selain itu juga, perusahaan menyediakan
fasilitas-fasilitas berupa tempat ibadah bagi umat
muslim umat kristen, BP Manuggal (Balai Pengobatan),
ruangan ASI, kamar mandi, ruang makan, koperasi dan
seragam ( skoret, masker, baju, topi, sepatu) semua
diberikan geratis dari pabrik, pengadaan sepatu kets
selalu diberikan geratis di bagi setiap satu sahun sekali
pada bulan september.
59
4.3.3
Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja terkait dengan penetapan jam
kerja, relasi antara atasan dan bawahan, relasi antara
buruh/pekerja
dan
juga
membahas
tentang
keselamatan dan kesehatan kerja. Perolehan data
berdasarkan hasil wawancara dengan responden R1-6,
peneliti
mengajukan
responden
yang
dalam
tujuh
hal
pertanyaan
ini
kepada
diharapkan
agar
mendapat gambaran tentang aspek lingkungan kerja.
Dalam hal ini penetapan jam kerja buruh/pekerja pada
umumnya maksimal kerja 7 jam dan 1 jam istirahat,
jadi total jam kerja buruh/pekerja adalah 8 jam dalam
satu hari. Berikut ini adalah deskripsi dari hasil
wawancara dengan responden (R3). Berikut penuturan
(R3/Kontrak) :
“Ya biasa hari ini, kerjanya...nyalakan mesin jam 6 pagi
mesinnya di kontrol terus, setelah itu ya istirahat, sampe
pulang jam 2.”
Penentuan jam kerja pada umumnya telah di
tetapkan
dalam
peraturan
Undang-Undang
Ketenagakerjaan No 13 Tahun 2003 Pasal 77 ayat (1)
disebutkan
setiap
pengusaha
wajib
melaksanakan
ketentuan waktu kerja satu harinya 8 jam sehari dan
40 jam dalam satu minggu untuk waktu kerja 5 hari
dalam satu minggu. Dalam penerapan jam kerja 8 jam
yang terdiri dari 7 jam kerja dan 1 jam istirahat.
60
Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan sangat
memperhatikan
dan
memanfaatkan
waktu
kerja
buruh/pekerja dengan sebaik-baiknya. Apabila ada
penambahan waktu jam kerja (kerja lembur) maka
perusahaan akan meminta buruh untuk bekerja sekitar
1-2 jam kerja. Jika ada permintaan produksi banyak
maka waktu kerja lembur akan di tambahkan pada sift
yang di tunjuk untuk bertanggung jawab. Adanya
sistem sift ini sangat membantu buruh/pekerja dalam
mengerjakan tugasnya masing-masing. Sistem shift ini
terdiri dari shift pagi pukul 06.00-14.00 WIB, shift
siang pukul 14.00-20.00 WIB dan shift malam pukul
22.00-06.00 WIB.
Buruh/pekerja yang bekerja pada
shift pagi akan melanjutkan pekerjaan dari sistem sift
malam, selanjutnya buruh/pekerja yang bekerja pada
shift siang akan melanjutkan pekerjaan dari shift pagi
dan selanjutnya buruh/pekerja yang bekerja pada shift
malam akan melanjutkan pekerjaan dari shift siang
dan seterusnya. Buruh/pekerja yang bekerja pada sift
siang akan melanjutkan lagi pekerjaan dari sift pagi,
demikian juga dengan sift malam akan mengerjakan
atau melanjutkan pekerjaan dari sift siang. Sedangkan
dalam penelitian ini mengambil sampel responden yang
bekerja pada sift pagi jam 06.00-13.00 WIB. Untuk
mendapatkan gambaran tentang relasi antara atasan
dan bawahan, juga relasi antara rekan kerja.
61
Berikut ini adalah hasil wawancara dengan
responden 2 (R2) dan responden (R6)
Berikut paparan dari (R2/Tetap) :
“Sama atasan juga ga ada masalah kita semua bekerja
seperti teman, baik atasan maupun bawahan. Tetapi kita juga
menghormati sebagai atasan kita, tapi kalau bekerja kita samasama.”
Dari paparan diatas menunjukkan bahwa adanya
hubungan relasi baik antara atasan dan bawahan,
tidak ada sekat yang memisahkan antara pimpinan
setempat
dengan
bawahan
sehingga
terciptanya
lingkungan yang harmonis. Selain itu ,selaku pimpinan
tidak hanya menyelesaikan pekerjaannya saja, tetapi
juga
pimpinan
turut
membantu
dan
memberikan
arahan kepada buruh/pekerja jika terjadi kesalahan
dalam
bekerja,
seperti
yang
dipaparkan
oleh
responden (R6) :
“Bagus sih...mba... di meeting kalau misal ada yang kurang
ini disuruh benerin, seminggu sekali kita meeting, biasanya setiap
hari sabtu.”
Setiap satu minggu sekali, Departement Spinning
melakukan evaluasi kerja yang diadakan pada setiap
hari sabtu. Tujuan dari meeting ini agar buruh/pekerja
bekerja lebih efektif dengan mengevaluasi pekerjaan
selama satu minggu. Relasi yang harmonis ini juga
dirasakan oleh R5 :
62
“Itu juga baik ya orangnya pasti yo diberi tau, cara-caranya,
misalkan : kalau mau ambil cuti gimana caranya, terus gimana cara
jalankan mesin, kalau mau ijin juga ke kabak, misalkan ada ijin
keluar ke kapluk terus ke kabak.”
Dari
tanggapan
(R5)
terhadap
atasan
menunjukkan bahwa pimpinan juga turut membantu
buruh/pekerja
yang
kurang
mengetahui
tentang
aturan-aturan cuti dan ijin kerja hal ini terjadi pada
buruh/pekerja kontrak. Pada awal masuk kerja setiap
buruh/pekerja diberi pelatihan selam 3 bulan di
lapangan (lingkungan pabrik), dalam pelatihan tersebut
buruh/pekerja
diajar
untuk
mengetahui
tentang
pekerjaan yang akan dikerjakan setelah training sesuai
dengan job instruction (instruksi kerja) atau diajarkan
cara-cara untuk menjalankan mesin.
Namun waktu pelatian selama 3 bulan kurang
efektif,
sehingga
kemugkinan
buruh/pekerja
lupa
tentang cara atau teknik-teknik dalam menjalankan
mesin.
Oleh
karena
itu
perusahaan
mengadakan
re_training yang berfungsi untuk mengulang kembali
atau mengingatkan kembali tentang bagai mana cara
atau teknik menggunakan mesin dengan aman dan
bekerja sesuai dengan standar kerja yang diterapkan
oleh perusahaan. Hal ini di upayakan oleh perusahaan
yang berguna untuk menigkatkan produktifitas buruh
dan
produktifitas
perusahaan.
Pada
pembahaan
selanjutnya akan menjelaskan tentang relasi antara
63
buruh/pekerja di dalam lingkungan pabrik. Berikut
penuturan dari (R4/Kontrak) :
“Sesama teman-teman juga enak-enak aja mba, penak koq
mba.”
Rata-rata pendapat responden tentang relasi
kerja antara rekan kerja buruh/pekerja menunjukkan
adanya hubungan yang baik antar rekan kerja. Jika
ada teman-teman yang sakit baik di rumah sakit
ataupun di rumah dan tidak masuk kerja selama 1
minggu, para buruh/pekerja berinisiatif untuk pergi
menjenguk rekan kerja mereka. Selain itu juga, jika ada
rekan kerja atau keluarga dari rekan kerja di pabrik
yang meniggal, mereka juga datang untuk memberi
dukungan atau semangat bagi rekan tersebut. Suasana
kekeluargaan ini juga merupakan implementasi dari
visi dan misi PT. Daya Manuggal. Untuk mengetahui
tentang keselamatan dan kesehatan kerja (K3), pada PT
Daya manuggal sangat mengutamakann Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) dengan bekerja sesuai
standar kerja yang sudah di tentukan oleh pabrik.
Berikut
ini
adalah
tanggapan
dari
(R3)
tentang
keselamatan kerja :
“Keselamatan kerja , bekerja sesuai dengan standar kerja
yang ada disini, tentang peraturan-peraturan disini. Bekerja sesuai
dengan standar kerja yang sudah ditentukan oleh pabrik pada tiaptiap bagian. “
64
Pada umumnya keselamatan kerja merupakan
hal
utama
perusahaan
dan
khususnya
bagi
buruh/pekerja agar mengurangi resiko kecelakan yang
terjadi pada saat bekerja. Hal ini dapat tercermin dari
penurun R3, bahawa buruh/pekerja bekerja dengan
standar kerja (ISO/ Internasional System Organisation)
yang baik agar dapat menigkatkan produktivitas kerja
yang
tinggi.
produksi
Menurut
Spinning,
perbincangan
standar
kerja
dengan
sudah
staf
terjamin
kualitasnya dengan sistem kerja sesuai standar ISO
9001:2008 (Standar Internasional) yang diakui dunia
untuk sertifikasi sistem secara keseluruhan. Standar
kerja yang dimaksud oleh R3 adalah standar kerja ISO
yang sudah diakui dunia , selain itu juga perusahaan
menerapkan peraturan-peraturan tertentu yang dibuat
oleh pabrik pada tiap-tiap bagian lokasi kerja, dengan
cara menempel aturan-aturan tertentu secara tertulis,
bendera K3, pamflet-pamflet berupa tulisan disertai
gambar-gambar yang merujuk kepada keamanan kerja.
Selain keselamatan kerja juga perusahaan menjamin
kesehatan
buruh/pekerja
dengan
diadakannya
program pemerintah seperti ; Jamsostek atau BPJS
Ketenagakerjaan. Adanya program jaminan kecelakaan
kerja (JKK) adalah untuk memberikan perlindungan
atas
resiko-resiko
kecelakaan
yang
terjadi
dalam
hubungan kerja dan penyakit yang disebabkan oleh
lingkungan kerja.
65
Sementara pembayaran pengobatan ditanggung
oleh pemberi kerja (perusahaan) dan besaran biaya
tergantung pada tingkat resiko langkungan kerja.
Berikut ini adalah tanggapan dari responden (R1) :
“Ya kalau disini khn memang, kalau misalkan ada yang
kecelakan kerja tetap ada jaminannya kayak asuransinya gitu.
Jamsostek (Jaminan sosial tenaga kerja), aku khn sendiri ada
asuransinya sendiri, jaminan sosial tenaga kerja kalau ada
kecelakaan kerja.”
Selain jaminan kecelakan kerja perusahaan juga
mengupayakan untuk mengurangi resiko kecelakan
kerja
dengan
menyediakan
peralatan
atau
perlengkapan kerja seperti, yang di utaran oleh R1 :
“Pake topi, sepatu itu khn buat keselamatan kerja, sepatu
khn harus pake sepatu ket itu, masker, skoret, yang paling penting
itukan masker, kalau operator khn harus pake masker.”
Menurut
hasil
wawancara,
hampir
semua
buruh/pekerja menjawab hal yang sama, adapun
peralatan yang di sediakan oleh pabrik yaitu ; seragam
biru, topi untuk menutupi kepala khusunya rambut,
sepatu kets diberikan gratis setiap tahun pada bulan
september, masker agar terhindar dari debu, kantong
skoret/kantong wis untuk mengisi kotoran/sisa benag.
Dari penuturan R1, masker merupakan hal terpenting
yang wajib di hunakan oleh buruh/pekerja agar
terhindar dari paparan debu dari sisa-sisa benag.
66
Hal ini ditekankan lagi oleh R2 :
“Kalau
kesehatan
khn
debunya
khn
banyak,
debunya terlalu banyak tapikan ada masker.”
Paparan
debu
yang
terlalu
banyak
menjadi
keluhan bagi buruh/pekerja, hal ini sangat menggangu
aktivitas kerja buruh secara keseluruhan. Debu yang
kasat mata, dan mudah terhirup ketika melepaskan
masker tentu akan menggangu kesehatan khusunya
saluran pernapasan dari buruh/pekerja yang bekerja di
lingkungan pabrik. Nampaknya keluhan R2 tentang
debu yang menggangu juga di rasakan oleh R5 :
“Disini ya apa menghirup kapas khn nganu debu, pake
masker masih tembus tiap hari masker diganti itu masih kena debu,
tetap masuk debunya”.
Meskipun masker yang digunakan selalu di ganti
setiap
hari,
penggunaannya
namun
dan
tidak
dapat
optimal
menggangu
dalam
kesehatan
buruh/pekerja. Hal ini menunjukkan masker yang
digunakan tersebut kemugkinan tipis sehingga mudah
di tembus oleh debu yang ada di lingkungan pabrik.
Oleh karena itu perlu bagi perusahaan atau pimpinan
setempat untuk memperhatikan jenis masker yang
digunakan atau megganti maker yang dibuat khusus
oleh pabrik dengan jenis kain yang lebih tebal agar
debu tidak mudah menembus masker yang di gunakan.
67
Hal ini, dilakukan untuk melindungi kesehatan
buruh/pekerja agar terhindar dari penyakit
disebabkan
oleh
keselamatan
kerja,
kesehatan
pekerjaan.
Selain
perusahaan
buruh/pekerja
juga
yang
yang
menjamin
menjamin
sakit
dengan
disediakannya fasilitas berupa Balai Pengobatan atau
biasa dikenal di lingkungan pabrik dengan sebutan BP
Manuggal.
Sementara
keberadan
BPJS
yang
merupakan program pemerintah tetap di kontrol atau
di bawah pengawasan perusahaan khusunya Balai
Pengobatan
Manuggal
(BP
Manuggal).
Pada
BP
Manuggal selain menyediakan obat-obatan, juga ada
dokter yang
dipercayakan untuk menagani masalah
penyakit yang di alami. Berikut adalah penuturan dari
(R1) :
“Kalau kesehatan misalnya kita sakit disini khn ada Balai
Pengobatan (BP Manuggal), terus akir-akir ini kita khn pakainya
BPJS. BPJS juga khn tetap di BP juga.”
Jamsostek
yang
di
maksud
adalah
BPJS
Ketenagakerjaan, perusahaan tidak hanya memberikan
jaminan kesehatan kepada tenaga kerja saja, tetapi
juga
bagi
anggota
keluarga
dari
buruh/pekerja
tersebut. Khususnya anggota keluarga buruh/pekerja
yang terdaftar di Kartu Keluarga (KK). Lain lagi halnya
pada tingkatan level staf, jenis fasilitas kesehatan yang
diberikan berbeda dengan buruh/pekerja, hal ini dapat
68
tercermin dari penuturan R3 yang adalah istri dari
salah satu staf di perusahaan. Berikut penuturan R3 :
“Kesehatan kerja pake blue inhealt, ikut bapak kalau
kayawan biasa itu BPJS. Inheale khn kesehatan swasta tapi pake
dokter pribadi. Ikut bapak semua sekeluarga, padahal aku khn
karyawan tapi peraturan ikut bapak.”
Untuk level staf diberikan fasilitas kesehatan
Blue Inhealt milik swasta dengan menggunakann dokter
pribadi,
sedangkan
bagi
buruh/pekerja
biasa
menggunakan BPJS dengan doktekter umum. Menurut
peraturan perusahaan, bagi suami dan istri bekerja di
dalam lingkungan pabrik dan suami atau kepala
keluarga menuduki jabatan tertentu di perusahaan,
maka jaminan
kesehatan yang diberikan perusahaan
harus mengikuti kepala keluarga menurut peraturan di
perusahaan.
4.3.4
Pelatihan Dan Kesempatan Kerja
Hal-hal yang terkait denga restrusi kerja yaitu ;
memberikan kesempatan kerja bagi buruh/pekerja
untuk mengembangkan diri, pelatian kerja/training,
instruksi kerja/ job decription. Berdasarkan wawancara
singkat dengan pimpinan setempat, untuk penigkatan
karier di Departemen Spinning, setiap buruh/pekerja
diberikan kesempatan yang sama untuk berkarir baik
itu perempuan atau laki-laki, tidak ada diskriminasi
dalam berkarir.
69
Kesempatan kerkarir bagi buruh/pekerja dilihat
dari
apsensi,kinerja,
kerajinan,
kecepatan
dan
ketepatan waktu kerja, dan ditunjuk langsung dari
pimpinan setempat untuk menduduki posisi atau
jabatan tertentu. Pekerja/buruh yang ditunjuk harus
mengikuti beberapa prosedur tes seperti : tes psikoloqi,
tes di lapangan (lingkungan pabrik), dan mengikuti
beberapa
traning dari perusahaan. Hal ini dilakukan
tentu untuk mengembagkan diri buruh/pekerja dan
perusahaan
dalam,
mempersiapkan
cikal
bakal
pemimpin yang baru untuk menduduki posisi tertentu,
apabila ada staf yang
resain, pensiun atau beberapa
kedudukan yang mugkin mendadak harus diganti atau
di tambahkan. Pelatian kerja/training
yang diadakan
oleh perusahaan bagi buruh/pekerja yang baru masuk
kerja, maka akan diberikan training selama tiga bulan,
menurut
penuturan
dari
beberapa
responden,
diantaranya R1 :
“Pelatihan kerja sebelumnya ada tiga bulan pelatian,
sesudah juga ada namanya re_training”
Tujuan dari pelatian kerja ini adalah untuk
memberi pengetahuan kepada buruh/pekerja yang
baru
masuk
kerja
di
pabrik
agar
buruh/pekerja
mengerti tentang kondisi pekerjaan yang akan di
kerjakan.
Dalam
kaitannya
dengan
manajement
produksi pada Departemen Spinning, buruh/pekerja
70
perempuan yang bekerja dengan
mesin di bagian
produksi benag, telah diberi pelatihan selama 3 bulan
untuk mengenal mesin-mesin yang akan digunakan,
tentang bagaimana cara kerja mesin , kegunaan mesin,
cara menghidupkan dan mematikan mesin.Seperti yang
di utaran oleh R5 :
“Kalau training waktu itu diajarin seleksi kapas terus
diajarin mencet tombol-tombol mesin sama cara kerjanya, terus
campuran kapas.”
Pada awal masuk kerja R5 diberi pelatihan
selama tiga bulan untuk mengenal pekerjaan yang
akan dikerjakan nanti, dalam pelatihan tersebut R5
diajarkan selekasi kapas, campuran kapas dan juga
mengenal tentang cara kerja mesin yang digunakan
dalam pengolahan kapas.Ada beberapa mesin yang
lama namun masih bisa beroperasi dengan baik dan
dijamin keamanan mesin ketika beroperasi. Dari hasil
pengamatan peneliti
setempat
di lapangan dengan pimpinan
meunjukkan
bagai
mana
cara
mesin
beroperasi, cara menghidupkan dan mematikan mesin.
Menurut pimpinan setempat hanya ada beberapa mesin
lama yang di gunakan dan hampir semua mesin yang
digunakan saat ini adalah mesin-mesin yang bekerja
secara
otomatis.
Ketika
buruh/pekerja
mendekati
mesin dalam jarak 1 meter mesin-mesin tersebut akan
berhenti secara otomatis dan ketika mesin ditinggalkan
mesin akan hidup kembali dalam jarak tertentu.
71
Sekitar 12 lebih mesin yang digunakan dalam
proses produksi benag diantaranya ; mesin blowing,
mesin carding, mesin drawing, mesin lap former, mesin
hl, mesin combing, mesin drawing, mesin roving, meisn
ring spinning, mesin winding,
dan mesin heat setter.
Menurut R3, pelatihan kerja diadakan setiap kali ada
buruh/pekerja yang baru masuk kerja di pabrik,
sedangkan buruh/pekerja yang lama diberi re_training
yang di adakan setiap satu tahun sekali, bertujuan
untuk mengulang kembali pekerjaan yang mugkin
buruh/pekerja
dilihat
juga
sudah
dari
lupa
tentang
kebutuhan
pekerjaannya,
perusahaan.
Selain
pelatihan selama tiga bulan bagi buruh yang baru
masuk kerja di pabrik, ada juga re_training yang
diadakan setiap satu tahun sekali, berikut penuturan
R3 :
“Pelatihan kerja itu tidak setiap hari, tidak setiap bulan,
setiap tahunnya ada. Pelatihan kerja itu ada kalau setiap kali ada
karyawan yang baru masuk. Kalau karyawan lama itu tidak pake
palatihan, dulu ada tiga bulan waktu awal masuk, kalau sekarang
adanya re_training”
Khusus bagi buruh yang baru masuk kerja di
beri training selama tiga bulan yang bertujuan untuk
memberi pengetahuan tentang kondisi pekerjaan yang
akan dikerjakan oleh buruh/pekerja. Sedangkan bagi
buruh/pekerja
yang
lama
diberi
re_training
yang
diadakan setiap satu tahun sekali dan tergantung dari
72
pengamatan
pimpinan
setempat
terkait
masalah
produksi yang mugkin tidak mencapai target. Oleh
karena itu, perusahaan megadakan re_training untuk.
Berikut ini adalah
ulasan dari R3 yang merupakan
buruh/pekerja tetap dengan pengalaman kerja selama
25 tahun terkait dengan re_training :
“Biasanya masalah produksi, misalnya kenapa bulan ini,
tahun ini, koq ga mencapai target...gi’mana !. Mungkin apa istirahat,
apa mungkin karyawan kurang, jadi diulang kembali. Standar kerja
yang dulu dipakai, diulangi kembali, karyawan harus menghemat
waktu jam istirahat atau ditinggal lama khn mesin mati ga
mencapai target. Karyawan lama khn ga harus mengulang, hemat
waktu, jam istirahat, jam masuk, pokoknya, harus hemat, biar
mencapai target itu gi’mana. cari solusi biar tercapai. Sam itu
standar kerja yang dulu khn dilupakan lah sekarang di ingatkan
kembali”
Dari
paparan
R3
sebelumnya
mengatakan
bahawa re_training di adakan setiap satu tahun sekali
bagi karyawan lama, tentu pengadaan re_training ini
juga berdasarkan evaluasi kerja mingguan yang di
adakan setiap hari sabtu seperti yang di ungkapkan
oleh R6. Fungsi dari re_training agar buruh/pekerja di
ingatkan kembali tentang standar kerja yang harus di
terapkan dalam proses produksi agar bekerja lebih
evektif. Terkait dengan masalah produksi seperti yang
di ungkapkan R3 tentu hal ini merujuk pada aspek
manajement produksi. Apabila produksi tidak mencapai
target, maka buruh/pekerja dituntut untuk
harus
meminimalkan waktu kerja dengan menghemat waktu
73
istirahat dan ketepatan jam masuk kerja, mengingat 7
jam kerja buruh/pekerja selama satu hari, sesuai
dengan aturan UU Ketenagakerjaan.
dan
tujuan
re_training
dari
perusahaan
Adapun upaya
dalam
mengadakan
adalah untuk menigkatkan produktivifitas
kerja
yang tinggi. Dengan cara meminimalkan jam
kerja
buruh/pekerja
dalam
menyelesaikan
suatu
pekerjaan pada tingkat kecepatan kerja yang normal
dengan beberapa alternatif sistem kerja, seperti yang di
ungkapkan oleh R3 yaitu ; menghemat waktu istirahat
dan jam masuk kerja (menghindari keterlambatan
masuk kerja). Hal ini diupayakan agar perusahaan
mendapatkan waktu baku penyelesaian pekerjaan,
yang dibutuhkan secara wajar, normal dan terbaik.
Terkait pengetahuan buruh tentang job description atau
instruksi
kerja,
pekerjaan
yang
ditangani
selama
bekerja. Dari hasil wawancara dengan responden, ratarata
semua
buruh/pekerja
memahami
tentang
prosedur kerja yang akan di kerjakan selama satu hari
kerja , berikut ini adalah paparan dari R1 :
“Kalau pertama khn pagi itu khn udah apsensi, yang
penting dari bagian saya sendiri khn asensi , terus
perhitungan produksi yang sudah dikerjakan operator nanti
khn ada tiga sift itu pagi, siang, malam, itu nanti hasilnya
dihitung, terus dilaporkan ke departement, itu lainnya ya
nanti khn ada yang backup, ada yang menyimpan texsit ada
perhitungan relist,”
74
Pada
umumnya
setiap
apsensi yang di lakukan
buruh/pekerja
wajib
awal masuk kerja bagi R1
apsensi adalah hal terpenting bagi dirinya dan pada
umumnya bagi setiap buruh/pekerja. Pada Depatement
Spinning memiliki apsensi atau pencatatan waktu
dengan pencatatan waktu hadir dan waktu pulang
kerja. Setelah itu R3 mengerjakan pekerjaannya dengan
melakukan perhitungan hasil produksi yang sudah
dikerjakan
pada
shift
sebelumnya
(sift
malam)
kemudian hasil produksi tersebut di laporkan ke
departement.
Data
yang
diperoleh
dari
hasil
perhitungan dicatat dan di laporkan ke departement
kemudian data tersebut di backup atau dibuat dalam
bentuk arsip data komputer agar data tersebut tidak
rusak
atau
hilang
sehingga
data
tersebut
dapat
digunakan kembali.
Sedangkan instruksi kerja/job descrition khusus
bagi perempuan yang hamil, diberi beban kerja yang
ringan agar tidak terjadi keguguran atau hal-hal tidak
diinginkan yang berkaitan dengan kehamilan, seperti
yang diungkapkan oleh responden R4 :
“Nimbang benang, hari ini nimbang aja mba, khn saya lagi
hamil jadi saya disuruh nimbang aja...sampe nanti 8 setengah
bulan, nanti khn ada cuti, sekarang ini baru 2 bulan hamil. Kalau
sebelum hamil, itu kerjanya masukin benang-benang dari bagian
kecil sampe ke besar, jadi bentuk e seng kecil...misalke seng kecil
itu dililit jadi besar.”
75
Adanya tolenransi dari perusahaan khusus bagi
buruh/pekerja yang hamil dapat dilihat dari penuturan
R4, yang mengatakan bahwa pekerjaan yang dikerjakan
saat ini adalah menimbang benag selama menjalani
masa kehamilan, sedangkan pekerjaan yang dikerjaka
sebelumnya
adalah
memasukkan
benag-benag
kemudian dililit dari kecil sampai menjadi lilitan benag
yang besar. Tentu pekerjaan sebelumnya lebih berat
dari pada jenis pekerjaan yang ditangani sekarang.
Pempatan
pekerjaan
R4
tentu
melewai
beberapa
pertimbangan dari perusahaan hal ini dikarena untuk
melindungi buruh/pekerja yang hamil. Sehingga R4
diberi pekerjaan yang ringan demi kesehatan ibu dan
janin yang dalam masa pertumbuhan. Selain itu juga
adanya peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah
terkait perlindungan buruh/pekerja perempuan yang
mengalami kehamilan. Perlindungan buruh/pekerja
yang hamil, diatur dalam UU Ketenagakerjaan No.13
Tahun 2003 Pasal 82 ayat (1). Hal ini menunjukkan
adanya kepatuhan perusahaan dalam menjalankan
peraturan
pemerintah
sesuai
dengan
UU
Ketenagakerjaan. Oleh karena itu, selama delapan
setengah bulan R4 bekerja di bagian menimbang berat
benag, setelah itu satu setengah bulan (1,5) sebelum
melahirkan buruh/pekerja diberi cuti melahirkan atau
hak cuti melahirkan (H2). Tentu selama buruh/pekerja
tersebut hamil, maka haknya untuk mendapatkan H1
76
(hak cuti haid) dan pesangon tidak diberikan. Setelah
melahirkan 1,5 bulan dan menurut perkiraan dokter
buruh tersebut bisa kembali bekerja, jika belum pulih
buruh tersebut wajib untuk melaporkan atau ijin
kepada pimpinan setempat. Hal ini juga dialami oleh R6
yang
juga
mengalami
kehamilan
dengan
masa
kandungan 8 bulan, berikut penuturan R6 :
ngecek berat benang. Kalau aku
“Masuk kerja terus
kerjanya di bagian ngecek berat ku
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dikemukakan
pembahasan
dan analisis hasil penelitian dari data yang telah
diperoleh dan diolah. Adapun analisis dan pembahasan
tersebut di gunakan untuk menjawab penelitian yang
ada.
4.1
Profil Perusahaan
4.1.1
Sejarah PT. Daya Manuggal
Sejarah pendirian Grup Argo Manuggal diawali
sejak tahun 1949 oleh Bapak The Ning King yang
berawal dari sebuah perusahaan kecil dibidang tekstil.
Pada tahun 1961, Bapak The mendirikan pabrik
tekstilnya yang pertama di Salatiga, Jawa Tengah
dengan nama PT. Daya Manuggal. PT. Daya Manuggal
Salatiga
merupakan
72
cabang
perusahaan
yang
tergabung dalam Argo Manuggal Group yang berkantor
pusat di Jakarta. PT. Daya Manuggal Salatiga adalah
salah satu perusahaan tekstil penghasil benag, grey
dan kain di Indonesia. PT Daya Manuggal berdiri pada
tanggal
17
Febuari
1961
Argobusono
No.
Kelurahan
Argomulyo
Kota
No.13/1961,
1
Salatiga
hingga
kini
32
dan
terletak
Ledok
dengan
lokasi
di
Jalan
Kecamatan
Akte
Notaris
perusahaan
tidak
pindah tempat. Pada awal berdiriannya, PT. Daya
Manuggal
Salatiga
hanya
memiliki
200
mesin
konvensional jenis 1511.44 dengan jumlah karyawan
sebanyak 150 orang. Pada saat itu modal awal PT. Daya
Manuggal Salatiga hanya sebesar Rp.10.000.000,-.
Mulai
berproduksi
pada
tahun
1962
dengan
menghasilkan produk kain grey jenis cotton. Seiring
dengan perkembangan dan perluasan pabrik saat ini
mencapai luas pabrik 349,725 m2 dan luas bangunan
79.19401 m2 dengan jumlah tenaga kerja ± 2800 orang
(Januari 2014), disertai dengan penambahan mesinmesin cangih Damatex mampu menigkatkan hasil
produksi
dari
serat/kapas
menjadi
benag
sampai
dengan kain jadi.
Tujuan didirikannya PT.Daya Manuggal yaitu :
Mendapatkan keuntungan ; Membantu pemerintah
dalam
menyediakan
lapangan
kerja
;
Membantu
pemerintah dalam menyediakan bahan sandang bagi
masyarakat ; Membantu pemerintah dalam penigkatan
ekspor non migas. Hasil produksi diexpor keberbagai
negara di dunia seperti : Argentina, Amerika, Australia,
Bangkok, China, Jepang, Jerman, Hongkong, Italy,
Korea,
Laos,
Singapur,
Malaysia,
South
Philipina,
Afrika,
Srilangka.
33
Tailand,
Saudi
Arabia,
Vietnam
dan
4.1.2
Departement Spinning
Pada penelitian ini peneliti diberi kesempatan
untuk
melakukan
penelitian
pada
Departement
Spinning, setelah mengajukan proposal penelitian pada
tanggal 28 Agustus dan peneliti mulai melakukan
penelitian dari tanggal 28 Oktober 2015 setelah adanya
konfirmasi dari PT. Daya Manuggal. Namun, sampel
dalam penelitian ini, diambil pada waktu shift pagi,
sehingga koisioner yang di sebarkan sebanyak 70
responden, dan mewawancarai 6 responden termasuk
dalam 70 responden, yang dipilih secara acak. Saat ini
jumlah
di Departement Spinning PT. Daya Manuggal
sebanyak
546
buruh/pekerja
buruh/pekerja,
laki-laki
dan
terdiri
213
dari
363
buruh/pekerja
perempuan. Departement Spinning terdiri dari dua unit,
yaitu Spinning unit 1 dan 2, Departement spinning
mulai beroperasi pada bulan sejak awal April tahun
1990. Kapasitas produksi 3315 Bale per bulan, jenis
benang yang diperoduksi antara lain: 100% cotton
combed Ne 16.60 (CM60), 100% Cotton carded Ne 16.40
(CE 40), Poly/Cotton combed 65/35 Ne 30-45 (TC
45/TC 30), Poly/cotton combed 45/55 Ne 30-55 (CVC
45) danb Poly cotton carded 65/35 Ne 12-20 (CE 20).
Proses produksinya yaitu memintal kapas, berasal dari
serat alam yang diimpor dari Amerika Seikat, Australia.
34
Pakistan, Cina, Afrika Timur dan Barat, Mesir
serta sebagian kecil hasil panenan dari Indonesia serta
Polyester,
berasal
dari
serat
buatan.
Presentase
penjualan export 60% ke Jepang, Korea Selatan,
Malaysia, Lokal 40%. Jenis waste (pembuangan) padat
berupa : waste kapas, kawat karung, karton box, tali
plastik dan waste cair berupa H2SO4.
35
4.1.3
Alur Proses Pemintalan
36
1.
Bahan Baku :
Dibedakan menjadi dua macam :
a. Bahan baku kapas adalah bahan baku benag
yang berasal dari serat alam diimport dari USA,
Australia, Uzbekistan dan India.
b. Bahan baku Polyester adalah bahan baku benag
yang berasal dari serat buatan (Man Made Fiber)
dari Indonesia
Fungsi :
a. Bahan baku kapas untuk pembuatan benag 100%
kapas dari Ne 16 s/d 100 Combed maupun
Carded.
Untuk
bahan
pembuatan
benag
campuran (blended) Polyester + Kapas (65 % dan
35 %) atau bahan Polyester + Kapas (45% dan
55%).
b. Bahan baku Polyester, merupakan jenis bahan
baku
campuran
untuk
pembuatan
benag
campuran (blended).
2.
Gudang Bahan Baku
Gudang bahan baku adalah suatu tempat atau
bangunan yang khusus untuk menyimpan bahan
baku kapas dan polyester.
a. Fungsi :
- Menimbang
kembali
masuk ke gudang.
37
bahan
baku
yang
- Menyusun dan mengelompokkan bahan
baku berdasarkan jenisnya.
- Menyimpan sementara persediaan bahan
baku sebelum diproses di unit pemintalan
(2 bulan).
b. Tujuan :
- Untuk mengecekkan ulang apakah barang
yang dikirim sesuai dengan yang dipesan.
- Untuk
memudahkan
pengambilan
pada
stock
saat
opname
bahan
baku
tersebut akan dipakai.
3.
Bagian Pembuka Bale (Open Bale)
Open bale adalah bagian yang bertugas mengatur
pemasukan bahan baku kapas dan polyester dari
gudang ke unit pemintalan.
a. Fungsi :
- Membuka bale kapas dan polyester dengan
cara memutus kawat pengikat.
- Mengatur urutan komposisi bale kapas dan
polyester mixing (kurang lebih 10 s/d 12
bale).
b. Tujuan :
- Agar
kapas
dan
polyester
mengalami
pengembangan, regain tercapai sehingga
38
4. Penempatan Bahan Baku Di Samping Lattice
Tempat untuk meletakkan bahan baku yang siap
diproses
pada
awal
memintal.
Bertujuan
untuk
memudahkan pekerjaan pada saat pengambilan bahan
kapas atau polyester yang akan diletakkan di lattice
(feeding).
5. Mesin Blowing
a. Creeper Lattice (CL) adalah bagian awal Blowing
yang berfungsin untuk meletakkan bahan baku
kapas yang akan diproses menurut atau standar
dari jenis kapas tiap-tiap bale sesuai dengan
prose yang dikehendaki.
b. Bale Mixer (BX 3), berfungsi sebagai pembuka
dan pencampur kapas yang disuapkan dari
bagian CL.
c.
Fan Condersor berfungsi sebagai penghisap
kapas, membuat kotoran serat pendek.
d. Evener Cleaner (EC 3) untuk mengirim atau
menyuap dan membersihkan kotoran kapas,
seperti daun kering dan ranting-ranting kapas.
e. Fine Opener (FO) untuk mencabik-cabik kapas
dengan beater dan membersihkan dari kotoran
yang terbawa dari EC 3.
39
f. Two Way Distributor (TWD) untuk membagi kapas
yang disuapkan dari FO ke dua KD dengan
sistem pembalance.
g. Fan Condensor (KD) untuk menghisap kapas
yang disuapkan oleh mesin FO dan membuang
abu kapas serta serat pendek oleh perforatecage
(fungsinya
sama
dengan
KD,
disini
hanya
melanjutkan proses dari bagian FO).
h. Ever Cleaning Feeder (ECF) untuk melakukan
penyetelan, penyuapan jumlah feeding kapas ke
bagian SW 4.
i. Single Cage Scutcher (SW 4) untuk mencabik dan
menggaruk kapas, membersihkan kotoran yang
masih tersisa dari mesin ECF serta untuk
menggulung lap.
j.
Lap Scalle (TWM-3N), untuk menimbang lap
yang
dihasilkan
mengontrol
senantiasa
dari
keadaan
dalam
bagian
berat
keadaan
SW
4
lap,
standart
dan
supaya
yang
diinginkan.
6. Mesin Carding adalah mesin yang bekerja untuk
melakukan penggarukan terhadap lap hasil mesin
Blowing.
Fungsi :Untuk membersihkan kotoran-kotoran yang
masih terbawa oleh lap yang belum hilang pada
proses blowing.
40
- Untuk
menguraikan
serat-serat
dalam
bentuk gumpalan menjadi serat individu.
- Untuk menghasilkan silver carding.
7. Mesin Pre Drawing adalah mesin yang bekerja
dengan melakukan perangkapan dan perenggangan
terhadap silver carding yang disuapkan.
Fungsi :
- Untuk mensejajarkan seral didalam silver.
- Untuk memperbaiki kerataan silver.
- Untuk menghasilkan silver Pre Drawing.
8.
Mesin Lap Former adalah mesin yang khusus
memproses silver Pre Drwaning (cotton) menjadi lap
combing yang berat rata-ratanya = 50 gram/yds.
Fungsi :
- Untuk merubah masa kapas dalam bentuk silver
menjadi lap.
- Untuk menghasilkan lap combing.
9.
Mesin HL adalah mesin yang memproses silver
carding kapas (cotton) menjadi lap combing.
Fungsi : Untuk merubah masa kapas dalam bentuk
silver menjadi lap dan untuk menghasilkan lap
combing.
10. Mesin Combing adalah mesin yang bekerja untuk
melakukan penyisiran terhadap lap combing dari
mesin lap former.
Fungsi :
41
- Untuk memisahkan serat pendek dan serat
panjang.
- Untuk mensejajarkan serat panjang didalam
silver.
- Untuk menghasilkan silver combing.
11. Mesin Drawing adalah mesin yang bekerja untuk
melakukan penyisiran terhadap lap combing dari
mesin lap former.
Fungsi :
-
Untuk
memperkecil
masa
silver
menjadi
benag dengan cara peregangan, pemilinan
(twist) dan penggulungan pada setiap spindle.
-
Untuk menghasilkan benang single sesuai
nomor yang dikehendaki.
Keterangan : proses mesin blowing sampai
roving tersebut diatas adalah merupakan
persiapan memintal benag.
12. Mesin Ring Spinning adalah mesin yang bekerja
untuk
melakukan
peregangan
pilinan
dan
penggulungan benang.
Fungsi :
-
Untuk memperkecil benang roving menjadi
benang dengan cara perenggangan, pemilinan
(twist) dan penggulungan pada setiap spindel.
-
Untuk menghasilkan benang single sesuai
dengan nomor yang dikehendaki.
42
Keterangan : pada mesin ring spinning ini
dapat diketahui mata pintal (spindle) pada
suatu pebrik pemintalan.
13. Mesin Winding adalah mesin yang bekerja untuk
menyambung
benang
hasil
produksimesin
ring
spinning dengan cara twisting dengan panajang
benag yang ditentukan untuk proses selanjutnya di
tenun (weaving) dan perajutan (knitting).
Fungsi : Untuk memperbaiki mutu benang,
khususnya keratan benang hasil mesin ring
spinning ;Untuk menggulung benang hasil ring
spinning menjadi bentuk cone atau cheese.
14. Seleksi Benang Produksi Mesin Winding adalah
suatu
benang
kegiatan
secara
untuk
visual
melakukan
antara
pemisahan
benang
normal
apakah
bentuk
dengan benang tak normal.
Fungsi
:
Untuk
mengetahui
gulungan benang dalam cheese ada yang cacat, ;
untuk menseleksi berat benang yang diluar berat
standar, untuk mengetahui apakah ada perbedaan
warna benang (check denganmata dan black light),
untuk menentukan benang yang sudah diseleksi
atau benang standar yang siap di packing ;
menentukan jumlah berat per bale benang (1 bale
= 181,44 kg).
43
15. Mesin Heat Setter adalah mesin pemanas dengan
menggunakan uap panas yang diperlukan khusus
untuk blended, baik benang jenis TC maupun CT
(perbedaan benang TC maupun CT terletak pada
prosentase mixing antara bahan baku polyester
dan cotton).
Steam berlangsung selama 10 s/d 15 menit
dengan suhu 90-110 C, yang berfungsi untuk
menstabilkan twist yang sekaligus menghilangkan
skringkel pada benang tersebut.
44
4.2
Profil Responden
Bila
dilihat
berdasarkan
hasil
dari
karakteristik
penelitian
responden
dilapangan
terhadap
buruh/pekerja perempuan di Departement Spinning,
PT. Daya Manuggal Salatiga. Karakteristik responden
diperoleh
dengan
buruh/pekerja
Salatiga
membagikan
perempuan
pada
di
koisioner
PT.
Departement
Daya
kepada
Manuggal
Spinning.
Secara
keseluruhan berjumlah 70 buruh/pekerja perempuan
pada Departement Spinning. Dari 70 Koisioner yang
dibagikan sebagai data penelitian namun hanya 67
kuisioner yang kembali. Sisa 3 koisioner yang kembali
dengan keterangan 3 orang tidak mengisi, hanya
mencantumkan nama saja. Rata-rata usia responden
buruh/pekerja
perempuan
dalam
penelitian
ini
memiliki rentang usia terbesar antara 20-50 tahun
sebanyak
67
orang.
Sebagian
besar
responden
buruh/pekerja perempuan terdapat pada kelompok
usia 44-50 tahun (usia tua), yaitu sebanyak 41 orang
dengan
tingkat
pendidikan
sebanyak 39 orang.
45
antara
SMP
&
SMA
Dalam deskripsi karakteristik reponden tersebut
disajikan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 4.2.1
Data Karakteristik Responden
Berdasarkan Usia dan Pendidikan
Pnd_Terakir
Interval_
Umur
Total
Sarjana
SD
SMP
SMA
20-25
0
0
0
6
6
26-31
0
0
0
3
3
32-37
1
0
0
10
11
38-43
0
0
3
3
6
44-50
0
2
13
26
41
1
2
16
48
67
Total
Sumber : Data primer yang diolah, 2015.
Rata-rata
usia
responden
buruh/pekerja
perempuan dalam penelitian ini memiliki rentang usia
terbesar antara 20-50 tahun sebanyak 67 orang.
Sebagian
besar
responden
buruh/pekerja
perempuan terdapat pada kelompok usia 44-50 tahun
(usia tua), yaitu sebanyak 41 orang dengan tingkat
pendidikan antara SMP & SMA sebanyak 39 orang.
Sedangkan responden yang berusia 20-25 tahun (usia
muda), jumlahnya relatif kecil yaitu sebanyak 6 orang
(usia muda), dengan tingkat pendidikan SMA sebanyak
6 orang.
46
Responden
dengan
tingkat
pendidikan
SD
sebanyak 2 orang , dan pada tingkat pendidikan S1
sebanyak 1 orang.
Dari karakterristik reponden
tersebut, kelompok usia 44-50 tahun (usia tua) lebih
banyak mendominasi dari pada kelompok usia muda
dan rata-rata tingkat responden adalah SMA.
Rata-rata
usia
responden
buruh/pekerja
perempuan dalam penelitian ini memiliki rentang usia
terbesar antara 20-50 tahun sebanyak 67 orang.
Sebagian besar responden buruh/pekerja perempuan
terdapat pada kelompok usia 44-50 tahun (usia tua),
yaitu sebanyak 41 orang dengan tingkat pendidikan
antara SMP & SMA sebanyak 39 orang. Sedangkan
responden yang berusia 20-25 tahun (usia muda),
jumlahnya relatif kecil yaitu sebanyak 6 orang (usia
muda), dengan tingkat pendidikan SMA sebanyak 6
orang.
Responden
dengan
tingkat
pendidikan
SD
sebanyak 2 orang , dan pada tingkat pendidikan S1
sebanyak 1 orang.
Dari karakterristik reponden
tersebut, kelompok usia 44-50 tahun (usia tua) lebih
banyak mendominasi dari pada kelompok usia muda
dan rata-rata tingkat responden adalah SMA.
47
Tabel 4.3.1
Data Karakteristik Responden
Berdasarkan Status
Status
Belum
Total
Janda
Menikah
Menikah
Umur
20-25
2
0
4
6
26-31
0
0
3
3
32-37
0
0
11
11
38-43
0
0
6
6
44-50
1
1
39
41
Total
3
1
63
Sumber : Data Primer yang diolah, 2015.
67
Dari tabel 4.2.1, secara keseluruhan responden
buruh/pekerja perempuan sebanyak 63 orang telah
menikah, responden dengan status belum menikah
sebanyak 3 orang dan responden dengan status janda
sebanyak
1
orang.
Kelompok
usia
44-50
tahun
sebanyak 39 orang relatif lebih banyak dari pada
kelompok usia muda 20-25 tahun sebanyak 3 orang.
48
Tabel 4.4.1
Data Karakteristik Responden
Berdasarkan Usia & Status Kerja
Status_Kerja
Umur
Total
Pekerja
Pekerja
Kontrak
Tetap
Total
20-25
6
0
6
26-31
1
2
3
32-37
1
10
11
38-43
0
6
6
44-50
0
41
41
8
59
Sumber Data Primer yang diolah, 2015.
67
Dari tabel 4.4.1, Status kerja responden terbagi
menjadi dua yaitu ; pekerja kontrak dan pekerja tetap.
Secara keseluruhan responden sebanyak 67 orang,
responden yang berstatus tetap sebanyaj 59 sedangkan
resonden yang berstatus kontrak sebanyak 8 orang.
Rata-rata kelompok usia 44-50 tahun dengan status
kerja tetap sebanyak 41 orang relatif lebih banyak,
sedangkan kelomopok usia 20-25 tahun dengan status
kerja kontrak sebanyak 6 orang relatif lebih rendah.
49
1.3 Hasil Penelitian
Data
peneliti
karakteristik
melakukan
responden
wawancara
diperoleh
dengan
ketika
responden
buruh/pekerja perempuan pabrik pada Departement
Spinning di PT. Daya Manuggal Salatiga. Secara
keseluruhan
jumlah
buruh/pekerja, yang
buruh/pekerja
sebanyak546
terdiri dari 363 buruh/pekerja
laki-laki dan 213 buruh/pekerja perempuan, yang
merupakan gabungan dari dua unit spinning I dan
spinning
II.
Dari
213
buruh/pekerja
perempuan,
peneliti memilih 6 responden yang bekerja pada shift
pagi 06.00-13.00 WIB di spinning I.
4.3.1 Gambaran Kondisi Buruh Perempuan
Pada Departement Sinning 1 buruh/pekerja
perempuan yang bekerja pada shift pagi sebanyak 70
orang. Namun peneliti memilih 6 responden dari 70
orang tersebut yang diambil secara acak dan
mewakili
6
unit
kerja.
Hasil
wawancara
yang
dari
6
responden tersebut akan di dukung dengan olah data
statistik deskriptif dengan hitungan angka yang berupa
tabel, diagram, persen. Hasil analisis dari wawancara
akan didukung dengan analisis statistik deskriptif
berupa angka dan persen. Buruh/pekerja yang dipilih
berdasarkan kriteria tertentu yaitu : buruh/pekerja
pabrik yang sudah menikah, lama kerja minimal 1
tahun kerja , sudah berkeluarga. Responden dipilih
50
langsung oleh pimpinan setempat dan responden yang
dipilih terdiri dari 3 pekerja tetap dan 3 pekerja
kontrak. Responden 1-6 bekerja di unit kerja atau
bagian
kerja
yang
berbeda-berda
sesuai
dengan
permintaan peneliti agar dapat menjawab persoalan
penelitian . Begitu juga dengan 3 pekerja tetap dan 3
pekerja
kontrak
agar
peneliti
dapat
menjawab
persoalan penelitian.
Tabel 4.3.1 Profil Responden Pekerja Tetap dan Kontrak
Nama/
Kode
R1
Umur
Pendidik
an
D1
AMIKA
Lama
Kerja
15 thn
R2
47 thn
SMA
25 thn
R3
48 thn
SLTA
25 thn
R4
23 thn
SMA
5 thn
R5
33 thn
SMA
5 thn
Blowing
R6
22 thn
SMA
1½
thn
Quality
Control
-
Bagian
Pekerjaan
11 Tahun
Oprator
CDR & 4
Tahun
Administra
si
Maintenanc
e Ring
Operator
CDR
Operator
Winding
Status
Kerja
Tetap
Jmlh
Anak
1
Anak
Tetap
2
Anak
3
Anak
2
bulan
hamil
Tetap
Kontra
k
Kontra
k
Kontra
k
7 bln
hamil
Ket : Identitas responden diketahui peneliti dan pembimbing
,(Sumber : Data Primer).
Pada Departement Spinning
terbagi menjadi 14
bagian kerja, namun pada penelitian ini hanya memilih
6 orang responden yang diambil dari enam unit bagian
kerja.
51
4.3.2
Pengupahan
Upah
merupakan
salah
satu
hak
normatif
buruh/pekerja atau hak dasar buruh/pekerja. Upah
yang diterima oleh buruh/pekerja di PT.Daya Manuggal
Departement
kerja
dari
Spinning
merupakan
pengusaha.
Prestasi
bentuk
kerja
prestasi
tersebut
di
wujudkan dalam bentuk uang atas jasa yang telah
dilakukan
oleh
buruh/pekerja.
Tujuan
persoalan
penelitian yang pertama adalah untuk mendapatkan
gambaran secara umum tentang
Kerja
(Quality
Of
Worklife)
Kualitas Kehidupan
di
pabrik.
Dengan
mengunakan tiga indikator dalam pengukuran Kualitas
Kehidupan Kerja diantaranya yaitu : sistem imbalan
yang inovatif ; lingkungan kerja ; restruksi kerja.
Berdasarkan
hasil
penelitian,
sistem
ibalan
yang
inovatif (pengupahan), sesuai dengan standar hidup
buruh/pekerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
upah/gaji pokok yang diterima oleh buruh/pekerja
pada PT.Daya Manuggal di Departement Spinning
sebesar
Rp.1,400,000/bulan.
Selain
itu
juga
perusahaan menjamin kesejahteraan buruh/pekerja
dengan memberikan tunjangan-tunjangan, cuti, premi,
jamsostek, BPJS, BP Manuggal, upah lembur, THR dan
fasilitas-fasilitas
untuk
menunjang
buruh/pekerja pabrik.
52
kesejahteraan
Berdasarkan
hasil wawancara, dari masing-
masing informan R1,R2,R3,R4,R5 dan R6 bahawa
perolehan upah rata-rata perbulan yang diterima oleh
pekerja/buruh perempuan, masih berada dibawah
ketentuan perundang-undangan yang mengatur Upah
Minimum Kota yang sesuai dengan standar hidup
karyawan
dan
standar
pengupahan
yang
berlaku
berdasarkan wilayah. Jumlah upah yang diterima oleh
buruh/pekerja perempuan juga sama dengan jumlahj
upah yang diterima oleh buruh laki-laki. Berikut
penuturan dari responden 1 (R1) adalah karyawan
tetap (PKWT) dengan masa kerja 15 tahun dan
responden
4
(R4)
adalah
karyawan
tidak
tetap
(Kontrak/PKWTT) dengan masa kerja 5 tahun.
Berikut penuturan R1/Tetap :
“UMK sekarang Rp. 1.290.000, gaji pokok Rp.1,400,000.”
Berikut penuturan R4/Kontrak :
“Gaji saya Rp. 1.400,000 , diatas UMK.”
Penetapan Upah Minimum Kota (UMK) Salatiga
yaitu
Rp
1.287.000
sementara
rata-rata
jawaban
responden R1-6 dalam hasil wawancara menunjukkan
bahwa upah yang diterima diatas standar pengupahan
atau di atas UMK (Upah Minimum Kota) dan gaji pokok
yang di terima pada umumnya sebesar Rp. 1.400,000.
53
Namun ada perbedaan pemberian upah pada
responden 5 (R5) adalah
sebagai karyawan kontrak
dengan masa kerja 5 tahun .
Berikut penuturan R5/Kontrak :
“Perbulannya Rp. 1.290,000, kalau UMK 1.290.000 itu
UMK”
Pada penuturan sebelumnya, R4 menerima upah
sebesar Rp. 1,400,000, sedangkan R5 menerima upah
sebesar Rp.1.290,00, hal ini menunjukkan adanya
ketidak seimbangan upah antara R4 dan R5, padahal
R4 dan R5 sama-sama karyawan kontrak dengan lama
kerja yang sama selama 5 .Kemudian dalam proses
wawancara selanjutnya pada Responden (R6/Kontrak)
dengan masa kerja satu setengah tahun. Berikut
penuturan R6/Kontrak :
“Gaji bersih Rp 1.290.000”
Pada
hasil
wawancara
tersebut
ditemukan
adanya ketidak seimbangan upah dengan masa kerja
yang berbeda antara R4 , R5 dan R6. Responden (R4)
yang adalah karyawan kontrak dengan masa kerja 5
tahun
menerima
upah
sebesar
Rp
1.400.000,
sedangkan R5 dengan masa kerja 5 tahun menerima
upah sebesar Rp.1.290.000, pemberian upah ini juga
berlaku bagi
R6 dengan masa kerja satu setengah
54
tahun. Walaupun upah yang diberikan tidak seimbang,
namun pemberian upah tersebut diberikan di atas UMK
(Upah Minimum Kota). Selain upah/gaji pokok yang
diterima
menunjang
oleh
buruh/pekerja
dan
perusahaan
menjamin
juga
kesejahteraan
buruh/pekerja, berikut ini adalah hasil wawancara dari
R1 dan R3.Berikut penuturan R1/Tetap
“Kalau UMK itu khn gaji pokoknya itu khn masih ada
tambahan-tambahan lagi, ada tunjangan-tunjangan lainnya,
ada premi H1, H2. H1 itu haid, H2 itu melahirkan, kalau
premi itu sekitar Rp 20.000. H1 sekitar 105.000, H2 itu
dapatnya dua macam dari perusahaan. Kalau dulu H2
waktu melahirkan anak pertama itu kayaknya sekitar Rp.
150.000 itu dulu 10 tahun yang lalu. Terus ada juga dari
Serikat Pekerja kita dapat Rp.100.000,.”
Selain gaji pokok, perusahaan juga memberikan
tunjangan tambahan yaitu ; premi Rp.20.000, H1 (hak
cuti haid) diberi tunjangan sekitar Rp 105,000, ketika
buruh/pekerja ambil H1 maka buruh/pekerja tersebut
harus melapor ke bagian administrasi kemudian di
ganti dengan klaim berupa uang guna menunjang
kebutuhan buruh/pekerja tersebut. Apabila H1 di
ambil ataupun tidak diambil tentap hak buruh/pekerja
diberi sesuai dengan perjanjian
kerja bersama (PKB).
Tunjangan H2 (hak cuti melahirkan) menurut R1, ada
dua macam tunjangan yang diberikan yaitu ; tunjangan
dari perusahaan dan tunjangan dari serikat pekerja
55
(SP). Tentu tunjangan H2 yang diterima oleh R1 pada
10 tahun yang lalu berbeda dengan tunjangan sekarang
tergantung
pada
tinggkat
perekonomian
yang
berkembang saat ini. Tunjangan premi menurut R3,
premi khusus diberikan hanya bagi buruh/pekerja
yang bekerja pada
malam hari.Berikut penuturan
R3/Tetap :
“UMKnya sama, premi malamnya sama, premi
cutinya sama, hanya terpaut H1 tok. Kalau sift khn ada
premi malam, premi khusus itu kalalu yang disift lho ya.
Kalau premi itu malam tok. Kalau gaji kotor sekitar Rp.
1.400.000, kalau bersih paling Rp.900.000 itu kalau H1
masuk lho mba. H1 dapat Rp.105.000. Gaji bersih Rp
900.000 itu sudah di potong SAS (Simpanan Anak Sekolah)
di ambil setiap semester, SAT (simpanan akir tahun) di ambil
setiap desember, SHR (Simpanan Hari Raya) di ambil setiap
hari raya, masing-masing di tabung Rp.20.000 jadi semua
total potongannya Rp.500.00. H2 di ambil waktu pas
lahiran, tapi sekarang udah ga H2 lagi, H1 ga ambil kalau
pas H2. H2 dikasi sebelum dan sesudah melahirkan.”
Menurut R3, ada keseimbangan
upah, premi
malam, premi cuti antara buruh/pekerja perempuan
dan laki-laki, hanya terpaut ada H1 (hak cuti haid).
Buruh/pekerja perempuan yang mengalami masa haid,
akan
melaporkan
ke
bagian
administrasi
untuk
menganti klaim dengan uang. Sehingga upah yang
diterima buruh/pekerja perempuan lebih besar dari
pada buruh/pekerja laki-laki. Hal ini menunjukkan
bahwa
adanya
kesepakatan
bersama
antara
buruh/pekerja perempuan dengan perusahaan, yang
56
telah disepakati di dalam perjanjian kerja bersama.
Dari
wawancara
buruh/pekerja
dengan
perempuan
responden
tidak
kebanyakan
mengambil
cuti
haidnya seperti yang dimaksud dalam ketentuan UU
Ketenagakerjaan
bahawa
setiap
buruh/pekerja
perempuan bahwa ; “buruh/pekerja perempuan tidak
boleh diwajibkan bekerja pada hari pertama dan kedua
waktu haid. Pengusaha diwajibkan untuk memberikan
waktu istirahat bagi pekerja wanita pada waktu haid,
dengan mendapatkan upah”. Alasan buruh/pekerja
perempuan
untuk
tidak
mengambil
H1,
karena
buruh/pekerja perempuan lebih senag untuk bekerja
dan juga karena bertemu dengan teman-teman di
lingkungan kerja. Namun ada juga buruh/pekerja yang
mensiyasati waktu hak cuti haid jika ada keperluan
mendadak, maka H1 di ambil. Berikut penuturan
R2/Tetap :
“Laki-laki sama perempuan sama, cuma bedanya
H1, itu juga kalau ga laporan tetap UMK, kalau ada
keperluan ambil H1, ga pernah ambil H1, kalau ga kepepet
kita khn punya hak cuti, kalau hak cutinya habis kita ambil
H1. Kalau ga kepepet gitu khn ga ambil nti khn di ganti
uang.”
Dari paparan R2, menegaskan bahwa , H1 tidak
pernah di ambil tetap di ganti kalimnya dengan uang.
Apabila R2 mengambil hak cuti haidnya (H1), sesuai
dengan ketentuan UU
(tidak boleh bekerja pada hari
pertama dan kedua) upah yang diterima tetap sesuai
57
dengan UMK atau tidak dipotong ketika R2 mengalami
H1. Sehingga dapat disimpulakan bahwa, apabila
buruh/pekerja mengalami H1 maka ada keputusan
personal, buruh/pekerja tersebut mau mengambil H1
atau tidak mengambil H1, tetap buruh/pekerja tersebut
mendapatkan hak normatifnya (hak-hak dasarnya).
Selain itu juga, R2 dapat mensiyasati waktu cutinya,
apabila hak cuti tahunan sudah habis maka R2 dapat
menggunakan hak cuti haidnya (H1) jika
R2 ada
keperluan-keperluan mendadak dan harus ijin tidak
masuk kerja dengan alasan yang jelas.
Tentu dalam penerapannya perusahaan telah
menjalankan
aturan
pemerintah,
sesuai
dengan
ketentuan UU Ketenagakerjaan. Selain bonus berupa
peremi dan juga tunjangan-tinjangan yang diberikan
oleh peerusahaan kepada buruh/pekerja. Perusahaan
juga menjamin kesejahteraan buruh/pekerja dengan
menyediakan fasilitas-fasilitas yang menunjang kinerja
buruh/pekerja. Berikut penuturan R4/Kontrak :
“Fasilitas itu ya ada semua,ada Balai Pengobatan (BP)
Manuggal.”
R4 tidak menyebutkan semua fasilitas yang
disediakan, R4 hanya menyebutkan BP Manuggal atau
Balai Pengobatan Manuggal. Namun R5 menjelaskan
tentang fasilitas dan tunjangan kesejahteraan bagi
buruh/pekerja.
58
Berikut penuturan R5/Kontrak :
“Responden 1-6 bekerja di unit kerja atau bagian
kerja yang berbeda-berda sesuai dengan permintaan peneliti
agar dapat menjawab persoalan penelitian . Begitu juga
dengan 3 pekerja tetap dan 3 pekerja kontrak agar peneliti
dapat menjawab persoalan penelitian.”
Perusahaan juga menjamin keselamatan dan
kesehatan
kerja
dengan
memberikan
Jamsostek
(Jaminan Sosial Tenga Kerja) atau yang sekarang
dikenal dengan BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial). Selain itu juga, perusahaan menyediakan
fasilitas-fasilitas berupa tempat ibadah bagi umat
muslim umat kristen, BP Manuggal (Balai Pengobatan),
ruangan ASI, kamar mandi, ruang makan, koperasi dan
seragam ( skoret, masker, baju, topi, sepatu) semua
diberikan geratis dari pabrik, pengadaan sepatu kets
selalu diberikan geratis di bagi setiap satu sahun sekali
pada bulan september.
59
4.3.3
Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja terkait dengan penetapan jam
kerja, relasi antara atasan dan bawahan, relasi antara
buruh/pekerja
dan
juga
membahas
tentang
keselamatan dan kesehatan kerja. Perolehan data
berdasarkan hasil wawancara dengan responden R1-6,
peneliti
mengajukan
responden
yang
dalam
tujuh
hal
pertanyaan
ini
kepada
diharapkan
agar
mendapat gambaran tentang aspek lingkungan kerja.
Dalam hal ini penetapan jam kerja buruh/pekerja pada
umumnya maksimal kerja 7 jam dan 1 jam istirahat,
jadi total jam kerja buruh/pekerja adalah 8 jam dalam
satu hari. Berikut ini adalah deskripsi dari hasil
wawancara dengan responden (R3). Berikut penuturan
(R3/Kontrak) :
“Ya biasa hari ini, kerjanya...nyalakan mesin jam 6 pagi
mesinnya di kontrol terus, setelah itu ya istirahat, sampe
pulang jam 2.”
Penentuan jam kerja pada umumnya telah di
tetapkan
dalam
peraturan
Undang-Undang
Ketenagakerjaan No 13 Tahun 2003 Pasal 77 ayat (1)
disebutkan
setiap
pengusaha
wajib
melaksanakan
ketentuan waktu kerja satu harinya 8 jam sehari dan
40 jam dalam satu minggu untuk waktu kerja 5 hari
dalam satu minggu. Dalam penerapan jam kerja 8 jam
yang terdiri dari 7 jam kerja dan 1 jam istirahat.
60
Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan sangat
memperhatikan
dan
memanfaatkan
waktu
kerja
buruh/pekerja dengan sebaik-baiknya. Apabila ada
penambahan waktu jam kerja (kerja lembur) maka
perusahaan akan meminta buruh untuk bekerja sekitar
1-2 jam kerja. Jika ada permintaan produksi banyak
maka waktu kerja lembur akan di tambahkan pada sift
yang di tunjuk untuk bertanggung jawab. Adanya
sistem sift ini sangat membantu buruh/pekerja dalam
mengerjakan tugasnya masing-masing. Sistem shift ini
terdiri dari shift pagi pukul 06.00-14.00 WIB, shift
siang pukul 14.00-20.00 WIB dan shift malam pukul
22.00-06.00 WIB.
Buruh/pekerja yang bekerja pada
shift pagi akan melanjutkan pekerjaan dari sistem sift
malam, selanjutnya buruh/pekerja yang bekerja pada
shift siang akan melanjutkan pekerjaan dari shift pagi
dan selanjutnya buruh/pekerja yang bekerja pada shift
malam akan melanjutkan pekerjaan dari shift siang
dan seterusnya. Buruh/pekerja yang bekerja pada sift
siang akan melanjutkan lagi pekerjaan dari sift pagi,
demikian juga dengan sift malam akan mengerjakan
atau melanjutkan pekerjaan dari sift siang. Sedangkan
dalam penelitian ini mengambil sampel responden yang
bekerja pada sift pagi jam 06.00-13.00 WIB. Untuk
mendapatkan gambaran tentang relasi antara atasan
dan bawahan, juga relasi antara rekan kerja.
61
Berikut ini adalah hasil wawancara dengan
responden 2 (R2) dan responden (R6)
Berikut paparan dari (R2/Tetap) :
“Sama atasan juga ga ada masalah kita semua bekerja
seperti teman, baik atasan maupun bawahan. Tetapi kita juga
menghormati sebagai atasan kita, tapi kalau bekerja kita samasama.”
Dari paparan diatas menunjukkan bahwa adanya
hubungan relasi baik antara atasan dan bawahan,
tidak ada sekat yang memisahkan antara pimpinan
setempat
dengan
bawahan
sehingga
terciptanya
lingkungan yang harmonis. Selain itu ,selaku pimpinan
tidak hanya menyelesaikan pekerjaannya saja, tetapi
juga
pimpinan
turut
membantu
dan
memberikan
arahan kepada buruh/pekerja jika terjadi kesalahan
dalam
bekerja,
seperti
yang
dipaparkan
oleh
responden (R6) :
“Bagus sih...mba... di meeting kalau misal ada yang kurang
ini disuruh benerin, seminggu sekali kita meeting, biasanya setiap
hari sabtu.”
Setiap satu minggu sekali, Departement Spinning
melakukan evaluasi kerja yang diadakan pada setiap
hari sabtu. Tujuan dari meeting ini agar buruh/pekerja
bekerja lebih efektif dengan mengevaluasi pekerjaan
selama satu minggu. Relasi yang harmonis ini juga
dirasakan oleh R5 :
62
“Itu juga baik ya orangnya pasti yo diberi tau, cara-caranya,
misalkan : kalau mau ambil cuti gimana caranya, terus gimana cara
jalankan mesin, kalau mau ijin juga ke kabak, misalkan ada ijin
keluar ke kapluk terus ke kabak.”
Dari
tanggapan
(R5)
terhadap
atasan
menunjukkan bahwa pimpinan juga turut membantu
buruh/pekerja
yang
kurang
mengetahui
tentang
aturan-aturan cuti dan ijin kerja hal ini terjadi pada
buruh/pekerja kontrak. Pada awal masuk kerja setiap
buruh/pekerja diberi pelatihan selam 3 bulan di
lapangan (lingkungan pabrik), dalam pelatihan tersebut
buruh/pekerja
diajar
untuk
mengetahui
tentang
pekerjaan yang akan dikerjakan setelah training sesuai
dengan job instruction (instruksi kerja) atau diajarkan
cara-cara untuk menjalankan mesin.
Namun waktu pelatian selama 3 bulan kurang
efektif,
sehingga
kemugkinan
buruh/pekerja
lupa
tentang cara atau teknik-teknik dalam menjalankan
mesin.
Oleh
karena
itu
perusahaan
mengadakan
re_training yang berfungsi untuk mengulang kembali
atau mengingatkan kembali tentang bagai mana cara
atau teknik menggunakan mesin dengan aman dan
bekerja sesuai dengan standar kerja yang diterapkan
oleh perusahaan. Hal ini di upayakan oleh perusahaan
yang berguna untuk menigkatkan produktifitas buruh
dan
produktifitas
perusahaan.
Pada
pembahaan
selanjutnya akan menjelaskan tentang relasi antara
63
buruh/pekerja di dalam lingkungan pabrik. Berikut
penuturan dari (R4/Kontrak) :
“Sesama teman-teman juga enak-enak aja mba, penak koq
mba.”
Rata-rata pendapat responden tentang relasi
kerja antara rekan kerja buruh/pekerja menunjukkan
adanya hubungan yang baik antar rekan kerja. Jika
ada teman-teman yang sakit baik di rumah sakit
ataupun di rumah dan tidak masuk kerja selama 1
minggu, para buruh/pekerja berinisiatif untuk pergi
menjenguk rekan kerja mereka. Selain itu juga, jika ada
rekan kerja atau keluarga dari rekan kerja di pabrik
yang meniggal, mereka juga datang untuk memberi
dukungan atau semangat bagi rekan tersebut. Suasana
kekeluargaan ini juga merupakan implementasi dari
visi dan misi PT. Daya Manuggal. Untuk mengetahui
tentang keselamatan dan kesehatan kerja (K3), pada PT
Daya manuggal sangat mengutamakann Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) dengan bekerja sesuai
standar kerja yang sudah di tentukan oleh pabrik.
Berikut
ini
adalah
tanggapan
dari
(R3)
tentang
keselamatan kerja :
“Keselamatan kerja , bekerja sesuai dengan standar kerja
yang ada disini, tentang peraturan-peraturan disini. Bekerja sesuai
dengan standar kerja yang sudah ditentukan oleh pabrik pada tiaptiap bagian. “
64
Pada umumnya keselamatan kerja merupakan
hal
utama
perusahaan
dan
khususnya
bagi
buruh/pekerja agar mengurangi resiko kecelakan yang
terjadi pada saat bekerja. Hal ini dapat tercermin dari
penurun R3, bahawa buruh/pekerja bekerja dengan
standar kerja (ISO/ Internasional System Organisation)
yang baik agar dapat menigkatkan produktivitas kerja
yang
tinggi.
produksi
Menurut
Spinning,
perbincangan
standar
kerja
dengan
sudah
staf
terjamin
kualitasnya dengan sistem kerja sesuai standar ISO
9001:2008 (Standar Internasional) yang diakui dunia
untuk sertifikasi sistem secara keseluruhan. Standar
kerja yang dimaksud oleh R3 adalah standar kerja ISO
yang sudah diakui dunia , selain itu juga perusahaan
menerapkan peraturan-peraturan tertentu yang dibuat
oleh pabrik pada tiap-tiap bagian lokasi kerja, dengan
cara menempel aturan-aturan tertentu secara tertulis,
bendera K3, pamflet-pamflet berupa tulisan disertai
gambar-gambar yang merujuk kepada keamanan kerja.
Selain keselamatan kerja juga perusahaan menjamin
kesehatan
buruh/pekerja
dengan
diadakannya
program pemerintah seperti ; Jamsostek atau BPJS
Ketenagakerjaan. Adanya program jaminan kecelakaan
kerja (JKK) adalah untuk memberikan perlindungan
atas
resiko-resiko
kecelakaan
yang
terjadi
dalam
hubungan kerja dan penyakit yang disebabkan oleh
lingkungan kerja.
65
Sementara pembayaran pengobatan ditanggung
oleh pemberi kerja (perusahaan) dan besaran biaya
tergantung pada tingkat resiko langkungan kerja.
Berikut ini adalah tanggapan dari responden (R1) :
“Ya kalau disini khn memang, kalau misalkan ada yang
kecelakan kerja tetap ada jaminannya kayak asuransinya gitu.
Jamsostek (Jaminan sosial tenaga kerja), aku khn sendiri ada
asuransinya sendiri, jaminan sosial tenaga kerja kalau ada
kecelakaan kerja.”
Selain jaminan kecelakan kerja perusahaan juga
mengupayakan untuk mengurangi resiko kecelakan
kerja
dengan
menyediakan
peralatan
atau
perlengkapan kerja seperti, yang di utaran oleh R1 :
“Pake topi, sepatu itu khn buat keselamatan kerja, sepatu
khn harus pake sepatu ket itu, masker, skoret, yang paling penting
itukan masker, kalau operator khn harus pake masker.”
Menurut
hasil
wawancara,
hampir
semua
buruh/pekerja menjawab hal yang sama, adapun
peralatan yang di sediakan oleh pabrik yaitu ; seragam
biru, topi untuk menutupi kepala khusunya rambut,
sepatu kets diberikan gratis setiap tahun pada bulan
september, masker agar terhindar dari debu, kantong
skoret/kantong wis untuk mengisi kotoran/sisa benag.
Dari penuturan R1, masker merupakan hal terpenting
yang wajib di hunakan oleh buruh/pekerja agar
terhindar dari paparan debu dari sisa-sisa benag.
66
Hal ini ditekankan lagi oleh R2 :
“Kalau
kesehatan
khn
debunya
khn
banyak,
debunya terlalu banyak tapikan ada masker.”
Paparan
debu
yang
terlalu
banyak
menjadi
keluhan bagi buruh/pekerja, hal ini sangat menggangu
aktivitas kerja buruh secara keseluruhan. Debu yang
kasat mata, dan mudah terhirup ketika melepaskan
masker tentu akan menggangu kesehatan khusunya
saluran pernapasan dari buruh/pekerja yang bekerja di
lingkungan pabrik. Nampaknya keluhan R2 tentang
debu yang menggangu juga di rasakan oleh R5 :
“Disini ya apa menghirup kapas khn nganu debu, pake
masker masih tembus tiap hari masker diganti itu masih kena debu,
tetap masuk debunya”.
Meskipun masker yang digunakan selalu di ganti
setiap
hari,
penggunaannya
namun
dan
tidak
dapat
optimal
menggangu
dalam
kesehatan
buruh/pekerja. Hal ini menunjukkan masker yang
digunakan tersebut kemugkinan tipis sehingga mudah
di tembus oleh debu yang ada di lingkungan pabrik.
Oleh karena itu perlu bagi perusahaan atau pimpinan
setempat untuk memperhatikan jenis masker yang
digunakan atau megganti maker yang dibuat khusus
oleh pabrik dengan jenis kain yang lebih tebal agar
debu tidak mudah menembus masker yang di gunakan.
67
Hal ini, dilakukan untuk melindungi kesehatan
buruh/pekerja agar terhindar dari penyakit
disebabkan
oleh
keselamatan
kerja,
kesehatan
pekerjaan.
Selain
perusahaan
buruh/pekerja
juga
yang
yang
menjamin
menjamin
sakit
dengan
disediakannya fasilitas berupa Balai Pengobatan atau
biasa dikenal di lingkungan pabrik dengan sebutan BP
Manuggal.
Sementara
keberadan
BPJS
yang
merupakan program pemerintah tetap di kontrol atau
di bawah pengawasan perusahaan khusunya Balai
Pengobatan
Manuggal
(BP
Manuggal).
Pada
BP
Manuggal selain menyediakan obat-obatan, juga ada
dokter yang
dipercayakan untuk menagani masalah
penyakit yang di alami. Berikut adalah penuturan dari
(R1) :
“Kalau kesehatan misalnya kita sakit disini khn ada Balai
Pengobatan (BP Manuggal), terus akir-akir ini kita khn pakainya
BPJS. BPJS juga khn tetap di BP juga.”
Jamsostek
yang
di
maksud
adalah
BPJS
Ketenagakerjaan, perusahaan tidak hanya memberikan
jaminan kesehatan kepada tenaga kerja saja, tetapi
juga
bagi
anggota
keluarga
dari
buruh/pekerja
tersebut. Khususnya anggota keluarga buruh/pekerja
yang terdaftar di Kartu Keluarga (KK). Lain lagi halnya
pada tingkatan level staf, jenis fasilitas kesehatan yang
diberikan berbeda dengan buruh/pekerja, hal ini dapat
68
tercermin dari penuturan R3 yang adalah istri dari
salah satu staf di perusahaan. Berikut penuturan R3 :
“Kesehatan kerja pake blue inhealt, ikut bapak kalau
kayawan biasa itu BPJS. Inheale khn kesehatan swasta tapi pake
dokter pribadi. Ikut bapak semua sekeluarga, padahal aku khn
karyawan tapi peraturan ikut bapak.”
Untuk level staf diberikan fasilitas kesehatan
Blue Inhealt milik swasta dengan menggunakann dokter
pribadi,
sedangkan
bagi
buruh/pekerja
biasa
menggunakan BPJS dengan doktekter umum. Menurut
peraturan perusahaan, bagi suami dan istri bekerja di
dalam lingkungan pabrik dan suami atau kepala
keluarga menuduki jabatan tertentu di perusahaan,
maka jaminan
kesehatan yang diberikan perusahaan
harus mengikuti kepala keluarga menurut peraturan di
perusahaan.
4.3.4
Pelatihan Dan Kesempatan Kerja
Hal-hal yang terkait denga restrusi kerja yaitu ;
memberikan kesempatan kerja bagi buruh/pekerja
untuk mengembangkan diri, pelatian kerja/training,
instruksi kerja/ job decription. Berdasarkan wawancara
singkat dengan pimpinan setempat, untuk penigkatan
karier di Departemen Spinning, setiap buruh/pekerja
diberikan kesempatan yang sama untuk berkarir baik
itu perempuan atau laki-laki, tidak ada diskriminasi
dalam berkarir.
69
Kesempatan kerkarir bagi buruh/pekerja dilihat
dari
apsensi,kinerja,
kerajinan,
kecepatan
dan
ketepatan waktu kerja, dan ditunjuk langsung dari
pimpinan setempat untuk menduduki posisi atau
jabatan tertentu. Pekerja/buruh yang ditunjuk harus
mengikuti beberapa prosedur tes seperti : tes psikoloqi,
tes di lapangan (lingkungan pabrik), dan mengikuti
beberapa
traning dari perusahaan. Hal ini dilakukan
tentu untuk mengembagkan diri buruh/pekerja dan
perusahaan
dalam,
mempersiapkan
cikal
bakal
pemimpin yang baru untuk menduduki posisi tertentu,
apabila ada staf yang
resain, pensiun atau beberapa
kedudukan yang mugkin mendadak harus diganti atau
di tambahkan. Pelatian kerja/training
yang diadakan
oleh perusahaan bagi buruh/pekerja yang baru masuk
kerja, maka akan diberikan training selama tiga bulan,
menurut
penuturan
dari
beberapa
responden,
diantaranya R1 :
“Pelatihan kerja sebelumnya ada tiga bulan pelatian,
sesudah juga ada namanya re_training”
Tujuan dari pelatian kerja ini adalah untuk
memberi pengetahuan kepada buruh/pekerja yang
baru
masuk
kerja
di
pabrik
agar
buruh/pekerja
mengerti tentang kondisi pekerjaan yang akan di
kerjakan.
Dalam
kaitannya
dengan
manajement
produksi pada Departemen Spinning, buruh/pekerja
70
perempuan yang bekerja dengan
mesin di bagian
produksi benag, telah diberi pelatihan selama 3 bulan
untuk mengenal mesin-mesin yang akan digunakan,
tentang bagaimana cara kerja mesin , kegunaan mesin,
cara menghidupkan dan mematikan mesin.Seperti yang
di utaran oleh R5 :
“Kalau training waktu itu diajarin seleksi kapas terus
diajarin mencet tombol-tombol mesin sama cara kerjanya, terus
campuran kapas.”
Pada awal masuk kerja R5 diberi pelatihan
selama tiga bulan untuk mengenal pekerjaan yang
akan dikerjakan nanti, dalam pelatihan tersebut R5
diajarkan selekasi kapas, campuran kapas dan juga
mengenal tentang cara kerja mesin yang digunakan
dalam pengolahan kapas.Ada beberapa mesin yang
lama namun masih bisa beroperasi dengan baik dan
dijamin keamanan mesin ketika beroperasi. Dari hasil
pengamatan peneliti
setempat
di lapangan dengan pimpinan
meunjukkan
bagai
mana
cara
mesin
beroperasi, cara menghidupkan dan mematikan mesin.
Menurut pimpinan setempat hanya ada beberapa mesin
lama yang di gunakan dan hampir semua mesin yang
digunakan saat ini adalah mesin-mesin yang bekerja
secara
otomatis.
Ketika
buruh/pekerja
mendekati
mesin dalam jarak 1 meter mesin-mesin tersebut akan
berhenti secara otomatis dan ketika mesin ditinggalkan
mesin akan hidup kembali dalam jarak tertentu.
71
Sekitar 12 lebih mesin yang digunakan dalam
proses produksi benag diantaranya ; mesin blowing,
mesin carding, mesin drawing, mesin lap former, mesin
hl, mesin combing, mesin drawing, mesin roving, meisn
ring spinning, mesin winding,
dan mesin heat setter.
Menurut R3, pelatihan kerja diadakan setiap kali ada
buruh/pekerja yang baru masuk kerja di pabrik,
sedangkan buruh/pekerja yang lama diberi re_training
yang di adakan setiap satu tahun sekali, bertujuan
untuk mengulang kembali pekerjaan yang mugkin
buruh/pekerja
dilihat
juga
sudah
dari
lupa
tentang
kebutuhan
pekerjaannya,
perusahaan.
Selain
pelatihan selama tiga bulan bagi buruh yang baru
masuk kerja di pabrik, ada juga re_training yang
diadakan setiap satu tahun sekali, berikut penuturan
R3 :
“Pelatihan kerja itu tidak setiap hari, tidak setiap bulan,
setiap tahunnya ada. Pelatihan kerja itu ada kalau setiap kali ada
karyawan yang baru masuk. Kalau karyawan lama itu tidak pake
palatihan, dulu ada tiga bulan waktu awal masuk, kalau sekarang
adanya re_training”
Khusus bagi buruh yang baru masuk kerja di
beri training selama tiga bulan yang bertujuan untuk
memberi pengetahuan tentang kondisi pekerjaan yang
akan dikerjakan oleh buruh/pekerja. Sedangkan bagi
buruh/pekerja
yang
lama
diberi
re_training
yang
diadakan setiap satu tahun sekali dan tergantung dari
72
pengamatan
pimpinan
setempat
terkait
masalah
produksi yang mugkin tidak mencapai target. Oleh
karena itu, perusahaan megadakan re_training untuk.
Berikut ini adalah
ulasan dari R3 yang merupakan
buruh/pekerja tetap dengan pengalaman kerja selama
25 tahun terkait dengan re_training :
“Biasanya masalah produksi, misalnya kenapa bulan ini,
tahun ini, koq ga mencapai target...gi’mana !. Mungkin apa istirahat,
apa mungkin karyawan kurang, jadi diulang kembali. Standar kerja
yang dulu dipakai, diulangi kembali, karyawan harus menghemat
waktu jam istirahat atau ditinggal lama khn mesin mati ga
mencapai target. Karyawan lama khn ga harus mengulang, hemat
waktu, jam istirahat, jam masuk, pokoknya, harus hemat, biar
mencapai target itu gi’mana. cari solusi biar tercapai. Sam itu
standar kerja yang dulu khn dilupakan lah sekarang di ingatkan
kembali”
Dari
paparan
R3
sebelumnya
mengatakan
bahawa re_training di adakan setiap satu tahun sekali
bagi karyawan lama, tentu pengadaan re_training ini
juga berdasarkan evaluasi kerja mingguan yang di
adakan setiap hari sabtu seperti yang di ungkapkan
oleh R6. Fungsi dari re_training agar buruh/pekerja di
ingatkan kembali tentang standar kerja yang harus di
terapkan dalam proses produksi agar bekerja lebih
evektif. Terkait dengan masalah produksi seperti yang
di ungkapkan R3 tentu hal ini merujuk pada aspek
manajement produksi. Apabila produksi tidak mencapai
target, maka buruh/pekerja dituntut untuk
harus
meminimalkan waktu kerja dengan menghemat waktu
73
istirahat dan ketepatan jam masuk kerja, mengingat 7
jam kerja buruh/pekerja selama satu hari, sesuai
dengan aturan UU Ketenagakerjaan.
dan
tujuan
re_training
dari
perusahaan
Adapun upaya
dalam
mengadakan
adalah untuk menigkatkan produktivifitas
kerja
yang tinggi. Dengan cara meminimalkan jam
kerja
buruh/pekerja
dalam
menyelesaikan
suatu
pekerjaan pada tingkat kecepatan kerja yang normal
dengan beberapa alternatif sistem kerja, seperti yang di
ungkapkan oleh R3 yaitu ; menghemat waktu istirahat
dan jam masuk kerja (menghindari keterlambatan
masuk kerja). Hal ini diupayakan agar perusahaan
mendapatkan waktu baku penyelesaian pekerjaan,
yang dibutuhkan secara wajar, normal dan terbaik.
Terkait pengetahuan buruh tentang job description atau
instruksi
kerja,
pekerjaan
yang
ditangani
selama
bekerja. Dari hasil wawancara dengan responden, ratarata
semua
buruh/pekerja
memahami
tentang
prosedur kerja yang akan di kerjakan selama satu hari
kerja , berikut ini adalah paparan dari R1 :
“Kalau pertama khn pagi itu khn udah apsensi, yang
penting dari bagian saya sendiri khn asensi , terus
perhitungan produksi yang sudah dikerjakan operator nanti
khn ada tiga sift itu pagi, siang, malam, itu nanti hasilnya
dihitung, terus dilaporkan ke departement, itu lainnya ya
nanti khn ada yang backup, ada yang menyimpan texsit ada
perhitungan relist,”
74
Pada
umumnya
setiap
apsensi yang di lakukan
buruh/pekerja
wajib
awal masuk kerja bagi R1
apsensi adalah hal terpenting bagi dirinya dan pada
umumnya bagi setiap buruh/pekerja. Pada Depatement
Spinning memiliki apsensi atau pencatatan waktu
dengan pencatatan waktu hadir dan waktu pulang
kerja. Setelah itu R3 mengerjakan pekerjaannya dengan
melakukan perhitungan hasil produksi yang sudah
dikerjakan
pada
shift
sebelumnya
(sift
malam)
kemudian hasil produksi tersebut di laporkan ke
departement.
Data
yang
diperoleh
dari
hasil
perhitungan dicatat dan di laporkan ke departement
kemudian data tersebut di backup atau dibuat dalam
bentuk arsip data komputer agar data tersebut tidak
rusak
atau
hilang
sehingga
data
tersebut
dapat
digunakan kembali.
Sedangkan instruksi kerja/job descrition khusus
bagi perempuan yang hamil, diberi beban kerja yang
ringan agar tidak terjadi keguguran atau hal-hal tidak
diinginkan yang berkaitan dengan kehamilan, seperti
yang diungkapkan oleh responden R4 :
“Nimbang benang, hari ini nimbang aja mba, khn saya lagi
hamil jadi saya disuruh nimbang aja...sampe nanti 8 setengah
bulan, nanti khn ada cuti, sekarang ini baru 2 bulan hamil. Kalau
sebelum hamil, itu kerjanya masukin benang-benang dari bagian
kecil sampe ke besar, jadi bentuk e seng kecil...misalke seng kecil
itu dililit jadi besar.”
75
Adanya tolenransi dari perusahaan khusus bagi
buruh/pekerja yang hamil dapat dilihat dari penuturan
R4, yang mengatakan bahwa pekerjaan yang dikerjakan
saat ini adalah menimbang benag selama menjalani
masa kehamilan, sedangkan pekerjaan yang dikerjaka
sebelumnya
adalah
memasukkan
benag-benag
kemudian dililit dari kecil sampai menjadi lilitan benag
yang besar. Tentu pekerjaan sebelumnya lebih berat
dari pada jenis pekerjaan yang ditangani sekarang.
Pempatan
pekerjaan
R4
tentu
melewai
beberapa
pertimbangan dari perusahaan hal ini dikarena untuk
melindungi buruh/pekerja yang hamil. Sehingga R4
diberi pekerjaan yang ringan demi kesehatan ibu dan
janin yang dalam masa pertumbuhan. Selain itu juga
adanya peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah
terkait perlindungan buruh/pekerja perempuan yang
mengalami kehamilan. Perlindungan buruh/pekerja
yang hamil, diatur dalam UU Ketenagakerjaan No.13
Tahun 2003 Pasal 82 ayat (1). Hal ini menunjukkan
adanya kepatuhan perusahaan dalam menjalankan
peraturan
pemerintah
sesuai
dengan
UU
Ketenagakerjaan. Oleh karena itu, selama delapan
setengah bulan R4 bekerja di bagian menimbang berat
benag, setelah itu satu setengah bulan (1,5) sebelum
melahirkan buruh/pekerja diberi cuti melahirkan atau
hak cuti melahirkan (H2). Tentu selama buruh/pekerja
tersebut hamil, maka haknya untuk mendapatkan H1
76
(hak cuti haid) dan pesangon tidak diberikan. Setelah
melahirkan 1,5 bulan dan menurut perkiraan dokter
buruh tersebut bisa kembali bekerja, jika belum pulih
buruh tersebut wajib untuk melaporkan atau ijin
kepada pimpinan setempat. Hal ini juga dialami oleh R6
yang
juga
mengalami
kehamilan
dengan
masa
kandungan 8 bulan, berikut penuturan R6 :
ngecek berat benang. Kalau aku
“Masuk kerja terus
kerjanya di bagian ngecek berat ku