ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. T DE (1)

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. T DENGAN PERAWATAN LUKA PERINEUM POST EPISIOTOMI DI BPM PUJI SETIANI TEGAL MULYO MOJOSONGO SURAKARTA TAHUN 2013 KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma D III Kebidanan

Disusun oleh : YUNNI MEGAWATI NIM : B10 181

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA 2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul ”Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny. T dengan Perawatan Luka perineum Post Episiotomi di BPM Puji Setiani Tegal Mulyo Mojosongo Surakarta”.

Karya Tulis Imiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Imiah ini tidak diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT, selaku Ka.Prodi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta.

3. Ibu Arista Apriani, S.ST, selaku Pembimbing yang telah memberikan pengarahan, masukan dan motivasi kepada penulis.

4. Ibu Puji Setiani, Amd.Keb selaku Pimpinan BPM Puji Setiani Tegal Mulyo Mojosongo Surakarta yang telah memberi ijin kepada penulis untuk pengambilan data dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah.

5. Seluruh Dosen dan Staff Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan.

6. Bagian perpustakaan yang telah membantu penulis dalam memperoleh referensi dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Imiah ini masih banyak kekurangan, oleh karena saran sangat penulis harapkan demi kemajuan Studi Kasus selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, 2013

Penulis

Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Karya Tulis Ilmiah, Juli 2013 Yunni Megawati

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. T DENGAN PERAWATAN LUKA PERINEUM POST EPISIOTOMI DI BPM PUJI SETIANI TEGAL MULYO MOJOSONGO SURAKARTA TAHUN 2013

(Xiii + 75 halaman + 1 tabel + 14 Lampiran )

INTISARI

Latar Belakang : Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2007 melaporkan Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Diharapkan pada tahun 2010 AKI menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup. kematian ibu dengan penyumbang AKI terbesar adalah perdarahan 28%, eklampsia 24%, infeksi 11%, komplikasi puerperium 8%, dan partus macet 5 % (Depkes RI, 2008). Berdasarkan studi pendahuluan di BPM Puji Setiani Tegal Mulyo Mojosongo Surakarta, pada bulan September - Oktober 2012 diperoleh data jumlah ibu nifas 40 orang, robekan perineum karena tindakan episiotomi sebanyak 19 orang (47,5%). Tujuan :. Menerapkan asuhan kebidanan ibu nifas dengan perawatan luka perineum post episiotomi secara menyeluruh dengan menggunakan manajemen kebidanan yang terdiri 7 langkah Varney. Dapat menganalisa kesenjangan antara teori dan kasus nyata dilapangan termasuk faktor pendukung dan penghambat dan dapat memberikan alternatif pemecahan masalah. Metode Laporan Kasus : Pada karya tulis ilmiah ini menggunakan metode observasional deskriptif. Lokasi pengambilan kasus di BPM Puji Setiani Tegal Mulyo Mojosongo Surakarta. Subyek kasus adalah Ny. T P1A0 umur 24 tahun dengan perawatan luka perineum post episiotomi. Waktu studi kasus pada tanggal

10 Maret 2013 – 15 Maret 2013. Dengan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil Laporan Kasus : Asuhan Kebidanan pada Ny. T P1A0 dilakukan selama 6 hari dengan menggunakan pendekatan manejemen kebidanan menurut varney mulai dari pengkajian sampai evaluasi. Hasil dari pemberian asuhan kebidanan adalah keadaan umum ibu baik, tidak terjadi perdarahan, kontraksi uterus keras, luka episiotomi kering, sembuh dan tidak nyeri, tidak terjadi infeksi, ibu bisa melewati masa nifas dengan baik. Kesimpulan :. Dari asuhan kebidanan menurut 7 langkah varney terjadi kesenjangan antara teori dan praktik dilapangan, yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan perawatan luka perineum dengan menggunakan betadine dan salep gentamisin 0,1 mg.

Kata kunci : Asuhan Kebidanan, ibu nifas, perawatan luka perineum, post episiotomi Kepustakaan : 25 literatur ( Tahun 2004 s/d 2011 )

MOTTO

“Kesuksesan adalah hasil usaha kerja keras, ketekunan, kesabaran, kebenaran dalam tindak dan berfikir. Akhirnya menyerahkan segala sesuatu Kepada Yang Maha Kuasa”.

(RA. Kartini) “Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba, karena didalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk berhasil”. “Menjadi sukses itu bukanlah suatu kewajiban, yang menjadi kewajiban adalah perjuangan kita untuk menjadi sukses”. “Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba, karena didalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk berhasil”.

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati, karya tulis ilmiah ini penulis persembahkan :

1. Allah SWT yang telah memberi kelancaran dan kemudahan setiap kesulitan dalam pembuatan karya tulis ilmiah.

2. Ayah dan Ibu tercinta terima kasih atas doa restunya dan support setiap langkahku.

3. Adikku (Amanda Dwi Banuwati) yang selalu ku sayangi.

4. Seseorang yang telah menempatkan diri dihatiku (Supriyanto, Spd) yang selalu support dalam semua langkahku.

5. Temanku Evi Astuti yang selalu membantuku dalam hal apapun.

6. Teman – teman yang telah berpartisipasi dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini.

7. Bu Arista Apriani yang sabar membimbing dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

8. Almamaterku tercinta.

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Studi Kasus Lampiran 2. Surat Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 3. Surat ijin penggunaan lahan Lampiran 4. Surat keterangan pengambilan kasus Lampiran 5. Lembar Persetujuan Responden Lampiran 6. Format Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Lampiran 7. Lembar observasi Lampiran 8. SAP Perawatan perineum Lampiran 9. Leaflet perawatan perineum Lampiran 10. SAP ASI Eksklusif Lampiran 11. Leaflet ASI Eksklusif Lampiran 12. SAP KB MAL Lampiran 13. Leaflet KB MAL lampiran 14. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2007 melaporkan Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Diharapkan pada tahun 2010 AKI menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup. Menurut data Depkes RI (2008), secara nasional penyebab langsung kematian ibu dengan penyumbang AKI terbesar adalah perdarahan 28%, eklampsia 24%, infeksi 11%, komplikasi puerperium 8%, dan partus macet 5 % (Depkes RI, 2008).

Angka Kematian Ibu (AKI) di Jawa Tengah masih cukup tinggi, mencapai 128,96 per 100.000 kelahiran hidup selama tahun 2010. Angka sebanyak itu, jauh lebih tinggi dibandingkan target nasional pada tahun 2010 sebesar 125 per 100.000 kelahiran hidup (Kusumo, 2011).

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu (Wulandari dan Handayani, 2011). Episiotomi merupakan istilah untuk suatu insisi di perineum, tidak semua ibu memerlukan episiotomi untuk kelahiran namun pengalaman yang matang diperlukan untuk menentukan kapan episiotomi tidak diperlukan (Liu, 2007).

Luka pada perineum akibat episiotomi, ruptura, atau laserasi merupakan daerah yang tidak mudah untuk dijaga agar tetap bersih dan kering. Pada masa nifas, seorang ibu akan rentan terhadap infeksi. Untuk itu, menjaga kebersihan sangat penting untuk mencegah infeksi (Bahiyatun, 2009). Setelah buang air besar atau buang air kecil perineum dibersihkan secara rutin. Caranya yaitu dibersihkan dengan air hangat atau air bersih dan kassa steril (Uliyah, 2008). Sebelum dan sesudah membersihkan genetalia, ibu harus mencuci tangan sampai bersih. Pada waktu mencuci luka (episiotomi), ibu harus mencucinya dari arah depan ke belakang dan mencuci daerah anusnya yang terakhir (Bahiyatun, 2009). Jika dilakukan perawatan pada luka perineum post episiotomi maka akan mempercepat penyembuhan, sedangkan jika tidak dilakukan perawatan maka akan menyebabkan terjadinya infeksi (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

Berdasarkan studi pendahuluan di BPM Puji Setiani Tegal Mulyo Mojosongo Surakarta, pada bulan September - Oktober 2012 diperoleh data jumlah ibu nifas 40 orang, dengan robekan perineum karena ruptura sebanyak 12 orang (30%), robekan perineum karena tindakan episiotomi sebanyak 19 orang (47,5%), dan perineum utuh sebanyak 9 orang (22,5%).

Berdasarkan data diatas kasus ibu nifas dengan post episiotomi masih tinggi, maka dari itu penulis tertarik untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas pada Ny. T dengan Perawatan Luka prineum Post Episiotomi di BPM Puji Setiani Tegal Mulyo Mojosongo Surakarta” dengan menggunakan pendekatan manajemen Varney.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang diatas dapat dirumuskan yaitu : “Bagaimana memberikan asuhan kebidanan ibu nifas yang dilakukan pada Ny. T dengan perawatan luka perineum post episiotomi di BPM Puji Setiani Tegal Mulyo Mojosongo Surakarta dengan menggunakan manajemen Varney?”.

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum Untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan kebidanan ibu nifas dengan perawatan luka perineum post episiotomi dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney.

2. Tujuan Khusus

a. Diharapkan penulis mampu :

1) Melaksanakan pengkajian secara lengkap yang berkaitan dengan ibu nifas Ny. T dengan perawatan luka perineum post episiotomi.

2) Menginterprestasikan data serta merumuskan diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan pada ibu nifas Ny. T dengan perawatan luka perineum post episiotomi.

3) Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial pada ibu nifas

Ny. T dengan perawatan luka perineum post episiotomi.

4) Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain serta rujukan pada ibu nifas Ny. T dengan perawatan luka perineum post episiotomi.

5) Menyusun rencana asuhan kebidanan secara menyeluruh pada ibu nifas Ny.T dengan perawatan luka perineum post episiotomi.

6) Melaksanakan perencanaan secara efisien dan aman pada ibu nifas

Ny. T dengan perawatan luka perineum post episiotomi.

7) Mengevaluasi pada pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas

Ny. T dengan perawatan luka perineum post episiotomi.

b. Penulis mampu mengidentifikasi kesenjangan antara teori dan praktik dalam asuhan kebidanan ibu nifas Ny. T dengan perawatan luka perineum post episiotomi.

c. Penulis mampu memberikan alternatif pemecahan masalah pada ibu

nifas Ny. T dengan perawatan luka perineum post episiotomi.

D. Manfaat Studi Kasus

Hasil studi kasus diharapkan dapat memberi manfaat yaitu :

1. Bagi diri sendiri Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan perawatan luka Perineum post episiotomi.

2. Bagi profesi Dapat memberi tambahan ilmu pengetahuan dan pengembangan asuhan kebidanan serta meningkatkan keterampilan dalam memberikan atau melaksanakan asuhan kebidanan ibu nifas dengan perawatan luka perineum post episiotomi.

3. Bagi institusi

a. BPM Puji Setiani Dapat digunakan sebagai evaluasi dalam memberikan pelayanan pada ibu nifas dengan perawatan luka perineum post episiotomi di BPM Puji Setiani Surakarta.

b. Pendidikan Untuk menambah wacana bagi pembaca di perpustakaan dan informasi mengenai asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan perawatan luka perineum post episiotomi.

E. Keaslian Studi Kasus

Keaslian laporan kasus tentang Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dengan Perawatan Luka Post Episiotomi dengan menerapkan manajemen menurut Varney, sudah pernah dilakukan oleh :

1. Indriyatun Wahyu Sari (2006), dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Ny. W Nifas dengan Luka Episiotomi di RSMD Hidayah Kabupaten Sukoharjo”, indikasi dilakukan episiotomi karena mencegah robekan perineum kaku pada primipara. Asuhan kebidanan yang di berikan yaitu 1. Indriyatun Wahyu Sari (2006), dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Ny. W Nifas dengan Luka Episiotomi di RSMD Hidayah Kabupaten Sukoharjo”, indikasi dilakukan episiotomi karena mencegah robekan perineum kaku pada primipara. Asuhan kebidanan yang di berikan yaitu

2. Srini (2004), dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Ny. T dengan Perawatan Luka Post Episiotomi di RSUD Dr. Oen Surakarta”, indikasi dilakukan episiotomi karena perineum kaku dan primipara, asuhan yang diberikan yaitu perawatan luka episiotomi, dengan pemberian kompres betadine yang dilakukan 2 x/hari, dan pemberian terapi Amoxillin 500 mg 3 x 1, Metronidazol 500 mg 3 x 1, Fe 500 mg 1 x 1. Setelah dilakukan perawatan luka post episiotomi selama 10 hari ibu dapat melalui masa nifas dengan post episiotomi tanpa komplikasi lebih lanjut dan masalah dapat diatasi.

3. Widiyatmi A. (2007), dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Ny. P dengan Luka Perineum Post Episiotomi di Klinik Bersalin Puskesmas

II Baki Sukoharjo”. Dikarenakan luka masih terasa perih dan ibu belum mengerti cara membersihkan daerah luka pada kemaluannya. Setelah dilakukan pengawasan pelaksanaan rencana tindakan pada perawatan luka post episiotomi dengan pemberian kompres betadine yang dilakukan 2 x sehari dan mengonsumsi terapi berupa Amoxillin 500 mg 3 x 1, Suprabion 500 mg 3 x 1, asam Mefenamat 500 mg

3 x 1. ibu dapat melalui masa nifas dengan baik dan jahitan kering pada hari ke 5.

Perbedaan kasus yang dilakukan penulis pada saat ini dengan kasus yang terdahulu adalah lokasi, subyek, waktu dan asuhan yng diberikan. Persamaannya adalah cara perawatan luka perineum.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Karya Tulis Ilmiah secara berurutan meliputi : BAB I

PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan studi kasus, manfaat studi kasus, keaslian studi kasus, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang landasan teori yang meliputi teori medis dari ibu nifas, teori episiotomi, dan teori manajemen kebidanan menurut Varney yang berisi 7 langkah sebagai landasan pembahasan kasus (pengumpulan data dasar, interpretasi data, diagnosa kebidanan, masalah, kebutuhan, diagnosa potensial, tindakan segera reencana asuhan/ intervensi, pelaksanaan asuhan, evaluasi dengan pendokumentasian menggunakan subjektif, objektif, assesment, planning (SOAP) serta landasan hukum.

BAB III METODOLOGI Bab ini berisi tentang jenis studi kasus, lokasi pengambilan, subjek, dan instrumen kasus, serta teknik pengumpulan data dan alat-alat yang dibutuhkan dalam pengambilan studi kasus.

BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang beberapa kesenjangan teori dan praktik yang penulis temukan sewaktu pengambilan kasus di BPM Puji Setyani Tegal Mulyo Mojosongo Surakarta dengan pendekatan Asuhan Kebidanan Varney.

BAB V PENUTUP Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan inti pembahasan Asuhan Kebidanan pada ibu nifas dengan perawatan luka perineum post episiotomi. Saran merupakan alternatif pemecahan masalah hendaknya bersifat realistis dan operasional yang artinya saran itupun dapat dilaksanakan.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Medis Dari Kasus yang Diteliti

1. Nifas

a. Pengertian Nifas Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saleha, 2009).

Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra- hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 – 8 minggu (Wulandari dan Handayani, 2011).

Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil), masa nifas berlangsung selama kira- kira 6 minggu (Sulistyawati, 2009).

b. Tahapan Masa Nifas Menurut Dewi dan Sunarsih (2011), nifas dibagi menjadi 3 tahapan yaitu :

1) Puerperium dini Kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan, serta menjalankan aktivitas layaknya wanita normal lainnya.

2) Puerperium intermedial Suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genital yang lamanya 6 – 8 minggu.

3) Remote Puerperium Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, berbulan- bulan, atau tahunan.

c. Perubahan-perubahan Normal pada Uterus Selama Nifas Tabel 2.1. Perubahan Uterus Masa Nifas

Involusi Tinggi

Diameter Palpasi Uterus

Berat

uterus cervik Plasenta

fundus uteri

uterus

12,5 cm Lembut/ lahir

Setinggi

1000 gr

pusat lunak

2 cm (1 minggu) antara pusat shympisis

7 hari Pertengahan

500 gr

7,5 cm

1 cm (2 minggu)

14 hari Tidak teraba

350 gr

5 cm

6 minggu Normal

2,5 cm Menyempit Sumber : Wulandari dan Handayani (2011)

60 gr

d. Beberapa Perubahan Lain Pada Masa Nifas

1) Ligamen-ligamen Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis, serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur angsur mengecil kembali seperti sedia kala (Dewi dan Sunarsih, 2011).

2) Lochea Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama nifas. Proses keluarnya darah nifas atau lochea terdiri atas 4 tahapan yaitu :

a) Lochea rubra / merah (kruenta) Cairan yang keluar berwarna merah karena berisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi) dan mekonium.

b) Lochea sanguinolenta Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan berlendir. Berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum.

c) Lochea serosa Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, laukosit, dan robekan / laserasi plasenta. Muncul pada hari ke-7 sampai hari ke-14 post partum.

d) Lochea alba / putih Mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati. Lochea alba berlangsung selama 2 sampai 6 minggu post partum

(Wulandari dan Handayani, 2011).

3) Serviks Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus. Warna serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

4) Vulva dan vagina Vulva dan vagina mengalami penekanan yang sangat besar selama proses persalinan dan kembali secara bertahap dalam 6 – 8 minggu post partum (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

e. Perawatan Nifas / Post Partum Perawatan nifas meliputi :

1) Nutrisi dan cairan Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan banyak mengandung cairan. Ibu yang menyusui harus mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, vitamin yang cukup, minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (Saleha, 2009).

2) Ambulasi Disebut juga early ambulation. Early ambulation adalah kebijakan untuk selekas mungkin membimbing klien keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin untuk berjalan. Klien sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24 -

48 jam post partum (Wulandari dan Handayani, 2011).

3) Eliminasi

a) Miksi Miksi disebut normal bila dapat buang air kecil spontan setiap 3 - 4 jam. Ibu diusahakan dapat buang air kecil sendiri, bila tidak dilakukan dengan tindakan dirangsang dengan mengalirkan air kran di dekat klien atau dengan mengompres air hangat diatas simpisis, jika tidak berhasil dengan cara diatas maka dilakukan kateterisasi (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

b) Defekasi Biasanya 2 – 3 hari post partum masih sulit buang air besar. Jika klien pada hari ke-3 belum juga buang air besar maka diberikan laksan supositoria dan minum air hangat

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

4) Kebersihan diri

a) Perawatan perineum Apabila setelah buang air besar atau buang air kecil perineum dibersihkan secara rutin. Caranya dibersihkan dengan sabun yang lembut minimal 1 x sehari. Membersihkan dimulai dari simpisis sampai anal sehingga tidak terjadi infeksi. Ibu diberitahu caranya mengganti pembalut yaitu bagian dalam jangan sampai terkontaminasi oleh tangan. Pembalut yang sudah kotor harus diganti paling sedikit 4 x sehari. Sarankan ibu untuk cuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya (Wulandari dan Handayani, 2011).

b) Perawatan payudara (1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama

puting susu dengan menggunakan BH yang menyokong payudara.

(2) Apabila puting susu lecet oleskan colostrum atau ASI yang keluar pada sekitar puting susu setiap selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan dimulai dari putting yang tidak lecet.

(3) Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam, ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok.

(4) Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat diberikan paracetamol

1 tablet setiap 4 – 6 jam (Wulandari dan Handayani, 2011).

5) Istirahat Seorang wanita yang dalam masa nifas dan menyusui memerlukan waktu yang lebih banyak untuk istirahat karena sedang dalam proses penyembuhan terutama organ-organ reproduksi dan untuk kebutuhan menyusui bayinya. Bayi biasanya terjaga saat malam hari. Hal ini akan mengubah pola istirahat ibu. Oleh karena itu, ibu dianjurkan istirahat (tidur) saat bayi sedang tidur. Jika ibu kurang istirahat akan mengakibatkan berkurangnya jumlah produksi ASI, memperlambat proses involusi, memperbanyak perdarahan, 5) Istirahat Seorang wanita yang dalam masa nifas dan menyusui memerlukan waktu yang lebih banyak untuk istirahat karena sedang dalam proses penyembuhan terutama organ-organ reproduksi dan untuk kebutuhan menyusui bayinya. Bayi biasanya terjaga saat malam hari. Hal ini akan mengubah pola istirahat ibu. Oleh karena itu, ibu dianjurkan istirahat (tidur) saat bayi sedang tidur. Jika ibu kurang istirahat akan mengakibatkan berkurangnya jumlah produksi ASI, memperlambat proses involusi, memperbanyak perdarahan,

6) Seksual Apabila perdarahan telah berhenti dan episiotomi sudah sembuh maka coitus bisa dilakukan pada 3 - 4 minggu post partum. Secara fisik aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri, aman untuk melakukan hubungan suami istri (Wulandari dan Handayani, 2011).

7) Latihan / senam nifas Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu-ibu setelah melahirkan setelah keadaan tubuhnya pulih kembali. Senam nifas bertujuan untuk mempercepat penyembuhan, mencegah timbulnya komplikasi, serta memulihkan dan menguatkan otot- otot punggung, otot dasar panggul dan otot perut. Sebaiknya dilakukan secara bertahap dan terus menerus (kontinyu). Lakukan pengulangan setiap 5 gerakan dan tingkatan setiap hari sampai 10 x (Dewi dan Sunarsih, 2011).

f. Tujuan Masa Nifas Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), tujuan asuhan masa nifas dibagi menjadi dua yaitu :

1) Tujuan umum Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal mengasuh anak.

2) Tujuan khusus

a) Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologinya.

b) Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati / merujuk bila terjadi komplikasi pada bayinya.

c) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi dan perawatan bayi sehat.

d) Memberikan pelayanan keluarga berencana.

2. Episiotomi

a. Pengertian Episiotomi Episiotomi adalah insisi yang dibuat melalui perineum yang dilakukan sebelum melahirkan yang bertujuan untuk memperluas jalan keluar bayi hingga dapat mempermudah dalam melahirkan (Sujiyatini dkk, 2011).

b. Tujuan Episiotomi Menurut Sujiyatini dkk (2011), tujuan episiotomi adalah :

1) Membuat luka yang lurus sehingga mudah di jahit dan penyembuhannya lebih baik.

2) Mengurangi tekanan pada kepala anak.

3) Mempersingkat kala II.

4) Mengurangi kemungkinan ruptur perineum totalis pada episiotomi mediolateral dan median.

c. Indikasi Episiotomi Indikasi episiotomi adalah :

1) Gawat janin.

2) Persalinan pervaginam dengan penyulit, misalnya presbo,

distosia bahu, ekstraksi forcep, ekstraksi vacum.

3) Jaringan parut atau bekas pada perineum ataupun pada vagina.

4) Perineum kaku dan pendek.

5) Adanya ruptur pada perineum. (Widiastuti dkk, 2008)

6) Kepala janin besar dan janin besar.

7) Pada primigravida (para).

8) Pimpinan persalinan yang salah. (Mochtar, 2011)

d. Risiko Episiotomi Menurut Sujiyatini dkk (2011), risiko episiotomi dibagi 5 yaitu:

1) Kehilangan darah yang lebih banyak.

2) Pembentukan hematoma.

3) Kemungkinan infeksi lebih besar.

4) Introitus lebih lebar.

5) Luka lebih terbuka lagi.

e. Jenis Episiotomi Menurut Benson dkk (2009), sekarang ini hanya ada dua jenis episiotomi yang di gunakan yaitu :

1) Median Sayatan dimulai pada garis tengah komissura posterior lurus ke bawah tetapi tidak sampai mengenai serabut sfingter ani. Keuntungan dari episiotomi medialis ini adalah: perdarahan yang timbul dari luka episiotomi lebih sedikit oleh karena daerah yang relatif sedikit mengandung pembuluh darah. Sayatan bersifat simetris dan anatomis sehingga penjahitan kembali lebih mudah dan penyembuhan lebih memuaskan. Sedangkan kerugiannya adalah: dapat terjadi ruptur perineum tingkat III inkomplet (laserasi median sfingter ani) atau komplit (laserasi dinding rektum).

2) Mediolateral Sayatan di sini dimulai dari bagian belakang introitus vagina menuju ke arah belakang dan samping. Arah sayatan dapat dilakukan ke arah kanan ataupun kiri, tergantung pada kebiasaan orang yang melakukannya. Panjang sayatan kira-kira 4 cm. Sayatan di sini sengaja dilakukan menjauhi otot sfingter ani untuk mencegah ruptura perineum tingkat III. Perdarahan luka lebih banyak oleh karena melibatkan daerah yang banyak pembuluh darahnya. Otot- otot perineum terpotong sehingga penjahitan luka lebih sukar.

Dilakukan sedemikian rupa sehingga setelah penjahitan selesai hasilnya harus simetris.

f. Komplikasi Episiotomi Menurut Sujiyatini dkk (2011), komplikasi episiotomi adalah :

1) Nyeri post partum dan dispareunia. Rasa nyeri setelah melahirkan lebih sering dirasakan pada pasien bekas episiotomi, garis jahitan (sutura) episiotomi lebih menyebabkan rasa sakit.

2) Nyeri pada saat menstruasi pada bekas episiotomi.

3) Trauma perineum posterior berat.

4) Trauma perineum anterior.

5) Cedera dasar panggul dan inkontinensia urin dan feses.

6) Infeksi bekas episiotomi Infeksi lokal sekitar kulit dan fasia superfisial akan mudah timbul pada bekas insisi episiotomi.

g. Cara Melakukan Tindakan Episiotomi Menurut Sujiyatini dkk (2011), cara melakukan tindakan episiotomi adalah :

1) Pegang gunting dengan satu tangan.

2) Letakkan jari telunjuk dan jari tengah diantara kepala bayi dan

perineum, searah dengan rencana sayatan.

3) Tunggu fase puncak his, kemudian selipkan gunting dalam keadaan

terbuka diantara jari telunjuk dan tengah.

4) Gunting perineum, dimulai dari komissura posterior 45 derajat ke lateral (kiri atau kanan).

5) Lanjutkan pimpinan persalinan.

h. Perawatan Luka Perineum (Luka post episiotomi) Perawatan luka perineum (Luka post episiotomi) adalah sebagai berikut:

1) Menjaga agar perineum selalu bersih dan kering.

2) Menghindari penggunaan obat-obat trandisional pada perineumnya. (Wiknjosastro, 2008).

3) Merawat luka perineum dengan teknik septik aseptik yaitu dengan cara dibersihkan dengan air hangat atau air bersih dan kassa steril (Uliyah, 2008)

4) Melakukan mobilisasi dini setelah 8 jam/ lebih post partum dengan cara miring ke kanan atau ke kiri (Saleha, 2009).

5) Memberikan Memberikan obat Ampisilin 2 gr diminum 4 x per hari selama 5 hari (Thompson, 2008).

6) Melakukan kunjungan ulang dalam seminggu untuk memeriksa penyembuhan lukanya (Wiknjosastro, 2008).

B. Teori Asuhan Kebidanan Menurut Varney

1. Pengertian Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode supaya dapat mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, ketrampilan dalam rangkaian/ 1. Pengertian Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode supaya dapat mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, ketrampilan dalam rangkaian/

2. Proses Manajemen Asuhan Kebidanan Proses manajemen menurut varney ada 7 langkah mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi :

a. Langkah 1 : Pengkajian Data

Dalam langkah pertama ini di kumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Agar memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda- tanda vital, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang (Varney, 2004). Proses pengumpulan data dasar mencakup subyektif dan obyektif :

1) Data Subyektif Adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadan pasien dan mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien (Wulandari dan Handayani, 2011).

a) Biodata pasien Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), pengkajian biodata antara lain : (1) Nama

Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggila sehari- hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan.

(2) Umur Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat - alat reproduksi belum matang, mental, dan psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas.

(3) Agama Untuk mengetahui keyakinan pasien untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa.

(4) Pendidikan Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya.

(5) Suku/ bangsa Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari- hari. (6) Pekerjaan Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut.

(7) Alamat Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan.

b) Keluhan Utama Adalah untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan masa nifas, keluhan pada ibu nifas dengan luka perineum post episiotomi yaitu nyeri pada jalan lahir karena adanya jahitan (Alimul, 2006).

c) Riwayat Kesehatan Menurut Varney (2007), riwayat penyakit kesehatan meliputi : (1) Riwayat kesehatan sekarang

Untuk mengetahui keadaan pasien saat ini dan mengetahui adakah penyakit lain seperti batuk, pilek, demam.

(2) Riwayat penyakit sistemik Untuk mengetahui apakah klien pernah menderita jantung, ginjal, asma/TBC, hepatitis, Diabetes Militus (DM), hipertensi, epilepsi, dan penyakit lainnya.

(3) Riwayat penyakit keluarga Untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit menurun seperti : jantung, hipertensi, dan Diabetes Militus dan penyakit menular seperti TBC, hepatitis, HIV/AIDS.

(4) Riwayat keturunan kembar Untuk mengetahui apakah dalam keluarganya dan suaminya ada yang memiliki keturunan kembar.

(5) Riwayat operasi Untuk mengetahui apakah klien sudah pernah mengalami operasi apapun.

d) Riwayat Menstruasi Untuk mengetahui saat menarche, siklus, lamanya haid, banyaknya darah, haid teratur atau tidak, sifat darah (cair atau ada bekuan, warnanya, baunya), dismenorhoe (Suherni, 2008).

e) Riwayat Keluarga Berencana (KB) Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, ada keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi (Wulandari dan Handayani, 2011).

f) Riwayat Perkawinan Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah syah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya sehingga akan mempengaruhi proses nifas (Wulandari dan Handayani, 2011).

g) Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu Menurut Varney (2007), riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu, meliputi : (1) Kehamilan

Untuk mengetahui berapa umur kehamilan (2) Persalinan Spontan/ buatan, ditolong oleh siapa.

(3) Nifas

Keadaan klien baik/ tidak, bagaimana proses laktasinya. (4) Anak Jenis kelamin, berat badan, panjang badan. (5) Keadaan anak sekarang Hidup/ tidak, sehat/ tidak.

h) Pola Kebiasaan Sehari-hari (1) Nutrisi

Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan (Wulandari dan Handayani, 2011).

(2) Eliminasi Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi warna, jumlah (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(3) Istirahat Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur, kebiasaan pasien sebelum tidur misalnya membaca, mendengarkan musik, kebiasaan mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu luang. Istirahat sangat penting bagi ibu masa nifas karena dengan istirahat yang cukup dapat mempercepat penyembuhan (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(4) Keadaan psikososial Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Wanita mengalami banyak perubahan emosi/ psikososial selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Cukup sering ibu menunjukkan depresi ringan beberapa hari setelah kelahiran. Depresi tersebut sering disebut sebagai post partum blues (Wulandari dan Handayani, 2011).

(5) Riwayat sosial budaya Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan pada khususnya pada masa nifas misalnya pada kebiasaan pantang makan (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(6) Pemakaian obat – obat / perokok Dikaji untuk mengetahui pemakaian obat-obatan selain dari bidan atau tidak, klien merokok atau tidak, suami merokok atau tidak (Alimul, 2006).

2) Data Obyektif Adalah data yang diambil dari pemeriksaan fisik pada pasien (Alimul, 2006).

a) Status Generalis (1) Keadaaan umum

Untuk mengetahui keadaan umum klien apakah baik, sedang, buruk (Alimul, 2006).

(2) Kesadaran Untuk mengetahui tingkatan kesadaran ibu, tingkat kesadaran ibu seperti composmentis, apatis, somnolen, soporocomatis, koma (Alimul, 2006).

(3) Tanda – Tanda Vital (TTV) (a) Tekanan darah Untuk mengetahui tekanan darah klien, normal 120/80 mmHg (Varney, 2007). Apabila tekanan darah diatas 140/90 mmHg terjadi hipertensi (Wiknjosastro, 2010).

(b) Suhu Untuk mengetahui ada peningkatan suhu tubuh/ tidak, normalnya suhu tubuh (36,5 0 C – 37,6 0 C) (Perry, 2005). (c) Nadi Untuk mengetahui denyut nadi klien dengan menghitung dalam 1 menit, nadi normal 60 – 100 x/ menit (Perry, 2005).

(d) Respirasi Untuk mengetahui frekuensi pernafasan yang dihitung dalam 1 menit, respirasi normal 16 – 20 x/ menit (Perry, 2005).

(4) Tinggi badan Untuk mengetahui tinggi badan klien (Perry, 2005). (5) Berat Badan sebelum hamil

Untuk mengetahui adanya kenaikan berat badan sebelum hamil (Alimul, 2006).

(6) Berat Badan sekarang

Untuk mengetahui berat badan ibu sekarang (Alimul, 2006). (7) LILA Untuk mengetahui lingkar lengan atas klien normal/ tidak, normalnya 23,5 cm, termasuk faktor resiko tinggi (KEK) penanganannya dengan perbaikan gizi (Perry, 2005).

b) Pemeriksaan Sistematis (1) Kepala (a) Rambut Untuk mengetahui rambut klien bersih/ tidak, ada ketombe/ tidak, rontok/ tidak (Manuaba, 2009).

(b) Muka Untuk mengetahui ada oedema atau tidak, pucat atau tidak (Wiknjosastro, 2008).

(c) Mata Untuk menilai warna kantung conjungtiva, warna sklera, mata strabismus (juling) atau tidak (Varney, 2007).

(d) Hidung Untuk mengetahui simetris/ tidak, ada benjolan/ tidak (Varney, 2007).

(e) Telinga Untuk mengetahui simetris/tidak, ada serumen/tidak, bersih/tidak (Alimul, 2006).

(f) Mulut/ gusi/ gigi Untuk mengetahui ada stomatitis/ tidak, ada caries/ tidak, berdarah/ tidak (Wiknjosastro, 2008).

(2) Leher Untuk mengetahui adakah pembesaran pada kelenjar gondok, tumor/ tidak, kelenjar limfe tidak (Alimul, 2008).

(3) Dada dan Axilla Dikaji untuk mengetahui hasil pemeriksaan yang dilakukan pada pemeriksaan dada dan axilla meliputi : (a) Mammae

Ada pembesaran/ tidak, ada benjolan/ tidak, simetris/ tidak, areola hyperpigmentasi/ tidak puting susu menonjol/ tidak kolustrum sudah keluar/ belum (Varney, 2004).

(b) Axilla Adakah benjolan/ tidak, nyeri tekan/ tidak (Varney, 2004). (4) Ekstermitas Atas/ tangan

: Apakah ada oedema/ tidak, jari lengkap/ tidak, ada kelainan/ tidak. Bawah/ kaki

: Apakah ada varices/ tidak, oedema/ tidak, jari lengkap/ tidak, ada kelainan/ tidak. (Wiknjosastro, 2010).

c) Pemeriksaan Khusus Obstetri (Lokalis) (1) Abdomen (a) Inspeksi Adakah pembesaran perut, bentuk perut, linia Alba/nigra, strie albican/ livide, ada kelainan/ tidak (Varney, 2004).

(b) Palpasi Untuk mengetahui bagaimana kontraksinya, berapa tinggi fundus uterinya, kandung kemih kosong/ penuh (Dewi dan Sunarsih, 2011).

(2) Anogenital (a) Vulva vagina Untuk mengetahui adakah varices/ tidak, kemerahan/ tidak, nyeri/ tidak, ada benjolan bartholini/ tidak, ada pengeluaran pervaginam/tidak.

(b) Perineum Untuk mengetahui adakah bekas luka/ tidak (Varney, 2007). Pada kasus ibu nifas dengan post episitomi ditemukan pada perineum ada luka jahitan yang warnanya merah, pada perineum terdapat odema ringan dan warnanya kebiruan normal dan ada nyeri tekan (Ladewig, 2011).

(c) Anus Untuk

mengetahui adakah haemorhoid/ tidak (Wiknjosastro, 2010).

(d) Inspekulo Pemeriksaan vagina : Ada pembengkakan/ tidak, ada benjolan/ tidak. Pemeriksaan porsio uteri : Adakah perlukaan/ tidak, tertutup cairan/ lendir, ada kelainan/tidak (Prawirohardjo, 2005).

d) Pemeriksaan penunjang Untuk mengetahui hasil pemeriksaan laboratorium dan penunjang lain (Varney, 2007). Pada kasus perawatan luka perineum post episiotomi pemeriksaan laboratorim tidak dilakukan.

b. Langkah II : Interprestasi Data

Menginterprestasikan data agar mengidentifikasikan diagnosa atau masalah. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik (Varney, 2004).

1) Diagnosa Kebidanan Diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan (Varney, 2004). Diagnosa kebidanan ibu nifas dengan perawatan luka perineum post episiotomi : Ny...P...A...umur...tahun, 2 jam post partum dengan luka perineum post episiotomi.

Data Dasar

a) Data Subjektif Data Subjektif pada ibu nifas dengan luka perineum post episiotomi : Ibu mengatakan nyeri pada luka jahitan (Alimul, 2006).

b) Data Objektif Data obyektif pada ibu nifas dengan keadaan umum luka perineum post episiotomi yaitu: (1) Pada perineum terdapat edema ringan dan warna kebiruan

yang normal. (2) Terdapat bekas luka post episiotomi yang dijahit yang warnanya merah. (3) Adanya nyeri tekan. (Ladewig, 2011).

2) Masalah Adalah masalah yang timbul berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian yang menyertai diagnosa (Varney, 2004). Masalah yang sering muncul dalam kasus ini adalah ibu merasa nyeri pada luka jahitan di perineum karena post episiotomi (Suherni, 2008).

3) Kebutuhan Adalah kebutuhan yang dibutuhkan oleh pasien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa masalah yang didapat dengan 3) Kebutuhan Adalah kebutuhan yang dibutuhkan oleh pasien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa masalah yang didapat dengan

c. Langkah III : Diagnosa Potensial

Merupakan hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian yang menyertai diagnosa (Varney, 2004). Diagnosa potensial yang terjadi pada ibu nifas dengan perawatan luka perineum post episiotomi yang mungkin terjadi adalah terjadinya infeksi pada luka jahitan perineum (Uliyah, 2006).

d. Langkah IV : Tindakan Segera

Menunjukkan bahwa bidan dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah atau kebutuhan yang dihadapi kliennya, setelah bidan merumuskan tindakan yang dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa masalah potensial yang sebelumnya (Varney, 2004). Antisipasi untuk pada kasus perawatan luka perineum post episiotomi dengan melakukan perawatan luka perineum post episiotomi yaitu jahitan dirawat dengan cara dibersihkan dengan air hangat atau air bersih dan kassa steril (Uliyah, 2008). Serta memberikan obat Amoxillin 500 mg 3 x 1/ tablet, Asam mefenamat 500 mg 3 x 1/ tablet, Vitamin A 200.000 unit 1 x 1 (tablet), Tablet Fe

40 tablet 1 x 1 (Thompson, 2008).

e. Langkah V : Rencana Tindakan

Ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya, langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau antispasi pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi (Varney, 2004). Rencana asuhan yang diberikan pada ibu nifas dengan perawatan luka post episiotomi adalah :

1) KIE tentang rasa nyeri pada luka jahitan dan rasa mules pada perut.

2) Anjurkan ibu untuk menjaga agar perineum selalu bersih dan kering.

3) Anjurkan ibu untuk menghindari penggunaan obat-obat trandisional pada perineumnya. (Wiknjosastro, 2008)

4) Lakukan perawatan luka perineum dengan teknik aseptik dengan cara menggunakan air hangat atau air bersih dan kassa steril (Uliyah, 2008).

5) Ajarkan ibu tentang teknik relaksasi (Saleha, 2009).

6) Anjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene (Suherni, 2008).

7) Berikan terapi obat Amoxillin 500 mg 3 x 1 tablet, Asam mefenamat 500 mg 3 x 1 tablet, Vitamin A 200.000 unit 1 x 1, Tablet Fe 40 tablet 1 x 1 (Thompson, 2008).

8) Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang dalam seminggu untuk memeriksa penyembuhan lukanya (Wiknjosastro, 2008).

f. Langkah VI : Pelaksanaan

Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan yang menyeluruh seperti yang diuraikan pada langkah kelima, dilaksaanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini dapat dilakukan oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh klien atau tenaga lainnya (Varney, 2004). Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan perawatan luka post episiotomi sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.

g. Langkah VII : Evaluasi

Pada langkah ini dilakukaan evaluasi keefektifan dari asuhan yang telah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar telah dipenuhi sesui dengan kebutuhan sebagaimana rencana tersebut dapat dianggap efektif dalam pelaksaanaannya (Varney, 2004).

Evaluasi pada ibu nifas dengan perawatan luka perineum post episiotomi adalah :

1) Luka perineum post episiotomi tidak ada nyeri, tidak oedem, sembuh dan kering, serta tidak ada infeksi (Ledewiq, 2011)

2) Ibu bisa melewati masa nifas dengan baik (Suherni, 2008).

Data Perkembangan SOAP

Data perkembangan menggunakan SOAP menurut Varney (2004), yaitu :

1. Subjektif : Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa.

2. Objektif : Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung assesment.

3. Assesment : Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interprestasi data Subjektif dan Objektif dalam suatu identifikasi diagnosa/masalah, antisipasi diagnosa/ masalah, perlunya tindakan segera oleh bidan/ dokter dan konsultasi kolaborasi.

4. Planning : Menggambarkan pendokumentasian dan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi berdasarkan assesment.

C. Landasan Hukum

Dalam Permenkes Nomor HK.02.02/MENKES/1464/2010 pasal 10 tentang penyelenggaraan praktik. Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi :

1. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf a diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan.

2. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :

a. Pelayanan konseling pada masa pra hamil

b. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal

c. Pelayanan persalinan normal

d. Pelayanan ibu nifas normal

e. Pelayanan ibu menyusui

f. Pelayanan konseling antara dua masa kehamilan

3. Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berwenang untuk :

a. Episiotomi

b. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II

c. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan

d. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil

e. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas

f. Fasilitasi/ bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi ASI eksklusif

g. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala III dan post partum

h. Penyuluhan dan konseling

i. Bimbingan pada kelompok ibu hamil j. Pemberian surat keterangan kematian, dan k. Pemberian surat keterangan cuti bersalin

(Kepmenkes, 2010).

BAB III METODOLOGI

A. Jenis Studi Kasus

Penyusunan Karya Tulis Ilmiah menggunakan bentuk laporan studi kasus dengan menggunakan metode observasional deskriptif. Observasional yaitu kasus yang dilakukan dengan cara pengamatan / observasi. Deskriptif yaitu suatu metode yang digunakan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keaadaan secara obyektif (Arikunto, 2010). Studi kasus adalah laporan yang dilaksanakan dengan cara meneliti suatu permasalahan studi kasus melalui suatu yang terdiri dari unit tunggal (Notoatmodjo, 2005). Studi kasus ini termasuk asuhan kebidanan 7 langkah varney dari pengumpulan data sampai evaluasi dan data perkembangan termasuk SOAP.

B. Lokasi Studi Kasus

Lokasi merupakan tempat dimana pengambilan kasus dilaksanakan (Notoatmodjo, 2010). Pengambilan kasus ini dilakukan di BPM Puji Setiani Tegal Mulyo Mojosongo Surakarta.

C. Subjek Studi kasus

Subjek studi kasus adalah subjek yang dituju pada saat pelaksanaan studi kasus (Notoatmodjo, 2010). Pada studi kasus ini subjeknya adalah ibu nifas

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25