Pengembangan modul pembelajaran IPA untuk menumbuhkan sikap peduli lingkungan kelas IV di SD BOPKRI Gondolayu dengan pendekatan PPR

(1)

PENGEMBANGAN MODUL PELAJARAN IPA

UNTUK MENUMBUHKAN SIKAP PEDULI LINGKUNGAN

KELAS IV DI SD BOPKRI GONDOLAYU

DENGAN PENDEKATAN PPR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

ONGKO HUTAMA ELYAS NIM : 131134132

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

i

PENGEMBANGAN MODUL PELAJARAN IPA

UNTUK MENUMBUHKAN SIKAP PEDULI LINGKUNGAN

KELAS IV DI SD BOPKRI GONDOLAYU

DENGAN PENDEKATAN PPR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

ONGKO HUTAMA ELYAS NIM : 131134132

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(3)

ii

SKRIPSI

PENGEMBANGAN MODUL PELAJARAN IPA

UNTUK MENUMBUHKAN SIKAP PEDULI LINGKUNGAN KELAS IV DI SD BOPKRI GONDOLAYU DENGAN PENDEKATAN PPR

Oleh:

Ongko Hutama Elyas

NIM : 131134132

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I

Eny Winarti, M.Hum., Ph.D. Tanggal 1 Maret 2017

Pembimbing II


(4)

iii

SKRIPSI

PENGEMBANGAN MODUL PELAJARAN IPA

UNTUK MENUMBUHKAN SIKAP PEDULI LINGKUNGAN KELAS IV DI SD BOPKRI GONDOLAYU DENGAN PENDEKATAN PPR

Dipersiapkan dan ditulis oleh:

Ongko Hutama Elyas NIM : 131134132

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 15 Maret 2017

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. ... Sekretaris : Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. ... Anggota I : Eny Winarti, M.Hum., Ph.D. ... Anggota II : Wahyu Wido Sari, S.Si., M. Biotech. ... Anggota III : Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. ...

Yogyakarta, 15 Maret 2017

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan,


(5)

iv

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk:

1. Kedua orangtua tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, motivasi, dan dukungannya sehingga penulis mampu menyandang gelar sarjana pendidikan. 2. Kakak yang selalu memberi dukungan dan mendoakan penulis.


(6)

v

MOTTO

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga,

tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah

dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.


(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan atau daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 15 Maret 2017

Peneliti


(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Ongko Hutama Elyas

Nomor Mahasiswa : 131134132

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENGEMBANGAN MODUL PELAJARAN IPA UNTUK

MENUMBUHKAN SIKAP PEDULI LINGKUNGAN KELAS IV DI SD

BOPKRI GONDOLAYU DENGAN PENDEKATAN PPR

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan, mendistribusikan secaa terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberi royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penuis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 15 Maret 2017 Yang menyatakan


(9)

viii

ABSTRAK

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENUMBUHKAN SIKAP PEDULI LINGKUNGAN KELAS IV DI SD

BOPKRI GONDOLAYU DENGAN PENDEKATAN PPR.

Ongko Hutama Elyas Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan yang didasari dengan analisis kebutuhan. Peneliti melakukan observasi, wawancara dan menyebarkan kuesioner untuk mengetahui kebutuhan guru dan siswa. Dari hasil analisis kebutuhan di SD BOPKRI Gondolayu tersebut, peneliti mendapatkan data bahwa sikap peduli siswa terhadap lingkungan masih kurang dan perlu ditingkatkan. Guru juga membutuhkan modul pembelajaran yang dapat mengajarkan sikap peduli lingkungan.

Oleh karena itu, peneliti terdorong untuk mengembangkan produk berupa modul pembelajaran IPA untuk menumbuhkan sikap peduli lingkungan siswa dengan pendekatan PPR. Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development). Penelitian ini menggunakan 5 tahapan dari Tomlinsson. Tahapan tersebut meliputi: (1) analisis kebutuhan, (2) desain, (3) implementasi, (4) evaluasi, (5) revisi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui cara mengembangkan modul pelajaran IPA kelas IV untuk menumbuhkan sikap peduli lingkungan, mengetahui kualitas modul pelajaran IPA kelas IV untuk menumbuhkan sikap peduli lingkungan, mengetahui pengaruh penggunaan modul pelajaran IPA kelas IV untuk menumbuhkan sikap peduli lingkungan.

Hasil penelitian berdasarkan persepsi siswa terhadap modul pembelajaran IPA untuk menumbuhkan sikap peduli lingkungan siswa kelas IV SD mendapatkan skor rata-rata 3,08 dengan kategori baik. Hasil observasi yang dilakukan selama implementasi modul pembelajaran IPA menunjukkan bahwa modul pembelajaran IPA sudah memenuhi 8 kriteria pengembangan menurut tomlinson, sehingga modul pembelajaran IPA layak untuk digunakan. Serta pengaruh penggunaan modul pembelajaran IPA dapat membuat siswa menjadi terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan menumbuhkan sikap peduli lingkungan pada siswa (humanis). Membuat siswa tertarik, memunculkan rasa ingn tahu, dan muncul kesadaran untuk menjaga lingkungan (kesadaran kritis). Membuat siswa berani untuk mengungkapkan pendapatnya dan saling bertukar pendapat antara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa (mempertanyakan sistem).


(10)

ix

ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF LEARNING MODULE SCIENCE TO GROW ATTITUDE CARING ENVIRONMENT CLASS IV IN PRIMARY SCHOOLS BOPKRI GONDOLAYU WITH THE APPROACH PPR

Ongko Hutama Elyas

Sanata Dharma University 2017

This study is a research and development based on the needs analysis. Researchers conducted observations, interviews and distributed questionnaires to find out the analysis of the needs of teachers and students. From the analysis of the needs in elementary BOPKRI Gondolayu, the researchers have shown that caring attitude of students towards the environment is still lacking and needs to be improved. Teachers also need a learning module that can mengajarakn environmentally conscious attitude.

Therefore, researchers are encouraged to develop products such as science learning modules to cultivate a caring attitude to the environment students PPR approach. This research is a research and development (Research and Development). This study uses five stages of Tomlinsson. These stages include: (1) analysis of needs, (2) design of the product, (3) implementation, (4) evaluation, (5) a revision. The purpose of this research is to know how to develop modules for teaching science classes IV to cultivate an attitude of care for the environment, knowing the quality of the fourth grade science lesson modules to cultivate an attitude of care for the environment, know the influence of the fourth grade science lesson modules to cultivate an attitude of care for the environment.

The results based on students perceptions of science learning modules to foster environmentally conscious attitude fourth grade students receive an average score of 3.08 in both categories. The results of observations made during the implementation of the module learning science shows that science learning modules already meet eight criteria of development according to Tomlinson, so science learning module unfit for use. As well as the effect of the use of learning modules IPA can make the students actively involved in learning and foster a caring attitude to the environment students (humanist). Make students interested, bring a ingn know, and the awareness to protect the environment (critical consciousness). Make students dare to express their opinions and exchange ideas between students and teachers and students with a student (questioning the system).


(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatnya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul:

PENGEMBANGAN MODUL PELAJARAN IPA UNTUK ENUMBUHKAN

SIKAP PEDULI LINGKUNGAN KELAS IV DI SD BOPKRI GONDOLAYU

DENGAN PENDEKATAN PPR, skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi

persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Peneliti menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu serta memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi ini sampai selesai. Pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

4. Eny Winarti, Ph. D. Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, dukungan, waktu, pikiran dan tenaga selama proses penyusunan skripsi ini. 5. Wahyu Wido Sari, S.Si., M.Biotech., Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan saran, kritik, waktu, semangat, dorongan, pikiran dan tenaga untuk membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi.


(12)

xi

6. Seluruh dosen dan staff karyawan PGSD Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan pelayanan prima selama perkuliahan.

7. Validator instrumen penelitian dan validator modul.

8. Ester Markis Sarwo Rini S.Pd., selaku Kepala Sekolah SD BOPKRI Gondolayu yang telah mengijinkan peneliti dalam melakukan penelitian demi terselesaikannya skripsi ini.

9. Para guru kelas IV.2 SD BOPKRI Gondolayu yang telah membantu peneliti mengambil data analisis kebutuhan.

10.Siswa kelas IV.2 SD BOPKRI Gondolayu yang telah bekerja sama dengan baik selama proses penelitian.

11.Kedua orangtuaku tercinta, Bapak Matheus Katam dan Ibu Dwi Purwani yang selalu memberikan semangat, doa, harapan, perhatian, dan kasih sayang. 12.Kakakku Samuel Indriatama yang selalu memberikan semangat dan dukungan. 13.Seluruh keluarga besarku yang telah memberikan dukungan dan nasehat. 14.Keluarga Kost Griya Emanuel yang selalu memberikan semangat dan hiburan

kepada peneliti.

15.Teman seperjuangankku mahasiswa angkatan 2013 yang telah memberikan semangat, canda, dan tawa.

16.Teman satu payungku dalam penelitian yang selalu memberi semangat dan membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

17.Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu yang telah bemberikan doa dan dukungan hingga skripsi ini terlselesaikan dengan baik. 18.Almamaterku Universitas Sanata Dharma.


(13)

xii

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, 15 Maret 2017 Penulis


(14)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEGIATAN AKADENIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR BAGAN ... xvi

DAFTAR TABEL... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB IPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Batasan Masalah ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

1.6 Definisi Operasional ... 7

1.7 Spesifikasi Modul yang Dikembangkan ... 7

BAB IILANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka ... 9

2.1.1 Latar Belakang Sekolah ... 9

2.1.2 Peduli Lingkungan ... 10

2.1.3 Pendidikan Emansipatoris... 12


(15)

xiv

2.1.5 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... 17

2.1.6 Gambaran Umum Perkembangan Peserta Didik SD ... 19

2.1.7 Modul ... 21

2.1.8 IPA ... 25

2.2 Penelitian yang Relevan ... 27

2.2.1 Penelitian tentang Modul ... 27

2.2.2 Penelitian tentang Peduli Lingkungan` ... 28

2.3 Desain Diagram ... 31

2.4 Kerangka Berpikir ... 32

BAB IIIMETODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 33

3.2 Setting Penelitian ... 33

3.2.1 Subjek penelitian ... 33

3.2.2 Obyek Penelitian ... 34

3.2.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

3.3 Prosedur Pengembangan ... 34

3.4 Instrumen Penelitian ... 37

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 45

3.6 Teknik Analisis Data ... 46

3.6.1 Data Kualitatif ... 46

3.6.2 Data Kuantitatif ... 46

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil penelitian ... 48

4.1.1 Proses Pengembangan Modul Pembelajaran IPA ... 48

4.1.2 Kualitas Pengembangan Modul Pembelajaran... 63

4.1.3 Pengaruh Penggunaan Modul Pembelajaran ... 70

4.2 Pembahasan ... 74

BAB VPENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 83

5.2 Keterbatasan ... 84

5.3 Saran ... 84


(16)

xv


(17)

xvi

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Penelitian yang Relevan ... 31 Bagan 3.1 Tahap Penelitian dan Pengembangan Tomlinson ... 35


(18)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Observasi ... 38

Tabel 3.2 Kiri-kisi Wawancara Guru Kelas IV ... 38

Tabel 3.3 Kisi-kisi Wawancara Siswa Kelas IV ... 39

Tabel 3.4 Kisi-kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa ... 39

Tabel 3.5 Lembar Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa... 39

Tabel 3.6 Lembar Observasi Sikap Peduli Lingkungan... 40

Tabel 3.7 Kuesioner Validasi Modul Pembelajaran IPA ... 41

Tabel 3.8 Lembar Instumen Validasi oleh Ahli ... 42

Tabel 3.9 Skala Likert ... 47

Tabel 4.1 Hasil Wawancara dengan Guru ... 51

Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Wawancara ... 53

Tabel 4.3 Hasil Wawancara dengan Siswa ... 55

Tabel 4.4 Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa ... 56

Tabel 4.5 Rekapitulasi Analisis Kebutuhan Siswa ... 57

Tabel 4.6 Hasil Validasi Modul Pembelajaran IPA ... 64

Tabel 4.7 Hasil Kualitas Modul Pembelajaran IPA ... 66

Tabel 4.8 Komentar dan Saran dari ahli IPA ... 67

Tabel 4.9 Komentar dan Saran dari ahli Bahasa ... 68

Tabel 4.10 Tabel Revisi Modul Pembelajaran IPA ... 68

Tabel 4.11 Kesan Siswa Selama Melaksanakan Aksi ... 71

Tabel 4.12 Pengelompokan Kesan Siswa ... 71


(19)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pola PPR ... 15

Gambar 4.1 Eksperimen ... 59

Gambar 4.2 Lembar aksi ... 59

Gambar 4.3 Siswa melakukan eksperimen ... 60

Gambar 4.4 uraian materi ... 61

Gambar 4.5 Mengamati gambar ... 62


(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus dan RPP... 88

Lampiran 2 Instrumen Wawancara Guru ...111

Lampiran 3 Instrumen Wawancara Siswa ...112

Lampiran 4 Instrumen Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa ...113

Lampiran 5 Rubrik Penilaian Validator ...114

Lampiran 6 Lembar Observasi Sikap ...120

Lampiran 7 Instrumen Penilaian Persepsi Siswa ...121

Lampiran 8 Lembar Penilaian Validasi Instrumen Guru ...122

Lampiran 9 Lembar Penilaian Validasi Instrumen Siswa ...123

Lampiran 10 Surat Ijin Penelitian ...124

Lampiran 11 Surat Pernyataan Telah Menyelesaikan Penelitian ...125

Lampiran 12 Curriculum Vitae ...126 Lampiran 13 Produk Modul Pembelajaran IPA (dibuat terpisah)


(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini diuraikan (1) latar belakang, (2) rumusan masalah, (3) batasan masalah, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian, (6) definisi operasional, serta (7) spesifikasi modul yang dikembangkan.

1.1Latar Belakang Masalah

Penulis melakukan wawancara pada salah satu tokoh penggiat lingkungan di Pusat Studi Lingkungan (PSL), yang bercerita tentang antusiasme siswa SD kelas 1 dan 2 dalam menanam biji sayuran, dari pengalaman menanam itu secara langsung mereka akan merekam kegiatan yang mereka lakukan tanpa harus diminta untuk mengingat. Ketika dewasa pengalaman itu tidak akan terlupakan karena mereka mengalami sendiri. Berbeda halnya dengan pembelajaran di Sekolah Dasar yang kurang dalam melibatkan lingkungan sekitar sebagai wahana untuk belajar.

Kant dkk (2013:33-39) menjelaskan bahwa lingkungan adalah kondisi-kondisi yang mempengaruhi perkembangan atau pertumbuhan, meliputi: udara, air, tanah, tumbuh-tumbuhan, flora, dan fauna. Pada saat ini kesadaran manusia untuk peduli terhadap lingkungan masih kurang. Kepala BLH Kota Denpasar Anak Agung Bagus Sudarsana megemukakan bahwa pencemaran lingkungan di Denpasar cukup tinggi, pencemaran terjadi hampir disetiap kecamatan dengan tingkat pencemaran bervariasi seperti eksploitasi air tanah secara berlebihan, pencemaran sungai, alih fungsi lahan hingga polusi udara. Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk yang tidak dibarengi dengan kesadaran menjaga lingkungan menjadi faktor utama permasalahan tersebut. Juka hal ini terus


(22)

dibiarkan tidak hanya akan merusak citra kota Denpasar sebagai daerah pariwisata namun juga memperburuk kualitas hidup masyarakatnya (dikutip dari BaliTVNews, 16 November 2014).

Hal ini yang perlu disadari oleh manusia bahwa dalam melakukan kegiatan harus memperhatikan akibatnya dan harus bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya. Hal ini pula yang perlu disadari oleh manusia untuk peduli terhadap lingkungan sekitar. Peduli lingkungan adalah suatu sikap keteladanan yang bertujuan untuk (1) mewujudkan keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan lingkungan hidup, (2) menciptakan insan lingkungan hidup yang memiliki sikap dan tindak melindungi dan membina lingkungan hidup, (3) mewujudkan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana, terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak usaha atau perusakan lingkunga hidup (Yaumi, 2014: 111). Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa peduli lingkungan adalah sikap dan tindakan yang mencegah dan memperbaiki kerusakan di lingkungan alam sekitar, untuk mewujudkan keselarasan, keserasian, dan keseimbangan manusia dengan makhluk hidup.

Peneliti melakukan observasi di kelas IV.2 SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta pada tanggal 6 Agustus 2016, dari hasil observasi dalam kegiatan pembelajaran guru menggunakan sumber dari buku paket dan LKS. Guru menjelaskan materi dengan metode ceramah. Selanjutnya guru melakukan tanya jawab dengan siswa dan meminta siswa untuk mengerjakan soal yang ada di LKS. Saat mengikuti pelajaran, siswa kurang memperhatikan guru yang menjelaskan materi. Ada siswa yang ngobrol dengan teman sebangkunya dan ada siswa yang berjalan-jaan di kelas pada saat pembelajaran berlangsung. Ruang kelas yang


(23)

dipakai terdapat kertas dan sampah tissu di lantai ruang kelas yang dibiarkan saja hingga akhir kegiatan pembelajaran.

Pada saat melakukan observasi di luar kelas pada saat kegiatan Jumat bersih pada tanggan 5 Agustus 2016. Siswa SD BOPKRI Gondolayu khususnya kelas IV.2 pada saat jumat bersih ada siswa yang tidak mau ikut dalam kegiatan kerjabakti. Meski sudah di minta oleh guru kelasnya, tetap saja siswa tidak mau ikut kerjabakti membersihkan lingkungan sekolah. Siswa memilih duduk dan melihat temannya yang kerjabakti.

Peneliti juga melakukan wawancara dengan guru kelas IV SD BOPKRI Gondolayu yang mengajar matapelajaran IPA pada tanggal 6 Agustus 2016. Guru masih kesulitan untuk menumbuhkan sikap peduli di dalam diri anak. Guru pernah menggunakan modul pembelajaran IPA di kelas namun belum ada modul pembelajaran IPA yang menumbuhkan sikap peduli terhadap lingkungan. Guru juga pernah mengajak siswa untuk pembelajaran di luar kelas dengan mengamati macam-macam bentuk daun. Siswa pada saat mengikuti pembelajaran di luar kelas sangat antusias.

Selanjutnya peneliti melakukan wawancara terhadap beberapa siswa kelas IV SD BOPKRI Gondolayu pada tanggal 8 Agustus 2016 tentang pembelajaran di kelas. Siswa lebih senang jika pembelajaran dengan praktik langsung karena mudah untuk dipahami. Siswa juga merasa senang jika ada pembelajaran di luar kelas. Dari hasil observasi dan wawancara yang peneliti telah lahukan ppeneliti mengembangkan pembelajaran dengan model pembelajaran pengalaman langsung (learning by doing). Melalui pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR).


(24)

PPR sebagai salah satu alternatif proses pembelajaran yang bertujuan supaya siswa memiliki kecerdasan pikiran dan hati secara menyeluruh. (Tim Redaksi Kanisius, 2010 : 65). PPR terwujud dalam 3 unsur yang ada pada tujuan pembelajaran. (1) competence merupakan kemampuan secara kognitif atau intelektual, (2) conscience merupakan afektif dalam menentukan pilihan-pilihan yang dapat dipertanggungjawabkan secara moral, (3) compassion adalah kemampuan psikomotorik yang berupa tindakan konkret maupun batin disertai sikap bela rasa bagi semua (Subagya, 2010: 23-24).

Oleh karena itu peneliti mengembangkan modul pembelajaran IPA untuk menumbuhkan sikap peduli lingkungan dengan judul penelitian Pengembangan

Modul Pelajaran IPA untuk Menumbuhkan Sikap Peduli Lingkungan Kelas

IV di SD BOPKRI Gondolayu dengan Pendekatan PPR. Modul pembelajaran

IPA diharapkan dapat membantu siswa untuk mengembangkan sikap peduli terhadap lingkungan. Selain itu modul pembelajaran juga dapat membantu guru dalam menjadikan pembelajaran lebih aktif dan inovatif.

1.2Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana mengembangkan modul pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas IV untuk menumbuhkan sikap peduli lingkungan di SD BOPKRI Gondolayu tahun ajaran 2016/2017?

1.2.2 Bagaimana kualitas modul pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas IV untuk menumbuhkan sikap peduli lingkungan di SD BOPKRI Gondolayu tahun ajaran 2016/2017?


(25)

1.2.3 Bagaimana penggaruh penggunaan modul pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas IV untuk menumbuhkan sikap peduli lingkungan di SD BOPKRI Gondolayu tahun ajaran 2016/2017?

1.3Batasan Masalah

Berdasarkan masalah dalam penelitian ini bertujuan supaya peneliti tidak menyimpang dari tujuan yang diterapkan. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1.3.1 Materi yang disajikan dalam modul pembelajaran IPA adalah pada Standar Kompetensi 5. Memahami hubungan sesama makhluk hidup dan antara makhluk hidup dengan lingkungannya, dan Kompetensi Dasar 5.2 Mendeskripsikan hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya 1.3.2 Sekolah Dasar yang dijadikan subjek penelitian adalah SD BOPKRI

Gondolayu.

1.4Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut:

1.4.1 Mengetahui cara mengembangkan modul pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas IV untuk menumbuhkan sikap peduli lingkungan di SD BOPKRI Gondolayu tahun ajaran 2016/2017.

1.4.2 Mengetahui kualitas modul pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas IV untuk menumbuhkan sikap peduli lingkungan di SD BOPKRI Gondolayu tahun ajaran 2016/2017.


(26)

1.4.3 Mengetahui pengaruh penggunaan modul pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas IV untuk menumbuhkan sikap peduli lingkungan di SD BOPKRI Gondolayu tahun ajaran 2016/2017.

1.5Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Praktis a. Bagi guru

Modul pembelajaran IPA dapat membantu guru dalam menyampaikan materi pembelajaran.

b. Bagi siswa

1. Mempermudah siswa dalam memahami materi.

2. Melatih siswa untuk aktif dan peduli dengn lingkungan.

3. Melatih kerjasama, komunikasi, dan tanggung jawab antar siswa. c. Bagi Sekolah

Modul pembelajaran IPA dapat menambah sumber belajar baik bagi guru maupun siswa.

d. Bagi peneliti

Menambah pegetahuan, wawasan dan keterampilan peneliti dalam membuat modul pembelajaran IPA.

1.5.2 Manfaat Teoritis

Penelitian ini bermanfaat sebagai pengembangan pengetahuan, khususnya pengembangan modul pembelajaran IPA pada kelas IV “Kompetensi Dasar: Mendeskripsikan hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya”


(27)

1.6Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini sebagai berikut:

1.6.1 IPA adalah ilmu yang mempelajari tentang alam sekitar termasuk makhluk hidup.

1.6.2 Peduli lingkungan adalah sikap dan tindakan untuk merawat dan menjaga lingkungan.

1.6.3 PPR adalah sebuah pola pikir dalam menumbuhkan dan mengembangkan pribadi siswa menjadi pribadi yang mempunyai nilai kemanusiaan.

1.6.4 Modul adalah salah satu bahan ajar atau sumber belajar yang berguna untuk siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaan secara mandiri.

1.7Spesifikasi Modul yang Dikembangkan

Spesifikasi modul yang dikembangkan berupa perangkat pembelajaran yang berisi silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan modul pembelajaran IPA. Silabus memuat Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), indikator, materi pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran. Silabus dikembangkan menjadi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan kata kerja operasional. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dibuat berdasarkan kurikulum KTSP dengan pendekatan Paradigma Pedagogi Relektif (PPR). Berdassarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun kemudian digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan modul pembelajaran IPA. Modul pembelajaran IPA memuat materi tentang kepedulian terhadap lingkungan. Modul yang dikembangkan terdapat tujuan, petunjuk kegiatan pembelajaran, soal latihan, percobaan, materi, refleksi, aksi dan evaluasi. Modul


(28)

pembelajaran IPA dikembangkan dengan mengambil materi tentang dampak perubahan lingkungan terdahap makhlu hidup.


(29)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini membahas mengenai kajian pustaka yaitu (1) Latar Belakang Sekolah, Pendidikan Emansipatoris, IPA, Peduli Lingkungan, Modul, Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR), (2) penelitian yang relevan, (3) desain diagram dan (4) kerangka berpikir.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Latar Belakang Sekolah

Peneliti mendapatkan latar belakang sekolah melalui observasi secara langsung dan wawancara terhadap guru dan siswa. Adapun hasilnya sebagai berikut: SD Bopkri Gondolayu terletak diantara permukiman yang padat dan dekat dengan jalan raya yang sangat ramai. SD Bopkri Gondolayu, terletak di Jalan Jendral Sudirman No.24, Jetis, Kota Yogyakarta.

SD Bopkri Gondolayu adalah sekolah swasta yang tidak terlepas dari Yayasan BOPKRI Yogyakarta. Yayasan BOPKRI ( Badan Oesaha Pendidikan Kristen Republik Indonesia ) adalah suatu organisasi berbentuk yayasan yang didirikan pada zaman perjuangan, tepatnya tanggal 18 Desember 1945. Yayasan BOPKRI Yogyakarta didirikan dengan motivasi, cita-cita dan idealisme tertentu. Pada saat berdirinya, Yayasan BOPKRI mendapatkan dukungan dari masyarakat Kristen sebagai pewujudan pelayanan pendidikan secara formal untuk mengisi kemerdekaan Republik Indonesia yang telah diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. SD Bopkri Gondolayu berdiri sejak 15 September 1942 dan mendapat akte pendirian tanggal 18 Desember 1945. SD Bopkri Godolayu telah


(30)

terakreditasi A pada tanggal 12 Oktober 2009. VISI Sekolah Dasar Kristen di Propinsi DIY yang mendidik siswa menjadi cerdas, bermartabat dan kompetitif berdasarkan cinta kasih. MISI menyelenggarakan pendidikan dasar secara professional, efektif, variatif agar potensianak berkembang optimal.

2.1.2 Peduli Lingkungan

2.1.2.1 Pengertian Peduli Lingkungan

Kant dkk (2013:33-39) menjelaskan bahwa lingkungan adalah kondisi-kondisi yang mempengaruhi perkembangan atau pertumbuhan, meliputi: udara, air, tanah, tumbuh-tumbuhan, flora, dan fauna. Definisi tersebut bermakna bahwa lingkungan terdiri dari lingkungan mati (abiotik) seperti udara, air, tanah; dan lingkungan hidup (biotik) seperti flora dan fauna. Lingkungan menurut Gustavo (dalam Hamzah, 2013:5) adalah jumlah total dari semua kondisi yang mempengaruhi eksistensi, pertumbuhan, dan kesejahteraan dari suatu organisme yang ada di bumi. Kedua definisi tersebut menunjukkan bahwa peran lingkugan sangat penting bagi kehidupan manusia.

Kepedulian lingkungan menunjukkan sikap atau tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi (Kemendiknas, 2011). Menurut Suparno (2004:84), sikap kepedulian lingkungan ditunjukan dengan adanya penghargaan terhadap alam. Hakikat penghargaan terhadap alam adalah kesadaran bahwa manusia menjadi bagian dari alam juga mencintai kehiduan manusia. Jika semua orang mencintai lingkungan hidup dan alam, maka semua orang akan peduli untuk memelihara kelangsungan


(31)

hidup lingkungan, tidak pernah merusak dan mengeksploitasi sehingga di kemudian hari tercipta lingkungan yang menguntungkan semua manusia yang termasuk bagian dari lingkungan tersebut.

Berdasarkan penjelasan yang sudah dipaparkan di atas, sikap peduli lingkungan merupakan upaya mencegah kerusakan pada lingkungan di sekitarnya, dan berusaha untuk memperbaiki kerusakan lingkungan yang sudah terjadi.

2.1.2.2 Indikator Peduli Lingkungan

Nenggala (2007:173) indikator seseorang yang peduli lingkungan yaitu: 1) Selalu menjaga kelestarian lingkungan sekitar, 2) Tidak mengambil, menebang atau mencabut tumbuh-tumbuhan yang terdapat di sepanjang perjalanan, 3) Tidak mencoret-coret, menorehkan tulisan pada pohon, batu-batu, jalan atau dinding, 4) Selalu membuang sampah pada tempatnya, 5) Tidak membakar sampah di sekitar perumahan, 6) Melaksanakan kegiatan membersihkan lingkungan, 7) Menimbun barang-barang bekas, dan 8) Membersihkan sampah-sampah yang menyumbat saluran air.

Berdasarkan indikator tersebut peneliti mengambil 5 indikator lalu dikembangkan untuk indikator observasi sikap peduli lingkungkan siswa. Indikator tersebut meliputi: 1) selalu menjaga kelestarian lingkungan sekitar, 2) Tidak mengambil, menebang atau mencabut tumbuh-tumbuhan yang terdapat di sepanjang perjalanan, 3) Tidak mencoret-coret, menorehkan tulisan pada pohon, batu-batu, jalan atau dinding, 4) Selalu membuang sampah pada tempatnya, 5) Melaksanakan kegiatan membersihkan lingkungan.


(32)

2.1.3 Pendidikan Emansipatoris

2.1.3.1 Pengertian Pendidikan Emansipatoris

Pendidikan emansipatoris oleh Giroux (2001) dipandang sebagai pendidikan yang pergerakannya menekankan perwujudan masyarakat yang adil dan demokratis. Ada tiga kata kunci untuk model pendidikan emansipatoris, yaitu humanis, kesadaran kritis, dan mempertanyakan sistem. Mangunwijaya dalam (Yunus, 2007:5) juga berpendapat bahwa semestinya pendidikan di sekolah harus terbuka dan menjadi peristiwa perjumpaan antar pribadi yang saling mengasihi dan sebagai ajang untuk menjalin kemitraan, bukan penjinakan terhadap mereka, dengan adanya interaksi yang baik maka akan menumbuhkan rasa persaudaraan yang menggembirakan. Sehingga pendidikan tidak hanya terjadi interaksi satu arah melainkan dua arah antara guru dan siswa. Mangunwijaya (2004: xi) tugas pendidikan (sekolah) ialah menghantar dan menolong peserta didik untuk mengenali dan mengembangkan potensi-potensi dirinya agar menjadi manusia yang mandiri, dewasa, dan utuh.

Emansipatoris adalah menyantuni dan memberdayakan peserta didik sebagai subyek kegiatan belajar. Pendidikan yang mengembangkan bakat siswa, menghormati kepribadian murid, merangsang daya cipta, tanggung jawab, otonomi, dan kesadaran moral. Sependapat dengan hal tersebut Suprijono (2016: 40-41) mengungkapkan bahwa model pembelajaran emansipatoris dikembangkan berdasarkan teori humanistik. Teori humanistik, tujuan belajar adalah memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika pembelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya berusaha agar lambat laun dirinya mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya.


(33)

Mangunwijaya (2004: xi) Pendidikan diarahkan pada proses emansipasi para peserta didik. Ada tiga tujuan emansipatorik yaitu:

a. Manusia eksplorator: suka mencari, bertanya, berpetualang, punya keyakinan bahwa manusia yang bertanya jauh lebih tinggi tingkatnya daripada yang pintar menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sudah ada. b. Manusia kreatif: pembaharu, berjiwa terbuka, dan merdeka; kritis, kaya

imajinasi, dan fantasi; dan tidak mudah menyerah pada nasib.

c. Manusia integral: sadar akan multidimensionalitas kehidupan, paham akan kemungkinan jalan-jalan alternatif, pandai membuat pilihan yang benar atas dasar pertimbangan yang benar, yakin akan benar atas dasar pertimbangan yang benar, dan yakin akan kebhinekaaan kehidupan namun mampu mengintegrasikannya dalam suatu kerangka yang sederhana.

Berdasarkan pengertian para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan emansipatoris adalah pendidikan yang mengembangkan kesadaran kritis siswa maupun guru. Guru dan siswa dalam pendidikan emansipatoris adalah pembelajar. Pendidikan Emansipatoris dalam penelitian ini berfungsi sebagai pedoman dalam menyusun materi pembelajaran berdasarkan tiga model pendidikan emansipatoris yaitu humanis, kesadaran kritis, dan mempertanyakan sistem.

2.1.4 Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

2.1.4.1 Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata paradigma adalah suatu kerangka berpikir/ model dari teori ilmu pengetahuan/ perubahan ilmu. Jadi paradigma dalam hal ini maksudnya adalah suatu pendekatan atau model


(34)

pembelajaran. Pedagogi adalah suatu cara pendidik untuk mendampingi para peserta didik dalam pertumbuhan dan perkembangannya (Subagya, 2010:22). Sedangkan reflektif adalah meninjau kembali pengalaman, topik tertentu, gagasan, reaksi, spontan maupun yang direncanakan dari berbagai sudut pandang secara rasional dengan tujuan agar semakin mampu memahami maknanya secara penuh (Tim PPR SD Kanisius, 2009:7). Berdasarkan paparan pengertian poin dari Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) maka dapat kita ketahui bahwa Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) adalah suatu pendekatan atau model pembelajaran yang menekankan refleksi dalam menemukan nilai-nilai hidup dalam proses pendidikan dimana nilai-nilai tersebut digunakan sebagai pijakan dalam menentukan sikap atau tindakan.

Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) terwujud dalam 3 unsur yang ada pada tujuan pembelajaran. (1) competence merupakan kemampuan secara kognitif atau intelektual, (2) conscience merupakan afektif dalam menentukan pilihan-pilihan yang dapat dipertanggungjawabkan secara moral, (3) compassion adalah kemampuan psikomotorik yang berupa tindakan konkret maupun batin disertai sikap bela rasa bagi semua (Subagyo, 2010: 23-24). Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) sebagai salah satu alternatif prosses pembelajaran yang bertujuan supaya siswa memiliki kecerdasan pikiran dan hati secara menyeluruh. Proses pembelajaran mengikuti pola pendekatan yang biasanya dirumuskan dalam sebuah sistem yang memiliki unsur-unsur pokok : Context Experience Reflection Action Evaluation. (Tim Redaksi Kanisius, 2010 : 65).


(35)

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa PPR adalah pola pembelajaran dengan mengintegrasikan pengetahuan, pengalaman, dan sikap yang didapatkan siswa dan merefleksikannya.

2.1.4.2 Siklus/ Langkah PPR

Gambar 2.1 Pola PPR menurut Suparno (2015: 21).

Keterangan:

a. Konteks: Guru dalam langkah ini sebagai penggali konteks kehidupan yang ada pada diri siswa. Guru sebagai fasilitator mengajak siswa untuk mengamati kondisi kehidupan yang dialami siswa. Berdasarkan konteks yang dialami siswa, siswa diberikan kegiatan yang berkaitan dengan konteks siswa.

b. Pengalaman: (Subagya, 2010) berpendapat bahwa pengalaman merupakan proses dimana siswa memahami materi yang dipelajarinya secara mendalam dengan melibatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Pengalaman dalam pembelajaran dibedakan menjadi dua yaitu pegalaman langsung dan tidak langsung. Pengalaman langsung dalam pembelajaran misalnya siswa diajak untuk melakukan eksperimen dalam kelompok. Pada saat melakukan eksperimen siswa tidak hanya mendapatkan pengalaman

Context

Reflection Experience

Action Evaluation

Learner Truth


(36)

melakukan eksperimen saja namun siswa juga belajar untuk berinteraksi dengan orang lain, bekerjasama dalam kelompok, dan saling bertukar pendapat. Sedangkan pengalaman tidak langsung biasanya siswa diajak untuk membayangkan, diajak untuk berimajinasi, melihat gambar dan bermain peran.

c. Refleksi: berdasarkan pengalaman yang siswa lakukan, siswa akan merefleksikan pengalaman itu dan akan mengambil makna dari apa yang telah mereka dapatkan untuk kehidupan mereka selanjutnya. Refleksi juga akan memantapkan mereka dalam mengambil keputusan dan mengetahui konsekuensinya.

d. Aksi: guru memfasilitasi siswa dengan pertanyaan aksi agar siswa terbantu untuk membangun niat dan bertindak sesuai hasil refleksinya. Aksi merupakan pertumbuhan batin yang mencakup dua tahap yaitu hasil dari refleksi pengalaman dan kemudian diwujudkan dengan aksi nyata.

e. Evaluation : (1) apakah tujuan tercapai? (2) mana yang baik dan mana yang kurang? (3) Apa dampak dari eksperimen?

Siklus dalam PPR tersebut akan mendasari langkah – langkah pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan sebagai alur dalam kegiatan pembelajaran. Siklus PPR akan digunakan semua yaitu 1) Konteks, 2) Pengalaman, 3) Refleksi, 4) Aksi, dan 5) Evaluasi dalam pembuatan langkah -langkah kegiatan pembelajaran.

2.1.4.3 Tujuan Paradigma Pedagogi Relektif (PPR)

Tujuan pembelajaran pedagogi reflektif adalah untuk meningkatkan kemampuan dalam menanggapi berbagai hal yang terjadi di sekitar secara kritis


(37)

dalam upaya untuk semakin memperdalam pemahaman akan pembelajaran yang telah diterima di sekolah dan lingkungan sosial mereka, sehingga kelak akan menghasilkan lulusan yang handal dan cukup dalam mengatasi permasalahan yang ada di kehidupan sosialnya (Subagya, 2010:22-25).

2.1.5 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

2.1.5.1 Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (BSNP 2006: 3). Menurut Mulyasa (2006: 12), KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan yang sudah siap dan mampu mengembangkannya dengan memperhatikan Undang-undang Nomor 20 Pasal 36 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut (BSNP 2006: 9).

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang didasarkan oleh setiap satuan pendidikan dengan memperhatikan Undang-undang nomor 20 tahun 2003.


(38)

2.1.5.2 Prinsip-Prinsip Pengembangan KTSP

Menurut (BSNP 2006: 5 – 7) KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut: (1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. Memiliki posisi sentral berarti kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik. (2) Beragam dan terpadu Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan. (3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang berkembang secara dinamis. Oleh karena itu, semangat dan isi kurikulum memberikan pengalaman belajar peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. (4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional


(39)

merupakan keniscayaan. (5) Menyeluruh dan berkesinambungan Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan. (6) Belajar sepanjang hayat Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik agar mampu dan mau belajar yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya. (7) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

2.1.6 Gambaran Umum Perkembangan Peserta Didik SD

2.1.6.1 Aspek-Aspek Perkembangan Peserta Didik SD

Perkembangan tidaklah terbatas pada pengertian pertumbuhan yang semakin membesar, melainkan serangkaian perubahan yang berlangsung secara terus-menerus dan bersiat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu menuju ke tahap kematangan melalui pertumbuhan, pemasakan, dan belajar. Aspek-aspek perkembangan peserta didik secara umum dapat


(40)

dikelompokkan kedalam tiga aspek perkembangan, yaitu perkembangan fisik perkembangan kognitif dan perkembangan psikososial (Desmita, 2009:33).

Perkembangan fisik meliputi perubahan-perubahan dalam tubuh (pertumbuhan otak, sistem saraf, organ-organ inderawi, pertambahan tinggi dan berat), dan perubahan-perubahan dalam cara-cara individu menggunakan tubuhnya seperti perkembangan keterampilan motorik dan perkembanagn seksual. Perkembangan kognitif salah satu perkembangan peserta didik yag berkaitan dengan pengetahuan adalah proses psikologis peserta didik yang mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Perkembangan kognitif meliputi perubahan pada aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pemikiran, ingatan, keterampilan berbahasa. Melalui lingkungannya peserta didik dapat mengembangkan pengetahuan yang ada dalam dirinnya. Pada perkembangan psikososial peserta didik mengembangkan kemampuannya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial. Peserta didik diharapkan mengerti orang lain, mampu menggambarkan ciri-cirinya, mengenali apa yang dipikirkan, dirasakan dan diinginkan serta dapat menempatkan diri pada sudut pandang orang lain.

2.1.6.2 Karakteristik anak usia Sekolah Dasar

Pada umumnya usia anak pada saat masuk sekolah dasar berusai 6 tahun dan selesai pada usia 12 tahun. Berdasarkan tahapan perkembangan anak, anak sekolah dasar dibagi dalam dua masa perkembangan, yaitu masa kanak-kanak tengah (6-9 tahun), dan masa kanak-kanak akhir (10-12 tahun). Anak-anak usia sekolah ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak yang usianya lebih muda.


(41)

Karakteristik anak sekolah dasar menurut (Desmita, 2009:35) anak senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung. Menurut Havighurst dalam (Desmita, 2009 :35) tujuan perkembangan anak usia sekolah dasar meliputi:menguasai keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan aktivitaas fisik, membina hidup sehat, belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok, belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin, belajar membaca, menulis, dan berhitungn agar mampu berpartisipasi dalam masyarakat, memperoleh sejumlah konsep yang diperlukan untuk berpikir efektif, mengembangkan kata hati, moral, dan nilai-nilai, serta mencapai kemandirian pribadi.

2.1.7 Modul

2.1.7.1 Pengertian Modul

Modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis, didalamnya memuat seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan di desain untuk membantu peserta didik menguasai tujuan belajar yang spesifik (Daryanto, 2013:9). Modul pada dasarnya adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik sesuai tingkat pengetahuan usia mereka, agar mereka dapat belajar sendiri (mandiri) dengan bantuan atau bimbingan yang minimal dari pendidik (Prastowo, 2013:106). Fungsi modul menurut Daryanto (2013:9) adalah sebagai sarana belajar yang bersifat mandiri, sehingga peserta didik dapat belajar secara mandiri sesuai dengan kecepatan masing-masing.


(42)

Jadi dapat disimpulkan bahwa modul pembelajaran adalah bahan ajar yang ditulis secara sistematis untuk membantu peserta didik dalam memahami materi pelajaran secara mandiri.

2.1.7.2Karakteristik modul

Untuk menghasilkan modul yang mampu meningkatkan motivasi, dalam penyusunan modul harus memperhatikan karakteristik yang diperlukan sebagai modul. Karakteristik modul menurut Daryanto (2013:9-11) ada lima yaitu: Self Instruction Siswa mampu belajar secara mandiri dan tidak tergantung pada pihak lain. Memuat tujuan pembelajaran yang jelas, materi pembelajaran dikemas dalam unit-unit kegiatan yang kecil/spesifik, sehingga mudah untuk dipelajari, tersedia contoh dan ilustrasi yang mendukung materi pembelajaran, terdapat soal latihan dan tugas, materi disajikan sesuai konteks kegiatan dan lingkungan peserta didik. Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif, terdapat rangkuman materi, terdapat instrumen penilaian, terdapat umpan balik atas penilaian, terdapat informasi tentang rujukan/pengayaan/referensi yang mendukung materi pembelajaran. Self Contained tujuan dari konsep ini adalah memberikan kesempatan peserta didik mempelajari materi pembelajaran secara tuntas, karena materi belajar dikemas kedalam satu kesatuan yang utuh. Berdiri Sendiri (Stand Alone) modul yang tidak tergantung pada bahan ajar/media lain, atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan bahan ajar/media lain. Adaptif modul hendaknya dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.User Friendly


(43)

bersahabat dengan pemakainya. Pengguanan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti, serta menggunakan istilah yang umum digunakan.

Menurut Tomlinson (1998:7-12) kriteria materi pembelajaran yang baik ada enam belas kriteria. Kriteria tersebut yaitu (a) materi pembelajaran semestinya memiliki pengaruh yang kuat kepada peserta didik, (b) materi pembelajaran harus membantu peserta didik merasa mudah belajar, (c) materi pembelajaran harus membantu peserta didik untuk berkembang dengan penuh percaya diri, (d) apa yang diajarkan harus dirasakan oleh peserta didik sebagai relevan dan berguna, (e) materi pembelajaran harus menyediakan dan memfasilitasi peserta didik menjadi pembelajar yang mandiri, (f) materi pembelajaran semestinya tersedia sesuai dengan fokus pembelajaran yang diajarkan, (g) bahan harus mengekspos peserta didik untuk bahasa yang digunakan otentik, (h) peserta didik perhatian harus diambil untuk fitur linguistik input, (i) bahan harus menyediakan pelajar dengan kesempatan untuk menggunakan bahasa target untuk mencapai tujuan komunikatif, (j) bahan harus memperhitungkan bahwa efek positif dari instruksi biasanya tertunda, (k) bahan harus memperhitungkan bahwa peserta didik berbeda dalam gaya belajar, (l) bahan harus memperhitungkan bahwa peserta didik berbeda dalam sikap afektif, (m) bahan harus izin periode diam pada awal instruksi, (n) bahan harus memaksimalkan potensi belajar dengan mendorong intelektual, estetika dan keterlibatan emosional yang menstimulasi aktivitas otak kanan dan kiri, (o) bahan tidak harus bergantung terlalu banyak pada praktek dikendalikan, (p) bahan harus memberikan kesempatan untuk umpan balik hasil.

Berdasarkan enambelas kriteria tersebut peneliti memakai delapan kriteria dalam pembuatan modul pembelajaran IPA. Kriteria itu di antaranya: (a) materi


(44)

pembelajaran semestinya memiliki pengaruh yang kuat kepada peserta didik. Peserta didik setelah mengikuti pembelajaran diharapkan ada perubahan pada diri peserta didik, sehingga peserta didik menjadi lebih tahu dan memahami materi yang diajarkan. (b) materi pembelajaran harus membantu peserta didik merasa mudah belajar. Materi pembeajaran dikemas dengan bahasa yang sederhana dan mudah untuk dipahami. Sehingga peserta didik dapat memahami materi yang siajarkan dengan sendiri. (c) materi pembelajaran harus membantu peserta didik untuk berkembang dengan penuh percaya diri. materi pembelajaran dikemas dalam berbagai kegiatan yang melibatkan peserta didik secara langsung. Seperti kegiatan pengamatan lingungan dan percobaan. Dari kegiatan-kegiatan tersebut peserta didik dilatih untuk percaaya diri. (d) materi pembelajaran harus menyediakan dan memfasilitasi peserta didik menjadi pembelajar yang mandiri. Materi pembelajaran dikemas dengan petunjuk pada setiap kegiatan. Hal itu bertujuan untuk membantu siswa memahami langkah kegiatan yang harus mereka lakukan dengan mandiri. (e) materi pembelajaran semestinya tersedia sesuai dengan fokus pembelajaran yang diajarkan. Materi pembelajaran dalam bentuk modul pembelajaran juga terdapat materi untuk memperkuat pemahaman peserta didik sehingga peserta didik yakin dengan jawabannya. (f) materi pembelajaran harus memperhitungkan bahwa peserta didik berbeda dalam gaya belajar. Materi pembelajaran yang dikemas daam modul pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik peserta didik yang akan diajar. Sehingga materi dapat diterima oleh peserta didik dengan baik. (g) materi pembelajaran harus memaksimalkan potensi belajar dengan mendorong intelektual, estetika dan keterlibatan emosional yang menstimulasi aktivitas otak kanan dan kiri. Materi pembelajaran dilengkapi dengan kegiatan praktik langsung sehingga peserta


(45)

didik dapat melatih emosional otak kanan dan otak kiri. (h) materi pembelajaran harus menyediakan kesempatan untuk pemberian umpan balik. Materi pembelajaran juga dilengkapi denga soal latihan, refleksi, evaluasi dan aksi untuk mengetahui umpan balik yang diberikan oleh siswa.

2.1.8 IPA

Ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan kata-kata dalam bahasa inggris yaitu natural science, artinya ilmu pengetahuan alam (IPA). Jadi pengertian dari ilmu pengetahuan alam adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini (Samatowa, 2016:3). Sedangkan menurut Wonoraharjo (2010:12) menyatakan sains atau ilmu pengetahuan alam adalah sekumpulan pengetahuan yang diperoleh melalui metode tertentu. Winaputra dalam Samatowa (2016:3) mengemukakan bahwa tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi memerlukan kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah.

IPA merupakan disiplin ilmu yang sangat penting untuk dipelajari peseta didik. Didalam IPA peserta didik diajarkan untuk bersikap kritis sehingga siswa benar-benar mengetahui tujuan dan manfaat dalam mempelajari IPA. Paolo dan Marten (dalam Samatowa, 2016:5) mendefinisikan keterampilan proses sains sebagai berikut: 1) mengamati, 2) mencoba memahami apa yang diamati, 3) mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang terjadi, 4) menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk melihat apakah ramalan tersebut benar. Selanjutnya Paolo dan Marten juga menegaskan bahwa dalam IPA tercakup


(46)

juga coba-coba dan melakukan kesalahan, gagal dan mencoba lagi. IPA tidak menyediakan semua jawaban untuk semua masalah yang kita ajukan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan alam adalah ilmu yang mempelajari tentang peristiwa- peristiwa yang terjadi dengan menggunakan metode ilmiah untuk memechkan masalah. IPA melatih anak untuk berpikir kritis dan obyektif.

Tujuan pembelajaran IPA di SD yang tercantum di dalam lampiran Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 antara lain adalah agar siswa dapat: (1) memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari; (2) mempunyai minat untuk meneliti dan mempelajari benda-benda atau kejadiankejadian di lingkungan sekitar dan (3) bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggungjawab, bekerjasama, dan mendiri.

Dari paparan para beberapa para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain pegamatan, penyusunan dan penyajian hasil pengamatan.

Dengan demikian dapat kita ketahui bahwa pembelajaran IPA adalah komunikasi antara siswa, dan guru dengan lingkungan sekitar, sehigga siswa memiliki pengalaman berinteraksi langsung dengan lingkungan alam melalui serangkaian proses pengamatan, penyusunan dan penyajian hasil pengamatan.


(47)

2.2 Penelitian yang Relevan

2.2.1 Penelitian tentang Modul

Theresia Dwi Kurniawati (2016), meneliti tentang pengembangan modul praktikum IPA sebagai suplemen kurikulum 2013 untuk mendorong siswa kelas IV berpikir kritis. Tujuan pengembangan ini adalah: 1) Mengetahui cara mengembangkan modul praktikum IPA, 2) Mengetahui kualitas modul praktikum IPA, 3) mengetahui pengaruh penggunaan modul praktikum IPA. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan (research and development). Prosedur pengembangan modul dilakukan dengan langkah: (1) Potensi dan masalah, (2) Pengumpulan data, (3) Desain produk, (4) Validasi produk pada ahi, (5) Revisi produk, (6) Uji coba produk, (7) Revisi produk.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa modul praktikum IPA layak untuk digunakan sebagai bahan ajar siswa kelas IV Sekolah Dasar. Hal ini ditunjukkan keseluruhan dari hasil validasi produk oleh guru kelas IV SD Kanisius Ganjuran, 4 siswa kelas IV SD N Bareng Lor Klaten, 19 Siswa kelas IV SD N Kanisius ganjuran, rata-rata keseluruhan skor 3,3 dengan kategori layak.

Halawa Rismawati (2016), meneliti tentang pengembangan modul tanaman obat untuk pendidikan konservasi lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah: 1) Mendeskripsikan proses pengembangan modul tanaman obat, 2) mendeskripsikan kualitas modul tanaman obat. Penelitian ini dilakukan di kelas V SD. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (research and development). Penelitian ini menggunakan enam langkah dari Sugiyono yang meliputi: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk. Modul tanaman obat ini


(48)

divalidasi oleh dua ahli yaitu ahli bahasa dengan skor 4,15 (layak) dan ahli IPA dengan skor 4,41 (layak), dengan berdasarkan hasil validasi modul tanaman obat “Daun Ajaib” layak diuji cobakan.

Wahyu Wido Sari (2014), meneliti tentang persepsi guru dan siswa SD di Yogyakarta terhadap program conservation scout. Penelitian ini bertujuan untuk melihat respon sekolah, persepsi guru, persepsi siswa, dan keberhasilan sekolah dalam mendukung program conservation scout. Metode yang digunakan adalah action reseach, survey, dan diskriptif kualitatif. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dengan hasil validasi sangat baik. Sekolah memberikan respon sangat positif (84%) terhadap program conservation scout, dari 38 sekolah yang diundang, ada 32 sekolah yang mengikuti program ini. Guru memberikan persepsi negatif (2,50), bukan pada esensi program melainkan pada teknik pelaksanaan program. Siswa memberikan persepsi positif (3,51) dan 36 dari 70 siswa berhasil melakukan peer tutoring dan kampanye mengenai konservasi. Ada 53, 12 % SD yang siswanya menjadi duta konservasi lingkungan.

2.2.2 Penelitian tentang Peduli Lingkungan`

Aulia Mutiara Sari, Arif Widiyatmoko (2014), meneliti tentang pengembangan alat peraga pemanasan global berbahan bekas pakai untuk menanamkan karakter peduli lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat karakter peduli lingkungan pada siswa. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian dan pengembangan (research and development). Subjek penelitiannya adalah siswa kelas VII. Hasil penelitian pakar media dan materi terhadap alat peraga yang dikembangkan yaitu 97,78% dan 94,05%,


(49)

tanggapan siswa mencapai 87,27%, dan ketuntasan klasikal sebesar 84,38% yaitu 27 dari 32 siswa mencapai nilai KKM (75). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa alat peraga pemanasan global berbahan bekas pakai yang dikembangkan layak dan efektif digunakan. Hasil observasi menyatakan bahwa tingkat karakter peduli lingkungan pada siswa berada pada tingkat mulai terlihat dengan persentase 57,47%

Agil Lepiyanto, Dasrieny pratiwi (2015), meneliti tentang pengembangan bahan ajar berbasis inkuiri terintegrasi nilai karakter peduli lingkunga pada materi ekosistem. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh materi pembelajaran berdasarkan inkuiri terintegrasi nilai karakter peduli lingkungan. Penelitian ini menggunakan model penelitian (research and development). Hasil ini penelitian menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran materi berdasarkan penyelidikan terintegrasi karakter nilai peduli lingkungan adalah nilai validasi ahli materi adalah 90%, ahli desain adalah 86 875% dan ilmu guru di 94.74%. materi pembelajaran berdasarkan karakter terpadu berbasis inquiry nilai peduli lingkungan harus terus direvisi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

Sumiyati (2016) meneliti tentang pengembangan multimedia pendidikan karakter peduli lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk multimedia pendidikan karakter peduli lingkungan yang layak digunakan dalam pembelajaran. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD. Penelitian ini menggunakan tiga model pengembangan yaitu model penelitian dan pengembangan Borg & Gall (1989), model pengembangan multimedia Alessi dan Trollip (2001), dan model pengembangan desain pembelajaran Dick dan Carey


(50)

(2005). Ketiga model tersebut dimodifikasi sehingga menghasilkan tahapan sederhana yaitu studi pendahuluan, perencanaan, dan pengembangan.

Berdasarkan hasil validasi ahli materi dengan skala 5 pada aspek

pembelajaran adalah 4,35 (“Sangat Baik”), aspek materi 4,57 (“Sangat Baik”).

Hasil validasi ahli media pada aspek fisik 4,50 (“Sangat Baik”), aspek tampilan 4,31 (“Sangat Baik”), dan aspek pemrograman 4,33 (“Sangat Baik”). Hasil penilaian guru pada aspek tampilan adalah 4,36 “Sangat Baik”, aspek pemrograman

4,66 “Sangat Baik”, aspek materi 4,60 “Sangat Baik”, aspek pembelajaran 4,80

“Sangat Baik”. Dengan menggunakan teknik skala tiga, hasil ujicoba perorangan

2,73 (“Baik”), hasil uji coba kelompok kecil 2,82 (“Baik”), dan uji coba lapangan 2,83 (“Baik”). Jadi dapat disimpulkan bahwa produk yang dikembangkan telah layak untuk digunakan sebagai media dalam proses pembelajaran.

Peneliti mengembangkan modul pembelajaran untuk menumbuhkan sikap peduli linhkungan siswa kelas IV SD BOPKRI Gondolayu dengan pendekatan PPR. Peneliti mengebangkan modul tersebut karena dalam penelitian sebelumnya belum ada penelitian yang mengembangkan modul untuk menumbuhkan sikap peduli lingkungan dengan pendekatan PPR. Pengembangan modul ini juga disesuaikan dengan kondisi yang sedang dialami siswa saat ini dan pada penelitian guru berperan sebagai fasilitator. Guru dan siswa juga berperan aktif sebagai pembelajar. Sehingga terjadi interaksi pada saat pembelajaran berlangsung dan tercipta suasana pembelajarna yang aktif dan inovatif.


(51)

2.3 Desain Diagram

Bagan 2.1 Penelitian yang Relevan

Modul Peduli Lingkungan

Theresia Dwi Kurniawati (2016)

Hasilnya modul praktikum IPA layak untuk digunakan sebagai bahan ajar siswa kelas IV Sekolah Dasar.

Rismawati Halawa (2016)

Hasilnya modul tanaman obat

“Daun Ajaib” untuk pendidikan

konservasi lingkungan layak diuji cobakan.

Wahyu Wido Sari (2014)

Hasilnya Sekolah memberikan respon sangat positif (84%) terhadap program conservation scout. Siswa memberikan persepsi positif (3,5).

Aulia Mutiara Sari (2014)

Hasilnya alat peraga pemanasan global berbahan bekas pakai yang dikembangkan layak dan efektif digunakan dan dapat

meningkatkan sikap peduli lingkungan siswa.

Agil Lepiyanto, Dasrieny pratiwi (2015)

Hasil pengembangan bahan ajar berbasis inkuiri terintegrasi nilai karakter peduli lingkunga pada materi ekosistem adalah harus terus direvisi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

Sumiyati (2016)

Hasil pengembangan multimedia pendidikan karakter peduli lingkungan telah layak untuk digunakan sebagai media dalam proses pembelajaran.

Mengetahui dan meningkatkan sikap peduli lignkungan. Menghasilkan produk berupa

modul

Judul Penelitian:

Pengembangan Modul Pelajaran IPA Untuk Menumbuhkan Sikap Peduli Lingkungan Kelas IV di SD BOPKRI Gondolayu Dengan


(52)

2.4 Kerangka Berpikir

Lingkungan merupakan sumber dari kehidupan makhluk hidup. Seiring berkembangnya jaman lingkungan yang semulanya asri sekarang mulai hilang. Perubahan itu timbul karena kurangnya rasa pedulli manusia terhadap lingkungan sekitarnya. Seperti membuang sampah tidak pada tempatnya. Namun manusia tidak menyadari bahwa apa yang telah dilakukan itu akan merusak lingkungan. Seharusnya melalui pendidikan tingkat dasar sudah mulai ditanamkan sikap peduli terhadap lingkungan sekitar. Salah satunya dengan mata pelajaran IPA tentang materi dampak perubahan ligkungan terhadap makhluk hidup.

Dengan melibatkan siswa dalam pembelajaran maka siswa akan menemukan pengalaman dan mengembangkan dirinya menjadi pibadi yang utuh. PPR adalah salah satu model/ pendekatan yang tepat untuk menemukan dan mengembangkan pribadi siswa secara utuh. Sehingga peran guru dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator bagi siswa. Untuk menciptakan pembelajaran yang aktif salah satunya dengan menggunakan modul pembelajaran.

Modul pembelajaran berisi kegiatan siswa mengamati lingkungan dan melakukan eksperimen. Bahan eksperimen juga sangat mudah untuk didapatkan di ingkungan sekitar. Selain itu, modul juga dapat membantu siswa dalam menumbuhkan sikap peduli lingkungan.

Untuk menumbuhkan sikap peduli lingkungan siswa maka penulis mengembangkan modul pembelajaran IPA mengenai dampak perubahan lingkungan terhadap makhluk hidup yang diterapkan di SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta. Dengan modul tersebut diharapkan dapat mendorong siswa untuk lebih aktif dan muncul sikap peduli terhadap lingkungan.


(53)

33

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini metode penelitian dibagi menjadi beberapa bagian, meliputi: jenis penelitian, setting penelitian, prosedur pengembangan, uji coba modul, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Research and Development (R n D) atau penelitian dan pengembangan. Menurut Sukmadinata (2008: 164) penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada. Senada dengan pernyataan tersebut, pengembangan materi pembelajaran bisa dalam bentuk buku teks, buku kerja, kaset, CD-ROM, video, handout fotokopi, koran, sebuah paragraf yang ditulis pada papan tulis atau apa pun yang menyajikan atau menginformasikan tentang bahasa yang dipelajari (Tomlinson 1998: xi). Produk yang dihasilkan berupa modul kegiatan pembelajaran IPA utuk kelas IV sekolah dasar. Modul ini diharapkan mampu meningkatkan sikap peduli siswa kelas IV terhadap lingkungan sekitar.

3.2 Setting Penelitian

3.2.1 Subjek penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV.2 SD BOPKRI Gondolayu yang berjumlah 29 siswa pada semester gasal tahun ajaran 2016/2017.


(54)

3.2.2 Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah pengembangan modul kegiatan pembelajaran IPA pada materi Bab 5 Makhluk Hidup dan Lingkungannya, sub bab Pengaruh Perubahan Lingkungan.

3.2.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan di kelas IV.

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2016 – Februari 2017 yaitu memulai dengan membuat instrumen analisis kebutuhan hingga penyelesaian laporan kegiatan.

3.3 Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan penelitian ini mengarah pada produk berupa modul pembelajaran IPA. Langkah-langkah atau prosedur pengembangan bahan meliputi (1) analisis kebutuhan, (2) desain, (3) implementasi, (4) evaluasi, dan (5) revisi modul (Tomlinson, 2001: 66). Adapun dapat digambarkan bagannya seperti berikut:


(55)

Bagan 3.1 Tahap Penelitian dan Pengembangan Tomlinson Tahap Ketiga Implementasi Tahap Pertama Analisis kebutuhan Analisis Kebutuhan Wawancara

Observasi Siswa

Guru

Tahap Kedua Desain

Konsep Desain

Produk

Modul Pembelajaran

Pembuatan Modul

Cheker oleh ahli Bahasa

Validasi Modul Cheker oleh ahli IPA

Hasil Cheker Revisi Modul Pembelajaran Modul siap diujicobakan Tahap Keempat Evaluasi

Analisis kualitas modul dan hasil observasi Ujicoba modul pembelajaran IPA kepada

siswa kelas IV.2 SD BOPKRI Gondolayu Observasi Sikap Peduli Modul divalidasi

oleh siswa

Tahap Kelima Revisi Modul

Revisi Produk Produk Akhir Modul Pembelajaran IPA


(56)

1. Analisis kebutuhan

Tahap pertama peneliti melakukan identifikasi terhadap tujuan pembelajaran di SD BOPKRI Gondolayu. Peneliti melakukan wawancara terhadap guru dan siswa yang bertujuan untuk mencari tahu kesulitan dan kebutuhan yag diperlukan guru dan siswa di Sekolah Dasar terutama pada mata pelajaran IPA. Peneliti melakukan analisis terhadap hasil identifikasi dan menentukan indikator pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Indikator tersebut meliputi competence, conscience, dan compassion. Hasil analisis kebutuhan dibuat menjadi silabus.

2. Desain modul

Tahap II dalam penelitian ini adalah desain modul. Peneliti mengembangkan desain modul pembelajaran berdasarkan hasil identifikasi tujuan instruksional, analisis instruksional, dan identifikasi perilaku dan karakteristik siswa. Langkah-langkah desain meliputi perumusan draft pertama dari materi pembelajaran yang telah dibuat menjadi silabus, kebutuhan siswa, pilihan sifat yang sesuai materi pembelajaran, dan prinsip-prinsip pengembangan materi pembelajaran. Setelah itu modul Pembelajaran IPA diteliti dan di validasi. Validasi dilakukan untuk menilai kelayakan modul sebelum di ujicobakan. Validasi modul ini dilakukan oleh 2 ahli yaitu ahli IPA dan ahli bahasa. Selanjutnya peneliti melakukan revisi yang menjadi klemahan modul sebelum diujicobakan. Peneliti melakukan revisi modul sesuai komentar dan saran dari ahli IPA dan ahli Bahasa.


(57)

3. Implementasi

Pada tahap III dalam penelitian ini adalah implementasi modul atau ujicoba modul. Ujicoba modul dilaksanakan kepada 29 siswa kelas IV.2 SD BOPKRI Gondolayu. Ujicoba modul dilakukan untuk mengetahui dampak prngembangan modul terhadap sikap peduli lingkungan siswa. Peneliti melakukan observasi pada saat pembelajaran untuk mengetahui sikap peduli siswa terhadap lingkungan.

4. Evaluasi

Pada tahap IV dalam penelitian ini adalah evaluasi. Peneliti melakukan evaluasi terhadap modul pembelajaran IPA. Peneliti melakukan analisis kualitas Modul pembelajaran dan pengaruh penggunaan modul Pembelajaran IPAuntuk menumbuhkan sikap peduli lingkungan.

5. Revisi Modul

Pada tahap V dalam penelitian ini adalah revisi modul setelah di ujicobakan. Revisi modul dilakukan dengan melihat hasil analisis dari hasil pembelajaran.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan dalam waktu penelitian dengan menggunakan suatu metode (Arikunto, 2002:126). Dalam penelitian ini, peneliti mengambil instrumen pengumpulan data berupa wawancara, observasi, dan kuisioner untuk siswa kelas IV SD BOPKRI Gondolayu. Observasi dilakukan saat pembelajaran IPA berlangsung dan di luar


(58)

kelas saat siswa istirahat untuk analisis kebutuhan.. Wawacara dilakukan secara langsung kepada guru kelas dan siswa untuk mengetahui analisis kebutuhan.

Tabel 3.1 Kisi-kisi Observasi

No.

Aitem Kisi-kisi Observasi

Objek yang Diamati

1

Ketersediaan modul pembelajaran IPA untuk mengajar.

Adanya modul pembelajaran IPA yang digunakan guru pada saat mengajar.

2,3

Partisipasi siswa pada saat

pembelajaran IPA berlangsung

Antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran seperti menjawab

pertanyaan dari guru, mengerjakan soal, dan memperhatikan saat pembelajaran berlangsung.

Keterlibatan siswa dalam pembelajaran IPA.

4,5

Penanaman sikap peduli pada pembelajaran IPA

Siswa sadar akan kebersihan lingkungan Kegiatan siswa dalam kegiatan sikap peduli

Tabel 3.2 Kiri-kisi Wawancara Guru Kelas IV

No Topik Pertanyaan

No Pertanyaan

1 Latar belakang siswa kelas IV 1

2 Proses pembelajaran IPA di kelas 2

3 Kesulitan yang dialami guru pada saat mengajar 3,4 4 Keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar 5 5 Penanaman sikap pada saat kegiatan belajar 6,7 6 Pendapat bapak/ibu guru dalam penggunaan modul

pembelajaran untuk penanaman sikap peduli.

8,9


(59)

Tabel 3.3 Kisi-kisi Wawancara Siswa Kelas IV

No Topik Pertanyaan

No Pertanyaan

1 Tanggapan siswa terhadap pembelajaran IPA di kelas

1

2 Penggunaan sumber belajar 2

3 Pendapat siswa tentang pembelajaran yang menarik

3 4 Keterlibatan siswa pada saat pembelajaran IPA di

kelas.

4 5 Keterlibatan siswa dalam kegiatan sekolah. 5,6 6 Kepedulian siswa terhadap lingkungan 7,8

Tabel 3.4 Kisi-kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa

No Aspek Nomor Item

1 Pembelajaran yang menarik 1-2

2 Keterlibatan siswa dalam pembelajaran 3-4

3 Manfaat modul pembelajaran 5-8

4 Pembelajaran untuk menumbuhkan sikap peduli lingkugan

8-10

Tabel 3.5 Lembar Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa

No Pertanyaan

Jawaban

Ya Tidak

1 Saya senang belajar dengan cara praktik langsung

2 Saya senang belajar dengan menggunakan media.

3 Saya aktif untuk bertanya apabila mengalami kesulitan pada saat belajar


(60)

No Pertanyaan

Jawaban

Ya Tidak

4 Saya aktif dalam kegiatan diskusi kelompok 5 Saya menggunakan modul pembelajaran

dalam kegiatan pembelajaran

6 Saya lebih mudah memahami materi pelajaran menggunakkan modul.

7 Saya menjadi lebih mandiri dalam belajar menggunakan modul.

8 Dengan modul pembelajaran saya menjadi lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran. 9 Saya pernah melakukan kegiatan menjaga

lingkungan.

10 Saya perlu mempelajari materi tentang menjaga lingkungan agar menjadi lebih baik.

Tabel 3.6 Lembar Observasi Sikap Peduli Lingkungan

No. Indikator Terlihat Tidak

terlihat Keterangan

1 Menggunakan bahan percobaan seperlunya. 2 Melakukan percobaan secara

berkelompok

3 Membersihkan bahan percobaan setelah selesai melakukan percobaan. 4 Membuang sampah pada

tempatnya

5 Membersihkan tangan

setelah melakukan percobaan 6 Tidak mencorat-coret di meja


(61)

No. Indikator Terlihat Tidak

terlihat Keterangan

7 Tidak merusak SDA

8 Membersihkan kelas setelah melakukan percobaan.

Tabel 3.7 Kuesioner Validasi Modul Pembelajaran IPA

No Aspek yang

dinilai Indikator

Nomor aitem

1 Perumusan Indikator

Kesesuaian dengan Standar

Kompetensi 1

Kesesuian dengan Kompetensi Dasar 2

2

Uraian Tujuan Pembelajaran yang akan dicapai peserta didik

Kejelasan rumusan tujuan

pembelajaran 3

Kesesuaian perumusan tujuan

pembelajaran dengan indikator 4

3

Pemilihan dan Pengorganisasian Modul

Pembelajaran

Kesesuain modul pembelajaran

dengan tujuan pembelajaran 5 Kesesuaian isi modul pembelajaran

dengan karakteristik peserta didik 6 Kesesuaian tampilan modul

pembelajaran dengan karakteristik peserta didik

7

Keruntutan dan sistematika modul

pembelajaran 8

4

Pemilihan Sumber Belajar dan Media Pembelajaran

Kesesuaian sumber belajar dan media pembelajaran dengan tujuan

pembelajaran

9

Kesesuaian sumber belajar dan media pembelajaran dengan pendekatan PPR (Paradigma Pedagogi Reflektif)

10

5 Skenario/Kegiatan Pembelajaran

Kesesuaian kegiatan pembelajaran


(62)

No Aspek yang

dinilai Indikator

Nomor aitem

pengalaman, refleksi, evaluasi dan aksi)

6 Penggunaan Bahasa Tulis

Menggunakan bahasa yang sederhana

dan mudah dipahami 12

Ketepatan struktur kalimat 13 Kejelasan struktur kalimat 14 Kebakuan bentuk huruf dan angka 15

7 Cover

Gambar sesuai dengan materi 16 Cover menarik perhatian siswa untuk

belajar. 17

Tabel 3.8 Lembar Instumen Validasi oleh Ahli

No ASPEK yang dinilai

SKOR

Saran/Kometar 1 2 3 4

I Perumusan Indikator

1 Kesesuaian dengan Standar Kompetensi

2 Kesesuian dengan Kompetensi Dasar

II Uraian Tujuan Pembelajaran yang akan dicapai peserta didik

3 Kejelasan rumusan tujuan pembelajaran

4 Kesesuaian perumusan tujuan pembelajaran dengan indikator

III

Pemilihan dan

Pengorganisasian Modul Pembelajaran


(63)

No ASPEK yang dinilai

SKOR

Saran/Kometar 1 2 3 4

5 Kesesuain modul pembelajaran dengan tujuan pembelajaran 6 Keseuaian isi modul pembelajaran

dengan karakteristik peserta didik

7

Keseuaian tampilan modul

pembelajaran dengan karakteristik peserta didik

8 Keruntutan dan sistematika modul pembelajaran

IV Pemilihan Sumber Belajar dan Media Pembelajaran

9

Kesesuaian sumber belajar dan media pembelajaran dengan tujuan pembelajaran

10

Kesesuaian sumber belajar dan media pembelajaran dengan pendekatan PPR (Paradigma Pedagogi Reflektif)

V Skenario/Kegiatan Pembelajaran

11

Kesesuaian kegiatan pembelajaran dengan pendekatan PPR (konteks, pengalaman, refleksi, evaluasi dan aksi)

VI Penggunaan Bahasa Tulis

12 Menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami 13 Ketepatan struktur kalimat 14 Kejelasan struktur kalimat 15 Kebakuan bentuk huruf

VI


(64)

No ASPEK yang dinilai

SKOR

Saran/Kometar 1 2 3 4

16 Gambar sesuai dengan materi 17 Cover menarik perhatian siswa

untuk belajar. Total

Saran Validator:

Kesimpulan (mohon lingkari salah satu) Modul Pembelajaran yang disusun dinyatakan:

1. Layak untuk digunakan/ uji coba lapangan tanpa revisi.

2. Layak untuk digunakan / uji coba lapangan dengan revisi sesuai saran. 3. Tidak layak utuk digunakan / uji coba lapangan.

Berdasarkan hasil validasi dapat diperoleh nilai rata-rata dengan rumus secagai berikut:

� � � �ℎ =� � �� � �ℎ �


(65)

Instrumen yang dibuat di atas telah melalui tahap validasi ahli adapun hasil validasi dari ahli sebagai berikut:

Validasi instrumen guru

Total skor keseluruhan : 24

Jumlah komponen yang dinilai: 8

Skor terbobot (X) = �� � ℎ

�ℎ �� � �

=

24

8

=

Validasi instrumen siswa

Total skor keseluruhan : 24

Jumlah komponen yang dinilai: 8

Skor terbobot (X) = �� � ℎ

�ℎ �� � �

=

24

8

=

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah observasi dengan pengamatan langsung ketika guru mengajar di kelas, serta mencatat peristiwa ketika pembelajaran sedang berlangsung dan jawab narasumber ketika melaksanakan wawancara. Wawancara yang dikumpulkan peneliti adalah wawancara terstruktur kepada guru dan siswa. Observasi dan wawancara dimaksudkan untuk memperoleh data awal mengenai kebutuhan modul pembelajaran IPA untuk mengembangkan sikap peduli siswa terhadap lingkungan. Kuisioner digunakan untuk mengetahui kualitas modul yang dikembangkan. Peneliti juga menyerahkan kuisioner kualitas


(66)

modul kepada dosen ahli untuk divalidasi dan dinilai kualitas modul yang dikembangkan.

3.6 Teknik Analisis Data

3.6.1 Data Kualitatif

Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi, wawancara kepada guru, wawancara kepada siswa serta saran dan komentar pada hasil validasi modul yang diperoleh dari dua dosen ahli yaitu ahli bahasa dan ahli IPA, serta penilaian dari siswa setelah melakukan implementasi. Data dianalisis secara deskriptif sebagai pedoman untuk memperbaiki kelayakan modul yang dihasilkan.

3.6.2 Data Kuantitatif

Data kuantiatif pada penelitian ini berupa skor penilaian dari kuesioner validasi modul dari validator ahli. Kuesioner digunakan untuk melakukan validasi modul pembelajaran IPA. Data kuantitatif juga didapatkan pada hasil kuesioner persepsi siswa terhadap modul pembelajaran yang digunakan untuk mengukur kualitas modul pembelajaran. Data yang diperoleh di ubah menjadi data interval. Peneliti menggunakan skala likert untuk menghitung hasil validasi modul. Ada 3 alternatif model skala likert yaitu, model tiga pilihan (skala tiga), empat pilihan (skala empat), lima pilihan (skala lima) (Widoyoko, 2015:104). Dari ketiga model skala likert peneliti menggunakan skala empat untuk menghitung hasil validasi modul. Peneliti menggunakan skala empat untuk mengantisipasi responden bersikap netral. Skala emapat itu meliputi (4) sangat baik, (3) baik, (2) tidak baik, (1) sangat tidak baik. Untuk menentukan jarak interval diggunakan rumus :


(67)

�� � � = �ℎ �� − �ℎ

= − = ,7

Berdasarkan perhitungan interval dapat diperoleh konversi data kuantitatif menjadi data kualitatif sebagai berikut:

Tabel 3.9 Skala Likert

Skor Klasifikasi

>3,25 s/d 4,0 Sangat Baik (SB)

>2,5 s/d 3,25 Baik (B)

>1,75 s/d 2,5 Tidak Baik (TB)


(68)

48

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan membahas hasil penelitian yang meliputi (1) proses pegembangan modul pembelajaran IPA, (2) kualitas pengembangan modul Pembelajaran IPA, dan (3) pengaruh penggunaan modul.

4.1 Hasil penelitian

4.1.1 Proses Pengembangan Modul Pembelajaran IPA

Salah satu penggiat PSL melihat bahwa segala tindakan manusia selalu berhubungan dengan lingkungan, karena manusia merupakan bagian dari lingkungan. Cara menjaga lingkungan agar tetap lestari menurut beliau melalui PSL ini adalah dengan mengajarkan pada orang lain mengenai lingkungan. Misalnya seperti kegiatan yang pernah dilakukan beliau, yaitu menanam pohon, mengadakan pelatihan cara merawat tanaman, menyediakan lahan untuk berkebun, mengadakan pasar legawa yang bertujuan untuk mengundang masyarakat sekitar untuk datang ke PSL, dan melakukan penelitian pada kerusakan lingkungan. Selain itu, cara agar lingkungan tetap terjaga dan tidak dirusak oleh manusia maka pihak negara juga ikut andil dalam menjaga lingkungan, yaitu melalui peraturan perundang-undangan. Sehingga melalui kegiatan tersebut secara sederhana dapat mengajak masyarakat untuk cinta terhadap lingkungan, karena di dalamnya dikenalkan tentang tumbuhan dan bagaimana cara merawatnya. Sehingga diibaratkan jika seseorang semasa kecilnya sudah mengenal lingkungan yang asri dan sejuk, maka ketika dewasa ia merasa bahwa lingkungan tidak seperti yang dulu lagi (asri dan sejuk), maka ia akan mencoba untuk menjaganya agar bisa merasakan seperti yang dulu lagi.


(1)

(2)

122

Lampiran 8


(3)

Lampiran 9


(4)

124

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

(6)

126

Lampiran 12

CURRICULUM VITAE

Ongko Hutama Elyas yang kerap dipanggil ongko lahir di Gunungidul pada tanggan 24 Juli 1995. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Wiladeg II pada tahun 2006, kemudian lulus dari SMP Negeri I Karangmojo pada tahun 2009. Penulis kembali melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA Negeri I Karangmojo pada tahun 2013, kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, tepatnya Program Studi Pendidikan Guru Sekolah dasar dari tahun 2013. Selama menempuh pendidikan di bangku kuliah, peneliti mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak kampus untuk melatih soft skilsl dan hard skills. Beberapa kegiatan yang di ikuti seperti: kursus pembina pramuka tingkat dasar (KMD), Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa I (PPKM I), Comunity Service Learing (CSL) PPKM II, English Club, Anggota Publikasi dan Dokumentasi INSIPRO, Koordinator Divisi Dokumentasi Pelepasan Wisuda, Koordinator Publikasi dan Dokumentasi Seminar Internasional, peserta seminar pendidikan Matematika seminar FREE SEX: THUMBS UP OR THUMBS DOWN?, Koordinator Publikasi dan Dokumentasi kegiatan Malam Kreatifitas, dan parade gamelan anak.

Sebagai ucapan syukur atas ilmu yang telah diperoleh selama menggeluti dunia pendidikan, penulis menyusun modul pembelajaran dengan judul Modul Pembelajaran IPA untuk kelas IV Sekolah Dasar “Dampak Perubahan Lingkungan Terhadap Mahkluk Hidup”. Degan adanya modul tersebut, diharapkan guru kelas IV dan siswa kelas IV terbantu dalam mempelajari dan memahami materi secara mudah dan mandiri, serta dapat menumbuhkan sikap peduli lingkungan pada diri siswa.


Dokumen yang terkait

Pengembangan modul pembelajaran IPA kelas III eksistensial Sekolah Dasar berbasis pendidikan emansipatoris untuk menanamkan sikap peduli lingkungan.

0 0 163

Pengembangan modul pembelajaran IPA untuk menumbuhkan sikap peduli lingkungan kelas IV di SD BOPKRI Gondolayu dengan pendekatan PPR.

1 2 148

Pengembangan modul pembelajaran IPA berbasis pendidikan emansipatoris untuk menanamkan sikap peduli lingkungan pada siswa kelas IIIB di SDN Perumnas Condongcatur.

0 1 140

Pengembangan modul pembelajaran IPA kelas III humanis sekolah dasar berbasis pendidikan emasipatoris untuk menanamkan sikap peduli lingkungan.

0 2 190

Pengembangan modul pembelajaran IPA kelas III eksistensial Sekolah Dasar berbasis pendidikan emansipatoris untuk menanamkan sikap peduli lingkungan

3 10 161

Pengembangan modul pembelajaran IPA berbasis pendidikan emansipatoris untuk menanamkan sikap peduli lingkungan pada siswa kelas IIIB di SDN Perumnas Condongcatur

0 1 138

Peningkatan motivasi dan hasil belajar IPA menggunakan fabel aesop pada siswa kelas IV di SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta

0 2 296

Pengembangan modul pembelajaran IPA kelas III humanis sekolah dasar berbasis pendidikan emasipatoris untuk menanamkan sikap peduli lingkungan

0 1 188

PENINGKATAN SIKAP PEDULI LINGKUNGAN MELALUI IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) DALAM PEMBELAJARAN IPA KELAS IV.1 DI SD N KEPUTRAN “A”.

4 31 230

Pengembangan instrumen penilaian PKn yang digunakan dalam model pembelajaran kooperatif teknik STAD untuk siswa kelas IV semester 2 SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta - USD Repository

0 0 207