PERANAN MASYARAKAT SINDANGBARANG DALAM MELESTARIKAN KESENIAN ‘PAREBUT SEENG’ DI KABUPATEN BOGOR: Studi Etnografi pada Masyarakat di Kampung Sindangbarang Desa Pasir Eurih Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor.

(1)

PERANAN MASYARAKAT SINDANGBARANG DALAM

MELESTARIKAN KESENIAN ‘PAREBUT SEENG’

DI KABUPATEN BOGOR

(Studi Etnografi pada Masyarakat di Kampung Sindangbarang Desa Pasir Eurih Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat untuk Memperoleh Gelar SarjanaPendidikan Program StudiPendidikanSosiologi

oleh TesaHerlina

1005480

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2014


(2)

PERANAN MASYARAKAT SINDANGBARANG

DALAM MELESTARIKAN KESENIAN ‘PAREBUT

SEENG’ DI KABUPATEN BOGOR

(Studi Etnografi pada Masyarakat di Kampung Sindangbarang Desa Pasir Eurih Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor)

Oleh Tesa Herlina

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Tesa Herlina 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

TESA HERLINA

PERANAN MASYARAKAT SINDANGBARANG DALAM MELESTARIKAN KESENIAN ‘PAREBUT SEENG’

DI KABUPATEN BOGOR

(StudiEtnografipadaMasyarakatSindangbarangDesaPasirEurihKecamatanTaman sariKabupaten Bogor)

Disetujuidandisahkanolehpembimbing : Pembimbing I

Dra. Hj. Siti Komariah, M.Si.,Ph.D NIP. 19680403 199103 2 002

Pembimbing II

Dr. Hj. Siti Nurbayani, M.Si NIP. 197007111994032002

Mengetahui,

Ketua Prodi Pendidikan Sosiologi

Dra. Hj. Siti Komariah, M.Si.,Ph.D NIP. 19680403 199103 2 002


(4)

LEMBAR PENGUJI Skripsiinitelahdiujipada :

Hari/Tanggal : Jum’at, 3 Oktober 2014 Panitiaujiansidangterdiriatas :

Ketua : Dekan FPIPS UPI

Prof. Dr. H. KarimSuryadi, M.Si NIP. 19700814 199402 1 001 Sekretaris : Ketua Prodi PendidikanSosiologi

Dra.Hj. SitiKomariah, M.Si.,Ph.D NIP. 19680403 199103 2 002 Penguji :

Penguji I

Prof.Dr.Achmad Hufad, M.Ed NIP. 19550101 198101 1 001

Penguji III

MirnaNur Alia A, S.Sos.,M.Si NIP. 19830312 20101 2 008

Penguji II

Dra. Wilodati, M.Si NIP. 19680114 199203 2 002


(5)

TesaHersina,2014

PERANAN MASYARAKAT SINDANGBARANG DALAM MELESTARIKAN KESENIAN ‘PAREBUT SEENG’ DI KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

TESA HERLINA. (1005480). PERANAN MASYARAKAT SINDANGBARANG DALAM MELESTARIKAN KESENIAN ‘PAREBUT SEENG’ DI KABUPATEN BOGOR (StudiEtnografipadaMasyarakat di KampungSindangbarangDesaPasirEurihKecamatanTamansariKabupaten Bogor)

KesenianParebutSeengadalahkesenian yang berasaldaridaerahCimandeKabupaten Bogor.Awalnya, kesenianparebutseengdilaksanakansaatupacarapernikahan, namunsaatinikesenianparebutseengmerupakanbagiandarisenipertunjukan.Penelitia ninibertujuanuntukmengetahuiperanyang

dilakukanolehmasyarakatSindangbarangdalammelestarikankesenianparebutseeng.

Penelitianinididasarkanataslimapermasalahanyaitu (1)

BagaimanapandanganmasyarakatSindangbarangterhadapkesenianparebutseeng. (2)

BagaimanastrategiataucaramasyarakatSindangbarangdalammelestarikankesenianp

arebutseeng. (3) Faktor-faktorapa yang

menyebabkanmasyarakatSindangbarangmelestarikankesenianparebutseeng. (4) Bagaimanadampakperubahansosialbudayaterhadapkesenianparebutseeng. (5)

Nilaiapasaja yang

terkandungdalamkesenianparebutseeng.Untukmenjawabpertanyaantersebutdiguna kanpendekatankualitatifdenganmetodeetnografi.Melaluiteknikwawancara,

observasidanstudidokumentasi.Hasilpenelitianmengungkapkanbahwa (1) masyarakatSindangbarangmemandangkesenianparebutseengdariempataspekyaitut ujuan, gerakan, makna, danalat yang digunakan. (2) strategi yang digunakanadalahdenganmengikuti festival budaya, mengadakanacarabudaya, kunjunganwisata,

mengadakanlombaadujatenparebutseengdankaulinanbudaklembur,

mengenalkankesenianparebutseengkesekolah, membangunpadepokan,

membuateventfotografi, sertamelibatkancivitas akademikadalamacara-acarabudaya. (3) faktor yang menyebabkannyaadalah rasa malu,

kebanggaandanjatidiri orang Sunda, ikatandarahadat, agar

keberadaanbudayalokaltidaktergeserolehbudaya modern

dansebagaiwarisanleluhur. (4)

dampakperubahansosialbudayaterhadapkesenianparebutseengyaituadujatenberuba hmenjadikesenianparebutseeng,

kemudiankesenianparebutseengberubahmenjadisenipertunjukan.

Kesenianparebutseengdilaksanakanpadaharipernikahanmenjadidapatdilaksanakan

bukanpadaharipernikahansaja.Dahulugerakan yang

digunakanadalahgerakanasliCimande, saatinidigunakanvariasipencaksilat (kombinasi).Dahuluhanyamasyarakatpadastratifikasiatassaja yang dapatmenggunakankesenianini,

saatinisemualapisanmasyarakatdapatmenggunakan.Dahulutidakmenggunakanalat,

saatinimenggunakanseeng.Dahulupihak yang


(6)

saatinipesilatdaripihaklaki-TesaHersina,2014

PERANAN MASYARAKAT SINDANGBARANG DALAM MELESTARIKAN KESENIAN ‘PAREBUT SEENG’ DI KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lakilah yang harusdikalahkan. (5) nilai yang

terkandungdalamparebutseengadalahnilaireligius, nilai moral, nilaisejarah, sertanilaikeindahan.

Kata kunci :kesenianparebutseeng, pelestariankebudayaan,peranmasyarakat

ABSTRACT

TESA HERLINA. (1005480). THE ROLE OF SINDANGBARANG PEOPLES TO PRESERVE “PAREBUT SEENG” ART IN BOGOR REGENCY (The Ethnographic Study to Peoples in Sindangbarang, PasirEurih Village, TamansariSubdistric, Bogor Regency)

“ParebutSeeng” is kind of art that originally come from Cimande, Bogor regency. Initially, this kind of art is implemented during wedding ceremony, but at this time “ParebutSeeng” is part of performing art. This study aims to determine the role of Sindangbarang society in preserving this art. This study was based on five issues, (1) How does the viewpoint of Sindangbarang peoples to “ParebutSeeng” art. (2) How the strategy or the method of Sindangbarang peoples in preserving “ParebutSeeng” art. (3) What factors that causing Sindangbarang peoples to preserve “ParebutSeeng” art. (4) How is the effect of social-cultural toward “ParebutSeeng” art. (5) What are the value that contained in “ParebutSeeng” art. To answer these questions are used a qualitative approach with ethnographic methods .Through interview method, observation and documentation. The results of the study is revealed that (1) Sindangbarang peoples look at “ParebutSeeng” art from four aspect that is the purpose, motion, meaning, tools. (2) The strategy used is to follow cultur festival, organized cultural event, an excursions, doing a contest “AduJatenParebutSeeng” and “KaulinanBudakLembur”, introducing “ParebutSeeng” art to school , building a hermitage , making the photography event, by involving the academic community in the cultural events. (3) The factors that cause it is a shame , a pride and identity of the Sundanese , the bond of blood ties , so that the existence of the local culture is not replaced by the modern culture and as heritage predecessor. ( 4 ) The impact of socio-cultural change toward “ParebutSeeng” art namely “AduJaten” is change into “ParebutSeeng art”, then this art chance into performance art. Arts parebutseeng be held on the wedding day and right now it can be implemented not only on the wedding day. Formerly, the origin movement that used was the original motion of Cimande, but right now using variations of martial arts (combination). Previously, just the peoples at the top of stratification that can use this art , but this time all kind of people can use it. At the beginning, this art doesn’t use any tool, but this time using “Seeng”. Formerly, the side that must be defeated is called “Jawara” from the women side, but at this time the current fighters from the men side who must be defeated. (5) The value that contained in “ParebutSeeng” are religious values , moral values , historical values , and the value of beauty.


(7)

TesaHersina,2014

PERANAN MASYARAKAT SINDANGBARANG DALAM MELESTARIKAN KESENIAN ‘PAREBUT SEENG’ DI KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Key words : “Parebutseeng”, cultural preservation, peoples role


(8)

TesaHersina,2014

PERANAN MASYARAKAT SINDANGBARANG DALAM MELESTARIKAN KESENIAN ‘PAREBUT SEENG’ DI KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI TERNYATAAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA TENGANTAR ... iii

UCATAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR BAGAN ... x

DAFTAR LAMTIRAN ... xi

BAB I TENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN ... 1

B. IDENTIFIKASI MASALAH PENELITIAN ... 10

C. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN ... 11

D. TUJUAN PENELITIAN ... 11

E. MANFAAT PENELITIAN ... 12

1. ManfaatTeoritis ... 12

2. ManfaatPraktis ... 12

F. STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI ... 12

BAB II KAJIAN TUSTAKA ... 14

A. FAKTA SOSIAL ... 14

B. STATUS DAN PERAN ... 14

1. Status ... 14

2. Peran ... 16

C. MASYARAKAT ... 18

D. SOSIALISASI DAN ENKULTURASI... 22

1. Definisisosialisasi ... 22


(9)

TesaHersina,2014

PERANAN MASYARAKAT SINDANGBARANG DALAM MELESTARIKAN KESENIAN ‘PAREBUT SEENG’ DI KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Media sosialisasi ... 24

4. Enkulturasi ... 26

E. KEBUDAYAAN ... 28

1. Definisikebudayaan ... 28

2. Wujudkebudayaan ... 29

3. Unsur-unsurkebudayaan ... 30

4. Sifatkebudayaan ... 31

5. Fungsikebudayaanbagimasyarakat ... 32

F. PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA ... 33

1. Definisiperubahansosialbudaya ... 33

2. Bentukperubahansosialbudaya ... 34

3. Faktorpenyebabperubahansosialbudaya ... 36

4. Agenperubahan (Agent of Change) ... 36

G. NILAI ... 37

H. KESENIAN PAREBUT SEENG ... 40

1. DefinisiParebutseeng ... 40

2. SejarahParebutseeng ... 40

I. PENELITIAN TERDAHULU ... 41

BAB III METODOLOGI TENELITIAN ... 45

A. LOKASI DAN SUBJEK PENELITAN ... 45

1. Lokasipenelitian ... 45

2. Subjekpenelitian ... 45

B. PENDEKATAN DAN METODE PENELITIAN ... 46

1. Pendekatanpenelitian ... 46

2. Metodepenelitian ... 47

C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA ... 47

1. Observasi ... 47

2. Wawancara ... 48

3. StudiDokumentasi ... 49


(10)

TesaHersina,2014

PERANAN MASYARAKAT SINDANGBARANG DALAM MELESTARIKAN KESENIAN ‘PAREBUT SEENG’ DI KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Validitas Internal ... 49

2. PerpanjanganPengamatan ... 50

3. PeningkatanKetekunan ... 50

4. Triangulasi ... 51

5. MenggunakanBahanReferensi ... 52

6. Membercheck ... 52

7. Depenability (Reliabilitas) ... 52

8. Konfirmability (Ujiobjektivitas) ... 52

E. PROSEDUR PENELITIAN ... 53

1. PersiapanPenelitian (PraPenelitian) ... 53

2. PerizinanPenelitian ... 54

3. PelaksanaanPenelitian ... 54

F. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA ... 55

G. INSTRUMEN PENELITIAN ... 57

BAB IV HASIL TENELITIAN DAN TEMBAHASAN ... 58

A. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN ... 58

1. LetakGeografis, Luas Wilayah danKeadaanTopografi DesaPasirEurih ... 58

2. JumlahPenduduk, Tingkat Pendidikan, Saranadan Prasarana, danKesehatan... 59

3. KesenianParebutSeengdan Tata Cara Pelaksanaan dalamUpacaraPernikahan ... 62

B. DESKRIPSI HASIL PENELITIAN ... 70

1. PandanganMasyarakatSindangbarangterhadapKesenian ParebutSeeng ... 70

2. Strategi/CaraMasyarakatSindangbarangdalam MelestarikanKesenianParebutSeeng ... 77

3. Faktor yang MenyebabkanMasyarakatSindangbarang MelestarikanKesenianParebutSeeng ... 84


(11)

TesaHersina,2014

PERANAN MASYARAKAT SINDANGBARANG DALAM MELESTARIKAN KESENIAN ‘PAREBUT SEENG’ DI KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4. DampakPerubahanSosialBudayaterhadapKesenian

ParebutSeeng ... 87

5. Nilai-nilai yang Terkandung dalam Kesenian Parebut Seeng ... 93

C. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 95

1. PandanganMasyarakatSindangbarangterhadapKesenian ParebutSeeng ... 95

2. Strategi/Cara MasyarakatSindangbarangdalam MelestarikanKesenianParebutSeeng ... 99

3. Faktor yang MenyebabkanMasyarakatSindangbarang MelestarikanKesenianParebutSeeng ... 105

4. DampakPerubahanSosialBudayaterhadapKesenian ParebutSeeng ... 109

5. Nilai-nilai yang Terkandung dalam Kesenian Parebut Seeng ... 112

BAB V SIMTULAN DAN SARAN ... 116

A. SIMPULAN ... 116

1. SimpulanUmum... 116

2. SimpulanKhusus ... 116

B. SARAN ... 117

DAFTAR TUSTAKA ... 119


(12)

TesaHersina,2014

PERANAN MASYARAKAT SINDANGBARANG DALAM MELESTARIKAN KESENIAN ‘PAREBUT SEENG’ DI KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL Tabel

1.1 Daftar Kecamatan di Kabupaten Bogor ... 4

2.1 Perbedaan antara Masyarakat Desa dan Masyarakat Kota ... 21

4.1 Luas Wilayah DesaPasirEurih ... 58

4.2 JumlahPendudukDesaPasirEurih ... 59

4.3 Mata PencaharianPendudukDesaPasirEurih ... 59

4.4 TingkatPendidikanPendudukDesaPasirEurih ... 60

4.5 Sarana dan PrasaranaPendidikanDesaPasirEurih ... 61

4.6 TenagaKesehatanDesaPasirEurih ... 62

4.7 PandanganMasyarakatSindangbarangterhadapKesenianParebut Seeng ... 75

4.8 Strategi/Cara MasyarakatSindangbarangdalamMelestarikanKesenianParebutSeeng ... 83

4.9 Faktor-faktor yang Menyebabkan Masyarakat Sindangbarang MelestarikanKesenianParebutSeeng ... 87

4.10 PerubahanKesenianParebutSeeng ... 87

4.11 DampakPerubahanSosialBudayaterhadapKesenianParebutSeeng ... 92

4.12 Nilai yang Terkandung dalam Kesenian Parebut Seeng ... 94


(13)

TesaHersina,2014

PERANAN MASYARAKAT SINDANGBARANG DALAM MELESTARIKAN KESENIAN ‘PAREBUT SEENG’ DI KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR BAGAN Bagan

1.1 ProsedurRevitalisasiBudaya di Taman BudayaJawaBarat ... 3

3.1 TriangulasidalamPenelitian ... 51

4.1 KesenianParebutSeeng ... 66

4.2 SejarahKampungBudayaSindangbarang ... 67

4.3 AlurPelaksaanParebutSeengdalamUpacaraPernikahan ... 69


(14)

TesaHersina,2014

PERANAN MASYARAKAT SINDANGBARANG DALAM MELESTARIKAN KESENIAN ‘PAREBUT SEENG’ DI KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMTIRAN

1. SURAT TERIZINAN ... 124

2. SURAT KETUTUSAN TEMBIMBING ... 131

3. TERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 52 TAHUN 2007 138 ... 4. TETA DESA TASIR EURIH … ... 143

5. INSTRUMEN TENELITIAN 145 ... 6. TEDOMAN OBSERVASI ... 149

7. TEDOMAN WAWANCARA ... 150

8. HASIL OBSERVASI ... 151

9. HASIL WAWANCARA ... 153

10.CATATAN LATANGAN ... 176

11.DOKUMENTASI HASIL TENELITIAN ... 180

12.DOKUMENTASI BALAI TENGELOLAAN TAMAN BUDAYA DINAS TARIWISATA DAN KEBUDAYAAN TROVINSI JAWA BARAT ... 184


(15)

1

TesaHersina,2014

PERANAN MASYARAKAT SINDANGBARANG DALAM MELESTARIKAN KESENIAN ‘PAREBUT SEENG’ DI KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BABBIB

PENDAHULUANB A. LATARBBELAKANGBPENELITIANB

Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman. Dari ujung barat hingga ujung timur masing-masing memiliki keunikan tersendiri dan tidak sama antara satu dengan yang lainnya. Dari keanekaragaman inilah Indonesia kemudian disebut sebagai negara dengan masyarakat multuculture. Wahyuni & Yusniati (2007:78) menjelaskan bahwa, “Masyarakat multikultural adalah masyarakat yang terdiri dari banyak kebudayaan”. Kebudayaan-kebudayaan ini mencerminkan tingkat peradaban yang tinggi dan maju maka sebagai bangsa yang kaya akan kebudayaan sudah selayaknya kita dapat bangkit dan lebih maju lagi dalam berbagai bidang.

Keanekaragaman yang terdapat di Indonesia dapat terwujud mulai dari keanekaragaman bahasa, suku, agama, ras, adat istiadat, budaya dan lain sebagainya, itulah yang menjadikan Indonesia sebagai negara yang heterogen secara budaya. Jika kita lihat dari sudut pandang sosiologis, keanekaragaman dan kemajemukan yang dimiliki Indonesia seperti perbedaan ras, agama, adat istiadat dan budaya ini disebut dengan diferensiasi sosial yang artinya perbedaan masyarakat atau penggolongan masyarakat atas dasar perbedaan tertentu. Diferensiasi sosial yang ada dapat menjadi sumber kekuatan bagi bangsa Indonesia untuk lebih bersatu dan mengembangkan potensi yang dimiliki.

Kebudayaan yang dihasilkan dari masing-masing etnik memiliki ciri khas masing-masing. Menurut Koentjaraningrat (2009:144), “Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar”. Atau sering kita dengar bahwa kebudayaan merupakan hasil cipta, karsa dan karya manusia. Penafsiran unsur kebudayaan secara umum merupakan sesuatu yang indah, menarik, halus dan lain sebagainya, unsur tersebut misalnya terwujud dalam ilmu pengetahuan, adat istiadat, kepandaian dalam merangkai kata-kata, kesenian dan lain-lain. Menurut Koentjaraningrat (2009:165) terdapat tujuh unsur yang dapat


(16)

2

TesaHersina,2014

PERANAN MASYARAKAT SINDANGBARANG DALAM MELESTARIKAN KESENIAN ‘PAREBUT SEENG’ DI KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kita sebut sebagai isi pokok dari tiap kebudayaan, yaitu : Bahasa, Sistem pengetahuan, Organisasi sosial, Sistem peralatan hidup dan teknologi, Sistem mata pencaharian hidup, Sistem religi dan Kesenian.

Kesenian merupakan bagian dari kebudayaan. Indonesia memiliki beragam jenis kesenian tradisional yang ada sejak zaman penjajahan bahkan sebelum zaman penjajahan. Khususnya masyarakat Jawa Barat sangat memiliki ketertarikan pada kesenian. Terbukti dari banyaknya seniman-seniman yang lahir dari Jawa Barat.

Kebudayaan sejatinya dapat terpelihara dengan baik karena merupakan warisan nenek moyang kita, dan apa yang membentuk kita seperti sekarang ini adalah hasil dari kebudayaan. Namun seiring berjalannya waktu kebudayaan khususnya kesenian tradisional semakin terkikis keberadaannya. Adanya arus globalisasi dan modernisasi yang tidak terkendali membuat kesenian tradisional sedikit demi sedikit tergantikan kedudukannya oleh kesenian modern.

Data BPNB (Balai Pelestarian Nilai Budaya) menunjukkan bahwa Jawa Barat memiliki 398 jenis kesenian tradisional, sekitar 39 seni tradisional yang pernah hidup di Jawa Barat kini punah dan tidak dipentaskan lagi. Beberapa kesenian yang dikategorikan sebagai kesenian tradisional yang telah punah adalah topeng tanji dari Karawang, tari ondol-ondol dari Purwakarta, seni pertunjukan memeniran dari Bogor, topeng gong dari Sukabumi, wayang mojang dari Cianjur, wayang Sunda, ronggeng abrag, suriwit dari Bandung, palasiang dari Sumedang, bongbangan dari Ciamis, reog Cirebonan dari Cirebon, opera Sunda dari Bandung, serta balengko dan wayang tambun dari Bekasi (Tersedia : http://oase.kompas.com/read/2012/10/05/06165929/39.Kesenian.Jabar.Punah).

Dari hasil wawancara dengan salah satu Staf teknisi Taman Budaya Jawa Barat, mereka memiliki prosedur tersendiri dalam melestarikan kebudayaan, diantaranya sebagai berikut :


(17)

3

TesaHersina,2014

PERANAN MASYARAKAT SINDANGBARANG DALAM MELESTARIKAN KESENIAN ‘PAREBUT SEENG’ DI KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BaganB1.1B

ProsedurBRevitalisasiBBudayaBdiBTamanBBudayaBJawaBBaratB

Revitalisasi

Advokasi Survei

Proses Latihan

Gladi Pentas untuk masyarakat setempat Diskusi (pelaku, tokoh masyarakat, pemerintah)

Digelar di Taman Budaya

Dari data yang diperoleh dari Taman Budaya Jawa Barat, 10 kesenian yang terancam punah kini telah direvitalisasi oleh Taman Budaya Jawa Barat pada tahun 2008-2010. Salah satu kesenian tersebut adalah kesenian parebut seeng dari Kabupaten Bogor. Kesenian ini pun pernah ditampilkan di Taman Budaya Jawa Barat.

Parebut seeng merupakan kesenian tradisional yang awalnya berkembang di Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor yang merupakan pusat seni bela diri yang terkenal. Kesenian parebut seeng merupakan salah satu rangkaian upacara adat pernikahan di Sunda, khususnya di Kabupaten Bogor. Kesenian ini menyebar seiring dengan penyebaran aliran bela diri atau pencak silat aliran Cimande. Penyebarannya hingga ke wilayah Kecamatan Cicurug dan Parungkuda yang merupakan wilayah administrasi Kabupaten Sukabumi, juga menyebar ke kampung Sindangbarang Kabupaten Bogor.


(18)

4

TesaHersina,2014

PERANAN MASYARAKAT SINDANGBARANG DALAM MELESTARIKAN KESENIAN ‘PAREBUT SEENG’ DI KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sindangbarang adalah sebuah kampung di lingkungan Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor. Berikut daftar kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor :

TabelB1.1B

DaftarBKegamatanBdiBKabupatenBBogorB No.B KegamatanB LuasBwilayahB JumlahB

PendudukB

KepadatanB pendudukB

1B 2B 3B 4B 5B

1. Tanjungsari 12.999 50.014 3.85

2. Jasinga 20.807 93.078 4.47

3. Sukamakmur 12.678 74.578 5.88

4. Cariu 7.366 46.186 6.27

5. Nanggung 13.525 84.015 6.21

6. Cigudeg 15.890 117.278 7.38

7. Klapanunggal 9.764 95.052 9.73

8. Sukajaya 7.628 55.671 7.30

9.

Babakan

madang 9.871 103.049 10.44

10. Jonggol 12.686 122.697 9.67

11. Tenjo 6.445 66.077 10.25

12. Rumpin 11.101 129.150 11.63


(19)

5

TesaHersina,2014

PERANAN MASYARAKAT SINDANGBARANG DALAM MELESTARIKAN KESENIAN ‘PAREBUT SEENG’ DI KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1B 2B 3B 4B 5B

14. Parung 7.377 112.529 15.25

15.

Parung

panjang 6.259 110.004 17.58

16. Gunung sindur 5.126 102.998 20.09

17. Pamijahan 8.088 133.871 16.55

18. Cisarua 6.374 112.655 17.67

19. Leuwiliang 6.177 113.280 18.34

20. Caringin 5.730 114.229 19.94

21. Cigombong 4.043 88.309 21.84

22. Tenjolaya 2.368 54.887 23.18

23. Leuwisadeng 3.283 70.847 21.58

24. Megamendung 3.987 96.887 24.30

25. Cijeruk 3.166 78.634 24.84

26. Citeureup 6.719 198.380 29.53

27. Ciseeng 3.679 98.227 26.70

28. Ciampea 5.108 147.130 28.82

29. Cileungsi 7.379 246.369 33.39

30. Tajurhalang 2.928 97.255 33.22


(20)

6

TesaHersina,2014

PERANAN MASYARAKAT SINDANGBARANG DALAM MELESTARIKAN KESENIAN ‘PAREBUT SEENG’ DI KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1B 2B 3B 4B 5B

32. Ciawi 2.581 102.994 39.90

33. Dramaga 2.438 100.679 41.30

34. Cibungbulang 3.266 125.177 38.33

35.B TamansariB 2.161B 91.985B 42.57B

36. Gunung Putri 5.629 309.918 55.06

37. Rancabungur 2.169 50.052 23.08

38. Cibinong 4.337 326.519 75.29

39. Bojonggede 2.955 236.486 80.03

40. Ciomas 1.631 149.167 91.46

Total 266.382 4.771.932 17.91

Sumber : http://bogorkab.bps.go.ud/

Secara umum keadaan topografi Desa Pasir Eurih adalah daerah daratan dan sebagian kecil perbukitan dengan ketinggian antara 500-700 meter di atas permukaan laut. Dengan suhu rata-rata 27,50-350. Desa Pasir Eurih terbagi dalam 4 dusun, 14 Rukun Warga (RW) dan terdiri dari 57 Rukun Tetangga (RT). Iklim di Desa Pasir Eurih sebagimana desa-desa lainnya di wilayah Indonesia mempunyai iklim kemarau dan penghujan. (sumber : dokumen Desa Pasir Eurih)

Masyarakat Desa Pasir Eurih merupakan masyarakat yang heterogen, salah satunya terlihat dari bahasa yang digunakan merupakan percampuran bahasa Sunda dan bahasa Betawi. Jika ditelusuri lebih lanjut keanekaragaman ini adalah dampak dari letak administrasi Bogor sebagai daerah penyangga ibukota yang berarti daerah penduduk asli telah banyak ditempati oleh para pendatang terutama


(21)

7

TesaHersina,2014

PERANAN MASYARAKAT SINDANGBARANG DALAM MELESTARIKAN KESENIAN ‘PAREBUT SEENG’ DI KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dari ibukota, hal ini menyebabkan budaya yang ada baik bahasa atau yang lainnya telah terpengaruh oleh budaya yang datang dari luar.

Di bidang kebudayaan, masyarakat Desa Pasir Eurih membentuk beberapa seni budaya. Dalam bidang kesenian masing-masing warga mempunyai grup Qasidah dan Marawis. Dalam seni bela diri, masyarakat Desa Pasir Eurih mempunyai keyakinan masing-masing. Diantaranya bela diri aliran Cimande dan kesenian bela diri lainnya.

Menurut sejarahnya, pada tahun 1925 seorang warga Sindangbarang bernama bapak Ujang Aslah belajar pencak silat di Cimande Kabupaten Bogor, ketika kembali lagi ke Sindangbarang ia mengajarkan pencak silat tersebut pada salah satu keturunannya yaitu bapak Ukat S. Pada tahun 1950-1970an bapak Ukat S. belajar dan terus mengembangkan pencak silat ini, sejak zaman Kerjaan Padjajaran kesenian parebut seeng yang kita kenal saat ini telah berkembang dalam masyarakat namun dahulu bernama adu jaten. Konsepnya sendiri tidak jauh berbeda dengan kesenian parebut seeng saat ini, namun adu jaten atau parebut seeng yang berkembang saat ini lebih mengarah kepada kesenian bukan lagi adu kekuatan para jawara yang sesungguhnya. Seiring dengan pengaruh kebudayaan luar yang terus masuk ke Indonesia, kesenian ini semakin tidak terdengar lagi keberadaannya.

Tahun 2006, bapak Ukat S. berusaha menghidupkan kembali kesenian parebut seeng dengan dorongan dari berbagai pihak terutama bapak Etong Sumawijaya yang pada waktu itu menjabat sebagai Lurah Desa Pasir Eurih. Sepeninggal bapak Etong Sumawijaya, kesenian parebut seeng diteruskan oleh cucunya yang bernama Maki Sumawijaya yang sekarang menjadi Ketua adat atau sering disebut dengan Pupuhu Kampung Budaya Sindangbarang.

Seni parebut seeng dilaksanakan dalam upacara pernikahan tepatnya sebelum akad nikah. Kesenian ini banyak mewariskan nilai-nilai yang baik. Nilai-nilai yang diwariskan akan sangat berguna bagi kehidupan sosial kelak. Berikut tata cara upacara adat pernikahan dengan menggunakan kesenian parebut seeng (Tersedia : http://senibudaya.stsi-bdg.ac.id/index.php?p=news&title=parebut-seeng-atau-tepak-seeng) :


(22)

8

TesaHersina,2014

PERANAN MASYARAKAT SINDANGBARANG DALAM MELESTARIKAN KESENIAN ‘PAREBUT SEENG’ DI KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

 Dimulai oleh wakil dari rombongan calon pengantin pria, yang disebut bobotoh beruluk-salam dan mengutarakan maksud dan tujuan kedatangannya.

 Keluarga calon pengantin wanita, yang juga diwakili oleh bobotoh, kemudian membalas salam dari keluarga calon pengantin pria seraya mengatakan bahwa maksud dan tujuan kedatangannya dapat dipahami.

 Untuk menguji bahwa calon pengantin pria itu benar-benar lelaki perkasa, pihak keluarga calon pengantin pria mengajukan tantangan, yakni akad nikah hanya bisa dilaksanakan jika pihak calon pengantin wanita dapat merebut seeng yang dibawa oleh salah seorang jawara dari pihak pria.

 Kedua jawara kemudian berlaga saling mengadu kekuatan. Mereka maju, memasang kuda-kuda sambil memperlihatkan jurus-jurus silatnya. Setelah itu mereka beradu ketangkasan dengan cara saling pukul, saling tendang, masing-masing berusaha untuk menangkis dan menghindar setiap serangan lawan. Jawara yang satu berusaha untuk mempertahankan seeng yang digendong dan jawara yang satunya lagi berusaha untuk merebutnya. Pergulatan itu akan berakhir jika Jawara dari pihak calon pengantin wanita dapat menyentuh seeng tersebut. Seiring berjalannya waktu kesenian parebut seeng semakin diambang kepunahan, hal ini dapat disebabkan oleh arus globalisasi dan modernisasi yang tidak terkendali di Kabupaten Bogor. Kabupaten Bogor dekat dengan pusat kota yaitu Jakarta sehingga kebudayaan dan kesenian modern mudah sekali masuk dan mempengaruhi masyarakat Bogor, tidak sedikit masyarakatnya terbawa bergaya hidup modern dengan meninggalkan kebudayaan lokal.

Kesenian tradisional Jawa Barat kini semakin dipertaruhkan keberadaannya, namun jika kita lihat tidak banyak orang yang tertarik untuk melestarikannya. Maka di sini masyarakat Sindangbarang banyak berperan dalam melestarikan kesenian tradisional Jawa Barat. Masyarakat Sindangbarang sebagai agent of change harus dapat terus mempertahankan dan melestarikan kebudayaan-kebudayaan lokal yang ada. Tercermin dalam kegiatan-kegiatan masyarakat Sindangbarang yang rutin melakukan upacara seren taun sebagai ungkapan terimakasih kepada Sang Pencipta. Tidak hanya itu, Maki Sumawijaya sebagai Ketua adat kampung budaya Sindangbarang sekaligus bagian dari masyarakat Sindangbarang berinisiatif membangun Kampung Budaya dengan dukungan dari masyarakat Sindangbarang.


(23)

9

TesaHersina,2014

PERANAN MASYARAKAT SINDANGBARANG DALAM MELESTARIKAN KESENIAN ‘PAREBUT SEENG’ DI KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Masyarakat Sindangbarang rutin mengadakan acara-acara tradisional untuk menghidupkan kembali budaya-budaya dan kesenian yang sebelumnya hilang, diantaranya dengan membuat acara Festival budaya yang di dalamnya ditampilkan pula kesenian parebut seeng, kemudian acara seren taun yang rutin diadakan dan menjadi ciri khas kampung budaya ini. Orang yang datang untuk menyaksikan acara seren taun tidak hanya dari warga sekitar kampung Sindangbarang saja, tetapi juga turis lokal dari luar wilayah Bogor bahkan tidak sedikit turis mancanegara datang untuk melihat. Acara seren taun merupakan upacara adat untuk mensyukuri nikmat atas melimpahnya hasil bumi, namun dalam upacara seren taun banyak sekali kesenian tradisional yang ditampilkan. Bukan hanya menampilkan ritual memasukkan hasil bumi ke dalam lumbung padi, tetapi ditampilkan pula kesenian angklung yang dimainkan oleh ibu-ibu, kemudian tarian-tarian tradisional yang dibawakan oleh remaja perempuan dan anak-anak serta kesenian parebut seeng atau tepak seeng yang dibawakan oleh pemuda beserta sesepuh Kampung Budaya Sindangbarang.

Parebut seeng atau sering pula disebut tepak seeng memiliki fungsi berbeda dari zaman ke zaman. Pada zaman dahulu, parebut seeng berkembang dari seni beladiri. Seni beladiri ini identik dengan adu jaten. Adu jaten merupakan adu kekuatan antara dua atau lebih jawara kampung untuk mempersunting seorang wanita. Jika menang, maka jawara tersebut akan menikah dengan wanita yang diperebutkan. Adu jaten juga dapat melambangkan status seseorang di dalam masyarakat. Jawara yang memenangkan adu jaten biasanya dapat naik ke status yang lebih tinggi atau sebaliknya jawara yang kalah dalam adu jaten maka statusnya dalam masyarakat dapat berubah ke level yang lebih rendah. Adu jaten ini dapat melambangkan kekuasaan dan kekuatan. Saat ini, adu jaten sudah berubah makna dan fungsinya. Adu jaten lebih mengarah pada kesenian dan hiburan (parebut seeng atau tepak seeng). Parebut seeng sendiri tidak lepas dari seni bela diri yang berkembang di Cimande. Gerakan-gerakan yang ada dalam kesenian parebut seeng sangat identik dengan seni bela diri, maka dari itu saat ini kesenian parebut seeng berkembang dalam seni beladiri dan seni dalam upacara adat pernikahan. Pada dasarnya gerakan-gerakan seni beladiri yang berkembang


(24)

10

TesaHersina,2014

PERANAN MASYARAKAT SINDANGBARANG DALAM MELESTARIKAN KESENIAN ‘PAREBUT SEENG’ DI KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam seni parebut seeng memiliki makna yaitu untuk menyelamatkan diri dari serangan lawan tanpa menyakiti lawannya.

Dari pengamatan peneliti, hampir semua orang yang peneliti tanya mengenai kesenian parebut seeng tidak mengetahui kesenian tersebut. Dari sini dapat kita lihat bahwa terdapat jaringan yang terputus dari generasi ke generasi mengenai pewarisan kesenian trasidisional khususnya parebut seeng. Maka sudah selayaknya kita mensosialisasikan kembali kesenian-kesenian tradisional yang terancam kepunahan. Masyarakat umum dapat melihat, mempraktekkan bahkan ikut berpartisipasi dengan masyarakat Sindangbarang yang sejak tahun 2006 mulai menghidupkan kembali budaya-budaya lokal. Tidak menutup kemungkinan kita dapat mengambil banyak pelajaran dari apa yang telah dilakukan masyarakat Sindangbarang dalam melestarikan budaya tradisional dan dapat diterapkan di lingkungannya (diluar wilayah masyarakat Sindangbarang).

Berangkat dari permasalahan yang telah dipaparkan diatas peneliti tertarik untuk meneliti “Peranan Masyarakat Sindangbarang dalam Melestarikan Kesenian Parebut Seeng di Kabupaten Bogor”.

B. IDENTIFIKASIBMASALAHBPENELITIANB

Agar penelitian ini mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka peneliti merasa perlu untuk merumuskan apa yang menjadi fokus permasalahan secara umum. Dalam melestarikan kesenian parebut seeng, masyarakat Sindangbarang memiliki cara untuk mengenalkan kesenian ini pada masyarakat luas dan masing-masing memiliki peran sesuai dengan status yang dimilikinya.

Peneliti berusaha menggali peran-peran yang dilakukan oleh masing-masing elemen masyarakat dalam melestarikan kesenian parebut seeng. Dalam usaha pelestariannya ini, tiap elemen masyarakat memiliki cara yang berbeda-beda. Inti permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana peran yang dilakukan oleh masyarakat Sindangbarang dalam melestarikan kesenian parebut seeng.


(25)

11

TesaHersina,2014

PERANAN MASYARAKAT SINDANGBARANG DALAM MELESTARIKAN KESENIAN ‘PAREBUT SEENG’ DI KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. RUMUSANBMASALAHBPENELITIANB

Dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah dengan merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pandangan masyarakat Sindangbarang terhadap kesenian parebut seeng?

2. Bagaimana strategi atau cara masyarakat Sindangbarang dalam melestarikan kesenian parebut seeng di Kabupaten Bogor?

3. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan masyarakat Sindangbarang melestarikan kesenian parebut seeng di Kabupaten Bogor?

4. Bagaimana dampak perubahan sosial budaya terhadap kesenian parebut seeng di masyarakat Sindangbarang?

5. Nilai-nilai apa sajakah yang terkandung dalam kesenian parebut seeng?

D. TUJUANBPENELITIANB

1. Tujuan umum

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Peranan Masyarakat Sindangbarang dalam Melestarikan Kesenian Parebut Seeng di Kabupaten Bogor.

2. Tujuan Khusus

a) Memperoleh informasi mengenai pandangan masyarakat Sindangbarang terhadap kesenian parebut seeng.

b) Mengetahui strategi atau cara masyarakat Sindangbarang dalam melestarikan kesenian parebut seeng di Kabupaten Bogor.

c) Mendeskripsikan faktor yang menyebabkan masyarakat Sindangbarang melestarikan kesenian parebut seeng di Kabupaten Bogor.

d) Menganalisis dampak perubahan sosial budaya terhadap kesenian parebut seeng di masyarakat Sindangbarang.

e) Menganalisis nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian parebut seeng.


(26)

12

TesaHersina,2014

PERANAN MASYARAKAT SINDANGBARANG DALAM MELESTARIKAN KESENIAN ‘PAREBUT SEENG’ DI KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu E. MANFAATBPENELITIANB

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan terhadap keilmuan dalam bidang pendidikan Sosiologi, khususnya kajian tentang Perubahan Sosial Budaya. Sebagai upaya pelestarian kebudayaan lokal serta memperkaya wawasan dan pengetahuan mengenai budaya lokal khususnya kesenian parebut seeng.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan kajian bagi program pelestarian budaya; b. Sebagai bahan referensi bagi penelitian lanjutan;

c. Masyarakat dapat mengenal dan mewariskan budaya lokal kepada generasi selanjutnya;

d. Sebagai bahan referensi bagi masyarakat umum untuk melestarian kesenian ataupun budaya lokal yang dimiliki daerah; dan

e. Pelestarian kekayaan budaya sebagai ciri khas daerah.

F. STRUKTURBORGANISASIBSKRIPSI

Sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi terdiri dari 5 Bab, yaitu : BAB I : Pendahuluan. Pada Bab ini diuraikan mengenai Latar Belakang

Penelitian, Identifikasi masalah dan Perumusan masalah, Tujuan penelitian, Manfaat penelitian dan Struktur organisasi penulisan. BAB II : Kajian Pustaka. Pada Bab ini diuraikan mengenai Teori Fakta Sosial,

Peran dan Status, Sosialisasi dan Enkulturasi, Kebudayaan dan Seni Parebut Seeng.

BAB III : Metodologi Penelitian. Pada Bab ini diuraikan mengenai Pendekatan penelitian, metode penelitian, teknik pengumpulan data (observasi, wawancara dan studi dokumentasi), lokasi penelitian, subjek


(27)

13

TesaHersina,2014

PERANAN MASYARAKAT SINDANGBARANG DALAM MELESTARIKAN KESENIAN ‘PAREBUT SEENG’ DI KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian, tahapan penelitian, tahap pengolahan dan analisis data, instrumen penelitian, dan validitas data.

BAB IV : Hasil penelitian. Pada Bab ini diuraikan mengenai Gambaran umum lokasi dan subjek penelitian, deskripsi hasil penelitian, dan analisis hasil penelitian.

BAB V : Simpulan dan Saran. Pada Bab ini diuraikan mengenai Simpulan hasil penelitian serta saran-saran.


(28)

45

TesaHersina,2014

PERANAN MASYARAKAT SINDANGBARANG DALAM MELESTARIKAN KESENIAN ‘PAREBUT SEENG’ DI KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BABBIIIB

METODOLOMIBPENELITIANB B

A. LOKASIBDANBSUBJEKBPENELITANB

1. LokasiBPenelitianB

Lokasi penelitian merupakan tempat atau letak daerah penelitian yang akan diteliti. Lokasi penelitian yang akan dilaksanakan berada di Desa Pasir Eurih Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian ini dipilih karena kesenian parebut seeng mulai dikembangkan kembali di desa Pasireurih tepatnya di Kampung Budaya Sindangbarang.

2. SubjekBPenelitianB

Subjek penelitian adalah sumber atau pihak-pihak yang dapat memberikan informasi sesuai dengan masalah yang akan diteliti atau dalam penelitian kualitatif disebut dengan Informan. Menurut Prof. Parsudi Suparlan (dalam Patilima, 2011:84),

Informan kunci adalah orang yang dapat menjadi juru bahasanya atau pemberi informasi pertama dan mendasar mengenai masyarakat dan kebudayaan yang diteliti, dan juga sebagai orang yang dapat memperkenalkan peneliti kepada masyarakatnya.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka subjek yang akan diteliti akan ditentukan langsung oleh peneliti berkaitan dengan masalah yang akan diteliti yaitu Pupuhu, Sesepuh adat, tokoh agama, tokoh pemerintahan/aparat desa serta beberapa anggota masyarakat yang ada di Kampung Sindangbarang yang berpartisipasi dalam acara-acara pelestarian kesenian. Pupuhu adalah sosok yang dipercaya dan pemimpin sebuah perkumpulan, organisasi atau dalam hal ini adalah masyarakat adat/budaya. Sesepuh adat adalah orang yang dihormati dan dianggap mengetahui banyak hal mengenai adat atau kebiasaan/tradisi yang ada di daerahnya. Tokoh agama adalah orang yang dianggap memiliki pengetahuan mengenai agama dan memahaminya. Tokoh pemerintahan/Aparat desa adalah elemen-elemen yang ada dalam struktur kepengurusan desa yakni Kepala Desa, Sekretaris, Seksi kemasyarakatan, dll. Kemudian masyarakat Sindangbarang adalah orang-orang yang tinggal di Kampung Sindangbarang dan ikut


(29)

46

TesaHersina,2014

PERANAN MASYARAKAT SINDANGBARANG DALAM MELESTARIKAN KESENIAN ‘PAREBUT SEENG’ DI KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berpartisipasi dalam kesenian parebut seeng baik tua maupun muda, baik perempuan maupun laki-laki.B

B. PENDEKATANBDANBMETODEBPENELITIANB

1. PendekatanBPenelitianB

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono (2012:9) metode penelitian kualitatif adalah, ”Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah”, artinya seorang peneliti yang menggunakan pendekatan kualitatif melaksanakan penelitiannya dengan kondisi lingkungan masyarakat yang alami, natural tidak dibuat-buat. Deskripsi yang dibuat sesuai dengan kondisi asli lingkungan penelitian.

Sugiyono (2012:9) juga mengungkapkan bahwa, “Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna”. Data yang mendalam didapatkan dengan mencatatkan, menggambarkan, melaporkan kondisi apa yang peneliti lihat pada obyek penelitian kemudian dipapupadankan dengan hasil wawancara dengan informan. Maka penelitian kualitatif menuntun peneliti berpartisipasi aktif dalam penelitian yang akan dilakukannya.

Sementara itu, menurut John W. Creswell (dalam Patilima, 2011:2-3). mendefinisikan pendekatan kualitatif sebagai,

Sebuah proses penyelidikan untuk memahami masalah sosial atau masalah manusia berdasarkan pada penciptaan gambar holistik yang dibentuk dengan kata-kata, melaporkan pandangan informan secara terperinci, dan disusun dalam sebuah latar ilmiah.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif haruslah digambarkan dan dijelaskan secara menyeluruh. Artinya peneliti tidak dapat hanya menjelaskan satu bagian saja dari obyek yang diteliti. Penelitian harus dilakukan secara menyeluruh. Penelitian menekankan pada proses, berawal dari bagian-bagian kecil dari obyek penelitian kemudian dilanjutkan pada hal-hal yang bersifat umum, maka dari itu penelitian kualitatif juga disebut dengan penelitian induktif.


(30)

47

TesaHersina,2014

PERANAN MASYARAKAT SINDANGBARANG DALAM MELESTARIKAN KESENIAN ‘PAREBUT SEENG’ DI KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Peneliti memandang bahwa pendekatan kualitatif cocok digunakan dalam penelitian ini. Hal ini dikarenakan penelitian yang akan dilaksanakan adalah penelitian mengenai kebudayaan khususnya kesenian ‘parebut seeng’. penelitian mengenai kebudayaan ini membutuhkan data-data dan wawancara mendalam. Wawancara mendalam dilakukan pada penelitian kualitatif.

2. MetodeBPenelitianB

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian etnografi. Menurut Spradley (1997:3),

Etnografi merupakan pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan. Tujuan utama aktivitas ini adalah memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli. Sebagaimana dikemukakan oleh Malinowski dalam Spradley, tujuan etnografi adalah memahami sudut pandang penduduk asli, hubungannya dengan kehidupan, untuk mendapatkan pandangannya mengenai dunianya.

Berdasarkan penjelasan tersebut, metode etnografi mencoba memahami setiap makna yang ada di masyarakat yang menjadi obyek penelitian. Setiap tindakan yang dilakukan oleh masyarakat terhadap obyek penelitian memiliki makna yang terkandung di dalamnya. Peneliti harus dapat mendeskripsikan dan menginterpretasikan makna-makna tersebut. Peneliti mencatat setiap kejadian yang terjadi di lingkungan penelitian, hal ini dapat memudahkan peneliti untuk menafsirkan makna dari tindakan masyarakat pada objek penelitian.

C. TEKNIKBPENMUMPULANBDATAB

Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti melalui tiga teknik, yaitu wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Teknik pengumpulan data tersebut akan diuraikan sebagai berikut :

1. ObservasiB

Observasi merupakan aktifitas penelitian yang dilakukan dengan cara mengamati secara langsung kondisi lingkungan serta permasalahan yang ada di lapangan dalam rangka memperoleh data secara aktual. Definisi tersebut sejalan dengan definisi observasi yang dikemukakan oleh Maryati (2013:239) bahwa, “Observasi adalah aktifitas pencatatan fenomena yang dilakukan secara sistematis. Observasi bertujuan untuk memperoleh data secara langsung dari lapangan”.


(31)

48

TesaHersina,2014

PERANAN MASYARAKAT SINDANGBARANG DALAM MELESTARIKAN KESENIAN ‘PAREBUT SEENG’ DI KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dengan melakukan pengamatan atau observasi, peneliti dapat merasakan langsung kondisi dan obyek yang akan diteliti. Peneliti memiliki pengalaman langsung dengan mengamati segala sesuatunya sehingga penelitian dapat dilakukan secara holistik.

Dalam peneltian ini, peneliti mengamati secara langsung kegiatan kesenian ‘parebut seeng’ yang berlokasi di Kampung Budaya Sindangbarang desa Pasireurih kecamatan Tamansari kabupaten Bogor. Peneliti melakukan pengamatan 2-4 minggu sekali selama 7 bulan. Peneliti dapat menghabiskan waktu 3-10 jam untuk sekali pengamatan.

2. WawancaraB

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh informasi dan data secara aktual dan faktual. Menurut Maryati (2013:236), “Wawancara adalah metode pengumpulan data dalam bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan responden. Komunikasi tersebut berlangsung dalam bentuk tanya jawab sambil bertatap muka antara peneliti dengan responden”. Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti terjun langsung ke lokasi penelitian untuk mewawancarai, menggali informasi mengenai obyek yang diteliti. Proses wawancara yang dilakukan oleh peneliti haruslah bersifat luwes agar informasi yang diberikan oleh informan tidak jenuh. Selain itu, peneliti harus dapat berkomunikasi dengan baik karena dalam teknik wawancara atau dalam penelitian kualitatif yang menjadi kunci adalah peneliti itu sendiri.

Wawancara yang dilakukan peneliti bertujuan untuk mengetahui :

1. Pandangan masyarakat Sindangbarang terhadap kesenian parebut seeng.

2. Strategi atau cara masyarakat Sindangbarang dalam melestarikan

kesenian parebut seeng di Kabupaten Bogor.

3. Faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat Sindangbarang

melestarikan kesenian parebut seeng di Kabupaten Bogor.

4. Dampak perubahan sosial budaya terhadap kesenian parebut seeng di masyarakat Sindangbarang.


(32)

49

TesaHersina,2014

PERANAN MASYARAKAT SINDANGBARANG DALAM MELESTARIKAN KESENIAN ‘PAREBUT SEENG’ DI KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Peneliti melakukan wawancara 2-4 minggu sekali selama 7 bulan. Peneliti dapat menghabiskan waktu 1-3 jam untuk sekali wawancara. Lama waktu wawancara sangat tergantung pada informan yang peneliti wawancarai. Informan yang aktif dan terbuka biasanya dapat menghabiskan waktu lebih lama untuk diwawancarai karena ketika mewawancarai informan yang terbuka, peneliti mendapatkan informasi-informasi baru dan detail.

Peneliti melakukan wawancara kepada enam informan, yaitu Bapak Ukat S (Sesepuh Kampung Budaya Sindangbarang), Bapak Maki Sumawijaya (Pupuhu

Kampung Budaya Sindangbarang), Bapak Deden (Tokoh Pemerintahan), Ustadz Yadi (Tokoh Agama), Kang Dudih (Tokoh Pemuda), dan Ma’ Bedah (Tokoh Perempuan). Peneliti memilih informan tersebut karena informan mengetahui banyak informasi mengenai kesenian masyarakat Sindangbarang serta hal-hal yang berkaitan dengan masyarakat Sindangbarang.

3. StudiBDokumentasiB

Menurut Sugiyono (2012:240), “Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang”. Berdasarkan definisi tersebut, peneliti mengumpulkan dan menganalisis dokumen-dokumen yang sesuai dengan objek yang akan diteliti, dalam hal ini peneliti mengumpulkan dan menganalisi gambar-gambar yang berkaitan dengan kesenian parebut seeng. kemudian peneliti juga menganalisis naskah yang menjelaskan kesenian parebut seeng.

D. PENMUJIANBDANBKEABSAHANBDATAB

Terdapat berbagai macam uji keabsahan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif, namun dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa uji keabsahan yaitu :

1. ValiditasBInternalB

Sugiyono (2012:267) menjelaskan bahwa, “Validitas internal berkenaan dengan derajat akurasi desain penelitian dengan hasil yang dicapai”. Proses validitas internal dalam desain penelitian yang dibuat peneliti yakni meneliti mengenai peran masyarakat dalam melestarikan kesenian parebut seeng, maka data yang diperoleh seharusnya adalah mengenai peran-peran masyarakat dalam


(33)

50

TesaHersina,2014

PERANAN MASYARAKAT SINDANGBARANG DALAM MELESTARIKAN KESENIAN ‘PAREBUT SEENG’ DI KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

melestarikan kesenian parebut seeng. Penelitian dikatakan tidak valid apabila data yang ditemukan atau digali oleh peneliti bukan mengenai peran masyarakat tetapi misalnya konflik yang terjadi dalam pelestarian kesenian parebut seeng.

2. PerpanjanganBPengamatanB

Perpanjangan pengamatan dilakukan apabila data yang telah diperoleh masih dirasa kurang serta untuk mengecek kebenaran data yang didapatkan. Perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan untuk mengecek apakah data yang diperoleh benar atau tidak, berubah atau tidak. Peneliti kembali mewawancarai subjek penelitian baik yang telah diwawancarai maupun yang baru ditemui. Sugiyono (2012:271) menyebutkan bahwa, “Dengan perpanjangan pengamatan ini berarti hubungan peneliti dengan narasumber akan semakin terbentuk rapport, semakin akrab (tidak ada jarak lagi), semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada lagi informasi yang disembunyikan lagi”.

Ketika pertama kali mendatangi tempat penelitian untuk melakukan pra penelitian dan melakukan wawancara, pada tanggal 23 November 2013, hubungan yang terbentuk antara peneliti dengan narasumber sangat kaku dan kurang akrab. Narasumberpun masih terbatas dalam memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Namun dengan perpanjangan pengamatan ini akan berdampak pada proses adaptasi dari kedua pihak terutama pada subjek penelitian yang semakin tidak asing dengan peneliti. Hal ini akan berdampak pada informasi yang diberikan oleh narasumber.

3. PeningkatanBketekunanB

Menurut Sugiyono (2012:272) menjelaskan bahwa, “Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan”. Peneliti melakukan pengamatan secara lebih cermat, tekun dan berkesinambungan terhadap data yang didapatkan. Hal ini akan lebih mudah dilakukan apabila peneliti membekali dirinya dengan membaca referensi yang sesuai dengan penelitian yang dilakukannya. Dengan membaca referensi, peneliti dapat memeriksa apakah data yang didapatkan sesuai dengan referensi atau tidak.


(34)

51

TesaHersina,2014

PERANAN MASYARAKAT SINDANGBARANG DALAM MELESTARIKAN KESENIAN ‘PAREBUT SEENG’ DI KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Teknik pengumpulan data triangulasi merupakan penggabungan dari ketiga teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti. Penggabungan ini dimaksudkan agar data yang diperoleh peneliti dari lapangan merupakan data yang dapat dipercaya dan sesuai dengan kondisi sebenarnya. Hal ini sejalan dengan definisi teknik pengumpulan data triangulasi. Menurut Sugiyono (2012:241), “Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber yang telah ada”.

Triangulasi dibagi menjadi dua macam, yakni triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Sugiyono (2012:241) menjelaskan bahwa, “Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama, sedangkan triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama”.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data triangulasi sumber, karena peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang sama pada sumber data yang berbeda. Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam untuk menggali data pada pupuhu, sesepuh adat dan tokoh pemerintahan. Namun tidak dengan mengesampingkan teknik observasi dan studi dokumentasi. Dapat dilihat pada bagan berikut ini :

BaganB3.1B

TriangulasiBdalamBPenelitianB B

B B B B B

Pupuhu

Deep

Interview/Wawancara

mendalam Sesepuh Adat

Tokoh Pemerintahan


(35)

52

TesaHersina,2014

PERANAN MASYARAKAT SINDANGBARANG DALAM MELESTARIKAN KESENIAN ‘PAREBUT SEENG’ DI KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dari bagan di atas, teknik pengumpulan data digunakan pada beberapa sumber data atau informan. Teknik triangulasi dilakukan agar ketiga hasil wawancara pada informan tersebut dapat dicek kebenarannya apakah jawaban dari sumber pertama sesuai dengan sumber kedua dan ketiga dan seterusnya.

5. MenggunakanBbahanBreierensiB

Menurut Sugiyono (2012:275) menjelaskan bahan referensi adalah, “Adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti”. Dalam hal ini peneliti harus menyertakan hasil perekam suara atau video yang digunakan untuk merekam proses wawancara yang dilakukan. Selain itu dokumen dalam bentuk foto-foto kegiatan kesenian parebut seeng juga dapat disertakan sebagai alat pendukung.

6. Membercheck

Menurut Sugiyono (2012:276), “Membercheck adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data”. Membercheck ini memiliki tujuan yaitu agar data yang diperoleh peneliti dari hasil wawancara terhadap narasumber merupakan data yang objektif yang disepakati oleh kedua belah pihak. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi ketidaksesuaian antara data yang diberikan narasumber kepada peneliti. Apa yang dimaksudkan narasumber sesuai dengan yang ditafsirkan oleh peneliti.

7. DepenabilityB(reliabilitas)

Depenability dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian” (Sugiyono, 2012:277). Dimulai dengan awal peneliti melakukan penelitian hingga menarik kesimpulan. Apabila peneliti tidak dapat menjawab apa yang dipertanyakan oleh dosen pembimbing maka depenabilitasnya patut diragukan.

8. KonfirmabilityB(ujiBobyektivitas)

Proses konfirmability tidak jauh berbeda dengan depenability. Proses ini dilakukan dengan cara menguji hasil penelitian dihubungkan dengan proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti.


(36)

53

TesaHersina,2014

PERANAN MASYARAKAT SINDANGBARANG DALAM MELESTARIKAN KESENIAN ‘PAREBUT SEENG’ DI KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. PROSEDURBPENELITIANB

1. PersiapanBPenelitianB(PraBPenelitian)B

Tahap persiapan penelitian yang dilakukan, yaitu :

a. Memilih masalah adalah tahap awal yang dilakukan dalam kegiatan

penelitian

b. Mencari artikel atau referensi berita-berita mengenai permasalahan yang akan diteliti.

c. Merumuskan masalah.

d. Membuat judul penelitian. e. Menyusun proposal penelitian.

f. Melakukan seminar proposal.

g. Mengajukan surat ijin untuk melakukan pra penelitian kepada Prodi Pendidikan Sosiologi.

h. Melakukan pra penelitian untuk mendapatkan gambaran mengenai lokasi yang akan diteliti dan melakukan wawancara untuk mencocokkan dengan masalah yang akan diteliti.

Pada tahap ini, peneliti menggali infomasi sebanyak-banyaknya sebagai referensi penelitian. Hal ini disebabkan masih terbatasnya penelitian mengenai kesenian tradisional khususnya kesenian parebut seeng. Peneliti melakukan pra penelitian pertama pada tanggal 23 November 2013. Kemudian pada tanggal 1 Desember 2013 peneliti melihat langsung acara upacara seren taun yang ke-9, dalam acara seren taun ini ditampilkan pula kesenian parebut seeng yang akan diteliti oleh peneliti.

Setelah melaksanakan pra penelitian, peneliti membuat rancangan penelitian, yang memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat, pendekatan dan metode penelitian, teknik pengumpulan data, subjek penelitian dan lokasi penelitian. Kemudian peneliti mengkomunikasikan rancangan ini kepada dosen pembimbing.


(37)

54

TesaHersina,2014

PERANAN MASYARAKAT SINDANGBARANG DALAM MELESTARIKAN KESENIAN ‘PAREBUT SEENG’ DI KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. PerizinanBPenelitianB

Tahapan perizinan penelitian yang dilakukan, yaitu : 1. Meminta surat izin penelitian kepada Prodi.

2. Menyerahkan surat izin penelitian dari Prodi ke Fakultas beserta syarat-syarat perizinan penelitian berupa satu buah proposal penelitian yang telah disetujui pembimbing, fotocopy KTM, dan surat bebas biaya spp. 3. Menyerahkan surat izin dari Fakultas ke Universitas (BAAK) untuk

diproses selama satu minggu.

4. Menyerahkan surat dari Universitas ke Bakesbangpol Kabupaten Bogor

dan meminta surat izin penelitian ke Bakesbangpol Kabupaten bogor.

5. Mengambil surat izin melaksanakan penelitian ke Bakesbangpol

Kabupaten Bogor kemudian menyerahkan ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor.

6. Menyerahkan surat izin dari Bakesbangpol Kabupaten Bogor ke

Kecamatan Tamansari.

7. Meminta izin dan memperlihatkan surat dari Bakesbangpol Kabupaten Bogor ke Desa Pasir Eurih.

Pada tahap ini, peneliti melakukan proses birokrasi atau mengurus perizinan untuk dapat melakukan penelitian. Proses ini dilakukan kurang lebih selama satu bulan. Perizinan ini dilakukan agar kegiatan penelitian yang dilakukan peneliti merupakan kegiatan yang legal karena telah diketahui dan mendapatkan izin dari lembaga-lembaga yang bersangkutan.

3. PelaksanaanBPenelitianB

Tahapan pelaksanaan penelitian, yaitu :

1. Melakukan wawancara dengan Sesepuh adat yaitu Bapak Ukat S. Beliau

merupakan tokoh kunci yang banyak mengetahui mengenai seni parebut seeng karena beliau merupakan tokoh yang menyebarkan kembali seni parebut seeng umumnya pencak silat Cimande di Kabupaten Bogor.

2. Melakukan wawancara dengan Pupuhu Kampung Sindangbarang yaitu


(38)

55

TesaHersina,2014

PERANAN MASYARAKAT SINDANGBARANG DALAM MELESTARIKAN KESENIAN ‘PAREBUT SEENG’ DI KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menyebarkan dan melestarikan kesenian tradisional sampai akhirnya membentuk sebuah Kampung Budaya bersama tokoh-tokoh lainnya. 3. Wawancara dengan tokoh agama setempat yaitu Ustadz Yadi, beliau

merupakan tokoh agama yang selalu berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan Kampung Budaya dalam melestarikan kebudayaan tradisional.

4. Wawancara dengan tokoh pemuda yaitu Kang Dudih, beliau merupakan

pelaku silat dan sering menjadi jawara ketika acara kesenian parebut seeng dilaksanakan.

5. Wawancara dengan tokoh perempuan yaitu Ma’ Bedah, beliau

merupakan tokoh perempuan yang tinggal di Kampung Budaya dan ikut berpartisipasi dalam acara-acara yang diadakan oleh Kampung Budaya. 6. Wawancara dengan tokoh pemerintahan desa Pasir Eurih yaitu Bapak

Deden, Beliau merupakan Ketua Desa Wisata dan dipercaya oleh pejabat desa apabila ada hal-hal yang menyangkut kepariwisataan.

7. Wawancara dengan Staf Teknis Balai Pengelolaan Taman Budaya Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat yaitu Bapak Bob. Selain melakukan wawancara, peneliti juga melakukan observasi atau pengamatan terhadap acara-acara yang diadakan oleh Kampung Budaya Sindangbarang yaitu Acara Seren Taun, kunjungan wisata dari berbagai negara ke Kampung Budaya Sindangbarang, kunjungan anak-anak TK ke Kampung Budaya

dan Lomba Kaulinan Budak Lembur.

F. PENMOLAHANBDANBANALISISBDATAB

Analisis data yang digunakan yaitu analisis data dengan menggunakan model Spradley.

Menurut Spradley (dalam Sugiyono, 2012:253), terdapat tahapan analisis data yang dilakukan dalam penelitian kualitatif, yaitu : analisis domain, taksonomi, dan komponensial, analisis tema kultural.

Analisis domain dilakukan saat peneliti memasuki lapangan. Tahapan ini merupakan tahapan awal. Analisis domain dilakukan untuk menentukan domain atau kategori-kategori yang ada pada obyek penelitian. Menurut Spradley (dalam


(39)

56

TesaHersina,2014

PERANAN MASYARAKAT SINDANGBARANG DALAM MELESTARIKAN KESENIAN ‘PAREBUT SEENG’ DI KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sugiyono, 2012:256), ‘Analisis domain pada umumnya dilakukan untuk memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh tentang situasi sosial yang diteliti atau obyek penelitian’.

Sejalan dengan penjelasan Spradley mengenai analisis domain, pada tahap awal peneliti melakukan apa yang disebut proses pra penelitian. Pada tahapan ini

peneliti mengamati dan mewawancarai sesepuh Kampung Budaya Sindangbarang

dan menggali informasi mengenai aktivitas dan ciri khas dari kampung budaya tersebut. Peneliti menentukan kategori masyarakat yang nantinya akan diteliti yaitu kategori Tokoh Adat yaitu Pupuhu dan Sesepuh adat, Tokoh Agama, Tokoh Pemuda, Tokoh Pemerintahan dan Tokoh Perempuan.

Tahapan yang kedua adalah Analisis Taksonomi. Pada tahapan ini, peneliti mulai mengelompokkan domain yang menjadi fokus penelitiannya. Seperti pada penjelasan Spradley (dalam Sugiyono, 2012:255) mengenai analisis taksonomi yaitu, “Domain yang dipilih tersebut selanjutnya dijabarkan menjadi lebih rinci, untuk mengetahui struktur internalnya. Dilakukan dengan observasi terfokus”. Pada analisis taksonomi ini, peneliti memilih informan dari masing-masing domain atau kategori yang sesuai dengan fokus penelitian.

Tahapan ketiga yaitu Analisis komponensial. Menurut Spradley (1997:231), “Analisis komponen merupakan suatu pencarian sistematik sebagai atribut (komponen makna) yang berhubungan dengan simbol-simbol budaya”. Pada tahap ini, domain atau kategori yang telah difokuskan diorganisasikan dengan kategori yang kontras. Misalnya pada penelitian yang akan dilakukan, informasi mengenai cara-cara yang dilakukan masyarakat Sindangbarang dalam melestarikan kesenian parebut seeng yang diberikan oleh tokoh adat dikontraskan dengan kategori lain misalnya dengan tokoh pemerintahan. Informasi kesenian parebut seeng menurut informan harus peneliti hubungkan dengan realitas yang ada di lapangan. Seperti yang dikatakan oleh Spradley (1997:233), “Dengan mengajukan pertanyaan kontras anda memperoleh berbagai atribut untuk berbagai macam istilah asli informan yang berbeda”.

Pertanyaan-pertanyaan kontras yang diajukan oleh peneliti akan lebih banyak menggali informasi dari informan mengenai istilah-istilah asli informan.


(40)

57

TesaHersina,2014

PERANAN MASYARAKAT SINDANGBARANG DALAM MELESTARIKAN KESENIAN ‘PAREBUT SEENG’ DI KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tahapan yang terakhir dari analisis data Spradley adalah Analisis Tema Budaya. Spradley (2012:264) menjelaskan, “Analisis tema merupakan upaya mencari ‘benang merah’ yang mengintegrasikan lintas domain yang ada”. Artinya pada tahapan ini peneliti menemukan inti dari penelitiannya. Dimulai dari analisis domain kemudian menuju pada kategori yang lebih fokus yaitu analisis taksonomi kemudian analisis komponensial dan analisis tema budaya. Pada tahap analisis tema budaya, data yang didapatkan oleh peneliti dari informan dapat diketahui hasilnya, apakah data yang didapatkan sama dengan fokus penelitian pada saat sebelum terjun ke lapangan ataukah fokus penelitian berubah sesuai dengan situasi sosial yang ada.

M. INSTRUMENBPENELITIANB

Sugiyono (2012:223) menyebutkan bahwa dalam penelitian kualitatif “The researcher is the key instrument”. Artinya instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri.

Sejalan dengan apa yang diungkapkan Sugiyono, Patilima (2011:7) juga berpendapat bahwa dalam penelitian kualitatif, “Instrumen penelitian adalah si peneliti itu sendiri. Peneliti harus mempunyai pengetahuan konseptual dan teoritikal yang cukup dan mempunyai kemampuan analitik yang tinggi bila ingin berhasil dengan baik”.

Peneliti dalam penelitian kualitatif mencari dan menentukan segala sesuatunya oleh dirinya sendiri, maksudnya adalah peneliti menentukan fokus masalah, menentukan subjek penelitian yang akan diteliti, analisis data, kesimpulan, dan lain sebagainya sendiri. Maka dari itu kunci utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri.


(41)

116

TesaHersina,2014

PERANAN MASYARAKAT SINDANGBARANG DALAM MELESTARIKAN KESENIAN ‘PAREBUT SEENG’ DI KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BABBVB

SIMPULANBDANBSARANB

A. SIMPULANB

1. SimpulanBUmumB

Berdeserken pembehesen penelitien yeng dipeperken pede beb sebelumnye, meke depet diterik sebueh simpulen behwe mesing-mesing elemen mesyereket memiliki perenen berbede delem melesteriken kesenien perebut seeng. Setiep elemen mesyereket memiliki cere tersendiri delem melesteriken kesenien tredisionelnye.

2. SimpulanBKhusus

Pendengen mesyereket Sindengbereng terhedep kesenien perebut seeng depet dilihet deri empet espek. Perteme, tujuen ditempilkennye kembeli kesenien perebut seeng edeleh untuk melesteriken kesenien tredisionel, memperkenelken kesenien khes deereh Bogor, menembeh wewesen mengenei kesenien tredisionel begi generesi mude, sebegei hiburen begi mesyereket yeng melihetnye, juge sebegei medie dekweh mengenei ejeren egeme Islem. Kedue, gereken yeng ditempilken delem kesenien perebut seeng merupeken gereken silet Cimende, gereken yeng ditempilken senget gegeh den bereni, juge mempelejeri gereken silet merupeken penyeluren positif untuk generesi mude sebegei pengektuelisesien dirinye. Ketige, mekne deri kesenien perebut seeng edeleh sebegei begien deri upecere pernikehen serte pewerisen nilei-nilei kepede generesi mude. Keempet, elet yeng diguneken tidek depet digentiken kerene termesuk sesuetu yeng sekrel, kerene delem pengguneennye mengendung mekne serte epebile digentiken meke neme deri kesenien ini pun eken berubeh buken legi perebut seeng. Aken tetepi menurut seleh seoreng informen, pengguneen seeng depet dirubeh sebegei sebueh inovesi delem menerik wisetewen.

Stretegi eteu cere yeng diguneken oleh mesyereket Sindengbereng delem melesteriken kesenien perebut seeng senget beregem, dienterenye mengikuti festivel budeye, pengebedien kesenien perebut seeng melelui medie foto yeng nentinye eken diperkenelken pede mesyereket luer, membengun pedepoken silet den ektif di delemnye, menyelenggereken upecere seren taun, mengedeken lombe


(42)

117

TesaHersina,2014

PERANAN MASYARAKAT SINDANGBARANG DALAM MELESTARIKAN KESENIAN ‘PAREBUT SEENG’ DI KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

adu jaten den lombe kaulinan budak lembur, menjediken Dese Pesir Eurih

khususnye Kempung Budeye Sindengbereng sebegei tujuen wisete, melibetken pere civitas ekedemike delem ecere-ecere budeye, mengenelken kesenien perebut seeng ke sekoleh behken menjediken kesenien ini sebegei ekstrekurikuler.

Fektor-fektor yeng menyebebken mesyereket Sindengbereng melesteriken kesenien perebut seeng, dienterenye : Rese melu, kebenggeen oreng Sunde, iketen dereh edet, eger keberedeen budeye lokel tidek tergeser oleh budeye modern, serte sebegei werisen leluhur.

Dempek perubehen sosiel budeye terhedep kesenien perebut seeng, dienterenye : edu jeten berubeh menjedi kesenien perebut seeng, kesenien perebut seeng berubeh menjedi seni pertunjuken, kesenien perebut seeng dilekseneken pede pernikehen dilekseneken menjedi depet dilekseneken buken pede heri pernikehen seje, gereken yeng diguneken edeleh veriesi pencek silet (kombinesi).

Nilei-nilei yeng terkendung delem kesenien perebut seeng, dienterenye : nilei religius yeng benyek terdepet delem gereken, nilei morel yeng mengejerken eger tidek sombong den rendeh heti, nilei sejereh yeng merupeken werisen budeye sejek zemen Kerejeen Pedjejeren, serte nilei keindehen yeng ede pede gereken kesenien perebut seeng.

B. SARANB

Berdeserken simpulen yeng teleh dipeperken di etes, meke peneliti mengejuken seren yeng sekirenye depet menjedi mesuken. Adepun seren yeng diejuken edeleh sebegei berikut :

1. Untuk orengtue eger lebih berperen ektif delem mensosielisesiken budeye tredisionel kepede putre-putrinye, kerene orengtue/keluerge merupeken lembege primer yeng menenemken nilei budeye yeng ede di mesyereket. 2. Untuk pemerinteh eger lebih bise berperen ektif, mendukung beik moril

meupun meteril delem pelesterien budeye tredisionel.

3. Untuk generesi mude eger lebih mencintei budeye sendiri dibending budeye luer. Minimel ikutserte eteu sering melihet ecere-ecere budeye eger pereseen cinte pede budeye sendiri muncul.


(43)

118

TesaHersina,2014

PERANAN MASYARAKAT SINDANGBARANG DALAM MELESTARIKAN KESENIAN ‘PAREBUT SEENG’ DI KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Untuk pere ekedemisi eger memberiken kontribusinye pede pelesterien budeye, sebegei lengkeh kecilnye edeleh membuet tulisen mengenei budeye tredisionel eger oreng yeng membece depet mengenelnye melelui tulisen.

5. Untuk mesyereket lues eger depet melekuken tindeken nyete delem melesteriken budeye tredisionel Indonesie.

6. Untuk peneliti selenjutnye eger depet memperlues wileyeh penelitien eteu membendingken peren mesyereket setu deereh dengen yeng leinnye eger depet memberiken wewesen yeng lebih lues delem penelitien mengenei peren mesyereket delem melesteriken kesenien tredisionel den depet dijediken model pelesterien untuk diterepken di deereh leinnye.


(44)

119

TesaHersina,2014

PERANAN MASYARAKAT SINDANGBARANG DALAM MELESTARIKAN KESENIAN ‘PAREBUT SEENG’ DI KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

1. Buku

Hanafi, Abdillah. (1981). Memasyarakatkan Ide-ide Baru. Surabaya : Usaha Nasional.

Henslin, James M. (Penyunting : Sunarto, Kamanto). (2007). Sosiologi dengan

Pendekatan Membumi. Jakarta : Erlangga.

Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta. Kusumohamidjojo, Budiono. (2010). Filsafat Kebudayaan. Yogyakarta :

Jalasutra.

Malihah, Elly & Kolip, Usman. (2011). Pengantar Antropologi. Bandung : CV. Maulana Media Grafika.

Manan, Imran. (1989). Dasar-dasar Sosial Budaya Pendidikan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Maryati, Kun & Juju Suryawati. (2013). Sosiologi dan Antropologi untuk

SMA/MA kelas X. Jakarta : Esis.

Marzali, Amri. (2005). Antropologi dan Pembangunan Indonesia. Jakarta : Prenada Media.

Mifflen, Frank J & Mifflen, Sydney C. (1986). Sosiologi Pendidikan. Bandung : Tarsito.

Mutakin, Awan & Pasya, Gurniwan Kamil. (2000). Masyarakat Indonesia dalam

Dinamika. Bandung : Buana Nusa.

Nasution. (1995). Sosiologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Nazsir, R. Nasrullah. (2008). Sosilogi Kajian Lengkap Konsep dan Teori

Sosiologi sebagai Ilmu Sosial. Bandung : Widya Padjadjaran.

Pasaribu, I.L. & Simandjuntak, B. (1986). Sosiologi Pembangunan. Bandung : Tarsito

Patilima, Hamid. (2011). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta. Ram, Aminuddin & Sobari, Tita. (). Sosiologi. Jakarta : Erlangga.


(45)

120

TesaHersina,2014

PERANAN MASYARAKAT SINDANGBARANG DALAM MELESTARIKAN KESENIAN ‘PAREBUT SEENG’ DI KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ritzer, George. (2011). Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.

Ritzer, George. (2012). Teori Sosiologi. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Setiadi, Elly. M. & Kolip, Usman. (2011). Pengantar Sosiologi. Jakarta : Kencana.

Soekanto, Soekanto. (2009). Sosiologi Keluarga. Jakarta : Rineka Cipta.

Soekanto, Soerjono. (2006). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Soekanto, Soejono. (1985). Emile Durkheim Aturan-aturan Metode Sosiologis. Jakarta : CV. Rajawali.

Soyomukti, Nurani. (2010). Pengantar Sosiologi. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media. Spradley, James P. (1997). Metode Etnografi. Yogyakarta : PT. Tiara Wacana

Yogya.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Suryani, Elis. (2011). Ragam Pesona Budaya Sunda. Bogor : Ghalia Indonesia. Usman, Sunyoto. (2012). Sosiologi sejarah, teori dan metodologi. Yogyakarta :

Pustaka Pelajar.

Wahyuni, Niniek Sri & Yusniati. (2007). Manusia dan Masyarakat. Jakarta : Ganeca Exact.

2. Kamus

Tim Gama Press. (2010). Kamus Ilmiah Populer. Gama Press. 3. Jurnal

Prasetyo, Untung & Sarwoprasodjo, Sarwititi. (2011). Komodifikasi Upacara

Tradisional Seren Taun dalam Pembentukan Identitas Komunitas. Bogor :

Institut Pertanian Bogor. 4. Skripsi

Fatimah, Siti. (2013). Nilai Budaya Adat Ngarot kaitannya dengan “Civic Culture” sebagai Wujud Pelestarian Kebudayaan Indonesia (Studi kasus

masyarakat Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu). Bandung :


(1)

TesaHersina,2014

PERANAN MASYARAKAT SINDANGBARANG DALAM MELESTARIKAN KESENIAN ‘PAREBUT SEENG’ DI KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

adu jaten den lombe kaulinan budak lembur, menjediken Dese Pesir Eurih khususnye Kempung Budeye Sindengbereng sebegei tujuen wisete, melibetken pere civitas ekedemike delem ecere-ecere budeye, mengenelken kesenien perebut seeng ke sekoleh behken menjediken kesenien ini sebegei ekstrekurikuler.

Fektor-fektor yeng menyebebken mesyereket Sindengbereng melesteriken kesenien perebut seeng, dienterenye : Rese melu, kebenggeen oreng Sunde, iketen dereh edet, eger keberedeen budeye lokel tidek tergeser oleh budeye modern, serte sebegei werisen leluhur.

Dempek perubehen sosiel budeye terhedep kesenien perebut seeng, dienterenye : edu jeten berubeh menjedi kesenien perebut seeng, kesenien perebut seeng berubeh menjedi seni pertunjuken, kesenien perebut seeng dilekseneken pede pernikehen dilekseneken menjedi depet dilekseneken buken pede heri pernikehen seje, gereken yeng diguneken edeleh veriesi pencek silet (kombinesi).

Nilei-nilei yeng terkendung delem kesenien perebut seeng, dienterenye : nilei religius yeng benyek terdepet delem gereken, nilei morel yeng mengejerken eger tidek sombong den rendeh heti, nilei sejereh yeng merupeken werisen budeye sejek zemen Kerejeen Pedjejeren, serte nilei keindehen yeng ede pede gereken kesenien perebut seeng.

B. SARANB

Berdeserken simpulen yeng teleh dipeperken di etes, meke peneliti mengejuken seren yeng sekirenye depet menjedi mesuken. Adepun seren yeng diejuken edeleh sebegei berikut :

1. Untuk orengtue eger lebih berperen ektif delem mensosielisesiken budeye tredisionel kepede putre-putrinye, kerene orengtue/keluerge merupeken lembege primer yeng menenemken nilei budeye yeng ede di mesyereket. 2. Untuk pemerinteh eger lebih bise berperen ektif, mendukung beik moril

meupun meteril delem pelesterien budeye tredisionel.

3. Untuk generesi mude eger lebih mencintei budeye sendiri dibending budeye luer. Minimel ikutserte eteu sering melihet ecere-ecere budeye eger pereseen cinte pede budeye sendiri muncul.


(2)

TesaHersina,2014

PERANAN MASYARAKAT SINDANGBARANG DALAM MELESTARIKAN KESENIAN ‘PAREBUT SEENG’ DI KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Untuk pere ekedemisi eger memberiken kontribusinye pede pelesterien budeye, sebegei lengkeh kecilnye edeleh membuet tulisen mengenei budeye tredisionel eger oreng yeng membece depet mengenelnye melelui tulisen.

5. Untuk mesyereket lues eger depet melekuken tindeken nyete delem melesteriken budeye tredisionel Indonesie.

6. Untuk peneliti selenjutnye eger depet memperlues wileyeh penelitien eteu membendingken peren mesyereket setu deereh dengen yeng leinnye eger depet memberiken wewesen yeng lebih lues delem penelitien mengenei peren mesyereket delem melesteriken kesenien tredisionel den depet dijediken model pelesterien untuk diterepken di deereh leinnye.


(3)

TesaHersina,2014

PERANAN MASYARAKAT SINDANGBARANG DALAM MELESTARIKAN KESENIAN ‘PAREBUT SEENG’ DI KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA 1. Buku

Hanafi, Abdillah. (1981). Memasyarakatkan Ide-ide Baru. Surabaya : Usaha Nasional.

Henslin, James M. (Penyunting : Sunarto, Kamanto). (2007). Sosiologi dengan Pendekatan Membumi. Jakarta : Erlangga.

Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta. Kusumohamidjojo, Budiono. (2010). Filsafat Kebudayaan. Yogyakarta :

Jalasutra.

Malihah, Elly & Kolip, Usman. (2011). Pengantar Antropologi. Bandung : CV. Maulana Media Grafika.

Manan, Imran. (1989). Dasar-dasar Sosial Budaya Pendidikan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Maryati, Kun & Juju Suryawati. (2013). Sosiologi dan Antropologi untuk

SMA/MA kelas X. Jakarta : Esis.

Marzali, Amri. (2005). Antropologi dan Pembangunan Indonesia. Jakarta : Prenada Media.

Mifflen, Frank J & Mifflen, Sydney C. (1986). Sosiologi Pendidikan. Bandung : Tarsito.

Mutakin, Awan & Pasya, Gurniwan Kamil. (2000). Masyarakat Indonesia dalam

Dinamika. Bandung : Buana Nusa.

Nasution. (1995). Sosiologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Nazsir, R. Nasrullah. (2008). Sosilogi Kajian Lengkap Konsep dan Teori Sosiologi sebagai Ilmu Sosial. Bandung : Widya Padjadjaran.

Pasaribu, I.L. & Simandjuntak, B. (1986). Sosiologi Pembangunan. Bandung : Tarsito

Patilima, Hamid. (2011). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta. Ram, Aminuddin & Sobari, Tita. (). Sosiologi. Jakarta : Erlangga.


(4)

TesaHersina,2014

PERANAN MASYARAKAT SINDANGBARANG DALAM MELESTARIKAN KESENIAN ‘PAREBUT SEENG’ DI KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ritzer, George. (2011). Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.

Ritzer, George. (2012). Teori Sosiologi. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Setiadi, Elly. M. & Kolip, Usman. (2011). Pengantar Sosiologi. Jakarta : Kencana.

Soekanto, Soekanto. (2009). Sosiologi Keluarga. Jakarta : Rineka Cipta.

Soekanto, Soerjono. (2006). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Soekanto, Soejono. (1985). Emile Durkheim Aturan-aturan Metode Sosiologis. Jakarta : CV. Rajawali.

Soyomukti, Nurani. (2010). Pengantar Sosiologi. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media. Spradley, James P. (1997). Metode Etnografi. Yogyakarta : PT. Tiara Wacana

Yogya.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Suryani, Elis. (2011). Ragam Pesona Budaya Sunda. Bogor : Ghalia Indonesia. Usman, Sunyoto. (2012). Sosiologi sejarah, teori dan metodologi. Yogyakarta :

Pustaka Pelajar.

Wahyuni, Niniek Sri & Yusniati. (2007). Manusia dan Masyarakat. Jakarta : Ganeca Exact.

2. Kamus

Tim Gama Press. (2010). Kamus Ilmiah Populer. Gama Press. 3. Jurnal

Prasetyo, Untung & Sarwoprasodjo, Sarwititi. (2011). Komodifikasi Upacara Tradisional Seren Taun dalam Pembentukan Identitas Komunitas. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

4. Skripsi

Fatimah, Siti. (2013). Nilai Budaya Adat Ngarot kaitannya dengan “Civic Culture” sebagai Wujud Pelestarian Kebudayaan Indonesia (Studi kasus

masyarakat Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu). Bandung :


(5)

TesaHersina,2014

PERANAN MASYARAKAT SINDANGBARANG DALAM MELESTARIKAN KESENIAN ‘PAREBUT SEENG’ DI KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Nuraini, Fitri. (2013). Pelestarian Nilai Budaya dalam Seni Tarawangsa di Kabupaten Sumedang (Suatu Studi Pada Sekolah sebagai Pusat Budaya).

Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Yogi, Ageng Sine. (2014). Budaya Pesta Laut Nadran sebagai Upaya Melestarikan Kearifan Lokal dalam Mengembangkan Civic Culture (Studi

deskriptif di Desa Eretan Wetan Kabupaten Indramayu). Bandung :

Universitas Pendidikan Indonesia. 5. Peraturan Menteri

Peraturan Menteri Nomor 52 Tahun 2007 6. Situs Web

Ahmad Ibo. Rampag Parebut Seeng, Kesenian yang Melatih Pengendalian Diri.

[Online]. Tersedia : http://www.indonesiakaya.com/kanal/detail/rampag-parebut-seeng-kesenian-yang-melatih-pengendalian-diri diakses pada 17 Mei 2014 pukul 21.09]

BPS. Kependudukan per kecamatan di kabupaten Bogor. [Online]. Tersedia : http://bogorkab.bps.go.id/ diakses pada 9 Oktober 2013 pukul 16.51

Disparbud. Parebut Seeng. [Online]. Tersedia : http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/ensiklo-det.php?id=32&lang=id [diakses pada 30 Juni 2014 pukul 20.08]

Eko Hendrawan Sofyan. 2012. 39 Kesenian Jabar Punah. [Online]. Tersedia : http://oase.kompas.com/read/2012/10/05/06165929/39.Kesenian.Jabar.Punah [diakses pada 10 september 2013 pukul 10.36]

Hakikat Komunikasi Antar Budaya. [Online]. Tersedia :

http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_antarbudaya [diakses pada 18 Agustus 2014 pukul 23.04]

Kp. Sindangbarang. Profil Umum Kampung Budya Sindangbarang. [Online]. Tersedia : http://www.kp-sindangbarang.com/statis-5-profilumum.html [diakses pada 15 Juli 2014 pukul 16.49]


(6)

TesaHersina,2014

PERANAN MASYARAKAT SINDANGBARANG DALAM MELESTARIKAN KESENIAN ‘PAREBUT SEENG’ DI KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Toto Amsar Suanda. 2013. Parebut Seeng atau Tepak Seeng. [Online]. Tersedia : http://senibudaya.stsi-bdg.ac.id/index.php?p=news&title=parebut-seeng-atau-tepak-seeng [diakses pada 10 September 2013 pukul 11.14]

7. Lain-lain

Arsip Balai Pengelolaan Taman Budaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat.

Dokumen Balai Pengelolaan Taman Budaya Disparbud Jawa Barat. Sejarah Parebut Seeng di Desa Sindangbarang.