Orientasi Domisili Masyarakat Di Desa Terpencil(Studi Deskriptif di Desa Negeri Gugung Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli serdang)

(1)

ORIENTASI DOMISILI MASYARAKAT DI DESA TERPENCIL (Studi Deskriptif di Desa Negeri Gugung Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli

serdang) SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Dalam Bidang Sosiologi

OLEH DESTI ARIANI

070901006

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

(3)

ABSTRAK

Penulisan skripsi yang berjudul “Orientasi Domisili Masyarakat di Desa Terpencil” studi deskriptif di desa Negeri Gugung kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang, dilatar belakangi dari masih banyak kelompok masyarkat yang masih bertahan untuk tinggal di desa terpencil dengan keadaan sarana dan prasarana yang masih sangat terbatas dan akses untuk keluar masuk ke Desa tersebut masih sangat sulit sehingga kehidupan masyarakat di desa terpencil tersebut dapat di katakan tidak layak.

Metode yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi deskriptif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan metode observasi, menganalisis data, dan dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap informan yang terdiri dari informan kunci dan informan biasa serta studi kepustakaan. Adapun yang menjadi unit analisis adalah masyarakat desa Negeri Gugung.dan yang menjadi informan adalah masyarakat yang berdomisili di desa Negeri Gugung, baik pendatang maupun masyarakat asli desa tersebut. Interpretasi dilakukan dengan menggunakan catatan dari setiap kali turun kelapangan. Penelitian ini mengacu pada teori pilihan rasional yang menjelaskan bahwa tindakan perseorangan terhadap suatu tujuan dan tujuan itu ditentukan oleh nilai atau pilihan.

Hasil penelitian menyatakan bahwa masyarakat yang berdomisili di desa Negeri Gugung Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang mempunyai beberapa orientasi diantaranya seperti orientasi yang terdapat dari nilai sosial dan kebudayaan masyarakat desa, yang membentuk tingkat solidaritas yang kuat antar sesama masyarakat desa Negeri Gugung. Orientasi ekonomi, karena sebagian besar cpenghasilan masyarakat masih sangat tergantung dengan hasil alam. Orientasi terhadap sumber daya alam yang terdapat di sekitar tempat tinggal masyarakat.seperti udara yang sejuk, pemandangan alam yang indah, serta potensi alam yang tersedia menimbulkan rasa nyaman bagi masyarakat. Sumberdaya manusia yang rendah juga merupakan suatu faktor pendorong orientasi masyarakat, karena mereka tidak mempunyai beranian untuk menghadapi dunia luar dengan minimnya kemampuan yang dimiliki menyebabkan mereka memilih tetap berada di desa tersebut yang merupakan suatu desa yang masih terpencil.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat, rahmat dan serta karunianya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Orientasi Domisili Masyarakat di Desa Terpencil”di desa Negeri Gugung, kecamatan Sibolangit, Kabupaten deli Serdang. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana dari Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan dari semua pihak, maka skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada semua pihak yang telah membantu, baik dari penulisan proposal saat penelitian dan sampai selesainya skripsi ini oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Kedua orang tua tercinta yang telah merawat, mendidik, dan membesarkan ananda dengan segenap cinta dan doa serta kasih sayang yang teramat besar dan tulus, beserta dukungan semangat dan motifasinya yang tiada bosannya diberikan dalam menyelesaikan skripsi ini. Demikian juga buat kakak dan adik-adik yang juga selalu memberikan semangat serta dukungan.

2. Bapak Prof. DR. Badaruddin M.SI, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang juga pernah membimbing saya dalam memahami Sosiologi.


(5)

3. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.si selaku Ketua Departemen Sosiologi. Beliau yang telah memberikan pengajaran yang sangat berarti selama saya menjadi mahasiswa.

4. Bapak Drs. Sismudjito, M.si sebagai dosen Pembimbing penulis, yang telah membimbing penulis semenjak awal pembuatan skripsi sampai pada penyelesaian skripsi ini. Dengan begitu banyaknya kesibukan, beliau masih bersedia meluangkan waktu kepada penulis untuk memberikan masukan berupa nasehat serta materi yang sangat berguna bagi penulisan skripsi ini. 5. Bapak Drs. T. Ilham Saladin, M.sp selaku Seketaris Departemen Sosiologi,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

6. Seluruh dosen pengajar Departemen Sosiologi yang telah membimbing saya selama menjadi mahasiswa.

7. Seluruh pegawai departemen dan pendidikan yang telah membantu dan mendukung proses penyelesaian studi dalam urusan administrasi baik di departemen maupun di pendidikan.

8. Kepala Desa dan seluruh masyarakat desa Negeri Gugung yang telah bersedia memberikan informasi dan menyediakan tempat tinggal selama penulis berada di dasa.

9. Seluruh teman-teman mahasiswa departemen Sosiologi khususnya stambuk 2007 yang namanya tidak bisa di sebut satu persatu.

Medan, Juni 2012 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 5

1.4.2 Manfaat Praktis ... 5

1.5 Definisi Konsep ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Orientasi ... 8

2.1.1 Tindakan Sosial dan Orientasi Subjektif ... 8

2.2 PengertianDomisili ... 9

2.2.1Jenis-jenis Domisili ... 10

2. 3Pengertian Desa ... 11

2.3.1 Unsur Desa ... 12


(7)

2.4 Desa di Indonesia ... 15

2.5 Masyarakat Pedesaan ... 16

2.5.1 Tipologi Masyarakat Pedesaan ... 16

2.5.2 Ciri-ciri Masyarakat Pedesaan ... 20

2.6 Desa Terpencil ... 23

2.6.1 Kategori Desa Terpencil ... 23

2.7 Teori Pilihan Rasional ... 24

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 27

3.2 Lokasi Penelitian ... 28

3.3 Unit Analisis dan Informan ... 28

3.3.1 Unit Analisis ... 28

3.3.2 Informan ... 28

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 28

3.4.1 Data Primer ... 29

3.4.2 Data Skunder ... 30

3.5 Interpretasi Data ... 30

BAB VI TEMUAN DATA DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 32

4.1.1 SejarahDesa Negeri Gugung ... 32

4.1.2 Lokasi Penelitian dan Keadaan Alam ... 33


(8)

4.1.4 Mata Pencaharian Penduduk ... 35

4.1.5Pola Pemukiman ... 37

4.1.6 Sarana dan Prasarana ... 38

4.1.6.1 Sarana Pendidikan ... 38

4.1.6.2 Sarana Kesehatan ... 39

4.1.6.3 Sarana Ibadah ... 40

4.1.6.4 Sarana Transportasi dan Komunikasi... 41

4.1.6.5 Sarana Rekreasi dan Hiburan ... 43

4.1.6.6 Sarana Olahraga ... 44

4.1.6.7 Sarana Umum Lainnya ... 45

4.1.7 Latar Belakang Sosial Budaya ... 46

4.1.7.1 Bahasa ... 46

4.1.7.2 Adat Istiadat ... 46

4.1.7.3 Religi ... 47

4.1.7.4 Sistem kekerabatan... 48

4.1.8 Bidang Pemerintahan ... 49

4.2 Profil Informan ... 51

4.2.1 Bulang Barus ... 51

4.2.2 Kusmas Bangun ... 52

4.2.3 Husni Tarigan ... 52

4.2.4 Dewi Sembiring ... 53

4.2.5 B. Barus ... 54


(9)

4.2.7 Jhonson Ginting ... 56

4.2.8 Erni Barus ... 57

4.2.9 B. Surbakti ... 57

4.2.10 G. Barus ... 59

4.3Orientasi Terhadap Nilai Sosial Masyarakat ... 60

4.4 Orientasi Ekonomi ... 63

4.5 Faktor Sumberdaya Alam ... 65

4.6 Faktor Sumber Daya Manusia ... 67

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 70

5.2. Saran ... 71 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah penduduk berdasarkan Jenis kelamin ... 34 Tabel 2 Jumlah penduduk berdasarkan usia ... 35 DAFTAR BAGAN


(11)

ABSTRAK

Penulisan skripsi yang berjudul “Orientasi Domisili Masyarakat di Desa Terpencil” studi deskriptif di desa Negeri Gugung kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang, dilatar belakangi dari masih banyak kelompok masyarkat yang masih bertahan untuk tinggal di desa terpencil dengan keadaan sarana dan prasarana yang masih sangat terbatas dan akses untuk keluar masuk ke Desa tersebut masih sangat sulit sehingga kehidupan masyarakat di desa terpencil tersebut dapat di katakan tidak layak.

Metode yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi deskriptif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan metode observasi, menganalisis data, dan dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap informan yang terdiri dari informan kunci dan informan biasa serta studi kepustakaan. Adapun yang menjadi unit analisis adalah masyarakat desa Negeri Gugung.dan yang menjadi informan adalah masyarakat yang berdomisili di desa Negeri Gugung, baik pendatang maupun masyarakat asli desa tersebut. Interpretasi dilakukan dengan menggunakan catatan dari setiap kali turun kelapangan. Penelitian ini mengacu pada teori pilihan rasional yang menjelaskan bahwa tindakan perseorangan terhadap suatu tujuan dan tujuan itu ditentukan oleh nilai atau pilihan.

Hasil penelitian menyatakan bahwa masyarakat yang berdomisili di desa Negeri Gugung Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang mempunyai beberapa orientasi diantaranya seperti orientasi yang terdapat dari nilai sosial dan kebudayaan masyarakat desa, yang membentuk tingkat solidaritas yang kuat antar sesama masyarakat desa Negeri Gugung. Orientasi ekonomi, karena sebagian besar cpenghasilan masyarakat masih sangat tergantung dengan hasil alam. Orientasi terhadap sumber daya alam yang terdapat di sekitar tempat tinggal masyarakat.seperti udara yang sejuk, pemandangan alam yang indah, serta potensi alam yang tersedia menimbulkan rasa nyaman bagi masyarakat. Sumberdaya manusia yang rendah juga merupakan suatu faktor pendorong orientasi masyarakat, karena mereka tidak mempunyai beranian untuk menghadapi dunia luar dengan minimnya kemampuan yang dimiliki menyebabkan mereka memilih tetap berada di desa tersebut yang merupakan suatu desa yang masih terpencil.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Desa dalam pengertian secara umum adalah sebagai suatu gejala yang bersifat universal, terdapat dimanapun didunia ini. Sebagai suatu komunitas kecil, yang terikat pada lokalitas tertentu baik sebagai tempat tinggal (secara menetap) maupun bagi pemenuhan kebutuhannya, dan terutama yang tergantung kepada pertanian, desa-desa dimanapun cenderung memiliki karakteristik-karakteristik tertentu yang sama. (Rahadjo, 1999:28).

Desa, dalam definisi lainnya, adalah suatu tempat atau daerah di mana penduduk berkumpul dan hidup bersama, menggunakan lingkungan setempat, untuk mempertahankan, melangsungkan dan mengembangkan kehidupan mereka.Desa adalah pola permukiman yang bersifat dinamis, di mana para penghuninya senantiasa melakukan adaptasi spasial dan ekologis sederap kegiatannya bersifat agraris. WIB).

Isilah desa semula hanya dikenal di Jawa, Madura dan Bali.desa dan dusun berasal dari bahasa Sanskrit yang berarti tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran. Dusun dipakai di daerah Sumatera Selatan dan juga Batak.Ciri utama yang terlekat pada desa adalah fungsinya sebagai tempat tinggal (menetap) dari suatu kelompok masyarakat yang relatif kecil. Dengan kata lain suatu desa ditandai oleh keterikatan


(13)

warganya terhadap suatu wilayah tertentu. Keterikatan terhadap wilayah ini di samping terutama untuk tempat tinggal, juga untuk menyangga kehidupan mereka. (Rahadjo, 1999:40,48 ).

Desa memiliki seting geografis dan sumber daya manusia yang berbeda-beda.Ada desa yang dikarunia alam yang kaya, namun semangat membangun, ketrampilan dan pengetahuan masyarakatnya serba kurang, sehingga tidak maju.Ada pula desa yang sumber daya alamnya terbatas, tetapi ekonominya maju, berkat kemampuan penduduknya mengatasi berbagai hambatan alam.

Dari letak alaminya desa-desa di Indonesia secara garis besar dapat dikategorikan sebagai desa pantai, desa dataran rendah, desa pegunungan dan desa pedalaman atau terpencil. Desa pedalaman atau terpencil merupakan salah satu kategori desa yang masih banyak terdapat di Indonesia .Dikatakan desa terpencil karena secara geografis letaknya jauh di pedalaman yang reratif sangat sulit di jangkau oleh jaringan komunikasi maupun transportasi, memiliki sumber daya manusia yang pada umumnya mempunyai tingkat pendidikan rendah dan mempunyai keahlian dan keterampilan yang terbatas. Seperti di Sumatera Utara, sekitar 57% atau sebanyak 2.938 desa dari total 5.123 desa di Sumatera Utara masuk alam kategori desa tertinggal. Dari jumlah tersebut 261 diantaranya berada di daerah-daerah terpencil.(http://www.antarasumut.com, diakses 23 September 2011, pukul 16:00 WIB).

Desa Negeri Gugung adalah salah satu desa yang terdapat di provinsi Sumatera Utara, berada di Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang. Desa Negeri Gugung merupakan salah satu desa terpencil yang sulit di akses. Hal ini dapat


(14)

dilihat dari letak Georafis desa yang terletak di dataran tinggi di wilayah pegunungan. Masyarakat desa ini mayoritas bermata pencaharian sebagai petani Karet (Hevea braziliensis ) Kakao (Theobroma cacao) Jahe (Zingiber officinale) dan Kopi

(Coffea)yang ditanam di areal perbukitan dan di kaki gunung. Masyarakat desa Negeri Gugung mayoritas didomisili oleh masyarakat Etnis Karo.Desa Negeri Gugung masih tergolong dalam tingkatan desa swadaya (terbelakang) yaitu desa yang belum mampu berdiri dalam penyelenggaraan urusan rumah tangganya sendiri, dan urusan administrasi belum terselenggara dengan baik.

Sarana dan prasarana yang ada pada desa ini masih sangat minim, dibuktikan dengan tidak adanya sarana pendidikan, seperti sekolah, baik pada tingkat dasar, menengah maupun tingkat atas. Masyarakat yang tinggal di desa ini yang ingin menempuh dunia pendidikan terpaksa harus pindah untuk sementara waktu tinggal bersama saudaranya yang berada diluar daerah atau diluar desa Negeri Gugung.

Sarana kesehatan juga sangat terbatas, ditandai dengan adanya sebuah balai kesehatan yang sangat jarang difungsikan.Begitu juga dengan sarana transportasi. Kondisi jalan yang sebagian besar belum beraspal dan menanjak menyebabkan akses untuk masuk dan keluar dari desa tersebut sangat sulit, sehingga angkutan umum yang tersedia hanya ada satu kali dalam seminggu. Dari keterbatasan sarana dan prasarana tersebut masyarakat desa ini masih sangat tertinggal dari kemajuan teknologi, informasi dan komunikasi.Dari gambaran diatas jelas terlihat bahwa masyarakat yang berdomisili di desa terpencil masih jauh dari kehidupan layak dikarenakan oleh sarana dan prasarana yang sangat terbatas.Dari permasalahan yang


(15)

dipaparkan diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut lagi mengenai faktor-faktor yang mendorong masyarakat untuk tinggal di desa terpencil. Karena sebagaimana yang kita ketahui, masyarakat pada umumnya berbondong-bondong untuk bermigrasi ke kota karena kehidupan disana lebih menjajikan seperti mendapat pekerjaan yang lebih baik, memperoleh pendidikan yang lebih baik dan memperoleh fasilitas kemasyarakatan lainnya yang lebih baik. Makadari itu penulis mengangkat judul orientasi domisili masyarakat di desa terpencil untuk melihat faktor-faktor yang membuat masyarakat berdomisili di desa Negeri Gugung Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang yang merupakan salah satu desa terpencil di Sumatera Utara.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah faktor-faktor pendorong orientasi masyarakat berdomisili di desa Negeri Gugung”.

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dirumukan diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah ”untuk mengetahui faktor-faktor orientasi domisili masyrakat di desa terpencil Negeri Gugung”

1.4. Manfaat penelitian


(16)

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada peneliti dan juga kepada pembaca mengenai masyarakat di desa terpencil, sehingga dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan teori ilmu sosial khususnya di bidang sosiologi pedesaan.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan membantu memberikan masukan, data dan informasi yang berguna bagi semua kalangan terutama mereka yang secara serius mengamati masyarakat di desa terpencil serta memberikan masukan bagi masyarakat desa khususnya di tempat penelitian ini dilakukan.

1.5 Definisi Konsep

Dalam sebuah penelitian, definisi konsep sangat diperlukan untuk memfokuskan penelitian sehingga memudahkan penelitian. Konsep adalah definisi abstraksi mengenai gejala suatu realita ataupun suatu pengertian yang nantinya akan menjelaskan suatu gejala (Maleong, 1997:67). Adapun konsep yang digunakan sesuai dengan konteks penelitian ini adalah:

1. Orientasi adalah peninjauan untuk menentukan sikap, arah, tempat dan sebagainya yang tepat dan benar atau pandangan yang mendasari pikiran, perhatian atau kecenderungan.


(17)

2. Domisili adalah tempat bermukimnya suatu masyarakat dalam jangka waktu yang lama dan bersifat menetap.

3. Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata “masyarakat” sendiri berakar dari kata dalam bahasa arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam suatu komunitas yang teratur.

4. Masyarakat desa adalah perkumpulan hidup permanen pada suatu tempat, kampung dengan sifat yang khas yaitu; kekeluargaan, adanya kolektivitas dalam pembagian tanah dalam pengerjaanya serta ada kesatuan ekonomis yang memenuhi kebutuhan sendiri. 5. Desa terpencil adalah kawasan pedesaan yang terisolasi dari pusat

pertumbuhan daerah atau lainnya akibat tidak memiliki atau kekurangan sarana (infrastruktur) perhubungan, sehingga menghambat pertumbuhan kawasan.

6. Gemeinschaftyaitu teori yang menjelaskan tentang bentuk kehidupan bersama dalam suatu wilayah tertentu, dimana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni bersifat alamiah


(18)

yang kekal, dan banyak dijumpai pada kehidupan bersama dalam keluarga, kelompok kekerabatan dan masyarakat yang hidup dipedesaan.


(19)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1Pengertian Orientasi

Orientasi adalah peninjauan untuk menentukan sikap, arah, tempat dan sebagainya yang tepat dan benar atau pandangan yang mendasari pikiran, perhatian atau kecenderungan.

2.1.1 Tindakan Sosial dan Orientasi Subjektif

Teori Fungsionalisme Struktural yang dibangun Talcott Parsons dan dipengaruhi oleh para Sosiolog Eropa menyebabkan teorinya itu bersifat empiris, positivistis dan ideal. Pandangannya tentang tindakan manusia itu bersifat voluntaristik, artinya karena tindakan itu didasarkan pada dorongan kemauan, dengan mengindahkan nilai, ide dan norma yang disepakati. Tindakan individu manusia memiliki kebebasan untuk memilih sarana (alat) dan tujuan yang akan dicapai itu dipengaruhi oleh lingkungan atau kondisi-kondisi, dan apa yang dipilih tersebut dikendalikan oleh nilai dan norma.

Prinsip-prinsip manusia itu diarahkan pada tujuan.Di samping itu, tindakan itu terjadi pada suatu kondisi yang unsurnya sudah pasti, sedang unsur-unsur lainnya digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan.Selain itu, secara normatif tindakan tersebut diatur berkenaan dengan penentuan alat dan tujuan. Atau dengan kata lain dapat dinyatakan


(20)

bahwa tindakan itu dipandang sebagai kenyataan sosial yang terkecil dan mendasar, yang unsur-unsurnya berupa alat, tujuan, situasi, dan norma.

Dengan demikian, dalam tindakan tersebut dapat digambarkan yaitu individu sebagai pelaku dengan alat yang ada akan mencapai tujuan dengan berbagai macam cara, yang juga individu itu dipengaruhi oleh kondisi yang dapat membantu dalam memilih tujuan yang akan dicapai, dengan bimbingan nilai dan ide serta norma. Perlu diketahui bahwa selain hal-hal tersebut di atas, tindakan individu manusia itu juga ditentukan oleh orientasi subjektifnya, yaitu berupa orientasi motivasional dan orientasi nilai.Perlu diketahui pula bahwa tindakan individu tersebut dalam realisasinya dapat berbagai macam karena adanya unsur-unsur sebagaimana dikemukakan di atas. 2012)

2.2Pengertian Domisili

Domisili adalah terjemahan dari domicile atau woonplaats yang artinya tempat tinggal. Menurut Sri Soedewi Masjchoen Sofwan domisili atau tempat kediaman itu adalah tempat di mana seseorang dianggap hadir mengenai hal melakukan hak-haknya dan memenuhi kewajibannya juga meskipun kenyataannya dia tidak di situ. Menurut kitab Undang-Undang Hukum Perdata tempat kediaman itu seringkali ialah rumahnya, kadang-kadang kotanya. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa setiap orang dianggap selalu mempunyai tempat tinggal di mana ia sehari-harinya melakukan kegiatannya atau di mana ia berkediaman pokok.


(21)

Kadang-kadang menetapkan tempat kediaman seseorang itu sulit, karena selalu berpindah-pindah (banyak rumahnya).

Menurut Pasal 77, Pasal 1393; 2 KUHPerdata tempat tinggal itu adalah tempat tinggal dimana sesuatu perbuatan hukum harus dilakukan. Bagi orang yang tidak mempunyai tempat kediaman tertentu, maka tempat tinggal dianggap di mana ia sungguh-sungguh berada.

2.2.1 Jenis-Jenis Domisili

a. Tempat tinggal sesungguhnya yaitu tenpat yang berhubungan dengan hak-hak melakukan wewenang seumumnya. Tempat tinggal sesungguhnya dibedakan antara:Tempat tinggal sukarela/bebas yang tidak terikat/tergantung hubungannya dengan orang lain.Tempat tinggal yang wajib/tidak bebas yaitu yang ditentukan oleh hubungan yang ada antaraseseorang dengan orang lain. Misalnya: tempat tinggal suami istri, tempat tinggal anak yang belum dewasa di rumah orang tuanya, orang di bawah pengampuan di tempat curatornya.

b. Tempat tinggal yang dipilih, yaitu tempat tinggal yang berhubungan dengan hal-hal melakukan perbuatan hokum tertentu saja. Tempat tinggal yang dipilih ini untuk memudahkan pihak lain atau untuk kepentingan pihak yang memilih tempat tinggal tersebut.


(22)

2.3 Pengertian Desa

Desa atau udik, menurut definisi universaladalah sebuah pemusatan permukiman di area perdesaan (rural). Di Indonesia, istilah desa adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah kecamatan, yang dipimpin oleh Kepala Desa.

Pengertian desa menurut para ahli:

a. R.Bintarto (1977). Desa adalah merupakan perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis, sosial, ekonomis politik, kultural setempat dalam hubungan dan pengaruh timbal balik dengan daerah lain. b. Sutarjo Kartohadikusumo (1965). Desa merupakan kesatuan hukum

tempat tinggal suatu masyarakat yang berhak menyelenggarakan rumahtangganya sendiri merupakan pemerintahan terendah di bawah camat.

c. William Ogburn dan MF Nimkoff. Desa adalah kesatuan organisasi kehidupan sosial di dalam daerah terbatas.

d. S.D. Misra. Desa adalah suatu kumpulan tempat tinggal dan kumpulan daerah pertanian dengan batas-batas tertentu yang luasnya antara 50 – 1.000 are.


(23)

e. Paul H Landis. Desa adalah suatu wilayah yang jumlah penduduknya kurang dari 2.500 jiwa dengan cirri-ciri sebagai berikut : Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antra ribuan jiwa Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukuaan terhadap kebiasaan Cara berusaha (ekonomi) adalah agraris yang paling umum yang sangat dipengaruhi alam sekitar seperti iklim, keadaan alam, kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan.

Pengertian desa dalam penelitian ini adalah, sebuah wilayah yang di tempati oleh sejumlah masyarakat dan dijadikan sebagai tempat tinggal yang di dalamnya terdapat pemerintahan desa serta bentuk kehidupan sosialnya yang khas dan mata pecahariannya yang masih bergantung pada alam sekitar tempat tinggal mereka. 2.3.2 Unsur Desa

1. Daerah atau wilayah.

Daerah meliputi lokasi, luas, batas-batas wilayah, keadaan tanah, dan pola penggunaannya.Setiap desa memiliki potensi, berupa sumber daya alam dan sumber daya manusia. Sumber daya manusia harus mampu mengolah dan memanfaatkan sumber daya alam yang terdapat di desa sehingga desa tersebut akan berkembang lebih pesat. Demikian pula dengan letak atau lokasi desa, faktor tersebut mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan desa. Jika desa terletak di daerah yang relatif datar dan dekat dengan kota, desa


(24)

tersebut akan mengalami perkembangan yang lebih pesat dibandingkan dengan desa yang letaknya terpencil dan keadaan topografinya kurang baik.

2. Penduduk

Pembahasan permasalahan penduduk meliputi kuantitas dan kualitas penduduk desa.Kuantitas penduduk meliputi jumlah, pertumbuhan, kepadatan, penyebaran, dan mobilitas.Kualitas penduduk meliputi tingkat pendidikan, kesehatan, mata pencaharian, dan tingkat kesejahteraan atau kemakmuran penduduk. Jika suatu desa memiliki kualitas penduduk atau sumber daya manusia yang tinggi, desa tersebut akan berkembang lebih pesat dari desa lainnya.

3. Tata Kelakuan.

Tata kelakuan meliputi pola tata pergaulan dan ikatan pergaulan masyarakat desa atau seluk-beluk mengenai masyarakat desa (rural society). Pola kehidupan masyarakat desa yang guyub dan homogen serta memiliki ikatan tradisi dan gotong royong yang kuat merupakan potensi bagi kelangsungan dan pembangunan kehidupan desa..

Ketiga unsur desa tersebut merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.Unsur daerah, penduduk, dan tata kehidupan merupakan suatu kesatuan hidup atau disebut living unit.Daerah menyediakan sumber daya alam (potensi fisik) yang mendukung kehidupan.Penduduk memanfaatkan sumber daya alam tersebut


(25)

untuk mempertahankan kehidupan.Tata kehidupan memberikan jaminan ketenteraman dan keserasian hidup bersama di desa. 31juni 2012)

2.3.3 Potensi desa a. Potensi Fisik

1. Manusia ,Manusia sebagai potensi sumber tenaga kerja di desa. Manusia memiliki kemampuan untuk mengolah apa yang tersedia di alam untuk memenuhi kebutuhan hidup.

2. Air. Di pedesaan, air yang tersedia di alam digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan dimanfaatkan untik irigasi lahan pertanian dan perikanan.

3. Iklim dan Angin. Iklim dan angin mempunyai peranan penting bagi desa agraris, karena dapat dimanfaatkan sebagai penggerak kincir angin untuk pengairan. Iklim berpengaruh terhadap pola bercocok tanam untuk penyediaan bahan pangan.

4. Tanah. Tanah berfungsi sebagai sumber potensi yang sangat penting di pedesaan karena digunakan sebagai media tumbuhnya tanaman pertanian. Selain itu di dalam tanah juga tersimpan sumber mineral dan bahan tambang.


(26)

b. Potensi Non fisik

1. Aparatur Desa, sebagai sumber kelancaran jalannya pemerintahan

2. Lembaga sosial serta lembaga pendidikan sebagai potensi positif bagi pembangunan desa

3. Masyarakat desa yang hidup berdasarkan gotong royong sebagai kekuatan untuk berproduksi dan pelaksanaan pembangunan,

2.1.4 Desa di Indonesia

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, disebut bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Desa bukanlah bawahan kecamatan, karena kecamatan merupakan bagian dari perangkat daerah kabupaten/kota, dan desa bukan merupakan bagian dari perangkat daerah. Berbeda dengan Kelurahan, Desa memiliki hak mengatur wilayahnya lebih luas. Namun dalam perkembangannya, sebuah desa dapat diubah statusnya menjadi kelurahan.

Kewenangan desa adalah:

1. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa


(27)

2. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa, yakni urusan pemerintahan yang secara langsung dapat meningkatkan pelayanan masyarakat.

3. Tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota

4. Urusan pemerintahan lainnya yang diserahkan kepada desa 2.4 Masyarakat Pedesaan

Ada beberapa pendapat mengenai pengertian masyarakat pedesaan, antara lain ada yang berpendapat bahwa masyarakat pedesaan adalah suatu masyarakat yang bersifat homogen, tertib dan tentram dalam kehidupan sosialnya, menerima keadaan hidup tanpa ada perselisihan serta menolak segala bentuk pembaharuan, meskipun dalam kenyataannya anggapan-anggapan tersebut tidak selalu benar. Ada pula yang menyatakan bahwa masyarakat pedesaan yang beragam tersebut bermula tumbuh sebagai kelompok-kelompok sosial yang hidup dari perburuan dan pengumpulan makanan. Mereka berburu binatang liar serta mengumpulkan biji-bijian, akar-akaran maupun buah-buahan yang dapat diperoleh disekitarnya dengan hanya menggunakan peralatan dan teknologi yang sederhana dengan pembagian kerja yang bertumpu pada jenis kelamin, dimana pada umumnya laki-laki yang berburu binatang karena dianggap lebih cekatan dan perempuan bekerja mengumpulkan biji-bijian dan makanan dari tanaman liar disekitar tempat tinggal ( Darsono, 2005 : 41, 42)


(28)

Tipologi masyarakat pedesaan dapat diketahui dengan memperhatikan ciri-ciri dari aktivitas yang dijalankan masyarakat sehari-hari, terutama aktivitas ekonomi sebagai upaya untuk pemenuhan hidup rumah tangga mereka. Berdasakan ciri-ciri dari aktivitas kehidupan ekonomi, maka masyarakat desa dibagi menjadi beberapa tipe masyarakat

(Darsono, 2005 :44)

1. Tipologi masyarakat desa berdasarkan aktivitas dalam pencaharian kebutuhan pokok adalah sebagai berikut :

a. Tipe masyarakat desa pertanian, tipe ini dicirikan pada sebagian besar masyarakat yang tinggal di desa memiliki sumber mata pencaharian pokok di bidang pertanian, baik sebagai petani, penggarap maupun buruh tani. b. Tipe masyarakat desa nelayan atau desa pantai, tipe masyarakat ini ditandai

dengan sebagian besar masyarakat memiliki mata pencaharian hidup sebagai penangkap ikan di laut dan budidaya ikan atau tambak.

c. Tipe masyarakat desa industri, tipe masyarakat ini ditandai dengan sebagian besar masyarakatnya mempunyai mata pencaharian hidup di bidang industri.

1. Tipelogi masyarakat berdasarkan pada pola pemukiman adalah sebagai berikut : a. Tipe masyarakat desa dengan pola pemukiman tersebar, tipe masyarakat

desa ini mencirikan adanya rumah bangunan tempat tinggal yang tersebar secara berjauhan satu sama lain. Biasanya rumah tersebut dibangun di atas lahan yang luas, sehingga pemilik atau penghuni rumah setiap keluarga


(29)

dapat melakukan kegiatan usaha tani dan usaha ternaknya yang berdekatan dengan rumah tempat tinggal

b. Tipe masyarakat desa dengan tempat pemukiman yang terkumpul, tipe pemukiman dicirikan dengan adanya bangunan-bangunan rumah tinggal yang berkumpul dan berjajar disepanjang jalan desa, baik berupa jalan sungai maupun jalan darat. Pada tipe masyarakat desa seperti ini, rumah tempat tinggal dibangun atas tanah yang luas, di belakang bangunan rumah tinggal terdapat sebidang tanah yang diusahakan sebagai sumber mata pencaharian.

c. Tipe masyarakat desa dengan pemukiman melingkar, tipe masyarakat ini dicirikan dengan rumah tinggal penduduk berada di tepi jalan yang melingkar, sehingga desa ini terlihat seperti sebuah lingkaran pemukiman. Pada tipe ini bangunan rumah terletak di depan, sedangkan tanah pertaniannya berada dibelakang rumah tempat tinggal.

2. Tipologi Desa menurut perkembangan masyarakat adalah sebagai berikut:

a. tipe masyarakat tradisional atau Pra Desa: tipe desa semacam ini banyak dijumpai pada masyarakat terasing dengan pola kehidupan tradisional sederhana. Dalam memenuhi kebutuhan hidup, masyarakat ini masih sangat tergantung dari pemberian alam sekitarnya, masi terdapat juga pembagian kerja antar mereka yang berdasarkan pada jenis kelamin, yaitu ada jenis pekerjaan yang diperuntukkan bagi wanita dan ada jenis pekerjaan yang diperuntukkan bagi pria.


(30)

b. Tipe desa swadaya, desa semacam ini memiliki kondisi yang relativ statis dan bersifat tradisional. Masyarakat sudah menggantungkan pada tingkat keterampilan dan kemampuan dari seorang pemimpin. Kehidupan masyarakat masih tergantung pada alam yang belum diolah atau dimanfaatkan dengan baik, sehingga dalam pengelolaan bergantung pada keterampilan berteknologi. Struktur masyarakat bersifat vertikal statis serta kedudukan seseorang dinilai dari keturunan dari luasnya kepemilikan lahan.

c. Tipe desa swakarya (desa peralihan), tipe desa ini tampak sudah mulai ada sentuhan-sentuhan oleh agen pembaharu dari luar desa, sudah mulai ada pembaharuan. Kehidupan masyarakat sudah tidak tergantung pada alam tetapi mulai menggali sumber kehidupan yang lain, seperti berdagang, memanfaatkan keterampilan dan lainnya. Struktur pada masyarakat bersifat vertikal dinamis. Status dan kedudukan sosial sesorang dalam masyarakat tidak lagi diukur berdasarkan keturunan dan luasnya kepemilikan lahan, namun berdaarkan keterampilan dan keahlian yang dimiliki.

d. Desa swasembada, tipe desa ini ditandai dengan kehidupan masyarakatnya yang sudah dinamis, maju, mengenal mekanisasi pertanian dan menggunakan teknologi ilmiah dalam mengelola lahan usahanya. Struktur sosial vertikal dan dinamis, status dan kedudukan individu dinilai dari prestasi kemampuan dan keterampilan.


(31)

e. Desa Pancasila, desa ini merupakan desa tipe ideal yang diidamkan masyarakat, yaitu terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur.

2.4.2 Ciri-ciri dan Karakteristik Masyarakat Pedesaan. 1. Letaknya relatif jauh dari kota dan bersifat rural

2. Lingkungan alam masih besar peranan dan pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat pedesaan

3. Mata pencaharian bercorak agraris dan relatif homogen (bertani, beternak, nelayan, dll)

4. Corak kehidupan sosialnya bersifat gemain schaft (paguyuban dan memiliki community sentiment yang kuat)

5. Keadaan penduduk (asal-usul), tingkat ekonomi, pendidikan dan kebudayaannya relatif homogen.

6. Interaksi sosial antar warga desa lebih intim dan langgeng serta bersifat familistik

7. Memiliki keterikatan yang kuat terhadap tanah kelahirannya dan tradisi-tradisi warisan leluhurnya


(32)

8. Masyarakat desa sangat menjunjung tinggi prinsip-prinsip kebersamaan / gotong royong kekeluargaan, solidaritas, musyawarah, kerukunan dan kterlibatan social.

9. Jumlah warganya relatif kecil dengan penguasaan IPTEK relatif rendah, sehingga produksi barang dan jasa relatif juga rendah

10.Pembagian kerja dan spesialisasi belum banyak dikenal, sehingga deferensiasi sosial masih sedikit

11.Kehidupan sosial budayanya bersifat statis, dan monoton dengan tingkat perkembangan yang lamban.

12.Masyarakatnya kurang terbuka, kurang kritis, pasrah terhadap nasib, dan sulit menerima unsur-unsur baru

13.Memiliki sistem nilai budaya (aturan moral) yang mengikat dan dipedomi warganya dalam melakukan interaksi sosial. Aturan itu umumnya tidak tertulis

14.Penduduk desa bersifat konservatif, tetapi sangat loyal kepada pemimpinnya dan menjunjung tinggi tata nilai dan norma-norma ang berlaku.

Menurut Roucek dan Warrren (Rahadjo, 1999:40 ). masyarakat desa memiliki karakteristik berikut ini:

1. Besarnya peranan kelompok primer

2. Faktor geografik yang menentukan sebagai dasar pembentukan kelompok/asosiasi


(33)

4. Homogen

5. Mobilitas sosial rendah

6. Keluarga lebih ditekankan fungsinya sebagai unit ekonomi 7. Populasi anak dalam proporsi yang lebih besar

Kekhususan ciri-ciri desa di indonesia tidak hanya telihat dalam perbandingan antara desa-desa di indonesia sendiri. Dengan kata lain , desa-desa yang ada di indonesia sangatlah beragam, seiring dengan kebhinekaan Indonesia, sehingga sangat sulit untuk membuat suatu generalisasi karakteristik desa di Indonesia yang khas dan membedakannya dengan desa-desa dari negara lain.

Seorang ahli sosiologi Ferdinand Tonnies telah memperkenalkan Teori

Gemeinschaft dan teori Gesellchaft. Teori Gemeinschaft yaitu teori yang menjelaskan tentang bentuk kehidupan bersama dalam suatu wilayah tertentu, dimana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni bersifat alamiah yang kekal, dan banyak dijumpai pada kehidupan bersama dalam keluarga, kelompok kekerabatan dan masyarakat yang hidup dipedesaan. Sedangkan teori Gesellschaft adalah teori yang menjelaskan tentang kehidupan bersama yang ditandai dengan adanya ikatan lahir yang bersifat pokok dan biasanya mempunyai jangka waktu yang pendek, bersifat sebagai suatu bentuk dalam fikiran dan strukturnya bersifat mekanis, contohnya dalam organisasi pedagang, organisasi suatu pabrik industri dan merupakan kelompok masyarakat yang tinggal diperkotaan. (Darsono, 2005:49).

Tonnies menggunakan istilah Gemeinschaf atau “komunitas intim” untuk menggabarkan kehidupan di pedesaan. Tipa masyarakat dimana tiap anggota masyarakat mengenal yang lainnya. Tonnnies membedakan antara tiga jenis


(34)

Gemeinschaft. Jenis pertama yaitu Gemeinshcaft by blood, mengacu pada ikatan-ikatan kekerabatan . Gemeinschaft of place pada dasarnya merupakan ikatan yang berlandaskan kedekatan letak tempat tinggal serta tempat bekerja yang mendorong orang untuk berhubungan secara intim satu dengan yang lain, dan mengacu pada kehidupan bersama di daerah pedesaan. Jenis ketiga, Gemeinschaft of mind, mengacu pada hubungan persahabatan, yang disebabkan karena persamaan keahlian atau pekerjaan serta pandangan yang mendorong orang untuk saling berhubungan secara teratur( Kamanto, 1993: 91).

2.5 Desa terpencil

Desa terpencil adalah persekutuan hidup permanen pada suatu tempat, kampung dengan sifat yang khas yaitu; kekeluargaan, adanya kolektivitas dalam pembagian tanah dan pengerjaannya serta ada kesatuan ekonomis yang memenuhi kebutuhan sendiri.

2.5.1 Kategoti daerah terpencil

Faktor Penyebab Suatu daerah dikategorikan sebagai daerah terpencil dan tertinggal antara lain :

Geografis.Umumnya secara geografis daerah terpencil relatif sulit dijangkau karena letaknya yang jauh di pedalaman, perbukitan/pegunungan, kepulauan, pesisir, dan pulau-pulau terpencil atau karena faktor geomorfologis lainnya sehingga sulit dijangkau oleh jaringan baik transportasi maupun media komunikasi.

Sumberdaya Alam.Beberapa daerah terpencil tidak memiliki potensi sumberdaya alam, daerah yang memiliki sumberdaya alam yang besar namun lingkungan


(35)

sekitarnya merupakan daerah yang dilindungi atau tidak dapat dieksploitasi, dan daerah tertinggal akibat pemanfaatan sumberdaya alam yang berlebihan.

Sumberdaya Manusia. Pada umumnya masyarakat di daerah terpencil mempunyai tingkat pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan yang relatif rendah serta kelembagaan adat yang belum berkembang.

Prasarana dan Sarana.Keterbatasan prasarana dan sarana komunikasi, transportasi, air bersih, irigasi, kesehatan, pendidikan, dan pelayanan lainnya yang menyebabkan masyarakat di daerah terpencil tersebut mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas ekonomi dan sosial.

2.6 Teori Pilihan Rasional

Teori pilihan rasional umumnya berada dipinggiran aliran utama sosiologi tahun 1989 dengan tokoh yang cukup berpengaruh adalah Coleman.Teori pilihan rasional oleh James S. Coleman adalah tindakan perseorangan kepada sesuatu tujuan dan tujuan itu (juga tindakan) ditentukan oleh nilai atau pilihan.Teori pilihan rasional memusatkan perhatian pada aktor dimana aktor dipandang sebagai manusia yang mempunyai tujuan atau mempunyai maksud artinya aktor mempunyai tujuan dan tindakan tertuju pada upaya untuk mencapai tujuan tersebut, actorpun dipandang mempunyai pilihan atau nilai serta keperluan. Teori pilihan rasional tidak menghiraukan apa yang menjadi pilihan atau apa yang menjadi sumber pilihan aktor, yang penting adalah pernyataan bahwa tindakan dilakukan untuk mencapai tindakan yang sesuai dengan pilihan aktor.

Teori pilihan rasional Coleman tampak jelas dalam gagasan dasarnya bahwa tindakan perseorangan mengarah pada suatu tujuan dan tujuan itu ditentukan oleh


(36)

nilai atau pilihan, tetapi selain Coleman menyatakan bahwa untuk maksud yang sangat teoritis, ia memerlukan konsep yang lebih tepat mengenai aktor rasional yang berasal dari ilmu ekonomi dimana memilih tindakan yang dapat dimaksimalkan kegunaan atau yang dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka (Ritzer, 2004:394).

Ada dua unsur utama dari teori Coleman, yakni aktor dan sumber daya adalah sesuatu yang menarik perhatian dan yang dapat dikontrol oleh aktor. Coleman mengakui bahwa dalam kehidupan nyata orang tak selalu berprilaku rasional, namun ia merasa bahwa hal ini hampir tak berpengaruh pada teorinya. Pemusatan perhatian pada tindakan rasioanal inndividu dilanjutkan dengan memusatkan perhatian pada masalah hubungan mikro-makro atau bagaimana cara gabungan tindakan individu menimbulkan perilaku sistem sosial.

Inti dari penjelasan teori pilihan rasional adalah bahwa pilihan. Keyakinan, dan tindakan memiliki hubungan satu sama lain. Sebuah tindakan akan dikatakan rasional bila tindakan tersebut dapat dibuktikan sebagai tindakan yang paling dapat memuaskan pilihan sipelaku sesuai dengan keyakinan yang ia miliki dan dibuktikan secara ex post ( yaitu ketika dibandingkan dengan hasil nyatanya) biarpun secara ex ente ( sebelum dampaknya diketahui, keputusannya sudah rasional). Keyakinan akan dikatakan bila sesuai dengan bukti-bukti yang ada. Untuk membuktikan bahwa sebuah tindakan adalah rasional, kita harus menunjukkan sebuah deret dimana tindakan tersebut dipandang sebagai terberi (given) tapi segala sesuatu yang harus dibenarkan atau dicarikan alasannya (yaitu penjelasan mengapa individu mengambil


(37)

tindakan tertentu) 2011, 20:11 WIB)

Dalam membuat pilihan, individu diawali dengan adanya keinginan terhadap sesuatu dan keyakinan terhadap tujuan-tujuan tertentu yang disusun dalam suatu keyakinan. Keyakinan-keyakinan inilah yang pada akhirnya akan menciptakan pilihan rasional para individu.Keyakinan masyarakat untuk berdomisili di desa terpencil merupakan pilihan dari setiap individu pada masyarakat. Seperti pada masyarakat desa Negeri Gugung, mereka mempunyai orientasi masing-masing yang menjadi alasan untuk berdomisili di desa tersebut seperti menggarap lahan yang kosong, memanfaatkan hasil sumber daya alam yang terdapat disekitar tempat tingal dan alasan lainnya seperti mempertahankan hubungan kekerabatan maupun kekeluargaan yang terjalin sejak lama.


(38)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Didalam penelitian deskriptif tidak diperlukan administratif dan pengontrolan terhadap perlakuan. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk pengujian hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu gejala atau keadaan (Arikunto, 2009:234).

Pendekatan kualitatif diartikan sebagai pendekatan yang dapat menghasilkan data kualitatif yang diungkapkan dalam bentuk kalimat dan uraian-uraian, bahkan dapat berupa cerita pendek.Substansi dari data kualitatif adalah makna dari setiap data yang dapat diungkapkan.Makna dalam setiap data tersebar mulai dari yang konkrit sampai dengan yang abstrak.Makna yang konkrit berkaitan dengan sikap dan perilaku serta tindakan individu dan kelompok. Sedangkan makna yang abstrak berkaitan dengan nilai kelompok masyarakat maupun nilai sistem dunia (Bungin, 2008:103). Dalam penelitian ini, pendekatan kualitatif dimaksudkan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan tentang orietasi domisili masyarakat pada desa terpencil.


(39)

Penelitian dilakukan di Desa Negeri Gugung Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara.

3.3 Unit Analisis dan Informan 3.3.1 Unit Analisis

Unit analisis yang dimaksudkan dalam suatu penelitian adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian ini adalah Masyarakat Desa Negeri Gugung.

3.3.2 Informan

Informan adalah orang-orang yang masuk dalam karakteristik unit analisis dan dipilih menjadi sumber data yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti (Arikunto, 2006:145)

Berdasarkan penjelasan diatas maka yang menjadi informan kunci dalam penelitan ini adalah : masyarakat Desa Negeri Gugung yang dianggap mengetahui dan paham akan permasalahan. Selain itu, untuk memperkaya data yang akan diolah, maka peneliti juga mengambil informan biasa atau partisipan yaitu Kepala Desa Negeri Gugung, ketua Badan Perwakilan Desa (BPD), dan Tokoh-tokoh Masyarakat. 3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan atau mengumpulkan informasi yang dapat menjelaskan dan menjawab permasalahan penelitian yang bersangkutan secara objektif. Dalam hal ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan penelitian ini dibagi menjadi dua cara yaitu:


(40)

3.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang diambil dari sumber data atau sumber pertama dilapangan. Untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan studi lapangan yaitu:

a. Metode observasi, observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian. Data penelitian tersebut dapat dapat diamati oleh peneliti. Observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil karja panca indra mata serta dibantu dengan panca indra yang lainnya (Bungin, 2007: 115). b. Metode wawancara, metode wawancara biasa disebut juga metode interview.

Salah satu metode wawancara yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam merupakan suatu cara mengumpulkan data atau informasi dangan cara langsung bertatap muka dengan informan, dengan maksud mendapatkan gambaran lengkap dengan topik yang diteliti. Wawancara dilakukan dengan cara berulang-ulang untuk mendapatkan informasi yang akurat dengan menggunakan bantuan alat perekam dan pedoman wawancara.

c. Wawancara mendalam (deept interview), proses percakapan dengan maksud untuk mengkonsrtuksikan mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, motivasi, perasaan dan sebagainya yang di lakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara dan yang diwawancarai. Sedangkan wawancara mendalammerupakan suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung berttap muka dengan informan, dengan maksud mendapatkan


(41)

gambaran lengkap tentang topik yang diteliti (Bungin,2001:110). Disini peneliti akanberusaha untuk menggali informasi yang sebanyak-banyaknya dari informan dengan menggunakan pedoman wawancara (interview guide)

dan dalam proses wawancara tersebut peneliti akan menggunakan catatan lapangan untuk mencatat data-data yang nantinya diperoleh.

3.4.2 Data Sekunder

Data skunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber skunder yaitu dengan mengumpulkan data dan mengambil informasi dari beberapa literature diantaranya adalah buku-buku referensi, dokumen, majalah, jurnal ataupun internet yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti.Oleh karena itu, sumber data skunder diharapkan dapat berperan membantu, mengungkapkan data yang diharapkan, membantu memberi keterangan sebagai pelengkap dan bahan pembanding (Bungin, 2001:129).

3.5 Interpretasi Data

Analisa data adalah mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dianalisis selanjutnya (Maleong, 2006:103).Analisa data ditandai dengan pengolahan dan penafsiran data yang diperoleh dari setiap informasi baik secara pengamatan, wawancara ataupaun catatan-catatan lapangan, dipelajari dan ditelaah.Kemudian tahap selanjutnya adalah mereduksi data melalui pembuatan abstraksi yang merupakan usaha membuat rangkuman inti.Langkah selanjutnya adalah menyusun data-data dalam satuan-satuan.Satuan-satuan ini kemudian dikategorikan. Berbagai kategori tersebut dilihat kaitannya dengan yang lainnya kemudian diinterpretasikan


(42)

secara kualitatif, yaitu proses pengolahan data dimulai dari tahap mengedit data sesuai dengan pokok permasalahan yang diteliti kemudian diolah secara deskriptif berdasarkan fenomena yang terjadi dilapangan.


(43)

BAB IV

HASIL DAN INTERPRETASI DATA 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah Desa Negeri Gugung

Desa Negeri Gugung berdiri sekitar tahun 1922. Negeri Gugung sendiri mempunyai arti yaitu “ atas”. Asal mula nama desa Negeri Gugung adalah berawal dari adanya desa Negeri Suah yang artinya “bawah” dan letak desa Negeri Gugung berada di atas desa Negeri Suah. Negeri Gugung merupakan desa yang letaknya paling ujung dan mendekati kaki gunung “Takur-takur”.Penduduk awal di desa Negeri Gugung adalah marga Barus.Itu sebabnya masyarakat Negeri Gugung dominan bermarga Barus.Dulu desa ini adalah tempat persembunyian gerombolan (perampok).Pada tahun 1957 para gerombolan banyak yang di tangkap oleh Letnan Jamin Ginting dan mengakibatkan efek jera bagi para gerombolan sehingga mereka memutuskan untuk bertani dan menggarap sawah untuk kebutuhan sehari-hari mereka.Seiring berjalannya waktu banyak masyarakat datang tetapi masih dari etnis Karo.Mereka pindah karena lahan subur dan masih banyak tersedia.Sehingga sampai sekarang sudah ada 76 kk yang tinggal di desa Negeri Gugung.bukti dari penduduk awal marga barus adalah dengan terdapatnya sebuah kuburan sebagai simbolik penghargaan terhadap pendiri desa yang dianggap sesuatu yang keramat dan sakral.


(44)

4.1.2 Lokasi dan Keadaan Alam

Desa Negeri Gugung terletak di Kecamatan Sibolangit kabupaten Deli Serdang dengan luas wilayah 350 Ha.Tipe wilayah di desa Negeri Gugung adalah dataran tinggi dimana desa Negeri Gugung beriklim tropis.

Adapun batas-batas wilayah desa Negeri Gugung adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara berbatasan dengan : Desa Cinta Rakyat

Sebelah Selatan berbatasan dengan : Desa Tanjung Barus ( Kab. Karo)

Sebelah Barat berbatasan dengan : Desa Bukum

Sebelah Timur berbatasan dengan : STM Hulu

Jarak desa ini dengan kantor kecamatan adalah 19 Km yang dapat di tempuh menggunakan sepeda motor dan kendaraan roda empat. Dari Medan menuju desa ini, sarana transportasi umum yang digunakan adalah bus-bus yang menuju tanah Karo seperti Borneo, Sumatera Transport, Murni dan Sinabung Jaya yang dikenakan ongkos Rp. 8.000 sampai di Bandar Baru tepatnya di simpang Bukum. Dari simpang Bukum menuju desa Negeri Gugung jarak tempuhnya adalah 18 Km setelah melewati desa Bandar baru, Sekeben, Martelu, Tangkuhan, Suka maju dan Cinta rakyat atau Basukum. Untuk menuju desa tersebut tidak ada angkutan umum beroda empat, angkutan umum beroda empat hanya sampai di desa Cinta Rakyat atau Basukum saja. Selain angkutan umum beroda empat, terdapat juga ojek sepeda motor yang pangkalannya berada di simpang desa Bukum.


(45)

4.1.3 Keadaan Penduduk

Penduduk yang menempati desa Negeri Gugung berdasarkan data pada bulan Februari tahun 2012 yang diperoleh dari Kepala Desa berjumlah 305 jiwa yang terdiri atas 148 orang laki-laki dan 157 orang perempuan, dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 72 kepala keluarga. Jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari pada jumlah penduduk laki-laki. Untuk lebih jelas, komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

NO JENIS KELAMIN JUMLAH

1. Laki-laki 148 jiwa

2. Perempuan 157 jiwa

Jumlah 305 Jiwa

Sumber: Laporan Kependudukan Desa Negeri Gugung, 2012

Dari 305 jiwa jumlah penduduk, yang terdiri dari 148 jiwa laki-laki dan 157 jiwa perempuan, yang termasuk dalam kategori balita adalah berjumlah 11 jiwa, anak-anak 57 jiwa, remaja 35 jiwa, dewasa 173 jiwa dan manula berjumlah 29 jiwa. Untuk lebih jelas melihat komposisi penduduk berdasarkan kategori usia, dapat dilihat pada tabel berikut ini:


(46)

Tabel 2.Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia

NO KATEGORI USIA JUMLAH 1. Balita (3-5tahun) 11 Jiwa

2. Anak-anak (6-12 tahun) 57 Jiwa 3. Remaja (13-16 tahun) 35 Jiwa 4. Dewasa (12-21 tahun) 173 Jiwa 5. Manula ( 60- 90 tahun) 29 Jiwa

Jumlah 305 Jiwa

Sumber: Laporan Kependudukan Desa Negeri Gugung, 2012

Berdasarkan etnis, mayoritas masyarakat Desa Negeri Gugung ini berasal dari etnis Karo, selebihnya adalah etnis jawa dan batak toba. Dari segi agama, hampir seluruhnya masyarakat desa ini memeluk agama Kristen Katolik hanya satu orang saja yang memeluk agama Kristen Protestan. Namun demikian, tidak terjadi diskriminasi pada yang memeluk agama minoritas seperti Kristen Protestan.Hubungan yang terjadi antar umat beragama terjalin dengan baik.

4.1.4 Mata Pencaharian Penduduk Desa Negeri Gugung

Masyarakat desa Negeri Gugung, mayoritas bermata pencaharian sebagai petani.Warga desa ini pada umumnya mempunyai lahan sendiri dan selebihnya ada juga yang hanya mengelola lahan milik sanak saudaranya.Hasil pertanian merupakan sumber penghidupan pokok bagi masyarakat desa Negeri Gugung.Hampir seluruh masyarakat desa Negeri Gugung terlibat dalam mengelola lahan pertanian seperti


(47)

berladang, berkebun dan menggarap sawah. Hasil pertanian dominan dari penduduk desa Negeri Gugung terdiri dari tanaman keras dan tanaman muda seperti Karet (Hevea braziliensis ) Kakao (Theobroma cacao) dan Jahe (Zingiber officinale), selain itu juga terdapat tanaman Kecombrang (Etlingera elatior) Langsat (L.domesticum var. domesticum), Manggis (Garcinia mangostana), Jengkol (Archidendron pauciflorum) dan Kopi (Coffea).


(48)

Gambar 1. Tanaman dominan desa Negeri Gugung.

Hasil pertanian masyarakat desa Negeri Gugung biasanya dijual kepada agen-agen yang datang ke desa tersebut.Sangat jarang sekali mereka sendiri yang menjualnya ke pasar. Hal ini dikarenakan sarana transportasi yang tidak memadai dan harus menempuh jalan dengan medan yang sulit sehingga menimbulkan resiko yang tinggi.

Masyarakat desa Negeri Gugung melakukan aktifitasnya di ladang pada pagi hari sekitar pukul 07.00 WIB hingga sore hari sekitar pukul 18.00 WIB, Namun demikian ada juga yang memilih untuk menginap di ladang jika mereka merasa sangat lelah dan harus menyelesaikan pekerjaan sampai pada malam hari. Mereka mempunyai pondok pada masing-masing ladangnya yang biasa mereka sebut sebagai gubuk.Gubuk yang terdapat pada ladang mereka difungsikan sebagai tempat untuk beristirahat dan memasak.Untuk kebutuhan makan sehari-hari yang berupa sayuran, cabai, tomat dan bumbu lainnya mereka menanamnya sendiri diladang.Untuk makan pada siang hari mereka tidak membawa bekal dari rumah melainkan langsung memasak diladang.

4.1.5 Pola Pemukiman

Pola pemukiman di desa Negeri Gugung adalah pola pemukiman dengan tipe melingkar. Rumah-rumah penduduk di desa ini berada di tepi jalan yang melingkar, sehingga desa ini terlihat seperti sebuah lingkaran pemukiman. Selain itu, rumah-rumah penduduk yang terdapat di desa ini bertingkat mengikuti bentuk lahan.Ada


(49)

yang berada di atas bukit dan ada juga yang berada dibawah. Pemukiman penduduk di desa ini sama seperti pola pemukiman penduduk pada daerah dataran tinggi dan terpencil pada umumnya, dimana Permukiman penduduk memusat dan mendekati sumber-sumber penghidupan mereka, seperti mengitari pegunungan dan mendekati sumber air. Dengan pola pemukiman dengan tipe melingkar ini, membantu masyarakat desa Negeri Gugung untuk saling berkomunikasi dan berinteraksi dengan mudah.

Gambar 2. Pemukiman di desa Negeri Gugung

4.1.6 Sarana dan Prasarana 4.1.6.1 Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan merupakan sarana yang sangat penting dalam setiap lapisan masyarakat agar dapat memperoleh sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pada masyarakat desa Negeri Gugung tidak terdapat satupun sarana pendidikan mulai dari tingkat SD, SMP dan SMA, baik sarana pendidikan formal


(50)

maupun informal.Dengan tidak terdapatnya sarana pendidikan di desa Negeri Gugung ini, bukan berarti masyarakat di desa ini tidak mengenal dunia pendidikan. Anak-anak yang ingin menempuh pendidikan pada tingkat SD, terpaksa bersekolah di desa sebelah tepatnya di desa Cinta Rakyat atau yang sering mereka sebut desa Basukum. Setiap hari mereka harus menempuh perjalanan dengan jarak 3 KM yang di tempuh dengan berjalan kaki, tidak ada angkutan khusus yang bisa mengantar dan menjemput mereka.Namun jika beruntung pada saat pulang sekolah terkadang ada angkutan yang mau menumpangi mereka sampai ke Negeri Gugung. Sedangkan untuk tingkat sekolah SMP dan SMA bukan terletak di desa Cinta Rakyat, melainkan berada di Bandar Baru. Mereka yang ingin melanjutkan sekolah di tingkat SMP dan SMA tidak lagi tinggal di desa Negeri Gugung dikarenakan jarak yang sangat jauh ditambah lagi dengan kondisi jalan yang rusak.Mereka yang melanjutkan sekolah memilih untuk tinggal bersama sanak saudara mereka yang berada di desa Bandar Baru dan ada juga yang memilih untuk Kost.

4.1.6.2 Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan yang ada di desa Negeri Gugung hanya berupa Puskesmas pembantu.Namun bangunan tersebut sangat tidak terurus dan jarang difungsikan karena tidak terdapat ahli kesehatan di desa ini.Ahli kesehatan berupa Bidan desa datang kedesa ini hanya satu kali dalam seminggu.Bidan desa tersebut berasal dari desa Bandar Baru.Jika Bidan tersebut datang, dia biasanya mengunjungi rumah-rumah warga untuk mengobati jika ada yang sakit dan mengadakan Posyandu bagi Balita dan anak-anak. Warga desa Negeri Gugung tidak sepenuhnya bergantung pada


(51)

ahli kesehatan, jika ada warga yang menderita sakit, mereka menggunakan obat-obatan atau ramuan alami yang biasanya berasal dari tumbuh-tumbuhan. Pengetahuan mereka tentang pengobatan secara alamai terjadi secara turun temurun dan sudah sejak lama.

Gambar 3. Puskesmas Pembantu Desa Negeri Gugung

4.1.6.3 Sarana Ibadah

Di desa Negeri Gugung, hanya terdapat satu buah sarana ibadah untuk warga desa yang memeluk agama Kristen Katolik, yaitu sebuah gereja Katolik yang bernama Shanto Josep. Gereja ini terletak di atas bukit yang tidak terlalu tinggi tepat di depan Puskesmas pembantu. Bangunan gereja Shanto Josep merupakan bangunan yang paling besar yang terdapat di desa Negeri Gugung. Gereja ini mempunyai seorang Pastor yang bernama Marcel Damanik. Pastor Marcel Damanik ini bukan warga desa Negeri Gugung melainkan warga desa Bandar Baru yang datang ke desa Negeri Gugung hanya satu bulan sekali yaitu pada minggu keempat untuk memimpin kebaktian yang dilakukan pada hari minggu. Selama Pastor tidak ada, pada setiap minggunya kebaktian dipimpin oleh seorang Perhangir atau Sintua yang bernama


(52)

Darius Sembiring yang merupakan warga desa Negeri Gugung. Tidak terdapat Musholla, Mesjid, maupun Gereja Kristen Protestan karena di desa ini, mayoritas masyarakatnya adalah beragama Kristen Katolik.

Gambar 5. Gereja Santho Josep Desa Negeri Gugung.

4.1.6.4 Sarana Transportasi dan Komunikasi

Untuk menuju ke dasa ini tersedia angkutan umum berupa ojek sepeda motor dan mobil angkutan. Akan tetapi, mobil angkutan yang ada hanya satu kali dalam seminggu, yaitu pada hari senin saja. Sedangkan pada hari lain mobil angkutan hanya sampai pada desa Cinta Rakyat atau Basukum. Untuk menaiki mobil angkutan ini masyarakat dikenakan ongkos sebesar Rp. 12.000. Jika angkutan umum yang berupa mobil angkutan hanya ada satu kali dalam seminggu, angkutan umum yang berupa ojek sepeda motor tidak demikian, masyarakat bisa menumpangi ojek sepeda motor setiap hari dengan ongkos yang cukup mahal yaitu Rp. 25.000. angkutan umum yang berupa ojek sepeda motor dan mobil angkutan ini berpangkal di desa Bandar Baru, tepatnya di simpang Bukum. Selain angkutan umum, sebagian masyarakat desa


(53)

Negeri Gugung juga memiliki kendaraan pribadi yang berupa sepeda motor dan mobil pickup.Jarak antara simpang Bukum menuju desa Negeri Gugung adalah 18 Km dengan melewati jalan dengan kondisi yang rusak dan belum seluruhnya beraspal. Jalan yang dilewati juga menanjak dan banyak tikungan berbahaya, akan tetapi dengan kondisi yang demikian, tidak terdapat rambu-rambu serta pengaman seperti pembatas pada pada tepi jalan yang disebelahnya terdapat jurang yang cukup curam, sehingga resiko terjadinya kecelakaan sangat tinggi.

Sarana komunikasi yang ada di desa ini terdiri dari telepon genggam, radio, televisi dan surat kabar. Di sebagian rumah warga yang mempunyai televisi, mereka biasanya menonton pada malam hari saja di waktu istirahat sepulang mereka dari ladang.karena listrik yang tersedia hanya mulai menyala pada pukul 17.00 WIB sampai pada pukul 08.00 WIB. Untuk berkomunikasi menggunakan telepon genggam masih sangat sulit dikarenakan oleh keterbatasan jaringan.Di desa ini jaringan untuk telepon genggam hanya ada pada beberapa titik tertentu dan hanya beberapa provider tertentu saja yang menyediakan jaringan seperti provider INDOSAT dan XL.Namun untuk sarana komunikasi seperti radio tidak begitu sulit, banyak warga yang menggunakan aplikasi telepon genggam mereka sebagai alat untuk mendengarkan radio. Sedangkan untuk memperoleh surat kabar, biasanya warga menitip pada warga lain yang lain yang ingin pergi atau membelinya sendiri di desa terdekat yang menjual surat kabar karena di desa ini tidak ada yang menjual surat kabar.


(54)

4.1.6.5 Sarana Rekreasi dan Hiburan

Di Desa Negeri Gugung terdapat sungai yang dikenal dengan nama sungai dua rasa. Sungai ini memiliki mata air panas dan dingin. Sungai ini merupakan tempat wisata alam yang tidak begitu dikenal masyarakat luar, masyarakat luar yang datang berkunjung ketempat ini tidak dikenakan biaya apapun oleh masyarakat desa Negeri Gugung.

Gambar 6.Mata air panas dan aliran sungai dua rasa desa Negeri Gugung.

Selain air terjun dua rasa, terdapat juga Deleng (Gunung) Takur-takur yang menjadi daya tarik masyarakat luar khususnya para kelompok pecinta alam baik dari kalangan mahasiswa maupun dari kalangan umum, untuk mencapai pilar yang terdapat di puncak gunung tersebut. Untuk warga desa Negeri Gugung ini sendiri, mereka sangat jarang mendaki gunung atau deleng Takur-takur tersebut dengan tujuan mencapai pilar, mereka yang datang hanya untuk pergi berladang, sedangkan


(55)

tempat pemandian alam seperti air terjun dua rasa dijadikan mereka sebagai tempat untuk merelaksasikan tubuh atau melepas penat setelah letih bekerja.

Gambar 7.Perjalanan menuju puncak takur-takur.

4.1.6.6 Sarana Olahraga

Sarana olahraga merupakan salah satu sarana yang dibutuhkan oleh setiap masyarakat agar dapat mengembangkan potensi jasmani dan rohani yang dimiliki.Selain untuk mengembangkan potensi jasmani dan rohani yang dimiliki, olahraga juga mampu mempengaruhi kemampuan sosial seseorang dalam berinteraksi dengan masyarakat disekitar tempat tinggal mereka.Di Negeri Gugung ini tidak terdapat sarana olahraga apapun seperti lapangan voli, lapangan sepak bola dan lain sebagainya.Masyarakat yang ingin berolah raga seperti bermain bola voli, bermain bola kaki, dan lain sebagainya, mereka biasanya menggunakan halaman gereja Shanto Josep.


(56)

4.1.6.7 Sarana umum lainnya

Sarana umum lainnya yang terdapat di desa Negeri Gugung ini adalah sarana kamar mandi umum dan balai desa yang berfungsi juga sebagai jambur.Terdapat dua lokasi kamar mandi umum yang mana pada satu lokasinya terdiri dari kamar mandi untuk laki-laki dan untuk perempuan yang berada bersebelahan.Kamar mandi ini tidak digunakan hanya untuk mandi saja, melainkan untuk mencuci pakaian, mencuci piring serta buang hajat.Masyarakat desa Negeri Gugung sangat bergantung pada kamar mandi umum ini, dikarenakan kebanyakan rumah mereka tidak memiliki kamar mandi. Sumber air yang terdapat di kamar mandi ini berasal dari sungai yang dikeluarkan melalui lima pancuran. Dua pancuran untuk kamar mandi laki-laki, dua pancuran lagi untuk kamar mandi perempuan dan satu pancuran lagi berada diluar kamar mandi yang biasa digunakan untuk mencuci piring. Di waktu pagi hari dan menjelang malam adalah waktu dimana masyarakat desa Negeri Gugung banyak yang menggunakan kamar mandi umum tersebut. Meskipun harus mengantri mereka tidak mengeluh, karena di waktu seperti itu mereka dapat saling bertukar cerita, saling bercengkrama sehingga interaksi yang terjadi dapat lebih dekat.

Setelah kamar mandi, sarana umum lainnya yang terdapat di desa Negeri Gugung adalah balai desa.Balai desa merupakan sebuah tempat yang sangat berfungsi dan bermanfaat bagi masyarakat desa Negeri Gugung.Selain digunakan untuk keperluan kegiatan program-program yang dibuat oleh pemerintahan desa, balai desa ini juga dapat digunakan sebagai jambur, Yang berfungsi untuk acara-acara adat seperti pernikahan, kematian, pesta tahunan dan lainnya.Balai desa ini juga


(57)

merupakan tempat pedagang berjualan pada saat hari pekan dan tempat para pendaki bermalam pada saat melakukan pendakian menuju gunung takur-takur.

4.1.7 Latar Belakang Sosial Budaya 4.1.7.1 Bahasa

Bahasa yang digunakan oleh mayarakat desa ini dalam kehidupan sehari-hari adalah bahasa Karo.Bahasa Karo digunakan masyarakat desa Negeri Gugung dalam pergaulan sehari-hari untuk berkomunikasi, baik itu orang tua, dewasa dan anak-anak.mereka juga dapat menggunakan bahasa Indonesia jika ada orang pendatang yang tidak mengerti bahasa Karo. Namun ada juga sebagian warga yang hanya bisa berkomunikasi menggunakan bahasa Karo saja, biasanya warga tersebut adalah warga yang telah berusia lanjut.

4.1.7.2 Adat Istiadat

Masyarakat Negeri Gugung mempunyai adat istiadat yang sampai saat ini terpelihara dengan baik. Adat istiadat yang digunakan di desa ini sama seperti adat istiadat yang terdapat pada etnis Karo pada umumnya seperti pada saat acara pernikahan, kematian, pesta tahunan dan lain sebagainya. Adat istiadat yang terdapat di desa ini dapat menjadikan hubungan yang terjadi pada setiap anggota masyarakat terjalin dengan baik seperti solidaritas yang semakin erat dan lain sebagainya. Dengan kata lain, adat istiadat yang terdapat di desa negeri Gugung, dapat berfungsi sebagai pemersatu masyarakat.


(58)

4.1.7.3 Religi

Walaupun di desa Negeri Gugung sudah menganut agama modern seperti agama Katolik, namun masyarakat desa masih mempunyai keyakinan terhadap kekuatan ghaib seperti kepercayaan terhadap roh-roh nenek moyang. Di desa Negeri Gugung terdapat sebuah kuburan. Diakui masyarakat setempat bahwa kuburan tersebut didirikan untuk menghormati orang yang pertama kali mendirikan desa tersebut yaitu bermarga Barus. Sebenarnya di dalam kuburan tersebut bukanlah jasad marga Barus yang merupakan pendiri desa Negeri Gugung melainkan seekor anjing merah.Jasad pendiri desa sampai sekarang belum diketahui, maka ada sekelompok dari etnis Pak-pak yang dinamakan si pitu erdalan yang diakui dukun besar melakukan upacara tersebut guna menghormati arwah nenek moyang.Sampai sekarang masyarakat setempat sangat menghormati keburan tersebut dan mengakui semenjak ada kuburan tersebut desa selalu aman. Setiap ada orang berniat jahat tibanya di kampung tersebut akan berubah pikiran. Masyarakat menyebutnya penjaga kuta atau penjaga kampung.

Selain mengakui arwah nenek moyang, masyarakat setempat juga mengakui kekuatan gaib pada suatu tempat.Misalkan saja, jika kita ingin ketempat tersebut harus bersikap sopan dan tidak boleh berbicara sembarangan. Apabila kita melanggar ketentuan tersebut diyakini akan mendapat musibah. Masyarakat juga percaya akan kekuatan supranatural atau gaib yang dapat menyebuhkan dan melindungi dari hal-hal yang membahayakan jiwa. Masyarakat desa Negeri Gugung masih sangat


(59)

meyakini seorang dukun.Bahkan masyarakat setempat mengakui dukun yang ada di desa tersebut diakui kehebatannya sampai keluar daerah.

Gambar 8.Kuburan penjaga kampung.

4.1.7.4 Seni

Karena desa Negeri Gugung berada di tanah Karo dan mayoritas masyarakatnya berasal dari etnis karo, kesenian yang terdapat di desa ini adalah kesenian dari etnis karo, hal ini dapat dilihat pada saat pelaksanaan pesta adat istiadat Karo seperti pernikahan, kematian, pesta tahunan dan guro-guro aron.Dalam setiap pesta adat terdapat unsur musik, tarian, lagu, dan pakaian adat Karo.

4.1.7.5 Sistem Kekerabatan

Sistem kekerabatan pada masyarakat desa Negeri Gugung adalah sistem kekerabatan yang terdapat pada etnis karo pada umumnya.Seperti yang diidentifikasikan melalui merga, bebere, binuang, soler, kampah dan kempu

(Klen).Alur utamanya adalah patrilinear. Marga adalah garis keturunan dari ayah,

bebere warisan garis dari leluhur ibu, binuang adalah warisan garis keturunan dari nenek (Ibu kandung Bapak) soler adalah warisan garis keturunan dari nenek (ibu


(60)

kandung ibu), kampah adalah warisan garis keturunan dari ibu kandung dari kakek (Bapak Kandung), kempu adalah warisan garis keturunan dari nenek (orang tua ibu kandung).

Dengan demikian masyarakat desa negeri gugung mempunyai merga, bebere, binuang, soler, kampah dan kempu, melalui perkawinan yang membentuk jalinan kekeluargaan.Hak dan kewajiban dalam jaringan kekerabatan ini merupakan suatu ikatan yang kokoh, dan merupakan suatu kekuatan kegotong-royongan, yang disertai dengan rasa solidaritas atau kebersamaan yang tinggi dalam kaitannya dengan social budaya.

4.1.8 Bidang Pemerintahan

Berdasarkan Undang-undang tentang pemerintahan desa, pada pasal 3 ayat 1 diterangkan bahwa pemerintahan desa terdiri atas Kepala Desa dan Lembaga Musyawarah Desa. Kemudian pada ayat 2 Pemerintah Desa dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh Perangkat Desa.Dan pada ayat 3 di jelaskan bahwa perangkat desa terdiri atas Seketaris Desa dan Kepala-kepala Dusun.

Di Desa Negeri Gugung, bidang pemerintahannya berjalan dengan baik. Terdapat kepala desa, seketaris desa, kepala urusan pada setiap bidang seperti bidang keuangan, pemerintahan, umum dan pembangunan. Terdapat juga kepala dusun pada setiap dusunnya yang bertanggung jawab langsung kepada kepala desa. Untuk lebih jelasnya, gambaran mengenai struktur pemerintahan desa Negeri Gugung dapat dilihat dalam bagan berikut:


(61)

Struktur Pemerintahan Desa Negeri Gugung

Meskipun struktur pemerintahannya tertata dengan baik, namun terdapat juga kendala yang menghambat kegiatan pemerintahan desa Negeri Gugung.yaitu tidak terdapatnya kantor desa. Tidak terdapatnya kantor desa ini sangat mengambat kegiatan-kegiatan pemerintahan desa. Para aparatur desa tidak dapat berkumpul pada satu tempat untuk dapat menjalankan tugasnya, sehinnga koordinasipun sulit dilakukan.Selama ini segala urusan yang berhubungan dengan pemerintahan desa, di lakukan di rumah kepala desa.

SEKRETARIS DESA Daniel Perangin-Angin

KAUR Pemerintahan

Elya Sofyan KEPALA DESA Kusman Bangun

KEPALA DUSUN II Ektradonta Tarigan

KAUR Umum Neus Bangun

KAUR Pembangunan Desa

Dedi Eriston KAUR

Keuangan Rahmuliana T

KEPALA DUSUN I Satria N. Tarigan


(62)

4.2.Profil Informan

Profil informan adalah data diri para informan yang diteliti, yang mana nantinya akan diperoleh segala informasi-informasi mengenai orientasi masyarakat berdomisili di desa Negeri Gugung. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, telah ditentukan informan sebanyak 11 orang yang memiliki kriteria sebagai informan.Adapun informan dalam penelitian ini terdiri dari informan kunci dan informan biasa.Informan kunci terdiri dari 3 orang, dan informan biasa terdiri dari 8 orang.

4.2.1 Bulang Barus

Bulang Barus adalah warga desa Negeri Gugung berusia 84 tahun, memiliki seorang istri dan empat orang anak yang semuanya telah menikah.Bulang Barus menempati desa Negeri Gugung ini mulai dari tahun 1952.Sebelum pindah ke Desa Negeri Gugung, Bulang Barus tinggal di Namo Cengke. Namo Cengke merupakan sebuah daerah pemukiman yang hanya terdapat 5 kepala keluarga. Karena semakin banyak masyarakat yang melakukan migrasi, maka Bulang barus memilih untuk berdomisili di Desa Negeri Gugung. Pada tahun 1955-1957 bulang Barus dulunya adalah seorang gerombolan (perampok). Desa negeri Gugung merupakan tempat persembunyian para gerombolan saat itu wilayah ini sangat memungkinkan untuk persembunyian, karena berada di tengah hutan dan jauh dari masyarakat luas.Setelah beberapa teman bulang barus ditangkap dan ditahan oleh letnan Jamin Ginting maka


(63)

semenjak itu timbul rasa ketakutan dan berangsur-angsur para gerombolan tidak lagi beroperasi mereka berubah dan bekerja sebagai petani.

4.2.2 Kusmas Bangun

Kusmas Bangun adalah seorang warga asli desa Negeri Gugung yang berusia 40 tahun.Kusmas Bangun memeluk agama Kristen Katolik dan berasal dari keturunan etnis Karo. Ia mempunyai seorang istri yang juga merupakan penduduk asli desa Negeri Gugung dan mempunyai 4 orang anak yang terdiri dari 3 orang anak laki-laki dan 1 orang anak perempuan. Kusmas Barus sehari-harinya bekerja sebagai petani, di ladang yang cukup luas peninggalan orang tuanya.Di ladangnya tersebut terdapat tanaman karet (Hevea braziliensis), langsat (L.Domesticum Var. Domesticum), jahe (Zingiber officinale) dan kakao (Theobroma cacao)..Pendapatannya yang diperoleh dari hasil ladangnya ini, dapat dikatakan lebih kalau hanya untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sehari- hari. Sebagian hasil yang diperoleh dari ladangnya di tabung untuk keperluan pendidikan ke 4 anaknya.

Selain bekerja sebagai petani, Kusmas bangun adalah seorang kepala desa Negeri Gugung.Ia telah menjabat sebagai Kepala desa sejak tahun 2009. Selama menjabat sebagai kepala desa, dia harus membagi waktu antara pekerjaan sebagai petani dan sebagai kepala desa yang harus dapat bertanggung jawab dalam hal mengurusi segala urusan desa yang di pimpinnya demi kebaikan dan kemajuan desa Negeri Gugun


(64)

Husni Tarigan adalah seorang warga Desa Negeri Gugung berusia 35 tahun, memeluk agama Kristen Katolik dan berasal dari etnis Karo.Husni bekerja sebagai petani dan penderes rambung atau karet (Hevea braziliensis).Husni Tarigan adalah warga pendatang yang berasal dari Amplas dan telah 14 tahun berdomisili di Desa Negeri Gugung.Husni Tarigan mempunyai seorang istri dan belum mempunyai anak.sebelum datang ke desa Negeri Gugung, Husni bekerja serabutan dan bekerja sebagai buruh harian lepas. Namun dia merasa tidak nyaman di karenakan pekerjaannya yang tidak menetap, dan sangat menguras tenaga apabila dia harus bekerja sebagai buruh.Selain itu husni mengakui daerah amplas terlalu ramai dan dipenuhi dengan keributan sehinngga membuat dia sangat tidak nyaman. Husni telah lama berkeinginan untuk pindah ke daerah lain dan mencari pekerjaan yang lebih baik untuk dapat merubah nasibnya.

Husni datang ke desa negeri Gugung Berawal dari ajakan pamannya yang merupakan warga asli desa Negeri Gugung, untuk membantunya memanen hasil taninya.Bermula dari itu, Husni merasa betah dan tertarik untuk berdomisili di desa Negeri Gugung.Husni mengakui kalau kehidupannya lebih baik setelah berada di desa Negeri Gugung dari pada harus kembali lagi ke daerah asalnya. Husni kini telah mempunyai tempat tinggal tetap yaitu sebuah rumah sederhana yang terbuat dari kayu yang ia tempati bersama seorang istri yang merupakan warga asli desa Negeri Gugung.


(65)

Dewi Sembiring adalah seorang wanita yang berusia 29 tahun, merupakan warga pendatang yang berasal dari desa Bandar Baru.Dewi menjadi warga desa Negeri Gugung setelah menikah dengan suaminya yang merupakan warga asli desa Negeri Gugung.Dewi menikah sejak 12 tahun yang lalu, tepatnya di awal tahun 2000.Dewi hanya bersekolah sampai pada tingkat sekolah menengah pertama (SMP). Sekarang ia bekerja sebagai ibu rumah tangga dan membatu suaminya bekerja di ladang. Dewi mempunyai dua orang anak yang terdiri dari seorang anak perempuan yang merupakan anak pertamanya yang masih berusia 5 tahun dan anak keduanya seorang laki-laki yang masih berusia 3 tahun. Dewi Sembiring beragama Kristen Katolik yang sebelumnya memeluk agama Islam. Ia pindah agama semenjak menikah dengan suaminya M. Barus berusia 32 tahun.

Mereka tinggal di sebuah rumah kecil milik mereka di desa Negeri Gugung. Dewi mengakui ia merasa sangat bahagia tinggal bersama suami dan kedua anaknya meski harus tinggal dirumahnya yang sangat sederhana itu. Meskipun desa asalnya Bandar Baru lebih memadai dari segi sarana dan prasarananya, dewi merasa lebih nyaman berada di desa ini.Dikarenakan kebutuhan hidup yang diperlukan tidak tinggi dan lebih mudah mencari uang, yang di peroleh dari hasil ladang mereka yang di tanamani tanaman jengkol (Archidendron pauciflorum) dan jahe (Zingiber officinale).

4.2.5 B. Barus

Bapak B. Barus berusia 64 tahun, Bapak B. Barus menikah dengan Ibu S. Bangun.Mereka merupakan penduduk asli di desa ini.Mereka memiliki 4 orang


(66)

anak.2 orang sudah menikah dan 2 lagi bersekolah di Medan.Menurut bapak B. Barus kakek neneknya dulunya juga lahir di desa ini.Bapak B. Barus dulunya tidak tamat sekolah SD (sampai kelas 5) dan istrinya hanya tamatan SD. Beliau mengaku tidak melanjutkan sekolah karena jarak yang sangat jauh ditempuh dan apabila ingin melanjut ke SMP harus Bandar baru.Pada saat itu transportasi untuk keluar belum ada dan harus berjalan kaki dengan keadaan jalan yang kurang baik. Bapak B. Barus mengaku sewaktu muda belum pernah sekalipun merantau dikarenakan takut akan dunia luar. Meski usianya sudah 64 tahun bapak B.Barus hanya pernah ke Medan melihat anaknya yang sekolah disana dan merasa tidak betah tinggal di Medan meski sehari saja.Bapak B. Barus merasa paling nyaman jika berada di Negeri Gugung, udaranya sejuk, makan dan tidurpun menjadi enak. Bapak B.Barus juga mengaku tidak berani keluar desa berlama-lama karena tidak memiliki pendidikan dan canggung dengan dunia luar.

4.2.6 A. Tarigan

A adalah seorang laki-laki yang merupakan warga asli desa Negeri Gugung. A berusia 42 tahun dan memeluk agama Kristen Katholik.A menempuh pendidikan hanya sampai pada tingkat sekolah dasar. 12 tahun yang lalu A menikah dengan seorang wanita yang berasal dari desa Cinta Rakyat. Dari hasil pernikahannya, mereka memperoleh empat orang anak yang terdiri dari 2 orang laki-laki dan 2 anak perempuan. Berladang merupakan mata pencaharian utama A yang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan ekonomi keluarganya. Selain berladang, A mempunyai pekerjaan sampingan yaitu berdagang. A tarigan membuka usaha kecil


(67)

yang berupa warung kopi dan juga menjual bahan-bahan kebutuhan pokok seperti sembako, perlengkapan mandi, dan makanan ringan. Warung A terletak tepat di sebelah balai desa Negeri Gugung sehingga warung A merupakan tempat biasanya para warga laki-laki baik pemuda maupun orang tua berkumpul. Karena harus bekerja di ladang, A hanya membuka warungnya pada pukul 06.00 WIB sampai pada pukul 08.00 WIB dan baru dibuka kembali pada pukul 19.00 WIB sampai pukul 22.00WIB.

4.2.7 Jonson Ginting

Jonson ginting berusia 31 tahun. Jonson ginting merupakan pemuda setempat. Jonson belum menikah, oarng tua jonson adalah bapak R. Ginting dan ibu P. Barus. Semenjak lahir Jonson ginting sudah di desa negeri gugung. pendidikan terakhir jonson adalah SMA. Dulu onson SD di desa Cinta Rakyat dan apabila ingin bersekolah harus dari pagi sekali karena harus menempuh ...km. ketika ingin melanjut sekolah jonson harus ke Bandar baru karena hanya disana tersedia SMP dan SMA. Setelah tamat SMA jonson pulang ke kampung dikarenakan jonson mengalami sakit yang diakibatkan pengaruh obat-obatan. Jonson ketika bersekolah di Bandar baru menggunakan narkoba karena pengaruh lingkungannya. Akibat kekhawatiran orang tua maka jonson pulang dan dirawat di kampung halamannya. Jonson juga mengaku lebih baik diladang saja mengurus kebun karet, manggis dan lain-lain milik keluargannya dari pada harus merantau. Akibat pengaruh obat-obatan jonson sering mengalami gangguan dan takut tidak bisa diterima di lingkungan lain selain dikampung halamannya.


(68)

4.2.8 Erni Barus

Erni Bangun adalah seorang perempuan berusia 43 tahun yang bekerja sebagai petani.Ibu Erni Barus merupakan penduduk asli desa Negeri Gugung dia lahir dan dibesarkan di desa ini hingga menikah dan mempunyai tiga orang anak yang terdiri dari satu orang anak perempuan dan dua orang anak laki-laki.Sejak menikah ibu Erni bangun tidak tinggal lagi bersama kedua orang tuanya yang juga merupakan penduduk asli desa Negeri gugung.Ia dan suaminya tinggal di sebuah rumah yang kini menjadi tempat tinggal menetap mereka di desa Negeri Gugung bersama ke tiga orang anaknya. Namun ketiga anaknya tidak lagi berada di Desa Negeri Gugung.dua orang yang laki-laki bekerja di Batam dan satu orang yang perempuan bekerja di Bandung. Ibu Erni Barus bekerja sebagai petani.Ia memiliki ladang dengan lahan yang cukup luas. Di ladangnya terdapat tanaman coklat, jahe, karet dan kopi. Setiap harinya ia bekerja di ladang bersama suaminya yang juga merupakan seorang petani.

4.2.9 B. Surbakti

B merupakan seorang laki-laki yang usianya sekarang adalah 30 tahun, B adalah penduduk pendatang di desa Negeri Gugung, alasan utama B merantau ke Desa Negeri Gugung adalah karena ingin mencari pekerjaan, selain itu juga B memiliki kerabat di desa Negeri gugung yaitu bapak M.Barus sehingga memudahkan B untuk beradaptasi dengan masyarakat di desa Negeri Gugung, juga untuk memudahkan mendapatkan pekerjaan di desa Negeri Gugung. B dilahirkan di Kabanjahe yaitu desa asal kedua orang tuanya.Bapak G.surbakti dan ibu J. Tarigan.B


(69)

merupakan anak ke 4 dari 8 bersaudara yang terdiri dari 5 anak perempuan dan 3 anak laki-laki. Pendidikan terakhir B adalah lulusan sekolah menengah pertama (SMP) . Sebelum memijakkan kaki di desa Negeri Gugung, B bekerja sebagai buruh lepas di desanya yaitu membantu memanen hasil pertanian penduduk desa, membantu penduduk desa yang sedang mendirikan bangunan tempat tinggal dengan kata lain “kuli bangunan”. Sejak usia 16 tahun B menjalankan pekerjaan ini untuk menambah penghasilan keluarganya dan untuk membantu keuangan adik-adiknya yang masih bersekolah. Sampai akhirnya B meninggalkan kampung halamannya untuk mendapatkan peruntungan di desa lain yaitu di desa Negeri Gugung yaitu dari usia 23 tahun hingga saat ini B menjadi penduduk desa Negeri Gugung dengan menggantungkan hidup sebagai buruh panen dan sekaligus berladang di lahan milik orang lain.

Dengan penghasilan yang lumayan menurutnya, sehingga B memilih untuk menetap di desa Negeri Gugung sampai saat ini, penghasilannya dari menjadi buruh untuk memanen hasil pertanian masyarakat desa Negeri Gugung seperti memanen karet sangat membantu perekonomiannya dan dari hasil berladangnya di lahan milik orang lain dengan tidak membayar sewa kepada pemilik lahan juga mempermudahkannya dalam mengumpulkan uang hasil berladangnya dan B dapat membantu perekonomian keluarganya di kampung.


(1)

3.

Pemerintah diharapkan dapat bekerja sama dengan masyarakat desa Negeri

Gugung tuntuk menjadikan desa tersebut sebagai desa percontohan meski

letaknya berada di daerah terpencil.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006

. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek

. Jakarta:

PT. Rineka Cipta.

Bungin, Burhan, 2001.

Metode Penelitian Sosial,

Surabaya: Airlangga University

Press.

Bungin, Burhan, 2007.

Metode Penelitian Sosial,

Surabaya: Airlangga University

Press.

Henslin, James M, 2007.

Sosiologi Dengan Pendekatan Membumi

, Jakarta: Airlangga

University Press.

Maleong, J, L, 2006 .

Metode Penelitian Kualitatif

, Bandung:P.T . Remaja

Rosdakarya.

Murray Lii, Tania. 2002,

Proses Trasnformasi Daerah Pedalaman Indonesia

,

Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia.

Pudjiwati Sajogyo, 1995.

Sosiologi Pedesaan

, Jogjakarta: Gadjahmada University

Press.

Rahardjo, 1999.

Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian

, ; Gadjah Mada

University Press.

Ritzer, George, dan Douglas J. Goodman . 2003

Teori Sosiologi Modern.

Jakarta:

Prenada Media Group .

Soekanto, Soerjono. 2009.

Sosiologi Suatu Ilmu Pengantar, Jakarta: PT

. Raja

Grafindo Persada.

Sunarto, Kamanto. 2004.

Pengantar Sosiologi

, Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia.

Wisaridana, Darsono. 2005.

Sosiologi Pedesaan kajian Struktural dan Kultural

Masyarakat Pedesaan,

Malang: UMM Press.

Sumber Internet:


(3)

http://id.shvoong.com/com/social-sciences/2171211-unsur-unsur-desa

diakses tanggal 18 Juni 2012


(4)

Profil Informan

1. Nama :

2. Jenis Kelamin :

3. Usia :

4. Suku :

5. Status :

6. Jumlah anak :

7. Alamat :

Pertanyaan (Informan Kunci)

1. Apakah Bapak/Ibu merupakan penduduk asli desa Lau gedang? 2. Sudah berapa lamakah Bapak/Ibu tinggal di desa Lau gedang?

3. Apakah Bapak/Ibu sudah merasa nyaman tinggal di desa Lau gedang? 4. Apakah Bapak/Ibu memiliki lahan di desa Lau gedang?

5. Apakah Bapak/Ibu memiliki tempat tinggal menetap di desa Lau gedang?

6. Apa alasan Bapak/Ibu memilih desa Lau gedang sebagai tempat untuk berdomisili? 7. Menurut Bapak/ Ibu bagaimana kondisi sarana dan prasarana yang terdapat di desa

Lau gedang?

8. Menurut Bapak/Ibu bagaimana kondisi kekerabatan dalam masyarakat di desa Lau gedang?

9. Apakah mata pencaharian Bapak/ Ibu selama ini dapat mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari?


(5)

10. bagaimana keterlibatan Bapak/Ibu dalam berbagai bentuk kegiatan masyarakat yang terdapat di desa Lau gedang?

11. menurut Bapak/Ibu apa yang menjadi daya tarik desa Lau gedang sehingga Bapak/ Ibu memilih untuk berdomisili di desa Lau gedang?

Profil Informan

1. Nama :

2. Jenis Kelamin :

3. Usia :

4. Suku :

5. Status :

6. Jumlah anak :

7. Alamat :

Pertanyaan (Informan Biasa)

1. Apakah masyarakat desa Lau Gedang pernah mengeluh tentang kondisi desa Lau Gedang saat ini?

2. Menurut Bapak/Ibu bagaimana tingkat kesejahteraan masyarakat desa Lau Gedang? 3. Menurut Bapak/ibu bagaimana kondisi hubungan kekerabatan pada Masyarakat desa

Lau Gedang dalam kehidupan sehari-hari?


(6)

5. Menurut Bapak/ Ibu apa yang menyebabkan masyarakat nyaman dan betah tinggal di desa Lau Gedang?

6. Menurut Bapak? Ibu apakah sarana dan prasarana yang ada telah memadai untuk kehidupan masyarakat desa?

7. Menurut Bapak/ Ibu Bagaimana kondisi kekerabatan antara penduduk asli dengan masyarakat pendatang di desa Lau Gedang?