IMPLEMENTASI MODEL TEACHING PERSONAL AND SOCIAL RESPONSIBILITY (TPSR) DAN MODEL TRADISIONAL DALAM PENJASORKES UNTUK MENINGKATKAN SELF EFFICACY PESERTA DIDIK.

(1)

IMPLEMENTASI MODEL TEACHING PERSONAL AND SOCIAL

RESPONSIBILITY (TPSR) DAN MODEL TRADISIONAL DALAM

PENJASORKES UNTUK MENINGKATKAN SELF EFFICACY PESERTA DIDIK

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Olahraga

Oleh Dewi Wulansari NIM. 1009580

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA SEKOLAH PASCASARJANA


(2)

2014

IMPLEMENTASI MODEL TEACHING PERSONAL AND SOCIAL

RESPONSIBILITY (TPSR) DAN MODEL TRADISIONAL DALAM

PENJASORKES UNTUK MENINGKATKAN SELF EFFICACY PESERTA DIDIK

Oleh Dewi Wulansari

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Olahraga

disyarava@yahoo.com Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Implementasi Model Teaching Personal and Social Responsibility (TPSR) dan Model Tradisional dalam Penjasorkes untuk Meningkatkan Self Efficacy Peserta Didik” ini dan seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung resiko yang dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap karya saya.

Bandung, Januari 2014 Yang membuat pernyataan,

Dewi Wulansari NIM.1009580


(4)

DISETUJUI DAN DISYAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing 1

Prof. Dr. H. Adang Suherman, M.A NIP. 196306181988031002

Pembimbing 2

Dr. Mulyana, M.Pd NIP.197108041998021001

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Olahraga

Prof. Dr. H. Adang Suherman, M.A NIP. 196306181988031002


(5)

ABSTRACT

IMPLEMENTATION OF TEACHING PERSONAL AND SOCIAL RESPONSIBILITY (TPSR) AND TRADITIONAL MODEL IN PHYSICAL EDUCATION TO ENHANCE

STUDENTS’ SELF EFFICACY

Physical education is an important catalyst for both moral and psychosocial development (Shields & Bredemeier 1995). Unfortunately, physical education in Indonesia focuses on physical aspects rather than sportivity, discipline and team work (Puskur, 2004). It can be happened because physical education here always separates body and soul education (Mahendra, 2010). This dichotomi approach rises some mistakes in arranging learning objectives, program and assessment in physical education (Suherman, 2009). TPSR model which developed by Hellison is a learning model that improve affective aspect especially to enhance students’ responsibility. Furthermore, TPSR also can improve self-efficacy that relates to one’s beliefs in doing certain tasks. The purpose of this research is to find out whether implementation of TPSR model can improve self-efficacy. The population in this research is students of nine class from two SMPN in Bandung Barat District. The sampel are 13 to 16 years old students and choosen based on research need (purposive sampling). Data collection are taken from pre and post test by using Emotional Self-Efficacy (ESE) and Social Self-Efficacy (SSE) instruments to find out students’ self-efficacy improvement. Data analysis was using Paired Sample t-test and Independent Sample t-test to seek the different self-efficacy development between TPSR model and traditional learning. The result shows that TPSR model can improve self-efficacy. It can be seen from ESE and SSE aspects. While traditional model only improve on ESE but not for SSE aspect. The different are (0.62) for ESE and (0.91) for SSE.


(6)

ABSTRAK

IMPLEMENTASI MODEL TEACHING PERSONAL AND SOCIAL RESPONSIBILITY

(TPSR) DAN MODEL TRADISIONAL DALAM PENJASORKES UNTUK

MENINGKATKAN SELF EFFICACY PESERTA DIDIK

Pendidikan Jasmani dan olahraga merupakan katalisator yang penting baik bagi pertumbuhan moral maupun bagi pengembangan psikososial (Shields & Bredemeier 1995). Namun hasil kajian Puskur (2004) menunjukkan, permasalahan pembelajaran pendidikan jasmani di Indonesia yaitu antara lain lebih banyak mengajarkan aspek fisik dari pada sportivitas, disiplin dan kerjasama. Hal tersebut boleh jadi karena pembelajaran penjas selalu memisahkan antara pendidikan tubuh dan jiwa (Mahendra, 2010). Pandangan dikhotomi tersebut secara empirik menimbulkan kesalahan dalam merumuskan tujuan, program pelaksanaan dan penilaian penjas (Suherman, 2009). Model TPSR yang dikembangkan oleh Hellison merupakan model pembelajaran yang mengembangkan aspek afektif, khususnya program TPSR bertujuan meningkatkan tanggung jawab peserta didik. Selain tanggung jawab, secara empirik model TPSR juga dapat meningkatkan Self Efficacy/efikasi diri yang merupakan keyakinan seseorang akan kemampuannya untuk melakukan suatu tugas tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah implementasi TPSR dan model tradisional dalam pembelajaran penjas dapat meningkatkan Self efficacy. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas IX dari dua SMPN yang berbeda di Kabupaten Bandung Barat. sampel adalah siswa kelas IX dari dua SMPN yang berbeda di Kabupaten Bandung Barat, berusia antara 13-16 tahun yang dipilih berdasarkan kebutuhan penelitian. Pengumpulan data dilakukan melalui pre dan post test dengan menggunakan Instrumen Self Efficacy pada aspek Emotional Self Efficacy (ESE) dan Social Self Efficacy (SSE). Untuk melihat peningkatan self efficacy peserta didik. Pengolahan data menggunakan uji Paired Sample t-test untuk melihat peningkatan self efficacy pada model pembelajaran TPSR dan model tradisional. Dan uji Independent Sample t-test untuk melihat perbedaan dampak dari perlakuan terhadap peningkatan self efficacy peserta didik. Hasil penelitian membuktikan bahwa, model TPSR meningkatkan self efficacy pada aspek ESE dan SSE Sedangkan model tradisional meningkatkan self efficacy pada aspek ESE namun tidak meningkat pada aspek SSE. Dari kedua peningkatan tersebut terdapat perbedaan peningkatan pada aspek ESE sebesar (0.62) dan SSE (0.91).


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN……….... i

KATA PENGANTAR………...…... ii

UCAPAN TERIMA KASIH………...………….. iii

ABSTRAK……….……… v

DAFTAR ISI………..………..……… vi

DAFTAR TABEL………..……….……….. x

DAFTAR GRAFIK…………..………...……… xi

DAFTAR GAMBAR………..……….……… xii

DAFTAR LAMPIRAN……..………...….. xiii

BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Rumusan Masalah………. 4

C. Tujuan Penelitian………..… 7

D. Manfaat Penelitian……….… 7

1.Manfaat teoritis ……… 8

2. Manfaat Praktis ……… 8

E. Penjelasan Istilah ………..… 8


(8)

Halaman BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN

HIPOTESIS PENELITIAN………..………... 10

A. Kajian Pustaka………... 10

1.Psikologi Pendidikan ……….…… 10

2. Pendidikan Jasmani ……….. 11

3. Hakikat Model Pembelajaran TPSR ……… 15

a. Tema TPSR ………. 16

b. Level Kemajuan TPSR ………...…… 17

c. Strategi Implementasi TPSR ……….………...… 22

4. Model Pembelajaran Tradisional ………..…..……… 23

5. Perbandingan Model TPSR dan Pembelajaran Tradisional... 25

6. Self Efficacy ………..……...………. 27

a. Sumber Self Efficacy ……… 28

b. Self Efficacy Remaja ……… 30

c. Meningkatkan Self Efficacy ……… 34

d. Sosial dan Emosional Self Efficacy ……… 36

B. Kerangka Pemikiran………...……… 38


(9)

Halaman

BAB III PROSEDUR PENELITIAN ………… 47

A. Metode dan Desain Penelitian ………...……… 47

1. Metode Penelitian ………...……… 47

2. Desain Penelitian ……….……… 47

3. Limitasi Metode ………...……… 49

a. Validitas Internal………...……… 50

b. Validitas Eksternal ………...….………... 51

B. Populasi dan Sampel ……… 52

C. Tempat dan Waktu Penelitian …………...………...…… 52

D. Variabel Penelitian ………. 53

E. Program Penelitian ………..………. 54

F. Instrumen Penelitian ……… 55

1. Pengujian validitas instrumen ………..……….………… 56

2. Pengujian reliabilitas instrumen ………..……….. 57

G. Teknik Analisis Data ……….……….. 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 61

A. Hasil Penelitian………...…...………… 61 vii


(10)

1. Hasil Pengujian Asumsi Statistik ……...……….……. 61

a. Deskripsi data kelompok eksperimen dan kelompok ... kontrol ……… 61

b. Pengujian Normalitas sebaran data Sampel Penelitian ……… 62

c. Pengujian Homogenitas Variansi antar Kelompok ……… 63

2. Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian ………... 64

a. Menguji Hipotesis 1 dan Hipotesis 2 ………. 64

b. Menguji Hipotesis 3 dan Hipotesis 4 ………. 66

c. Menguji Hipotesis 5 dan Hipotesis 6 ……… 68

B. Pembahasan……… 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………. 82

A. Kesimpulan……… 82

B. Saran ……… 82

DAFTAR PUSTAKA……… 84

LAMPIRAN-LAMPIRAN………... 90

DAFTAR RIWAYAT HIDUP……… 119 viii


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel

2.1.

Lima Level Kemajuan dalam TPSR ………

18

Tabel

2.2.

Perbedaan model TPSR dan Trad

isional………

26

Tabel

3.1.

Jadwal Program

Penelitian ………

54

Tabel

3.2.

Hasil Uji Validitas Instrumen Self Efficacy ……….

57

Tabel

3.3.

Reliabilitas Instrumen ………

58

Tabel

4.1.

Deskripsi data Kelompok

Eksperimen dan Kontrol ……

61

Tabel

4.2.

Hasil Pengujian Normalitas Sebaran Data Penelitian

Kelompok Eksperimen dan Kon

trol …………

...

62

Tabel

4.3.

Hasil Pengujian Homogenitas Variansi Kelompok

Eksperimen dan Kontrol ...

………

...

63

Tabel

4.4.

Analisis Peningkatan Self Efficacy pada kelompok

Eksperimen ………

64

Tabel

4.5.

Analisis Peningkatan Self Efficacy pada kelompok

Kontrol ……….

66

Tabel

4.6.

Perbedaan Peningkatan kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol ………

68


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1.

Alur Penelitian ………

...

49


(13)

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik

4.1.

Grafik peningkatan rata-rata self efficacy pada

kelompok eksperimen ………

66

Grafik

4.2.

Grafik peningkatan self efficacy pada kelompok

kontrol ...

68

Grafik

4.3.

Grafik perbedaan rata-rata pre test - post test

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol ………

70

xi


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

1

Instrumen Penelitian Efikasi Diri ………

90

2

Pengolahan Data Statistik ………

93

3

Struktur Program dan Jadwal Pembekalan Guru

Penjas Model Pembelajaran TPSR...

101

4

Program Penelitian bagi kelompok eksperimen …

102

5

Pengecekan Perilaku Diri ………

106

6

Aktifitas Refleksi ………

107

7

Evaluasi Kinerjaku ………

108

8

Instrumen Cek

Manipulasi ………

...

109

9

Jawaban Cek Manipulasi Guru ………

....

112

10

Photo-photo kegiatan pembelajaran...

115

11

Surat Keterangan telah melaksanakan penelitan dari

SMPN 4 Padalarang Kabupaten Bandung Barat ...

117


(15)

12

Surat Keterangan telah melaksanakan penelitan dari

SMPN 3 Padalarang Kabupaten Bandung Barat ...

118


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan adalah upaya sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat, bangsa dan negara. UU No 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS.

Sejalan dengan UU No 20 tersebut Suryadi (Potret Profesionalisme Guru, 2010:407) menambahkan bahwa, “Pendidikan pada hakekatnya memiliki dua fungsi, yaitu membantu warga masyarakat agar menjadi cerdas (smart), dan membantu mereka agar menjadi baik dan berkarakter (good)”. Ditambahkan pula oleh Nuryanti, Jajang, Mahri (Potret Profesionalisme Guru, 2010:189) bahwa, “Pendidikan harus dapat membekali peserta didik, selain dengan kemampuan belajar (learning how to learn), juga kemampuan melepaskan diri dari kebiasaan yang kurang baik (learning how to unlearn) seperti menghilangkan pola pikir yang kurang tepat atau perilaku yang mengganggu orang lain”.

Shields & Bredemeier (1995:2) menyatakan bahwa pendidikan jasmani dan olahraga dapat menjadi katalisator yang penting baik bagi pertumbuhan moral maupun bagi pengembangan psikososial. Hal tersebut tertuang dalam Permendiknas No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi, bahwa Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-sportivitas-spiritual-sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.


(17)

2

Meski telah banyak penelitian yang mendukung pendapat Shields & Bredemeier, namun masih kurang sesuai dengan yang terjadi di lapangan (Hellison, 2003:7). Puskur (Naskah Akademik Penjasorkes, 2007:ii) ditemukan beberapa permasalahan pembelajaran pendidikan jasmani di Indonesia antara lain: Serba perilaku motorik, tidak memasukkan unsur kognitif-reflektif, socio-motor dan afektif dalam ruang lingkupnya, berorientasi pada model kurikulum yang menekankan penguasaan teknik dasar dan keterampilan olahraga. Dari segi pelaksanaan dapat ditemukan beberapa hal sebagai berikut: Tidak terlihat adanya pengayaan pendekatan, gaya, metode, model serta strategi pembelajaran. Proses belajar tidak lagi bersifat pengasuhan dan tugas ajar tidak lagi berasas DAP.

Kenyataan tersebut boleh jadi karena peran guru /pelatih masih melakukan pembelajaran yang menganut prinsip dikhotomi, yang memisahkan antara tubuh dan pikiran atau jiwa (jasmani dan rohani). Suherman (2009:4) menyatakan bahwa, “pandangan dikhotomi manusia ini secara empirik menimbulkan salah kaprah dalam merumuskan tujuan, program pelaksanaan dan penilaian penjas”. Kenyataan menunjukkan bahwa pelaksanaan pendidikan jasmani itu cenderung mengarah kepada upaya memperkuat badan, memperhebat keterampilan fisik, atau kemampuan jasmaniah saja. Ditambahkan oleh Mahendra (Potret Profesionalisme Guru, 2010:544), jika pembelajaran pendidikan jasmani selalu memisahkan antara pendidikan tubuh dan pendidikan pikiran atau jiwa maka tidak akan pernah tercapai tujuan pendidikan jasmani yang sesungguhnya yaitu pengembangan manusia (utuh) pikiran-tubuh-jiwa (mind-body-spirit).

Untuk mengatasi persoalan pendidikan jasmani yang mengarah pada psikomotorik semata, sesungguhnya ada model pembelajaran yang menekankan pada pengembangan pribadi, interaksi sosial dan perubahan perilaku yaitu model Teaching Personal and Social Responsibility (TPSR) yang dikembangkan oleh Hellison.

Model TPSR yang dikembangkan oleh Hellison (2003:26), terdapat lima level yang menjadi tujuan, yaitu level I bertujuan agar peserta didik belajar empati,


(18)

3

kontrol diri dan kemampuan menyelesaikan konflik secara damai. Level II adalah untuk mengembangkan motivasi internal dan ketertarikan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik. pada level III, peserta didik dikuatkan untuk mengatur

waktunya sendiri, merencanakan pembelajaran sendiri, dan untuk menentukan tujuan jangka pendek dan jangka panjang untuk dirinya sendiri. Level

IV, mengajarkan kepada peserta didik untuk membantu teman dan menjadi sensitif dan responsif, pada level V, peserta didik dikuatkan untuk mengimplementasikan pembelajaran mereka pada kontek yang berbeda.

Dalam mencapai level tersebut, model TPSR memiliki strategi yang harus dilakukan yaitu: 1) Counseling time (waktu bimbingan), waktu yang diberikan kepada peserta didik untuk berkonsultasi apabila peserta didik mengalami kesulitan. 2) Awareness talk, kesempatan untuk mengingatkan murid tentang tanggung jawab mereka hari itu. 3) The Lesson, mengintegrasikan level ke dalam pembelajaran pendidikan jasmani. 4) Group meeting, pertemuan singkat kelompok mendekati akhir dari kelas sehingga peserta didik dapat menyampaikan pendapat mereka tentang bagaimana kelas berjalan dan bagaimana membuat perbaikan-perbaikan. 5) Reflection time menutup kelas dengan peserta didik melakukan evaluasi bagaimana tangung jawab mereka secara personal dan secara sosial pada hari itu, (Hellison 2003:41-49).

Sebagai bukti efektifitas model TPSR telah dilakukan penelitian seperti yang dilaporkan oleh: Escarti, et all, (2010:387), melakukan penelitian terhadap 42 peserta didik yang berusia antara 11 dan 12 tahun di Spanyol, hasilnya memperlihatkan bahwa model pembelajaran TPSR merupakan instrumen mengajar yang efektif yang membantu guru untuk membentuk kelas dan mempromosikan pembelajaran perilaku tanggung jawab yang dilakukan oleh peserta didik.

Penelitian ini meneliti peningkatan self efficacy setelah diberikan perlakukan dengan pembelajaran model tradisional. Model tradisional bukan sebagai pembanding bagi model TPSR, melainkan sebagai kontrol untuk meyakinkan hasil


(19)

4

penelitian yang diperoleh. Karena menurut Hoffman (Tinning, 2010:44), pembelajaran tradisional merupakan pembelajaran yang paling banyak digunakan oleh guru pendidikan jasmani. Pembelajaran tradisional, pada intinya guru memaparkan apa yang harus dipelajari, kemudian guru atau murid mendemontrasikan selanjutnya praktik bersama seluruh murid. Mosston dalam Tinning (2010:44), menyebutnya the Command style, dengan karakteristik bahwa guru mengajar memiliki kontrol yang maksimal dalam penentuan keputusan, apa yang harus diajarkan, bagaimana mengajarkannya dan bagaimana mengevaluasinya. Sedangkan menurut Bilborough and Jones dalam Tinning (2010:44), pembelajaran yang berpusat pada guru disebut direct method biasanya dilakukan oleh guru baru dan untuk mengajarkan keterampilan fisik tertentu. Menurut Metzler (2000:162), bahwa pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang ditandai dengan jelas oleh keputusan yang berpusat pada guru dan pola keterlibatan bagi peserta didik yang diarahkan guru. Menurut Tinning (2010:45) bahwa, pembelajaran tradisional dalam mengajarkan pendidikan jasmani merupakan cara mengajarkan aktifitas fisik, namun demikian tujuan dari pendidikan jasmani meliputi banyak hal tidak sekedar mengembangkan keterampilan fisik.

Selain tanggung jawab, yang tidak kalah pentingnya harus dikembangkan guru dalam PBM adalah self efficacy. Bandura (Feist and Feist, 2010:212) self efficacy merupakan keyakinan seseorang akan kemampuannya untuk melakukan suatu tugas tertentu, keyakinan akan mempengaruhi tindakan yang dipilih untuk dilakukan, dan berupaya sekuat tenaga agar mereka dapat bertahan menghadapai rintangan dan kegagalan, serta ketangguhan jika menghadapi kemunduran.

Secara teori menurut Bandura (1997: 79), self efficacy dibangun oleh empat sumber utama yaitu: 1) Pengalaman menguasai sesuatu. Pengalaman berhasil membangun keyakinan yang kuat dalam self efficacy seseorang. 2) Modeling sosial. Self efficacy meningkat saat kita mengobservasi pencapaian orang lain yang mempunyai kompetensi yang setara. 3) Persuasi sosial. Kata-kata atau persuasi dari


(20)

5

orang lain dapat meningkatkan atau menurunkan self efficacy. 4) Kondisi fisiologis dan emosi. Keadaan fisiologis dan emosi dari masing-masing orang menjadi bagian dalam menilai kekurangan, kekuatan, sifat mudah terluka hingga gangguan fungsi (khususnya berkaitan dengan kondisi fisik).

Telah dilakukan penelitian oleh Escarti et all (2010:390) bahwa melalui model TPSR guru belajar untuk menggunakan strategi mengajar yang diindikasikan dapat meningkatkan self efficacy, (dengan adanya pemodelan teman sebaya, memberikan keleluasaan berpendapat pada peserta didik, memberikan umpan balik bagi penampilan mereka, mendorong kemandirian dan memperkuat upaya mereka untuk mencapai tujuan). Oleh sebab itu perlu kiranya dilakukan penelitian terhadap implementasi model TPSR yang dilakukan oleh guru dalam menciptakan lingkungan belajar yang positif dan berperan dalam membangun tingkat tanggung jawab personal dan sosial peserta didik, serta untuk mengetahui potensinya dalam meningkatkan self efficacy khusunya pada aspek emotional self efficacy (ESE) dan social self efficacy (SSE) peserta didik.

B. Rumusan Masalah

Pada Permendiknas No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi, dikatakan bahwa pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-sportivitas-spiritual-sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara pada pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis peserta didik.

Namun demikian kenyataan dilapangan menunjukkan kebanyakan pelaksanaan pendidikan jasmani menggunakan pendekatan pembelajaran tradisional. Pembelajaran tradisional cenderung mengarah kepada upaya memperkuat badan, memperhebat keterampilan fisik dan kemampuan jasmaniah saja (Suherman, 2009:4).


(21)

6

Demikian pula menurut pendapat Lutan (2001:64) menyatakan bahwa, Perkembangan kecerdasan, emosi, sosial dan moral, tidak dipandang sebagai dampak pengiring belaka, melainkan dapat dibina secara sengaja dan terarah sehingga menjadi bagian dari skenario dalam proses belajar mengajar. Sejalan dengan pendapat Lutan, Hellison (2003:7) menyatakan bahwa, walaupun penjas berpotensi untuk meningkatkan perkembangan peserta didik, tetapi akan sulit bagi guru di lapangan yang memiliki pandangan bahwa manfaat personal dan sosial tumbuh otomatis sebagai hasil partisipasi pada aktifitas fisik.

Selain itu, Bandura (1997: 176) menyatakan bahwa, praktik pendidikan bukan hanya diukur dari keterampilan dan pengetahuan yang merupakan bagian dari penggunaan saat ini saja, tetapi harus berdampak pada keyakinan anak bahwa mereka mampu menggunakan keterampilan dan pengetahuan tersebut dimasa yang akan datang. Siswa yang mengembangkan keyakinan yang kuat dalam self efficacy mereka adalah siswa yang mampu melatih dirinya sendiri dengan baik saat mereka harus bergantung pada inisiatif mereka sendiri. Artinya dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, intervensi model pembelajaran sangat diperlukan untuk mengembangkan self efficacy baik pada aspek emotional self efficacy (ESE) maupun social self efficacy (SSE) peserta didik.

Pada latar belakang telah dijelaskan mengenai model TPSR bahwa model ini efektif meningkatkan pengembangan pribadi, interaksi sosial dan perubahan perilaku peserta didik. Namun di Indonesia sendiri penelitian semacam ini belum banyak dilakukan. Kesenjangan antara potensi pendidikan jasmani dengan kenyataan di lapangan, menuntun peneliti untuk menindaklanjuti penelitian pada implementasi model TPSR dan model tradisional dalam kelas pendidikan jasmani dan implikasinya terhadap peningkatan self efficacy peserta didik.

Dengan demikian, maka pertanyaan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah pembelajaran pendidikan jasmani menggunakan model TPSR dapat


(22)

7

2. Apakah pembelajaran pendidikan jasmani menggunakan model TPSR dapat meningkatkan social self efficacy peserta didik?

3. Apakah pembelajaran pendidikan jasmani menggunakan model tradisional dapat meningkatkan emotional self efficacy peserta didik?

4. Apakah pembelajaran pendidikan jasmani menggunakan model tradisional dapat meningkatkan social self efficacy peserta didik?

5. Apakah setelah diberikan pembelajaran pendidikan jasmani menggunakan model TPSR dan model tradisional terdapat perbedaan peningkatan emotional self efficacy peserta didik?

6. Apakah setelah diberikan pembelajaran pendidikan jasmani menggunakan model TPSR dan model tradisional terdapat perbedaan peningkatan social self efficacy peserta didik?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

1. Untuk mengetahui apakah model pembelajaran TPSR dapat meningkatkan emotional self efficacy peserta didik.

2. Untuk mengetahui apakah model pembelajaran TPSR dapat meningkatkan social self efficacy peserta didik.

3. Untuk mengetahui apakah model pembelajaran tradisional dapat meningkatkan emotional self efficacy peserta didik.

4. Untuk mengetahui apakah model pembelajaran tradisional dapat meningkatkan social self efficacy peserta didik.

5. Untuk mengetahui apakah setelah diberikan perlakuan model TPSR dan model tradisional terdapat perbedaan peningkatan emotional self efficacy peserta didik. 6. Untuk mengetahui apakah setelah diberikan perlakuan model TPSR dan model


(23)

8

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis, yaitu: 1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini secara teoritis sebagai landasan pengembangan model TPSR dalam pendidikan jasmani untuk mengembangkan tujuan pendidikan jasmani terutama pada domain afektif. Disamping itu penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan dalam penerapan model pembelajaran pendidikan jasmani yang mengimplementasikan model TPSR untuk meningkatkan Self efficacy peserta didik, di masa yang akan datang.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru pendidikan jasmani dalam melaksanakan proses pembelajaran yang tidak hanya mengembangkan aspek fisik namun juga mengembangkan aspek psikis. Model TPSR yang terintegrasi dalam pendidikan jasmani, menuntut guru untuk secara terus-menerus dan berkelanjutan mengembangkan perilaku peserta didik. Implementasi model TPSR dalam pembelajaran pendidikan jasmani merupakan tuntutan profesi bagi guru pendidikan jasmani yang berkualitas.

E. Penjelasan Istilah

Untuk menghindari terjadinya salah pengertian terhadap istilah-istilah yang digunakan, di bawah ini penulis jelaskan istilah-istilah tersebut sebagai berikut: 1. Model TPSR/Hellison: Model Teaching Personal and Social Responsibility

adalah model pendekatan pembelajaran yang diciptakan dari ide-ide yang dikembangkan oleh Hellison sebagai upayanya untuk meningkatkan sikap bertanggung jawab pribadi dan sosial yang dimiliki anak-anak melalui aktivitas jasmani. (Hellison, 1995: 8).

2.

Self-Efficacy adalah sebuah konsep yang dirumuskan oleh Albert Bandura pada tahun 1977. Menurut Bandura (1997, 3), “efficacy is a major basis of action.


(24)

9

People guide their lives by their beliefs of personal efficacy. Self-efficacy refers to

beliefs in one’s capabilities to organize and execute the courses of action required to produce given attainments.” Dengan demikian, efikasi ini merupakan satu keyakinan yang mendorong individu untuk melakukan dan mencapai sesuatu. Pada penelitian ini, dua keterampilan self efficacy yang berkaitan dengan peserta remaja adalah:

a. Social self efficacy (SSE) berkaitan dengan keyakinan seseorang akan kemampuannya dalam berinteraksi dan memulai serta mengelola hubungan interpersonal (Smith and Betz, 2000 dalam Satici, 2013:572).

b. Emotional self efficacy (ESE) berkaitan dengan keyakinan seseorang akan kemampuan fungsi emosinya (Muris, dalam Valois, 2008:322).

3. Model tradisional, Metzler (2000:162), adalah pembelajaran yang ditandai dengan jelas oleh keputusan yang berpusat pada guru dan pola keterlibatan bagi peserta didik yang diarahkan guru.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam tesis ini mengacu pada pedoman penulisan karya ilmiah yang dikeluarkan oleh UPI pada tahun 2012. Bab I berupa pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, Manfaat penelitian, penjelasan istilah dan diakhiri dengan sistematika penulisan. Bab II berisi tentang kajian pustaka, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Kemudian bab III berisi tentang metode penelitian, sementara itu untuk bab IV berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan dan V berisi tentang kesimpulan dan saran.


(25)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi model pembelajaran TPSR dan pembelajaran tradisional dalam meningkatkan efikasi diri siswa. Dan mengetahui seberapa besar perbedaan peningkatan efikasi diri peserta didik setelah diberikan perlakuan model TPSR dan model tradisional. Sehubungan dengan itu data yang diperlukan adalah self efficacy siswa yang cenderung akan diasumsikan akan berubah melalui penerapan model TPSR dalam pembelajaran penjasorkes.

Dalam penelitian ini ada suatu perlakuan (treatment) yaitu dengan menerapkan model pembelajaran TPSR yang diterapkan pada kelompok eksperiment, dan model pembelajaran tradisional sebagai kelompok kontrol, dalam periode waktu delapan pertemuan. Kemudian dilihat perkembangan kelompok eksperimen, dan dilihat juga perkembangan kelompok kontrol. Oleh karena itu metode yang sesuai adalah metode eksperimen.

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan gejala perubahan sikap yang terjadi dalam implementasi model TPSR yang mengembangkan sikap tanggung jawab melalui pendidikan jasmani, adanya perubahan sikap implikasinya terhadap peningkatan efikasi diri.

2. Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen diberi perlakuan model TPSR sedangkan kelompok kontrol diberi perlakuan pembelajaran tradisional. Desain penelitian


(26)

Non-48

randomly Pretest – posttest Control Group Design (Fraenkel, 2006:277). Pengambilan sampel dengan cara purposive yaitu sampel dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan berdasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu yaitu siswa yang dikatagorikan bermasalah oleh sekolah. Desain eksperimen tersebut digambarkan sebagai berikut:

O1 X O2

O3 O4

Keterangan:

O1 - O3 : Tes awal Efikasi diri.

O2 - O4 : Tes akhir Efikasi diri.

X : Treatment Model TPSR.

Implementasi dari desain penelitian tersebut digambarkan dalam prosedur penelitian melalui delapan langkah, yaitu:

a. persiapan penelitian.

b. pembentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol; c. Pelatihan Guru.

d. mengadakan tes awal pada kelompok eksperiman O1 dan kelompok kontrol O3.

e. pelatihan guru 30 jam pelajaran @ 40 menit.

f. pemberian treatment dengan menerapkan model pembelajaran TPSR (X) pada kelompok eksperimen, dan pembelajaran tradisional yang biasa dilakukan oleh guru pada kelompok kontrol.

g. mengadakan tes akhir pada kelompok ekperimen O2 dan kelompok kontrol O4; h. analisis hasil penelitian.


(27)

49

Gambar 3.1 Alur Penelitian

3. Limitasi Metode

Untuk memperoleh tingkat keyakinan yang tinggi, dalam penelitian ini dilakukan pengontrolan terhadap berbagai kemungkinan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Pengontrolan tersebut melalui pengontrolan validitas internal dan eksternal.

Persiapan Penelitian Populasi dan sampel

Kelompok eksperimen Kelompok Kontrol

Tes awal (O1) tes awal (O3)

Treatment (X)

Tes akhir (O2) Tes akhir (O4)

Analisis Hasil Penelitian

Laporan Penelitian

(Kesimpulan, Implikasi & Rekomendasi) Pelatihan Guru


(28)

50

a. Validitas Internal

Validitas internal adalah tingkatan dimana hasil-hasil penelitian dapat dipercaya kebenarannya. Validitas internal merupakan hal yang esensial yang harus dipenuhi agar hasil penelitian menjadi lebih bermakna. Pertanyaan yang perlu dijawab adalah: Apakah perlakuan eksperimental pada penelitian ini betul-betul dapat menimbulkan suatu perbedaan yang spesifik? kualitas validitas adalah yakin bahwa variabel yang terikat benar-benar ditentukan oleh variabel bebasnya. Sehubungan dengan validitas internal, walaupun memang sulit untuk memastikan semua hal berada di bawah kontrol, namun peneliti berupaya untuk melakukan kontrol terhadap ancaman sebagaimana pada tabel Effectivenes of Experimental Designs in Controlling Threat to Internal Validity Fraenkel (2006:283), Pada tabel tersebut yang merupakan ancaman kemungkinan terjadi adalah pada penelitian pre test post tes design adalah : Lokasi, Karakteristik pengumpul data, bias pengumpul data, perilaku subyek dan implementasi:

1) Lokasi

Tempat tertentu dimana data dikumpulkan, seperti sekolah, kelas, fasilitas. Pada penelitian ini ditentukan dua sekolah jenjang SMP di kabupaten Bandung Barat. Pemilihan dua sekolah yang berbeda ini bertujuan untuk menghindari bias karena kemungkinan-kemungkinan interaksi antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol baik guru ataupun siswanya, yang dikhawatirkan akan mempengaruhi hasil penelitian, dengan catatan kedua sekolah memiliki karakteristik yang sama, lingkungan geografis, fasilitas, dan kriteria guru. Untuk lingkungan geografis, Kedua sekolah berada di lokasi yang sama yaitu di daerah perbukitan, yang merupakan daerah pinggiran kota. Masing-masing sekolah memiliki fasilitas yang sama, seperti: lapangan bola basket dan lapangan bola voli. lapangan bulu tangkis.

2) Karakteristik pengumpul data

Karakteristik pengumpul data berkaitan dengan jenis kelamin, usia, etnik, bahasa, atau karakteristik lainnya dari individu yang mengumpulkan data pada penelitian


(29)

51

mungkin memiliki efek pada sifat dari data yang diperoleh. Pada penelitian ini pengumpul data hanya satu orang sehingga ancaman kemungkinan tidak muncul. 3) Bias pengumpul data

Ada kemungkinan pengumpul data atau penilai mungkin secara tidak sadar merusak data sedemikian rupa untuk membuat hasil tertentu menjadi lebih mungkin. Untuk menangani masalah ini adalah dengan membakukan prosedur.

4) Perilaku subyek

Cara dimana subyek melihat penelitian dan partisipasi mereka di dalamnya dapat membuat ancaman terhadap validitas internal. Sehingga tidak disampaikan kepada siswa bahwa mereka sedang dalam proses penelitian.

5) Implementasi

Perlakuan atau metode dalam penelitian eksperimen harus diberikan oleh guru, namun guru yang mengajar di kelas eksperimen belum mengetahui model yang diteliti. Fakta ini menimbulkan kemungkinan bahwa satu orang guru yang akan mengimplementasikan penelitian ini harus diberikan pelatihan terlebih dahulu, sehingga memahami implementasinya.

b. Validitas Eksternal

Validitas eksternal adalah sejauh mana hasil penelitian dapat digeneralisasi. Terdapat dua macam validitas eksternal, yaitu (1) validitas populasi dan (2) validitas ekologi. Pada penelitian ini validitas populasi dikontrol dengan cara: (1) memilih sampel sesuai dengan karakteristik populasi melalui prosedur metodologis. (2) melakukan pemilihan kelas subyek yang akan diberikan perlakuan penelitian.

Pengendalian validitas ekologi dilakukan dengan cara: (1) memastikan bahwa subyek penelitian tidak sedang diteliti oleh peneliti lain, sehingga terhindar dari perlakuan ganda, (2) penyusunan program perlakuan dengan jadwal kegiatan dan tempat sejelas mungkin, (3) Guru yang akan menjadi subyek diberikan pelatihan terlebih dahulu dan melakukan uji coba di kelas yang berbeda dengan kelas yang akan diberikan perlakuan. Kedua guru memiliki kriteria yang relatif sama dari jenis


(30)

52

kelamin adalah laki-laki, usia 41 dan 40, dan golongan masing-masing merupakan guru golongan III/b, dan pengalaman kerja selama 10-11 tahun.

B. Populasi dan sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX dari dua SMPN di Kabupaten Bandung Barat. Karena desain penelitian adalah nonrandom dan pemilihan sampel adalah dengan cara purposive sampling, yaitu pemilihan sampel dengan cara mengambil subjek bukan berdasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu, yaitu siswa yang dikatagorikan bermasalah oleh sekolah yaitu terdiri dari 31 orang kelompok treatmen dan 32 orang kelompok kontrol.

Melalui teknik purposive sampling, peneliti mengambil sampel kelas IX, yang menurut laporan guru/sekolah merupakan siswa yang paling bermasalah, dibandingkan kelas yang lain pada kedua sekolah tersebut, seperti: kurang disiplin, beberapa siswa kurang aktif saat pemelajaran berlangsung, kurang menghargai teman dan lain sebagainya. Siswa berusia diantara 11-13 tahun, pengambilan sampel pada usia tersebut karena berdasarkan pandangan Hurlock (1980:212) menyatakan bahwa, masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan tekanan,” suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan hormon. Meningginya emosi terutama karena tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru, sedangkan selama masa kanak-kanak ia kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-keadaan itu.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di dua sekolah SMP di Kabupaten Bandung Barat. Waktu penelitian dilaksanakan selama delapan kali pertemuan, dengan satu kali pertemuan dilakukan satu minggu dua kali, sehingga untuk delapan pertemuan memerlukan waktu empat minggu yaitu dari bulan Agustus hingga September. Hal ini sesuai


(31)

53

dengan pendapat Habellink yang menyatakan bahwa "....the effect of training can be observed after two or three week are convenient to label the medium term effects". (Habellink, 1978:28). yang berarti, pengaruh pelatihan dapat diamati setelah dua atau tiga minggu yang sesuai untuk memberi label efek jangka menengah.

D. Variabel Penelitian

Klasifikasi variabel pada penelitian ini adalah variabel independen model TPSR variabel independen model Tradisional, serta variabel dependen yaitu efikasi diri. Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hasil tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Sugiyono (2007:60). Variabel independen atau variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen. Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel independen. Penelitian ini menguji implementasi model TPSR dan implementasi model tradisional dalam pembelajaran pendidikan jasmani untuk meningkatkan efikasi diri. Berdasarkan definisi para ahli variabel yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Model Hellison atau TPSR (Teaching Personal and Social Responsibility) adalah model pendekatan pembelajaran yang diciptakan dari ide-ide yang dikembangkan oleh Hellison sebagai upayanya untuk meningkatkan sikap bertanggung jawab personal dan sosial yang dimiliki anak-anak melalui aktivitas jasmani. (Hellison, 1995: 8).

2. Model tradisional/direct teaching, menurut Metzler (2000:162), adalah pembelajaran yang ditandai dengan jelas oleh keputusan yang berpusat pada guru dan pola keterlibatan bagi peserta didik yang diarahkan guru.

3. Self efficacy, Bandura (1997:3), “efficacy is a major basis of action. People guide their lives by their beliefs of personal efficacy. Self-efficacy refers to beliefs in


(32)

54

one‟s capabilities to organize and execute the courses of action required to produce given attainments.” Dengan demikian, Self efficacy merupakan satu keyakinan yang mendorong individu untuk melakukan dan mencapai sesuatu. 4. Pada peneltian ini, dua keterampilan domain self efficacy dihubungkan dengan

model TPSR yang berkaitan dengan peserta anak-anak adalah Efficacy Questionnaire for Children (SEQ-C) untuk anak usia 12-18 tahun. yang terdiri dari:

a. Social Self Efficacy (SSE) berkaitan dengan persepsi kemampuan anak-anak untuk berhubungan dengan rekan sebaya dan ketegasan.

b. Emotional Self Efficacy (ESE) berkaitan dengan persepsi kemampuan mengatasi emosi negatif.

E. Program Penelitian

Pelaksanaan penelitian di dua sekolah dilakukan dengan agenda sebagai berikut, seperti terlihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1

Jadwal Program Peneltian

No Hari/Tanggal Kegiatan Waktu

1 29,30,31 Agustus 2013 Pelatihan Guru 08.00 - 16.00 2 Senin, 2 September 2013 Pre test untuk kelompok

perlakuan dan kelompok kontrol

13.00 – 14.00 3 Jumat, 6 September 2013 Perlakuan pertama 09.40 – 11.00 4 Senin, 9 September 2013 Perlakuan Kedua 13.00 – 14.20 5 Jumat, 13 September 2013 Perlakuan Ketiga 09.40 – 11.00 6 Senin, 16 September 2013 Perlakuan Keempat 13.00 – 14.20 7 Jumat, 20 September 2013 Perlakuan Kelima 09.40 – 11.00 8 Senin, 23 September 2013 Perlakuan Keenam 13.00 – 14.20 9 Jumat, 27 September 2013 Perlakuan Ketujuh 09.40 – 11.00


(33)

55

No Hari/Tanggal Kegiatan Waktu

10 Senin, 30 September 2013 Perlakuan Kedelapan 13.00 – 14.20 11 Selasa,1 Oktober 2013 Post test untuk kelompok

perlakuan dan kelompok kontrol

13.00 – 14.00

Program penelitian dimulai dengan pelatihan guru selama tiga puluh jam pelajaran, satu jam pelajaran pelajaran adalah empat puluh menit. Program terdiri dari 1) Pengantar, 2) Sejarah, dan filosofi TPSR, 3) Model TPSR, 4) Penyusunan Persiapan Pembelajaran (RPP), 5) Praktek Pembelajaran TPSR, 5) Self efficacy, 6) Action Plan. Program dan jadwal pelatihan guru terlampir. Setiap hari pertemuan adalah selama 10 jam, sehingga keseluruhan pertemuan selama 3 hari.

Untuk menghindari perlakuan yang tidak sesuai, pada saat penelitian, maka jam pelajaran penjas (normal) selama diberikan perlakuan dihilangkan. Sehingga dapat dipastikan kelas sampel memperoleh proses pembelajaran 2 kali setiap minggunya. selama 4 minggu, sehingga jumlah pertemuan keseluruhan adalah 8 pertemuan. Setiap waktu pertemuan lamanya 2 x 40 menit atau 80 menit, (program kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, terlampir).

F. Instrumen Penelitian

Penelitian mengenai peningkatan self efficacy peserta didik, menggunakan instrumen self efficacy untuk anak-anak, yang semula dikembangkan oleh Bandura (1999) dengan nama Assesment of self efficacy in children and adolescents. Selanjutnya instrumen ini dikembangkan oleh Muris (2001) menjadi Self Efficacy Questionnaire for Children (SEQ-C).

Instrumen SEQ-C menguji tiga aspek yaitu, Social Self Efficacy (SSE) berkaitan dengan persepsi kemampuan anak-anak untuk berhubungan dengan rekan sebaya dan bersikap tegas. Academic Self Efficacy (ASE) fokus pada persepsi kemampuan untuk


(34)

56

mengelola sikap belajar mandiri, penguasaan materi dan menyelesaikan tugas akademik. Emotional Self Efficacy (ESE) berkaitan dengan persepsi kemampuan mengatasi emosi negatif.

Muris menguji cobakan instrumen SEQ-C pada 330 anak, yang direkrut dari sekolah umum. Usia anak-anak antara 14 sampai dengan 17 tahun. Reliabiltas skala adalah baik, diperoleh dari penghitungan dengan Cronbach’s alphas sebesar 86 untuk ESE, 88 untuk ASE dan 85 untuk SSE. Instrumen terdiri dari 24 item dengan rincian 8 item untuk penilaian SSE, 8 item berkaitan dengan ASE dan 8 item untuk penilaian ESE. Masing-masing item pertanyaan di desain untuk membantu kita lebih memahami berbagai hal yang sulit bagi peserta didik berkaitan dengan sosial dan emosional, seperti: menyampaikan pendapat dan berkomunikasi, menjadi teman yang baik, mencegah pertengkaran, mengendalikan emosi (rasa cemas, gugup, khawatir dan takut), kontrol diri. Setiap jawaban item diberi skor 1 sampai 5, dimulai dari 1 berarti “tidak baik sama sekali” dan 5 berarti “sangat baik”. (Instrumen terlampir).

Penelitian ini menggunakan instrumen yang telah dikembangkan Muris (2001) yaitu, SEQ-C. Namun demikian tidak semua aspek diteliti karena hasil beberapa penelitian telah membuktikan bahwa TPSR dapat meningkatkan ASE. Oleh sebab itu pada penelitian ini, aspek yang diteliti adalah aspek ESE dan SSE.

1. Pengujian validitas instrumen

Pengujian validitas dan reliabilitas SEQ-C telah dilakukan pada study yang dilakukan Muris (2001) pengujian validitas konstruk yang dilakukan pada study tersebut diperoleh hasil dengan Cronbach’s alphas sebesar 86 untuk ESE, 88 untk ASE dan 85 untuk SSE. Selanjutnya pada penelitian ini, Instrumen SEQ-C yang telah dikonsultasikan kemudian diuji cobakan kepada sampel di luar penelitian. Uji coba dilakukan pada peserta didik jenjang SMP kelas IX di dua sekolah yang berbeda di kabupaten Bandung Barat. Pengujian dilakukan pada tanggal 19 Agustus 2013, di sekolah pertama pukul 09.00 sampai 10.00 dan pada sekolah kedua pukul 13 sampai


(35)

57

14. Uji coba melibatkan peserta didik yang berjumlah 63 orang. dengan usia antara 13 -16 tahun.

Pelaksanaan uji coba dimaksudkan untuk mengetahui kesahihan (validitas) dan keterandalan (reliabilitas) dari setiap item tes, sehingga diketahui layak tidaknya alat ukur tersebut dipergunakan sebagai pengumpul data pada penelitian di lingkungan yang berbeda. Cara pengujiannya dilakukan dengan mengkorelasi tiap-tiap item dengan total skor. Teknik analisis yang digunakan adalah Pearson product moment, dengan menggunakan program SPSS 17.0. Hasil Uji coba validitas instrumen dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2.

Hasil Uji Validitas Instrumen Self efficacy

NO ITEM NILAI

KORELASI

NILAI SIGNIFIKANSI

KETERANGAN

ESE1 .576** 0.000 Signifikan

ESE2 .595** 0.000 Signifikan

ESE3 .609** 0.000 Signifikan

ESE4 .489** 0.001 Signifikan

ESE5 .519** 0.001 Signifikan

ESE6 .220 0.173 Signifikan

ESE7 .577** 0.002 Signifikan

ESE8 .611** 0.000 Signifikan

SSE1 .519** 0.001 Signifikan

SSE2 .347* 0.028 Signifikan

SSE3 0.244 0.129 Signifikan

SSE4 .262* 0.102 Signifikan

SSE5 .334* 0.035 Signifikan

SSE6 .453** 0.003 Signifikan

SSE7 0.519 0.001 Signifikan

SSE8 0.257 0.109 Signifikan

2. Pengujian reliabilitas instrumen

Reliabilitas artinya konsistensi skor hasil pengukuran. Instrumen yang reliabel akan menghasilkan skor yang relatif sama apabila digunakan secara berulang-ulang pada orang yang sama pada waktu yang relatif sama. Pengujian


(36)

58

validitas dan reliabilitas ini menggunakan program SPSS 17.0. Hasil pengujian diketahui taraf reliabilitas dengan Cronbach’s alphas sebesar 75.

Berdasarkan hasil pengolahan uji coba instrumen penelitian dari responden diketahui data seperti terlihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Reliabilitas Instrumen Cronbach's Alpha N of Items

75 16

Dari hasil uji validitas dan reliabilitas pada tabel 3.3. menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa instrumen self efficacy yang digunakan berada pada katagori reliabilitas tinggi, artinya instrumen dapat digunakan.

Selanjutnya untuk mengukur apakah variabel independen benar-benar berdampak pada peserta didik dilakukan cek manipulasi. Cek Manipulasi adalah tindakan tambahan untuk menilai bagaimana peserta memahami dan menafsirkan manipulasi dan/atau untuk menilai efek langsung dari manipulasi. (Gravetter and Forzano 2012:217)

Cek manipulasi adalah pertanyaan atau seperangkat pertanyaan yang dirancang untuk menentukan apakah peserta merasakan manipulasi sesuai dengan tujuan peneliti. (Mitchell and Jolley, 2010: 180). Pada penelitian ini cek manipulasi bertujuan untuk menguji apakah manipulasi variabel independen TPSR meningkatkan efikasi diri pada peserta atau tidak (cek keberhasilan manipulasi). Pertanyaan yang diberikan berkaitan dengan tiga hal yaitu: 1) evaluasi pengalaman mengajar, 2) pembelajaran dan perubahannya, 3) transfer/pengalihan (Instrumen cek manipulasi terlampir).


(37)

59

G. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil ESE dan SSE kemudian diuji normalitas mengunakan uji kolmogorov-smirnov kemudian dilanjutkan dengan uji homogentitas dengan uji Lavene. Uji hipotesis dan kriteria ujinya adalah sebagai berikut.

Ho : Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal

H1 : Sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal

Dengan taraf signifikansi α = 0.05

Jika probabilitas > 0.05, maka Ho ditolak, berarti distribusi tidak normal

Jika probabilitas < 0.05, maka Ho di terima, berarti distribusi normal

Jika datanya normal dan homogen maka digunakan analisis uni t-test dengan menggunakan SPSS Serie 17. Uji paired sample t-Test digunakan untuk memprediksi variabel-variabel pengaruh Model pembelajaran TPSR dan tradisional secara parsial dapat dikatakan mempunyai pengaruh terhadap variabel efikasi diri peserta didik. dan Uji Independent t Test digunakan untuk memprediksi perbedaan Kriteria hipotesisnya adalah sebagai berikut.

1 Ho : x =  x1

H1 : xx 1 2 Ho : x = x2

H1 : xx2 3 Ho : x = x3

H1 : xx3 4 Ho : x = x4

H1 : xx4 5 Ho : x = y1

H1 : x y1


(38)

60

H1 : x y2

Keterangan:

µX

1 = rata-rata peningkatan kelompok model TPSR aspek ESE

µX2

= rata-rata peningkatan kelompok tradisional aspek ESE

µX3

= rata-rata peningkatan kelompok model TPSR aspek SSE

µX4

= rata-rata peningkatan kelompok tradisional aspek SSE

µX

ϒ1 = Rata-rata perbedaan peningkatan aspek ESE kelompok

TPSR dan pembelajaran tradisional

µX

ϒ 2 = Rata-rata perbedaan peningkatan aspek SSE kelompok TPSR dan pembelajaran tradisional


(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil analisis dan pembahasan mengenai Implementasi Model TPSR dalam Penjasorkes untuk Meningkatkan Self Efficacy Peserta Didik, yang mengacu kepada rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut:

1. Terdapat peningkatan emotional self efficacy peserta didik setelah diberikan perlakuan pendidikan jasmani dengan model TPSR.

2. Terdapat peningkatan emotional self efficacy peserta didik setelah diberikan perlakuan pendidikan jasmani dengan model Tradisional.

3. Terdapat peningkatan social self efficacy peserta didik setelah diberikan perlakuan pendidikan jasmani dengan model TPSR.

4. Tidak terdapat peningkatan social self efficacy peserta didik setelah diberikan perlakuan pendidikan jasmani dengan model Tradisional.

5. Terdapat perbedaan peningkatan emotional self efficacy peserta didik yang diberikan perlakuan pendidikan jasmani dengan model TPSR dibandingkan dengan model tradisional.

6. Terdapat perbedaan peningkatan social self efficacy peserta didik yang diberikan perlakuan pendidikan jasmani dengan model TPSR dibandingkan dengan model tradisional.

B. Saran

Bagi pelaksana pengajaran pendidikan jasmani, dalam rangka meningkatkan peran penjas sebagai suatu proses pendidikan yang memanfaatkan aktifitas fisik untuk menghasilkan perubahan dalam perkembangan anak baik fisik, sosial maupun emosional, perlu dilakukan suatu perubahan, dari pembelajaran tradisional yang kurang mengembangkan kemampuan-kemampuan sosial dan emosional peserta didik ke dalam satu pembelajaran yang dapat membantu peserta


(40)

85

didik mengembangkan aspek sosial dan emosional tersebut. Model TPSR terbukti mampu membantu peserta didik mengembangkan aspek fisik, sosial maupun emosional dapat menjadi pilihan guru penjas untuk mengimplementasikannya dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran penjas menjadi lebih bermakna dan berkualitas mengembangkan kemampuan peserta didik secara menyeluruh.

Selain itu bagi pihak-pihak yang berkepentingan secara kelembagaan mengembangkan pendidikan, model TPSR dapat menjadi salah satu model yang dikembangkan dalam kurikulum penjas sebagai implementasi pembelajaran penjas di lapangan.

Untuk pengembangan penelitian kedepan perlu kiranya dilakukan penelitian sebagai pengembangan model TPSR dengan meneliti pendekatan-pendekatan

yang dapat dilakukan dalam tahap “The Lesson” atau dalam proses

pembelajarannya, karena pada tahap ini guru dapat mengintegrasikan beberapa metode/pendekatan/teknik mengajar yang sesuai dengan level yang ingin dicapai. Perlu diteliti lebih lanjut tanda-tanda perilaku siswa yang terjadi pada setiap level, sesuai dengan kondisi dan budaya tertentu.

Selanjutnya perilaku yang terbentuk di kelas penjas dapat dikembangkan lagi di luar kelas penjas, sehingga dapat terimplementasi dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. Seperti implementasi di kelas ekstrakulikuler atau dalam kegiatan siswa lainnya. Selain itu Perlu juga dilakukan penelitian lanjutan pada jenjang pendidikan yang berbeda.


(41)

Daftar Pustaka

Arikunto, S . ( 1 9 9 8 ) . Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Cetakan ke-8. Y o g y a k a r t a : R i n e k a C i p t a

Bailey R. (2006). Physical Education and Sport in Schools: A Review of Benefits and Outcomes. Journal of School Helath. Vol. 76, No. 8. American School Health Association. Pg 397-401.[online].Available at:

http://www.bromleyssp.co.uk/FCKfiles/File/FESTIVALS%202010%20

-%202011/resources/BaileyPEbenefits.pdf [21 November 2012]

Bandura A. (1986) Social Foundations of Thought and Action. A Social Cognitive Theory. New Jersey. Prentice Hall.

Bandura A. (1995) Self Efficacy in Changing Societies. Melbourne. Australia. Cambridge University Press.

Bandura A. (1994). Self Efficacy. In V.S. Ramachaudran (Ed), Encyclopedia of Human Behavior (vol. 4, pp.71-81). New York; Academic Press. Bandura A. (1997). Self Efficacy, The Excercice of Control. USA: W. H.

Freeman and Company.

Baker M (2013), Erikson’s Stage of Development. [online] Available at:

http://www.usefulcharts.com/psychology/erikson-stages-of-development-chart.html

Departemen Pendidikan Nasional (2008) Kurikulum 2004, Standar Kompetensi mata pelajaran pendidikan jasmani sekolah menengah pertama. Depdiknas Jakarata.

Elias,M.J. (2005). The Connection between Academic and Social Emotional Learning. In M.J Elias & H. Arnold (eds). The Educators Guide to Emotional Intelegence and Academic Achievement (pp4-14). Thousand Oak, CA. Corwin Press. [online]. Availabel at:

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&frm=1&source=

[19 Jan 2014]

Escarti A, Gutierrez M, Pascual C, Marin D (2010). Aplication of Hellison‟s Teaching Personal and Social responsibility Model in Physical education to Improve Self-Efficacy for Adolesencents at Risk of Dropping-out of School. The spanish Journal of Psychology (2010, vol 13 No. 2. 667-676). [online]. available at:

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=

[11 Maret 2013]

Escarti et all. (2010), Implementation of the Personal and Social Responsibility Model to Improve Self-Efficacy during Physical Education Classes For Primary School Children [online]. Available at:


(42)

85

Feist J & Feist G. J. 2010. Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika Fraenkel J. R and Wallen N. E. (1993). How To Design And Evaluate

Research In Education. USA: Monotype Composition Company. Fraenkel J. R and Wallen N. E. (2006). How To Design And Evaluate

Research In Education Sixth Edition. USA: The McGraw Hill Company.

Gecas V. (1989). The Social Psychology of Self-effficacy. Annual Review of Sociology, 15,291-316 [online]. Available at:

https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&frm=1&source=

[4 Jan 2014].

Giedd J.N., Lenroot R.K. (2006) Development in Children and adolescent: Insights from Anatomical Magnetic Resonan Imaging. Neuroscience and biobehavioral Review 718-729. [Online]. Available at:

http://scholar.google.co.id/scholar_url?hl=id&q=http://www.math.tau.

[18 Jan 2014]

Gordon B, Thevenard L, Hodis F (2012). A National Survey of New Zealand Secondary School Physical Education Program Implementastion of The Teaching Personal and Social Responsibility (TPSR) Model. Spark Europe Edisi Mei-Agustus 2012. [online]. Available at:

http://www5.uva.es/agora/revista/14_2/agora_14_2e_gordon_et_al.pdf tanggal 12 Pebruari 2013 pk. 3.47

Gough R.W.. (1998). A Practical Strategy For Emphasizing Character Development in Sport and Physical Education. (1998). [online]. Available at: http://web.ebscohost.com/ehost/

Gravetter and Forzano (2012). Research Method for The Behavior Science . [online]. Available at:

http://books.google.co.id/books?id=plo4dzBpHy0C&pg=PA216&lpg=

[30 Mei 2013]

Harianti, Diah. (2007) Naskah Akademik Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Kepala Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan. Jakarta: DEPDIKNAS.

Harter S. (1999) The Construction of The Self. A Developmental Perspective. New York. A Divission of Guilford Publication, Inc. [Online]

Available at:

http://www.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=ItqgOKmkpqcC&oi=fnd

[18 Jan 2014].

Habellink (1978) The Softball Handbook. West Point. New York

Hellison, D. R. (2003) Teaching Responsibility Through Physical Activity in second Edition. USA. Human Kinetics.


(43)

86

Erlangga.

Jung J, Wright P (2012). Aplication Of Helisson‟s Responsibility Model In

South Korea: A Multiple Case Study Of „At-Risk‟ Middle School

Students In Physical Education. [online]. Available at:

http://www5.uva.es/agora/revista/14_2/agora_14_2b_jung_et_al.pdf

[31 Maret 2013]

Joyce B. dan Weil M. (1996) Model of Teaching . Massachusetts. Allyn and Bacon.

Kuhn D. (2006) Do Cognitive Changes Accompany Developments in The Adolescent Brain?. New York. Association for Psychological Science. Vol 1. Number 1 [Online]. Available at:

http://scholar.google.co.id/scholar_url?hl=id&q=http://www.mx1.educa

tionforthinking.org/sites/default/files/pdf/ [21 Januari 2014]

Larry, Hjelle & Daniel Z (1992) Personality Theories. Amerika. McGrill Hill. Lutan R (2001) Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar, Teori dan Metode.

Depdikbud.

MacCan, C., Fogarty, G. J., Zeidner, M., & Roberts, R. D. (2011). Coping mediates therelationship between emotional intelligence (EI) and academic achievement. Contemporary Educational Psychology, 36,

60-70. [online]. available at

http://www.academia.edu/413720/Coping_mediates_the_relationship_b

etween_emotional_intelligence_EI_and_academic_achievement. [19

Jan 2014]

Maddux, J. E. (2002). Self-efficacy: The Power of Believing You Can. In C.R. Snyder, & S.J. Lopez (Eds). Handbook of positive psychology. New York: Oxford University Press. [online]. Available at:

http://www.google.co.id/#bav=on.2,or.r_qf.&fp=986c79bda1b28752&q [ 30 Sept 2014]

Margolis,H.,& McCabe,P.P (2006). Improving Self efficacy and Motivation: What to do, What to Say. Intervention in school and Clinic, 41(4),

218-227. [online]. Available at:

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&frm=1&source=

[Des 2013].

Metzler, Michael W (200). Instructional Models for Physical Education Massachussets: Allyn and Bacon.

Mitchell and Joley (2010), Research Design Explaned, Seventh Edition [online]. Availabel at:

http://ebookmeme.com/science/research-design-explained-7th-edition.html [30 Mei 2013]

Mitchell. L. M. and Jolley. M. J. (2013) Research Design Explaned: Eight

edition. Nelson Education Ltd. Canada.

http://books.google.co.id/books?id=HID1ziiLK48C&printsec=frontcov


(44)

87

Pajares F. (2005). Self Efficacy During Childhood and adlescence. Implication for Teacher and Parents. 339-367. [Online]. Available at:

http://www.emory.edu/EDUCATION/mfp/eff.html.2002. dan

http://www.uky.edu/~eushe2/Pajares/eff.html.

Permendiknas No 22 (2006). Standar Isi, SK-KD Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Jakarta: DEPDIKNAS

Potret Profesionalisme Guru dalam membangun Karakter Bangsa Pengalaman Indonesia dan Malaysia (2010). Konferensi Internasional Pendidikan Guru ke-4. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Reivich K (2010). “Self Efficacy:Helping Children Believe They Can

Succeed”. Journal of National Association of School Psychologists. 39

(3), 1-4.

Satici S.A., Kayis A.R., Akin A. (2013) Investigating the Predictive Role of Social Self Efficacy on Authenticity in Turkish University Students.

Europe’s Journal of Psychology. Vol. 9 No. 3. ejop.psychopen.eu.

1841-0413. [Online]. Available at:

http://ejop.psychopen.eu/article/view/579/487. [21 Jan 2014]

Shunk D.H. & Meece J.L (2006) Self efficacy Development in Adolescent. [Online]. Available at:

http://books.google.co.id/books?id=KMzuu9aTdY0C&printsec=frontco ver&hl=id&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q&f=fals e [20 Jan 2014]

Sabine S. (2002) Psychological Manajement of Individual Performance. New York: John Wiley & Sons, Ltd.

Santoso, Singgih. 2009. Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS 17. Elex Media Komputindo: Jakarta.

Santrock J.W (2007) Remaja. Jilid satu, edisi kesebelas. Jakarta. Erlangga Santrock J.W (2012) Psikologi Pendidikan. Buku 1 , edisi 3, Jakarta.

Salemba Humanika.

Santrock J.W (2011) Psikologi Pendidikan. Buku 2, edisi 3, Jakarta. Salemba Humanika.

Schunk,D.H (1991). Self Efficacy and Academic Motivation. Educational Psychologist, 26, 207-231 [Online]. Available at:

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=schunk%2C%20d.%20h.%

20(1991).%20self [7 Sept 2013)

Shields D. L. L and Bredemeier B. J. L. (1995) Character Development and Physical Activity. Human Kinetic.


(45)

88

Californi: .Mayfield Publishing Company Mountain View.

Smith, H.M., & Betz, N.E. (2013). Investigating The Predictive Role of Social Self Efficacy on Auhenticity in Turkish University Students. Europe Journal of Psychology. 2013, Vol. 9(3), 572-580, doi:10.5964/ejop.v9i3.579 [Online]. Available at:

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&frm=1&source=

[20 Jan 2014]

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeda.

Suherman A. (2009) Revitalisasi Pengajaran dalam Pendidikan Jasmani.. Bandung: CV Bintang Warli Artika.

Suherman A. (2001) Asesemen Belajar Dalam Pendidikan Jasmani. Evaluasi Alternatif untuk Sekolah Lanjutan Pertama. Departemen Pendidikan Nasional. Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah dan Direktorat Jenderal Olahraga. Jakarta.

Sukandi, Ujang. 2003. Belajar Aktif dan Terpadu: Apa, Mengapa dan Bagaimana. Surabaya: Duta Graha Pustaka.

Tinning R (2010). Pedagogy and Human Movement. Theory, practice research. London and New York. Routledge. Taylor and Francis Group.

Undang-undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Valois R.F., Fasha., Zullig K.J., Paxton R.J (2008) Physical Activity

Behaviors and Emotional Self Efficacy: Is There a Relationship For Adolescence. Amerika. American School Helath Association. Journal of School Helath. June 2008, Vol 78, No. 6. [Online]. Available at:

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd

[21 Jan 2014]

Vigotsky L. (1997). Reading on The Development of Children. Interaction Between Learning and Development. From Mind and Society. Second Edition. New York. W.H. Freeman and Company. [online] Available at

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cdc

[17 Jan 2014].

Weaver J. (2008) The Effect Of Self-Efficacy On Motivation And Achievement Among Fifth Grade Science Students. A Master’s Research Project Presented to The Faculty of The College of Education Ohio University. [online]. Available at:

http://www.cehs.ohio.edu/resources/documents/weaver.pdf. [15 Maret

2013].

Wolfe D.A & Mash E.J (2006) Behavioral and Emotional Disorders in Adolescents : Nature, Assesment, and Treatment. New York. USA. The Guilford Pubication, Inc. [Online]. Available at:


(46)

89

Zimmerman B.J (2000). Self efficacy and Essensial Motive to Learn. Contemporary Educational Psychology 25,82-91 (2000) [Online]. Available at:

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd Zimmerman B.J (2002). Becoming a Self Regulated Learner. Theory Into

Practice, Vol 41, No. 2, Spring 2002. The Ohio State university. [online]. Available at:

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=zimmerman%20developme

man-

Zins J.E., Michelle., Bloodworth., Roger., Weissberg., Walberg H.J. (2004) Academis Success on Social and Emotional Learning: What does the Research say?. Teacher College, Solumbia University. [Online]. Avalilable at:

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd


(1)

Daftar Pustaka

Arikunto, S . ( 1 9 9 8 ) . Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Cetakan ke-8. Y o g y a k a r t a : R i n e k a C i p t a

Bailey R. (2006). Physical Education and Sport in Schools: A Review of Benefits and Outcomes. Journal of School Helath. Vol. 76, No. 8. American School Health Association. Pg 397-401.[online].Available at: http://www.bromleyssp.co.uk/FCKfiles/File/FESTIVALS%202010%20 -%202011/resources/BaileyPEbenefits.pdf [21 November 2012]

Bandura A. (1986) Social Foundations of Thought and Action. A Social Cognitive Theory. New Jersey. Prentice Hall.

Bandura A. (1995) Self Efficacy in Changing Societies. Melbourne. Australia. Cambridge University Press.

Bandura A. (1994). Self Efficacy. In V.S. Ramachaudran (Ed), Encyclopedia of Human Behavior (vol. 4, pp.71-81). New York; Academic Press. Bandura A. (1997). Self Efficacy, The Excercice of Control. USA: W. H.

Freeman and Company.

Baker M (2013), Erikson’s Stage of Development. [online] Available at:

http://www.usefulcharts.com/psychology/erikson-stages-of-development-chart.html

Departemen Pendidikan Nasional (2008) Kurikulum 2004, Standar Kompetensi mata pelajaran pendidikan jasmani sekolah menengah pertama. Depdiknas Jakarata.

Elias,M.J. (2005). The Connection between Academic and Social Emotional Learning. In M.J Elias & H. Arnold (eds). The Educators Guide to Emotional Intelegence and Academic Achievement (pp4-14). Thousand Oak, CA. Corwin Press. [online]. Availabel at: http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&frm=1&source= [19 Jan 2014]

Escarti A, Gutierrez M, Pascual C, Marin D (2010). Aplication of Hellison‟s Teaching Personal and Social responsibility Model in Physical education to Improve Self-Efficacy for Adolesencents at Risk of Dropping-out of School. The spanish Journal of Psychology (2010, vol 13 No. 2. 667-676). [online]. available at: http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd= [11 Maret 2013]

Escarti et all. (2010), Implementation of the Personal and Social Responsibility Model to Improve Self-Efficacy during Physical Education Classes For Primary School Children [online]. Available at: http://www.ijpsy.com/volumen10/num3/269/implementation-of-the-personal-and-social-EN.pdf. [12 Pebruari 2013]


(2)

Feist J & Feist G. J. 2010. Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika Fraenkel J. R and Wallen N. E. (1993). How To Design And Evaluate

Research In Education. USA: Monotype Composition Company. Fraenkel J. R and Wallen N. E. (2006). How To Design And Evaluate

Research In Education Sixth Edition. USA: The McGraw Hill Company.

Gecas V. (1989). The Social Psychology of Self-effficacy. Annual Review of Sociology, 15,291-316 [online]. Available at: https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&frm=1&source= [4 Jan 2014].

Giedd J.N., Lenroot R.K. (2006) Development in Children and adolescent: Insights from Anatomical Magnetic Resonan Imaging. Neuroscience and biobehavioral Review 718-729. [Online]. Available at: http://scholar.google.co.id/scholar_url?hl=id&q=http://www.math.tau. [18 Jan 2014]

Gordon B, Thevenard L, Hodis F (2012). A National Survey of New Zealand Secondary School Physical Education Program Implementastion of The Teaching Personal and Social Responsibility (TPSR) Model. Spark Europe Edisi Mei-Agustus 2012. [online]. Available at:

http://www5.uva.es/agora/revista/14_2/agora_14_2e_gordon_et_al.pdf tanggal 12 Pebruari 2013 pk. 3.47

Gough R.W.. (1998). A Practical Strategy For Emphasizing Character Development in Sport and Physical Education. (1998). [online]. Available at: http://web.ebscohost.com/ehost/

Gravetter and Forzano (2012). Research Method for The Behavior Science . [online]. Available at:

http://books.google.co.id/books?id=plo4dzBpHy0C&pg=PA216&lpg= [30 Mei 2013]

Harianti, Diah. (2007) Naskah Akademik Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Kepala Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan. Jakarta: DEPDIKNAS.

Harter S. (1999) The Construction of The Self. A Developmental Perspective. New York. A Divission of Guilford Publication, Inc. [Online]

Available at:

http://www.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=ItqgOKmkpqcC&oi=fnd [18 Jan 2014].

Habellink (1978) The Softball Handbook. West Point. New York

Hellison, D. R. (2003) Teaching Responsibility Through Physical Activity in second Edition. USA. Human Kinetics.


(3)

Erlangga.

Jung J, Wright P (2012). Aplication Of Helisson‟s Responsibility Model In South Korea: A Multiple Case Study Of „At-Risk‟ Middle School Students In Physical Education. [online]. Available at:

http://www5.uva.es/agora/revista/14_2/agora_14_2b_jung_et_al.pdf [31 Maret 2013]

Joyce B. dan Weil M. (1996) Model of Teaching . Massachusetts. Allyn and Bacon.

Kuhn D. (2006) Do Cognitive Changes Accompany Developments in The Adolescent Brain?. New York. Association for Psychological Science.

Vol 1. Number 1 [Online]. Available at:

http://scholar.google.co.id/scholar_url?hl=id&q=http://www.mx1.educa tionforthinking.org/sites/default/files/pdf/ [21 Januari 2014]

Larry, Hjelle & Daniel Z (1992) Personality Theories. Amerika. McGrill Hill. Lutan R (2001) Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar, Teori dan Metode.

Depdikbud.

MacCan, C., Fogarty, G. J., Zeidner, M., & Roberts, R. D. (2011). Coping mediates therelationship between emotional intelligence (EI) and academic achievement. Contemporary Educational Psychology, 36,

60-70. [online]. available at

http://www.academia.edu/413720/Coping_mediates_the_relationship_b etween_emotional_intelligence_EI_and_academic_achievement. [19 Jan 2014]

Maddux, J. E. (2002). Self-efficacy: The Power of Believing You Can. In C.R. Snyder, & S.J. Lopez (Eds). Handbook of positive psychology. New York: Oxford University Press. [online]. Available at:

http://www.google.co.id/#bav=on.2,or.r_qf.&fp=986c79bda1b28752&q [ 30 Sept 2014]

Margolis,H.,& McCabe,P.P (2006). Improving Self efficacy and Motivation: What to do, What to Say. Intervention in school and Clinic, 41(4),

218-227. [online]. Available at:

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&frm=1&source= [Des 2013].

Metzler, Michael W (200). Instructional Models for Physical Education Massachussets: Allyn and Bacon.

Mitchell and Joley (2010), Research Design Explaned, Seventh Edition [online]. Availabel at:

http://ebookmeme.com/science/research-design-explained-7th-edition.html [30 Mei 2013]

Mitchell. L. M. and Jolley. M. J. (2013) Research Design Explaned: Eight

edition. Nelson Education Ltd. Canada.

http://books.google.co.id/books?id=HID1ziiLK48C&printsec=frontcov er&hl=id#v=onepage&q&f=false [25 Sept 2014]


(4)

Pajares F. (2005). Self Efficacy During Childhood and adlescence. Implication for Teacher and Parents. 339-367. [Online]. Available at: http://www.emory.edu/EDUCATION/mfp/eff.html.2002. dan

http://www.uky.edu/~eushe2/Pajares/eff.html.

Permendiknas No 22 (2006). Standar Isi, SK-KD Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Jakarta: DEPDIKNAS

Potret Profesionalisme Guru dalam membangun Karakter Bangsa Pengalaman Indonesia dan Malaysia (2010). Konferensi Internasional Pendidikan Guru ke-4. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Reivich K (2010). “Self Efficacy:Helping Children Believe They Can

Succeed”. Journal of National Association of School Psychologists. 39 (3), 1-4.

Satici S.A., Kayis A.R., Akin A. (2013) Investigating the Predictive Role of Social Self Efficacy on Authenticity in Turkish University Students. Europe’s Journal of Psychology. Vol. 9 No. 3. ejop.psychopen.eu.

1841-0413. [Online]. Available at:

http://ejop.psychopen.eu/article/view/579/487. [21 Jan 2014]

Shunk D.H. & Meece J.L (2006) Self efficacy Development in Adolescent. [Online]. Available at:

http://books.google.co.id/books?id=KMzuu9aTdY0C&printsec=frontco ver&hl=id&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q&f=fals e [20 Jan 2014]

Sabine S. (2002) Psychological Manajement of Individual Performance. New York: John Wiley & Sons, Ltd.

Santoso, Singgih. 2009. Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS

17. Elex Media Komputindo: Jakarta.

Santrock J.W (2007) Remaja. Jilid satu, edisi kesebelas. Jakarta. Erlangga Santrock J.W (2012) Psikologi Pendidikan. Buku 1 , edisi 3, Jakarta.

Salemba Humanika.

Santrock J.W (2011) Psikologi Pendidikan. Buku 2, edisi 3, Jakarta. Salemba Humanika.

Schunk,D.H (1991). Self Efficacy and Academic Motivation. Educational Psychologist, 26, 207-231 [Online]. Available at: http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=schunk%2C%20d.%20h.% 20(1991).%20self [7 Sept 2013)

Shields D. L. L and Bredemeier B. J. L. (1995) Character Development and Physical Activity. Human Kinetic.


(5)

Californi: .Mayfield Publishing Company Mountain View.

Smith, H.M., & Betz, N.E. (2013). Investigating The Predictive Role of Social Self Efficacy on Auhenticity in Turkish University Students. Europe Journal of Psychology. 2013, Vol. 9(3), 572-580, doi:10.5964/ejop.v9i3.579 [Online]. Available at: http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&frm=1&source= [20 Jan 2014]

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeda.

Suherman A. (2009) Revitalisasi Pengajaran dalam Pendidikan Jasmani.. Bandung: CV Bintang Warli Artika.

Suherman A. (2001) Asesemen Belajar Dalam Pendidikan Jasmani. Evaluasi Alternatif untuk Sekolah Lanjutan Pertama. Departemen Pendidikan Nasional. Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah dan Direktorat Jenderal Olahraga. Jakarta.

Sukandi, Ujang. 2003. Belajar Aktif dan Terpadu: Apa, Mengapa dan Bagaimana. Surabaya: Duta Graha Pustaka.

Tinning R (2010). Pedagogy and Human Movement. Theory, practice research. London and New York. Routledge. Taylor and Francis Group.

Undang-undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Valois R.F., Fasha., Zullig K.J., Paxton R.J (2008) Physical Activity

Behaviors and Emotional Self Efficacy: Is There a Relationship For Adolescence. Amerika. American School Helath Association. Journal of School Helath. June 2008, Vol 78, No. 6. [Online]. Available at: http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd [21 Jan 2014]

Vigotsky L. (1997). Reading on The Development of Children. Interaction Between Learning and Development. From Mind and Society. Second Edition. New York. W.H. Freeman and Company. [online] Available at http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cdc [17 Jan 2014].

Weaver J. (2008) The Effect Of Self-Efficacy On Motivation And Achievement Among Fifth Grade Science Students. A Master’s Research Project Presented to The Faculty of The College of Education Ohio University. [online]. Available at:

http://www.cehs.ohio.edu/resources/documents/weaver.pdf. [15 Maret 2013].

Wolfe D.A & Mash E.J (2006) Behavioral and Emotional Disorders in Adolescents : Nature, Assesment, and Treatment. New York. USA. The Guilford Pubication, Inc. [Online]. Available at: http://books.google.co.id/books?id=nRzMWqpj- [19 Jan 2014].


(6)

Zimmerman B.J (2000). Self efficacy and Essensial Motive to Learn. Contemporary Educational Psychology 25,82-91 (2000) [Online]. Available at:

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd Zimmerman B.J (2002). Becoming a Self Regulated Learner. Theory Into

Practice, Vol 41, No. 2, Spring 2002. The Ohio State university. [online]. Available at:

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=zimmerman%20developme man-

Zins J.E., Michelle., Bloodworth., Roger., Weissberg., Walberg H.J. (2004) Academis Success on Social and Emotional Learning: What does the Research say?. Teacher College, Solumbia University. [Online]. Avalilable at:

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd [22 Jan 2014).