PENGARUH MODEL KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP PENINGKATAN KERJASAMA, KREATIFITAS, DAN KETERAMPILAN BERMAIN SEPAKBOLA SISWA TUNARUNGU.

(1)

PENGARUH MODEL KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT

(TGT) TERHADAP PENINGKATAN KERJASAMA, KREATIFITAS,

DAN KETERAMPILAN BERMAIN SEPAKBOLA SISWA

TUNARUNGU

TESIS

Diajukan untuk memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Master Pendidikan

Program Studi Olahraga

Ibastanta Sembiring 12 02 64 2

PROGRAM STUDI OLAHRAGA

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Pengaruh Model Kooperatif Team Games Tournament (TGT) Terhadap Peningkatan Kreatifitas, Kerjasama dan, Keterampilan Bermain Sepakbola Siswa Tunarungu” beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Agustus 2014 Yang membuat pernyataan,

Ibastanta Sembiring


(3)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

PENGARUH MODEL KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP PENINGKATAN KREATIFITAS, KERJASAMA, DAN KETERAMPILAN

BERMAIN SEPAKBOLA SISWA TUNARUNGU

(Studi Experimen Pada Siswa SLB Negeri Cicendo Kota Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I

Prof. Dr. Beltasar Tarigan, M.S., AIFO NIP. 195603031983031005

Pembimbing II

Dr. Dian Budiana, M.Pd NIP. 197706292002121002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Olahraga Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Prof. Dr. H. Adang Suherman, MA NIP. 196306181988031002


(4)

Ibastanta Sembiring 2014

Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifkasi Masalah ... 8

C. Rumusan Masalah ... 10

D. Tujuan Penelitian ... 11

E. Manfaat Penelitian ... 12

F. Struktur Organisasi Tesis ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajian Pustaka ... 15

1. Team Games Tournament (TGT) ... 15

2. Tunarungu ... 19

a. Anak Tunarungu... 19

b. Klasifikasi Siswa Tunarungu ... 21

c. Perbedaan Sekolah Reguler dengan Sekolah Khusus bagi Anak Tunarungu... 24


(5)

Ibastanta Sembiring 2014

Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

e. Lingkup Pengembangan Program Pendidikan Bagi Individu

Tunarungu ... 27

3. Permainan Sepakbola ... 28

a. Definisi Sepak bola ... 28

b. Teknik Dasar Bermain Sepakbola ... 29

c. Unsur Kreatifitas dalam Sepakbola ... 33

d. Unsur Kerjasama Dalam Sepakbola ... 36

e. Unsur Prestasi Belajar Dalam Sepakbola ... 39

B. Kerangka Pemikiran ... 40

C. Hipotesis ... 42

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian dan Subjek Populasi Penelitian ... 43

1. Lokasi Penelitian ... 43

2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 43

B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian ... 44

C. Definisi Operasional dan Konseptual Variabel ... 45

1. Definisi Konseptual ... 45

2. Definisi Operasional... 47

D. Instrumen Penelitian... 48

E. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 51

F. Pengolahan Data dan Analisis Data ... 52

G. Teknik Pengumpulan Data ... 53

H. Langkah-Langkah Penelitian ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Team Games Tournament dan Konvensional ... 55


(6)

Ibastanta Sembiring 2014

Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Uji Normalitas ... 56

2. Uji Homogenitas ... 57

3. Uji Hipotesis ... 58

a. Uji persamaan dua rata-rata (dua pihak) ... 59

1) Perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments dalam meningkatkan kreatifitas pada siswa tunarungu ... 59

2) Perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments dalam meningkatkan kerjasama pada siswa tunarungu ... 59

3) Perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments dalam meningkatkan keterampilan bermain sepak bola pada siswa tunarungu ... 60

b. Uji ANAVA ... 60

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 61

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 69

B. Rekomendasi ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 71


(7)

Ibastanta Sembiring 2014

Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Contoh Perhitungan Poin Games dan Turnamen untuk Empat Pemain ... 18 2.2 Contoh Kriteria Penentuan Penghargaan Kelompok ... 18 3.1 Pretest-posttest Control Group Design (Sumber: Lutan,

2001, hlm. 19)... 44 3.2 Definisi Operasional Variabel ... 47

4.1 Deskripsi Data Team Games Tournament dan

Konvensional ... 55

4.2 Uji Normalitas Model Pembelajaran Team Games

Tournament dan Model Pembelajaran Konvensional ... 56 4.3 Uji Homogenitas Pada Model Pembelajaran Team Games

Tournament dan Model Pembelajaran Konvensional ... 58 4.4 Uji persamaan dua rata-rata (dua pihak) ... 59 4.5 Analisis Uji ANAVA ... 60


(8)

Ibastanta Sembiring 2014

Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Diagram Alur Penempatan Peserta Turnamen Pada Pembelajaran TGT Sumber : Slavin (1995, hlm. 86) ... 17 3.1 Langkah-langkah Penelitian ... 54


(9)

Ibastanta Sembiring 2014

Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

I. Instrumen kreatifitas, kerjasama dan keterampilan bermain

sepak bola ... 75

II. Skor Uji Coba Angket ... 88

III. Uji Validitas dan Reliabilitas Angket ... 90

IV. Skor Data Kreatifitas, Kerjasama, dan Keterampilan Bermain Sepak bola ... 101

V. Deskripsi Data ... 113

VI. Analisis Data (Uji Normalitas dan Homogenitas) ... 114

VII. Uji Hipotesis ... 140

VIII. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pada Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) ... 146

IX. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pada Model Pembelajaran Konvensional ... 173

X. Dokumentasi Penelitian ... 194

XI. Surat Keputusan Penelitian Tesis ... 198

XII. Surat Izin Penelitian ... 200


(10)

Ibastanta Sembiring 2014

Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

PENGARUH MODEL KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP PENINGKATAN KREATIFITAS, KERJASAMA, DAN

KETERAMPILAN BERMAIN SEPAKBOLA SISWA TUNARUNGU Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menguji pengaruh model pembelajaran team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kreatifitas, kerjasama, keterampilan bermain sepakbola pada siswa tunarungu. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan desain penelitian adalah pre test and post test desain. Populasi pada penelitian ini adalah siswa SLB Negeri Cicendo dan sampelnya adalah siswa kelas X (Sepuluh) berjumlah 20 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Instrumen pada penelitan ini adalah instrumen kreatifitas menggunakan penelitian dari Juliantine (2010, hlm. 153). Instrumen kerjasama menggunakan penelitian dari Baron dan Byane (2000, hlm. 34), dan instrumen keterampilan bermain sepak bola menggunkan GPAI (Game Performance Assessment Instrument Components) Metzler (2000, hlm. 363).

Hasil Penelitian bahwa pengaruh model pembelajaran Team Games Tournament (TGT) terhadap kreatifitas adalah t hitung (2,182) lebih besar dari t tabel (2,101) maka Hi diterima, hal ini berarti model pembelajaran Team Games

Tournament (TGT) dapat meningkatkan kreatifitas. Kemudian pengaruh model pembelajaran Team Games Tournament (TGT) terhadap kerjasama dengan nilai t hitung (2,319) lebih besar dari t tabel (2,101) maka Hi diterima, artinya model pembelajaran Team Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan kerjasama. Selanjutnya pengaruh model pembelajaran Team Games Tournament (TGT) terhadap keterampilan bermain sepakbola nilai t hitung (2,188) lebih besar dari t tabel dengan nilai (2,101) maka Hi diterima, berarti model pembelajaran Team Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan keterampilan bermain sepakbola. Untuk mengetahui perbedaan antar variabel diketahui nilai P value (sig.) = 0.000. Karena p value (Sig.) < 0.05 maka H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antar Model Pembelajaran Team Games Tournament (TGT) dan Model Pembelajaran Konvensional terhadap Skor Rata-rata Kreatifitas, Kerjasama, dan keterampilan bermain sepakbola pada siswa tunarungu.

Kesimpulan pada penelitian ini adalah terdapat pengaruh model pembelajaran

Team Games Tournament (TGT) terhadap kreatifitas, kerjasama, dan keterampilan bermain sepakbola pada siswa tunarungu. Kemudian terdapat perbedaan Model Pembelajaran Team Games Tournament (TGT) dan Model Pembelajaran Konvensional terhadap Skor Rata-rata kreatifitas, kerjasama, dan keterampilan


(11)

Ibastanta Sembiring 2014

Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bermain sepakbola pada siswa tunarungu. Peneliti menyarankan kepada guru yang diharapkan menguasai model pembelajaran Team Games Tournament (TGT).

Kata Kunci: team games tournament, kreatifitas, kerjasama, keterampilan bermain sepakbola

ABSTRACT

EFFECT OF MODEL COOPERATIVE GAMES TEAM TOURNAMENT (TGT) IMPROVEMENT OF CREATIVITY, COOPERATION, AND SKILLS

PLAY FOOTBALL TO DEAF STUDENT

The purpose of this study is to investigate and examine the effect of learning model team games tournament (TGT) to the increase of creativity, cooperation, skill playing football in deaf students. The method used is an experimental method with pre-test research design is the design and post test. The population in this study were students SLB Cicendo and the sample is class X (Ten) amounted to 20 people. Sampling technique using total sampling technique. Instrument in this research is the use of research instruments creativity of Juliantine (2010, p. 153). Instruments of cooperation using the research of Baron and Byane (2000, p. 34), and instrument playing football skills using the GPAI (Game Performance Assessment Instrument Components) Metzler (2000, p. 363).

Research results that influence learning model Team Games Tournament (TGT) to creativity is t (2.182) is greater than t table (2.101) then Hi is accepted, this means learning model Team Games Tournament (TGT) can increase creativity. Then the influence of the learning model Team Games Tournament (TGT) to the cooperation with the t value (2,319) is greater than t table (2.101) then Hi is accepted, it means learning model Team Games Tournament (TGT) can improve collaboration. Furthermore, the influence of the learning model of Team Games Tournament (TGT) to play football skills t value (2.188) is greater than t table with the value (2.101) then Hi is accepted, it means learning model Team Games Tournament (TGT) can improve the skills of playing soccer. To find the difference between the known value of the variable P value (sig.) = 0.000. Since the p value (Sig.) <0.05 then H0 is rejected so it can be concluded that there is a difference between Learning Model Team Games Tournament (TGT) and Conventional Learning Model to Score average Creativity, Cooperation, and the skill to play football in deaf students.

The conclusion of this research is that there is influence learning model Team Games Tournament (TGT) to creativity, cooperation, and skill to play football in deaf students. Then there are differences in Learning Model Team Games Tournament (TGT) and Conventional Learning Model to Score average creativity, cooperation,


(12)

Ibastanta Sembiring 2014

Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

and skill to play football in deaf students. Researchers suggest that teachers are expected to master the learning model Team Games Tournament (TGT).


(13)

Ibastanta Sembiring 2014

Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Aktivitas yang dilakukan siswa bukan hanya terbatas dengan fasilitas pembelajaran tetapi harus mampu menjadikan siswa berperan aktif sehingga untuk memenuhi harapan dibutuhkan model pembelajaran aktif (active learning) untuk menunjang keberhasilan belajar. Maksud dari pembelajaran aktif yaitu untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua siswa dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa atau siswa agar tetap tertuju pada proses pembelajaran berlangsung. Beberapa penelitian membuktikan bahwa perhatian siswa berkurang bersamaan dengan berlalunya waktu. Penelitian Pollio (1984) menunjukkan bahwa: siswa dalam ruang kelas hanya memperhatikan pelajaran sekitar 40% dari waktu pembelajaran yang tersedia. Sementara penelitian Keachie (1986) menyebutkan bahwa: Dalam sepuluh menit pertama perhatian siswadapat mencapai 70%, dan berkurang sampai menjadi 20% pada waktu 20 menit terakhir. Kondisi tersebut merupakan kondisi umum yang terjadi di lingkungan sekolah dimana siswa diruang kelas lebih banyak menggunakan indera pendengarannya dibandingkan visual, sehingga apa yang dipelajari di kelas tersebut cenderung untuk dilupakan. Ungkapan tersebut didukung dengan penelitian Pollio (1984, hlm. 232) yang menyatakan bahwa:

Adanya perbedaan antara kecepatan bicara guru dengan tingkat kemampuan siswa mendengarkan apa yang disampaikan guru. Kebanyakan guru berbicara sekitar 100-200 kata permenit, sementara siswa hanya mampu mendengarkan 50-100 kata per menitnya (setengah dari apa yang dikemukakan guru), karena siswa mendengarkan pembicaraan guru sambil berpikir.


(14)

2

Ibastanta Sembiring 2014

Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kerja otak manusia tidak sama dengan tape recorder yang mampu merekam suara sebanyak apa yang diucapkan dengan waktu yang sama dengan waktu pengucapan. Otak manusia selalu mempertanyakan setiap informasi yang masuk kedalamnya, dan otak juga memproses setiap informasi yang ia terima, sehingga perhatian tidak dapat tertuju pada stimulus secara menyeluruh. Hal ini menyebabkan tidak semua yang dipelajari dapat diingat dengan baik dan dapat dilaksanakan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari karena proses tersebut dapat dilakukan apabila dilaksanakan secara berulang-ulang.

Efektifitas pembelajaran bukan hanya sebatas kemampuan guru mengendalikan siswa untuk memenuhi apa yang menjadi tujuan dalam pembelajaran tetapi lebih mengendepankan keberhasilan dalam penyampaian tujuan pembelajaran sesuai dengan waktu yang disediakan. Sesuai dengan ungkapan Suheman (2009, hlm. 114), “Untuk mengetahui bagaimana siswa menghabiskan waktu dalam pembelajaran penjasadalah dengan cara menganalisis

waktu.” Kemudian Pangrazi dan Dauer, (1992, hlm. 180) mengungkapkan bahwa,

Instructors need to gather data showing the amount of time that students are involved in productive, on task activity to assure learning can occur.” Maksud

dari pernyataan tersebut bahwa guru membutuhkan beberapa data untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan siswa melakukan aktivitas pembelajaran sehingga tugas belajar dapat berjalan sesuai dengan tujuan dan waktu yang disediakan.

Penjas bukan semata-mata hanya pendidikan terhadap kemampuan fisik semata, hal ini dikemukakan Sukintaka, (2004, hlm. 37) bahwa, “Pendidikan jasmani bukanlah pendidikan terhadap badan, atau bukan merupakan pendidikan tentang problem tubuh, akan tetapi merupakan pendidikan tentang problem

manusia dan kehidupan.” Maksud dari ungkapan tersebut bahwa pendidikan jasmani bukan pendidikan siswa agar terampil dari segi fisik semata, melainkan bagaimana pendidikan jasmani dapat menjadi sebuah solusi bagi permasalahan dalam kehidupan manusia. Selanjutnya Sukintaka, (2004, hlm. 37) bahwa,


(15)

3

Ibastanta Sembiring 2014

Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

“Tujuan pendidikan jasmani terdiri dari empat ranah, yakni: (1) jasmani, (2) psikomotorik, (3) afektif dan (4) kognitif.” Kondisi di lapangan masih banyak terjadi salah aplikasi dari tujuan pendidikan jasmani.Guru penjas cenderung lebih banyak memberikan pembelajaran keterampilan motorik saja dan ranah kognitif serta afektif masih kurang diperhatikan. Guru lebih banyak menanamkan agar siswa mampu melakukan aktivitas fisik yang diajarkan, atau menguasai keterampilan fisik dan motorik, bukan menanamkan pemahaman mengenai pentingnya siswa melakukan aktivitas tersebut. Guru masih banyak yang bertindak sebagai pelatih cabang olahraga dibandingkan dengan menanamkan pengetahuan serta sikap dan perilaku hidup aktif keseharian pada siswanya.

Mengetahui gejala-gejala di atas maka penekanan dalam dunia pendidikan terutama pendidikan jasmani yaitu mengenai model pembelajaran dimana model pembelajaran yang baik dan terlaksana sesuai dengan ketentuan dalam model pembelajaran tersebut otomatis pencapaian dari tujuan pembelajaran akan tercapai. Untuk mencapai tujuan dan mejawab permasalahan yang ada maka pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) sangat cocok untuk menjawab permasalahan tersebut. Karena unsur-unsur yang terkandung dalam model pembelajaran kooperatif Team Games Tournament (TGT) lebih mengedepankan pembelajaran kelompok. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Johnson and Holubec (Metzler, 2000, hlm. 223) adalah sebagai berikut:

a. Positive interdepedence among student

b. Face-to-face promotive interaction

c. Individual accountability/personal responsibility

d. Interpersonal and small-group skills

e. Group processing

Pembelajaran Kooperatif menurut Roger (1992, hlm. 8) merupakan,

Aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar yang didalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain.


(16)

4

Ibastanta Sembiring 2014

Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Definisi pembelajaran kooperatif menurut Parker (1994, hlm. 2) adalah,

“Pembelajaran kooperatif merupakan kelompok kecil kooperatif sebagai suasana pmbelajaran dimana para siswa saling berinteraksi dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengerjakan tugas akademik demi mencapai tujuan bersama.”

Salah satu pendidik paling berpengaruh pada awal abad kedua puluh adalah seorang filsuf Dewey (1990) menyatakan, “Pendidikan merupakan sebuah proses dinamis dan berkelanjutan yang bertugas memenuhi kebutuhan siswa dan guru dengan minat mereka masing-masing.” Maksud dari ungkapan tersebut bahwa pendidikan memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan minat siswa, memperluas dan mengembangkan horizon keilmuan mereka, dan membantu mereka agar mampu menjawab tantangan dan gagasan baru di masa mendatang.

Dengan demikian, pendidikan khususnya sekolah harus memiliki sistem pembelajaran yang menekankan pada proses dinamis yang berdasarkan pada upaya meningkatkan keingintahuan siswa tentang dunia. Pendidikan harus mendesain pendidikannya yang respontif dan berpusat pada siswa agar minat dan aktifitas sosial mereka terus meningkat. Dalam konteks ini Dewey (Miftahul, 2012, hlm. 3) pun percaya bahwa:

Sekolah bertanggung jawab penuh untuk membangun sikap sosial siswa dengan cara menerapkan komunikasi interpersonal dan keterlibatan kelompok di antara mereka. Dengan berinteraksi satu sama lain, siswa akan menerima feedback atas semua aktifitas yang mereka lakukan, mereka akan belajar bagaimana berperilaku dengan baik, dan mereka akan memahami apa yang harus dilakukan dalam kerja kelompok yang kooperatif.

Maksud dari ungkapan tersebut pada umumnya pendidikan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia yang secara teknis operasional dilakukan melalui suatu proses pembelajaran. Pembelajaran merupakan aktivitas (proses) yang sistematis dan dalam sistematik itu terdapat suatu interaksi belajar mengajar antara guru dan siswa. Dalam proses pembelajaran guru mempertimbangkan model pembelajaran, metode dan pendekatan pembelajaran yang akan digunakan. Pembelajaran dirancang secara


(17)

5

Ibastanta Sembiring 2014

Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sistematik, bersifat konseptual tetapi praktis, realistik dan fleksibel, baik yang menyangkut masalah interaksi pembelajaran, pengelolaan kelas, pendayagunaan sumber belajar (pengajaran) maupun penilaian pembelajaran. Dari proses pembelajaran harus dapat menjadi perhatian bagi para guru agar tercapai tujuan pembelajaran dan hasil belajar siswa yang memuaskan, terutama menyangkut model pembelajaran yang diterapkan bagi anak berkebutuhan khusus. Permasalahan pada penelitian ini adalah anak tunarungu yang memiliki permasalahan yang sangat kompleks. Anak tunarungu mengalami gangguan pada fungsi pendengarannya. Akibat dari kelainan tersebut, perkembangan bahasanya menjadi terhambat, sehingga mereka kurang mampu bersosialisasi dengan masyarakat normal pada umumnya karena hambatan anak tunarungu dalam berkomunikasi.

Pada dasarnya pendidikan jasmani merupakan pendidikan global, sebagaimana yang diungkapkan oleh Stewart, David, Ellis, dan Kathleen (1999, hlm. 1) menyatakan bahwa:

Physical education classes are the only physical activity that many children receive throughout the day, and without them, an even greater number of children, including those who are deaf, would be prone to aspects associated with sedentary lifestyles.

Maksud dari ungkapan tersebut yaitu pada dasarnya pendidikan jasmani adalah salah satunya aktivitas fisik yang mampu dilakukan oleh banyak anak-anak setiap hari tanpa memandang seseorang memiliki kekurangan fisik atau tidak termasuk orang tuna rungu memiliki hak untuk melakukan aktivitas pendidikan jasmani guna mencapai gaya hidup yang baik.

Pelaksanaan pendidikan jasmani untuk siswa yang memiliki kebutuhan khusus terutama siswa tuna rungu harus dibedakan dengan siswa normal karena siswa tuna rungu memiliki tingkat kebugaran jasmani yang rendah sebagaimana yang diungkapkan oleh Jansma dan French (Stewart, 1999, hlm. 1) bahwa, “This trend is particularly alarming for deaf children, given that they tend to be more prone to lower fitness levels associated with sedentary or low-activity lifestyles.


(18)

6

Ibastanta Sembiring 2014

Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selanjutnya gangguan pendengaran yang dialami anak tunarungu akan membawa dampak pada perkembangan berbahasanya yang mempengaruhi kemampuan berkomunikasi anak tunarungu. Seperti yang dikemukakan oleh Uden (Bambang, 2003, hlm. 21) bahwa, “Ketunarunguan mengakibatkan kemiskinan dalam berbahasa, hal tersebut akan mempengaruhi kemampuan dalam berinteraksi dan komunikasi yang berdampak pada kesulitan dalam mengikuti dan memahami pelajaran.”

Ketidakmampuan anak tunarungu dalam berbicara, muncul pendapat umum yang berkembang, bahwa anak tunarungu ialah anak yang hanya tidak mampu mendengar sehingga tidak dapat berkomunikasi secara lisan dengan orang dengar. Heward dan Orlansky (Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, 2007, hlm.1) memberikan batasan ketunarunguan sebagai berikut :

Tunarungu diartikan sebagai kerusakan yang menghambat seseorang untuk menerima rangsangan semua jenis bunyi dan sebagai suatu kondisi dimana suara-suara yang dapat dipahami, termasuk suara pembicaraan tidak mempunyai arti dan maksud-maksud kehidupan sehari-hari. Orang tuli tidak dapat menggunakan pendengarannya untuk dapat mengartikan pembicaraan, walaupun sebagian pembicaraan dapat diterima, baik tanpa maupun dengan alat bantu mendengar.

Kemudian Moores (1991, hlm. 4), mendefinisikan,

Ketunarunguan ada dua kelompok. Pertama, seorang dikatakan tuli (deaf) apabila kehilangan kemampuan mendengar pada tingkat 70 dB Iso atau lebih, sehingga ia tidak dapat mengerti pembicaraan orang lain melalui pendengarannya baik dengan ataupun tanpa alat bantu mendengar.Kedua, seseorang dikatakan kurang dengar (hard of hearing) bila kehilangan pendengaran pada 35 dB Iso sehingga ia mengalami kesulitan untuk memahami pembicaraan orang lain melalui pendengarannya baik tanpa maupun dengan alat bantu mendengar.

Karena pendapat itulah ketunarunguan dianggap ketunaan yang paling ringan dan kurang mengundang simpati, dibanding dengan ketunaan yang berat dan dapat mengakibatkan keterasingan dalam kehidupan sehari-hari.Batasan ketunarunguan tidak saja terbatas pada yang kehilangan pendengaran sangat berat,


(19)

7

Ibastanta Sembiring 2014

Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

melainkan mencakup seluruh tingkat kehilangan pendengaran dari tingkat ringan, sedang, berat sampai sangat berat. Tujuan pendidikan jasmani adaptif adalah untuk merangsang perkembangan anak secara menyeluruh, dan di antara aspek penting yang dikembangkan adalah konsep diri yang positif. Tarigan (2003, hlm. 9) berpendapat “Setiap siswa mempunyai kebutuhan yang berbeda yang lainnya, oleh karena itu program pembelajaran akan lebih efektif bila, diklasifikasikan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi kecacatannya.” Aktivitas jasmani yang diberikan kepada siswa tunarungu, membutuhkan program yang memberikan tekanan kepada kebugaran. Mereka membutuhkan pendidikan jasmani untuk anak yang berkebutuhan khusus yang disebut pendidikan jasmani adaptif. Masih menurut Tarigan (2000, hlm. 40-41) mengungkapkan mengenai kurikulum pembelajaran bagi siswa yang memiliki kebutuhan khusus adalah sebagai berikut:

Secara umum materi pembelajaran pendidikan jasmani bagi siswa cacat yang terdapat dalam kurikulum sama dengan materi pembelajaran siswa normal. Namun yang membedakannya adalah strategi dan model pembelajarannya karena disesuaikan dengan jenis dan tingkat kecacatannya. Program pendidikan jasmani untuk anak cacat dibagi menjadi tiga kategori yaitu pengembangan gerak dasar, olahraga dan permainan, serta kebugaran dan kemampuan gerak.

Pada dasarnya, pembelajaran kooperatiftipe Team Games Tournament

(TGT) mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih yang keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Pembelajaran kooperatif juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota kelompok. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Suherman (2009, hlm. 30) bahwa, “Sistem sosial yang tercermin dalam pembelajaran Team Games Tournament (TGT) adalah kooperatif, respektif, kolaboritif. Hal ini terjadi karena sifat-sifat yang seperti itu merupakan faktor inti dari keberhasilan model pembelajaran TGT.”


(20)

8

Ibastanta Sembiring 2014

Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Apabila dihubungkan dengan beberapa variabel yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini yaitu mengenai model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) guna meningkatkan kerjasama, kreatifitas, dan keterampilan bermain sepak bola pada permainan sepak bola untuk siswa tunarungu diharapkan keterkaitan antara beberapa variabel tersebut dapat diketahui karena belum ada data yang menyebutkan bahwa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan kerjasama, kreatifitas, dan keterampilan bermain sepakbola siswa tunarungu pada permainan sepakbola. Oleh karena itu, penulis berkeinginan

meneliti “Pengaruh Model Kooperatif Team Games Tournament (TGT) Terhadap

Peningkatan Kerjasama, Kreatifitas dan Keterampilan bermain sepakbola siswa tunarungu di SLB Negeri Cicendo.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengidentifikasikan bahwa diperlukan model pembelajaran yang sesuai untuk anak tunarungu. Anak tunarungu secara fisik tidak mempunyai perbedaan dengan anak yang normal. Secara umum anak tunarungu dapat mengikuti model pembelajaran seperti anak normal dan memiliki kemampuan bersosialisasi yang cukup baik dalam berbagai situasi, akan tetapi siswa tunarungu dapat diberikan model pembelajaran melalui layanan bina bicara. Maka identifikasi masalah berdasarkan variabel-variabel pada penelitian ini adalah:

1. Model pembelajaran kooperatif Team Games Tournament (TGT) terhadap kerjasama siswa tunarungu

Bowo dan Andy (2007, hlm. 50-51) menyatakan, “Pelaksanaan kerjasama hanya dapat tercapai apabila diperoleh manfaat bersama bagi semua pihak yang terlibat di dalamanya (win-win).” Apabila satu pihak dirugikan dalam proses


(21)

9

Ibastanta Sembiring 2014

Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kerjasama, maka kerjasama tidak terpenuhi. Dalam upaya mencapai keuntungan atau manfaat bersama dari kerjasama, perlu komunikasi yang baik antara semua pihak dan pemahaman samaterhadap tujuan bersama. Untuk menimbulkan sebuah komunikasi yang baik maka model pembelajaran kooperatif Team Games Tournament (TGT) diharapkan mampu menumbuhkan komunikasi antar siswa tunarungu yang nantinya mampu menumbuhkan kerjasama.

2. Model pembelajaran kooperatif Team Games Tournament (TGT) terhadap kreatifitas siswa tunarungu

Poerwodarminto (2002, hlm.1063) “Sikap adalah perilaku; gerak-gerik. Kreatif adalah memiliki daya cipta, kemampuan untuk menciptakan, bersifat (mengandung) daya cipta. Sikap kreatif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perilaku yang memiliki daya cipta, kemampuan untuk menciptakan atau mengungkapkan gagasan-gagasan baru dalam memahami suatu konsep atau kemampuan mengungkapkan gagasan-gagasan baru dalam menyelesaikan suatu masalah. Untuk menjawab permasalahan pada kreatifitas siswa tunarungu maka diharapkan melalui model pembelajaran kooperatif Team Games Tournament

(TGT) dengan dasar dari model pembelajaran ini yaitu kerjasama antar kelompok nantinya siswa tunarungu mampu memiliki kreatifitas yang lebih baik.

3. Model pembelajaran kooperatif Team Games Tournament (TGT) terhadap keterampilan bermain sepakbola siswa tunarungu.

Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif Team Games Tournament

lebih mengendepankan kerjasama antar kelompok yang nantinya mampu memenuhi tujuan dari pendidikan jasmani. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Malina dan Bouchard (1991, hlm. 34) mengungkapkan bahwa:

One of the purposes of physical education is to help children develop fundamental motor skills such as walking, running, skipping, leaping, throwing, catching, striking, and kicking. Obtaining a mature level of motor skills is essential to successful participation in physical activity.


(22)

10

Ibastanta Sembiring 2014

Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Maksud dari ungkapan tersebut adalah salah satu tujuan dari pendidikan jasmani adalah untuk membantu anak-anak mengembangkan keterampilan motorik dasar seperti berjalan, berlari, lompat tali, melompat, melempar, menangkap, memukul, dan menendang. Mendapatkan tingkat kematangan keterampilan motorik sangat penting untuk partisipasi sukses dalam aktivitas fisik. Tetapi permasalahan dalam penelitian ini yaitu penerapan model pembelajaran permainan terhadap siswa yang memiliki kebutuhan khusus yaitu siswa tunarungu, dimana keterbatasan mengenai pendengaran yang dialami siswa tunarungu maka dibutuhkan sosialisasi antar siswa. Seperti yang diungkpakan Jacobs (1980) bahwa, “This communication barrier is one of the reasons Deaf people tend to congregate with one another.” Maksudnya bahwa hambatan komunikasi adalah salah satu alasan orang tunarungu cenderung berkumpul dengan satu sama lain. Karena dasar dari keberhasilan siwa tunarungu yaitu kebersamaan antar siswa tunarungu maka dibutuhkan komunikasi untuk menunjang keberhasilan dalam pembelajaran jasmani. Selain itu yang melatarbelakangi pentingnya model pembelajaran yang mampu memberikan ruang bagi siswa tunarungu yaitu tugas yang dilakukan secara berkelompok maka pembelajaran Team Games Tournament cocok untuk siswa tunarungu dan melalui pembelajaran keterampilan sepak bola diharapkan siswa semakin tertarik untuk melakukan aktivitas pembelajaran jasmani. Karena siswa tunarungu harus terus berinteraksi dengan yang lain agar selalu memiliki motivasi dalam hidupnya. Seperti yang diungkapkan oleh Stewart dan Kluwin, (2001) bahwa, “It seems incongruous that school programs for deaf children and the literature in deaf education mostly neglect the benefits of participation in physical activity by deaf children.” Maksudnya yaitu program sekolah untuk anak-anak tunarungu dan literatur dalam pendidikan tunarungu sebagian besar mengabaikan manfaat dari partisipasi dalam aktivitas fisik oleh anak-anak tunarungu.

Berdasarkan ungkapan tersebut maka peneliti bertujuan ingin menggunakan model pembelajaran kooperatif Team Games Tournament untuk


(23)

11

Ibastanta Sembiring 2014

Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dapat meningkatkan kerjasama, kreatifitas dan keterampilan bermain sepakbola siswa tunarungu.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, diajukan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament terhadap pre test dan post test kreatifitas siswa tunarungu?

2. Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament terhadap pre test dan post test kerjasama siswa tunarungu?

3. Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament terhadap pre test dan post test keterampilan bermain sepak bola siswa tunarungu?

4. Apakah terdapat perbedaan rerata kreatifitas, kerjasama, dan keterampilan bermain sepakbola siswa tunarungu antara model pembelajaran kooperatif tipe

Team Games Tournament dan model pembelajaran konvensional?

D. Tujuan Penelitian

Setiap kegiatan yang kita lakukan harus mempunyai tujuan dan mengandung maksud-maksud tertentu. Menurut Arikunto (2002, hlm. 29),

“Meneliti adalah pekerjaan yang tidak mudah, yang membutuhkan tenaga, waktu,

dan biaya. Untuk apa kegiatan tersebut dilakukan jika tidak menghasilkan sesuatu yang tidak bermanfaat.” Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan menguji pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe

Team Games Tournament terhadap pre test dan post test kreatifitas siswa tunarungu.


(24)

12

Ibastanta Sembiring 2014

Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Untuk mengetahui dan menguji pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe

Team Games Tournament terhadap pre test dan post test kerjasama siswa tunarungu.

3. Untuk mengetahui dan menguji pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe

Team Games Tournament terhadap pre test dan post test keterampilan bermain sepakbola siswa tunarungu.

4. Untuk mengetahui dan menguji perbedaan rerata kreatifitas, kerjasama, dan keterampilan bermain sepakbola siswa tunarungu antara model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament dan model pembelajaran konvensional.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat yang cukup besar dari segi pengembangan keilmuan dan aspek teori-teori yang mendukung mengenai pembelajaran bagi siswa tunarungu, adapun manfaat yang didapat pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Secara Teoritis

Penelitian ini mendukung teori John Dewey (Huda Miftahul, 2012, hlm. 8) yang menyatakan bahwa:

Pembelajaran kooperatif mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih yang keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.

Penelitian ini memberikan informasi dan bahan referensi kepada pihak yang berkepentingan dalam mengembangkan keilmuan pendidikan khususnya pendidikan jasmani dan olahraga untuk anak yang berkebutuhan khusus di sekolah luar biasa atau lembaga lainnya sebagai rujukan untuk dilakukan penelitian lebih jauh terkait model pembelajaran kooperatif.


(25)

13

Ibastanta Sembiring 2014

Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Manfaat Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengidentifikasi penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dalam permainan sepakbola untuk meningkatkan kerjasama, kreatifitas, dan keterampilan bermain sepakbola siswa tunarungu. Adapun sebagai pembanding pada penelitian ini, peneliti menggunakan model pembelajaran konvensional yang diharapkan mampu menunjukkan perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dan model pembelajaran konvesional.

F. Struktur Organisasi Tesis

Adapun struktur organisasi tesis adalah sebagai berikut: 1. BAB I Pendahuluan

a. Latar Belakang Masalah b. Rumusan Masalah c. Tujuan Penelitian d. Manfaat Penelitian e. Struktur Organisasi Tesis

2. BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian a. Cooperative Learning Tipe Teams Games Tournaments(TGT) b. Kerjasama, Kreatifitas, Hasil Belajar Pada Pendidikan Jasmani c. Permainan Sepakbola

d. Kerangka Pemikiran e. Hipotesis

3. BAB III Metode Penelitian

a. Metode Penelitian dan Desain Penelitian b. Populasi dan Sampel

c. Instrumen Pengumpul Data, Validasi Data, dan Reliabilitas Data d. Pengolahan dan Analisis Data


(26)

14

Ibastanta Sembiring 2014

Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

f. Waktu dan Tempat Penelitian g. Jadwal Penelitian

4. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan a. Pemaparan Data

b. Pembahasan Data

5. BAB V Kesimpulan dan Saran a. Kesimpulan


(27)

Ibastanta Sembiring 2014

Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Populasi atau Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama satu semester ganjil dari mulai bulan Juli 2014 di SLB Negeri Cicendo.

2. Populasi Penelitian

Untuk memecahkan suatu masalah penelitian perlu ada data atau informasi dari objek penelitian yang akan diteliti dalam mendukung tercapainya suatu tujuan penelitian. Peran populasi dalam suatu penelitian sangat diperlukan untuk mendapatkan data dan informasi yang akan diteliti berdasarkan permasalahan dalam penelitian. Sugiyono (2008, hlm. 80) menjelaskan pengertian populasi sebagai berikut:

Wilayah generalisasi yang terdiri dari atas obyek/subyek, yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dari benda-benda alam yang lain.

Dari uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa populasi adalah sekumpulan objek yang memiliki karakteristik tertentu, adapun yang dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SLB Negeri Cicendo Kota Bandungsetingkat SMU yang berjumlah 20 orang.

3. Sampel

Sampel adalah jumlah kecil dari populasi, hal ini kemudian diperjelas oleh pernyataan dari Arikunto (2002, hlm. 120) tentang sampel penelitian.

Untuk sekedar ancar-ancar maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.


(28)

44

Ibastanta Sembiring 2014

Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.

Dikarenakan jumlah populasi kurang dari 100, maka penulis mengambil seluruh siswa SLB Negeri Cicendo untuk dijadikan sampel sebanyak 20 orang. Adapun teknik pengambilan sampelnya menggunakan teknik Total Sampling,

maksudnya seluruh siswa dalam populasi dijadikan sampel penelitian.

B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen. Metode ini digunakan atas pertimbangan bahwa sifat penelitian eksperimental yaitu mencobakan suatu program latihan untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari suatu perlakuan atau treatment. Mengenai metode eksperimen ini Sugiyono (2008, hlm. 72) menjelaskan “Metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.”

Desain penelitian yang digunakan Pretest-posttest Desain. Desain ini sudah memenuhi criteria eksperimen sebenarnya, yaitu dengan adanya manipulasi variabel pemilihan kelompok yang diteliti secara random dan seleksi perlakuan, desainnya seperti pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1

Pretest-posttest Design (Sumber: Lutan, 2001, hlm. 9-19)

KELOMPOK PRE-TEST TREATMENT POST-TEST

Eksperimen R O1 X1 O2

Kontrol R O1 X2 O2

Keterangan :

O1 = Pretest kelas eksperimen O1 = Pretest kelas kontrol O2 =Posttest kelas eksperimen O2 =Posttest kelas kontrol


(29)

45

Ibastanta Sembiring 2014

Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

X1= Treatment (pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) pada kelompok eksperimen)

X2= Treatment (pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol)

R= Siswa di random menjadi dua kelompok yang terdiri dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

C. Definisi Operasional dan Konseptual Variabel 1. Definisi Konseptual Variabel

Definisi konseptual pada penelitian ini yaitu:

a. Tunarungu menurut Heward dan Orlansky (Website Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, 2007, hlm. 1)memberikan batasan ketunarunguan sebagai berikut: Tunarungu diartikan sebagai kerusakan yang menghambat seseorang untuk menerima rangsangan semua jenis bunyi dan sebagai suatu kondisi dimana suara-suara yang dapat dipahami, termasuk suara pembicaraan tidak mempunyai arti dan maksud-maksud kehidupan sehari-hari. Orang tuli tidak dapat menggunakan pendengarannya untuk dapat mengartikan pembicaraan, walaupun sebagian pembicaraan dapat diterima, baik tanpa maupun dengan alat bantu mendengar.

b. Team Games Tournament (TGT) menurut Suseno (2008, hlm. 63) menyatakan, Pembelajaran model TGT (Team Games Tournament) merupakan suatu pendekatan kerja antar kelompok dengan pengembangan kerjasama antar personal. Dalam pembelajaran ini terdapat penggunaan teknik permainan. Dalam permainan ini mengandung persaingan menurut aturan-aturan yang telah ditentukan. Dalam permainan diharapkan tiap-tiap kelompok dapat menggunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk bersaing agar memperoleh suatu kemenangan.

c. Kreatifitas menurut Munandar, (2004, hlm. 25) adalah kreatifitas pada intinya merupakan kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan


(30)

46

Ibastanta Sembiring 2014

Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya. d. Indikator yang digunakan untuk tes kreatifitas adalah pendapat dari tes

kreatifitas dalam bentuk angket yang dikembangkan oleh Juliantine (2010, hlm. 153) dari pernyataan Munandar (2004), Winardi (1991), Guilford (t,t), Desmita (2007) tentang pengertian kreatifitas yang menjelaskan mengenai

Aptitude dan Non Aptitude. Adapun pembagian dari komponen Aptitude

adalah:

1) Keterampilan berpikir lancar (kelancaran) 2) Keterampilan berpikir luwes (fleksibel) 3) Keterampilan berpikir orisinal (orisinalitas) 4) Keterampilan memperinci (elaborasi) 5) Keterampilan menilai (evaluasi)

Sedangkan non aptitude atau ciri afektif adalah sebagai berikut: 1) Rasa ingin tahu

2) Bersifat imajinatif

3) Merasa tertantang oleh kemajemukan 4) Sifat berani mengambil risiko

5) Sifat menghargai

a. Kerjasama menurut Baron dan Byane (2000, hlm. 34) yaitu, kerjasama (Cooperation) merupakan suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama.

b. Adapun unsur-unsur kerjasama tim menurut Purnomo (1998, hlm. 27) yaitu sebagai berikut:

1) Adanya sikap kekeluargaan. 2) Memiliki visi

3) Kepercayaan terhadap rekan


(31)

47

Ibastanta Sembiring 2014

Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5) Memiliki fokus yang umum

c. Kemudian bentuk-bentuk dari kerjasama menurut Soekanto (1990, hlm. 68) menyatakan bahwa: Dalam teori sosiologi akan dijumpai beberapa bentuk kerjasama (Cooperation). Lebih lanjutnya kerjasama dapat dibedakan dalam kerjasama spontan (spontaneous cooperation), Kerjasama langsung (directed cooperation), Kerjasama kontrak (contractual cooperation), Serta kerjasama tradisional (traditional cooperation).

d. Sepakbola menurut Soeharsono (1982, hlm. 79) yaitu sepakbola adalah permainan beregu yang dimainkan oleh dua regu, masing masing regu terdiri dari sebelas orang pemain termasuk penjaga gawang. Sepakbola terdiri dari 11 orang pemain.

2. Definisi Operasional Variabel

Adapun definisi operasional variabel dapat diketahui pada Tabel 3.2. Tabel 3.2

Definisi Operasional Variabel

VARIABEL DEFINISI PARAMETER ALAT

UKUR

Model Pembelajaran

Team Games Tournaments

(TGT)

Model pembelajaran coopertatif yang merupakan tingkatan lanjutan dari Student Team Achievement Division (STAD). Pada TGT ini, selain dilakukan perlombaan atau turnamen internal dalam tim untuk memperoleh rangking, juga dilakukan perlombaan secara eksternal antar tim. Suseno (2008, hlm. 63) - Sikap - Pengetahuan - Keterampilan - Variabel Dependent: Kreatifitas

Kreatifitas menurut Munandar, (2004, hlm. 25) adalah kreatifitas pada intinya merupakan kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara

- Keterbukaan terhadap pengalaman baru; - Kelenturan dalam berfikir - Kebebasan dalam ungkapan

diri;

- Menghargai fantasi; - Minat terhadap kegiatan

kreatif;

- Kepercayaan terhadap gagasan sendiri;

Observasi tertutup


(32)

48

Ibastanta Sembiring 2014

Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya.

- Kemandirian dalam memberi pertimbangan.

Kerjasama Kerjasama menurut Baron dan Byane (2000, hlm. 34) yaitu,

“Kerjasama (Cooperation) merupakan suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai

satu atau beberapa tujuan bersama.”

- Adanya sikap kekeluargaan. - Memiliki visi

- Kepercayaan terhadap rekan - Memperlakukan setiap orang

secara adil

- Memiliki fokus yang umum

Observasi tertutup

Keterampilan sepak bola

Sepak bola menurut Suharsono, (1982, hlm. 79) yaitu sepakbola adalah permainan beregu yang dimainkan oleh dua regu, masing-masing regu terdiri sebelas orang pemain termasuk penjaga gawang.

- Decision made/keputusan yang dibuat

- Skill

execution/kemampuanmenge ksekusi

- Support/dukungan

metode (Game Performan ce Assessment Instrument Component s) Metzler (2000, hlm. 363)

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kreatifitas adalah tes kreatifitas dalam bentuk angket yang dikembangkan oleh Juliantine (2010, hlm. 153) dari pernyataan Munandar (2004), Winardi (1991), Guilford (t,t), Desmita (2007). Adapun untuk kisi-kisi angket kreatifitas dilampirkan.

2. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kerjasama adalah tes kerjasama dalam bentuk angket yang dikembangkan oleh Baron dan Byane (2000, hlm. 34). Kisi-kisi angket kerjasama dilampirkan.

3. Instrumen keterampilan sepakbola menggunakan tes Pelaksanaan Keterampilan melalui metode GPAI (Game Performance Assessment Instrument Components) Metzler (2000, hlm. 363). Adapun bentuk tes keterampilan sepakbola dilampirkan.


(33)

49

Ibastanta Sembiring 2014

Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Skala yang digunakan penulis adalah skala pada angket kerjasama dan angket kreatifitas peneliti menggunakan skala Guttman. Kemudian penilaian keterampilan sepak bola menggunakan metode GPAI (Game Performance Assessment Instrument Components) dengan penskoran peneliti memberikan skor 2 untuk siswa yang tepat melakukan aktifitas keterampilan sepak bola dan skor 1 untuk siswa yang tidak tepat melakukan aktifitas keterampilan sepak bola. 5. Instrumen pengukuran kerjasama dan kreatifitas siswa pada pembelajaran

kooperatif Team Games Tournament menggunakan observasi terstruktur dengan ketentuan sebelum melakukan observasi terstruktur harus dibuat kisi-kisi sebagai indikator dari kerjasama, kreatifitasdanketerampilanbermainsepak bola siswa yang terlebih dahulu diuji reliabelitas dan validitasnya. (Sugiyono, 2008, hlm, 205). Sedangkan pada instrumen obeservasi terstruktur di uji realibilitas dan validitasnya.

Untuk mendapatkan keyakinan bahwa skor pembelajaran model kooperatif

Team Games Tournament (TGT) merupakan hasil perlakuan yang dapat digenerelasikan kepopulasi yang ada, maka dilakukan pengontrolan terhadap berbagai kemungkinan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, yaitu: validitas internal dan validitas eksternal penelitian.

a. Validitas Internal

Pengontrolan validitas internal adalah pengendalian terhadap variabel– variabel luar yang dapat menimbulkan interpretasi lain. Variabel yang dikontrol meliputi :

1) Pengaruh instrumen. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, harus tetap artinya tidak ada perubahan sedikit pun di dalam pelaksanaannya, artinya setiap tester mendapat hak yang sama dalam setiap tes yang diberikan oleh peneliti


(34)

50

Ibastanta Sembiring 2014

Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Pengaruh kehilangan peserta eksperimen. Dikontrol dengan terus-menerus memotivasi dan memonitor kehadiran sampel melalui daftar hadir yang ketat sejak dari awal sampai akhir eksperimen.

3) Pengaruh perlakuan. Dikontrol dengan memberikan perlakuan yang sama kepada kelompok eksperimen.

b. Validitas Eksternal

Pengkontrolan validitas eksternal adalah pengendalian terhadap beberapa faktor agar hasil penelitian dapat digeneralisasikan. Pengontrolan tersebut meliputi: 1) Validitas populasi bertujuan agar karakteristik sampel dapat mewakili populasi,

sampel semua siswa yang ada di SLB Negeri Cicendo dijadikan sebagai sampel, karena jumlahnya 20 orang. Dikontrol dengan mengambil sampel dari siswa yang belajar dengan model konvensional, dengan tingkat belajarnya yang sama; juga mesti memberikan hak yang sama kepada setiap sampel dalam penerimaan perlakuan penelitian.

2) Validitas ekologi dikontrol dengan: (a) seluruh program belajar disusun dan dijadwalkan dengan jelas, misalnya tidak mengubah jadwal yang telah ditetapkan; (b) digunakan satu buah lapangan olahraga yang cukup memadai; (c) tidak memberitahukan kepada siswa bahwa mereka sedang dijadikan subyek penelitian untuk menghindari pengaruh reaktif akibat proses penelitian tersebut.

E. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas angket digunakan apabila belum ada data secara tertulis mengenai angket yang dijadikan sumber data untuk penelitian, adapun hasil uji coba angket dapat dilihat pada ringkasan dibawah ini.

1. Hasil uji validitas angket kreatifitas adalah hasil analisis didapat nilai korelasi antara skor item dengan skor total. Nilai ini kemudian kita bandingkan dengan nilai r tabel, r tabel dicari pada signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi dan jumlah data


(35)

51

Ibastanta Sembiring 2014

Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(n) = 52, maka didapat r tabel sebesar 0,279 (lihat pada lampiran tabel r). kesimpulan berdasarkan r hitung > r tabel maka angket tersebut valid, tetapi terdapat beberapa soal angket yang kurang dari skor r tabelyaitu diantaranya adalah no soal 1,3,4,6,8,11,12,13,16,19,22,23,25,27. Ke14 no tersebut merupakan soal angket yang tidak valid sehingga tidak cocok untuk dijadikan sumber data. Hasil uji reliabilitas kreatifitas adalah berdasarkan r tabel dengan jumlah data 38 maka didapat nilai r tabel adalah 0,320. Maka apabila dibandingkan dengan r hitung pada tabel di atas dengan skor r hitung (0,640) > r tabel (0,320) maka angket tersebut reliabel.

2. Hasil uji validitas angket kerjasama adalah hasil analisis didapat nilai korelasi antara skor item dengan skor total. Nilai ini kemudian kita bandingkan dengan nilai r tabel, r tabel dicari pada signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi dan jumlah data (n) = 10, maka didapat r tabel sebesar 0,632 (lihat pada lampiran tabel r). kesimpulan berdasarkan r hitung > r tabel maka angket tersebut valid, karena semua soal angket r hitung > r tabel maka soal angket valid. Kemudian untuk uji reliabilitas angket kerjasama adalah berdasarkan r tabel dengan jumlah data 10 maka didapat nilai r tabel adalah 0,632. Maka apabila dibandingkan dengan r hitung pada tabeldi atas dengan sekor r hitung (0,717) > r tabel (0,320) maka angket tersebut reliabel.

3. Hasil uji validitas angket keterampilan bermain sepakbola adalah hasil analisis didapat nilai korelasi antara skor item dengan skor total. Nilai ini kemudian kita bandingkan dengan nilai r tabel, r tabel dicari pada signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi dan jumlah data (n) = 10, maka didapat r tabel sebesar 0,632 (lihat pada lampiran tabel r). kesimpulan berdasarkan r hitung > r tabel maka angket tersebut valid, karena semua soal angket r hitung > r tabel maka soal angket valid. Kemudian hasil uji reliabilitas keterampilan bermain sepakbola adalah berdasarkan r tabel dengan jumlah data 10 maka didapat nilai r tabel adalah


(36)

52

Ibastanta Sembiring 2014

Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

0,632. Maka apabila dibandingkan dengan r hitung pada tabel di atas dengan sekor r hitung (0,693) > r tabel (0,320) maka angket tersebut reliabel.

F. Pengolahan Data danAnalisis Data

Jenis data pada kerjasama, kreatifitas dan keterampilan bermain sepakbola adalah data interval dengan skala rating scale. Sugiyono (2008, hlm. 147) menegaskan bahwa “Bila peneliti ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk sampel, maka teknik yang digunakan adalah statistic inferensial.” Analisis menggunakan pengolahan data secara manual dengan urutan analisis data sebagai berikut:

1) Uji Normalitas Data dengan Liliefors

2) Uji Homogenitas Data Product Moment

3) Menghitung gain Pretest dan Posttest

4) Pengujian Hipotesis dengan menggunakan Uji-t dua sampel yaitu untuk mengetahu perbedaan antar variabel peneliti menggunakan uji persamaan dua rata-rata (dua pihak) dan untuk menetukan mana yang lebih baik antar variabel menggunakan uji manova.

G. Teknik Pengumpulan Data

Langkah penelitian yang digambarkan oleh penulis sebagai berikut : 1. Survei pendahuluan untuk menentukan masalah penelitian.

2. Menyusun rancangan penelitian dan memilih lokasi penelitian. 3. Menentukan populasi yaitu diambil dari siswa SLB Negeri Cicendo.

4. Menetukan sampel, adapun sampel yang digunakan sebanyak 20 orang, 10 orang siswa belajar sepakbola dengan model pembelajaran Team Games Tournament

(TGT) dan 10 orang siswa belajar sepakbola dengan model pembelajaran konvensional.


(37)

53

Ibastanta Sembiring 2014

Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Mempersiapkan instrumen penelitian, berupa observasi tersetruktur dengan menggunakan hakekat tes, pengukuran dan evaluasi pendidikan jasmani adaptif menurut Tarigan (2000, hlm. 68-72) untuk pengujian kerjasama dan kreatifitas. Instrumen untuk keterampilan sepakbola menggunakan GPAI (Game Performance Assessment Instrument Components).

6. Melakukan eksperimen dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pre test yang diberikan kepada dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.

b. Mengadakan post test di kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

c. Uji homogenitas kepada dua kelas berdasarkan hasil pre test, homogen dan tidak homogen varian data menentukan bisa dan tidaknya kedua kelas tersebut dijadikan sampel penelitian.

d. Apabila kedua kelompok homogen, maka dua kelompok tersebut dibagi menjadi satu kelompok sebagai kelas eksperimen yang menggunakan model kooperatif Team Games Tournament (TGT) dan satu kelompok lagi sebagai kelas control dengan menggunakan model konvensional.

e. Mengadakan treatment atau perlakuan dengan mengggunakan model kooperatif Team Games Tournament (TGT) di kelompok eksperimen dan model konvensional di kelompok kontrol dengan materi yang telah disesuaikan.

7. Analisis data untuk menguji hipotesis. 8. Hasil penelitian dan Pembahasan. 9. Menyimpulkan hasil penelitian.

H. Langkah-Langkah Penelitian

Secara skematis, langkah penelitian tersebut tersusun dalam gambar

berikut: Populasi

Sampel

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol


(38)

54

Ibastanta Sembiring 2014

Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.1

Langkah-langkah Penelitian

Gambar di atas merupakan serangkaian langkah-langkah pada penelitian ini secara garis besar. Hal tersebut dilakukan agar penelitian ini dapat berjalan secara lancar dn sesuai dengan rencana.


(39)

Ibastanta Sembiring 2014

Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang dijelaskan pada bab sebelumnya, maka penulis dapat menyimpulkan hasil penelitian sebagai berikut. 1. Terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Team Games

Tournament terhadap kreatifitas siswa tunarungu

2. Terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament terhadap kerjasama siswa tunarungu

3. Terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament terhadap keterampilan bermain sepakbola siswa tunarungu

4. Terdapat perbedaan antara model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament dan model pembelajaran konvensional terhadap kreatifitas, kerjasama, dan keterampilan bermain sepakbola siswa tunarungu.

B. Rekomendasi

Mengacu pada hasil analisis dan kesimpulan penelitian, maka penulis memberikan beberapa rekomendasi sbagai berikut:

1. Peneliti menyarankan kepada dinas pendidikan terutama dinas pendidikan yang terkait dengan siswa berkebutuhan khusus harus lebih mengutamakan pentingnya siswa memiliki model pembelajaran yang tepat, karena melalui model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan diharapkan kemampuan dalam hasil belajar semakin meningkat sehingga kualitas pembelajaran siswa semakin meningkat

2. Peneliti menyarankan kepada sekolah terutama harus lebih meningkatkan kembali pemahaman mengenai penerapan model pembelajaran yang dilakukan oleh guru atau tenaga pengajar karena tidak semua guru mampu menerapkan model pembelajaran secara terstruktur.


(40)

71

Ibastanta Sembiring 2014

Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Peneliti menyarankan kepada institusi perguruan tinggi terutama sekolah pascasarja selalu terus meningkatkan kualitas pembelajaran dan selalu memberikan keilmuan baru mengenai model-model pembelajaran yang baru. 4. Peneliti menyarankan bagi peneliti lain bagi yang berminat untuk menjawab

penemuan-penemuan baru yaitu mengenai tidak adanya pengaruh pada variabel kreativitas, kerjasama, keterampilan sepakbola melalui model pembelajaran Team Games Tournament. Hal tesebut mungkin adanya kelemahan pada peneliti mengenai metode penelitian, tehnik pengambilan data, dan sampel yang terlibat.


(41)

Ibastanta Sembiring 2014

Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Bambang, G. (2003). Membangun Kecerdasan Moral: Tujuh Kebijakan Utama Agar Anak Bermoral Tinggi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Baron dan Byane (2000). This trend is particulary alarming for deaf children, given that they tend to be more prone to lower fitness levels associated with sedentary or low-activity lifestyles. [Online] Tersedia; http://web.ebscohost.com/[10 Agst 2013]

Bowo, S. dan Andy, H.A. (2007). Asas & Landasan Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud

Dewey, J. (1929). Pengaruh pembelajaran Kooperatif Model TGT (Teams-Games-Tornament) sebagai upaya meningkatkan kemampuan berfikir kreatif & hasil belajar siswa SMK Islam di Kota Batu. [Online] Tersedia; Http://Library.um.ac.id [10 Sept 2013]

Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, (2007). Undang - Undang Sistem Pendidikan Nasional. (th. 2003). Bandung; Citra Umbara.

Doni, S. (2013). Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman & Menyenangkan. Mizan Media Utama. Terjemahan.

Dwijanto, G. (2011). Pembelajaran Kooperatif Team Games Tournament & Learning Cycle Pada Mata Pelajaran Elektronika Digital. Jurnal Jurusan Pendidikan Tehnik Elektro FPTK UPI

Hafsah, S. (2000). Pengaruh pembelajaran Kooperatif Model TGT (Teams-Games-Tornament) sebagai upaya meningkatkan kemampuan berfikir kreatif & hasil belajar siswa SMK Islam di Kota Batu. [Online] Tersedia; Http://Library.um.ac.id [10 Sept 2013]

Hamalik dan Oemar. (2006). Proses Belajar Mengajar. Bandung: bumi Aksara Harsono (1988). Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta;


(42)

73

Ibastanta Sembiring 2014

Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Juliantine, T. (2010). Pengembangan Kreativitas Siswa Melalui Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri Dalam Pendidikan Jasmani. Bandung;

Keachie, Mc. (1986). Physical education classes are the only physical activity that many children receive thought the day, and without them, an even greater number of children, including those who are deaf, would be prone to aspects associated with sedentary lifestyles. [Online] Tersedia; http://web.ebscohost.com / [10 Agst 2013]

Kiranawati. (2007). Team Games Tournament. [Online] tersedia; http://www.ipotes.wordpress.com. [14 Jan 2012]

Koger, J. (2007). Carbohydrates p 62-82. In: Modern Nutrition in Health and Disease (10 th Edition). Ed. A.C. Ross. Lippincott, Williams, & Wilkins. Malina, F. dan Bouchard, C. (1991). Arbohydrates p 62-82. In: Modern Nutrition

in Health and Disease (10 th Edition). Ed. A.C. Ross. Lippincott, Williams, & Wilkins..

Metzler, Michael, W. (2000). Intructional Models for Physical Education. Massachusetts: Allyn and Bacon.

Miftahul, A. (2012). Kreativitas & Keberbakatan: Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif & Bakat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.

Moores. R. (1991). Cooperative learning (model-model pembelajaran). [Online]. Tersedia:http://herkules.oulu.fi/isbn9514272331/html. [10 Mei 2013] Mudjito, (2007). Penilaian hasil belajar yang berupa pernyataan tentang sikap

sesuatu yang jawabannya dinyatakan secara berkala. Terjemahan.

Muflihah, S. (2004). Belajar & Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Kerjasama antar Karyawan). Jakarta: Rineka Cipta.

Munandar dan Utami, (2004). Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Pangrazi dan Dauer. (1992). Instructors need to gather data showing the amount of time that students are involved in productive, on task activity to assure learning can occur.

Parker. (1994). The Effect of Creative Movement teaching Method and The Traditional Teaching Method on Elementary School Children_Self Esteem.


(1)

Ibastanta Sembiring 2014

Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang dijelaskan pada bab sebelumnya, maka penulis dapat menyimpulkan hasil penelitian sebagai berikut. 1. Terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Team Games

Tournament terhadap kreatifitas siswa tunarungu

2. Terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament terhadap kerjasama siswa tunarungu

3. Terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament terhadap keterampilan bermain sepakbola siswa tunarungu

4. Terdapat perbedaan antara model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament dan model pembelajaran konvensional terhadap kreatifitas, kerjasama, dan keterampilan bermain sepakbola siswa tunarungu.

B. Rekomendasi

Mengacu pada hasil analisis dan kesimpulan penelitian, maka penulis memberikan beberapa rekomendasi sbagai berikut:

1. Peneliti menyarankan kepada dinas pendidikan terutama dinas pendidikan yang terkait dengan siswa berkebutuhan khusus harus lebih mengutamakan pentingnya siswa memiliki model pembelajaran yang tepat, karena melalui model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan diharapkan kemampuan dalam hasil belajar semakin meningkat sehingga kualitas pembelajaran siswa semakin meningkat

2. Peneliti menyarankan kepada sekolah terutama harus lebih meningkatkan kembali pemahaman mengenai penerapan model pembelajaran yang dilakukan oleh guru atau tenaga pengajar karena tidak semua guru mampu menerapkan model pembelajaran secara terstruktur.


(2)

71

Ibastanta Sembiring 2014

Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Peneliti menyarankan kepada institusi perguruan tinggi terutama sekolah pascasarja selalu terus meningkatkan kualitas pembelajaran dan selalu memberikan keilmuan baru mengenai model-model pembelajaran yang baru. 4. Peneliti menyarankan bagi peneliti lain bagi yang berminat untuk menjawab

penemuan-penemuan baru yaitu mengenai tidak adanya pengaruh pada variabel kreativitas, kerjasama, keterampilan sepakbola melalui model pembelajaran Team Games Tournament. Hal tesebut mungkin adanya kelemahan pada peneliti mengenai metode penelitian, tehnik pengambilan data, dan sampel yang terlibat.


(3)

Ibastanta Sembiring 2014

Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Bambang, G. (2003). Membangun Kecerdasan Moral: Tujuh Kebijakan Utama Agar Anak Bermoral Tinggi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Baron dan Byane (2000). This trend is particulary alarming for deaf children, given that they tend to be more prone to lower fitness levels associated

with sedentary or low-activity lifestyles. [Online] Tersedia;

http://web.ebscohost.com/[10 Agst 2013]

Bowo, S. dan Andy, H.A. (2007). Asas & Landasan Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud

Dewey, J. (1929). Pengaruh pembelajaran Kooperatif Model TGT (Teams-Games-Tornament) sebagai upaya meningkatkan kemampuan berfikir kreatif & hasil belajar siswa SMK Islam di Kota Batu. [Online] Tersedia; Http://Library.um.ac.id [10 Sept 2013]

Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, (2007). Undang - Undang Sistem Pendidikan Nasional. (th. 2003). Bandung; Citra Umbara.

Doni, S. (2013). Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman & Menyenangkan. Mizan Media Utama. Terjemahan.

Dwijanto, G. (2011). Pembelajaran Kooperatif Team Games Tournament & Learning Cycle Pada Mata Pelajaran Elektronika Digital. Jurnal Jurusan Pendidikan Tehnik Elektro FPTK UPI

Hafsah, S. (2000). Pengaruh pembelajaran Kooperatif Model TGT (Teams-Games-Tornament) sebagai upaya meningkatkan kemampuan berfikir kreatif & hasil belajar siswa SMK Islam di Kota Batu. [Online] Tersedia; Http://Library.um.ac.id [10 Sept 2013]

Hamalik dan Oemar. (2006). Proses Belajar Mengajar. Bandung: bumi Aksara

Harsono (1988). Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta; CV. Tambak Kusuma.


(4)

73

Ibastanta Sembiring 2014

Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Juliantine, T. (2010). Pengembangan Kreativitas Siswa Melalui Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri Dalam Pendidikan Jasmani. Bandung;

Keachie, Mc. (1986). Physical education classes are the only physical activity that many children receive thought the day, and without them, an even greater number of children, including those who are deaf, would be prone to aspects associated with sedentary lifestyles. [Online] Tersedia; http://web.ebscohost.com / [10 Agst 2013]

Kiranawati. (2007). Team Games Tournament. [Online] tersedia; http://www.ipotes.wordpress.com. [14 Jan 2012]

Koger, J. (2007). Carbohydrates p 62-82. In: Modern Nutrition in Health and Disease (10 th Edition). Ed. A.C. Ross. Lippincott, Williams, & Wilkins. Malina, F. dan Bouchard, C. (1991). Arbohydrates p 62-82. In: Modern Nutrition

in Health and Disease (10 th Edition). Ed. A.C. Ross. Lippincott, Williams, & Wilkins..

Metzler, Michael, W. (2000). Intructional Models for Physical Education. Massachusetts: Allyn and Bacon.

Miftahul, A. (2012). Kreativitas & Keberbakatan: Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif & Bakat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.

Moores. R. (1991). Cooperative learning (model-model pembelajaran). [Online]. Tersedia:http://herkules.oulu.fi/isbn9514272331/html. [10 Mei 2013]

Mudjito, (2007). Penilaian hasil belajar yang berupa pernyataan tentang sikap sesuatu yang jawabannya dinyatakan secara berkala. Terjemahan.

Muflihah, S. (2004). Belajar & Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Kerjasama antar Karyawan). Jakarta: Rineka Cipta.

Munandar dan Utami, (2004). Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Pangrazi dan Dauer. (1992). Instructors need to gather data showing the amount of time that students are involved in productive, on task activity to assure learning can occur.

Parker. (1994). The Effect of Creative Movement teaching Method and The Traditional Teaching Method on Elementary School Children_Self Esteem.


(5)

74

Ibastanta Sembiring 2014

Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sport Education and Society, 8 (1), 91-104. [Online]. Tersedia: http://herkules.oulu.fi/isbn9514272331/html. [10 Mei 2013]

Pollio, H.R. (1984). What Students Think About and Do in College Lecture Classes. Teaching- Learning Issues No. 53. Knoxville, Learning Research Centre. University Tennesse.

Purnomo. (1998). Mengembangkan Bakat & Kreatifitas Anak Sekolah. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia

Roger (1992). Latihan Dasar Sepakbola Remaja, Klaten: Saka Mitra Kompetensi

Rusman (2010). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru – Karyawan & Peneliti Pemula. Bandung: CV. Alfabeta.

Sardjono (1985). Gerak Dasar Sepakbola. Jakarta: Rosda

Slavin (2008). Cooverative Learning, Riset dan Praktik. Bandung: Nusamedia

Soekanto (1990). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka.

Soewarno, K, R. (2001). Sepakbola: Gerakan Dasar & Teknik Dasar. Yogyakarta: PKO, FIK, UNY.

Stewart dan Kluwin, (2001). Waist circumference correlates with metabolic syndrome indicators better than percentage fat. Obesity. 14:727-736. [Online].Tersedia:http://herkules.oulu.fi/isbn9514272331/html. [10 Mei 2013]

Stewart, S. David, R. Ellis, W. dan Kathleen, R (1999) Foundations of Physical Education and Sport. St Louis, Missouri: Mosby-Year Book, Inc

Sugiyono. (2009). Statistik Non Parametris. Bandung: CV.Alfabeta.

Suharsono, (1982). Permainan & Metodik Unsur SGO, Jakarta: Departemen Pendidikan & Kebudayaan.

Suherman, A. (2009). Revitalisasi Pengajaran Dalam Pendidikan Jasmani. Bandung: Bintang Warli Artika.

Sukintaka, (2004). Filsafat Pendidikan Jasmani: Keberhasilan Dikjas Mendukung Keberhasilan Olahraga. Dalam Harsuki & Soewatini (ed). Perkembangan Olahraga Terkini: Kajian para pakar, Jakarta: Raja Grafindo Persada.


(6)

75

Ibastanta Sembiring 2014

Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tarigan, B. (2000). Penjas Adaptif Jakarta: Departemen Pendidikan & Kebudayaan

Tarigan, B. (2003). Profil Guru Pendidikan Jasmani Adaptif, Keterlaksanaan Pembelajaran & Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa SLB Tuna Netra, Tuna Rungu, & Tuna Grahita di Kota madya Bandung. Bandung: Pusat Penelitian Tanaga Kependidikan Bandung: FPOK – UPI.

Zakaria, Hadi. (2006). Modul Kecakapan Antar Personal. [Online]. Tersedia; http://www.secribd.com. [23 Agst 2013]


Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games Tournament) terhadap pemahaman konsep matematika siswa

1 8 185

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa

2 8 199

Perbedaan Hasil Belajar Biologi Antara Siswa yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan TGT (Penelitian Kuasi EKsperimen di SMAN 1 Bekasi))

0 42 0

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Games Tournament) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi

1 3 310

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dengan Games Digital Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Alat-Alat Optik

3 35 205

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAME TOURNAMENT (TGT) TERHADAP PEMBENTUKAN KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR KETERAMPILAN BERMAIN FUTSAL.

0 2 40

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAM GAMES TOURNAMENT) TERHADAP KEMAMPUAN EMPATI SISWA.

7 20 72

PENGARUH MODEL KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP PENINGKATAN KERJASAMA, KREATIFITAS, DAN KETERAMPILAN BERMAIN SEPAKBOLA SISWA TUNARUNGU - repository UPI T POR 1202642 Title

0 0 3

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAME TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN KERJASAMA DAN KETERAMPILAN BERMAIN SEPAKBOLA - repository UPI S JKR 1204108 Title

0 0 3