Memahami Fenomena Lupa dari Perpektif Ps

Memahami Fenomena Lupa dari Perpektif Psikologi Kognitif
Oleh: Dr. Rahmat Aziz, M.si
Seseorang mengalami lupa jika informasi yang masuk tidak mendapat perlakuan sebagaimana mestinya.
Lupa dapat merupakan proses yang masih normal (fisiologis), tapi dapat pula menjadi proses yang abnormal
(patologis). Ada beberapa macam bentuk lupa, yakni mudah lupa (forgetfulness), amnesia, dan demensia. Mudah
lupa terjadi bilamana informasi yang diterima berhasil melalui proses normal dan akhirnya tersimpan di dalam
memori jangka panjang. Sayangnya sukar diambil atau diingat kembali saat dibutuhkan. Mudah lupa masih tergolong
normal. Meskipun begitu tidak jarang hal ini merupakan tanda-tanda keadaan abnormal. Mudah lupa dapat terkait
dengan penambahan usia yang sering dihubungkan dengan inefisiensi proses memori, seperti proses berpikir
menjadi lamban, kurang menggunakan strategi memori yang baik, kesulitan memusatkan perhatian dan
mengabaikan distraktor, membutuhkan waktu lebih lama untuk mempelajari sesuatu yang baru, dan lebih banyak
dibutuhkan isyarat untuk mengingat kembali informasi yang telah tersimpan. Mudah lupa akan semakin berat jika
menyerang manula yang biasa disebut sebagai age-associated memory impairment . Pada amnesia, informasi
hanya sampai di memori jangka pendek. Dengan kata lain, terjadi kegagalan atau kesulitan belajar yang berarti
sudah bersifat patologis. Namun, perhatian terhadap informasi yang masuk, mengingat kembali informasi yang
sudah lama, fungsi kognisi, bahasa, dan kepribadian masih berjalan dengan normal. Hanya proses penerusan
informasi dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang yang gagal sehingga informasi baru tersebut tidak
dapat diingat kembali, sedangkan pada demensia gangguan yang paling berat. Informasi sama sekali tidak dapat
masuk dalam proses memori, bisa disebabkan oleh berbagai kelainan di otak seperti: gangguan vaskuler (stroke)
dan degeneratif (sindrom Alzheimer).
Otak manusia berbeda dengan komputer, meski analoginya memang mirip. Sama seperti komputer di meja,

otak dipersenjatai dengan dua memori dasar yaitu memori jangka pendek dan memori jangka panjang. Memori
jangka pendek, bisa dianalogikan dengan RAM (Random-Access Memory). Informasi yang diterima oleh panca
indera menunggu dengan singkat di memori kerja ini, semacam play group mental yang kemudian menguapkannya
dengan segera. Informasi baru tersimpan setelah terjadi proses perubahan kimia dan listrik pada sel-sel saraf atau
neuron. Memori jangka pendek memungkinkan kita untuk membuat hitungan sederhana di kepala atau mengingat
nomor telepon cukup lama, meski begitu selesai menelepon. mungkin sudah lupa. Maka, sama seperti RAM, ia juga
bisa menganalisa dan menyimpan informasi tanpa membuat rekaman yang abadi. Lain halnya dengan memori
jangka panjang bertindak sebagai hard drive, secara fisik menyimpan pengalaman yang telah lewat di daerah otak
yang disebut kulit luar otak (cerebral cortex). Cortex merupakan rumah bagi belukar 100 miliar neuron yang
tampangnya mirip tumbuhan merambat. Komunikasi antar-sel terjadi lewat pancaran impuls-impuls kimia dan listrik.
Setiap kita merasakan sesuatu - pandangan, suara, ide - impuls unik dari sebagian sel-sel saraf tersebut langsung
aktif. Ada yang lalu tidak kembali ke bentuk asalnya, karena mereka memperkuat koneksi satu dengan lainnya.
Menurut Dr. Barry Gordon, kepala klinik gangguan memori di Sekolah Kedokteran Johns Hopkins, AS
menyatakan bahwa memori adalah berupa pola koneksi antar neuron. Bila suatu memori baru diperoleh,
pengkodeannya bisa melibatkan ribuan neuron yang tersebar di seluruh cortex. Tapi jika informasi baru itu tidak
digunakan, pola koneksi yang baru terbentuk itu akan segera pupus kembali. Sebaliknya, jika kita berulang-ulang
mengingatnya lagi, pola koneksi itu akan semakin kokoh terbentuk dalam jaringan otak. Meski demikian, keputusan
untuk menyimpan atau membuang informasi biasanya dilakukan tanpa sadar, karena berada di bawah kendali
hippocampus, Sehubungan dengan hal tersebut ada dua pertanyaan yang bisa diajukan:
 Apakah informasi tersebut memiliki arti emosional bagi yang bersangkutan? Nama mantan pacar akan lebih

tertanam dalam memori kita daripada nama seorang menteri tertentu dalam kabinet yang usianya hanya 2
bulan. Minat khusus, atau berkadar sensasional.
 Apakah informasi yang masuk berhubungan dengan hal yang sudah kita ketahui? Otak memang selalu
sibuk berusaha membuat asosiasi. Hal-hal yang dianggap tidak akan berguna tidak akan disimpan di dalam
memori.
Dengan sistem filter ini, manusia sanggup menguasai dan melakukan analisis terhadap informasi yang diperoleh.
Pada beberapa kasus istimewa, neurolog kadang menemukan orang-orang dengan memori super. Data yang betapa
ruwet pun dapat mereka ingat. Namun, pada umumnya daya pikir abstrak orang-orang macam ini sangat lemah.
Ibarat kenal angka, mereka tak kenal makna.
Publish by http://psikologi.uin-malang.ac.id/publication

Beberapa gangguan lain, juga bisa menyebabkan orang jadi pelupa. Tekanan darah tinggi, kurang tidur atau
kebanyakan minum pil tidur, kebanyakan minuman keras, disfungsi kelenjar tiroid. Gangguan psikologis macam
depresi, kecemasan, atau sekadar kurang stimulasi, juga bisa jadi penghalang terciptanya memori baru.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti rumah sakit Ninewells di Dundee memperoleh kesimpulan, bahwa
pengobatan (khususnya obat tidur), gangguan kelenjar tiroid, dan kekurangan vitamin juga bisa memicu timbulnya
penyakit lupa. Hanya saja, hal itu biasanya terjadi setelah usia 55 tahun. Ancaman lainnya adalah lingkungan.
Menurut Profesor James Reason dari Universitas Manchester mengatakan, timah hitam yang terdapat dalam bensin
dan sumber-sumber lain dapat merusak inteligensia dan daya ingat anak-anak. ”Memori seorang anak yang dalam
masa pertumbuhan bisa rusak karena banyak menghirup zat beracun,”

Para ahli sebenarnya sudah lama mengetahui bahwa ”lingkungan yang diperkaya” dapat meningkatkan
kinerja otak. Stimulasi, yang muncul dari lingkungan, mampu membuat otak bekerja secara lebih efisien dan
meningkatkan koordinasi antarsel. Kalau mengacu kepada kesamaan struktur otak tikus dengan otak manusia, maka
semestinya hal itu bisa terjadi pada manusia juga.
Otak manusia memang mempunyai sel-sel cadangan, seperti yang diujarkan ilmuwan dari Institut Riset Stanford
bahwa kita hanya menggunakan 10% otak kita. Selebihnya istirahat di tempat. Cadangan tersebut dipakai untuk
mengantisipasi rangsangan tertentu dengan mengembangkan daya komputasi melalui peningkatan jumlah sel yang
tersedia. Akan tetapi jika seseorang hidup dalam lingkungan yang rendah stimulasi dan tak pernah menggunakan
sel-sel cadangan, maka sel-sel itu akan mati. Selain penelitian soal stimulasi, para ahli bidang farmasi pun berusaha
menciptakan obat yang mampu meningkatkan kinerja otak. Salah satunya adalah Cortex, perusahaan yang didirikan
oleh tiga ahli ilmu syaraf dari Universitas Kalifornia di Irvine. Mereka mengklaim telah menemukan ampakine yang
dapat menyegarkan saraf yang lelah.
Dalam hubungannya dengan masalah kelupaan, para ahli mengajukan tiga teori mengenai lupa (forgetting)
yaitu: teori kerusakan (decay theory), teori interferensi atau terhalang (interference theory), dan teori ketergantungan
pada isyarat (cue-dependent forgetting theory). Masing-masing teori ini akan diuraikan secara singkat.
1. Teori kerusakan (decay theory). Teori ini beranggapan bahwa lupa dapat terjadi karena informasi yang
pernah disimpan di dalam ingatan tidak pernah atau jarang digunakan, sehingga lama-kelamaan akhirnya
mengalami kerusakan (hilang dengan sendirinya). Jadi, seseorang lupa menyebut nama kawan lama ketika
berjumpa selama beberapa tahun tidak berkomunikasi, maka terjadinya lupa disebabkan karena orang itu
jarang menyebutkan nama temannya itu.

2. Teori Penghalang (interference theory). Teori interferensi mendasarkan pada pandangan psikologi asosiasi.
Suatu asosiasi dibentuk antara stimulus tertentu dengan respon tertentu pula. Asosiasi atau hubungan ini
tetap berlangsung di dalam ingatan, sepanjang tidak ada informasi lain yang mengganggu atau
menghalangi. Interferensi oleh informasi lain di dalam ingatan dibedakan menjadi dua macam: retroactive
inhibition dan proactive inhibition. Retroactive inhibition terjadi apabila materi atau informasi yang baru
menghalangi seseorang untuk mengingat informasi yang lama. Sebaliknya, disebut proactive inhibition
apabila materi atau informasi yang lama menghalangi seseorang untuk mengingat informasi yang baru.
3. Teori ketergantungan pada isyarat (cue-dependent forgetting theory). Teori ini berasal dari pendekatan
pemrosesan informasi. Teori ini berpandangan bahwa pada prinsipnya lupa terjadi bukan disebabkan oleh
kerusakan informasi di dalam ingatan atau terhalang oleh informasi lain, tetapi disebabkan oleh terlalu jauh
letak atau lemah isyarat sesuatu yang ingin diingat kembali oleh seseorang. Isyarat-isyarat yang kabur
mengenai suatu informasi yang pernah disimpan di dalam ingatan ini dapat terjadi tidak hanya pada
informasi lama tetapi juga pada informasi baru. Misalnya, karena seseorang sudah pindah ke tempat kerja
yang baru, maka ia mengalami kesulitan mengingat nomor telepon di kantor yang lama, sementara nomor
telepon di kantor yang baru juga belum diingat betul.
Bagaimana supaya tidak terjadi lupa
Secara garis besar daya mengingat atau kapasitas ingatan seseorang dapat ditingkatkan, paling sedikit
penggunaanya dapat di optimalkan melalui latihan-latihan dan strategi-strategi tertentu. Mnemonics adalah
penggunaan strategi atau teknik-teknik yang dipelajari guna membantu kinerja ingatan. Memonics secara umum
berarti membantu memori dan secara khusus berarti bantuan palsu pada memori. Sistem ini membantu kita dalm

proses penyimpanan informasi dalam memori dengan cara tertentu sehingga kita akan mampu mencari lagi informai
Publish by http://psikologi.uin-malang.ac.id/publication

tersebut secara berurutan kapan saja kita inginkan. Ada beberapa model mnemonics yang dapat digunakan dalam
membantu meningkatkan daya ingat, diantaranya adalah:
1. Sistem mata rantai. Dengan sistem ini kita memiliki satu kata yang menunjukkan pada kata berikutnya, dan
untuk menemukan kata pertama kita bisa lakukan denan menghubungkan kata pertama dengan sumber
daftar. Metode lain yang merupakan variasi dari mata rantai adalah sistem cerita, dimana kita dapat
merangkai item-item menjadi sebuah cerita yang berhubungan. Dalam sistem cerita kita tinggal
membubuhkan kalimat tambahan untuk membentuk sebuah cerita yang didasarkan pada item-item
tersebut.
2. Sistem Loci. Istilah loci berasal dari kata yunani yang berarti lokasi. Dengan demikian loci merupakan
sistem yang menggunakan lokasi. Ada dua langkah yang dapat digunakan: 1) Mengingat sejumlah
gambaran-gambaran dalam benak tentang lokasi-lokasi yang yang sudah sangat dikenal dalam urutan yang
apa adanya; dan 2) menghubungkan gambaran pandangan tentang tiap-tiap item untuk diingat dengan
suatu lokasi secara berurutan. Dengan mengingat kembali materi tersebut, kita akan melalui perjalanan
imajinasi dengan lokasi-lokasi dan kemudian akan mendapatkan ingatan-ingatan tentang item tersebut
dengan mengingat lokasi-lokasi. Keuntungan sistem loci yakni, item yang akan diingat akan dihubungkan
dengan sejumlah lokasi yang berdiri sendiri, sehingga ketika kita lupa pada suatu item kita tidak akan
kehilangan item yang lainya. Adapun keterbatasayang dimiliki sama dengan sistem mata rantai, yaitu kita

tidak bisa langsung sampai pada item yang diinginkan.
3. Sistem peg adalah suatu sistem pengisian mental peg yang terdiri dari sejumlah kata benda kokret yang
telah dihafal sebelumnya, dimana kata-kata benda konkret tidak dipilih secara ramdom, melainkan
dihubungkan dengan nomer. Ada beberapa model pegword yang dapat digunakan: 1) Pegword yang
seirama dengan bunyi bilangan yaitu suatu sistem yang menggunakan suku kata yang berirama dan katakata untuk mewakili nomor. contoh; satu-batu, dua-gua, tiga-toga, empat-tempat, lima-delima, enam-tilam,
tujuh-baju, delapan-senapan, sembilan-delman, sepuluh-puyuh; dan 2) Peg Alphabet, yaitu sistem
mnemonic yang bentuknya bersifat natural, sehingga dapat digunakan sebagai sandi dalam sistem
mnemonics. Contoh: A-a, B-be, C-ce, D-de, P-pe, dan seterusnya.

Publish by http://psikologi.uin-malang.ac.id/publication