Analisis perbandingan kesenjangan harapan (expectation gap) dari fiskus, konsultan pajak, dan manajeratas sikap dan kinerja konsultan pajak

(1)

ANALISIS PERBANDINGAN KESENJANGAN HARAPAN (EXPECTATION GAP) DARI FISKUS, KONSULTAN PAJAK, DAN

MANAJER ATAS SIKAP DAN KINERJA KONSULTAN PAJAK

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh : Ni Made Astri NIM : 1050 8200 2672

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

ANALISIS PERBANDINGAN KESENJANGAN HARAPAN (EXPECTATION GAP) DARI FISKUS, KONSULTAN PAJAK, DAN

MANAJER ATAS SIKAP DAN KINERJA KONSULTAN PAJAK

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

Ni Made Astri NIM : 1050 8200 2672

Di bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Yahya Hamja, MM Afif Sulfa, SE., Ak., M. Si

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

Hari ini Tanggal Delapan Belas Bulan November Tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Ni Made Astri NIM: 105082002672 dengan Judul Skripsi “Analisis Perbandingan Kesenjangan Harapan (Expectation Gap) Dari Fiskus, Konsultan Pajak, Dan Manajer Atas Sikap Dan Kinerja Konsultan Pajak”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama masa ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 18 November 2009

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Afif Sulfa, SE., Ak., M. Si Rahmawati, SE., MM

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Penguji Ahli


(4)

Hari ini Tanggal Sebelas Bulan Desember Tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Ni Made Astri NIM: 105082002672 dengan Judul Skripsi “Analisis Perbandingan Kesenjangan Harapan (Expectation Gap) Dari Fiskus, Konsultan Pajak, Dan Manajer Atas Sikap Dan Kinerja Konsultan Pajak”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama masa ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 11 Desember 2009

Tim Penguji Ujian Skripsi

Dr. Yahya Hamja, MM Afif Sulfa, SE., Ak., M. Si

Penguji I Penguji II

Amilin, SE., Ak., M. Si Penguji Ahli


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ni Made Astri

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta, 18 Agustus 1987

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl. Pondok Pinang Timur No. 41A

Kel. Pondok Pinang, Kec. Kebayoran Lama Jakarta Selatan 12310

Telepon : 0815 851 49423

• Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta 2005-2009

• SMUN 47 Jakarta, 2002-2005 • SMPN 161 Jakarta, 1999-2002 • SDN 09 Pagi Jakarta, 1993-1999 • TK PUTRA II Jakarta, 1991-1993


(6)

THE ANALYSIS COMPARISON OF EXPECTATION GAP FROM TAX OFFICERS, TAX CONSULTANTS, AND MANAGERS ABOUT THE

ATTITUDE AND PERFORMANCE OF THE TAX CONSULTANTS By :

Ni Made Astri ABSTRACT

This puspose of this research are to found the empirical evidences about the existence of expectation gap between tax officers, tax consultants, and managers about the attitude and performance of the tax consultants. This expectation gap includes the tax consultants integrity and the attitude to his client and the causes that influence the tax consultants performance. Data used in this research to obtained from tax officers perception, tax consultants perception, and managers perception in Jakarta. Data were collected by questionaires and sampling method used convenience sampling. To collected from 87 respondents. There are 27 respondents from tax officers, 34 respondents from tax consultants, and 26 respondents from managers.

The analysis methods consist of test quality and hypotesis analysis used in Independent Sample T test method and One Way ANOVA. Independent Sample T test is used for the first hypotesis, for the second, and for the third hypotesis. One Way ANOVA is used for the fourth hypotesis. The results of this research shows the existence expectation gap between tax officers and tax consultants for the first hypotesis, tax consultants and managers for the third hypotesis and between tax officers, tax consultants, and managers for the fourth hypotesis about the attitude and performance of the tax consultants. But don’t show of expectation gap between tax officers and managers about the attitude and performance of the tax consultants for the second hypotesis.

Key Words: Expectation Gap, Tax Consultant, Attitude and Performance of the Tax Consultant


(7)

ANALISIS PERBANDINGAN KESENJANGAN HARAPAN (EXPECTATION GAP) DARI FISKUS, KONSULTAN PAJAK, DAN

MANAJER ATAS SIKAP DAN KINERJA KONSULTAN PAJAK Oleh :

Ni Made Astri ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan bukti empiris tentang ada tidaknya kesenjangan harapan antara fiskus, konsultan pajak, dan manajer atas sikap dan kinerja konsultan pajak. Kesenjangan harapan dalam penelitian ini terdiri dari sikap konsultan pajak terhapap informasi perpajakan klien dan sikap terhadap kliennya dan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja konsultan pajak. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari persepsi fiskus, persepsi konsultan pajak, dan persepsi manajer di Jakarta. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner dan metode penentuan sampel yang digunakan adalah convenience sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari 87 responden. Yang terdiri dari 27 responden fiskus, 34 responden konsultan pajak, dan 26 responden manajer.

Metode analisis yang digunakan terdiri dari uji kualitas data dan uji hipotesis dengan metode Independent Sample T test dan One Way ANOVA. Independent Sample T test digunakan untuk hipotesis pertama, kedua, dan hipotesis ketiga. One Way ANOVA digunakan untuk hipotesis keempat. Hasil penelitian ini menujukkan adanya kesenjangan harapan antara fiskus dan konsultan pajak pada hipotesis pertama, konsultan pajak dan manajer pada hipotesis ketiga serta antara fiskus, konsultan pajak, dan manajer pada hipotesis keempat atas sikap dan kinerja konsultan pajak. Tapi tidak menunjukkan adanya kesenjangan harapan antara fiskus dan manajer pada hipotesis kedua.

Kata Kunci: Kesenjangan Harapan, Konsultan Pajak, Sikap dan Kinerja Konsultan Pajak


(8)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Alhamdulillaahirabbil’aalamiin. Segala puji dan syukur hanya bagi Allah yang memiliki segala sesuatu yang ada di bumi dan di langit yang telah melimpahkan rahmat dan karunia yang tak terhingga. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Sang Pejuang Islam Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman suram ke zaman terang-benderang seperti sekarang ini, dimana atas kesemuanya penulis memperoleh kemampuan studi sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul “Analisis Perbandingan Kesenjangan Harapan (Expectation Gap) Dari Fiskus, Konsultan Pajak, Dan Manajer Atas Sikap Dan Kinerja Konsultan Pajak”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi S1 pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penulisan skripsi ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan hasil yang terbaik. Namun demikian penulis juga mempunyai keterbatasan kemampuan dalam penulisan skripsi.

Oleh karena itu penulis menyadari tanpa bimbingan, arahan, dukungan dan bantuan berbagai pihak, maka skripsi ini tidak dapat terselesaikan. Untuk itu, sebagai bentuk penghargaan yang tak terlukiskan, izinkanlah penulis menuangkan dalam bentuk ucapan terima kasih kepada:

1. Ayahanda dan Ibundaku tercinta, rasa terima kasih yang mendalam atas semuanya, yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil, kesabaran, keikhlasan, perhatian, serta cinta dan kasih sayang yang tak lekang oleh waktu. Setiap do’a yang engkau panjatkan adalah ketulusan yang tak pernah ternilai dengan apapun di dunia ini, dan semoga Allah SWT selalu meridhai setiap langkah engkau di dunia dan akhirat... Amiiin.


(9)

2. Kakak dan adikku tersayang (Mas Wayan dan Ria) yang selalu membuat keceriaan di rumah.

3. Bpk. Dr. Yahya Hamja selaku Dosen Pembimbing I, yang telah meluangkan waktu di tengah kesibukannya untuk memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 4. Bpk. Afif Sulfa, SE., Ak., M. Si., selaku Ketua Jurusan Akuntansi dan

sekaligus selaku Dosen Pembimbing II yang dengan sabar memberikan bimbingan, arahan, saran dan motivasi hingga skripsi ini dapat terselesaikan. 5. Ibu Yessi Fitri, selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi.

6. Para Dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial yang telah memberikan ilmu, perhatian serta nasihat kehidupan yang berguna kepada semua mahasiswanya tak terkecuali penulis.

7. Seluruh staf Bagian Keuangan, Jurusan, Akademik dan Kemahasiswaan yang telah memberikan pelayanannya selama ini.

8. Segenap pengurus dan pegawai Perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial (P-FEIS), Perpustakaan Utama (PU) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Lembaga Ilmu dan Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jakarta, dan perpustakaan-perpustakaan Universitas lain yang telah membantu penulis dalam mencari data-data yang diperlukan.

9. Untuk seluruh jajaran dan staf KPP PMB dan KPP Cilandak yang telah bersedia membantu dalam pengisian kuesioner.

10.Untuk semua konsultan pajak yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membantu peneliti dalam mengisi kuesioner.

11.Untuk para manajer dan semua stafnya pada perusahaan di Jakarta yang telah meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner penelitian dan mempermudah proses penelitian.

12.Seluruh karyawan di ESQ Leadership Center, terima kasih atas pengalaman kerja serta pembelajaran yang telah diberikan selama proses magang.

13.For my best friends in UIN: Pw, Unun, Lisda, Yanti, dan semuanya yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih atas support dan persahabatan yang luar biasa.


(10)

14.Teman-teman Akuntansi angkatan 2005 khususnya Akuntansi B dan Akuntansi Pajak. Terimakasih atas pertemanan selama masa kuliah ini & atas bantuan serta do’a nya untuk penulis.

15.Serta untuk semua pihak yang tak bisa penulis sebutkan satu-persatu namanya, terima kasih atas dukungan, bantuan, do’a dan semangat yang telah diberikan kepada penulis.

Semoga amal dan jasa baik yang telah diberikan kepada penulis dapat diterima oleh Allah SWT dengan pahala yang berlimpah. Dengan segala kelemahan dan kekurangan, semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai setiap langkah kita. Amiiin.

Jakarta, 3 Desember 2009


(11)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING... i

LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF ... i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

ABSTRACT ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I : PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 8

1. Tujuan Penelitian ... 8

2. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA... 9

A...Land asan Teori... 9

1. Kesenjangan Harapan (Expectation Gap) ... 9

2. Pajak... 11

3. Wajib Pajak dan Fiskus... 13

4. Konsultan Pajak... 16

5. Sikap dan Kinerja...24

B...Penel itian Terdahulu ... 27


(12)

C...Kera

ngka Pemikiran... 29

D...Peru musan Hipotesis... 30

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN... 31

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 31

B. Metode Penentuan Sampel ... 31

C. Metode Pengumpulan Data ... 32

D. Metode Analisis Data... 33

E. Operasional Variabel Penelitian... 38

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN... 49

A. Gambaran Umum Objek Penelitian... 49

B. Analisis dan Pembahasan ... 52

1. Uji Kualitas Data ... 52

a. Uji Validitas ... 52

b. Uji Reliabilitas ... 59

2. Uji Asumsi atau Persyaratan ... 60

a. Uji Normalitas... 60

3. Uji Hipotesis... 61

a. Kesenjangan Harapan Fiskus dan Konsultan Pajak atas Sikap dan Kinerja Konsultan Pajak ...61

b. Kesenjangan Harapan Fiskus dan Manajer Pajak atas Sikap dan Kinerja Konsultan Pajak ...64

c. Kesenjangan Harapan Konsultan Pajak dan manajer atas Sikap dan Kinerja Konsultan Pajak ...66 d. Kesenjangan Harapan Fiskus , Konsultan Pajak,


(13)

dan manajer atas Sikap dan Kinerja

Konsultan Pajak ...69

BAB V : PENUTUP... 74

A. Kesimpulan... 74

B. Implikasi... 75

C. Keterbatasan ... 75

D. Rekomendasi ... 76

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(14)

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

3.1 Subvariabel dan Indikator Untuk Kuesioner Tentang Sikap

dan Kinerja Konsultan Pajak...……... 46

4.1 Tingkat Pengembalian Kuesioner ... 49

4.2 Karakteristik Responden... 50

4.3 Hasil Uji Validitas Data Subvariabel SKPIP... 54

4.4 Hasil Uji Validitas Data Subvariabel SKPTK ...54

4.5 Hasil Uji Validitas Data Subvariabel FMKKP... . 55

4.6 Hasil Uji Validitas Data Subvariabel SKPTK... 57

4.7 Hasil Uji Validitas Data Subvariabel FMKKP... .. 58

4.8 Hasil Uji Reliabilitas ... 59

4.9 Hasil Uji Normalitas... 60

4.10 Output SPSS 1 Independent Sample T-test Fiskus dan Konsultan Pajak...61

4.11 Output SPSS 2 Independent Sample T-test Fiskus dan Konsultan Pajak...62

4.12 Output SPSS 1 Independent Sample T-test Fiskus dan Manajer... 64

4.13 Output SPSS 2 Independent Sample T-test Fiskus dan Manajer...65

4.14 Output SPSS 1 Independent Sample T-test Konsultan Pajak dan Manajer...66

4.15 Output SPSS 2 Independent Sample T-test Konsultan Pajak dan Manajer...67


(15)

4.17 Output SPSS 1 One Way Fiskus, Konsultan Pajak, dan manajer...71 4.18 ANOVA...72


(16)

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

1 Kuesioner Penelitian…….. ... 81

2 Daftar Kantor Konsultan Pajak... 89

3 Daftar Jawaban Responden…….. ... 90

4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas... 100

5 Hasil Uji Hipotesis ... 117

6 Surat Keterangan Riset...130


(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejalan dengan perkembangan perpajakan saat ini, tuntutan akan kebutuhan tenaga profesional untuk membantu permasalahan perpajakan sangat dibutuhkan. Pada umumnya orang tidak memahami Undang-Undang pajak secara cermat, tapi pihak pertama yang paling concern adalah konsultan (Majalah Berita Pajak, 2008).

Banyaknya perubahan yang dilakukan pemerintah dalam undang-undang maupun peraturan perpajakan mengakibatkan kesulitan dalam pelaksanaan perpajakan bagi wajib pajak. Contohnya, perubahan undang-undang perpajakan yang berkenaan dengan Ketentuan Umum Perpajakan yang telah beberapa kali diubah dengan urutan sebagai berikut:

1. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, diubah menjadi;

2. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, diubah menjadi;

3. Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, diubah menjadi;

4. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Selain itu, akhir-akhir ini pemerintah khususnya Direktorat Jenderal Pajak (DJP) sedang menggalakkan program intensifikasi dan ekstensifikasi


(19)

pajak. Dalam program ekstensifikasi pajak, DJP mengupayakan kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) guna meningkatkan jumlah wajib pajak yang terdaftar. Salah satu upaya yang dilakukan pada awal tahun 2009 untuk mendukung program ektensifikasi pajak adalah diberlakukannya kebijakan fiskal luar negeri bagi wajib pajak dalam negeri yang akan bertolak ke luar negeri, dimana wajib pajak yang tidak mempunyai NPWP dikenakan fiskal luar negeri kurang lebih sebesar dua kali lipat dari sebelum adanya peraturan ini.

Banyaknya aturan baru dan kondisi bisnis yang semakin sulit, membuat wajib pajak (WP), terutama perusahaan, semakin banyak menggunakan jasa konsultan pajak. Menurut managing partner MUC Consulting Group, salah satu konsultan pajak di Jakarta. Sugianto mengatakan, dalam situasi krisis seperti saat ini, perusahaan tidak akan mengambil risiko terkena masalah pajak. "Dia harus fokus ke bisnis, sehingga mereka meminta jasa konsultan. Jadi, ini semua sudah menjadi kebutuhan perusahaan," kata Sugianto. Menurut dia, jasa konsultasi pajak terus berkembang dan semakin diminati wajib pajak. Tahun ini saja, secara kumulatif, jasa konsultasinya melayani lebih dari 150 perusahaan, dengan sekitar 500 penugasan. "Dari tahun ke tahun, trennya memang meningkat," kata Sugianto (http://antikorupsi.org/indo).

Melihat fenomena yang terjadi, maka fungsi konsultan pajak ini penting karena berusaha membantu wajib pajak melakukan segala sesuatu yang benar, sesuai dengan ketentuan undang-undang, yang dapat


(20)

menghindarkan wajib pajak dari perbuatan yang menyalahi hukum (Soemitro, 2004).

Selain itu, sistem pemungutan pajak yang digunakan di Indonesia saat ini adalah self assessment, dimana setiap wajib pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung, menyetor, melapor dan melaksanakan kewajiban perpajakannya sendiri. Kepercayaan yang diberikan wajib pajak oleh pemerintah dalam urusan perpajakan yang dilakukan sendiri, tentu tidak begitu saja dibiarkan. Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak khususnya pemeriksa pajak (fiskus) harus tetap memantau atau mengawasi perilaku wajib pajak agar sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Dengan kata lain fiskus harus melakukan pemeriksaan guna memantau tingkat kepatuhan wajib pajak tersebut. Dalam proses pemeriksaan, wajib pajak boleh meminta bantuan konsultan pajak untuk mendampinginya menjawab pertanyaan-pertanyaan fiskus atau membantu untuk memecahkan masalah perpajakan yang dihadapi dengan cara-cara yang tidak menyimpang dari aturan. Dalam hal ini peran konsultan pajak adalah sebagai jembatan antara fiskus dengan wajib pajak.

Menggunakan jasa konsultan pajak kadang-kadang juga masih dibayangi rasa ragu-ragu terhadap “kreativitas” konsultan pajak yang disebabkan mereka lebih mengetahui seluk beluk perpajakan sedangkan pemahaman wajib pajak kadang masih belum begitu mendalam (Jurnal Pajak Indonesia, 2004). Konsultan pajak yang semakin penting perannya dalam dunia perpajakan memang membutuhkan kualitas sumber daya manusia yang handal dengan kompetensi yang memadai dan memiliki integrits moral yang


(21)

tidak diragukan lagi (Jurnal Pajak Indonesia, 2004). Untuk meningkatkan kualitas dari konsultan pajak salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah memperbaiki kinerja untuk lebih baik lagi. Apalagi tantangan yang akan dihadapi didepan nanti oleh konsultan pajak yang semakin berat. Contohnya saja saat ini Direktorat Jenderal Pajak sedang melakukan modernisasi perpajakan salah satu upaya yang dilakukan adalah adanya Account Representative (AR), yang bertugas membantu wajib pajak dalam hal memberikan konsultasi perpajakan. Walaupun AR tidak menggeser peran konsultan pajak hingga saat ini seperti yang dikatakan oleh Drs. Tubagus Ch. Amakhi, Ak.,S.H.,M.E., karena tugas atau kewengangan AR terbatas dan tidak flexible juga perbedaan peran dan fungsi, dimana AR mewakili kantor pajak (fiskus/pemerintah, sedangkan konsultan pajak mewakili Wajib Pajak (WP) (Indonesian Tax Review, 2008). Tapi hal ini hendaknya dapat dijadikan motivasi untuk memberikan pelayanan yang diwujudkan dalam kinerja yang lebih baik lagi.

Semakin baik perpajakan kita maka akan semakin diperlukan konsultan-konsultan pajak untuk presisi karena hanya konsultan pajak itulah ahlinya. Melihat hal ini sepertinya membuat pemerintah termotivasi untuk membuat undang-undang untuk memperbaiki profesi konsultan pajak (Majalah berita pajak, 2008). Perlunya undang-undang mengenai konsultan pajak guna sebagai batasan peran dan tanggung jawab bagi konsultan pajak karena terkadang wajib pajak (manajer perusahaan) beranggapan menyerahkan seluruh urusan perpajakannya kepada konsultan pajak. Padahal wajib pajak seharusnya turut andil di dalamnya. Seperti kasus yang terjadi di


(22)

Bandung (Kapanlagi.com) penyidikan kasus dugaan mark down atau mengurangi penerimaan pajak dari setoran wajib pajak (perusahaan) oleh Polda Jabar yang telah mengamankan tiga tersangka staf Direktorat Jendral Pajak RI dan melibatkan konsultan pajak. Dugaannya adalah apakah mark down itu keinginan perusahaan wajib pajak ataukah permainan orang pajak dengan konsultan Dalam hal itu, ketiganya diduga bekerja sama dengan konsultan pajak yang disewa perusahaan. Diduga konsultan pajak tersebut juga pernah bekerja di Ditjen Pajak RI, sehingga mengetahui seluk-beluk praktik mark down. Hal ini, bisa jadi memicu adanya perbedaan harapan (gap) antara kinerja aktual dengan harapan publik. Dimana kualitas kerja konsultan pajak tidak sesuai lagi dengan yang diharapkan. Seharusnya konsultan pajak dapat membantu wajib pajak menghemat pajak dengan cara yang legal bukan illegal seperti pada kasus diatas. Disinilah terjadi gap, tentang apa yang diharapkan wajib pajak dengan apa yang seharusnya konsultan pajak lakukan.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nasser dan Ayuningtyas (2007) yaitu menguji apakah terjadi perbedaan persepsi antara mahasiswa, auditor dan manajer terhadap sikap dan kinerja auditor. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Nasser dan Ayuningtyas (2007) adalah:

1. Adanya perbedaan responden dari kelompok mahasiswa akuntansi Universitas Trisakti menjadi fiskus pada Kantor Pelayanan Pajak ,auditor yang tergabung dalam IAI Kompartemen Akuntan Publik yang diambil dari direktori Kantor Akuntan Publik menjadi konsultan pajak yang terdaftar sebagai anggota IKPI per November 2008, dan manajer yang terdiri dari direktur, manajer keuangan dan pialang saham menjadi


(23)

manajer baik manajer keuangan atau orang yang menangani pajak pada perusahaan-perusahaan go publik yang terdapat dalam listed companies BEJ 2008 maupun non go publik di wilayah Jakarta.

2. Penelitian ini mengenai sikap dan kinerja konsultan pajak. Sedangkan penelitian sebelumnya mengenai sikap dan kinerja auditor.

3. Pada penelitian sebelumnya indikator dari sikap dan kinerja auditor meliputi aspek-aspek penting dalam proses audit dan tanggung jawab auditor, faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja auditor, sikap auditor terhadap laporan keanguan kliennya dan sikap auditor terhadap kliennya. Sedangkan, dalam penelitian ini hanya terdapat tiga indikator yaitu sikap konsultan pajak terhadap informasi perpajakan klien, sikap konsultan pajak terhadap kliennya dan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja konsultan pajak. Tanggung jawab konsultan pajak dimasukkan ke dalam faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja konsultan pajak.

4. Metode analisis pada penelitian sebelumnnya adalah One Way ANOVA dan Kruskal Wallis, sedangkan pada penelitian ini adalah uji Independent Sample T-test dan One Way ANOVA.

Terus meningkatnya kebutuhan akan konsultan pajak dan terbatasnya penelitian tentang konsultan pajak membuat penulis tertarik untuk mengangkat tema tersebut, sehingga dirumuskanlah judul “Analisis Perbandingan Kesenjangan Harapan (Expectation Gap) Dari Fiskus, Konsultan Pajak Dan Manajer Atas Sikap dan Kinerja Konsultan Pajak”.


(24)

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka, masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat kesenjangan harapan antara fiskus dan konsultan pajak atas sikap dan kinerja konsultan pajak?

2. Apakah terdapat kesenjangan harapan antara fiskus dan manajer atas sikap dan kinerja konsultan pajak?

3. Apakah terdapat kesenjangan harapan antara konsultan pajak dan manajer atas sikap dan kinerja konsultan pajak?

4. Apakah terdapat kesenjangan harapan antara fiskus, konsultan pajak dan manajer atas sikap dan kinerja konsultan pajak?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui apakah terdapat kesenjangan harapan (expectation gap) antara persepsi fiskus, konsultan pajak dan manajer atas sikap dan kinerja konsultan pajak.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Profesi Konsultan Pajak


(25)

Sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan kinerja konsultan pajak menjadi lebih baik lagi agar dapat bersaing di masa yang akan datang dengan profesi-profesi yang lainnya serta memenuhi harapan para pengguna jasanya.

2. Pemerintah

Sebagai bahan masukan untuk membuat standar profesi atau undang-undang mengenai konsultan pajak agar meminimalisir expectation gap. 3. Dunia Bisnis

Sebagai sarana informasi dalam menyampaikan dan mengukur harapan mereka sendiri terhadap konsultan pajak.

4. Dunia Pendidikan

Sebagai sarana belajar, menambah pemahaman dan pengetahuan khususnya dibidang perpajakan. Dan juga sebagai landasan untuk melahirkan penelitian selanjutnya.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Kesenjangan Harapan (Expectation Gap)

Porter (1993) dalam penelitian Nasser dan Ayuningtyas menyatakan bahwa expectation gap itu terdiri dari dua bagian yaitu: 1. jarak antara apa yang diharapkan publik terhadap apa yang seharusnya

para auditor peroleh atau kerjakan (the reasonableness gap) dan 2. apa yang publik harapkan secara masuk akal, apa yang auditor dapat

lakukan dengan baik dan apa yang auditor bisa lakukan (the performance gap).

Berdasarkan pernyataan diatas, maka dapat dikatakan bahwa expectataion gap dapat juga diartikan:

1. jarak antara apa yang diharapkan publik terhadap apa yang seharusnya para konsultan pajak peroleh atau kerjakan (the reasonableness gap) dan

2. apa yang publik harapkan secara masuk akal, apa yang konsultan pajak dapat lakukan dengan baik dan apa yang konsultan pajak bisa lakukan (the performance gap).

Dalam kaitan tugas profesi konsultan pajak seakan-akan terdapat suatu konflik kepentingan, yang mana di satu sisi harus sepenuhnya membantu wajib pajak dalam masalah perpajakannya, tetapi di sisi lain juga harus membantu pemerintah ikut serta mengamankan penerimaan


(27)

pajak (Budileksmana, 2000). Tetapi sebenarnya hal tersebut bukanlah suatu konflik yang dapat menyebabkan gap karena dalam membantu kepentingan wajib pajak, konsultan pajak harus senantiasa berpedoman dan tidak boleh melanggar pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Seperti Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 98 Tahun 2005 dan peraturan yang dibuat oleh Ikatan Konsultan Pajak Indonesia (IKPI) yang diperuntukkan untuk mengatur mengenai konsultan pajak. Jadi, publik bisa saja tidak paham apa persepsi dan tanggung jawab profesi ini.

Penelitian Nasser dan Ayuningtyas menyebutkan bahwa istilah kesenjangan harapan ini pertama kali muncul di Amerika tahun 1970-an, ketika masyarakat menilai kualitas kerja auditor tidak sesuai lagi dengan yang diharapkan. Kegagalan auditor untuk mendeteksi ataupun mengungkapkan kegagalan atau memberikan tanda bahaya atas ketidakefisienan perusahaan publik menyebabkan auditor dianggap tidak lagi akomodatif dan kompeten. Hasil kaji ulang Cohen Commision ternyata membuktikan adanya perbedaan harapan antara kinerja aktual dengan harapan masyarakat keuangan di Amerika. Perbedaan ini muncul sebagai akibat terlambatnya organisasi profesi akuntan dan akuntan itu sendiri menyikapi perubahan fenomena dan tuntutan dunia bisnis secara cepat.

Jika dibandingkan dengan peristiwa diatas, maka kesenjangan harapan bisa jadi terjadi akibat penilaian publik (wajib pajak orang pribadi


(28)

maupun badan, fiskus dan masyarakat pada umumnya) terhadap sikap dan kualitas kerja konsultan pajak.

2. Pajak

a. Pengertian Pajak

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, mendefinisikan pajak sebagai berikut:

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Menurut Prof. Dr. P. J. A. Andriani definisi pajak yaitu sebagai berikut:

Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (Undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan (Zain, 2005).

Menurut Mr. Dr. N. J. Feldman definisi pajak adalah (Ilyas, 2007):

Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa, (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontra-prestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.


(29)

Berdasarkan beberapa definisi pajak yang telah dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan unsur-unsur yang terkandung dalam pajak adalah sebagai berikut:

1. Pajak merupakan pembayaran yang dilakukan oleh warga negara. 2. Pajak merupakan pembayaran untuk negara.

3. Pajak didasarkan pada undang-undang. 4. Pajak mempunyai sifat yang memaksa.

5. Manfaat yang diterima dari pajak tidak secara langsung. 6. Pajak digunakan untuk keperluan negara.

b. Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak menurut Ilyas dan Burton dalam buku “Hukum Pajak” dibagi atas empat macam, yaitu:

a. Official assessment system

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemungut pajak (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar (pajak yang terutang) oleh seseorang.

b. Semi self assessment system

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada fiskus dan wajib pajak untuk menentukan besarnya pajak seseorang yang terutang.


(30)

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang penuh kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, menyetorkan, dan melaporkan sendiri besarnya utang pajak.

d. Witholding system

Suatu sistem pemunutan pajak yang memberikan wewengang kepada pihak ketiga untuk memungut/memotong besarnya pajak yang terutang.

3. Wajib Pajak dan Fiskus

a. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak

Menurut Undang-Undang RI Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pasal 1 angka 2 disebutkan bahwa:

Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Hak-hak wajib pajak yang diatur dalam Undang-undang perpajakan adalah:

1. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pengarahan dari fiskus. 2. Hak untuk membetulkan Surat Pemberitahuan (SPT).

3. Hak untuk memperpanjang waktu penyampaian SPT. 4. Hak memperoleh kembali kelebihan pembayarn pajak.


(31)

5. Hak mengajukan keberatan. 6. Hak mengajukan banding.

7. Hak mengadukan pejabat yang membocorkan rahasia wajib pajak. 8. Hak untuk mengajukan permohonan untuk mengangsur atau

menunda pembayaran pajak.

9. Hak meminta keterangan mengenai koreksi dalam penerbitan ketetapan pajak.

10.Hak memberikan alasan tambahan. 11.Hak mengajukan gugatan.

12.Hak untuk menunda penagihan pajak. 13.Hak memperoleh imbalan bunga.

14.Hak mengajukan peninjauan kembali ke Mahkamah Agung.

15.Hak mengurangi penghasilan kena pajak dengan biaya yang telah dikeluarkan.

16.Hak pengurangan berupa Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). 17.Hak menggunakan norma penghitungan penghasilan neto. 18.Hak memperoleh fasilitas perpajakan.

19.Hak untuk melakukan pengkreditan pajak masukan terhadap pajak keluaran.

Sedangkan, kewajiban wajib pajak yang diatur dalam Undang-undang perpajakan adalah:


(32)

2. Kewajiban mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).

3. Kewajiban membayar atau menyetor pajak. 4. Kewajiban membuat pembukuan atau pencatatan. 5. Kewajiban mentaati pemeriksaan pajak.

6. Kewajiban melakukan pemotongan atau pemungutan pajak. 7. Kewajiban membuat faktur pajak.

8. Kewajiban melunasi bea materai. b. Hak Dan Kewajiban Fiskus

Menurut Peraturan Menteri Kauangan, PMK 123/PMK.03/2006, Tanggal 7 Desember 2006, Pasal 1 angka 2, yang dimaksud dengan:

Fiskus (pemeriksa pajak) adalah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak yang diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab untuk melaksanakan pemeriksaan pajak.

Adapun hak-hak fiskus tersebut adalah sebagai berikut:

1. Hak menerbitkan Nomor Pokok Wajib (NPWP) Pajak atau Nomor Pokok Pengusah Kena Pajak secara jabatan.

2. Hak menerbitkan surat ketetapan pajak.

3. Hak menerbitkan surat paksa dan surat perintah melaksanakan penyitaan.

4. Hak melakukan pemeriksaan atau penyegelan.


(33)

6. Hak melakukan penyidikan. 7. Hak melakukan pencegahan. 8. Hak melakukan penyanderaan.

Sama halnya dengan wajib pajak, maka sebagai fiskus juga mempunyai kewajiban yang harus dilakukan, yaitu:

1. Kewajiban untuk membina wajib pajak.

2. Kewajiban menerbitkan surat ketetapan pajak lebih bayar. 3. Kewajiban merahasiakan data wajib pajak.

4. Kewajiban melaksanakan putusan.

4. Konsultan Pajak

a. Pengertian Konsultan Pajak

Pasal 32 UU Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan ayat 3 berbunyi:

Orang pribadi atau badan dapat menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk menjalankan hak dan memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Pasal 3a berbunyi:

Persyaratan serta pelaksanaan hak dan kewajiban kuasa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Sesuai isi pasal 32 ayat 3a maka, Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 98/PMK.03/2005 Tentang Perubahan Atas


(34)

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 485/KMK.03/2003 Tentang Konsultan Pajak Indonesia, menyatakan bahwa:

Konsultan Pajak adalah setiap orang yang dalam lingkungan pekerjaannya secara bebas memberikan jasa profesional kepada Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

Ikatan Konsultan Pajak Indonesia adalah suatu organisasi yang beranggotakan para Konsultan Pajak dan dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang diberikan kewenangan sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan ini.

b. Konsultan Pajak sebagai Profesi

Konsultan pajak merupakan salah satu profesi yang tidak asing lagi bagi kalangan dunia usaha dan perorangan yang berkepentingan dengan perpajakan. Dalam kongres pada tahun 2000, pemerintah melalui Menteri Keuangan menyampaikan amanat dari Ibu Megawati selaku Wakil presiden, bahwa profesi konsultan pajak itu adalah partner strategis pemerintah. Yang artinya, sebagai mitra pemerintah untuk menggali potensi penerimaan dan untuk menjaga hak dan kewajiban warga negara serta mitra pengemban amanat wajib pajak (Jurnal Pajak Indonesia, Vol.3, No.9, April 2004).

Menurut Roy dan Mc Neil (Harahap, 1991), bahwa ciri-ciri dari suatu profesi mapan adalah sebagai berikut:

1. Memeriksa jasa yang bermanfaat bagi masyarakat.

2. Terikat pada prinsip-prinsip etik yang tekanannya pada kebajikan berupa pelayanan, kejujuran, integritas, serta pengabdian pada kesejahteraan yang dilayani.


(35)

3. Mempunyai persyaratan yang harus dipenuhi untuk dapat menjadi anggota, yang diatur dengan undang-undang.

4. Mempunyai prosedur dalam menegakkan disiplin anggota yang melanggar kode etik.

5. Mempunyai pengetahuan minimal dalam bidang keahliannya (body of knowledge) yang diperoleh melalui pendidikan formal.

6. Mempunyai bahasa sendiri dan mengenal hal-hal yang sangat teknis hanya dimengerti oleh mereka yang menjadi anggota.

Dari ciri-ciri profesi diatas dapat disimpulkan bahwa konsultan pajak adalah sebagai profesi. Karena memenuhi dari ciri-ciri tersebut diatas, yaitu: jasa yang diberikan sangat bermanfaat bagi masyarakat (wajib pajak) seperti tax planning, mereview kepatuhan dan lainnya. Terikat pada kode etik dan hukum yang disusun baik oleh organisasi (Ikatan Konsultan Pajak Indonesia) dan pemerintah. Persyaratan untuk menjadi konsultan pajakpun tidak main-main, seorang konsultan pajak harus mengikuti Ujian Sertifikasi Konsultan Pajak. Setiap pelanggaran kode etik dikenakan sanksi tegas yang diatur dalam kode etik Ikatan Konsultan Pajak Indonesia (IKPI) juga dalam Keputusan Menteri Keuangan.

d. Hak dan Kewajiban Konsultan Pajak

Hak Konsultan Pajak sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 98/PMK.03/2005 adalah sebagai berikut:


(36)

Sertifikat A berhak memberikan jasa di bidang perpajakan kepada Wajib Pajak Orang Pribadi dalam melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya, kecuali Wajib Pajak yang berdomisili di negara yang mempunyai persetujuan penghindaran pajak berganda dengan Indonesia.

b. Konsultan Pajak yang telah memiliki Izin Praktek Konsultan Pajak Sertifikat B berhak memberikan jasa di bidang perpajakan kepada Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan dalam melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajaknnya, kecuali kepada Wajib Pajak Penanaman Modal, Bentuk Usaha Tetap dan yang berdomisili di negara yang mempunyai persetujuan penghindaran pajak berganda dengan Indonesia.

c. Konsultan Pajak yang telah memiliki Izin Praktek Konsultan Pajak Sertifikat C berhak memberikan jasa di bidang perpajakan kepada Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan dalam melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya.

Kewajiban Konsultan Pajak:

1. Konsultan Pajak wajib mematuhi semua peraturan perundang undangan perpajakan.

2. Konsultan Pajak wajib menyampaikan kepada Wajib Pajak agar melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan.

3. Dalam mengurus pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan dari Wajib Pajak, setiap Konsultan Pajak wajib.


(37)

i. memiliki Izin Praktek Konsultan Pajak yang masiln berlaku ii. memiliki Surat Kuasa Khusus dari Wajib Pajak dan Surat

Pernyataan dengan bentuk sebagaimana ditetapkan.

4. Konsultan Pajak wajib mematuhi prosedur dan tata tertib kerja yang berlaku di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak dan dilarang melakukan tindakan-tindakan yang merugikan kepentingan negara. 5. Konsultan Pajak yang telah memiliki Izin Praktek Konsultan Pajak waib mengikuti penataran/pendidikan penyegaran perpajakan paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pajak dan/atau Ikatan Konsultan Pajak Indonesia.

6. Konsultan Pajak wajib mematuhi Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga dan Kode Etik Ikatan Konsultan Pajak Indonesia. 7. Konsultan Pajak wajib membuat Laporan Tahunan yang berisi

jumlah dan keterangan mengenai Wajib Pajak yang telah diberikan jasa di bidang perpajakan dan melampirkan fotokopi Sertifikat penataran/ pendidikan penyegaran perpajakan.

8. Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud di sampaikan kepada Direktur Jenderal Pajak paling lama akhir bulan April tahun takwim berikutnya.

9. Konsultan Pajak dapat mengajukan permohonan penundaan penyampaian Laporan Tahunan, yang disampaikan secara tertulis untuk paling lama 3 (tiga) bulan.


(38)

Berikut adalah kode etik profesi konsultan pajak yang disusun oleh Ikatan Konsultan Pajak Indonesia (IKPI):

1. Kode Etik IKPI adalah kaidah moral yang menjadi pedoman dalam berfikir, bersikap dan bertindak bagi setiap anggota IKPI.

2. Setiap anggota IKPI wajib menjaga citra martabat profesi dengan senantiasa berpegang pada Kode Etik IKPI.

3. Kode Etik IKPI juga mengatur sanksi terhadap tidak dipenuhinya kewajiban atau dilanggarnya larangan oleh anggota IKPI.

Kepribadian konsultan pajak Indonesia. Konsultan Pajak Indonesia wajib:

1. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;

2. Patuh pada hukum dan peraturan perpajakan, serta menjunjung tinggi integritas, martabat dan kehormatan profesi konsultan pajak; 3. Melakukan tugas profesi dengan penuh tanggung jawab, dedikasi

tinggi dan independen;

4. Menjadi Wajib Pajak yang baik;

5. Menjaga kerahasiaan dalam menjalankan profesi. Konsultan Pajak Indonesia dilarang:

1. Melakukan kegiatan profesi lain yang terikat dengan pekerjaan sebagai pegawai negeri, kecuali dibidang riset, pengkajian dan pendidikan;


(39)

3. Menugaskan karyawannya yang tidak menguasai pengetahuan perpajakan untuk bertindak, memberikan nasehat dan menangani urusan perpajakan.

Hubungan dengan wajib pajak. Konsultan Pajak Indonesia wajib: 1. Bersikap profesional;

2. Menjaga kerahasiaan dalam hubungan dengan Wajib Pajak; 3. Menolak permintaan Wajib Pajak untuk melakukan rekayasa

pajak atau perbuatan yang bertentangan dengan undang-undang perpajakan.

Konsultan Pajak Indonesia dilarang:

1. Memberikan petunjuk atau keterangan yang dapat menyesatkan Wajib Pajak mengenai pekerjaan yang sedang dilakukan. 2. Memberikan jaminan kepada Wajib Pajak bahwa pekerjaan

yang berhubungan dengan instansi perpajakan pasti dapat diselesaikan.

3. Menetapkan syarat-syarat yang membatasi kebebasan Wajib Pajak untuk pindah atau memilih konsultan pajak lain.

4. Menerima setiap ajakan dari pihak manapun untuk melakukan tindakan yang diketahui atau patut diketahui melanggar peraturan perundang-undangan perpajakan.

f. Jasa yang Diberikan Oleh Konsultan Pajak

Menurut Budileksmana (2000), bila dibandingkan dengan profesi akuntan publik, maka terdapat jasa-jasa layanan yang pada


(40)

prinsipnya adalah sama dengan yang diberikan oleh konsultan pajak, yaitu:

1. Audit laporan keuangan. Dalam hal ini akuntan public menentukan kewajaran penyajian laporan keuangan atau kesesuaiannya dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Sedangkan konsultan pajak melakukan compliance audit untuk meneliti apakah penerapan perpajakan yang dilakukan wajib pajak telah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan. Dalam hal ini konsultan pajak juga memberikan saran-saran perbaikan dan penyempurnaan kepada wajib pajak.

2. Jasa kompilasi, yaitu akuntan publik melaksanakan berbagai kegiatan akuntansi kliennya, seperti pencatatan transaksi akuntansi sampai dengan penyusunan laporan keuangan. Sedangkan konsultan pajak juga memberikan jasa penyusunan laporan keuangan fiskal untuk tujuan pelaporan pajak klien.

Pada prinsipnya jasa yang diberikan konsultan pajak kepada wajib pajak adalah berkaitan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakan dari wajib pajak. Selain yang telah disebutkan diatas, jasa-jasa lain yang dapat diberikan oleh konsultan pajak meliputi:

1. Membantu wajib pajak dalam membuat perhitungan pajaknya yang harus dibayar dan sekaligus memberikan pengarahan dalam pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) sebagai laporan tahunannya.


(41)

2. Memberikan konsultasi atas masalah perpajakan yang dihadapi wajib pajak.

3. Memberikan informasi mengenai hak dan kewajiban wajib pajak sesuai perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

4. Membantu mengusahakan terciptanya iklim yang lebih sehat dalam bidang perpajakan agar wajib pajak merasakan adanya kepastian hukum dalam masalah perpajakan.

5. Sikap dan Kinerja

Sikap kerja merupakan hasil penilaian atau evaluasi terhadap orang-orang, atau kejadian-kejadian ditempat kerja – apakah memuaskan, baik, menyenangkan, menguntungkan, atau sebaliknya (Panggabean, 2004). Sikap konsultan pajak dalam penelitian ini berarti merupakan hasil penilaian dari wajib pajak selaku klien, fiskus, dan konsultan pajak itu sendiri terhadap informasi perpajakan dan kliennya – apakah baik dan sesuai dengan apa yang diharapkan.

Menurut Mangkunegara dalam Trisnaningsih (2007), kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa kinerja konsultan pajak adalah hasil kerja yang dicapai konsultan pajak dalam


(42)

melaksanakan tugasnya dalam membantu klien melaksanakan kewajiban dan memenuhi hak perpajakannya sesuai tanggung jawab yang diberikan kepadanya sesuai aturan yang berlaku.

Terdapat banyak ahli yang mengungkapkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja. Hal ini, menyebabkan banyaknya pula faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang. Berikut beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja menurut beberapa ahli: 1. Larkin (1990) dalam Trisnaningsih (2007) menyatakan bahwa terdapat

empat dimensi personalitas dalam mengukur kinerja auditor, antara lain: kemampuan (ability), komitmen profesional, motivasi, dan kepuasan kerja.

2. Menurut Gibson (1987) dalam Cokroaminoto (2007) menyatakan bahwa terdapat tiga kelompok variabel, yaitu: kelompok variabel individu terdiri dari variabel kemampuan dan ketrampilan, latar belakang pribadi dan demografis, kelompok variabel psikologis terdiri dari variabel persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi, dan kelompok variabel organisasi terdiri dari variabel sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain pekerjaan.

3. Dale Timpe (1992) mengungkapkan kinerja adalah kulminasi tiga elemen yang saling berkaitan: keterampilan, upaya, dan sifat keadaan eksternal.

4. Menurut Malayu S. P. Hasibuan (2001) dalam Wahyudin (2009) bahwa kinerja karyawan dapat diukur dengan kesetiaan, prestasi kerja,


(43)

kejujuran, kedisiplinan, kreativitas, kerjasama, kepemimpinan, kepribadian, prakarsa, kecakapan, dan tanggung jawab.

Berdasarkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja menurut beberapa ahli yang telah dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat empat belas faktor yang dapat mempengaruhi kinerja yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu kepribadian, kemampuan, tanggung jawab, prestasi kerja, komitmen profesi, jabatan, kerjasama, kondisi eksternal, kewajiban sosial, pengalaman, motivasi, sikap klien, kepemimpinan, dan pendapatan.

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai expectation gap, khususnya berkenaan dengan konsultan pajak masih sangat terbatas. Penelitian mengenai expectation gap dengan berbagai isu relatif lebih kepada auditor.

Nasser dan Ayuningtyas (2007) meneliti mengenai expectation gap mahasiswa, auditor dan manajer terhadap sikap dan kinerja auditor. Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa sebagian besar tidak terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa, auditor dan manajer mengenai sikap auditor terhadap laporan keuangan kliennya dan sikap auditor terhadap kliennya serta terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja auditor, kecuali faktor memberikan pertimbangan yang benar, memberikan pelayanan yang bermanfaat bagi klien. Tapi, perbedaan persepsi terjadi antara


(44)

mahasiswa, auditor dan manajer terhadap aspek-aspek penting dalam proses audit dan tanggung jawab auditor.

Yeni (2001) juga melakukan penelitian mengenai persepsi mahasiswa, auditor dan pemakai laporan keuanagn terhadap peran dan tanggung jawab auditor. Hasil penelitiannya menunjukkan, secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa dengan auditor serta antara mahasiswa dengan pemakai laporan keuangan kecuali factor mempertahankan independensi, tanggung jawab illegal act klien dan memperbaiki keefektifan audit. Tetapi, terdapat perbedaan persepsi antara auditor dengan pemakai laporan keuangan juga antara mahasiswa, auditor dan pemakai laporan keuangan, kecuali faktor pengkomunikasian hasil audit.

Penelitian yang dilakukan oleh Arrozi (2004) mengenai expectation auditor, investor dan akuntan manajemen terhadap pemeriksaan laporan keuangan menunjukkan hasil bahwa terdapat expectation gap antara auditor, investor dan akuntan manajemen pada dimensi responsibility yaitu faktor-faktor auditor bertanggungjawab untuk penemuan penyelewengan, pemeliharaan catatan akuntansi, auditor tidak melaksanakan pertimbangan dalam penyelesaian prosedur pemeriksaan. Pada dimensi reliability pada faktor laporan keuangan tidak terdapat kesalahan material, auditor tidak setuju kebijakn akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan, perluasan keyakinan yang diberikan auditor ditunjukkan secara nyata dan perusahaan bebas dari penyelewengan. Sedangkan pada dimensi decision usefulness terdapat expectation pada faktor-faktor laporan keuangan auditan tidak berguna memantau kinerja manajemen.


(45)

Penelitian Iip Latipah (2008) mengenai analisis pengukuran kepuasan wajib pajak melalui kinerja account representative(AR) menyimpulkan bahwa tingkat kepuasan wajib pajak terhadap kinerja AR di KPP PMB selama ini adalah sebesar 91,63% artinya kinerja AR selama ini dinilai cukup sesuai dengan harapan wajib pajak.

Penelitian Annisa Ekowati (2005) mengenai analisis persepsi para tax associate tentang sistem penilaian prestasi kerja pada konsultan pajak X di Jakarta menyimpulkan bahwa sistem penilain prestasi kerja kurang obyektif, karena belum adanya kriteria yang diterapkan dalam memberi penilaian.

B. Kerangka Pemikiran

Gambar dibawah ini menunjukkan kerangka pemikiran yang dibuat dalam penelitian mengenai “Analisis Perbandingan Kesenjangan Harapan (Expectation Gap) Dari Fiskus, Konsultan Pajak dan Manajer Atas Sikap dan Kinerja Konsultan Pajak”.

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran


(46)

C. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka pemikiran maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

Ha1: Terdapat kesenjangan harapan antara fiskus dan konsultan pajak atas sikap dan kinerja konsultan pajak.

Ha2: Terdapat kesenjangan harapan antara fiskus dan manajer atas sikap dan kinerja konsultan pajak.

Ha3: Terdapat kesenjangan harapan antara konsultan pajak dan manajer atas sikap dan kinerja konsultan pajak.

Ha4: Terdapat kesenjangan harapan antara fiskus, konsultan pajak, dan manajer atas sikap dan kinerja konsultan pajak.

Fiskus Konsultan Pajak

Sikap dan Kinerja Konsultan Pajak

Expectation gap


(47)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi kesenjangan harapan (expectation gap) antara fiskus, konsultan pajak dan manajer atas sikap dan kinerja konsultan pajak. Responden dalam penelitian ini adalah fiskus pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Perusahaan Masuk Bursa dan KPP Pratama Cilandak, Konsultan pajak pada Kantor Konsultan Pajak yang terdaftar sebagai anggota IKPI per November 2008 dan manajer di perusahaan-perusahaan go publik yang terdapat dalam listed companies BEJ 2008 maupun non go publik di wilayah Jakarta.


(48)

Populasi penelitian ini adalah fiskus yang ada pada Kantor Pelayanan Pajak, Konsultan Pajak pada Kantor Konsultan Pajak dan manajer yang terdiri dari manajer keuangan atau orang yang menangani pajak pada perusahaan- perusahaan di wilayah Jakarta.

Jumlah dari keseluruhan sampel yang meliputi fiskus, konsultan pajak dan manajer yang diambil adalah 137 responden. Yang terbagi menjadi 37 kuesioner pada fiskus, 50 kuesioner pada konsultan pajak, dan 50 kuesioner pada manajer. Tipe desain pengambilan sampel dari populasi adalah representasi, yaitu sampel yang diambil dapat mewakili dari masing-masing populasi. Teknik pengambilan sampel menggunakan convenience sampling, yang berarti unit sampel yang ditarik mudah dihubungi, tidak menyusahkan, mudah untuk mengukurnya dan bersifat kooperatif (Teguh, 2005).

C. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli. Data primer diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada fiskus, konsultan pajak dan manajer.

Adapun data-data yang digunakan untuk mendukung penelitian diperoleh melalui serangkaian kegiatan sebagai berikut:

1. Field Research

Penelitian secara langsung pada obyek yang diteliti melalui pemberian kuesioner kepada fiskus, konsultan pajak dan manajer. Kuesioner yang diberikan dalam bentuk tertutup dalam arti jawaban untuk kuesioner telah


(49)

ditentukan sehingga responden hanya memilih salah satu dari alternatif jawaban yang tersedia (Andini, 2004).

2. Library Research

Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi melalui hasil laporan, buku-buku, majalah, surat kabar, internet dan perundang-undangan serta peraturan pelaksanaannya yang berhubungan dengan penelitian (Andini, 2004).

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik yang perhitungannya dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 12.00.

1. Uji Kualitas Data a. Uji Validitas Data

Suatu instrumen pengukur dikatakan valid jika instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur sesuai harapan peneliti. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaannya mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.

Pengukuran validitas dalam penelitian ini menggunakan korelasi antar skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau variabel. Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel untuk degree of freedom (df)= n-2, dalam hal ini n adalah jumlah sampel. Untuk menguji apakah suatu pernyataan valid atau tidak valid dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel.


(50)

Nilai dari r hitung diperoleh dari tampilan Cronbach’s Alpha pada kolom Correlated Item-Total Correlation (Ghozali, 2005). Adapun dasar pengambilan keputusannya:

Jika r hitung > r tabel maka, butir pernyataan dinyatakan valid Jika r hitung < r tabel maka, butir pernyataan dinyatakan tidak valid

b. Uji Reliabilitas Instrumen

Uji ini dilakukan guna menguji konsistensi penggunaan instrumen variabel terhadap data yang dikumpulkan. Instrumen dikatakan reliabel apabila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Suatu kuesioner dikatakan reliabel dan handal jika jawaban responden tersebut konsisten dari waktu ke waktu. Jika hasil dari Cronbach Alpha dibawah 0,60 maka dikatakan bahwa data tersebut mempunyai keandalan (reliable) yang relatif rendah (Ghozali, 2005). Uji reliabilitas data ini menggunakan bantuan program SPSS.

2. Uji Asumsi atau Persyaratan

Uji ini dilakukan guna memenuhi asumsi dalam penggunaan metode pengujian hipotesis yang akan dilakukan sehingga penggunaan rumus tersebut tidak menyimpang dari ketentuan yang berlaku.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah populasi terdistribusi secara normal atau tidak dengan menggunakan metode


(51)

One Sample Kolmogrov-Smirnov test. Tujuan dari pengujian normalitas ini adalah untuk menentukan apakah digunakan statistik parametrik atau non parametrik (Nasser dan Ayuningtyas, 2007). Adapun dasar pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas: Jika asymp.Sig <0,05 maka H0 ditolak, data terdistribusi tidak normal. Jika asymp.Sig >0,05 maka H0 diterima, data terdistribusi normal. 3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk memberi jawaban atas perumusan hipotesis yang telah disusun sebelumnya. Pengujian hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan pengujian hipotesis komparatif yang berarti menguji parameter populasi yang berbentuk perbandingan melalui ukuran sampel yang juga berbentuk perbandingan. Hal ini juga dapat berarti menguji kemampuan generalisasi (signifikansi hasil penelitian) yang berupa perbandingan keadaan variabel dari dua sampel atau lebih. Model komparasi yang digunakan adalah komparasi antara dua sampel untuk menguji Ha1, Ha2, dan Ha3. Sedangkan untuk pengujian hipotesis empat (Ha4) menggunakan model komparasi antara lebih dari dua sampel (komparasi sampel k). Dan model komparasi sampel yang digunakan adalah sampel yang tidak berkorelasi atau sampel independen. Sampel independen adalah sampel yang tidak berkaitan satu sama lain (Sugiyono, 2008). Hipotesis ini secara statistis dinyatakan dengan:

Ha: µ1 µ2 µ3

Keterangan: µ1 = rata-rata harapan fiskus


(52)

µ3 = rata-rata harapan manajer

Adapun pengujian hipotesisnya terdiri dari: 1. Uji Beda T-test (Independent Sample T Test)

Uji ini digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda. Uji t dilakukan untuk menguji :

Ha1= Terdapat kesenjangan harapan antara fiskus dan konsultan pajak atas sikap dan kinerja konsultan pajak

Ha2 = Terdapat kesenjangan harapan antara fiskus dan manajer atas sikap dan kinerja konsultan pajak

Ha3 = Terdapat kesenjangan harapan antara konsultan pajak dan manajer atas sikap dan kinerja konsultan pajak

Terdapat dua langkah analisis dalam menggunakan uji beda t-test. Langkah pertama dengan melihat ada tidaknya perbedaan pada rata-rata populasi. Langkah kedua dengan melihat nilai signifikansi untuk menentukan apakah perbedaan tersebut nyata secara statistik atau tidak. Dasar pengambilan keputusan:

Jika probabilitas > 0,05 maka, H0 diterima artinya tidak berbeda Jika probabilitas < 0,05 maka, H0 ditolak artinya berbeda


(53)

Pada hipotesis kedua (Ha2) dan hipotesis ketiga (Ha3) taraf kesalahan atau tingkat signifikansi yang digunakan adalah 5% (0,05) sedangkan pada hipotesis pertama (Ha1) tingkat signifikansi yang menjadi dasar pengambilan keputusan adalah 10% (0,10). Dasar pengambilan keputusan ini karena didalam penelitian yang berdasarkan sampel mengandung dua tipe kesalahan yaitu tipe I dan tipe II. Tipe I adalah menyalahkan H0 padahal H0 benar. Selain itu, tujuan penelitian adalah ingin menolak (menyalahkan) H0 dan menerima Ha. Untuk ilmu sosial umunya digunakan 5% dan 10% karena dengan tingkat kesalahan ini tidak berdampak fatal. Beda dengan penelitian di farmasi atau kedokteran yang bisa fatal bagi manusia sehingga tingkat signifikansi kecil yaitu sebesar 1% (Ghozali, 2009).

2. One Way Analysis Of Variance (One- Way ANOVA)

Uji one- way ANOVA digunakan untuk menguji beda rata-rata lebih dari dua sampel (Nasser dan Ayuningtyas, 2007). One-Way ANOVA dilakukan untuk menguji hipotesis nol keempat (Ha4) atas tiga sampel yang berbeda yaitu fiskus, konsultan pajak dan manajer, hipotesis tersebut yaitu:

Ha4 = Tidak terdapat kesenjangan harapan antara fiskus, konsultan pajak, dan manajer atas sikap dan kinerja konsultan pajak Dasar pengambilan keputusan:

Jika probabilitas > 0.05, H0 diterima atau Ha ditolak Jika probabilitas < 0.05, H0 ditolak atau Ha diterima


(54)

E. Operasional Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang digunakan adalah sikap dan kinerja konsultan pajak yang dipersepsikan oleh tiga kelompok responden, yaitu fiskus, konsultan pajak, dan manajer terhadap tiga kategori sebagai subvariabel, yang antara lain:

1. Sikap konsultan pajak terhadap informasi perpajakan pada Surat Pemberitahuan (SPT) maupun laporan keuangan klien (SKPIP)

Pada subvariabel ini responden diminta memberikan pendapat bagaimana sikap konsultan pajak terhadap informasi perpajakan klien pada SPT maupun laporan keuangan klien. Terdapat empat belas indikator pertanyaan. Pada nomor 1, 8, 9, dan 10 didapat dari referensi Agus Setiawan dan Basri Musri dalam Tax Audit dan Tax Review (2007). Nomor 2, 3, dan 5, diadopsi dari Nasser dan Ayuningtyas (2007) yang telah disesuaikan. Untuk nomor 4, 6, dan 7 diadopsi dari Maria Ulfah (2007) dan nomor 11 hingga 14 dari referensi Budileksmana (2000). 2. Sikap konsultan pajak terhadap kliennya (SKPTK)

Subvariabel SKPTK ingin menunjukkan bagaimana konsultan pajak bersikap terhadap kliennya dalam memberikan pelayanan atas jasa-jasanya. Pada bagian ini terdapat dua puluh tiga indikator pertanyaan. Pada nomor 1 dibuat atas referensi Agus Setiawan dan Basri Musri dalam Tax


(55)

Audit dan Tax Review (2007). Nomor 4 hingga 9 dibuat berdasarkan referensi dari kode etik konsultan pajak yang disusun oleh IKPI pada poin hubungan konsultan pajak dengan wajib pajak (pernyataan nomor 8 dan 9 adalah pernyataan negatif). Untuk nomor 2, 10 hingga 19, dan juga nomor 21 hingga 23 diadopsi dari Iip Latipah (2008) dan Ricky Wellyando (2006), dan untuk nomor 20 diadopsi dari Yeni (2001).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja konsultan pajak (FMKKP) Pada subvariabel FMKKP ini terdiri dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja konsultan pajak. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kinerja suatu profesi atau sumber daya manusia Pada penelitian ini, peneliti menggunakan empat belas faktor yang dapat mempengaruhi kinerja konsultan pajak, yaitu:

a. Kepribadian

Kepribadian diartikan sebagai kecenderungan kepribadian seseorang yang menetap pada diri seseorang (Maria Ulfah, 2007). Pada faktor kepribadian ini terdapat enam indikator pertanyaan. Pada pertanyaaan nomor 1 sampai dengan 5 dibuat atas referensi dari kode etik profesi konsultan pajak yang disusun oleh Ikatan Konsultan Pajak Indonesia (IKPI) yang mengatur mengenai kepribadian konsultan pajak Indonesia. Pada pertanyaan nomor 6 dibuat atas referensi Jurnal Perpajakan Indonesia, volume 3, nomor 9, april 2004 pada wawancara utama dengan Tjoe Tjoe Alihartono.


(56)

Konsultan pajak memiliki aturan bagi profesinya yang menuntut dirinya agar memenuhi kualifikasi tertentu sebelum bisa menjadi seorang konsultan pajak seperti syarat sertifikasi untuk izin prakteknya. Hal itu merupakan jaminan bagi klien atas kemampuannya menjalankan tugas sesuai permintaan klien. Terdapat sembilan indikator pertanyaan pada faktor kemampuan ini. Pada pertanyaan nomor 7 sampai dengan 14 diadopsi dari kuesioner Nasser dan Ayuningtyas (2007) pada indikator faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja auditor yang telah disesuaikan untuk konsultan pajak oleh penulis. Sedangkan pada pertanyaan nomor 15, dibuat berdasarkan referensi Indonesian Tax Review, volume I, Edisi 07, 2008 pada Tax Focus dengan judul wacana AR: Antara WP dan DJP.

c. Tanggung Jawab

Seberapa jauh tanggung jawab konsultan pajak dalam menjalankan tugasnya. Terdapat delapan pertanyaan, terdiri dari: pertanyaan nomor 16 diadopsi dari Nasser dan Ayuningtyas (2007) yang telah disesuaikan, nomor 17 dan 20 diadopsi dari Arrozi (2004) pada dimensi Responsibility, nomor 18 dan 19 atas referensi dari Peraturan Menteri Keuangan Nomor 98/PMK.03/2005 pada kewajiban konsultan pajak, nomor 21 dan 22 diadopsi dari Yeni (2001) yang telah disesuaikan, dan nomor 23 berasal dari referensi UU KUP tahun 2007 pasal 32 ayat 3.


(57)

Prestasi kerja merupakan hasil kerja yang dicapai oleh individu maupun organisasi dalam melaksanakan tugasnya yang dapat dinilai oleh suatu metode atau dapat diukur sejauhmana pencapaiannya. Terdapat dua buah pertanyaan yaitu nomor 24 berasal dari referensi Annisa Ekowati (2005) dan nomor 25 atas referensi Peraturan Menteri Keuangan Nomor 98/PMK.03/2005 pada kewajiban konsultan pajak nomor tujuh.

e. Komitmen Profesi

Komitmen profesi dapat diartikan tingkat loyalitas individu pada profesinya (Idris, 2008). Terdapat lima pertanyaan yang terdiri dari nomor 26, 27, dan 28 yang diadopsi dari Yeni (2001). Nomor 29 berasal dari kode etik konsultan pajak dan nomor 30 dari referensi Budileksmana (2000).

f. Jabatan

Para karyawan akan termotivasi dan terpuaskan dengan pekerjaan-pekerjaannya bila mereka merasa bahwa jabatan-jabatannya memilki arti, bila mereka bertanggungjawab secara pribadi atas hasil upaya-upaya mereka dan bila umpan balik diberikan secara teratur (Dale Timpe, 1992). Terdapat satu pertanyaan yaitu nomor 31 yang berasal dari referensi Dale Timpe (1992) dalam buku seri Manajemen Manusia: Kinerja.

g. Kerjasama

Kerjasama merupakan suatu jalinan yang baik yang dilakukan seseorang kepada sekitarnya dalam menjalankan tugasnya. Terdapat


(58)

dua pertanyaan yaitu nomor 32 yang diadopsi dari Maria Ulfah (2007) pada komponen motivasi poin lima yang telah disesuaikan oleh peneliti dan nomor 33 dari referensi Yaslis Ilyas (2002).

h. Kondisi Eksternal

Suatu kondisi di luar kendali karyawan yang dapat mendukung atau tidak mendukung produktivitas karyawan (Dale Timpe, 1992). Terdapat lima pertanyaan yaitu, nomor 34 dan 36 yang dibuat berdasarkan referensi Indonesian Tax Review, volume I, Edisi 07, 2008 pada Tax Focus dengan judul wacana AR: Antara WP dan DJP dan wacana Kubu Berbeda, Tapi Saling Bersinergi. Nomor 35 dan 38 berasal dari referensi Majalah Berita Pajak, volume XL, No. 1618, edisi 1 September, 2008. Sedangkan nomor 37, diadopsi dari Nasser dan Ayuningtyas (2007).

i. Kewajiban Sosial

Merupakan pandangan tentang pentingnya peranan profesi serta manfaat yang diperoleh masyarakat maupun profesional karena adanya pekerjaan tersebut (Winanto, 2008). Adapun pertanyaan yang tercakup didalamnya yaitu nomor 39, 40, dan 41 diadopsi dari Ahmad Winanto (2008) yang telah disesuaikan untuk konsultan pajak. Pada nomor 42 diadopsi dari Nasser dan Ayunungtyas (2007).

j. Pengalaman

Pengalaman adalah lamanya seseorang bekerja pada suatu perusahaan atau organisasi (Winanto, 2008). Semakin banyak pengalaman yang dimilki seseorang mengenai objek stimulusnya sebagai hasil dari


(59)

seringnya terjadi kontak antara perseptor dan objeknya semakin tinggi pula verdikalitasnya (Malik, 2007). Pada pertanyaan nomor 43 diadopsi dari Trisnaningsih (2007) yang terdapat pada variabel kinerja auditor poin pertama yang telah disesuaikan. Nomor 44 atas referensi Indonesian Tax Review, volume I, Edisi 07, 2008 pada Tax Focus dengan judul wacana AR: Antara WP dan DJP dan nomor 45 diadopsi dari Maria Ulfah (2007) pada komponen kepribadian poin dua.

k. Motivasi

Motivasi sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai suatu tujuan (Maria Ulfah, 2007). Terdapat satu pertanyaan yaitu nomor 46 yang diadopsi dari Trisnaningsih (2007) pada poin tujuh dalam variabel kinerja auditor yag telah dimodifikasi oleh peneliti.

l. Sikap Klien

Sikap klien yang dimaksud adalah sikap yang ditunjukkan klien (wajib pajak) yang menggunakan jasa konsultan pajak dalam berhadapan dengan konsultan pajak atas masalah perpajakannya. Terdapat empat indikator pertanyaan yaitu, nomor 47 yang diadopsi dari Arrozi (2004) pada dimensi Responsibility poin empat yang telah disesuaikan untuk pajak, nomor 48 dan 49 yang diadopsi dari Maria Ulfah (2007) pada komponen kepribadian poin empat dan lima. Nomor 50 timbul dari pemikiran peneliti atas dasar referensi Majalah Berita Pajak, volume XL, No. 1618, edisi 1 September, 2008, dimana Dirjen Pajak, Darmin


(60)

Nasution mengungkapkan bahwa semakin baik perpajakan kita maka akan semakin diperlukan konsultan-konsultan pajak untuk presisi karena hanya konsultan pajak itulah ahlinya. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa semakin baiknya perpajakan kita salah satunya dilihat dari tingkat kepatuhan wajib pajak. Kepatuhan wajib pajak terlihat dari pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakannya. Apabila wajib pajak tersebut menggunakan jasa konsultan pajak maka, konsultan pajak itulah yang membantu dalam pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakannya (hasil dari kinerja konsultan pajak).

m. Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah suatu kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang-orang agar bekerjasama menuju kepada suatu tujuan tertentu yang mereka inginkan (Siagian, 1983). Terdapat empat indikator pertanyaan, nomor 51 dan 54 diadopsi dari Nasser dan Ayuningtyas (2007), nomor 52 diadopsi dari Arrozi (2004), dan nomor 53 dari referensi Sondang Siagian (1985) yang mengungkapkan bahwa salah satu ciri-ciri kepemimpinan adalah memiliki sense of priority.

n. Pendapatan

Pendapatan merupakan timbal balik atau imbalan yang diberikan klien kepada pemberi jasa. Hal ini dapat dikatakan sebagai suatu bentuk penghargaan atas apa yang telah dilakukan menurut tugas dan tanggung jawabnya. Hanya terdapat satu indikator pertanyaan yaitu nomor 55 yang diadopsi dari Yeni (2001) yang telah dimodifikasi.


(61)

Responden diminta menyatakan tingkat kesetujuan atau ketidaksetujuan dalam 5 rentang skala likert dengan standar penilaian terendah 1 dan tertinggi 5 dengan tipe jawaban:

• Sangat tidak setuju (STS) dengan bobot 1 • Tidak setuju (TS) dengan bobot 2

• Netral dengan bobot 3 • Setuju (S) dengan bobot 4 • Sangat setuju dengan bobot 5

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1

Subvariabel dan Indikator Untuk Kuesioner Tentang Sikap dan Kinerja Konsultan Pajak

Variabel Subvariabel Indikator Ukuran


(62)

Ordinal Sikap dan Kinerja

Konsultan Pajak

1. Sikap konsultan pajak terhadap informasi perpajakan pada SPT dan laporan keuangan klien

Konsultan pajak dapat menjamin bahwa:

a. SPT diisi dengan jelas, tepat dan lengkap

b. SPT bebas dari penyimpangan yang disengaja

c. SPT bebas dari kesalahan yang tidak disengaja

d. SPT disampaikan tepat waktu e. SPT diisi sesuai ketentuan

perpajakan yang berlaku f. SPT diisi sesuai informasi

perpajakan yang relevan g. Informasi perpajakan pada

laporan keuangan telah sesuai dengan peraturan perpajakan Konsultan pajak wajib:

a. Mempelajari seluruh berkas wajib pajak

b. Menyiapkan berkas wajib pajak

c. Menganalisis SPT dan laporan keuangan wajib pajak

d. Menyusun laporan keuangan fiskal

e. Memberikan pengarahan dalam pengisian SPT

f. Membantu membuat laporan keuangan fiskal

g. Membuat perhitungan pajak yang harus dibayar wajib pajak

Likert

Berlanjut ke halaman 47 Lanjutan dari halaman 46

2. Sikap konsultan pajak terhadap kliennya

a. Memberikan masukan yang berguna bagi klien (WP) b. Peduli terhadap masalah

perpajakan klien

c. Memberikan jawaban dan respon yang efektif dan jelas


(63)

d. Tidak menawarkan fee untuk mendapatkan klien

e. Menjaga kerahasiaan wajib pajak

e. Menolak untuk melakukan penyimpangan

f. Memberikan petunjuk yang tidak menyesatkan wajib pajak g. Memberikan jaminan bahwa

pekerjaan dapat diselesaikan h. Membatasi wajib pajak dalam

memilih konsultan pajak lain i. Cepat tanggap terhadap

masalah klien j. Terbuka dalam

mengkomunikasikan informasi perpajakan

k. Memberikan kemudahan, ketepatan dan kecepatan dalam mengelola dan penyelesaian pelayanan terhadap WP

l. Segera menginformasikan perubahan ketentuan perpajakan dan intepretasinya yang berkaitan dengan bisnis WP

m. Mengikuti perkembangan bisnis WP

n. Memberikan pelayanan secara tepat dan tuntas

o. Kejujuran, keterampilan, ketepatan dan ketegasan dalam penerapan peraturan perpajakan

Berlanjut ke halaman 48 Lanjutan dari halaman 47

p. Mempermudah WP dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya

q. Memiliki pemahaman tentang bisnis serta kebutuhan WP r. Memperhatikan terpeliharanya

manajemen perpajakan klien yang baik


(64)

s. Konsultan pajak memonitor kepatuhan WP

t. Bersikap ramah, sopan dan bersahabat kepada WP dari seluruh proses pelayanan u. Mudah dihubungi melalui

berbagai media komunikasi v. Mudah dihubungi melelui

berbagai media komunikasi w. Menunjukkan penampilan,

sikap, kepribadian dan kinerja yang professional dalam memberikan jasanya

3. Faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja

konsultan pajak

a. Karakteristik kepribadian b. Kemampuan

c. Tanggung jawab d. Prestasi kerja e. Komitmen profesi f. Jabatan

g. Kerjasama h. Kondisi eksternal i. Kewajiban sosial j. Pengalaman k. Motivasi l. Sikap klien m. Kepemimpinan n. Pendapatan

Likert


(65)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya kesenjangan harapan dari beberapa kelompok responden atas sikap dan kinerja konsultan pajak. Responden dalam penelitian ini terbagi dalam tiga kelompok responden yaitu fiskus, konsultan pajak dan manajer. Fiskus sebagai kelompok pertama merupakan aparat pajak yang bekerja pada Kantor Pelayanan Pajak Perusahaan Masuk Bursa (KPP PMB) dan KPP Pratama Jakarta Cilandak. Konsultan pajak sebagai kelompok kedua merupakan konsultan pajak yang bekerja pada kantor konsultan pajak di wilayah Jakarta. Sedangkan manajer sebagai kelompok ketiga meliputi manajer keuangan atau orang yang menangani pajak yang bekerja pada perusahaan di wilayah Jakarta baik perusahaan dagang, manufaktur maupun jasa. Jumlah keseluruhan kuesioner yang disebarkan adalah 137 buah yang terdiri dari 37 buah pada fiskus, 50 buah pada konsultan pajak dan 50 buah pada manajer (lihat tabel 4.1). Tabel 4.1 Distribusi Kuesioner Kelompok responden Jumlah kuesioner yang disebar Jumlah kuesioner yang kembali Tingkat pengembalian Jumlah kuesioner yang bisa digunakan Fiskus Konsultan pajak Manajer 37 50 50 28 39 30 75,7% 78% 60% 27 34 26

Jumlah 137 97 87


(1)

2. Jumlah sampel yang relatif sedikit pada masing-masing populasi.

Untuk memperoleh sampel yang banyak memang membutuhkan waktu, biaya dan tenaga ekstra serta yang tidak kalah penting ialah koneksi agar memudahkan dalam penyebaran kuesioner.

3. Pengisian kuesioner tidak terkontrol langsung oleh peneliti. Pengisian kuesioner tidak diawasi langsung oleh peneliti.

D. Rekomendasi

Penelitian yang akan datang diharapkan dapat menyajikan hasil penelitian yang lebih berkualitas lagi dengan adanya beberapa rekomendasi mengenai beberapa hal, diantaranya:

1. Agar lebih banyak penelitian mengenai konsultan pajak karena penulis yakin bahwa banyak hal yang belum tergali dari potensi yang dimiliki oleh profesi konsultan pajak. Apalagi peraturan perpajakan yang sering berubah-ubah yang membuat peran konsultan pajak sangat dibutuhkan dalam membantu wajib pajak memahaminya.

2. Memilih populasi sampel yang lain serta ruang lingkup yang lebih luas. 3. Agar peneliti mengawasi pengisian kuesioner atau terlibat langsung di

dalamnya sehingga meminimalisir pernyataan yang kurang dimengerti responden.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Andini. “Analisis Pembiayaan Murabahah Pada Perbankan Syariah (Studi Kasus Pada Bank Muamalat Indonesia)”, Skripsi S1 Program Manajemen UIN Syahid Jakarta, 2004.

Arrozi, M. F. “Expectation Auditor, Investor Dan Akuntan Manajemen Terhadap Pemeriksaan Laporan Keuangan”, Simposium Nasional Akuntansi VII, Denpasar Bali, 2004.

Budiartha, Ketut. “Pemeriksaan Akuntansi dan Pemeriksaan Pajak Serupa Tapi Tak Sama”, Jurnal Perpajakan Indonesia, Vol. 3 No. 10, Mei, 2004.

Budileksmana, Antariksa. “Manfaat Dan Peranan Konsultan Pajak Dalam Era Self Assessment Perpajakan”, Jurnal Akuntansi Dan Investasi, Vol. 1 No. 2, Juli 2000.

Cokroaminoto, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Individu”, diakses tanggal 23 Desember 2009, dari: http://cokroaminoto.wordpress.com/2007/06/12/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-kinerja-individu-respon-untuk-zaenul/.

Ekowati, Annisa. “Analisis Persepsi Para Tax Associate Tentang Sistem Penilaian Prestasi Kerja pada Konsultan Pajak X di Jakarta”, Skripsi FISIP UI, Depok, 2005.

Fuadi, Raihan. “Kesenjangan Harapan Audit Antara Auditor dan Auditee di Jakarta” , Skrpsi S1 UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008. Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS”,

Edisi III, Universitas Diponegoro, Jakarta, 2005.

Ghozali, Imam.“ Re: [statistik-indonesia] taraf nyata”, diakses tanggal 3

Desember 2009, dari:

http:/tech.dir.groups.yahoo.com/group/statistikindonesia/message/3 43.

Hamid, Abdul. “Buku Pedoman Penulisan Skripsi”, FEIS UIN Press, Jakarta, 2007.


(3)

Humprey, Christopher, Peter Moizer dan Stuart Turley. “The Audit Expectations Gap in Britain: An Empirical Investigation”, Jurnal diakses tanggal 16 Januari 2009, dari: www.proquest.com.

Idris, M. “Pengaruh Profesionalisme, Motivasi, dan Komitmen Organisasional Terhadap Peningkatan Kinerja Auditor (Studi Empiris pada Kantor Akuntn Publik di Jakarta”. Skrpsi S1 UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008

IKPI. Daftar Konsultan Pajak, diakses tanggal 16 Januari 2009, dari http://www.ikpi.or.id/?task=spage&id=3.

Ilyas, Wirawan dan Richard Burton. “Hukum Pajak”, Edisi 3, Salemba 4, Jakarta, 2007.

Ilyas, Yaslis. “Kinerja Teori, Penilaian, Dan Penelitian”, Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok, 2002.

Indonesian Tax Review. “AR: Antara WP dan DJP”, Vol. 1 Edisi 07, 2008.

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. “Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen”, BPFE, Yogyakarta, 2002. Jawa Pos. “Aturan Baru, Saatnya Konsultan Pajak Panen”, artikel diakses

tanggal 21 Januari 2009, dari http://antikorupsi.org/indo. Jurnal Pepajakan Indonesia Vol. 3 No. 9, April 2004.

Kode Etik IKPI, diakses tanggal 16 Januari 2009, dari http://www.ikpi.or.id/?task=spage&id=3.

Konsultan Pajak di Bandung Diperiksa Polisi, artikel diakse tanggal 21 Januari 2009, dari http://www.kapanlagi.com/h/0000232265.html. Latipah, Iip. “Analisis Pengukuran Kepuasan Wajib Pajak Melalui

Kinerja Account Representative (Studi Kasus di KPP Perusahaan Masuk Bursa)”, Skrpsi S1 UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008. Lubis, Irwansyah. “Hukum Pajak Indonesia Suatu Pengantar”, YP2SDM,


(4)

Majalah Berita Pajak vol.XL No.1618, 1 September, hal 10-13, 2008. Malik, Maria Ulfah. “Pengaruh Persepsi Wajib Pajak Badan Terhadap

Pelaksanaan Self Assessment System dalam Memenuhi Kewajiban Pajak (Studi Kasus Pada KPP PMB)”, Skrpsi S1 UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007.

Nasser, Etty. M dan F. Agathasari Ayuningtyas. R. “Expectation Gap Mahasiswa, Auditor Dan Manajer Terhadap Sikap Dan Kinerja Auditor”,Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol. 7 No. 3, Desember 2007.

Panggabean, Mutiara S. “Manajemen Sumber Daya Manusia”, Ghalia Indonesia, Bogor, 2004.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 98/PMK.03/2005, diakses tanggal 16 Januari 2009, dari: http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=730#. Rosita. ”Analisis Persepsi Akuntan Pendidik dan mahasiswa Akuntansi

Terhadap Kode Etik Akuntan Publik Indonesia (Studi Empiris:

Perguruan Tinggi di Jakarta” Skrpsi S1 UIN Syarif Hidayatullah,

Jakarta, 2008.

Setiawan, Agus dan Basri Musri. “Tax Audit dan Tax Review”, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2007.

Siagian, P Sondang. “Sistem Informasi Untuk Pengambilan Keputusan”, Gunung Agung, Jakarta, 1985.

Siagian, P Sondang. “Peranan Staf dalam Manajemen”, Gunung Agung, Jakarta, 1983.

Soemitro, Rochmat dan Dewi Kania Sugiharti. “Asas Dan Dasar Perpajakan”, Edisi Revisi 1, Refika Aditama, Bandung, 2004.

Sopianti, Siti. “Analisis Persepsi dan Harapan Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Kualitas Pelayanan Permohonan NPWP di KPP Cibinong (Studi Empiris Mengenai Expectation Gap)”, Skripsi S1 UIN Syahid Jakarta, 2007.


(5)

Sugiyono. “Metodologi Penelitian Bisnis”, CV Alfabeta, Bandung, 2007. Teguh, Muhammad. “Metodologi Penelitian Ekonomi Teori dan

Aplikasi”, PT Raja Grafindo, Jakarta, 2005.

Timpe, A. Dale. “Seri manajemen Manusia: Kinerja”, Elex Media Komputindo, Jakarta, 1992.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan.

Wahyudin, Tri. “Pengertian dan Faktor yang Mempengaruhi Kinerja”, diakses tanggal 23 Desember 2009, dari: http://turwahyudin.wordpress.com/2009/06/03/pengertian-faktor-pengukuran-kinerja/.

Wellyando, Ricky. “Evaluasi atas Kinerja Pelayanan Account Representative Terhadap Wajib Pajak pada KPP Modern di Lingkungan Kantor Wilayah Dirjen Pajak Jakarta Khusus”, Skripsi STAN, Jakarta, 2006.

Winanto, Ahmad. “Pengaruh Profesionalisme dan Pengalaman Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan”, Skrpsi S1 UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008.

Yeni, N. S. “Persepsi Mahasiswa, Auditor Dan Pemakai Laporan Keuangan Terhadap Peran Dan Tanggung Jawab Auditor: Studi Empiris Mengenai Expectation Gap”, Simposium Nasional Akuntansi IV, 2001.

Zain, Mohammad. “Manajemen Perpajakan”, Edisi 2, Salemba Empat, Jakarta, 2005.


(6)