Laporan praktikum Dan Fisiologi Hewan

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN DISUSUN OLEH MUHAMAD HASBI ASHSHIDIQI 12317244004 PENDIDIKAN BIOLOGI KELAS INTERNASIONAL JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014

MENGHITUNG DENYUT NADI DAN CARDIAC OUTPUT

A. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mengukur denyut nadi (pulsus) pada arteri radialis.

2. Menghitung Cardiac Output (CO).

B. DASAR TEORI Respirasi adalah proses umum dimana organisme mengambil energi bebas dalam lingkungannya dengan mengoksidasi substrat organik. Untuk mencapai hasil tersebut, organisma tingkat tinggi memakan berbagai bahan makanan dan mengubah menjadi molekul sederhana melalui proses pencernaan dan molekul yang terbentuk masuk dalam sel-sel yang selanjutnya mengalami oksidasi dengan bantuan sejumlah molekul oksigen yang berasal dari sitem

pernapasan. Produk dari oksidasi (CO 2 dan H 2 O) dikeluarkan oleh sel ke dalam lingkungannya. Tujuan dari pernapasan adalah untuk menyediakan oksigen (O 2 ) bagi seluruh jeringan tubuh dan membuang karbondioksida (CO 2 ) ke atmosfir. Dalam proses respirasi terdapat beberapa tahapan-tahapan yaitu respirasi eksternal dan respirasi internal. Respirasi eksternal merupakan sebentuk pertukaran gas, sehingga oksigen (O 2 ) dari paru-paru masuk ke dalam darah, dan karbondioksida (CO 2 ) dan air (H 2 O) keluar dari darah masuk ke paru-paru. Sedangkan respirasi internal merupakan proses pertukaran karbondioksida (CO 2 ) dengan oksigen (O 2 ) di tingkat sel. Jantung merupakan suatu organ otot berongga yang terletak di pusat dada. Bagian kanan dan kiri jantung masing-masing memiliki ruang sebelah atas (atrium) yang mengumpulkan darah dan ruang sebelah bawah (ventrikel) yang mengeluarkan darah. Agar darah hanya mengalir dalam satu arah, maka ventrikel memiliki satu katup pada jalan masuk dan satu katup pada jalan keluar. Fungsi utama jantung adalah menyediakan oksigen ke seluruh tubuh dan membersihkan tubuh dari hasil metabolisme (karbondioksida). Jantung melaksanakan fungsi tersebut dengan mengumpulkan darah yang kekurangan oksigen dari seluruh tubuh dan memompanya ke dalam paru-paru, dimana darah akan mengambil oksigen dan membuang karbondioksida. Jantung kemudian mengumpulkan darah yang kaya oksigen dari paru-paru dan memompanya ke jaringan di seluruh tubuh.

Denyut Nadi (pulse) adalah getaran/ denyut darah di dalam pembuluhdarah arteri akibat kontraksi ventrikel kiri jantung. Denyut ini dapat dirasakan dengan palpasi yaitu dengan menggunakan ujung jari tangan di sepanjang jalannya prmbuluh darah arteri, terutama pada tempat-tempat tonjolan tulang dengan sedikit menekan diatas pembuluh darah arteri. Frekunsi Denyut Nadi (pulse) adalah getaran/ denyut darah di dalam pembuluhdarah arteri akibat kontraksi ventrikel kiri jantung. Denyut ini dapat dirasakan dengan palpasi yaitu dengan menggunakan ujung jari tangan di sepanjang jalannya prmbuluh darah arteri, terutama pada tempat-tempat tonjolan tulang dengan sedikit menekan diatas pembuluh darah arteri. Frekunsi

1. Arteri temporalis

: Pada tulang pelipis

2. Arteri caratis

: Pada leher

3. Arteri femoralis

: Pada lipatan paha

4. Arteri dorsalis pedis : Pada punggung kaki

5. Arteri politela

: Pada lipatan lutut

6. Arteri bracialis

: Pada lipatan siku

7. Ictus cordis

: Pada dinding iga, rusuk ke 5 – 7

Frekuensi denyut nadi (heart rate, HR) yaitu banyak denyut jantung permenit. Stroke Volume (SV) yaitu volume satu kali pompa yang merupakan volume akhir diastole dikurangi volume akhir sistole. Volume akhir diastole tergantung regangan (komplians), tekanan mendorong (filling pressure) vena cava. Tekanan nadi saat beristirahat pada kebanyakan orang adalah 40 mmHg dan ini bisa meningkat hingga 100mmHg ketika orang dewasa yang sehat sedang berolahraga. Sangat jarang terjadi tekanan denyut nadi kurang dari 40mmHg.

Jika tekanan nadi lebih rendah dari biasanya, itu mencerminkan stroke volume rendah dan ini berarti bahwa jantung tidak mampu memompa jumlah darah yang seharusnya. Hal ini bisa disebabkan karena masalah yang sangat serius seperti gangguan jantung kongestif atau shock. Jika tekanan nadi lebih dari 40 mmHg, biasanya terbaca volume antara 60 dan 80mmHg, ada beberapa alasan mengapa hal ini terjadi. Ini merupakan indikator adanya arteri yang kaku, kebocoran pada katup aorta, dan adanya jalur ekstra pada aliran darah dari arteri ke hipotiroidisme, urat, atau beberapa jenis kombinasi dari hal tersebut.

Cardiac Output (CO) adalah banyak darah yang dipompa selama satu menit. Cardiac Output merupakan hasil kali dari strike volume dengan frekuensi denyut jantung. Faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi denyut jantung antara lain yaitu jenis kelamin, jenis aktifitas, temperatur, usia, berat badan dan keadaan emosi atau psikis.

C. METODE PRAKTIKUM

1. Alat dan Bahan

a. Jam (stopwatch)

b. Tally counter

2. Cara Kerja

a. Langkah pertama • Menempelkan ketiga jari pada pergelangan tangan di atas arteri radialis dengan sedikit

menekan hingga merasakan denyut nadi. • Menghitung banyaknya denyutan dalam semenit (heart rate, HR).

b. Langkah kedua • Melakukan kegiatan olahraga selama ± 10 menit.

• Melakukan pengukuran denyut nadi seperti langkah pertama.

c. Langkah ketiga • Menghitung Cardiac Output (CO) dengan menggunakan rumus :

Cardiac Output (CO) = HR x SV

D. HASIL PRAKTIKUM Laki-laki

Sebelum Kegiatan

Setelah Kegiatan

Denyut CO No

125.14 8.760 Standar Deviasi

87 6.090 Rata-rata

22.093 1546,5 Perempuan

5.5377 387.64 Standar Deviasi

Sebelum Kegiatan

Setelah Kegiatan

Denyut CO No

Kode

Denyut CO

Kode

Umur

No

Umur

Nama

Nadi

Nama

Nadi

1 Noviana

1 Noviana

4 Anna As.

4 Anna As.

10 Cinthya I.

20 80 5.600 10 Cinthya I. 20 80 5.600

14 Asri F.

20 83 5.810 14 Asri F.

17 Ayu Dien

20 96 6.720 17 Ayu Dien

1.591 111.370 Rata-rata

1.428 99.960 Total

93.588 6.551 Standar Deviasi

84 5.880 Rata-rata

10.386 727.04 Standar Deviasi

E. PEMBAHASAN Praktikum ini bertujuan untuk mengukur denyut nadi (pulsus) pada arteri radialis dan menghitung Cardiac Output (CO). Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain stopwatch dan tally counter, sedangkan cara kerja dalam praktikum ini yaitu dengan menempelkan ketiga jari pada pergelangan tangan di atas arteri radialis dengan sedikit menekan hingga merasakan denyut nadi. Kemuadian menghitung banyaknya denyutan dalam semenit (heart rate, HR). Kemudian melakukan kegiatan berolahraga selama 10 menit dan menghitung kembali banyaknya denyutan dalam semenit seperti pada kegiatan pertama. Setelah itu menghitung Cardiac Output (CO) dengan menggunakan rumus :

Cardiac Output (CO) = HR x SV

Pulsus atau denyut nadi merupakan tekanan darah yang menekan dinding arteri dan merambat di sepanjang arteri. Pada umumnya pulsus merupakan akibat dari tekanan yang ditimbulkan oleh kontraksi ventrikel kiri. Pulsus umumnya diperiksa pada arteri radialis pada manusia, arteri ekor pada sapi atau kerbau, arteri femuralis pada kucing, dan arteri jugularis (leher) pada kuda.

Hasil yang diperoleh dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok laki-laki yang terdiri atas

7 orang dan kelompok perempuan yang terdiri atas 17 orang. Pada kelompok laki-laki, rata-rata banyaknya denyut nadi yaitu 87 dengan rata-rata cardiac output (CO) yaitu 6,090. Denyut nadi terendah pada kelompok laki-laki sebelum dilakukan kegiatan berolahraga diperoleh dari Hasbi dan Bayu yaitu 80. Sedangkan, denyut nadi tertinggi diperoleh dari Opik yaitu 95.

Kemudian melakukan kegiatan berolahraga selama 10 menit berlari-lari atau menuruni tangga. Selanjutnya menghitung kembali banyaknya denyut nadi dan cardiac output (CO) seperti pada kegiatan pertama. Hasil yang diperoleh yaitu rata-rata banyak denyut nadi pada kelompok laki-laki setelah melakukan kegiatan berolahraga yaitu 125,14 dengan jumlah cardiac output (CO) yaitu 8,760. Denyut nadi terendah pada kelompok laki-laki setelah dilakukan kegiatan berolahraga diperoleh dari Hasbi yaitu 85. Sedangkan, denyut nadi tertinggi diperoleh dari Hening yaitu 150.

Dari kelompok perempuan, rata-rata banyaknya denyut nadi yaitu 84 dengan rata-rata cardiac output (CO) sebanyak 5,880. Dengan banyak denyut nadi terendah diperolah dari Vyta yaitu 65 dan denyut nadi tertinggi diperolah dari Galuh sebanyak 105. Kemudian hasil setelah melakukan kegiatan berolahraga, rata-rata banyaknya denyut nadi yaitu 93,588 dengan cardiac output (CO) sebanyak 5,551. Dengan banyak denyut nadi terendah diperolah dari Sari yaitu 67 dan denyut nadi tertinggi diperolah dari Vyta sebanyak 132.

Dari analisis diatas, diperoleh bahwa selalu terjadi peningkatan dari sebelum berkegiatan olahraga hingga setelah berkegiatan olahraga. Hal ini dikarenakan kerja jantung meningkat dalam memompa darah guna memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh. Dengan kata lain, semakin lama dan keras kegiatan kegiatan olahraga maka semakin banyak denyut nadi ditimbulkan.

F. KESIMPULAN

1. Pada kelompok laki-laki, rata-rata banyaknya denyut nadi yaitu 87 dengan rata-rata cardiac output (CO) yaitu 6,090. Setelah kegiatan berolahraga, rata-rata banyak denyut nadi yaitu 125,14 dengan jumlah cardiac output (CO) yaitu 8,760.

2. Dari kelompok perempuan, rata-rata banyaknya denyut nadi yaitu 84 dengan rata-rata cardiac output (CO) sebanyak 5,880. Setelah kegiatan berolahraga, rata-rata banyaknya denyut nadi yaitu 93,588 dengan cardiac output (CO) sebanyak 5,551.

DAFTAR PUSTAKA

Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. Yogyakarta : FMIPA UNY. Pearce, Evelyn. 1983. Anatomi Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT Gramedia.

Soedjono, Basuki M.Pd. 1988. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Soewolo, dkk. 2003. Fisiologi Manusia. Malang : Universitas Negeri Malang Press. Wulangi, S. Kartolo. 1993. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Jakarta : Departemen Pendidikan Dan

Kebudayaan.

PENGARUH TEKANAN OSMOTIK TERHADAP ERITROSIT

A. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mengetahui kecepatan hemolisis dan krenasi eritrosit pada berbagai konsentrasi larutan.

2. Mengetahui presentase hemolisis eritrosit pada berbagai konsentrasi larutan.

B. DASAR TEORI Pada hewan multiseluler, sel-sel yang menyusun organisme berada dalam suatu lingkungan yang disebut lingkungan interna (melieu interieur). Lingkungan interna tersebut tidak lain adalah ruang antar sel (intercelluler space). Ruang antar sel bukan merupakan suatu ruang kosong, melainkan ruangan yang dipenuhi cairan, demikian juga ruang dalam sel (sitoplasma).

Cairan tubuh hakekatnya merupakan pelarut zat-zat yang terdapat dalam tubuh, dengan demikian mengandung berbagai macam zat yang diperlukan oleh sel dan sisa-sisa metabolisme yang dibuang oleh sel. Selain itu, cairan tubuh juga pemberi suasana pada sel, sebagai contoh kehangatan (suhu), kekentalan (viskositas), dan keasaman (pH) yang dipengaruhi oleh faktor- faktor fisik maupun kimiawi dari dalam dan luar tubuh. Zat-zat yang diperlukan oleh sel antara lain:

1. Oksigen untuk pembakaran dan menghasilkan energi serta panas.

2. Makanan dalam bentuk sari-sari makanan (glukosa, asam lemak, dan asam amino) untuk membentuk energi, dinding sel dan sintesis protein.

3. Vitamin.

4. Mineral sebagai katalisator proses enzimatis.

5. Air sebagai media pelarut di dalam sel. Cairan darah merupakan sarana untuk transport makanan maupun sisa-sisa metabolisme,

membawa nutrisi (komponen makanan) mulai dari proses absorbsi dan mendistribusikannya sampai tingkat intraseluler di mana nutrisi akan mengalami proses metabolisme. Hasil proses metabolismenya akan didistribusikan ke seluruh tubuh dan ekskresinya akan dikeluarkan dari tubuh. Distribusi cairan tubuh dibedakan menjadi cairan intrasel dan cairan ekstrasel. Cairan intrasel adalah cairan yang berada dalam sel yang merupakan jumlah cairan terbanyak, ± 70 % dari jumlah total air dalam tubuh. Sedangkan cairan ekstrasel adalah cairan yang berada di luar sel, jumlahnya ± 30 % dari cairan seluruh tubuh.

Tekanan osmotic adalah daya dorong air yang dihasilkan oleh partikel-partikel zat terlarut di dalamnya. Molekul air mempunyai sifat umum yaitu bergerak secara difusi sesuai dengan gradient (laju pertambahan) konsentrasi. Air cenderung berdifusi dari daerah zat terlarut yang sedikit (konsentrasi pelarut tinggi) ke tempat jumlahzat yang terlarut banyak (konsentrasi pelarut rendah).

Keseimbangan osmotik merupakan kekuatan yang besar untuk memindahkan air agar dapat melintasi membran sel. Bila cairan interseluler dan ekstraseluler dalam keseimbangan osmotic, maka perubahan yang relative kecil pada konsentrasi zat terlarut impermeable dalam cairan ekstraseluler dapat menyebabkan perubahan luar biasa dalam volume sel.

1. Cairan isotonik. Jika suatu sel diletakkan pada suatu larutan dengan zat terlarut impermeabel (tidak dapat dilewati) maka sel tidak akan mengerut atau membengkak karena konsentrasi air dalam cairan intraseluler tidak dapat masuk atau keluar dari sel sehingga terdapat keseimbangan antara cairan intraseluler dan ekstraseluler.

2. Cairan hipotonik. Jika suatu sel diletakkan dalam larutan yang mempunyai konsentrasi zat terlarut impermeabel lebih rendah, air akan berdifusi ke dalam sel menyebabkan sel membengkak karena mengencerkan cairan intraseluler sampai kedua larutan mempunyai osmolaritas yang sama.

3. Cairan hipertonik. Jika suatu sel diletakkan dalam larutan yang mempunyai konsentrasi zat terlarut impermeable lebih tinggi, air akan mengalir keluar dari sel ke dalam cairan ekstraseluler. Pada keadaan ini sel akan mengerut sampai kedua konsentrasi menjadi sama.

Osmosis memainkan peranan yang sangat penting salah satunya pada membran sel darah merah saat mengalami peristiwa hemolisis dan krenasi. Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh penambahan larutan hipotonis atau hipertonis ke dalam darah. Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan larutan NaCl hipotonis), medium tersebut (plasma dan larutan) akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah.

Lisis merupakan istilah umum untuk peristiwa menggelembung dan pecahnya sel akibat masuknya air ke dalam sel. Lisis pada eritrosit disebut hemolisis, yang berarti peristiwa pecahnya Lisis merupakan istilah umum untuk peristiwa menggelembung dan pecahnya sel akibat masuknya air ke dalam sel. Lisis pada eritrosit disebut hemolisis, yang berarti peristiwa pecahnya

Membran sel eritrosit seperti halnya membran sel lainnya tersusun atas lipid bilayer dan bersifat semipermeabel. Membran sel yaitu selaput yang membatasi sel dengan lingkungan disekitarnya (melieu interieur) dan berfungsi sebagai pelindung, penyaring dan pengatur kelur- masuknya zat-zat dari luar ke dalam maupun sebaliknya. Pada kondisi cairan hipertonis, maka air akan berpindah dari dalam eritrosit sehingga eritrosit akan mengalami penyusutan (krenasi). Sebaliknya pada kondisi hipotonis, maka air akan masuk ke dalam eritrosit sehingga eritrosit akan mengalami pengembungan yang selanjutnya akan pecah (lisis).

Zat-zat yang didapat dari hasil metabolisme diangkut melalui sirkulasi darah kemudian melalui kapiler pindah ke ruang antar sel (intercelluler space) selanjunya berpindah ke sitoplasma melalui membran sel.

C. METODE PRAKTIKUM

1. Alat dan Bahan • Mikroskop

• Blood lancet steril (disposable) • Kapas • alkohol • Object glass • Larutan NaCl dengan berbagai konsentrasi

2. Cara Kerja • Mensterilkan ujung jari tengah atau jari manis menggunakan kapas yang telah ditetesi alkohol, biarkan hingga mengering. • Menusuk ujung jari menggunakan blood lancet steril sehingga darah keluar. • Meneteskan darah pada 3 object glass yang berbeda.

• Mengamati menggunakan mikroskop dan mencatat waktu hemolisis eritrosit.

D. HASIL PRAKTIKUM

Waktu Krenasi (detik)

No. Nama

1 Vyta Andri S.U.

2 M. Hasbi Ash.

3 Rinaldi Indra S.

4 Opik Prasetyo

5 Anna Astuti

6 Rendra Darari F.I.

7 Fatharani Yurian W.

8 Kurnia Imalasari

9 Hanifudi Bayu F.

10 Dita Imanasita W.

11 Agustina Budi I.

12 Luthfiani P.

13 Marbelisa B.

14 Fatma Ismawati

15 Rizza Untsa N.

16 Andi Joko P.

17 Hening T.R.

18 Asri F.

19 Sari Trisnaningsih

20 Shintya Galuh N.S.

21 Ayu Dien I.

E. PEMBAHASAN Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kecepatan hemolisis dan krenasi eritrosit pada berbagai konsentrasi larutan dan mengetahui presentase hemolisis eritrosit pada berbagai konsentrasi larutan. Alat dan bahan yang digunakan yaitu mikroskop, sampel darah, blood lancet steril (disposable), kapas, alkohol, object glass, dan larutan NaCl dengan berbagai konsentrasi. Prosedur kerja yang dilakukan antara lain mensterilkan ujung jari tengah atau jari manis menggunakan kapas yang telah ditetesi alkohol, biarkan hingga mengering. Kemudian enusuk ujung jari menggunakan blood lancet steril sehingga darah keluar. Meneteskan darah pada 3 object glass yang berbeda, setelah itu engamati menggunakan mikroskop dan mencatat waktu hemolisis eritrosit.

Hasil yang diperoleh yaitu rata-rata waktu krenasi pada konsentrasi 0.3 % adalah 335 detik. Rata-rata waktu krenasi pada konsentrasi 0.5 % adalah 172 detik. Rata-rata waktu krenasi pada konsentrasi 0.7 % adalah 95 detik. Rata-rata waktu krenasi pada konsentrasi 1 % adalah 46 detik. Rata-rata waktu krenasi pada konsentrasi 3 % adalah 30 detik. Dari hasil tersebut menujukkan Hasil yang diperoleh yaitu rata-rata waktu krenasi pada konsentrasi 0.3 % adalah 335 detik. Rata-rata waktu krenasi pada konsentrasi 0.5 % adalah 172 detik. Rata-rata waktu krenasi pada konsentrasi 0.7 % adalah 95 detik. Rata-rata waktu krenasi pada konsentrasi 1 % adalah 46 detik. Rata-rata waktu krenasi pada konsentrasi 3 % adalah 30 detik. Dari hasil tersebut menujukkan

Tekanan osmotic adalah daya dorong air yang dihasilkan oleh partikel-partikel zat terlarut di dalamnya. Molekul air mempunyai sifat umum yaitu bergerak secara difusi sesuai dengan gradient (laju pertambahan) konsentrasi. Air cenderung berdifusi dari daerah zat terlarut yang sedikit (konsentrasi pelarut tinggi) ke tempat jumlahzat yang terlarut banyak (konsentrasi pelarut rendah).

Keseimbangan osmotik merupakan kekuatan yang besar untuk memindahkan air agar dapat melintasi membran sel. Bila cairan interseluler dan ekstraseluler dalam keseimbangan osmotic, maka perubahan yang relative kecil pada konsentrasi zat terlarut impermeable dalam cairan ekstraseluler dapat menyebabkan perubahan luar biasa dalam volume sel.

Cairan di lingkungan interna (melieu interieur) memiliki tekanan atau konsentrasi sama dengan cairan dalam sel disebut isotonis (osmotic equilibrium), lebih tinggi daripada cairan dalam sel disebut hipertonis, dan lebih rendah dari cairan dalam sel disebut hipotonis. Cairan hipertonis akan menarik air secara osmosis dari sitoplasma ke luar sehingga eritrosit akan mengalami penyusutan atau yang disebut krenasi atau plasmolysis. Sebaliknya, cairan hipotonis akan menyebabkan air berpindah ke dalam sitoplasma sehingga eritrosit akan menggembung yang kemudian pecah (hemolisis).

F. KESIMPULAN

1. Waktu krenasi • Konsentrasi 0.3 % = 335 detik • Konsentrasi 0.5 % = 172 detik

• Konsentrasi 0.7 % = 95 detik • Konsentrasi 1 % = 46 detik • Konsentrasi 3 % = 30 detik

2. Semakin tinggi konsentrasi larutan NaCl makan waktu krenasi sel semakin cepat.

DAFTAR PUSTAKA

Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. Yogyakarta : FMIPA

UNY. Soedjono, Basoeki.1988. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta : Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.

MENGHITUNG SEL DARAH MERAH (ERYTHROCYTE)

A. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Menghitung jumlah sel darah merah (SDM).

B. DASAR TEORI Darah pada semua hewan vertebrata tersusun atas plasma, sel darah merah (SDM), sel darah putih (SDP), keping-keping darah (trombosit). Plasma berfungsi sebagai medium cair yang di dalamnya terlarur protein (albumin, fibrinogen, dan globulin) sehingga disebut protein plasma. Selain itu, juga terlarut nutrien lainnya (glukosa, asam lemak, dan kolesterol), vitamin, mineral, garam anorganik terutama sodium klorida (NaCl), limbah metabolisme dan gas.

Erotrosit pada manusia berbentuk diskus bikonkav, diameternya 6-9 µm, bagian tengah memiliki ketebalan 1 µm, bagian tepi mamiliki ketebalan 2 - 2.5 µm dan tidak memiliki inti. Membran eritrosit tersusun atas fosfolipid (lipid bilayer) layaknya membran sel lainnya. Sitoplasma tersusun atas hemoglobin (Hb) sekitar 34%, tidak terdapat mitokondria, lisosom, ribosom, retikulum endoplasma, dan badan Golgi. Sehingga metabolisme sangat terbatas dengan menggunakan enzim-enzim metabolisme yang telah ada. Kation yang terdapat dalam sitoplasma

eritrosit antara lain yaitu K 3- , Na , Ca , Mg dan anion dalam bentuk Cl , HCO , Hb, fosfat anorganik dan 2,3-DPG.

Eritrosit secara umum terdiri dari hemoglobin, sebuah metaloprotein kompleks yang mengandung gugus heme, dimana dalam golongan heme tersebut, atom besi akan tersambung secara temporer dengan molekul oksigen (O 2 ) di paru-paru dan insang, dan kemudian molekul oksigen ini akan di lepas ke seluruh tubuh. Oksigen dapat secara mudah berdifusi lewat membran sel darah merah. Hemoglobin di eritrosit juga membawa beberapa produk buangan seperti CO 2

dari jaringan-jaringan di seluruh tubuh. Hampir keseluruhan molekul CO 2 tersebut dibawa dalam bentuk bikarbonat dalam plasma darah. Myoglobin, sebuah senyawa yang terkait dengan hemoglobin, berperan sebagai pembawa oksigen di jaringan otot.

Keutuhan bentuk eritrosit sangat tergantung pada tekanan osmosis medium sekitarnya. Pada kondisi hipotonik akan mengalami pembengkakan kemudian ruptur (hemolisis). Hemolisis pada kondisi isotonik terjadi karena agen-agen yang merusak permukaan, seperti sabun, deterjen atau klorofom. Sitoskeleton berfungsi untuk mengatur bentuk membran eritrosit sehingga bentuknya fleksibel. Krenasi jika berada pada lingkungan (larutan) yang hipertonis.

Jumlah eritrosit normal pada orang dewasa berkisar antara 4.500.000 – 6.000.000 sel per

3 mm 3 (pada laki-laki) dan 4.000.000 – 5.500.000 sel per mm (pada perempuan). Polisitemia (polycythemia) adalah suatu kondisi jumlah eritrosit meningkat sangat nyata di dalam sirkulasi.

Anemia adalah kondisi kemampuan tubuh mengangkut oksigen berkurang karena berkurangnya jumlah SDM atau Hb. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi jumlah eritrosit yaitu :

1. Fisiologis karena adaptasi terhadap lingkungan lokal, misalnya adaptasi pada tempat tinggi (pegunungan), maka jumlah SDM dapat mencapai 8 juta sel per mm 3 , hal ini disebut

physiological polycythemia .

2. Patologis karena adanya tumor pada sumsum tulang, maka jumlah SDM dapat mencapai 10-

11 juta sel per mm 3 , hal ini disebut polycythemia vera. Umur (lifespan) eritrosit dalam sirkulasi berkisar antara 120 hari pada laki-laki dan 100

hari pada perempuan. Setelah melampaui batas tersebut, eritrosit akan kehilangan kemampuan metabolisme yang kemudia akan dihancurkan oleh limfa, hati, sumsum tulang dan sel retikuloendothelial. Sebagian besar komponennya akan dimanfaatkan kembali seperi Fe dari heme dan asam amino dari globin.

C. METODE PRAKTIKUM

1. Alat dan Bahan • Blood lancet steril (disposable) • Alkohol • Kapas • Larutan Hayem

2. Cara Kerja • Mensterilkan ujung jari tengah atau jari manis menggunakan kapas yang telah ditetesi

alkohol, biarkan hingga mengering. • Menusuk ujung jari menggunakan blood lancet steril sehingga darah keluar. • Mengambil darah dengan pipet khusus sampai tanda 0,5 kemudian membersihkan

ujungnya dengan kapas. Kemudian menghisap larutan Hayem sampai tanda 101, lalu dikocok secara perlahan.

• Meneteskan cairan diatas dengan pipet lewat tepi kaca penutup hingga merata dan menghitung jumlah SDP dengan mikroskop pada kotak bagian tengah (E) kemudia dilanjutkan pada kotak yang berada di atas (B), bawah (H), kanan(F) dan kiri (D) dari kotak tengah.

• Menghitung dengan rumus : Jumlah SDM/mm 3 = jumlah SDM x 10 x 5 x 200

Atau

Jumlah SDM/mm 3 = jumlah SDM x 10.000

D. HASIL PRAKTIKUM Perempuan

Jumlah eritrosit No

(SDM/ mm3)

Kiri Atas

Kanan Atas

Shintya Galuh

Kanan Bawah

74 = 363 x 10.000

N.S 3 Kiri Bawah 55 = 3.630.000 SDM/mm

Kiri Atas

Kanan Atas

Kanan Bawah

65 = 360 x 10.000

2 Kurnia Irmalasari

Kiri Bawah 3 71 = 3.600.000 SDM/mm

Kiri Atas

Kanan Atas

Kanan Bawah

96 = 459 x 10.000

3 Sari Trisnaningsih

Kiri Bawah 3 82 = 4.590.000 SDM/mm

Kiri Atas

Kanan Atas

= 409 x 10.000

4 Rizza Untsa N.

19 Kanan Bawah

75 3 = 4.090.000 SDM/mm

Kiri Bawah

Tengah

Kiri Atas

Kanan Atas

Dita Imanasita W.

Kanan Bawah

80 = 422 x 10.000

S. 3 Kiri Bawah 85 = 4.220.000 SDM/mm

Kiri Atas

Kanan Atas

Kanan Bawah

72 = 447 x 10.000

6 Iis Aida Y.

Kiri Bawah 3 98 = 4.470.000 SDM/mm

Kiri Atas

Kanan Atas

Kanan Bawah

57 = 285 x 10.000

7 Citra Ayuliasari

Kiri Bawah 3 53 = 2.850.000 SDM/mm

Kiri Atas

Kanan Atas

Kanan Bawah

83 = 380 x 10.000

8 Vyta Andri S. U.

= 3.800.000 SDM/mm Kiri Bawah 3 73 Tengah

Kiri Atas

Kanan Atas

Kanan Bawah

77 = 479 x 10.000

9 Agustina Budi L.

Kiri Bawah 3 102 = 4.790.000 SDM/mm Tengah

Kiri Atas

Kanan Atas

Fatharani Yurian

Kanan Bawah

= 487 x 10.000

W. 3 Kiri Bawah 104 = 4.870.000 SDM/mm

Kiri Atas

Kanan Atas

Kanan Bawah

79 = 422 x 10.000

11 Asri F.

Kiri Bawah 3 75 = 4.220.000 SDM/mm

Kiri Atas

Kanan Atas

= 373 x 10.000

12 Noviana Hapsari

20 Kanan Bawah

= 3.730.000 SDM/mm 3

Kiri Bawah

Tengah

Total

Total 48.860.000 SDM/mm 3 Rata-rata 3 4.071.667 SDM/mm

Standar Deviasi (SD) 581968,9672

Laki-laki Jumlah eritrosit

No Nama

(SDM/ mm3)

Kiri Atas

Kanan Atas

Kanan Bawah

1 Muhamad Hasbi

20 = 402 x 10.000

Kiri Bawah

A. = 4.020.000 SDM/mm

Kiri Atas

Kanan Atas

Kanan Bawah

2 Andi Joko P.

= 6.360.000 SDM/mm Kiri Bawah 3 160 Tengah

Kiri Atas

Kanan Atas

Kanan Bawah

75 = 382 x 10.000

3 Rendra Darari F.I.

Kiri Bawah 3 79 = 3.820.000 SDM/mm

Kiri Atas

Kanan Atas

Kanan Bawah

4 Opik Prasetyo

Kiri Bawah 3 105 = 5.440.000 SDM/mm Tengah

Kiri Atas

Kanan Atas

Kanan Bawah

95 = 448 x 10.000

5 Muhamad Reza P.

Kiri Bawah 3 87 = 4.480.000 SDM/mm

Kiri Atas

Kanan Atas

Hanifudin Bayu

Kanan Bawah

56 = 320 x 10.000

F. 3 Kiri Bawah 65 = 3.200.000 SDM/mm

Tengah

Total

Kiri Atas

Kanan Atas

Hening Triandika

Kanan Bawah

51 = 201 x 10.000

R. 3 Kiri Bawah 33 = 2.010.000 SDM/mm

Total 3 29.330.000 SDM/mm Rata-rata 3 4.190.000 SDM/mm

Satandar Deviasi (SD) 1429090,62

E. PEMBAHASAN Sel darah merah, eritrosit adalah jenis sel darah yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh lewat darah dalam hewan bertulang belakang. Bagian dalam eritrosit terdiri dari hemoglobin, sebuah biomolekul yang dapat mengikat oksigen. Hemoglobin akan mengambil oksigen dari paru-paru dan insang, dan oksigen akan dilepaskan saat eritrosit melewati pembuluh kapiler. Warna merah sel darah merah sendiri berasal dari warna hemoglobin yang unsur pembuatnya adalah zat besi. Pada manusia, sel darah merah dibuat di sumsum tulang belakang, lalu membentuk kepingan bikonkaf. Di dalam sel darah merah tidak terdapat nukleus. Sel darah merah sendiri aktif selama 120 hari sebelum akhirnya dihancurkan.

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahaui jumlah sel darah merah (erytrosit). Alat dan bahan yang digunakan yaitu blood lancet steril (disposable), alkohol, kapas dan larutan Hayem. Langkah kerja yang dilakukan yaitu mensterilkan ujung jari tengah atau jari manis menggunakan kapas yang telah ditetesi alkohol, biarkan hingga mengering. Kemudian Menusuk ujung jari menggunakan blood lancet steril sehingga darah keluar. Mengambil darah dengan pipet khusus sampai tanda 0,5 kemudian membersihkan ujungnya dengan kapas. Kemudian menghisap larutan Hayem sampai tanda 101, lalu dikocok secara perlahan. Meneteskan cairan diatas dengan pipet lewat tepi kaca penutup hingga merata dan menghitung jumlah SDP dengan mikroskop pada kotak bagian tengah (E) kemudia dilanjutkan pada kotak yang berada di atas (B), bawah (H), kanan(F) dan kiri (D) dari kotak tengah. enghitung dengan rumus :

Jumlah SDM/mm 3 = jumlah SDM x 10 x 5 x 200

Atau Jumlah SDM/mm 3 = jumlah SDM x 10.000

Hasil yang diperoleh kemudian dikelompokkan dalam 2 kelompok berdasarkan jenis kelamin, kelompok laki-laki terdiri atas 7 orang dang kelompok perempuan terdiri atas 12 orang.

Untuk kelompok perempuan rata-rata jumlah SDM yaitu 4.071.667 SDM/mm 3 , sedangkan rata- rata SDM dalam kelompok laki-laki yaitu 4.190.000 SDM/mm 3 .

Berdasarkan teori, jumlah eritrosit normal pada orang dewasa berkisar antara 4.500.000 –

6.000.000 sel per mm 3 (pada laki-laki) dan 4.000.000 – 5.500.000 sel per mm (pada perempuan). Pada kelompok perempuan terdapat 5 orang yang memiliki jumlah SDM dibawah

standar yaitu Noviana Hapsari, Vyta Andri Setyo Utami, Citra Ayuliasari, Kurnia Irmalasari dan Shintya Galuh Nindy Sagita. Sedangkan untuk kelompok laki-laki terdapat 5 orang yaitu Muhamad Hasbi Ashshidiqi, Rendra Darari Fakhrin Ikranagara, Muhammad Reza Pahlevi, Hanifudin Bayu Firmansyah, dan Hening Triandika Rahman yang memiliki jumlah SDM dibawah standar. Sedangkan Andi Joko Purnomo memiliki jumlah SDM yang berlebih yaitu

6.360.000 SDM/mm 3 . Kerungan jumlah SDM menyebabkan penyakit anemia, yaitu berkurangnya kemampuan

darah mengangkut oksigen karena kurangnya jumlah SDM. Sedagkan polisistemia adalah kondisi dimana jumlah SDM meningkat secara nyata atau dalam kata lain jumlah SDM yang melampui standar. Dari data diatas, diketahui bahwa 10 orang diduga menderita anemia dan 1 orang diduga menderita polisitemia dari total 19 orang yang melakukan penghitungan SDM.

F. KESIMPULAN

1. Jumlah eritrosit normal pada orang dewasa berkisar antara 4.500.000 – 6.000.000 sel per mm 3 (pada laki-laki) dan 4.000.000 – 5.500.000 sel per mm 3 (pada perempuan).

2. Terdapat 10 orang yang diduga menderita anemia yaitu Noviana Hapsari, Vyta Andri Setyo Utami, Citra Ayuliasari, Kurnia Irmalasari, Shintya Galuh Nindy Sagita, Muhamad Hasbi Ashshidiqi, Rendra Darari Fakhrin Ikranagara, Muhammad Reza Pahlevi, Hanifudin Bayu Firmansyah, dan Hening Triandika Rahman. Dan 1 orang yang diduga menderita polisistemia yaitu Andi Joko Puenomo.

DAFTAR PUSTAKA

Guyton A. C., Hall J. E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC. Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. Yogyakarta : FMIPA

UNY. Pearce, Evelyn. 1983. Anatomi Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT Gramedia. Soedjono, Basoeki.1988. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta : Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.

MENGHITUNG SEL DARAH PUTIH (LEUCOCYTE)

A. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Menghitung sel darah putih (SDP).

B. DASAR TEORI Sel darah putih (SDP) atau leukosit berasal dari myeloblast (stem cell). Pembentukan SDP di dalam sumsum tulang, kecuali limfosit yakni di kelenjar thymus dan bursa ekuivalen. Jumlah

leukosit pada orang dewasa normal berkisar 5.000 – 9.000/mm 3 . Leukosit merupakan unit yang mobil/aktif dari sistem pertahanan tubuh. Leukosit ini sebagian dibentuk di sumsum tulang

(granulosit, monosit dan sedikit limfosit) dan sebagian lagidi jaringan limfe (limfosit dan sel-sel plasma). Setelah dibentuk, sel-sel ini diangkut dalam darah menuju berbagai bagian tubuh untuk digunakan. Kebanyakan sel darah putih ditranspor secara khusus ke daerah yang terinfeksi dan mengalami peradangan serius (Guyton, 1997). Fungsi sel darah putih ini adalah untuk melindungi badan dari infeksi penyakit serta pembentukan antibodi di dalam tubuh. Jumlah sel darah putih lebih sedikit daripada sel darah merah dengan perbandingan 1:700.

Jumlah leukosit dipengaruhi oleh umur, penyimpangan dari keadaan basal dan lain-lain . Pada bayi baru lahir jumlah leukosit tinggi, sekitar 10.000-30.000/mm 3 . Jumlah leukosit tertinggi

pada bayi umur 12 jam yaitu antara 13.000-38.000/mm 3 . Setelah itu jumlah leukosit turun secara bertahap dan pada umur 21 tahun jumlah leukosit berkisar antara 4.500-11.000/mm 3 . Pada keadaan basal jumlah leukosit pada orang dewasa berkisar antara 5.000-9.0004/mm 3 . Jumlah leukosit meningkat setelah melakukan aktifitas fisik yang sedang, tetapi jarang lebih dari

11.000/mm 3 . Penyakit yang disebabkan akibat kelebihan sel darah putih yaitu leukemia atau kanker

darah yang merupakan sekelompok penyakit neoplastik yang beragam, ditandai oleh perbanyakan secara tak normal dari sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid. Sel-sel normal di dalam sumsum tulang digantikan oleh sel tak normal atau abnormal. Sel abnormal ini keluar dari sumsum dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi. Sel leukemia mempengaruhi hematopoiesis atau proses pembentukan sel darah normal dan imunitas tubuh penderita. Pada leukemia, sel darah putih membelah diri tidak terkendali dan sel darah muda yang normalnya hanya hidup di sumsum tulang dapat keluar dan bertahan hidup.

Kondisi sel darah putih yang turun di bawah normal disebut leukopeni. Pada kondisi ini seseorang harus diberikan obat antibiotik untuk meningkatkan daya tahan dan keamanan tubuh.

Apabila tidak, maka orang tersebut dapat meninggal dunia. Pada orang yang terkena kanker darah atau leukemia, sel darah putih bisa mencapai 20 ribu butir/mm3 atau lebih. Kondisi di mana jumlah sel darah putih naik di atas jumlah normal disebut leukositosis

Jenis-jenis SDP berdasarkan bentuk intinya dapat dibedakan menjadi granulosit dan agranulosit. Granulosit karena mamiliki granula di dalam sitoplasmanya. Granulosit dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :

1. Neutrofil (62%), memiliki granula yang berukuran kecil dan berwarna merah muda serta dapat meningkat jumlahnya pada infeksi akibat bakteri.

2. Eosinofil (2,3%), memiliki granula berwarna kemerahan dan jumlahnya dapat meningkat pada infeksi parasit.

3. Basofil (0,4%), memiliki granulosa berwarna ungu dan biru dan jumlahnya dapat meningkat pada reaksi alergi.

Agranulosit karena tidak memiliki granulosa di dalam sitoplasmanya. Agranulosit dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu :

1. Monosit (5,3%), memiliki nukleus tunggal, berukuran besar, motil, bercat biru dan berfungsi sebagai fagosit.

2. Limfosit (30%), memiliki nukleus tunggal, berukuran besar, nonmotil, berbentuk bulat, bercat biru, dan berfungsi memproduksi antibodi. Sel-sel darah putih merupakan suatu komponen dalam mekanisme pertahanan tubuh yang penting. Sebagian besar darinya melakukan fagositosis, suatu proses inegasi dan digesi (memasukan dan mencerna makanan) mikroorganisme dan partikel asing lainnya. Netrofil dan monosit paling giat berfagositosis sedangkan eosinofil hanya sedang saja. Semua leukosit adalah sel motil, suatu sifat yang memungkinkannya menerobos kapiler darah melalui ruang interseluler dinding kapiler darah dan migrasi gerakan amuboid kearah luka karena ertikel menyerbu jaringan. Netrofil dan limfosit sengat motil, sementara eunosofil sangat lamban. Lekosit melindungi tubuh terhadap penyakit. Netrofil dan monosit menghancurkan bakteri dengan memakannya. Bakteri yang dimakan dicerna oleh enzim yang dikeluarkan lekosit. Lekosit terus melakukakan ingesi partikel sampai mereka terbunuh sehingga terkumpul hasil pemecahnnya. Netrofil mampu memakan 5 sampai 35 bakteri, monosit mampu memangsa sebanyak 100 bakteri sebelum kematiannya.

Setelah bakteri dihancurkan, jaringan akan diganti. Beberapa jaringan mempunyai kemampuan regenerasi dengan perbanyakan sel-sel yang bertetangga. Kemampuan tersebut Setelah bakteri dihancurkan, jaringan akan diganti. Beberapa jaringan mempunyai kemampuan regenerasi dengan perbanyakan sel-sel yang bertetangga. Kemampuan tersebut

C. METODE PRAKTIKUM

1. Alat dan Bahan • Pipet khusus bertanda “11” • Bilik hitung

• Blood lancet steril (disposable) • Kapas • Alkohol • Reagen Turk

2. Cara Kerja • Mensterilkan ujung jari tengah atau jari manis menggunakan kapas yang telah ditetesi

alkohol, biarkan hingga mengering. • Menusuk ujung jari menggunakan blood lancet steril sehingga darah keluar. • Mengambil darah dengan pipet khusus sampai tanda 0,5 kemudian membersihkan

ujungnya dengan kapas. Kemudian menghisap reagen Turk sampai tanda 11, lalu dikocok secara perlahan.

• Meneteskan cairan diatas dengan pipet lewat tepi kaca penutup hingga merata dan menghitung jumlah SDP dengan mikroskop pada kotak A, C, G dan I.

• Menghitung dengan rumus :

Jumlah SDP/mm 3 = (jumlah total SDP x 20 x 10)/4

atau

Jumlah SDP/mm 3 = jumlah rata-rata SDP x 20 x 10

D. HASIL PRAKTIKUM Perempuan

No Nama

Jumlah SDP/

Kiri Atas (A)

Kanan Atas (C)

1 = (107 x 20 x 10)/4 Vyta Andri S.U.

20 Kanan Bawah (I)

39 3 = 5.350 SDP/mm

Kiri Bawah (G)

Kiri Atas (A)

Kanan Atas (C)

= (123 x 20 x 10)/4

2 Rizza Untsa N.

19 Kanan Bawah (I)

36 3 = 6.150 SDP/mm

Kiri Bawah (G)

Kiri Atas (A)

Kanan Atas (C)

= (140 x 20 x 10)/4

3 Citra Ayuliasari

20 Kanan Bawah (I)

36 3 = 7.000 SDP/mm

Kiri Bawah (G)

Kiri Atas (A)

Kanan Atas (C)

= (79 x 20 x 10)/4

4 Asri F.

20 Kanan Bawah (I)

19 3 = 3.950 SDP/mm

Kiri Bawah (G)

Kiri Atas (A)

Kanan Atas (C)

5 Iis Aida Y.

20 Kanan Bawah (I)

35 = (134 x 20 x 10)/4 Kiri Bawah (G) 3 36 = 6.700 SDP/mm

Kiri Atas (A)

7Kanan Atas (C)

Sari = (90 x 20 x 10)/4

25 3 Trisnaningsih

6 18 Kanan Bawah (I)

= 4.500 SDP/mm

Kiri Bawah (G)

Kiri Atas (A)

Kanan Atas (C)

Shintya Galuh = (204 x 20 x 10)/4

39 3 N.S.

7 19 Kanan Bawah (I)

= 10.200 SDP/mm

Kiri Bawah (G)

Kiri Atas (A)

Fatharani Yurian

8 19 Kanan Atas (C)

W.

Kanan Bawah (I)

35 = (171 x 20 x 10)/4

Kiri Bawah (G) 3 25 = 8.550 SDP/mm

Kiri Atas (A)

Kanan Atas (C)

= (106 x 20 x 10)/4

9 Kurnia Imalasari

18 Kanan Bawah (I)

30 3 = 5.300 SDP/mm

Kiri Bawah (G)

Kiri Atas (A)

Kanan Atas (C)

Dita Imanasita = (119 x 20 x 10)/4

20 3 W.

10 20 Kanan Bawah (I)

= 5.950 SDP/mm

Kiri Bawah (G)

Kiri Atas (A)

Kanan Atas (C)

= (195 x 20 x 10)/4

11 Agustina Budi I.

19 Kanan Bawah (I)

45 3 = 9.750 SDP/mm

Kiri Bawah (G)

Kiri Atas (A)

Kanan Atas (C)

Kanan Bawah (I)

= (132 x 20 x 10)/4

12 Cinthya I.

20 Kiri Bawah (G)

= 6.600 SDP/mm 3

Kiri Atas (A)

Kanan Atas (C)

= (153 x 20 x 10)/4

13 Marbelisa B.

18 Kanan Bawah (I)

41 3 = 7.650 SDP/mm

Kiri Bawah (G)

Total

Laki-Laki No Nama

Umur Kotak

Jumlah Jumlah SDP/

Kiri Atas (A)

Kanan Atas (C)

1 M. Hasbi Ash.

20 Kanan Bawah (I)

38 = (148 x 20 x 10)/4 Kiri Bawah (G) 3 48 = 7.400 SDP/mm

Kiri Atas (A)

Kanan Atas (C)

= (154 x 20 x 10)/4

2 Rinaldi Indra S.

Kanan Bawah (I)

37 3 = 7.700 SDP/mm

Kiri Bawah (G)

Kiri Atas (A)

Kanan Atas (C)

41 = (164 x 20 x 10)/4

3 Opik Prasetyo

Kanan Bawah (I) 3 37 = 8.200 SDP/mm

Kiri Bawah (G)

Kiri Atas (A)

Kanan Atas (C)

= (172 x 20 x 10)/4

4 M. Reza Pahlevi

20 Kanan Bawah (I)

43 3 = 8.600 SDP/mm

Kiri Bawah (G)

Kiri Atas (A)

Kanan Atas (C)

= (96 x 20 x 10)/4

5 Andi Joko P.

19 Kanan Bawah (I)

= 4.800 SDP/mm 3

Kiri Bawah (G)

Kiri Atas (A)

7Kanan Atas (C)

= (217 x 20 x 10)/4

6 Hening T.R.

20 Kanan Bawah (I)

56 3 = 10.850 SDP/mm

Kiri Bawah (G)

Total

E. PEMBAHASAN Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui jumlah sel darah putih (SDP). Penghitungan jumlah SDP ini sangat diperlukan untuk mengetahui fungsi fisiologis pada manusia. Alat dan bahan yang digunakan yaitu pipet khusus bertanda “11”, bilik hitung, blood lancet steril (disposable), kapas, dan alkohol. Pada praktikum ini, kesterilan sangan diperlukan untuk mengurangi potensi penularan penyakit tertentu.

Prosedur kerja yang dilakukan yaitu mensterilkan ujung jari tengah atau jari manis menggunakan kapas yang telah ditetesi alkohol, biarkan hingga mengering. Kemudian menusuk ujung jari menggunakan blood lancet steril sehingga darah keluar. Setelah itu mengambil darah dengan pipet khusus sampai tanda 0,5 kemudian membersihkan ujungnya dengan kapas. Kemudian menghisap reagen Turk sampai tanda 11, lalu dikocok secara perlahan. Meneteskan cairan diatas dengan pipet lewat tepi kaca penutup hingga merata dan menghitung jumlah SDP dengan mikroskop pada kotak A, C, G dan I. Kemudian menghitung dengan rumus :

Jumlah SDP/mm 3 = (jumlah total SDP x 20 x 10)/4

atau Jumlah SDP/mm 3 = jumlah rata-rata SDP x 20 x 10

Hasil yang diperoleh kemudian dikelompokkan ke dalam 2 kelompok yaitu kelompok laki- laki dan kelompok perempuan. Kelompok laki-laki terdiri atas 6 orang dan kelompok perempuan terdiri atas 13 orang.

Berdasarkan teori, jumlah leukosit pada orang dewasa normal berkisar 5.000 – 9.000/mm 3 . Dalam kelompok laki-laki, Hening Triandika Rahman memiliki SDP lebih dari standar yaitu

10.850 SDP/mm 3 , sedangkan Andi Joko Purnomo memiliki SDP dibawah standar yaitu 4.800 SDP/mm 3 . Sedangkan pada kelompok perempuan, terdapat 2 orang yang memiliki SDP yang lebih dari standar yaitu Agustina Budi Lestari dan Shintya Galuh Nindy Sagita yang masing-

3 masing memiliki jumlah SDP sejumlah 9.750 SDP/mm 3 dan 10.200 SDP/mm . Juga terdapat 2 orang yang SDP-nya kurang dari standar yaitu Sari Trisnaningsih dan Asri Fathianihayati yang

3 masing-masing memiliki jumlah SDP, 4.500 SDP/mm 3 dan 3.950 SDP/mm . Jumlah SDP rendah dibawah standar mengindikasikan bahwa orang tersebut memiliki

kelainan dalam proses penyembuhan dikarenakan kadar SDP yang sedikit. Sedangkan bagi orang yang memiliki SDP berlebih mengindikasikan potensi adanya leukimia, sehingga diharapkan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.

F. KESIMPULAN

1. Terdapat 3 orang yang memiliki SDP dibawah standar yaitu Andi Joko Purnomo, Sari Trisnaningsih dan Asri Fathianihayati.

2. Terdapat 3 orang yang memiliki SDP diatas standar yaitu Hening Triandika Rahman, Agustina Budi Lestari dan Shintya Galuh Nindy Sagita.

3. Jumlah SDP rendah dibawah standar mengindikasikan bahwa orang tersebut memiliki kelainan dalam proses penyembuhan dikarenakan kadar SDP yang sedikit. Sedangkan bagi orang yang memiliki SDP berlebih mengindikasikan potensi adanya leukimia, sehingga diharapkan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Guyton A. C., Hall J. E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC. Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. Yogyakarta : FMIPA

UNY. Soedjono, Basoeki. 1988. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta : Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.

PENGARUH SUHU LINGKUNGAN TERHADAP SUHU TUBUH

A. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Melakukan pengukuran suhu tubuh homeoterm.

2. Mengamati pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu tubuh.

B. DASAR TEORI Hewan berdarah panas adalah hewan yang dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya. Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan. Melalui evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. Contoh hewan berdarah panas adalah bangsa burung dan mamalia, hewan yang berdarah dingin adalah hewan yang suhu tubuhnya kira-kira sama dengan suhu lingkungan sekitarnya.

Suhu tubuh tergantung pada neraca keseimbangan antara panas yang diproduksi atau diabsorbsi dengan panas yang hilang. Panas yang hilang dapat berlangsung secara radiasi, konveksi, konduksi dan evaporasi. Radiasi adalah transfer energi secara elektromagnetik, tidak memerlukan medium untuk merambat dengan kecepatan cahaya. Konduksi merupakan transfer panas secara langsung antara dua materi padat yang berhubungan lansung tanpa ada transfer panas molekul. Panas menjalar dari yang suhunya tinggi kebagian yang memiliki suhu yang lebih rendah. Konveksi adalah suatu perambatan panas melalui aliran cairan atau gas. Besarnya konveksi tergantung pada luas kontak dan perbedaan suhu.

Evaporasi merupakan konveksi dari zat cair menjadi uap air, besarnya laju konveksi kehilangan panas karena evaporasi. Hewan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan. Sebagai contoh, pada suhu dingin, mamalia dan burung akan meningkatkan laju metabolisme dengan perubahan hormon-hormon yang terlibat di dalamnya, sehingga meningkatkan produksi panas. Pada ektoterm (misal pada lebah madu), adaptasi terhadap suhu dingin dengan cara berkelompok dalam sarangnya. Hasil metabolisme lebah secara kelompok mampu menghasilkan panas di dalam sarangnya.

Organisme berdarah panas (homeoterm) memiliki organ pengatur suhu tubuh yaitu hipothalamus agar suhu tubuh tetap pada kondisi optimal. Pengaturan suhu tubuh (thermoregulasi) bertujuan agar panas yang dihasilkan dari berbagai proses metabolisme dan yang diperoleh dari lingkungan sekitar harus seimbang dengan banyaknya panas yang dikeluarkan oleh tubuh.

Proses regulasi atau pengaturan panas tubuh yang paling banyak berperan adalah sel-sel saraf hipothalamus yang peka terhadap perubahan suhu tubuh terutama suhu darah. Bila Hypotalamus bagian belakang menerima informasi suhu luar lebih rendah dari suhu tubuh, maka pembentukan panas ditambah dengan meningkatkan metabolisme dan aktivitas otot dengan cara menggigil dan pengeluaran panas dengan pembuluh darah kulit mengecil dan pengurangan produksi keringat. Hal ini menyebabkan suhu tubuh tetap dipertahankan normal. Namun sebaliknya, Hypotalamus bagian depan merupakan pusat pengatur suhu tubuh yang bertugas mengeluarkan panas. Bila Hypotalamus bagian depan menerima informasi suhu lebih tinggi dari suhu tubuh, maka pengeluaran panas ditingkatkan dengan pelebaran pembuluh darah kulit dan menambah produksi keringat.

Mekanisme regulasi panas tersebut berlangsung secara cepat karena melibatkan sistem saraf dan hormon sehingga disebut neuro-endokrin. Regulasi panas tubuh menggunakan sistem feedback (umpan balik negatif) artinya apabila panas tubuh melebihi suhu optimal, maka hipothalamus akan berusaha menurunkan ke suhu optimal dan sebaliknya.

Suhu tubuh manusia diatur oleh sistem thermostat di dalam otak yang membantu suhu

tubuh yang konstan antara 36,5 o C dan 37,5

C. Suhu tubuh normal manusia akan bervariasi dalam sehari. Seperti ketika tidur, maka suhu tubuh kita akan lebih rendah dibanding saat kita sedang bangun atau dalam aktivitas. Dan pengukuran yang diambil dengan berlainan posisi tubuh juga akan memberikan hasil yang berbeda. Pemeriksaan suhu akan memberikan tanda suhu inti yang secara ketat dikontrol karena dapat dipengaruhi oleh reaksi kimiawi. Pemeriksaan suhu tubuh dapat dilakukan di beberapa tempat yaitu ketiak, mulut, dan anus. Pengambilan suhu di bawah

lidah (dalam mulut) normal sekitar 37 o C, sedang diantara lengan (ketiak) sekitar 36,5 C sedang di rectum (anus) sekitar 37,5 o C

Makanan yang masuk ke dalam tubuh memengaruhi proses metabolisme sel tubuh. Proses tersebut bisa berlangsung cepat jika makanan yang masuk tergolong merangsang. Misalnya, makanan pedas atau makanan bersuhu tinggi. Jika proses metabolisme sel tubuh berlangsung cepat, suhu tubuh meningkat. Sitokin (salah satu protein) pun terpicu muncul. Salah satu bahan yang tergolong sitokin adalah kalikrein. Bahan itu berpengaruh terhadap pelebaran pembuluh darah yang menuju kelenjar keringat di kulit. Dampaknya, keringat pun mengucur keluar. Keringat merupakan mekanisme tubuh untuk mendinginkan diri. Ketika kita melepaskan cairan melalui pori-pori tubuh, maka cairan itu akan menguap. Keseluruhan proses itu menurunkan suhu tubuh.

Nilai standar untuk mengetahui batas normal suhu tubuh manusia dibagi menjadi empat yaitu :

1. Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C

2. Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36 – 37,5°C

3. Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5 – 40°C

4. Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C

C. METODE PRAKTIKUM

1. Alat dan Bahan • Katak • Termometer batang • Air dingin • Air hangat • Stopwatch

2. Cara Kerja • Meletakkan termometer ke dalam mulut katak selama ± 5 menit, kemudian mengamati skalanya dan mencatatnya. • Memasukkan katak ke dalam tabung Erlemeyer 1 L yang telah terisi air dingin ¾

volumenya kemudian mengamati suhu tubuhnya setelah 5 menit direndam. • Mengulangi langkah kedua dengan menggunakan air hangat.

D. HASIL PRAKTIKUM

Suhu Katak ( o C) Suhu Praktikan ( C) No

Kelompok Awal Air Dingin Air Hangat Awal Air Dingin Air Hangat

1 Kelompok 1

2 Kelompok 2

3 Kelompok 3 36.8 26 37 37 37 37

4 Kelompok 4

5 Kelompok 5

6 Kelompok 6

7 Kelompok 7

8 Kelompok 8

9 Kelompok 9

10 Kelompok 10 18 22 33 36 36 36

11 Kelompok 11 29 25 35 36.7 35.9 36.5

12 Kelompok 12 29 25 35 32.5 35.8 33 Rata-rata