UJI GOLONGAN DARAH DENGAN SISTEM “ABO”

UJI GOLONGAN DARAH DENGAN SISTEM “ABO”

A. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Menentukan golongan darah dengan sistem “ABO”.

2. Menentukan waktu koagulasi darah.

B. DASAR TEORI Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali tumbuhan tingkat tinggi) yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah.

Sistem penggolongan darah ABO ditentukan oleh antigen A, B dan H/O. Golongan darah

A jika mempunyai aglutinogen (antigen) A dan aglutinin beta (β). Golongan darah B jika mempunyai aglutinogen (antigen) B dan aglutini alfa (α). Golongan darah AB jika mempunyai aglutinogen A dan B serta tidak memiliki aglutinin. Golongan darah O jika tidak mempunyai aglutinogen dan aglutinin.

Aglutinin dalam plasma merupakan gamma globulin seperti halnya dengan antibodi lainya yang dihasilkan oleh sel-sel sama yang menghasilkan antibodi setiap antigenya. Antigen A dan

B dalam jumlah sedikit maasuk ke dalama tubuh melalui makanan, bakteri, atau dengan cara lain. Zat ini mengawali pembentukan aglutinin anti A dan aglutinin anti B. Bayi baru lahir mempunyai aglutinin sedikit, hal ini menunjukan bahwa pembentukan aglutinin terjadi setelah lahir.

Selain itu, masih terdapat sistem penggolongan darah lainnya yaitu Lewis. Antigen Lewis yaitu Le-α, Le-β yang terdapat di dalam plasma darah. MN grup berdasarkan adanya protein glikoporin. Glikoporon A untuk golongan M dan glikoporin B untuk golongan N. Demikian juga

golongan Rh - dan Rh . Golongan darah A, B, AB dan O mempunyai arti sangat penting dalam transfusi darah

kerena adanya interaksi antigen-antibodi dari pemberi darah (donor) dengan penerima darah

(resipien) yang dapat menimbulkan penggumpalan (aglutinasi). Penggumpalan terjadi bila antigen A bertemu dengan anti-A dan antigen B bertemu dengan anti-B.

Kedua antigen yang telah diuraikan di atas diwariskan oleh satu seri alel. Alel itu diberi simbol I (berasal dari kata Isoaglutinin, suatu protein yang terdapat pada permukaan sel eritrosit). Orang yang membentuk antigen-A mempunyai alel I A , yang mampu membentuk antigen-B mempunyai alel I B , sedangkan yang tidak mampu membentuk antigen sama sekali mempunyai

alel resesif ii.

A A A 1. Golongan darah A mempunyai antigen A, alel I A , genotip I I atau I i

B B B 3. Golongan darah B mempunyai antigen B, alel I B , genotip I I atau I i

A B A 4. Golongan darah AB mempunyai antigen A dan B, alel I B dan I , genotip I I

5. Golongan darah O tidak mempunyai antigen A dan B, alel i, genotip ii Salah satu komponen darah yaitu trombosit atau keping-keping darah yang memiliki peran dalam proses koagulasi darah. Proses koagulasi darah dimaksudkan agar apabila terjadi kerusakan pembuluh darah, maka tidak terjadi kehilangan darah. Pada kondisi tertentu seperti hemofilia, dapat terjadi kelainan atau gangguan koagulasi darah sehingga darah sukar menjedal dan akibatnya tubuh dapat kehilangan darah.

Trombosit berasal dari stem sel di sumsum tulang yang disebut sebagai megakarosit kemudian berkembang menjadi trombosit. Karakteristik trombosit antara lain yaitu berukuran kecil, mudah pecah dan berjumlah ± 250.000.

Teori koagulasi darah menurut Morowitz (1904) yaitu pada peristiwa pendarahan, maka jaringan yang robek (rusak) akan menyebabkan trombosit pecah dan membebaskan tromboplastin kemudian tromboplastin dan ion Ca mengaktifkan protrombin menjadi trombin. Trombin tersebut akan mempengaruhi perubahan fibrinogen menjadi benang-benang fibrin, sehingga menutup jaringan yang rusak. Protrombin adalah senyawa globulin yang larut dan dihasilkan di hati dengan bantuan vitamin K, perubahan protrombin yang belum aktif menjadi trombin yang aktif dapat dipercepat oleh ion kalsium (Ca). Fibrinogen adalah protein yang larut dalam plasma darah.

Hemostasis merupakan peristiwa penghentian perdarahan akibat putusnya atau robeknya pembuluh darah, sedangkan thrombosis terjadi ketika endothelium yang melapisi pembuluh darah rusak atau hilang. Proses ini mencakup pembekuan darah (koagulasi) dan melibatkan pembuluh darah, agregasi trombosit serta protein plasma baik yang menyebabkan pembekuan maupun yang melarutkan bekuan. Pada hemostasis terjadi vasokonstriksi inisial pada pembuluh darah yang cedera sehingga aliran darah di sebelah distal cedera terganggu. Kemudian hemostasis dan thrombosis memiliki 3 fase yang sama yaitu :

1. Pembekuan agregat trombosit yang longgar dan sementara pada tempat luka. Trombosit akan mengikat kolagen pada tempat luka pembuluh darah dan diaktifkan oleh thrombin yang terbentuk dalam kaskade pristiwa koagulasi pada tempat yang sama, atau oleh ADP yang dilepaskan trombosit aktif lainnya. Pada pengaktifan, trombosit akan berubah bentuk dan dengan adanya fibrinogen, trombosit kemudian mengadakan agregasi terbentuk sumbat hemostatik ataupun trombos.

2. Pembentukan jarring fibrin yang terikat dengan agregat trombosit sehingga terbentuk sumbat hemostatik atau trombos yang lebih stabil.

3. Pelarutan parsial atau total agregat hemostatik atau trombos oleh plasmin. Proses penggumpalan darah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor intrinsik, misalnya

fibrinogen, protrombin, proconvertin dan lain-laindan ekstrinsik darah, misalnya tromboplastin jaringan, tromboplastin pembuluh, luka, permukaan kasar/halus, suhu lingkungan, pengenceran, dan bahan antikoagulas dan lain-lain. Permukaan kasar, suhu lungkungan panas, dan pengadukan mempercepat penggumpalan, sedangkan permukaan halus, suhu lingkungan dingin, dan pengenceran menghambat proses koagulasi. Sementara itu antikoagulan seperti EDTA, heparin, natrium sitrat/oxalat akan menghentikan proses koagulasi.

C. METODE PRAKTIKUM

1. Alat dan Bahan • Blood lancet steril (disposable)

• Kapas • Alkohol • Object glass • Tusuk gigi • Serum anti-A dan anti-B

2. Cara Kerja • Menentukan golongan darah

o Mensterilkan ujung jari tengan atau jari manis dengan kapas yang telah ditetesi alkohol, biarkan hingga kering.

o Menusuk ujung jari dengan blood lancet steril (disposable) sehingga darah keluar dan meneteskan pada object glass sebanyak 3 tetes berbeda.

o Uji tetes pertama dengan serum anti-A, tetes kedua dengan serum anti-B, kemudian diasuk ketiganya.

o Mengamati apakah terjadi aglutinasi atau tidak, kemudian menentukan jenis golongan darahnya.

• Penggumpalan darah o Mensterilkan ujung jari tengah atau jari manis dengan kapas yang etalah ditetesi

alkohol, biarkan hingga mengering. o Menusuk ujung jari menggunakan blood lancet steril (disposable) sehingga darah

keluar. o Meneteskan satu tetes darah pada object glass, kemudian setiap 30 detik lakukan

tusukan-tususkan dengan jarum pentul pada tetes darah tersebut. o Mengamati adanya benang-benang fibrin, kemudian mencatat waktunya.

D. HASIL PRAKTIKUM

1. Golongan darah

Golongan

Koagulasi

No. Nama

Umur

Darah

(30 detik ke-)

1 Noviana Hapsari

20 A 7

2 Ana Arifatul U.

19 B 2

3 Vyta Andri S.U.

20 B 3

4 M. Hasbi Ash.

20 O

5 Opik Prasetyo

19 O

6 Anna Astuti

20 O

7 M. Reza Pahlevi

20 B 2

8 Rendra Darari F.I.

19 O

9 Fatharani Yurian W.

19 B 8

10 Kurnia Imalasari

18 B 2

11 Hanifudi Bayu F.

20 B 2

12 Dita Imanasita W.

20 O

13 Agustina Budi I.

19 A 1

14 Luthfiani P.

20 B 6

15 Cinthya I.

20 B 5

16 Marbelisa B.

19 O

17 Fatma Ismawati

19 B 7

18 Rizza Untsa N.

19 A 5

19 Andi Joko P.

19 O

20 Citra Ayuliasari

20 O

21 Hening T.R.

20 O

22 Asri F.

20 A 3

23 Sari Trisnaningsih

18 B 2

24 Shintya Galuh N.S.

19 B 3

25 Ayu Dien I.

20 O

Presentase :

a. Golongan darah A

b. Golongan darah B

c. Golongan darah O

d. Golongan darah AB =

E. PEMBAHASAN Praktikum ini bertujuan untuk enentukan golongan darah dengan sistem “ABO” dan enentukan waktu koagulasi darah. Alat dan bahan yang digunakan yaitu blood lancet steril (disposable), kapas, alkohol, object glass, tusuk gigi, serum anti-A dan serum anti-B. Prosedur kerja yang dilakukan antara lain mensterilkan ujung jari tengan atau jari manis dengan kapas yang telah ditetesi alkohol, biarkan hingga kering. Kemudian menusuk ujung jari dengan blood lancet steril (disposable) sehingga darah keluar dan meneteskan pada object glass sebanyak 3 tetes berbeda. Uji tetes pertama dengan serum anti-A, tetes kedua dengan serum anti-B, kemudian diasuk ketiganya. Untuk tetes ketiga, diamati setiap 30 detik hingga diketahui waktu koagulasinya.

Apabila antigen-A bertemu dengan anti-A, demikian juga antigen-B bertemu dengan anti-

B, maka darah akan menggumpal dan terjadi hemolisis atau pemecahan sel darah merah. Sehingga dalam melakukan tranfusi darah baik donor maupun resipien harus diperiksa terlebih dahulu golongan darahnya berdasarkan penggolongan darah ABO. Proses penggumpalan yaitu sebagai berikut, aglutinin melekatkan dirinya pada darah karena aglutinin bivalen. Satu aglutinin B, maka darah akan menggumpal dan terjadi hemolisis atau pemecahan sel darah merah. Sehingga dalam melakukan tranfusi darah baik donor maupun resipien harus diperiksa terlebih dahulu golongan darahnya berdasarkan penggolongan darah ABO. Proses penggumpalan yaitu sebagai berikut, aglutinin melekatkan dirinya pada darah karena aglutinin bivalen. Satu aglutinin

Dari hasil percobaan diperoleh sebanyak 4 orang atau 16 % memiliki golongan darah A.

11 orang atau 44 % memiliki golongan darah B, dan 10 orang atau 40 % memiliki golongan darah O. Tidak satupun dari 25 praktikan yang memiliki golongan darah AB. Sistem penggolongan darah ABO ditentukan oleh antigen A, B dan H/O. Golongan darah

A jika mempunyai aglutinogen (antigen) A dan aglutinin beta (β). Golongan darah B jika mempunyai aglutinogen (antigen) B dan aglutini alfa (α). Golongan darah AB jika mempunyai aglutinogen A dan B serta tidak memiliki aglutinin. Golongan darah O jika tidak mempunyai aglutinogen dan aglutinin.

Salah satu komponen darah yaitu trombosit atau keping-keping darah yang memiliki peran dalam proses koagulasi darah. Proses koagulasi darah dimaksudkan agar apabila terjadi kerusakan pembuluh darah, maka tidak terjadi kehilangan darah. Semakin cepat waktu koagulasi makan semakin cepat pula proses penutupan luka oleh trombin dengan membentuk benang- benang fibrin. Dari hasil percobaan, waktu koagulasi yang diperoleh yaitu 3 orang pada 30 detik pertama, 8 orang pada 30 detik kedua, 6 orang pada 30 detik ketiga, 2 orang pada 30 detik keempat, 2 orang pada 30 detik kelima, 1 orang pada 30 detik keenam, 2 orang pada 30 detik ketujuh dan 1 orang pada 30 detik kedelapan.

Golongan darah lebih ditentukan oleh faktor genetis oleh karena itu salah satu manfaat tes golongan darah yaitu menentukan hubungan keluarga, dan tranfusi darah. Dalam trafusi darah dari satu orang ke orang lain, darah donor dengan darah penerima dalam keadaan normal. Klasifikasi golongan darah tergantung pada ada atau tidaknya kedua aglutinogen.

Teori koagulasi darah menurut Morowitz (1904) yaitu pada peristiwa pendarahan, maka jaringan yang robek (rusak) akan menyebabkan trombosit pecah dan membebaskan tromboplastin kemudian tromboplastin dan ion Ca mengaktifkan protrombin menjadi trombin. Trombin tersebut akan mempengaruhi perubahan fibrinogen menjadi benang-benang fibrin, sehingga menutup jaringan yang rusak.

F. KESIMPULAN

1. Presentase golongan darah dari 25 praktikan

a. Golongan darah A

b. Golongan darah B

c. Golongan darah O

2. Koagulasi adalah peristiwa menggumpalnya darah dengan tujuan untuk menghindari kehilangan darah saat terjadi luka.

3. Saat peristiwa pendarahan, maka jaringan yang robek (rusak) akan menyebabkan trombosit pecah dan membebaskan tromboplastin kemudian tromboplastin dan ion Ca mengaktifkan protrombin menjadi trombin. Trombin tersebut akan mempengaruhi perubahan fibrinogen menjadi benang-benang fibrin, sehingga menutup jaringan yang rusak.

DAFTAR PUSTAKA

Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Guyton A. C., Hall J. E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC.

Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. Yogyakarta : FMIPA UNY.

Soedjono, Basoeki. 1988. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Wulangi, K. S. 1993. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

PEMERIKSAAN WARNA, KEJERNIHAN DAN pH URINE

A. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mengamati warna, kejernihan dan derajat keasaman (pH) urine.

B. DASAR TEORI Ginjal merupakan alat untuk menyaring darah sehingga zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun dan tak berguna dapat dikeluarkan dari dalam tubuh melalui air kencing. Zat-zat tersebut harus dikeluarkan karena dapat mengganggu kesehatan. Selain itu, ginjal juga berperan menjaga keseimbangan air dalam tubuh atau menjaga tekanan osmotik cairan tubuh sehingga perannya sangat penting dalam menjaga kondisi tubuh agar tetap seimbang dan dinamis (homeostasis) atau terciptanya kondisi sehat. kencing tampak berbuih, berwarna kuning dan berbau, merupakan hasil penyaringan cairan darah yang dilakukan oleh ginjal.

Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.

Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis.

Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk tujuan diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal, memantau perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan tekanan darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan umum. Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori.

Secara kimiawi kandungan zat dalan urin diantaranya adalah sampah nitrogen (ureum, kreatinin dan asam urat), asam fipurat, zat sisa pencernaan sayuran dan buah, badan keton zat sisa metabolism lemak, ion-ion elektrolit (Na, Cl, K, Amonium, sulfat, Ca dan Mg), hormone, zat toksin (obat, vitamin dan zat kimia asing), zat abnormal (protein, glukosa, sel darah kristal kapur dsb). (Campbell, 2004)

Sistem ekskresi merupakan hal yang pokok dalam homeostatis karena sistem tersebut membuang limbah metabolisme dan merespons terhadap ketidak seimbangan cairan tubuh dengan cara mengeksresikan ion-ion tertentu sesuai kebutuhan. Sistem ekskresi sangat beraneka ragam, tetapi semuanya mempunyai kemiripan fungsional. Secara umum, sistem eksresi menghasilkan urin melalui dua proses utama yaitu filtrasi cairan tubuh dan penyulingan (reabsopsi) larutan cair yang dihasilkan dari filtrasi itu. (Campbell, 2004).

Proses ekskresi melalui ginjal berfungsi untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme dan menjaga agar jumlah air dan ion yang masuk seimbang dengan yang keluar. Kondisi ini penting agar suasana malieu interieur tetap sesuai untuk kelangsungan proses fisiologis di dalam sel atau yang disebut homeotasis (steady internal state). Ekskresi oleh ginjal memiliki peranan :

1. Memelihara keseimbangan air.

2. Memelihara keseimbangan elektrolit Na 3- ,K , Mg , Cl dan Ca . Ion Na , Cl dan HCO

merupakan ion ekstraseluler, sedangkan K 2+ dan Mg merupakan ion intraseluler.

3. Memelihara pH darah.

4. Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme yang merupakan racun bagi tubuh, seperti : • Urea (CO(NH) 2 ) berasal dari katabolisme asam amino pada proses glukoneogenesis menjadi senyawa bukan nitrogen dan senyawa nitrogen. Senyawa nitrogen kemudian

diubah menjadi amonia (bersifat toksik) oleh enzim deaminase. Selanjutnya di sel hati, amonia melalui siklus ornitin akan dikombinasikan dengan karbondioksida menjadi urea (tidak bersifat toksik) dan kemudian dikeluarkan lewat ginjal.

• Asam urat berasal dari nitrogen asam nukleat purine dan pirimidin. Kelebihan asam urat akan ditimbun pada persendian dan dapat menimbulkan nyeri sendi (gout).

• Kreatinin berasal dari kreatin fosfat (sumber energi) yang banyak terdapat dalam otot. Pemecahan kreatin akan menghasilkan kreatinin, terutama ditemukan pada kondisi puasa. Normal pH urine sedikit asam yaitu sekitar 4,5 - 7,5. Urine yang telah melewati temperatur

ruangan untuk beberapa jam dapat menjadi alkali karena aktifitas bakteri. Seorang vegetarian urinennya sedikit alkali

C. METODE PRAKTIKUM

1. Alat dan Bahan • Tabung reaksi • Urine

• pH stick

2. Cara Kerja • Pemeriksaan warna urine

o Memasukkan ± 10 mL urine ke dalam tabung reaksi kemudian mengamati dengan cara menerawang tabung yang berisi urine tersebut.

o Menyatakan warna urine tersebut dalam tidak berwarna, kuning muda, kuning tua, kuning kemerahan, merah, coklat kehijauan dan putih seperti susu. • Pemeriksaan kejernihan urine o Melakukan langkah yang sama seperi pemeriksaan warna urine.

o Menyatakan kejernihan urine dalam jernih, agak keruh, keruh dan sangat keruh. • Pemeriksaan pH urine

o Memasukkan urine pada tabung reaksi kemudian celupkan pH stick. o Mengamati perubahan warnanya dan mencatat pH-nya.

D. HASIL PRAKTIKUM No.

Keasaman (pH)

1 Ana Arifatul U.

Kuning

Jernih

2 Vyta Andri S.U.

Kuning

Jernih

3 M. Hasbi Ash.

Kuning

Jernih

4 Rinaldi Indra S.

Kuning

Jernih

5 Anna Astuti

Orange

Keruh

6 Iis Aida Y.

Kuning

Jernih

7 M. Reza Pahlevi

Kuning

Jernih

8 Rendra Darari F.I.

Kuning

Jernih

9 Fatharani Yurian W.

Kuning

Keruh

10 Kurnia Imalasari

Kuning

Jernih

11 Hanifudi Bayu F.

Kuning

Keruh

12 Agustina Budi I.

13 Luthfiani P.

Kuning

Jernih

14 Fatma Ismawati

15 Rizza Untsa N.

Kuning

Jernih

16 Andi Joko P.

Orange

Jernih

17 Citra Ayuliasari

Kuning

Jernih

18 Hening T.R.

Kuning

Jernih

19 Asri F.

Kuning

Jernih

20 Sari Trisnaningsih

Kuning

Jernih

21 Shintya Galuh N.S.

Kuning

Jernih

22 Ayu Dien I.

1. Warna urine

a. Kuning

b. Orange

a. Jernih

b. Keruh

3. Keasaman (pH)

E. PEMBAHASAN Praktikum ini bertujuan untuk engamati warna, kejernihan dan derajat keasaman (pH) urine. Alat dan bahan yang digunakan antara lain tabung reaksi, sampel urine dan pH stick. Prosedur kerja yang dilakukan antara lain untuk menentukan warna urine, memasukkan ± 10 mL urine ke dalam tabung reaksi kemudian mengamati dengan cara menerawang tabung yang berisi urine tersebut selanjutnya menyatakan warna urine tersebut dalam tidak berwarna, kuning muda, kuning tua, kuning kemerahan, merah, coklat kehijauan dan putih seperti susu. Untuk menentukan kejernihan urine sama dengan saat pemeriksaan warna urine namun dinyatakan dalam jernih, agak keruh, keruh dan sangat keruh. Untuk menentukan pH urine dilakukan dengan mencelupkan pH stick kemudian mencocokkan dengan gambar yang ada pada kotak pH stick.

Hasil yang diperoleh yaitu untuk pemeriksaan warna urine dari 22 orang, diketahui bahwa

83.3 % memiliki urine yang berwarna kuning dan 19.7 % memiliki urine yang berwarna orange. Untuk pemeriksaan kejernihan urine, hasil yang diperoleh yaitu 83.3 % memiliki urine yang jernih sedangkan 19.7 % memiliki urine yang keruh. Sedangkan hasil pemeriksaan pH urine diketahui bahwa untuk pH dengan rentang 5-6 sebesar 9 %, pH 6-7 sebesar 64 % dan pH 7-8 sebesar 27 %.

Sebanyak 6 orang memiliki pH netral sedangkan 16 orang lainnya memiliki pH yang bersifat asam. Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa urine yang dijadikan sampel dikategorikan normal dan tidak dalam keadaan terganggu. Interpretasi warna urin dapat menggambarkan kondisi kesehatan organ dalam seseorang, antara lain :

1. Keruh disebabkan adanya partikel padat pada urin seperti bakteri, sel epithel, lemak, atau kristal-kristal mineral.

2. Pink biasanya disebabkan oleh efek samping obat-obatan dan makanan tertentu seperti bluberi dan gula-gula,

3. Coklat muda seperti warna air teh, warna ini merupakan indicator adanya kerusakan atau gangguan hati seperti hepatitis atau serosis.

4. Kuning gelap, warna ini disebabkan banyak mengkonsumsi vitamin B kompleks yang banyak terdapat dalam minuman berenergi.

F. KESIMPULAN

1. Warna urine

c. Kuning

d. Orange

a. Jernih

b. Keruh

3. Keasaman (pH)

a. pH 5-6

b. pH 6-7

c. pH 7-8

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid Tiga. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Mu’nisa, Mushawwir, dan Arsad. 2012. Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan. Makassar : Jurusan Biologi FMIPA UNM.

Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. Yogyakarta : FMIPA UNY

Pearce, Evelyn C. 2002. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia. Soewolo, dkk. 2005. Fisiologi Manusia. Malang: Universitas Malang Press. Villee, Walker, dan Barnes. 1984. Zoologi Umum Edisi Keenam Jilid I. Jakarta: Penerbit Erlangga.